Anda di halaman 1dari 19

NAMA : Lu’luil Maknun

SEMESTER : VI B
MAKUL : Psikologi Kepribadian

TIPOLOGI-TIPOLOGI BERDASARKAN KONSTITUSI

TIPOLOGI MAZHAB ITALIA

Pada akhir abad XIX sejumlah ahli-ahli di Italia yang bekerja dalam bidang
penyelidikan mengenai variasi tubuh manusia mendirikan suatu mazhab yang
kemudian terkenal dengan mazhab Italia atau mazhab morfologi. Tokoh utama
mazhab ini ialah De-Giovani dan Viola.

A.    Teori De-Giovani: Hukum Deformasi

Pada tahun 1880 De-Gionavani menerbitakan sebuah buku yang berjudul


morfologia del corpo umano. Dalam bukunya tersebut dia merumuskan hokum
deformasi, yang berisikan penggolongan variasi tubuh manusia. Menurutnya ada tiga
macam variasi tubuh manusia:

1.Orang dengan togok (jawa: gembung, inggris: trunk) kecil cenderung untuk
mempunyai bentuk tubuh yang yang panjang, yang mempunyai hubungan
dengan habitus phthisis.

2.Orang dengan togok besar cenderung untuk  mempunyai bentuk tubuh pendek,


yang mempunyai hubungan dengan habitus apoplactis.

3. Orang dengan togok normal cenderung untuk mempunyai proporsi badan yang
normal.

B.     Tipologi Viola

Berdasarkan atas bahan-bahan penyelidikan serta teori De-Giovani tersebut, viola


dalam penyelidikannya kemudian berhasil menemukan adanya tiga golongan bentuk
tubuh manusia, yaitu:

1.Microsplanchnis, yaitu bentuk tubuh yang ukuran-ukuran menegaknya lebih


dari pada dalam perbandingan biasa, sehimgga tubuh kelihatan jangkung.

2.Macrosplanchnis, yaitu bentuk tubuh yang ukuran-ukuran mendatarnya lebih


daripada dalam perbandingan biasa, sehingga tubuhnya kelihatan pendek.

3.Normosplanchnis, yaitu bentuk tubuh yang ukuran-ukuran menegak dan


mendatarnya selaras, sehingga tubuhnya kelihatan selaras.
Rava, seorang yang mendukung mazhab Italia yang lebih kemudian men emukan,
bahwa:

a.Penderita-penderita neurasthenia dan psychasthenia kebanyakan terdapat pada


golongan microsplancnis.

b.Penderita-penderita manis-depresif kebanyakan terdapat pada golongan


macrosplanchnis.

Selanjutnya perlu pula kiranya dikemukakan pendapat mazhab italia mengenai


sebab-musabab variasi tubuh manusia itu. Mazhab italia berpendapat, bahwa variasi
atau bermacam-ragam keadaan jasmani manusia itu berakar pada keturunan, jadi
tergantung kepada dasra yang dibawa sejak lahir, dan dengan demikian tidak dapat
dirubah oleh pengaruh luar.

2. MORFOLOGI KONSTITUSIONAL: MAZHAB PERANCIS

Penyelidikan mazhab perancis ini dipimpin oleh sigaud. Para hli penyelidik
mazhab perancis menyelidiki variasi tubuh manusia itu dari segi agak berbeda dari
mazhab italia, dan mazhab mereka  dikenal dengan mazhab konstitusional atau
mazhab perancis.

            Dalam mengadakan penggolong-golongan manusia atas dasar keadaan


jasmaninya kategori yangdipakai nya sebgai dasar ialah dominasi sesuatu fungsi
fisiologi didalam pertumbuhan organisme. Seperti para ahli psikologi pada zaman
itu, sigaud berpendapat bahwa organisme manusia besrta anomalie-anomalienya
harus dimengerti sebagai fungsi daripada dasar dan sekitar (lingkungan, miliu) jadi
ada kerja sama antara dasar dengan sekitar. 

Pada tiap system ada unsur sekitar yang memainkan peranan terhadap organisme
dan secara langsung mempengaruhi system yang bersangkutan itu. Sekitar yang
bermacam-macam itu pada pokoknya dapat digolongkan menjadi empat macam,
yaitu:

a.Ada sekitar yang berwujud udara yang menjadi sumber daripada reaksi-reaksi
respitotaris.

b.Ada sekitar yang berwujud makan-makanan yang menimbulkan reaksi-reaksi


digestif.

c.Ada sekitar yang berwujud keadaan alam yang menjadi dasar reaksi-reaksi
muskuler.

d. Ada sekitar yang berwujud keadaan social yang menimbulkan reaksi-reaksi


cerebral.

Dengan dasar pikiran demikian itu sigaud mengadakan penggolongan manusia


menjadi empat tipe. Pengikut Sigoud adalah Mac Auliffe yang menulis buku LA
Vie Humaine (1923), dan hasil-hasil risetnya. Dalam buku ini dibahas juga masalah
kepribadian, maka keempat tipe morfologi Sigoud menjadi dasar kepribadian.
TIPOLOGI KONSTITUSI MAZHAB  JERMAN

Sebelum abad ke-18 di Jerman telah muncul tokoh Beneke yang mengajukan ada
dua macam tipe postur tubuh manusia, yakni:

1. Ada golongan orang yang mempunyai jantung dan limpa  kecil, pembuluh


darah sempit, usus pendek, tetapi kakinya panjang.

2.Ada segolongan orang lainnya berhabitus quadratus (apoplecticus, arthriticus),


mereka mempunyai sifat-sifat berlawanan dengan golongan pertama di atas.
Artinya, jantung dan limpanya besar, pembuluh darah lebar, usus panjang, kaki
pendek.

C.C. Carus adalah tokoh yang sezaman Beneke, mengajukan ada 16 tipe manusia,
diantaranya tipe-tipe yang terkenal adalah athleticus (tipe atletik), serebral, asthenis,
pneumatus (mirip respiratoris), dan bocotia (serupa tipe digestif). Carus menulis buku
berjudul Vorlesungen uber allgemeine Konstitutions Und Verebungslehre (1921).
Kemudian pada tokoh John Baer mengajukan pandangan sama dengan seperti
Mazhab Prancis. Sedangkan Zweig, teman Baer, dalam risetnya menunjukkan bahwa
tipe-tipe manusia menurut Sigoud, tidak tetap selama hidup, tetapi hanya pada
periode-periode tertentu.

Penulis menilai, pandangan-pandangan tokoh-tokoh awal Mazhab Jerman tersebut


belum jelas ide tipologinya, kecuali yang mengikuti Sigoud sudah agak jelas, tetapi
pandangan sifat-sifat kejiwaannya belum tampak spesifik. Barulah pada tokoh
Kretschmer pandangan tipologinya mulai jelas.

Klasifikasi Konstitusi Menurut Kretschmer

Kretschmer meriset 260 subjek kemudian ia mengajukan klasifikasi konstitusi


jasmaniah dengan ciri-ciri sebagai berikut:

1.Tipe Piknis (stenis): Ukuran mendatar lebih daripada keadaan biasa, sehingga
tubuhnya kelihatan gemuk-pendek. Bentuk tubuh tersebut baru kelihatan mantap
setelah orang berumur 40 tahun.

2.Tipe Leptosum: Ukuran vertikalnya lebih daripada ukuran biasa, sehingga badannya
kelihatan tinggi-jangkung.

3.Tipe Atletis: Ukuran tubuh vertikal dan horizontalnya dalam perbandingan


seimbang, sehingga tubuhnya kelihatan selaras. Tipe ini merupakan perpaduan
antara tipe-tipe piknis dan leptosum.

4.Tipe Displatis

Tipe konstitusi yang pokok adalah tipe piknis, tipe leptosom dan tipe atletis. Dan
tipe displatis ini adalah tipe penyimpangan dari tipe normal. Tipe ini lebih nyata
tampaknya pada pria daripada wanita. Penyimpangan tersebut terdapat pada pria
dan wanita yang sehat maupun penderita psikoses.

PSIKOLOGI KONSTITUSIONAL DIAMERIKA SERIKAT : TEORI W.H SHELDON

Pokok-Pokok Teori William W.H Sheldon

Sheldon dilahirkan pada tahun 1899 di Warkwick, Rhode Islan, dan dibesarkan disana
pula, dalam suasana pertanian.

a.Struktur Tubuh (Jasmani)

Sheldon berpendapat bahwa faktor-faktor genetis dan biologis memainkan


peranan yang menentukan dalam perkembangan individu. Dalam pandangan
Sheldon ada suatu struktur biologis hipotetis, yaitu morphogenotipe yang menjadi
dasar jasmani yang nampak (phenotipe), dan yang memainkan peranan penting
tidak saja daulam menentukan perkembangan jasmani, tetapi juga dalam
pembentukan tingkah laku. somatotipe  merupakan suatu usaha untuk mengukur
morphogenotipe itu, walaupun harus bekerja dengan cara tidak langsung dan
terutama bersandar pada pengukuran jasmaniah.

1.Komponen-Komponen Jasmani Primer

Setalah lama menyelidiki dan menilai dengan teliti foto-foto tersebut Sheldon
dengan pembantu-pembantunya mengambil kesimpulan, bahwa ada tiga
komponen atau dimensi jasmaniah yang merupakan inti dari teknik pengukuran
struktur tubuh. Penggunaan ketiga istilah atau komponen itu dihubungkan dengan
tiga lapisan pada terbentuknya foetus manusia (endoderm, mesoderm, dan
ectoderm). Dominasi dari alat-alat yang berasal dari lapisan tertentu menentukan
dominasi daripada komponen tertentu. Maka menurut Sheldon ada tiga tipe pokok
daripada jasmani manusia, yaitu:

a.Tipe endromorph (komponen endromorph dominant)

Individu yang komponen endromorphnya tinggi sedangkan kedua


komponen lainnya rendah, ditandai oelh: alat-alat dasar dan seluruh system
digestif memegang peranan penting. Nampaknya keluar: lembut, gemuk, berat
badan relative rendah.

b.Tipe mesomorph (komponen mesomorph dominant)

Individu dengan tipe maka bagian-bagian tubuhnya yang berasal dari


mesoderm relative berkembang lebih baik daripada yang lain: otot-otot,
pembuluh darah. Nampaknya dari luar kokoh, keras, otot kelihatan.

c.Tipe ectomorph (komponen ectomorph dominant)

Pada golongan ini organ-organ yang berasal dari ectoderm yang terutama
berkembang (kulit, system saraf memainkan peranan penting). Nampak
luarnya: jangkung. Dada kecil dan pipih, lemah, otot-otot hamper tidak Nampak
berkembang.

2.Komponen-Komponen Jasmani Sekunder

a.Dysplasia

Sheldon menemukan bahwa banyak dysplasia berhubungan dengan


ectomorphy, dan lebih banyak pada wanita daripada laki-laki.

b.Gynandromorphy

Komponen ini menunjukan sejauh  mana kah jasmani memiliki sifat-sifat yang


biasanya terdapat pada jenis kelamin lawannya.

c.Texture (tampang)

Texture ini oleh Sheldon ditandai dengan huruf “t”. adapun maksud dar txture
ini ialah bagaimana individu itu tampaknya dari luar.

3.Konstansi Somatotype

Shaldon yakin, bahwa  tidak ada perubahan makanan yang dapat mengubah


ukuran-ukuran orang dari somatotype yang satu ke somatotype lain. Memang
mungkin faktor-faktor makanan manimbulkan perubahan pada ukuran-ukuran
individu, akan tetapi itu tidak akan mengubah somatotype yang sebenarnya.
Tetapi pada pendapatnya yang lebih kemudian Sheldon mengubah pendiriannya
itu.

b.Analisis tingakah laku (kepribadian)

Dalam hal ini Sheldon bermula dari pangkal duga bahwa walaupun tampaknya
ada banyak dimensi atau variabel dalam tingakah laku, tapi pada dasarnya ada
sejumlah kecil komponen-komponen dasar yang diharapkan yang menjadi dasar
tingkah laku yang tampak kompleks itu. Sheldon menyempurnakannya dengan
pendapat-pendapat yang telah ada dan digabungkan dengan pengetahuan klinisnya
dan pengalamannya.

Dimensi-dimensi temperamen

Cara kerja Sheldon, yaitu dengan cara mengumpulkan sifat-sifat yang telah ada
di dalam kepustakaan mengenai kepribadian kemudian dicari kelompok sifat
dengan pedoman

Komponen primer daripada temperamen

Ketiga kelompok sifat-sifat temperamen itu meliputi 22 dari 50 sifat yang telah
dikemukakan diatas. Pertama komponen itu disebut faktor I, II, III lalu diganti
dengan komponen-komponen I, II, III dan pada akhirnya dinamakan viscerotoni,
somatotonia, dan cerebrotonia.
c.Hubungan antara jasmani dan tingkah laku (temperamen)

d.Hubungan jasmani dan gangguan-gangguan kejiwaan

e.Hubungan jasmani dan kenakalan (delinquency)

4.Beberapa Perumusan Teoritis

a.Faktor-faktor yang menjadi perantara dalam hubungan antara jasmani dan


temperamen

1.Individu yang memiliki tipe jasmani tertentu kiranya mendapatkan cara-cara


bertingkah laku tertentu yang efektif.

2.Hubungan abtara jasmani dan temperamen diantarai oleh anggapan yang


steoritipis.

3.Pengaruh lingkungan atau pengalaman.

4.Bekerjasamanya faktor-faktor genetis.

b.Orientasi biologis dan genetis

c.Tekanan terhadap organisasi dan medan

d.Perkembangan individu dan Proses tak sadar.

TIPE KEPRIBADIAN BERDASARKAN TEORI TEMPERAMEN

Untuk mengenali kepribadian manusia yag sangat beragam, dimana setiap orang
berbeda dari orang lainnya, maka para ahli psikologi dalam melakukan berbagai
pendekatan, Dua kelompok pendekatan yang paling terkenal adalah  :

(1) Pendekatan berdasarkan tipe tertentu. Para ahli yang termasuk dalam
kelompok ini adalah Hippocrates-Galenus, DeGeovani, sigaud, Kretscmer,
Sheldon, Kant, Heymans, Ewald, Spinger, dan lainnya.

(2) Pendekatanberdasarkan psiko-analisisis dan psikologi individual. Para Ahli


dalam kelompok ini adalah Sigmund Freud dan Carl Gustav Jung untuk
pendekatan psiko-analisisis, Alfred Adler untuk pendekatan psikologi
individual, dan para ahli seperti Lewin, dan Allport. Masing-masing
kelompok tersebut telah memberikan sumbangan tersendiri dalam bidang
psikologi dan kepribadian yang teris berkembang hingga saat ini (Suryabrata,
Sumadi, 2010. Psikologi Pendidikan. Diterbitkan oleh PT. RajaGrafindo
Persada: Jakarta, hal 77-78).

 
Seperti yang disebutkan di atas, ada beberapa teori mengenai macam-macam
kepribadian. Teori yang paling popular dan terus di kembangkan adalah teori
Hippocrates-Galenus, yang merupakan pengembangan dari teori Empedokretus. 
Teori Hippocrates-Galenus memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap ahli-ahli
psikologi dan kepribadian yang lebih kemudian, terutama para ahli temperamen. Para
ahli yang membahas temperamen, dapat dikatakan dalam mengembangkan teori-teori
mereka sedikit banyak telah mempergunakan pengertian-pengertian yang di
kemukakan oleh Hippocrates dan Galenus, walapun isinya tidak selalu sama dengan
yang di maksud Hippocrates dan Galenus. Karena itulah, pada saat ini kita akan
mengenali kepribadian manusia dengan pendekatan tipologi berdasarkan teori
Temperamen Hippocrates-Galenus.

Lebih dari 400 tahun sebelum masehi, Hippocrates (460-370 sM), seorang tabib
dan ahli filsafat yang sangat pandai dari Yunani, mengemukakan suatu teori
kepribadian yang mengatakan bahwa pada dasarnya ada 4 tipe temperamen.  

Berdasarkan pemikirannya ia mengatakan bahwa keempat tipe temperamen dasar


itu adalah akibat dari empat macam cairan tubuh yang sangat penting di dalam tubuh
manusia: (1) Sifat kering terdapat dalam chole (empedu kuning)

(2) Sifat basah terdapat dalam melanchole (empedu hitam)

(3) Sifat dingin terdapat dalam phlegema (lender)

(4) Sifat panas terdapat dalam sanguis ( darah).    

Kemudian teori Hippocrates itu di sempurnakan kembali oleh Galenus (129-200


sM). Galenus sepakat dengan Hippocrates bahwa di dalam tubuh manusia
terdapat empat macam cairan pokok, yaitu chole, melanchole, phlegema,
dan sanguis. Galenus mengatakan bahwa ke empat cairan tersebut ada dalam tubuh
dalam proporsi tersebut, dimana jika salah satu cairan lebih dominan dari cairan yang
lain, maka cairan tersebut dapat membentuk sifat kejiwaan (kepribadian) tertentuk
pada seorang individu. Sifat kejiwaan tetentu yang khas ini, yang adanya tergantung
kepada dominasi cairan dalam tubuh itu oleh Galenus disebut dengan istilah
“temperament”.

Untuk memperoleh gambaran berbagai sifat temperamen yang melekat dalam


setiap cairan, berikut adalah gambaran dari penggolongan manusia berdasarkan
keempat bentuk caran tersebut :

(1) Tipe kepribadian choleris. Cairan yang lebih dominan dalam tubuh yaitu
cairan chole. Dimana orang yang choleris adalah orang yang memiliki
kepribadian yang khas seperti hidup penuh semangat, keras, hatinya mudah
terbakar, daya juang besar, optimistis, mudah marah, pengatur, penguasa,
pendendam dan serius;

(2) Tipe kepribadian melancholis. Cairan yang lebih dominan dalam tubuh


adalah cairan melanchole. Dimana orang yang melancholis adalah orang yang
memiliki tipe kepribadian yang khas seperti mudah kecewa, daya juang kecil,
muram, pesimistis, penakut dan takut;

(3) Tipe kepribadian phlegmatis. Cairan yang lebih dominan dalam tubuh yaitu
cairan phlegma. Dimana orang yang plegmatis adalah orang yang meiliki tipe
kepribadian yang khas seperti tidak terburu-buru, tenang, tidak di
pengaruhi,setia, dingin, santai,dan sabar;

(4) Tipe kepribadian sanguinis. Cairan yang lebih dominan dalam tubuh yaitu
cairan sanguis. Dimana orang yang sanguinis adalah orang yang memiliki
tipe kepribadian yang khas seperti hidup mudah berganti haluan, ramah
mudah bergaul, lincah, periang, mudah senyum, dan tidak mudah putus asa.

Berpuluh-puluh tahun lamanya tipologi Yunani yang bersifat filosofis ini


berpengaruh luas sekali. Bahkan psikologi modern telah mengemukakan banyak saran
baru mengenai penggolongan temperamen, tetapi tidak ada yang dapat menemukan
penggolongan yang lebih bisa diterima seperti yang di kemukakan oleh Hippocrates
dan Galenus. Filsuf Jerman, Immanuel Kant (1724-1804 M) adalah salah satu orang
yang paling berpengaruh dalam mempopulerkan teori empat temperamen di seluruh
Eropa. Immanuel Kant berpendapat bahwa temperamen dianggapnya sebagai corak
kepekaan atau sinneart dan mengandung dua aspek yaitu:

(1) Aspek fisiologis yaitu konstitusi tubuh, kompleks atau susunan cairan-cairan


jasmaniah; dan

(2) Aspek psikologis yaitu kecenderungan-kecenderungan kejiwaan yang di


sebabkan oleh komposisi darah.

Selanjutnya, Kant menjelaskan temperamen-temperamen tersebut sebagai berikut:


(1) Temperament Sanguinis (orang dengan darah ringan).

Sifat-sifat khas golongan ini ialah selalu penuh harapan, segala sesuatu kadang
dianggap penting, sering menjanjikan sesuatu tetapi jarang menepatinya, senang
menolong orang lain, pergaulan peramah dan periang, bukan penakut, dan lekas
bosan;

(2) Temperament Melancholis (orang dengan darah berat). 


Sifat-sifat khasnya ialah yang bersangkutan dengannya dianggap penting,
kebimbangan, tidak mudah membuat janji, mengurangi kepuasan akan keadaan
dan kurang dapat melihat kesenangan orang lain;

(3) Temperament Choleris (orang dengan darah panas). 

Sifat-sifat khasnya yakni : lekas terbakar tetapi lekas padam atau tenang;;
tindakan-tindakannya cepat, tetapi tidak konstan; selalu sibuk, tetapi dalam
kesibukannya itu ia lebih suka memerintah daripada mengerjakannya
sendiri; mengejar kehormatan;  tanpa membenci; suka pada sikap semu dan
formal; suka bermurah hati dan melindungi serta dalam berpakaian cermat dan
rapi;

(4) Temperament Phlegmatis (orang dengan darah dingin). 

Sifat-sifat khas golongan temperament ini adalah : lambat menjadi panas tapi
panas itu tahan lama; tidak mudah marah; darah  yang dingin itu tak pernah
dirisaukannya; cocok untuk tugas-tugas ilmiah

Sementara itu dengan cara lain yang berbeda, namun masih berhubungan dengan
teori temperamen, C.G. Jung seorang ahii penyakit jiwa dari Swiss membuat
pembagian tipe manusia menjadi dua golongan besar, yaitu :

(1) Tipe ekstrover, yaitu orang-orang yang perhatiannya lebih diarahkan ke luar
dirinya, kepada orang-orang lain dan kepada masyarakat. Orang-orang yang
tergolong tipe ekstrover ini memiliki sifat-sifat : berhati terbuka, lancar dalam
pergaulan, ramah, penggembira, kontak dengan lingkungan besar.

(2) Tipe introver, yaitu orang-orang yang perhatiannya lebih mengarah


(berorientasi) pada dirinya sendiri. Orang-orang yang tergolong dalam tipe
introver ini memiliki sifat-sifat : kurang pandai bergaul, pendiam, sukar
diselamai batinnya, suka menyendiri, bahkan sering takut kepada orang.
(Sobur, Alex., Psikologi Umum: Dalam Lintasan Sejarah, hal. 316).

Dikemudian hari Crow dan Crow menguraikan lebih rinci sifat kedua golongan
(ekstrover dan introver) tersebut lebih terperinci sebagai berikut :

(1) Sifat-sifat golongan ekstrover : lancar dalam bicara, bebas dari kekuatiran
atau kecemasan, tidak lekas malu dan tidak canggung, umumnya bersifat
konservatif, mempunyai minat pada atletik, dipengaruhi oleh data objektif,
ramah dan sua berteman, suka bekerja bersama orang-orang lain, kurang
memperdulikan penderitaan dan miliknya sendiri, serta mudah menyesuaikan
diri dan luwes.
(2) Sifat-sifat introver : Lebih lancar menulis ketimbang bicara, cenderung atau
sering diliputi kekuatiran, lakas malu dan canggung, cenderung bersifat
radikal, suka membaca buku-buku dan majalah, lebih dipengaruhi oleh
perasaan-perasaan subjektif, agak tertutup  jiwanya, lebih senang bekerja
sendiri, sangat menjaga miliknya dan berhati-hati terhadap penderitaan, serta
sukar menyesuaikan diri dan kaku dalam pergaulan.

TIPOLOGI KEPRIBADIAN BERDASAR KEBUDAYAAN

          Teori Kebudayaaan : bahwa yang mempengaruhi kepribadain adalah


kebudayaan atau tempat dia tinggal, ada bermacam-macam tipe misalnya, tipe
ekonomi, tipe politik dan lain-lain. (Spanger). Kebudayaan, menurut K.H. Dewantara,
adalah hasil budi daya manusia yang dapat dipergunakan untuk memudahkan hidup
manusia.  

Ada beberapa tokoh yang didalam teorinya, menggunakan dasar kebudayaan, yaitu ;
Riesman, E. Spranger,  W. dan E Yeansch.

         Menurut Spranger dalam hidup ini terdapat enam macam nilai kebudayaan,
yaitu pengetahuan, kemasyarakatan, ekonomi, agama, keindahan dan kesusilaan. Atas
dasar itu dikemukakan enam macam tipe manusia, yaitu:

a. Tipe teoritis, orang dengan tipe ini memandang bahwa yang paling bernilai dalam
hidup ini adalah pengetahuan.

b. Tipe sosial, nilai kemasyarakatan adalah yang dominan dalam hidup ini, orang lain
adalah yang pertama dan terutama.

c. Tipe ekonomis, tipe orang ini adalah melihat dan mempertimbangkan segala
sesuatu dari sudut pandang untung dan rugi.

d. Tipe religius, orang yang religius hidup di bawah nilai-nilai keagamaan,


kecendrungan menjadi orang yang shaleh mewanai sepak terjangnya.

e. Tipe estetis, yang paling bernilai bagi orang tipe estetis ini adalah keindahan.

f. Tipe etis, kesusilaan harus bertengger di atas segala-galanya.

Tipologi Spranger yakni ;

1.Dua macam rohk (Geist)

Pertama-tama spranger membedakan adanya dua macam rokh (Geist), yaitu:


a).Rokh subjektif atau rokh individual, yaitu rokh yang terdapat pada manusia
masing-masing (individu)

b).Rokh objektif atau rokh supra individual, yaitu rokh seluruh umat manusia, yang
dalam keadaan konkritnya merupakan kebudayaan yang telah terjelma selama
berabad-abad.

2.Hubungan antara rokh subjektif dan rokh abjektif

Rokh subjektif dan objektif itu berhubungan secara timbal balik. Rokh subjektif
atau roh individual, yang mengandung nilai-nilai yang terdapat pada masing-masing
individu, dibentuk dan dipupuk dengan rokh objektif, artinya rokh subjektif tersebut
berbentuk dan berkembang dengan memakai rokh objektif sebagai norma.

3.Lapangan-lapangan hidup

Kebudayaan oleh Spranger dipandang sebagai sistem nilai-nilai, karena


kebudayaan itu tidak lain adalah kumpulan nilai-nilai kebudayaan yang tersusun
menurut sistem atau struktur tertentu.

a) Lapangan pengetahuan (ilmu, teori)

b) Lapangan ekonomi

c) Lapangan kesenian

d) Lapangan keagamaan

e) Lapangan kemasyarakatan

f) Lapangan politik

TIPOLOGI KEPRIBADIAN MENURUT SIGMUND FREUD

Dasar Teori Psikoanalisis Sigmund Freud

Kepribadian adalah semua corak perilaku dan kebiasaan individu yang terhimpun
dalam diri dandigunakan untuk bereaksi serta menyesuaikan diri terhadap segala
rangsangan baik dari luarmaupun dari dalam. Corak perilaku dan kebiasaan ini
merupakan kesatuan fungsional yang khaspada seseorang. Perkembangan kepribadian
tersebut bersifat dinamis, artinya selama individu masih bertambah pengetahuannya
dan mau belajar serta menambah pengalaman danketerampilan, mereka akan semakin
matang dan mantap kepribadiannya (Depkes, 1992).Dalam bahasa latin asal kata
personaliti dari persona (topeng), sedangkan dalam ilmu psikologimenurut, Gordon
W.Allport : suatu organisasi yang dinamis dari sistem psiko-fisik individu
yangmenentukan tingkah laku dan pemikiran individu secara khas. Interaksi psiko-
fisik mengarahkantingkah laku manusia.
Peran penting dari ketidaksadaran beserta insting-insting seks dan agresi yang ada
di dalamnya dalam pengaturan tingkah laku, menjadi karya/temuan monumental
Freud. Sistematik yang dipakai Freud dalam mendiskripsi kepribadian menjadi tiga
pokok yaitu: struktur kepribadian, dinamika kepribadian, dan perkembangan
kepribadian.

Struktur Kepribadian

Kehidupan jiwa memiliki tiga tingkat kesadaran: sadar, prasadar, dan tak sadar.
Pada tahun 1923 Freud mengenalkan tiga model struktural yang lain, yakni:  id, ego
dan super-ego. Struktur baru ini tidak mengganti struktur lama tetapi
melengkapi/menyempurnakan gambaran mental terutama dalam fungsi dan tujuannya.

Tingkat Kehidupan Mental

 Sadar (Conscious)
Tingkat kesadaran yang berisi semua hal yang kita cermati pada saat tertentu.
Menurut Freud hanya sebagian kecil saja dari kehidupan mental (fikiran,
persepsi, perasaan, dan ingatan) yang masuk ke kesadaran (consciousness).

 Prasadar (Preconscious)
Prasadar disebut juga ingatan siap (available memory), yakni tingkat kesadaran
yang menjadi jembatan antara sadar dan tak sadar. Pengalaman yang ditinggal
oleh perhatian, semula disadari tetapi kemudian tidak lagi dicermati, akan ditekan
pindah ke daerah prasadar.

 Taksadar (Unconscious)
Taksadar adalah bagian yang paling dalam dari struktur kesadaran dan menurut
Freud merupakan bagian terpenting dri jiwa manusia. Secara khusus Freud
membuktikan bahwa ketidaksadaran bukanlah abstraksi hipotetik tetapi itu adalah
kenyataan empirik. Ketidaksadaran itu berisi insting, impuls, dan drives yang
dibawa dari lahir, dan pengalam-pengalaman traumatik (biasanya pada masa
anak-anak) yang ditekan oleh kesadaran dipindah ke daerah tak sadar.

Wilayah Pikiran

1.   Id (Das Es)
Id adalah sistem kepribadian yang asli, dibawa sejak lahir. Dari id ini kemudian
akan muncul ego dan superego. Saat dilahirkan, id berisi semua aspek psikologi
yang diturunkan, seperti insting, impuls dan drives. Id berada dan beroperasi dalam
daerah tak sadar, mewakili subjektivitas yang tidak pernah sisadari sepanjang usia.
Id berhubungan erat dengan proses fisik untuk mendapatkan energi psikis yang
digunakan untuk mengoperasikan sistem dari struktur kepribadian lainnya.

Id beroperasi berdasarkan prinsip kenikmatan (pleasure principle), yaitu berusaha


memperoleh kenikmatan dan menghindari rasa sakit. Plesure principle diproses
dengan dua cara :
a.    Tindak Refleks (Refleks Actions)
Adalah reaksi otomatis yang dibawa sejak lahir seperti mengejapkan mata dipakai
untuk menangani pemuasan rangsang sederhana dan biasanya segera dapat
dilakukan.
b.   Proses Primer (Primery Process)
Adalah reaksi membayangkan/mengkhayal sesuatu yang dapat mengurangi atau
menghilangkan tegangan – dipakai untuk menangani stimulus kompleks, seperti
bayi yang lapar membayangkan makanan atau puting ibunya.
Id hanya mampu membayangkan sesuatu, tanpa mampu membedakan khayalan itu
dengan kenyataan yang benar-benar memuaskan kebutuhan. Id tidak mampu
menilai atau membedakan benar-benar salah, tidak tahu moral. Alasan inilah yang
kemudian membuat id memunculkan ego.

2. Ego (Das Ich)

Ego berkembang dari id agar orang mampu menangani realita sehingga ego
beroperasi mengikuti prinsip realita (reality principle) usaha memperoleh kepuasan
yang dituntut id dengan mencegah terjadinya tegangan baru atau menunda
kenikmatan sampai ditemukan objek yang nyata-nyata dapat memuaskan
kebutuhan.
Ego adalah eksekutif atau pelaksana dari kepribadian, yang memiliki dua tugas
utama ; pertama, memilih stimuli mana yang hendak direspon dan atau insting
mana yang akan dipuaskan sesuai dengan prioritas kebutuhan. Kedua, menentukan
kapan dan bagaimana kebutuhan itu dipuaskan sesuai dengan tersedianya peluang
yang resikonya minimal. Ego sesungguhnya bekerja untuk memuaskan id, karena
itu ego yang tidak memiliki energi sendiri akan memperoleh energi dari id.

3. Superego (Das Ueber Ich)


Superego adalah kekuatan moral dan etik dari kepribadian, yang beroperasi
memakai prinsip idealistik (edialistic principle) sebagai lawan dari prinsip
kepuasan id dan prinsip realistik dari ego. Superego berkembang dari ego, dan
seperti ego, ia tak punya sumber energinya sendiri. Akan tetapi, superego berbeda
dari ego dalam satu hal penting – superego tak punya kontak dengan dunia luar
sehingga tuntutan superego akan kesempurnaan pun menjadi tidak realistis.

Prinsip idealistik mempunyai dua sub prinsip yakni suara hati (conscience) dan ego
ideal. Freud tidak membedakan prinsip ini secara jelas tetapi secara umum, suara
hati lahir dari pengalaman-pengalaman mendapatkan hukuman atas perilaku yang
tidak pantas dan mengajari kita tentang hal-hal yang sebaiknya tidak dilakukan,
sedangkan ego ideal berkembang dari pengalaman mendapatkan imbalan atas
perilaku yang tepat dan mengarahkan kita pada hal-hal yang sebaiknya dilakukan.
Superego bersifat nonrasional dalam menuntut kesempurnaan, menghukum dengan
keras kesalahan ego, baik yang telah dilakukan maupun baru dalam fikiran. Ada
tiga fungsi superego ; (1) mendorong ego menggantikan tujuan-tujuan realistik
dengan tujuan moralistik, (2) merintangi impuls id terutama impuls seksual dan
agresif yang bertentangan dengan standar nilai masyarakat, (3) mengejar
kesempurnaan.

Dinamika Kepribadian

Dalam dinamika kepribadian, Freud menjelaskan tentang adanya tenaga


pendorong (cathexis) dan tenaga penekanan (anti–cathexis). Kateksis adalah
pemakaian energi psikis yang dilakukan oleh id untuk suatu objek tertentu untuk
memuaskan suatu naluri, sedangkan anti-kataeksis adalah penggunaan energi psikis
(yang berasal dari id) untuk menekan atau mencegah agar id tidak memunculkan
naluri–naluri yang tidak bijaksana dan destruktif. Id hanya memiliki kateksis,
sedangkan ego dan superego memiliki anti-kateksis, namun ego dan superego juga
bisa membentuk kateksis-objek yang baru sebagai pengalihan pemuasan kebutuhan
secara tidak langsung, masih berkaitan dengan asosiasi–asosiasi objek pemuasan
kebutuhan yang diinginkan oleh id.

Tingkat kehidupan mental dan wilayah pikiran mengacu pada struktur atau komposisi
kepribadian. Sehingga, Freud mengusulkan sebuah dinamika atau prinsip
motivasional untuk menerangkan kekuatan-kekuatan yang mendorong tindakan
manusia. Bagi Freud, manusia termotivasi untuk mencari kesenangan serta
menurunkan ketegangan dan kecemasan. Motivasi ini diperoleh dari energi psikis dan
fisik dari dorongan-dorongan dasar yang mereka miliki.

1. Insting Sebagai Energi Psikis


Insting adalah perwujudan psikologi dari kebutuhan tubuh yang menuntut
pemuasan misalnya insting lapar berasal dari kebutuhan tubuh secara
fisiologis sebagai kekurangan nutrisi, dan secara psikologis dalam bentuk
keinginan makan. Hasrat, atau motivasi, atau dorongan dari insting secara
kuantitatif adalah energi psikis dan kumpulan enerji dari seluruh insting yang
dimiliki seseorang merupakan enerji yang tersedia untuk menggerakkan
proses kepribadian.
Energi insting dapat dijelaskan dari sumber (source), tujuan (aim), obyek
(object) dan daya dorong (impetus) yang dimilikinya :
a. Sumber insting : adalah kondisi jasmaniah atau kebutuhan. Tubuh
menuntut keadaan yang seimbang terus menerus, dan kekurangan nutrisi
misalnya akan mengganggu keseimbangan sehingga memunculkan insting
lapar.
b. Tujuan insting : adalah menghilangakan rangsangan kejasmanian,
sehingga ketidakenakan yang timbul karena adanya tegangan yang
disebabkan oleh meningkatnya energi dapat ditiadakan. Misalnya, tujuan
insting lapar (makan) ialah menghilangkan keadaan kekurangan makan,
dengan cara makan.
c. Obyek insting : adalah segala aktivitas yang menjadi perantara keinginan
dan terpenuhinya keinginan itu. Jadi tidak hanya terbatas pada bendanya
saja, tetapi termasuk pula cara-cara memenuhi kebutuhan yang timbul
karena isnting itu. Misalnya, obyek insting lapar bukan hanya makanan,
tetapi meliputi kegiatan mencari uang, membeli makanan dan menyajikan
makanan itu.
d. Pendorong atau penggerak insting : adalah kekuatan insting itu, yang
tergantung kepada intensitas (besar-kecilnya) kebutuhan. Misalnya, makin
lapar orang (sampai batas tertentu) penggerak insting makannya makin
besar.
2. Jenis-Jenis Insting
a.  Insting Hidup (Life Instinct)

Insting hidup disebut juga Eros adalah dorongan yang menjamin survival
dan reproduksi, seperti lapar,haus dan seks. Bentuk enerji yang dipakai oleh
insting hidup itu disebut “libido”. Walaupun Freud mengakui adanya
bermacam-macam bentuk insting hidup, namun dalam kenyataannya yang
paling diutamakan adalah insting seksual (terutama pada masa-masa
permulaan,sampai kira-kira tahun 1920). Dalam pada itu sebenarnya insting
seksual bukanlah hanya untuk satu insting saja, melainkan sekumpulan
insting-insting, karena ada bermacam-macam kebutuhan jasmaniah yang
menimbulkan keinginan-keinginan erotis.

b. Insting Mati (Death Instinct)


Insting mati disebut juga insting-insting merusak (destruktif). Insting ini
berfungsinya kurang jelas jika dibandingkan dengan insting hidup,
karenanya tidak begitu dikenal. Akan tetapi adalah suatu kenyataan yang
tak dapat dipungkiri, bahwa tiap orang itu pada akhirnya akan mati juga.
Inilah yang menyebabkan Freud merumuskan bahwa “Tujuan semua hidup
adalah mati” (1920). Suatu derivatif insting mati yang terpenting adalah
dorongan agresif. Sifat agresif adalah pengrusakan diri yang diubah dengan
obyek subtitusi.
Insting hidup dan insting mati dapat saling bercampur, saling menetralkan.
Makan misalnya merupakan campuran dorongan makan dan dorongan
destruktif, yang dapat dipuaskan dengan menggigit, menguyah dan menelan
makanan.

3.    Kecemasan.
Kecemasan (anxiety) adalah variabel penting dari hampir semua teori
kepribadian. Kecemasan sebagai dampak dari konflik yang menjadi bagian
kehidupan yang tak terhindarkan, dipandang sebagai komponen dinamika
kepribadian yang utama. Kecemasan adalah fungsi ego untuk memperingatkan
individu tentang kemungkinan datangnya suatu bahaya sehingga dapat disiapkan
reaksi adaptif yang sesuai. Biasanya reaksi individu terhadap ancaman
ketidaksenangan dan pengrusakan yang belum dihadapinya ialah menjadi cemas
atau takut. Kecemasan berfungsi sebagai mekanisme yang mengamankan ego
karena memberi sinyal ada bahaya di depan mata.
Kecemasan akan timbul manakala orang tidak siap menghadapi ancaman. Hanya
ego yang bisa memproduksi atau merasakan kecemasan. Akan tetapi, baik id,
superego, maupun dunia luar terkait dalam salah satu dari tiga jenis kecemasan:
realistis, neurotis dan moral. Ketergantungan ego pada id menyebabkan
munculnya kecemasan neurosis, sedangkan ketergantungan ego pada superego
memunculkan kecemasan moral, dan ketergantungannya pada dunia luar
mengakibatkan kecemasan realistis.
a. Kecemasan Realistis (Realistic Anxiety)
Adalah takut kepada bahaya yang nyata ada di dunia luar. Kecemasan ini
menjadi asal muasal timbulnya kecemasan neurotis dan kecemasan moral.
b. Kecemasan Neurotis (Neurotic Anxiety)
Adalah ketakutan terhadap hukuman yang bakal diterima dari orang tua atau
figur penguasa lainnya kalau seseorang memuaskan insting dengan caranya
sendiri, yang diyakininya bakal menuai hukuman. Hukuman belum tentu
diterimanya, karena orang tua belum tentu mengetahui pelanggaran yang
dilakukannya, dan misalnya orang tua mengetahui juga belum tentu
menjatuhkan hukuman. Jadi, hukuman dan figur pemberi hukuman dalam
kecemasan neurotis bersifat khayalan.
c. Kecemasan Moral (Moral Anxiety)
Adalah kecemasan kata hati, kecemasan ini timbul ketika orang melanggar
standar nilai orang tua. Kecemasan moral dan kecemasan neurotis tampak
mirip, tetapi memiliki perbedaan prinsip yakni : tingkat kontrol ego pada
kecemasan moral orang tetap rasional dalam memikirkan masalahnya sedang
pada kecemasan neurotis orang dalam keadaan distres – terkadang panik
sehingga mereka tidak dapat berfikir jelas.

4. Mekanisme Pertahanan Ego.

Freud mengartikan mekanisme pertahanan ego (ego defense mechanism) sebagai


strategi yang digunakan individu untuk mencegah kemunculan terbuka dari
dorongan-dorongan id maupun untuk menghadapi tekanan superego atas ego,
dengan tujuan agar kecemasan bisa dikurangi atau diredakan.
Menurut Freud mekanisme pertahanan ego itu adalah mekanisme yang rumit dan
banyak macamnya, adapun mekanisme yang banyak dipakai dalam kehidupan
sehari-hari ada tujuh macam, yaitu :

a. Identifikasi (Identification)
Cara mereduksi tegangan dengan meniru (mengimitasi) atau
mengidentifikasikan diri dengan orang yang dianggap lebih berhasil
memuaskan hasratnya dibanding dirinya. Diri orang lain diidentifikasi tetapi
cukup hal-hal yang dianggap dapat membantu mencapai tujuan diri. Terkadang
sukar menentukan sifat mana yang membuat tokoh itu sukses sehingga orang
harus mencoba mengidentifikasi beberapa sifat sebelum menemukan mana
yang ternyata membantu meredakan tegangan. Apabila yang ditiru sesuatu
yang positif disebut Introyeksi.
Mekanisme pertahanan identifikasi umumnya dipakai untuk tiga macam tujuan,
yaitu :
 Merupakan cara orang dapat memperoleh kembali sesuatu (obyek) yang
telah hilang.
 Untuk mengatasi rasa takut.
 Melalui identifikasi orang memperoleh informasi baru dengan mencocokkan
khayalan mental dengan kenyataan.
b. Pemindahan/Reaksi Kompromi (Displacement/Reactions Compromise)
Ketika obyek kateksis asli yang dipilih oleh insting tidak dapt dicapai karena
ada rintangan dari luar (sosial, alami) atau dari dalam (antikateksis) insting itu
direpres kembali ke ketidaksadaran atau ego menawarkan kateksis baru, yang
berarti pemindahan enerji dari obyek satu ke obyek yang lain, sampai
ditemukan obyek yang dapat mereduksi tegangan.
Proses mengganti obyek kateksis untuk meredakan ketegangan, adalah
kompromi antara tuntutan insting id dengan realitas ego, sehingga disebut juga
reaksi kompromi. Ada tiga macam reaksi kompromi, yaitu :
 Sublimasi adalah kompromi yang menghasilkan prestasi budaya yang lebih
tinggi, diterima masyarakat sebagai kultural kreatif.
 Subtitusi adalah pemindahan atau kompromi dimana kepuasan yang
diperoleh masih mirip dengan kepuasan aslinya.
 Kompensasi adalah kompromi dengan mengganti insting yang harus
dipuaskan. Gagal memuaskan insting yang satu diganti dengan memberi
kepuasan insting yang lain.

c.  Represi (Repression)


Represi adalah proses ego memakai kekuatan anticathexes untuk menekan
segala sesuatu (ide, insting, ingatan, fikiran) yang dapat menimbulkan
kecemasan keluar dari kesadaran.

d.  Fiksasi dan Regresi (Fixation and Regression)


Fiksasi adalah terhentinya perkembangan normal pada tahap perkembangan
tertentu karena perkembangan lanjutannya sangat sukar sehingga
menimbulkan frustasi dan kecemasan yang terlalu kuat. Orang memilih untuk
berhenti (fiksasi) pada tahap perkembangan tertentu dan menolak untuk
bergerak maju, karena merasa puas dan aman ditahap itu.
Frustasi, kecemasan dan pengalaman traumatik yang sangat kuat pada tahap
perkembangan tertentu, dapat berakibat orang regresi : mundur ke tahap
perkembangan yang terdahulu, dimana dia merasa puas disana.
Perkembangan kepribadian yang normal berarti terus bergerak maju atau
progresif. Munculnya dorongan yang menimbulkan kecemasan akan direspon
dengan regresi. Orang yang puas berada ditahap perkembangan tertentu, tidak
mau progres disebut fiksasi. Progresi yang gagal membuat orang menarik diri
atau regresi

e. Proyeksi (Projection)
Proyeksi adalah mekanisme mengubah kecemasan neurotis atau moral menjadi
kecemasan realistis, dengan cara melemparkan impuls-impuls internal yang
mengancam dipindahkan ke obyek di luar, sehingga seolah-olah ancaman itu
terproyeksi dari obyek eksternal kepada diri orang itu sendiri.

f.  Introyeksi (Introjection)
Introyeksi adalah mekanisme pertahanan dimana seseorang meleburkan sifat-
sifat positif orang lain ke dalam egonya sendiri. Misalnya, seorang anak yang
meniru gaya tingkahlaku bintang film menjadi introyeksi, kalau peniruan itu
dapat meningkatkan harga diri dan menekan perasaan rendah diri, sehingga
anak itu merasa lebih bangga dengan dirinya sendiri. Pada usia berapapun,
manusia bisa mengurangi kecemasan yang terkait dengan perasaan kekurangan
dengan cara mengadopsi atau melakukan introyeksi atas nilai-nilai, keyakinan-
keyakinan, dan perilaku orang lain.

g.  Pembentukan Reaksi (Reaction Formation)


Tindakan defensif dengan cara mengganti impuls atau perasaan yang
menimbulkan kecemasan dengan impuls atau perasaan lawan/kebalikannya
dalam kesadaran, misalnya benci diganti cinta, rasa bermusuhan diganti dengan
ekspresi persahabatan. Timbul masalah bagaimana membedakan ungkapan asli
suatu impuls dengan ungkapan pengganti reaksi formasi : bagaimana cinta sejati
dibedakan dengan cinta-reaksi formasi. Biasanya reaksi formasi ditandai oleh
sifat serba berlebihan, ekstrim, dan kompulsif

5. Perkembangan Kepribadian
Freud membagi perkembangan kepribadian menjadi tiga tahapan, yakni tahap
infantil (0-5 tahun), tahap laten (5-12 tahun), dan tahap genital (>12 tahun). Tahap
infantil yang paling menentukan dalam membentuk kepribadian, terbagi menjadi
tiga fase, yakni fase oral, fase anal, dan fase falis. Perkembangan kepribadian
ditentukan terutama oleh perkembangan biologis, sehingga tahap ini disebut juga
tahap seksual infantil. Perkembangan insting seks berarti perubahan kateksis seks,
dan perkembangan biologis menyiapkan bagian tubuh untuk dipilih menjadi pusat
kepuasan seksual (erogenus zone)

a. Fase Oral (Usia 0 – 1 tahun)


Fase oral adalah fase perkembangan yang berlangsung pada tahun pertama dari
kehidupan individu. Pada fase ini, daerah erogen yang paling penting dan peka
adalah mulut, yakni berkaitan dengan pemuasan kebutuhan dasar akan makanan
atau air. Stimulasi atau perangsangan atas mulut seperti mengisap, bagi bayi
merupakan tingkah laku yang menimbulkan kesenangan atau kepuasan.

b. Fase Anal (Usia 1 – 2/3 tahun)


Fase ini dimulai dari tahun kedua sampai tahun ketiga dari kehidupan. Pada fase
ini, fokus dari energi libidal dialihkan dari mulut ke daerah dubur serta
kesenangan atau kepuasan diperoleh dari kaitannya dengan tindakan
mempermainkan atau menahan faeces (kotoran) pada fase ini pulalah anak
mulai diperkenalkan kepada aturan-aturan kebersihan oleh orang tuanya melalui
toilet training, yakni latihan mengenai bagaimana dan dimana seharusnya
seorang anak membuang kotorannya.
c. Fase Falis (Usia 2/3 – 5/6 tahun)
Fase falis (phallic) ini berlangsung pada tahun keempat atau kelima, yakni suatu
fase ketika energi libido sasarannya dialihkan dari daerah dubur ke daerah alat
kelamin. Pada fase ini anak mulai tertarik kepada alat kelaminnya sendiri, dan
mempermainkannya dengan maksud memperoleh kepuasan. Pada fase ini
masturbasi menimbulkan kenikmatan yang besar. Pada saat yang sama terjadi
peningkatan gairah seksual anak kepada orang tuanya yang mengawali berbagai
pergantian kateksis obyek yang penting. Perkembangan terpenting pada masa
ini adalah timbulnya Oedipus complex, yang diikuti fenomena castration
anxiety (pada laki-laki) dan penis envy (pada perempuan). Oedipus complex
adalah kateksis obyek seksual kepada orang tua yang berlawanan jenis serta
permusuhan terhadap orang tua sejenis. Anak laki-laki ingin memiliki ibunya
(ingin memiliki perhatian lebih dari ibunya) dan menyingkirkan ayahnya,
sebaliknya anak perempuan ingin memiliki ayahnya dan menyingkirkan ibunya.
d. Fase Laten (Usia 5/6 – 12/13 tahun)
Fase ini pada usia 5 atau 6 tahun sampai remaja, anak mengalami periode
peredaan impuls seksual. Menurut Freud, penurunan minat seksual itu akibat
dari tidak adanya daerah erogen baru yang dimunculkan oleh perkembangan
biologis. Jadi, fase laten lebih sebagai fenomena biologis, alih-alih bagian dari
perkembangan psikoseksual. Pada fase ini anak mengembangkan kemampuan
sublimasi, yakni mengganti kepuasan libido dengan kepuasan non seksual,
khususnya bidang intelektual, atletik, keterampilan, dan hubungan teman
sebaya. Dan pada fase ini anak menjadi lebih mudah mempelajari sesuatu dan
lebih mudah dididik dibandingkan dengan masa sebelum dan sesudahnya (masa
pubertas).
e.  Fase Genital
Fase ini dimulai dengan perubahan biokimia dan fisiologi dalam diri remaja.
Sistem endokrin memproduksi hormon-hormon yang memicu pertumbuhan
tanda-tanda seksual sekunder (suara, rambut, buah dada, dll), dan pertumbuhan
tanda seksual primer. Pada fase ini kateksis genital mempunyai sifat narkistik :
individu mempunyai kepuasan dari perangsangan dan manipulasi tubuhnya
sendiri, dan orang lain diingkan hanya karena memberikan bentuk-bentuk
tambahan dari kenikmatan jasmaniah. Pada fase ini, impuls seks itu mulai
disalurkan ke obyek diluar, seperti : berpartisipasi dalam kegiatan kelompok,
menyiapkan karir, cinta lain jenis, perkawinan dan keluarga.

Anda mungkin juga menyukai