Anda di halaman 1dari 73

MAKALAH PSIKOLOGI KEPRIBADIAN

TEORI KEPRIBADIAN MENURUT TOKOH PSIKOANALISA

Disusun oleh

Kelompok 1

 Adicka Putri Nadhira Haffiyan (20190810050)


 Laelatul Ilmah (20190810057)
 Khoifulloh Aprilianto (20190810065)
 Christie Andrianto (20190810072)
 Khanza Zhafina Santieta (20190810079)

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS HANG TUAH SURABAYA

2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-
natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu
berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas pertemuan ke-9 dari mata kuliah Psikologi Kepribadian
dengan judul “TEORI KEPRIBADIAN MENURUT TOKOH PSIKOANALISA”.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Surabaya, 26 Oktober 2020

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................ii

DAFTAR ISI.......................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................4

A. Latar Belakang........................................................................................4

B. Rumusan Masalah...................................................................................4

C. Tujuan.....................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................5

A. Teori Sigmund Freud..............................................................................5

B. Teori Alfred Adler..................................................................................12

C. Teori Karen Horney................................................................................31

D. Teori Erich Fromm.................................................................................13

E. Teori Harry Stack Sullivan......................................................................18

BAB III KESIMPULAN...........................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................20

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Teori psikoanalisis merupakan teori yang berusaha untuk menjelaskan tentang
hakikat dan perkembangan kepribadian manusia. Unsur-unsur yang diutamakan dalam
teori ini adalah motivasi, emosi dan aspek-aspek internal lainnya. Teori ini
mengasumsikan bahwa kepribadian berkembang ketika terjadi konflik-konflik dari aspek-
aspek psikologis tersebut, yang pada umumnya terjadi pada anak-anak atau usia dini.
Psikoanalisis memiliki banyak hal untuk ditawarkan kepada pendidikan. Hubungan di
antara mereka seperti sebuah perkawinan di mana kedua pasangan sadar akan kebutuhan
bersama mereka, tapi tidak terlalu mengerti satu sama lain dan karena juga tidak mengerti
akan namanya menyatu. Jadi tujuantujuan pendidikan yang dinyatakan berdasarkan
analisis psikoanalisis adalah memberi tuntunan bagi pendidik dan anak didik tentang apa
yang hendak dicapai, kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan, dan tentang kemajuan
yang dicapai oleh anak didik
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana teori kepribadian menurut Sigmund Freud?
2. Bagaimana teori kepribadian menurut Alfred Adler?
3. Bagaimana teori kepribadian menurut Karen Horney?
4. Bagaimana teori kepribadian menurut Erich Fromm?
5. Bagaimana teori kepribadian menurut Harry Stack Sullivan?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui teori kepribadian menurut Sigmund Freud.
2. Untuk mengetahui teori kepribadian menurut Alfred Adler.
3. Untuk mengetahui teori kepribadian menurut Karen Horney.
4. Untuk mengetahui teori kepribadian menurut Erich Fromm.
5. Untuk mengetahui teori kepribadian menurut Harry Stack Sullivan.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Teori Sigmund Freud

A. Biografi Tokoh

Sigmund Freud, lahir di kota kecil Freiberg, Moravia  6 Mei 1856.


Ayahnya adalah seorang pedagang wol dengan pemikiran yang maju
dan selera humor yang baik. Ibunya, seorang wanita yang aktif dan
merupakan istri kedua Ayahnya dengan usia 20 tahun lebih muda. Pada saat ia berusia 4
atau 5 tahun, keluarganya pindah ke Wina, dimana dia menghabiskan sebagian besar
hidupnya. Sebagai anak cerdas dan selalu mendapat nilai tertinggi di kelasnya, dia
melanjutkan pendidikan ke fakultas kedokteran di Universitas Wina tahun 1881. Semasa
kuliah, dia terlibat dalam berbagai penelitian di bawah arahan profesor fisiologis bernama
Brucke.

Freud adalah seorang yang sangat teliti dalam melakukan riset. Dimana fokus utamanya
adalah , dia pernah mencoba menciptkan teknik khusus untuk merangsang sel otak.
Brucke juga membantunya mendapatkan kesempatan melanjutkan pendidikannya.
Pertama, dengan psikiatris terkenal Chacot di Paris, kemudian dengan lawan Brucke,
Bernheim di Nancy. Kedua ahli ini sedang mendalami metode hipnotis untuk pengidap
histeria.

Setelah beberapa lama membuka praktik neurologi dan menjadi direktur sebuah taman
kanak-kanak di Berlin, dia kembali ke Wina. Di sana, dia mulai membuka praktik
neuropsikiatri dengan bantuan Joseph Breuer.
Feud juga seorang penulis yang sangat produktif, menerbitkan lebih dari 320 buku,
artikel dan esai. Dari sekian banyak karyanya, Freud menjelaskan “The Interpretation of
Dreams” sebagai favorit pribadinya juga memiliki kontribusi paling signifikan untuk
memahami pemikiran manusia. Buku tersebut merupakan buku yang berisi dasar-dasar
teori dan ide yang membentuk psikoanalisis. Pada tahun 1902, Freud membuat diskusi

5
mingguan di rumahnya di Wina. Pertemuan-pertemuan informal yang akhirnya tumbuh
menjadi Vienna Psychoanalytic Society.

Sementara banyak dari teori-teori Freud dikritik atau ditolak langsung oleh psikoterapis
hari ini, banyak dari mereka masih menggunakan metode psikoanalis Freud, yakni
“Terapi Bicara” (Talk Therapy). Terapi bicara memainkan peran utama dalam terapi
psikoanalitik dan telah menjadi bagian penting dari banyak teknik terapi yang
berkembang saat ini. Menggunakan terapi bicara, seorang terapist mencari pola atau
peristiwa penting yang mungkin memainkan peran dalam masalah-masalah yang
dihadapi seorang klien. Psikoanalisis percaya bahwa pengalaman masa kecil dan
perasaan bawah sadar, pikiran dan motivasi berperan dalam kesehatan mental dan
perilaku maladaptif pada manusia.

Freud adalah seorang perokok cerutu berat sepanjang hidupnya. Hal itu menyebabkan
dirinya mengidap kanker mulut. Pada tahun 1939, setelah operasi kanker yang ke sekian
kalinya, Freud meminta dokter untuk membantu dia melakukan bunuh diri. Dokter
memberikan tiga kali dosis morfin dan Freud akhirnya meninggal pada 23 September
1939.

Riset dan analisis oleh Vizcardine Audinovic

B. Psikoanalisis Sigmund Freud

Psikoanalisis adalah cabang ilmu yang dikembangkan oleh Sigmund Freud dan
para pengikutnya, sebagai studi fungsi dan perilaku psikologis manusia. Pada mulanya
istilah psikoanalisis hanya dipergunakan dalam hubungan dengan Freud saja, sehingga
“psikoanalisis” dan “psikoanalisis Freud” sama artinya. Bila beberapa pengikut Freud
dikemudian hari menyimpang dari ajarannya dan menempuh jalan sendiri-sendiri, mereka
juga meninggalkan istilah psikoanalisis dan memilih suatu nama baru untuk menunjukan
ajaran mereka.

Psikoanalisis memiliki tiga penerapan:

6
1. suatu metode penelitian dari pikiran.

2. suatu ilmu pengetahuan sistematis mengenai perilaku manusia.

3. suatu metode perlakuan terhadap penyakit psikologis atau emosional.

Teori Psikoanalisis dikembangkan oleh Sigmund Freud. Psikoanalisis dapat


dipandang sebagai teknik terapi dan sebagai aliran psikologi. Sebagai aliran psikologi,
psikoanalisis banyak berbicara mengenai kepribadian, khususnya dari segi struktur,
dinamika, dan perkembangannya.

C. Struktur Kepribadian Menurut Freud,

Kehidupan jiwa memiliki tiga tingkat kesadaran, yaitu sadar (conscious), prasadar
(preconscious), dan tak sadar (unconscious). Sampai dengan tahun 1920an, teori tentang
konflik kejiwaan hanya melibatkan ketiga unsur tersebut. Baru pada tahun 1923 Freud
mengenalkan tiga model struktural yang lain, yaitu das Es, das Ich, dan das Ueber Ich.
Struktur baru ini tidak mengganti struktur lama, tetapi melengkapi gambaran mental
terutama dalam fungsi dan tujuannya (Awisol, 2005:17) Freud berpendapat bahwa
kepribadian merupakan suatu sistem yang terdiri dari 3 unsur, yaitu das Es, das Ich, dan
das Ueber Ich (dalam bahasa Inggris dinyatakan dengan the Id, the Ego, dan the Super
Ego), yang masing memiliki asal, aspek, fungsi, prinsip operasi, dan perlengkapan
sendiri.

D. Dinamika Kepribadian

Dinamika kepribadian, menurut Freud, adalah bagaimana energi psikis


didistribusikan dan dipergunakan oleh das Es, das Ich, dan das Ueber Ich. Freud
menyatakan bahwa energi yang ada pada individu berasal dari sumber yang sama yaitu
makanan yang dikonsumsi. Bahwa energi manusia dibedakan hanya dari penggunaannya,
energi untuk aktivitas fisik disebut energi fisik, dan energi yang dunakan untuk aktivitas
psikis disebut energi psikis. Freud menyatakan bahwa pada mulanya yang memiliki
energi hanyalah das Es saja. Melalui mekanisme yang oleh Freud disebut identifikasi,
energi tersebut diberikan oleh das Es kepada das Ich dan das Ueber Ich.

1. Insting Sebagai Energi Psikis

7
Insting adalah perwujudan psikologik dari kebutuhan tubuh van menuntut
pemuasan. Misalnya, insting lapar berasal dari kebutuhan tubuh yang
kekurangan nutrisi, dan secara jiwani mewujud dalam bentuk keinginan
makan. Hasrat, atau motivasi, atau dorongan dari insting secara kuantitatif
adalah enerji psikik, dan kumpulan enerji dari seluruh insting yang
dimiliki seseorang merupakan enerji yang tersedia untuk menggerakkan
proses kepribadian. Energi insting dapat dijelaskan dari:

a. Sumber insting: adalah kondisi jasmaniah atau kebutuhan. Tubuh


menuntut keadaan yang seimbang terus menerus, dan kekurangan
nutrisi misalnya akan mengganggu keseimbangan sehingga
memunculkan insting lapar.

b. Tujuan insting: berkaitan dengan sumber insting, yakni kembali


memperoleh keseimbangan, misalnya dengan mencukupi
kekurangan nutrisi. Seperti sumber insting, tujuan insting juga
bersifat konstan. Konsep Freud memandang insting sebagai
pemicu tegangan, dan id ego-superego bekerja untuk mereduksi
tegangan itu. Jadi tujuan insting pada dasarnya bersifat regressive
(kembali asal); berusaha kembali ke keadaan tenang seperti
sebelum munculnya insting. Tujuan insting juga bersifat
konservatif, mempertahankan keseimbangan organisme dengan
menghilangkan stimulasi-stimulasi yang mengganggu. Sumber dan
tujuan yang konstan, bisa menimbulkan pengulangan tingkahlaku;
dimulai dari timbul rangsangan sampai peredaan tegangan. Kalau
pengulangan menjadi irasional, tanpa dapat dicegah oleh
kesadaran, menjadi gejala neurotik kompulsi repetisi (repetition
compulsion).

c. Obyek insting: adalah segala sesuatu yang menjembatani antara


kebutuhan yang timbul dengan pemenuhannya. Obyek insting
lapar bukan hanya makanan, tetapi meliputi kegiatan mencari
uang, membeli makanan dan menyajikan makanan itu. Berbeda

8
dengan sumber dan tujuan insting yang konstan, obyek insting atau
cara orang memuaskan kebutuhannya ternyata berubah-ubah
sepanjang waktu. Energi insting itu dapat dipindahkan
(displacement) dari objek asli ke objek lain yang tersedia untuk
mereduksi tegangan. Apabila pemindahan menjadi permanen
(sehingga obyeknya bukan lagi obyek asli yang ditentukan dari
lahir), maka proses itu disebut derivatif insting (instinct
derivative). Displacement dan derivative instict inilah yang
menjadi sumber plastisitas dan keanekaragaman tingkahlaku
manusia.

d. Daya dorong insting: kekuatan/intensitas keinginan berbeda-beda


setiap waktu. Insting lapar dari orang yang seharian tidak makan
tentu lebih besar dari insting lapar orang yang makannya teratur.
Sebagai tenaga pendorong, jumlah kekuatan enerji dari seluruh
insting bersifat konstan. Penggunaannya yang berubah; kebutuhan
yang sangat penting akan mendapat satu enerji yang lebih besar
dibanding kebutuhan lain yang kurang penting.

2. Jenis-jenis Insting

a. Insting Hidup san Insting Seks

Insting hidup disebut juga Eros adalah dorongan yang menjamin


survival dan reproduksi, seperti lapar, haus dan seks. Enerji yang
dipakai oleh insting hidup ini disebut libido. Freud menjadi
kontroversial karena berpendapat insting hidup yang terpenting
adalah insting seks. Menurutnya, insting seks bukan hanya
berkenaan dengan kenikmatan organ seksual tetapi berhubungan
dengan kepuasan yang diperoleh dari bagian tubuh lainnya, yang
dinamakan daerah erogen (erogenous zone); suatu daerah/bagian
tubuh yang peka, dan perangsangan pada daerah itu akan
menimbulkan kepuasan yang menghilangkan ketegangan. Tujuan
utama dari insting seks - yakni mereduksi tegangan seks - tidak

9
dapat diubah, namun cara bagaimana tujuan itu dicapai dapat
berubah/bervariasi. Karena kepuasan seks dapat diperoleh bukan
hanya dari organ genital, dan cara mencapainya juga bervariasi,
semua tingkah laku yang dimotivasi oleh insting hidup mirip
dengan tingkah laku seksual. Bagi Freud semua aktivitas yang
memberi kenikmatan dapat dilacak hubungannya dengan insting
seksual.

b. Insting Mati

Insting mati atau insting destruktif (destructive instincts, disebut


juga Thanatos) bekerja secara sembunyi-sembunyi dibanding
insting hidup Akibatnya pengetahuan mengenai insting mati
menjadi terbatas, kecuali kenyataan bahwa pada akhirnya semua
orang mati. Menurut Freud, tujuan semua kehidupan adalah
kematian. Hanya saja, Freud gagal menunjukkan sumber fisik dari
insting mati dan enerji apa yang dipakai oleh insting mati itu.
Dorongan agresif (aggressive drive) adalah derivatif insting mati
yang terpenting. Insting mati mendorong orang untuk merusak diri
sendiri, dan dorongan agresif merupakan bentuk penyaluran agar
orang tidak membunuh dirinya sendiri (suicide). Untuk
memelihara diri, insting hidup umumnya melawan insting mati itu
dengan mengarahkan enerjinya keluar, ditujukan ke orang lain.
Sebagian enerji agresi ini kemudian dapat disalurkan ke kegiatan
yang dapat diterima lingkungan sosial, seperti pengawasan
lingkungan (oleh polisi), dan olah raga. Ada juga yang tersalur
dalam ekspresi yang dilemahkan seperti menghukum atau
menyalahkan diri sendiri, menyiksa diri dengan bekerja lebih keras
dan sikap merendah/meminta maaf.

E. Mekanisme Pertahanan Ego

Menurut Freud, mekanisme pertahanan ego (ego defence mechanism) sebagai


strategi yang digunakan individu untuk mencegah kemunculan terbuka dari dorongan-

10
dorngan das Es maupun untuk menghadapi tekanan das Uber Ich atas das Ich, dengan
tujuan kecemasan yang dialami individu dapat dikurangi atau diredakan (Kuntojo,
2015:46). Freud menyatakan bahwa mekanisme pertahanan ego itu adalah mekanisme
yang rumit dan banyak macamnya. Berikut ini 7 macam mekanisme pertahanan ego yang
menurut Freud umum dijumpai (Koeswara, 2001: 46—48).

1. Represi, yaitu mekanisme yang dilakukan ego untuk meredakan kecemasan


dengan cara menekan dorongan-dorongan yang menjadi penyebab kecemasan
tersebut ke dalam ketidaksadaran.

2. Sublimasi, adalah mekanisme pertahanan ego yang ditujukan untuk mencegah


atau meredakan kecemasan dengan cara mengubah dan menyesuaikan dorongan
primitif das es yang menjadi penyebab kecemasan ke dalam bentuk tingkah laku
yang bisa diterima, dan bahkan dihargai oleh masyarakat.

3. Proyeksi, adalah pengalihan dorongan, sikap, atau tingkah laku yang


menimbulkan kecemasan kepada orang lain.

4. Displacement, adalah pengungkapan dorongan yang menimbulkan kecemasan


kepada objek atau individu yang kurang berbahaya dibanding individu semula.

5. Rasionalisasi, menunjuk kepada upaya individu memutarbalikkan kenyataan,


dalam hal ini kenyataan yang mengamcam ego, melalui dalih tertentu yang
seakan-akan masuk akal. Rasionalissasi sering dibedakan menjadi dua: sour grape
technique dan sweet orange technique.

6. Pembentukan reaksi, adalah upaya mengatasi kecemasan karena insdividu


memiliki dorongan yang bertentangan dengan norma, dengan cara berbuat
sebaliknya.

7. Regresi, adalah upaya mengatasi kecemasan dengan bertinkah laku yang tidak
sesuai dengan tingkat perkembangannya.

F. Tahap-tahap Perkembangan Kepribadian

Menurut Freud, kepribadian individu telah terbentuk pada akhir tahun ke lima,
dan perkembangan selanjutnya sebagian besar hanya merupakan penghalusan struktur
dasar itu. Selanjutnya Freud menyatakan bahwa perkembangan kepribadian berlangsung
11
melalui 5 fase, yang berhubungan dengan kepekaan pada daerah-daerah erogen atau
bagian tubuh tertentu yang sensitif terhadap rangsangan. Kelima fase perkembangan
kepribadian adalah sebagai berikut (Kuntojo, 2005:172—173).

1. Fase oral (oral stage): 0 sampai dengan 18 bulan. Bagian tubuh yang
sensitif terhadap rangsangan adalah mulut.

2. Fase anal (anal stage): kira-kira usia 18 bulan sampai 3 tahun. Pada fase
ini bagian tubuh yang sensitif adalah anus.

3. Fase falis (phallic stage): kira-kira usia 3 sampai 6 tahun. Bagian tubuh
yang sensitif pada fase falis adalah alat kelamin.

4. Fase laten (latency stage): kira-kira usia 6 sampai pubertas. Pada fase ini
dorongan seks cenderung bersifat laten atau tertekan.

5. Fase genital (genital stage): usia 12/13 tahun sampai dewasa. Terjadi sejak
individu memasuki pubertas dan selanjutnya. Pada masa ini individu telah
mengalami kematangan pada organ reproduksi.

B. Teori Alfred Adler

Biografi Alfred Adler

Alfred Adler lahir di Mariahilfer Straße, kota Vienna, Austria, pada 7 Februari 1870. Dia anak
ketiga dari tujuh bersaudara, dari sepasang pedagang makanan pokok seperti gandum.

Adler kecil nggak bisa jalan sampai umur empat tahun karena rakhitis. Waktu umurnya lima
tahun, Adler hampir meninggal karena pneumonia. Adler kecil adalah anak yang lemah dan
sering bersaing dengan saudara-saudaranya.

Di usia 25 tahun, Adler menerima gelar dokter dari Universitas Vienna. Kemudian dia
bertemu Raissa Timofeyewna Epstein. Si Raissa ini adalah penyanyi aktivis sosial dan
cendekia dari Russia. Mereka kemudian menikah pada 1897 dan punya empat orang anak:
Valentine, Alexandra, Kurt, dan Cornelia.

12
Adler mengawali karir sebagai dokter spesialis mata, tapi kemudian beralih jadi dokter umum.
Pada usia 28 tahun Ia buka praktik di dekat taman ria dan sirkus di kawasan pinggiran Vienna.
Pasiennya Adler kebanyakan adalah penampil sirkus.

Terpukau dengan atraksi penampil sirkus, Adler kemudian meneliti kelebihan dan kekurangan
unik dari tubuh para penampil sirkus tersebut. Penelitian ini nantinya menginspirasi inspirasi
Adler dalam membuat teori inferioritas.

Usia 37, Adler diundang nongkrong bareng sama Sigmund Freud. Adler, Freud, bersama
Rudolf Reitler dan Wilhelm Stekel, mulai sering nongkrong bareng tiap rabu malam
(Mittwochsgesellschaft).

Berbeda dengan spesies laki-laki lain yang kalo ngumpul ngopi, ngomongin bola, dan
ngomongin cewek, empat orang ini malah ngomongin tentang psikoanalisa. Tiga tahun
kemudian mereka membentuk Vienna Psychoanalytic Society. Adler menjadi presiden
pertamanya.

Tapi kemudian mulai terlihat benih-benih ketidakcocokan antara Adler dan Freud.

Yang pertama, orang mengira Adler adalah muridnya Freud. Adler nggak terima.

Freud-lah yang menginginkan Adler untuk datang buat sharing mengenai ide-idenya.

Lagipula, konsep dan ide-ide Adler tentang jiwa berbeda dengan Freud.

Untuk lebih lanjut mengenai perbedaan Adler dan Freud, saya ceritakan nanti ya!

Maka demi menghindari cekcok, satu tahun kemudian Adler keluar dari Vienna
Psychoanalytic Society. Ia lalu mendirikan perkumpulan sendiri, yaitu Society for Individual
Psychology.

Walaupun ada perbedaan pendapat dan pemikiran, Adler dan Freud tetap saling menghormati
dan mengakui kejeniusan satu sama lain.

Waktu Perang Dunia I pada 1914, Adler ikut menjadi dokter perang untuk tentara Austria. Ia
ditempatkan di front Russia. Ia lalu dipindahtugaskan di rumah sakit Austria. Di sini dia
melihat sendiri pahitnya perang, serta perihnya derita fisik dan psikis bagi semua rakyat
Austria.

13
Setelah perang berakhir, Adler mendirikan klinik konseling anak di Vienna. Ia juga
membentuk tim untuk mengajarkan cara menangani trauma perang pada anak, lalu mengirim
tim tersebut ke sekolah-sekolah. Tim ini sukses besar, sampai-sampai muncul permintaan
untuk datang dari seluruh Austria.

Pada 1924, ia menjadi pengajar di Institut Pedagogi di Vienna. Ia juga sering menjadi dosen
tamu di berbagai kampus di Eropa dan Amerika. Setelah itu, pada 1927 ia juga menjadi dosen
terbang di Uninversitas Columbia.

Pada 1932, Hitler dan Partai Nazi-nya berkembang pesat. Nazi, yang terkenal dengan
kebenciannya sama ras Yahudi, dikabarkan bersiap menyerang Austria.

Adler kan yahudi nih. Daripada ditangkep Nazi, Adler dan keluarga pindah ke New York. Ia
lalu mengajar di Long Island College of Medicine.

Adler adalah penulis hebat dan inspirasional. Ia menulis lebih dari 300 buku dan artikel.
Pencapaian terbaiknya di antaranya: ‘The Practice and Theory of Individual Psychology’
(1927), ‘Understanding Human Nature’ (1927), and ‘What Life Could Mean to You’ (1931).

Tahun 1937, di Skotlandia, Alfred Adler meninggal karena serangan jantung. Jenazahnya
dikremasi di Edinburgh, tapi menghilang. Abu jenazah Adler baru ditemukan pada 2007, di
sebuah peti di Krematorium Warriston. Pada 2011 abu tersebut dikembalikan ke kota
kelahirannya, Vienna, untuk dimakamkan di sana.

2. Pemikiran dan Teori Alfred Adler

2.1 DASAR PEMIKIRAN ALFRED ADLER

Pemikiran Adler dipengaruhi filsuf Hans Vaihinger dan karya sastra dari Dostoevsky. Waktu
masih jadi anggota Vienna Psychoanalytic Society, ia mengembangkan teori inferioritas
organik dan kompensasi. Pengembangan ini membawa Adler masuk ke dunia fenomenologi
dan pengembangan karya terkenalnya, the inferiority complex.

Adler juga dipengaruhi filsuf-filsuf seperti Kant, Nietzsche, Virchow, dan Smuts. Aliran
Adler, yang dikenal sebagai psikologi individual—memfokuskan pada psikologi sosial,
komunitas, sekaligus psikologi dalam.

14
Berbeda dengan tokoh yang seangkatan (yang fokus pada mengobati), Adler bisa dibilang
tokoh pelopor yang fokus pada pencegahan abnormal.

Ia mengajarkan para guru dan orang tua untuk membolehkan anak melatih kemampuan dalam
mengambil keputusan, sambil bekerjasama dengan sesama teman.

Menurut Adler, lingkungan sosial punya dampak psikologis yang sama dengan alam
pemikiran internal (pikiran individu itu sendiri). Bagi Adler, dinamika kekuasaan dan
kompensasi sama pentingnya dengan seks. Jenis kelamin dan politik sama pentingnya dengan
libido.

Adler percaya bahwa bahwa orang awam pun perlu memahami ilmu psikologi. Adler juga
pendukung awal feminisme di psikologi dan di dunia sosial. Adler percaya bahwa perasaan
superioritas dan inferioritas seringkali dikarenakan gender, dan diekspresikan dalam bentuk
karakteristik feminin dan maskulin.

2.2 TEORI-TEORI YANG PERNAH DIKEMBANGKAN ALFRED ADLER

Bersama Sigmund Freud dan Carl Jung, Adler mengembangkan psikologi dalam. Psikologi
dalam ini memfokuskan pada pentingnya dinamika alam pikiran bawah sadar.

Adler mengembangkan pendekatannya sendiri, dan aliran Psikologi Individual dicetuskan


pada 1912. Aliran Psikologi Individual didasari pemikiran bahwa hubungan seseorang
terhadap masyarakat adalah bagian penting pembentuk kepribadian mereka.

2.2.A. TEORI ADLER – TENTANG TUJUAN HIDUP

Menurut Adler, semua manusia pada dasarnya mengejar superioritas. Adler percaya bahwa
setiap orang memasuki kehidupan dalam perasaan inferior/minder, dan menghabiskan seumur
hidup mereka untuk mengatasi hal tersebut. Teori ini dikenal sebagai pencarian superioritas,
dan aliran Adler memfokuskan pada studi seputar pencarian superioritas ini.

15
Adler juga mempertanyakan tentang dorongan macam apa yang berada di balik motivasi kita
sebagai individu. Ia menyebut dorongan ini sebagai “kebutuhan untuk sempurna”, sebuah
istilah yang kemudian diartikan sebagai “keinginan untuk memenuhi potensi diri, dan
menyadari bentuk ideal kita”.

2.2.B. TEORI ADLER – CARA MELIHAT MANUSIA

Holisme adalah pemikiran yang menyatakan bahwa sistem alam semesta harus dipandang
sebagai sesuatu yang utuh, dan bukan merupakan kesatuan dari bagian-bagian yang terpisah.

Alam tidak bisa dipahami kalau kita mempelajarinya dengan cara memisahkan bagian-
bagiannya: sistem harus dipelajari secara utuh sebagai suatu kesatuan.

Ajaran ini disukai Adler. Menurut Adler, manusia harus dianggap sebagai satu unit. Untuk
memahami jiwa manusia, kita seharusnya melihat keseluruhan bagian dari manusia itu, dan
bukan melihat sepotong-sepotong.

2.2.C. TEORI ADLER TENTANG PIKIRAN MANUSIA – FINALISME FIKSIONAL

Ada sebuah pemikiran dari Hans Vaihinger, yang menyatakan bahwa kebenaran itu semu.
Apa yang kita sebut kebenaran, nggak ada hubungannya sama kenyataan.

Toh kebenaran itu relatif, dan semua orang berbeda pendapat tentang benar dan salah. Dalam
kehidupan sehari-hari, manusia membuat kebenaran semu namun dianggap sebagai sesuatu
yang benar-benar ada. Vaihinger menyebut kebenaran parsial ini sebagai “fiksi”.

Adler setuju dengan pemikiran ini, dan percaya bahwa manusia menggunakan fiksi secara
aktif dalam hidup mereka. Fiksi ini membuat seseorang merasa kuat, karena fiksi bisa
meyakinkan orang bahwa apa yang dilakukannya sebagai kebenaran.

16
Berdasarkan fiksi ini, Adler beranggapan bahwa motivasi seseorang dalam bertindak bukan
apa yang terjadi di masa lalu, tapi karena “kebenaran” yang ia yakini.

Kebenaran semu yang ada dalam pikiran, yang membimbing perilaku seseorang, oleh Adler
kemudian disebut sebagai finalisme fiksional.

2.2.D. TEORI ADLER – INFERIORITAS

Inferioritas adalah perasaan bawaan manusia sejak ia keluar dari rahim ibu.

Kenapa bayi saat lahir menangis? Menurut Adler, karena bayi itu minder. Bayi itu merasa
inferior terhadap dunia.

Anak merasa harus bergantung pada orang tua, dan ia tidak bisa melakukan apapun sendiri.

Adler menganggap bahwa perasaan inferior inilah yang menuntun manusia berkembang.
Manusia ingin lepas dari perasaan inferioritas, menuju manusia superior dan sempurna.

Tapi ada juga lo yang nggak mampu mengatasi inferioritas ini.

Perasaan inferior ini akan semakin besar ketika kita tercemari oleh kata-kata negatif,
cemoohan, dan kegagalan. Ketika sudah menumpuk, maka perasaan inferior ini menyebabkan
kamu ogah ngapa-ngapain. Lebih dari itu, kamu juga bisa mengalami kelakuan pasif agresif.
Perasaan inferior berlebihan ini, oleh Adler disebut inferiority complex.

Ciri-ciri orang yang rentan terkena sindrom inferiority complex adalah:

memiliki penghargaan diri yang rendah

berasal dari keluarga menengah ke bawah,

Anak yang sering dimarahi orang tua atau yang gagal memenuhi ekspektasi orang tua

Oh iya, gejala kecenderungan inferiority complex ini adalah suka mencari perhatian dan
lebay. Tapi bukan cuma dua itu aja sih, ada juga gejala yang lain.

Inferiority complex akan saya bahas lebih lanjut di artikel lain yaa.

2.2.E. TEORI ADLER TENTANG TIPE KEPRIBADIAN – BERDASARKAN ENERGI

17
Adler meyakini ada empat tipe kepribadian pada manusia, didasarkan pada level energi
mereka.

Perlu saya jelaskan, energi di sini berarti besarnya usaha seseorang dalam menggapai
superioritas.

Yang pertama adalah tipe ruling, atau berkuasa.

Orang dengan tipe kepribadian ruling adalah mereka yang rela menghalalkan segala cara
untuk menggapai superioritas.

Energi mereka besar, memicu mereka untuk menyingkirkan siapapun yang menghalangi
jalan. Tapi ada juga yang membalikkan energi itu, dan melampiaskannya dengan menyakiti
diri sendiri. Termasuk dalam tipe ini adalah tukang bully, sadistis, pemabuk, kriminal,
pecandu narkoba, pelaku bunuh diri, dsb.

Yang kedua adalah tipe Learning atau pembelajar.

Mereka yang termasuk tipe learning cenderung sensitif dan membangun “dinding” di sekitar
mereka. Level energi mereka rendah, dan seringkali mengandalkan orang lain bila ada
masalah. Ketika udah mentok alias nggak bisa ngapa-ngapain lagi, mereka rentan mengalami
fobia, kecemasan, obsesi-kompulsif, dsb.

Kemudian ada tipe Avoiding atau penghindar.

Level energi mereka adalah yang paling rendah, makanya mereka nggak suka menghadapi
realita. Mereka menghadapi masalah dengan cara lari dari masalah. Mereka cenderung
psikotik, lebih suka hidup di alam khayal daripada menghadapi kenyataan.

Terakhir, dan yang terbaik dari semua, adalah tipe Socially Useful.

Orang yang berfungsi sosial adalah orang yang sehat. Level energi mereka pas, gak lebih gak
kurang. Mereka melakukan sumbangsih kebaikan dalam kehidupan sosial mereka, dan tidak
terpengaruh perasaan inferioritas. Mereka juga percaya bahwa mereka punya kendali penuh
atas nasib mereka sendiri.

Ada sedikit kritikan mengenai tipe kepribadian Adler. Tipe kepribadian versi Adler dianggap
kurang obyektif. Definisi operasionalnya juga kurang jelas.

Energi sebesar apa yang disebut tinggi? Energi sebesar apa yang disebut rendah?

18
Pertanyaan ini tidak terjawab oleh teori Adler.

2.2.F. TEORI ADLER – URUTAN KELAHIRAN

Selain energi untuk menggapai superioritas, Adler juga meyakini bahwa urutan kelahiran juga
ngaruh pada kepribadiannya.

Anak sulung biasanya gampang merasa diabaikan, gampang minder, dan biasanya keras
kepala. Tapi biasanya si sulung lebih dewasa dibanding adiknya. Selain itu, adik-adik
biasanya mengidolakan si sulung, menjadikan dia sebagai pemimpin bagi anak-anak di
keluarga.

Anak tengah memiliki sikap kompetitif. Salah satu motivasi anak tengah adalah karena
biasanya mereka bukan anak yang paling diperhatikan.

Si sulung selalu jadi anak yang pertama (pertama sekolah, pertama kuliah, pertama nikah),
sementara si bungsu selalu jadi si kecil di dalam keluarga. Seringkali, anak tengah merasa
bahwa dia nggak “dianggap” di dalam keluarga. Anak tengah cenderung penyendiri dan
paling rentan depresi.

Anak tengah dikenal sebagai penengah perselisihan. Mereka juga punya skill sosial yang
bagus, gak suka berkonflik , dan loyal sama temen-temen deketnya. Anak tengah sering
punya skill diplomasi yang bagus dan fleksibel terhadap hal baru, memungkinkan mereka
lebih gampang jadi entrepreneur.

Seperti anak tunggal, si bungsu biasanya memiliki sikap manja dan merasa tidak mampu
melakukan sesuatu sendiri. Anak bungsu juga sering merasa tidak mau kalah dari kakak-
kakaknya. Anak bungsu seringkali dianggap anak kecil dan dimanja di keluarga.

Dimanja, menurut Adler, adalah perilaku paling buruk yang bisa dilakukan orang tua ke anak.

Memanjakan anak menjadikan dia tergantung, egois, dan gak bertanggung jawab saat
memasuki kehidupan dewasa. Anak bungsu juga manipulatif, suka mengendalikan orang lain,
dan sedikit ngebos.

19
Tapi ada tapinya. Si bungsu ini punya pesonanya sendiri. Biasanya si bungsu ini penyayang,
dan teman yang selalu ceria. Dia juga penghibur alami, dan paling jago kalo urusan senang-
senang.

Anak tunggal punya dua kemungkinan sifat: antara kayak anak sulung atau kayak anak
bungsu. Karena gak punya pesaing dalam memperoleh perhatian, anak tunggal biasanya
bermandikan kasih sayang, terutama dari orang tua. Kasih sayang yang berlimpah ini bisa jadi
masalah, ketika di lingkungan dia gak mendapat hal yang sama.

Si tunggal bisa mandiri lebih cepat, dan mampu belajar untuk bergantung pada diri sendiri,
dan gak masalah kalo harus sendirian.

Anak kembar biasanya punya satu yang dominan, yang bersikap seperti seorang kakak.
Karena dekat, saudara kembar biasanya lebih pede. Tapi juga si kembar gak suka sendirian
dan gampang ngerasa sendiri. Kembar identik biasanya sulit berpisah, dan kalo berpisah
dalam waktu lama bsia mengarah pada kecenderungan depresi.

Ada tuh, adek kelas saya di kampus. Dia gak bisa ikut kegiatan-kegiatan di luar kota soalnya
kalo misah sama kembarannya dia pasti sakit. Bisa ya kayak gitu.

3. Adler vs Freud

a. Cara pandang terhadap manusia

Menurut Freud, manusia pada dasarnya “jahat”. Kalo seandainya di dunia ini nggak ada
norma, maka sifat jahat manusia akan keluar dan terekspresi dengan bebas. Perilaku jahat ini
diredam oleh proses berpikir dan ada norma yang mengatur.

Adler tidak setuju. Seseorang nggak punya sifat alami baik atau jahat. Orang bebas memilih
dia mau jadi baik atau jahat, atau mungkin keduanya. Inget pandangan Adler tentang
finalisme fiksional, kan? Kebenaran itu relatif.

b. Pengaruh masa lalu Bayangkan sebuah tanah liat. Kalo masih basah, tanah liat kan
gampang dibentuk-bentuk tuh. Tapi semakin lama, tanah liat itu semakin keras kan? Kalo
udah keras kita gak bisa membentuknya. Kalo dipaksa yang ada malah pecah.

Freud memercayai perilaku manusia mirip seperti itu. Semakin bertambah usia, semakin sulit
untuk mengubah perilakunya. Bisa sih diubah, tapi butuh waktu lama.

20
Freud berpendapat bahwa masa kecil manusia merupakan masa paling kritis. Seluruh
hidupnya dapat ditentukan di sini. Freud membagi perkembangan manusia menjadi lima fase:
oral, anal, falik, laten, dan genital. Seluruh fase ini erat kaitannya dengan seksualitas. Bila
tidak tercukupi, maka dampaknya akan keliatan pada perilakunya.

Adler pun sependapat, manusia dapat dipengaruhi oleh masa lalu.

Tapi bagi Adler bukanlah aspek seksualnya yang dapat mempengaruhi, tapi gimana cara
orang tua memperlakukan anak tersebut. Diperhatiin apa nggak, ditantang mencari solusi
sendiri apa nggak, diajak ngobrol apa nggak.

Dan buat Adler, masa lalu yang gak bahagia bukanlah akhir dunia. Kalo seseorang masih
punya goal ke depan dan semangat untuk memperbaiki diri, maka orang tersebut masih bisa
berubah.

c. Motivasi Menurut Freud, dorongan hidup manusia berasal dari instingnya. Insting adalah
sesuatu yang gak diproses oleh pikiran, muncul gitu aja.

Gampangnya gini. Kamu gak mikir “laper ahhh” baru kemudian laper, ya kan? Pastinya kalo
udah lama gak makan, ya laper sendiri tanpa dipikir. Kalo udah laper, pasti pengen makan.
Manusia bisa bertahan hidup berdasarkan dorongan untuk memuaskan insting tersebut.

Freud yakin bahwa dorongan seks juga adalah salah satu dorongan dasar manusia. Ini
diketahui dari lima tahun perkembangan manusia, ia membagi lima tahun itu menjadi fase-
fase pemenuhan seks, yaitu oral, anal, falik, laten, dan genital

d. Proses terapi Satu perbedaan pada metode terapi Adler dan Freud adalah pada metode
pendekatan.

Adler lebih fokus pada saat ini. Metode terapi dengan hubungan yang akrab antara klien-
terapis, menciptakan tujuan bersama, dan meyakinkan klien bahwa dia bisa berubah. Ruangan
terapi Adler adalah model dua kursi berhadap-hadapan, klien dan terapis duduk bersama gitu.

Metode Adler gak cuma pada penyembuhan, tapi juga pencegahan kemungkinan gangguan
jiwa. Strategi pencegahan ini termasuk pemberian semangat, dorongan untuk lebih banyak
bersosialisasi, dan pemusnahan perilaku yang memanjakan anak.

21
PERBEDAAN PRINSIP

Perbedaan prinsip Adler dengan Freud adalah sebagai berikut :

1. Freud memandang komponen kehidupan yang sehat adalah kemampuan “mencintai dan
berkarya”.
2. Freud memandang kepribadian sebagai proses biologik-mekanistik. Sedangkan Adler
termasuk pelopor ego kreatif (ego-creative)
3. Adler menekankan adanya keunikan pribadi. Setiap pribadi merupakan konfigurasi unik dari
motif-motif, sifat, minat, dan nilai-nilai; setiap perbuatan dilakukan orang secara khas gaya
hidup orang itu
4. Adler memandang kesadaran sebagai pusat kepribadian, bukan ketidaksadaran.

Adler keras berpendapat bahwa semua kehidupan selalu bergerak. Dia memilih tidak berfikir
dalam kerangka struktur dan perkembangannya, karena konsep semacam itu dianggapnya
cenderung membuat kongkrit sesuatu yang abstrakRincian pokok-pokok teori Adlermencakup
enam hal berikut:

1. Satu-satunya kekuatan dinamik yang melatarbelakangi aktivitas manusiaadalah perjuangan


untuk sukses atau menjadi superior (striving for superiority).
2. Persepsi subyektif (subjective perception) individu membentuk tingkahlaku dan kepribadian
3. Semua fenomena psikologis disatukan (unity of personality) di dalam diriindividu dalam
bentuk self.
4. Manfaat dari aktivitas manusia harus dilihat dari sudut pandang interessosial (social interest).
5. Semua potensi manusia dikembangkan sesuai dengan gaya hidup (life of style) dari self
6. Gaya hidup dikembangkan melalui kekuatan kreatif (creative power) individu.

A. Perjuangan untuk sukses atau menjadi superior (striving for superiority).


Adler yakin bahwa individu memulai hidup dengan kelemahan fisikyang mengaktifkan
perasaan inferior, perasaan yang menggerakkan orang untuk berjuang menjadi superiorita atau
untuk menjadi sukses. Individu yang secara psikologis kurang sehat berjuang untuk menjadi
pribadi yangsuperior, dan individu yang secara psikologis sehat termotivasi
untukmensukseskan umat manusia. Pada awal pengembangan teorinya, Adlermenunjuk agresi

22
sebagai kekuatan dinamik yang melatar belakangi semuamotivasi, kemudian diganti menjadi
konsep “perjuangan menjadi superiorita.” Pada teori finalnya, Adler membatasi perjuangan
menjadi superiorita sebagaimilik orang neurotik yang berjuang untuk menjadi pribadi yang
lebihsuperior dibanding orang lain, dan mengenalkan istilah “perjuangan menjadisukses”
untuk orang yang sehat yang berjuang mencapai kesempurnaan bagisemua orang - perjuangan
yang dimotivasi oleh minat sosial yang sudahberkembang. Perjuangan bisa jadi mempunyai
motivasi yang berbeda, tetapisemuanya diarahkan menuju tujuan final (final goal).
1. Fictional Final Goals

Konsep Adler mengenai motivasi bertentangan dengan konsep Freud. Menurut Adler,
tingkahlaku ditentukan oleh persepsi harapan yang mungkin dicapai di masa datang, bukan
oleh apa yang sudah dikerjakan di masa lalu. Konsep Adler ini dipengaruhi oleh Filsafat
Positivisme Idealistik dari Hans Vaihinger, yang juga dikenal dengan nama filsafat “as if'
yakni; bahwa manusia hidup dengan berbagai macam fikiran dan cita-cita yang semata-mata
bersifat fiktif, tidak ada dalam kenyataan. Misalnya, pandangan bahwa: "manusia ditakdirkan
sama” -- "kejujuran adalah politik yang paling baik” "kalau ada kemauan pasti ada jalan"--
semua bersifat fiktif, idealisme yang membuat orang tidak putus asa, walaupun usahanya sia-
sia, misalnya pernyataan "semua manusia diciptakan sama" jelas tidak benar, namun dapat
membimbing tingkahlaku orang untuk berjuang membuat pernyataan itu menjadi "benar."
Dalam dinamika kepribadian keyakinan fiktif semacam itu memungkinkan manusia dapat
menghadapi realitas dengan lebih baik.

Menurut Adler untuk membimbing tingkahlaku, setiap orang menciptakan Tujuan


Final yang Semu (Fictioal Final Goal), memakai bahan yang diperoleh dari keturunan dan
lingkungan. Tujuan ini semu karena mereka tidak harus didasarkan pada kenya-taan, tetapi
tujuan itu lebih menggambarkan fikiran orang itu mengenai bagaimana seharusnya kenyataan
itu, didasarkan pada interpretasi subjektifnya mengenai dunia. Tujuan final adalah hasil dari
kekuatan kreatif individu; kemampuan untuk membentuk tingkahlaku diri dan menciptakan
kepribadian diri. Pada usia 4 atau 5 tahun, fikiran kreatif anak mencapai tingkat
perkembangan yang membuat mereka mampu menentukan tujuan final, bahkan bayi
sesungguhnya sudah memiliki dorongan(yang dibawa sejak lahir) untuk tumbuh, menjadi
lengkap, atau sukses. Karena mereka kecil, tidak lengkap, dan lemah, mereka merasa inferior
dan tanpa tenaga - untuk mengatasi keadaan ini mereka menetapkan tujuan final menjadi
23
besar, lengkap, dan kuat. Tujuan final semacam itu mengurangi penderitaan akibat perasaan
inferior, dan menunjukkan arah menuju superiorita dan sukses.

2. Mengatasi Inferioritas dan Menjadi Superiorita


Bagi Adler, kehidupan manusia dimotivasi oleh satu dorongan utamadorongan untuk
mengatasi perasaan inferior & menjadi superior. Jaditingkahlaku ditentukan utamanya oleh
pandangan mengenai masa depan,tujuan dan harapan kita. Didorong oleh perasaan inferior,
dan ditarikkeinginan menjadi superior, maka orang mencoba hidup sesempurna mungkin.
Inferiorita bagi Adler berarti perasaaan lemah dan tidak trampil dalammenghadapi
tugas yang harus diselesaikan. Bukan rendah diri terhadaporang lain dalam pengertian yang
umum, walaupun ada unsurmembandingkan kemampuan khusus diri dengan kemampuan
oranglainyang lebih matang dan berpengalaman. Superiorita, pengertiannya mirippengertian
transendensi sebagai awal realisasi diri dari Jung, atau aktualisasidari Horney dan Maslow.
Superiorita bukan lebih baik dibanding orang lainatau mengalahkan orang lain, tetapi
berjuang menuju superiorita berartiterus menerus berusaha menjadi lebih baik menjadi
semakin dekat dansemakin dekat dengan tujuan final.
Adalah perasaan inferiorita yang melahirkan perjuangan superiorita, dan bersama-
sama keduanya menjadi dorongan maju yang sangat besar yang mendorong orang terus
menerus bergerak dari minus ke plus, dari bawah ke semua dorongan lainnya. atas. Dorongan
ini menurut Adler dibawa sejak lahir dan menjadi tenaga Perasaan inferiorita ada pada semua
orang, karena manusia mulai hidup sebagai makhluk yang kecil dan lemah. Sepanjang hidup,
perasaan ini terus muncul Ketika orang menghadapi tugas baru dan belum dikenal yang harus
di selesaikan. Perasaan ini justru menjadi sebab semua perbaikan dalam tingkah laku manusia.

B. Persepsi subyektif (subjective perception)


Tujuan final yang fiktif bersifat subyektif, artinya orang menetapkantujuan-tujuan untuk
diperjuangkan berdasarkan interpretasinya tentang faktabukan berdasarkan fakta itu sendiri.
Kepribadian manusia dibangun bukanoleh realita, tetapi oleh keyakinan subyektif orang itu
mengenai masadepannya. Pandangan subyektif yang terpenting adalah tujuan
menjadisuperiorita atau tujuan menjadi sukses, tujuan yang diciptakan pada awalkehidupan,
yang hanya terfahami secara kabur. Tujuan final fiktif itumembimbing gaya hidup (style of
life) manusia, membentuk kepribadianmenjadi kesatuan, dan kalau tujuan itu dapat dipahami

24
akan memberi tujuankepada semua tingkahlaku. Penting untuk dipahami bahwa tujuan final
fiksiitu tidak muncul sebagai bagian dari rencana universal tujuan itu bukangambaran takdir.
Tujuan itu adalah ciptaan pribadi, rancangan hidup (leitlenie)yang muncul secara subyektif,
disini dan sekarang, sebagai pikiran yang mempengaruhi tingkah laku, bahkan kalau
rancangan hidup itu tidak disadari.
Karena semua orang memulai hidup dalam keadaan kecil, lemah daninferior, orang lalu
mengembangkan sistem untuk mengatasi kelemahan fisikitu menjadi besar, kuat dan superior.
Ternyata sesudah orang menjadi besar,kuat, dan superior, banyak yang bertingkahlaku seolah-
olah (as if) dirinya masih tetap kecil, lemah, dan inferior. Sebaliknya, orang yang cacat fisik
sehingga tidak pernah menjadi kuat dan superiorita, justru banyak yang perjuangan
superioritanya bermuatan minat sosial yang besar (perjuangan menjadi sukses). Hal itu
tergantung kepada bagaimana pandangan subyektiforang itu kepada dirinya sendiri saat ini,
dan pandangan subyektifnyatentang masa depannya. Hambatan fisik menjadi bermakna
karena dapatmerangsang perasaan inferior yang subjektif, yang menjadi pemicu
perjuanganmencapai kesempurnaan.Menurut Adler, inferiorita fisik adalah anugerah.Berkat
inferiorita itu, orang mengkompensasi dengan berjuang mencapaikesehatan jiwa dan gaya
hidup yang berguna. Namun ada yang memakaiinferiorita sebagai legitimasi menjadi
taklukan, mengkompensasi denganmenarik diri dari orang lain dan melakoni gaya hidup tak
berguna.Dimasyarakat banyak contoh orang cacat yang memberi sumbangan berhargakepada
lingkungannya, sebaliknya ada yang memanfaatkan cacatnya untukmendapat belas kasihan.

C. Kesatuan (Unity) kepribadian


Adler memilih nama Psikologi Individu (Individual Psychology) denganharapan
dapatmenekankan keyakinannya bahwa setiap orang itu unikdan tidak dapat dipecah-pecah.
Psikologi Individu menekankan pentingnyaunitas kepribadian. Fikiran, perasaan, dan kegiatan
semuanya diarahkanke satu tujuan tunggal dan mengejar satu tujuan.
Ketidakkonsistenantingkah laku tidak ada; kalau dilihat dalam kaitannya dengan tujuan
finalmenjadi superioritaatau menjadi sukses, semua kegiatan itu konsistendan bermakna.
Orang yang bertingkahlaku aneh atau tak terduga, dia melakukannyadengan tujuan
tunggal, yakni menjadi superior. Tingkah laku itu memaksaorang lain bertahan,
mengamatinya agar tidak bingung dengan tingkah lakuaneh itu. Walaupun tingkah laku

25
seseorang tidak konsisten, kalau dilihatdari perspektif tujuan final orang itu, akan tampak
tingkah laku itu merupakanusaha tak sehat untuk mengacau dan menguasai orang lain.
Dengan terusmenerus menyusahkan dan membingungkan teman-teman, sehingga teman-
temannya tidak bisa memahami dirinya, keadaan itu membuatnya lebihberkuasa dalam
hubungan sosial dengan mereka. Fakta bahwa dia berhasilmemperoleh superiorita terhadap
orang lain, tidak berarti bahwa dia sengajamelakukannya. Mungkin dia tetap tidak sadar
dengan motiv-motiv yangmelatarbelakangi tingkah lakunya, dan keras kepala menolak
tuduhan bahwadia ingin menguasai orang lain.
1. Logat Organ (Organ Dialect)
Uniti kepribadian bukan hanya kesatuan aspek-aspek kejiwaan sepertimotivasi,
perasaan, dan fikiran, tetapi uniti juga meliputi keseluruhan organtubuh. Gejala-gejala fisik,
misalnya kelemahan organ tertentu bukan suatuperistiwa yang terpisah, tetapi mungkin
kelemahan itu berbicara tentangtujuan individu, yang oleh Adler dinamakan logat organ
(organ dialect) atauorgan (organ jargon).
2. Kesadaran dan Tak Sadar
Unitas kepribadian juga terjadi antara kesadaran dan tak sadar. MenurutAdler, tingkah
laku tak sadar adalah bagian dari tujuan final yang belumdiformulasi dan belum difahami
secara jelas. Adler menolak dikotomi antarakesadaran dan taksadar yang dianggapnya sebagai
bagian yang bekerja samadalam sistim yang unifi. Fikiran sadar adalah apa saja yang
difahami danditerima individu dapat membantu perjuangan menjadi sukses. Apa sajayang
dianggap tidak membantu akan ditekan ke tak sadar. Apakah suatufikiran itu disadari atau tak
disadari, tujuannya satu untuk mencapai tujuanmenjadi superior atau menjadi sukses. Freud
memakai gunung es sebagaiilustrasi yang menggambarkan hubungan dan perbandingan antara
kesadaran(bagian kecil yang muncul ke permukaan) dan ketidaksadaran (bagian yangsangat
besar berada di bawah permukaan air laut). Adler memakai ilustrasimahkota pohon dan akar,
keduanya berkembang ke arah yang berbeda untukmencapai tujuan kehidupan yang sama.

D. Minat sosial (Social Interest)


Minat sosial menjadi terjemahan yang kurang tepat dari bahas Jerman,Gemeinschafgefühl.
Terjemahan yang lebih tepat mungkin "perasaan sosial"atau "perasaan komunitas."
NamunGemeinschafgefühl mempunyai maknayangtidak dapat diekspresikan dalam kata-kata

26
bahasa Inggris. Istilah itumengandung makna suatu perasaan menyatu dengan kemanusiaan,
menjadi
anggota dari komunitas umat manusia. Orang yang Gemeinschafgefühl-nyaberkembang baik,
berjuang bukan untuk superioritas pribadi tetapi untukkesempurnaan semua orang dalam
masyarakat luas. Jadi, interes sosial adalah sikap keterikatan diri dengan kemanusiaan secara
umum, serta empati kepada setiap anggota orang per-orang. Wujudnya adalah kerja sama
dengan orang lain untuk memajukan sosial alih-alih untuk keuntungan pribadi.
Menurut Adler, interes sosial adalah bagian dari hakekat manusia dandalam besaran yang
berbeda muncul pada tingkahlaku setiap orang kriminal,psikotik, atau orang yang sehat.
Interes sosiallah yang membuat orangmampu berjuang mengejar superiorita dengan cara yang
sehat dan tidaktersesat ke salah suai: Semua kegagalan neurotik, psikotik, kriminal,
pemabuk,anak bermasalah, bunuh diri, menyeleweng, prostitusi adalah kegagalankarena
mereka kurang memiliki minat sosial. Mereka menyelesaikan masalahpekerjaan, persahabatan
dan seks tanpa keyakinan bahwa itu dapat dipecahkandengan kerjasama. Makna yang
diberikan kepada kehidupannya adalah nilaiprivat. Tidak ada orang lain yang mendapat
keuntungan berkat tercapainyatujuan mereka. Tujuan keberhasilan mereka adalah superioritas
personal, dankejayaan/keberhasilan mereka hanya berarti bagi mereka sendiri.

E. Gaya Hidup (Style Of Life)


Dengan konsep gaya hidup ini, Adler menjelaskan keunikan manusia.Setiap orang
memiliki tujuan, merasa inferior, berjuang menjadi superior,dan dapat mewarnai atau tidak
mewarnai usaha superiornya dengan minatsosial. Namun setiap orang melakukannya dengan
gaya hidup yang berbeda-beda. Gaya hidup adalah cara yang unik dari setiap orang dalam
berjuangmencapai tujuan khusus yang telah ditentukan orang itu dalam kehidupantertentu
dimana dia berada.
Jumlah gaya hidup sebanyak jumlah orang di dunia. Misalnya, seseorangmungkin
berusaha menjadi superior dalam kekuatan dan kemampuan fisik,dan orang lain mungkin
berusaha berprestasi secara intelektual. Masing-masing mengatur hidupnya dicocokkan
dengan kekhususan tujuan akhirnyadan cara mencapai tujuan itu. Jadi, orang pertama tadi
mungkin senangbermain sepakbola dan baseball di sekolah, menjadi pemadam
kebakaran,berkemah dengan keluarganya, dan melatih pramuka. Orang kedua, siintelektual

27
mungkin menghabiskan waktu dengan membaca dan belajarsendiri. Menjadi anggota Phi
Kappa Beta di kampus, menjadi mikrobiologis,mengembangkan karir di riset kanker, dan
mendorong dirinya menjadiberminat dibidang ilmiah.
Gaya hidup telah terbentuk pada usia 4-5 tahun. Gaya hidup itu tidakhanya ditentukan
oleh kemampuan instrinsik (hereditas) dan lingkunganobyektif, tetapi dibentuk oleh anak
melalui pengamatannya dan interpretasinyaterhadap keduanya. Terutama, hidup ditentukan
oleh inferioritas-inferioritaskhusus yang dimiliki seseorang (bisa khayalan bisa nyata), yakni
kompensasidari inferioritas itu. Sesudah garis arah ditentukan, persepsi individu
terikatdengannya sampai mati. Anak tidak memandang suatu situasi sebagaimanaadanya,
tetapi dipengaruhi oleh prasangka dari minat dirinya. Interpretasiterhadap pengalaman selalu
disesuaikan dengan makna kehidupan yangtelah ditetapkan. Bahkan kalau makna itu sangat
salah jarang bisa dilepaskan.Gaya hidup ini tidak mudah berubah. Ekspresi nyata dari gaya
hidupmungkin berubah tetapi dasar gayanya tetap sama, kecuali orang
menyadarikesalahannya dan secara sengaja mengubah arah yang ditujunya. Ingatanorang
mengenai masa kecilnya, sering dapat mengungkap asal-muasal gayahidupnya. Anak yang
lemah mengembangkan gaya hidup menghasilkankekuatan (gaya hidup Napoleon sang
penakluk bersumber dari tubuhnyayang kecil), dan anak yang impoten bergaya hidup
memanjakan nafsunya(gaya hidup Hitler yang serakah bersumber dari impotensi seksualnya).

F. Kekuatan Kreatif Self (Creative Power Of The Self)


Self kreatif merupakan puncak prestasi Adler sebagai teoritisi kepribadian. Self kreatif
atau kekuatan kreatif adalah kekuatan ketiga yang palingmenentukan tingkahlaku, penggerak
utama, sendi dan obat mujarabkehidupan, yang membawahi dua kekuatan dan konsep-konsep
lainnya(kekuatan pertama: heredity, kedua: lingkungan). Diri kreatif bersifat padu,konsisten,
berdaulat dalam struktur kepribadian. Menurut Adler, keturunanmemberi "kemampuan
tertentu," dan lingkungan memberi "impresi/kesantertentu." Keduanya, beserta bagaimana
manusia mengalami danmenginterpretasi keturunan dan lingkungan itu, adalah bahan (batu
bata).Diri kreatif memakai bahan itu untuk membangun sikap terhadap kehidupandan
hubungan-hubungan dengan dunia luar. Jadi, diri kreatif adalah saranayang mengolah fakta-
fakta dunia dan mentransformasikan fakta-fakta itumenjadi kepribadian yang bersifat

28
subyektif, dinamik, menyatu, personal,dan unik. Diri kreatif memberi arti kepada kehidupan,
menciptakan tujuanmaupun sarana untuk mencapainya.
Adler berpendapat, setiap orang memiliki kekuatan untuk bebasmenciptakan gaya
hidupnya sendiri-sendiri. Manusia itu sendiri yangbertanggung jawab tentang siapa dirinya
dan bagaimana dia bertingkahlaku.Manusia mempunyai kekuatan kreatif untuk mengontrol
kehidupan dirinya,bertanggung jawab mengenai tujuan finalnya, menentukan
caramemperjuangkan mencapai tujuan itu, dan menyumbang pengembanganminat sosial.
Kekuatan diri kreatif itu membuat setiap manusia menjadimanusia bebas, bergerak menuju
tujuan yang terarah.
Konsep Adler mengenai kreativitas self jelas menggambarkanpandangannya yang anti
mekanistik; kehidupan manusia bukan penerimapengalaman secara pasif (Freud) tetapi
manusia adalah aktor dan inisiatortingkahlaku. Konsep ini memperkuat pandangan Adler
bahwa kepribadian itu dinamik dan bukan statik: bahwa orang selalu bergerak sepanjang
hidupnya, aktif menginterpretasi dan memakai semua pengalamannya. Adler memandang
manusia memiliki sifat-sifat altruisme, humanitarianisme, Kerjasama, kreativitas, keunikan
dan kesadaran. Adler menegakkan kembali martabat dan harga diri manusia yang telah
dihancurkan oleh psikoanalisis.

G. Perkembangan Abnormal
Menurut Adler, minat sosial yang tidak berkembang menjadi faktor yangmelatar
belakangi semua jenis salah suai (maladjusment). Di samping minatsosial yang buruk,
penderita neurotik cenderung membuat tujuan yangterlalu tinggi, memakai gaya hidup yang
kaku dan dogmatik, dan hidupdalam dunianya sendiri. Tiga ciri ini mengiringi minat sosial
yang buruk.Pengidap neurotik memasang tujuan yang tinggi sebagai kompensasi
perasaaninferiorita yang berlebihan. Tujuan yang luar biasa hebat membuat
tingkahlakumenjadi dogmatis (harus sesuai dengan aturan), dan semakin tinggi tujuansemakin
kaku usaha mencapainya. Tujuan yang tinggi itu kemudianmemisahkan mereka dari
komunitas orang disekelilingnya. Mereka hidup
dalam dunianya sendiri, memahami tujuan dengan makna pribadi.
1. Faktor Eksternal dalam Salah Suai

29
Ada tiga faktor yang membuat orang bisa menjadi salah suai, tidak perluketiga faktor
itu muncul bersama, satu faktor saja sudah cukup untukmembuat orang menjadi abnormal.
Tiga faktor itu adalah: cacat fisik yangburuk, gaya hidup manja dan gaya hidup diabaikan.
2. Kecenderungan Pengaman (Safeguarding)
Konsep Penganananmirip dengan konsep Mekanisme Pertahanan dari
Freud.Keduanyaadalah symptom yangdibentuksebagaiproteksiterhadapselfatauego.
Namunadabeberapaperbedaan
antarakeduanya.Pertama,mekanismepertahananmelindungiegodarikecemasan
instingtif,sedangkecenderunganpengamananmelindungiselfdarituntutanluar.Kedua,mekanisme
pertahananmerupakangejalaumumyangdilakukan symptom
neurotic,walaupunmungkinsetiaporang(normalatauabnormal)Semua orang, sedang
kecenderungan pengamanan merupakan salah satumemakai kecenderungan itu untuk
mempertahankan harga diri. Ketiga,mekanisme pertahanan beroperasi pada tingkat taksadar,
sedangkecenderungan pengamanan bekerja pada tingkat sadar dan taksadar.
Kecenderungan pengamanan dalam bentuk yang ringan dilakukan semuaorang, tetapi
melakukannya berlebihan/kaku, itu adalah gejala neurotik.Orang yang sangat peka
menciptakan kecenderungan pengamanan untukbertahan dari ketakutan tidak
dihargai,membatasi perasaaninferioryangberlebihan, agar memperoleh harga diri. Namun
sebenarnya kecenderunganpengamanan itu merusak diri sendiri karena mereka membangun
superioritaspersonal yang menghambat pelaku memperoleh perasaan keamanan hargadiri
yang otentik. Menurut Adler, penderita neurotik itu sebenarnyamenyadaribahwa harga diri
mereka akan lebih aman kalau mereka berhenti dari intereskepada diri sendiri dan
mengembangkan interes kepada orang lain.
Psikologi Individu menganalisis bahwa penderita neurotik takut tujuanmenjadi
superiorita personal yang dikejarnya terungkap sebagai kesalahan,dan mereka kehilangan
penghargaan dari masyarakat. Untuk mengkompensasikhayalan ini, mereka membangun
kecenderungan pengamanan, untukmelindungi diri dari rasa malu akibat perasaan inferior
yang berlebihan.Ada tiga kecendrungan pengamanan yang umum dipakai yakni; sesalan
(excuses), agresi, dan menarik diri (withdrawal).
H. Aplikasi
Ada 4, yaitu:

30
1. Keadaan Keluarga
Dalam terapi Adler hampir selalu menanyai kliennya mengenai keadaankeluarga,
yakni; urutan kelahiran, jenis kelamin dan usia saudara-saudarasekandung. Bahasan mengenai
keluarga dapat dijadikan pertimbanganbagi orang tua dalam mengasuh anak-anaknya. Adler
mengembangkanteori urutan lahir, didasarkan pada keyakinannya bahwa keturunan,
lingkungan dan kreativitas individual bergabung menentukan kepribadian.Dalam
sebuahkeluarga, setiap anak lahir dengan unsur genetik yangberbeda, masuk ke dalam seting
sosial yang berbeda, dan anak-anak itumenginterpretasi situasi dengan cara yang berbeda.
Karena itu pentinguntuk melihat urutan kelahiran (anak pertama, kedua, dan seterusnya),
dan perbedaan cara orang menginterpretasi pengalamannya.
Anak sulung mendapat perhatian yang utuh dari orang tuanya, sampaiperhatian itu
terbagi saat dia mendapat adik. Perhatian dari orang tua itucenderung membuat anak memiliki
perasaan mendalam untuk menjadi supe-rior/kuat, kecemasannya tinggi, dan terlalu
dilindungi. Kelahiran adikmenimbulkan dampak traumatik kepada anak sulung yang "turun
tahta.Peristiwa itu mengubah situasi (dari memonopoli perhatian orang tua,menjadi harus
berbagi/menjadi orang kedua sesudah adik) dan mengubahcara pandangnya terhadap dunia.
Anak sulung itu mungkin menjadi pemuda yang bertanggung jawab melindungi orang lain,
atau sebaliknya menjadiorang yang merasa tidak aman dan miskin interes sosial. Itu semua
tergantungkepada sejumlah faktor; keturunan (misalnya cacat dapat merusak polainterrelasi),
persiapan menerima saudara baru, dan interpretasi unik terhadappengalamannya sendiri.
Kalau adiknya lahir sesudah usianya 3 tahun ataulebih, dia menggabungkan peristiwa itu
dengan gaya hidup yang sudahdimilikinya. Anak sulung bisa menjadi marah dan benci kepada
adiknya,tetapi kalau dia sudah mengembangkan gaya kooperatif, dia akan memakaigaya
koperatif itu kepada adiknya. Apabila adiknya lahir sebelum dia berusia3 tahun, kemarahan
dan kebencian itu sebagian besar tidak disadari, sikapitu menjadi resisten dan sulit diubah
pada masa dewasa.
Anak kedua biasanya memulai hidup dalam situasi yang lebih baikuntuk
mengembangkan kerjasama dan minat sosial. Sampai tahap tertentu,kepribadian anak kedua
dibentuk melalui pengamatannya terhadap sikapkakaknya kepada dirinya. Jika sikap
kakaknya penuh kemarahan dankebencian, anak kedua mungkin menjadi sangat kompetitif
atau menjadipenakut dan sangat kecil hati. Umumnya anak kedua tidak

31
mengembangkankedua arah itu, tetapi masak dengan dorongan kompetisi yang baik,
memilikikeinginan yang sehat untuk mengalahkan kakaknya. Jika dia mengalamibanyak
keberhasilan, anak akan mengembangkan sikap revolusioner danmerasa bahwa otoritas itu
dapat dikalahkan.
Anak bungsu, paling sering dimanja, sehingga beresiko tinggi menjadianak bermasalah.
Mereka mudah terdorong memiliki perasaan inferiorkuat, dan tidak mampu berdiri sendiri.
Namun demikian dia mempunyaibanyak keuntungan. Mereka sering termotivasi untuk
melampaui kakak-kakaknya, menjadi anak yang ambisius.
Anak tunggal mempunyai posisi unik dalam berkompetisi, tidak dengansaudara-
saudaranya tetapi dengan ayah dan ibunya. Mereka seringmengembangkan perasaan superior
yang berlebihan, konsep dirinya rendah,dan perasaan bahwa dunia adalah tempat yang
berbahaya, khususnya kalua orang tuanya sangat memperhatikan kesehatannya. Adler
menyatakan, anak tunggal mungkin kurang baik dalam mengembangkan perasaan kerja sama
dan minat sosial, memiliki sifat parasit, dan mengharap orang lain memanjakan dan
melindunginya. Ikhtisar ciri kepribadian anak dalam dirangkum dalam table dibawah ini.

C. Teori Karen Horney

Karen Horney lahir pada tanggal 16 September 1885 di tengah keluarga Clotilde dan
Berndt Wackels Danielson. Ayahnya adalah
seorang kapten kapal, pria yang saleh sekaligus
otoriter. Anak-anaknya menggelari dia dengan
“pelempar Injil”. Karena menurut Horney, ayahnya
memang suka melempar mereka, termasuk dengan
Injil. Ibunya, yang dikenal dengan sebutan Sonni,
sangat berbeda dengan ayahnya karena dia adalah
istri kedua Berndt, 19 tahun lebih muda dan lebih
urban. Karen juga punya seorang kakak kandung
laki-laki yang juga bernama Berndt yang sangat ia
hormati seperti empat kakak seayahnya.

Masa kecil Karen, agak rumit. Misalnya ketika dia mengatakan ayahnya sebagai seorang
yang lebih memperhatikan kakaknya, Berndt, ayahnya malah membelikan hadiah dari berbagai
32
tempat di seluruh dunia. Bahkan, dia mengajak Karen ikut berlayar –tindakan yang tidak biasa
bagi seorang kapten kapal waktu itu. Namun, dia sangat tertekan dengan perhatian ayahnya yang
janggal itu. Dia lebih merasa dekat dengan ibunya. Di usia sembilan tahun, dia mengubah cara
hidupnya menjadi gadis yang ambisius dan pemberontak. Dia berkata,”Kalau aku tidak cantik,
maka aku harus pintar”, padahal dia cantik.

Waktu itu, dia jatuh hati pada saudara laki-lakinya. Karena selalu digoda, tentu saja
saudaranya menolak dia. Kejadian ini menyebabkan dia mengalami depresinya yang pertama –
persoalan yang kemudian menghantui seumur hidup. Ketika mulai dewasa, dia mengalami stres
selama beberapa tahun. Pada tahun 1904, ibunya menceraikan ayahnya dan meninggalkan Karen
dan Berndt kecil dengan ayahnya. Tahun 1906, dia masuk sekolah kedokteran hanya karena
ingin melawan keinginan orangtuanya dan tentu saja menentang kebiasaan umum bagi
masyarakat kala itu.

Selama kuliah, dia bertemu dengan mahasiswa hukum, Oscar Horney, yang menikahinya
tahun 1909. Tahun 1910, Karen melahirkan Brigitte, anak perempuan pertama dari tiga orang
anak perempuannya. Lalu, pada tahun 1911, ibunya meninggal. Rangkaian peristiwa ini sangat
berat dirasakan Karen. Inilah yang kemudian mengantarkannya menjadi seorang psikoanalis.

Sebagaimana yang diramalkan Freud, dia menikahi pria yang sama persis dengan
ayahnya. Oscar, adalah seorang pria yang otoriter, keras pada anak-anaknya, persis seperti
kapten kapal yang jadi ayahnya.

Karen, mengatakan bahwa dia tidak pernah ikut campur ketika suaminya memarahi anak-
anak mereka. Bahkan, menganggap cara itu cukup baik untuk mereka karena dapat mendorong
tumbuhnya kemandirian pada diri anak-anaknya. Baru beberapa tahun kemudian dia mengubah
cara pandangnya tentang bagaimana cara mengurus anak-anak.

Tahun 1923, usaha Oscar bangkrut dan kemudian menderita sakit radang selaput otak.
Dia kemudian berubah menjadi pria putus asa, ,menderita, dan cerewet. Pada tahun yang sama,
saudara Karen meninggal dunia akibat infeksi paru-paru. Karen benar-benar mengalami depresi,
sampai-sampai pada suatu liburan, dia berenang ke tengah laut, berniat bunuh diri.

Karen dan putri-putrinya pindah dari rumah Oscar pada tahun 1926 dan empat tahun
kemudian, dia pindah ke Brooklyn, Amerika. Brooklyn saat itu adalah pusat intelektual dunia,

33
karena banyaknya Yahudi-Yahudi pelarian dari Jerman yang menetap di sana. Di daerah inilah
kemudian Karen kenal dan bersahabat dengan baik dengan tokoh-tokoh intelektual terkenal
seperti Erich Fromm dan Harry Stack Sullivan. Bahkan, dia terlibat hubungan asmara dengan
Sullivan. Di sini pulalah dia mulai mengembangkan teori-teorinya tentang neurosis berdasarkan
pengalamannya sebagai seorang psikoanalisis. Dia membuka praktik, mengajar, dan menulis.
Sampai akhirnya meninggal tahun 1952.

Horney pada mulanya pengikut Freud, yang kemudian terpengaruh oleh Jung dan
Adler. Akhirnya dia mengembangkan pendekatan kepribadian yang holistik, manusia berada
dalam satu totalitas pengalaman dan fungsinya, dan bagian-bagian kepribadian seperti
fisikokimia, emosi, kognisi, sosial, kultural, spiritual, hanya dapat dipelajari dalam
hubungannya satu dengan yang lain sebagai kepribadian yang utuh. Pakar psikoterapi lain
seperti Monroe berpendapat teori dan konsep Horney berbeda secara radikal dengan pikiran
Freud dan Freudian, sehingga sukar mencari kesejajaran antara keduanya. Namun Horney
sendiri menyatakan bahwa "tidak ada hal penting yang dapat dikerjakan di ranah psikologi dan
psikoterapi tanpa mengakui temuan fundamental dari Freud." Menurut Horney, doktrin Freud
yang terpenting adalah :

1. Semua proses dan event psikis bersifat ditentukan (semua terjadi karena alasan tertentu, dan
bukan terjadi secara random).

2. Semua tingkah laku mungkin ditentukan oleh motivasi tak sadar.

3. Motivasi yang mendorong manusia adalah kekuatan yang bersifat emosional dan non
rasional.

Di sisi lain, Horney menentang teori Freud dalam hal:

1. Teori Freud terlalu mekanistik dan biologik sehingga tidak bisa menggambarkan keutuhan
motivasi dan tingkahlaku manusia.

2. Perhatian Freud terhadap interrelasi manusia sangat kecil, sehingga berakibat penekanan
yang salah pada motivasi seksual dan konflik. Seharusnya, keamanan dan ketidakpuasan (non
seksual) yang menjadi kekuatan pendorong berfungsinya kepribadian.

3. Tingakah laku agresi dan destruksi bukan hereditas seperti yang dikemukakan Freud, tetapi
merupakan sarana bagaimana orang berusaha melindungi keamanannya.

34
4. Freud berpendapat penis envy adalah gambaran wanita yang inferior dan cemburu karena
peran kelaminnya lebih rendah dari laki-laki, sedang Horney (dan Adler) berpendapat bahwa
penis envy adalah simbolik wanita yang menginginkan persamaan status dan kekuasaan seperti
pria.

A. Kecemasan Dan Konflik Menurut Horney, semua orang mengalami creature anxiety,
perasaan kecemasan yang normal muncul pada masa bayi, ketika bayi yang lahir dalam
keadaan tak berdaya dan rentan itu dihadapkan dengan kekuatan alam yang keras dan tidak
bisa dikontrol. Bimbingan yang penuh kasih sayang dan cinta pada awal kehidupan membantu
bayi belajar menangani situasi bahaya itu. Sebaliknya, tanpa bimbingan yang memadai bayi
akan mengembangkan basic anxiety, basic hostility, dan terkadang neurotic distress.

1. Kecemasan Dasar dan Permusuhan Dasar (Basic Anxiety dan Basic Hostility) Kecemasan
dasar berasal dari takut; suatu peningkatan yang berbahaya dari perasaan tak berteman dan tak
berdaya dalam dunia penuh ancaman. Kecemasan dasar selalu dibarengi oleh Permusuhan
dasar, berasal dari perasaan marah, suatu predisposisi untuk mengantisipasi bahaya dari orang
lain dan untuk mencurigai orang lain itu. Bersama-sama, kecemasan dan permusuhan membuat
orang yakin bahwa dirinya harus dijaga untuk melindungi keamanannya.
kesadaran, karena menunujukkan rasa takut bisa membuka kelemahan diri, dan Kecemasan dan
permusuhan cenderung direpres, atau dikeluarkan dari menunjukkan rasa marah beresiko
dihukum dan kehilangan cinta dan keamanan. Bayi kemudian mengalami peroses melingkar,

35
yang oleh Horney dinamakan lingkaran setan atau vicious circle (Gambar 8.1). Dimulai sejak
lahir, bayi membutuhkan kehangatan dan kasih sayang untuk dapat menghadapi tekanan
lingkungan. (1) Kalau kehangatan cinta dan kasih sayang ini tidak cukup diperoleh, -> (2) bayi
menjadi marah dan muncul perasaan permusuhan karena diperlakukan secara salah itu, (3)
tetapi kemarahan harus direpres agar perolehan cinta dan rasa aman yang hanya sedikit (tidak
cukup) itu tidak hilang sama sekali, (4) perasaan menjadi kacau, muncul kecemasan dasar dan
kemarahan dasar, -> (5) kebutuhan kasih sayang dan cinta semakin besar, > (6) kemungkinan
akan semakin banyak kebutuhan kasih sayang yang tidak terpenuhi, sehingga semakin kuat
pula perasaan marah yang timbul, → (7) perasaan permusuhan menjadi semakin kuat, -> (8)
represi harus semakin kuat dilakukan agar perolehan kasih sayang yang hanya sedikit itu tidak
hilang, → (9) tegangan perasaan kacau, marah, gusar, mengamuk semakin kuat, -> kembali ke
(4) Ini akan membuat kecemasan dasar dan permusuhan dasar semakin kuat dan akan terus
semakin parah kalau lingkaran 4>5>6>7>8>9>4 > dst. terus menerus terjadi. Teori Horney
tentang neurosis didasarkan pada konsep gangguan psikis yang membuat orang terkunci dalam
lingkaran yang membuat tingkah laku tertekan dan tidak produktif terus-menerus semakin
parah di atas.

2. Konflik Interpersonal: Kebebasan versus Kesepian Konflik adalah pertentangan antar


kekuatan yang berhadapan dalam fungsi manusia, yang tidak dapat dihindari. Mengalami
konflik tidak berarti mengidap neurotik. Suatu ketika, harapan, minat, atau pendirian seseorang
bertabrakan dengan orang lain. Konflik dalam diri sendiri adalah bagian yang integral dari
kehidupan manusia, misalnya dihadapkan pilihan dua keinginan yang arahnya berbeda, atau
antara harapan dengan kewajiban, atau antara dua perangkat nilai. Juga, nilai kultural sering
mengalami konflik di dalam maupun dengan nilai diluarnya. Misalnya, masyarakat mendorong
anggotanya untuk berkompetisi meraih prestasi, tetapi juga mewajibkan orang mempedulikan
orang lain dan mendahulukan minat kepentingan orang lain daripada kepentingan pribadi.
Nilai-nilai tradisional menuntut peran ibu sebagai pengasuh anak bertentangan dengan nilai
modern yang menghargai persamaan hak pria dan wanita. Perbedaan konflik normal dengan
konflik neurotik adalah taraf atau tinggi rendahnya. Setiap orang memakai berbagai cara
mempertahankan diri melawan penolakan, permusuhan, dan persaingan dari orang lain. Orang
normal mampu memakai bermacam-macam strategi pertahanan disesuaikan dengan
masalahnya, sedang orang neurotik secara kompulsif memakai strategi pertahanan yang sama

36
yang pada dasarnya tidak produktif. Orang dengan kecemasan dasar mungkin memulai hidup
dengan konflik yang sangat berat, konflik antara kebutuhan rasa aman dan kebutuhan
menyatakan kebebasan emosi dan pikiran. Semuanya dimulai dari hubungan bayi dengan
ibunya, hubungan antar manusia. Horney mengemukakan 10 kebutuhan neurotik, yakni
kebutuhan yang timbul sebagai akibat dari usaha menemukan pemecahan-pemecahan masalah
gangguan hubungan antar manusia.

a. Kebutuhan kasih sayang dan penerimaan: Keinginan membabi-buta untuk menyenangkan


orang lain dan berbuat sesuai dengan harapan orang lain. Orang itu mengharapkan dapat
diterima baik orang lain, sehingga berusaha bertingkah laku sesuai dengan harapan orang lain,
cenderung takut berkemauan, dan sangat peka terganggu dengan tanda-tanda permusuhan dan
penolakan dari orang lain, dan perasaan permusuhan di dalam dirinya sendiri.

b. Kebutuhan partner yang bersedia mengambil alih kehidupannya: Tidak memiliki


kepercayaan diri, berusaha mengikatkan diri dengan partner yang kuat. Kebutuhan ini
mencakup penghargaan yang berlebihan terhadap cinta, dan ketakutan akan kesepian dan
diabaikan.

c. Kebutuhan membatasi kehidupan dalam ranah sempit: Penderita neurotic sering berusaha
untuk tetap tidak menarik perhatian, menjadi orang ke dua, puas dengan yang serba sedikit.
Mereka merendahkan nilai kemampuan mereka sendiri, dan takut menyuruh orang lain.
d. Kekuasaan: Kekuatan dan kasih sayang mungkin dua kebutuhan neurotic yang terbesar.
Kebutuhan kekuatan, keinginan berkuasa, tidak menghormati orang lain, memuja kekuatan dan
melecehkan kelemahan, biasanya dikombinasikan dengan kebutuhan prestis dan kepemilikan,
yang berujud sebagai kebutuhan mengontrol orang lain dan menolak perasaan lemah atau
bodoh.

e. Kebutuhan mengeksploitasi orang lain: Takut menggunakan kekuasaan secara terang-


terangan, menguasai orang orang lain melalui eksploitasi dan superiorita intelektual. Neurotik
sering mengevaluasi orang lain berdasarkan bagaimana mereka dapat dimanfaatkan atau
dieksploitasi, pada saat yang sama mereka takut dieksploitasi orang lain.

f. Kebutuhan pengakuan sosial atau prestise: Kebutuhan memperoleh penghargaan sebesar-


besarnya dari masyarakat. Banyak orang yang berjuang melawan kecemasan dasar dengan
berusaha menjadi satu, menjadi yang terpenting, menjadi pusat perhatian.

37
g. Kebutuhan menjadi pribadi yang dikagumi: Pengidap narkotik memiliki gambaran diri
melambung dan ingin dikagumi atas dasar gambaran itu, bukan atas siapa sesungguhnya
mereka. Inflasi harga diri yang terus menerus terjadi harus ditutupi juga secara terus memerus
dengan penghargaan dan penerimaan dari orang lain.

h. Kebutuhan ambisi dan prestasi pribadi: Penderita neurotik sering memiliki dorongan untuk
menjadi yang terbaik penjual terbaik, pemain bowling terbaik, pecinta terbaik. Mereka ingin
menjadi yang terbaik dan memaksa diri untuk semakin berprestasi sebagai akibat dari perasaan
tidak aman, harus mengalahkan orang lain untuk menyatakan superioritasnya.

i. Kebutuhan mencukupi diri sendiri & independensi: Neurotik yang kecewa gagal menemukan
hubungan-hubungan yang hangat dan memuaskan dengan orang lain yang cenderung akan
memisahkan diri tidak mau terikat dengan orang lain menjadi orang menyendiri. Mereka
memiliki keinginan yang kuat untuk jauh dari orang lain, membuktikan bahwa mereka bisa
hidup tanpa orang lain. Gambaran khas dari sifat "play boy" yang tidak mau terikat dengan
wanita manapun.

j. Kebutuhan kesempurnaan dan ketaktercelaan: Melalui perjuangan yang tidak mengenal lelah
untuk menjadi sempurna, penderita neurotic membuktikan harga diri dan superioritas
pribadinya. Mereka sangat takut membuat kesalahan dan mati-matian berusaha
menyembunyikan kelemahannya dari orang lain.

3. Konflik Intrapsikis Kecenderungan neurotik yang timbul dari kecemasan dasar, berkembang
dari hubungan anak dengan orang lain. Dinamika kejiwaan yang terjadi menekankan pada
konflik budaya dan hubungan antar pribadi. Dalam hal ini Horney tidak mengabaikan faktor
intrapsikis dalam perkembangan kepribadian. Menurutnya, proses intrapsikis semula berasal
dari pengalaman hubungan antar pribadi yang sesudah menjadi bagian dari sistem keyakinan,
proses intrapsikis itu mengembangkan eksistensi dirinya terpisah dari konflik interpersonal.
Untuk dapat memahami konflik intrapsikis yang sarat dengan dinamika diri, perlu difahami
empat gambaran diri dari Horney. Ada empat macam konsep diri, tiga konsep yang subjektif,
sedang satu konsep yang objektif. Konsep yang subjektif berupa pandangan diri rendah,
pandangan diri yang sebenarnya, dan pandangan diri yang seharusnya. Sedang konsep yang
obyektif adalah pandangan diri seperti apa adanya. Deskripsi empat konsep diri itu sebagai
berikut:

38
a. Diri rendah (Despised Real Sell): Konsep yang salah tentang kemampuan diri, keberhargaan
dan kemenarikan diri, yang didasarkan pada evaluasi orang lain yang dipercayainya, khususnya
orang tuanya. Evaluasi negative mungkin mendorong orang untuk merasa tak berdaya.

b. Diri Nyata (Real Self): Pandangan subjektif bagaimana diri yang sebenarnya, mencakup
potensi untuk berkembang, kebahagiaan, kekuatan, kemauan, kemampuan khusus, dan
keinginan untuk "realisasi diri," keinginan untuk spontan menyatakan diri yang sebenarnya.
c. Diri Ideal (Ideal self): Pandangan subyektif mengenai diri yang seharusnya, suatu usaha
untuk menjadi sempurna dalam bentuk khayalan, sebagai kompensasi perasaan tidak mampu
dan tidak dicintai

d. Diri Aktual (Actual Self: Berbeda dengan real self yang subyektif, actual self adalah
kenyataan obyektif diri seseorang, fisik dan mental apa adanya, tanpa dipengaruhi oleh
persepsi orang lain.

Konflik intrapsikis yang terpenting adalah antara gambaran diri ideal (ideal self-image) dengan
diri yang dipandang rendah (Despised Real Self). Membangun diri-ideal adalah usaha untuk
memecahkan konflik dengan membuat gambaran bagus mengenai diri sendiri. Diri rendah
adalah kecenderungan yang kuat dan irasional untuk merusak gambaran nyata diri. Ketika
orang membangun gambaran diri-ideal, gambaran diri-nyata dibuang jauh-jauh. Ini
menimbulkan keterpisahan yang semakin jauh antara diri nyata dengan diri ideal, dan
mengakibatkan pengidap neurotik membenci dan merusak diri aktualnya, karena gambaran diri
aktual itu tidak bis disejajarkan dengan kebanggaan gambaran diri ideal.

4. Diri Ideal (Ideal Self Horney yakin bahwa manusia kalau mendapat lingkungan yang disiplin
dan hangat, akan mengembangkan perasaan aman dan percaya diri dan kecenderungan untuk
bergerak menuju realisasi diri. Celakanya, pengaruh negatif pada awal perkembangan sering
merusak kecenderungan alami menuju realisasi diri, yang membuat orang merasa terisolir,
inferior, dan asing dengan dirinya sendiri. Sesudah mengalami perasaan negatif itu, orang
sangat menginginkan memperoleh perasaan identitas yang mantap. Itu dilakukan dengan
menciptakan gambaran diri ideal, suatu pandangan yang sangat positif mengenai diri yang
hanya muncul dalam fikiran/khayalan. Orang itu menggambarkan dirinya mempunyai kekuatan
dan keagungan yang tak terbatas, dia menjadi pahlawan, menjadi jenius, menjadi pecinta hebat,
menjadi nabi, bahkan menjadi Tuhan. Diri ideal itu bukan bangunan yang utuh. Penderita

39
neurotik membanggakan diri dengan cara yang berbeda-beda. Orang yang komplian
memandang diri sebagai orang yang sangat baik dan suci, orang yang agresif mengembangkan
diri ideal sebagai orang yang kuat, heroik, dan mahakuasa, sedang orang yang memisahkan diri
menggambarkan diri sebagai orang yang bijak, mencukupi diri, dan mandiri. Ketika gambaran
diri ideal menjadi semakin kuat, pengidap neurotic mulai percaya bahwa gambaran ideal itu
nyata. Mereka kehilangan sentuhan dengan diri nyata mereka sendiri dan memakai diri ideal
sebagai standar evaluasi diri. Mereka bukannya bergerak menuju realisasi diri, tetapi mereka
bergerak menuju aktualisasi diri ideal. Horney mengemukakan ada tiga aspek diri ideal
neurotik, yakni pencarian keagungan yang neurotik, penuntut yang neurotik, dan kebanggaan
neurotik.

a. Pencarian Keagungan Neurotik (Neurotic Search for Glory) Pencarian keagungan yang
neurotik adalah gambaran orang yang menganggap diri ideal itu nyata, mereka
memasukkannya secara komprehensif ke dalam semua aspek hidupnya, menjadikannya sebagai
acuan tujuan, konsep diri, dan hubungannya dengan orang lain. Orang semacam itu
membutuhan kesempurnaan (need for perfection), mempunyai ambisi yang neurotik (neurotic
ambition), dan dorongan untuk menang dalam balas dendam (drive toward a vindivtide
triumph).

1) Kebutuhan kesempurnaan: Merupakan dorongan untuk menggabungkan keseluruhan


kepribadian ke dalam diri ideal. Neurotik tidak puas dengan sedikit perubahan, tidak menerima
yang belum sempurna. Mereka meraih kesempurnaan dengan membangun seperangkat
"keharusan" dan "ketidak-harusan" yang kompleks. Ini yang kemudian dinamakan oleh
Horney: Tirani kebolehan (tyranny of the should). Berjuang menuju gambaran kesempurnaan
yang khayal, orang neurotik secara tidak sadar mengatakan kepada dirinya sendiri: "Lupakan
bahwa kamu itu nyatanya makhluk yang memalukan, inilah bagaimana kamu yang
seharusnya."

2) Ambisi neurotik: Adalah pencarian keagungan diri melalui dorongan menjadi superior yang
kompulsif. Walaupun orang neurotik mempunyai keinginan yang kuat mengungguli apapun,
mereka secara teratur menyalurkan enerjinya ke aktivitas yang paling berpeluang sukses.
Karena itu, dorongan ini mungkin memakai beberapa bentuk yang berbeda sepanjang hidup
manusia. Misalnya, ketika masih di sekolah, ambisi menjadi siswa terbaik, ketika bekerja,

40
ambisi menjadi yang paling sukses, ambisi menjadi yang paling dermawan, atau yang paling
baik hati.

3) Dorongan untuk balas dendam: Merupakan aspek neurotik yang berbahaya. Keinginan balas
dendam ini mungkin disembunyikan sebagai dorongan berprestasi sukses, tetapi tujuan
utamanya adalah membuat orang lain malu, atau mengalahkan mereka melalui kelebihan
mereka, atau untuk memperoleh kekuatan, untuk membuat sengsara orang lain umumnya
dengan melalui penghinaan. Dorongan balas dendam tumbuh dari keinginan anak untuk
membalas penghinaan yang nyata maupun yang khayal. Sukses membalas dendam, tidak
membuat dorongan balas dendamnya reda, bahkan dorongan itu menanjak setiap kali ada
kemenangan. Setiap kesuksesan akan meningkatkan ketakutan bakal kalah dan ini
meningkatkan perasaan keagungan, yang meningkatkan keinginan untuk memperoleh
kemenangan balas dendam yang baru.

b. Penuntut yang Neurotik

Pencarian keagungan dengan cara membangun dunia fantasi dunia yang tidak selaras dengan
dunia nyata. Meyakini bahwa ada yang salah dengan dunia luar, mereka menganggap bahwa
diri mereka itu khusus sehingga berhak diperlakukan sesuai dengan gambaran diri ideal mereka
sendiri. Karena kebutuhan mereka sangat sesuai dengan gambaran diri idealnya, mereka tidak
dapat melihat bahwa tuntutan mendapat perlakuan khusus itu tidak masuk akal. Tuntutan
neurotik ini ada pada orang normal, tetapi kalua keinginan itu tidak terpenuhi, orang normal
akan mengalami frustasi dalam batas yang bisa dimengerti. Pada penderita neurotik, kalau
tuntutan mereka tidak terpenuhi, mereka menjadi marah, bingung, dan tidak mampu
memahami mengapa orang lain tidak memperhatikan tuntutannya.

c. Kebanggaan Neurotik

Kebanggaan neurotik adalah kebanggaan yang semu, bukan didasarkan pada pandangan diri
yang realistik, tetapi didasarkan pada gambaran palsu dari diri ideal. Ada perbedaan kualitatif,
antara kebanggaan neurotik dengan kebanggaan yang sehat atau penghargaan diri (self-esteent)
yang realistik. Penghargaan diri yang asli didasarkan pada ciri-ciri dan pencapaian yang
realistik, dan umumnya diekspresikan dengan penuh martabat. Sebaliknya kebanggaan
neurotik didasarkan pada gambaran diri ideal dan biasanya diumumkan keras-keras dalam
rangka melindungi dan mendukung pandangan kebanggaan kepada diri sendiri. Orang neurotik

41
memandang dirinya sebagai orang yang mulia, hebat, dan sempurna, sehingga kalau orang lain
tidak memperlakukan mereka dengan pertimbangan khusus, orang itu menjadi sedih. Untuk
melindungi dari kesedihan itu, mereka menghindari orang yang menolak mengakui tuntutan
neurotiknya, dan mereka berusaha mengikatkan diri dengan institusi yang secara sosial
memiliki prestis.

d. Menghina Diri (Despise Self)

Orang neurotik yang mencari keagungan tidak pernah puas dengan dirinya sendiri, karena
mereka akhirnya menyadari bahwa diri nyata tidak cocok dengan diri ideal yang mereka
dambakan. Mereka kemudian mulai membenci dan memandang rendah dirinya sendiri.
Keagungan diri (yang fantastis) bukan hanya menjadi hantu yang terus dikejar, tetapi juga
menjadi alat ukur untuk menilai kenyataan diri. Tentu diri aktual menjadi memalukan kalua
dilihat dari perspektif kesempurnaan fantastis itu, sehingga mau tidak mau orang lalu
menghina diri sendiri. Horney mengemukakan enam cara orang mengekspresikan kebencian
diri itu:

1) Menuntut kebutuhan kepada diri tanpa ukuran (relentles demands on the self): Merupakan
contoh pemaksaan dari seharusnya (tyranny of the should). Orang memunculkan kebutuhan
diri yang tidak pernah berhenti. Bahkan ketika mereka mencapai keberhasilan, mereka terus
mendorong dirinya sendiri untuk bergerak menuju kesempurnaan.

2) Menyalahkan diri tanpa ampun (merciless self-accusation). Orang neurotic yang terus
menerus mencaci-maki diri sendiri. Kalau saja orang tahu, mereka akan menyadari bahwa saya
berpura-pura pandai, kompeten, dan baik hati. Saya nyata-nyata menipu, tetapi tidak ada orang
yang tahu. Menyalahkan diri bentuknya bisa bermacam-macam, mulai dari ekspresi luar biasa
hebat, misalnya merasa bertanggung jawab terhadap bencana alam, sampai menanyai secermat-
cermatnya kebaikan dari motivasinya sendiri.

3) Menghina diri (self-contempt): Diekspresikan dalam ujud memandang kecil, meremehkan,


meragukan, mencemarkan, dan mentertawakan diri sendiri. Menghina diri mencegah yang
bersangkutan dari perjuangan untuk maju atau berprestasi. Remaja mungkin berkata kepada
dirinya sendiri, "Kamu idiot yang sombong! Apa yang membuatmu berfikir bisa berpacaran
dengan wanita tercantik di kota ini?" Wanita sering mengatakan bahwa sukses karirnya itu
"nasib baik."

42
4) Frustrasi diri (Self-frustration): Perbedaan antara disiplin diri yang sehat dengan frustrasi
diri yang neurotik adalah; Disiplin yang sehat menunda atau mendahulukan aktivitas yang
menyenangkan dalam rangka mencapai tujuan yang masuk akal, sedang frustrasi diri
melakukannya karena benci- diri dan dilakukan untuk mengaktualisasi gambaran diri yang
rendah. Orang neurotik sering membelenggu diri dengan tabu untuk menentang kesenangan.
"Saya tidak boleh marakai pakaian bagus karena banyak orang di seluruh dunia yang
pakaiannya buruk." "Saya tidak berjuang untuk mendapat pekerjaan yang lebih baik karena
saya tidak cukup bagus untuk itu."

5) Menyiksa diri (self-torment): Pada dasarnya semua mekanisme diri-rendah mengandung


makna menyiksa diri. Namun ini menjadi kategori terpisah kalau tujuan utama orang neurotik
itu membahayakan atau menyakiti diri sendiri. Banyak orang memperoleh kepuasan masokism
dengan mengalami penderitaan akibat suatu keputusan, memperparah sakit kepala, melukai diri
dengan pisau, menantang berkelahi dengan orang yang jauh lebih kuat, atau mengundang
siksaan fisik.

6) Tingkah laku dan dorongan merusak diri (self destructive action and impuls): Bisa fisikal
atau psikologikal, disadari atau tidak disadari, akut atau kronik, benar-benar dilakukan atau
hanya dalam imajinasi. Makan terlalu banyak, pemabuk, pecandu narkotik, pekerja terlalu
keras, pengemudi ugal-ugalan, dan bunuh diri merupakan ekspresi merusak diri secara fisik.
Orang neurotik juga merusak diri secara psikologis, misalnya berhenti bekerja ketika karirnya
mulai menanjak, memutus hubungan persahabatan yang sehat dan memilih pergaulan yang
neurotis, atau melakukan aktivitas seksual promiskuitas.

B. Mengatasi Konflik

1. Gaya Hubungan Interpersonal (Interpersonal Style)

Ada tiga macam gaya hubungan interpersonal, yakni; kecenderungan mendekat (moving
toward others atau self effacement), kecenderungan menentang (moving againt others atau
seeking domination), dan kecenderungan menjauh (moving away from others atau avoid
relation). Penyebab utama timbulnya tingkah laku neurotik menurut Horney adalah hubungan
interpersonal yang salah, karena itu mengatasi tingkahlaku neurotik, konflik dan kecemasan
hanya dapat dilakukan melalui perbaikan hubungan interpersonal yang salah itu. Semua orang
baik yang normal atau yang neurotik memakai ketiga gaya itu untuk melawan konflik dan

43
kecemasannya. Perbedaan antara gaya hubungan interpersonal yang normal dengan yang
neurotik, ada pada bagaimana terjadinya tingkah laku. Pada orang normal, tingkahlaku atau
pilihan gaya yang dipakai berubah-ubah dari gaya yang satu ke gaya yang lain secara spontan,
sedang pada pengidap neurotik pilihan gaya cenderung tetap, tidak berubah, memakai satu
gaya secara kompulsif.

10 kebutuhan neurotik yang tidak lain dan tidak bukan adalah cara orang bertingkah laku
bertahan dari kecemasan dasar dan permusuhan dasar, dapat dikelompokkan ke dalam tiga
gaya hubungan interpersonal, dengan menimbang latar belakang perasaan dari kebutuhan-
kebutuhan itu.

a. Bergerak Mendekat Orang Lain


Orang mendekati orang lain sebagai usaha untuk melawan perasaan tak berdaya. Orang
yang merasa selalu kalah atau mudah kalah (compliant), menjadi sangat membutuhkan
kasih sayang-penerimaan, dan atau membutuhkan partner yang kuat yang dapat
mengambil tanggung jawab terhadap kehidupannya. Horney menamakan kebutuhan ini
sebagai ketergantungan yang tidak normal (morbid dependency) sebagai lawan dari
saling tergantung (codependency). Kecenderungan neurotik mendekat orang lain,
melibatkan strategi yang kompleks, karena mencakup keseluruhan fikiran, perasaan,
tingkah laku keseluruhan gaya hidup seseorang. Itu adalah filsafat hidup. Orang
neurotic yang memakai filsafat hidup semacam itu memandang dirinya sebagai orang
yang mudah dicintai, baik hati, tidak mementingkan diri sendiri, sederhana, dan peka
dengan perasaan orang lain. Mereka bersedia menempatkan diri dibawah orang lain,
menempatkan orang lain lebih cerdas dan lebih menarik, dan menilai diri sesuai dengan

44
fikiran orang mengenai dirinya.

b. Bergerak Melawan Orang Lain


Orang yang agresif memandang orang lain sebagai musuh, dan memakai strategi
melawan orang lain untuk meredakan kecemasannya. Seperti orang komplian dia
mendekat orang lain, tetapi bukannya menyerahkan diri, dia malahan bersikap buruk
dan kasar. Mereka dimotivasi untuk mengeksploitasi orang lain, dan memanfaatkan
orang lain untuk keuntungan pribadinya. Mereka tidak mau menerima kesalahannya
sendiri, secara kompulsif berusaha tampil sempurna, kuat, dan superior. Lima dari 10
kebutuhan neurotik, termasuk klasifikasi kecenderungan menyerang, yakni kebutuhan
menjadi kuat, mengeksploitasi orang lain, memperoleh prestise, dihormati, dan
berprestasi. Orang-orang ini mungkin tampil sebagai pekerja keras dan bersemangat,
tetapi tidak merasa senang dengan pekerjaannya.

45
Dari sisi perlakuan kepada orang lain, komplian berlawanan dengan agresi.
Komplian mengharapkan kasih sayang dari orang lain, sedang agresif memandang
orang lain sebagai musuh. Namun dari segi perolehan kepuasan, keduanya sama; yakni
sama-sama memperoleh kepuasan dari luar dari orang lain. Ini berbeda dengan gaya
hubungan interpersonal yang ketiga yang tidak terlalu memerlukan orang lain.
c. Bergerak Menjauh Dari Orang Lain
Untuk mengatasi konflik dasar isolasi, orang justru memisahkan diri, memakai
kecenderungan neurotik menjauh dari orang lain. Strategi ini adalah ekspresi kebutuhan
keleluasaan pribadi (privacy), kemandirian, dan kecukupan diri sendiri (self-
sufficiency). Kebutuhan semacam itu dapat menimbulkan tingkah laku yang positif,
tetapi juga bisa negatif, neurotic kalau orang secara kompulsif berusaha memuaskan
diri dengan mengambil jarak secara emosional dengan orang lain.
Penderita neurotik mengalami keterdekatan dengan orang lain sebagai pengalaman
yang sangat menyakitkan. Akibatnya mereka menjadi kompulsif menjauhi orang lain,
memperoleh otonomi dan keterpisahan. Sering mereka membangun dunianya sendiri
dan menolak mengikuti orang lain. Mereka menilai tinggi kebebasan dan kecukupan
diri, sering tampak menyendiri dan sukar didekati.
C. Aplikasi
1. Psikologi Wanita Sebagai pengikut Freud, Horney berangsur-angsur menyadari
bahwa pandangan psikoanalitik tradisonal mengenai wanita tidak seimbang. Dia
kemudian mengembangkan sendiri teori psikologi wanita, yang menolak beberapa
konsep dasar Freud.

 Perbedaan Pria-Wanita

Menurut Horney bukan sekedar perbedaan anatomi, tetapi lebih sebagai


perbedaan harapan sosial dan kultural. Pria yang menundukkan dan mengatur
wanita, dan wanita yang menghina atau mencemburui pria, mereka melakukan
hal itu karena kompetisi yang neurotik yang merajalela di berbagai masyarakat.
Menurut Horney, kecemasan dasarlah yang menjadi akar keinginan laki-laki
menaklukkan wanita dan keinginan wanita menghina laki-laki.

 Odipus Kompleks

46
Horney mengakui adanya odipus kompleks, hanya saja hal itu berhubungan
dengan kondisi lingkungan tertentu, bukan berhubungan dengan perkembangan
biologis. Kalau odipus kompleks itu hasil dari anatomi, maka peristiwa itu
bersifat universal sebagaimana yang dikemukakan Freud. Namun menurut
Horney, tidak ada bukti keuniversalannya. Menurutnya, odipus hanya ditemukan
pada beberapa orang dan itu merupakan ekspresi neurotik kebutuhan cinta, yang
bersama-sama dengan 9 kebutuhan-kebutuhan lainnya muncul pada usia dini.
Anak-anak mungkin memeluk ibunya dan mengekspresikan kecemburuan
kepada ayahnya, tetapi tingkahlaku ini adalah usaha untuk menghilangkan
kecemasan dasar, bukan manifestasi anatomic odipus kompleks. Bahkan kalau
ada aspek seksual dalam tingkahlaku odipus, tujuan utamanya adalah rasa aman,
bukan hubungan seks.

 Cemburu Penis

Horney menolak konsep penis envy dari Freud, dan cenderung mengikuti fikiran
Adler. Banyak perempuan yang memiliki masculine protest: keyakinan
patologik bahwa laki-laki lebih superior dari perempuan yang kemudian menjadi
keinginan neurotik untuk menjadi laki-laki. Keinginan itu bukan karena
cemburu-penis, tetapi lebih sebagai kecemburuan terhadap penilaian dan hak
berlebih yang diberikan budaya kepada laki-laki.
2. Psikoterapi
Menurut Horney, neurosis berkembang dari konflik dasar yang mulai muncul
pada masa anak-anak. Ketika orang berusaha mengatasi konflik dasar itu, mereka
umumnya memakai salah satu (atau semua) dari tiga kecenderungan neurotik, yakni
bergerak mendekat, melawan, atau menjauh. Taktik itu dapat mengatasi konflik, tetapi
juga dapat membuat orang terdorong semakin jauh dari aktualisasi diri-nyata, dan
terperangkap semakin dalam di spiral neurotik. Tujuan terapi Horney adalah
membantu klien secara bertahap berkembang ke arah realisasi-diri, berhenti dari
berfantasi diri-ideal, melepaskan pencarian kemasyhuran neurotik, dan mengubah
benci-diri menjadi menerima diri-nyata. Celakanya, banyak klien yang meyakini
kebenaran dari pemecahan neurotik mereka, sehingga mereka enggan berhenti dari

47
kecenderungan neurotiknya. Tugas terapis meyakinkan bahwa pemecahan yang
mereka pakai justru mengekalkan dan bukan menghilangkan sumber neurosis, tugas
yang memakan waktu dan kerja keras. Horney juga memakai mimpi dan asosiasi
bebas untuk memahami kliennya. Baginya, mimpi adalah usaha untuk mengatasi
konflik, kalua terapis dapat menginterpretasi dengan tepat, dapat membantu klien
memahami diri nyata-nya secara lebih baik. Asosiasi bebas oleh Horney dihubungkan
dengan ungkapan gambaran diri ideal klien, dan kegagalan usaha-usaha untuk
mengatasi kecemasan dasar.

D. Teori Erich Fromm


1. Biografi

Erich Pinchas Fromm lahir pada tanggal 23 Maret 1900 di kota Frankfurt am-
Jerman. Ia adalah anak tunggal dari pasangan Naphtali Fromm dan Rosa Krause dari
sebuah keluarga Yahudi Ortodoks. Kondisi sosial dan karakter kedua orang tuanya yang
bertolak belakang sangat membentuk kepribadian Fromm. Ayahnya sangat sibuk dengan
upaya untuk mengatasi konflik antara dunia Yahudi pramodern dengan dunia modern. Di
satu sisi sebagai orang Yahudi yang hidup dalam pramodern, Napthali sibuk belajar dan
studi Talmud, di sisi lain sebagai bagian orang yang hidup di tengah dunia modern ia juga
mengumpulkan uang dan kekayaan material serta mengejar kemewahan dan mengatasi
persaingan individualistis. Ini membuat Napthali keras dan ketat pada anaknya.
Sementara itu ibu Fromm pun kurang memberi perhatian terhadapnya, karena nama
Fromm yang disandangnya. Ia merasa yang dicintai oleh ibunya bukan seorang Fromm,
melainkan seorang anggota keluarga Krause. Situasi ini membuat Erich harus berani
untuk menolak sifat “Fromm” dalam dirinya demi mendapatkan cinta dari keluarga
ibunya. Pada umur 12 tahun Erich telah yakin bahwa gaya hidup yang mencurahkan
seluruh tenaga dan waktu demi mencari nafkah hidup, mencari uang dan harta benda
materiil adalah hidup yang sia-sia. Sepanjang hidupnya dia merasa terasing dalam dunia
bisnis dan modern.

Pada tahun 1918, Fromm melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Pada


awalnya ia memilih studi ilmu hukum di Universitas Frankfurt dengan motiviasi dasar
membangun masyarakat baru berdasarkan hukum sebagai kristalisasi minimal etika.
48
Namun cita-cita ini kandas. Setelah mengikuti perkuliahan selama satu tahun, Fromm
merasa tidak tertarik. Ia kemudian pindah ke Universitas Heidelberg untuk mempelajari
psikologi, filsafat dan sosiologi. Di universitas ini Fromm bertemu dengan Alfred Weber,
seorang sosiolog, yang tidak lain adalah adik dari Max Weber. Alfred Weber adalah
pembimbing disertasi doktor Fromm.

Pada tahun 1926 Fromm berkenalan dengan psikolog Frieda Reichmann yang
memperkenalkan ilmu psiko analisis Freud kepadanya dan mengajaknya untuk bekerja di
sebuah Senatorium swasta. Kedekatanya dengan Frieda Reichmann membuatnya
menikah dengan wanita itu pada tanggal 16 juni 1926. Sayangnya, pernikahan keduanya
hanya bertahan empat tahun. Pada tahun 1931 Fromm mengidap penyakit Tuberkulosis
(TBC), dan pada tahun 1932 dia bercerai dengan istrinya tersebut. Pada tahun 1930 ia
membuka praktek psiko analisisnya di Berlin. Pada tahun 1934 dia memulai kritiknya
atas teori libido seksual freud dan memulai mengembangkan psikologi sosial.

Sejak tahun 1933 ketika kekuasaan Hittler berjaya di Jerman, banyak sarjana
brilian diusir keluar dari Jerman dan menjadi imigran di Amerika Serikat. Fromm adalah
salah satu di antaranya. Pada tahun 1939 Fromm pindah ke New York dan meneruskan
praktik terapeutis, sambil menerima jabatan sebagai profesor tamu di Universitas
Columbia. Di tempat tinggalnya yang baru ini, Fromm menyesuaikan psikoanalisisnya
yang bergaya spekulatif dengan watak Amerika yang bercirikan kapitalistis borjuis atau
pragmatis. Pada tahun 1941, dia menerbitkan buku Inggrisnya yang pertama, Escape
from freedom. Pada tanggal 24 Juni 1944 Fromm menikah dengan Henny Gurland,
seorang janda dengan satu anak. Pada tahun 1946 Fromm berhasil mendirikan lembaga
bernama William Alanso White institute of psychiatry, psychoanalysis and psychology
dan menjadi pimpinannya dari tahun 1946-1950. Pada tahun 1952 istrinya Henny
Gurland meninggal dan kematian istrinya itu sangat mengguncang hati Fromm sehingga
ia menderita gangguan amnesia.

Pada tahu 1953 Fromm menikah lagi dengan Annis Freeman, seorang wanita
Amerika yang dua tahun lebih muda darinya. Pasca pernikahan mereka menetap di
Cuernavaca-Meksiko, namun hal ini tidak menjadi hambatan baginya untuk
meninggalkan segala kegiatanya di Amerika. Selama empat bulan dalam setahun ia

49
berada di Amerika guna mengajar di William Alanson white Institue. Ia juga menjadi
Profesor di Michigan State University, di Universitas New York, dan di Universitas
Colombia- New York. Fromm juga diangkat menjadi profesor luar biasa fakultas ilmu
kedokteran pada Universitas Nasional Meksiko dan mendirikan grup Mexicana de
Estudios Psicoanaliticos.

Pada tahun 1968 karena alasan kesehatan, Fromm bersama keluarganya


meninggalkan Meksiko dan menetap di Locarno, Swiss. Kendatipun kesehatannya yang
semakin melemah, Fromm tetap sibuk dengan tulisan-tulisannya. Selama hidup di Swiss,
dari tahun 1968-1973, Fromm memusatkan seluruh perhatian ilmiahnya pada masalah
agresi, khususnya destruktivitas manusia. Sentralitas perhatian pada watak negatif
manusia seperti itu bertujuan untuk mengembangkan humanismenya. Hasilnya adalah
sebuah karya yang sangat luas dan bersifat interdisipliner, berjudul The Anatomy of
Human Destructiveness, yang diterbitkan pada tahun 1973. Karena serangan jantung pada
tanggal 18 Maret 1980, Fromm meninggal dunia, lima hari sebelum HUT ke- 80.

2. Teori Fromm
Fromm dapat digelari sebagai teoritisi kepribadian Marxian, karena
pandangannya sangat dipengaruhi oleh Karl Marx (bukan sebagai pakar
politik atau ekonomi, tetapi Marx sebagai pakar sosial dan filsuf). Namun
dia sendiri memilih nama teorinya "humanis dialektik," karena yang ingin
dia tunjukkan adalah perhatiannya terhadap perjuangan manusia yang tidak
pernah menyerah untuk memperoleh martabat dan kebebasan, dalam
kaitannya dengan kebutuhan manusia untuk berhubungan dengan orang
lain. Dia mencoba menggabungkan teori Freud dengan teori Marx. Fromm
yakin bahwa banyak temuan Freud, seperti peran ketidaksadaran dalam
tingkahlaku manusia, sangat signifikan untuk memahami kepribadian
manusia, tetapi menurutnya Freud melakukan kesalahan dalam beberapa
hal, khususnya mengenai penekanannya terhadap fungsi individual melebihi
pentingnya interrelasi antara individu dengan lingkungan, dan mengenai
asal mula tingkah laku seksual.
A. Kondisi Eksistensi Manusia
1. Dilema Eksistensi
50
Mengikuti filsafat dualisme, semua gerak di dunia dilatarbelakangi oleh
pertentangan dua kelompok ekstrim, tesa dan antitesa. Pertentangan itu akan
menimbulkan sintesa, yang pada dasarnya dapat dipandang sebagai tesa baru
yang akan memunculkan antitesa yang lain. Itulah dinamika yang tidak pernah
berhenti bergerak. Menurut Fromm, hakekat manusia juga bersifat dualistik.
Paling tidak ada empat dualistik di dalam diri manusia:
 Manusia Sebagai Binatang dan Sebagai Manusia
Manusia sebagai binatang memiliki banyak kebutuhan fisiologik
harus dipuaskan, seperti kebutuhan makan, minum, dan kebutuhan
seksual. Manusia sebagai manusia memiliki kebutuhan kesadaran
diri berfikir, dan berimajinasi. Kebutuhan manusia itu mawujud
dalam pengalaman khas manusia meliputi perasaan lemah lembut,
cinta, kasihan, perhatian, tanggung jawab, identitas, integritas, sedih,
transendensi, kebebasan,nilai, dan norma.
 Hidup dan Mati
Kesadaran diri dan fikiran manusia telah mengetahui bahwa dia
akan
kehidupan sesudah mati, tetapi manusia berusaha mengingkarinya
dengan meyakini adanya kehidupan sesudah mati, dan usaha-usaha
yang tidak sesuai dengan fakta bahwa kehidupan akan berakhir
dengan kematian.
 Ketidak Sempurnaan dan Kesempurnaan
Manusia mampu mengkonsepkan realisasi-diri yang sempurna,
tetapi karena hidup itu pendek kesempurnaan tidak dapat dicapai.
Ada orang berusaha memecahkan dikotomi ini melalui mengisi
rentang sejarah hidupnya dengan prestasi di bidang kemanusiaan,
dan ada pula yang meyakini dalil kelanjutan perkembangannya
sesudah mati.
 Kesendirian dan Kebersamaan
Manusia adalah pribadi yang mandiri, sendiri, tetapi manusia juga
tidak bisa menerima kesendirian. Manusia menyadari diri sebagai

51
individu yang terpisah, dan pada saat yang sama juga menyadari
kalua kebahagiaannya tergantung kepada kebersa-maan dengan
orang lain. Pemahaman tentang jiwa manusia harus berdasarkan
analisis tentang kebutuhan-kebutuhan manusia yang berasal dari
kondisi-kondisi eksistensi manusia. Konflik yang dibawa dari lahir
antara tesa-antitesa eksistensi manusia, disebut dilema eksistensi.
Ada dua cara menghindari dilema eksistensi, pertama dengan
menerima otoritas dari luar tunduk kepada penguasa dan
menyesuaikan diri dengan masyarakat. Manusia menjadi budak (dari
penguasa negara) untuk mendapatkan perlindungan/rasa aman. Cara
kedua orang bersatu dengan orang lain dalam semangat cinta dan
kerja sama, menciptakan ikatan dan tanggung jawab bersama dari
masyarakat yang lebih baik.
2. Kebutuhan Manusia
Pada umumnya, kata "kebutuhan" diartikan sebagai kebutuhan fisik,
yang oleh Fromm dipandang sebagai kebutuhan aspek kebinatangan dari
manusia, yakni kebutuhan makan, minum, seks, dan bebas dari rasa sakit.
Kebutuhan manusia dalam arti kebutuhan sesuai dengan eksistensinya sebagai
manusia, menurut Fromm meliputi dua kelompok kebutuhan; pertama
kebutuhan untuk menjadi bagian dari sesuatu dan menjadi otonom, yang
terdiri dari kebutuhan Relatedness, Rootedness, Transcendence, Unity, dan
Identity. Kedua, Kebutuhan memahami dunia, mempunyai tujuan dan
memanfaatkan sifat unik manusia, yang terdiri dari kebutuhan Frame of
orientation, Frame of devotion, Excitation-stimulation, dan Effectiveness.
a. Kebutuhan Kebebasan dan Keterikatan
 Keterhubungan (relatedness) : Kebutuhan mengatasi perasaan
kesendirian dan terisolasi dari alam dan dari dirinya sendiri.
Kebutuhan untuk bergabung dengan makhluk lain yang dicintai,
menjadi bagian dari sesuatu.
 Keberakaran (Rootedness) : Kebutuhan keberakaran adalah
kebutuhan untuk memiliki ikatan-ikatan yang membuatnya merasa

52
krasan di dunia (merasa seperti di rumahnya). Keberakaran adalah
kebutuhan untuk mengikatkan diri dengan kehidupan. Setiap saat
orang dihadapkan dengan dunia baru, di mana dia harus tetap aktif
dan kreatif mengembangkan perasaan menjadi bagian yang integral
dari dunia.
 Menjadi Pencipta (Transcendency) : Karena individu menyadari
dirinya sendiri dan lingkungannya, mereka kemudian mengenali
betapa kuat tak berdaya. Orang ingin mengatasi perasan takut dan
ketidakpastian membutuhkan peningkatan diri, berjuang untuk
mengatasi sifat pasif dikuasai alam menjadi aktif, bertujuan dan
bebas, berubah dari makhluk
ciptaan menjadi pencipta. Seperti pada keterhubungan, transendensi
bisa positif (menciptakan sesuatu) atau negatif (menghancurkan
sesuatu).
 Kesatuan (unity) : Kebutuhan untuk mengatasi eksistensi
keterpisahan keterpisahan, kesepian, dan isolasi semuanya
bersumber dari kemandirian dan kemerdekaan untuk apa orang
mengejar kemandirian dan kemerdekaan kalau hasilnya justru
kesepian dan isolasi?" Dari dilema ini muncul kebutuhan unitas.
Orang dapat mencapai unitas, memperoleh kepuasan (tanpa
menyakiti orang lain dan diri sendiri) kalau hakekat kebinatangan
dan kemanusiaan itu bisa didamaikan, dan hanya dengan
berusaha untuk menjadi manusia seutuhnya, melalui berbagi cinta
dan kerjasama dengan orang lain.
 Identitas (identity) : Kebutuhan untuk menjadi "aku,"
kebutuhan untuk harus merasakan dapat mengontrol nasibnya
sendiri, harus bisa membuat bahwa hidupnya nyata-nyata miliknya
sendiri.
b. Kebutuhan Untuk Memahami dan Beraktivitas
 Kerangka Orientasi (frame of orientasion) : Manusia selalu
dihadapkan dengan fenomena alam yang membingungkan dan

53
realitas yang menakutkan, mereka membutuhkan hidupnya menjadi
bermakna. Dia berkeinginan untuk dapat meramalkan kompleksitas
eksistensi. Kerangka orientasi adalah seperangkat keyakinan
mengenai eksistensi hidup, perjalanan hidup tingkahlaku bagaimana
yang harus dikerjakannya, yang dibutuhkan untuk memperoleh
kesehatan jiwa.
 Kerangka Kesetiaan (frame of devotion) : Kebutuhan untuk memiliki
tujuan hidup yang mutlak: Tuhan. Orang membutuhkan sesuatu yang
dapat menerima seluruh pengabdian hidupnya, sesuatu yang
membuat hidupnya pencarian makna hidup, menjadi dasar dari nilai-
nilai dan titik puncak dari semua perjuangan
 Kerangka Stimulasi (excitation stimulation) : Kebutuhan untuk
melatih sistem syaraf, untuk memanfaatkan kemampuan otak.
Manusia membutuhkan bukan sekedar stimulus sederhana
(misalnya: makanan), yang mengaktifkan jiwa (misalnya: puisi atau
hukum fisika). Stimuli yang tidak cukup direaksi saat itu, tetapi
harus direspon secara aktif, produktif, dan berkelanjutan.
 Keefektivan (effectivity) : Kebutuhan untuk menyadari eksistensi
diri melawan perasaan tidak mampu dan melatih
kompetensi/kemampuan.

3. Mekanisme Melarikan Diri dari Kebebasan


Menurut Fromm, ciri orang yang normal atau yang mentalnya sehat adalah
orang yag mampu bekerja produktif sesuai dengan tuntutan lingkungan
sosialnya, sekaligus mampu berpartisipasi dalam kehidupan sosial yang penuh
cinta. Menurut Fromm, normalitas adalah keadaan optimal dari pertumbuhan
(kemandirian) dan kebahagiaan (kebersamaan) dari individu.
Pada dasarnya, ada dua cara untuk memperoleh makna dan kebersamaan
dalam kehidupan. Pertama, mencapai kebebasan positif yakni berusaha
menyatu dengan orang lain, tanpa mengorbankan kebebasan dan integritas
pribadi. Cara kedua, memperoleh rasa aman dengan meninggalkan kebebasan

54
dan menyerahkan bulat-bulat individualitas dan integritas diri kepada
sesuatu (bisa orang atau lembaga) yang dapat memberi rasa aman.
Cara memperoleh rasa aman dengan berlindung dibawah kekuatan lain,
disebut Fromm mekanisme pelarian. Mekanisme pelarian sepanjang dipakai
sekali waktu, adalah dorongan yang normal pada semua orang baik individual
maupun kolektif. Ada tiga mekanisme pelarian yang terpenting yakni
otoritarianisme, destruktif, dan konformitas.

B. Tipologi Sosial
1. Karakter Sosial
Menurut Fromm karakter manusia berkembang berdasarkan
kebutuhan mengganti insting kebinatangan yang hilang ketika mereka
berkembang tahap demi tahap. Fromm membedakan 2 karakter sosial
dalam pasangan, yakni productiveness (hidup yang berorientasi positif)
dan nonproductiveness (hidup yang berorientasi negatif).
2. Karakter dan Masyarakat
Fromm mencoba menjelaskan model masyarakat dengan pendekatan
sejarah. Orientasi reseptif pertama-tama dikembangkan dalam masyarakat
kuno dengan kekuatan feodal, tuan-buruh. Orientasi eksploitasi
dikembangkan pada abad 18-19 dalam konteks mentalitas perampok dan
penguasa daerah yang korup. Orientasi hoarding (menimbun)
dikembangkan bersama-sama dengan orientasi eksploitatif pada kelompok
menengah yang rajin menabung untuk keamanan hari tua. Orientasi
market adalah produk masyarakat dewasa ini yang peluang interprenernya
dikurangi, dan orang harus menyesuaikan diri ke dalam organisasi yang
besar dan memerankan peran yang dikehendaki organisasi.
Masyarakat membentuk karakter pribadi melalui orang tua dan pendidik
yang membuat anak bersedia bertingkahlaku seperti yang dikehendaki
masyarakat.
C. Aplikasi
1. Sosialisme Komunitarian Humanistik

55
Sebagai seorang kritisi sosial, persoalan hubungan seseorang
dengan masyarakat menjadi perhatian utama Fromm. Fromm mempunyai
4 proposisi mengenai hubungan ini:
a. Manusia mempunyai kodrat esensial sosial bawaan.
b. Masyarakat diciptakan manusia untuk memenuhi kodrat esensial
bawaan ini
c. Tidak satupun bentuk masyarakat yang pernah diciptakan manusia
berhasil memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar eksistensi manusia.
d. Adalah mungkin menciptakan masyarakat semacam itu.
Masyarakat yang disarankan Fromm adalah humanistic
communitarian socialism (sosialisme komunitarian humanistik),
masyarakat dimana orang- orang bergaul dengan cinta, yang berakar
dalam hubungan persaudaraan dan solidaritas. Dalam masyarakat
semacam itu orang mencapai perasaan diri dan mampu berbuat kreatif
alih-alih destruktif. Setiap orang berpartisipasi aktif dalam pemerintahan.
2. Karakter Masyarakat
Pada tahun 1957, Fromm melakukan penelitian di sebuah desa di
Meksiko mengenai karakter masyarakat. Ada dua kesimpulan penting,
pertama ternyata masyarakat memiliki tiga jenis karakter:
a. Productive-hoarding: pemilik tanah yang memegangi nilai tradisional
dalam praktek pengerjaan pertanian skala kecil-kekuasaan, tanggung
jawab dan mempertahankan tradisi
b. Nonproductive-receptive: petani tak punya tanah yang tunduk kepada
kekuasaan, taat beragama bahkan sampai fatalistik, menerima
nasibnya yang tidak berkekuatan,
c. Productive-exploitative: enterprener yang menyesuaikan diri dengan
masyarakat industri baru, nilai pendidikan, teknologi dan mobilitas
sosial. Kedua, dari perkembangan karakter karakter masyarakat itu
dapat disimpulkan bahwa karakter pribadi dan karakter sosial
berhubungan timbal balik. Karakter pribadi mempengaruhi dan
dipengaruhi oleh struktur sosial dan perubahan-perubahan sosial.

56
3. Psikoterapi
Fromm mengembangkan sistem terapi sendiri, yang dinamakannya:
psikoanalisis humanistic. Menurutnya, tujuan klien dalam terapi adalah
untuk memahami diri sendiri. Tanpa pengetahuan tentang diri sendiri,
orang tidak akan tahu orang lain. Fromm juga yakin bahwa klien
mengikuti terapi untuk mencari kepuasan dari kebutuhan dasar
kemanusiaannya, yakni keterhubungan, kebetakaran, transendensi,
perasaan identitas dan kerangka orientasi.

E. Teori Harry Stack Sullivan

Menurutnya kepribadian adalah pola yang relatif menetap dari situasi-situasi antar
kepribadian yang berulang, yang menjadu ciri kehidupan manusia. Sullivan tidak
menyangkal pentingnya hereditas dan pematangan dalam membentuk kepribadian, namun ia
berpendapat apa yang khas dari manusia adalah interaksi sosial.

A. Struktur Kepribadian

Sullivan tegas memandang sifat dinamik kepribadian, sehingga merendahkan konsep


id/ego/superego yang membuat kepribadian menjadi statis/stabil. Beberapa aspek
kepribadian yang nyata-stabil dalam waktu yang lama menurut Sullivan yakni:

1. Dinamisme (The Dynamism)

Dinamisme adalah pola khas tingkah laku (transformasi energi) yang menetap, spesifik dan
berulang terjadi yang menjadi ciri khusus seseorang. Transformasi energi (tingkah laku) itu
bisa terbuka (dapat diamati) atau tersembunyi (dalam fikiran atau khayalan). Pola tingkah
laku itu menetap dan berulang sehingga kurang lebih sama seperti kebiasaan. Dinamisme
yang melayani kebutuhan kepuasan organisme melibatkan bagian tubuh yakni alat reseptor,
efektor, dan sistem saraf. Misalnya dinamisme makan melibatkan mulut dan otot leher,
dinamisme seks melibatkan organ genital. Dinamisme yang menjadi pembeda antar manusia
tidak berhubungan dengan bagian tubuh, tetapi menjadi ciri khas hubungan antar pribadi.

57
Suatu kebiasaan bagaimana mereaksi orang lain, baik dalam bentuk perasaan, sikap maupun
tingkah laku terbuka. Misalnya dinamisme dengki (memusuhi orang atau kelompok
tertentu).

2. Personifikasi (Personification)

Adalah suatu gambaran mengenai diri atau orang lain yang dibangun berdasarkan
pengalaman yang menimbulkan kepuasan atau kecemasan. Hubungan interpersonal yang
memberi kepuasan cenderung membangkitkan image positif dan sebaliknya yang
melibatkan kecemasan membangkitkan image negatif.

Ketika bayi mulai membedakan dirinya dengan lingkungannya, mulai terbentuk


personifikasi diri dan orang lain, gambaran tentang diri sendiri yang berkembang adalah
saya baik (good me) yabg dikembangkan dari pengalaman dihadiahi, dimulai dengan hadiah
kepuasan makan. Personifikasi saya buruk (bad me) dikembangkan dari pengalaman
kecemasan akibat perlakuan ibu atau pengalaman ditolak tau dihukum. Keduanya, good me
dan bad me bergabung dalam gambaran diri.

Personifikasi diri yang ketiga, bukan saya (not me) dikembangkan dari pengalaman
kecemasan yang sangat, seperti kekerasan fisik atau mental. pengalaman itu sangat
menakutkan, semua yang mengenai diri Kata berhubungan dengan pengalaman itu
dipisahkan dari keseluruhan yanadajan, atau dikeluarkan dari kesadaran. Not me
menggambarkan aspek yang dipisahkan dari self dan disertai dengan emosi unkani
(uncanny) atau emosi yang mengerikan dan berbahaya. Not me tidak pernah diintegrasikan
ke dalam kepribadian, dan tetap dipertahankan sebagai sistem terpisah, yang bagi orang
normal terkadang muncul dan dianggap "mimpi buruk." Sedang orang yang menderita
gangguan mental yang serius, mungkin berhadapan dengan bukan saya sebagai sesuatu yang
sangat nyata. Sejumlah orang bisa memiliki personifikasi yang seragam mengenai sesuatu,
disebut stereotype. Inilah konsepsi-konsepsi yang diakui bersama, diterima secara luas di
masyarakat bahkan diwariskan antar generasi.

3. Sistem Self (Self-System)

Merupakan bagian dinamisme yang paling kompleks. Suatu pola tingkah laku yang
konsisten yang mempertahankan keamanan interpersonal dengan menghindari atau

58
mengecilkan kecemasan. Sistem ini mulai berkembang pada usia 12 - 18 bulan, usia ketika
anak mulai belajar tingkah laku yang berhubungan (meningkatkan atau menurunkan)
kecemasan. Pada mulanya bayi hanya mengenal keadaan takut dan sakit sebagai hal yang
tidak menyenangkan. Ibu atau pemeran keibuan mengajari anak dengan ganjaran dan
hukuman, dari hukuman inilah muncul kecemasan.

Ketika sistem self berkembang, orang mulai membantuk gambaran atau personifikasi diri
yang konsisten. Setiap pengalaman interpersonal yang dipandang bertentangan dengan
sistem dirinya berarti mengancam diri, dampaknya orang berusaha mempertahankan diri
melawan tegangan interpersonal itu memakai operasi keamanan (security operations) yang
merupakan suatu proses yang bertujuan untuk mereduksi perasaan tidak aman atau perasaan
akibat dari ancaman terhadap sistem self. Orang cenderung tidak mengakui atau mengubah
pengalaman interpersonal yang bertentangan dengan personifikasi dirinya. Ada beberapa
macam operasi keamanan yang dipakai sejak usia bayi yakni:

a) Disosiasi (Dissociation)

Adalah mekanisme menolak impuls, keinginan, kebutuhan yang muncul ke alam sadar.
Banyak pengalaman bayi yang di disosiasi karena pengalaman itu tidak mendapat hadiah
dan juga tidak mendapatkan hukuman, sehingga pengalaman itu tidak menjadi bagian dari
sistem self. Pengalaman asing pada orang dewasa, pengalaman yang terlali jauh
perbedaannya dengan standar sistem self biasanya juga akan di disosiasi.

Disosiasi tidak hilang, tetapi di tekan ke ketidaksadaran dan mempengaruhi kepribadian


tingkah laku dari sana, misalnya melalui mimpi, lamunan, aktivitas tak sengaja yang
semuanya diarahkan untuk mempertahankan keamanan interpersonal.

b) Inatensi (Innatention)

Terhadap pengalaman yang mengancam personifikasi diri, orang dapay berpura-pura tidak
merasakannya. Orang memilih mana pengalaman yang akan diperhatikan dan mana yang
tidak perlu diperhatikan.

c) Apati (Apathy)

Pada apatis bayi tidak memilih obyek mana yang harus diperhatikan, semuanya diserahkan
kepada fihak luar.

59
d) Pertahanan dengan tidur (somnolent detachment)

Pada pertahanan tidur bayi tidak perlu memperhatikan stimulasi yang manapun. Namun bila
orang mengabaikan semua stimulasi termasuk hal yang berguna, sistem self menjadi terisolir
dari bagian kepribadian lainnya. Agar sistem self dapat melindungi diri kecemasan,
informasi yang terseleksi atau diabaikan akan menjadi semakin banyak. Ini bisa berakibat
orang gagal mempelajari hal baru, gagal mendapat keuntungan dari pengalaman, dan gagal
mengembangkan pandangan ke depan (foresight), sehingga tidak memiliki kemampuan
mengantisipasi event dan mengarahkan tingkahlaku secara adaptif.

Walaupun sistem self berguna untuk mengurangi kecemasan, hal itu juga mempengaruhi
kemampuan manusia untuk hidup konstruktif dengan orang lain. Secara umum, semakin
berpengalaman orang dengan kecemasan, semakin besar peran sistem diri dan semakin
terlepas dari kepribadian. Sistem self itu membuat orang tidak dapat membuat penilaian
objektif terhadap tingkahlakunya sendiri, menyembunyikan pertentangan yang jelas antara
gambaran diri yang diyakininya dengan cara penampilannya dengan orang lain.

4. Proses Kognitif (Cognitive Process)

Menurut Sulliban proses kognitif atau pengalaman kognitif menjadi tiga macam yakni:

60
a) Prototaksis

Adalah rangkaian pengalaman yang terpisah-pisah yang dialami pada masa bayi, di mana
arus kesadaran (penginderaan, bayangan, perasaan) mengalir ke dalam jiwa tanpa pengertian
"sebelum" dan "sesudah". Semua pengetahuan bayi adalah pengetahuan saat ini, disini, dan
sekarang. Semua pengalaman berdiri sendiri-sendiri, sepotong-sepotong, tidak
diintegrasikan ke dalam urutan yang logis. Elemen pengalaman prototaktis (sensasi
sederhana) mungkin terus dan tetap menjadi bagian dari kehidupan mental orang dewasa,
namun orang selalu menghubungkan elemen-elemen itu menjadi kesatuan pengalaman. Pada
usia dewasa, dominasi pengalaman prototaktis hampir tidak ditemui.

b) Parataksis

Kira-kira pada awal tahun kedua, bayi mulai mengenali persamaan-persamaan dan
perbedaan peristiwa-peristiwa yang disebut sebagai pengalaman parataksis atau pengalaman
asosiasi. Pada tahap ini, bayi mengembangkan cara berpikir yang melihat hubungan sebab
akibat, asosiasional peristiwa yang terjadi pada saat saat yang bersamaan atau peristiwa-
peristiwa yang mempunyai detail yang sama, tetapi hubungan itu tidak harus logis.
Misalnya, bayi yang diberi makan saus apel memakai sendok yang terlalu panas (karena
habis disiram air panas) sehingga lidahnya menjadi sakit. Bayi itu menolak makan bukan
karena rasa saus apel tadi tetapi karena sendok. Parataksis ini dialami dan dipikirkan
sehingga sering dilakukan oleh orang dewasa. Misalnya, orang yang masuk ke ruangan yang
banyak orang di dalamnya yang sedang berbicara. Orang-orang itu tiba-tiba berhenti bicara
sesudah melihatnya, ini menimbulkan perasaan bahwa mereka membicarakan dirinya.

c) Sintaksis

Adalah berfikir logis dan realistis, menggunakan lambang-lambang yang diterima khususnya
bahasa-kata-bilangan. Ketika anak mulai belajar bicara, mempelajari kata yang secara umum
diterima sebagai wakil dari suatu peristiwa, saat itulah anaka mual berpikir sintaksis.
Sintaksis menghasilkan hubungan logis antar pengalaman dan memungkinkan orang
berkomunikasi satu dengan lainnya, melalui ptoses validasi konsensus, mencapai konsensus
atau persetujuan dengan orang lain mengenai sesuatu dan kemudian meyakinkan
kebenarannya melalui pengulangan dan pengalaman.

61
Tiga mode pengalaman kognitif itu terjadi sepanjang hayat. Normalnya sintaksis ini mulai
mendominasi sejak usia 4 - 10 tahun. Sullivan menekankan pentingnya tinjauan ke masa
depan dalam fungsi kognitif. Manusia hidup di masa lampau, masa sekarang, dan masa
depan yang semuanya jelas relevan dalam menerangkan fikiran dan perbuatannya. Tinjauan
ke masa depan tergantung kepada ingatan orang kepada masa lampau dan interprestasinya
terhadap masa sekarang.

B. Dinamika Kepribadian

Seperti Freud dan Jung, Sullivan memandang kehidupan manusia sebagai sistem energi,
dimana perhatian utamanya adalah bagaimana menghilangkan tegangan yang ditimbulkam
oleh keinginan dan kecemasan. Energi dapat mewujud dalam bentuk tegangan (tension) atau
dalam bentuk tingkah laku itu sendiri (energi transformation)

1. Tegangan (Tension)

Adalah potensi untuk bertingkat laku yang disadari atau tidak disadari. Jadi tidak semua
tension disadari, banyak tension seperti kecemasan, mengantuk, lapar, dan kepuasan seksual
dirasakan tetapi tidak selalu dalam tingkat sadar. Setiap saat orang selalu berada dalam
tingkat tegangan tertentu, dari tegangan yang sangat rendah atau relaksasi mutlak (euphoria),
sampai tegangan yang sangat kuat, misalnya terangan dalam situasi teror. Sumber tegangan
ada dua yaitu:

a) Kebutuhan (needs)

Kebutuhan yang mula-mula pertama muncul adalah tegangan yang timbul akibat
ketidakseimbangan biologis di dalam diri individu dan atau ketidakseimbangan fisikokimia
antara individu dengan lingkungannya. Need biologic dipuaskan dengan memberi pasokan
yang dapat mengembalikan keseimbangan. Kepuasannya bersifat episodik, sesudah
memperoleh kepuasan, tegangan menurun atau hilang, tetapi sesudah lewat waktu tertentu
tegangan yang sama akan muncul kembali. Kebutuhan yang terkemudian muncul bersumber
dari hubungan interpersonal. Kebutuhan interpersonal yang terpenting adalah kelembutan
kasih sayang (tenderness). Tidak seperti need yang lain, kelembutan kasih sayang
membutuhkan aktivitas sekurang-kurangnya dari dua orang. Kelembutan kasih sayang
adalah kebutuhan yang umum bagi semua orang, seperti kebutuhan oksigen, makanan, air.

62
Kebalikannya adalah kebutuhan khusus yang muncul dari bagian tubuh tertentu (oleh Freud
disebut: "erogenic zone'). Beberapa daerah/bagian tubuh dapat menjadi alat pemuas
kebutuhan umum dan kebutuhan khusus bersama-sama. Kebutuhan non biologis juga dapat
dipuaskan melalui transormasi energi yakni, kegiatan fisik (tingkahlaku), atau kegiatan
mental (mengamati, mengingat dan berfikir). Pilihan kegiatan untuk mengurangi tegangan
itu dikondisi oleh lingkungan sosial di mana orang dibesarkan. Memuaskan kebutuhan dapat
menghilangkan tension. Kegagalan memuaskan need, kalau berkepanjangan dapat
menimbulkan keadaan apathy (kelesuan) yaitu

b) Kecemasan (anxiety)

Kecemasan menurut Sullivan merupaka pengaruh pendidika yang paling besar sepanjang
hayat, disalurkan mula-mula oleh pelaku keibuan kepada bayinya. Jika ibu mengalami
kecemasan, dia akan menyatakannya pada wajahnya, irama katanya, dan tingkah lakunya
dan bayi akan terinduksi sehingga merasakan kecemasan seperti ibunya. Proses ini, Sullivan
menyebutnya sebagai empati. Bayi tidak mempunyai kemampuan untuk mengurangi
kecemasan begitu pula orang tuanya tidaj mempunyai cara efektif untuk menangani
kecemasan bayi. Umumnya bayi menangani kecemasannya dengan operasi keamanan, bisa
somnoleny detachment, menyesuaikan tingkah lakunya dengan kemauan dan tuntutan orang
tua, memilih mana yang harus diperhatikan, dan menolak menyadari stimulus uang
mengganggu.

Sering tanda adanya kecemasan dan ketidak amanan yang dimunculkan bagi diartikan
sebagi kebutuhan (need) oleh orang tua. Misalnya ibu yang segera menyusii bayinya,
melakuka kesalahan mengartikan kecemasan sebagai kelaparan. Kalau bayi menolak
menyusu, ibu menjadi semakin cemas dan ini berarti induksi kecemasan ke bayi juga
meningkat. Akhirnya justru kecemasan bayi jadi mempengaruhi dan dipengaruhi oleh
aktivitas mengisap dan menelan, ini berarti kecemasan beroperasi menentang tegangan
kebutuhan. Kecemasan membuat bayi menolak makan, padahal kebutuhan harus dipuaskan
dengan makan.

Kecemasan juga menimbulkan dampak yang buruk kepada orang dewasa, bahkan
kecemasan menjadi kekuatan perusak yang terpenting yang menghambat perkembangan
hubungan interpersonal. Kecemasan bisa membuat orang membentur-benturkan kepalanya,

63
membuat diri tidak bisa belajar, merusak ingatan, mempersempit persepsi, bahkan
menimbulkan amnesia. Tension karena kecemasan ini unik dalam hal kecenderungannya
untuk bertahan tetap dalam kecemasan dengan segala kerusakan yang diakibatkannya. Kalau
tegangan lain menghasilkan tingkah laku untuk mengatasinya, kecemasan justru
menghasilkan tingkah laku yang menghambat agar orang tidak belajar dari kesalahannya,
terus menerus menginginkan rasa aman yang kekanak-kanakan, dan membuat orang tidak
belajar dari pengalamnnya sendiri.

2. Transformasi Energi

Tegangan yang ditransformasikan menjadi tingkah laku, baik tingkah laku yang terbuka
maupun tertutup disebut transformasi energi. Tingkah laku yang ditujukan untuk
memuaskan kebutuhan dan mengurangi kecemasan. Tingkah laku hasil transformasi itu
meliputi gerakan yang kasat mata, kegitan mental seperti perasaan, fikiran, persepsi, dan
ingatan. Bentuk-bentuk kegiatan yang dapat mengurangi tegangan menurut Sullivan
dipelajari dan ditentukan oleh masyarakat dimana orang itu dibesarkan. Apa yang dapat
ditemukan pada masa lalu setiap orang adalah tegangan-tegangan dan pola transformasi
energi untuk meredakannya yang menjadi sarana pendidikan untuk menyiapkan anak
menjadi anggota masyarakat. Insting memang ada dan menjadi pemicu kebutuhan yang
menimbulkan tegangan, tetapi transformasi energi tidak lahi dipengaruhi insting dan lebih
sebagai hasil belajar.

C. Perkembangan Kepribadian

Sullivan membagi usia manusia menjadi tujuh tahap perkembangan, masing-masing


mempunyai sumbangan penting dalam membentuk kepribadian. Di setiap tahap
perkembangan orang menghadapi masalah hubungan interpersonal yang berbeda-beda,
sehingga bentuk bahaya yang berasal dari hubungan interpersonal itu juga berbeda-beda.
Perubahan kepribadian dapat terjadi kapan saja, tetapi yang paling

1. Bayi (Infancy); Lahir - Bisa bicara ( 0 - 18 bulan)

Bayi menjadi manusia berkat kelembutan kasih sayang yang diterima dari pemeran keibuan.
Bayi tidak mungkin bertahan hidup tanpa pemeran keibuan yang memberinya makanan,
kehangatan, kontak fisik, dan menjaga kebersihannya. Perhatian utama bayi adalah makan,

64
sehingga obyek pertama yang menjadi pusat perhatiannya adalah puting susu ibu (atau
puting botol). Puting yang mewakili ibu itu menimbulkan paling tidak tiga image, sesual
dengan pengalaman bayi itu dengan puting itu:

a) Puting bagus (good nipple) - puting yang lembut penuh kasih sayang dan menjanjikan
kepuasan fisik (bisa terjadi, good nipple tidak memuaskan karena diberikan kepada bayi
yang tidak lapar).

b) Bukan puting (not-nipple) atau puting yang salah karena tidak mengeluarkan air susu,
bahkan merupakan tanda penolakan dan isyarat mencari puting yang lain.

c) Puting buruk (bad nipple) - puting dari ibu yang cemas, tidak memberi kasih sayang dan
kepuasan fisik.

Pengalaman makan itu, akan membentuk personifikasi ibu, puting bagus menjadi ibu baik
(Good mother) dan bukan puting atau puting buruk menjadi ibu buruk (bad mother).
Personifikasi ibu menjadi awal dari personifikasi diri sendiri. Bayi mulai membentuk
gambaran saya baik, bukan saya dan saya buruk (good me - not me - bad me), yang menjadi
dasar pemahaman diri. Pada pertengahan tahap ini bayi mulai belajar berkomunikasi dengan
bahasa, dimulai dengan kata-kata yang tidak memiliki validasi konsensual (makna yang ajeg
dan disetujui bersama). Kata-kata yang dimaknai oleh bayi itu sendiri, tanpa mengaitkannya
dengan makna sosial dan budaya, disebut bahasa autistik (autistic language).

Perkembangan pada masa bayi sangat kompleks. Berikut enam ciri penting perkembangan
menurut Sullivan:

a) Timbulnya dinamisme apati, pertahanan tidur, disosiasi, dan inatensi

b) Peralihan dari prototaxis ke parataxis

c) Organisasi personifikasi-personifikasi, baik personifikasi ibu maupun personifikasi diri

d) Organisasi pengalaman melalui belajar dan munculnya dasar-dasar sistem diri

e) Diferensiasi tubuh bayi sendiri, mengenal dan memanipulasi tubuh

f) Belajar bahasa, dimulai dengan bahasa autisme

g) Belajar melakukan gerakan yang terkoordinasi, melibatkan mata, tangan mulut, telinga, serta
organ tubuh lainnya.

65
2. Anak (Childhood); bisa mengucap kata - butuh kawan bermain (1.5 - 4 tahun)

Tahap anak dimulai dengan perkembangan bicara dan belajar berfikir sintaksis, serta
perluasan kebutuhan untuk bergaul dengan kelompok sebaya. Perkembangan bahasa
memungkinkan fusi berbagai personifikasi. Misalnya, ibu baik dan ibu-buruk menyatu
dalam gambaran orang yang dipanggil "ibu." ibu Di Akhir periode ini personifikasi saya-
baik dan saya-buruk juga menjadi integrasi, sehingga sistem self memperoleh struktur yang
lebih koheren.

Anak mulai belajar menyembunyikan aspek tingkahlaku yang diyakininya dapat


menimbulkan kecemasan atau hukuman. Misalnya, mereka belajar melakukan rasionalisasi
(memberi alasan palsu) mengenai segala hal yang sudah mereka kerjakan atau sedang
mereka rencanakan. Mereka memilki tampilan seolah-olah (as if performance), yakni:

a) Dramatisasi (Dramatization): permainan peran seolah olah dewasa, belajar


mengidentifikasikan diri dengan orang tuanya, bagaimana bertingkahlaku yang dapat
diterima. Misalnya, anak berperan sebagai orang tuanya dan menghukum boneka yang
bertingkahlaku yang tidak dikehendaki.

b) Bergaya sibuk (Preoccupation): anak belajar konsentrasi pada satu kegiatan yang membuat
mereka bisa menghindari sesuatu yang menekan dirinya. Misalnya, anak mencoba
menghindar dari kecemasan mendapat komentar secara pedas orang tuanya, dengan
menyibukkan diri dengan koleksi musiknya.

c) Transformasi jahat (Malevolent transformation): transformasi jahat - perasaan bahwa dirinya


hidup ditengah-tengah musuh, sehingga hidupnya penuh rasa kecurigaan dan ketidak
percayaan bahkan sampai tingkahlaku yang paranoid. Ini terjadi karena dramatisasi dan
preoccupational (yang kalau dipakai sekedarnya dapat membantu anak tumbuh dan
berkembang) dipakai secara berlebihan ketika anak dihadapkan pada kecemasan yang sangat
untuk mempertahankan diri dari bahaya terlibat dengan orang lain.

d) Sublimasi taksadar (Unwitting Sublimation): mengganti sesuatu atau aktivitas (taksadar atau
unwitting) yang dapat menimbulkan kecemasan dengan aktivitas yang dapat diterima secara
sosial.

66
Masa anak ditandai dengan emosi yang mulai timbal balik, anak disamping menerima juga
bisa memberi kasih sayang. Hubungannya dengan ibu menjadi lebih pribadi, dan tidak lagi
searah. Ibu tidak lagi dinilai sebagai ibu baik-ibu buruk berdasarkan pemberian makan,
tetapi anak mengevaluasi ibu secara sintaksis sesuai dengan apakah ibu menunjukkan
perasaan kasih sayang timbal balik - mengembangkan hubungan didasarkan pada kebutuhan
kepuasan bersama, atau ibu menunjukkan sikap menolak. Masa anak juga ditandai dengan
akulturasi yang cepat. Disamping menguasai bahasa, anak belajar pola kultural dalam
kebersihan, latihan toilet, kebiasaan makan, dan harapan peran seksual.

3. Remaja awal (Juvenille); usia sekolah - berkeinginan bergaul intim (4 - 10 tahun)

Tahap juvenil (remaja awal) berlangsung sepanjang usia sekolah dasar sampai anak
membutuhkan persahabatan yang akrab, yaitu pada sekitar usia 10 tahun. Perkembangan
penting dalam tahap ini adalah loncatan sosial kedepan, anak belajar kompetisi, kompromi,
kerjasama, dan memahami makna perasaan kelompok. Mereka mendapat pengalaman
dengan otoritas di luar rumah. Peluangnya untuk melakukan validasi konsensual yang
mendukung pikiran sintaksis semakin luas. Tahap ini juga ditandai dengan munculnya
konsepsi tentang orientasi hidup, suatu rumusan atau wawasan tentang:

a) Kecenderungan atau kebutuhan untuk berintegrasi yang biasanya memberi ciri pada
hubungan antar pribadinya

b) Keadaan keadaan yang cocok untuk pemuasan kebutuhan dan relate bebas dari kecemasan

c) Tujuan-tujuan jangka panjang yang untuk mencapainya orang per menangguhkan


kesempatan-kesempatan menikmati kepuasan janda pendek

Perkembangan negatif yang penting pada tahap ini adalah belajar stereotip, ostrasisme, dan
disparajemen (stereotype, ostracism, dan disparagement)

a) Prasangka atau stereotip adalah meniru atau memakai personifikasi mengenai orang atau
kelompok orang yang diturunkan antar generasi

b) Pengasingan atau ostrasisme adalah pengalaman anak diisolasi secara paksa, dikeluarkan
diasingkan dari kelompok sebaya karena perbedaan sifat Individual dengan kelompok

c) Penghinaan atau disparajemen, berarti meremehkan atau menjatuhkan orang lain yang akan
berpengaruh merusak hubungan interpersonal pada usia dewasa
67
Dunia semakin kompleks dan komplikatif bagi anak usia sekolah dasar. Kalau kompleksitas
itu menimbulkan kecemasan yang berlebihan, juvenil mungkin berusaha mempertahankan
rasa nan dengan menutup tidak boleh masuk ke kesadaran. Tindakan inatensi selektif ini
mengamankan anak dari menggauli sesuatu yang tidak bermanfaat bagi sistem self. Proses
mengabaikan pengalaman yang tidak konsisten dengan sistem self mungkin bisa membuat
akan kehilangan kemampuan berkomunikasi secara sintaksis dan kemampuan berhubungan
interpersonal. Kesulitan hubungan interpersonal adalah harga yang harus dibayar untuk
mempertahankan rasa aman

4. Pre-adolescence; mulai bergaul akrab - pubertas (8/10 - 12 tahun)

Periode ini sangat singkat dan berakhir sampai pubertas, tetapi sangat penting, Preadolesen
ditandai oleh awal kemampuan bergaul akrab dengan orang lain bercirikan persamaan yang
nyata dan saling memperhatikan. Mereka membutuhkan Chum (Chum): teman akrab dari
jenis kelamin yang sama, teman yang dapat menjadi tempat mencurahkan isi hati, dan
bersama sama mencoba memahami dan memecahkan masalah hidup. Kebahagiaan dan
perasaan berharga dari teman chum menjadi lebih penting dari pada perasaan kesenangan
diri sendiri.

Menurut Sullivan, melalui persahabatan karib (chumship) remaja mungkin dapat


memecahkan masalah pada tahap sebelumnya seperti sikap malevolent atau kecenderungan
disparajemen. Melalui chum anak belajar bahwa orang dapat memberi kelembutan,
perhatian, dan hormat. Hasilnya, tidak perlu menyiapkan kemarahan atau menyerang harga
diri orang lain. Tanpa chum, preadolesen mungkin menjadi korban dari kesendirian yang
menyedihkan Yang lebih buruk daripada kecemasan, dan menjadi hambatan berat
menyelesaikan tugas adolesen. Tahap preadolesen ditandai oleh beberapa fenomena berikut:

a) Orang tua masih penting, tetapi mereka di nilai secara lebih realistik

b) Mengalami cinta yang tidak mementingkan diri sendiri, dan belum dirumitkan oleh nafsu
seks

c) Terlibat dalam kerjasama untuk kebahagiaan bersama, tidak mementingkan diri sendiri

d) Kolaborasi chum, kalau tidak dipelajari pada tahap ini, akan membuat perkembangan
kepribadian berikutnya akan terhambat

68
e) Hubungan chum dapat mengatasi/menghilangkan pengaruh buruk simptom salah suai yang
diperoleh dari perkembangan tahap sebelumnya

5. Adolescence awal (early adolescence); pubertas - pola pikir aktivitas seksual yang mantap
(12 - 16 tahun)

Perubahan fisik pada usia pubertas mengembangkan hasrat seksual (lust) pada periode awal
adolesen. Pada tahap ini pola aktivitas seksual yang memuaskan seharusnya sudah dapat
dimiliki. Banyak problem yang muncul pada periode ini merefleksikan konflik antar tiga
kebutuhan dasar: keamanan (bebas dari kecemasan), keintiman (pergaulan akrab dengan
seks lain) dan kepuasan seksual.

Kepuasan seksual bertentangan dengan operasi keamanan, karena aktivitas genital pada usia
ini terlarang pada banyak budaya sehingga menimbulkan perasaan berdosa, malu, dan
cemas. Keintiman bertentangan dengan keamanan, karena mengubah keintiman dari sesama
jenis menjadi keintiman dengan jenis kelamin pasangan akan menimbulkan perasaan takut,
ragu-ragu, dan kehilangan harga diri yang semuanya akan meningkatkan kecemasan.
Keintiman bertentangan dengan kepuasan seksual, mereka kesulitan mengkombinasikan
intimasi dengan kepuasan seksual untuk diarahkan kepada satu orang paling tidak karena
empat alasan:

a) Banyak adolesen yang melakukan sublimasi terhadap dorongan genitalnya, untuk mencegah
penggabungan dorongan seks dengan keintiman

b) Dorongan genital yang sangat kuat dapat dipuaskan melalui masturbasi atau hubungan seks
tanpa intimasi. Adolesen awal tidak mempunyai alasan yang mendesak untuk menggabung
dorongan seks dengan intimasi

c) Masyarakat membagi objek seksual menjadi dua, "baik" dan "buruk," sedang remaja selalu
memandang "baik."

d) Alasan kultural, orang tua, guru, dan otoritas lainnya melarang keintiman dengan seks yang
sama karena takut menjadi homoseksualitas, tetapi mereka juga melarang intimasi dengan
jenis kelamin yang berlainan karena takut dengan penyakit menular seksual, kehamilan, atau
kawin dini

69
Sullivan berpendapat bahwa adolesen awal adalah titik balik dalam perkembangan
kepribadian. Orang harus dapat mengatasi kebutuhan intimasi dan dorongan seksual tanpa
terganggu rasa amannya. Orang harus dapat mengatasi kebutuhan intimasi dan dorongan
seksual tanpa terganggu rasa amannya. Kalau itu tidak dapat dilakukan dia akan menghadapi
kesulitan serius pada tahap perkembangan berikutnya. Walaupun penyesuaian seksual
merupakan bagian yang penting dari perkembangan kepribadian, Sullivan merasa bahwa
masalah utamanya adalah bergaul bersama dengan orang lain.

6. Adolescence akhir (late adolescence); kemantapan seks - tanggung jawab sosial (16 - awal
20 tahun)

Periode ini berakhir sampai pemuda mengenal kepuasan dan tanggungjawab dari kehidupan
sosial dan warganegara dewasa. Selama periode ini, pengalaman semakin banyak terjadi
pada tingkat berfikir sintaksis. Apakah orang bekerja atau melanjutkan kuliah mereka harus
memperluas pemahamannya mengenai sikap hidup orang lain, pemahamannya mengenai
tingkat saling ketergantungan dalam hidup, dan cara menangani berbagai jenis masalah
interpersonal. Tahap ini ditandai dengan pemantapan hubungan cinta dengan satu pasangan.
Namun menurut Sullivan perkembangan luar biasa tinggi dalam hubungan cinta dengan
orang lain bukan tujuan utama kehidupan, tetapi sekedar sumber utama kepuasan hidup.

Jika orang memasuki tahap ini dengan inflasi sistim-self, menghadapi kecemasan di banyak
ranah kehidupan, mereka mungkin akan mengalami beberapa masalah dalam tahap ini,
seperti personifikasi yang tidak tepat (innaccurate personifications) dan berbagai jenis
keterbatasan hidup (restrictions of living). Keterbatasan hidup itu meliputi pandangan tidak
realistik mengenai diri, pandangan mengenai orang lain yang stereotip, dan tingkahlaku
menolak- kecemasan yang merusak kebebasan seseorang.

Pencapaian akhir periode ini adalah self-respect, yang menjadi syarat untuk menghargai
orang lain. Menurut Sullivan, umumnya orang menghina atau menjatuhkan orang lain,
karena orang itu mempunyai kualitas yang mencemaskan atau memalukan diri sendiri. Jadi
kalau orang dapat menghargai diri sendiri, dia akan menghargai orang lain.

7. Kemasakan (Maturity)

70
Setiap prestasi penting tahap yang terdahulu akan menjadi bagian penting dari kepribadian
masak. Jadi dewasa yang masak hendaknya sudah belajar memuaskan kebutuhan-kebutuhan
yang penting, bekerjasama dan berkompetisi dengan orang lain, mempertahankan hubungan
dengan orang lain yang memberi kepuasan intimasi dan seksual, dan berfungsi secara efektif
di masyarakat di mana dia berada. Menurut Sullivan, di antara pencapaian pencapaian itu,
intimasi yang paling penting.

71
BAB III

KESIMPULAN

Dalam teori kepribadian Psikoanalisa, dibahas bahwa terdapat beberapa tokoh. Dalam
makalah ini dituliskan lima tokoh kepribadian psikoanalisa.

Sigmund Freud dengan teori id,ego, dan superego. Dan juga defense mechanism. Lalu Teori
Alfred Adler yaitu teori psikologi individual dan terdapat teori inferioritas superioritas. Teori
Karen Horney yaitu tentang kecemasan dan psikologi wanita. Erich Fromm dengan teorinya
yaitu dengan Kepribadian Marxian karena dipengaruhi oleh Karl Marx sebagai pakar social dan
filsuf. Lalu Harry Stack Sullivan dengan teori kepribadiannya Psikiatri interpersonal dan
menganggap id, ego, superego tidak stabil dan Sullivan membuatnya menjadi statis/stabil.

72
DAFTAR PUSTAKA

Alwisol. 2016. PSIKOLOGI KEPRIBADIAN EDISI REVISI. Malang. Togamas.

73

Anda mungkin juga menyukai