B. Perlengkapan Wayang
Seni memainkan wayang yang biasa disebut pagelaran, merupakan kombinasi harmonis
dari berbagai unsur kesenian. Pada pagelaran wayang kulit dituntut adanya kerjasama yang
harmonis baik unsur benda mati maupun benda hidup (manusia). Unsur benda mati yang
dimaksud adalah sarana dan alat yang digunakan dalam pagelaran wayang kulit. Sementara
unsur benda hidup (manusia) adalah orang-orang yang berperan penuh dalam seni pagelaran
wayang kulit. Dua unsur tersebut, antara lain :
Unsur Benda
Unsur benda yang ada dalam pagelaran wayang kulit adalah alat-alat yang berupa
benda tertentu yang digunakan dalam pagelaran wayang tersebut. Bahkan terdapat unsur
materi yang harus ada (karena tidak bisa digantikan). Unsur materi yang dimaksud antara
lain: wayang yang terbuat dari kulit lembu, kelir, debog (batang pohon pisang),
seperangkat gamelan, keprak, kepyak, kotak wayang, cempala, dan blencong.
Seperangkat alat tersebut harus ada, karena alat-alat tersebut tidak bisa digantikan.
Unsur Manusia
Dalang, penyimping, penabuh, dan sinden adalah orang-orang yang berperan
penting dalam kelancaran dan keberhasilan sebuah pagelaran wayang. Mereka adalah
orang-orang yang memiliki kemahiran khusus dalam bidangnya masing-masing. Berkat
kemahiran khusus tersebut, terkadang mereka tidak bisa digantikan oleh sembarang
orang. Peranan dalang sangat penting dan paling menentukan bagi perkembangan dunia
perwayangan.
WayangWayang Superstar
Ki Enthus Susmono menciptakan Wayang Superstar karena menurutnya anak-
anak sekarang lebih mengenal tokoh-tokoh pahlawan dari luar negeri, seperti Batman,
Superman, Ksatria Baja Hitam dan tokoh film seperti Harry Potter. Berdasarkan hal
tersebut, beliau menciptakan wayang yang berdasarkan tokoh pahlawan super
tersebut dan mempertemukan dengan tokoh wayang tradisional seperti Gatotkaca di
dalam pertunjukan wayang.
Sabet
Sabet adalah unsur estetik dalam seni pewayangan yang berhubungan dengan
ragam pola gerak, ekspresi dan komposisi wayang yang membentuk kesan emosional
maupun penceritaan adegan tertentu.
Karawitan
Karawitan adalah unsur estetik dalam seni pewayangan yang berhubungan dengan
semua unsur bunyi-bunyian misalnya suluk, komposisi gendhing, tembang/lagu,
dhodhogan dan keprakan.
Ada tiga jenis cara penyampaian pesan dalam pertunjukan wayang, yaitu :
Melok
Melok menyampaikan pesan dengan cara verbal, blak-blakan, menembak
langsung pada sasaran.
Medhang Miring
Medhang Miring menyampaikan pesan dengan cara menyerempet pada sasaran,
menggunakan kalimat-kalimat kiasan.
Nyampar Pikoleh
Nyampar Pikoleh menyampaikan pesan dengan cara disamarkan dalam peristiwa-
peristiwa lain yang secara esensi mengandung pesan yang sama dengan materi yang ingin
disosialisasikan.
SIMPULAN
Wayang menjadi salah satu unsur kebudayaan Indonesia yg mengandung nilai-nilai seni,
pendidikan, & nilai-nilai pengetahuan yg tinggi diperkirakan ada kira-kira dalam 34 abad yg lalu.
Wayang menjadi sebuah produk budaya nir bisa dilepaskan menurut eksistensi rakyat &
lingkungannya, sebagai akibatnya terintegrasi menggunakan kebudayaan dalam rakyat tersebut.
Begitu jua menggunakan Desain, keilmuannya pun menuntut dirinya buat berelasi menggunakan
keilmuan lain yg lalu dijadikan sandaran buat bisa menyebarkan bentuk-bentuk lain yg sinkron
menggunakan empiris dilingkungan rakyat. Wayang Kreasi menjadi pandangan baru menurut
wayang-wayang lain yg sebelumnya pernah terdapat merupakan bentuk komprehensif antara
dimensi kebudayaan, desain & sosial.
Kesenian wayang apabila kita lihat menurut 3 (tiga) pilar filsafat ilmu maka secara
Ontologis, hakikat wayang secara filosofi Wayang adalah bayangan, citra atau lukisan tentang
kehidupan alam semesta. Ada 4 aspek pada pementasan wayang, yaitu :
Aspek pertama mengacu dalam boneka wayang atau sejenisnya, pertunjukannya, sastra atau
khasanah lakon, & dalam penari-penari wayang. Dalam ekesenian wayang masih ada nilai &
pesan didalamnya, selain itu wayang jua adalah refleksi kehidupan rakyat dalam jamannya
sebagai akibatnya misalnya apa wayang ketika ini sebenarnya mendeskripsikan jua misalnya apa
bangsa ini sekarang. Sedangkan secara Epistemologi, wayang adalah perkembangan menurut
sebuah upacara pemujaan pada roh nenek moyang/ leluhur bangsa Indonesia dalam masa lampau
(prasejarah). Wayang adalah media pertunjukan yg bisa memuat segala aspek kehidupan insan
(momot kamot). Pemikiran insan, baik terkait menggunakan ideologi, politik, ekonomi, sosial,
budaya, aturan juga pertahanan & keamanan bisa termuat pada pada wayang. Dan yg terakhir
apabila dipandang secara Aksiologi, maka kesenian wayang berfungsi menjadi wahana
pendidikan, & menjadi wahana komunikasi buat mengungkapkan maksud tertentu, baik itu herbi
keagamaan, kritik sosial & bahkan menjadi wahana pemeritah pada mengungkapkan setiap acara
atau pada mensosialisasikan kebijakan menurut pemerintah terkait.
Ada 2 unsur pada perlengkapan wayang kulit, yaitu:
Unsur benda terdiri menurut:
wayang kulit, gamelan, kelir, debog, blencong, kotak wayang, cempala, panggung, soundsistem.
Sedangkan menurut unsur insan, terdiri menurut:
dalang, penyimping, panjak, waranggan.
Wayang merogoh ajaran-ajarannya menurut asal sistem agama , & menunjukkan banyak
sekali macam filsafat hayati yg bersumber dalam sistem-sistem agama tersebut. Hidup haruslah
dari pada apa yg dinamakan kebenaran. Dan dari wayang, “kebenaran sejati” datangnya hanyalah
menurut Tuhan. Untuk menerima ini, insan wajib bisa mencapai “pencerahan sejati” & memiliki
“pengetahuan sejati”. Nilai-nilai filosofi yg masih ada pada cerita pewayangan selalu mengajak
rakyat buat berbuat baik & menghindari kejahatan.
DAFTAR PUSTAKA
Priyanto, S.S., M.Hum Darmoko, S.S., M.Hum. (2012). Buku Ajar MPK Seni Wayang.
Universitas Indonesia.
https://www.academia.edu/download/38322704/Modul_Mata_Kuliah_Pengembangan_K
epribadian_Seni_Wayang.pdf
Fujiatuti, Deftidwibudi (2012) Perancangan Buku Ilustrasi Bergambar Wayang Wong Sriwedari
Sebagai Media Informasi. Skripsi diploma, Universitas Komputer Indonesia.
https://repository.unikom.ac.id/id/eprint/21850
Maulana, Fariz. (2012). Perencanaan Buku Cerita Bergambar Wayang “Werkudara Dalam
Lakon Dewa Ruci” Sebagai Upaya Dalam Meningkatkan Pengetahuan Bagi Anak-Anak.
Surakarta. https://digilib.uns.ac.id/dokumen/detail/29027
R, Kurniawan. Pengembangan Buku Ilustratif untuk Pengenalan Wayang Krucil bagi Remaja
Usia Sekolah Menengah Pertama di Kota Malang. Surabaya.
https://www.researchgate.net/profile/Rahmat-Kurniawan-2/publication/
330899607_Pengembangan_Buku_Ilustratif_untuk_Pengenalan_Wayang_Krucil_bagi_R
emaja_Usia_Sekolah_Menengah_Pertama_di_Kota_Malang/links/
5c5a56a292851c48a9bd73a7/Pengembangan-Buku-Ilustratif-untuk-Pengenalan-Wayang-
Krucil-bagi-Remaja-Usia-Sekolah-Menengah-Pertama-di-Kota-Malang.pdf
Susetyo, R., Supatmo, S., & Haryanto, E. (2019). PERANCANGAN BUKU CERITA
BERGAMBAR RAMAYANA SEBAGAI MEDIA PENYAMPAI PESAN MORAL
BAGI GENERASI MUDA. Arty: Jurnal Seni Rupa, 5(1), 53-64.
https://doi.org/10.15294/arty.v5i1.35109
Setiawan, Eko. 2020. Makna Nilai Filosofi Wayang Kulit Sebagai Media Dakwah. Al-Hikmah.
Vol, 18 No. l April 2020. file:///C:/Users/acer/OneDrive/Documents/Model%20semester
%205/kritik%20wayang%20seni%201.pdf
Mudana, IW, & Ribek, PK (2017). Komodifikasi Seni Lukis Wayang Kamasan Sebagai Produk
Industri Kreatif Penunjang Pariwisata. Mudra Jurnal Seni Budaya , 32 (1).
https://doi.org/10.31091/mudra.v32i1.83
Kasim, Sunardi. 2018. Wayang Dalam kajian Ontologo, Epsitimologi Dan Aksiologi Sebagai
Landasan Filsafat Ilmu. Universitas Nusa Tenggara Barat.
https://www.sangkareang.org/index.php/SANGKAREANG/article/view/156
Anwar, Akhmad Syaiful. (2018). Augmented Reality Buku Edukasi Mahabarata Rupa Tokoh
Wayang Pandawa Untuk Remaja. Skripsi S1, Fakultas Seni Rupa Dan Desain.
http://repository.isi-ska.ac.id/2665/
Nur, Muhammad Kurnia Fauqou., Nugraha, Novian Denny. (2018). Perancangan Buku Cerita
Bergambar Tentang Wayang Landung Ciamis (Gumelar Putra Werkudara). Bandung
Barat. https://openlibrarypublications.telkomuniversity.ac.id/index.php/artdesign/article/
view/7371#
Devi, Anggita Shita., Maisaroh, Siti. (2017). Pengembangan Media Pembelajaran Buku Pop-up
Wayang Tokoh Pandhawa Pada Mata Pelajaran Bahasa Jawa Kelas V SD. Yogyakarta:
PGSD Indonesia. https://web.archive.org/web/20180428101557id_/http://upy.ac.id/ojs/
index.php/jpi/article/viewFile/985/783
Pratama, Dendi. 2011. Wayang Kreasi: Akulturasi Seni Rupa Dalam Penciptaan Wayang Kreasi
Berbasis Realitas Kehidupan Masyarakat. Jakarta Selatan : Universitas Indraprasta PGRI.
https://journal.lppmunindra.ac.id/index.php/Deiksis/article/view/442/741
Sutanto, Edy. 2016. Wayang Sebagai Sumber Inspirasi Dan Energi dalam sastra Indonesia
Modern: Analisis Genetis Reseptif. Jakarta : populis.
http://journal.unas.ac.id/populis/article/view/195/110
Suseno,Franz Magnis.1995.Wayang dan Panggilan Manusia. Jakarta:Gramedia
Mertosedono, Amir. 1990. Sejarah Wayang: Asal - usul, Jenis, dan Cirinya. Bahasa Prize,
Semarang
Kayam, Umar. 1981. Seni, Tradisi, Masyarakat. Jakarta: Sinar Harapan.