Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

PSIKOLOGI KEPRIBADIAN
“Psikoanalisis Klasik (Sigmund Freud)”

Dosen Pengampu :
Dr. H. A. Hari Witono, M.Pd.
Umar, S.Pd., M.Pd.

Disusun Oleh :
Kelompok 2
1. Aninday Wahyu (E1E018013)
2. Baiq Qory Fatimah Azahra (E1E018029)
3. DindaAyu Lestari (E1E018039)

7A PAGI
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
PRODI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MATARAM
2021

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala atas segala nikmatnya
sehingga tugas yang berjudul “Psikoanalisis Klasik (Sigmund Freud)”” dapat
diselesaikan dengan baik. Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Psikologi Kepribadian.
Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari
pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi
maupun pikirannya.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin
masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan laporan ini.
Demikian, semoga makalah ini dapat diterima sebagai ide/gagasan yang
menambah pengetahuan bangsa. Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Mataram, 23 Agustus 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................................1

KATA PENGANTAR.................................................................................2

DAFTAR ISI...............................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang........................................................................................4

B. Rumusan Masalah...................................................................................5

C. Tujuan.....................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN

A. Struktur Kepribadian Dalam Psikoanalisis Klasik Menurut Sigmund freud.....6

B. Dinamika Kepribadian Dalam Psikoanalisis Klasik Menurut Sigmund freud.10

C. Perkembangan Kepribadian Dalam Psikoanalisis Klasik Menurut Sigmund

freud.................................................................................................................19

D. Ranah Aplikasi Dalam Psikoanalisis Klasik Menurut Sigmund freud............22

BAB III PENUTIP

A. Kesimpulan......................................................................................................24

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................25

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada era globalisasi saat ini banyak sekali warga Negara Indonesia yang mempunyai
kepribadian baik. Kepribadian sangat mencerminkan perilaku seseorang, maka dengan
adanya mata kuliah ini kita diajarkan menjadi seorang pribadi yang mempunyai
kepribadian yang sangat baik. Setiap orang sama seperti kebanyakan atau bahkan semua
orang lain, kita bisa tahu apa yang diperbuat seseorang dalam situasi tertentu berdasarkan
pengalaman diri kita sendiri. Kenyataannya, dalam banyak segi, setiap orang adalah unik,
khas. Akibatnya yang lebih sering terjadi adalah kita mengalami salah paham dengan
teman di kampus, sejawat di kantor tetangga atau bahkan dengan suami atau istri dan
anak-anak dirumah. Kita terkejut oleh tindakan di luar batas yang dilakukan oleh
seseorang yang biasa dikenal alim dan saleh, dan masih banyak lagi. Oleh karena itu, kita
membutuhkan sejenis kerangka acuan untuk memahami dan menjelaskan tingkah laku
diri sendiri dan orang lain. kita harus memahami definisi dari kepribadian itu, bagaimana
kepribadan itu terbentuk. Selain itu kita membutuhkan teori-teori tentang tingkah laku,
teori tentang kepribadian agar terbentuk suatu kepribadian yang baik. Sehingga
gangguan-gangguan yang biasa muncul pada kepribadian setiap individu dapat dihindari.
Psikologi kepribadian adalah salah satu cabang dari ilmu psikologi. Psikologi
kepribadian merupakan salah satu ilmu dasar yang penting guna memahami ilmu
psikologi. Manusia sebagai objek material dalam pembelajaran ilmu psikologi tentu
memiliki kepribadian dan watak yang berbeda satu dengan yang lainnya bahkan tidak
semua orang dapat memahami kepribadian dirinya sendiri. Hal itulah yang menjadi latar
belakang kami membuat makalah tentang teori psikoanalisis klasik Sigmund Freud,
seperti yang kita ketahui, bahwa teori psikoloanalisis klasik Sigmund Freud adalah yang
paling kontroversial. Teori Psikoanalisis, menjadi teori yang paling komprehensif di
antara teori kepribadian lainnya, namun juga mendapat tanggapan yang paling banyak,
baik tanggapan positif maupun negatif. Sistematik yang dipakai Freud dalam
mendeskripsikan kepribadian menjadi tiga pokok bahasan, yakni Struktur kepribadian,
Dinamika kepribadian, dan Perkembangan kepribadian, banyak diikuti oleh pakar
kepribadian lain.
Teori psikoanalis freud menjadi paradigma psikologi kepribadian dan terapan
psikoanalis dalam terapi jiwa menjadi primadona sampai sekarang. Pemikiran freud

4
sangat menantang, konsepnya tentang individu sangat luas dan mendalam.
Pengamatannya teliti, disiplin dan berani dalam mengembangkan fikiran. Teorinya
mencoba memotret manusia, baik fisik maupun psikisnya. Sumbangan utama freud
adalah menyadarkan bahwa proses tak sadar mempunyai pengaruh yang sangat besar
terhadap tingkah laku. Memang kengototan freud mempertahankan isnting seksual sebai
isi utama ketidaksadaran banyak mendapat sanggahan, tetapi semua setuju bahwa psoses
tak sadar itu ada, dan para pakar akan mengembangkan konsepnya sendiri-sendiri apa
saja isi taksadar itu.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja struktur kepribadian yang terdapat dalam psikoanalisis klasik menurut
Sigmund freud ?
2. Bagaimanakah dinamika kepribadian dalam psikoanalisis klasik menurut Sigmund
freud ?
3. Bagaimanakah perkembangan kepribadian dalam psikoanalisis klasik menurut
Sigmund freud ?
4. Apa saja jenis ranah aplikasi psikoanalisis dalam psikoanalisis klasik menurut
Sigmund freud ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa saja struktur kepribadian yang terdapat dalam psikoanalisis
klasik menurut Sigmund freud
2. Untuk mengetahui bagaimanakah dinamika kepribadian dalam psikoanalisis klasik
menurut Sigmund freud
3. Untuk mengetahui bagaimanakah perkembangan kepribadian dalam psikoanalisis
klasik menurut Sigmund freud
4. Untuk mengetahui apa saja jenis ranah aplikasi psikoanalisis dalam psikoanalisis
klasik menurut Sigmund freud

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Struktur Kepribadian dalam Psikoanalisis Klasik Sigmund Freud

Menurut Freud, kehidupan jiwa memiliki tiga tingkat kesadaran, yakni sadar
(conscious), prasadar (preconscious), dan tak sadar (unconcious). Baru pada tahun 1923
Freud mengenalkan tiga model struktural yang lain, yakni id, ego, dan superego. Struktur
baru ini tidak mengganti struktur lama, tetapi melengkapi/menyempurnakan gambaran
mental terutama dalam fungsi atau tujuannya. Enam elemen pendukung struktur
kepribadian itu adalah sebagai berikut:

1. Sadar (Conscious)
Tingkat kesadaran yang berisi semua hal yang kita cermati pada saat
tertentu.Menurut Freud, hanya sebagian kecil saja dari kehidupan mental (fikiran,
persepsi, perasaan, dan ingatan) yang masuk ke kesadaran (consciousness). Isi daerah
sadar itu merupakan hasil proses penyaringan yang diatur oleh stimulus atau cue-
eksternal. Isiisi kesadaran itu hanya bertahan dalam waktu yang singkat di daerah
conscious, dan segera tertekan ke daerah preconscious atau unconscious, begitu orang
memindahkan perhatiannya ke cue yang lain.
2. Prasadar (Preconscious)
Disebut juga ingatan siap (available memory), yakni tingkat kesadaran yang menjadi
jembatan antara sadar dan taksadar.Isi preconscious berasal dari conscious dan dari
unconscious. Kalau sensor sadar menangkap bahaya yang bisa timbul akibat
kemunculan materi taksadar materi itu akan ditekan kembali ke ketidaksadaran. Materi
taksadar yang sudah berada di daerah prasadar itu bisa muncul kesadaran dalam bentuk
simbolik, seperti mimpi, lamunan, salah ucap, dan mekanisme pertahanan diri.
3. Taksadar (Unconscious)
Adalah bagian yang paling dalam dari struktur kesadaran dan menurut Freud
merupakan bagian terpenting dari jiwa manusia.Secara khusus Freud membuktikan
bahwaketidaksadaran bukanlah abstraksi hipotetik tetapi itu adalah kenyataan
empirik.Ketidaksadaran itu berisi insting, impuls dan drives yang dibawa dari lahir, dan
pengalaman-pengalaman traumatik yang ditekan oleh kesadaran dipindah ke daerah
taksadar.
6
4. The Id (Is [Latin], atau Es [Jerman])
Id adalah sistem kepribadian yang asli,dibawa sejak lahir. Dari id ini kemudian akan
muncul ego dan superego. Saat dilahirkan, id berisi semua aspek psikologik yang
diturunkan, seperti insting, impuls dan drives. Id beroperasi berdasarkan prinsip
kenikmatan (pleasure principle), yaitu: berusaha memperoleh kenikmatan dan
menghindari rasa sakit. Bagi id, kenikmatan adalah keadaan yang relatif inaktif atau
tingkat enerji yang rendah, dan rasa sakit adalah tegangan atau peningkatan enerji yang
mendambakan kepuasan. Pleasure principle diproses dengan dua cara tindak refleks
(reflex actions) dan proses primer (primary process). Tindak refleks adalah reaksi
otomatis yang dibawa sejak lahir seperti mengejapkan mata, dipakai untuk menangani
pemuasan rangsang sederhana dan biasanya segera dapat dilakukan. Proses primer
adalah reaksi membayangkan sesuatu yang dapat mengurangi atau menghilangkan
tegangan, dipakai untuk menangani stimulus kompleks seperti bayi yang lapar
membayangkan makanan atau puting ibunya. Proses membentuk gambaran obyek yang
dapat mengurangi tegangan, disebut pemenuhan hasrat (wish fulfillment), misalnya
mimpi, lamunan, dan halusinasi psikotik.
Id hanya mampu membayangkan sesuatu, tanpa mampu membedakan khayalan itu
dengan kenyataan yang benar-benar memuaskan kebutuhan.Id tidak mampu menilai
atau membedakan benar-salah, tidak tahu moral.Jadi, harus dikembangkan jalan
memperoleh khayalan itu secara nyata, yang memberi kepuasan tanpa menimbulkan
ketegangan baru khususnya masalah moral.Hal inilah yang kemudian membuat id
memunculkan ego.
5. The Ego (Das Ich [Jerman])
Ego berkembang dari id agar orang mampu menangani realita, sehingga ego
beroperasi mengikuti prinsip realita (reality principle), usaha memperoleh kepuasan
yang dituntun id dengan mencegah terjadinya tegangan baru atau menunda kenikmatan
sampai ditemukan obyek yang nyata-nyata dapat memuaskan kebutuhan. Prinsip realita
itu dikerjakan melalui proses sekunder (secondary process), yakni berfikir realistik
menyusun rencana dan menguji apakah rencana itu menghasikan obyek yang dimaksud.
Proses pengujian itu disebut uji realita (reality testing), melaksanakan tindakan sesuai
dengan rencana yang telah difikirkan secara realistik. Ego adalah eksekutif (pelaksana)
dari kepribadian, yang memiliki dua tugas utama, pertama, memilih stimuli mana yang
hendak direspon dan atau insting mana yang akan dipuaskan sesuai dengan prioritas
kebutuhan. Kedua, menentukan kapan dan bagaimana kebutuhan itu dipuaskan sesuai

7
dengan tersedianya peluang yang resikonya minimal. Dengan kata lain, ego sebagai
eksekutif kepribadian berusaha memenuhi kebutuhan id sekaligus juga memenuhi
kebutuhan moral dan kebutuhan berkembangan mencapai-kesempurnaan dari superego.
6. The Superego (Das Ueber Ich [Jerman])
Superego adalah kekuatan moral dan etik dari kepribadian yang beroperasi memakai
prinsip idealistik (idealistic principle) sebagai lawan dari prinsip kepuasan id dan
prinsip realistik dari ego.Superego berkembang dari ego, dan seperti ego dia tidak
mempunyai enerji sendiri.Sama dengan ego, superego beroperasi di tiga daerah
kesadaran. Namun berbeda dengan ego, dia tidak mempunyai kontak dengan dunia luar
(sama dengan id) sehingga kebutuhan kesempurnaan yang diperjuangkannya tidak
realistik (id tidak realistik dalam memperjuangkan kenikmatan). Prinsip idealistik
mempunyai dua subprinsip, yakni conscience dan ego-ideal.Superego pada hakekatnya
merupakan elemen yang mewakili nilai-nilai orang tua atau interprestasi orang tua
mengenai standar sosial, yang diajarkan kepada anak melalui berbagai larangan dan
perintah. Apapun tingkah laku yang dilarang, dianggap salah, dan dihukum oleh orang
tua, akan diterima anak menjadi suara hati (conscience), yang berisi apa saja yang tidak
boleh dilakukan. Apapun yang disetujui, dihadiahi dan dipuji orang tua, akan diterima
menjadi standar kesempurnaan atau ego ideal, yang berisi apa saja yang seharusnya
dilakukan. Proses mengembangkan konsensia dan ego ideal, yang berarti menerima
standar salah dan benar itu disebut introyeksi (introjection). Superego bersifat
nonrasioanal dalam menuntut kesempurnaan, menghukum dengan keras kesalahan ego,
baik yang telah dilakukan maupun baru dalam fikiran.Paling tidak, ada tiga fungsi
superego; (1) mendorong ego menggantikan tujuan-tujuan realistik dengan tujuan-
tujuan moralistik, (2) merintangi impuls id, terutama impuls seksual dan agresif yang
bertentangan dengan standar nilai masyarakat, dan (3) mengejar kesempurnaan.
Struktur kepribadian id-ego-superego itu bukan bagian yang menjalankan kepribadian,
tetapi itu adalah nama dari sistem struktur danproses psikologik yang mengikuti
prinsip-prinsip tertentu. Biasanya sistem-sistem itu bekerja sama sebagai team, di
bawah arahan ego. Baru kalau timbul konflik diantara ketiga struktur itu, mungkin
sekali muncul tingkah laku abnormal.

Tabel: Perbandingan Tiga Sistem Kepribadian

ID EGO SUPEREGO
Original sistem, asal Berkembang dari Id untuk Berkembang dari ego untuk

8
muasal dari sitem yang menangani dunia eksternal. berperan sebagai tangan-
lain. Berisi insting dan Memperoleh enerji dari Id. tangan moral kepribadian.
penyedia enerji psikik Memiliki pengetahuan baik Merupakan wujud
untuk dapat beroperasinya mengenai dunia dalam internalisasi nilai-nilai
sistem yang lain. Hanya maupun realitas objektif. orang tua. Dikelompokkan
mengetahui dunia dalam; menjadi 2; conscience
Tidak berhubungan dengan (yang menghukum tingkah
dunia luar, tidak memiliki laku yang salah), dan ego
pengetahuan mengenai ideal (yang menghadiahi
realitas objektif. tingkah laku yang benar).
Seperti Id, superego tidak
berhubungan dengan dunia
luar, tidak memiliki
pengetahuan mengenai
realitas objektif.
Mengikuti prinsip Mengikuti prinsip realita Mengikuti prinsip
kenikmatan (pleasure (reality principle) dan conscience dan ego ideal.
principle) dan bekerja bekerja dalam bentuk Tujuannya membedakan
dalam bentuk proses proses sekunder. tujuannya antara benar dan salah dan
primer. Tujuannya tunggal untuk membedakan antara menuntut bahwa diri telah
yakni mengenali fantasi dengan realita mematuhi ancaman moral,
kenikmatan dan rasa sakit sehingga daoat memuaskan dan memuaskan kebutuhan
sehingga dapat kebutuhan organisme. kesempurnaan.
memperoleh kenikmatan Harus dapat
dan menghindari rasa sakit. menggabungkan
(coordinate) kebutuhan id,
superego, dan dunia
eksternal. Tujuan umumnya
adalah mempertahankan
hidup dan kehidupan
jenisnya (reproduksi).
Mencari kepuasan insting Menunda kepuasan insting Menghambat kepuasan
segera. sampai kepuasan itu dapat insting
dicapai tanpa mengalami
konflik dengan superego
9
dan dunia eksternal.
Tidak rasional Rasional Tidak rasional
Beroperasi di daerah Beroperasi di daerah Beroperasi di daerah
unconscious conscious, preconscious, conscious, preconscious,
dan unconscious. dan unconscious.

B. Dinamika Kepribadian dalam Psikoanalisis Klasik Sigmund Freud

Freud berpendapat manusia sebagai system yang kompleks memakai energy untuk
berbagai tujuan seperti bernafas, bergerak, mengamati, dan mengingat.Kegiatan
psikologik juga membutuhkan energy, yang disebut energy psikik (psychic energy), yaitu
energy yang ditransform dari energy fisik melalui id beserta insting-instingnya.Ini sesuai
kaidah fisika, bahwa energy tidak dapat hilang, tetapi dapat berpindah dan berubah
bentuk.

1) Insting sebagai Energi Psikis


Insting adalah perwujudan psikologik dari kebutuhan tubuh yang menuntut
pemuasan.Misalnya insting lapar berasal dari kebutuhan tubuh yang kekurangan
nutrisi dan secara jiwani terwujud dalam bentuk keinginan makan. Hasrat atau
motivasi atau dorongan dari insting secara kuantitatif adalah energy psikik dan
kumpulan energy dari seluruh insting yang dimiliki seseorang merupakan energy
yang tersedia untuk menggerakan proses kepribadian. Energi insting dapat dijelaskan
sebagai berikut:
a. Sumber insting, adalah kondisi jasmaniah atau kebutuhan. Sepangjang hayat,
sumber insting bersifat konstan, tidak berubah kecuali perubahn akibat
kemasakan. Kemasakan akan mengembangkan kebutuhan jasmaniah yang baru,
dari sanalah timbul insting-insting yang baru pula.
b. Tujuan insting, berakaitan dengan sumber insting, yakni kembali memperoleh
keseimbangan, misalnya dengan mencukupi kekurangan nutrisi. Seperti sumber
insting, tujuan insting juga bersifat konstan. Konsep Freud memandang insting
sebagai pemicu tegangan, dan id, ego, dan superego bekerja untuk mereduksi
tegangan itu. Jadi, tujuan insting juga bersifat konservatif, artinya
mempertahankan keseimbangan organism dengan menghilangkan
stimulasistimulasi yang mengganggu. Sumber dan tujuan yang konstan, bias
menimbulkan pengulangan tingkah laku. Dimulai dari timbul rangsangan
sampai peredaran tegangan. Kalau pengulangan menjadi irasional, tanpa dapat

10
dicegah oleh kesadaran, menjadi gejala neurotic kompulsi repetisi (repetition
compulsion).
c. Obyek insting, adalah segala sesuatu yang menjembatani antara kebutuhan yang
timbul dengan pemenuhannya. Berbeda dengan sumber dan tujuan insting yang
konstan, obyek insting atau cara orang memuaskan kebutuhannya ternyata
berubah-ubah sepanjang waktu. Energy insting itu dapat dipindahkan
(displacement) dari obyek asli ke obyek lain yang tersedia untuk mereduksi
tegangan. Apabila pemindahan menjadi permanen, maka proses itu disebut
derivative insting (instinct derivative).
d. Daya dorong insting, kekuatan/intensitas keinginan berbeda-beda setiap waktu.
Insting lapar dari orang yang seharian tidak makan tentu lebih besar dari insting
lapar orang yang makan teratur. Sebagai tenaga pendorong, jumlah kekuatan
energy dari seluruh insting bersifat konstan. Penggunaannya yang berubah.
Kebutuhan yang sangat penting akan mendapat satu energy yang lebih besar
disbanding kebutuhan lain yang kurang penting.
2) Jenis-jenis insting.
a. Insting Hidup dan Insting Seks
Freud mengajukan dua kategori umum: insting hidup (life instinct) dan insting
mati (death instinct). Insting hidup disebut juga Eros, yaitu dorongan yang
menjamin survival dan reproduksi, seperti lapar, haus, dan seks.Energi yang
dipakai oleh insting hidup ini disebut libido. Sepanjang usia bayi yang
perhatiannya tertuju kepada dirinya sendiri (self centered), libido ditujukan
kepada ego yang berarti bayi memperoleh kepuasan dengan mengenal dirinya
sendiri, dinamakan Freud: narkisisme primer (Primary narcissism) atau libido
narcissism. Semua bayi mengalami gejala narkisisme primer ini. Bertambahnya
usia mengembangkan perhatian ke dunia luar dan kepuasan menuntut obyek di
luar diri. Libido narkisisme primer berubah menjadi libido obyek. Pada usia
pubertas sering pada individu tertentu perhatiannya lebih tertuju kepada
tampang diri dan interes dirinya sendiri. Gejala ini kemudian disebut secondary
narcissism. Libido yang ditujukan kepada orang lain, itulah cinta (Love).
Dorongan seksual pada bayi mulanya tertuju kepada ibu atau orang yang
merawatnya. Cinta secara seksual kepada ibu dan anggota keluarga lain akan
direpres ke bawah sadar, diganti dengan cinta nonseksual. Tampak, narkisisme
dan cinta berhubungan erat.Narkisisme adalah cinta kepada diri sendiri,

11
sehingga cinta yang dibarengi kecenderungan narkisisme menjadi
mementingkan diri sendiri.Insting seks sebagai bagian dari insting hidup dapat
muncul bersama dengan insting destruktif (insting mati), menjadi gejala Sadism
dan Masochism. Sadisme adalah memuaskan dorongan seksual dan dorongan
destruktif melalui menyerang orang lain. Sedangkan, masokism adalah
memuaskan dorongan seksual dengan menyerang atau menyakiti diri sendiri.
b. Insting Mati
Insting mati atau insting destruktif (destructive instinct, disebut juga Thanatos)
bekerja secara sembunyi-sembunyi dibanding insting hidup. Akibatnya
pengetahuan mengenai insting mati menjadi terbatas, kecuali kenyataan bahwa
pada akhirnya semua orang akan mati. Menurut Freud, tujuan semua kehidupan
adalah kematian. Dorongan agresif (aggressive drive) adalah derivative insting
mati yang terpenting.Insting mati mendorong orang untuk merusak diri sendiri
dan dorongan agresif merupakan bentuk penyaluran agar orang tidak membunuh
dirinya sendiri (suicide). Untuk memelihara diri, insting hidup umumnya
melawan insting mati itu dengan cara mengarahkan energinya keluar, dutujukan
ke orang lain. Sebagian energy agresi ini kemudian dapat disalurjkan ke
kegiatan-kegiatan yang dapat diterima lingkungan social.
3) Distibusi dan Pemakaian Energi
Dinamika kepribadian ditentukan oleh cara energy psikis didistribusikan dan
dipakai oleh id, ego, dan superego. Jumlah energy psikis terbatas dan ketiga unsur
struktur itu bersaing untuk mendaptkannya. Kalau salah satu unsur menjadi lebh
kuatmaka dua yang lain menjadi lebih lemah, kecuali ada energy baru yang
ditambahkan atau dipindahkan ke system itu. Pada mulanya, seluruh energy psikis
menjadi milik id dan dipakai untuk memenuhi hasrat (wishfulfillment) melalui aksi
refleks, proses primer. Energi itu diinvestasikan kepada suatu obyek untuk
memuaskan hasrat. Namun karena proses primer tidak dapat membedakan obyek-
obyek secara obyektif, sifat energy menjadi tidak stabil, mudah dipindah dari obyek
satu ke obyek lainnya. Proses pemaaian energy oleh id seperti itu disebut pemilihan
obyek (object cathexes id) atau instinctual object cathexes.Ego tidak memiliki
energy sendiri, sehingga harus menarik energy dari id.Berangsur-angsur semakin
banyak energy id yang dapat diambil oleh ego, karena ego lebih berhasil dari pada id
dalam mereduksi tegangan. Proses pengalihan energy ini disebut identifikasi
(identification), yakni proses ego mencocokan gambaran mental dari id dengan

12
kenyataan actual. Id berpendapat bahwa obyek nyata harus sama dengan gambaran
atau fantasi mengenai obyek yang diinginkan, sedangkan ego berprinsip gambaran
obyek bisa berbeda dengan obyek nyata, gambaran itu harus dikonfrontasi dengan
kenyataan dan peluang untuk memperolehnya. Konsep identifikasi ini sangat penting
karena semua kemajuan kognitif adalah ujud dari gambaran mental mengenai dunia
yang semakin mendekati kenyataan.
Ketika kateksis obyek ego dan id memperoleh kepuasan akan pindah menjadi
energy ego. Ego semakin banyak menguasai poersi energy karena berhasil
memperoleh obyek yang memuaskan kebutuhan.Tentu saja manakala ego gagal
unuk memuaskan insting, id mungkin dapat menark dan menguasai kembali energy
yang ada pada ego. Sesudah ego menguasai energy, ego memakainya untuk tujuan
lain selain memuaskan insting melalui proses sekunder, misalnya energy itu dipakai
untuk meningkatkan perkembangan berbagai proses psikologik seperti pesepsi,
ingatan, dan berfikir. Sebagian energy itu juga dipakai ituk mengekang id agar tida
bertindak impulsive dan irasional.Daya kekang ini disebut anticathexes yang
melawan dorongan cathexes id.Antikateksis juga dipakai untuk melawan superego
yang terlalu menyesakkan, ego melindungi diri dengan mekanisme pertahanan
(defence mechanism).Ego sebagai eksekutif kepribadian memakai energy untuk
mengatur aktivitas dari tiga struktur itu dalam kesatuan.Ego berusaha menciptakan
harmoni dalam kepribadian sehingga transaksi dengan lingkungan dapat dikerjakan
dengan lancar dan efektif. Seperti ego, superego mendapat energy dari id melalui
proses identifikasi. Apa yang dikerjakan superego seringkali bertentangan dengan
impuls-impuls id. Ini terjadi karena aturan moral itu mewakili usaha masyarakat
untuk mengontrol dan mencegah pengungkapan dorongan primitive, terutama
dorongan seksual dan agresi.Superego juga bisa bertentangan dengan ego, ketika
rasional-pragmatis dari ego melanggar moralitas dan tidak mempertimbangkan nilai-
nilai kesempurnaan.Penyerahan energy ke ego dan superego mewakili hubungan
yang rumit antara kekuatan pendorong (kateksis) dengan kekuatan penahan
(antikateksis) yang menentukan dinamika kepribadian seseorang.Id hanya memiliki
kekuatan pendorong, sedang ego harus memiliki energy untuk mengecek id dan
superego dan memiliki sisa energy yang cukup untuk menangani dunia luar.Ego
yang dominan adalah penanda dari jiwa yang sehat.
4) Kecemasan (Anxiety)

13
Kecemasan adalah variable penting dari hampir semua teori
kepribadian.Kecemasan sebagai dampak dari konflik yang menjadi bagian
kehidupan yang tak terhindarkan, dipandang sebagai komponen dinamika
kepribadian yang utama.Kecemasan adalah fungsi ego untuk memperingatkan
individu tentang kemungkinan datang suatu bahaya sehingga dapat disiapkan reaksi
adaptif yang sesuai.Fungsi kepribadian yang utama adalah menangani dunia
eksternal.Situasi yang mencitakan kondisi traumatic disebut kecemasan primer
(primary anxiety). Kecemasan akan timbul manakala orang tidak siap menghadapi
ancaman. Freud mengemukakan ada tiga jenis kecemasan, yaitu realistic anxiety,
neurotic anxiety, dan moral anxiety.Kecemasan realistic adalah takut kepada bahaya
yang nyata dari dunia luar.Kecemasan realistic ini menjadi asal muasal timbulnya
kecemasan neurotic dan kecemasan moral. Kecemasan neurotic adalah ketakutan
terhadap hukuman yang akan diterima dari orang tua atau figure penguasa lainnya
kalau seseorang memuaskan insting dengan caranya sendiri, yang diyakininya akan
menuai hukuman. Kecemasan moral timbul ketika orang melanggar standar nilai
orang tua.Kecemasan moral dan kecemasan neurotic tampak mirip, tetapi memiliki
perbedaan prinsip yani tingkat control ego. Pada kecemasan moral orang tetap
rasional dalam memikirkan masalahnya berkat energy superego, sedangkan pada
kecemasan neurotic orang dalam keadaan distress, terkadang panic, sehingga mereka
tidak dapat berfikir jelas dan energy id menghambat penderita kecemasan neurotic
membedakan antara khayalan dan realita.
5) Mekanisme Pertahanan (Defense Mechanism)
Fungsi utama psikodinamik kecemasan adalah membantu individu menolak
impuls instingtif yang tidak dikehendaki masuk kesadaran dan memberi kepuasan
kepada impuls itu secara tidak langsung.Mekanisme pertahanan ego (Ego defense
mechanism) membantu dapat dilaksanakannya fungsi penolakan itu, sekaligus
melindungi individu dari kecemasan yang berlebihan. Bagi Freud, mekanisme
pertahanan adalah strategi yang dipakai individu untuk bertahan melawan ekspresi
impuls id serta menentang tekanan superego. Menurut Freud, ego mereaksi bahaya
munculnya impuls id memakai dua cara, yaitu :
a. Membentengi impuls sehingga tidak dapat muncul menjadi tingkahlaku sadar
b. Membelokkan impuls itu sehingga intensitas aslinya dapat dilemahkan atau
diubah.

14
Freud sendiri hanya mendiskripsikan tujuh mekanisme pertahanan, yakni
identification, displacement, repression, fictation, regression, reaction, formation,
dan projection.Pengikut-pengikutnya, khususnya Anna Freud menambahkan
lebih dari 10 dinamika mekanisme pertahanan. Semua mekanisme pertahanan
memiliki tiga persamaan ciri:

a. Mekanisme pertahanan itu beroperasi pada tingkat tidak sadar


b. Mekanisme pertahanan selalu menolak, memalsu, atau memutar balikan
kenyataan
c. Mekanisme pertahanan itu mengubah persepsi nyata seseorang, sehingga
kecemasan menjadi kurang mengancam.

Menurut Freud, jarang ada orang memakai hanya satu mekanisme pertahanan
untuk melindungi diri dari kecemasan. Umumnya orang memakai beberapa
mekanisme pertahanan, baik secara bersama-sama atau secara bergantian sesuai
dengan bentuk ancamannya. Mekanisme pertahanan yang paling banyak dipakai
dalam kehidupan sehari-hari adalah sebagai berikut:

a) Identifikasi (Identification)
Cara mereduksi tegangan dengan meniru (mengimitasi) atau
mengidentifikasi diri dengan orang yang dianggap lebih berhasil memuaskan
hasratnya disbanding dirinya. Jika yang ditiru itu sesuatu yang positif, secara
khusus ini disebut Introyeksi (introjections) adalah proses pengembangkan
superego dengan mengadopsi nilai-nilai orang tua. Mekanisme pertahanan
identfikasi umumnya dipakai untuk tiga macam tujuan:
1) Identifikasi merupakan cara orang dapat memperoleh kembali sesuatu (obyek)
yang telah hilang.

2) Identifikasi dipakai untuk mengatasi rasa takut

3) Melalui identifikasi, orang memperoleh informasi baru dengan mencocokkan


kenyataan dengan khayalan mental.

b) Pemindahan/Reaksi Kompromi (Displacement/Reactions Compromise)


Manakala obyek kateksis asli yang dipilih oleh isting tidak dapat dicapai
karena ada rintangan dari luar (social, alami) atau dari dalam (antikateksis),
insting itu dapat dipres kembali ketidaksadaran atau ego menawarkan kateksis

15
baru, yang berarti pemindahan energy dari obyek yang satu ke obyek yang lain,
sampai ditemukan obyek yang dapat meredusi tegangan. Sumber dan tujuan dari
insting selalu tetap, obyeknya berubah-ubah melalui displacement. Proses
mengganti obyek kateksis untuk meredakan tegangan adalah kompromi antara
tuntutan insting id dengan realitas ego sehingga disebut juga reaksi kompromi,
yakni sublimasi, subsitusi, dan kompensasi (sublimation, substitution,
compensation).
a. Sublimasi adalah kompromi yang menghasilkan prestasi budaya yang lebih
tinggi, diterima masyarakat sebagai cultural kreatif.
b. Substitusi adalah pemindahan atau kompromi dimana kepuasan yang
diperoleh masih mirip dengan kepuasan aslinya.
c. Kompensasi adalah kompromi dengan mengganti insting yang harus
dipuaskan.
c) Represi (Repression)
Represi adalah proses ego memakai kekuatan anticathexes untuk menekan
segala sesuatu (id, insting, ingatan, fikiran) yang dapat menimbulkan kecemasan
keluar kesadaran. Contoh dinamika campuran antara represi dan pemindahan,
sebagai berikut:
 Represi + displacement: gadis yang takut mengekspresikan kemarahannya
kepada orang tuanya menjadi berontak dan mengamuk kepada gurunya.
 Represi + symptom histerik: seorang pilot menjadi buta walaupun secara
fisiologik matanya sehat, sesudah pesawat yang dikemudikannya jatuh dan
copilot teman baiknya meninggal.
 Represi + psychophysiological disorder: wanita yang mengalami migrain
setiap menekan rasa marahnya, memilih menuruti orang lain alih-alih
mengikuti kemauannya sendiri agar tidak perlu timbul rasa marah yang
harus ditekan.
 Represi + fobia: Pria yang takut dengan barang yang terbuat dari karet.
Semasa kecil dia pernah dihukum berat oleh ayahnya karena meletuskan
balon karet hadiah adiknya. Karet kini menjadi pemicu ingatan event
hukuman itu dan harapan masa kecil agar adiknya mati.
 Represi + Nomadisme: orang yang selalu berpindah tempat atau berubah-
ubah interesnya, sebagai usaha melarikan diri dari suasana frustasi.
6) Fiksasi dan Regresi (Fixation and Regression)

16
Fiksasi adalah terheninya perkembangan normal pada tahap perkembangan
tertentu karena perkembangan lanjutannya sangat sukar sehingga menimbulkan
frustasi dan kecemasan yang terlalu kuat. Orang memilih tetap berhenti (fiksasi)
pada tahap perkembangan tertentu dan menolak untuk bergerak maju , karena merasa
puas dan aman di tahap itu. Frustasi, kecemasan, dan pengalaman traumatic yang
sangat kuat pada tahap perkembangan tertentu, dapat berakibat orang regresi,
mundur ke tahap perkembangan terdahulu, di mana dia merasa puas di sana.
Perkembangan kepribadian yang normal berarti terus bergerak maju atau progresif.
Munculnya dorongan yang menimbulkan kecemasan akan direspon dengan represi.
Orang yang puas berada ditahap perkembangan tertentu, tidak mau progress disebut
fiksasi.Progresi yang gagal membuat orang menarik diri atau regresi.
a) Pembentukan Reaksi (Reaction Formulation)
Tindakan defensive dengan cara mengganti impuls atau perasaan yang
menimbulkan kecemasan dengan impuls atau perasaan lawan/kebalikannya
dalam kesadaran, misalnya; benci diganti cinta, rasa bermusuhan diganti dengan
ekspresi persahabatan.
b) Pembalikan (Reversal)
Mengubah status ego dari aktif menjadi pasif, mengubah keinginan perasaan
dan impuls-impuls yang menimbulkan kecemasan menjadi ke arah diri sendiri,
atau seperti reksi formasi dengan obyek yang spesifik.
c) Projeksi (Projection)
Kecemasan realistic biasanya lebih mudah ditangani oleh ego dibandingkan
kecemasan neurotic atau kecemasan moral.Karena itu, apabila sumber
kecemasan dapat ditemukan di dunia luar dan bukan pada impuls-impuls
primitive atau suara hatinya sendiri, kecemasan itu mudah diredakan. Projeksi
adalah mekanisme mengubah kecemasan neurotic/moral menjadi kecemasan
realistic, dengan cara melemparkan impuls-impuls internal yang mengancam
dipindahkan ke obyek diluar, sehingga seolah-olah ancaman itu terprojeksi dari
obyek eksternal kepada diri orang itu sendiri.
d) Reaksi Agresi (Aggressive Reactions)
Ego memanfaatkan drive agresi untuk menyerang obyek yang menimbulkan
frustasi. Menutupi kelemahan diri dengan menunjukan kekuatan drive agresinya,
baik yang ditujukan kepada obyek yang asli, obyek pengganti, maupun
ditujukan kepada diri sendiri. Ego membentuk antikateksi, dengan

17
mempertentangkan insting-insting agar insting yang menjadi sumber tegangan
frustasi dan anxiety tetap berada di bawah sadar. Ada lima macam reaksi agresi:
1) Agresi Primitive: Siswa yang tidak lulus ujian, merusak sekolahnya
2) Scapegoating: Membanting piring karena marah
3) Free-floating-anger: Sasaran marah yang tidak jelas
4) Suicide: Rasa marah kepada diri sendiri sampai merusak diri/bunuh diri
5) Turning around upon the self: (Gabungan antara agresi dan pemindahan)
memindah objek cinta atau agresi kepada diri sendiri, biasanya menjadi
perasaan berdosa atau depresi.
7) Intelektualitas (Intelectualization)
Ego menggunakan logika rasioanl untuk menerima kateksis objek sebagai
realitas yang cocok dengan impuls asli.Mengatasi frustasi dan anxiety dengan
memutarbalikkan realitas untuk mempertahankan harga diri.Ada lima macam
intelektualisasi:
a. Rasionalisasi (rationalization): menerima, puas dengan object cathexes dengan
mengembangkan alasana rasional yang menyimpangkan fakta. Ada dua macam
rasionalisasi: 1) Sour-Grape Rationalization: menganggap kateksis obyek yang
tidak dapat dicapai sebagai sesuatu yang jelek. 2) Sweet-Lemon Rationalization:
menganggap kateksis obyek yang dapat diperoleh sebagai yang terbaik.
b. Isolasi (Isolation): mempertentangkan antara komponen afektif dengan kognitif,
gejala neurosis obsesi kompulsi, di mana dorongan insting bertahan di
kesadaran, tetapi tanpa perasaan puas/senang.
c. Undoing: kecemasan dan dosa akibat kegiatan negative, ditutupi /dihilangkan
dengan perbuatan positif penebus dosa dalam bentuk “tingkahlaku ritual”.
d. Denial: menolak kenyataan, menolak stimulus/persepsi realistic yang tidak
menyenangkan dengan menghilangkanatau mengganti persepsi itu dengan
fantasi atau halusinasi. Denial menghilangkan “bahaya yang datang dari luar”
dengan mengingkari (menganggap bahaya itu tidak ada).
 Penolakan (Escaping-Avoiding). Melarikan diri/ menghindar atau menolak
stimulus eksternal secara fisik agar emosi yang tidak menenangkan tidak
timbul. Menghindar dari ancaman dan menempatkan diri dibawah
perlindungan patron.
 Pengingkaran (Negation). Impuls-impuls yang direpres diekspresikan dalam
bentuk yang negative, semacam denial terhadap impuls/drive, impuls id

18
yang menimbulkan ancaman oleh ego diingkari dengan memikirkan hal itu
tidak ada.
 Penahanan Diri (Ego Restriction). Menolak usaha berprestasi, dengan
menganggap situasi yang melibatkan usaha itu tidak ada, karena cemas
kalau-kalau hasilnya buruk/negative. Mempertahankan self-esteem, dengan
menolak aktivitas yang dapat dibandingkan hasilnya dengan hasil orang
lain, memilih menjadi pengamat atau penilai.
C. Perkembangan Kepribadian dalam Psikoanalisis Klasik Sigmund Freud
Freud adalah teoritis pertama yang memusatkan perhatiannya kepada perkembangan
dan menekankan pentingnya peran masa bayi dan anak-anak dalam membentuk karakter
seseorang. Frued yakin bahwa struktur dasar kepribadian sudah terbentuk pada usia 5
tahun, dan perkembangan kepribadian sesudah usia 5 tahun sebagian besar hanya
merupakan elaborasi dari struktur dasar tadi.Freud membagi perkembangan kepribadian
menjadi tiga tahapan:
1. Tahap Infantil (0-5 tahun)
Perkembangan kepribadian ditentukan terutama oleh perkembangan insting
seks, yang terikat dengan perkembangan biologis, sehingga tahap ini disebut juga
tahap seksual infantil. Tahap infantil yang paling menentukan dalam membentuk
kepribadian, terbagi menjadi tiga fase, yaitu:
a) Fase oral (usia 0 – 1 tahun)
Mulut merupakan daerah pokok aktivitas dinamik atau daerah kepuasan
seksual yang dipilih oleh insting seksual.Makan dan minum menjadi sumber
kenikmatannya.Kenikmatan atau kepuasan diperoleh dari rangsangan terhadap
bibir-rongga, mulut-kerongkongan, tingkah laku mengigit dan mengunyah
(sesudah gigi tumbuh), serta menelan dan memuntahkan makanan (jika tidak
memuaskan).Kenikmatandalamaktivitasmenyuap/menelan(oral incorporation)
dan mengigit (oral agression) dipandang sebagai prototip dari bermacam sifat
pada masa yang akan datang. Kepuasan yang berlebihan akan membentuk oral
incorporation personality (saat dewasa), yakni orang menjadi senang
mengumpulkan pengetahuan/ harta benda dan mudah ditipu (mudah menelan
perkataan orang lain. Sebaliknya, jika terjadi ketidakpuasan sesudah dewasa
mejadi tamak dalam mengumpulkan apa saja dan tidak pernah puas. Oral
agression personality ditandai dengan senang berdebat dan sarkastik.Tahap ini

19
secara khusus ditandai oleh berkembangnya perasaan ketergantungan, mendapat
perlindungan dari orang lain, khususnya ibu.
b) Fase anal
Dubur merupakan daerah pokok aktivitas dinamik,kateksis dan anti kateksis
berpusat pada elimener (pembuangan kotoran).Mengeluarkan feces
menghilangkan perasaan tekanan yang tidak menyenangkan dari akumulasi sisa
makanan.Freud yakin toilet training adalah bentuk dari belajar memuaskan id
dan superego sekaligus, kebutuhan id dalam bentuk kenikmatan sesudah
defakasi dan kebutuhan superego dalam bentuk hambatan sosial atau tuntutan
sosial untuk mengontrol kebutuhan defakasi.Semua bentuk kontrol diri dan
penguasaan diri berasal dari fase anal.
c) Fase Falis
Pada fase ini alat kelamin merupakan daerah erogen terpenting.Masturbasi
menimbulkan kenikmatan yang besar. Pada saat yang sama terjadi peningkatan
gairah seksual anak kepada orangtuanya yang mengawali berbagai pergantian
kateksis obyek yang penting. Perkembangan terpenting pada masa ini adalah
timbulnua Oedipus complex, yang diikuti fenomena Castration anxiety (pada
laki-laki) dan Penis envy (pada perempuan).Oedipus complex adalah kateksis
obyek seksual kepada orang tua yang berlawanan jenis serta permusuhan
terhadap orang tua sejenis.Pada mulanya anak (laki dan perempuan) sama-sama
mencintai ibu yang telah memenuhi kebutuhan mereka dan memandang ayah
sebagai saingan dalam merebut kasih sayang ibu.Persaingan dengan ayah
berakibat anak cemas kalaukalau ayah memakai kekuasaannya untuk
memenangkan persaingan merebut ibunya. Dia cemas penisnya akan dipotong
oleh ayahnya. Gejala cemas dikebiri atau Castration anxiety.Kecemasan inilah
yang kemudian mendorong laki-laki mengidentifikasi diri dengan ayahnya.Pada
anak perempuan, rasa sayang kepada ibu segera berubah menjadi kecewa dan
benci sesudah mengetahui kelaminnya berbeda dengan anak lakilaki.Ibunya
dianggap bertanggung jawab terhadap kastrasi kelaminnya, sehingga anak itu
mentransfer cintanya kepada ayahnya yang memiliki organ berharga.Tetapi
perasaan itu bercampur dengan iri penis (penis envy) baik kepada ayah maupun
kepada laki-laki.Odipus complex pada wanita tidak direpres, cinta kepada ayah
menetap walaupun mengalami modifikasi karena hambatan realistic pemuasan
seksual itu sendiri.Electra complex mereda ketika gadis menyerah tidak lagi

20
mengembangkan harapan seksual kepada ayahnya, dan mengidentifikasikan diri
kembali kepada ibunya.Penyerahan enerji yang lamban pada wanita membuat
superego wanita lebih lemah/lunak, lebih fleksibel. Freud mengasumsikan
bahwa setiap orang lahir biseksual dan mempunyai rasa tertarik kepada jenis
kelamin yang sama dan berlainan. Sehingga umumnya orang mengidentifikasi
diri dengan jenis seks yang sama dengan dirinya dan memilih seks yang lain
sebagai partner.
2. Tahap Laten (5-13 tahun)
Penurunan minta seksual terjadi pada tahap ini karena tidak adanya daerah
erogen baru yang dimunculkan oleh perkembangan biologis.Pada fase ini anak
mengembangkan kemampuan sublimasi (mengganti kepuasan libido dengan
kepuasan non-seksual). Contoh: Bidang intelektual, atletik, keterampilan, dan
hubungan dengan teman sebaya. Fase laten juga ditandai dengan percepatan
pembentukan superego; orangtua bekerja sama dengan anak berusaha merepres
impuls seks agar enerji dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk sublimasi dan
pembentukan superego. Anak menjadi lebih mudah mempelajari sesuatu
dibandingkan dengan masa sebelum dan sesudahnya.
3. Tahap Genital (13 tahun – dewasa)
Pada fase genital, impuls seks itu mulai disalurkan ke obyek luar, seperti
berpartisipasi dalam kelompok, menyiapkan karir, cinta lain jenis, perkawinan dan
keluarga.Terjadi perubahan dari anak yang narkistik menjadi dewasa yang
berorientasi sosial, realistik, dan altruistik. Berikut beberapa gambaran tingkah laku
dewasa yang masak, ditinjau dari dinamika kepribadian Freud:
a) Menunda kepuasan: Pada fase genital, impuls seks itu mulai disalurkan ke obyek
luar, seperti berpartisipasi dalam kelompok, menyiapkan karir, cinta lain jenis,
perkawinan dan keluarga.
b) Tanggung jawab: Kontrol tingkah laku dilakukan oleh superego berlangsung
efektif.
c) Pemindahan: Mengganti kepuasan seksual menjadi kepuasan dalam bidang seni,
budaya dan keindahan.
d) Identifikasi: Memiliki tujuan-tujuan kelompok terlibat dalam organisasi sosial,
politik, dan kehidupan sosial yang harmonis.

21
D. Aplikasi.
Aplikasi psikoanalisis cukup bervariasi, yang terpenting diantaranya aplikasi
dibidang psikopatologi dan pikosomatis.

a. Psikopatologi.
Psikoanalisis memahami psikopatologi sebagai masalah perkembangan,
akibat gangguan semasa melewati tahap- tahap psikoseksual. Perkembangan
kepribadian dipandang sebagai sesuatu yang kumulatif, sehingga gangguan
pada masa awal perkembangan akan menjadi peritiwa traumatik yang
pengaruhnya terasa sampai dewasa. Berikut dinamika jiwa menurut
psikoanalisis pada bebrapa jenis psikopatologi :

1) Histeria, disebut jua conversion disorder : kelumpuhan tanpa sebab-


sebab fisik, menurut psikoanalisis ini akibat adanya ttransformasidari
konflik- konflik psikis menjadi malfungsi fisik.
2) Fobia : ketakutan yang sangat dan tidak pada tempatnya, oleh Freud
dianalisis sebagai dampak dari kecemasan yang dialihkan, bisa
kecemasan yang berkaitan dengan impuls seksualatau kecemasan
akibat peristiwa traumatic
3) Obsesi-Kompulsi : mempunyai tema yang sangat bervariasi. Tema
kebersihan, penyakit, kekejaman, dilatarbelakangi oleh konflik seksual
pada fase anal.
4) Depresi : perasaan tidak mampu, tidak kompeten, kehilangan harga
diri, dan merasa bertanggung jawab terhadap semua kejadian buruk.
5) Ketagihan obat atau akohol : interpretasi psikoanalisis terhadap
ketagihan obat atau akohol bervariasi.

Bukan hanya menghilangkan sindrom yang tidak dikehendaki, tetapi


terutama bertujuan memperkuat ego sehingga mampu mengontrol impuls
insting dan memperbesar kapasitan individu untuk mencintai dan berkarya
Teknik yang dipakai :

22
Teknik yang dipakai:

a) Asosiasi bebas, ada tiga asumsi yang menjadi dasar free association: (a)
apa saja yang dikatakan yang dilakukan sesorang sekarang, mempunyai
makna dan berhubungan dengan perkataan dan perbuatan di masa lalu,
(b) materi taksadar terpengaruh penting terhadap tingkahlaku, dan (c)
materi taksadar dapat dibawa kesadaran dengan mendorong
ekspresibebas setiap kali merka munculke dalam pikiran.
b) Analisis mimpi, ketika tidur, kontrol kesadaran menurun, dan mimpi
adalah ungkapan isi- isi taksadar karena turunnya tingkat kesadaran itu.
c) Freudian slip, meliputi; salah ucap, salah memmbaca, salah dengar,
salah meletakkan objek dan tiba- tiba lupa. Semuanya itu bukan
kejadian kebetulan, tetapi kejadian yang dipengaruhi oleh insting
ketidaksadaran.
d) Interpretasi, mengenakan kepada klien makna yang tidak disadarinya
dari pikiran, perasaan dan keinginannya.
e) Analisis resistensi, resistensi adalah mekanisme pertahanan klien, dan
analisis akan mengungkapkan unsur yang penting dari masalah yang
ingin disembunyikan klien.
f) Transferece: pengungkapan isi- isi ketidksadaran yang tersimpan sejak
anak- anak, dengan memakai terapis sebagai medianya.
g) Working through, terus menerus mengintrepretasikan dan
mengidentifikasi masalah klien, mengulang resistensi dan transferensi,
pada seluruh aspek pengalaman kejiwaan.

b. Psikosomatis.
Psikosomatis adalah patologi organik yang diawali atau kemudian
gejalanya diperberat oleh stimulasi lingkungan nonpatologik. Gangguan
alergi, eksim, asma, diare yang psikosomatis, ketika diobati memakai mefio-
kimia damap sembuh, namun tidak sempurna atau mudah kambuh dengan
sebab yang tidak berkaitan dengan penyakit itu.

23
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam teori psikoanalisis, kepribadian dipandang sebagai suatu struktur yang
terdiri dari tiga unsur atau sistem yakni id, ego dan superego ketiga sistem kepribadian ini
satu sama lain saling berkaitan serta membentuk suatu totalitas.
1. Id, adalah sistem kepribadian yang paling dasar, yang didalamnya terdapat naluri-
naluri bawaan. Untuk dua sistem yang lainnya, id adalah sistem yang bertindak
sebagai penyedia atau penyalur energi yang dibutuhkan oleh sistem-sistem terebut
untuk operasi- operasi atau kegiatan-kegiatan yang dilakukannya. Dalam
menjalankan fungsi dan operasinya, id bertujuan untuk menghindari keadaan tidak
menyenangkan dan mencapai keadaan yang menyenangkan.
2. Ego, adalah sistem kepribadian yang bertindak sebagai pengarah individu kepada
dunia objek tentang kenyataan, dan menjalankan fungsinya berdasarkan prinsip
kenyataan. Ego tebentuk pada struktur kepribadian individu sebagai hasil kontak
dengan dunia luar. Adapun proses yang dimiliki dan dijalankan ego adalah upaya
memuaskan kebutuhan atau mengurangi tegangan oleh individu.
3. Superego, adalah sistem kepribadian yang berisikan nilai-nilai dan aturan-aturan
yang sifatnya evaluatif (menyangkut baik-buruk). Adapun fungsi utama dari
superego adalah :
a. Sebagai pengendali dorongan-dorongan atau impuls-impuls naluri id agar
impuls-impuls teresbut disalurkan dalam cara atau bentuk yang dapat diterima
oleh masyarakat.
b. Mengarahkan ego pada tujuan-tujuan yang sesuai dengan moral dari pada
dengan kenyataan.
c. Mendorong individu kepada kesempurnaan.
Ketiga unsur atau system kepribadian ini berinteraksi begitu erat satu sama lain
sehingga sulit untuk memisahkan pengaruh-pengaruh dan menilai relatifnya terhadap
tingkah laku manusia. Tingkah laku manusia hampir selalu merupakan hasil dari
interaksi diantara ketiga sistem tersebut.

24
DAFTAR PUSTAKA

Alwisol. 2009. Psikologi Kepribadian. Malang : UMM Press.

25

Anda mungkin juga menyukai