Kelas : IV C
2013
Biografi Abraham H. Maslow
Abraham Harold (Abe) Maslow dilahirkan di Manhattan, New York pada 1 April 1908.
Maslow adalah anak tertua dari tujuh bersaudara dari pasangan Samuel Maslow dan Rose
Schilosky Maslow. Maslow dibesarkan dalam keluarga Yahudi-Rusia dengan orangtua yang
tidak mengenyam pendidikan tinggi. Pada masa kecilnya, ia dikenal sebagai anak yang kurang
berkembang dibanding anak lain sebayanya. Ia mengatakan bahwa dirinya adalah seorang anak
Yahudi yang tumbuh dalam lingkungan yang mayoritas dihuni oleh non Yahudi.
Ia merasa terisolasi dan tidak bahagia pada masa itu. Ia bertumbuh di perpustakaan di
antara buku-buku. Ia awalnya berkuliah hukum, namun pada akhirnya, ia memilih untuk
mempelajari psikologi dan lulus dari Universitas Wisconsin. Pada saat ia berkuliah, ia menikah
dengan sepupunya yang bernama Bertha pada bulan desember 1928 dan bertemu dengan mentor
utamanya yaitu profesor Harry Harlow. Ia memperoleh gelar bachelor
pada 1930, master pada 1931, dan Ph.D pada 1934. Maslow kemudian memperdalam riset dan
studinya di Universitas Columbia dan masih mendalami subjek yang sama. Di sana ia bertemu
dengan mentornya yang lain yaitu Alfred Adler, salah satu kolega awal dari Sigmund Freud.
Pada tahun 1937-1951, Maslow memperdalam ilmunya di Brooklyn College. Di New
York, ia bertemu dengan dua mentor lainnya yaitu Ruth Benedict seorang antropologis, dan Max
Wertheimer seorang Gestalt psikolog, yang ia kagumi secara profesional maupun
personal. Kedua orang inilah yang kemudian menjadi perhatian Maslow dalam mendalami
perilaku manusia, kesehatan mental, dan potensi manusia. Ia menulis dalam subjek-subjek ini
dengan mendalam. Tulisannya banyak meminjam dari gagasan-gagasan psikologi, namun
dengan pengembangan yang signifikan. Penambahan tersebut khususnya mencakup hirarki
kebutuhan, berbagai macam kebutuhan, aktualisasi diri seseorang, dan puncak dari pengalaman.
Maslow menjadi pelopor aliran humanistik psikologi yang terbentuk pada sekitar tahun
1950 hingga 1960-an. Pada masa ini, ia dikenal sebagai "kekuatan ke tiga" di samping teori
Freud dan behaviorisme.
Maslow menjadi profesor di Universitas Brandeis dari 1951 hingga 1969, dan menjabat
ketua departemen psikologi di sana selama 10 tahun. Di sinilah ia bertemu dengan Kurt
Goldstein (yang memperkenalkan ide aktualisasi diri kepadanya) dan mulai menulis karya-
karyanya sendiri. Di sini ia juga mulai mengembangkan konsep psikologi humanistik. Ia
menghabiskan masa pensiunnya di California, sampai akhirnya ia meninggal karena serangan
jantung pada 8 Juni 1970. Kemudian, Pada tahun 1967, Asosiasi Humanis Amerika
menganugerahkan gelar Humanist of the Year.
Abraham Maslow dikenal sebagai pelopor aliran psikologi humanistik. Maslow percaya
bahwa manusia tergerak untuk memahami dan menerima dirinya sebisa mungkin. Teorinya yang
sangat terkenal sampai dengan hari ini adalah teori tentang Hierarchy of Needs atau Hirarki
Kebutuhan. Kehidupan keluarganya dan pengalaman hidupnya memberi pengaruh atas gagasan
gagasan psikologisnya. Setelah perang dunia ke II, Maslow mulai mempertanyakan bagaimana
psikolog psikolog sebelumnya tentang pikiran manusia. Walau tidak menyangkal sepenuhnya,
namun ia memiliki gagasan sendiri untuk mengerti jalan pikir manusia.
Psikolog humanis percaya bahwa setiap orang memiliki keinginan yang kuat untuk
merealisasikan potensi potensi dalam dirinya, untuk mencapai tingkatan aktualisasi diri. Untuk
membuktikan bahwa manusia tidak hanya bereaksi terhadap situasi yang terjadi di sekelilingnya,
tapi untuk mencapai sesuatu yang lebih, Maslow mempelajari seseorang dengan keadaan mental
yang sehat, dibanding mempelajari seseorang dengan masalah kesehatan mental. Hal ini
menggambarkan bahwa manusia baru dapat mengalami "puncak pengalamannya" saat manusia
tersebut selaras dengan dirinya maupun sekitarnya. Dalam pandangan Maslow, manusia yang
mengaktualisasikan dirinya, dapat memiliki banyak puncak dari pengalaman dibanding manusia
yang kurang mengaktualisasi dirinya.
Hierarki Kebutuhan
Maslow berpendapat bahwa motivasi manusia diorganisasikan ke dalam sebuah hierarki
kebutuhan yaitu suatu susunan kebutuhan yang sistematis. Kebutuhan ini bersifat instinktif yang
mengaktifkan atau mengarahkan perilaku manusia dalam cara memuaskannya. Kebutuhan
mempunyai karakteristik sebagai berikut:
1. Kebutuhan yang lebih rendah dalam hierarki merupakan kebutuhan yang kuat, potensial,
dan prioritas. Sementara yang lebih tinggi dalam hierarki merupakan kebutuhan yang
paling lemah.
2. Kebutuhan yang lebih tinggi muncul terakhir dalam rentang kehidupan manusia.
Kebutuhan fisiologis dan rasa aman muncul pada usia anak, kebutuhan akan pengakuan
dan penghargaan muncul pada usia remaja, sementara kebutuhan aktualisasi diri muncul
pada usia dewasa.
3. Kebutuhan yang lebih tinggi kurang diperlukan dalam rangka mempertahankan hidup,
sehingga pemuasannya dapat diabaikan. Kegagalan dalam pemuasannya tidak akan
menimbulkan krisis, tidak seperti gagal dalam memenuhi kepuasan kebutuhan yang lebih
rendah.
4. Walaupun kebutuhan yang lebih tinggi kurang begitu perlu dalam rangka survival, namun
kebutuhan itu memberikan kontribusi terhadap survival itu sendiri dan juga
perkembangan.
5. Pemuasan kebutuhan yang lebih tinggi amat bermanfaat, baik bagi fisik maupun psikis.
Kondisi ini dapat melahirkan rasa senang, bahagia, dan perasaan bermakna.
6. Pemuasan kebutuhan yang lebih tinggi memerlukan situasi eksternal yang lebih baik
(sosial, ekonomi, dan politik) daripada pemuasan kebutuhan yang lebih rendah.
Tingkah laku ekspresif sering kali tidak berkelanjutan dan tidak mempunyai tujuan
setelah tingkah laku tersebut terlaksana. Tingkah laku ini tidak mempunyai tujuan tetapi hanya
merupakan ekspresi seseorang terhadap suatu hal. Tingkah laku ekspresif mencakup tingkah laku
seperti duduk malas-malasan, terlihat bodoh, bersantai, menunjukkan kemarahan, dan tampak
bahagia. Tingkah laku ekspresif dapat terjadi walaupun tanpa adanya dorongan maupun hadiah.
Contoh, mengerutkan dahi, pipi yang merah, cara berjalan, gerakan tubuh, dan lain sebagainya.
Tingkah laku penanganan biasanya disadari, diusahakan, dipelajari, dan ditentukan oleh
lingkungan luar. Tingkah laku penanganan terkait dengan usaha-usaha yang dilakukan individu
untuk mengatasi lingkungan, seperti untuk mendapatkan makanan dan tempat berlindung, untuk
memperoleh teman, untuk mendapat penghargaan, dan lain sebagainya. Tingkah laku
penanganan mempunyai tujuan dan selalu dimotivasi oleh kebutuhan tertentu.
Ciri-ciri Instinctoid dari Kebutuhan
Maslow menyebut kebutuhan instinctoid sebagai kebutuhan manusia ditentukan secara
bawaan yang kebutuhan-kebutuhan tersebut dapat dimodifikasi melalui pembelajaran. Contoh,
seks merupakan kebutuhan fisiologis, tetapi bagaimana kebutuhan ini diekspresikan tergantung
dari pembelajaran. Kebutuhan-kebutuhan instinctoid seperti kebutuhan fisiologis, kebutuhan
akan cinta, keamanan, penghargaan, dan aktualisasi diri.
Satu kriteria untuk membedakan kebutuhan instinctoid dari kebutuhan non-instinctoid
adalah pada level patologis apabila kebutuhan tersebut tidak terpenuhi. Tidak terpenuhinya
kebutuhan instinctoid dapat menimbulkan penyakit atau patologi, dan sebaliknya.
Kriteria kedua yang membedakan kebutuhan instinctoid dari kebutuhan non-instinctoid
adalah bahwa kebutuhan instinctoid merupakan kebutuhan yang terus-menerus timbul dan
terpenuhinya kebutuhan tersebut akan mengarah pada terciptanya kesehatan psikologis.
Perbedaan ketiga adalah bahwa kebutuhan instinctoid merupakan kebutuhan yang
spesifik terjadi pada spesies tertentu. Hanya manusia yang dapat termotivasi oleh penghargaan
dan aktualisasi diri.
Perbedaan keempat adalah walaupun sulit untuk berubah, kebutuhan instinctoid dapat
dibentuk, dicegah, atau diubah oleh pengaruh-pengaruh lingkungan. Oleh karena itu, masyarakat
yang sehat seharusnya mencari cara supaya anggota-anggota masyarakat dapat memenuhi tidak
hanya kebutuhan fisiologis dan kebutuhan keamanannya, tetapi juga kebutuhan-kebutuhan akan
cinta, akan penghargaan, dan aktualisasi diri.
Jonah Complex
Hal lain yang sering kali menghambat pertumbuhan seseorang menuju aktualisasi diri
adalah Jonah Complex atau ketakutan untuk mencapai puncak. Jonah Complex mempunyai ciri-
ciri adanya usaha untuk melarikan diri dari takdirnya. Yang bisa ditemukan di hampir setiap
orang adalah gambaran rasa takut akan sukses, rasa takut akan mencapai puncak, dan perasaan
kekaguman pada keindahan dan kesempurnaan.
Ada beberapa alasan orang-orang melarikan diri dari kebesaran dan pemenuhan diri,
antara lain. Pertama, tubuh manusia tidak cukup kuat untuk bertahan melalui kenikmatan dari
sebuah keberhasilan untuk jangka waktu berapapun. Yang kedua, menurut Maslow bahwa
sebagian besar orang mempunyai ambisi pribadi untuk menjadi besar, untuk menulis novel yang
hebat, untuk menjadi bintang film, untuk menjadi peneliti yang terkenal di seluruh dunia, dan
lain sebagainya. Akan tetapi, ketika mereka membandingkan diri mereka dengan orang-orang
yang telah mencapai kehebatan, mereka tidak percaya akan arogansi mereka sendiri. Mereka
menurunkan aspirasi meraka, merasa bodoh dan rendah hati, dan mengadopsi pendekatan yang
mengalahkan diri sendiri dengan cara melarikan diri dari kenyataan akan potensi mereka.
Orang-orang mengijinkan perasaan rendah hati yang tidak pada tempatnya untuk
menghambat kreativitas dan kemudian mereka mencegah diri untuk dapat mengaktualisasi diri.
b. Peran konselor
Buhler dan Allen (Gerald Corey: 1988) menjelaskan bahwa konselor humanistic memiliki
orientasi sebagai berikut.
1) Mengakui pentingnya pendekatan dari pribadi ke pribadi.
2) Menyadari tanggung jawabnya sebagai konselor.
3) Mengakui sifat timbale balik dari hubungan bimbingan dan konseling.
4) Berorientasi pada perkembangan.
5) Menekankan keharusan konselor terlibat dengan klien sebagai suatu pribadi yang
utuh.
6) Mengakui bahwa putusan dan pilihan akhir terletak di tangan klien/konsele.
7) Memamndang dirinya sebagai model, konselor dengan gaya hidup dan pandangan
humanistiknya tentang manusia dapat secara implicit menunjukkan kepada konseli
potensi bagi tindakan kreatif dan positif.
8) Mengakui kebebasan konsele untuk mengungkapkan pandangan dan untuk
mengembangkan tujuan dan nilainya sendiri.
9) Bekerja kearah mengurangi ketergantungan klien serta meningkatkan kebebasan
klien.
PendekatanKepribadianEksistensialdanHumanistik
1. Pendekatan kepribadian eksistensial dan humanistic. Pendekatan ini berasal dari
motivasidalamdiriyangrumitdandinamis,teoriinimenyetujuiadanyakehendak
bebasdanjugakreativitasnyatadanpemenuhandiri.
2. Pendektan eksistensial tidak selalu merupakan pendekatan idiografis, mereka
menganggappengalamansetiaporangunik.Filsufberalihaneksistensialmenyatakan
bahwaindividusecaralangsungbertanggungjawabataskepribadian.
3. Pendekatan humanistic yang didasarkan eksistensialisme adalah pendekatan yang
paling optimis terhadap kepribadian yang memandang manusia dan permasalahan
spiritualsecarapositif.
4. Pendekatan humanistic terhadap kepribadian bermanfaat bagi penelitian tentang
kelompoketnik.
5. Pendekatan humanistic terhadap kepribadian memiliki dampak praktis
berkesinambunganpadamasyarakatumumdalamhalpersaingandiri.
KelebihandanKelemahanTeoriHumanistik
KelebihandanKelemahanTeoriHumanistik
1.KelebihanTeoriHumanistik
a. Selalumengedepankanakanhalhalyangbernuansademokratis,partisipatifdialogisdan
humanis.
b. Suasana pembelajaran yang saling menghargai, adanya kebebasan berpendapat,
kebebasanmengungkapkangagasan.
c. Keterlibatanpesertadidikdalamberbagaiaktivitasdisekolah,danlebihlebih adalah
kemampuan hidup bersama (komunalbermasyarakat) diantara peserta didik yang
tentunyamempunyaipandanganyangberbedabeda.
2.KelemahanTeoriHumanistik
a.TeoriHumanistitiktidakbisadiujidenganmudah.
b.Banyakkonsepdalampsikologihumanistic,sepertimisalnyatelahberhasilmengaktualisasikan
dirinya,inimasihburamdansubjektif.
c.Psikologihumanisticmengalamipembiasanterhadapnilaiindividualitas.
Maslow mengemukakan bahwa individu berperilaku dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan
yang bersifat hirarki. Bila seseorang telah dapat memenuhi kebutuhan pertama, seperti
kebutuhan psikologis, barulah ia dapat menginginkan kebutuhan yang terletak di atasnya, ialah
kebutuhan mendapatkan rasa aman dan seterusnya.
Maslow Berfokus pada individu secara keseluruhan, bukan hanya satu aspek individu, dan
menekankan kesehatan daripada sekedar penyakit dan masalah.
KESIMPULAN
Maslow beranggapan bahwa orang-orang termotivasi oleh empat dimensi kebutuhan,
yaitu kebutuhan konatif (fisiologis, rasa aman, cinta dan keberadaan, penghargaan, dan
aktualisasi diri), kebutuhan estetika, kebutuhan kognitif, dan kebutuhan neurotik.
Kebutuhan-kebutuhan konatif disusun ke dalam sebuah hierarki, yang berarti bahwa satu
kebutuhan harus relatif terpenuhi terlebih dahulu sebelum kebutuhan selanjutnya dapat menjadi
aktif. Kebutuhan konatif jika tidak terpenuhi akan mengarah pada penyakit maupun
menyebabkan metapologi dan penolakan terhadap nilai-nilai B.
Dari kebutuhan-kebutuhan ini, kita dapat melihat dan mengetahui kecenderungan tingkah
laku individu dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut. Tingkah laku
manusia itu juga dapat diketahui sebagai akibat dari tidak terpenuhinya salah satu dari lima
kebutuhan di atas.
Penerimaan terhadap nilai-nilai B merupakan kriteria yang membedakan orang-orang
yang mengaktualisasi diri dengan orang-orang yang hanya sehat, tetapi tertahan pada level
penghargaan saja. Adapun aktualisasi diri, dalam teori ini merupakan pencapaian tertinggi yang
diraih manusia. Sebagaimana disebutkan di atas, ketika seseorang berhasil mengaktualisasikan
diri, maka dapat dikatakan ia telah memasuki kehidupan yang ideal.
DAFTAR PUSTAKA
Prof.Dr.H. Syamsu Yusuf LN, M.Pd dan Dr.H. Achmad Juntika Nurihsan M.Pd. Teori
Kepribadian. 2007. PT Remaja Rosdakarya. Bandung
http://disini-blogku.blogspot.com/2011/01/abraham-harold-maslow-teori-kepribadian.html
http://putriapril.wordpress.com/2012/05/15/menganalisis-tokoh-dengan-teori-humanistik-
abraham-maslow/
http://webspace.ship.edu/cgboer/maslow.html.
http://www.scribd.com/doc/7747475/Abraham-Maslowhttp://belajarpsikologi.com/teori-hierarki-
kebutuhan-maslow/
http://nuraminsaleh.blogspot.com/2012/11/maslow-dan-teorinya.html
Yusuf Syamsu LN & Nurihsan Juntika A., (2008), Teori Kepribadian, Badung:Remaja
Rosdakarya