Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

“Kepribadian Berdasarkan Psikoanalisis (Sigmund Freud)”

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Kepribadian

Dosen Pengampu :

Dr. Hj. Sri Astutik, M.Si

Disusun Oleh:

Ishmah Afifah (04020320034)

KELAS B2

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERISITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktunya.

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Ibu Dr. Hj. Sri
Astutik, M.Si. pada mata kuliah Psikologi Kepribadian. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang kepribadian berdasarkan psikoanalisis (Sigmund Freud).

Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Hj. Sri Astutik, M.Si. selaku dosen
pengampu mata kuliah Psikologi Kepribadian yang telah membimbing dan memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Saya menyadari,
makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Sumenep, 18 September 2021

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. 1

DAFTAR ISI ................................................................................................................. 2

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 3

A. Latar Belakang ........................................................................................................ 3


B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 3
C. Tujuan ..................................................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................. 4

A. Teori Psikoanalisis Sigmund Freud ........................................................................ 4


B. Struktur Kepribadian Berdasarkan Teori Psikoanalisis Sigmund Freud ................ 5
C. Dinamika Kepribadian Berdasarkan Teori Psikoanalisis Sigmund Freud .............. 8
D. Perkembangan Kepribadian Berdasarkan Teori Psikoanalisis Sigmund Freud ...... 14

BAB III PENUTUP ...................................................................................................... 17

A. Kesimpulan ............................................................................................................. 17
B. Saran ....................................................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 18

2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu psikologi mulai diakui sebagai ilmu yang mandiri sejak tahun 1879 saat
Wilhelm Mundt mendirikan laboratorium psikologi di Jerman. Sejak saat itu, ilmu
psikologi berkembang pesat yang ditandai dengan lahirnya berbagai aliran-aliran di
dalamnya. Salah satu aliran dalam ilmu psikologi tersebut adalah konsep kepribadian.
Kepribadian adalah organisasi dinamik dalam system psikofisiokogik dengan seseorang
yang menentukan model penyesuaiannya yang unik dengan lingukangannya (Allport).
Konsep ini pun akhirnya dimaknai oleh banyak ahli dengan definisi yang beragam, salah
satunya pemaknaan konsep kepribadian dari aliran psikoanalisis (Ja’far: 2015).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pandangan atau teori psikoanalisis menurut Sigmund Freud ?
2. Bagaimana struktur kepribadian berdasarkan teori psikoanalisis Sigmund Freud ?
3. Bagaimana dinamika kepribadian berdasarkan teori psikoanalisis Sigmund Freud?
4. Bagaimana perkembangan kepribadian berdasarkan teori psikoanalisis Sigmund Freud
?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami pandangan atau teori psikoanalisis menurut
Sigmund Freud.
2. Untuk mengetahui dan memahami struktur kepribadian berdasarkan teori psikoanalisis
Sigmund Freud.
3. Untuk mengetahui dan memahami dinamika kepribadian berdasarkan teori
psikoanalisis Sigmund Freud.
4. Untuk mengetahui dan memahami perkembangan kepribadian berdasarkan teori
psikoanalisis Sigmund Freud.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Teori Psikoanalisis Sigmund Freud

Psikoanalisis adalah cabang ilmu yang dikembangkan oleh Sigmund Freud dan para
pengikutnya sebagai studi fungsi dan perilku psikologi manusia.1 Teori psikoanalisis, menjadi teori
yang paling komprehensif di antara teori kepribadian lainnya, namun juga mendapat tanggapan
yang paling banyak, baik tanggapan positif maupun negatif. Peran penting dari ketidaksadaran
beserta insting-insting seks dan agresi yang ada di dalamnya dalam pengaturan tingkah laku,
menjadi karya atau temuan monumental Freud. Sistematika yang dipakai oleh Freud dalam
mendeskripsi kepribadian menjadi tiga pokok pembahasan, yakni; struktur kepribadian, dinamika
kepribadian, dan perkembangan kepribadian.2

Teori psikoanalisis adalah teori yang berusaha menjelaskan hakikat dan perkembangan
kepribadian. Unsur-unsur yang diutamakan dalam teori ini adalah motivasi, emosi dan aspek-aspek
internal lainnya. Teori ini mengasumsikan bahwa kepribadian berkembang ketika terjadi konflik-
konflik dari aspek-aspek psikologis tersebut, yang pada umumnya terjadi pada anak-anak atau usia
dini. Pemahanan Freud tentang kepribadian manusia didasarkan pada pengalaman-pengalaman
dengan pasiennya, analisis tentang mimpinya, dan bacaannya yang luas tentang beragam literatur
ilmu pengetahuan dan kemanusiaan. Pengalaman-pengalaman ini menyediakan data yang
mendasar bagi evolusi teorinya. Sigmund Freud, yang mengemukakan gagasan bahwa kesadaran
itu hanyalah bagian kecil saja dari kehidupan mental, sedangkan bagian yang terbesarnya adalah
justru ketaksadaran atau alam tak sadar. Freud mengibaratkan alam sadar dan tak sadar itu dengan
sebuah gunung es yang terapung di mana bagian yang muncul ke permukaan air (alam sadar) jauh
lebih kecil daripada bagian yang tenggelam (alam tak sadar). Lebih lanjut, Freud memandang
manusia sebagai makhluk yang deterministik, yaitu sebuah gagasan yang menyebut bahwa
kegiatan manusia pada dasarnya ditentukan kekuatan irasional, kekuatan alam bawah sadar,
dorongan biologis, dan insting pada saat berusia enam tahun pertama kehidupannya.

1
Helaluddin, Syahrul Syawal. Psikoanalisis Sigmund Freud dan Implikasinya dalam Pendidikan. Diakses dari
https://osf.io/582tk/download pada tanggal 18 September 2021 jam 16:36
2
Alwisol. Psikologi Kepriba (Helaluddin, 2019)dian Edisi Revisi. (Malang: UMM Press, 2017). Hal : 15.

4
B. Struktur Kepribadian Berdasarkan Teori Psikoanalisis (Sigmund Freud)

Kontribusi terbesar Freud terhadap teori kepribadian adalah dorongan tidak sadar yang
menjadi motivasi utama setiap orang dalam berperilaku. Menurut Freud, kehidupan jiwa memiliki
tiga tingkat kesadaran, yakni sadar (conscious), prasadar (preconscious), dan tak sadar
(unconscious).

1. Sadar (conscious)
Alam sadar adalah apa yang disadari pada saat tertentu, pengindraan langsung, ingatan,
pemikiran, fantasi, perasaan yang dimiliki. Isi dari alam sadar ini berasal dari system
persepsi kita sehari-hari yang berhubungan dengan semua stimulus dari luar diri kita dan
dari alam bawah sadar yang telah disensor sehingga tidak menjadi ancaman lagi bagi kita.
Isi alam bawah sadar yang memasuki kesadaran seringkali berbentuk perilaku defensif dan
bagian-bagian dari mimpi yang bisa kita ingat. Isi dari alam preconscious adalah target
bagi hipnotis/meditasi.3
2. Prasadar (preconscious)
Prasadar disebut juga ingatan siap (available memory), yakni tingkat kesadaran yang
menjadi jembatan antara sadar dan tak sadar. Isi preconscious berasal dari conscious dan
unconscious. Pengalaman yang ditinggal oleh perhatian semula disadari tetapi kemudian
tidak lagi dicermati, akan ditekan pindah ke daerah prasadar. Di sisi lain, isi-materi daerah
tak sadar dapat muncul ke daerah prasadar. Kalau sensor sadar menangkap bahaya yang
bisa timbul akibat kemunculan materi tak sadar yang sudah berada di daerah prasadar itu
akan ditekan kembali ke ketidak sadaran. Materi tak sadar yang sudah berada di daerah
prasadar itu bisa muncul kesadaran dalam bentuk simbolik, seperti mimpi, lamunan, salah
ucap, dan mekanisme pertahanan diri.4
3. Tak sadar (unconscious)
Tak sadar (unconscious) merupakan bagian paling dalam dari struktur kesadaran. Ketidak
sadaran berisi dorongan, niat atau insting yang berada di luar kesadaran kita, pengalaman-
pengalam trauma (biasanya pada masa anak-anak), hal ini mempengaruhi semua kata-kata,
perasaan dan tindakan-tindakan kita. Ketidak sadaran hanya dapat diterangkan secara tidak

3
Hamim Rosyidi. Psikologi Kepribadian (Paradigma Psikoanalisis). (Surabaya: Jaudar Press, 2012). Hal 13-14
4
Alwisol. Psikologi Kepribadian Edisi Revisi. (Malang: UMM Press, 2017). Hal : 16.

5
langsung melalui makna mimpi, keseleo lidah (slip of the tongue) dan beberapa jenis lupa
yang oleh Freud disebut sebagai represi. Karena untuk memasuki alam sadar semua proses
alam bawah sadar harus disensor atau disamarkan sehingga tidak menjadi ancaman bagi
kita. Alam bawah sadar tidak dapat dikontrol oleh kemauan hanya ditarik ke alam sadarnya
saja5

Pada tahun 1923, Sigmund Freud mengenalkan tiga model structural kepribadian yakni Id,
Ego, dan Super ego. Tiga struktur kepribadian ini melengkapi atau menyempurnakan struktur yang
lama.

1. Id
Id merupakan sistem kepribadian yang orisinil, dibawa sejak lahir. Saat dilahirkan,
id berisi semua aspek psikologi yang diturunkan, seperti insting, impuls, drives. Id berada
dan beroperasi dalam daerah unconsciuous. Id berhubungan erat dengan proses fisik untuk
mendapatkan energi psikis yang digunakan untuk mengoperasikan sistem dari struktu
kepribadian lainnya.
Id beroperasi berdasarkan prinsip kenikmatan (pleasure principle), yaitu berusaha
memperoleh kenikmatan dan menghindari rasa sakit. Ketika ada stimulus yang memicu
energi untuk bekerja timbul tegangan enegri id beroperasi dengan prinsip kenikmatan;
berusaha mengurangi atau menghasilkan tegangan itu; mengembalikan diri ke tingkat
energi yang rendah. Pleasure principle diproses dengan dua cara; tindak refleks (reflex
actions) damn proses primer (primary process). Tinda refleks adalah reaksi otomatis yang
dibawa sejak lahir seperti mengerjapkan mata. Proses primer adalah reaksi membayangkan
atau mengkhayal sesutu yang dapat mengurangi atau menghilangkan tegangang dipakai
untuk menangani stimulus kompleks, seperti bayi lapar mebayangkan makanan atau
putting ibunya untuk menyusu. Proses pembentukan gambaran obyek yang dapat
mengurangi tegangan, disebut pemenuhan hasra (wish fulfillment), misalnya mimpi,
lamunan, dan halusinasi psikotik.
Id hanya mampu membayangkan sesuatu, tanpa mampu membedakan khayalan itu
dengan kenyataan yang benar-benar memuaskan kebutuhan. Id tidak mampu menilai atau

5
Hamim Rosyidi. Psikologi Kepribadian (Paradigma Psikoanalisis). (Surabaya: Jaudar Press, 2012). Hal 12-13

6
membedakan benar-salah. Jadi, harus dikembangkan jalan memperoleh khayalan itu secara
nyata, yang memberi kepuasan tanpa menimbulkan ketegangan baru khususnya masalah
moral. Alasan inilah yang kemudian memunculkan ego.6
2. Ego
Ego berkembang dari id agar orang mampu menangani realita; sehingga ego
beroperasi mengikuti prinsip realita (reality principle).7 Ego adalah bagian kepribadian
yang bertugas sebagai pelaksana, dimana sistem kerjanya pada dunia luar untuk menilai
realita dan berhubungan dengan dunia dalam untuk mengatur dorongan-dorongan id agar
tidak melanggar nilai-nilai.8 Ego mengadakan kontak dengan dunia realitas yang ada di
luar dirinya. Di sini ego berperan sebagai "eksekutif' yang memerintah, mengatur dan
mengendalikan kepribadian, sehingga prosesnya persis seperti "polisi lalulintas" yang
selalu mengontrol jalannya id, super ego dan dunia luar. Ia bertindak sebagai penengah
antara instink dengan dunia di sekelilingnya.9
3. Super Ego
Superego adalah yang memegang keadilan atau sebagai filter dari kedua sistem
kepribadian, sehingga tahu benar-salah, baik-buruk, boleh-tidak dan sebagainya. Di sini
superego bertindak sebagai sesuatu yang ideal, yang sesuai dengan norma-norma moral
masyarakat dan mulai berkembang pada usia 4-6 tahun.

Superego memiliki 2 subsistem: hati nurani (conscience) dan ego ideal.


 Hati nurani berkembang dari pengalaman-pengalaman dihukum karena perilaku
yang tidak pantas berisikan nilai- nilai apa yang tidak boleh dilakukan, sementara
 Ego ideal berkembang dari pengalamanpengalaman mendapat penghargaan karena
melakukan perilaku yang benar sehingga isinya adalah apa yang seharusnya
dilakukan.10

6
Alwisol. Psikologi Kepribadian Edisi Revisi. (Malang: UMM Press, 2017). Hal : 16-17.
7
Ibid.
8
Ferdinand Zaviera, Teori Kepribadian Sigmund Freud, (Yogyakarta: Prismasophie, 2007). Hal 94.
9
Hamim Rosyidi. Psikologi Kepribadian (Paradigma Psikoanalisis). (Surabaya: Jaudar Press, 2012). Hal : 15.
10
Paulus Budiraharjo. Mengenal Kepribadian Mutakhir. (Yogyakarta: Kanisus, 1997). Hal : 22.

7
Ada tiga fungsi super ego; (1) mendorong ego menggantikan tujuan-tujuan realistic
dengan tujuan-tujuan moralistic, (2) merintangi impulas id, terutama impuls seksual dan
agresif yang bertentangan dengan standar nilai masyarakat, (3) mengejar kesempurnaan.11

C. Dinamika Kepribadian Berdasarkan Teori Psikoanalisis

Freud berpendapat manusia sebagai system yang kompleks memakai energy untuk
berbagai tujuan seperti bernafas, bergerak, mengamati, dan mengingat. Kegiatan psikologik juga
membutuhkan energi, yang disebutnya energi psikik (phychic energy) energi yang ditransform dari
energi fisik melalui id beserta insting-instingnya.12

Freud menyatakan bahwa energi yang ada pada individu berasal dari sumber yang sama
yaitu makanan yang dikonsumsi. Freud menyatakan bahwa pada mulanya yang memiliki energi
hanyalah das Es saja. Melalui mekanisme yang oleh Freud disebut identifikasi, energi tersebut
diberikan oleh das Es kepada das Ich dan das Ueber Ich.13

a. Insting
Insting adalah suatu representasi mental dari kebutuhan fisik atau tubuh. Dengan demikian,
insting dapat didefinisikan sebagai perwujudan psikologis dari sumber rangsangan somatic
dalam yang dibawa sejak lahir. Ada empat ciri khas insting, yaitu :
1. Impetus (pressure),yaitu daya atau kekuatan yang ditentukan oleh intensitas kebutuhan
yang mendasarinya.
2. Sumber, yakni asal dari insting yang harus dicari pada proses-proses kimia dan fisika
pada tubuh.
3. Tujuan. Dorongan-dorongan insting tertuju pada satu tujuan : kepuasan atau reduksi
tegangan.
4. Objek,adalah seluruh kegiatan yang menjembatani antara munculnya suatu hasrat dan
pemenuhannya.

11
Alwisol. Psikologi Kepribadian Edisi Revisi. (Malang: UMM Press, 2017). Hal : 18.
12
Alwisol. Psikologi Kepribadian Edisi Revisi. (Malang: UMM Press, 2017). Hal : 19
13
Helaluddin, Syahrul Syawal. Psikoanalisis Sigmund Freud dan Implikasinya dalam Pendidikan. Diakses dari
https://osf.io/582tk/download pada tanggal 06 Oktober 2021 jam 04:43

8
b. Kecemasan (Anxiety)
Anxiety menurut Freud adalah perasaan tidak menyenangkan yang disertai sensasi tubuh yang
memberikan tanda pada seseorang akan adanya bahaya. Hanya ego yang merasakan anxiety,
namun id, superego dan dunia nyata masing-masing menciptakan anxiety yang berbeda:
1) Neurotic anxiety bersumber dari id, rasa cemas terhadap sesuatu yang tidak jelas atau rasa
takut kalau-kalau instink akan keluar jalur dan menyebabkan sesorang berbuat sesuatu
yang dapat membuatnya terhukum
2) Moral anxiety bersumber dari superego, rasa cemas akibat tidak mampu memenuhi
standar moral/kesempurnaan tertentu atau rasa takut terhadap hati nuraninya sendiri.
3) Realistic anxiety bersumber dari dunia luar yang nyata, mendekati rasa takut akibat
penghayatan akan kejadian nyata atau rasa takut akan bahaya yang datang dari dunia luar
dan derajat kecemasan semacam itu sangat tergantung kepada ancaman nyata. Kecemasan
berfungsi sebagai mekanisme yang melindungi ego karena kecemasan member sinyal
kepada kita ahwa ada bahaya dan kalau tidak dilakukan tindakan yang tepat maka bahaya
itu akan meningkat sampai ego dikalahkan.

Dalam dinamika kepribadian ini ada perkembangan kepribadian yang meliputi :

1. Identifikasi
Identifikasi dapat didefinisikan sebagai metode yang digunakan orang untuk mengambil alih
ciri-ciri orang lain dan menjadikannya sebagai bagian tak terpisahkan dari kepribadiannya sendiri.
Identifikasi juga merupakan cara memperolah kembali suatu objek yang telah hilang, dengan
mengidentifikasikan diri dengan orang terkasih yang telah meninggal atau berpisah. Maka orang
yang telah hilang itu dijelmakan kembali dalam bentuk ciri tertentu yang meresap atau melekat
pada kepribadian seseorang. Orang juga dapat mengidentifikasikan diri dengan seseorang karena
takut. Identifikasi semacam ini merupakan dasar pembentukan superego.
2. Mekanisme pertahanan
Untuk menghadapi tekanan kecemasan yang berlebihan, sistem ego terpaksa mengambil
tindakan ekstrim untuk menghilangkan tekanan itu. Tindakan yang demikian itu, disebut
mekanisme pertahanan, sebab tujuannya adalah untuk mempertahankan ego terhadap tekanan
kecemasan. Dalam teori Freud, bentuk-bentuk mekanisme pertahanan yang penting adalah:

a. Penekanan atau Represi

9
Menurut Freud, mekanisme pertahanan ego yang paling kuat, luas, meresap
merupakan represi. Represi terjadi untuk mendorong impuls-impuls id yang tidak dapat
diterima dan kenangan-kenangan traumatic keluar dari kesadaran dan kembali ke
ketidaksadaran. Represi adalah pondasi dari segala mekanisme pertahanan. Tujuan dari semua
pertahanan psikologis adalah untuk menekan impuls-impuls yang mengancam atau
mendorongnya keluar dari kesadaran (Halonen dan Santrock, 1996; Santrock, 2003).14
Contoh dari resepsi adalah saat seseorang bermimpi jika seseorang yang berarti dalam
hidupnya meninggal, maka ini bisa menyebabkan rasa cemas dalam diri orang tersebut. Agar
rasa cemas tersebut bisa ditekan, maka ia akan menutupinya dengan selalu berpikir positif dan
beranggapan jika hal buruk yang ia pikirkan tidak akan menjadi kenyataan.15
b. Rasionalisasi
Rasionalisasi adalah mekanisme pertahanan psikoanalitik yang muncul ketika ego
tidak menerima motif sesungguhnya dari perilaku individu dan menggantinya dengan motif
terselubung (Halonen dan Santrock, 1996). Mekanisme ini banyak digunakan oleh pelajar. Di
sini sebuah aksi dipersepsikan, tapi motif yang menyebabkannya tidak. Perilaku diinterpretasi
ulang sehingga perilaku tersebut terlihat masuk akal dan dapat diterima (Pervin dan John,
1997).16
Sebagai contoh, Seorang murid yang datang telat ke sekolah dan saat ditanya oleh guru
maka ia akan berkata jika terjebak kemacetan. Namun, hal yang sebenarnya terjadi adalah ia
telat bangun tidur dan memakai alasan kemacetan tersebut sebagai sebuah bentuk agar bisa
diterima akal atau rasional.
c. Pembentukan Reaksi atau Reaction Formation
Reaksi formasi adalah mekanisme pertahanan yang muncul ketika individu
mengekspresikan impuls yang tidak dapat diterima dengan menunjukkan atau
mengekspresikan yang sebaliknya (Halonen dan Santrock 1996; Pervin dan John, 1997).
Contoh: perasaan benci terhadap seseorang diganti dengan cinta kepada orang tersebut. Untuk
membedakan cinta yang sesungguhnya dengan yang palsu, Hall dan Lindzey menjelaskan

14
Celeste Urmenete. Skripsi: “Mekanisme Pertahanan Diri Wanita dari Orang Tua yang Bercerai dalam Menjalin
Keintiman dengan Pria.” (Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma, 2008), hal : 19
15
Bernadet Maress, 14 Jenis Mekanisme Pertahanan Diri Paling Umum. Diakses dari
https://dosenpsikologi.com/jenis-mekanisme-pertahanan-diri pada tanggal 06 September jam 12:34
16
Celeste Urmenete. Skripsi: “Mekanisme Pertahanan Diri Wanita. . . , hal : 19-20

10
bahwa yang palsu menununjukkan sifat yang berlebih-lebihan atau dilakukan secara
demonstratef (Prihanto, 1993).17
d. Regresi
Regresi adalah mekanisme pertahanan yang muncul ketika perilaku individu
menunjukkan karakteristik dari level perkembangan yang sebelumnya (Hlaonen dan Santrock,
1996). Regresi yang paling sering terjadi adalah infantilisme atau kembali ke pola perilaku
masa kanak-kanak (Prihanto, 1993). 18
Sebagai contoh, seorang anak yang baru saja mengetahui jika adiknya baru saja
dilahirkan, maka ia akan memperlihatkan beberapa respon seperti menghisap tangannya atau
mengompol meski hal tersebut sebenarnya sudah tidak pernah lagi dilakukan yang juga
menjadi salah satu fakta kepribadian anak pertama. Regresi ini terjadi karena anak tersebut
menganggap jika kelahiran sang adik sebagai sebuah krisis untuk dirinya sendiri.
Dengan regresi atau kemunduran tersebut, maka individu bisa melarikan diri dari
keadaan yang tidak begitu menyenangkan dan kembali lagi ke masa sebelumnya dimana ia
merasakan penuh kasih sayang dan juga rasa aman atau individu memakai regresi karena
belum bisa belajar tentang respons yang lebih efektif untuk menghadapi sebuah masalah dan
sedang berusaha untuk mencari perhatian.
e. Sublimasi
Sublimasi dianggap sebagai mekanisme pertahanan yang penting secara social (Pervin
dan John, 1997). Sublimasi muncul ketika ego menggantikan impuls-impuls yang tidak dapat
diterima dengan perilaku yang lebih diterima oleh masyarakat (Halonen dan Santrock, 1996).
Sublimasi terjadi bila tindakan-tindakan yang bermanfaat secara social menggantika
perasaan tidak nyaman. Sublimasi suatu bentuk pengalihan. Sebagai contoh, seseorang yang
senang berkelahi kemudian beralih menjadi atlet bela diri.
f. Displacement
Displacement adalah mekanisme pertahanan yang muncul ketika individu mengubah
perasaan-perasaan yang tidak dapat diterima dari satu ke obyek yang lain yang lebih dapat
diterima (Halonen dan Santrok, 1996).

17
Celeste Urmenete. Skripsi: “Mekanisme Pertahanan Diri Wanita. . . , hal : 21
18
Celeste Urmenete. Skripsi: “Mekanisme Pertahanan Diri Wanita. . . , hal : 19

11
Pengalihan atau displacement adalah sebuah bentuk pertahanan diri dalam
menghadapi anxientas dengan cara memindahkan objek yang mengancam menuju objek lebih
aman . Sebagai contoh, seorang mahasiswa yang mendapat teguran dari dosen karena tidak
mengumpulkan tugas sesuai waktu yang sudah ditentukan. Hal ini akan membuat mahasiswa
mencoba mengalihkan perhatian untuk melampiaskan amarahnya dan emosi dalam
psikologi baik dengan bermain atau melakukan sesuatu hal yang disenangi.19
g. Proyeksi
Proyeksi adalah mekanisme pertahanan yang muncul ketika kita melimpahkan kelemahan,
masalah, dan kesalahan kita pada orang lain (Halonen dan Santrock, 1996). Akan tetapi,
proyeksi ini berbeda dengan pengalihan atau displacement. Sebagai contoh, seorang pria yang
menyukai seorang wanita, namun ketika pria tersebut ditanya oleh sahabatnya, maka pria itu
akan berkata jika perempuan tersebut yang menyukai dirinya dan berusaha untuk
mendapatkan dirinya dimana ia sedang berusaha untuk memproyeksikan rasa cemas yang
sedang dihadapi.
h. Fiksasi
Fiksasi adalah bentuk dari pertahanan diri pada saat individu sedang menghadapi
sebuah kondisi tertekan dan membuatnya frustasi hingga cemas sehingga ia tidak lagi bisa
untuk menghadapi hal tersebut. Hal ini nantinya membuat perkembangan normal terhambat
baik untuk sementara bahkan untuk selamanya atau permanen.
Fiksasi ini bisa membuat individu menjadi sangat tergantung dengan individu lainnya
sebagai cara membahagiakan diri sendiri. Sebagai contoh, seorang anak remaja yang
diperintahkan orang tua untuk mencari sebuah pekerjaan sehingga membuat remaja tersebut
berpikir jika nantinya akan ada masalah baru yang muncul khususnya dari dalam diri sesudah
ia bekerja nanti. Seperti contohnya mendapat komplain dari atasan, pekerjaan tidak diterima,
mendapat penghinaan karena pekerjaan yang tiak berkualitas dan sebagainya. Hal tersebut
nantinya akan membuat remaja tersebut terfikasi yang akhirnya membuat ia tidak lagi mau
bekerja baik untuk sementara maupun selamanya.
i. Menyangkal Kenyataan atau Denial

19
Bernadet Maress, 14 Jenis Mekanisme Pertahanan Diri Paling Umum. Diakses dari
https://dosenpsikologi.com/jenis-mekanisme-pertahanan-diri pada tanggal 06 September jam 12:45

12
Penyangkalan menjadi tindakan menolak untuk mengakui adanya stimulus yang
menjadi penyebab terjadinya rasa cemas. Jika individu menolak tentang kenyataan, maka ia
akan beranggapan jika hal tersebut tidak ada atau menolak pengalaman yang tidak
menyenangkan agar bisa melindungi dirinya sendiri.
Sebagai contoh, seorang anak yang divonis menderita kanker namun saat ia bertanya
pada orang tua, maka orang tuanya akan berkata jika ia hanya sedang mengalami sakit biasa
yang bisa sembuh hanya dengan minum obat. Orang tua akan berusaha untuk menyangkal
kenyataan yang terjadi agar tidak menyebabkan kecemasan sehingga ia akan berbohong untuk
dirinya sendiri sebagai cara menghilangkan rasa takut berlebihan.
j. Fantasi
Fantasi yang mungkin sedang dialami individu, maka akan sering merasa seperrti
mencapai sebuah tujuan, cara menghilangkan beban pikiran dan bisa menghindarkan dirinya
sendiri terhadap hal yang kurang menyenangkan yang akhirnya menyebabkan rasa cemas dan
frustasi bisa terjadi.
Individu nantinya akan sering melamun tentang banyak hal dan terkadang akan
menemukan jika lamunan yang dikreasikan jauh lebih menarik dibandingkan dengan
kenyataan yang sedang terjadi. Namun, jika fantasi memang dilakukan dalam batasan yang
normal dan berada dibawah pengendalian kesadaran baik, maka fantasi bisa berbuah sehat
untuk mengatasi stres yang cukup membantu.
k. Intelektualisasi
Jika seorang individu memakai mekanisme pertahanan diri intelektualisasi, maka
nantinya indivdu tersebut akan menghadapi sebuah situasi yang semestinya bisa menimbulkan
perasaan sangat tertekan dengan cara analitik, intelektual dan juga agar menjauh dari sebuah
persoalan.
Individu akan menghadapi sebuah situasi yang lebih bermasalah sehingga situasi
tersebut akan menjadi pelajaran atau karena individu tersebut ingin mengetahui apa yang
sebenarnya sehingga tidak terlalu terlibat dalam persoalan tersebut secara emosional.
l. Menghapuskan [undoing]

Mekanisme yang dilakukan individu yang secara simbolis mengkompensasikan


tindakan atau pikiran yang dicap buruk oleh masyarakat atau egonya sendiri. Sebagai contoh,

13
suami yang selingkuh dan kemudian memberikan banyak hadiah untuk istrinya agar tidak
diketahui.

D. Perkembangan Kepribadian Berdasarkan Teori Psikoanalisis


1. Fase Oral (Usia 0 tahun - 1 tahun)
Fase oral ini mulut merupakan daerah pokok daripada aktivitas dinamis. Kenikmatan atau
kepuasan diperoleh dari rangsangan terhadap bibir-rongga mulut-kerongkongan, tingkah laku
menggigit dan mengunyah (sesudah gigi tumbuh), serta menelan dan memuntahkan makanan
(kalua makanan tidak memuaskan). Kepuasan yang berlebihan pada fase oral, akan
membentuk oral incorporation personality pada masa dewasa, yakni orang menjadi senang
atau fiksasi mengumpulkan pengetahuan atau mengumpulkan harta benda, atau gampang
ditipu (mudah menelan perkataan orang lain). Sebaliknya, ketidakpuasan pada fase oral,
sesudah dewasa orang menjadi tidak pernah puas, tamak (memakan apa saja) dalam
mengumpulkan harta. Oral agression personality ditandai oleh kesenangan berdebat dan sikap
sarkastik, bersumber dari sikap protes bayi (menggigit) terhadap perlakuan ibu dalam
menyusui.20

2. Fase Anal ( Usia 1 tahun – 2 atau 3 tahun)


Pada fase anal ini kateksis dan anti kateksis berpusat pada anal (pembuangan kotoran).
Sepanjang fase anal, latihan defakasi (toilet training) mekasa anak untuk belajar menunda
kepuasan bebas dari tegangan anal. Freud yakin toilet training adalah bentuk mula dari belajar
memuaskan id dan super ego sekaligus, kebutuhan social atau tuntutan social untuk
mengontrol kebutuhan defakasi. Dampak toilet training terhadap kepribadian di masa depan
tergantung kepada sikap dan metode orang tua dalam melatih.21

3. Fase Falis (Phallic) (Usia 2 atau 3 tahun – 5 atau 6 tahun)

Pada fase ini alat kelamin merupakan daerah erogen terpenting. Perkembangan pada fase falis
ini adalah timbulnya Oedipus Complex, yang diikuti fenomena castration anxiety (pada laki-

20
Alwisol. Psikologi Kepribadian Edisi Revisi. (Malang: UMM Press, 2017). Hal : 33
21
Alwisol. Psikologi Kepribadian Edisi Revisi. (Malang: UMM Press, 2017). Hal : 34

14
laki) dan penis envy (pada perempuan). Kenikmatan masturbasi serta kehidupan fantasi anak
yang menyertai aktivitas auto-erotik membuka jalan bagi timbulnya kompleks
Oedipus. Freud memandang keberhasilan mengidentifikasikan kompleks Oedipus sebagai
salah satu temuan besarnya.

Freud mengasumsikan bahwa setiap orang secara inheren adalah biseksual, setiap jenis
tertarik pada anggota sejenis maupun pada anggota lawan jenis. Asumsi tentang biseksualitas
ini disokong oleh penelitian terhadap kelenjar-kelenjar endokrin yang secara agak konklusif
menunjukkan bahwa baik hormon seks perempuan terdapat pada masing-masing jenis.
Timbul dan berkembangnya kompleks Oedipus dan kompleks kastrasi merupakan peristiwa-
peristiwa pokok selama masa phalik dan meninggalkan serangkaian bekas dalam
kepribadian.22

4. Fase Laten (Latency) (Usia 5 atau 6 tahun – 12 atau 13 tahun)


Anak pada fase ini mengalami peredaan impuls seksual itu akibat dari tidak adanya daerah
erogen baru yang dimunculkan oleh perkembangan biologis. Pada fase laten ini anak
mengembangkan kemampuan sublimasi, yakni mengganti kepuasan libido dengan kepuasan
nonseksual, khusus bidang intelektual, atletik, keterampilan, dan hubungan teman sebaya.23

5. Fase Genital (Usia 12 atau 13 tahun - dewasa)

Kateksis-kateksis dari masa-masa pragenital bersifat narsisistik. Hal ini berarti bahwa
individu mendapatkan kepuasan dari stimulasi dan manipulasi tubuhnya sendiri sedangkan
orang-orang lain dikateksis hanya karena membantu memberikan bentuk-bentuk tambahan
kenikmatan tubuh bagi anak. Selama masa adolesen, sebagian dari cinta diri atau narsisisme
ini disalurkan ke pilihan-pilihan objek yang sebenarnya.

22
Sofwan Adiputra, TEORI KEPRIBADIAN PSIKOANALISIS : Sigmun Freud, diakses dari
https://bkpemula.com/2012/01/31/teori-kepribadian-psikoanalisis-sigmun-freud/ pada tanggal 19 September 2021
jam 10:16
23
Alwisol. Psikologi Kepribadian Edisi Revisi. (Malang: UMM Press, 2017). Hal : 36

15
Kateksis-kateksis pada tahap-tahap oral, anal, dan phalik lebur dan di sistensiskan dengan
impuls-impuls genital. Fungsi biologis pokok dari tahap genital tujuan ini dengan memberikan
stabilitas dan keamanan sampai batas tertentu.

Meskipun demikian Freud membedakan empat tahap perkembangan kepribadian, namun ia


tidak mengasumsikan bahwa terdapat batas-batas tajam atau transisi-transisi yang
mengejutkan dalam peralihan dari satu tahap ke tahap yang lain. Bentuk akhir organisasi
kepribadian menurut hasil sumbangan dari keempat tahap itu.24

24
Sofwan Adiputra, TEORI KEPRIBADIAN PSIKOANALISIS : Sigmun Freud, diakses dari
https://bkpemula.com/2012/01/31/teori-kepribadian-psikoanalisis-sigmun-freud/ pada tanggal 19 September 2021
jam 10:39

16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Psikoanalisis adalah cabang ilmu yang dikembangkan oleh Sigmund Freud dan
para pengikutnya sebagai studi fungsi dan perilku psikologi manusia. Teori psikoanalisis
adalah teori yang berusaha menjelaskan hakikat dan perkembangan kepribadian. Unsur-
unsur yang diutamakan dalam teori ini adalah motivasi, emosi dan aspek-aspek internal
lainnya. Sistematika yang dipakai oleh Freud dalam mendeskripsi kepribadian menjadi
tiga pokok pembahasan, yakni; struktur kepribadian, dinamika kepribadian, dan
perkembangan kepribadian.
B. Saran
Saya sebagai penulis, menyadari bahwa makalah ini banyak sekali kesalahan dan
sangat jauh dari kata sempurna. Tentunya, saya akan terus memperbaiki masalah dengan
mengacu pada sumber yang dapat dipertanggungjawabkan nantinya. Oleh karena itu, saya
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun tentang makalah ini.

17
DAFTAR PUSTAKA

Adiputra, S. (2012). Teori Kepribadian Psikoanalisis : SIgmund Freud. Retrieved from


https://bkpemula.com/2012/01/31/teori-kepribadian-psikoanalisis-sigmun-freud/

Alwisol. (2017). Psikologi Kepribadian Edisi Revisi. Malang: UMM Press.

Budiraharjo, P. (1997). Mengenal Kepribadian Mutakhir. Yogyakrta : Kanisus.

Helaluddin, S. S. (2019). Psikoanalisis Sigmund Freud dan Implikasinya dalam Pendidikan.


Retrieved from https://osf.io/582tk/download

Maress, B. (2018). 14 Jenis Mekanisme Pertahanan Diri Paling Umum. Retrieved from
https://dosenpsikologi.com/jenis-mekanisme-pertahanan-diri

Rosyidi, H. (2012). Psikologi Kepribadian (Paradigma Psikoanalisis). Surabaya: Jaudar Press.

Urmenete, C. (2008). Mekanisme Pertahanan Diri Wanita dari Orang Tua yang Bercerai dalam
Menjalin Keintiman dengan Pria. In Skripsi. Yogyakrta: Universitas Sanata Dharma.

Zaviera, F. (2007). Teori Kepribadian Sigmund Freud. Yogyakarta: Prismasophie.

18

Anda mungkin juga menyukai