Anda di halaman 1dari 13

PEMAHAMAN LANJUT SEPUTAR PSIKOPAT

MAKALAH

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Psikologi Kepribadian
Pendidikan DosenPembimbing:

Dra. Uchy Khadjah, M. Si

Oleh
Mohammad Firstyan Khoirussidqi Aziz (E97218079)

TASAWUF DAN PSIKOTERAPI


FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT
UNIVESITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
S U R A B A Y A 2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan segala
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelasaikan Makalah dengan judul
“Pemahaman Lanjut Seputar Psikopat Islam di Wilayah Kabupaten Surabaya.”
Adapun maksud dari penyusunan Makalah ini adalah untuk memenuhi Tugas pada
Fakultas Ushuluddin dan Filsafa di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.
Dimana masih mengingat kekurangan dalam pengetahuan dan keterbatasan dalam
saya selaku Mahasiswa ini, sehingga dalam pengerjaan Makalah ini tidak sedikit memerlukan
bantuan baik dari sumber maupun informasi dari pihak yang telah membantu dalam
pengerjaan makalah, saya mengucapkan banyak terima kasih.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang................................................................................................. 1


1.2 Rumusan Masalah............................................................................................ 3
1.3 Tujuan Penulisan.............................................................................................. 3

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Tinjauan Umum Nalar Burhani................................................................................. 4


2.2 Kerangka Teoretik Burhani....................................................................................... 4
2.3 Metodologi Burhani Hukum Islam........................................................................... 5

BAB IV PENUTUP

3.1 Kesimpulan.............................................................................................................. 10
3.2 Saran......................................................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................... 11
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Setiap penyakit pasti memiliki cara dalam penyembuhannya seperti melalui obat-
obatan maupun terapi. Terapi sendiri memiliki bermacam-macam jenis dan teknik
yang disesuaikan dengan penyakit diidap salah satu jenis terapi ialah psikoterapi.
Psikoterapi (psychotherapy) adalah pengobatan alam pikiran, atau lebih tepatnya,
pengobatan dan perawatan gangguan psikis melalui metode psikologis. Istilah ini
mencakup berbagai teknik yang bertujuan untuk membantu individu dalam mengatasi
gangguan emosionalnya dengan cara memodifikasi perilaku, pikiran dan emosinya,
sehingga individu tersebut mampu mengembangkan dirinya dalam mengatasi masalah
psikisnya. 1
Salah satu penyakit yang dapat diatasi dengan psikoterapi tentu saja penyakit yang
berhubungan dengan psikologis. Kelainan psikologis dapat terjadi karena apabila
dalam lingkungan yang dialami seorang individu ditemukan hal-hal yang tidak sesuai
dengan individu tersebut. Hal ini tentu saja akan mempengaruhi pembentukan
kepribadian dan psikologis yang kurang baik khususnya pada masa anak-anak.
Penderita psikopat akan memiliki penyimpangan perilaku dimana akan terbentuk
sikap egois, tidak pernah mengakui kesalahan bahkan selalu mengulangi kesalahan,
tidak memiliki empati, dan tidak punya hati nurani.
Berdasarkan permasalahan diatas penulis tertarik untuk membuat makalah mengenai
penyakit psikopat dengan judul “PEMAHAMAN LANJUT SEPUTAR PSIKOPAT”. Semoga
dengan adanya penelitian ini diharapkan agar penulis pada masalah ini hukum Islam, yang
pada dasarnya membuat nalar berfikir dari ilmu Burhani.2
Para ahli hukum Islam yang telah disebutkan di atas menggunakan dan
mengadopsi pemikiran-pemikiran filosofis yang telah berkembang pada masa
modern, seperti hermeneutika, semiotika, sejarah, antropologi, sosiologi dan cabang-
cabang filsafat lainnya, namun semuanya mengacu pada penggunaan nalar burhani
(rasional-filosofis) sebagai pijakannya. Dalam sejarah hukum Islam, kecenderungan
burhani dalam hukum Islam ini sebenarnya telah dipraktekkan oleh para ahli hukum

1
Mujib Abdul, Nuansa-Nuansa Psikologi Islam, ( Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002), Hlm. 207
2
Ibid., p.514.
Islam di Andalusia(Spanyol Islam) seperti Ibnu Hazm, Ibnu Rusyd, dan asy-Syatibi,
sesuai dengan perkembangan pemikiran rasional-filosofis ketika itu.3
Dengan demikian pada masa modern ini —dalam bentuknya yang berbeda—
telah terjadi kebangkitan kembali adanya kecenderungan menggunakan nalar burhani
(rasional-filosofis) dalam mengkaji dan membangun konstruksi keilmuan hukum
Islam, sebagaimana telah dilakukan oleh ahli-ahli hukum Islam di Andalusia. Atas
dasar itu sebagai sebuah langkah awal menarik kiranya dikaji bangunan epistemologi
nalar burhani dalam pemikiran hukum Islam klasik tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah penegertian psikopat?
2. Apakah penyebab dari psikopat?
3. Apa saja gejala-gejala dari psikopat?
4. Bagaimana penanganan dan pencegahan dari psikopat?
1.3 Tujuan Penulisan
Makalah ini di buat bertujuan untuk mendalamkan pemahaman mahasiswa
tetang apa itu Psikopat, dan tidak dianjurkan dari penulis makalah ini untuk
membangunkan sikap Psikopat yang bersemayam pada diri pembaca masing-masing.

3
Muhammad ‘Abid al-Jabiri, Post Tradisionalisme Islam, terj. Ahmad Baso (Yogyakarta: LkiS, 2000), p. 118-
132 dan 162-171
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Psikopat

Psikopat adalah gangguan jiwa yang dianggap berbahaya dan merugikan


masyarakat. Namun demikian, psikopat apabila dilihat sepintas memiliki sifat baik
dan disukai banyak orang dengan kemampuannya untuk berbohong dan memanipulasi
keadaan, tetapi dibalik semua itu mereka sangatlah merugikan masyarakat. Orang-
orang seperti inilah yang sering disebutkan oleh para ahli sebagai psikopat yang
menderita kelainan atau patologi (studi ilmiah terkait proses penyakit).
Perilaku pada seorang psikopat biasanya lebih cenderung ke arah kriminal
yang berulang kali di lakukan, secara spesifiknya kebanyakan tindakannya berujung
pada pembunuhan dan kejahatan seksual. Sebagian besar para pelaku psikopat adalah
orang yang sukses, seperti pembisnis ataupun politikus.4
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia psikopat merupakan orang yang yang
karena kelainan jiwa menunjukkan perilaku yang menyimpang, jadi mengalami
kesulitan dalam pergaulan. Psikopat berasal dari kata psyche yang berarti jiwa dan

pathos yang berarti penyakit. Pengidapnya juga sering disebut sebagai sosiopat
karena perilakunya yang anti sosial dan merugikan orang terdekatnya.22
Menurut Kartini Kartono (1989), psikopat merupakan bentuk kekalutan

mental yang ditandai dengan tidak adanya pengorganisasian dan pengintegrasian


pribadi, tidak bertanggungjawab secara moral, selalu konflik dengan norma sosial
(karena sepanjang hidupnya dalam lingkungan yang abnormal dan amoral) yang
diciptakan oleh angan angan sendiri.
Menurut Gunarsa S.S (1985), psikopat dipakai untuk menggambarkan
manifestasi psikopatologis di dalam perilaku dan perbuatan
individu, berdasarkan ketidakmampuannya untuk menghayati nilai-nilai
antarpribadi, sosial, dan moral.

4
Pieter Zan Herri dan Lubis Namora Lumongga, Pengantar Psikologi Dalam Perawatan, Kencana, Jakarta,
2010, hlm 103
Sedangkan menurut Sarwono, Sarlito Wirawan (2000), Psikopat merupakan
kelainan perilaku, khususnya yang antisosial, yaitu tidak memedulikan norma-norma
sosial.5

Dalam teori psikoanalisa Sigmun Freud, Ia mengatakan bahwa kehidupan jiwa


memiliki tiga tingkat kesadaran. 3 hal tersebut yaitu sadar (conscious), prasadar
(preconscious), dan tak sadar (unconscious). Manusia juga terdiri atas 3 komponen
struktural, yaitu Id, Ego, dan Super ego. Id menjadi dasar sebuah tindakan atau
banyak dikatakan dalam sumber sebagai libido. Ego sebagai pelaksana antara
melaksanakan atau menolak perintah Indonesia. Sementara superego sebagai penegak
norma dan nilai.6

2.3 Penyebab Psikopat

Dalam sebuah surat kabar online (Tempo Interactive) menyebutkan bahwa


psikopat disebabkan oleh masalah psikososial dan biologis. Dalam artikel tersebut
seorang psikiater, Dr. Limas Sutanto, mengatakan bahwa psikopat merupakan gejala
seseorang yang mengalami gangguan kepribadian antisosial. Hal ini ditandai dengan
adanya keengganan untuk menaati norma-norma sosial umum yang biasanya diataati
orang dewasa ditengah kehidupan sehari-hari. Penyebab gangguan tersebut
menurutnya ada dua yaitu, psikososial dan biologis.

Penyebab dari psikopat bermacam-macam. Menurut Kartini Kartono terdapat


2 hal penting yang menyebabkan seserang menjadi psikopat. Yang pertama yaitu
tidak mendapatkan kasih saying dari lingkungannya pada masa muda. Dan yang
kedua yaitu pada tahun-tahun pertama kehidupan (usia 0-3 tahun), tidak pernah
memperoleh kehangatan dan kelembutan dari lingkungannya. Hal ini mengakibatkan
beberapa hal:

1) Kehilangan kemampuan untuk memberikan cinta kasih dan simpati kepada orang
lain.
2) Kehilangan perasaan sosial dan kemanusiaan.
3) Tidak mampu menjalin hubungan antar manusia.

5
Ibid.
6
Yustinus Semiun, Teori Kepribadian dan Terapi Psikoanalitik Freud , (Yogyakarta; Kanisius, 2006)
6163.
4) Diliputi perasaan tidak senang dan tidak puas.
5) Tidak mampu menjalin hubungan antar manusia.
6) Diliputi rasa kebencian, dendam, curiga, penolakan, rasa dikejar-kejar dan
dituduh, gelisah, tegang, ketakutan, kacau balau dan dibayangi pikiran yang
kegila-gilaan.
7) Terjadi disintegrasi dan disorganisasi kepribadian yang ditandai dengan memiliki
rasa kemanusiaan yang tidak wajar.7

2.3 Gejala-gejala Psikopat

Menurut Hare, psikopat mengalami gangguan neurobiologis. Sehingga para


pengidap memiliki gejala dan tanda yang hampir mirip. Robert Hare menyebutkan
ada delapan gejala pengidap psikopat:

1. Memiliki keahlian untuk menjadi pusat perhatian. Para psikopat memiliki


keahlian untuk melakukan hal-hal tertentu yang membuat orang lain
memperhatikannya. Keahlian tersebut diantaranya pandai melakukan hal-hal
yang lucu, pandai berbicara, bernyanyi dan lain-lain. Jika bersama banyak orang,
ia sanggup menarik perhatian melalui banyak cara.

2. Egosentrik dan megalomania. Ia menganggap dirinya paling hebat dan dapat


menguasai orang lain. Ia merasa tidak ada yang lebih hebat dari dirinya.
Akibanya, ia sangat sulit menerima pendapat orang lain. Kalaupun ia mau
mendengar, maka hal tersebut karena kepura-puraan dan kemunafikan. Semua hal
harus terpusat kepadanya. Jika dalam suatu organisasi, ia sulit menjadi bawahan
orang lain.

3. Hidup sebagai parasit. Ia menggunakan orang lain untuk mewujudkan impiannya.


Karena psikopat pada umumnya ber-IQ tinggi, ia memiliki beragam alasan
yang masuk akal untuk memanfaatkan orang lain. Karena
kepandaiannya, orang lain tidak sadar bahwa telah dimanfaatkan.

4. Manipulatif dan curang. Orang ini mudah sekali berbohong tanpa merasa
bersalah, sekalipun kebohongannya sudah diketahui. Untuk meyakinkan

7
A. Hidayat, Alimul Aziz, Pengantar Konsep Dasar Keperawatan (Surabaya: Salemba Medika, 2005) 5
kebohonnya, biasanya dengan sumpah-sumpah yang dapat meyakinkan orang
lain.

5. Tidak merasa bersalah dan menyesal. Meskipun ia telah menyakiti orang,


menipu, membodohi, dan menyakiti orang lain, tetapi tetap saja ia tidak
menyesal. Ia pandai meyakinkan diri bahwa hal tersebut demi kebaikan. Setiap
perbedaan pendapat ditanggapi sebagai permusuhan yang menjerumuskan
dirinya.

6. Tidak dapat berempati. Jika orang lain susah dan kehilangan sesuatu, ia
menganggapnya sebagai konsekuensi logis. Ia tidak dapat merasakan kesedihan
orang lain. Bahkan hal semacam itu sering dianggapnya sebagai kebohongan. Ia
tidak memiliki rasa kasihan, bahkan terhadap orang yang pernah menolongnya.

7. Tidak bertanggungjawab. Pskopat sulit melakukan pekerjaan dengan baik. Tidak


ada yang dapat ia selesaikan secara sempurna, dan untuk hal tersebut ia memiliki
berbagai alasan.

8. Impulsif. Psikopat sangat cepat berubah pikiran dan meniadakan kesepakatan-


kesepakatan yang telah ia buat sendiri. Perkatannya sulit dipercaya karena ia suka
berbohong dan tidak memiliki pemikiran yang strategis. Komitmennya
diragukan, prinsipnya yaitu tidak ada yang abadi dan semua hal bisa berubah
seketika. 8

2.4 Penanganan dan Pencegahan Psikopat


Pada umumnya psikopat tidak dapat diobati dan diterapi secara sempurna, tetapi
hanya bisa terobservasi dan terdeteksi. Untuk tahap pengobatan dan rehabilitasi
psikopat saat ini baru dalam tahap pemahaman gejala. Terapi yang paling sering
dilakukan adalah non-obat seperti konseling.

Namun melihat kompleksitas masalahnya, terapi psikopat bisa dikatakan sulit


bahkan tidak mungkin. Bahkan menurut Dr. Robert Hare, perawatan terhadap
penderita psikopat bukan saja tidak menyembuhkan, melainkan justru menambah

8
Taufik Pasiak, Brain Management for Self Improvement, (Bandung: PT Mizan Pustaka, 2007) 179-
180.
parah gejalanya, karena psikopat yang bersangkutan bisa semakin canggih dalam
memanipulasi perilakunya yang merugikan orang lain.

Beberapa hal, kata Dr. Hare akan membaik sendiri dengan bertambahnya usia,
misalnya energi yang tidak sebesar waktu muda. Perilaku psikopatik biasanya muncul
dan terlihat pada masa remaja kemudian berkembang pada masa dewasa, mencapai
puncak di usia 40 tahun-an, mengalami fase plateau sekitar usia 50 tahun-an lantas
perlahan memudar.

11 Pada diri seorang psikopat tidak merasa ada yang salah dengan dirinya
sehingga meminta datang teratur untuk terapi adalah hal yang mustahil. Yang bisa
dilakukan manusia adalah menghindari orang-orang psikopat, memberikan terapi
pada korbannya, mencegah timbul korban lebih banyak dan mencegah psikopat
jangan berubah menjadi kriminal. Psikopat salah satu perilaku menyimpang yang
banyak ditakuti masyarakat sebenarnya selama ini banyak terdapat disekitar kita. Bila
deteksi lebih awal, gangguan perilaku pada seseorang dan pendekatan lingkungan
dilakukan dengan baik, maka idealnya psikopat tidak akan berubah menjadi kriminal.9

9
Ibid.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Gangguan adalah kondisi mental yang tidak menyenangkan yang ditandai
dengan efek seperti iritasi dan gangguan dari pemikiran sadar seseorang. Hal ini dapat
menyebabkan emosi seperti frustasi dan kemarahan.
Kepribadian merupakan suatu susunan sistem psikofisik (psikis dan fisik yang
berpadu dan saling berinteraksi dalam mengarahkan tingkah laku) yang kompleks dan
dinamis dalam diri seseorang individu, yang menentukan penyesuaian diri individu
tersebut terhadap lingkungannya, sehingga akan tampak dalam tingkah lakunya yang
unik dan berbeda dengan orang lain.
Jadi gangguan kepribadian adalah suatu jenis penyakit mental dimana
penderitanya mengalami kesulitan memahami dan berhubungan dengan situasi dan
orang-orang, termasuk diri sendiri. Ada banyak jenis spesifik gangguan kepribadian
berarti anda memiliki pola yang kaku dan tidak sehat dalam berpikir dan berperilaku,
tidak peduli apa pun situasinya. Hal ini menyebabkan maslah yang signifikan dan
keterbatasan dalam hubungan, pergaulan sosial, pekerjaan dan sekolah.
Menurut Hare dalam bukunya Without Conscience (1993) menyebutan secara
eksplisit bahwa psikopat adalah jenis gangguan kepribadian yang ditunjukkan dengan
perilaku khas tertentu dan perilaku khas tersebut dipandang buruk oleh masyarakat.
Dalam artikel seorang psikiater, Dr. Limas Susanto, mengatakan bahwa
psikopat merupakan gejala seseorang yang mengalami gangguan kepribadian
antisosial. Hal ini ditandai dengan adanya keengganan untuk mentaati norma-norma
sosial umum yang biasanya ditaati orang dewasa ditengah kehidupan sehari-hari.
Sedangkan gangguan kepriadian psikopat merupakan bentuk gangguan
kepribadian, dimana penderita bertendensi narsistis dan juga antisosial. Seorang
psikopat tidak pernah mengakui atau merasakan bahwa dirinya sakit atau memiliki
gangguan, mereka memiliki kepercayaan diri berlebih (narsistis) sehingga mampu
mempengaruhi orang lain, tidak merasa bersalah atau menyesal atas setip tindakannya
karena memiliki rasionalisasi pembenaran terhadap prilakunya.
Korban-korban psikopat juga bukanlah orang bodoh yang cenderung bodoh,
dalam buku without conscience, Robert Hare, seorang yang mengabdikan sebgaian
hidupnya untuk studi tentang psikopat, menyebutkan bahwa yang merupakan seorang
psikolog pernah menjadi korban dari teror seorang psikopat saat dirinya sedang
bertugas sebagai psikolog di penjara. Hal tersebut dilakukan oleh seorang napi yang
menjadi pasiennya.
Para psikopat memang sulit untuk diperkirakan dan juga tidak mudah untuk
ditebak tindak-tanduknya, berbeda dengan jenis penyakit kejiwaan lain seperti
skizofrenia yang cenderung terlihat dengan jelas ciri-cirinya pada seorang penderita
seperti menarik diri dari lingkungan sosial, mengalami waham, halusinasi. Sedangkan
para psikopat, mereka terlihat baik dan normal sehingga mereka dapat diterima oleh
masyarakat bahkan hingga dilapisan tingkat sosial yang paling tinggi sekalipun seperti
menduduki suatu jabatan penting dalam pemerintahan.
Dalam hal emosi seorang psikopat diibaratkan seperti manusia yang buta
warna sedang mengendarai mobil dijalan dan kemudian bertemu dengan lampu
merah, mungkin ia mampu mengetahui dimana letak lampu hijau, kuning atau merah
walaupun ia tidak mengetahui apa warnanya. Letak lampu merah mewakili pikiran
dan lampu hijau mewakili emosi, dengan kata lain mereka adalah pribadi yang tidak
mampu merasakan penderitaan orang lain yang menjadi korbannya. Mereka tidak bisa
mencerna nada emosi dalam suatu pembicaraan, sehingga setiap kata apa yang
mereka dengar selalu berupa dengan artia kamus dangkal.

4.2 Saran
Agar dimana mahasiswa dapat mempelajari buku-buku yang membahas
tentang psikoterapi kepripadian atau semacamnya, yang dianjurkan banyak membaca
referensi, entah itu dari buku ataupun dari data-data yang bisa dikumpulkan. Dan
sebisa mungkin untuk memahami setiap materi dengan teliti dan runtut.
DAFTAR PUSTAKA

Mujib Abdul, Nuansa-Nuansa Psikologi Islam, ( Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002),
Hlm. 207

Muhammad ‘Abid al-Jabiri, Post Tradisionalisme Islam, terj. Ahmad Baso (Yogyakarta:
LkiS, 2000), p. 118-132 dan 162

Pieter Zan Herri dan Lubis Namora Lumongga, Pengantar Psikologi Dalam Perawatan,
Kencana, Jakarta, 2010, hlm 103

Yustinus Semiun, Teori Kepribadian dan Terapi Psikoanalitik Freud , (Yogyakarta;


Kanisius, 2006) 6163.

A. Hidayat, Alimul Aziz, Pengantar Konsep Dasar Keperawatan (Surabaya: Salemba


Medika, 2005) 5

Taufik Pasiak, Brain Management for Self Improvement, (Bandung: PT Mizan Pustaka, 2007)
179-180.

Anda mungkin juga menyukai