Anda di halaman 1dari 16

TEORI KEPRIBADIAN

HUMANISTIK ABRAHAM MASLOW

Disusun untuk Melengkapi Tugas Mata Kuliah Teori Kepribadian


Dosen Pengampu : Renie Tri Herdiani, S.Pd
Di susun oleh:

Puput Fadhilah 1111500212

Isti Amalia 1111500111

Siti Nurohmi 1112500145

Mutiara Ignes Avianti 1111500126

Putri Arti Wulan 1111500133

Kelas : IV C

BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL

2013
Biografi Abraham H. Maslow

Abraham Harold (Abe) Maslow dilahirkan di Manhattan, New York pada 1 April 1908.
Maslow adalah anak tertua dari tujuh bersaudara dari pasangan Samuel Maslow dan Rose
Schilosky Maslow. Maslow dibesarkan dalam keluarga Yahudi-Rusia dengan orangtua yang
tidak mengenyam pendidikan tinggi. Pada masa kecilnya, ia dikenal sebagai anak yang kurang
berkembang dibanding anak lain sebayanya. Ia mengatakan bahwa dirinya adalah seorang anak
Yahudi yang tumbuh dalam lingkungan yang mayoritas dihuni oleh non Yahudi.

Ia merasa terisolasi dan tidak bahagia pada masa itu. Ia bertumbuh di perpustakaan di
antara buku-buku. Ia awalnya berkuliah hukum, namun pada akhirnya, ia memilih untuk
mempelajari psikologi dan lulus dari Universitas Wisconsin. Pada saat ia berkuliah, ia menikah
dengan sepupunya yang bernama Bertha pada bulan desember 1928 dan bertemu dengan mentor
utamanya yaitu profesor Harry Harlow. Ia memperoleh gelar bachelor
pada 1930, master pada 1931, dan Ph.D pada 1934. Maslow kemudian memperdalam riset dan
studinya di Universitas Columbia dan masih mendalami subjek yang sama. Di sana ia bertemu
dengan mentornya yang lain yaitu Alfred Adler, salah satu kolega awal dari Sigmund Freud.
Pada tahun 1937-1951, Maslow memperdalam ilmunya di Brooklyn College. Di New
York, ia bertemu dengan dua mentor lainnya yaitu Ruth Benedict seorang antropologis, dan Max
Wertheimer seorang Gestalt psikolog, yang ia kagumi secara profesional maupun
personal. Kedua orang inilah yang kemudian menjadi perhatian Maslow dalam mendalami
perilaku manusia, kesehatan mental, dan potensi manusia. Ia menulis dalam subjek-subjek ini
dengan mendalam. Tulisannya banyak meminjam dari gagasan-gagasan psikologi, namun
dengan pengembangan yang signifikan. Penambahan tersebut khususnya mencakup hirarki
kebutuhan, berbagai macam kebutuhan, aktualisasi diri seseorang, dan puncak dari pengalaman.
Maslow menjadi pelopor aliran humanistik psikologi yang terbentuk pada sekitar tahun
1950 hingga 1960-an. Pada masa ini, ia dikenal sebagai "kekuatan ke tiga" di samping teori
Freud dan behaviorisme.
Maslow menjadi profesor di Universitas Brandeis dari 1951 hingga 1969, dan menjabat
ketua departemen psikologi di sana selama 10 tahun. Di sinilah ia bertemu dengan Kurt
Goldstein (yang memperkenalkan ide aktualisasi diri kepadanya) dan mulai menulis karya-
karyanya sendiri. Di sini ia juga mulai mengembangkan konsep psikologi humanistik. Ia
menghabiskan masa pensiunnya di California, sampai akhirnya ia meninggal karena serangan
jantung pada 8 Juni 1970. Kemudian, Pada tahun 1967, Asosiasi Humanis Amerika
menganugerahkan gelar Humanist of the Year.
Abraham Maslow dikenal sebagai pelopor aliran psikologi humanistik. Maslow percaya
bahwa manusia tergerak untuk memahami dan menerima dirinya sebisa mungkin. Teorinya yang
sangat terkenal sampai dengan hari ini adalah teori tentang Hierarchy of Needs atau Hirarki
Kebutuhan. Kehidupan keluarganya dan pengalaman hidupnya memberi pengaruh atas gagasan
gagasan psikologisnya. Setelah perang dunia ke II, Maslow mulai mempertanyakan bagaimana
psikolog psikolog sebelumnya tentang pikiran manusia. Walau tidak menyangkal sepenuhnya,
namun ia memiliki gagasan sendiri untuk mengerti jalan pikir manusia.
Psikolog humanis percaya bahwa setiap orang memiliki keinginan yang kuat untuk
merealisasikan potensi potensi dalam dirinya, untuk mencapai tingkatan aktualisasi diri. Untuk
membuktikan bahwa manusia tidak hanya bereaksi terhadap situasi yang terjadi di sekelilingnya,
tapi untuk mencapai sesuatu yang lebih, Maslow mempelajari seseorang dengan keadaan mental
yang sehat, dibanding mempelajari seseorang dengan masalah kesehatan mental. Hal ini
menggambarkan bahwa manusia baru dapat mengalami "puncak pengalamannya" saat manusia
tersebut selaras dengan dirinya maupun sekitarnya. Dalam pandangan Maslow, manusia yang
mengaktualisasikan dirinya, dapat memiliki banyak puncak dari pengalaman dibanding manusia
yang kurang mengaktualisasi dirinya.

Pandangan Maslow tentang Motivasi


Teori kepribadian Maslow dibuat berdasarkan beberapa asumsi dasar mengenai motivasi.
Pertama, Maslow mengadopsi sebuah pendekatan menyeluruh pada motivasi (holistic approach
to motivation). Yaitu, keseluruhan dari seseorang, bukan hanya satu bagian atau fungsi,
termotivasi. Kedua, motivasi biasanya kompleks atau terdiri dari beberapa hal (motivation is
usually complex), yang berarti bahwa tingkah laku seseorang dapat muncul dari beberapa
motivasi yang terpisah. Ketiga, bahwa orang-orang berulang kali termotivasi oleh kebutuhan-
kebutuhan (people are continually motivated by one need or another). Ketika sebuah kebutuhan
terpenuhi, biasanya kebutuhan tersebut berkurang kekuatan untuk memotivasinya dan digantikan
oleh kebutuhan lain. Keempat, bahwa semua orang di manapun termotivasi oleh kebutuhan dasar
yang sama (all people everywhere are motivated by the same basic needs). Kelima, bahwa
kebutuhan-kebutuhan dapat dibentuk menjadi sebuah hierarki (needs can be arranged on a
hierarchy).

Hierarki Kebutuhan
Maslow berpendapat bahwa motivasi manusia diorganisasikan ke dalam sebuah hierarki
kebutuhan yaitu suatu susunan kebutuhan yang sistematis. Kebutuhan ini bersifat instinktif yang
mengaktifkan atau mengarahkan perilaku manusia dalam cara memuaskannya. Kebutuhan
mempunyai karakteristik sebagai berikut:
1. Kebutuhan yang lebih rendah dalam hierarki merupakan kebutuhan yang kuat, potensial,
dan prioritas. Sementara yang lebih tinggi dalam hierarki merupakan kebutuhan yang
paling lemah.
2. Kebutuhan yang lebih tinggi muncul terakhir dalam rentang kehidupan manusia.
Kebutuhan fisiologis dan rasa aman muncul pada usia anak, kebutuhan akan pengakuan
dan penghargaan muncul pada usia remaja, sementara kebutuhan aktualisasi diri muncul
pada usia dewasa.
3. Kebutuhan yang lebih tinggi kurang diperlukan dalam rangka mempertahankan hidup,
sehingga pemuasannya dapat diabaikan. Kegagalan dalam pemuasannya tidak akan
menimbulkan krisis, tidak seperti gagal dalam memenuhi kepuasan kebutuhan yang lebih
rendah.
4. Walaupun kebutuhan yang lebih tinggi kurang begitu perlu dalam rangka survival, namun
kebutuhan itu memberikan kontribusi terhadap survival itu sendiri dan juga
perkembangan.
5. Pemuasan kebutuhan yang lebih tinggi amat bermanfaat, baik bagi fisik maupun psikis.
Kondisi ini dapat melahirkan rasa senang, bahagia, dan perasaan bermakna.
6. Pemuasan kebutuhan yang lebih tinggi memerlukan situasi eksternal yang lebih baik
(sosial, ekonomi, dan politik) daripada pemuasan kebutuhan yang lebih rendah.

Konsep hierarki kebutuhan Maslow beranggapan bahwa kebutuhan-kebutuhan di level


rendah harus terpenuhi atau paling tidak cukup terpenuhi terlebih dahulu sebelum kebutuhan di
level tinggi menjadi hal yang memotivasi.
1. Kebutuhan Fisiologis
Kebutuhan paling mendasar dari setiap manusia adalah kebutuhan fisiologis,
termasuk di dalamnya adalah makanan, air, oksigen, mempertahankan suhu tubuh, dan
lain sebagainya. Dua hal penting dalam kebutuhan fisiologis yaitu, kebutuhan fisiologis
adalah satu-satunya kebutuhan yang dapat terpenuhi atau bahkan selalu terpenuhi dan
kemampuannya untuk muncul kembali.
2. Kebutuhan akan Keamanan
Setelah kebutuhan fisiologis terpenuhi, maka individu termotivasi dengan
kebutuhan akan keamanan, yang termasuk di dalamnya adalah keamanan fisik, stabilitas,
ketergantungan, perlindungan, dan kebebasan dari kekuatan-kekuatan yang mengancam,
seperti penyakit, cemas, bencana alam, bahaya, kebutuhan akan hokum, ketentraman, dan
keteraturan.
3. Kebutuhan akan Cinta dan Keberadaan
Apabila kebutuhan fisiologis dan rasa aman sudah terpenuhi, maka individu
termotivasi oleh kebutuhan untuk diakui dan disayangi atau dicintai yang diekspresikan
dalam berbagai cara, seperti persahabatan, percintaan, atau pergaulan yang lebih luas.
Melalui kebutuhan ini seseorang mencari pengakuan dan curahan kasih sayang dari orang
lain, baik dari orang tua, saudara, guru, pimpinan, teman, atau orang dewasa lainnya.
4. Kebutuhan akan Penghargaan
Jika individu telah merasa dicintai atau diakui maka individu akan
mengembangkan kebutuhan perasaan berharga. Kebutuhan ini meliputi dua kategori,
yaitu (a) harga diri meliputi kepercayaan diri, kompetensi, kecukupan, prestasi, dan
kebebasan, (b) penghargaan dari orang lain meliputi pengakuan, perhatian, respek, dan
kedudukan (status). Memperoleh kepuasan dari kebutuhan ini memungkinkan individu
memiliki rasa percaya diri akan kemampuan dan penampilannya, menjadi lebih
kompeten, dan produktif dalam semua aspek kehidupan.

5. Kebutuhan akan Aktualisasi Diri


Kebutuhan akan aktualisasi diri mencakup pemenuhan diri, sadar akan semua
potensi diri, dan keinginan untuk menjadi sekreatif mungkin. Orang-orang yang
mengaktualisasikan diri dapat mempertahankan harga diri mereka bahkan ketika mereka
dimaki, ditolak, dan diremehkan orang lain. Dengan kata lain, orang-orang yang
mengaktualisasikan diri tidak bergantung pada pemenuhan kebutuhan cinta maupun
kebutuhan akan penghargaan. Mereka menjadi mandiri sejak kebutuhan level rendah
yang memberi mereka kehidupan.
6. Kebutuhan Estetika
Kebutuhan estetika merupakan ciri orang yang sehat mentalnya. Melalui
kebutuhan inilah manusia dapat mengembangkan kreativitasnya yang ditandai dengan
kebutuhan keteraturan, keserasian, atau keharmonisan dalam setiap aspek kehidupannya.
Orang yang kurang sehat mentalnya atau sedang mengalami gangguan emosional dan
stress biasanya kurang memperhatikan kebersihan, dan kurang apresiatif terhadap
keteraturan dan keindahan.
7. Kebutuhan Kognitif
Secara alamiah manusia memiliki hasrat ingin tahu. Menurut Maslow, rasa ingin
tahu merupakan ciri mental yang sehat. Kebutuhan kognitif ini diekspresikan sebagai
kebutuhan untuk memahami, menganalisis, mengevaluasi, menjelaskan, mencari sesuatu
atau suasana baru dan meneliti.
8. Kebutuhan Neurotik
Kebutuhan ini memupuk gaya hidup yang tidak sehat dan tidak adanya keinginan
untuk berusaha memperoleh aktualisasi diri. Kebutuhan neurotik biasanya bersifat
reaktif, yaitu kebutuhan ini berperan sebagai kompensasi atas kebutuhan dasar yang tidak
terpenuhi.

Tingkah Laku Ekspresif dan Tingkah Laku Penanganan


Maslow membedakan antara tingkah laku ekspresif (yang sering kali tidak dimotivasi)
dengan tingkah laku penanganan (yang selalu dimotivasi dan ditujukan untuk memenuhi sebuah
kebutuhan).

Tingkah laku ekspresif sering kali tidak berkelanjutan dan tidak mempunyai tujuan
setelah tingkah laku tersebut terlaksana. Tingkah laku ini tidak mempunyai tujuan tetapi hanya
merupakan ekspresi seseorang terhadap suatu hal. Tingkah laku ekspresif mencakup tingkah laku
seperti duduk malas-malasan, terlihat bodoh, bersantai, menunjukkan kemarahan, dan tampak
bahagia. Tingkah laku ekspresif dapat terjadi walaupun tanpa adanya dorongan maupun hadiah.
Contoh, mengerutkan dahi, pipi yang merah, cara berjalan, gerakan tubuh, dan lain sebagainya.
Tingkah laku penanganan biasanya disadari, diusahakan, dipelajari, dan ditentukan oleh
lingkungan luar. Tingkah laku penanganan terkait dengan usaha-usaha yang dilakukan individu
untuk mengatasi lingkungan, seperti untuk mendapatkan makanan dan tempat berlindung, untuk
memperoleh teman, untuk mendapat penghargaan, dan lain sebagainya. Tingkah laku
penanganan mempunyai tujuan dan selalu dimotivasi oleh kebutuhan tertentu.
Ciri-ciri Instinctoid dari Kebutuhan
Maslow menyebut kebutuhan instinctoid sebagai kebutuhan manusia ditentukan secara
bawaan yang kebutuhan-kebutuhan tersebut dapat dimodifikasi melalui pembelajaran. Contoh,
seks merupakan kebutuhan fisiologis, tetapi bagaimana kebutuhan ini diekspresikan tergantung
dari pembelajaran. Kebutuhan-kebutuhan instinctoid seperti kebutuhan fisiologis, kebutuhan
akan cinta, keamanan, penghargaan, dan aktualisasi diri.
Satu kriteria untuk membedakan kebutuhan instinctoid dari kebutuhan non-instinctoid
adalah pada level patologis apabila kebutuhan tersebut tidak terpenuhi. Tidak terpenuhinya
kebutuhan instinctoid dapat menimbulkan penyakit atau patologi, dan sebaliknya.
Kriteria kedua yang membedakan kebutuhan instinctoid dari kebutuhan non-instinctoid
adalah bahwa kebutuhan instinctoid merupakan kebutuhan yang terus-menerus timbul dan
terpenuhinya kebutuhan tersebut akan mengarah pada terciptanya kesehatan psikologis.
Perbedaan ketiga adalah bahwa kebutuhan instinctoid merupakan kebutuhan yang
spesifik terjadi pada spesies tertentu. Hanya manusia yang dapat termotivasi oleh penghargaan
dan aktualisasi diri.
Perbedaan keempat adalah walaupun sulit untuk berubah, kebutuhan instinctoid dapat
dibentuk, dicegah, atau diubah oleh pengaruh-pengaruh lingkungan. Oleh karena itu, masyarakat
yang sehat seharusnya mencari cara supaya anggota-anggota masyarakat dapat memenuhi tidak
hanya kebutuhan fisiologis dan kebutuhan keamanannya, tetapi juga kebutuhan-kebutuhan akan
cinta, akan penghargaan, dan aktualisasi diri.

Kriteria untuk Aktualisasi Diri


Kriteria yang dimiliki oleh orang-orang yang mengaktualisasi diri sebagai berikut:
1. Mereka bebas dari psikopatologi atau penyakit psikologis. Mereka tidak mengalami
neurosis ataupun psikosis ataupun mempunyai kecenderungan terhadap gangguan-
gangguan psikologis.
2. Orang-orang yang mengaktualisasi diri ini telah menjalani hierarki kebutuhan dan oleh
karena itu mereka hidup dengan level kecukupan yang tinggi dan tidak mengalami
ancaman terhadap keamanan mereka. Selain itu, mereka mendapatkan cinta dan
mempunyai rasa penghargaan diri yang kuat.
3. Orang-orang yang mengaktualisasi diri dalam daftarnya merasa nyaman dengan
kejujuran, keindahan, keadilan, kesederhanaan, dan nilai-nilai B lainnya.
4. Untuk mencapai aktualisasi diri adalah menggunakan seluruh bakat, kemampuan,
potensi, dan lainnya. Orang-orang yang mengaktualisasi diri dalam daftarnya memenuhi
kebutuhan mereka untuk tumbuh, berkembang, dan semakin menjadi apa yang mereka
bisa.

Nilai-nilai dari Orang-orang yang Mengaktualisasi Diri


Maslow menyatakan bahwa orang-orang yang mengaktualisasi diri termotivasi oleh
prinsip hidup yang abadi yang disebut sebagai nilai-nilai B. Nilai-nilai Being (Kehidupan)
merupakan metakebutuhan (metaneeds) untuk menunjukkan bahwa nilai-nilai ini merupakan
level tertinggi dari kebutuhan. Nilai-nilai B diantaranya adalah kejujuran, kebaikan, keindahan,
keutuhan atau melebihi dikotomi atau dua hal yang bertolak belakang, perasaan hidup atau
spontanitas, keunikan, kesempurnaan, kelengkapan, keadilan dan keteraturan, kesederhanaan,
kekayaan atau totalitas, membutuhkan sedikit usaha, penuh kesenangan atau kejenakaan, dan
kemandirian atau kebebasan.
Ketiadaan nilai-nilai B mengarah pada penyakit sama pastinya seperti kekurangan
makanan akan berakibat pada malnutrisi. Ketika kejujuran tidak ada, orang-orang mengalami
paranoia, tanpa adanya keadilan dan keteraturan, mereka merasakan takut dan kecemasan, tanpa
rasa senang dan kejenakaan, mereka menjadi tidak menyenangkan, kaku, dan membosankan.
Tidak terpenuhinya salah satu dari nilai-nilai B akan berakibat pada metapologi atau kurangnya
filosofi hidup yang bermakna.
Sementara motivasi bagi orang yang tidak mampu mengaktualisasikan dirinya disebut
dengan D-motivation atau Deficiency. Tipe motivasi ini cenderung mengejar hal yang khusus
untuk memenuhi kekurangan dalam dirinya, seperti mencari makanan untuk memenuhi rasa
lapar. Ini berarti bahwa kebutuhan khusus (lapar) untuk tujuan yang khusus (makanan)
menghasilkan motivasi untuk memperoleh sesuatu yang dirasakannya kurang (mencari
makanan). Motif ini tidak hanya berhubungan dengan kebutuhan fisiologis, tetapi juga rasa
aman, cinta kasih, dan penghargaan.

Karakteristik Orang-orang yang Mengaktualisasi Diri


Mengenai aktualisasi diri, Maslow mengemukakan ciri-cirinya sebagai berikut:
1. Mempersepsi kehidupan atau dunianya sebagaimana apa adanya, dan merasa nyaman
dalam menjalaninya.
2. Menerima dirinya sendiri, orang lain, dan lingkungannya.
3. Bersikap spontan, sederhana, alami, bersikap jujur, tidak dibuat-buat dan terbuka.
4. Mempunyai komitmen atau dedikasi untuk memecahkan masalah di luar dirinya (yang
dialami orang lain).
5. Bersikap mandiri atau independent.
6. Memiliki apresiasi yang segar terhadap lingkungan di sekitarnya.
7. Mencapai puncak pengalaman yaitu suatu keadaan seseorang yang mengalami
kegembiraan yang luar biasa. Pengalaman ini cenderung lebih bersifat mistik atau
keagamaan.
8. Memiliki minat sosial: simpati, empati, dan altruis.
9. Sangat senang menjalin hubungan interpersonal (persahabatan atau persaudaraan) dengan
orang lain.
10. Bersikap demokratis (toleran, tidak rasialis, dan terbuka).
11. Kreatif (fleksibel, spontan, terbuka, tidak takut salah).

Jonah Complex
Hal lain yang sering kali menghambat pertumbuhan seseorang menuju aktualisasi diri
adalah Jonah Complex atau ketakutan untuk mencapai puncak. Jonah Complex mempunyai ciri-
ciri adanya usaha untuk melarikan diri dari takdirnya. Yang bisa ditemukan di hampir setiap
orang adalah gambaran rasa takut akan sukses, rasa takut akan mencapai puncak, dan perasaan
kekaguman pada keindahan dan kesempurnaan.
Ada beberapa alasan orang-orang melarikan diri dari kebesaran dan pemenuhan diri,
antara lain. Pertama, tubuh manusia tidak cukup kuat untuk bertahan melalui kenikmatan dari
sebuah keberhasilan untuk jangka waktu berapapun. Yang kedua, menurut Maslow bahwa
sebagian besar orang mempunyai ambisi pribadi untuk menjadi besar, untuk menulis novel yang
hebat, untuk menjadi bintang film, untuk menjadi peneliti yang terkenal di seluruh dunia, dan
lain sebagainya. Akan tetapi, ketika mereka membandingkan diri mereka dengan orang-orang
yang telah mencapai kehebatan, mereka tidak percaya akan arogansi mereka sendiri. Mereka
menurunkan aspirasi meraka, merasa bodoh dan rendah hati, dan mengadopsi pendekatan yang
mengalahkan diri sendiri dengan cara melarikan diri dari kenyataan akan potensi mereka.
Orang-orang mengijinkan perasaan rendah hati yang tidak pada tempatnya untuk
menghambat kreativitas dan kemudian mereka mencegah diri untuk dapat mengaktualisasi diri.

Kritik Terhadap Maslow


Pencarian Maslow terhadsp pribadi pengaktualisasi diri tidak berakhir dengan studi-studi
empiris saja. Pada tahun-tahun berikutnya, dia lebih sering berspekulasi tentang aktualisasi diri
meskipun hanya memiliki sedikit saja bukti untuk mendukung dugaan-dugaannya. Oleh karena
itu banyak kritik menghampiri dirinya dan teorinya. Beberapa kritik itu diantaranya, Pertama,
teori Maslow tentang kemampuannya membangkitkan riset, konsep Maslow tentang
metamotivasi, hierarki kebutuhan, joanah complex dan kebutuhan instingtif tidak begitu diminati
para riset.
Kedua, mengenai kriteria dapat difalsifikasi, Maslow gagal menyediakan definisi
operasional tentang aktualisasi diri dan deskripsi penuh dari prosedur-prosedur samplingnya
sehingga para peneliti tidak sanggup untuk memverivikasi atau memfalsifikasi sebagian besar
teori dasar Maslow.
Ketiga, kerangka hierarki kebutuhan Maslow memberikan teorinya sebuah fleksibilitas
sempurna untuk mengorganisasikan apa yang dikenal sebagai perilaku manusia. Teori Maslow
ini cukup konsisten dengan akal sehat.
Keempat, teori Malow ini terkesan tidak konsisten, hal itu karena bahasa filosofis
Maslow yang kadang-kadang tidak jelas membuat bagian-bagian penting teorinya ambigu dan
tidak konsisten.

Implikasi Teori Kepribadian Humanistik terhadap Bimbingan dan Konseling

a. Tujuan bimbingan dan konseling


Tujuan utama bimbingan dan konseling adalah the fully functioning (mature) person
atau the self-actualizing (psychology-cally healthy) person. Secara khusus tujuan
bimbingan dan konseling tersebut dirinci sebagai berikut.
1) Bersikap terbuka terhadap pengalaman dan dapat memepersepsinya secara
relistik.
2) Menerima diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
3) Bertanggung jawab terhadap perbuatannya.
4) Mau menghargai diri sendiri dan orang lain.
5) Menerima orang lain sebagai individu yang unik.
6) Bersikap rasional dan tidak defensive.
7) Bersikap demokratis.
8) Senang menjalin hubungan interpersonal.

b. Peran konselor
Buhler dan Allen (Gerald Corey: 1988) menjelaskan bahwa konselor humanistic memiliki
orientasi sebagai berikut.
1) Mengakui pentingnya pendekatan dari pribadi ke pribadi.
2) Menyadari tanggung jawabnya sebagai konselor.
3) Mengakui sifat timbale balik dari hubungan bimbingan dan konseling.
4) Berorientasi pada perkembangan.
5) Menekankan keharusan konselor terlibat dengan klien sebagai suatu pribadi yang
utuh.
6) Mengakui bahwa putusan dan pilihan akhir terletak di tangan klien/konsele.
7) Memamndang dirinya sebagai model, konselor dengan gaya hidup dan pandangan
humanistiknya tentang manusia dapat secara implicit menunjukkan kepada konseli
potensi bagi tindakan kreatif dan positif.
8) Mengakui kebebasan konsele untuk mengungkapkan pandangan dan untuk
mengembangkan tujuan dan nilainya sendiri.
9) Bekerja kearah mengurangi ketergantungan klien serta meningkatkan kebebasan
klien.

Motif Kekurangan dan Motif Pertumbuhan


Motif kekurangan menyangkut kebutuhan-kebutuhan fisiologis dan rasa aman. Sasaran
utama dari motif kekurangan adalah mengatasi peningkatan tegangan organistik yang
dihasilkan oleh keadaan kekurangan.
Lima criteria kekurangan
1. Ketiadaan pemuasan membuat sakit
2. Adanya atau kehadiran pemuasnya mencegah sakit
3. Perbaikan atau pengadaan pemuasan menyembuhkan sakit
4. Dibawah kondisi memilih, pemenuhan motif kekurangan akan diutamakan
5. Motif-motif kekurangan tidak begitu dominan pada orang sehat
Motif pertumbuhan adalah motif yang mendorong individu untuk mengungkapkan
potensi-potensinya. Arah dari motif pertumbuhan adalah memperkaya kehidupan dengan
memperbanyak belajar dan pengalaman dan karena juga member semangat hidup.

ValidasiEmpiris atas Teori Kepribadian Maslow


Kritikan dari behaviorisme terhadap teori humanistic yaitu konsep yang dimiliki
humanistickaburdandiperiksavaliditasnyasecaraempiris.Maslow mempertahankan
metodeintropeksisebagaisatumetodeyanglayakdigunakandalampsikilogi.Menurut
Maslowseorangahlipsikologikepribadiantidakakanbisamendukungdanmempercayai
kegunaanmetodeintropeksiuntukmemahamitingkahlakuindividusebelumdiaberfikir
danpercayabahwaindividuitumembuatlaporanmengenaitingkahlakunyasecarasadar
danrasional.UsahausahauntukmengujiataumembuktiteoriMaslow:
1. Pengujiankonsepbertingkat
Ada 2 hipotesis, hipotesis pertama menyatakan bahwa taraf kepuasan suatu
kebutuhan memiliki korelasi yang negative dengan keinginan untuk memuaskan
kebutuhantersebut.
Hipotesisyangkeduaadalahpadaduakebutuhanyangberbedatingkatnya,dorongan
pemuasan kebutuhan yang lenih rendah akan lebih besar daripada dorongan
pemuasankebutuhanyanglebihtinggi.
2. Pengukurandanalatukuraktualisasi
Menurut Maslow, jika aktualisasi diri dicapai diperlukan perubahan lingkungan,
kesanggupandariindividuuntukmengatasihambatanataumasalahyangberasaldari
lingkungan.Maslowmenggunakansemuateknikassessmentyangdigunakanyaitu
wawancara,observasi,kuesionerlaporandiri,tespriyektik,studibiografis.
Orang yang telah mencapai aktualisasi diri cenderung bersikap mandiri, menolak
tekanansosial,mencintaikebebasandanmemilikikebutuhanprivasiyangtinggi.

PendekatanKepribadianEksistensialdanHumanistik
1. Pendekatan kepribadian eksistensial dan humanistic. Pendekatan ini berasal dari
motivasidalamdiriyangrumitdandinamis,teoriinimenyetujuiadanyakehendak
bebasdanjugakreativitasnyatadanpemenuhandiri.
2. Pendektan eksistensial tidak selalu merupakan pendekatan idiografis, mereka
menganggappengalamansetiaporangunik.Filsufberalihaneksistensialmenyatakan
bahwaindividusecaralangsungbertanggungjawabataskepribadian.
3. Pendekatan humanistic yang didasarkan eksistensialisme adalah pendekatan yang
paling optimis terhadap kepribadian yang memandang manusia dan permasalahan
spiritualsecarapositif.
4. Pendekatan humanistic terhadap kepribadian bermanfaat bagi penelitian tentang
kelompoketnik.
5. Pendekatan humanistic terhadap kepribadian memiliki dampak praktis
berkesinambunganpadamasyarakatumumdalamhalpersaingandiri.
KelebihandanKelemahanTeoriHumanistik
KelebihandanKelemahanTeoriHumanistik
1.KelebihanTeoriHumanistik
a. Selalumengedepankanakanhalhalyangbernuansademokratis,partisipatifdialogisdan
humanis.
b. Suasana pembelajaran yang saling menghargai, adanya kebebasan berpendapat,
kebebasanmengungkapkangagasan.
c. Keterlibatanpesertadidikdalamberbagaiaktivitasdisekolah,danlebihlebih adalah
kemampuan hidup bersama (komunalbermasyarakat) diantara peserta didik yang
tentunyamempunyaipandanganyangberbedabeda.
2.KelemahanTeoriHumanistik
a.TeoriHumanistitiktidakbisadiujidenganmudah.
b.Banyakkonsepdalampsikologihumanistic,sepertimisalnyatelahberhasilmengaktualisasikan
dirinya,inimasihburamdansubjektif.
c.Psikologihumanisticmengalamipembiasanterhadapnilaiindividualitas.

Perbandingan dengan Teori Humanistik Carl Roger dan Maslow


a. Teori humanistik carl roger
Teori Rogers didasarkan pada suatu daya hidup yang disebut kecenderungan
aktualisasi. Kecenderungan aktualisasi tersebut diartikan sebagai motivasi yang
menyatu dalam setiap diri makhluk hidup dan bertujuan mengembangkan seluruh
potensinya semaksimal mungkin. Jadi, makhluk hidup bukan hanya bertujuan
bertahan hidup saja, tetapi ingin memperoleh apa yang terbaik bagi
keberadaannya.Dari dorongan tunggal inilah, muncul keinginan-keinginan atau
dorongan-dorongan lain yang disebutkan oleh psikolog lain, seperti kebutuhan untuk
udara, air, dan makanan, kebutuhan akan rasa aman dan rasa cinta, dan sebagainya.
b. Teori humanistik Abraham Maslow
Abraham Maslow mengatakan bahwa di dalam diri individu ada dua hal:
1. Suatu usaha yang positif untuk berkembang

2. Kekuatan untuk melawan atau menolak perkembangan itu

Maslow mengemukakan bahwa individu berperilaku dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan
yang bersifat hirarki. Bila seseorang telah dapat memenuhi kebutuhan pertama, seperti
kebutuhan psikologis, barulah ia dapat menginginkan kebutuhan yang terletak di atasnya, ialah
kebutuhan mendapatkan rasa aman dan seterusnya.

Maslow Berfokus pada individu secara keseluruhan, bukan hanya satu aspek individu, dan
menekankan kesehatan daripada sekedar penyakit dan masalah.
KESIMPULAN
Maslow beranggapan bahwa orang-orang termotivasi oleh empat dimensi kebutuhan,
yaitu kebutuhan konatif (fisiologis, rasa aman, cinta dan keberadaan, penghargaan, dan
aktualisasi diri), kebutuhan estetika, kebutuhan kognitif, dan kebutuhan neurotik.
Kebutuhan-kebutuhan konatif disusun ke dalam sebuah hierarki, yang berarti bahwa satu
kebutuhan harus relatif terpenuhi terlebih dahulu sebelum kebutuhan selanjutnya dapat menjadi
aktif. Kebutuhan konatif jika tidak terpenuhi akan mengarah pada penyakit maupun
menyebabkan metapologi dan penolakan terhadap nilai-nilai B.
Dari kebutuhan-kebutuhan ini, kita dapat melihat dan mengetahui kecenderungan tingkah
laku individu dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut. Tingkah laku
manusia itu juga dapat diketahui sebagai akibat dari tidak terpenuhinya salah satu dari lima
kebutuhan di atas.
Penerimaan terhadap nilai-nilai B merupakan kriteria yang membedakan orang-orang
yang mengaktualisasi diri dengan orang-orang yang hanya sehat, tetapi tertahan pada level
penghargaan saja. Adapun aktualisasi diri, dalam teori ini merupakan pencapaian tertinggi yang
diraih manusia. Sebagaimana disebutkan di atas, ketika seseorang berhasil mengaktualisasikan
diri, maka dapat dikatakan ia telah memasuki kehidupan yang ideal.
DAFTAR PUSTAKA

Prof.Dr.H. Syamsu Yusuf LN, M.Pd dan Dr.H. Achmad Juntika Nurihsan M.Pd. Teori
Kepribadian. 2007. PT Remaja Rosdakarya. Bandung

E. Koeswara. Teori-Teori Kepribadian Psikoanalisis, Behaviorisme, Humanistik. Bandung:


Eresco. 1991

Feist, Jess. Theories of Personality. 2011. Salemba Humanika. Jakarta

Suryabarata, Sumadi. 2007. Psikologi Kepribadian. Jakarta: Raja Grafindo

http://disini-blogku.blogspot.com/2011/01/abraham-harold-maslow-teori-kepribadian.html

http://putriapril.wordpress.com/2012/05/15/menganalisis-tokoh-dengan-teori-humanistik-
abraham-maslow/

http://webspace.ship.edu/cgboer/maslow.html.
http://www.scribd.com/doc/7747475/Abraham-Maslowhttp://belajarpsikologi.com/teori-hierarki-
kebutuhan-maslow/
http://nuraminsaleh.blogspot.com/2012/11/maslow-dan-teorinya.html
Yusuf Syamsu LN & Nurihsan Juntika A., (2008), Teori Kepribadian, Badung:Remaja
Rosdakarya

Anda mungkin juga menyukai