Anda di halaman 1dari 3

GAMBARAN UMUM TENTANG WAYANG KULIT Wayang adalah salah satu puncak seni budaya bangsa

Indonesia khususnya di pulau Jawa yang paling menonjol di antara banyak karya budaya lainnya.
Budaya wayang meliputi seni peran, seni suara, seni musik, seni tutur, seni sastra, seni lukis, seni
pahat, dan juga seni perlambang. Budaya wayang, yang terus berkembang dari zaman ke zaman, juga
merupakan media penerangan, dakwah, pendidikan, hiburan, pemahaman filsafat, serta hiburan.
Menurut penelitian para ahli sejarah kebudayaan, budaya wayang merupakan budaya asli Indonesia,
khususnya di Pulau Jawa. Keberadaan wayang sudah berabad-abad sebelum agama Hindu masuk ke
Pulau Jawa. Walaupun cerita wayang yang populer di masyarakat masa kini merupakan adaptasi dari
karya sastra India, yaitu Ramayana dan Mahabarata. Kedua induk cerita itu dalam pewayangan
banyak mengalami pengubahan dan penambahan untuk menyesuaikannya dengan falsafah asli
Indonesia. Walaupun pertunjukan wayang kulit sudah lebih dari 3000 tahun, namun masih tetap
digemari dan tetap mendarah daging bagi Bangsa Indonesia pada umumnya suku Jawa pada
khususnya. Dalam perkembangan wayang dan sejarahnya ada dua teori yang dapat dipakai Pertama,
perkembangan wayang yang berkaitan dengan morfologi wayang.Teori ini menjelaskan tentang asal
usul wayangyang bermula dari gambar relief candi kemudian dipindah padalembaran kertas yang
disebut wayang beber. Kedua,teori perkembangan wayang berdasarkan perkembangan sejarah
atausumber-sumber Sejarah, Prasasti, Serat, Catatan atau Buku.23
23 Sunarto, Seni Gatra Wayang Kulit, (semarang:Dahara Prize, 1997. Hal. 16 20 Di Indonesia,
terutama di pulau Jawa terdapat sekitar seratus macam wayang, yang dapat digolongkan menurut
cerita yang dibawakan, cara pementasannya, dan bahan yang digunakan untuk membuatnya. Sekitar
separuh lebih dari jumlah wayang tersebut, sekarang sudah tidak dipertunjukan lagi, bahkan
beberapa di antaranya sudah punah sama sekali. Di antara beberapa pertunjukan wayang yang paling
utama dan masih terdapat hingga sekarang adalah wayang kulit. Dalam perkembangan dari zaman
ke zaman, wayang telah mengalami perubahansesuai dengan perkembangan kebudayaan masyarakat
pendukungnya, baik dalam bentuk atributnya, fungsi maupun perannya. Wayang telah melewati
berbagai peristiwa sejarah dari generasi ke generasi. Budaya pewayangan telahmelekat dan menjadi
bagian hidup bangsa Indonesia, khususnya Jawa. Usia yang demikian panjang dan kenyataan bahwa
sampai sekarang masih banyak orang yang menggemarinya menunjukkan betapa tinggi nilai dan
berartinya wayang bagi kehidupan masyarakat. A. Pengertian WayangKulit Dalam buku karya Sri
Mulyono dijelaskan bahwa Wayang dalam Bahasa Jawa.Kata ini berarti “Bayangan”.Dalam Bahasa
Melayu disebut bayang-bayang dalam Bahasa Aceh: bayeng, dalam Bahasa Bugis: wayang atau
bayan,dalam Bahasa Bikol dikenal kata: baying artinya “barang”, yaitu “apa yang dilihat nyata”. Akar
kata dari Wayang adalah yang. Akar kata ini bervariasi dengan yung, yong, antara lain terdapat dalam
kata layang-“terbang”, doyong“miring”, tidak stabil: royong-selalu bergerak dari satu tempat ke
tempat lain: poyang-payingan” berjalan sempoyongan, tidak tenang”dan sebagainya. Dengan
memperbandingkan berbagai pengertian dari akar kata yang beserta variasinya, dapat dikemukakan
bahwa definisi 21 wayang pada dasarnya adalah: “tidak stabil, tidak pasti, tidak tenang, terbang,
bergerak ke sana ke sini kian-kemari”24 Pengertian wayang menurut kamus Besar Bahasa Indonesia
adalah: “Boneka tiruan yang dibuat dari kulit yang diukir, kayu yang dipahat, dan sebagainya yang
dapat dimanfaatkan untuk memerankan tokoh dipertunjukan drama tradisional yang dimainkan oleh
seorang dalang.”25 Pengertian wayang adalah walulang inukir (kulit yang diukir) dan dilihat
bayangannya pada kelir. Dengan demikian, wayang yang dimaksud tentunya adalah Wayang Kulit
seperti yang kita kenal sekarang. Tapi akhirnya makna kataini meluas menjadi segala bentuk
pertunjukan yang menggunakan dalang sebagai penuturnya disebut wayang. Oleh karena itu
terdapat wayang golek, wayang beber, dan lain-lain. Pengecualian terhadap wayang orang yang tiap
boneka wayang tersebut diperankan oleh aktor dan aktris sehingga menyerupai pertunjukan
drama.26 Wayang adalah seni tradisional Indonesia yang terutama berkembang di Pulau Jawa dan
Bali. Pertunjukan wayang telah diakui oleh UNESCO pada tanggal 7 November 2003, sebagai karya
kebudayaan yang mengagumkan dalam bidang cerita narasi dan warisan yang indah dan sangat
berharga (Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity). Wayang kulit adalah seni
tradisional Indonesia, yang terutama berkembang di Jawa dan di sebelah timur semenanjung
Malaysia seperti di Kelantan dan Terengganu. Wayang kulit dimainkan oleh
24Sri Mulyono, Wayang, Asal-Usul, Filsafat Dan Masa Depannya.jakarta: gunung agung , 1978 hal 9
25Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Indonesia.h, 1010 26Sri Mulyono, Wayang:
asal-usul Filsafat dan Masa Depannya (PT. Gunung Agung, 1976), h. 154 22 seorang dalang yang juga
menjadi narator dialog tokoh-tokoh wayang, dengan diiringi oleh musik gamelan yang dimainkan
sekelompok nayaga dan tembang yang dinyanyikan oleh para pesinden. Dalang memainkan wayang
kulit di balik kelir, yaitu layar yang terbuat dari kain putih, sementara di belakangnya disorotkan
lampu listrik atau lampu minyak (blencong), sehingga para penonton yang berada di sisi lain dari
layar dapat melihat bayangan wayang yang jatuh ke kelir. Untuk dapat memahami cerita
wayang(lakon), penonton harus memiliki pengetahuan akan tokoh-tokoh wayang yang bayangannya
tampil di layar. Menurut Hazeusebagai penegass pendapatnya bahwa wayang budaya asli Jawa yakni:
a. Wayang Kata ini berasal dari bahasa Jawa yang mempunyai akar kata “yang” dengan berbagai
variasi vokalnya antara lain “layang”, “dhoyang”, “puyeng”,“reyong” yang berarti: selalu bergerak-
gerak, tidak tetap, samar-samar dan sayup-sayup. b. Kelir Berasal dari akar kata “Lir” = “Lar” yang
mengandung arti: terbentang. Jadi kelir berarti: sesuatu yang terbentang atau tergelar. c. Blencong
Yaitu berasal dari akar kata “Cang” = ”Cong” yang berarti: tidak lurus (bandingkan dengan kata:
Mencong, menceng dan sebagainya). Karenanya blencong adalah lampu yang dipakai dalam
pertunjukan wayang yang mempunyai sumbu tidak lurus. 23 d. Khotak Berasal dari akar kata
“Thak” = “Thik” yang mengandung arti: dua benda bertemu(“Gathuk”). Fungsinya dalah tempat
untuk menyimpan Wayang e. Kepyak Yang mempunyai akar kata “Pyak” = “Pyek” berarti bunyi dari
dua atau beberapa kepingan bertemu. Bentuknya adalah beberapa alat yang berbahan tembaga dan
campuran kuningan yang berbunyi Pyak. f. Dalang Akar katanya adalah “Lang” dan mengandung arti
selalu berpindah tempat (“Langlang”) dalang adalah yang memainkan pertunjukan wayang.Dalam
pelaksanaan pekerjaanya.Dalangselalu berpindah tempat dari mendalang disatu tempat lalu
ketempat yang lainnya (melanglang).27 e. Campela Dalam karya Proefschrift-nya Poerbatraraka yang
berjudul “Agastya In Den Archipel” menjelaskan bahwa Cempala adalah bahasa asli Jawa yang berarti
kayu atau alat untuk memukul kotak wayang yang dilakukan oleh dalang saat dalang bershuluk atau
antawacana. (membacakan prolog ataupun ditengah jalan cerita pada saat pagelaran wayang
dilaksanakan).28 Didapati olehBrandes dan Hazeu istilah-istilah dan arti kata tersebut setelah
diselidik dengan sangat teliti dan ilmiah hasilnya pada istilah diatas tidak ada satupun dari daerah
diluar Jawa yang memiliki istilah tersebut; bahkan mencirikannya, artinya melihat alat-alat sederhana
yang dipakai dalam pementasan wayang dengan mencari 27Sri
Mulyono, Simbolisme dan Mistikisme dalam Wayang, Sebuah tujuan fisolofis jakarta:Haji
masagung,1986 hal 51 28Sri Mulyono, Wayang, Asal-Usul, Filsafat Dan Masa Depannya, Op. Cit.,hal.
53 24 tahu asal muasal istilah alat tersebut, maka diketahui pementasan wayang berasal dari
tempat yang sama dengan istilah tersebut dibuat. yaitu di Jawa. Untuk menyangkal pendapat Rassers
bahwa wayang adalah budaya Hindu-Jawa yang dahulu Hindu lalu bercampur dengan budaya Jawa
dengan tegas Brandes mengatakan orang Hindu memang memiliki teater yang populer namun itu
berbeda sekali dengan teater wayang asli Jawa.29 Dapat dilihat dari istilah-istilah teknis yang dipakai
dalam pagelaran wayang yang disampaikanoleh Hazeu dalam karyanya adalah bahasa asli Jawa dan
tidak ditemukan di tempat lain atau dalam bahasa Hindu sekalipun.30 Brandes menambahkan
pendapatnya di samping pernyataannya yang senada dengan Hazeu. Benar sekali jika dikatakan
wayang adalah budaya Jawa asli, kita dapat melihat dari tokoh-tokoh yang ada dalam wayang yaitu
Semar, Petruk, Gareng dan Bagong yang merupakan tokoh asli yang tumbuh dari kebudayaan Jawa
dan tidak ada dalam teater Hindu. Tokoh tokoh tersebut adalah karya dari penggubahan cerita
masyarakat Jawa, terlihat begitu erat sekali wayang dengan kehidupan sosial dan kultural masyarakat
Jawa, begitupun dengan nilai religiusnya. Disini sehubungan dengan pendapat mana yang diambil
mengenai asal usul wayang penulis mengikuti pendapat yang ojektif dari Sri Mulyonoyang
mengatakan dengan tegas dalam tiga bukunya bahwa wayang adalah produk kesenian asli yang lahir
dan milik Bangsa Indonesia.Seperti diatas telah dipaparkan beberapa pendapat para ahli yang
mendukung dan menyangkal teori ini.Salah satu tokoh lagi yaitu 29
Sri Mulyono, Simbolisme dan Mistikisme dalam Wayang, Op. Cit.,hal. 12-13 30 Sri Mulyono, Wayang,
Asal-Usul, Filsafat Dan Masa Depannya, Op. Cit.,hal. 9-27. 25 Soediro Satoto yang dengan sangat
tegas mengamini pendapat Sri Mulyono dan menerapkan hasil penelitian Hazeu kedalam bukunya
untuk dijadikan rujukan.31

Anda mungkin juga menyukai