Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

METODOLOGI PENELITIAN KUANTITATIF DAN KUALITATIF

Oleh:
A’ahmes osama firmansyah (21091397051)
Rafie Mirza Ramadhan (21091397037)

D4 MANAJEMEN INFORMATIKA
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2022

1
2022

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan  kehadirat Allah SWT, karena berkat dan karunia-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan lancar.
makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia sebagai salah satu
penilaian terhadap  proses pembelajaran mata kuliah Bahasa indonesia.
Meski dalam penyusunan makalah ini, penulis telah berusaha dengan maksimal, namun penulis
masih merasa memiliki kekurangan dalam makalah ini, maka dari itu penulis meminta kritik dan
saran pembaca makalah ini. penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat begi penulis pada
khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Amiin.

2
DAFTAR ISI

Cover ………………………………………………………………………………………………
Kata Pengantar …………………………………………………………………………………….
Daftar Isi …………………………………………………………………………………………..
BAB I (Variabel) …………………………………………………………………………………. 4
BAB II (Pengumpulan Data) ……………………………………………………………………... 8
BAB III (Skala Pengukuran) ……………………………………………………………………... 17
BAB IV (Populasi dan Sempel) ………………………………………………………………….. 20
BAB V (Design Penelitian) ………………………………………………………………………. 24
Kesimpulan ………………………………………………………………………………………. 28
Daftar Pustaka ……………………………………………………………………………………. 29

3
BAB I
VARIABEL

A. Pengertian Variabel
Variabel Penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut,
kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2007). Secara Teoritis, para ahli telah
mendefinisikan Variabel sebagai berikut :
Menurut Hatch & Farhady (1981) variabel didefinisikan sebagai atribut seseorang atau
obyek yang mempunyai variasi antara satu orang dengan yang lain atau satu obyek dengan obyek
yang lain.
Menurut Kerlinger (1973) variabel adalah konstruk (constructs) atau sifat yang akan
dipelajari. Misalnya : tingkat aspirasi, penghasilan, pendidikan, status social, jenis kelamin,
golongan gaji, produktifitas kerja, dll. Variabel dapat dikatakan sebagai suatu sifat yang diambil
dari suatu nilai yang berbeda (different values). Dengan demikian, Variabel itu merupakan suatu
yang bervariasi.
Sedangkan menurut Kidder (1981) variabel adalah suatu kualitas (qualities) dimana
peneliti mempelajari dan menarik kesimpulan darinya. Menurut (Bhisma Murti (1996) variabel
didefinisikan sebagai fenomena yang mempunyai variasi nilai. Variasi nilai itu bisa diukur secara
kualitatif atau kuantitatif.
Menurut Sudigdo Sastroasmoro, variabel merupakan karakteristik subyek penelitian yang
berubah dari satu subyek ke subyek lainnya. Dr. Ahmad Watik Pratiknya (2007) mengungkapkan
variabel sebagai konsep yang mempunyai variabilitas. Sedangkan Konsep adalah penggambaran
atau abstraksi dari suatu fenomena tertentu. Konsep yang berupa apapun, asal mempunyai ciri
yang bervariasi, maka dapat disebut sebagai variable. Dengan demikian, variabel dapat diartikan
sebagai segala sesuatu yang bervariasi.
Dr. Soekidjo Notoatmodjo (2002) berpendapat variabel mengandung pengertian ukuran
atau ciri yang dimiliki oleh anggota – anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang
dimiliki oleh kelompok yang lain. Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau
ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh suatu penelitian tentang sesuatu konsep pengertian

4
tertentu. Misalnya : umur, jenis kelamin, pendidikan, status perkawinan, pekerjaan, pengetahuan,
pendapatan, penyakit, dsb.
Berdasarkan pengertian – pengertian di atas, maka dapat dirumuskan definisi variabel
penelitian adalah “suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek, atau kegiatan yang
mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik
kesimpulan.”
Variabel penelitian memiliki beberapa kegunaan antara lain :
• Untuk mempersiapkan alat dan metode pengumpulan data
• Untuk mempersiapkan metode analisis/pengolahan data
• Untuk pengujian hipotesis
Dalam pelaksanaan penelitian, sebaiknya variabel penelitian ditetapkan dengan baik. Hal
ini dimaksudkan agar variabel penelitian tersebut relevan dengan tujuan penelitian dan dapat
diamati dan dapat diukur.
Dalam suatu penelitian, variebel perlu diidentifikasikan, diklasifikasikan dan
didefinisikan secara operasional dengan jelas dan tegas agar tidak menimbulkan kesalahan dalam
pengumpulan dan pengolahan data serta dalam pengujian hipotesis.

B. Jenis-jenis Variabel penelitian


Dalam terminologi Metodologik, dikenal beberapa macam variabel penelitian.
Berdasarkan hubungan antara satu variabel satu dengan variabel yang lain, maka macam –
macam variabel dalam penelitian dapat dibedakan menjadi :
1. Variabel Independen (variabel bebas)
Variabel ini sering disebut sebagai Variabel Stimulus, Predictor, Antecedent, Variabel
Pengaruh, Variabel Perlakuan, Kausa, Treatment, Risiko, atau Variable Bebas. Dalam SEM
(Structural Equation Modeling) atau Pemodelan Persamaan Struktural, Variabel Independen
disebut juga sebagai Variabel Eksogen. Variabel Bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau
yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel Dependen (terikat). Dinamakan
sebagai Variabel Bebas karena bebas dalam mempengaruhi variabel lain.
Contoh :
“Pengaruh metode mengajar terhadap hasil belajar siswa”, maka metode mengajar adalah
variabel independen (variabel bebas)

5
2. Variabel Dependen (Variabel terikat)
Sering disebut sebagai Variabel Out Put, Kriteria, Konsekuen, Variabel Efek, Variabel
Terpengaruh, Variabel Terikat atau Variabel Tergantung. Dalam SEM (Structural Equation
Modeling) atau Pemodelan Persamaan Struktural, Variabel Independen disebut juga sebagai
Variabel Indogen. Variabel Terikat merupakan Variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi
akibat karena adanya variabel bebas. Disebut Variabel Terikat karena variabel ini dipengaruhi
oleh variabel bebas/variabel independent.
Contoh :
“Pengaruh metode mengajar terhadap hasil belajar siswa”, maka hasil belajar adalah variabel
dependen (variabel terikat)

3. Variabel Moderator
Variabel Moderator adalah variabel yang mempengaruhi (Memperkuat dan
Memperlemah) hubungan antara Variabel Bebas dan Variabel Terikat. Variabel Moderator
disebut juga Variabel Independen Kedua.
Contoh hubungan Variabel Independen – Moderator – Dependen :
Hubungan motivasi dan prestasi belajar akan semakin kuat bila peranan dosen dalam
menciptakan iklim/lingkungan belajar sangat baik, dan hubungan semakin rendah bila peranan
dosen kurang baik dalam menciptakan iklim belajar.

Motivasi Belajar Prestasi Belajar


(Variabel Independen) (Variabel dependen)

Iklim Belajar
(Variabel Moderator)

6
4. Variabel Intervening
Dalam hal ini Tuckman (1988) menyatakan “an intervening variable is that factor that
theoretically affect the observed phenomenon but cannot be seen, measure, or manipulate”.
Variabel Intervening adalah Variabel yang secara teoritis mempengaruhi hubungan antara
Variabel Bebas dengan Variabel Terikat, tetapi tidak dapat diamati dan diukur. Variabel ini
merupakan variabel Penyela/Antara yang terletak diantara Variabel Bebas dan Variabel Terikat,
sehingga Variabel Bebas tidak secara langsung mempengaruhi berubahnya atau timbulnya
Variabel Terikat.
Contoh :
Tinggi rendahnya penghasilan akan mempengaruhi secara tidak langsung terhadap umur
harapan hidup. Di sini ada varaibel antaranya yaitu yang berupa Gaya Hidup seseorang. Antara
variabel penghasilan dan gaya hidup terdapat variabel moderator yaitu Budaya Lingkungan
Tempat Tinggal.
5. Variabel Kontrol
Variabel Kontrol adalah Variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan sehingga
hubungan variabel bebas terhadap variabel terikat tidak dipengaruhi oleh faktor luar yang tidak
diteliti. Variabel Kontrol sering dipakai oleh peneliti dalam penelitian yang bersifat
membandingkan, melalui penelitian eksperimental.
Contoh :
Pengaruh Metode Pembelajaran terhadap Penguasaan Keterampilan Menyelesaikan Soal cerita.
Variabel Bebasnya adalah Metode Pembelajaran, misalnya Metode Ceramah & Metode
Demonstrasi. Sedangkan Variabel Kontrol yang ditetapkan adalah sama, misalnya Standard
Keterampilan sama, dari kelompok mahasiswa dengan latar belakang sama (tingkat/semesternya
sama), dari institusi yang sama.
Dengan adanya Variabel Kontrol tersebut, maka besarnya pengaruh Metode Pembelajaran
terhadap Penguasaan Keterampilan Menyelesaikan soal cerita dapat diketahui lebih pasti.

7
BAB II
PENGUMPULAN DATA

A. Proses Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam rangka
mencapai tujuan penelitian. Tujuan yang diungkapkan dalam bentuk hipotesis merupakan
jawaban sementara terhadap petanyaan penelitian. Jawaban itu masih perlu diuji secara empiris,
dan untuk maksud inilah dibutuhkan pengumpulan data. Data yang dikumpulkan ditentukan oleh
variabel-variabel yang ada dalam hipotesis. Data itu dikumpulkan oleh sampel yang telah
ditentukan sebelumnya. Sampel tersebut terdiri atas sekumpulan unit analisis sebagai sasaran
penelitian.

Variabel-variabel yang diteliti terdapat pada unit analisis yang bersangkutan dalam sampel
penelitian. Data yang dikumpulkan dari setiap variabel ditentukan oleh definisi operasional
variabel yang bersangkutan. Definisi operasional itu menunjuk pada dua hal yang penting dalam
hubungannya dengan pengumpulan data, yaitu indikator empiris dan pengukuran.

Indikator empiris menunjuk pada yang diamati dari variabel yang bersangkutan, dan
pengukuran menunjuk pada kualitas yang diamati. Sehubungan dengan masalah pengukuran ini,
harus disadari bahwa kita menghadapi obyek yang berbeda-beda yang mengakibatkan adanya
variasi dalam pengukuran. Prof. Dr. Sutrisno Hadi, M.A. menyebutkan 5 variasi pada
pengukuran, yaitu:

1. perbedaan yang terdapat dalam obyek-obyek yang dukur,


2. perbedaan situasi pada saat pengukuran dilakukan,
3. perbedaan alat pengukuran yang digunakan,
4. perbedaan penyelenggeraan atau administrasinya,
5. perbedaan pembacaan dan atau penilaian hasil pengukurannya.

8
Faktor-faktor tersebut perlu diperhatikan dalam melakukan pengumpulan data. Masalah
validitas reliabilitas merupakan faktor yang perlu diperhatikan dalam masalah pengukuran ini.
Alat ukur dikatakan valid apabila alat itu mengukur yang diukurnya dengan teliti. Proses
pengumpulan data itu sendiri menurut Nan Lin pada umunya terdiri atas 8 tahap, sebagai
berikut:

1. Tinjauan literatur dan konsultasi dengan ahli

Pengumpulan data biasanya diawali dengan mengumpulkan informasi yang berhubungan


dengan masalah penelitian. Informasi-informasi tersebut dapat diperoleh melalui peninjau
literatur yang relevan dan konsultasi dengan para ahli. Melalui usaha-usaha ini peneliti berusaha
memahami benar-benar isu penelitian, konsep, dan variable-variabel yang dipergunakan oleh
peneliti lain dalam mempelajari hal yang serupa di masa lalu, dan hipotesis-hopotesis yang
pernah diteliti pada waktu lalu. Perlu juga dipahami ciri-ciri orang yang menjadi responden kita
dalam penelitian.

2. Mempelajari dan melakukan pendekatan terhadap kelompok masyarakat di mana data


akan dikumpulkan.

Maksudnya supaya peneliti yang bersangkutan dapat diterima di dalam kelompok


masyarakat itu dan memahami berbagai kebiasaan yang berlaku di dalamnya. Untuk itu perlu
dikaitkan pendekatan terhadap tokoh-tokoh yang bersangkutan.

3. Membina dan memanfaatkan hubungan yang baik dengan responden dan lingkungannya.

Untuk maksud tersebut peneliti perlu mempelajari kebiasaan-kebiasaan respondennya


termasuk cara mereka berpikir, cara mereka melakukan sesuatu, bahasa yang dipergunakan,
waktu luang mereka, dan sebagainya.

4. Uji coba atau pilot study

9
Pengumpulan data didahului dengan uji coba instrumen penelitian pada sekelompok
masyarakat yang merupakan bagian dari populasi yang bukan sample. Maksudnya untuk
mengetahui apakah instrument tersebut cukup handal atau tidak, komunikatif, dapat dipahami,
dan sebagainya.

5. Merumuskan dan menuyusun pertanyaan

Setelah hasil uji coba itu dipelajari, disusunlah instrumen penelitian dalam bentuknya
yang terakhir berupa pertanyaan-pertanyaan yang relevan dengan tujuan penelitian. Pertanyaan
itu harus dirumuskan sedemikian rupa sehingga ia mengandung makna yang signifikan dan
substansif.

6. Mencatat dan memberi kode (recording and coding)

Melalui instrumen penelitian yang telah dipersiapkan, dilakukan pencatatan terhadap data
yang dibutuhkan dari setiap responden. Informasi-informasi yang diperoleh dari pencatatan ini
diberi kode guna memudahkan proses analisis.

7. Cross checking, validitas, dan reliabilitas

Tahap ini terdiri atas cross checking terhadap data yang masih diragukan kebenarannya, serta
memeriksa validitas dan reliabilitasnya.

8. Pengorganisasian dan kode ulang data yang telah terkumpul supaya dapat dianalisis.

B. Metode Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data dari sampel penelitian, dilakukan dengan metode tertentu sesuai
dengan tujuannya. Dalam proses pengumpulan data tentu diperlukan sebuah alat atau instrumen
pengumpul data. Alat pengumpul data dapat dibedakan menjadi dua yaitu pertama alat
pengumpul data dengan menggunakan metode tes dan metode non tes.

 Pengumpulan Data dengan Metode Tes

10
Tes merupakan suatu metode penelitian psikologis untuk memperoleh informasi tentang
berbagai aspek dalam tingkah laku dan kehidupan batin seseorang, dengan menggunakan
pengukuran (measurement) yang menghasilkan suatu deskripsi kuantitatif tentang aspek yang
diteliti.

Keunggulan metode ini adalah lebih akurat karena tes berulang-ulang direvisi dan
instrument penelitian yang objektif. Sedangkan kelemahan metode ini adalah hanya mengukur
satu aspek data, memerlukan jangka waktu yang panjang karena harus dilakukan secara
berulang-ulang, dan hanya mengukur keadaan siswa pada saat tes itu dilakukan. Adapun jenis-
jenis tes, yaitu:

a. Tes Intelegensi

Tes kemampuan intelektual, mengukur taraf kemampuan berpikir, terutama berkaitan


dengan potensi untuk mencapi taraf prestasi tertentu dalam belajar di sekolah (Mental ability
Test; Intelegence Test; Academic Ability Test; Scholastic Aptitude Test). Jenis data yang dapat
diambil dari tes ini adalah kemampuan intelektual atau kemampuan akademik.

b. Tes Bakat

Tes kemampuan bakat, mengukur taraf kemampuan seseorang untuk berhasil dalam bidang
studi tertentu, program pendidikan vokasional tertentu atau bidang pekerjaan tertentu,
lingkupnya lebih terbatas dari tes kemampuan intelektual (Test of Specific Ability; Aptitude Test
). Kemampuan khusus yang diteliti itu mencakup unsur-unsur intelegensi, hasil belajar, minat
dan kepribadian yang bersama-sama memungkinkan untuk maju dan berhasil dalam suatu bidang
tertentu dan mengambil manfaat dari pengalaman belajar dibidang itu.

c. Tes Minat

Tes minat, mengukur kegiatan-kegiatan macam apa paling disukai seseorang. Tes macam
ini bertujuan membantu orang muda dalam memilih macam pekerjaan yang kiranya paling sesuai
baginya (Test of Vocational Interest).

d. Tes Kepribadian

11
Tes kepribadian, mengukur ciri-ciri kepribadian yang bukan khas bersifat kognitif, seperti
sifat karakter, sifat temperamen, corak kehidupan emosional, kesehatan mental, relasi-relasi
social dengan orang lain, serta bidang-bidang kehidupan yang menimbulkan kesukaran dalam
penyesuaian diri. Tes Proyektif, meneliti sifat-sifat kepribadian seseorangmelalui reaksi-
reaksinya terhadap suatu kisah, suatu gambar atau suatu kata; angket kepribadian, meneliti
berbagai ciri kepribadian seseorang dengan menganalisa jawaban-jawaban tertulis atas sejumlah
pertanyaan untuk menemukan suatu pola bersikap, bermotivasi atau bereaksi emosional, yang
khas untuk orang itu.

Kelemahan Tes Proyektif hanya diadministrasi oleh seorang psikolog yang berpengalaman
dalam menggunakan alat itu dan ahli dalam menafsirkannya.

e. Tes Perkembangan Vokasional

Tes vokasional, mengukur taraf perkembangan orang muda dalam hal kesadaran kelak
akan memangku suatu pekerjaan atau jabatan (vocation); dalam memikirkan hubungan antara
memangku suatu jabatan dan cirri-ciri kepribadiannya serta tuntutan-tuntutan social-ekonomis;
dan dalam menyusun serta mengimplementasikan rencana pembangunan masa depannya sendiri.
Kelebihan tes semacam ini meneliti taraf kedewasaan orang muda dalam mempersiapkan diri
bagi partisipasinya dalam dunia pekerjaan (career maturity).

f. Tes Hasil Belajar (Achievement Test)

Tes yang mengukur apa yang telah dipelajari pada berbagai bidang studi, jenis data yang
dapat diambil menggunakan tes hasil belajar (Achievement Test) ini adalah taraf prestasi dalam
belajar.

 Pengumpulan Data dengan Metode Non Tes

Untuk melengkapi data hasil tes akan lebih akurat hasilnya bila dipadukan dengan data-
data yang dihasilkan dengan menggunakan tehnik yang berbeda, berikut disajikan alat
pengumpul data dalam bentuk non tes. Adapun jenis-jenis metode non tes, yaitu:

a. Observasi

12
Observasi diartikan pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang
tampak pada objek penelitian. Berikut alat dan cara melaksanakan observasi. Keunggulan
metode ini adalah banyak gejala yang hanya dapat diselidiki dengan observasi, hasilnya lebih
akurat dan sulit dibantah, banyak objek yang hanya bersedia diambil datanya hanya dengan
observasi, misalnya terlalu sibuk dan kurang waktu untuk diwawancarai atau menisci kuesioner,
kejadian yang serempak dapat diamati dan dan dicatat serempak pula dengan memperbanyak
observer, dan banyak kejadian yang dipandang kecil yang tidak dapat ditangkap oleh alat
pengumpul data yang lain, yang ternyata sangat menentukan hasil penelitian. Kelemahan metode
ini adalah observasi tergantung pada kemampuan pengamatan dan mengingat, kelemahan-
kelemahan observer dalam pencatatan, banyak kejadian dan keadaan objek yang sulit
diobservasi, terutama yang menyangkut kehidupan peribadi yang sangat rahasia, dan oberservasi
sering menjumpai observer yang bertingkah laku baik dan menyenangkan karena tahu bahwa ia
sedang diobservasi.

b. Angket atau kuesioner (questionnaire)

Angket atau kuesioner merupakan suatu teknik pengumpulan data secara tidak langsung
(peneliti tidak langsung bertanya jawab dengan responden). Instrumen atau alat pengumpulan
datanya juga disebut angket berisi sejumlah pertnyaan-pertanyaan yang harus dijawab atau
direspon oleh responden. Responden mempunyai kebiasaan untuk memberikan jawaban atau
respon sesuai dengan presepsinya. Kuesioner merupakan metode penelitian yang harus dijawab
responden untuk menyatakan pandangannya terhadap suatu persoalan. Sebaiknya pertanyaan
dibuat dengan bahasa sederhana yang mudah dimengerti dan kalimat-kalimat pendek dengan
maksud yang jelas. Penggunaan kuesioner sebagai metode pengumpulan data terdapat beberapa
keuntungan, diantaranya adalah pertanyaan yang akan diajukan pada responden dapat
distandarkan, responden dapat menjawab kuesioner pada waktu luangnya, pertanyaan yang
diajukan dapat dipikirkan terlebih dahulu sehingga jawabannya dapat dipercaya dibandingkan
dengan jawaban secara lisan, serta pertanyaan yang diajukan akan lebih tepat dan seragam.
Kuesioner dapat dibagi menjadi empat, yaitu:

- Kuesioner tertutup: Setiap pertanyaan telah disertai sejumlah pilihan jawaban.


Responden hanya memilih jawaban yang paling sesuai.

13
- Kuesioner terbuka: Dimana tidak terdapat pilihan jawaban sehingga responden haru
memformulasikan jawabannya sendiri.
- Kuesioner kombinasi terbuka dan tertutup: Dimana pertanyaan tertutup kemudian
disusul dengan pertanyaan terbuka.
- Kuesioner semi terbuka: Pertanyaan yang jawabannya telah tersusun rapi, tetapi masih
ada kemungkinan tambahan jawaban.

c. Wawancara

Wawancara informasi merupakan salah satu metode pengumpulan data untuk memperoleh
data dan informasi dari siswa secara lisan. Proses wawancara dilakukan dengan cara tatap muka
secara langsung dengan siswa. Selama proses wawancara petugas bimbingan mengajukan
pertanyaan, meminta penjelasan dan jawaban dari pertanyaan yang diberikan dan membuat
catatan mengenai hal-hal yang diungkapkan kepadanya. Secara garis besar ada dua macam
pedoman wawancara, yaitu:

1. Pedoman wawasan tidak terstruktur, yaitu pedoman wawancara yang hanya memuat
garis besar yang akan ditanyakan. Tentu saja kreativitas pewawancara sangat
diperlukan, bahkan hasil wawancara dengan jenis pedoman ini lebih banyak tergantung
dari pewawancara. Pewawancaralah sebagai pengemudi jawaban responden. Jenis
interviu ini cocok untuk penilaian khusus.
2. Pedoman wawancara terstruktur, yaitu pedoman wawancara yang disusun secara
terperinci sehingga menyerupai check-list. Pewawancara tinggal membubuhkan tanda
(check) pada nomor yang sesuai.

Pedoman wawancara yang banyak digunakan adalah bentuk “semi structured”. Dalam hal
ini maka mula-mula interviewer menanyakan serentetan pertanyaan yang sudah terstruktur,
kemudian satu per satu diperdalam dalam mengorek keterangan lebih lanjut. Dengan demikian
jawaban yang diperoleh bisa meliputi semua variabel, dengan keterangan yang lengkap dan
mendalam.

14
d. Studi Dokumenter (documentary sudy)

Studi dokumenter merupakan merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan


menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis,gambar maupun
elektronik. Dokumen yang telah diperoleh kemudian dianalisis (diurai), dibandingkan dan
dipadukan (sintesis) membentuk satu hasil kajian yang sistematis, padu dan utuh. Jadi studi
dokumenter tidak sekedar mengumpulkan dan menuliskan atau melaporkan dalam bentuk
kutipan-kutipan tentang sejumlah dokumuen yang dilaporkan dalam penelitian adalah hasil
analisis terhadap dokumen-dokumen tersebut.

Metode dokumentasi, yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa
catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan
sebagainya. Dibandingkan dengan metode lain, maka metode ini agak tidak begitu sulit, dalam
arti apabila ada kekeliruan sumber datanya masih tetap, belum berubah. Dengan metode
dokumentasi yang diamati bukan benda hidup tetapi benda mati. Dalam menggunakan metode
dokumentasi ini peneliti memegang check-list untuk mencari variabel yang sudah ditentukan.
Apabila terdapat/muncul variabel yang dicari, maka peneliti tinggal membubuhkan tanda check
atau tally di tempat yang sesuai. Untuk mencatat hal-hal yang bersifat bebas atau belum
ditentukan dalam daftar variabel peneliti dapat menggunakan kalimat bebas.

e. Otobiografi

Otobiografi merupakan karangan yang dibuat oleh siswa mengenai riwayat hidupnya
sampai pada saat sekarang. Riwayat hidup itu dapat mencakup keseluruhan hidupnya dimasa
lamoau atau hanya beberapa aspek kehidupannya saja. Keunggulan metode ini adalah di samping
menceritakan kejadian-kejadian dimasa lalu terungkap pula pikiran dan perasaan subjektif
tentang kejadian tersebut, menolong Konselor memahami kehidupan batin siswa dan membantu
siswa menyadari garis besar riwayat perkembangannya sampai sekarang, berunsur subjektifitas
sehingga siswa menggambarkan duniaini, dilihat dari sudut pandang sendiri (internal frame of

15
reference). Sedangkan kelemahan metode ini adalah unsur subjektifitas juga menimbulkan
kesulitan bagi interpretasi, karena siswa cenderung melebihkan-lebihkan kebaikan atau
kelemahan sendiri dan menilai peranan orang lain secara berat sebelah dan memerlukan waktu
yang lama,

f. Sosiometri

Sosiometri merupakan suatu metode untuk memperoleh data tentang jaringan sosial dalam
suatu kelompok, yang berukuran kecil antara 10-50 orang, data diambil berdasarkan preferensi
pribadi antara anggota kelompok.

Keunggulan metode ini adalah mungkin kelebihan terbesar teknik sosiometri adalah teknik
ini memberikan informasi obyektif mengenai fungsi-fungsi individu dalam kelompoknya,
dimana informasi ini tidak dapat diperoleh dari sumber yang lain. Sedangkan kelemahan metode
ini adalah perlu diketahui bahwa tes sosiometri, tidak memberikan jawaban yang pasti. Tes ini
hanya bisa memberikan indikasi struktur social atau petunjuk bagi peneliti tentang individu pada
periode tertentu, seluruh teori sosiometri atau postulatnya belum dites dan dikembangkan sampai
pada tingkat yang tak tersangkal kebenarannya, dan siswa cenderung memilih bukan atas dasar
pertimbangan dengan siapa dia akan paling berhasil dalam melakukan kegiatan (sosiogroup)
melainkan atas dasar simpati dan antipati (psychogroup).

16
BAB III
SKALA PENGUKURAN

A. Pengertian Skala Pengukuran


Skala merupakan perbandingan antar kategori dimana masing- masing ketegori diberi
bobot nilai yang berbeda. Sedangkan Pengukuran merupakan cabang ilmu statistika terapan yang
bertujuan untuk membangun dasar- dasar pengembangan tes yang lebih baik sehingga dapat
menghasilkan tes yang berfungsi secara optimal, valid dan reliabel. Reynolds, et al. (2010:3)
mendefinisikan pengukuran sebagai sekumpulan aturan untuk menetapkan suatu bilangan yang
mewakili objek, sifat atau karakteristik, atribut atau tingkah laku. Azwar (2010:3)
mendefinisikan pengukuran sebagai suatu prosedur pemberian angka (kuantifikasi) terhadap
atribut atau variabel sepanjang garis kontinum. Dengan demikian secara sederhana pengukuran
dapat dikatakan sebagai suatu prosedur membandingkan antara atribut yang hendak diukur
dengan alat ukurnya.
Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk
menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur, sehingga alat ukur tersebut
bila digunakan dalam penelitian akan menghasilkan data kuantitatif. Sebagai contoh, misalnya
timbangan emas sebagi instrumen untuk mengukur berat emas, disebut dengan skala miligram
(mg) dan kan menghasilkan data kuantitatif berat emas dalam satuan mg bila digunakan untuk
mengukur; meteran dibuat untuk mengukur panjang dibuat dengan skala mm, dan akan
menghasilkan data kuantitatif panjang dengan satuan mm.

B. Macam- Macam Skala Pengukuran Dalam Penelitian


Maksud dari skala pengukuran ini untuk mengklasifikasikan variable yang akan diukur
supaya tidak terjadi kesalahan dalam menentukan analisis data dan langkah penelitian
selanjutnya. Macam- macam skala pengukuran dapat berupa :
- Skala nominal
17
- Skala Ordinal
- Skala interval, dan
- Skala rasio.

Kemudian dijabarkan sebagai berikut :


a. Skala Nominal
Skala Nominal yaitu skala yang paling sederhana disusun menurut jenis (kategorinya)
atau fungsi bilangan hanya sebagai simbol untuk membedakan sebuah karakteristk dengan
karakteristik lainnya. Skala nominal memberikan suatu sistem kualitatif untuk mengkategorikan
orang atau objek ke dalam kategori, kelas atau klasifikasi.
Adapun ciri-ciri dari sekala nominal adalah:
- Kategori data bersifat mutually exclusive (saling memisah).
- Kategori data tidak mempunyai aturan yang logis (bisa sembarang), Hasil
perhitungan dan tidak ditemui bilangan pecahan, Angka yang tertera hanya lebel
semata.Tidak mempunyai ukuran baru, Dan tidak mempunyai nol mutlak.
Contoh : - Jenis Kulit : 1. Hitam, 2. Putih, 3.Kuning. Agka 1,2,3 hanya sebagai label saja.
b. Skala Ordinal
Skala Ordinal adalah angka yang diberikan dimana angka- angka tersebut mengandung
pengertian tingkatan. Skala nominal digunakan untuk mengurutkan objek dari yang terendah ke
tertinggi atau sebaliknya. Skala ini tidak memberikan nilai absolute terhadap objek, tetapi hanya
memberikan urutan (rangking) saja.
Adapun ciri-ciri dari skala ordinal antara lain :
- kategori data saling memisah
- kategori data memiliki aturan yang logis
- kategori data ditentukan skala berdasarkan jumlah karakteristik khusus yang
dimilikinya.
Contoh: urutan siswa di dalam kelas berdasarkan tinggi badan, mulai dari paling tinggi ke
rendah, siswa dengan badan tertinggi diberi urutan ke- 1, kemudian di bawahnya diberi urutan
ke- 2 dan seterusnya.

18
c. Skala Interval
Skala Interval dapat memberikan informasi yang lebih dibandingkan dengan skala
nominal dan skala ordinal. Skala interval mempunyai karakteristik seperti yang dimiliki oleh
skala nominal dan ordinal dengan ditambah karakteristik lain, yaitu berupa adanya interval yang
tetap. Dengan demikian peneliti dapat melihat besarnya perbedaan karaktersitik antara satu
individu atau obyek dengan lainnya. Skala pengukuran interval benar-benar merupakan angka.
Angka-angka yang dapat dipergunakan dalam operasi aritmatika, misalnya dijumlahkan atau
dikalikan. Untuk melakukan analisa, skala pengukuran ini menggunakan statistic parametric.
Contoh :
Jawaban pertanyaan menyangkut frekuensi dalam pertanyaan, misalnya: Berapa kali Anda
melakukan kunjungan ke Jakarta dalam satu bulan? Jawaban: 1 kali, 3 kali, dan 5 kali. Maka
angka-angka 1,3, dan 5 merupakan angka sebenarnya dengan menggunakan interval 2.
d. Skala Rasio
Skala Rasio pada dasarnya, memiliki sifat seperti skala interval, tetapi skala ini memiliki
nol mutlak yang dapat menunjukkan ketiadaan karakteristik yang diukur. Panjang, kecepatan dan
berat merupakan contoh skala rasio. Melalui skala ini kita dapat menginterpretasikan
perbandingan antar skor. Sebagai contoh, tinggi pohon 20 m adalah dua kali lebih tinggi
dibandingkan dengan pohon yang tingginya 10 m, kendaraan yang melaju denagn kecepatan 60
km/ jam adalah dua kali lebih cepat dibanding kendaraan dengan kecepatan 30 km/ jam. Contoh
lain, Berat Sari 35 Kg sedang berat Maya 70 Kg. Maka berat Sari dibanding dengan berat Maya
sama dengan 1 dibanding 2.

19
BAB IV
POPULASI DAN SEMPEL

A. POPULASI

Bailey (1978) menyatakan populasi atau universe ialah jumlah keseluruhan dari unit analisis,
sedangkan Spiegel (1961) menyatakan bahwa populasi adalah keseluruhan unit (yang telah
ditetapkan) mengenai dan dari mana informasi yang di inginkan. Populasi penelitian dapat
berbeda-beda sesuai dengan masalah yang akan diseldiiki. Populasi itu dapat berupa manusia,
benda, objek tertentu, peristiwa, tumbuh-tumbuhan. Hewan dan sebagainya. Sax (1978)
menyatakan bahwa populasi adalah keseluruhan manusia yang terdapat dalam area yang telah
ditetapkan, sedangkan Tucman mengemukakan bahwa populasi atau target populasi adalah
kelompok dimana peneliti mengumpulkan informasi dan kepada siapa kesimpulan akan
digambarkan.

Populasi dapat digolongkan dalam dua jens:

1. Populasi terbatas (Definite) yaitu objek penelitian yang dapat dihitung, seperti luas area
sawah, jumlah ternak, jumlah murid dan jumlah mahasiswa.
2. Populasi tak terbatas (indefinite) yaitu objek penelitian yang mempunyai jumlah yang tak
terbatas, atau sulit di hitung jumlahnya. Seperti tinta, air, pasir di pantai, padi di sawah
atau beras digudang.

Beberapa karakteristik populasi secara umum:

1. Merupakan keseluruhan dari unit analisis sesuai dengan informasi yang akan diinginkan

20
2. Dapat berupa manusia / individu, hewan, tumbuh-tumbuhan, benda-benda atau objek
maupun kejadian-kejadian yang terdapat dalam suatu area / daerah tertentu yang
ditetapkan.
3. Merupakan batas-batas (Boundary) yang mempunyai sifat-sifat tertentu yang
memungkinkan peneliti menarik kesimpulan dari keadaan itu.
4. Memberikan pedoman kepada apa atau siapa hasil penelitian itu dapat digeneralisasikan.

B. SAMPEL

Sampel adalah sebagian dari populasi yang diambil secara representatif atau mewakili
populasi yang bersangkutan atau bagian kecil yang diamati. Penelitian terhadap sampel biasanya
disebut study sampling.

Menurut Sugiyono (2005;91) sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi tersebut. Sejalan dengan, Slamet (2006;44) Adapun keuntungan
mengambil sampel bagi penelitian populasi adalah pengambilan sampel yang cukup, yang
representatif dari populasi adalah menghemat waktu, tenaga, dan biaya.

Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa sebuah sampel adalah bagian dari
populasi. Survei sampel adalah suatu prosedur di mana hanya sebagian dari populasi saja yang
diambil dan dipergunakan untuk menentukan sifat serta ciri yang dikehendaki dari populasi.

Teknik Pengambilan Sampel

Teknik sampling merupakan penelitian yang tidak meneliti seluruh subjek yang ada
dalam populasi, melainkan hanya sebagian saja yang diperlukan oleh peneliti dalam penelitian
yang disebut sampel. Pada prinsipnya ada dua macam teknik persampelan yang lazim digunakan
dalam penelitian, yaitu:

a. Teknik Penarikan Probabilitas Sampel (Probability Sampling)

21
Probability adalah pengambilan sampel secara acak (random) dengan memberikan peluang yang
sama seluruh populasi untuk dipilih sebagai sampel penelitian. Untuk mendapatkan sampel
secara random biasanya dilakukan dengan undian atau menggunakan tabel bilangan random.
Adapun teknik sampling ini meliputi, sebagai berikut:

- Pengambilan Sampel Acak/Random Sederhana (Simple Random Sampling)

Pengambilan sampel yang dilakukan secara acak atau random dari populasi, yang
memungkinkan setiap individu berpeluang untuk menjadi sampel penelitian, dengan cara
rendomisasi atau dengan cara melalui undian. Persampelan ini dilakukan karena populasi
dianggap seragam (homogen).

- Pengambilan Sampel Acak Berstrata (Stratifed Random Sampling)

Persampelan ini digunakan bila populasi mempunyai beraneka ragam (heterogen) terdiri
dari berbagai golongan, lapisan, atau berstrata secara proporsional hanya dengan random
sederhana dan sistematis kemungkinan terpilih menjadi sampel dari golongan atau strata tertentu
saja. Seperti jumlah strata pendidikan (S1, S2, S3).

- Pengambilan Sampel Menurut Area/Daerah Sederhana (Simple Cluster Sampling)

Teknik ini digunakan oleh peneliti untuk menentukan sampel bila obyek penelitian
membagi populasi ke wilayah-wilayah atau klaster tersebut. Untuk menentukan populasi dari
wilayah mana yang akan menjadi sumber data maka sampel penelitian berdasarkan populasi
wilayah yang menjadi tempat penelitian.

b. Teknik Non Probabilitas Sampel (Nonprobability Sampling)

Nonprobability Sampling merupakan pengambilan sampel yang tidak memberi peluang


yang sama bagi mewakili populasi untuk dipilih menjadi sampel penelitian, atau pengambilan

22
sampel yang dipilih dengan non random, biasanya disebut dengan sampel tetap (fixed). Adapun
teknik persampelan yang selalu digunakan adalah sebagai berikut:

- Pengambilan Sampel Sistematis (Systematic Sampling)

Persampelan dilakukan dengan sistematis berdasarkan nomor urutan populasi.

- Pengambilan Sampel Tujuan (Purposive Sampling)

Pengambilan sampel berdasarkan penilaian subjektif peneliti berdasarkan pada


karakteristik tertentu yang dianggap mempunyai sangkut paut dengan karakteristik populasi yang
sudah diketahui sebelumnya dengan pertimbangan tertentu.

- Pengambilan Sampel Quota (Quota Sampling)

Pengambilan sampel dari populasi sekedar memenuhi jumlah quota yang telah ditentukan dan
diinginkan oleh peneliti yang sesuai dengan kebutuhan penelitian. Persampelan seperti ini adalah
sebuah penelitian telah menentukan jumlah sampel yang menjadi responden penelitian.

Ukuran Pengambilan Sampel Penelitian

Besar kecil sampel penelitian tergantung kepada peneliti menduga ukuran atau parameter
populasi dan tujuan penelitian. Maknanya semakin besar sampel mendekati populasi maka
semakin kecil peluang kesalahan generalisasi dan sebaliknya apabila semakin kecil sampel dari
populasi, maka semakin besar kesalahan generalisasi (diberlakukan secara umum)
(Sugiyono,2005;98)

Adapun penentuan jumlah sampel yang dikembangkan oleh Roscoe dalam Sugiyono
(2005;102). Ukuran sampel untuk penelitian adalah sebagai berikut:

 Ukuran sampel yang layak dalam penelitian adalah antara 30 sampai 500 orang
 Apabila sampel didasarkan dari kategori seperti pria-wanita, kota-desa, maka jumlah
anggota setiap kategori minimal 30 orang.

23
BAB V

DESAIN PENELITIAN

Desain penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan
pelaksanaan penelitian. Desain dalam perencanaan penelitian bertujuan untuk melaksanakan
penelitian, sehingga dapat diperoleh suatu logika, baik dalam pengujian hipotesis maupun dalam
membuat kesimpulan. Desain rencana penelitian yang baik akan dapat menterjemahkan model-
model ilmiah, ke dalam operasional penelitian secara praktis. Sedangkan desain pelaksanaan
penelitian meliputi proses membuat percobaan ataupun pengamatan serta memilih pengukurn-
pengukuran variabel, memilih prosedur dan teknik sampling, alat-alat untuk mengumpulkan data
kemudian membuat coding, editing dan memproses data yang dikumpulkan termasuk proses
analisa data serta membuat laporan.

Desain penelitian merupakan cetak biru yang menentukan pelaksanaan selanjutnya.


Penyusunan desain ini dilakukan setelah kita menetapkan topic (judul) penelitian yang akan
dilaksanakan. Dalam desain penelitian terdapat pertanyaan tentang apa, mengapa dan bagaimana
masalah tersebut diteliti dengan menggunakan prinsip-prinsip metodologis. Pada umumnya suatu
penelitian mengandung dua aspek yang saling berhubungan dan merupakan persyaratan untuk
suatu penelitian. Kedua aspek tersebut, yaitu:

- Substansi Penelitian
Dalam suatu penelitian harus ada masalah yang menunjukkan substansi dari masalah
yang akan diteliti. Biasanya substansi ini mengacu pada teori tertentu yang berada dalam

24
lingkup suatu ilmu pengetahuan. Suatu penelitian harus memiliki signifikansi teoritis dan
signifikansi praktis.
- Metodologi Penelitian
Penelitian terhadap substansi itu harus memenuhi persyaratan metoologi penelitian
sebagai suatu proses yang sistematis, terkendalai, kritis dan analitis. Dalam dua syarat
desain penelitian tadi pada umumnya dapat dibagi dalam dua pokok, yaitu
konseptualisasi masalah dan operasionalisasi. Kedua aspek tersebut disusun sebagai
berikut:
o Latar Belakang Penelitian
o Tujuan dan Hipotesis
o Kerangkan Dasar Penelitian
o Penarikan Sampel
o Metode Pengumpulan Data
o Analisis Data.

Susunan dari kedua pokok diatas akan diuraikan penjelasannya di bawah ini.

A. Latar Belakang Penelitian

Latar belakang penelitian merupakan pondasi dari seluruh proses penelitian karena semua
konsep dasar dapat dijelaskan pada bagian ini. Latar belakang penelitian disebut juga judul
pendahuluan. Oleh sebab itu, terdapat 3 bagian penting yang harus diketahui, yaitu: Pertama,
dasar-dasar pemikiran tentang pentingnya masalah yang akan diteliti dengan melalui dua cara,
yaitu: secara teoritis dan secara empiris. Kedua, perumusan masalah. Pada bagian ini, yaitu untuk
mengungkapkan kesenjangan-kesenjangan yang ada dan usaha-usaha yang pernah dilakukan
untuk menanggulanginya. Dan yang ketiga atau terakhir adalah mengungkapkan pentingnya
(signifikansi) penelitian yang akan dilakukan.

Latar belakang penelitian ini disajikan mengenai keadaan atau fakta aktual yang menarik
perhatian untuk diteliti sehingga dari uraian fakta-fakta aktual yang terjadi bisa dilihat
permasalahannya secara jelas. Fakta-fakta yang ditampilkan sebaiknya mewakili komunitas atau
kelompok populasi yang akan diteliti untuk lebih menjelaskan permasalahan yang akan diteliti.

25
Jadi, dalam belakang penelitian ini, seorang peneliti harus melakukan analisis masalah, sehingga
permasalahan menjadi jelas. Melalui analisis masalah tersebut, peneliti harus dapat menunjukkan
dan membuktikan adanya penyimpangan dan menuliskan mengapa masalah itu diteliti.

B. Tujuan dan Hipotesis

Bertitik tolak dari latar belakang penelitian yang telah dijelaskan sebelumnya, maka secara
eksplisit tujuan yang akan dikehendaki akan tercapai. Tujuan penelitian ini adalah jawaban
terhadap pertanyaan dasar penelitian telah diungkapakan dalam latar belakang desain penelitian.
Tujuan penelitian merupakan keinginan-keinginan atas hasil penelitian dengan mengetengahkan
indikator-indikator apa yang hendak ditemukan dalam penelitian, terutama yang berkaitan
dengan variabel-variabel penelitian. Oleh sebab itu, tujuan penelitian harus relevan dan konsisten
dengan identifikasi masalah, rumusan masalah dan mencerminkan proses penelitiannya.

Tujuan penelitian ini terjadi atas tujuan umum dan tujuan khusus. Dalam hal ini tujuan
penelitian tidak sama dengan tujuan yang ada pada sampul isi laporan, yang merupakan tujuan
formal, tetapi tujuan ini berkaitan dengan tujuan peneliti dalam melakukan penelitian. Tujuan ini
berkaitan erat dengan rumusan masalah yang dituliskan. Tujuan penelitian tersebut akan
dipertajam dengan menyusunnya dalam bentuk hipotesis. Sehingga hipotesis tersebut disebut
dengan jawaban tentatif terhadap pertanyaan penelitian. Dan rumusan masalah serta tujuan
penelitian ini akan ditemukan jawabannya pada kesimpulan penelitian.

C. Kerangka Dasar Penelitian

Dalam kerangka dasar penelitian ini diungkapkan semua variabel yang akan diteliti rumusan
operasionalnya, yang dilengkapi dengan indikator empiris dan pengukurannya. Kemudian semua
variabel tersebut disusun dalam suatu kerangka hipotesis yang memperlihatkan pola hubungan
antar variabel yang sama dengan variabel yang lain. Dari masing-masing variabel ini disusun
definisi operasionalnya, karena definisi ini menuntun peneliti pada pengumpulan data yang
relevan dan valid. Semua variabel yang telah didefinisikan itu berada dalam suatu kerangka
hipotesis sesuai dengan tipe penelitian yang ingin kita lakukan. Kerangka dasar untuk hipotesis
dengan bivariate berbeda dengan kerangka dasar untuk hipotesis dengan multivariate.

26
D. Penarikan Sampel

Susunan berikutnya dalam desain penelitian ini adalah penarikan sampel, yaitu perencanaan
tentang bagaimana sampel ditarik. Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang diambil
sebagai sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi pernyataan diatas merupakan pendapat
dari Sugiyono (1997:57).

Sampel merupakan bagian dari populasi yang mempunyai ciri-ciri atau keadaan tertentu yang
akan diteliti. Oleh sebab itu, sampel harus refresentatif. Selain itu, harus mengerti tentang besar
ukuran sampel, teknik sampling dan karakteristik populasi dalam sampel.
Dalam hal ini, terlebih dahulu harus dilakukan dengan digambarkan besar, batas-batas dan ciri-
ciri penelitian. Besarnya dinyatakan dalam jumlah anggota (satuan analisis) yang tercakup dalam
populasi itu. Kemudian digambarkan juga seberapa besar sampel yang akan ditarik, dan
bagaimana cara menariknya. Dalam cara penarikan sampel ini dilakukan dengan dua macam
teknik, yaitu probability sampling dan nonprobability sampling.

E. Metode Pengumpulan Data

Pada bagian ini menunjukkan bagaimana data dari masing-masing variabel yang telah
disebutkan sebelumnya dikumpulkan dari jampel penelitian. Diantara berbagai metode yang ada
dipilih yang sesuai sehingga akan mendapatkan data yang valid dan dapat dipercaya. Metode
tersebut antara lain: wawancara, kuesioner, angket, observasi dan documenter. Dan untuk setiap
variabel dapat digunakan dua atau lebih metode, salah satunya adalah metode yang diutamakan
dan yang lainnya dipakai untuk mengontrol atau melengkapi metode utama. Sebaiknya untuk
mendapatkan data yang lengkap dan objektif harus menggunakan berbagai teknik sangat
diperlukan. Jika satu teknik dipandang mencakupi, maka teknik lain tidak perlu digunakan dan
tidak efisien. Begitu pula sebaliknya, jika satu teknik dipandang belum mencukupi, maka peneliti
harus menggunakan teknik-teknik yang lain.

F. Analisis Data

27
Dalam rangka mencapai tujuan penelitian, data yang akan dikumpulkan harus dianalisis.
Rancangan tentang analisis ini harus diungkapkan, supaya lebih sistematis maka harus
dilakkukan melalui dua tahap. Tahap pertama disebut analisis pendahuluan dan tahap kedua
disebut analisis lanjut. Analisis pendahuluan, terbatas pada analisis deskriptif untuk setiap
variabel pada sampel. Tujuannya untuk mengetahui karakteristik setiap variabel pada sampel,
dan menentukan alat analisis pada analisis lanjut. Sedangkan analisis lanjut bertujuan untuk
menguji hipotesis. Bentuk hipotesis yang diajukan akan menentukan teknik statistik mana yang
akan digunakan. Jadi, sejak membuat rancangan, maka teknik analisis data ini telah ditentukan.

KESIMPULAN

Metodologi penelitian adalah sekumpulan peraturan, kegiatan, dan prosedur yang digunakan oleh
pelaku suatu disiplin ilmu. Metodologi juga merupakan analisis teoritis mengenai suatu cara atau
metode. Penelitian merupakan suatu penyelidikan yang sistematis untuk meningkatkan sejumlah
pengetahuan, juga merupakan suatu usaha yang sistematis dan terorganisasi untuk menyelidiki
masalah tertentu yang memerlukan jawaban. Hakekat penelitian dapat dipahami dengan
mempelajari berbagai aspek yang mendorong penelitian untuk melakukan penelitian. Setiap
orang mempunyai motivasi yang berbeda, di antaranya dipengaruhi oleh tujuan dan profesi
masing-masing. Motivasi dan tujuan penelitian secara umum pada dasarnya adalah sama, yaitu
bahwa penelitian merupakan refleksi dari keinginan manusia yang selalu berusaha untuk
mengetahui sesuatu. Keinginan untuk memperoleh dan mengembangkan pengetahuan
merupakan kebutuhan dasar manusia yang umumnya menjadi motivasi untuk melakukan
penelitian.

28
DAFTAR PUSTAKA

- Kriswanto, Joni. 2008. “Metode Pengumpulan Data


- Alimul, Azis (2007). Metode Penelitian Kebidanan dan Teknis Analisis Data, Jakarta,
Salemba Medika.
- Susanto, Eko. 2008. “Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data.
- Sekaran, U. (2006). Metode Penelitian Bisnis. Jakarta : Salemba Empat.
- Riduwan, Skala Pengukuran Dalam Penelitian, (Bandung: ALVABETA, 2009)
- Sugiyono. 2004. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

29

Anda mungkin juga menyukai