Anda di halaman 1dari 14

Sejarah Psikologi Abnormal Paling Lengkap

Sponsors Link
Salah satu cabang dari psikologi yang berusaha mengkaji dan berusaha memahami pola perilaku
yang abnormal dan juga ara membantu orang – orang yang mengalaminya. Cakupan psikologi
abnormal yaitu sudut pandang tentang perilaku abnormal yang lebih luas daripada studi terhadap
gangguan mental atau gangguan psikologis. Psikologi abnormal ini sejatinya sudah ada sejak ribuan
tahun yang lalu atau bahkan sejak awal keberadaan manusia. Para pemikir dan imuwan besar dunia
telah berusaha menemukan penjelasan mengenai keanehan atau perilaku manusia yang
bermasalah.
ads

Zaman dulu manusia beranggapan bahwa ada kuasa di luar tubuh yang berperan dalam perilaku
seseorang yang abnormal. Dari mulai dewa – dewa, setan, roh, bahkan hingga rasi bintang dan bulan
dianggap mempengaruhi perilaku abnormal tersebut. Cara menyembuhkannya pun tidak rasional
karena adanya anggapan tersebut. Contohnya, pernah ditemukan tengkorak yang berlubang yang
diperkirakan berasal dari masa Mesir Kuno itu diyakini terjadi karena adanya pembedahan untuk
mengobati perilaku abnormal pada masa lalu.

Masa Perkembangan Psikologi Abnormal


Sejarah psikologi abnormal dimulai sejak mulainya peradaban manusia. Seperti telah diuraikan di
atas, dari zaman ke zaman terdapat perbedaan cara menangani perilaku abnormal yang termasuk ke
dalam macam – macam gangguan jiwa manusia tersebut. Beberapa masa perkembangan psikologi
abnormal hingga masa sekarang adalah:

 1300 SM

Melampus dari Pilus memperkenalkan suatu metode organik untuk mengobati penyakit mental
dengan menggunakan tanaman. Ekstrak dari akar – akaran untuk penyakit melankolia atau bubuk zat
besi untuk impotensi traumatik, yang mengarah kepada pendirian kuil untuk menghormati Asclepius,
dewa penyembuhan. Kuil – kuil ini pada akhirnya menjadi tempat bagi para penderita penyakit mental
dan menawarkan perawatan secara biologis dan psikologis seperti pengobatan menggunakan akar
mandrake, musik, dan interpretasi mimpi.

 Zaman Romawi dan Yunani Kuno

Hipocrates (460 SM) memegang peranan penting dalam sejarah perilaku abnormal pada masa ini
dengan menyatakan bahwa otak manusia adalah pusat kesadaran, intelektual dan emosi. Jika
seseorang menyimpang cara berpikirnya atau terganggu maka berarti ada masalah yang terjadi pada
otaknya. Hipocrates lebih percaya pada hal – hal yang bersifat alamiah daripada hal yang bersifat
supernatural, dan karena itu pula menyimpulkan bahwa pola hidup tertentu akan memberi pengaruh
kepada kesehatan otak dan tubuh. Perilaku abnormal oleh Hipocrates digolongkan kepada tiga
bagian yaitu:

 Melankolia, yaitu depresi dalam psikologi yang berlebihan.


 Maniak, mengacu kepada kegembiraan yang berlebihan
 Frenitis atau demam otak yang menandai bentuk dari perilaku yang aneh.

Selain Hipocrates, ada Ascleplaides dan Galen (130-200SM) dari Romawi yang mendukung
perlakuan lebih manusiawi serta adanya perawatan di rumah sakit untuk para penderita gangguan
mental. Galen meneliti anatomi untuk menemukan jawaban tentang cara kerja dari tubuh manusia
dan pikiran manusia. Pandangan mereka pada akhirnya menjadi dasar ilmiah mengenai perilaku
abnormal.
 Abad Pertengahan

Setelah tahun 200 M atau setelah kematian Galen, datanglah masa kegelapan bagi teori – teori
psikologi. Aspek ilmiah dari pengobatan Yunani masih terssa di negara – negara Islam di Timur
Tengah. Pada tahun 792 M rumah sakit mental pertama berdiri di Baghdad, diikuti kota Suriah dan
Aleppo. Di rumah sakit – rumah sakit ini, para pasien penderita penyakit mental menerima perawatan
yang manusiawi.

 980 – 1037 M

Pada masa ini berkembang teori dari Avicenna yang biasa disebut ‘Prince of Physicians’ karena ia
berasal dari Arab, bahwa depresi adalah hasil dari ketidakseimbangan kimia di dalam tubuh yang
disebabkan oleh stress emosional. Avicenna secara rutin meneliti tentang histeria, epilepsi, manic
dan melankolia, ia menulis studi medis berjudul ‘The Canon of Medicine‘. Kepercayaannya akan
keefektifan penggunaan musik untuk mengatasi stress emosional baru mendapatkan tempat enam
ratus tahun kemudian di Eropa.

 Zaman Kegelapan

Pada masa sejarah psikologi abnormal ini datanglah zaman kegelapan bagi dunia medis dan juga
studi yang dilakukan tentang perilaku abnormal. Gereja Katolik Roma kembali menguatkan doktrin
tentang kekuatan supernatural yang menjadi penyebab dari perilaku abnormal. Para penderita
gangguan mental ditangani oleh pastur dengan berdoa atau menyentuh pasien menggunakan benda
– benda keramat, bahkan hingga memukul dan mencambuk. Perilaku abnormal dipercaya timbul
karena adanya pengaruh sihir sehingga para penderita marak dibunuh atau diburu karena dianggap
memiliki ilmu sihir.

 Akhir abad ke 15 – awal abad ke 16

Pemisahan serius antara penderita gangguan mental dan kehidupan sosialnya mulai dilakukan pada
kurun waktu ini. Para penderita gangguan mental ditempatkan di satu tempat yang disebut Asylum.
Para penderita gangguan mental dan gelandangan ditampung disini, sebagian dirantai ke tempat
tidur dan yang lainnya berkeliaran tanpa adanya bantuan. Pada tahun 1547 dibangun London’s
Hospital of St. Mary of Bethlehem (Bedlam) yang merupakan prakarsa Henry VIII untuk
menampung pasien gangguan mental, namun rumah sakit tersebut pada akhirnya justru berkembang
menjadi pusat hiburan untuk masyarakat dengan menjual tiket untuk menonton para penghuninya
yang berperilaku aneh.
Muncul ahli – ahli seperti Paracelsus yang menolak anggapan bahwa perilaku abnormal terhubung
dengan demonology, serta Johann Weyer yang merupakan ahli psikis pertama yang
mengkhususkan diri pada perawatan penyakit mental.

 Abad ke 16

Selama abad ke 16, seorang suster atau biarawati Spanyol bernama Teresa of Avila (1515-1582)
membuat sebuah konsep luar biasa ketika membantah bahwa ia dan para kelompok biarawati lainnya
yang mengalami serangan histeris dan karenanya lalu berada dalam bahaya dari inkuisisi Spanyol,
bahwa mereka tidak mengalami kesurupan. Akan tetapi ia menyiratkan bahwa mereka mengalami
sakit yang berasal dari pikiran.

 Akhir abad ke 18 – awal abad ke 19

Para tokoh di Eropa, salah satunya adalah Phillipe Pinel mulai mengeluarkan pendapat bahwa
orang yang mengalami gangguan mental adalah orang yang sakit dan perlu adanya penanganan
rumah sakit yang lebih manusiawi. Pinel menyatakan bahwa perilaku abnormal pada orang – orang
disebabkan karena mereka menderita penyakit dan sudah seharusnya diperlakukan secara
manusiawi. Para penderita perilaku abnormal dirawat dengan belas kasih sehingga tidak lagi perlu
dirantai dan dirawat di ruangan yang berventilasi serta terkena cahaya matahari. William Tukejuga
memulai gerakan yang sama di Inggris. Begitu pula dengan Benjamin Rush(1745-1813), yang
mendorong pendekatan lebih manusiawi lagi dalam perawatan para penderita penyakit mental,
kemudian ia disebut sebagai Bapak Psikiatri Amerika. Namun, kemajuan dalam sejarah psikologi
abnormal ini juga diikuti oleh beberapa penurunan, diantaranya disebabkan oleh kelebihan kapasitas
tempat perawatan dan juga kekurangan dana untuk memelihara fasilitas perawatan tersebut.

 Pertengahan abad ke 19

Ketika masyarakat menolak para penderita sakit jiwa dan memperlakukan mereka secara tidak layak,
rumah sakit mental pun menjadi tempat yang menakutkan dengan adanya jaket pengikat, borgol, tali
dan kurungan yang digunakan untuk mengekang pasien yang membahayakan.

Walaupun pembangunan Asylum mulai banyak di beberapa kota di Eropa, bangsal tempat perawatan
pun memiliki kondisi sanitasi yang minim dan juga minim perawatan, karena menganggap perilaku ini
tidak dapat disembuhkan. Dorothy Dixberusaha memperjuagkan keberadaan para penderita
penyakit mental sampai mendapatkan perhatian khusus dari negara. Ia mendirikan rumah sakit –
rumah sakit jiwa di seluruh Amerika.

 Akhir abad ke 19

Gerakan revolusi dalam sejarah psikologi abnormal pada akhir abad ini mulai dilakukan. Gangguan
mental merupakan suatu yang dapat dijelaskan sebagai suatu faktor penyakit yang dsebabkanoleh
faktor alami dan dapat dijelaskan secara ilmiah. Gejala yang tampak mulai didaftar dan
diklasifikasikan berdasarkan pola gejala, dan juga mengidentifikasi dan mengklasifikasikan penyakit
mental.

Hal ini dilakukan oleh Emil Kraepelin (1855-1926). Penyakit yang paling parah diberi label oleh
Kraepelin sebagai Dementia Praecox atau juga dikenal dengan istilah Skizofrenia yang
diberikan Eugen Bleuler, dan juga manic depressive psychosis. Kemudian muncul Sigmund
Freud yang memperkenalkan teori psikoanalisis klasik dan teori psikososial freud sebagai suatu teori
komprehensif yang mencoba menjelaskan perilaku normal dan abnormal.

 Sepanjang abad ke 20

Joseph von Meduna melakukan pengamatan bahwa skizofrenia sangat jarang ditemukan pada
penderita epilepsi, walaupun di kemudian hari terbukti baha teorinya tersebut tidak benar. Kemudian
pada tahun 1930-an, mulai ditemukan adanya pengobatan berupa kejut listrik dan bedah otak.
Akhirnya pada tahun 1950an, para ilmuwan memperkenalkan beberapa jenis obat yang dapat
mengendalikan beberapa gejala yang membuat orang – orang penderita gangguan psikologis berat
menjadi lemah.

Tahun 1953 American Psychological Association mengembangkan kode etik tentang bagaimana
merawat pasien yang mengalami gangguan mental. Tahun 1963, ditemukan kelompok obat
antipsikotik (phenotiazines) yang membantu menekan pola – pola perilaku paling mencolok dalam
penyakit skizofrenia sehingga pasien macam – macam skizofreniamemiliki kemungkinan untuk hidup
bebas dalam komunitas dan hidup mandiri.
Perlunya pengkajian terhadap perilaku abnormal dikarenakan disfungsi psikologis dapat mencakup
berbagai penyimpangan sesuai budaya masng – masing, stress dan juga kecenderungan untuk
menyakiti diri sendiri dan orang lain. Pada kenyataannya, sepanjang sejarah keberadaan manusia
memang ada beberapa tipe penyimpangan psikologis yang bermanifestasi. Cabang – cabang
psikologi ada banyak kajian yang dipelajari antara lain psikologi abnormal. Psikologi abnormal telah
menjadi salah satu cabang paling populer dalam ilmu psikologi melalui berbagai sejarah psikologi
abnormal yang mencakup perjalanan waktu, teori dan revolusi pengobatan hingga menjadi cabang
ilmu yang dapat diandalkan untuk mengkaji berbagai perilaku abnormal manusia.
II. DEFINISI

Psikologi Abnormal ( Abnormal Psychology ) merupakan salah satu cabang psikologi yang
berupaya untuk memahami pola perilaku abnormal dan cara menolong orang – orang yang
mengalaminya. Dari waktu ke waktu sebagian dari kita merasa cemas ketika menghadapi interview
kerja yang penting atau ujian akhir . Lalu bagaimana kita di anggap melanggar batas antara perilaku
abnormal dengan normal ?

Satu jawabannya adalah kondisi emosional seperti kecemasan dan depresi dapat dikatakan
abnormal bila tidak sesuai dengan situasinya. Hal yang normal bila kita tertekan dalam tes tetapi
menjadi tidak normal ketika rasa cemas itu muncul ketika sedang memasuki department store atau
menaiki lift. Perilaku abnormal juga diindikasikan melalui besarnya / tingkat keseriusan problem.
Walaupun bentuk kecemasan sebelum interview kerja dianggap cukup normal namun merasa
seakan – akan jantung akan copot yang mengakibatkan batalnya interview adalah tidak normal.

III. PENGELOMPOKAN DEFINISI ABNORMAL

1. Pendekatan statistik

Di atas / di bawah normal di sebut “anormal” bukan abnormal. Istilah ini sering dipakai
pada aliran behaviourisme dan kuantitatif

2. Pendekatan Fungsional

Fungsi – fungsi kepribadian yang ada pada orang yang bersangkutan berada pada taraf
yang optimal / tidak

3. Pendekatan Kultural

Pendekatan yang melihat abnormalitas dari sistem nilai yang berlaku dalam masyarakat
tertentu

IV. KRITERIA YANG MENENTUKAN ABNORMALITAS

1. Perilaku yang tidak biasa

Perilaku yang tidak biasa disebut abnormal . Hanya sedikit dari kita yang menyatakan
melihat atau mendengar sesuatu yang sebenarnya tidak ada. Hal seperti itu hamper
dikatakan abnormal dalam budaya kita.

2. Perilaku yang tidak dapat diterima secara social atau melanggar norma sosial.

Setiap masyarakat memiliki norma – norma / standar yang menentukan jenis perilaku yang
dapat diterima dalam beragam konteks tertentu. Perilaku yang dianggap normal dalam satu
budaya mungkin dianggap abnormal dalam budaya lain. Satu implikasi dari mendasarkan
definisi dari perilaku abnormal pada norma social adalah bahwa norma – norma tersebut
merefleksikan standar yang relative bukan kebenaran universal.
3. Persepsi atau tingkah laku yang salah terhadap realitas

Biasanya sistem sensori dan proses kognitif memungkinkan kita untuk membentuk
representasi mental yang akurat tentang lingkungan sekitar.

4. Orang – orang tersebut berada dalam stress personal yang signifikan

Kondisi stress personal yang diakibatkan oleh gangguan emosi seperti kecemasan,
ketakutan atau depresi. Namun terkadang kecemasan dan depresi merupakan respon
yang sesuai dengan situasi tertentu.

5. Perilaku maladaptive

Perilaku yang menimbulkan ketidakbahagiaan dan membatasi kemampuan kita untuk


berfungsi dalam peran yang diharapkan.

6. Perilaku Berbahaya

Perilaku yang menimbulkan bahaya bagi orang itu sendiri atau orang lain.

V. FAKTOR – FAKTOR PENENTU ABNORMALITAS

Sebab – sebab perilaku Abnormal dapat ditinjau dari beberapa sudut, misalnya
berdasarkan tahap berfungsinya dan menurut sumber asalnya. Kedua macam penggolongan
tersebut disajikan sebagai berikut :

A. MENURUT TAHAP BERFUNGSINYA

Menurut tahap – tahap berfungsinya, sebab – sebab perilaku abnormal dapat dibedakan
sebagai berikut :

1. Penyebab Primer ( Primary Cause )

Penyebab primer adalah kondisi yang tanpa kehadirannya suatu gangguan tidak akan
muncul. Misalnya infeksi sipilis yang menyerang system syaraf pada kasus paresis
general yaitu sejenis psikosis yang disertai paralysis atau kelumpuhan yang bersifat
progresif atau berkembang secara bertahap sampai akhirnya penderita mengalami
kelumpuhan total. Tanpa infeksi sipilis gangguan ini tidak mungkin menyerang
seseorang.

2. Penyebab yang Menyiapkan ( Predisposing Cause )

Kondisi yang mendahului dan membuka jalan bagi kemungkinan terjadinya gangguan
tertentu dalam kondisi – kondisi tertentu di masa mendatang. Misalnya anak yang
ditolak oleh orang tuanya (rejected child) mungkin menjadi lebih rentan dengan
tekanan hidup sesudah dewasa dibandingkan dengan orang – orang yang memiliki
dasar rasa aman yang lebih baik
3. Penyebab Pencetus ( Preciptating Cause )

Penyebab pencetus adalah setiap kondisi yang tak tertahankan bagi individu dan
mencetuskan gangguan. Misalnya seorang wanita muda yang menjadi terganggu
sesudah mengalami kekecewaan berat ditinggalkan oleh tunangannya. Contoh lain
seorang pria setengah baya yang menjadi terganggu karena kecewa berat sesudah
bisnis pakaiannya bangkrut.

4. Penyebab Yang Menguatkan ( Reinforcing Cause )

Kondisi yang cenderung mempertahankan atau memperteguh tinkah laku


maladaptif yang sudah terjadi. Misalnya perhatian yang berlebihan pada seorang gadis
yang ”sedang sakit” justru dapat menyebabkan yang bersangkutan kurang
bertanggungjawab atas dirinya, dan menunda kesembuhannya.

5. Sirkulasi Faktor – Faktor Penyebab

Dalam kenyataan, suatu gangguan perilaku jarang disebabkan oleh satu penyebab
tunggal. Serangkaian faktor penyebab yang kompleks, bukan sebagai hubungan
sebab akibat sederhana melainkan saling mempengaruhi sebagai lingkaran setan,
sering menadi sumber penyebab sebagai abnormalitas . Misalnya sepasang suami istri
menjalani konseling untuk mengatasi problem dalam hubungan perkawinan mereka.
Sang suami menuduh istrinya senang berfoya – foya sedangkan sang suami hanya
asyik dengan dirinya dan tidak memperhatikannya. Menurut versi sang suami dia
jengkel keada istrinya karena suka berfoya – foya bersama teman – temannya. Jadi
tidak lagi jelas mana sebab mana akibat.

B. MENURUT SUMBER ASALNYA

Berdasarkan sumber asalnya, sebab – sebab perilaku abnormal dapat digolongkan


sedikitnya menjadi tiga yaitu :

1. Faktor Biologis

Adalah berbagai keadaan biologis atau jasmani yang dapat menghambat


perkembangan ataupun fungsi sang pribadi dalam kehidupan sehari – hari seperti
kelainan gen, kurang gizi, penyakit dsb. Pengaruh – pengaruh faktor biologis lazimnya
bersifa menyeluruh. Artinya mempengaruhi seluruh aspek tingkah laku, mulai dari
kecerdasan sampai daya tahan terhadap stress.

2. Faktor – faktor psikososial

a. Trauma Di Masa Kanak – Kanak

Trauma Psikologis adalah pengalaman yang menghancurkan rasa aman, rasa


mampu, dan harga diri sehingga menimbulkan luka psikologis yang sulit
disembuhkan sepenuhnya. Trauma psikologis yang dialami pada masa kanak –
kanak cenderung akan terus dibawa sampai ke masa dewasa.

b. Deprivasi Parental

Tiadanya kesempatan untuk mendapatka rangsangan emosi dari orang tua,


berupa kehangatan, kontak fisik,rangsangan intelektual, emosional dan social.
Ada beberapa kemungkinan sebab misalnya :1. Dipisahkan dari orang tua dan
dititipkan di panti asuhan, 2. Kurangnya perhatian dari pihak orang tua kendati
tinggal bersama orang tua di rumah.

c. Hubungan orang tua – anak yang patogenik

Hubungan patogenik adalah hubungan yang tidak serasi, dalam hal ini hubungan
antara orang tua dan anak yang berakibat menimbulkan masalah atau gangguan
tertentu pada anak.

d. Struktur keluarga yang patogenik

Struktur keluarga sangat menentukan corak komunikasi yang berlangsung


diantara para anggotanya. Struktur keluarga tertentu melahirkan pola komunikasi
yang kurang sehat dan selanjutnya muncul pola gangguan perilaku pada sebagian
anggotanya. Ada empat struktur keluarga yang melahirkan gangguan pada para
anggotanya:

1) Keluarga yang tidak mampu mengatasi masalah sehari-hari.

Kehidupan keluarga karena berbagai macam sebab seperti tidak memiliki


cukup sumber atau karena orang tua tidak memiliki pengetahuan dan
keterampilan secukupnya .

2) Keluarga yang antisosial

Keluarga yang menganut nilai – nilai yang bertentangan dengan


masyarakat luas

3) Keluarga yang tidak akur dan keluarga yang bermasalah

4) Keluarga yang tidak utuh

Keluarga dimana ayah / ibu yang tidak ada di rumah, entah karena sudah
meninggal atau sebab lain seperti perceraian, ayah memiliki dua istri dll.

e. Stress berat

Stress adalah keadaan yang menekan khususnya secara psikologis. Keadaan ini
dapat ditimbulkan oleh berbagai sebab, seperti :
1) Frustasi yang menyebabkan hilangnya harga diri

2) Konflik nilai

3) Tekanan kehidupan modern

3. Faktor – Faktor Sosiokultural

Meliputi keadaan obyektif dalam masyarakat atau tuntutan dari masyarakat yang dapat
berakibat menimbulkan tekanan dalam individu dan selanjutnya melahirkan berbagai
bentuk gangguan seperti :

a. Suasana perang dan suasana kehidupan yang diliputi oleh kekerasan,

b. Terpaksa menjalani peran social yang berpotensi menimbulkan gangguan, seperti


menjadi tentara yang dalam peperangan harus membunuh.

c. Menjadi korban prasangka dan diskriminasi berdasarkan penggolongan tertentu


seperti berdasarkan agama, ras, suku dll

C. DEFINISI NORMALITAS PSIKOLOGI

Definisi normalitas psikologis seseorang adalah fungsi mental yang akurat dan efisien,
meliputi :

1. Kognisi
2. Motivasi
3. Perilaku
4. Emosi.
5. Self Awareness
6. Self Control
7. Self Esteem
8. Hubungan Sosial Berdasarkan Afeksi
9. Produktivitas dan kreativitas

D. METODE PENELITIAN DALAM PSIKOLOGI ABNORMAL

Psikologi Abnormal adalah cabang disiplin ilmu psikologi . Oleh sebab itu penelitiannya di
lapangan selalu didasarkan pada penerapan metode ilmiah (scienthific method ).

Metode Penelitian yang dipakai dalam meneliti perilaku abnormal adalah :

1. Metode Observasi Naturalistik

Digunakan untuk mengobservasi perilaku di suatu tempat , dimana perilaku itu terjadi.
2. Metode Korelasional

Merupakan pengukuran statistik atas hubungan antara 2 faktor atau variable. Pada studi
observasi naturalistic yang dilakukan di restoran cepat saji perilaku makan dihubungkan,
dikorelasikan dengan brat badan para pelanggan.

3. Model Eksperimental

Prediksi didasarkan pada korelasi antara peristiwa – peristiwa atau faktor – faktor yang
terpisahkan oleh waktu. Metode ini memungkinkan para ilmuwan untuk mendemonstrasikan
hubungan kausal, pertama – tama dengan memanipulasi faktor kausal dan kemudian
mengukur akibatnya dibawah kondisi terkontrol yang dapat meminimalkan risiko dari faktor
lainnya yang menjelaskan akibat tersebut.

4. Metode Epidemiologik

Mempelajari tingkat perilaku abnormal dalam berbagai seting atau kelompok populasi. Studi
epidemiologic dapat menunjukkan faktor penyebab potensial dari munculnya penyakt dan
gangguan meskipun kekuatan eksperimennya rendah. Dengan mengetahui bahwa suatu
penyakit atau gangguan dapat digolongkan pada kelompok atau lokasi tertentu, peneliti akan
dapat mengidentifikasi karakteristik yang berbeda yang menempatkan kelompok atau daerah
ini pada risiko yang lebih tinggi.

5. Metode Studi Kasus

Studi kasus mempunyai pengaruh penting dalam perkembangan teori dan penanganan
perilaku abnormal. Freud mengembangkan teorinya pertama kali dengan studi kasus seperti
kasus mengenai Anna O.

E. PERSPEKTIF PSIKOLOGIS TENTANG PERILAKU ABNORMAL

1. Model Psikodinamika

Disebut teori psikoanalisis ( psychoanalyic theory )

Dikemukakan oleh Sigmund Freud

Hipotesis Strukturalnya adalah keyakinan bahwa kekuatan – kekuatan yang saling


bertentangan dalam kepribadian dapat dibagi menjadi 3 ( tiga ) struktur yaitu id, ego dan
superego.

Kesehatan mental adalah fungsi dari keseimbangan dinamis antara struktur – struktur
psikis dari id, ego dan superego.

2. Model – Model Belajar


Dikenal dengan teori behaviourisme. Dikemukakan oleh Ivan Pavlov dan John B.
Watson. Berfokus pada refleks yang dikondisikan peran dari belajar dalam menjelaskan
perilaku normal maupun abnormal. Dari perspektif belajar perilaku abnormal
mencerminkan perolehan atau pembelajaran dari perilaku yang tidak sesuai dan tidak
adaptif.

3. Teori Kogniti – Sosial

Kontribusi teoritikus seperti Albert Bandura, Julian B Rotter dan Walter


Mischel. Menekankan peran – peran dari proses berpikir atau kognisi dari belajar melalui
pengamatan atau modeling dari perilaku manusia. Manusia memberi pengaruh pada
lingkungannya sebagaimana lingkungan memberi pengaruh kepada mereka. Memperluas
lingkup dari behaviourisme tradisional. Terlalu sedikit memberi penekanan pada kontribusi
genetik terhadap perilaku gagal.

4. Model Model Humanistik

Dikemukakan oleh Carl Rogers dan Abraham Maslow. Dalam diri terdapat dorongan
untuk self actualization, untuk menjadi apapun yang mampu kita raih. Manusia sebagai
actor dalam drama kehidupan bukan reactor. Keyakinan utamanya adalah bahwa
perilaku abnormal adalah hasil dari perkembangan konsep tentang self terganggu.

5. Model – model Kognitif

Model kognitif yang paling menonjol dalam pola perilaku abnormal adalah pendekatan
pemrosesan informasi dan model – model yang dikembangkan oleh Psikolog Albert Ellis
dan Psikiater Aaron Beck.

Distress emosional disebabkan oleh keyakinan yang dimiliki oleh seseorang tentang
pengalaman hidup mereka bukan apa yang dialami sendiri oleh mereka

6. Model Diatesis Stress

Diatesis adalah suatu kerentanan atau predisposisi terhadap gangguan


tertentu. Mengemukakan bahwa masalah – masalah perilaku abnormal meliputi interaksi
antara kerentanan dan peristiwa atau pengalaman kehidupan yang penuh stress.

F. PENGGOLONGAN DAN ASSESMENT PERILAKU ABNORMAL

Penggunaan menggunakan metode DSM (Diagnostic and Statistical Manual Of Mental


Disorders). Perlaku abnormal diperlakukan sebagai tanda – tanda atau simtom – simtom dari
patologi yang mendasari yang disebut dengan ganggan mental.
1. GANGGUAN KECEMASAN ( ANXIETY )

Adalah suatu keadaan aprehensi atau keadaan khawatir yang mengeluhkan bahwa
sesuatu yang buruk akan terjadi.

Tipe - Tipe Gangguan Kecemasan :

a. Agorafobia
b. Gangguan panic tanpa agoraphobia
c. Gangguan panic dengan agoraphobia
d. Gangguan kecemasan menyeluruh
e. Fobia Spesifik
f. Fobia Sosial
g. Gangguan Obsesif Kompulsif
h. Gangguan Stress pasca Trauma
i. Gangguan Stress Akut

2. GANGGUAN MOOD

Mood adalah kondisi keadaan yang terus ada yang mewarnai kehidupan psikologis kita.
Orang dengan gangguan mood akan mengalami gangguan mood yang luar biasa parah
atau berlangsung lama dan mengganggu kemampuan mereka untuk berfungsi dalam
memenuhi tanggungjawab secara normal.

Tipe – Tipe Gangguan Mood

a. Gangguan Depresi Mayor

b. Gangguan Distimik

c. Gangguan Bipolar

d. Gangguan Siklotimik

3. Gangguan Kepribadian

Adalah Pola Perilaku atau cara berhubungan dengan orang lain yang benar – benar
kaku. Kekakuan mereka menghalangi untuk menyesuaikan diri dengan ketentuan
eksternal.

Tipe – Tipe Gangguan Kepribadian

a. Gangguan kepribadian yang ditandai dengan perilaku aneh.

b. Gangguan kepribadian paranoid.

c. Gangguan kepribadian schizoid.

d. Gangguan kepribadian antisocial

e. Gangguan kepribadian ambang.

f. Gangguan kepribadian histronik.

g. Gangguan kepribadian Narsistik.

h. Gangguan kepribadian obsesif kompulsif.

4. Penyalahgunaan dan Ketergantungan Zat

Penyalahgunaan zat melibatkan pola penggunaan berulang yang menghasilkan


konsekwensi yang merusak. Penyalahgunaan zat dapat berlangsung untuk periode waktu
yang panjang dan meningkat menjadi ketergantungan zat.

5. Gangguan Makan

a. Anoreksia Nervosa dan Bulimia Nervosa


b. Gangguan makan berlebihan atau obesitas

6. Gangguan Identitas Gender

Adalah bagaimana seseorang merasa bahwa ia adalah seorang pria atau wanita. Identitas
gender secara normal didasarkan pada anatomi gender. Namun pada gangguan identitas
gender terjadi konflik antara anatomi gender seseorang dengan odentitas gendernya

7. Skizofrenia

Adalah gangguan psikologis yang berhubungan dengan gila atau sakit mental. Hal ini
sering menimbulkan rasa takut. Skizofrenia menyerang jati diri seseorang, memutus
hubungan yang erat antara pemikiran dan perasaan serta mengisinya dengan persepsi
yang terganggu, ide yang salah dan konsepsi yang tidak logis. Skizofrenia biasanya
berkembang pada masa remaja akhir atau dewasa awal tepat pada saat orang mulai keluar
dari keluarga menuju dunia luar. Orang yang mengidap skizofrenia semakin lama semakin
terlepas dari masyarakat.

8. Gangguan Abnormal Pada Anak dan Remaja

a. Gangguan Perkembangan Pervasif

Menunjukkan gangguan fungsi dari berbagai area perkembangan. Gangguan ini


menjadi tampak nyata pada tahun – tahun pertama kehidupan.

b. Autisme
c. ADHD
d. Retardasi Mental
e. Gangguan Belajar
f. Gangguan komunikasi
g. Gangguan Eliminasi

G. METODE – METODE PENANGANAN

1. Terapi Psikodinamika

Sigmund Freud mengembangkan model psikoterapi yang disebut psikoanalisis. Terapi


psikodinamika membantu individu untuk memperoleh insight mengenai, mengatasi konflik
bawah sadar yang dipercaya merupakan akar dari perilaku abnormal.

2. Terapi Humanistik

Berfokus pada pengalaman klien yang subyektif dan disadari. Bentuk utama dari terapi
Humanistik adalah terapi berpusat pada individu ( Person Centered Therapy ) yang
dikembangkan oleh Carl Rogers
3. Terapi Kognitif

Diantaranya adalah terapi Rasional Emotif.

https://dosenpsikologi.com/sejarah-psikologi-abnormal

https://dosenpsikologi.com/psikologi-abnormal

Anda mungkin juga menyukai