Anda di halaman 1dari 24

Tugas Revisi Makalah

KONSEP MANUSIA MENURUT PSIKOANALISIS,


BEHAVIORISME, HUMANISME DAN AL-QUR’AN

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas

Mata Kuliah: Psikologi Agama

Dosen Pengasuh : Dr. Hj. Hamdanah, M.Ag

Muhammad Muchtar Lubis


NIM: 19016118

PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALANGKA RAYA
PRODI MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
1441 H/2019 M

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh

Alhamdulillah segala puji bagi Allah swt. atas segala limpahan rahmat,
taufik dan hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah
ini yang berjudul “Konsep Manusia Menurut Psikoanalisis, Behaviorisme,
Humanisme dan Al-Qur’an” dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.
Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk
maupun pedoman bagi pembaca dalam mata kuliah Psikologi Agama.
Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun
isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik. Makalah ini saya akui
masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki sangat kurang.
Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-
masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh

Palangkaraya, 23 Desember 2019


Penyusun,

Muhammad Muchtar Lubis


NIM. 19016118

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................i
KATA PENGANTAR.........................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................2
C. Tujuan Penulisan..............................................................................................2
D. Metode Penulisan..............................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep Manusia Menurut Psikoanalisis...........................................................3
B. Konsep Manusia Menurut Behaviorisme.........................................................5
C. Konsep Manusia Menurut Humanisme............................................................7
D. Konsep Manusia Menurut Al-Qur’an...............................................................11
E. Kelebihan Manusia Menurut Al-Qur’an...........................................................15

BAB III ANALISIS


Analisis Konsep Manusia Menurut Psikoanalisis, Behaviorisme, Humanisme dan
Al-Qur’an..............................................................................................................19

BAB IV PENUTUP
Kesimpulan............................................................................................................20
Saran-Saran............................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sepanjang sejarah peradaban, kajian tentang manusia menduduki rangking
tertinggi dan sekian kajian yang ada. Selain objeknya yang unik, kajian itu
dapat menghasilkan berbagai persepsi dan konsepsi yang berbeda. Sebab
keberadaan manusia di dunia bukan sekedar ada dan berada, tetapi lebih
penting lagi ia dapat mengada. Ia berperan sebagai objek dan sebagai sejarah,
bahkan mampu mengubahnya, kehidupan dinamis dan secara kualitatif
berevolusi untuk mencapai kesempurnaan, karena itulah maka kajian tentang
manusia tanpa mengenal perbedaan zaman.
Maksud citra manusia di sini adalah gambaran tentang diri manusia yang
berhubungan dengan kualitas asli manusiawi, kualitas tersebut merupakan
sunatullah yang dibawa sejak lahir. Kondisi citra manusia secara potensial
tidak dapat berubah, sebab jika berubah, maka eksistensi manusia akan menjadi
hilang. Namun secara aktual, citra itu dapat berubah sesuai dengan kehendak
dan pilihan manusia itu sendiri.1
Pemahaman citra manusia sangat beragam, hal itu tergantung pada latar
belakang dimana citra itu dirumuskan, misalnya latar belakang agama, ideologi
bangsa, cara pandang dan pendekatan studi. Pada rentang perkembangan
sejarah, psikologi barat kontemporer selain memiliki keunggulan konsep dan
teorinya, serta terdapat sejumlah kritik dan catatan.2
Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari semua tingkah laku
dan perbuatan individu dimana individu tersebut tidak dapat dilepaskan dari
lingkungannya dengan unsur-unsur ilmu pengetahuan, tingkah laku dan
manusia.3 Berdasarkan uraian di atas, dalam makalah ini penulis ingin
menyajikan tema tentang “Konsep Manusia Menurut Psikoanalisis,
Behaviorisme, Humanisme dan Al-Qur’an”.
1
Imam Malik, Pengantar Psikologi Umum, Yogyakarta: Teras, 2011, h. 278.
2
Ibid, h. 278-279.
3
Ibid, h. 4.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan beberapa masalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana konsep manusia menurut Psikoanalisis?
2. Bagaimana konsep manusia menurut Behaviorisme?
3. Bagaimana konsep manusia menurut Humanisme?
4. Bagaimana konsep manusia menurut Al-Qur’an?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mendeskripsikan konsep manusia menurut Psikoanalisis.
2. Untuk mendeskripsikan konsep manusia menurut Behaviorisme.
3. Untuk mendeskripsikan konsep manusia menurut Humanisme.
4. Untuk mendeskripsikan konsep manusia menurut Al-Qur’an.
D. Metode Penulisan
Penulisan makalah dilakukan dengan menggunakan metode pustaka
(library research), yaitu mencari dan mengumpulkan data-data ilmiah yang
relevan dengan tema “Konsep Manusia Menurut Psikoanalisis, Behaviorisme,
Humanisme dan Al-Qur’an” dengan mencari buku-buku, bahan, sumber-
sumber dan literatur melalui rujukan yang terpercaya.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Manusia Menurut Psikoanalisis


Psikoanalisis dianggap sebagai kekuatan pertama dalam psikologi. Aliran
psikoanalisis adalah aliran psikologi yang menemukan analisis struktur
kejiwaan manusia yang relatif stabil dan mantap. Aliran psikoanalisis ini di
pelopori oleh Sigmund Freud (1856-1939) yang kemudian disempurnakan oleh
putra mahkotanya “Carl Gustav Jung dan H. Ericson, yang berusaha
memahami kedalaman psikis manusia yang dikombinasikan dengan kesadaran
pikiran guna menghasilkan kepribadian yang sehat. Kelompok psikoanalisis
berkeyakinan bahwa perilaku manusia dikendalikan dan diatur oleh kekuatan
yang sadar dari dalam diri.4 Psikoanalisis menganggap bahwa nilai-nilai tinggi
dalam kehidupan hanyalah topeng untuk menutupi kebutuhan naluriah yang
rendah, ia menjadi sangat nihilistik .5
Konsep Manusia Menurut Psikoanalisis adalah:
1. Menemukan aktivitas manusia berdasarkan struktur jiwa yang terdiri atas id,
ego dan super ego.
2. Penggerak utama struktur manusia adalah libido, dengan libido yang terkuat
adalah libido seksual, karena itu hampir seluruh tingkah laku manusia
teraktual disebabkan oleh motivasi libido seksual.
3. Tingkat kesadaran manusia terbagi atas tiga alam yaitu:
a. Alam Pra Sadar (The Pricon Cious)
b. Alam Tak Sadar (The On Conscious)
c. Alam Sadar (The Conscious)6
Freud adalah seorang penganut faham Darwin tentang teori evolusi dan
pada dasarnya tujuan dari evolusi menurut Darwin adalah untuk bertahan hidup
dengan cara adaptasi atau menyesuaikan diri terhadap lingkungan. Freud
membagi struktur kepribadian manusia ke dalam tiga kategori yaitu:
4
Ujam Jaenudin, Psikologi Transpersonal, Bandung: CV Pustaka Setia, 2012, h. 64.
5
Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Agama: Sebuah Pengantar, Bandung: Mizan, 2004, h. 120.
6
Imam Malik, Pengantar Psikologi Umum, Yogyakarta: Teras, 2011, h. 279-280.

3
1. Aspek Biologis (struktur Id)
Id berisikan hal-hal yang murni dibawa sejak lahir, termasuk instin-instink.
Instink ini merupakan dorongan dalam diri atau oleh Freud disebut energi
psikis, yang merupakan penggerak atau pemicu Ego dan Super Ego itu
tumbuh. Instink dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Eros
Eros merupakan dorongan yang bertujuan untuk mempertahankan hidup.
Contohnya: Makan, berhubungan baik dengan orang lain dan lain-lain.
b. Tanatos
Tanatos merupakan dorongan untuk merusak hidup (mati). Contohnya:
Merokok, menggunakan Narkoba dan lain-lain.
Menurut Freud instink yang paling utama adalah Libido (dorongan seks).
Tujuan Libido ini adalah untuk pelestarian spesies atau mempertahankan
keturunan. Jika seseorang ingin mempertahankan keturunan berarti dia di
dorong oleh instink eros dan sebaliknya jika jika seseorang tidak ingin
mempertahankan keturunan berarti dia dipengaruhi oleh instink tanatos dan
biasanya tanatos ditandai dengan sikap agresif.
2. Aspek Psikologis (struktur Ego)
Di dalam berfungsinya Ego berfungsi untuk memutuskan sesuatu hal dan
berpegang pada prinsip kenyataan atau prinsip legalitas dan ereaksi dengan
proses sekunder. Tujuan prinsip kenyataan itu adalah mencari obyek yang
tepat (esrasi) untuk memenuhi dorongan dari dalam diri (Id). Proses
sekunder itu adalah proses berpikir realitis, dengan mempergunakan proses
sekunder Ego merumuskan suatu rencana untuk kepuasan kebutuhan dan
menguji atau mentesnya (biasanya dengan suatu tindakan untuk mengetahui
apakah rencana itu berhasil atau tidak. Misalnya : orang lapar,
merencanakan dimana dia dapat makan , lalu pergi ke tempat tersebut untuk
mengetahui apakah rencana tersebut berhasil (cocok dengan realitas) atau
tidak. Perbuatan ini secara teknis disebut reality testing. Jadi peran utama
Ego adalah menjadi perantara antara kebutuhan insinttinktif dengan keadaan
lingkungan, demi kepentingan instink (Id).

4
3. Aspek Sosiologis (struktur Super Ego).
Super ego merupakan aspek sosiologi kepribadian yang merupakan norma
sosial atau nilai tradisional serta cita-cita masyarakat, sebagaimana
diajarkan orang tua pada anak-anaknya, dengan berbagai perintah atau
larangan. Fungsi pokok Super Ego adalah menentukan apakah sesuatu benar
atau salah, pantas atau tidak, susila atau tidak, dan dengan demikian pribadi
dapat bertindak sesuai dengan moral masyarakat. Jadi Super Ego itu
cenderung menentang baik Ego maupun Id dan membuat dunia menurut
konsepsi yang ideal. Tetapi semuanya tergantung Ego yang memutuskan
mau melanggar atau tidak. Tidak serta merta Super Ego harus di penuhi,
dituruti atau dijalankan. Demikianlah struktur kepribadian menurut Freud,
terdiri atas tiga aspek yang dimana saya pahami, bahwa aspek-aspek
tersebut hanya nama-nama untuk berbagai proses psikologis yang
berlangsung dengan prinsip-prinsip yang berbeda satu sama lain. Dalam
keadaan biasa ketiga sistem itu bekerja sama dengan diatur oleh Ego,
kepribadian berfungsi sebagai kesatuan.7
Dengan pembagian tiga aspek ini maka tingkatan tertinggi kepribadian
manusia dalam moralitas dan sosialitas serta tidak menyentuh pada aspek
keagamaan, lebih lanjut Freud mengatakan bahwa tingkatan moralitas
digambarkan sebagaimana tingkah laku yang irasional, sebab tingkah laku ini
hanya mengutamakan nilai-nilai luas bukan nilai-nilai yang berada dalam
kesadaran manusia itu sendiri.
B. Konsep Manusia Menurut Behaviorisme
Behaviorisme adalah aliran dalam psikologi yang didirikan oleh John B.
Watson pada tahun 1913. Behaviorisme merupakan aliran revolusioner yang
kuat dan berpengaruh, serta memiliki akar sejarah yang cukup dalam.
Behaviorisme lahir sebagai reaksi terhadap introspeksionisme (yang

7
Struktur Kepribadian, 17 Juni 2015.
https://www.kompasiana.com/komentar/sahruramadhan/5529a136f17e61dd10d623da/struktur-
kepribadian. Diakses pada hari senin, tanggal 23-12-2019, pukul 14:33 WIB.

5
menganalisis jiwa manusia berdasarkan laporan-laporan subjektif) dan
psikoanalisis (yang berbicara tentang alam bawah sadar yang tidak tampak).8
Behaviorisme ingin menganalisis bahwa hanya perilaku yang tampak yang
dapat diukur, dilukiskan dan diramalkan. Pada dasarnya ketika manusia
dilahirkan, manusia tidak membawa bakat apa-apa. Manusia akan berkembang
berdasarkan stimulus yang diterimanya dari lingkungan sekitarnya. Oleh
karena itu, lingkungan yang baik akan menghasilkan manusia yang baik,
lingkungan yang buruk akan menghasilkan manusia yang buruk. Kaum
behavioris memusatkan pada pendekatan ilmiah yang sungguh-sungguh
objektif. Mereka mencoret dari kamus ilmiahnya, semua peristilahan yang
bersifat subjektif, seperti sensasi, persepsi, hasrat, tujuan, termasuk berpikir
dan emosi, selama kedua pengertian tersebut dirumuskan secara subjektif.
Konsep Manusia Menurut Behaviorisme adalah:
1. Self Awareness (kesadaran diri), yaitu kemampuan untuk mengambil jarak
terhadap diri sendiri dan menelaah pemikiran, motof, sejarah, naskah hidup,
tindakan, kebiasaan dan kecenderungan. Hal ini memungkinkan manusia
untuk melepaskan kacamata diri. Kesadaran diri memungkinkan untuk
melihat kacamata itu ataupun melihat melaluinya. Ini memungkinkan
manusia untuk menjadi sadar terhadap sejarah sosial dan psikis dari
program-program yang ada dalam diri dan memperluas celah antara
rangsangan dan tanggapan.
2. Conscience (hati nurani), yang menghubungkan manusia dengan
kebijaksanaan zaman dan kebijaksanaan hati. Ini merupakan sistem
pengarahan yang ada dalam jiwa manusia, yang memungkinkan manusia
untuk memahami ketika manusia bertindak atau bahkan merenungkan
sesuatu yang sejalan dengan prinsip. Ini juga memberi manusia pemahaman
terhadap bakat-bakat khas dan misi manusia.
3. Independent Will (kehendak bebas), yaitu kemampuan manusia untuk
bertindak. Ini memberi manusia kekuatan untuk mengatasi paradigma diri,
untuk berenang melawan arus, menulis kembali naskah hidupnya, bertindak

8
Ujam Jaenudin, Psikologi Transpersonal, Bandung: CV Pustaka Setia, 2012, h. 58.

6
atas dasar prinsip dan bukan bereaksi atas dasar emosi dan lingkungan
sekitar. Pengaruh-pengaruh genetis dan lingkungan boleh jadi amat kuat.
Pengaruh-pengaruh itu tidak dapat mengendalikan. Dengan demikian,
manusia tidak menjadi korban, manusia bukan merupakan produk dari
pilihannya. Manusia dapat memberi tanggapan, mampu memilih di seberang
suasana hati dan kecondongannya. Manusia memiliki kekuatan kehendak
untuk bertindak berdasarkan kesadaran diri, hati nurani dan visi.
4. Creative Imagination (imajinasi kreatif), yaitu kemampuan untuk
meneropong keadaan masa datang, untuk menciptakan sesuatu di benak
manusia dan memecahkan soal secara sinergis. Ini adalah anugerah
kemampuan yang memungkinkan manusia melihat dari diri sendiri dan
orang lain secara berbeda dan lebih baik daripada saat ini. Ini
memungkinkan seseorang untuk menulis pernyataan misi pribadi,
menetapkan tujuan atau merencanakan pertemuan. Ini juga membuat
seseorang semakin mampu memvisualisasikan diri yang sedang menghayati
pernyataan misi pribadi, bahkan dalam lingkungan yang paling menantang
dan menerapkan prinsip-prinsip dalam berbagai situasi baru secara efektif.9
Dengan mengembangkan dan menggunakan empat anugerah tersebut,
manusia akan terbedayakan dan memiliki konsep diri yang kuat, sehingga
mampu membuat pilihan sikap dan tindakan yang bijaksana atas situasi atau
stimulus yang ia terima. Sebaliknya, orang yang mengabaikan dan membiarkan
empat anugerah yang ia miliki tidak berkembang, sehingga perilaku dan
pilihan sikapnya tidak efektif, ia akan mudah dikendalikan oleh lingkungan,
tekanan sosial atau suasanan hatinya.10
C. Konsep Manusia Menurut Humanisme
Psikologi humanisme muncul pada 1960-an sebagai reaksi atas aliran
psikoanalisis dan behaviorisme serta dipandang sebagai “kekuatan ketiga”
dalam aliran psikologi.11 Aliran psikologi humanisme sangat terkenal dengan
konsepsi bahwa esensinya manusia itu baik dan menjadi dasar keyakinan serta
9
Ibid, h. 62-63.
10
Ibid, h. 63.
11
Ibid, h. 64-65.

7
menghormati sisi kemanusiaan. Psikologi humanisme adalah perspektif
psikologi yang menekankan studi seseorang secara utuh.12
Pokok persoalan dari psikologi humanisme adalah pengalaman subjektif
manusia, keunikannya yang membedakan dari hewan-hewan, sedangkan area-
area minat dan penelitian yang utama dari psikologi humanisme adalah
kepribadian yang normal dan sehat, motivasi, kreativitas, kemungkinan-
kemungkinan manusia untuk tumbuh dan bagaimana bisa mencapainya, serta
nilai-nilai manusia Metode-metode studinya, psikologi humanisme
menggunakan berbagai metode mencakup wawancara, sejarah hidup, sastra,
dan produk-produk kreatif lainnya.13
Jadi, psikologi humanisme atau disebut juga dengan nama psikologi
kemanusiaan adalah suatu pendekatan yang multifaset terhadap pengalaman
dan tingkah laku manusia, yang memusatkan perhatian pada keunikan dan
aktualisasi diri manusia. Bagi sejumlah ahli psikologi humanisme ia adalah
alternatif, sedangkan bagi sejumlah ahli psikologi humanisme yang lainnya
merupakan pelengkap bagi penekanan tradisional behaviorisme dan
psikoanalis. Keyakinan ini membawa kepada usaha meningkatkan kualitas
manusia seperti pilihan, kreativitas, interaksi fisik, mental, jiwa dan keperluan
untuk menjadi lebih bebas.14
Konsep Manusia Menurut Humanisme adalah:
a. Teori Humanisme Menurut Carl Rogers
Carl Rogers berpendapat bahwa manusia itu pada dasarnya memiliki
dorongan untuk mengarahkan dirinya ketujuan yang positif. Manusia itu
rasional, oleh karena itu dalam hal ini dapat menentukan nasibnya sendiri.
Ini berarti bahwa manusia memiliki kemampuan untuk mengarahkan,
mengatur dan mengontrol dirinya sendiri apabila diberikan kesempatan
untuk berkembang. Dunia manusia adalah dunia kemungkinan (a process of
12
Muhammad Fathurrohman dan Sulistyorini, Belajar dan Pembelajaran: Meningkatkan Mutu
Pembelajaran Sesuai Standar Nasional, Yogyakarta: Teras, 2012, h. 234-235.
13
Firdha Amelia, Nurhanisyah, Purti Oktaviani, Euis Nurhafizoh, Citra Syafira Putri, Rahajeng
Vika Hapsari, “Pandangan Hakikat Manusia Menurut Psikoanalisis, Behavioristik, Humanistik,
Sosial-Kgnitif dan Transcedental”, Makalah Kelompok Kesehatan Mental, Kelas 5/B, Jurusan
Psikologi, Dosen Pengampu Risatianti Kolopaking, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, t.th, h. 10.
14
Ibid, h. 10.

8
becoming), dan ini berjalan terus menerus tidak pernah selesai. Jadi,
manusia itu sendirilah menggerakkan dirinya kearah mana yang
diinginkan.15
b. Teori Logoterapi Viktor Frankl
Logoterapi mengajarkan bahwa manusia harus dipandang sebagai
kesatuan raga, jiwa dan ruhani yang tidak terpisahkan. Selain itu Logoterapi
menganggap hasrat untuk hidup bermakna adalah motivasi utama manusia.
Bila seseorang berhasil memenuhinya, maka akan menjadikan hidupnya
bermakna dan bahagia. Begitupun sebaliknya, bila ia tidak berhasil
memenuhi arti hidupnya, maka akan menyebabkan hidupnya hampa (tidak
bermakna).16
c. Teori Kebutuhan Menurut Abraham Maslow
Abraham Maslow percaya bahwa manusia tergerak untuk memahami
dan menerima dirinya sebisa mungkin. Teorinya yang sangat terkenal
sampai hari ini adalah teori tentang Hierarchy of Needs (Hierarki
Kebutuhan). Menurut Maslow manusia termotivasi untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Kebutuhan tersebut memiliki tingkatan atau hierarki,
mulai yang paling rendah (bersifat dasar/fisiologis) sampai yang paling
tinggi (aktualisasi diri).17 Kebutuhan-kebutuhan dasar tersebut menurut
Maslow sebagai berikut:
 Kebutuhan Fisiologis
Ini adalah kebutuhan bilogis. Mereka terdiri dari kebutuhan oksigen,
makanan, air, suhu tubuh relatif yang konstan, seks dan tempat tinggal.
 Kebutuhan Keamanan
Ketika semua kebutuhan fisiologis terpenuhi dan terpuaskan, serta
tidak lagi menjadi pusat pemikiran dan perilaku, maka kebutuhan

15
Juwita Yulainto, “Psikologi Humanistik Memandang Hakikat Manusia”, Universitas Buddhi
Dharma, di posting di SlideShare pada tanggal 7 Februari 2018, h. 17.
16
Firdha Amelia, Nurhanisyah, Purti Oktaviani, Euis Nurhafizoh, Citra Syafira Putri, Rahajeng
Vika Hapsari, “Pandangan Hakikat Manusia Menurut Psikoanalisis, Behavioristik, Humanistik,
Sosial-Kgnitif dan Transcedental”, Makalah Kelompok Kesehatan Mental, Kelas 5/B, Jurusan
Psikologi, Dosen Pengampu Risatianti Kolopaking, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, t.th, h. 11.
17
Ujam Jaenudin, Psikologi Transpersonal, Bandung: CV Pustaka Setia, 2012, h. 67.

9
keamanan dapat menjadi aktif. Kebutuhan rasa aman mencakup
kebutuhan terhadap keadaan yang umumnya bisa diprediksi, yang
membuat dunia menjadi masuk akal.
 Kebutuhan Cinta, Sayang dan Kepemilikan
Ketika kebutuhan untuk keselamatan dan kesejahteraan fisiologis
terpuaskan, kelas berikutnya kebutuhan akan cinta, sayang dan
kepemilikan dapat muncul dengan sendirinya, mencakup hubungan
psikologis yang mendalam dengan orang lain. Maslow menyatakan
bahwa orang secara naluriah akan mencari cara untuk mengatasi perasaan
kesepian dan keterasingan.
 Kebutuhan Esteem
Ketika tingkat kebutuhan sebelumnya telah terpenuhi, kebutuhan
akan pengakuan terhadap harga diri bisa menjadi dominan. Ia melihatkan
baik harga diri, maupun untuk menapat penghargaan diri dari orang lain.
Manusia memiliki kebutuhan untuk bersikap tegas berdasarkan tingginya
tingkat kestabilitasan diri dan haus akan rasa hormat dari orang lain.18
 Kebutuhan Aktualisasi Diri
Tahapan tertinggi dalam tangga hierarki motivasi manusia dari
Abraham Maslow adalah kebutuhan aktualisasi diri. Maslow mengatakan
bahwa manusia akan berusaha keras untuk mendapatkan aktualisasi diri
mereka atau realisasi dari potensi diri manusia seutuhnya, ketika mereka
telah meraih kepuasaan dari kebutuhan yang lebih mendasarnya.19 Orang
yang telah mencapai aktualisasi diri cenderung bersikap mandiri,
menolak tekanan sosial, mencintai kebebasan dan memiliki kebutuhan
privasi yang tinggi. Kepribadian mereka rumit. Oleh karena itu, mereka
sulit ditemukan, dinilai, dan dievaluasi.20
Psikologi humanisme berasumsi bahwa manusia pada dasarnya
memiliki potensi-potensi yang baik, minimal lebih banyak baiknya daripada

18
Juwita Yulainto, “Psikologi Humanistik Memandang Hakikat Manusia”, Universitas Buddhi
Dharma, di posting di SlideShare pada tanggal 7 Februari 2018, h. 21-23.
19
Ujam Jaenudin, Psikologi Transpersonal, Bandung: CV Pustaka Setia, 2012, h. 69.
20
Ibid, h. 69-70.

10
buruknya. Psikologi humanisme memusatkan perhatian untuk menelaah
kualitas-kualitas insani, yakni sifat-sifat dan kemampuan khusus manusia
yang terpatri pada eksistensi manusia, seperti kemampuan abstraksi, daya
analisis dan sintesis, imajinasi, kreativitas, kebebasan berkehendak,
tanggungjawab, aktualisasi diri, makna hidup, pengembangan pribadi,
humor, sikap etis dan rasa estetika. Selain itu psikologi humanisme
memandang manusia sebagai makhluk yang memiliki otoritas atas
kehidupan dirinya sendiri. Asumsi ini menunjukkan bahwa manusia adalah
makhluk yang sadar, mandiri, pelaku aktif yang dapat menentukan (hampir)
segalanya. Ia adalah makhluk dengan julukan the self determining
being yang mampu sepenuhnya menentukan tujuan-tujuan yang paling
diinginkannya dan cara-cara mancapai tujuan itu yang dianggapnya paling
tepat.21
D. Konsep Manusia Menurut Al-Qur’an
Terdapat uraian dalam Al-Qur’an tentang manusia sebagai makhluk
biologik, psikologik dan rohaniah. Allah swt. berfirman dalam Q.S. Al-
Mu’minun/23:12, 13, 14, 15 dan 16, sebagai berikut:
        
       
     
     
      
       
     
Terjemahannya: Dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari
suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air
mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air
mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami
jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang
belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. kemudian
Kami jadikan Dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah
Allah, Pencipta yang paling baik. Kemudian, sesudah itu, Sesungguhnya

21
Firdha Amelia, Nurhanisyah, Purti Oktaviani, Euis Nurhafizoh, Citra Syafira Putri, Rahajeng
Vika Hapsari, “Pandangan Hakikat Manusia Menurut Psikoanalisis, Behavioristik, Humanistik,
Sosial-Kgnitif dan Transcedental”, Makalah Kelompok Kesehatan Mental, Kelas 5/B, Jurusan
Psikologi, Dosen Pengampu Risatianti Kolopaking, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, t.th, h. 12.

11
kamu sekalian benar-benar akan mati. Kemudian, Sesungguhnya kamu
sekalian akan dibangkitkan (dari kuburmu) di hari kiamat.

Itulah proses kejadian manusia yang digambarkan oleh Al-Qur'an. Istilah


nutfah dan 'alaqah dapat dimengerti lebih tepat setelah ilmu Kimia dan
Genetika berkembang pesat. Kalau kita perhatikan ayat tadi, betapa hebatnya
Al-Qur'an mengutarakan fakta-fakta ilmiah yang tidak mungkin diketahui
manusia di tanah Arab pada waktu diturunkannya ayat tersebut, karena waktu
itu ilmu kedokteran di tanah Arab boleh dikatakan tidak ada, yang ada hanya
ilmu pengobatan secara primitif. Pada ayat itu proses kejadian manusia dan
perkembangannya lebih digambarkan secara biologik dan phisiologik,
walaupun proses itu tak dapat dipisahkan dengan segi psikologik (nafsiah) dan
rohaniah.22 Allah swt. berfirman dalam Q.S. An-Nahl/16:78, sebagai berikut:
      
      
  
Terjemahannya: “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam
Keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran,
penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur”.
Ayat ini menerangkan tentang perkembangan kehidupan jiwa manusia.
Pada waktu dilahirkan, manusia tidak mengetahui sesuatu pun. Ia belum sadar
akan dirinya. Ia belum tahu siapakah dirinya. Kemudian Allah memberinya
pancaindra, sehingga ia mengenal benda-benda dan materi sekitarnya. Ia diberi
pendengaran, sehingga ia mengenal suara-suara. Suara ibunya, suara benda-
benda lain dan bahkan suaranya sendiri. Sesudah itu diberi penglihatan. Setelah
beberapa hari si bayi dilahirkan, baru penglihatannya mulai berfungsi.
Berdasarkan penyelidikan phisiologik dan psikologik, ternyata indra
pendengaran berfungsi lebih dahulu daripada indra penglihatan. Dengan
berfungsinya indra penglihatan, maka pengenalan benda-benda sekelilingnya
dan dirinya sendiri lebih mantap lagi. Walaupun pengenalan ini lebih bersifat
jasmaniah, lebih bersifat ketubuhan. Si anak mulai mengenal dunia materi,

22
Abdul Aziz Ahyadi, Psikologi Agama: Kepribadian Muslim Pancasila, Bandung: 2001, h.
113.

12
dunia jasmaniah dan kebutuhan dirinya. Lalu Allah memberinya hati, mata,
hati, kesadaran atau akal budi yang disebut "af'idah". Af'idah mengandung
aspek kemauan, perasaan dan pemikiran. Kurang lebih umur tiga tahun, si anak
mulai mengenal "Aku" jasmaniahnya. Ia mengenal badannya, yang ternyata
bukanlah kepunyaan orang lain. Ia mengenal anggota tubuhnya, yang ternyata
tangannya (misalnya) bukanlah bagian dari bonekanya. Ia menyadari dirinya
sendiri, tapi masih lebih bersifat jasmaniah. Mata hatinya, masih belum
sempurna untuk berfungsi. Melalui hubungan dengan dunia luar, ia pun mulai
menyesuaikan dirinya dengan lingkungan. Pada masa puber, mata hati atau
af'idah ini menuju kesempurnaan. Manusia mulai mengenal "Aku"
rohaniahnya. Ia mengenal dirinya berbeda dengan individu lain. Ia mengenal,
bahwa kemauan, pemikiran, perasaan dan kehidupan mental rohaniahnya
berbeda dengan manusia lain. Ia sadar akan dirinya sendiri dan seharusnya ia
mulai sadar dengan Penciptaannya yang Maha Bijaksana.23
Berdasarkan uraian di atas dapat diutarakan bahwa konsepsi Al-Qur'an
tentang manusia antara lain meliputi aspek jasmaniah, psikologik dan rohaniah.
Berbeda dengan konsepsi Barat (sains) yang hanya melihat segi empiriknya
saja dari manusia dan kurang memperhatikan hal-hal yang rohaniahnya. Segi
jasmaniah manusia digambarkan pada penciptaan-Nya yang berasal dari turab,
tanah, lumpur hitam yang diberi bentuk dan akhirnya menjadi tanah kering
seperti tembikar. Gambaran segi material manusia dalam Al-Qur'an itu tetap
harus dijadikan bahan pemikiran, perenungan dan penelitian bagi manusia yang
berpikir sepanjang masa untuk membuktikan kebesaran Tuhan. Segi psikologik
manusia diuraikan dengan adanya af'idah dan nafs, sedangkan segi rohaniah
digambarkan dengan peniupan ruh-Ilahi kepadanya. Manusia menjadi makhluk
jasmani-rohani sebagai satu kesatuan yang utuh, saling melengkapi, serasi, dan
dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Jasmani, nafs dan kerohanian bukanlah
merupakan dua atau tiga substansi yang terpisah secara jelas, tapi merupakan
satu kesatuan yang berproses secara berlanjut. Mulai dari penyatuan sperma
dengan ovum sampai menjadi "insan kamil". Manusia berbeda dengan hewan

23
Ibid, h. 113-114.

13
yang tidak memiliki kehidupan rohaniah dan berbeda dengan malaikat yang
bukan materi. Segi jasmaniah dan prosesnya, manusia serupa dengan binatang,
yakni memiliki ciri-ciri bilologik, fisiologik, refleksologik dan beberapa ciri
psikologik yang bersifat instinktif-mekanistis seperti naluri mempertahankan
hidup, mempertahankan diri, mengembangkan jenisnya, kemampuan belajar
melalui kebiasaan, pengalaman, latihan, kondisioning dan semacamnya. Segi
rohaniah, manusia serupa dengan malaikat yang berusaha mensucikan dirinya,
rindu akan keutamaan, kemuliaan, nilai-nilai luhur, ilmu pengetahuan,
pemberian makna hidup, mencari dan mendekatkan diri kepada Penciptanya,
rindu menyembah, mengagungkan dan mengabdi kepada Tuhan serta berusaha
untuk mencapai kesempurnaan. Kehidupan jasmaniah tidak terpisah dengan
kehidupan psikologik dan rohaniahnya. Kehidupan rohaniah juga tidak bisa
terpisah secara tegas dengan kehidupan jasmaniah dan psikologiknya.24
Dalam banyak ayat, Alquran memuji-muji manusia karena memiliki
keistimewaan dibanding ciptaan Allah lainnya. Keistimewaan inilah yang
menjadikan manusia memiliki posisi yang lebih mulia dan utama  dari malaikat
sekalipun. Allah SWT berfirman dalam Q.S. Al-Isra’ ayat 70:
      
    
     
Terjemahannya: “Dan sungguh, Kami telah memuliakan anak cucu Adam, dan
Kami angkut mereka di darat dan di laut, dan Kami beri mereka rezeki dari
yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka di atas banyak makhluk yang Kami
ciptakan dengan kelebihan yang sempurna”.
Di awal penciptaan, para malaikat bersujud kepada Nabi Adam kecuali
Iblis. Iblis merasa bahan penciptaan dirinya lebih mulia dari manusia, manusia
dari tanah sedangkan Iblis dari api. Padahal kemuliaan dan keistimewaan Nabi
Adam, bukan berkaitan dengan bahan penciptaannya sehingga Iblis
membanding-bandingkan dengan dirinya, tapi sekaitan dengan keistimewaan
potensi yang dimiliki manusia, sebagai bahan menapaki hidup di dunia kelak.
E. Kelebihan-Kelebihan Manusia Menurut Al-Qur’an
24
Ibid, h. 114-115.

14
1. Memiliki Ilmu Pengetahuan
Manusia memiliki potensi kemampuan memahami berbagai macam ilmu,
karena manusia dibekali akal yang dengannya bisa berpikir dan mengolah
berbagai macam ilmu pengetahuan. Suatu kemampuan yang tidak dimiliki
makhluk lainnya. Allah berfirman dalam Q.S. Al-Baqarah ayat 31-33:
      
    
       
       
     
       
      
    
Terjemahannya: “Dan Dia ajarkan kepada Adam nama-nama semuanya,
kemudian Dia perlihatkan kepada para malaikat, seraya berfirman,
“Sebutkan kepada-Ku nama semua (benda) ini, jika kamu yang benar!.
Mereka menjawab, “Mahasuci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain
apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami. Sungguh, Engkaulah Yang
Maha Mengetahui, Mahabijaksana. Dia (Allah) berfirman, “Wahai Adam!
Beritahukanlah kepada mereka nama-nama itu!” Setelah Adam
menyebutkan nama-namanya, Dia berfirman, “Bukankah telah Aku katakan
kepadamu, bahwa Aku mengetahui rahasia langit dan bumi, dan Aku
mengetahui apa yang kamu nyatakan dan apa yang kamu sembunyikan?”.
2. Menjadi Khalifah
Dari sisi wujud, manusia memiliki kepantasan menjadi khalifah di muka
bumi. Memiliki potensi dan kelayakan mewarisi serta menjaga bumi agar
tetap menjadi tempat yang layak ditinggali dan tempat makhluk-makhluk
lain bertasbih kepada Sang Pencipta. Allah berfirman dalam Q.S. Al-
Baqarah 30:
       
       
    
         

15
Terjemahannya:“Dan ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat,
“Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata, “Apakah
Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah
di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-
Mu?” Dia berfirman, “Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu
ketahui.”
3. Malaikat pun Bersujud Kepada Manusia
Di antara bukti lain dari kedudukan tinggi manusia adalah Allah menyuruh
para malaikat-Nya untuk bersujud kepada manusia, sebagai bukti
ketundukan dan ketaatan malaikat kepada perintah Allah. Allah berfiman
dalam Q.S. Shad ayat 71-72:
       
       
   
Terjemahannya:“(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat,
“Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah. Kemudian
apabila telah Aku sempurnakan kejadiannya dan Aku tiupkan roh (ciptaan)-
Ku kepadanya; maka tunduklah kamu dengan bersujud kepadanya”.
4. Mampu Mengungkap Rahasia Alam Semesta
Allah berfirman dalam Q.S. An-Nahl ayat 14:
      
     
     
  
Terjemahannya: “Dan Dialah yang menundukkan lautan (untukmu), agar
kamu dapat memakan daging yang segar (ikan) darinya, dan (dari lautan
itu) kamu mengeluarkan perhiasan yang kamu pakai. Kamu (juga) melihat
perahu berlayar padanya, dan agar kamu mencari sebagian karunia-Nya,
dan agar kamu bersyukur”.
5. Memiliki Akal Sempurna untuk Mengetahui Baik dan Buruk
Di antara keistimewaan penting manusia adalah pengetahuan baik dan buruk
yang dipahami oleh akalnya. Karena pengetahuan akan kebaikan inilah yang
akan menjadikan manusia sempurna menuju kepada kesucian. Namun

16
sebaliknya, jika menentang akal dan memperturutkan hawa nafsu akan
mejerumuskan, dan menjadikannya makhluk yang hina. Allah berfirman
dalam Q.S. As-Syam ayat 7-10:
     
        
  
Terjemahannya: “Demi jiwa serta penyempurnaan (ciptaan)nya, maka Dia
mengilhamkan kepadanya (jalan) kejahatan dan ketakwaannya. Sungguh
beruntung orang yang menyucikannya (jiwa itu). Dan sungguh rugi orang
yang mengotorinya”.
6. Dibekali Fitrah Tauhid
Manusia dibekali fitrah untuk bertauhid kepada Allah sebagai penciptanya.
Manusia memiliki kecendrungan kepada agama, mencari pencipta lalu
tunduk menyembah-Nya. Jika tidak, niscaya dalam hidupnya akan
senantiasa gelisah. Tidak akan pernah tentram selama belum bersama
Tuhan. Allah berfirman dalam Q.S. Ar-Rum ayat 30.
       
         
      

Terjemahannya: “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama
(Islam); (sesuai) fitrah Allah disebabkan Dia telah menciptakan manusia
menurut (fitrah) itu. Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah. (Itulah)
agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”.25

BAB III

ANALISA

Psikoanalisis dan Behaviorisme menjadi sains yang berbahaya karena


mengabaikan nilai. Psikoanalisis menganggap bahwa nilai-nilai tinggi dalam
kehidupan hanyalah topeng untuk menutupi kebutuhan naluriah yang rendah, ia

25
Keistimewaan Manusia dalam Al-Qur’an, Rabu 17 April 2019,
https://islamindonesia.id/hikmah/keistimewaan-manusia-dalam-alquran.htm. Diakses pada hari
senin, tanggal 23-12-2019, pukul 14:16 WIB.

17
menjadi sangat nihilistik, sedangkan Behaviorisme mengorbankan manusia pada
belas kasih lingkungan, perhatiannya bertumpu pada pengalaman objektif,
behaviorisme menolak pengalaman personal, yang sangat berarti dalam kehidupan
manusia. Aliran humanisme muncul pada 1960-an sebagai reaksi atas aliran
psikoanalisis dan behaviorisme serta dipandang sebagai “kekuatan ketiga” dalam
aliran psikologi. Aliran psikologi humanistik sangat terkenal dengan konsepsi
bahwa esensinya manusia itu baik dan menjadi dasar keyakinan serta
menghormati sisi kemanusiaan.
Berbeda dengan konsepsi Barat (sains) yang hanya melihat segi empiriknya
saja dari manusia dan kurang memperhatikan hal-hal yang rohaniahnya.
Konsep manusia menurut Al-Qur’an antara lain meliputi aspek jasmaniah,
psikologik dan rohaniah. Segi jasmaniah manusia digambarkan pada penciptaan-
Nya yang berasal dari turab, tanah, lumpur hitam yang diberi bentuk dan akhirnya
menjadi tanah kering seperti tembikar. Segi psikologik manusia diuraikan dengan
adanya af'idah dan nafs, sedangkan segi rohaniah digambarkan dengan peniupan
ruh-Ilahi kepadanya. Nampak jelas perkembangan manusia secara jasmaniah dan
rohaniah, sejak penciptaan Nabi Adam a.s. sampai Nabi terakhir, Muhammad
saw. Secara jasmaniah bentuk manusia sekarang adalah bentuk terbaik dan paling
harmonis sebagai hasil akhir perkembangannya, baik secara morphologik maupun
fungsional. Secara rohaniah, rohani Nabi Muhammad saw. adalah paling
sempurna sebagai hasil perkembangan kehidupan rohaniah manusia sejak
ditiupkan dari ciptaan ruh Allah dan tidak ada lagi peningkatan kesempurnaan
rohaniah yang melebihi Nabi Muhammad saw. Tepatlah dan seyogyanya manusia
wajib bersyukur kepada Pencipta-Nya yang telah menjadikan manusia sedemikian
indah dan sempurna.
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Konsep manusia menurut psikoanalisis bahwa perilaku manusia
dikendalikan dan diatur oleh kekuatan yang sadar dari dalam diri. Menemukan

18
aktivitas manusia berdasarkan struktur jiwa yang terdiri atas id, ego dan super
ego. Penggerak utama struktur manusia adalah libido, dengan libido yang
terkuat adalah libido seksual, karena itu hampir seluruh tingkah laku manusia
teraktual disebabkan oleh motivasi libido seksual. Tingkat kesadaran manusia
terbagi atas tiga alam yaitu: (1) Alam Pra Sadar (2) Alam Tak Sadar dan (3)
Alam Sadar.
Konsep manusia menurut behaviorisme, pada dasarnya ketika manusia
dilahirkan, manusia tidak membawa bakat apa-apa. Manusia akan berkembang
berdasarkan stimulus yang diterimanya dari lingkungan sekitarnya. Oleh
karena itu, lingkungan yang baik akan menghasilkan manusia yang baik,
lingkungan yang buruk akan menghasilkan manusia yang buruk. Hasil
pemikirannya tentang refleks yang terkondisikan, meyakini bahwa semua
perilaku dikendalikan oleh faktor-faktor eksternal dari lingkungan. Menurut
Behaviorisme manusia mempunyai kesadaran diri, hati nurani, kehendak bebas
dan imajinasi kreatif.
Konsep manusia menurut humanisme pada dasarnya manusia memiliki
potensi-potensi yang baik, minimal lebih banyak baiknya daripada buruknya.
Memandang manusia sebagai makhluk yang memiliki otoritas atas kehidupan
dirinya sendiri. Asumsi ini menunjukkan bahwa manusia adalah makhluk yang
sadar, mandiri, pelaku aktif yang dapat menentukan (hampir) segalanya. Ia
adalah makhluk dengan julukan the self determining being yang mampu
sepenuhnya menentukan tujuan-tujuan yang paling diinginkannya dan cara-
cara mancapai tujuan itu yang dianggapnya paling tepat.
Konsep manusia menurut Al-Qur’an antara lain meliputi aspek jasmaniah,
psikologik dan rohaniah. Segi jasmaniah manusia digambarkan pada
penciptaan-Nya yang berasal dari turab, tanah, lumpur hitam yang diberi
bentuk dan akhirnya menjadi tanah kering seperti tembikar. Segi psikologik
manusia diuraikan dengan adanya af'idah dan nafs, sedangkan segi rohaniah
digambarkan dengan peniupan ruh-Ilahi kepadanya. Segi jasmaniah dan
prosesnya, manusia serupa dengan binatang, yakni memiliki ciri-ciri bilologik,
fisiologik, refleksologik dan beberapa ciri psikologik yang bersifat instinktif-

19
mekanistis seperti naluri mempertahankan hidup, mempertahankan diri,
mengembangkan jenisnya, kemampuan belajar melalui kebiasaan, pengalaman,
latihan, kondisioning dan semacamnya. Segi rohaniah, manusia serupa dengan
malaikat yang berusaha mensucikan dirinya, rindu akan keutamaan, kemuliaan,
nilai-nilai luhur, ilmu pengetahuan, pemberian makna hidup, mencari dan
mendekatkan diri kepada Penciptanya, rindu menyembah, mengagungkan dan
mengabdi kepada Tuhan serta berusaha untuk mencapai kesempurnaan.
B. Saran-Saran
Saran penulis dalam makalah yang berjudul “Konsep Manusia Menurut
Psikoanalisis, Behaviorisme, Humanisme dan Al-Qur’an” sebagai manusia
yang memiliki banyak potensi, hendaknya menjadikan diri kita sebagai
manusia yang berharga, bermakna dan berkualitas agar mampu mencapai
tujuan yang kita inginkan nantinya. Seyogyanya kita sebagai manusia wajib
bersyukur kepada Pencipta-Nya yang telah menjadikan manusia sedemikian
indah dan sempurna.

20
DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Ahyadi, Abdul Aziz, Psikologi Agama: Kepribadian Muslim Pancasila, Bandung:


2001.

Firdha Amelia, Nurhanisyah, Purti Oktaviani, Euis Nurhafizoh, Citra Syafira


Putri, Rahajeng Vika Hapsari, “Pandangan Hakikat Manusia Menurut
Psikoanalisis, Behavioristik, Humanistik, Sosial-Kgnitif dan
Transcedental”, Makalah Kelompok Kesehatan Mental, Kelas 5/B,
Jurusan Psikologi, Dosen Pengampu Risatianti Kolopaking, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, t.th.

Fathurrohman, Muhammad dan Sulistyorini, Belajar dan Pembelajaran:


Meningkatkan Mutu Pembelajaran Sesuai Standar Nasional, Yogyakarta:
Teras, 2012.

Jaenudin, Ujam, Psikologi Transpersonal, Bandung: CV Pustaka Setia, 2012.

Malik, Imam, Pengantar Psikologi Umum, Yogyakarta: Teras, 2011.

Prawira, Purwa Atmaja, Psikologi Umum: Dengan Perspektif Baru, Jogjakarta:


Ar-Ruzz Media, 2012.

Rakhmat, Jalaluddin, Psikologi Agama: Sebuah Pengantar, Bandung: Mizan,


2004.

Yulainto, Juwita, “Psikologi Humanistik Memandang Hakikat Manusia”,


Universitas Buddhi Dharma, di posting di SlideShare pada tanggal 7
Februari 2018.

Internet:

Keistimewaan Manusia dalam Al-Qur’an, Rabu 17 April 2019,


https://islamindonesia.id/hikmah/keistimewaan-manusia-dalam-alquran.htm.
Diakses pada hari senin, tanggal 23-12-2019, pukul 14:16 WIB.

Struktur Kepribadian, 17 Juni 2015.


https://www.kompasiana.com/komentar/sahruramadhan/5529a136f17e61dd
10d623da/struktur-kepribadian. Diakses pada hari senin, tanggal 23-12-
2019, pukul 14:33 WIB.

Anda mungkin juga menyukai