Remaja Berdasarkan
Teori Erikson
Disusun oleh:
1. Winanda Agung Laksono (190810449)
2. Rangga Buana Panggar B. (190810132)
3. Widiya Ningrum (190810184)
4. Aminda Putri A. C. H. (190810333)
5. Siti Ulfiatur Rohmah (190810173)
6. Ariella Belva R. (190810439)
7. Stevanny Indriani (190810195)
8. May Meliani N. (190810005)
9. Titanika (190810134)
10. Nada Aghnia (190810277)
Teori Erikson
● Trust vs Mistrust (percaya vs tidak percaya) (kelahiran –1 tahun)
Pada tahap ini seorang anak akan mulai belajar untuk beradaptasi dengan sekitarnya. Bayi pada usia 0-1
tahun sepenuhnya bergantung pada orang lain, perkembangan rasa percaya yang dibentuk oleh bayi tersebut
berdasarkan kesungguhan & kualitas penjaga (yang merawat) bayi tersebut.
● Identity vs Role Confusion (identitas vs kekacauan identitas) (12 tahun -18 tahun).
Pada tahap ini anak sudah memasuki usia remaja dan mulai mencari jati dirinya. Masa ini adalah masa peralihan
antara dunia anak-anak dan dewasa. Secara biologis anak pada tahap ini sudah mulai memasuki tahap dewasa, namun
secara psikis usia remaja masih belum bisa diberi tanggung jawab yang berat layaknya orang dewasa.
• Tawuran pelajar antara dua kelompok pelajar dari sekolah yang berbeda yang mempunyai rasa
permusuhan yang telah terjadi turun-temurun/ bersifat tradisional.
• Tawuran pelajar antara dua kelompok pelajar. Kelompok yang satu berasal dari satu sekolah,
sedangkan kelompok yang lainnya berasal dari suatu perguruan yang didalamnya tergabung beberapa
jenis sekolah. Permusuhan yang terjadi di antara dua kelompok ini juga bersifat tradisional.
• Tawuran pelajar antara dua kelompok pelajar dari sekolah yang berbeda yang bersifat insidental.
Perkelahian jenis ini biasanya dipicu situasi dan kondisi tertentu. Misalnya suatu kelompok pelajar
yang sedang menaiki bus secara kebetulan berpapasan dengan kelompok pelajar yang lainnya.
Selanjutnya terjadilah saling ejek-mengejek sampai akhirnya terjadi tawuran.
• Tawuran pelajar antara dua kelompok pelajar dari sekolah yang sama tetapi berasal dari jenjang
kelas yang berbeda, misalnya tawuran antara siswa kelas II dengan siswa kelas III.
Bentuk-Bentuk Perilaku Tawuran
• Menguatkan sikap mental remaja supaya mampu menyelesaikan persoalan yang dihadapinya.
• Memberikan pendidikan bukan hanya dalam penambahan pengetahuan dan keterampilan melainkan pendidikan mental
• Menyediakan sarana-sarana dan menciptakan suasana yang optimal demi perkembangan pribadi yang wajar.
• Memperkuat motivasi atau dorongan untuk bertingkah laku baik dan merangsang hubungan sosial yang baik.
• Mengadakan kelompok diskusi dengan memberikan kesempatan mengemukakan pandangan dan pendapat para remaja
• Memperbaiki keadaan lingkungan sekitar, keadaan sosial keluarga maupun masyarakat di mana banyak terjadi
kenakalan remaja.
KESIMPULAN
Dari analisa kasus kenakalan remaja tahap perkembangan yang di tinjau dari teori
perkembangan psikososial milik Erikson terdapat 8 tahap yang akan sesuai dengan alur masa
perkembangan remaja, yaitu:
Pada masa perkembangan usia remaja yaitu memasuki usia 12-21 tahun dan pada masa ini seorang
remaja mulai sibuk mencari jati diri mereka, dengan di bantu oleh adanya faktor lingkungan setiap anak
akan berkembang menjadi seorang remaja yang harus mampu memilih jalan hidupnya untuk ke arah
negatif atau postif.
LANJUTAN….
Kasus kenakalan remaja yang dipengaruhi oleh lingkungan biasanya di mulai dari teman-
teman bermain remaja tersebut, hal yang umum dilakukan seperti merokok, dan tak hanya itu saja
semua akan menjalar pada hal negatif yang lainnya, hingga menjurus pada kenakalan remaja yang
paling parah yaitu pembunuhan. Semua itu sangat berpengaruh pada masa perkembangan seorang
remaja, selama remaja tersebut tidak keluar dari lingkungan negatif itu, sepanjang proses hidup
selanjutnya akan selalu sama pada lingkaran buruk.
LANJUTAN….
Adanya pengaruh tingkat agresivitas yang tinggi menjadikan kenakalan remaja cendrung di alami atau
terjadi pada laki-laki. Anak laki-laki lebih menampilkan agresi dalam bentuk fisik. Hal ini juga sejalan dengan
kasus-kasus tawuran pelajar yang terjadi hampir seluruhnya dilakukan oleh anak laki-laki. Meningkatnya rasa
keingintauan diri dan pengakuan atas dirinya sehingga remaja cendrung akan melakukan sesuatu yang
sebenarnya dapat merugikan diri mereka sendiri, sebenarnya awal mula permainan dilakukan bersifat netral, dan
menyenangkan, kemudian berubah menjadi sebuah perilaku eksperimental yang berbahaya dan sering
mengganggu atau merugikan orang lain.
Munculnya kasus kenakalan remaja ini menjadikan sebuah alasan bahwa kenakalan remaja dapat timbul
karena adanya masalah pada latar belakang seorang remaja tersebut baik itu dari dalam dirinya maupun
keluarganya. Seorang anak remaja yang sedang dalam proses perkembangan butuh adanya pengawasan dan
perhatian yang lebih dari orang tua, sebagai contoh awal didalam rumah. Karena peran orang tua juga dapat
mempengaruhi karakter serta perilaku mereka, tingkat agresivitas dapat muncul di sebabkan pada masa
perkembangan anak mencotoh dari tindakan orang tua atau orang terdekatnya yang selalu melakukan tindak
kekerasan, atau hal ringannya mencotoh ayahnya dirumah yang selalu merokok dengan alasan dapat memicu
rasa ketenangan. Seroang anak menganggap bahwa ia akan mendapat sebuah pengakuan dan penghargaan
terhadap dirinya didapatkan ketika anak tersebut mampu membuktikan pada khalayak umum atas apa yang ia
lakukan dapat dilihat dan memicu perhatian dari orang sekitar, umumnya mereka tidak peduli tindakan mereka
itu positif atau negatif.