Pacaran adalah suatu kebiasaan yang lumrah pada zaman sekarang ini. Pacaran sudah menjamur
pada
kalangan anak remaja. Terkadang orang dewasa pun pacaran dulu sebelum menikah. Pacaran di dal
am
ISLAM itu tak ada. Di dalam ISLAM yang ada itu Taaruf.
Taaruf adalah kegiatan bersilaturahmi, kalau pada masa ini kita bilang berkenalan bertatap muka,
atau main/bertamu ke rumah seseorang dengan tujuan berkenalan dengan penghuninya. Bisa juga
dikatakan bahwa tujuan dari berkenalan tersebut adalah untuk mencari jodoh. Taaruf bisa juga
dilakukan jika kedua belah pihak keluarga setuju dan tinggal menunggu keputusan anak untuk
bersedia atau tidak untuk dilanjutkan ke jenjang khitbah - taaruf dengan mempertemukan yang
hendak dijodohkan dengan maksud agar saling mengenal.
Apakah perbedaan Pacaran dengan Taaruf?
Pacaran :
1. Tanpa komitmen yang jelas.
2. Kebanyakan berdasar dorongan hawa nafsu.
3. Dilarang Agama kita.
4. Mendapat dosa.
5. Melanggar larangan Allah dan Rasul-Nya.
6. Dekat dengan zina.
Telah sama-sama kita ketahui bahwa Islam adalah agama yang mengharamkan perbuatan zina,
termasuk juga perbuatan yang MENDEKATI
ZINA. Maka sebelum kita melangkah lebih jauh, sebaiknya kita berpikir lagi mengenai pacaran.
Dan berikut Dalil" yang saya rangkum dari beberapa sumber.
"Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan
sesuatu jalan yang buruk." (QS. Al-Isra, 17 : 32)
Apa saja perbuatan yang tergolong MENDEKATI ZINA itu?
Diantaranya adalah:
saling memandang, merajuk atau manja, bersentuhan (berpegangan tangan, berpelukan, berciuman,
dll), berdua-duaan, dll.
Karena unsur-unsur ini dilarang dalam agama Islam, maka tentu saja hal-hal yang di dalamnya
"Pandangan itu adalah panah beracun dari panah-panah iblis. Maka barang siapa yang memalingkan
(menundukan) pandangannya dari kecantikan seorang wanita, ikhlas karena Allah, maka Allah akan
memberikan di hatinya kelezatan sampai pada hari Kiamat." (HR. Imam Ahmad)
Dari Jarir bin Abdullah
r.a. dikatakan: "Aku bertanya kepada Rasulallah SAW tentang memandang (lawan-jenis) yang
(membangkitkan syahwat) tanpa disengaja. Lalu beliau memerintahkan aku mengalihkan
(menundukan) pandanganku." (HR. Imam Muslim)
"Hai isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidak-lah seperti wanita yang lain, jika kamu bertakwa. Maka
janganlah kamu tunduk (merendahkan suara) dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang
ada penyakit dalam hatinya, dan ucapkanlah perkataan yang baik." (QS. Al-Ahzab, 33 : 32)
Nah,Banyak sekali bukan Dalil yang melarang kita mendekati zina. Termasuk juga pacaran.
Jadi,Mari kita bersama-sama berpikir cerdas. Memilih Taaruf atau pacaran?
Saya,juga skrg sebenarnya sedang menaruh hati pada seorang Akhwat yang saya sayangi. Tetapi be
rkat teman" saya yang memberi tahu saya tidak baik untuk pacaran. Maka saya pun mulai ada perub
ahan sedikit demi sedikit dari setiap nasihat teman".
Jadi,Mari kita bersama sama sebagai umat ISLAM menjauhi perbuatan yang mendekati zina.
KESIMPULAN.....!!
Dengan demikian jelaslah bahwa pacaran bukanlah alternatif yang ditolerir dalam Islam untuk
mencari dan memilih pasangan hidup. Menjadi jelas pula bahwa tidak boleh mengungkapkan
perasaan sayang atau cinta kepada calon istri selama belum resmi menjadi istri. Baik ungkapan itu
secara langsung atau lewat telepon, ataupun melalui surat. Karena saling mengungkapkan perasaan
cinta dan sayang adalah hubungan asmara yang mengandung makna pacaran yang akan menyeret
ke dalam fitnah. Demikian pula halnya berkunjung ke rumah calon istri atau wanita yang ingin dilamar
dan bergaul dengannya dalam rangka saling mengenal karakter dan sifat masing-masing, karena
perbuatan seperti ini juga mengandung makna pacaran yang akan menyeret ke dalam fitnah.
Wallahul mustaan
(Allah-lah tempat meminta pertolongan).
Adapun cara yang ditunjukkan oleh syariat untuk mengenal Akhwat yang hendak dilamar adalah
dengan mencari keterangan tentang yang bersangkutan melalui seseorang yang mengenalnya, baik
tentang biografi (riwayat hidup), karakter, sifat, atau hal lainnya yang dibutuhkan untuk diketahui demi
maslahat pernikahan. Bisa pula dengan cara meminta keterangan kepada wanita itu sendiri melalui
perantaraan seseorang seperti istri teman atau yang lainnya. Dan pihak yang dimintai keterangan
berkewajiban untuk menjawab seobyektif mungkin, meskipun harus membuka aib wanita tersebut
karena ini bukan termasuk dalam kategori ghibah yang tercela. Hal ini termasuk dari enam perkara
yang dikecualikan dari ghibah, meskipun menyebutkan aib seseorang. Demikian pula sebaliknya
dengan pihak wanita yang berkepentingan untuk mengenal lelaki yang berhasrat untuk
meminangnya, dapat menempuh cara yang sama