Anda di halaman 1dari 14

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. karena berkat rahmat dan karuniaNya jualah akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Teori Psikoanalisis
Sigmund Freud tepat pada waktunya.
Makalah ini dibuat untuk memberikan tambahan wawasan ilmu tentang teori
psikoanalisis Sigmund Freud, biografi Sigmun Freud, pembahasan tentang struktur
kepribadian, dinamika kepribadian serta perkembangan kepribadian menurut Sigmun Freud.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih atas bimbingan, arahan,
saran, serta bantuan yang telah diberikan untuk menjadikan makalah ini lebih baik, kepada:
1.

Dwi Meiliyana, M.Psi, Psikolog selaku dosen pengempu mata kuliah Psikologi Kepribadian
1,

2.

Orang tua yang selalu memberikan dukungan baik moril maupun materil dan doanya selama
ini sehingga makalah ini selesai tepat waktu,

3. Semua pihak yang membantu dalam penyelesaian makalah ini yang tidak dapat disebutkan
satu persatu.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan rahmat dan hidayah-Nya atas segala amal
perbuatan yang diberikan.
Penulis menyadari banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini. Penulis juga
berusaha semaksimal mungkin dalam penyelesaiannya. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat menyempurnakan penulisan makalah ini.
Akhir kata, penulis mengharapkan semoga penyusunan makalah ini bermanfaat bagi kita
semua.
Banjarbaru, Selasa, 01 Oktober 2013

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..
i
DAFTAR ISI..... ii
BAB 1 PENDAHULUAN ....... 1
A. Latar Belakang ......... 2
B. Rumusan Masalah......... 2
C. Batasan Masalah ......... 2
D. Tujuan Penulisan ......... 2
E. Metode Penulisan......... 2
BAB 2 PEMBAHASAN ......
3
A. Biografi Sigmund Freud ....... 3
B. Dasar Teori Psikoanalisis Sigmund Freud 3
C. Struktur Kepribadian
4
1. Tingkat Kehidupan Mental 4
2. Wilayah Pikiran 4
D. Dinamika Kepribadian 6
1. Insting Sebagai Energi Psikis 6
2. Jenis-Jenis Insting 7
3. Kecemasan 8
4. Mekanisme Pertahanan Ego 9
5. Perkembangan Kepribadian 11
BAB 3 PENUTUP 12
A. Kesimpulan 12
B. Saran .. 13
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di era globalisasi ini banyak sekali warga Negara Indonesia yang mempunyai
kepribadian baik. Kepribadian sangat mencerminkan perilaku seseorang, maka dengan
adanya mata kuliah ini kita diajarkan menjadi seorang pribadi yang mempunyai kepribadian
yang sangat baik. Setiap orang sama seperti kebanyakan atau bahkan semua orang lain, kita
bisa tahu apa yang diperbuat seseorang dalam situasi tertentu berdasarkan pengalaman diri
kita sendiri. Kenyataannya, dalam banyak segi, setiap orang adalah unik, khas. Akibatnya
yang lebih sering terjadi adalah kita mengalami salah paham dengan teman di kampus,
sejawat di kantor tetangga atau bahkan dengan suami atau istri dan anak-anak dirumah. Kita
terkejut oleh tindakan di luar batas yang dilakukan oleh seseorang yang biasa dikenal alim
dan saleh, dan masih banyak lagi. Oleh karena itu, kita membutuhkan sejenis kerangka acuan
untuk memahami dan menjelaskan tingkah laku diri sendiri dan orang lain. kita harus
memahami defenisi dari kepribadian itu, bagaimana kepribadan itu terbentuk. Selain itu kita
membutuhkan teori-teori tentang tingkah laku, teori tentang kepribadian agar terbentuk suatu
kepribadian yang baik. Sehingga gangguan-gangguan yang biasa muncul pada kepribadian
setiap individu dapat dihindari. Psikologi kepribadian adalah salah satu cabang dari ilmu
psikologi. Psikologi kepribadian merupakan salah satu ilmu dasar yang penting guna
memahami ilmu psikologi. Manusia sebagai objek material dalam pembelajaran ilmu
psikologi tentu memiliki kepribadian dan watak yang berbeda satu dengan yang lainnya
bahkan tidak semua orang dapat memahami kepribadian dirinya sendiri. Hal itulah yang
menjadi latar belakang kami membuat makalah tentang teori psikoanalisis Sigmund Freud,
seperti yang kita ketahui, bahwa teori kepribadian Sigmund Freud adalah yang paling
kontroversial. Teori Psikoanalisis, menjadi teori yang paling komprehensif diantara teori
kepribadian lainnya.
B.
1.
2.

Rumusan Masalah
Bagaimanakah teori kepribadian psikoanalisis menurut Sigmund Freud ?
Apa saja yang dibahas mengenai kepribadian yang diungkapkan oleh Freud ?

C. Batasan Masalah
1.
Biografi Sigmund Freud
2.
Dasar Teori Psikoanalisis Sigmund Freud
3.
Struktur Kepribadian
4.
Dinamika Kepribadian
5.
Perkembangan Kepribadian

D. Tujuan Penulisan
Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui lebih dalam mengenai teori
psikoanalisis Sigmund Freud, biografi Sigmund Freud, struktur kepribadian, dinamika
kepribadian serta perkembangan kepribadian menurut Sigmun Freud. Selain itu tim penulis
mengharapkan dengan adanya makalah ini maka pembaca akan lebih memahami tentang apa
yang ditulis dalam makalah ini.
E. Metode Penulisan
Metode yang penulis gunakan dalam penulisan makalah ini adalah pustaka. Metode
pustaka yaitu dengan mencari beberapa referensi dari berbagai judul buku. Dan dari referensi
itu dirangkum dan dikumpulkan serta diambil kesimpulan sehingga makalah ini selesai.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Biografi Sigmund Freud
Bapak Psikoanalisis Sigmund Freud lahir di Moravia, 6 mei 1856 dan meninggal di
London, 23 september 1939 berasal dari keluarga Yahudi. Mempunyai seorang isteri bernama
Martha Barneys dan mempunyai 6 orang anak, seorang putrinya, Anna Freud menjadi
penganut freudinamisme.
Sigmund Freud masuk Fakultas Kedokteran Universitas Wina pada tahun 1873-1881,
spesialisasi dokter ahli syaraf dan penyakit jiwa (psikiatri). Pada tahun 1894 Freud belajar
terapi histeri pada Jean Caharcot di Paris. Tahun 1895 ia kembali ke Wina bekerja sama
dengan Dr. Joseph Breuer, dengan metode asosiasi bebas. Tahun 1895 Freud bersama Breuer
menulis tentang kasus-kasus histeri. Tahun 1902 ia membentuk kelompok psikologi di Wina.
Tahun 1908 Freud diundang oleh George Stanley Hall ke USA dan memberi ceramahceramah pada pertemuan-pertemuan Dies Natalis Universitas Clark. Freud menjadi terkenal
di seluruh dunia. Tahun 1909 Freud digabungi oleh Alfred Adler dan Carl Gustav Jung. Tahun
1923 Freud kena penyakit kanker rahang dan pernah dioperasi sampai 30 kali. Tahun 1928
Nazi berkuasa di Austria, Freud menyingkir ke Inggris dan meninggal dunia di London 1939.
B. Dasar Teori Psikoanalisis Sigmund Freud
Sumbangan Freud dalam teori psikologi kepribadian substansial sekaligus di antara teori
kepribadian substansial sekaligus kontroversial. Teori Psikoanalisis menjadi teori yang paling
komprehensif di antara teori kepribadian lainnya, namun juga mendapat tanggapan yang
banyak baik tanggapan positif maupun negatif. Peran penting dari ketidaksadaran beserta
insting-insting seks dan agresi yang ada di dalamnya dalam pengaturan tingkah laku, menjadi
karya/temuan monumental Freud. Sistematik yang dipakai Freud dalam mendiskripsi
kepribadian menjadi tiga pokok yaitu : struktur kepribadian, dinamika kepribadian, dan
perkembangan kepribadian.
C. Struktur Kepribadian
Menurut Freud, kehidupan jiwa memiliki tiga tingkat kesadaran, yakni sadar, prasadar,
dan tak sadar. Pada tahun 1923 Freud mengenalkan tiga model struktural yang lain, yakni id,
ego dan superego. Struktur baru ini tidak mengganti struktur lama tetapi
melengkapi/menyempurnakan gambaran mental terutama dalam fungsi dan tujuannya.
1. Tingkat Kehidupan Mental
a. Sadar (Conscious)
Tingkat kesadaran yang berisi semua hal yang kita cermati pada saat tertentu.
Menurut Freud hanya sebagian kecil saja dari kehidupan mental (fikiran, persepsi,
perasaan, dan ingatan) yang masuk ke kesadaran (consciousness).
b. Prasadar (Preconscious)
Prasadar disebut juga ingatan siap (available memory), yakni tingkat
kesadaran yang menjadi jembatan antara sadar dan tak sadar. Pengalaman yang
ditinggal oleh perhatian, semula disadari tetapi kemudian tidak lagi dicermati, akan
ditekan pindah ke daerah prasadar.
c.

Tak sadar (Unconscious)

Tak sdar adalah bagian yang paling dalam dari struktur kesadaran dan menurut
Freud merupakan bagian terpenting dri jiwa manusia. Secara khusus Freud
membuktikan bahwa ketidaksadaran bukanlah abstraksi hipotetik tetapi itu adalah
kenyataan empirik. Ketidaksadaran itu berisi insting, impuls, dan drives yang dibawa
dari lahir, dan pengalam-pengalaman traumatik (biasanya pada masa anak-anak) yang
ditekan oleh kesadaran dipindah ke daerah tak sadar.
2. Wilayah Pikiran
a. Id (Das Es)
Id adalah sistem kepribadian yang asli, dibawa sejak lahir. Dari id ini
kemudian akan muncul ego dan superego. Saat dilahirkan, id berisi semua aspek
psikologi yang diturunkan, seperti insting, impuls dan drives. Id berada dan beroperasi
dalam daerah tak sadar, mewakili subjektivitas yang tidak pernah sisadari sepanjang
usia. Id berhubungan erat dengan proses fisik untuk mendapatkan energi psikis yang
digunakan untuk mengoperasikan sistem dari struktur kepribadian lainnya.
Id beroperasi berdasarkan prinsip kenikmatan (pleasure principle), yaitu
berusaha memperoleh kenikmatan dan menghindari rasa sakit. Plesure
principle diproses dengan dua cara :
1) Tindak Refleks (Refleks Actions)
Adalah reaksi otomatis yang dibawa sejak lahir seperti
mengejapkan mata dipakai untuk menangani pemuasan rangsang
sederhana dan biasanya segera dapat dilakukan.
2) Proses Primer (Primery Process)
Adalah reaksi membayangkan/mengkhayal sesuatu yang dapat
mengurangi atau menghilangkan tegangan dipakai untuk menangani
stimulus kompleks, seperti bayi yang lapar membayangkan makanan atau
puting ibunya.
Id hanya mampu membayangkan sesuatu, tanpa mampu
membedakan khayalan itu dengan kenyataan yang benar-benar
memuaskan kebutuhan. Id tidak mampu menilai atau membedakan benarbenar salah, tidak tahu moral. Alasan inilah yang kemudian membuat id
memunculkan ego.
b. Ego (Das Ich)
Ego berkembang dari id agar orang mampu menangani realita sehingga ego
beroperasi mengikuti prinsip realita (reality principle) usaha memperoleh kepuasan
yang dituntut id dengan mencegah terjadinya tegangan baru atau menunda
kenikmatan sampai ditemukan objek yang nyata-nyata dapat memuaskan kebutuhan.
Ego adalah eksekutif atau pelaksana dari kepribadian, yang memiliki dua
tugas utama ; pertama, memilih stimuli mana yang hendak direspon dan atau insting
mana yang akan dipuaskan sesuai dengan prioritas kebutuhan. Kedua, menentukan
kapan dan bagaimana kebutuhan itu dipuaskan sesuai dengan tersedianya peluang
yang resikonya minimal. Ego sesungguhnya bekerja untuk memuaskan id, karena itu
ego yang tidak memiliki energi sendiri akan memperoleh energi dari id.
c. Superego (Das Ueber Ich)
Superego adalah kekuatan moral dan etik dari kepribadian, yang beroperasi
memakai prinsip idealistik (edialistic principle) sebagai lawan dari prinsip kepuasan
id dan prinsip realistik dari ego. Superego berkembang dari ego, dan seperti ego, ia

tak punya sumber energinya sendiri. Akan tetapi, superego berbeda dari ego dalam
satu hal penting superego tak punya kontak dengan dunia luar sehingga tuntutan
superego akan kesempurnaan pun menjadi tidak realistis.
Prinsip idealistik mempunyai dua sub prinsip yakni suara
hati (conscience) dan ego ideal. Freud tidak membedakan prinsip ini secara jelas
tetapi secara umum, suara hati lahir dari pengalaman-pengalaman mendapatkan
hukuman atas perilaku yang tidak pantas dan mengajari kita tentang hal-hal yang
sebaiknya tidak dilakukan, sedangkan ego ideal berkembang dari pengalaman
mendapatkan imbalan atas perilaku yang tepat dan mengarahkan kita pada hal-hal
yang sebaiknya dilakukan.
Superego bersifat nonrasional dalam menuntut kesempurnaan, menghukum
dengan keras kesalahan ego, baik yang telah dilakukan maupun baru dalam fikiran.
Ada tiga fungsi superego; (1) mendorong ego menggantikan tujuan-tujuan realistik
dengan tujuan moralistik, (2) merintangi impuls id terutama impuls seksual dan
agresif yang bertentangan dengan standar nilai masyarakat, (3) mengejar
kesempurnaan.
D. Dinamika Kepribadian
Tingkat kehidupan mental dan wilayah pikiran mengacu pada struktur atau komposisi
kepribadian. Sehingga, Freud mengusulkan sebuah dinamika atau prinsip motivasional untuk
menerangkan kekuatan-kekuatan yang mendorong tindakan manusia. Bagi Freud, manusia
termotivasi untuk mencari kesenangan serta menurunkan ketegangan dan kecemasan.
Motivasi ini diperoleh dari energi psikis dan fisik dari dorongan-dorongan dasar yang mereka
miliki.
1. Insting Sebagai Energi Psikis
Insting adalah perwujudan psikologi dari kebutuhan tubuh yang menuntut
pemuasan misalnya insting lapar berasal dari kebutuhan tubuh secara fisiologis sebagai
kekurangan nutrisi, dan secara psikologis dalam bentuk keinginan makan. Hasrat, atau
motivasi, atau dorongan dari insting secara kuantitatif adalah energi psikis dan kumpulan
enerji dari seluruh insting yang dimiliki seseorang merupakan enerji yang tersedia untuk
menggerakkan proses kepribadian. Enerji insting dapat dijelaskan dari sumber (source),
tujuan (aim), obyek (object) dan daya dorong (impetus) yang dimilikinya:
a. Sumber insting : adalah kondisi jasmaniah atau kebutuhan. Tubuh menuntut
keadaan yang seimbang terus menerus, dan kekurangan nutrisi misalnya akan
mengganggu keseimbangan sehingga memunculkan insting lapar.
b. Tujuan insting : adalah menghilangakan rangsangan kejasmanian, sehingga
ketidakenakan yang timbul karena adanya tegangan yang disebabkan oleh meningkatnya
energi dapat ditiadakan. Misalnya, tujuan insting lapar (makan) ialah menghilangkan
keadaan kekurangan makan, dengan cara makan.
c. Obyek insting : adalah segala aktivitas yang menjadi perantara keinginan dan
terpenuhinya keinginan itu. Jadi tidak hanya terbatas pada bendanya saja, tetapi termasuk
pula cara-cara memenuhi kebutuhan yang timbul karena isnting itu. Misalnya, obyek
insting lapar bukan hanya makanan, tetapi meliputi kegiatan mencari uang, membeli
makanan dan menyajikan makanan itu.
d. Pendorong atau penggerak insting : adalah kekuatan insting itu, yang tergantung
kepada intensitas (besar-kecilnya) kebutuhan. Misalnya, makin lapar orang (sampai batas
tertentu) penggerak insting makannya makin besar.

2. Jenis-Jenis Insting
a. Insting Hidup (Life Instinct)
Insting hidup disebut juga Eros adalah dorongan yang menjamin survival dan reproduksi,
seperti lapar,haus dan seks. Bentuk enerji yang dipakai oleh insting hidup itu disebut libido.
Walaupun Freud mengakui adanya bermacam-macam bentuk insting hidup, namun dalam
kenyataannya yang paling diutamakan adalah insting seksual (terutama pada masa-masa
permulaan,sampai kira-kira tahun 1920). Dalam pada itu sebenarnya insting seksual bukanlah
hanya untuk satu insting saja, melainkan sekumpulan insting-insting, karena ada bermacammacam kebutuhan jasmaniah yang menimbulkan keinginan-keinginan erotis.
b. Insting Mati (Death Instinct)
Insting mati disebut juga insting-insting merusak (destruktif). Insting ini berfungsinya
kurang jelas jika dibandingkan dengan insting hidup, karenanya tidak begitu dikenal. Akan
tetapi adalah suatu kenyataan yang tak dapat dipungkiri, bahwa tiap orang itu pada akhirnya
akan mati juga. Inilah yang menyebabkan Freud merumuskan bahwa Tujuan semua hidup
adalah mati (1920). Suatu derivatif insting mati yang terpenting adalah dorongan agresif.
Sifat agresif adalah pengrusakan diri yang diubah dengan obyek subtitusi.
Insting hidup dan insting mati dapat saling bercampur, saling menetralkan. Makan
misalnya merupakan campuran dorongan makan dan dorongan destruktif, yang dapat
dipuaskan dengan menggigit, menguyah dan menelan makanan.
3. Kecemasan
Kecemasan (anxiety) adalah variabel penting dari hampir semua teori kepribadian.
Kecemasan sebagai dampak dari konflik yang menjadi bagian kehidupan yang tak
terhindarkan, dipandang sebagai komponen dinamika kepribadian yang utama. Kecemasan
adalah fungsi ego untuk memperingatkan individu tentang kemungkinan datangnya suatu
bahaya sehingga dapat disiapkan reaksi adaptif yang sesuai. Biasanya reaksi individu
terhadap ancaman ketidaksenangan dan pengrusakan yang belum dihadapinya ialah menjadi
cemas atau takut. Kecemasan berfungsi sebagai mekanisme yang mengamankan ego karena
memberi sinyal ada bahaya di depan mata.
Kecemasan akan timbul manakala orang tidak siap menghadapi ancaman. Hanya ego
yang bisa memproduksi atau merasakan kecemasan. Akan tetapi, baik id, superego, maupun
dunia luar terkait dalam salah satu dari tiga jenis kecemasan: realistis, neurotis dan moral.
Ketergantungan ego pada id menyebabkan munculnya kecemasan neurosis, sedangkan
ketergantungan ego pada superego memunculkan kecemasan moral, dan ketergantungannya
pada dunia luar mengakibatkan kecemasan realistis.
a. Kecemasan Realistis (Realistic Anxiety)
Adalah takut kepada bahaya yang nyata ada di dunia luar. Kecemasan ini menjadi asal
muasal timbulnya kecemasan neurotis dan kecemasan moral.
b. Kecemasan Neurotis (Neurotic Anxiety)
Adalah ketakutan terhadap hukuman yang bakal diterima dari orang tua atau figur
penguasa lainnya kalau seseorang memuaskan insting dengan caranya sendiri, yang
diyakininya bakal menuai hukuman. Hukuman belum tentu diterimanya, karena orang tua
belum tentu mengetahui pelanggaran yang dilakukannya, dan misalnya orang tua mengetahui
juga belum tentu menjatuhkan hukuman. Jadi, hukuman dan figur pemberi hukuman dalam
kecemasan neurotis bersifat khayalan.
c. Kecemasan Moral (Moral Anxiety)
Adalah kecemasan kata hati, kecemasan ini timbul ketika orang melanggar standar
nilai orang tua. Kecemasan moral dan kecemasan neurotis tampak mirip, tetapi memiliki

perbedaan prinsip yakni : tingkat kontrol ego pada kecemasan moral orang tetap rasional
dalam memikirkan masalahnya sedang pada kecemasan neurotis orang dalam keadaan distres
terkadang panik sehingga mereka tidak dapat berfikir jelas.
4. Mekanisme Pertahanan Ego
Freud mengartikan mekanisme pertahanan ego (ego defense mechanism) sebagai strategi
yang digunakan individu untuk mencegah kemunculan terbuka dari dorongan-dorongan id
maupun untuk menghadapi tekanan superego atas ego, dengan tujuan agar kecemasan bisa
dikurangi atau diredakan.
Menurut Freud mekanisme pertahanan ego itu adalah mekanisme yang rumit dan banyak
macamnya, adapun mekanisme yang banyak dipakai dalam kehidupan sehari-hari ada tujuh
macam, yaitu :
a. Identifikasi (Identification)
Cara mereduksi tegangan dengan meniru (mengimitasi) atau mengidentifikasikan diri
dengan orang yang dianggap lebih berhasil memuaskan hasratnya dibanding dirinya. Diri
orang lain diidentifikasi tetapi cukup hal-hal yang dianggap dapat membantu mencapai tujuan
diri. Terkadang sukar menentukan sifat mana yang membuat tokoh itu sukses sehingga orang
harus mencoba mengidentifikasi beberapa sifat sebelum menemukan mana yang ternyata
membantu meredakan tegangan. Apabila yang ditiru sesuatu yang positif disebut Introyeksi.
Mekanisme pertahanan identifikasi umumnya dipakai untuk tiga macam tujuan, yaitu :
1) Merupakan cara orang dapat memperoleh kembali sesuatu (obyek) yang telah hilang.
2) Untuk mengatasi rasa takut.
3) Melalui identifikasi orang memperoleh informasi baru dengan mencocokkan khayalan mental
dengan kenyataan.
b. Pemindahan/Reaksi Kompromi (Displacement/Reactions Compromise)
Manakala obyek kateksis asli yang dipilih oleh insting tidak dapt dicapai karena ada
rintangan dari luar (sosial, alami) atau dari dalam (antikateksis) insting itu direpres kembali
ke ketidaksadaran atau ego menawarkan kateksis baru, yang berarti pemindahan enerji dari
obyek satu ke obyek yang lain, sampai ditemukan obyek yang dapat mereduksi tegangan.
Proses mengganti obyek kateksis untuk meredakan ketegangan, adalah kompromi antara
tuntutan insting id dengan realitas ego, sehingga disebut juga reaksi kompromi. Ada tiga
macam reaksi kompromi, yaitu :
1) Sublimasi adalah kompromi yang menghasilkan prestasi budaya yang lebih tinggi, diterima
masyarakat sebagai kultural kreatif.
2) Subtitusi adalah pemindahan atau kompromi dimana kepuasan yang diperoleh masih mirip
dengan kepuasan aslinya.
3) Kompensasi adalah kompromi dengan mengganti insting yang harus dipuaskan. Gagal
memuaskan insting yang satu diganti dengan memberi kepuasan insting yang lain.

c.

Represi (Repression)
Represi adalah proses ego memakai kekuatan anticathexes untuk menekan segala
sesuatu (ide, insting, ingatan, fikiran) yang dapat menimbulkan kecemasan keluar dari
kesadaran.
d. Fiksasi dan Regresi (Fixation and Regression)
Fiksasi adalah terhentinya perkembangan normal pada tahap perkembangan tertentu
karena perkembangan lanjutannya sangat sukar sehingga menimbulkan frustasi dan
kecemasan yang terlalu kuat. Orang memilih untuk berhenti (fiksasi) pada tahap
perkembangan tertentu dan menolak untuk bergerak maju, karena merasa puas dan aman
ditahap itu.
Frustasi, kecemasa dan pengalaman traumatik yang sangat kuat pada tahap
perkembangan tertentu, dapat berakibat orang regresi : mundur ke tahap perkembangan yang
terdahulu, dimana dia merasa puas disana.
Perkembangan kepribadian yang normal berarti terus bergerak maju atau progresif.
Munculnya dorongan yang menimbulkan kecemasan akan direspon dengan regresi. Orang
yang puas berada ditahap perkembangan tertentu, tidak mau progres disebut fiksasi. Progresi
yang gagal membuat orang menarik diri atau regresi
e. Proyeksi (Projection)
Proyeksi adalah mekanisme mengubah kecemasan neurotis atau moral menjadi
kecemasan realistis, dengan cara melemparkan impuls-impuls internal yang mengancam
dipindahkan ke obyek di luar, sehingga seolah-olah ancaman itu terproyeksi dari obyek
eksternal kepada diri orang itu sendiri.
f. Introyeksi (Introjection)
Introyeksi adalah mekanisme pertahanan dimana seseorang meleburkan sifat-sifat positif
orang lain ke dalam egonya sendiri. Misalnya, seorang anak yang meniru gaya tingkahlaku
bintang film menjadi introyeksi, kalau peniruan itu dapat meningkatkan harga diri dan
menekan perasaan rendah diri, sehingga anak itu merasa lebih bangga dengan dirinya sendiri.
Pada usia berapapun, manusia bisa mengurangi kecemasan yang terkait dengan perasaan
kekurangan dengan cara mengadopsi atau melakukan introyeksi atas nilai-nilai, keyakinankeyakinan, dan perilaku orang lain.
g. Pembentukan Reaksi (Reaction Formation)
Tindakan defensif dengan cara mengganti impuls atau perasaan yang menimbulkan
kecemasan dengan impuls atau perasaan lawan/kebalikannya dalam kesadaran, misalnya
benci diganti cinta, rasa bermusuhan diganti dengan ekspresi persahabatan. Timbul masalah
bagaimana membedakan ungkapan asli suatu impuls dengan ungkapan pengganti reaksi
formasi : bagaimana cinta sejati dibedakan dengan cinta-reaksi formasi. Biasanya reaksi
formasi ditandai oleh sifat serba berlebihan, ekstrim, dan kompulsif
5. Perkembangan Kepribadian
Freud membagi perkembangan kepribadian menjadi tiga tahapan, yakni tahap infantil (05 tahun), tahap laten (5-12 tahun), dan tahap genital (>12 tahun). Tahap infantil yang paling
menentukan dalam membentuk kepribadian, terbagi menjadi tiga fase, yakni fase oral, fase
anal, dan fase falis. Perkembangan kepribadian ditentukan terutama oleh perkembangan
biologis, sehingga tahap ini disebut juga tahap seksual infantil. Perkembangan insting seks
berarti perubahan kateksis seks, dan perkembangan biologis menyiapkan bagian tubuh untuk
dipilih menjadi pusat kepuasan seksual (erogenus zone)

a. Fase Oral (Usia 0 1 tahun)


Fase oral adalah fase perkembangan yang berlangsung pada tahun pertama dari kehidupan
individu. Pada fase ini, daerah erogen yang paling penting dan peka adalah mulut, yakni
berkaitan dengan pemuasan kebutuhan dasar akan makanan atau air. Stimulasi atau
perangsangan atas mulut seperti mengisap, bagi bayi merupakan tingkah laku yang
menimbulkan kesenangan atau kepuasan.
b. Fase Anal (Usia 1 2/3 tahun)
Fase ini dimulai dari tahun kedua sampai tahun ketiga dari kehidupan. Pada fase ini, fokus
dari energi libidal dialihkan dari mulut ke daerah dubur serta kesenangan atau kepuasan
diperoleh dari kaitannya dengan tindakan mempermainkan atau menahan faeces (kotoran)
pada fase ini pulalah anak mulai diperkenalkan kepada aturan-aturan kebersihan oleh orang
tuanya melalui toilet training, yakni latihan mengenai bagaimana dan dimana seharusnya
seorang anak membuang kotorannya.
c. Fase Falis (Usia 2/3 5/6 tahun)
Fase falis (phallic) ini berlangsung pada tahun keempat atau kelima, yakni suatu fase
ketika energi libido sasarannya dialihkan dari daerah dubur ke daerah alat kelamin. Pada fase
ini anak mulai tertarik kepada alat kelaminnya sendiri, dan mempermainkannya dengan
maksud memperoleh kepuasan. Pada fase ini masturbasi menimbulkan kenikmatan yang
besar. Pada saat yang sama terjadi peningkatan gairah seksual anak kepada orang tuanya yang
mengawali berbagai pergantian kateksis obyek yang penting. Perkembangan terpenting pada
masa ini adalah timbulnya Oedipus complex, yang diikuti fenomena castration anxiety (pada
laki-laki) dan penis envy (pada perempuan). Oedipus complex adalah kateksis obyek seksual
kepada orang tua yang berlawanan jenis serta permusuhan terhadap orang tua sejenis. Anak
laki-laki ingin memiliki ibunya (ingin memiliki perhatian lebih dari ibunya) dan
menyingkirkan ayahnya, sebaliknya anak perempuan ingin memiliki ayahnya dan
menyingkirkan ibunya.
d. Fase Laten (Usia 5/6 12/13 tahun)
Fase ini pada usia 5 atau 6 tahun sampai remaja, anak mengalami periode peredaan impuls
seksual. Menurut Freud, penurunan minat seksual itu akibat dari tidak adanya daerah erogen
baru yang dimunculkan oleh perkembangan biologis. Jadi, fase laten lebih sebagai fenomena
biologis, alih-alih bagian dari perkembangan psikoseksual. Pada fase ini anak
mengembangkan kemampuan sublimasi, yakni mengganti kepuasan libido dengan kepuasan
non seksual, khususnya bidang intelektual, atletik, keterampilan, dan hubungan teman
sebaya. Dan pada fase ini anak menjadi lebih mudah mempelajari sesuatu dan lebih mudah
dididik dibandingkan dengan masa sebelum dan sesudahnya (masa pubertas).
e. Fase Genital
Fase ini dimulai dengan perubahan biokimia dan fisiologi dalam diri remaja. Sistem
endokrin memproduksi hormon-hormon yang memicu pertumbuhan tanda-tanda seksual
sekunder (suara, rambut, buah dada, dll), dan pertumbuhan tanda seksual primer. Pada fase
ini kateksis genital mempunyai sifat narkistik : individu mempunyai kepuasan dari
perangsangan dan manipulasi tubuhnya sendiri, dan orang lain diingkan hanya karena
memberikan bentuk-bentuk tambahan dari kenikmatan jasmaniah. Pada fase ini, impuls seks
itu mulai disalurkan ke obyek diluar, seperti : berpartisipasi dalam kegiatan kelompok,
menyiapkan karir, cinta lain jenis, perkawinan dan keluarga.

BAB III

1.

2.

3.

1.
2.
3.
4.
5.

1.
2.
3.
4.
5.

PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam teori psikoanalisis, kepribadian dipandang sebagai suatu struktur yang terdiri dari
tiga unsur atau sistem yakni id, ego dan superego ketiga sistem kepribadian ini satu sama lain
saling berkaitan serta membentuk suatu totalitas.
Id, adalah sistem kepribadian yang paling dasar, yang didalamnya terdapat naluri-naluri
bawaan. Untuk dua sistem yang lainnya, id adalah sistem yang bertindak sebagai penyedia
atau penyalur energi yang dibutuhkan oleh sistem-sistem terebut untuk operasi-operasi atau
kegiatan-kegiatan yang dilakukannya. Dalam menjalankan fungsi dan operasinya, id
bertujuan untuk menghindari keadaan tidak menyenangkan dan mencapai keadaan yang
menyenangkan.
Ego, adalah sistem kepribadian yang bertindak sebagai pengarah individu kepada dunia
objek tentang kenyataan, dan menjalankan fungsinya berdasarkan prinsip kenyataan. Ego
tebentuk pada struktur kepribadian individu sebagai hasil kontak dengan dunia luar. Adapun
proses yang dimiliki dan dijalankan ego adalah upaya memuaskan kebutuhan atau
mengurangi tegangan oleh individu.
Superego, adalah sistem kepribadian yang berisikan nilai-nilai dan aturan-aturan yang
sifatnya evaluatif (menyangkut baik-buruk). Adapun fungsi utama dari superego adalah :
Sebagai pengendali dorongan-dorongan atau impuls-impuls naluri id agar impuls-impuls
teresbut disalurkan dalam cara atau bentuk yang dapat diterima oleh masyarakat.
Mengarahkan ego pada tujuan-tujuan yang sesuai dengan moral dari pada dengan kenyataan.
Mendorong individu kepada kesempurnaan.
Freud menyatakan gagasan bahwa energy fisik bisa diubah menjadi energy psikis, dan
sebaliknya. Yang menjembatani energi fisik dengan kepribadian adalah id dengan nalurinalurinya (insting).
Insting
Macam-macam insting
Penyaluran dan penggunaan energi psikis
Kecemasan
Mekanisme Pertahanan Ego, yang dapat diuraikan menjadi tujuh macam mekanisme
pertahanan ego, yaitu :
Identifikasi
Displecement
Represi
Fiksasi and Regresi
Proyeksi
Introyeksi
Pembentukan Reaksi
Freud menyatakan bahwa pada manusia terdapat lima fase atau tahapan perkembangan
yang kesemuanya menentukan bagi pembentukan kepribadian. Lima fase tersebut adalah :
Fase Oral
Fase Anal
Fase Falis
Fase Laten
Fase Genital

B. Saran
Dalam pembentukan suatu kepribadian sangat penting pengaruh peran dalam keluarga
terutama orang tua. Sehingga sejak dini dibentuk, diajarkan dan dibiasakan berkepribadian
yang baik. Keluarga memberi teladan, sikap, tingkah laku, berkomunikasi yang baik dengan
tetangga serta lingkungan masyarakat. Mari kita pelajari tentang keperibadian diri, agar kita
dapat bersikap baik, sopan, dan tidak bersikap kasar terhadap orang lain. Dengan
mempelajari kepribadian diri kita dapat mengubah diri kita menjadi orang yang professional.

DAFTAR PUSTAKA
Alwisol. 2009. Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press.
Suryabrata, Sumardi. 2012. Psikologi Kepribadian. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Feist, Jess and Gregory J. Feist. 2010. Teori Kepribadian. Jakarta: Salemba Humanika.
Koswara, E. 1991. Teori-Teori Kepribadian. Bandung: Eresco.

Anda mungkin juga menyukai