Anda di halaman 1dari 14

Analisis Tawuran

Remaja Berdasarkan
Teori Erikson
Disusun oleh:
1. Winanda Agung Laksono (190810449)
2. Rangga Buana Panggar B. (190810132)
3. Widiya Ningrum (190810184)
4. Aminda Putri A. C. H. (190810333)
5. Siti Ulfiatur Rohmah (190810173)
6. Ariella Belva R. (190810439)
7. Stevanny Indriani (190810195)
8. May Meliani N. (190810005)
9. Titanika (190810134)
10. Nada Aghnia (190810277)
Teori Erikson
● Trust vs Mistrust (percaya vs tidak percaya) (kelahiran –1 tahun)
Pada tahap ini seorang anak akan mulai belajar untuk beradaptasi dengan sekitarnya. Bayi pada usia 0-1
tahun sepenuhnya bergantung pada orang lain, perkembangan rasa percaya yang dibentuk oleh bayi tersebut
berdasarkan kesungguhan & kualitas penjaga (yang merawat) bayi tersebut.

● Autonomy vs Doubt (kemandirian vs keraguan) (1 tahun – 3 tahun)


Tahap kedua ini adalah tahap anus-otot (anal-mascular stages), masa ini biasanya disebut masa balita
yang berlangsung mulai dari usia 1- 3 tahun (Early Childhood).

● Initiative vs Guilt (inisiatif vs rasa bersalah) (4 tahun – 5 tahun)


Tahap ini adalah tahap kelamin- lokomotor (genital-locomotor stage) atau tahap bermain. Tahap ini
dialami saat anak menginjak usia 4-5 tahun (preschool age). Pada tahap ini, kemampuan motorik dan bahasa anak
mulai matang, sehingga memungkinkan mereka untuk lebih agresif dalam mengeksplor lingkungan mereka baik
secara fisik maupun sosial.
● Industry vs Inferiority (ketekunan vs rasa rendah diri) (6 tahun – 12 tahun)
Pada tahap ini, anak sudah memasuki usia sekolah, kemampuan akademiknya mulai berkembang. Selain itu,
kemampuan sosial anak untuk berinteraksi di luar anggota keluarganya juga mulai berkembang. Anak akan belajar
berinteraksi dengan teman-temannya maupun dengan gurunya. Jika cukup rajin, anak-anak akan memperoleh keterampilan
sosial dan akademik untuk merasa percaya diri.

● Identity vs Role Confusion (identitas vs kekacauan identitas) (12 tahun -18 tahun).
Pada tahap ini anak sudah memasuki usia remaja dan mulai mencari jati dirinya. Masa ini adalah masa peralihan
antara dunia anak-anak dan dewasa. Secara biologis anak pada tahap ini sudah mulai memasuki tahap dewasa, namun
secara psikis usia remaja masih belum bisa diberi tanggung jawab yang berat layaknya orang dewasa.

● Intimacy vs Isolation (keintiman vs isolasi) (± 18 tahun – 40 tahun)


Pada tahap ini, seseorang sudah mengetahui jati diri mereka dan akan menjadi apa mereka nantinya. Jika pada
masa sebelumnya, individu memiliki ikatan yang kuat dengan kelompok sebaya, namun pada masa ini ikatan kelompok sudah
mulai longgar. Pada fase ini seseorang sudah memiliki komitmen untuk menjalin suatu hubungan dengan orang lain. Dia
sudah mulai selektif untuk membina hubungan yang intim hanya dengan orang-orang tertentu yang sepaham. Namun, jika
dia mengalami kegagalan, maka akan muncul rasa keterasingan dan jarak dalam berinteraksi dengan orang
● Generativity vs Self Absorption (generativitas vs stagnasi) (± 40 tahun – 65 tahun)
Erikson (dalam Slavin, 2006) mengatakan bahwa generativitas adalah hal terpenting dalam membangun dan
membimbing generasi berikutnya. Biasanya, orang yang telah mencapai fase generativitas melaluinya dengan
membesarkan anak-anak mereka sendiri.

● Integrity vs despair (integritas vs keputusasaan) (± 65 ke atas)


Seseorang yang berada pada fase ini akan melihat kembali (flash back) kehidupan yang telah mereka jalani dan
berusaha untuk menyelesaikan permasalahan yang sebelumnya belum terselesaikan. Penerimaan terhadap prestasi,
kegagalan, dan keterbatasan adalah hal utama yang membawa dalam sebuah kesadaran bahwa hidup seseorang adalah
tanggung jawabnya sendiri
Lingkungan dan
Kenakalan Remaja
● Kenakalan remaja (juevenil delinquency) adalah suatu
perbuatan yang melanggar norma, aturan hukum dalam
masyarakat yang dilakukan pada usia remaja atau transisi
masa anak-anak dan dewasa. Saat ini, hampir tidak
terhitung berapa jumlah remaja yang melakukan hal-hal
negatif.Iri, K., & Kampar, K. (2017).

● Adapun faktor yang mempengaruhi kenakalan remaja ialah


Faktor Internal dan eksternal, dimana faktor internal
adalah faktor yang datangnya dari tubuh manusia itu
sendiri tanpa dipengaruhi lingkungan sekitar sedangkan
faktor eksternal adalah yang datangnya dari luar tubuh
anak yang bisa dikatakan faktor lingkungan.Iri, K., &
Kampar, K. (2017).
Perilaku Tawuran: Kelompok tawuran remaja ini pada masa awalnya merupakan kelompok
bermain yang dinamis. Permainan yang mula -mula bersifat netral, baik, dan
menyenangkan, kemudian berubah menjadi sebuah perilaku eksperimental yang
berbahaya dan sering mengganggu atau merugikan orang lain.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Tawuran:
1. Faktor Internal
Mencakup reaksi frustasi negatif, gangguan pengamatan dan tanggapan pada
diri remaja,gangguan cara berfikir pada diri remaja, dan gangguan emosional/perasaan
pada diri remaja.
2. Faktor Eksternal
Mencakup keluarga, lingkungan sekolah yang tidak menguntungkan dan
lingkungan sekitar.
Jenis-Jenis Tawuran Pelajar

• Tawuran pelajar antara dua kelompok pelajar dari sekolah yang berbeda yang mempunyai rasa
permusuhan yang telah terjadi turun-temurun/ bersifat tradisional.
• Tawuran pelajar antara dua kelompok pelajar. Kelompok yang satu berasal dari satu sekolah,
sedangkan kelompok yang lainnya berasal dari suatu perguruan yang didalamnya tergabung beberapa
jenis sekolah. Permusuhan yang terjadi di antara dua kelompok ini juga bersifat tradisional.
• Tawuran pelajar antara dua kelompok pelajar dari sekolah yang berbeda yang bersifat insidental.
Perkelahian jenis ini biasanya dipicu situasi dan kondisi tertentu. Misalnya suatu kelompok pelajar
yang sedang menaiki bus secara kebetulan berpapasan dengan kelompok pelajar yang lainnya.
Selanjutnya terjadilah saling ejek-mengejek sampai akhirnya terjadi tawuran.
• Tawuran pelajar antara dua kelompok pelajar dari sekolah yang sama tetapi berasal dari jenjang
kelas yang berbeda, misalnya tawuran antara siswa kelas II dengan siswa kelas III.
Bentuk-Bentuk Perilaku Tawuran

• Perkelahian, pengancaman atau intimidasi padaorang lain.


• Merusak fasilitas umum. Seperti melakukan penyerangan ke sekolah lain, dll.
• Mengganggu jalannya aktifitas orang lain. Tawuran yang terjadi juga menyebabkan
terganggunya aktifitas orang lain atau masyarakat di sekitarnya. Seperti pembajakan bus atau
kendaraan umum.
• Melanggar aturan sekolah.
• Melanggar undang-undang hukum yang berlakudi suatu Negara.
• Melanggar aturan orang tua.
Hasil Analisa
Menurut Erikson (1968), tugas utama masa remaja adalah memecahkan krisis identitas vs kebingungan
identitas (identity vs identity confution), untuk dapat menjadi orang dewasa unik dengan pemahaman
diri yang utuh dan memahami peran nilai dalam masyarakat. “Krisis Identitas” ini jarang teratasi pada
masa remaja; Identitas vs kebingungan identitas merupakan tahap pertama perkembangan psikososial,
dimana remaja berusaha mengembangkan perasaan akan eksistensi diri koheren, termasuk perannya
dalam masyarakat.

Berdasarkan risetMarcia terdapat empat kategori status identitas, yaitu:


• Identity Achievement ditandai dengan komitmen untuk memilih menjadikannya sebuah krisis,
periode yang dihabiskan untuk mencari alternatif.
• Foreclosure dimana seseorang tidak menghabiskan banyak waktu mempertimbangkan berbagai
alternatif (tidak berada dalam krisis) dan melaksanakan rencana yang disiapkan orang lain untuk
dirinya.
• Moratorium dimana seseorang sedang mempertimbangkan berbagai alternatif (dalam krisis) dan
tampaknya mengarah kepada komitmen.
• Identity Diffusion ditandai dengan ketiadaan komitmen dan kurangnya pertimbangan serius
terhadap berbagai alternatif yang tersedia.
Tindakan Pencegahan Kenakalan Remaja

• Mengenal dan mengetahui ciri umum dan khas remaja

• Mengetahui kesulitan-kesulitan yang secara umum dialami

• Menguatkan sikap mental remaja supaya mampu menyelesaikan persoalan yang dihadapinya.

• Memberikan pendidikan bukan hanya dalam penambahan pengetahuan dan keterampilan melainkan pendidikan mental

dan pribadi melalui pengajaran agama, budi pekerti dan etiket.

• Menyediakan sarana-sarana dan menciptakan suasana yang optimal demi perkembangan pribadi yang wajar.

• Memberikan wejangan secara umum dengan harapan dapat bermanfaat.

• Memperkuat motivasi atau dorongan untuk bertingkah laku baik dan merangsang hubungan sosial yang baik.

• Mengadakan kelompok diskusi dengan memberikan kesempatan mengemukakan pandangan dan pendapat para remaja

dan memberikan pengarahan yang positif.

• Memperbaiki keadaan lingkungan sekitar, keadaan sosial keluarga maupun masyarakat di mana banyak terjadi

kenakalan remaja.
KESIMPULAN
Dari analisa kasus kenakalan remaja tahap perkembangan yang di tinjau dari teori
perkembangan psikososial milik Erikson terdapat 8 tahap yang akan sesuai dengan alur masa
perkembangan remaja, yaitu:

1) Trust vs Mistrust (percaya vs tidak percaya) (kelahiran-1 tahun),


2) Autonomy vs Doubt (kemandirian vs keraguan) (1 tahun-3 tahun),
3) Initiative vs Guilt (inisiatif vs rasa bersalah) (4 tahun-5 tahun),
4) Industry vs Inferiority (ketekunan vs rasa rendah diri) (6 tahun-12 tahun),
5) Identity vs Role Confusion (identitas vs kekacauan identitas) (12 tahun-18 tahun),
6) Intimacy vs Isolation (keintiman vs isolasi) (± 18 tahun-40 tahun),
7) Generativity vs Self Absorption (generativitas vs stagnasi) (± 40 tahun-65 tahun), dan
8) Integrity vs despair (integritas vs keputusasaan) (± 65 ke atas).

Pada masa perkembangan usia remaja yaitu memasuki usia 12-21 tahun dan pada masa ini seorang
remaja mulai sibuk mencari jati diri mereka, dengan di bantu oleh adanya faktor lingkungan setiap anak
akan berkembang menjadi seorang remaja yang harus mampu memilih jalan hidupnya untuk ke arah
negatif atau postif.
LANJUTAN….

Kemunculan maraknya kasus kenakalan remaja berdasarkan analisis terhadap karakteristik


responden, diperoleh hasil bahwa mayoritas terjadi pada usia 13 tahun (30,9%) dan sudah memasuki
masa pubertas sehingga memicu terjadinya perubahan perilaku. Ada dua faktor yang dapat
mempengaruhi kenakalan remaja, yaitu faktor internal (faktor yang muncul dari dalam diri remaja
tersebut) dan faktor eksternal (faktor yang muncul dikarenakan adanya pengaruh dari luar diri remaja
tersebut). Perilaku yang di bentuk atau yang ditumbulkan oleh remaja pada usia tersebut dapat
dikatakan semuanya bergantung pada lingkungan dimana dia berada dalam arti lain perilaku remaja
dipengaruhi oleh faktor eksternal yang paling dominan.

Kasus kenakalan remaja yang dipengaruhi oleh lingkungan biasanya di mulai dari teman-
teman bermain remaja tersebut, hal yang umum dilakukan seperti merokok, dan tak hanya itu saja
semua akan menjalar pada hal negatif yang lainnya, hingga menjurus pada kenakalan remaja yang
paling parah yaitu pembunuhan. Semua itu sangat berpengaruh pada masa perkembangan seorang
remaja, selama remaja tersebut tidak keluar dari lingkungan negatif itu, sepanjang proses hidup
selanjutnya akan selalu sama pada lingkaran buruk.
LANJUTAN….

Adanya pengaruh tingkat agresivitas yang tinggi menjadikan kenakalan remaja cendrung di alami atau
terjadi pada laki-laki. Anak laki-laki lebih menampilkan agresi dalam bentuk fisik. Hal ini juga sejalan dengan
kasus-kasus tawuran pelajar yang terjadi hampir seluruhnya dilakukan oleh anak laki-laki. Meningkatnya rasa
keingintauan diri dan pengakuan atas dirinya sehingga remaja cendrung akan melakukan sesuatu yang
sebenarnya dapat merugikan diri mereka sendiri, sebenarnya awal mula permainan dilakukan bersifat netral, dan
menyenangkan, kemudian berubah menjadi sebuah perilaku eksperimental yang berbahaya dan sering
mengganggu atau merugikan orang lain.

Munculnya kasus kenakalan remaja ini menjadikan sebuah alasan bahwa kenakalan remaja dapat timbul
karena adanya masalah pada latar belakang seorang remaja tersebut baik itu dari dalam dirinya maupun
keluarganya. Seorang anak remaja yang sedang dalam proses perkembangan butuh adanya pengawasan dan
perhatian yang lebih dari orang tua, sebagai contoh awal didalam rumah. Karena peran orang tua juga dapat
mempengaruhi karakter serta perilaku mereka, tingkat agresivitas dapat muncul di sebabkan pada masa
perkembangan anak mencotoh dari tindakan orang tua atau orang terdekatnya yang selalu melakukan tindak
kekerasan, atau hal ringannya mencotoh ayahnya dirumah yang selalu merokok dengan alasan dapat memicu
rasa ketenangan. Seroang anak menganggap bahwa ia akan mendapat sebuah pengakuan dan penghargaan
terhadap dirinya didapatkan ketika anak tersebut mampu membuktikan pada khalayak umum atas apa yang ia
lakukan dapat dilihat dan memicu perhatian dari orang sekitar, umumnya mereka tidak peduli tindakan mereka
itu positif atau negatif.

Anda mungkin juga menyukai