Anda di halaman 1dari 2

Seiring berkembangnya zaman, berbagai penemuan dan kebiasaan baru yang ada di

kalangan masyarakat pun semakin banyak ditemukan. Berbagai penemuan dan kebiasaan
baru tersebut menyentuh berbagai aspek pula di seluruh ilmu pengetahuan, antara lain dapat
berkaitan dengan kebugaran jasmani dan kecerdasan manusia. Salah satu kebiasaan baru yang
menjadi sebuah stereotipe adalah merokok dapat membantu kinerja otak dalam berpikir.
Berdasarkan stereotipe ini, kemudian banyak terdapat dampak-dampak bagi para orang yang
sependapat dengan stereotipe ini. Salah satunya adalah banyak profesi bahkan segala
kalangan, tanpa memandang umur dan derajat apapun, yang mengonsumsi rokok dengan
anggapan bahwasanya rokok membantu kinerja dari otak mereka untuk menghasilkan suatu
karya yang baik dengan kecerdasan emosional yang mendukung. Padahal dalam
kenyataannya berdasarkan penelusuran terkait zat yang dikandung menyatakan bahwa
kecerdasan emosional dan tingkat ketergantungan nikotin merupakan salah satu ciri
kepribadian dan variabel individu lainnya yang dapat mempengaruhi sikap terhadap perilaku,
norma subjektif, dan persepsi kontrol perilaku. Berdasarkan kajian ini, dapat dipahami
bahwasanya bukan hanya kecerdasan emosional saja yang dipengaruhi tetapi perilaku dari
pengonsumsinya.

Dengan berbagai kajian yang lain mengenai kaitan suatu profesi yang pekerjanya
tergantung atau kontak erat atau bahkan ketergantungan untuk mengonsumsi rokok adalah
seorang seniman. Dalam mencari suatu inspirasi, banyak hal yang akan dilakukan seorang
seniman, termasuk dengan observasi dan kajian-kajian ilmu estetika lainnya. Selama proses
pencarian tersebut, kadang kala seorang seniman mengalami masa-masa stuck point.
Berdasarkan kaitannya dengan artikel ini, dapat kita kaitkan yaitu beberapa seniman
menganut banyak pandangan termasuk stereotipe dalam merelaksasi pikiran mereka, salah
satunya dengan merokok. Padahal merokok memiliki berbagai zat adiktif yang tidak
selamanya memberikan efek relaksasi melainkan kecanduan yang berujung buruk.

Selain itu, seperti yang orang awam ketahui bahwa seniman memiliki ruang imajinasi
luas, tetapi mobilisasi untuk mengeksplorasi berbagai hal yang terbatas. Mereka cenderung
berdiam diri di studio mereka dan mengamati hal-hal dengan skala besar di dalam suatu
ruangan saja untuk mendapatkan ketenangan saat proses pencarian inspirasi karya mereka.
Rutinitas demikian mengakibatkan kondisi fisik dari seorang seniman, dapat dipahami
sebagai sebagian orang yang rentan lelah dengan imunitas yang rendah. Kurangnya
pergerakan atau mobilitas tadi, ditambah dengan konsumsi rokok dalam rangka merelaksasi
pikiran membuat serangan ganda terhadap kondisi fisik terutama otak dan paru-paru dari
seorang seniman. Sebenarnya apabila kita melihat dalam kehidupan sehari-hari kondisi
demikian tidak hanya berlaku untuk profesi seniman saja melainkan kepada seluruh manusia
umum. Sama halnya dengan seorang mahasiswa yang kurang aktivitas olahraga, dipenuhi
dengan berbagai aktivitas dalam ruangan, serta kebiasaan merokok, pasti juga akan lebih
mudah atau rentan terserang berbagai penyakit akibat kondisi tidak bugar tersebut.

Sementara apabila kita membandingkan kembali dengan seorang seniman yang dalam
masa pencarian inspirasi karyanya melakukan riset dengan relaksasi yang dilakukan secara
aktif atau dengan cara bertamasya sambal mencari inspirasi. Maka dengan kondisi tersebut
tentu saja seniman lebih sehat dan bugar secara physically dan mentally. Hal ini sejalan
dengan peribahasa terkenal dari olahraga yaitu mens sana in corpore sano, yang artinya
adalah "Di dalam jiwa yang sehat dalam tubuh yang sehat." Maksudnya jika jiwa seseorang
sehat, maka tubuhnya akan sehat juga dan begitu pula berlaku sebaliknya.

Artikel ini akan mengkaji lebih jelas terkait keterkaitan rutinitas hidup seorang
seniman dengan kebugaran dan kesehatan jasmaninya baik dari pola makan, hidup, dan
karakteristik rutinitas olahraga yang para seniman jalani setiap harinya. Kemudian akan dikaji
lebih rinci terkait perbandingannya baik rutinitas secara baik dan sesuai konsep kebugaran
yang benar maupun rutinitas seniman secara umum yaitu yang kurang berkenaan dengan
konsep kebugaran jasmani yang benar. Penulis berharap dengan adanya kajian ini, maka
kesadaran akan Kesehatan serta kebugaran jasmani setiap profesi, terkhusus seniman akan
semakin meningkat dan dengan meningkatnya hal itu, diharapkan para seniman mampu
menghasilkan berbagai masterpiece dengan kondisi fisik bugar dan mental yang sehat.

Anda mungkin juga menyukai