Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

MATA KULIAH TEORI KEPRIBADIAN


TEORI SIGMUND FREUD
Dosen Pengampu : Sri Sumijati & Maria Bramanwidyantari

Disusun oleh :
Adetya Wulan Cahyani E (20.E1.0247)
Alexandreia Fatima S. S (20.E1.0264)
Christophorust Ernest. S (20.E1.0271)
Maya Belan Dina. P (20.E1.0304)
Mazaya Salma Zhafarina (20.E1.0294)
Natalia Catherine (20.E1.0300)
Maria Marcellina. R. N (20.E1.0308)
Rakyanistri Hayu. K (20.E1.0317)

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI


FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas kasih karunia dan berkat-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Meskipun dalam keadaan
pandemi seperti ini dan tidak bisa bertemunya kami anggota kelompok secara langsung,
namun berkat kehendak-Nya, kami penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan
tepat waktu.

Makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Teori
Kepribadian yang berisikan tentang teori-teori dari seorang tokoh dalam bidang
psikologi terkenal, yaitu Sigmund Freud. Semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi pembaca.

Makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Maka dari itu kami, penulis,
mengaharpkan adanya kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Kami berharap
kelak dapat mengembangkan penulisan makalah kami supaya lebih baik dari
sebelumnya.

Penyusun,

Kelompok 2

ii
DAFTAR ISI

Hal

HALAMAN JUDUL…………………………………………………………..…..i

KATA PENGANTAR……………………………………………………...……..ii

DAFTAR ISI………………………………………………….……………...…...iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang………………………………………………………....1
B. Biografi Sigmund Freud…………………………………………….....2
C. Tujuan Penulisan……………………………………………………....2
D. Manfaat Penulisan…………………………………………………......3

BAB II PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Teori……………………………………………….4


B. Inti Teori………………………………………………………………4
C. Penelitian Terkait…………………………………………………….11
D. Kritik Teori…………………………………………………………..12
E. Konsep Kemanusiaan………………………………………………..13

BAB II PENUTUP……………………………………………………………..15

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………16

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kepribadian adalah keseluruhan cara individu untuk bereaksi dan berinteraki


dengan orang lain. Dimana merupakan ciri khas yang dimiliki oleh seorang individu.
Kepribadian sanngat mencerminkan perilaku seseorang.

Gordon W.W. Alport (dalam Jaenudin, 2012:116) kepribadian adalah adalah


sebuah organisasi dinamis dalam individu sebagai sytem psikofisis yang menentukan
cara yang khas dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan. Senada dengan Adolf
Heuken S.J (dalam Jaenudin, 2012:116) kepribadian adalah pola menyeluruh semua
kemampuan, perbuatan serta kebiasaan seseorang, baik jasmani, mental, rohani,
emosional maupun sosial.

Pendapat diatas dapat dipahami bahwa kepribadian adalah kesatuan yang


kompleks yang terdiri dari psikis dan fisik dimana berinteraksi dengan lingkungan yang
dapat mengalami perubahan secara terus menerus dan terwujudnya pola tingkah laku
yang unik. Kepribadian muncul ketika ada sebuah stimulus dan ada respon yang
dipengaruhi siakp sehingga terbentuk tingkah laku dan tingkah laku muncul dan
membentuk sebuah perilaku, perilaku yang sudah lama terbentuk menjadi sebuah
kebiasaan dan membentuk sebuah kepribadian seseorang.

B. Biografi Sigmund Freud

Sigmund Freud dilahirkan pada 6 Mei 1856 dari sebuah keluarga Yahudi di
Freiberg,Moravia, sebuah kota kecil di Austria (kini menjadi bagian dari
Cekoslowakia). Setelah menamatkan sekolah menengahnya di kota Wina, Freud masuk
Fakultas Kedokteran Universitas Wina dan lulus sebagai dokter pada tahun 1881.
Dari catatan pribadinya diketahui bahwa Freud sesungguhnya tidak tertarik
untuk menjalani praktik sebagai dokter dan lebih tertarik kepada kegiatan penelitian
ilmiah. Freud menikah dengan Martha Bernayspada tahun 1886.

Ketika Freud masih menjadi mahasiswa, seorang ahli saraf ternama dari Wina,
Dr. Joseph Breuer, telah menggunakan metode khusus untuk menangani histeria, yakti

1
metode hipnosis. Melalui sebuah kasus Anna O, Breuer berhasil membuktikan bahwa
penyebab histeria yang diderita pasiennya itu adalah pengalaman-pengalaman
traumatik tertentu dari si pasien. Kasus ini ditangani Breuer dari tahun 1880 sampai
1882. Diwaktu yang sama seorang ahli saraf terkemuka dari Rumah Sakit La
Salpetriere, Paris, Jean Martin Charcot yang juga mengembangkan metode yang
sama (Koswara, 1991). Dari kedua orang inilah Freud belajar dan mempraktikkan
metode hipnosis untuk menangani kasus-kasus histeria.

Freud belajar selama 6 bulan dengan Jean Charcot dan mempelajari hipnosis
untuk membantu menangani pasien dengan gejala non organ, dengan berbagai
gangguan saraf, khususnya histeria.Pada tahun 1889 Freud mencoba metode lain karena
merasa tidak puas dengan prosedur dan hasil yang dicapainya dalam menggunakan
metode Breuer dan Charcot. Lalu Freud mencoba metode sugesti yang dipelajari dari
Bernheim dan kembali Freud merasa tidak puas, sehingga Ia akhirnya mengembangkan
dan menggunakan metode sendiri yang disebut dengan asosiasi bebas. Saat menempuh
jalannya sendiri, Freud mengemukakan gagasan-gagasannya yang akhirnya merupakan
dasar daripada teori psikoanalisis dan memuncak dengan terbitnya karya utamanya
yang pertama “Traumdeutung (Takbir mimpi, the Interpretation of Deram, 1990)
(Suryabrata, 2005).

Lebih dari 40 tahun Freud aktif dalam penelitian klinis, dia mengembangkan
teori kepribadian, metode pengobatan untuk gangguan kepribadian, dan memperkaya
pengamatan klinis berdasarkan pengalaman terapinya dalam menganalisis dirinya
sendiri. Mengenai pendapat-pendapat Freud, sangat banyak untuk dijelaskan sehingga
sulit untuk memberikan simpulan. Dan pada makalah ini hanya akan dibahas mengenai
teori psikodinamika, yang membahas bawah sadar, struktur fisik, id, ego, dan superego.

C. Tujuan Penulisan

1. Mengerti pengertian dari Teori Psikoanalisis


2. Mengetahui struktur kepribadian menurut Sigmund Freud
3. Mengetahui mekanisme pertahanan ego
4. Mengetahui perkembangan kepribadian menurut Teori Freud
5. Mengetahui fungsi utama superego

2
D. Manfaat Penulisan

1. Manfaat Teoritis
Dapat dijadikan untuk menambah penegtahuan dan wawasan dalam Bimbingan dan
Konseling.
2. Manfaat Praktis
Sebagai landasan Bimbingan dan Konseling dalam memberikan bantuan kepada
individu dengan menggunakan teori psikoanalis.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. GAMBARAN UMUM TEORI

Psikoanalisis adalah cabang ilmu yang dikembangkan oleh Sigmund Freud dan
para pengikutnya, sebagai studi fungsi dan perilaku psikologis manusia. Sigmund Freud
berasumsi bahwa energi penggerak awal perilaku manusia berasal dari dalam diri manusia
yang terletak jauh di alam bawah sadar. Itulah sebabnya, mengapa begitu banyak penyakit
fisik yang disebabkan oleh tertekannya psikologis seseorang. Tekanan psikologis itu
ditekan ke dalam alam bawah sadar seseorang. Menurut Freud, kehidupan jiwa memiliki
tiga tingkatan kesadaran, yakni sadar (conscious), prasadar (preconscious), dan tak-sadar
(unconscious). Peran penting dari ketidaksadaran beserta insting-insting seks dan agresi
yang ada di dalamnya dalam pengaturan tingkah laku, menjadi karya/temuan monumental
Freud. Sistematik yang dipakai Freud dalam mendiskripsikan kepribadian menjadi tiga
pokok yaitu : struktur kepribadian, dinamika kepribadian, dan perkembangan kepribadian.
Lalu menurut Freud wilayah pikiran juga dibagi menjadi tiga yaitu, Id, Ego, dan Superego
yang akan dijelaskan lebih lanjut di penjelasan selanjutnya.

B. INTI TEORI

1. Pengertian Psikoanalisis

Psikoanalisis adalah teori yang menjelaskan hakikat dan perkembangan


kepribadian manusia. Teori ini menyatakan bahwa “ketidaksadaran” pada individu
memiliki peran yang utama dalam diri seseorang. Baginya, teori tentang kepribadian
terus mengalami revisi selama 50 tahun terakhir hidupnya. Meskipun teorinya
berevolusi, Freud menegaskan bahwa murid-muridnya tidak boleh ada yang
menyimpang dari teori ini.
Psikoanalisis dianggap sebagai salah satu gerakan revolusioner di bidang
psikologi yang dimulai dari satu metode penyembuhan penderita sakit mental, hingga
menjelma menjadi sebuah konsepsi baru tentang manusia. Sigmund Freud, yang

4
mengemukakan gagasan bahwa kesadaran itu hanyalah bagian kecil saja dari kehidupan
mental, sedangkan bagian yang terbesarnya adalah justru ketidaksadaran atau alam tak
sadar.
Lebih lanjut, Freud memandang manusia sebagai makhluk yang deterministik,
yaitu sebuah gagasan yang menyebut bahwa kegiatan manusia pada dasarnya
ditentukan kekuatan irasional, kekuatan alam bawah sadar. Freud mengembangkan
psikoanalisis sebagai kerangka teoritis dan metode untuk memahami dunia-dalam jiwa
manusia, memaparkannya hingga jadi sebuah teori psikologi umum yang menjadi
kerangka pikir.
Psikoanalisis Freud dapat dikategorikan sebagai ilmu baru tentang manusia
yang mengalami banyak pertentangan.

2. Sadar, Prasadar, dan Tidak Sadar

• Alam sadar (Conscious)

Kita sadar akan segala sesuatu yang ada di sekitar kita, yang dapat kita lihat dan
rasakan. Mencakup semua sensasi dan pengalaman yang kita sadari. Freud menganggap
alam sadar itu aspek yang terbatas karena hanya porsi kecil dari pikiran, sensasi, dan
ingatan yang siaga di alam sadar. Ia menghubungkan pikiran dengan sebuah gunung es
dimana alam sadar berada di ujung es yang terapung.

• Alam pra-sadar (Preconscious)

Bagian dimana kita dapat menjadi sadar jika kita menghadirkannya. Waktu yang
diperlukan untuk membawa informasi ke tahap conscious inilah yang disebut sebagai
preconscious. Merupakan gudang dari memori, persepsi, dan pikiran kita dimana kita
tidak secara sadar, siaga setiap waktu tetapi kita dapat dengan mudah memanggilnya
ke alam kesadaran

• Alam tidak sadar (Unconscious)

Proses mental yang terjadi tanpa adanya conscious atau mungkin terjadi dengan
adanya pengaruh yang khusus. Merupakan fokus dari teori psikoanalisis. Bagian yang
besar di dasar gunung es yang tidak kelihatan yang merupakan rumah dari instink,

5
pengharapan, dan hasrat yang mengarahkan perilaku kita dan tempat penyimpanan
kekuatan yang tidak dapat kita lihat dan kita kendalikan.

3. ID, EGO, SUPEREGO

• Konsep Id atau Das Es (Aspek Biologis)


Freud menyatakan bahwa Id adalah lapisan psikis yang paling dasariah yang di
dalamnya terdapat naluri-naluri bawaan (seksual dan agresif) dan keinginan-keinginan
yang direpresi. Id menjadi bahan dasar bagi pembentukan psikis lebih lanjut dan tidak
terpengaruh oleh kontrol pihak ego dan prinsip realitas.

Id diatur oleh prinsip kenikmatan (pleasure principle) yang mendorongnya


untuk selalu ingin mendapatkan kenikmatan. Id juga didorong oleh kecenderungan
destruktif terhadap hal-hal yang menghambat pencapaian kenikmatan dan
penghindaran ketidaknyamanan. Selain bekerja secara tak sadar, id bersifat impulsif
dan selalu ingin terpuaskan. Proses yang berlangsung di dalamnya adalah refleks dan
proses primer berupa wish-fulfilment atau berkhayal untuk memenuhi kebutuhan.

Id merupakan sistem yang paling dasar yang dimiliki oleh manusia . Id tidak
membutuhkan perintah dari sistem yang lainnya karena Id akan bekerja secara otomatis.
Id didorong oleh prinsip kesenangan yang berusaha untuk segera memuaskan dari
semua keinginan dan kebutuhan. Dorongan-dorongan dari Id dapat dipusatkan melalui
proses primer yang dapat diperoleh dengan tiga cara, yaitu :

- Perbuatan

- Fungsi kognitif

Kemampuan individu untuk membayangkan atau hal-hal yang memuaskan


yang pernah dialami dan diperoleh.

- Ekspresi dari afek atau emosi

Dengan memperhatikan emosi tertentu akan terjadi pengurangan terhadap


dorongan-dorongan primitifnya

6
• Konsep Ego atau Das Ich (Aspek Rasional)
Ego adalah komponen kepribadian yang bertanggung jawab untuk menangani
dengan realitas. Menurut Freud, ego berkembang dari id dan memastikan bahwa
dorongan dari id dapat dinyatakan dalam cara yang dapat diterima di dunia nyata.
Fungsi ego baik di pikiran sadar, prasadar, dan tidak sadar. Ego bekerja berdasarkan
prinsip realitas, yang berusaha untuk memuaskan keinginan dengan cara-cara yang
realistis dan sosial yang sesuai.

Ego seluruhnya dikuasai oleh prinsip realitas, tugas ego adalah untuk
mempertahankan kepribadiannya sendiri dan untuk memecahkan konflik-konflik
dengan realitas dan konflik-konflik antara keinginan-keinginan yang tidak cocok satu
sama lain, juga mengontrol apa yang mau masuk kesadaran yang akan dikerjakan.
Menurut Freud (dalam Koswara, 1991:34), ego terbentuk pada struktur kepribadian
individu sebagai hasil kontak dengan dunia luar. Tujuan ego adalah menemukan cara
yang realistis dalam rangka memuaskan Id. Ego mempunyai beberapa fungsi di
antaranya:

- Menahan menyalurkan dorongan,


- Mengatur desakan dorongan-dorongan yang sampai pada kesdaran,
- Mengarahkan suatu perbuatan agar mencapai tujuan yang diterima,
- Berfikir logis,
- Menggunakan pengalaman emosi-emosi kecewa sebagai tanda adanya suatu
yang salah/tidak benar agar kelak dapat dikategorikan dengan hal lain untuk
memusatkan apa yang akan dilakukan sebaik-baiknya.

• Konsep Superego atau Das Ueber Ich (Aspek Sosial atau Moral)

Komponen terakhir untuk mengembangkan kepribadian adalah superego.


superego adalah aspek kepribadian yang menampung semua standar internalisasi moral
dan cita-cita yang kita peroleh dari kedua orang tua dan masyarakat. Superego
memberikan pedoman untuk membuat penilaian. Menurut Freud, superego dibentuk
dengan melalui proses internalisasi dari nilai-nilai atau aturan-aturan oleh individu dari
sejumlah figure yang berperan, berpengaruh atau berarti bagi individu tersebut seperti
orang tua dan guru.

7
Fungsi utama superego adalah sebagai pengendali dorongan-dorongan atau
impuls-impuls naluri Id agar impuls-impuls tersebut disalurkan dalam cara atau bentuk
yang dapat diterima oleh masyarakat; menagrahkan ego pada tujuan-tujuan yang sesuai
dengan moral ketimbang dengan kenyataan dan mendorong individu kepada
kesempurnaan. Superego bertindak untuk menyempurnakan dan membudayakan
perilaku kita. Ia bekerja untuk menekan semua yang tidak dapat diterima mendesak dari
id dan perjuangan untuk membuat tindakan ego atas standar idealis lebih karena pada
prinsip-prinsip realistis. Superego hadir dalam sadar, prasadar dan tidak sadar.

4. Mekanisme Pertahanan Diri

Mekanisme pertahanan ego adalah strategi psikologis yang dilakukan untuk


mempertahankan citra diri. Istilah ini dicetuskan oleh Sigmund Freud seorang
psikoanalisis dari Austria. Menurutnya, tiap orang pasti memiliki mekanisme
pertahanan egonya tersendiri yang dipengaruhi dari pengalamannya ketika bertumbuh
dewasa.

• Denial (penyangkalan)

Denial (penyangkalan) mungkin menjadi mekanisme pertahanan ego yang


paling sering dilakukan oleh manusia. Ketika kita melakukan perbuatan buruk dan
ketahuan, kita bakal berusaha menyangkal perbuatan tersebut.

Penyangkalan ini berfungsi untuk melindungi ego pribadi kita dari hal-hal yang
gak bisa kita atasi. Ketika melakukan penyangkalan kita berusaha terhindar dari rasa
sakit, penolakan, hingga kecemasan berlanjut yang mungkin akan kita dapatkan apabila
berkata jujur.

• Displacement (pemindahan)
Sesuai namanya, displacement berusaha memindahkan perasaan negatif yang
mengancam kepada hal-hal yang kurang mengancam. Alih-alih mengungkapkan
kemarahan kepada objek yang bersangkutan, kita malah menyerang hal lain yang terasa
kurang mengancam.

8
• Repression (represi)

Repression (represi) juga merupakan mekanisme pertahanan ego yang tanpa


disadari sering dimiliki seseorang. Ketika seseorang mengalami pengalaman
menyakitkan, tanpa sadar ia berusaha untuk menyembunyikan kenyataan tersebut.
Padahal, memori tersebut selalu berada dalam ingatannya.

Misalnya, seseorang mengalami pengalaman buruk dalam hubungan asmara


namun ia tidak ingin menerima kenyataan tersebut. Akhirnya, ia menjadi sulit untuk
menjalani hubungan baru di kemudian hari.

• Sublimation (sublimasi)

Menurut Freud, Sublimasi adalah bentuk mekanisme pertahanan ego yang


menunjukkan proses kedewasaan. Ia mengubah hal buruk yang ia miliki menjadi hal
yang lebih bermanfaat dan dapat diterima orang lain.

Misalnya, seseorang sadar bahwa ia memiliki emosi tinggi. Oleh karena itu ia
melampiaskan emosinya tersebut dengan berlatih bela diri

• Projection (proyeksi)

Proejction (proyeksi) juga tanpa sadar sering dilakukan seseorang sebagai


mekanisme pertahanan egonya. Strategi ini berusaha melibatkan perasaan atau
pemikiran kita sendiri terhadap perasaan atau pemikiran orang lain.

Misalnya, ketika kita membenci seseorang, kita akan melakukan proyeksi


bahwa orang tersebut juga membenci kita. Proyeksi ini bekerja dengan
mengekspresikan keinginan atau dorongan hati kita, namun dengan cara yang tidak
dikenali oleh ego untuk mengurangi kecemasan.

• Rationalization (rasionalisasi)

Rasionalization (rasionalisasi) adalah mekanisme pertahanan dengan


menjelaskan perilaku atau perasaan yang tidak dapat diterima secara rasional untuk
menghindari alasan sebenarnya untuk perilaku tersebut.

9
Misalnya, seseorang yang ditolak kencan akan mengatakan pada orang-orang
bahwa ia tidak tertarik dengan pasangan kencannya tersebut. Rasionalisasi ini
dilakukan untuk melindungi harga dirinya yang ditolak.

• Intellectualization (intelektualisasi)

Intellectualization (intelektualisasi) adalah mekanisme pertahanan yang


berusaha menghindari kecemasan dengan melakukan cara-cara yang lebih intelektual.
Mekanisme ini memungkinkan kita untuk terhindar dari stres akan situasi dan lebih
berfokus kepada penyelesaian secara intelek.

Sebagai contoh, seseorang yang didiagnosis menderita suatu penyakit akan


berusaha mencari berbagai informasi terkait penyakitnya dan cara-cara
menyembuhkannya. Hal ini dilakukan untuk terhindar dari perasaan cemas dan stres
akibat penyakitnya.

5. Fase Perkembangan Kepribadian

Freud menyatakan bahwa perkembangan kepribadian berlangsung melalui 5


fase, yang berhubungan dengan kepekaan pada daerah-daerah erogen atau bagian tubuh
tertentu yang sensitif terhadap rangsangan.

• Fase oral (oral stage): 0 sampai dengan 18 bulan. Bagian tubuh yang
sensitif terhadap rangsangan adalah mulut.
• Fase anal (anal stage): kira-kira usia 18 bulan sampai 3 tahun. Pada fase
ini bagian tubuh yang sensitif adalah anus.
• Fase falis (phallic stage): kira-kira usia 3 sampai 6 tahun. Bagian tubuh
yang sensitif pada fase falis adalah alat kelamin.
• Fase laten (latency stage): kira-kira usia 6 sampai pubertas. Pada fase ini
dorongan seks cenderung bersifat laten atau tertekan.
• Fase genital (genital stage): terjadi sejak individu memasuki pubertas dan
selanjutnya. Pada masa ini individu telah mengalami kematangan pada
organ reproduksi.

10
C. PENELITIAN TERKAIT

Kesenangan dan Id, Penghambatan dan Ego.

Hasil penelitian dari berbagai program penelitian ilmu saraf yang berbeda telah
menetapkan bahwa dorongan pencarian kesenangan memiliki asal-usul neurologisnya
dalam dua struktur otak, yaitu batang otak dan sistem limbik. Selain itu,
neurotransmitter dopamin paling sentral terlibat dalam sebagian besar perilaku
pencarian kesenangan. Dalam bahasa Freud, ini adalah dorongan dan naluri
id. Penelitian yang lebih baru memberikan nuansa menarik pada pemahaman kita
tentang bagaimana otak mengalami dorongan dan naluri id.
Sistem dopamin dikaitkan dengan kecenderungan mencari atau menginginkan id,
sedangkan sistem opioid terlibat dalam kesenangan yang kita alami ketika id
terpuaskan. Sistem pencarian tidak hanya membuat kita bangun dan pergi di pagi hari,
dan mendorong kita untuk mencari makanan dan teman, tetapi juga membuat kita
membuka komputer kita untuk mencari berbagai keingintahuan tanpa henti, atau
smartphone kita untuk memeriksa apakah ada postingan kita di Facebook telah
mendapatkan komentar. Sistem rasa suka memungkinkan kita untuk mengalami
kepuasan ketika kita telah menemukan apa yang kita cari.

Pada tahun 1923, Freud memodifikasi pandangannya tentang bagaimana


pikiran bekerja dan mengusulkan pandangan struktural id, ego, dan superego. Ego
menjadi sebuah struktur yang sebagian besar tidak disadari, tetapi yang fungsi
utamanya adalah untuk menghambat dorongan.

Jika bagian otak yang berfungsi untuk menghambat impuls dan drive rusak, kita
akan melihat peningkatan pada impuls pencari kesenangan berbasis id. Justru itulah
yang terjadi ketika sistem frontal-limbik rusak. Banyak studi kasus dan penelitian
pencitraan otak yang lebih sistematis telah menunjukkan hubungan antara sistem
limbik-frontal dan regulasi impuls. Dalam istilah Freud, egonya tidak lagi dapat
menghambat dorongan dan naluri dasar dan dia menjadi sangat terpacu oleh id.

11
D. KRITIK TERHADAP TEORI

1. Apakah Freud memahami wanita?

Kritik yang kerap ditunjukan pada freud adalah ia tidak memahami wanita dan
teori kepribadiannnya sangat berorientasi pada laki-laki. Kritik tersebut ada benarnya
dan Freud sendiri mengakui bahwa ia tidak sepenuhnya memahami jiwa perempuan.
Pada abad ke-19 di Austria, perempuan dipandang sebagai warga kelas dua hanya
punya sedikit hak maupun kekuasaan. Wanita tidak punya banyak kesempatan untuk
menduduki profesi atau menjadi anggota.

Mengapa Freud tidak bisa memahami perempuan? Mengingat ia dibesarkan di


pertengahan abad ke 19, penerimaan orang tua terhadap dominasinya atas saudara-
saudara perempuannya, kecenderungannya untuk membesar-besarkan dan laki-laki dan
keyakinannya bahwa wanita berada pada “wilayah misterius” kemanusiaan tampaknya
membuat Freud tidak mempunyai pengalaman yang memadai untuk bisa memahami
perempuan.

2. Apakah Freud Seorang Ilmuwan?

Kritik terhadap Freud sering kali berkutat pada posisinya sebagai seorang
ilmuwan. Sekalipun ia berkali kali bersikeras bahhwa ia sejatinya adalah seorang
ilmuwan dan bahwa psikoanalisis adalah ilmu, definisi Freud tentang ilmu perlu
dijelaskan lebih lanjut. Ketika ia menyebut psikoanalisis sebagai ilmu, ia mencoba
memisahkannya dari filsafat ataupun ideologi. Ia tidak menyebutnya sebagai ilmu alam.
Bahasa jerman dan budaya yang mempengaruhi Freud pada saat itu, membedakan antar
ilmu alam dan ilmu kemanusiaan.

Sekalipun, terdapat sederetan kesulitan untuk menguji asumsi-asumsi Freud,


para peneliti telah melakukan kajian-kajian yang terkait dengan teori psikoanalisis, baik
secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, teori freud berada dalam
tingkat rata-rata dalam hal kemampuannya untuk mengembangkan penelitian. Kedua,
teori yang baik harus bisa diulang. Sementara, banyak bukti penelitian yang konsisten
dengan pemikiran Freud bisa dijelaskan dengan model lain, teori Freud ini sendiri
nyaris tidak mungkin direka ulang.

Kriteria ketiga dari teori yang bermanfaat adalah kemampuannya


mengorganisasi pengetahuan ke dalam kerangka yang bermakna. Sayangnya, kerangka

12
teori kepribadian Freud, yang memberikan penekanan pada alam tidak sadar, sangat
longgar dan fleksibel sehingga data-data yang saling tidak konsisten pun bisa ikut
masuk dalam kerangka ini. Oleh karena itu, kami menilai psikoanalisis memiliki
kemampuan rata-rata dalam mengorganisasi pengetahuan.

Keempat, teori yang bermanfaat bisa berfungsi sebagai panduan pemecahan


masalah-masalah praktis. Oleh karena teori Freudian sangat komprehensif, maka
banyak praktisi yang berlatar belakang psikoanalisis menggunakannya untuk mencari
solusi bagi persoalan sehari hari.

Kriteria kelima dari teori yang bermanfaat terkait dengan konsistensi internal,
termasuk istilah-istilah dengan definisi operasional. Psikoanalisis adalah teori yang
konsisten secara internal, mengingat bahwa Freud menulis teori ini selama lebih dari
40 tahun dan perlahan lahan mengganti makna dari sejumlah konsep seiring perjalanan
waktu. Akan tetapi, secara umum, teori ini memiliki konsistensi internal sekalipun
beberapa istilah yang digunakan tidak sesuai dengan standar ilmiah. Apakah
psikoanalisis memiliki satu set istilah dengan definisi operasional? Disinilah
kekurangan teori ini. Sehingga, istilah seperti id, ego, superego, alam sadar, alam bawah
sadar, alam tidak sadar dan banyak lagi tak punya definisi operasional; artinya mereka
tidak dijabarkan dalam operasi atau perilaku yang spesifik. Peniliti harus menyusun
sendiri definisi untuk sederetan istilah psikoanalisis.

Keenam, psikoanalisis sendiri bukan teori yang sederhana sehingga dapat


memberikan jawaban termudah, tetapi hal ini diimbangi dengan kemampuan teori
psikoanalisis dalam menjelaskan kepribadian manusia secara komprehensif dan
kompleks.

E. KONSEP KEMANUSIAAN
Dimensi pertama adalah determinisme versus kebebasan memilih. Dalam
dimensi ini, pandangan Freud mengenai sifat dasar manusia dapat dianggap jatuh ke
dalam ranah determinisme. Freud meyakini bahwa perilaku ditentukan oleh kejadian
dimasa lalu ketimbang dibentuk oleh tujuan masa kini. Manusia mempunyai sedikit
kontrol atas tindakannya dimasa kini karena banyak dari perilaku mereka berakar pada
dorongan-dorongan tidak disadari yang berada di luar kesadaran di masa kini.
Walaupun manusia biasanya percaya bahwa mereka dapat mengontrol kehidupan
mereka, Freud bersikeras bahwa kepercayaan semacam itu adalah ilusi.

13
Permasalahan kedua yang juga terkait adalah mengenai pesimisme versus
optimisme. Menurut Freud, kita datang ke dunia dengan satu kondisi konflik mendasar,
dengan tekanan kehidupan dan kematian pada diri kita yang beroperasi dalam sisi yang
berlawanan.
Pendekatan ketiga untuk melihat kemanusiaan adalah dalam dimensi kausalitas
versus teleologi. Freud yakin bahwa perilaku masa kini sering kali dibentuk oleh alasan-
alasan masa lalu ketimbang oleh tujuan manusia untuk masa depan.
Dalam dimensi keempat kesadaraan versus ketidaksadaraan, teori
psikoanalisis jelas sangat condong kearah motivasi tidak sadar. Freud yakin bahwa
semua hal, mulai dari keliru ucap sampai pengalaman religious merupakan suatu hasil
dari keinginan yang sangat mengakar untuk memuaskan dorongan seksual ataupun
agresif. Motif-motif ini membuat kita menjadi budak dari ketidaksadaran kita.
Walaupun kita sadar akan tindakan kita, Freud yakin bahwa motivasi yang mendasari
Tindakan tersebut berakar dari ketidaksadarann kita dan sering kali ucap berbeda
dengan apa yang kita percayai.
Dimensi kelima adalah pengaruh social versus pengaruh biologis. Sebagai
dokter, pelatihan medis yang pernah dilalui Freud membuatnya melihat kepribadian
manusia dari sudut pandang biologis. Akan tetapi, Freud sering berspekulasi mengenai
konsekuensi dari unit sosial prahistoris dan mengenai konsekuensi dari pengalaman
sosial seorang individual di masa lalu.
Masalah keenam adalah mengenai keunikan versus kesamaan. Dalam dimensi
ini, teori psikoanalisis mengambil posisi tengah. Evolusi masa lalu kemanusiaan
membangkitkan banyak kesamaan di anatara manusia.

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sigmund Freud adalah seorang tokoh psikologi ternama, yang pertama kali
mengembangkan teori psikoanalisis dimana teori ini membahas struktur kepribadian
manusia yang terdiri dari id, ego dan super ego. Id, ego dan super ego sangat berkaitan
erat sehingga tidak dapat dipisahkan dimana untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Jika kebutuhan hidup tidak dapat terpenuhi maka akan menimbulkan sebuah
kecemasan sehingga akan menghambat perkembangan individu. Untuk mengatasi
kecemasan, perlu mekanisme pertahanan ego.

B. Saran

Mungkin sekian makalah yang dapat kami sampaikan. Kami sebagai penulis
meminta maaf jika ada kesalahan penulisan kata. Kami, penulis, berharap semoga
kedepan kami bisa mempelajari lebih dalam lagi mengenai Teori Psikoanalisis dari
Sigmund Freud dan tokoh lainnya.

15
DAFTAR PUSTAKA

A. Buku Tercetak

Feist, Jess dan Feist, Gregory J. 2017. Theories of Personality Ninth Edition.
Penn Plaza, New York : McGraw-Hill Education.

B. Artikel Internet

Alwisol. 2009. “Psikologi Kepribadian”.


https://studylibid.com/doc/554517/psikoanalisis-klasik--sigmund-freud--teori-
psikoanalisis. Diakses pada 29 Maret 2021, pukul 10.40 WIB.

Tuasikal, Jumaidi. 2016. “Teori Psikoanalisis Klasik (Sigmund


https://lenterakonseling.blogspot.com/2016/03/teori-psikoanalisis-klasik-s-freud.html.
Diakses pada 29 Maret 2021, pukul 10.40 WIB.

Blog Penemu. 2014. “Biografi Sigmund Freud (Tokoh Psikoanalisis)”.


https://blogpenemu.blogspot.com/2014/05/Biografi-Sigmund-Freud-Tokoh-
Psikoanalisis.html. Diakses pada 29 Maret 2021, pukul 10.43 WIB.

16

Anda mungkin juga menyukai