Anda di halaman 1dari 31

PSIKOANALISIS DAN PSIKOLOGI INDIVIDUAL

Dosen Pengampu : Wenny Wulandari S.Psi., M.Si

Anggota Kelompok :

Sabrina Nur Afika (202101500237)

Yuliyanti (202101500243)

Ahmad Fakhri (202101500885)

Muhammad Martan (202101500200)

Prodi Bimbingan Konseling

Fakultas Ilmu Pendidikan Dan Pengetahuan Sosial

Universitas Indraprasta PGRI

Jakarta

2022
Kata Pengantar

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "PSIKOANALISIS DAN PSIKOLOGI
INDIVIDUAL" dengan tepat waktu.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Pelajaran Sejarah. Selain itu, makalah ini
bertujuan menambah wawasan tentang manusia prasejarah bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.

Kami menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang
membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Jakarta, 22 September 2022

Penulis Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar…………………………………………………………………………….............i

Daftar Isi……………......................................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang…………............................................................................................................1

BAB 2 PEMBAHASAN

A.BIOGRAFI SIGMUND FREUD DAN ALFRED ADLER .......


……….....................................4

B. TEORI SIGMUND FREUD DAN ALFRED ADLER


……………………………...................7

C.IMPLEMENTASI TEORI PSIKOANALIS DAN PSIKOLOGI


INDIVIDUAL……………...16

D.KELEBIHAN DAN KEKURANGAN TEORI FREUD DAN ADLER………….………......20

E.KRITIK TERHADAP SIGMUND FREUD DAN ALFRED ADLER ………..………………


22

BAB 3 PENUTUP

KESIMPULAN…………………………………………………………………………………..24

DAFTAR PUSTAKA…..………………………………………………………………………..26

ii
iii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu psikologi mulai diakui sebagai ilmu yang mandiri sejak tahun 1879 saat Wilhelm
Mundt mendirikan laboratorium psikologi di Jerman. Sejak saat itu, ilmu psikologi
berkembang pesat yang ditandai dengan lahirnya berbagai aliranaliran di dalamnya. Salah
satu aliran dalam ilmu psikologi tersebut adalah konsep kepribadian. Konsep ini pun
akhirnya dimaknai oleh banyak ahli dengan definisi yang beragam, salah satunya pemaknaan
konsep kepribadian dari aliran psikoanalisis (Ja’far: 2015).

Teori psikoanalisis adalah teori yang berusaha menjelaskan hakikat dan perkembangan
kepribadian. Unsur-unsur yang diutamakan dalam teori ini adalah motivasi, emosi dan aspek-
aspek internal lainnya. Teori ini mengasumsikan bahwa kepribadian berkembang ketika
terjadi konflik-konflik dari aspek-aspek psikologis tersebut, yang pada umumnya terjadi pada
anak-anak atau usia dini.

Pemahanan Freud tentang kepribadian manusia didasarkan pada pengalaman-pengalaman


dengan pasiennya, analisis tentang mimpinya, dan bacaannya yang luas tentang beragam
literatur ilmu pengetahuan dan kemanusiaan. Pengalaman-pengalaman ini menyediakan data
yang mendasar bagi evolusi teorinya. Baginya, teori mengikuti mengikuti observasi dan
konsepnya tentang kepribadian terus mengalami revisi selama 50 tahun terakhir hidupnya.

Meskipun teorinya berevolusi, Freud menegaskan bahwa psikoanalisis tidak boleh jatuh ke
dalam elektisisme, dan murid-muridnya yang menyimpang dari ide-ide dasar ini segera akan
dikucilkan secara pribadi dan profesional oleh Freud. Freud menganggap dirinya sebagai
ilmuan. Namun, definisinya tentang ilmu agak berbeda dari yang dianut kebanyakan psikolog
saat ini. Freud lebih mengandalkan penalaran deduktif ketimbang metode riset yang ketat,
dan ia melakukan observasi secara subjektif dengan jumlah sampel yang relatif kecil. Dia
menggunakan pendekatan studi-studi kasus hampir secara secara ekslusif, merumuskan
secara khas hipotesis-hipotesis terhadap fakta-fakta kasus yang diketahuinya.

1
Teori Adler dapat dipahami lewat pengertian-pengertian pokok yang dipergunakannya untuk
membahas kepribadian.. dari awal memulai formulasi teorinya tentang perilaku manusia
sampai kematiannya, ia memperlihatkan sebuah rangkaian evolusi dari idenya yang sangat
menarik dalam beberapa kasus yang masuk akal. Ia tidak pernah bertolak belakang dengan
pekerjaan sebelumnya, ia memperlihatkan sebuah metamorphosis, dari sebuah ide
pemikirannya yang baru sampai menjadi sebuah ide yang sangat kompleks dan inklusif
tentang fenomena kompleksitas perilaku manusia. Inilah yang sangat menguatkan posisi
teorinya.

Evolusi dalam pemikiran Adler adalah sebuah perubahan yang mengikuti struktur teori yang
dibuatnya sehingga merupakan refleksi tentang perilaku manusia.Diawali dengan sebuah
penggabungan yang meningkat pada manusia yang menghasilkan sebuah agresi sebagai
mahluk, merupakan sebuah konsep luas yang menghentikan pemikirannya dari sex sebagai
hal utama yang menggerakan manusia, ia bergerak untuk mengingatkan bahwa manusia
adalah mahluk yang memiliki

Adler berpendapat bahwa manusia adalah mahluk sosial yang bertanggung jawab. Ia percaya
manusia sejak lahir dikarunia dengan kesadaran bersosial dan hanya keterpaksaan
(kompensasi) yang membuatnya bertanggung jawab kepada manusia lain untuk dapat
mencapai sebuah kesejahteraan yang baik bagi dirinya dan orang lain. Pada akhirnya Adler
meyakinkan bahwa manusia adalah mahluk yang menyimpan interest sosial yang sangat
dalam.

2
BAB 2

PEMBAHASAN

A. BIOGRAFI SIGMUND FREUD DAN ALFRED ADLER


1. Biografi Sigmund Freud

Membahas ilmuwan psikologi, atau lebih umum disebut sebagai psikolog, beberapa nama
yang mungkin Grameds ingat meliputi Ivan Pavlov, William James, hingga Carl Jung.
Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa nama yang besar kemungkinan akan muncul jika
membahas topik psikologi adalah Sigmund Freud.

Sosok ini merupakan orang yang amat berjasa mengembangkan ilmu psikoanalisis, cabang
dari ilmu psikologi yang membahas terkait emosi dan mental psikologis manusia. Dengan
adanya cabang ilmu ini, seseorang dapat memahami orang lain lebih dalam dari sebelumnya.

Dan seperti yang Grameds sudah baca di atas, ilmu psikoanalisis memerlukan waktu yang
tidak sebentar untuk diteliti. Untuk memahami sebesar apa dampak dari ilmu psikoanalisis
dalam kehidupan manusia, ada baiknya jika kita juga ikut mempelajari biografi Sigmund
Freud dan mengetahui lika-liku kehidupannya.

Masa Kecil Sigmund Freud

Sigismund Schlomo Freud atau lebih dikenal dengan nama Sigmund Freud, lahir pada 6 Mei
1856 di Freiberg, Moravia, yang terletak di Kerajaan Austria, sekarang berganti nama
menjadi Republik Ceko. Dirinya merupakan anak dari Jacob Freud dan Amalia Nathanson.

Sang ayah merupakan penjual kain wol beragama Yahudi, yang ketika melahirkan Sigmund
Freud, sudah berusia 40 tahun. Jakob saat itu merupakan sosok yang emosian, suka
menyendiri, dan kerap memerintah keluarganya untuk mengikuti apapun kemauannya.

Berbeda dengan ayahnya, sang ibu merupakan sosok yang lembut dan memiliki emosi stabil.
Amalia juga saat itu berusia 20 tahun lebih muda dari suaminya, dan merupakan istri ketiga

3
dari Jakob. Di pernikahan sebelumnya, Jakob Freud memiliki 2 anak yang merupakan kakak
tiri Sigmund Freud, yakni Emanuel dan Philip.

Karena mengalami kesulitan ekonomi, keluarga Sigmund Freud kerap berpindah-pindah


tempat tinggal untuk mencari kehidupan yang lebih baik. Mereka awalnya menetap di
Leipzig, Jerman, sebelum akhirnya pindah lagi ke Wina, Austria. Di sana, Amalia
melahirkan 5 anak lagi, yaitu Rosa, Marie, Adolfine, Paula, dan Alexander.

Sejak kecil, Sigmund Freud sudah menunjukan potensi besar sebagai ilmuwan. Di usianya
yang ke-9 tahun, dirinya memasuki sekolah menengah pertama bernama Leopoldstädter
Kommunal-Realgymnasium, dan dianggap sebagai salah satu siswa paling berbakat di
angkatannya.

Sigmund Freud kecil juga suka membaca dan menyukai literatur. Dirinya diketahui
menguasai dengan lancar setidaknya 8 bahasa di Eropa, seperti bahasa Inggris, bahasa
Jerman, bahasa Prancis, bahasa Spanyol, bahasa Italia, bahasa Ibrani, bahasa Latin, dan juga
bahasa Yunani.

Memasuki usianya yang ke-17, Sigmund Freud melanjutkan jenjang pendidikannya di


Universitas Wina. Mulanya, Sigmund Freud ingin memasuki Fakultas Hukum dan
mempelajari ilmu hukum. Namun, pada akhirnya dirinya memutuskan untuk masuk ke
Fakultas Kesehatan dan mempelajari fisiologi, filosofi, dan juga zoologi.

Hal yang memantik perhatian Sigmund Freud terhadap ilmu psikologi bermula ketika dirinya
mempelajari otak manusia dan makhluk hidup lainnya di bawah arahan fisiologis Ernst
Brücke. Setelah sempat harus mengikuti wajib militer pada tahun 1879, Sigmund Freud lulus
dari universitas pada tahun 1881 dengan gelar Doctor of Medicine.

Awal Karier Sigmund Freud

Setelah lulus, Sigmund Freud memulai kariernya sebagai peneliti anatomi tengkorak manusia
di Rumah Sakit Umum Wina. Penelitiannya membuahkan hasil, dan Sigmund Freud berhasil
mempublikasikan hasil temuannya tersebut dan melanjutkan penelitian lain di rumah sakit
tersebut.

4
Tahun 1886, Sigmund Freud memutuskan keluar dari rumah sakit, dan di tahun yang sama,
dirinya menikahi wanita asal Jerman bernama Martha Bernays. Martha merupakan cucu dari
Chief Rabbi, yaitu sosok pemimpin Yahudi bernama Isaac Bernays.

Dalam pernikahannya, keduanya memiliki 6 orang anak, yang masing-masing bernama


Mathilde, Jean-Martin, Oliver, Ernst, Sophie, dan Anne. Keluarga ini tinggal di sebuah
apartemen di daerah Innere Stadt, Wina, Austria. Pernikahan pasangan ini terbilang harmonis
dan berjalan hingga akhir hayat.

Meskipun begitu, sempat ada rumor bahwa Sigmund Freud sempat berselingkuh dengan
kakak dari Martha, Minna Bernays. Rumor ini dibuat oleh tokoh psikolog lain yakni Carl
Jung. Rumor ini menjadi cikal-bakal ketidaksukaan Sigmund Freud terhadap Carl, serta awal
dari persaingan kedua sosok ini.

Di usianya yang ke-24 tahun, Sigmund Freud mulai menjadi perokok aktif, dengan dalih
bahwa rokok dapat meningkatkan kinerja otaknya ketika melakukan penelitian. Meskipun
sudah diingatkan terkait bahaya dari rokok, Sigmund Freud tetap bergeming dan melanjutkan
hobi barunya tersebut.

Beberapa sumber mengatakan bahwa ilmu psikoanalisis yang dikembangkan oleh Sigmund
Freud terinspirasi dari beberapa sosok terkenal seperti filsuf Nietzsche, ilmuwan biologi
Charles Darwin, dan bahkan sastrawan William Shakespeare. Hasil penelitian, teori, dan
karya mereka membantu Sigmund Freud untuk memahami esensi dari psikologi manusia,
dan mengembangkan ilmu psikoanalisis itu sendiri.

2. Biografi Alfred Adler


Alfred Adler adalah seorang psikolog sekaligus dokter, terapis dan pendiri psikologi
individual. Alfred Adler sering dijuluki sebagai founder dari psikologi individual, karena
seorang Alfred Adler adalah tokoh pertama yang berhasil melakukan penelitian serta
penekanan tentang bidang kepribadian individu. Beliau juga mempopulerkan istilah
inferiority feeling yang juga lebih dikenal dengan julukan kompleks inferioritas.

Sehingga bukan hal aneh bila nama Alfred Adler masuk ke dalam jajaran tokoh yang sangat
berjasa dalam dunia psikologi. Khususnya psikologi individu.

5
Alfred Adler lahir tanggal 7 Februari 1870 di Penzing, Austria dan meninggal dunia pada
tanggal 28 Mei 1937 di Aberdeen, Skotlandia. Selama 67 tahun kehidupannya, sudah ada
banyak penelitian yang dilakukan oleh beliau. Penelitian-penelitian ini, umumnya mengenai
psikologi individu.

Sudah banyak karya-karya yang lahir dari penelitian-penelitian yang dilakukan oleh Adler.
Salah satu hasil karya yang cukup terkenal ialah “Studi Inferioritas Organ dan Kompensasi
Psikis”. Karya yang terkenal ini tentunya membutuhkan subjek penelitian yang tidak sedikit.
Subjek penelitian yang dilakukan oleh Adler meliputi naluri, rasa rendah diri, agresif,
perkembangan anak, perilaku serta psikologi individu.

Perjalanan Karir Alfred Adler


Mungkin kamu berpikir bahwa Alfred Adler memulai kariernya menjadi dengan menjadi
seorang psikolog. Mengingat beliau terkenal sebagai salah satu tokoh dan bapak psikologi
dunia. Namun, apakah kamu tahu? Bahwa Alfred Adler tidak memulai kariernya sebagai
seorang psikolog, melainkan sebagai dokter spesialis mata. Dari dokter spesialis mata beliau
melanjutkan perjalanan kariernya menjadi seorang dokter umum.
Kemudian, pada tahun 1910 Alfred Adler dipercaya untuk menjadi pemimpin atau presiden
dari Vienna Psychoanalytic Society. Vienna Psychoanalytic Society ini merupakan sebuah
komunitas yang membantu menangani Psychoanalytic dari masyarakat. Namun sayangnya
ada ketidakcocokan dalam pemikiran dan sudut pandang para anggotanya. Hal ini pun
membuat Adler memutuskan untuk keluar dan mundur dari jabatannya sebagai seorang
pemimpin.

6
B. TEORI SIGMUND FREUD DAN ALFRED ADLER

A. Psikoanalisis Sigmund Freud

Psikoanalisis adalah cabang ilmu yang dikembangkan oleh Sigmund Freud dan para
pengikutnya, sebagai studi fungsi dan perilaku psikologis manusia. Pada mulanya istilah
psikoanalisis hanya dipergunakan dalam hubungan dengan Freud saja, sehingga
“psikoanalisis” dan “psikoanalisis Freud” sama artinya. Bila beberapa pengikut Freud
dikemudian hari menyimpang dari ajarannya dan menempuh jalan sendiri-sendiri, mereka
juga meninggalkan istilah psikoanalisis dan memilih suatu nama baru untuk menunjukan
ajaran mereka. Contoh yang terkenal adalah Carl Gustav Jung dan Alfred Adler, yang
menciptakan nama “psikologi analitis” (bahasa Inggris: analitycal psychology) dan
“psikologi individual” (bahasa Inggris: individual psychology) bagi ajaran masing-masing.
Psikoanalisis memiliki tiga penerapan:

1) Suatu metode penelitian dari pikiran.


2) Suatu ilmu pengetahuan sistematis mengenai perilaku manusia.
3) Suatu metode perlakuan terhadap penyakit psikologis atau emosional.

Teori Psikoanalisis dikembangkan oleh Sigmund Freud. Psikoanalisis dapat dipandang


sebagai teknik terapi dan sebagai aliran psikologi. Sebagai aliran psikologi, psikoanalisis
banyak berbicara mengenai kepribadian, khususnya dari segi struktur, dinamika, dan
perkembangannya.

1) Struktur Kepribadian

Menurut Freud, kehidupan jiwa memiliki tiga tingkat kesadaran, yaitu sadar (conscious),
prasadar (preconscious), dan tak sadar (unconscious). Sampai dengan tahun 1920an, teori
tentang konflik kejiwaan hanya melibatkan ketiga unsur tersebut. Baru pada tahun 1923

7
Freud mengenalkan tiga model struktural yang lain, yaitu das Es, das Ich, dan das Ueber Ich.
Struktur baru ini tidak mengganti struktur lama, tetapi melengkapi gambaran mental terutama
dalam fungsi dan tujuannya (Awisol, 2005:17)

Freud berpendapat bahwa kepribadian merupakan suatu sistem yang terdiri dari 3 unsur,
yaitu das Es, das Ich, dan das Ueber Ich (dalam bahasa Inggris dinyatakan dengan the Id, the
Ego, dan the Super Ego), yang masing memiliki asal, aspek, fungsi, prinsip operasi, dan
perlengkapan sendiri. Ketiga unsur kepribadian tersebut dengan berbagai dimensinya
disajikan dalam tabel berikut.

N UNSUR DAS ES (the Id) DAS ICH (the DAS UEBER


O DIMENSI Ego) ICH (the
Super Ego)
1 ASAL Pembawaan hasil interaksi Hasil
dengan lingkungan internalisasi
nilainilai dari
figur yang
berpengaruh
2 ASPEK Biologis psikologis Sosiologis
3 FUNGSI mempertahankan konstansi mengarahkan 1) Sebagai
individu pada pengen-dali
realitas Das Es. 2)
Mengarahkan
das Es das Ich
pada perilaku
yang lebih
bermoral.
4 PRINSIP pleasure principle reality principle morality
OPERASI principle
5 PERLENGKAPAN 1) refleks dan 2) proses proses sekunder 1) conscientia
primer 2) Ich ideal

2) Dinamika Kepribadian

Dinamika kepribadian, menurut Freud, adalah bagaimana energi psikis didistribusikan dan
dipergunakan oleh das Es, das Ich, dan das Ueber Ich. Freud menyatakan bahwa energi yang
ada pada individu berasal dari sumber yang sama yaitu makanan yang dikonsumsi. Bahwa
energi manusia dibedakan hanya dari penggunaannya, energi untuk aktivitas fisik disebut
energi fisik, dan energi yang dunakan untuk aktivitas psikis disebut energi psikis. Freud
menyatakan bahwa pada mulanya yang memiliki energi hanyalah das Es saja. Melalui

8
mekanisme yang oleh Freud disebut identifikasi, energi tersebut diberikan oleh das Es
kepada das Ich dan das Ueber Ich.

3) Mekanisme Pertahanan Ego

Menurut Freud, mekanisme pertahanan ego (ego defence mechanism) sebagai strategi yang
digunakan individu untuk mencegah kemunculan terbuka dari dorongan-dorngan das Es
maupun untuk menghadapi tekanan das Uber Ich atas das Ich, dengan tujuan kecemasan yang
dialami individu dapat dikurangi atau diredakan (Kuntojo, 2015:46). Freud menyatakan
bahwa mekanisme pertahanan ego itu adalah mekanisme yang rumit dan banyak macamnya.

Berikut ini 7 macam mekanisme pertahanan ego yang menurut Freud umum dijumpai
(Koeswara, 2001: 46—48).

 Represi, yaitu mekanisme yang dilakukan ego untuk meredakan kecemasan dengan cara
menekan dorongan-dorongan yang menjadi penyebab kecemasan tersebut ke dalam
ketidaksadaran.
 Sublimasi, adalah mekanisme pertahanan ego yang ditujukan untuk mencegah atau
meredakan kecemasan dengan cara mengubah dan menyesuaikan dorongan primitif das
es yang menjadi penyebab kecemasan ke dalam bentuk tingkah laku yang bisa diterima,
dan bahkan dihargai oleh masyarakat.
 Proyeksi, adalah pengalihan dorongan, sikap, atau tingkah laku yang menimbulkan
kecemasan kepada orang lain.
 Displacement, adalah pengungkapan dorongan yang menimbulkan kecemasan kepada
objek atau individu yang kurang berbahaya dibanding individu semula.
 Rasionalisasi, menunjuk kepada upaya individu memutarbalikkan kenyataan, dalam hal
ini kenyataan yang mengamcam ego, melalui dalih tertentu yang seakan-akan masuk
akal. Rasionalissasi sering dibedakan menjadi dua: sour grape technique dan sweet
orange technique.
 Pembentukan reaksi, adalah upaya mengatasi kecemasan karena insdividu memiliki
dorongan yang bertentangan dengan norma, dengan cara berbuat sebaliknya.

9
 Regresi, adalah upaya mengatasi kecemasan dengan bertinkah laku yang tidak sesuai
dengan tingkat perkembangannya.

4) TAHAPAN PERKEMBANGAN FREUD

Menurut Freud tahun2 pertama kehidupan yg sangat sebentar waktunya itu mempunyai
peranan yg sangat penting dalam menentukan pembentukan kepribadian. Masing-masing
tahap perkembangan selama lima tahun pertama ditentukan oleh cara2 reaksi suatu zona tubuh
tertentu.

• Tahap perkembangan menurut FREUD :

1. Tahap ORAL
 Kenikmatan bersumber pada mulut anak, dan sumber kenikmatan pokok berasal dari
makanan.
 Makan merupakan stimulasi sentuhan terhadap bibir dan rongga mulut, serta menelan >
Jika makanan tidak menyenangkan maka akan dimuntahkan.
 Apabila bayi telah mempunyai gigi maka mulut dipakai untuk menggigit dan mengunyah.
 Bayi mempunyai dua macam aktivitas oral, yakni Menelan makanan dan Menggigit > Ini
merupakan prototype bagi banyak ciri karakter yg akan bekembang dikemudian hari.

Fase oral (0-1½ th)

• Bayi mendapatkan kepuasan melalui mulutnya.


• Rasa lapar > Dunia luar • Menelan sesuatu > Kepuasan
• Memuntahkan sesuatu > Ketegangan
• Ibu > sumber makanan & kenikmatan erotik > Cinta pertama
2. Tahap Anal
• Pada saat makanan yg telah ia makan kemudian akan menumpuk pd usus, maka secara
refleks bayi akan mengeluarkannya apabila tekanan pada otot lingkar dubur telah
mencapai taraf tertentu.
• Pada proses pengeluaran hal yg tdk nyaman tadi akan memberikan rasa lega.

10
• Pada tahap ini kenikmatan bersumber dari anusnya, memegang anus dan aktivitas
mengeluarkan merupakan hal yg sangat disukai pada tahap ini.
• Pada tahap ini pula bayi mulai merasakan tekanan atau aturan dari luar dan belajar untuk
menunda kenikmatan yang ingin ia peroleh.

Fase anal (1½-3 th)

• Kepuasan mengeluarkan tinja dan kencing Mula2 ia melakukannya semaunya


• Orang-tua <-> Tekanan/ larangan
• Kencing >> Pencapaian harga diri
3. Tahap Phalik
• Pada tahap ini pusat dinamika kenikmatan yg diperoleh adalah dari perasaan2 seksual dan
agresifitas berkaitan dgn mulai befungsinya organ2 genital pada tubuhnya.
• Pada tahap ini pula dikenal dengan adanya perkembangan pada laki-laki yg disebut dgn
Oedipous Compleks.
• Kenikmatan dunia fantasi yg menyatakan aktivitas auto-erotik akan membuka jalan bagi
tumbuhnya Oedipous Compleks.
• Oedipous Compleks merupakan suatu kecenderungan anak laki-laki menyukai ibunya
sendiri dan merasa cemburu apabila ayahnya mendekati ibunya tersebut.
Fase phalic (3-6 th)
• Oedipus Complex (laki-laki)
• Kastration Complex
• Perempuan >> Penis Envy
4. Tahap Laten
• Dalam tahap ini Freud yakin bahwa dorongan-dorongan seksual yang telah tumbuh pada
masa phalik akan ditekan atau di-repres sedemikian rupa demi kelancaran proses
belajarnya.
• Tahap ini berlangsung hingga masa pubertas dimulai.
Fase latent (6 thn-pubertas)
• Hasrat seksualitas dipendam
• Tertarik pada hubungan atau interaksi sosial

11
• Interaksi sosial >> “Kepuasan”
5. Tahap Genital
• Tahap ini dimulai pada saat usia pubertas, ketika dorongan-dorongan seksual sangat
telihat dengan jelas.
• Pada masa ini anak mulai tetarik dgn hubungan atau interaksi lawan jenis.

B. Psikologi Individual Alfred Adler

Psikologi individual adalah konsep yang menyajikan sebuah pandangan optimistik tentang
manusia dengan menitikberatkan sepenuhnya pada konsep kepedulian sosial, yaitu sebuah
perasaan kesatuan dengan seluruh umat manusia. Psikologi individual merujuk kepada teori
kepribadian yang diciptakan oleh Alfred Adler.

Adler berpendapat bahwa manusia adalah mahluk sosial yang bertanggung jawab. Ia percaya
manusia sejak lahir dikarunia dengan kesadaran bersosial dan hanya keterpaksaan
(kompensasi) yang membuatnya bertanggung jawab kepada manusia lain untuk dapat
mencapai sebuah kesejahteraan yang baik bagi dirinya dan orang lain. Pada akhirnya Adler
meyakinkan bahwa manusia adalah mahluk yang menyimpan interest sosial yang sangat
dalam.

untuk memenuhi kebutuhan sosial manusia rela terjun dalam kegiatan-kegiatan sosial, seperti
organisasi sosial dan menghabiskan hamper seluruh hidupnya disana. mereka puas dengan
melakukan aktivitas sosial seperti membantu korban bencana, korban perang, kelaparan, dan
lain lain. itulah kebutuhan sosial yang dimaksud adler. kebutuhan sosial ini merupakan
bawaan sejak lahir, perkembangan diri individu sejak masa kanak kanak akan sangat
menentukan cara individu berperan dalam lingkungan sosialnya. Ada tujuh prinsip yang
terkandung dari teori Psikologi Individual Adler, yaitu :

1. Prinsip Rasa Rendah Diri (Inferiority Principle)


Adler meyakini bahwa manusia dilahirkan disertai dengan perasaan rendah diri. Seketika
individu menyadari eksistensinya, ia merasa rendah diri akan perannya dalam lingkungan.
Individu melihat bahwa banyak mahluk lain yang memiliki kemampuan meraih sesuatu yang
tidak dapat dilakukannya. Perasaan rendah diri ini mencul ketika individu ingin menyaingi
kekuatan dan kemampuan orang lain. Misalnya, anak merasa diri kurang jika dibandingkan
dengan orang dewasa. Karena itu ia terdorong untuk mencapai taraf perkembangan yang

12
lebih tinggi. Jika telah mencapai taraf perkembangan tertentu, maka timbul lagi rasa kurang
untuk mencapai taraf berikutnya. Demikian seterusnya, sehingga individu dengan rasa
rendah dirinya ini tampak dinamis mencapai kesempurnaan dirinya. Teori Adler mengenai
perasaan rendah diri ini berawal dari pengamatannya atas penderitaan pasien-pasiennya yang
seringkali mengeluh sakit pada daerah tertentu pada tubuhnya, mengenai psikosomatis,
Adler mengatakan bahwa rasa sakit yang diderita individu sebenarnya adalah usaha untuk
memecahkan masalah-masalah nonfisik. Keadaan tersebut, menurut Adler disebabkan
adanya kekurang sempurnaan pada daerah-daerah tubuh tersebut, yang dikatakannya sebagai
organ penyebab rendah diri (organ inferiority). Jadi manusia lahir memang tidak sempurna,
atau secara potensial memiliki kelemahan dalam organ tubuhnya. Adanya stress
menyebabkan organ lemah ini terganggu. Karenanya, setiap orang selalu berusaha
mengkompensasikan kelemahannya dengan segala daya. Dalam hal ini usaha kompensasi ini
ditentukan oleh gaya hidup dan usaha mencapai kesempurnaan (superior). Berkenaan
dengan perasaan rendah diri dalam kondisi organik, Adler menciptakan istilah masculine
protest, yakni istilah yang dimaksud untuk menerangkan perasaan rendah diri atau inferior
ini dihubungkan dengan kelemahan (weakness) dan kewanita-wanitaan (femininity). Istilah
ini merupakan suatu dinamika kepribadian manusia yang utama, karena hal ini merupakan
usaha individu dalam mencapai kondisi yang kuat dalam mengkompensasikan perasaan
rendah dirinya.

2. Prinsip Superior (Superiority Principle)

Memandang prinsip superior terpisah dari prinsip inferior sesungguhnya keliru. Justru kedua
prinsip ini terjalin erat dan bersifat komplementer. Namun karena sebagai prinsip, kedua
istilah ini berbeda, maka pembahasannya pun dibedakan, kendati dalam operasionalnya tak
dapat dipisahkan. Sebagai reaksi atas penekanan aspek seksualitas sebagai motivator utama
perilaku menurut Freud, Adler beranggapan bahwa manusia adalah mahluk agresif dan harus
selalu agresif bila ingin survive. Namun kemudian dorongan agresif ini berkembang menjadi
dorongan untuk mencari kekuatan baik secara fisik maupun simbolik agar dapat survive.
Demikian banyak pasien Adler yang dipandang kurang memiliki kualitas agresif dan
dinyatakan sebagai manusia tak berdaya. Karenanya, yang diinginkan manusia adalah
kekuatan (power). Dari sini konsepnya berkembang lagi, bahwa manusia mengharapkan
untuk bisa mencapai kesempurnaan (superior). Dorongan superior ini sangat bersifat
universal dan tak mengenal batas waktu. Bagi Adler tak ada pemisahan antara drive dan
need seperti yang diungkapkan oleh Murray. Bagi Adler hanya ada satu dorongan, yakni
dorongan untuk superior sebagai usaha untuk meninggalkan perasaan rendah diri. Namun
perlu dicatat bahwa superior disini bukanlah kekuatan melebihi orang lain, melainkan usaha
untuk mencapai keadaan superior dalam diri dan tidak selalu harus berkompetisi dengan
orang lain. Superioritas yang dimaksud adalah superior atas diri sendiri. Jadi daya penggerak
yang utama dalam hidup manusia adalah dinamika yang mengungkapkan sebab individu
berperilaku, yakni dorongan untuk mencapai superior atau kesempurnaan.

3. Prinsip Gaya Hidup (Style of Life Principle)

13
Usaha individu untuk mencapai superioritas atau kesempurnaan yang diharapkan,
memerlukan cara tertentu. Adler menyebutkan hal ini sebagai gaya hidup (Style of Life).
Gaya hidup yang diikuti individu adalah kombinasi dari dua hal, yakni dorongan dari dalam
diri (the inner self driven) yang mengatur aarah perilaku, dan dorongan dari lingkungan yang
mungkin dapat menambah, atau menghambat arah dorongan dari dalam tadi. Dari dua
dorongan itu, yang terpenting adalah dorongan dalam diri (inner self) itu. Bahwa karena
peranan dalam diri ini, suatu peristiwa yang sama dapat ditafsirkan berbeda oleh dua orang
manusia yang mengalaminya. Dengan adanya dorongan dalam diri ini, manusia dapat
menafsirkan kekuatan-kekuatan di luar dirinya, bahkan memiliki kapasitas untuk menghindari
atau menyerangnya. Bagi Adler, manusia mempunyai kekuatan yang cukup, sekalipun tidak
sepenuhnya bebas, untuk mengatur kehidupannya sendiri secara wajar. Jadi dalam hal ini
Adler tidak menerima pandangan yang menyatakan bahwa manusia adalah produk dari
lingkungan sepenuhnya. Menurut Adler, justru jauh lebih banyak hal-hal yang muncul dan
berkembang dalam diri manusia yang mempengaruhi gaya hidupnya.
4. Prinsip Diri Kreatif (Creative Self Principle)
Diri yang kreatif adalah faktor yang sangat penting dalam kepribadian individu, sebab hal ini
dipandang sebagai penggerak utama, sebab pertama bagi semua tingkah laku. Dengan prinsip
ini Adler ingin menjelaskan bahwa manusia adalah seniman bagi dirinya. Ia lebih dari sekedar
produk lingkungan atau mahluk yang memiliki pembawaan khusus. Ia adalah yang
menafsirkan kehidupannya. Individu menciptakan struktur pembawaan, menafsirkan kesan
yang diterima dari lingkungan kehidupannya, mencari pengalaman yang baru untuk
memenuhi keinginan untuk superior, dan meramu semua itu sehingga tercipta diri yang
berbeda dari orang lain, yang mempunyai gaya hidup sendiri. namun diri kreatif ini adalah
tahapan di luar gaya hidup. Gaya hidup adalah bersifat mekanis dan kreatif, sedangkan diri
kreatif lebih dari itu. Ia asli, membuat sesuatu yang baru yang berbeda dari sebelumnya, yakni
kepribadian yang baru. Individu mencipta dirinya.
5. Prinsip Diri yang Sadar (Conscious Self Principle)
Kesadaran menurut Adler, adalah inti kepribadian individu. Meskipun tidak secara eksplisit
Adler mengatakan bahwa ia yakin akan kesadaran, namun secara eksplisit terkandung dalam
setiap karyanya. Adler merasa bahwa manusia menyadari segala hal yang dilakukannya setiap
hari, dan ia dapat menilainya sendiri. Meskipun kadang-kadang individu tak dapat hadir pada
peristiwa tertentu yang berhubungan dengan pengalaman masa lalu, tidak berarti Adler
mengabaikan kekuatan-kekuatan yang tersembunyi yang ditekannya. Manusia dengan tipe
otak yang dimilikinya dapat menampilkan banyak proses mental dalam satu waktu. Hal-hal
yang tidak tertangkap oleh kesadarannya pada suatu saat tertentu tak akan diperhatikan dan
diingat oleh individu. Ingatan adalah fungsi jiwa, yang seperti proses lainnya, tidak bekerja
secara efisien. Keadaan tidak efisien ini adalah akibat kondisi yang tidak sempurna pada
organ tubuh, khususnya otak. Adler tidak menerima konsep ambang sadar dan alam tak sadar
(preconsious dan uncounsious) Freud. Hal ini dianggap sebagai mistik. Ia merasa bahwa
manusia sangat sadar benar dengan apa yang dilakukannya, apa yang dicapainya, dan ia dapat
merencanakan dan mengarahkan perilaku ke arah tujuan yang dipilihnya secara sadar.

14
6. Prinsip Tujuan Semu (Fictional Goals Principle)

Meskipun Adler mangakui bahwa masa lalu adalah penting, namun ia mengganggap bahwa
yang terpenting adalah masa depan. Yang terpenting bukan apa yang telah individu lakukan,
melainkan apa yang akan individu lakukan dengan diri kreatifnya itu pada saat tertentu.
Dikatakannya, tujuan akhir manusia akan dapat menerangkan perilaku manusia itu sendiri.
Misalkan, seorang mahasiswa yang akan masuk perguruan tinggi bukanlah didukung oleh
prestasinya ketika di Sekolah Dasar atau Sekolah Menengah, melainkan tujuannya mencapai
gelar tersebut. usaha mengikuti setiap tingkat pendidikan adalah bentuk tujuan semunya,
sebab kedua hal tidak menunjukkan sesuatu yang nyata, melainkan hanya perangkat semu
yang menyajikan tujuan yang lebih besar dari tujuan-tujuan yang lebih jauh pada masa
datang. Dengan kata lain, tujuan yang dirumuskan individu adalah semua karena dibuat amat
ideal untuk diperjuangkan sehingga mungkin saja tidak dapat direalisasikan. Tujuan
fiksional atau semu ini tak dapat dipisahkan dari gaya hidup dan diri kreatif. Manusia
bergerak ke arah superioritas melalui gaya hidup dan diri kreatifnya yang berawal dari
perasaan rendah diri dan selalu ditarik oleh tujuan semu tadi. Tujuan semu yang dimaksud
oleh Adler ialah pelaksanaan kekuatan-kekuatan tingkah laku manusia. Melalui diri
keratifnya manusia dapat membuat tujuan semu dari kemampuan yang nyata ada dan
pengalaman pribadinya. Kepribadian manusia sepenuhnya sadar akan tujuan semu dan
selanjutnya menafsirkan apa yang terjadi sehari-hari dalam hidupnya dalam kaitannya
dengan tujuan semu tersebut.

7. Prinsip Minat Sosial (Social Interest Principle)


Setelah melampaui proses evolusi tentang dorongan utama perilaku individu, Adler
menyatakan pula bahwa manusia memiliki minat sosial. Bahwa manusia dilahirkan
dikaruniai minat sosial yang bersifat universal. Kebutuhan ini terwujud dalam komunikasi
dengan orang lain, yang pada masa bayi mulai berkembang melalui komunikasi anak dengan
orang tua. Proses sosialisasi membutuhkan waktu banyak dan usaha yang berkelanjutan.
Dimulai pada lingkungan keluarga, kemudian pada usia 4-5 tahun dilanjutkan pada
lingkungan pendidikan dasar dimana anak mulai mengidentifikasi kelompok sosialnya.
Individu diarahkan untuk memelihara dan memperkuat perasaan minat sosialnya ini dan
meningkatkan kepedulian pada orang lain. Melalui empati, individu dapat belajar apa yang
dirasakan orang lain sebagai kelemahannya dan mencoba memberi bantuan kepadanya.
Individu juga belajar untuk melatih munculnya perasaan superior sehingga jika saatnya tiba,
ia dapat mengendalikannya. Prosesproses ini akan dapat memperkaya perasaan superior dan
memperkuat minat sosial yang mulai dikembangkannya.
Dikarenakan manusia tidak sepenuhnya dapat mencapai superioritas, individu tetap memiliki
perasaan ketidakmampuan. Namun individupun yakin bahwa masyarakat yang kuat dan
sempurna akan dapat membantunya mencapai pemenuhan perasaan superior. Gaya hidup
dan diri kreatif melebur dalam prinsip minat sosial yang pada akhirnya terwujud tingkah
laku yang ditampilkan secara keseluruhan.

15
C. IMPLEMENTASI TEORI PSIKOANALIS DAN PSIKOLOGI INDIVIDUAL
Pada perkembangannya teori psikoanalisis banyak diimplementasikan dalam dunia
pendidikan. Beberapa di antaranya diurai pada jabaran berikut ini.
a) berbicara tentang konsep kecemasan yang dikemukakan oleh Freud, tentu saja
berkaitan pula dengan proses pendidikan. Kecemasan merupakan fungsi ego untuk
memperingatkan individu tentang kemungkinan suatu bahaya sehingga dapat
disiapkan reaksi adaptif yang sesuai. Dalam pendidikan, konsep kecemasan pada tiap
individu dapat diolah dan dikembangkan oleh para pengajar/konselor demi kebaikan
peserta didik. Dengan kosep ini pula, peserta didik dibantu untuk menghargai diri dan
oran lain serta lingkungannya. Dengan kata lain, konsep kecemasan diarahkan ke
pendidikan ranah afektif atau karakternya
b) dalam ranah yang lebih luas, teori psikoanalisis juga digunakan pada proses
pendidikan yang berbasis kecerdasan majemuk. Setiap individu memiliki kecerdasan
yang berbeda-beda. Tidak akan ada dua pribadi berbeda walaupun anak kembar
memiliki kecerdasan yang sama. Kecerdasan bukanlah berpatokan pada angka-angka
yang berkaitan dengan IQ. Menurut Garner, ada beberapa kecerdasan yang ada pada
manusia, yaitu kecerdasan matematik, linguistik, kinestetik, visual-spasial, musik,
intra-personal, inter-personal, naturalistik, dan eksistensial. Sebuah pendidikan
seharusnya menjembatani setiap kecerdasan yang dimiliki oleh peserta didik.
Mengembangkan bakat dan minat sesuai dengan kebutuhannya tentu sejalan dengan
teori Freud yang menyebut bahwa manusia sebagai makhluk yang memiliki keinginan
dan kebutuhan dasar.
c) konsep psikoanalisis yang menyatakan bahwa manusia merupakan makhluk yang
memiliki kebutuhan dan keinginan dasar. Dengan konsep ini, pengajar dapat

16
mengimplementasikannya ke dunia pendidikan. Berbagai elemen dalam pendidikan
dapat dikembangkan dengan berbasis pada konsep ini. Kurikulum atau perangkat
pembelajaran misalnya, pendidik harus melakukan berbagai analisis kebutuhan dan
tujuan agar apa yang diajarkannya nanti sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan
peserta didik. Hal ini sudah lumrah digunakan dalam berbagai proses pendidikan dan
penelitian pengembangan.
d) berkaitan dengan agresivitas siswa, seorang pendidik harus mampu mengontrol dan
mengatur sikap ini agar terarah menjadi lebih positif. Agresivitas dalam ilmu psikologi
merupakan wahana bagi siswa untuk memuaskan keinginannya yang cenderung ke
arah merusak, mengganggu, atau menyakiti orang lain. Dengan kata lain agresivitas
merupakan ungkapan perasaan frustasi yang tidak tepat. Dalam hal ini, penyebab
munculnya tindakan agresivitas dapat berupa penilaian negatif atau kata-kata yang
menyakitkan. Jika siswa melakukan kesalahan, tidak selayaknya dihukum dengan
kata-kata kasar atau hukuman lain yang justru akan melukai secara psikologis.
Treatment-nya terhadap kasus ini dapat dilakukan dengan penjajakan secara personal,
memberi sugesti dan wejangan, tidak memberi hukuman tetapi memberi semacam
kebebasan dalam bertanggung jawab, dan membantunya dalam berinteraksi dengan
lingkungan sekitar.
e) perlunya pendidikan inklusif di semua strata pendidikan. Pendidikan inklusif
merupakan pendidikan yang tidak boleh membeda-bedakan terhadap peserta didik.
Dalam hal ini, sekolah harus mau menampung dan menerima siswa-siswa yang
memiliki kebutuhan khusus. Secara psikologis, anak yang memiliki kekurangan
semacam ini akan mengalami krisis kepercayaan diri atau minder. Untuk mengurangi
dan menghilangkan rasa minder tersebut, sekolah harus menerima ketunaan tersebut
tanpa merasa sebagai bagian yang terpisah dari masyarakat. Dengan pendidikan
inklusif, permasalahan ini diharapkan dapat membantu bagi anak-anak yang memiliki
keterbatasan.
f) konsep psikoanalisis yang diterapkan dalam pendidikan adalah pendidikan yang
bermuara pada penciptaan kreativitas peserta didik. Saat ini kita berada pada era
revolusi teknologi informasi. Pada era ini, setiap manusia dituntut memiliki kreativitas
yang orisinil dan terbaik. Orang-orang yang sukses pada masa ini adalah orang-orang

17
yang memiliki kreativitas tanpa batas. Tengoklah seperti pendiri facebook, android,
samsung, dan lain-lain. Mereka eksis dan sukses mencapai puncak kejayaan karena
memiliki inovasi dan kreativitas yang mumpuni. Menurut Freud, kreativitas
merupakan bagian dari kepribadian yang didorong untuk menjadi kreatif jika memang
mereka tidak dapat memenuhi kebutuhansekssual secara langsung. Berhubung
kebutuhannya tidak terpenuhi maka terjadilah sublimasi dan akhirnya muncullah
imajinasi.

Pengaplikasian dari psikology individual ada 4 wilayah:

 Konstelasi keluarga

Adler hampir selalu menanyakan pasien konstelasi keluarga mereka, yaitu urutan
kelahiran mereka, jenis kelamin saudara- saudara kandung mereka, dan perbedaan usia
diantara mereka. Adler menemukan sejumlah hipotesis mengenai kelehiran ini.

Anak sulung, menurut adler (1931), biasanya susah sekali memiliki perasaan yang luas
terhadap kekuasaan dan keunggulan, rasa cemas yang tinggi, dan kecenderungan
menjadi terlalu protektif. Anak-anak sulung menempati posisi unik, menjadi satu-
satunya anak yang dimiliki untuk beberapa waktu, dan kemudian mengalami
pembuangan ( dethronement) traumatis ketika adiknya lahir.

Anak kedua, menurut adler anak yang lahir di tengah-tengajh memulai hidup dalam
situasi yang lebih baik untuk mengembangkan kerjasama dan kepribadian sosial.
Anak-anak yang lahir di tenagah-tengah menjadi dewasa dalam persaingan yang
moderat, memiliki hasrat yang sehat untuk mengalahkan persaingannya yang lebih tua.
Jika sejumlah keberhasilan dicapai, si anak akan mengembangkan sebuah sikap yang
revolusioner dan merasakan bahwa otoritas apapun bisa ditantang.

Anak bungsu,menurut adler, sering kali merasa dimanjakan dan, akibatnya,


menghadapi resiko tinggi terhadap masalah-masalah kanak-kanaknya. Mereka serinng
memiliki perasaan inferioritas yang kuat dan kekurangan rasa kemandirian. Namun

18
begitu, mereka memiliki banyak keungan. Mereka sering kali sangat termotivasi untuk
menjadi pelari tercepat, musisi terbaik, atlet paling berbakat atau siswa yang pandai.

Anak tunggal, anak tunggal memiliki posisi unik untuk berkompetisi, bukan terhadap
kakak-kakaknya, melainkan terhadap ayah ibunya. Dengan hidup didunia orang
dewasa, mereka sering kali mengembangkan perasaan unggul yang berlebih-lebihan
dan konsep diri yang dibesar-besarkan. Hanya anak tunggal yang dapat mengalami
hambatan bagi pertumbuhan perasaan kerjasama dan kepedulian sosial, memiliki sikap
parasitik, dan mengharapkan orang lain terus melindungi mereka.

 Rekoleksi-rekoleksi awal

Adler (1929/ 1969,1931) menekankan bahwa rekoluksi-rekoluksi awal selalu


konsisten dengan gaya hidup sekarang dan bahwa subyektif mereka terhadap
pengalaman-pengalaman ini menghasilkan sejumlah petunjuk untuk memahami tujuan
akhir maupun gaia hidup mereka saat ini. Salah satu rekoleksi adler yang paling awal
adalah kontras besar antara kesehatan prima kakaknya sigmud adler, dan kondisi
dirinya yang selalu sakit-sakitan.Rekoleksi-rekoleksi mengenai pengalaman awal
dibentuk oleh gaya hidup saat ini.

 Mimpi-mimpi

Walaupun mimpi tidak dapat meramalkan masa depan namun, mereka dapat
menyediakan petunjuk untuk memecahkan masalah di depan. Namun begitu, mimpi
sering kali tidak ingin memecahkan masalah dengan cara yang produktif. Adler
menginterpretasikan mimpi ini bahwa dia harus memadatkan keberaniannya untuk
menjelajahi dunia baru dan memutuskan ikatan-ikatan dengan dunia lama.Meskipan
adler percaya bahwa dia dapat menginterpretasikan dengan mudah mimpi ini, dia
yakin bahwa kebanyakan mimpi menipu diri sendiri dan tidak mudah dipahami bahkan
oleh mimpi sendiri.
 Psikoterapi

Teori adlerian mempostulasikan bahwa psikopatologi berasal dari kekurang beranian,


perasaan inveripritas yang berlebih-lebihan, dan kepedulian sosial yang tidak
berkembang penuh. Karena itu, tujuan utama psikoterapi adlerian adalah

19
meningkatkan keberanian, merugikan perasaan inverioritas yang berlebihan, dan 
memperbesar kepedulian sosial. Adler menemukan metode terapi yang unik bagi anak-
anak bermasalah dengan menangani mereka langsung di hadapan orang tua, guru, dan
pekerja medis professional.

D. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN TEORI FREUD DAN ADLER


A. Kelebihan dan kekurangan Teori Psikoanalisis
Teori psikoanalisis yang digunakan dalam menghadapi permasalahan seorang pasien
tentu memiliki nilai positif dalam kaitannya dengan kelebihan dan kekurangan teori
psikoanalisis dari teknik teknik yang digunakan. Berikut beberapa kelebihan dari teori
psikoanalisis yang harus dipahami dengan baik diantaranya seperti :
1. Membantu untuk menjadikan individu percaya akan kemampuan dirinya yang selama
ini tidak disadari dengan baik. Dengan teknik dalam teori psikoanalisis, seseorang
akan mampu menemukan kemampuan dirinya dalam menyelesaikan masalah yang
ada.
2. Mampu menggabungkan teknik teknik dalam psikoterapi dengan teori psikologi
kepribadian.
3. Dapat memahami kehidupan psikologi seorang individu dan memahami lebih dalah
mengenai sifat manusia.
4. Membantu mengatasi kecemasan melalui analisa terhadap mimpi, resistensi, dan
transferensi.
5. Konselor dapat memiliki kerangka konseptual yang jelas dalam memahami tingkah
laku dan mengetahui fungsi dari simptomatologi.
6. Teori psikoanalisis mengajarkan sangat pentingnya masa kanak kanak dalam
perkembangan kepribadian seseorang.
Kekurangan Teori Psikoanalisis
Seperti halnya dengan teori lainnya dalam psikologi, teori psikoanalisis yang cukup
populer digunakan oleh para konselor juga memiliki nilai negatif yang harus dipahami
dengan baik agar dapat mengatasinya. Berikuti beberapa contoh kelebihan yang dimiliki
oleh teori psikoanalisis dalam penjelasan di bawah ini.

20
1. Teknik dan penekanan yang dilakukan terkadang terlalu merendahkan martabat
manusia meskipun tidak selalu disadari dengan baik.
2. Terlalu menekankan pada masa lalu sehingga seolah olah tanggung jawab individu
menjadi berkurang meskipun maksudnya tidak demikian.
3. Perilaku seseorang ditentukan oleh Energi psikis adalah teori yang maish meragukan
dan kerap kali psikoanalisis meminimalkan rasional.
4. Efisiensi waktu yang biaya yang kurang baik jika teori psikoanalisis di terapkan. Hal
ini dikarenakan untuk mengali masa lalu dan membantu pasien menemukan
kemampuan dirinya tidaklah cukup dengan hanya satu atau dua kali pertemuan saja
melainkan lebih dari itu.
5. Dapat menimbulkan kebosanan dan kelelahan pada pasien karena proses yang cukup
panjang dan tidak segera menemukan keinginan yang diharapkan.
Itulah beberapa penjelasan mengenai kelebihan dan kekurangan teori psikoanalsis yang
perlu diperhatikan dengan baik sebagai salah satu bentuk teori yang berkembang di dunia
psikologi dan digunakan hingga saat ini. Dengan mengetahui penjelasan diatas, maka ada
upaya untuk memaksimalkan potensi yang ada dan mencegah kekurangan dari teori
psikoanalisis.

B. Kelebihan dan Kekurangan Psikologi Individual


a) Keyakinan yang optimistis bahwa setiap orang dapat berubah untuk mencapai sesuatu
ke arah evolus manusia bersifat positif.
b) Penekanan hubungan konseling sebagai suatu media untuk mengubah klien.
c) Menekan bahwa masyarakat tidak sakit atau salah akan tetapi manusianya yang sakit
atau salah.
d) Menekan bahwa kekuatan sebagai pusat pendorong prilaku.
e) Gagasan ini banyakmempengaruhi pendekatan – pendekatan lain.
f) Berorientasi humanistic.
g) Tingkah lakunya berarah tujuan.
h) Lebih menekankan pada asepek – aspek psikologis sosial.
i) Dasarnya dirancang dalam latar belakang kelompok.
j) Konsep – konsep dasar dan prosedur serta terapnya mudah diikuti.

21
k) Modelnya dibangun dengan lebih memperdulikan kesesuaiannya untuk menangani
orang – orang normal yang bermasalah dari pada terhadap orang – orang yang
menderita psikosa.

Kekurangan Teori Psikologi Individual :

1. Terlalu banyak menekankan pada tinjauan intelektual dalam upaya perubahan.

2. Penekanan yang berlebihan pada pengalaman nilai, minat subjektif sebagai penentu
prilaku

3. Meminimalkan factor biologis dan riwayat masa lalu.

4. Terlalu banyak menekan kan tanggung jawab pada ketrampilan diagnostik konselor.

5. Dari segi presesi kemungkinan untuk di tes dan validitas empiriknya pada pendekatan
ini lemah (kurang teliti).

6. Ada kecenderungan untuk menyederhanakan secara berlebihan terhadap beberapa


masalah manusia yang kompleks.

E. KRITIK TERHADAP SIGMUND FREUD DAN ALFRED ADLER


Teori Psikoanalisa Freud telah melahirkan banyak “kontroversi” yang terjadi di ilmu
psikologi sendiri. Banyak tokoh yang pro dan kontra terhadap teori psikoanalisa Freud.
Hal ini menimbulkan sikap kritis para pendukung setia terhadap psikoanalisa Freud,
dengan membuat teori-teori yang baru tetapi tetap memakai asas dasarnya psikoanalisa.
Banyak tokoh yang bertentangan dengan teori Freud, sejumlah tokoh psikologi yang
semula berkarier di lini psikoanalisis, seperti Carl Jung dan Alfred Adler, menarik diri
dari perspektif psikoanalisisnya Freud.

Mereka menganggap Freud terlalu pesimis dengan kesehatan mental manusia, karena
filsafat manusianya yang bercorak pesakitan. Jung dan Adler kemudian menciptakan
gerakan baru yang disebut psikologi individual dengan membuat pendasaran teoretis
yang lebih optimistik terhadap kesehatan mental manusia.

22
Tokoh lain yang kritis terhadap psikoanalisis Freud adalah Heinz Kohut. Kohut
mengkritik konsep narsisme Freud y semata-mata dimaknai sebagai kondisi negatif yang
merugikan. Freud.

Menurut Kohut, berambisi menghilangkan narsisme, namun teorinya yang menganggap


bahwa narsisme selalu eksis dalam setiap fase perkembangan manusia membuat Freud
terjebak dalam situasi yang membingungkan..

Jelas sangat mustahil membayangkan individu tumbuh menjadi pribadi sehat ketika cara
pandang yang digunakan hanya mampu melihat sisi-sisi buruknya saja.

Kohut berpendapat bahwa dalam kondisi-kondisi tertentu, narsisme dapat dianggap


normal. Kohut melihat narsisme, atau cinta diri, atau cinta objek, tidak berada dalam
garis lurus, namun melihatnya sebagai dua jalur perkembangan yang berbeda dan tetap
eksis seumur hidup, di mana masing masing memiliki karakteristik dan patologinya
sendiri-sendiri.
Kohut memberikan penekanan pada aspek yang sehat dari narsisme, melihat fenomena-
fenomena seperti cinta orang tua terhadap anaknya, kegembiraan anak terhadap dirinya
sendiri dan dunianya, serta harapan-harapan, aspirasi, ambisi, dan tujuan-tujuan normal
sebagai aspek-aspek yang termasuk dalam narsisme positif.

Kritik Terhadap Alfred Adler


Adler mengakui adanya konflik-konflik bawah sadar, dan lebih pada penciptaan
lingkungan sosial yang melaluinya konflik-konflik ini dapat berjalan dengan sendirinya
secara alami.
Tiga dari ide-idenya yang dijalin ke dalam struktur budaya kita dan yang sedikit dia
hargai adalah pentingnya urutan kelahiran, kompleks inferioritas, dan keinginan bawaan
untuk memiliki kekuasaan dalam hierarkis seseorang.
Kompleks inferioritas Adler telah diilhami oleh konsep pengebirian Freud, dan saya
menduga Adler "meminjam" dari konsep mentornya yang agresif dan agresif (Adler
dianggap sebagai bagian dari "lingkaran dalam" Freud sejak awal) kemudian diperluas ke

23
termasuk domain sosial politik. Hari ini kita di sini kata-kata seperti "kompensasi
perilaku" ketika komunikasi menjadi buatan karena membuat inferioritas yang belum
terselesaikan, yang sering dianggap sebagai sosiopolitik daripada seksual. Ini pasti
Adlerian.
orang-orang dari Freudian, persuasi psikoanalitik mungkin perhatian pada reformulasi
yang jelas menarik dari kecemasan pengebirian Freud ke perasaan rendah diri secara
umum yang harus kita semua atasi karena periode dan ketidakberdayaan yang panjang
yang dialami selama masa bayi dan masa kanak-kanak. . Sementara perasaan ini akan
terlepas dari psikodinamika tertentu dan masalah Oedipal, orang juga dapat mengatakan
bahwa pertanyaan Oedipal dipermudah dalam prosesnya. Hasil, konflik bawah sadar
spesifik yang mempengaruhi pengelolaan agresi dan seksualitas dapat diabaikan.

BAB 3

KESIMPULAN

Psikoanalisis merupakan teori yang dikembangkan oleh Sigmund Freud dalam


menganalisis psikologis manusia. Menurutnya, tingkah laku manusia justru didominasi
oleh alam bawah sadar yang berisi id, ego, dan super ego. Beberapa karya besar Freud
yang banyak mendapat kritik dan tanggapan dari para ahli, yaitu teori mimpi dan teori
tentang seksualitas. Dalam pendidikan, konsep psikoanalisis juga diaplikasikan ke
dalamnya. Artinya, Pendidikan juga perlu mempertimbangkan konsep-konsep
psikoanalisis dalam mengembangkan dan mendidik siswanya. Salah satunya dengan
memperhatikan konsep dari psikoanalisis yang menyatakan bahwa manusia merupakan
makhluk yang memiliki keinginan dan kebutuhan dasar. Hal lain yang diterapkan dalam
proses pendidikan adalah dengan menggunakan berbagai pendekatan dalam proses
bimbingan kepada para siswa. Dibutuhkan pendekatan secara personal dalam menangani
peserta didik yang memiliki sikap agresif yang berlebihan. Hal lainnya juga terlihat
dalam proses pendidikan inklusif dan pendidikan kreatif. Kedua jenis pendidikan ini
mengadopsi konsep-konsep psikoanalisis dalam mengembangkan peserta didiknya.

Alfred Adler merupakan seorang yang dibesarkan pada kota yang sama, situasi dan
kondisi yang sama, dan lapangan kerja yang sama dengan Sigmund Freud, bahkan ia

24
awalnya merupakan pengikut setia aliran Freud. Akan tetapi berkat belajar dari
pengalamannya dalam menangani pasien, menjadikan ia seorang yang sama terkenalnya
dengan gurunya Freud. Walaupun dari substansi teorinya memiliki kontradiksi yang
cukup tajam, bahkan perbedaan ini memisahkan hubungan keduannya. Berefleksi dari
pengalaman menangani dan mengamati perilaku pasiennya, ia dengan sistematis dan
berangsur-angsur mematahkan pendapat Freud tentang perilaku manusia. Berbeda dengan
Freud, Adler mempunyai nilai lebih dalam teorinya, yang kami kira mampu menarik
banyak simpati kalangan praktisi psikologi waktu itu. Dimana ia menilai manusia sebagai
mahluk yang memiliki “power” untuk dapat hidup, walaupun hal itu digambarkan sebagai
suatu kompensasi dalam menyembunyikan dan menghilangkan segala kekurangan dalam
dirinya. Pendapat ini sepertinya memberikan “pencerahan baru” bagi dunia psikologi
yang pada saat itu terdominasi dengan “naluri sexual-nya Freud. Teori psikologi
individual Adler ini, memang lebih banyak berupaya menyadarkan manusia, bahwa ia
merupakan mahluk yang berdaya dan memiliki rasa sosial yang dalam, sehingga itu
pulalah ia dapat “survive” dalam menjalani hidup. Teori ini pula, memiliki kekuatan
dalam hal memprediksi perilaku manusia melalui tujuan semu atau akhir dari perilaku
yang diperbuatnya, sebagai tujuan akhir yang merupakan gambaran dari diri manusia
tersebut. hal ini sangat menarik karena merupakan pandangan yang kami kira sangat
positif dan futureristik, dan hal ini tentunya dapat membangkitkan semangat dan gaya
hidup manusia dalam melakukan aktivitas.

25
Daftar Pustaka

file:///C:/Users/nim/Downloads/PSIKOLOGI_INDIVIDUAL_ALFRED_ADLER.pdf

https://www.academia.edu/32047686/
TEORI_KEPRIBADIAN_ADLER_PSIKOLOGI_INDIVIDUAL_RESUME_TEORI_KEP
RIBADIAN_ADLER_PSIKOLOGI_INDIVIDUAL

https://www.gramedia.com/best-seller/biografi-sigmund-freud/

https://gunabraham.com/alfred-adler-2/

https://dosenpsikologi.com/kelebihan-dan-kekurangan-teori-psikoanalisis

http://psychoshare16.blogspot.com/2016/07/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html

https://sugithewae.wordpress.com/2012/05/05/teori-psikologi-individu-adler/

https://www.bogortimes.com/opini/pr-1101592407/sigmund-freud-pakar-psikoanalisis-
yang-di-kritik-muridnya-sendiri-erich-fromm?page=2

26
27

Anda mungkin juga menyukai