Anda di halaman 1dari 1

Hakikat manusia

Secara umum ada dua prinsip yang mendominasi manusia, yaitu pikiran dan persaan. REBT
berangggapan bahwa setiap manusia yang normal memiliki pikiran, persaan dan perilaku yang
ketiganya berlangsung secara stimulan. Pikiran mempengaruhi perasaan dan perilaku, Perasaan
mempengaruhi pikiran dan perilaku, dan perilaku mempengaruhi perasaan dan pikiran. Dalam
memandang hakikat mausia REBT memiliki sejumlah asumsi tentang kebahagiaan dan
ketidakbahagiaan dalam hubungannya dengan dinamika pikiran dan perasaan itu (Ellis, 1994).
Asumsi tentang hakekat manusia menurut REBT adalah sebagai berikut:

1. Pada dasarnya individu adalah unik, yang memiliki kecenderungan untuk berpikir
rasional dan irasiolnal. Ketika berpikir dan berperilaku rasional dia efektif, bahagia, dan
kompeten. Ketika berpikir dan berperilaki irrasional dia tidak efektif.

2. Reaksi “emosional" seseorang sebagian besar disebabkan oleh evaluasi, interpretasi, dan
filosofi yang disadari maupun tidak disadari oleh individu.

3. Hambatan psikologis atau emosional adalah akibat dari cara berrpikir yang tidak logis
dan irrasional. Emosi menyertai individu yang berpikir dengan penuh prasangka, sangat
personal dan irrasional.

4. Berpikir irrasional diawali dengan belajar secara tidak logis yang diperoleh dari orangtua
dan kultur tempat dibesarkan. Dalam proses pertumbuhannya, akan terus berpikir dan
merasakan dengan pasti tentang dirinya dan orang lain. “Ini adalah baik” dan yang “itu
adalah jelek”. Pandangan ini terus membentuk cara pendangnya selanjutnya.

5. Berpikir secara irrasional akan tercermin dari verbalisasi yang digunakan. Verbalisasi
yang tidak logis menunjukan cara berpikir yang salah dan verbalisasi yang tepat
menunjukan cara berpikirnya yang tepat. Dalam kaitannya dengan hal ini tujuan
konseling adalah (1) menunjukan kepada klien bahwa verbalisasi diri telah menjadi
sumber hambatan emosional (2) membenarkan bahwa verbalisasi diri adalah tidak logis
dan irrassional dan (3) membenarkan atau meluruskan cara berpikir dengan verbalisasi
diri yang lebih logis dan efisien dan tidak berhubungan dengan emosi negatif dan
perilaku penolakan diri (self-defeating).

6. Perasaan dan berpikir negatif dan penolakan diri harus dilawan dengan cara berpikir
yang rasional dan logis yang dapat diterima menurut akal yang sehat, serta menggunakan
cara verbalisasi yang rasional.

Anda mungkin juga menyukai