Anda di halaman 1dari 18

JENIS-JENIS TES

BERDASARKAN BEBERAPA KLASIFIKASI

MAKALAH
untuk memenuhi tugas mata kuliah Asessmen Psikologi : Teknik Tes
yang dibina oleh Ibu Irene Maya Simon, S.Pd, M.Pd

oleh:
1. Hulwa Hanina 200111600474
2. Nadia Salsabila Muchtar 200111600482
3. Rumaisah Az-Zahro 200111600439

JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING


UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah yang berjudul “Jenis-jenis Tes Berdasarkan Beberapa Klasifikasi” dengan baik
dan tepat waktu.
Makalah ini dibuat dalam rangka meningkatkan pemahaman dalam pembelajaran
mata kuliah Asesmen Psikologi : Teknik Tes. Pemahaman tentang “Jenis-jenis Tes
Berdasarkan Beberapa Klasifikasi ” sangat diperlukan dengan tujuan agar kita dapat
mengetahui apa saja jenis-jenis tes psikologi sekaligus memperdalam wawasan.
Kami juga mengucapkan terimakasih kepada Ibu Irene Maya Simon, S.Pd, M.Pd.
selaku dosen mata kuliah Asesmen Psikologi : Teknik Tes. Kami menyadari masih
banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami mengharapkan bimbingan
dari ibu dan kami berharap pembaca juga dapat memberi kritik dan saran yang dapat
membangun agar untuk menjadikan makalah ini lebih baik lagi.

Malang, 3 September 2021

Penulis

1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
BAB I 2
PENDAHULUAN 2
A. Latar Belakang 2
B. Rumusan Masalah 3
C. Tujuan 4
BAB II 5
PEMBAHASAN 5
A. Jenis-Jenis Tes Psikologi 5
1. Tes Intelegensi 5
2. Tes Bakat 6
3. Tes Minat 7
4. Tes Kepribadian 8
5. Tes Kreativitas 10
6. Tes Prestasi Belajar 11
B. Contoh Pengaplikasian Tes Berdasarkan Kasus di Sekolah 12
BAB III 13
PENUTUP 13
A. Kesimpulan 13
B. Saran 13
DAFTAR PUSTAKA 14

2
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Asesmen dalam pendidikan berfungsi untuk melihat kemampuan dan
kesulitan yang dihadapi seseorang saat itu, sebagai bahan untuk menentukan apa
yang sesungguhnya dibutuhkan dalam pembelajaran. Berdasarkan informasi
asesmen, seorang guru dapat menyusun program pembelajaran yang bersifat realistis
sesuai dengan kenyataan obyektif dari anak tersebut. Oleh sebab itu kedudukan
asesmen sangat penting, karena suatu program pembelajaran disusun bermula dari
potensi yang dimiliki peserta didik mengarah kepada kompetensi baru yang akan
diajarkan.

Asesmen dalam pembelajaran adalah suatu proses atau upaya untuk


memperoleh sejumlah informasi mengenai perkembangan peserta didik selama
kegiatan pembelajaran sebagai bahan dalam pengambilan keputusan oleh pendidik
untuk mengetahui dan memperbaiki proses maupun hasil belajar peserta didik.
Pelaksanaan asesmen di sekolah maupun di perguruan tinggi merupakan bagian dari
proses pembelajaran yakni refleksi pemahaman terhadap perkembangan atau
kemajuan peserta didik secara individual. Asesmen dapat dilakukan tanpa evaluasi,
tetapi evaluasi tidak dapat dilaksanakan tanpa adanya asesmen (Johnson, 2002).

Pendidikan merupakan salah satu sarana peningkat kualitas hidup manusia.


Lembaga pendidikan, sekolah misalnya memegang peranan yang cukup penting
dalam proses pendidikan. Guru sebagai pelaksana pendidikan juga berperan sebagai
pendidik sekaligus fasilitator yang mengarahkan siswanya untuk mencapai tujuan
pendidikan.

Untuk mencapai tujuan pendidikan, seorang  guru harus mengadakan


evaluasi. Dengan evaluasi, maka maju dan mundurnya kualitas pendidikan dapat
diketahui, dan dengan evaluasi pula, kita dapat mengetahui titik kelemahan serta
mudah mencari jalan keluar untuk berubah menjadi lebih baik ke depan.

3
Oleh karena itu, penting bagi seorang guru untuk mengetahui genre, analisis,
jenis-jenis tes dalam evaluasi pengajaran. Tes yang digunakan pun harus sesuai
dengan standar yang berlaku untuk menilai dan mengevaluasi jalannya proses
pendidikan sehingga hasil evaluasi pun dapat diterima dan digunakan untuk membuat
berbagai putusan yang berkaitan dengan pengajaran dan pendidikan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja jenis-jenis asesmen tes?
2. Apa tujuan dari tes tersebut
3. Apa fungsi dari tes tersebut?
4. Apa saja bentuk-bentuk tes tersebut?
5. Bagaimana contoh pengaplikasian tes berdasarkan kasus di sekolah?

C. Tujuan
1. Mengetahui jenis-jenis asesmen tes
2. Mengetahui tujuan tes tersebut
3. Mengetahui fungsi tes tersebut
4. Mengetahui bentuk-bentuk tes tersebut
5. Mengetahui contoh pengaplikasian tes berdasarkan kasus di sekolah

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Jenis-Jenis Tes Psikologi

1. Tes Intelegensi
Secara umum intelegensi biasa disebut kecerdasan. Vernon (1973)
ada tiga arti mengenai inteligensi, pertama intelegensi adalah kapasitas
bawaan yang diterima oleh anak dari orang tuanya melalui gen yang
nantinya akan menentukan perkembangan mentalnya. Kedua, istilah
inteligensi mengacu pada pandai, cepat dalam bertindak, bagus dalam
penalaran dan pemahaman, serta efisien dalam aktivitas mental. Arti ketiga
dari intelegensi adalah umur mental atau IQ atau skor dari suatu tes
inteligensi. Tes intelegensi adalah tes yang mengukur
kemampuan/kecerdasan secara umum. Tes ini untuk mengetahui sejauh
mana kemampuan umum seseorang untuk memperkirakan apakah suatu
pendidikan atau pelatihan tertentu dapat diberikan kepadanya. Hasil tes
inteligensi pada umumnya berupa IQ (Intelligence Quotient), namun ada
juga tes inteligensi yang tidak menghasilkan IQ yaitu berupa tingkat/grade.
Fungsi tes intelegensi di dunia pendidikan antara lain :
a. Dapat digunakan untuk seleksi penerimaan murid baru Diharapkan
dengan adanya pelaksanaan tes intelegensi pada saat penerimaan siswa
baru, maka pihak sekolah tidak akan sembarangan dalam memilih dan
menerima siswa baru, sehingga pihak sekolah akan memperoleh
siswa-siswa yang berbobot dan dapat mengikuti pelajaran dengan lancar
tanpa adanya hambatan dari aspek kognitifnya.
b. Pembinaan/mengevaluasi terhadap prestasi yang telah dicapai Dengan
adanya tes intelegensi, dapat diketahui potensi yang dimiliki siswa,
sehingga dapat mengukur prestasi yang akan dicapai atau yang telah
dicapai siswa selama ini sesuai atau tidak dengan potensi yang

5
dimilikinya, serta dapat diketahui juga hambatan yang dialami oleh
siswa tersebut.
c. Mengelompokkan siswa pada program khusus. Melalui tes intelegensi,
para pendidik maupun orang tua dapat mengetahui berapa besar tingkat
kemampuan siswa dalam menerima materi di sekolah.
Beberapa bentuk tes inteligensi antara lain :
a) Tes inteligensi untuk anak-anak yaitu tes Binet, Wechsler Intelligence
Scale for Children (WISC), Wechsler Preschool and Primary Scale)
(WPPSI), (Colours Progressive Matrices) (CPM), Culture Fair
Intelligence Test (CFIT) skala 1 & 2, dan Tes Inteligensi Kolektif
Indonesia (TIKI) dasar.
b) Tes inteligensi untuk remaja - dewasa yaitu TIKI menengah, TIKI
tinggi, WAIS (Wechsler Adult Intelligence Scale), Standart Progressive
Matrices (SPM), Advanced Progressive Matrices (APM), Culture Fair
Intelligence Test (CFIT) skala 3.
c) Tes inteligensi untuk tuna rungu SON (Snijders Oomen Non Verbal
Scale)

2. Tes Bakat
Bakat dalam konteks tes bakat ini didefinisikan oleh Bennet et al
(1982) sebagai: Suatu kondisi atau seperangkat karakteristik sebagaimana
yang tampak dalam simptom kemampuan dasar yang bersifat individual
dimana dengan melalui latihan khusus akan memungkinkan individu
mencapai suatu kecakapan, keterampilan, atau seperangkat respon seperti
kecakapan berbicara dalam bahasa, menciptakan musik dll. Tes bakat
dimaksudkan untuk mengukur potensi seseorang mencapai aktivitas
tertentu atau kemampuannya belajar mencapai aktivitas tersebut. Tes bakat
merupakan tes yang mengukur kemampuan khusus siswa. Tes ini untuk
mengetahui kecenderungan kemampuan khusus pada bidang-bidang
tertentu. Fungsi tes bakat ini antara lain :

6
a. Untuk melakukan diagnosis, dengan mengetahui bakat seseorang
maka akan dipahami potensi yang ada pada diri seseorang. Dengan
demikian dapat membantu untuk menganalisis permasalahan yang
dihadapi seseorang di masa kini secara lebih cermat. Permasalahan
itu baik dalam pendidikan, klinis maupun industry.
b. Memprediksi kemungkinan kesuksesan atau kegagalan seseorang
dalam bidang tertentu di masa depan. Prediksi meliputi seleksi,
penempatan, dan klasifikasi. Pada dasarnya prediksi adalah
mempertemukan potensi seseorang dengan persyaratan yang dituntut
oleh suatu lembaga.
Bentuk-bentuk tes bakat :
a) DAT (Differential Aptitude Test) adalah tes untuk konseling
pendidikan, penjurusan, dan vokasional
b) FACT (Flanagan Aptitude Classification) adalah tes untuk
konseling vokasional, seleksi dan placement
c) GATB (General Aptitude Test Battery) digunakan untuk konseling
pekerjaan di States Employment Service Office

3. Tes Minat
Menurut Hurlock (1993), minat adalah sumber motivasi yang
mendorong seseorang untuk melakukan apa yang ingin dilakukan ketika
bebas memilih. Tes minat adalah Tes untuk mengukur kecenderungan
kesenangan/keinginan/Hasrat individu terhadap sesuatu hal. Tiga bidang
terapan hasil tes minat antara lain: 1) Konseling Karir 2) Konseling
Pekerjaan, 3) Penjurusan Siswa. Tes minat yang banyak dipakai dalam
bimbingan dan konseling pada umumnya adalah Tes minat jabatan. Tes
minat jabatan disusun atas dasar konsep teoritis yang menyatakan bahwa
minat adalah kesukaan atau ketidaksukaan terhadap sesuatu seperti obyek,
pekerjaan, seseorang, tugas, gagasan, atau aktivitas. Inventori minat jabatan
berupa butir-butir daftar pernyataan yang diberi bobot tertentu dan meminta
individu untuk merespon secara jujur. Fungsi tes minat yaitu:

7
1. Konseling Karir.
Hasil tes minat digunakan dalam konseling karier untuk siswa-siswa
sekolah. hasil tes minat dapat juga digunakan untuk siswa sekolah
kejuruan yang merencanakan untuk segera bekerja setelah lulus.
Kemudian hasil tes tersebut untuk menunjukkan bidang pekerjaan
secara umum dan luas agar mereka segera mempersempit berbagai
alternative bidang pekerjaan dan memfokuskan diri pada beberapa
bidang yang jelas.
2. Penjurusan Siswa.
Pada prinsipnya penjurusan siswa di sekolah lanjutan merupakan
penempatan siswa pada jurusan-jurusan atau program-program studi
yang tersedia. Jika jurusan atau program studi terbatas, missal 2
sampai 3 saja, maka sebaiknya kita tidak menggunakan tes minat
yang mengukur minat seseorang secara luas. Lebih tepat jika kita
hanya menggunakan suatu tes minat yang sesuai dengan jurusan
atau program studi yang ada.
3. Perencanaan bacaan Pendidikan
Buku-buku bacaan di sekolah –sekolah (SD, SMP, SMA) dan
perguruan tinggi kadang-kadang tidak disukai oleh para siswa dan
mahasiswa karena dipandang tidak relevan atau tidak sesuai dengan
bidang minatnya. Dalam sistem pendidikan klasikal tes minat dapat
dimanfaatkan untuk mengetahui materi bacaan yang tepat bagi siswa
agar prestasi mereka juga meningkat. Tes minat berfungsi untuk
memilih jenis-jenis bacaan yang disukai oleh mayoritas siswa.
4. Konseling Pekerjaan
Hasil tes minat digunakan dalam konseling pekerjaan untuk
karyawan-karyawan yang telah bekerja dalam perusahaan atau
bidang pekerjaan yang lain. Dalam hal ini fungsi tes minat adalah
untuk mengecek konsistensi antara tugas pekerjaan yang telah
dijalani dengan pilihan pekerjaan yang disukai. Selain itu tes minat

8
dapat digunakan dalam rangka peningkatan efisiensi perusahaan dan
kepuasan kerja karyawan.
Beberapa bentuk tes minat yaitu Kuder Preference Record
Vocational Test (Tes Kuder), sesuai dengan namanya, tes ini berguna untuk
menunjukkan preferensi pekerjaan pada diri individu. Kemudian Tes Minat
Jabatan Lee-Thorpe yang berguna untuk untuk membantu individu untuk
menemukan minat jabatan dasar pada dirinya.

4. Tes Kepribadian
Kepribadian merupakan istilah untuk menunjukkan hal-hal khusus
tentang individu dan yang membedakannya dari semua orang lain, atau
kepribadian merupakan hakekat keadaan manusiawi (Hall & Lindzey,
1993). Tes kepribadian merupakan suatu alat ukur yang disusun untuk
mengungkap kepribadian seseorang. Tes kepribadian merupakan tes yang
mengukur kepribadian atau serangkaian karakteristik atau sifat-sifat
seseorang. Ada dua macam teknik dalam tes kepribadian yaitu teknik
proyektif dan teknik self reppory inventory. Dalam pelayanan bimbingan
dan konseling, tes kepribadian jenis inventori lah yang sering dipakai,
sedangkan tes proyektif tidak digunakan karena sudah memasuki kawasan
psikologi klinis. Asumsi yang dipakai dalam tes kepribadian dengan teknik
inventory adalah: (1) bahwa individu adalah orang yang paling tahu tentang
keadaan dirinya masing-masing, (2) individu mempunyai kemampuan dan
kesadaran untuk menyatakan keadaan dan penghayatannya menurut apa
adanya. Bentuk dari tes Kepribadian seperti EPPS (Edwards Personal
Preference Schedule), HTP (House Tree Person), Wartegg, 16 PF (Sixteen
Personality Factors Questionaire). Fungsi tes kepribadian antara lain :
a. Mengetahui Kekuatan dan Kelemahan. Melalui tes ini, dapat
mengetahui kekuatan dan kelemahan diri. Hal ini akan membantu
untuk mengetahui jenis pekerjaan yang dapat dikerjakan dan jenis
pekerjaan apa yang harus diberikan kepada orang lain. Memahami

9
kekuatan dan kelemahan diri juga akan membantu kerja sama dalam
tim.
b. Mengetahui Apa yang Disukai dan yang Tidak Disukai. Serupa
dengan mengetahui kekuatan dan kelemahan, tes kepribadian juga
dapat membantu untuk mengetahui apa yang disukai dan yang tidak
disukai. Mengetahui apa yang disukai dan yang tidak disukai dapat
membantu untuk memilih profesi ataupun jurusan perkuliahan yang
ingin digeluti.
c. Lebih Mengerti Orang Lain. Mengetahui diri sendiri melalui tes
kepribadian bisa mengerti bahwa tiap orang memiliki persepsi dan
reaksi yang berbeda terhadap suatu masalah yang sama.
Sebagaimana memiliki reaksi dan persepsi tertentu akan suatu hal,
orang lain juga memiliki reaksi dan persepsi yang berbeda. Memiliki
rasa pengertian terhadap orang lain dapat membantu untuk
membangun komunikasi dan hubungan yang baik dengan orang lain.
d. Mengetahui Situasi yang Tepat untuk Mencapai Potensi. Tes
kepribadian tentunya dapat membantu untuk mengenali potensi dan
situasi yang dapat memaksimalkan potensi tersebut dan mengetahui
lingkungan kerja apa yang sesuai untuk potensi diri, cara yang
sesuai untuk mengatasi masalah dan stres yang dirasakan, serta cara
mengatur kebiasaan belajar.
e. Memilih Pekerjaan yang Sesuai. Pengenalan diri yang dilakukan
dapat membantu untuk mencari pekerjaan yang sesuai.

5. Tes Kreativitas
Kreativitas merupakan potensi manusia yang dimiliki sejak lahir,
kemudian berkembang menjadi kemampuan kreativitas yang berkembang
menjadi kemampuan kreativitas yang berbeda kualitasnya sesuai dengan
yang dialaminya. Tes kreativitas ini digunakan untuk mengukur tingkat
tingkat kreativitas seseorang. Contoh tes kreativitas ini seperti Torrance Test
of Creative Thinking (TTCT) yang banyak digunakan di dunia pendidikan

10
dan bisnis untuk menilai kapasitas kreatif individu. Fokus utama Torrance
adalah untuk memahami dan menumbuhkan kualitas yang membantu
individu untuk mengekspresikan kreativitas mereka. Tes ini tidak dibuat
semata-mata untuk mengukur kreativitas, tetapi menjadi alat untuk
meningkatkan kreativitas itu sendiri. Fungsi dari tes kreativitas antara lain :
1. Untuk mengidentifikasi bakat kreatif anak.
2. Untuk remediasi. Alasan lain untuk melakukan pengukuran adalah
untuk menemukenali mereka yang kemampuan kreatifnya sangat
rendah. Meskipun demikian, program remedial dalam kreativitas
masih sangat langka.
3. Bimbingan Kejuruan. Penggunaan tes kreativitas untuk membantu
siswa memilih jurusan pendidikan dan karier pada tahap awal.
Selain itu, informasi mengenai kemampuan ini berguna dalam
menyarankan siswa mengikuti pendidikan dan kejuruan yang
menuntut kemampuan kreatif
4. Evaluasi Pendidikan. Pendidik sering mengalami kesulitan untuk
memutuskan apakah sekolah akan menggunakan program
pengembangan kreativitas. Sayangnya kurangnya evaluasi hasil
pendidikan menyulitkan untuk menentukan efektivitas programnya.

6. Tes Prestasi Belajar


Menurut Anastasi (1990) tes prestasi belajar adalah tes yang
mengukur pengetahuan yang dimiliki seseorang sebagai akibat adanya
program pendidikan maupun program pelatihan. Melalui tes prestasi belajar
dapat diperoleh informasi mengenai perbedaan kemajuan atau tambahan
pengetahuan antar peserta didik. Informasi yang diperoleh melalui kegiatan
tes prestasi sangat berguna untuk menentukan tahap proses belajar
berikutnya, baik ditinjau dari daya serap peserta didik sehubungan dengan
pokok bahasan atau bahan pelajaran yang diberikan pendidik kepada
mereka. Macam-macam tes prestasi belajar yaitu :
a) Tes diagnostik

11
Tes diagnostik adalah tes yang digunakan untuk mengetahui kelemahan
siswa sehingga berdasarkan kelemahan tersebut dapat dilakukan
pemberian perlakuan yang tepat. Jadi, tes diagnostik dilakukan untuk
memperoleh gambaran daya serap siswa terhadap pokok bahasan yang
telah diajarkan sebelumnya, sehingga hasil tes ini dapat dimanfaatkan
untuk menentukan proses pembelajaran yang akan dilakukan.
b) Tes formatif
Tes formatif merupakan tes yang dilakukan di akhir proses
pembelajaran yang bermanfaat untuk mengetahui sejauh mana siswa
pemahaman siswa terhadap suatu pokok bahasan secara menyeluruh,
sebagai penguatan bagi siswa, dan sebagai bahan untuk mendiagnosa
serta memperbaiki kekurangannya dalam proses pembelajaran.
c) Tes sumatif
Tujuannya untuk memberitahu guru dan siswa tentang seberapa jauh
yang telah dicapai selama satu tahun guru dan siswa tentang seberapa
jauh yang telah dicapai selama satu triwulan atau semester. Jadi, dalam
pengalaman di sekolah tes sumatif disamakan dengan ulangan akhir
semester dan ujian nasional. Manfaat tes sumatif adalah untuk
menentukan nilai akhir siswa dan dicatat pada catatan kemajuan belajar
siswa yang berupa rapor atau ijazah, sehingga siswa dapat diketahui
kedudukannya bisa melanjutkan program belajar selanjutnya naik kelas
atau harus tinggal kelas.
d) Tes selektif
Tes selektif adalah penilaian yang bertujuan untuk keperluan seleksi.
Jadi tes selektif bermanfaat untuk melakukan seleksi atau penyaringan
berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan. Contoh tes ini adalah ujian
untuk masuk perguruan tinggi dan olimpiade atau perlombaan.
e) Tes penempatan
Tes penempatan adalah penilaian yang ditujukan untuk mengetahui
keterampilan prasyarat yang diperlukan bagi suatu program belajar dan

12
penguasaan belajar seperti yang diprogramkan sebelum memulai
kegiatan belajar. Tes ini bermanfaat untuk mencocokkan kemampuan
yang dimiliki siswa dengan program belajar yang akan diikutinya.
Contohnya adalah tes jurusan bagi siswa SMA untuk menyesuaikan
kemampuan siswa dengan jurusan yang akan diambil.

B. Contoh Pengaplikasian Tes Berdasarkan Kasus di Sekolah


Penjurusan SMA Dimulai Kelas X

JAKARTA - Penerapan kurikulum 2013 bakal berdampak signifikan pada sistem


pembelajaran pada jenjang SMA. Berdasar uji publik yang telah tuntas
dilaksanakan di Jakarta, Sabtu (1/12), diperoleh gambaran bahwa penjurusan
jenjang SMA lebih baik dimulai sejak kelas X. Dengan demikian, siswa bisa lebih
mendalami bidang keilmuan yang diminatinya sejak dini. Direktur Pembinaan
SMA Ditjen Pendidikan Menengah (Dikmen) Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan (Kemendikbud) Harris Iskandar mengatakan, hasil uji publik di
Jakarta ini memang belum final. Karena masih ada uji publik di kota lain. "Tetapi
memang mengarah ke situ (penjurusan sejak kelas X SMA, Red)," ujarnya. Harris
mengatakan, setiap calon siswa SMA sudah menentukan jurusan yang diminati
ketika mendaftar, apakah memilih jurusan IPA, IPS, atau bahasa. Dengan sistem
ini, guru bimbingan dan konseling (BK) di jenjang SMP memegang peran kunci.
Sebab mereka akan membantu mengarahkan para siswa yang akan masuk SMA
untuk menentukan pilihan yang tepat.

Pihak SMA yang menjadi tujuan siswa baru, berhak mempertimbangkan minat
yang diajukan pendaftar. Di antaranya melihat hasil ujian nasional (unas). Jika
dalam unas tersebut nilai IPA rendah tetapi yang bersangkutan ingin masuk jurusan
IPA, bisa saja ditolak. Menurut Harris, penjurusan sejak kelas X ini penting. Sebab
dia merasa sistem penjurusan saat ini yang dimulai sejak kelas XI dinilai tidak
efektif. "Para siswa tahunya kurang mendalam," tandasnya. Dengan penjurusan
dimulai sejak kelas X, dia berharap siswa lebih fokus pada jurusan yang dia minati.
Selain itu, siswa juga tidak terbebani dengan banyak pelajaran yang tidak sesuai

13
dengan minatnya. Meski penjurusan ini dimulai sejak kelas X, tetapi tetap ada
sejumlah pelajaran wajib di setiap jurusan. Seperti PPKn, bahasa Indonesia, dan
pendidikan agama.

Selain itu, mata pelajaran matematika juga ada di semua jurusan, tetapi tingkat
kedalamannya berbeda-beda. Misalnya matematika di jurusan IPA akan lebih
dalam dibandingkan dengan matematika di jurusan IPS. "Bagaimanapun
matematika itu mapel dasar. Tetapi tingkatnya berbeda," tandasnya. Harris juga
mengatakan, setelah siswa menetapkan jurusan, mereka tetap diberi keleluasaan
untuk memilih mata pelajaran lintas jurusan. Tetapi tidak banyak-banyak.
Misalnya, siswa yang masuk jurusan IPA, tetap bisa memilih sejumlah mata
pelajaran di dalam rumpun jurusan IPS. Begitu pula sebaliknya. Namun, sistem
penjurusan baru ini masih menyisakan satu persoalan yang belum ditemukan
solusinya. Yaitu ketika ada satu sekolah yang salah satu jurusannya sepi peminat.
Fenomena ini tidak mustahil terjadi.

"Memang benar minat itu hak siswa. Terlebih mereka akan mempertimbangkan
dengan potensi lapangan kerja," katanya. Diprediksi, peminat jurusan IPA akan
lebih mendominasi. Dengan kondisi ini, jumlah siswa jurusan IPS maupun bahasa
akan sedikit. Kondisi ini akan berdampak pada efektivitas pembelajaran. Selain itu,
para guru mata pelajaran di luar rumpun jurusan IPA juga akan mengampu siswa
sedikit. Harris mengatakan, pihaknya akan terus mencari solusi untuk menyiasati
persoalan itu. Dia berharap sebelum kurikulum ini benar-benar diterapkan pada
tahun ajaran 2013-2014, sudah ada solusi tepat. (wan/nw)

Dari problem yang telah disebutkan di atas, maka problem tersebut dapat diatasi
dengan cara guru BK di sekolah tersebut memberikan tes berupa tes bakat dan
minat. Adapun untuk tes bakat guru BK bisa menggunakan tes DAT (Differential
Aptitude Test) dan tes minat menggunakan tes minat penjurusan siswa, alasannya
yaitu karena kedua tes tersebut berguna untuk mengukur potensi atau kemampuan
belajarnya dan menemukan minat jurusan setiap peserta didik sehingga guru BK

14
bisa menentukan peserta didik pilihan yang cocok masuk di penjurusan IPA, IPS,
atau bahasa.

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Asesmen bila dikaitkan dengan bimbingan dan konseling adalah suatu
metode sistematis yang dilakukan oleh guru BK untuk memahami karakteristik,
lingkungan dan segala sesuatu yang berhubungan dengan konseli melalui berbagai
teknik seperti tes dan non tes sehingga guru BK memperoleh informasi secara
mendalam mengenai konseli yang dilayani. Asesmen memberikan manfaat dalam
konseling karena dapat memberikan informasi bagi guru BK maupun konseli
sehingga guru BK dapat memahami, memberikan tanggapan, membuat
perencanaan serta melakukan evaluasi yang tepat. Tes psikologis merupakan bagian
dari kegiatan asesmen yang perlu diberikan perhatian dalam bimbingan dan
konseling di sekolah. Kebergunaannya biasanya dikaitkan dengan upaya
memahami individu, dengan demikian akan lebih mudah dalam membantu individu
mengambil keputusan. Jenis-jenis Tes Psikologi yang Bisa Dimanfaatkan untuk
Pelayanan BK yaitu tes intelegensi, tes minat, tes bakat, tes kepribadian, tes
kreativitas, tes prestasi belajar.

B. Saran
Sebagai guru profesional, sebaiknya guru melakukan asesmen demi
kelancaran dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah.
Dengan asesmen guru dapat mengumpulkan informasi yang relevan tentang kinerja
atau kemajuan siswa, atau menentukan minat siswa untuk membuat penilaian
tentang proses pembelajaran mereka sehingga peserta.

16
DAFTAR PUSTAKA
HIDAYAH, M. R. N., FLURENTIN, E. F. Z. E., & HAMBALI, B. B. L. I. (2017). Bab Ii
Asesmen Bimbingan Dan Konseling. Www.Usd.Ac.Id.
https://www.usd.ac.id/fakultas/pendidikan/f1l3/PLPG2017/Download/materi/bk/BAB
-II-Asesmen-Bimbingan-dan-Konseling.pdf

Isrofin, B. (2019). Pembelajaran 1 . Teknik Asesmen Kebutuhan Peserta Didik.


Cdn-Gbelajar.Simpkb.Id.
https://cdn-gbelajar.simpkb.id/s3/p3k/BimbinganKonseling/Modul
Pembelajaran/Bimbingan Konseling - PB1.pdf

Izzaty, R. E. (n.d.). Konsep Dasar Tes Psikologi dan Klasifikasinya. Staffnew.Uny.Ac.Id.


Retrieved September 3, 2021, from
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/dr-rita-eka-izzaty-spsi-msi/hkonsep
-tes-2.pdf#:~:text=Ragam Tes Psikologi Tes hasil belajar %28tes
prestasi%29%2C,tes%3A SPM%2C CPM%2C WAIS%2C WISC%2C BINET%2C
CFIT dll.

Izzaty, R. E. (2015). Konsep dasar tes inteligensi, tes bakat, dan tes minat.
Staffnew.Uny.Ac.Id.
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/dr-rita-eka-izzaty-spsi-msi/htes-inte
ligensi-bakat-minat-4.pdf

Merli, S. R. (1981). Profil Persepsi Terhadap Tes Prestasi Belajar Pada Mahasiswa
Fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana Yogyakarta. Journal of Chemical
Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.

Nur’aeni. (2012). TES PSIKOLOGI : Tes Inteligensi dan Tes Bakat. In Pustaka pelajar:
Universitas Muhammadiyah (UM) Purwokerto Press.
https://digilib.ump.ac.id/files/disk1/21/jhptump-ump-gdl-nuraenisps-1031-1-fulltek-u.
pdf

Safithry, E. A. (2012). Assesmen Psikologi Teknik Non Tes. Www.Umpalangkaraya.Ac.Id.


http://www.umpalangkaraya.ac.id/dosen/estyaryani/wp-content/uploads/2015/03/ases
men-non-tes.pdf

(Isrofin, 2019)(HIDAYAH et al., 2017)(Safithry, 2012)(Nur’aeni, 2012)(Merli,


1981)(Merli, 1981)(Izzaty, 2015)(Izzaty, n.d.)

17

Anda mungkin juga menyukai