Anda di halaman 1dari 5

EKSISTENSI WAYANG KULIT YOGYAKARTA

Aryus Ajruna Azifah


Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Seni Indonesia Surakarta
aryusajruna20@gmail.com

Abstrak.

I. PENDAHULUAN hiburan bagi masyarakat luas. Namun,


Indonesia dikenal kaya akan seni dan keberadaan wayang sebenarnya memiliki
budayanya. Dari Sabang hingga Merauke banyak makna bagi masyarakat Jawa. Salah
kebudayaan Indonesia berbeda-beda sesuai satunya wayang dianggap menunjukkan
dengan daerahnya. Salah satu kesenian yang gambaran tentang watak jiwa manusia. Tokoh
sangat popular di kalangan masyarakat Jawa wayang tertentu diidentifikasikan sebagai
adalah wayang. Wayang merupakan salah satu gambaran diri seseorang sehingga menjadi
bentuk seni budaya tradisional Indonesia yang cermin dan contoh dalam kehidupan sehari-hari.
telah tumbuh dan berkembang selama lebih dari Wayang sebagai salah satu karya budaya
1000 tahun. Bukti arkeologis perkembangan bangsa dan warisan nenek moyang telah
wayang dengan ditemukannya prasasti berkembang sejak dulu. Perkembangan itu yang
peninggalan Raja Balitung (899-911 M) yang menyebabkan wayang memiliki banyak macam
berisi tentang Bima Kumara (kisah Bima pada dan tersebar di berbagai tempat di Indonesia,
masa mudanya). Teks kuno tersebut salah satunya adalah di Yogyakarta. Oleh karena
menyebutkan kisah dalang dan upah yang itu, penulis ingin menyampaikan penjelasan
diterimanya. Hingga saat ini, seni pertunjukan mengenai jenis wayang yang ada di Yogyakarta
wayang masih berkembang, terutama di guna memberikan pengetahuan dan ilmu baru
pedesaan (Herlyana, 2013: 128). kepada pembaca.
Wayang dipandang sebagai media

1
II. PEMBAHASAN menghormati dan meminta perlindungan.
Untuk dapat melakukan hal tersebut maka
2.1. Pengertian Wayang dilakukan berbagai cara, salah satunya
Wayang memiliki beberapa dengan pertunjukan bayang-bayang.
pengertian. Arti wayang dalam bahasa Jawa Pertunjukan ini dilakukan secara terus
adalah “wewayangan” yang berarti menerus sehingga menjadi sebuah tradisi
bayangan. Disebut bayangan karena pada dalam masyarakat.
zaman dulu saat pementasan wayang, Pendapat Sunarto tersebut didukung
penonton berada di belakang layar yang oleh Kitab Centini yang berisi tentang asal-
disebut kelir, pedalang memainkan wayang usul wayang purwa. Didalamnya disebutkan
dibantu dengan sorot cahaya di balik kelir bahwa kesenian wayang awal mulanya
yang menyebabkan efek bayangan yang diciptakan oleh Raja Jayabaya dari Kerajaan
menempel pada kelir tersebut. Kelir biasanya Mamenang/Kediri. Saat abad ke-10 Raja
terbuat dari kain putih yang membentang Jayabaya berusaha menggambarkan roh
membatasi antara dalang dan penonton. leluhurnya yaitu Bhatara Guru atau Sang
Pengertian lain menurut Bastomi Hyang Jagadnata dengan cara menggores
(1995:1), buku-buku jawa kuno memuat diatas daun lontar. Bentuk gambaran dari
permulaan adanya wayang. Dikemukakan goresan tersebut terinspirasi dari relief cerita
dalam buku itu bahwasanya wayang adalah Ramayana pada Candi Penataran di Blitar.
suatu gambaran imajinasi tentang manusia. Raja Jayabaya tertarik dengan cerita
Perkembangan pengertian selanjutnya adalah Ramayana karena termasuk penyembah
wayang sebagai bayang-bayang boneka yang Dewa Wisnu. Sebagai penyembah Dewa
dimainkan dibalik kain putih. Wisnu yang setia Jayabaya dijuluki sebagai
Selain itu, Sri Mulyono penjelmaan atau titisan Batara Wisnu.
mengemukakan gagasannya mengenai Selain itu, pada disertasi yang
wayang. Menurutnya wayang adalah sebuah berjudul Bijdrage Tot De Kennis Van Het
kata bahasa Indonesia yang berarti bayang- Javaansche Toonel (1897), oleh ahli sejarah
bayang atau akar kata “yang” lalu kebudayaan Belanda GA.J. Hazeau memiliki
ditambahkan awalan “wa” menjadi wayang. keyakinan bahwa wayang merupakan
Berdasarkan pengertian diatas dapat pertunjukan yang berasal dari Jawa. Menurut
disimpulkan bahwa wayang memiliki Hazeau wayang memiliki kaitan erat dengan
pengertian sebagai suatu gambaran imajinasi keadaan sosialkultural dan religi bangsa
tentang manusia atau penggambaran kisah Indonesia khususnya orang Jawa. Kaitan
menggunakan boneka yang dimainkan di tersebut terlihat dari tokoh-tokoh penting
balik layar sehingga menghasilkan bayang- dalam pewayangan yang biasa disebut
bayang. Bayang-bayang tersebut dalam Panakawan. Tokoh-tokoh tersebut adalah
Bahasa Jawa berarti wewayangan yang Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong. Selain
kemudian disingkat menjadi wayang. itu, nama dan istilah yang digunakan dalam
pewayangan berasal dari Bahasa Jawa kuno
2.2. Sejarah Wayang atau biasa disebut Bahasa Sanskerta.
Dalam kenyataannya asal-usul Pendapat lain muncul dari seorang
wayang memang menjadi bahan penelitian ilmuwan wayang asal India yaitu Pischel
yang belum terpecahkan secara tuntas. Oleh yang mencoba berargumen tentang asal-usul
sebab itu, banyak para ahli mulai menjadikan wayang. Pischel mencoba membuktikan
wayang sebagai objek penelitian dilihat dari kemunculan wayang yang menurutnya ini
sejarah dan perkembangannya. berasal dari India dari kata “Rupparuakam”
Ada beberapa perbedaan pendapat yang terdapat di dalam Mahabarata dan kata
menganai asal-usul wayang di Indonesia. “Ruppapanjipane” terdapat dalam Therigata
Menurut Sunarto (1979:29), awal mula yang sama-sama berarti bayangan. Namun,
munculnya wayang berkaitan erat dengan pendapat tersebut dibantah oleh beberapa ahli
pemujaan roh nenek moyang yang disebut karena dianggap sebagai hipotesa belaka.
“hyang”. Pemujaan tersebut bertujuan untuk Rhabindranath Tagore, seorang pujangga

2
besar India saat berkunjung ke Indonesia
disuguhkan dengan kesenian wayang kulit
yang digelar semalam penuh sebagai bentuk
penghormatan kepada pujangga tersebut.
Setelah pertunjukan selesai Tagore
berpendapat bahwa tidak ada tokoh-tokoh
yang ia kenali, meskipun ada dua nama yang
mirip seperti Arjuna dan Sri Kresna tetapi
berbeda sekali dalam bentuknya.
Perkembangan merupakan hasil
evolusi dalam jangka waktu yang panjang.
Sepanjang zaman wayang selalu dikreasi dan Gambar 1. Wayang Madya
dikontruksi dari wujud yang sederhana Sumber: Tumpik
menjadi wujud yang lebih sempurna
menyesuaikan kehidupan sosial masyarakat. c. Wayang klithik
Wayang merupakan manifestasi berbagai Bentuk wayang klithik pipih tetapi
seni, di dalamnya terdapat kebulatan, tidak setipis kulit karena terbuat dari
kesatuan, penyajian dan pemirsaan. Wayang kayu. Lengan atau tangannya terbuat
dibuat untuk di pentaskan, sehingga dari kulit kerbau atau sapi. Wayang
perubahan yang terjadi pada satu unsurnya ini berisi tentang cerita tanah Jawa,
akan mengubah unsur lainnya. Kebulatan ini khususnya kerajaan Majapahit dan
menjadi suatu hal yang dipahami bersama Padjajaran.
sebagai sesuatu yang sempurna. Perubahan
yang terjadi seiring zaman akan membentuk
sesuatu yang baru, tetapi bukan untuk
menyempurnakan yang telah ada (Sedyawati,
1981:29-30).
2.3. Jenis-jenis Wayang Kulit
Menurut Sunarto (1989:25), ada
berbagai jenis wayang yang dapat ditemui di
Jawa. Berbagai wayang tersebut adalah:
a. Wayang purwa
Pada umumnya, cerita yang
ditampilkan dalam wayang purwa Gambar 2. Wayang Klithik
diambil dari cerita Ramayana dan Sumber: Bhinneka
Mahabarata. Bentuk wayang ini
berbeda dengan bentuk tubuh d. Wayang beber
manusia pada umumnya dan diukir Wayang beber merupakan gambar
dengan cara khusus sehingga wayang yang dilukiskan pada kain
perbandingan bagian satu dengan putih. Uraian R.M. Sajid mengenai
lainnya menjadi seimbang. wayang beber adalah sebagai berikut:
b. Wayang madya “Wayang beber itu bukan
Wayang madya diciptakan oleh wayang yang dipergunakan
Mangkunegara IV Surakarta. Cerita untuk “mbarang” (ngamen)
yang dipentaskan meneruskan cerita yang kemudian dipertunjukan
wayang purwa, yaitu dari Yudayono di jalan-jalan. Kata “beber”
sampai Jayalengkara. dalam hal ini berarti
direntangkan, yang dalam
Bahasa Jawa digelar atau
dijembreng. Setiap kali
diceritakan lalu gambar
wayang itu direntangkan agar

3
supaya diketahui oleh Sumber: Kompasiana.com
penonton bagaimana bentuk
lukisan dari cerita tersebut” 2.4. Eksistensi Wayang Kulit Yogyakarta
(R.M. Sajid, 1958: 88). Globalisasi memberikan banyak
perubahan pada suatu bangsa. Perubahan-
perubahan tersebut sebagian besar
dipengaruhi oleh perubahan sosial, teknologi,
dan pengetahuan. Perubahan tersebut juga
berdampak pada perkembangan kesenian dan
kebudayaan Indonesia. Banyak kebudayaan
dan kesenian Indonesia yang mulai pudar
Gambar 3. Wayang Beber salah satunya kesenian wayang yang berasal
Sumber: Mojok.co dari Jawa. Eksistensi wayang saat ini
mengalami penurunan yang ditandai dengan
e. Wayang gedog kurangnya minat masyarakat khususnya
Wayang gedog digunakan dalam golongan muda terhadap pengetahuan
cerita Panji yang merupakan cerita pewayangan dan pertunjukan wayang.
raja-raja Jenggala, yaitu mulai dari Padahal wayang merupakan suatu seni yang
Prabu Sri Ghataya (Subrata) sampai sudah melekat bagi masyarakat Jawa dan
dengan Panji Kudalaleyan. Wayang sudah menjadi suatu tradisi tersendiri.
ini diciptakan oleh Sunan Giri dan Fenomena tersebut menggugah
bentuknya mirip dengan wayang pemikiran para pengrajin wayang untuk terus
purwa. menciptakan wayang yang sesuai dengan
perkembangan sosial dan pandangan
masyarakat. Hal tersebut berpengaruh kepada
makna dan fungsi wayang yang mulai
beralih. Salah satu objek penelitian yang
dilakukan penulis terkait eksistensi wayang
kulit membuktikan adanya perubahan fungsi
dan makna wayang.
Objek penelitian dilakukan di
Gambar 4. Wayang Gedog Kecamatan Nogosari, Wukirsari, Yogyakarta
Sumber: Metrum dengan narasumber yang merupakan
f. Wayang golek penduduk asli wilayah tersebut, yaitu Bapak
Wayang ini kebanyakan berpakaian Tri Suyono atau lebih dikenal masyarakat
jubah (baju panjang), tanpa berkain dengan nama Murtadho. Jenis wayang kulit
panjang, memakai serban (ikat kepala yang dibuat adalah wayang kulit purwa.
ala Arab), memakai sepatu, pedang, Bahan yang digunakan untuk membuat
dan perlengkapan yang lainnya, wayang berasal dari kulit sapi, kambing, dan
digerakkan secara bebas dan terbuat kerbau. Wayang yang berasal dari ketiga
dari kayu yang bentuknya bulat bahan tersebut menghasilkan wayang yang
seperti lazimnya boneka. Cerita berbeda, seperti bahan kulit kerbau
wayang jenis ini bersumber pada serat digunakan untuk membuat wayang pakem
Menak, yang berisikan cerita Arab. pedalangan. Bapak Murtadho sudah menjadi
pengrajin wayang kulit sejak 1992 dan
merupakan kesenian yang turun temurun dari
nenek moyang,

III. KESIMPULAN DAN SARAN


Menyajikan kesimpulan penelitian
dan saran-saran yang mengacu pada hasil-
hasil penelitian.
Gambar 5. Wayang Golek
4
DAFTAR PUSTAKA
Memuat sumber-sumber yang diacu
di dalam penulisan artikel, hanya sumber-
sumber yang digunakan yang dimuat dalam
daftar pustaka. Referensi bisa berasal dari
buku, jurnal ataupun prosiding seminar serta
web.

Anda mungkin juga menyukai