Anda di halaman 1dari 36

BIOPSIKOLOGI

PERILAKU MAKAN
DAN KESEHATAN
KELOMPOK 6
1.Hindra Ramadhani (200810729)
2.Albertus Reza (200810449)
3.Shatara Carlen (200810557)
4.Fransisca Jovita (200810270)
5.Sanya Agres (200810554)
6.Eltriscy Natasya (200810547)
7.Ni Luh Sri Laksmi A (200810673)
8.Boris Agung H (200810290)
A.Pencernaan dan Proses Pencernaan

Pencernaan adalah proses gastrointestinal menghancurkan makanan


dan menyerap kostituen-konstituennnya ke dalam tubuh. Penguraian
makanan yang kita cerna dilakukan oleh konstituen-konstituen gut
microbiome (mikrobioma usus, bakteri dan organisme-organisme lain
yang hidup di bagian dalam saluran gastrointestinal kita). Makanan
harus dicerna terlebih dahulu sebelum akhirnya dikonsumsi.
B.Proses Penyimpanan Energi di Dalam Tubuh

Energi diberikan kepada tubuh dalam 3 bentuk yaitu lipid


(lemak), asam amino (produk hasil penguraian protein) dan
glukosa (zat gula).

Tubuh menggunakan energi secara terus menerus, tetapi


konsumsinya intermitten (sebentar-sebentar), dengan
demikian tubuh harus menyimpan energi untuk digunakan
selama interval di antara waktu-waktu makan. Energi disimpan
dalam 3 bentuk yaitu lemak, glikogen, dan protein.
C. Bagaimana Sistem Pencernaan Mempengaruhi Pilihan
Makanan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada mamalia oleh


Rozin & Pelchat dapat diketahui bahwa penurunan kadar
laktase merupakan mekanisme hasil evolusi yang
mendorong penghentian menyusu. Selain itu pengaruh
lainnya yaitu seorang individu harus dapat membedakan
antara makanan yang dapat dimakan dan tidak, serta harus
mendapatkan suplai vitamin dan mineral yang cukup. Salah
satu cara untuk melakukan hal tersebut ialah dengan
melihat pengalaman individu lain.
3 Fase Metabolisme Energi

Cephalic phase Absorptive Fasting phase


(fase sefalik) phase (fase puasa)
(fase absorptif)
Asumsi Set-Point
Menurut set point assumption,makan
berjalan terus sampai tingkat energi kembali
ke set pointnya dan orang itu merasa
satiated( kenyang,tidak lapar lagi). Set point
model berasumsi bahwa lapar dan makan
bekerja dengan cara yang sangat mirip
dengan sistem pemanasan yang diatur
dengan termostat(alat pengatur panas) di
iklim dingin.

Semua sistem set point memiliki 3 komponen


yaitu: set point mechanism menetapkan set
point nya,detector mechanism mendeteksi
penyimpangan dari set point,dan effector
mechanism bertindak untuk mengeliminasi
deviasi.
Teori Glucostatic
Set-Point

Makan diatur oleh sistem yang dirancang untuk


mempertahankan set-point glukosa darah. Kita
menjadi lapar ketika kadar glukosa darah kita
turun secara signifikan ke bawah set-point nya.
Teori Lipostatic Set-Point

Setiap orang memiliki set point untuk lemak tubuh,dan


penyimpangan dari set point ini menghasilkan
penyesuaian kompensatorik pada tingkat makan yang
mengembalikan kadar lemak tubuh pada set point nya.
Teori glucostatic dan lipostatic dianggap saling
melengkapi. Teori glucostatic dianggap jangka pendek dan
menjelaskan tentang inisiasi dan penghentian. Sementara
teori lipostatic dianggap menjelaskan pengaturan jangka
panjang.
3 Masalah Yang Berkaitan dengan
Teori Set Point untuk Lapar dan
Makan

Teori set point tentang lapar dan makan tidak


konsisten dengan ukuran ukuran evolusioner
Prediksi utama teori set point tentang lapar dan
makan belum dikonfirmasi.
Teori set point tentang lapar dan makanan
defisien karena tidak mampu menengarai
pengaruh faktor faktor penting,seperti
citarasa,belajar dan pengaruh sosial pada lapar
dan masakan.
Perspektif Insentif-Positif
Prinsip perspektif tentang makan adalah bahwa makan dikontrol
dengan cara yang sangat mirip dengan perilaku seksual. Menurut
perspektif insentif-positif,derajat lapar yang dirasakan pada saat
tertentu bergantung pada interaksi semua faktor yang
memengaruhi nilai insentif-positif makan
2 Faktor yang Menentukan Apa
yang Kita Makan
B. Belajar Makan Vitamin dan
A. Preferensi dan Aversi Rasa yang Mineral
Dipelajari
Sebagai contoh,tikus yang dibuat
Sebagai contoh,tikus belajar untuk lebih tetap menggunakan diet yang
menyukai rasa yang mereka alami dalam air kekurangan tiamin(vitamin B1)
susu ibunya dan rasa rasa yang mereka mengembangkan aversi terhadap
baui di dalam napas tikus tikus lain. Serupa rasa diet itu,dan jika mereka
dengan itu,pada manusia,banyak preferensi ditawari dua diet baru,yang satu
makanan yang spesifik-budaya,misalnya di kekurangan tiamin dan yang lain
beberapa budaya,berbagai serangga tak kaya tiamin,mereka sering
beracun dianggap sebagai makanan lezat. mengembangkan preferensi pada
rasa diet yang kaya tiamin selama
hari hari berikutnya,dan hal itu
menjadi terkait dengan kesehatan
yang baik
2 Faktor yang Memengaruhi Kapan Kita Makan
a. Lapar Sebelum Waktu-Makan

Menurut Woods,kunci untuk memahami lapar adalah dengan memahami bahwa


makan menimbulkan stress pada tubuh. Sebelum waktu-makan,cadangan energi
tubuh berada dalam keadaan keseimbangan homeostatik yang cukup baik.
Lalu,ketika makanan dikonsumsi,terjadi influks bahan bakar ke dalam aliran
darah yang mengganggu homeostatis. Tubuh melakukan apa yang dapat
dilakukannya untuk mempertahankan homeostatisnya

B. Pengondisian Lapar Pavlovian

Weingarten memberikan dukungan kuat untuk pandangan bahwa lapar


sering kali disebabkan oleh ekspektasi akan makanan,bukan oleh defisit
energi. Selama fase pengkondisian di salah satu eksperimen nya, Weingarten
menyuguhkan 6x makan per hari dengan interval yang reguler kepada
tikus,dan ia memberi sinyal akan segera datangnya setiap makanan dengan
stimulus kondisional berupa bunyi bel dan lampu.
Faktor yang Memengaruhi
Berapa Banyak Kita Makan b. Sham Eating

Studi tentang sham eating(makan pura-


pura/palsu)menunjukkan bahwa sinyal
a. Sinyal Kenyang kenyang dari usus atau darah belum tentu
menghentikan makan. Dalam eksperimen
Makanan di usus dan glukosa yang sham eating,makanan dikunyah dan ditelen
masuk ke dalam darah dapat oleh subjek,tetapi alih al33ih turun melalui
menginduksi sinyal kenyang,yang kerongkongan dan masuk ke dalam perut,ia
menghambat konsumsi berikutnya. keluar dari tubuh melalui sebuah pipa yang
Sinyal ini bergantung pada volume diimplikasikan. Oleh karena itu sham
dan nutritive density(kepadatan eating tidak menambah energi untuk
nutritif,volume kalori per unit) tubuh.
makanan itu.

c. Appetizer Effect dan Kenyang d. Besarnya Porsi Makanan dan


Kenyang
Bila appetizer(makanan pembuka)

dihidangkan,kita akan mengalami Banyak ekperimen menunjukkan


fakta bahwa makanan kecil yang bahwa banyaknya konsumsi
dikonsumsi sebelum makanan utama dipengaruhi oleh besarnya porsi.
sebenarnya meningkatkan lapar dan Semakin besar porsinya,kita
bukan menurunkannya,inilah yang cenderung makan lebih banyak.
disebut appetizer effect(efek makanan
penggugah selera makan). Efek ini
terjadi karena konsumsi sejumlah kecil
makanan sangat efektif dalam
membangkitkan respons respons fase
sefalik.

e. Pengaruh Sosial dan Kenyang f. Kenyang Spesifik-Sensori

Perasaan kenyang mungkin juga Roll(190) mengatakan bahwa kenyang spesifik-


bergantung pada apakah kita makan sensori memiliki 2 macam efek yaitu efek
sendiri atau bersama orang lain. Orang relatif singkat yang memengaruhi pemilihan
makan lebih banyak ketika makan makanan dalam satu kali makan dan efek efek
bersama orang lain. relatif jangka panjang yang memengaruhi
pemilihan makanan dari makan ke makan.
Dalam fenomena kenyang spesifik-sensori

juga memiliki 2 konsekuensi adaptif.
Pertama,fenomena ini mendorong konsumsi
diet yang bervariasi. Bila tidak ada rasa
kenyang spesifik-sensori,orang akan
cenderung makan makanan yang disukainya
saja dan akibatnya adalah kurang gizi.
Hubungan Antara Kadar Glukosa Darah dan Rasa
Lapar dan Kenyang

Dapat dikatakan juga bahwa disaat kita merasa lapar berarti


kadar glukosa darah kita turun secara signifikan berbagai
versi teori ini secara kolektif disebut sebagai teori glukostatik.
Teori lipostatik adalah hal lain teori set-point diusulkan dalam
berbagai bentuk di tahun 1940-1950.

Ada epidemi obesitas dan kelebihan berat badan, yang


seharusnya tidak terjadi jika makan diatur oleh titik setel.
Mari kita lihat tiga kelemahan utama dari teori set-point
kelaparan dan makan.
Pertama, teori titik setel lapar dan makan tidak konsisten
dengan tekanan evolusioner terkait makan dasar sebagaimana
kita memahami mereka

Kedua, prediksi utama dari teori set-point dari lapar dan


makan belum dikonfirmasi

Ketiga, teori set-point lapar dan makan adalah kurang


karena mereka gagal mengenali pengaruh pada rasa lapar
dan makan yang begitu penting. Sebagai contoh “seorang
pria merasa dirinya belum kenyang ,padahal dia sudah
mendapatkan makanan utama yang sudah cukup ,akan tetapi
ia merasa masih ingin mendapatkan makanan penutup untuk
dimakan. Dapat disimpulkan bahwa rasa lapar dan makan
tidak dikontrol secara kaku oleh penyimpangan dari titik set
energi.
PERAN
GASTROINTESTINAL
TERHADAP RASA
KENYANG
*Kolesistokinin merespon makanan
Makanan Kolesistokinin Hipotalamus

Rasa lapar berkurang, rasa kenyang muncul

*Kolesistokinin memperlambat pergerakan


makanan dari perut - usus

next
Makan dengan pelan lebih kenyang dibandingkan makan
dengan cepat

Makan cepat
memicu melepaskan
Insulin
merangsang Sel membuat Hormon
Pankreas
Lemak Leptin

bekerja bersama

Rasa Kenyang Sel Saraf di Hipotalamus


memiliki 2 set
neuron

merangsang lapar mencegah rasa lapar

Rasa kenyang muncul melalui pertukaran informasi terus-menerus di


antara hormon saraf vagus batang otak dan bagian berbeda dari
hipotalamus
Peptida Lapar dan Kenyang
Setelah ditemukan bahwa perut dan bagian lain dari saluran
pencernaan melepaskan sinyal kimia ke otak, bukti mulai menumpuk
bahwa bahan kimia ini adalah peptida, rantai pendek asam amino
yang dapat berfungsi sebagai hormon dan neurotransmiter.
Penemuan peptida rasa lapar dan kenyang ini memiliki dua efek
utama pada pencarian mekanisme saraf rasa lapar dan kenyang.
Efek pertama, karena terdapat banyak peptida rasa lapar dan
kenyang maka menunjukkan bahwa sistem saraf yang mengontrol
makan mungkin akan bereaksi terhadap banyak sinyal berbeda,
tidak hanya pada satu atau dua, misalnya tidak hanya pada glukosa
dan lemak. Efek kedua, ditemukan bahwa banyak peptida rasa lapar
dan kenyang memiliki reseptor di hipotalamus telah memperbaharui
minat pada peran hipotalamus dalam rasa lapar dan kenyang.

Peran Serotonin Dalam Rasa Kenyang


Neurotransmitter monoaminergik serotonin adalah kimia yang berperan
dalam rasa kenyang. Bukti awal untuk peran ini berasal dari penelitian
pada tikus. Dalam studi ini yaitu, rasa kenyang yang dihasilkan serotonin
ditemukan memiliki tiga sifat utama (lihat Blundell & Halford, 1998):

Hal itu menyebabkan tikus menolak daya tarik kuat dari diet kafetaria
yang sangat enak.
Ini mengurangi banyaknya makanan yang dikonsumsi selama setiap
makan daripada mengurangi jumlah makan (lihat Clifton, 2000).
Ini terkait dengan mengubah preferensi makanan dari makanan
berlemak.
Sindrom Pader-Willi
Sindrom Prader-Willi terbukti penting dalam penemuan mekanisme saraf rasa
lapar dan kenyang (Tauber et al., 2014). Individu dengan sindrom prader-willi,
yang dihasilkan dari kerusakan kromosom replikasi, mengalami rasa lapar yang
tak terpuaskan, sedikit atau tidak merasa kenyang, dan metabolisme yang
sangat lambat.

Seseorang yang memiliki sindrom prader willi bertindak seolah-olah


dia kelaparan. Umum gejala fisik dan neurologis termasuk otot lemah,
tangan dan kaki kecil, kesulitan makan pada masa bayi,tantrum,
kompulsif, dan menguliti. Jika tidak ditangani, kebanyakan pasien
menjadi obesitas, dan mereka dapat terancam meninggal di masa
dewasa awal dari diabetes , penyakit jantung, atau lainnya.
Asumsi Set-Point Tentang Berat Badan
dan Makan
A. Variabilitas Berat Badan
Teori-teori set-point tentang pengaturan berat badan menunjukkan metode
terbaik untuk mempertahankan berat badan yang konstan adalah dengan makan
tiap kali ada motivasi untuk makan, karena menurut teori ini, fungsi utama rasa
lapar adalah untuk mempertahankan set-point.

B. Set-Point dan kesehatan


set-point setiap orang optimal bagi kesehatan orang
tersebut. Inilah mengapa para psikolog populer sering
menasihati orang-orang untuk “mendengarkan kearifan
tubuhnya” dan makan sebanyak yang mereka butuhkan
untuk memuaskan laparnya. diet rendah-kalori
memperlambat proses penuaan (Fontana & Partridge,
2015).
Pembatasan kalori telah ditunjukkan mengurangi kerentanan
seizure pada orang-orang dengan epilepsi (Maalouf, Rho, &
Mattson, 2018) dan memperbaiki ingatan pada orang lanjut usia
(Witte et al., 2009).

C. Pengaturan Berat Badan Melalui Perubahan Efisiensi


Penggunaan Energi

Tubuh mengontrol kadar lemaknya sampai tingkat yang cukup jauh dengan
mengubah efisiensi penggunaan energi. Ketika kadar lemak tubuh seseorang
turun, orang itu mulai menggunakan sumber energinya dengan lebih efisien,
yang membatasi kehilangan berat badan lebih jauh (Tremblay et al., 2013).
Sebaliknya, penambahan berat badan dibatasi oleh penurunan progresif dalam
efisiensi penggunaan energi.
Mekanisme yang digunakan tubuh untuk
menyesuaikan efisiensi penggunaan
energinya sebagai respons terhadap
berbagai kadar lemak tubuhnya disebut
diet-induced thermogenesis (diet
termogenesis yang diinduksi). Tingkat di
mana tubuh menggunakan energi untuk
mempertahankan berbagai proses di
dalamnya pada saat beristirahat disebut
basal metabolic rate.

Set-point dan Settling Point Dalam Pengontrolan Berat Badan

Menurut model settling-point ini, berat tubuh cenderung naik dan


turun. diseputar sebuah settling point alamiah, serta model
settling-point menyediakan jenis pengaturan homeostatis
(pengaturan alami tubuh untuk kestabilan )yang longgar tanpa
mekanisme set-point.

Dalam model settling point, umpan balik negatif hanya membatasi


perubahan lebih lanjut dalam arah yang sama, sedangkan pada model
set-point, negative umpan balik memicu kembali ke set point.
Keuntungan dari model settling-point adalah bahwa dalam kasus-
kasus di mana kedua model membuat prediksi yang sama, model
settling-point melakukannya lebih banyak hemat yaitu, dengan
mekanisme yang lebih sederhana yang membutuhkan asumsi yang
lebih sedikit.
Empat kunci fakta
pengaturan berat badan.

Berat badan tetap relatif konstan di banyak orang dewasa.


Banyak orang dewasa mengalami perubahan tubuh yang bertahan lama
bobot. Sistem set-point dirancang untuk mempertahankan keteguhan
internal dalam menghadapi fluktuasi dari lingkungan eksternal
Jika asupan makanan seseorang berkurang, metabolisme perubahan yang
membatasi penurunan berat badan terjadi; itu sebaliknya terjadi ketika
subjek makan berlebihan.
Setelah seseorang kehilangan sejumlah besar berat badan (dengan diet,
olahraga, atau operasi pengangkata lemak), ada kecenderungan untuk berat
aslinya akan diperoleh kembali setelah dia kembali ke sebelumnya gaya
hidup yang berhubungan dengan makan dan energi.
Obesitas Manusia: Penyebab,Mekanisme,dan
Penanganan

Mengapa ada epidemi obesitas?


Ketersediaan makanan yang tidak konsisten merupakan salah
satu ancaman besar bagi kelangsungan hidup,akibatnya individu
individu yang paling kuatlah yang lebih menyukai makanan tinggi-
kalori,makan sepuasnya ketika makanan tersedia,menyimpan
sebanyak mungkin kelebihan kalori dalam bentuk lemah
tubuh,dan menggunakan simpanan kalorinya seefisien mungkin.
Mengapa sebagian orang menjadi obes,sementara itu yang lain
tidak?
Orang yang menjadi obes adalah mereka yang asupan energinya
melampaui output energinya,mereka yang langsing adalah
mereka yang asupan energinya tidak melebihi output energi
nya. Dua macam perbedaan individual ini berperan di dalam
obesitas yang menimbulkan perbedaan dalam output energi.
Perbedaan perbedaan lain juga memainkan peran seperti:
perbedaan dalam konsumsi,perbedaan dalam pengeluaran
energi,perbedaan dalam komposisi,perbedaan dalam komposisi
mikrobioma usus,serta faktor genetik dan epigenetik.
Penanganan obesitas

Obesitas adalah masalah kesehatan berat,telah banyak usaha untuk


penanganan yang efektif. Sebagian upaya itu misalnya penanganan
leptin.

Selain penanganan leptin ada 2 penanganan di tahap tahap perkembangan


yang berbeda yaitu:

Agonis serotogenik
Telah ditemukan untuk mengurang hal hal sebagai berikut: dorongan untuk makan
makanan yang tinggi-kalori,konsumsi lemak,intensitas lapar subjektif,besarnya porsi
makan,jumlah makanan kecil di antara waktu waktu makan besar dan bingeing(makan
berlebih).

Operasi lambung
Secara umum,gastric bypass ditemukan lebih efektif. Gastric bypass adalah penanganan
operatif untuk obesitas ekstreem yang melibatkan short-cicuiting jalur makanan normal
melalui saluran pencernaan sehingga penyerapannya dikurangi. Gastric bypass pertama
dilakukan pada 1967,dan saat ini menjadi penanganan operatif yang paling diresepkan
untuk obesitas ekstreem.
Anoreksia Nervosa dan Bulimia Nervosa
Anoreksia Nervosa


makan sebanyak yang seharusnya mereka
Gejalanya antara lain tidak ingin
butuhkan diduga gangguan ini timbul ketika kombinasi antara olahraga dan
pengaturan makan memicu munculnya mekanisme yang sama di otak manusia

Bulimia Nervosa

Kondisi dimana individu berganti-ganti perilaku antara diet


yang ekstrem dan makan yang berlebihan ataupun sebaliknya.
Gejala yang dapat dilihat antara lain sebagian dari mereka
berusaha untuk memuntahkan makanan nya secara paksa
setelah mereka makan dalam porsi yang banyak.
Bahasan Penutup: Beragam Pengendali Rasa Lapar

Makanan dikendalikan oleh


banyak area pada otak yang
memantau kadar gula darah,
kekembungan perut, kandungan
duodenum, berat tubuh, sel-sel
lemak dan lainnya. Sebagai
individu kita harus menyadari
bahwa ada makanan yang tidak
bergizi atau dalam jumlah yang
tidak sesuai.
Daftar Pustaka
John P. J. Pinel, S. J. (2018). Biopsychology, 10th edition. England:
Pearson Education.
Kalat, J. W. (2010). Biopsikologi, Buku 1 dan 2, Edisi 9 (terjemahan).
Jakarta: Salemba Humanika.

Anda mungkin juga menyukai