Anda di halaman 1dari 18

PSIKOLOGI INDIVIDUAL DARI ALFRED ALDER

Pendahuluan

Psikologi individual yang dikemukakan Alfred Adler merupakan pandangan


optimis akan manusia yang sangat didasarkan pada gagasan minat sosial, yaitu
perasaan menyatu dengan umat manusia. Sedangkan, Freud menghilangkan
semua motivasi menjadi seks dan agresi. Adler memandang manusia lebih banyak
dimotivasi oleh pengaruh sosial dan perjuangan mereka meraih superiori.
Terdapat sejumlah perbedaan antara teori Freud dan Adler, diantaranya;

1. Freud memandang komponen kehidupan yang sehat adalah kemampuan


“mencintai dan berkarya”. Bagi Adler masalah hidup selalu bersifat sosial.
2. Freud memandang kepribadian sebagai proses biologik-mekanistik,
sedangkan Adler termasuk pelopor ego kreatif (ego-creative).
3. Adler menekankan adanya keunikan pribadi.
4. Adler memandang kesadaran sebagai pusat kepribadian,bukan
ketidaksadaran.
5. Adler keras berpendapat bahwa semua kehidupan selalu bergerak.

1. Biografi Alfred Adler

Alfred Adler lahir di Rudolfsheim pada tanggal 7 Februari 1870, dan


meninggal pada tanggal 28 Mei 1937 di Aberdenn, Skotlandia. Adler lahir dari
orang tua yang merupakan orang Yahudi Wina kelas menengah ke bawah, namun
Adler menganggap bahwa dirinya dianiaya akibat latar belakangnya tersebut.
Pada tahun 1904, Adler beralih keyakinan menjadi protestan, tapi ia tidak
mempunyai pendirian religius yang dalam.
Adler mengalami trauma akibat kematian adiknya, Rudolf. Pada usia 4
tahun, Adler terbangun dari tidurnya dan menemukan adiknya meninggal di
tempat tidur di sebelahnya. Adler memandang pengalaman ini sama dengan
pengalamannya sendiri yang hampir meninggal karena radang paru-paru, sebagai
tantangan mengalahkan kematian. Maka pada umur 5 tahun, Adler memutuskan
bahwa tujuan hidupnya adalah untuk menaklukkan kematian. Oleh sebab itu,
Adler bercita-cita menjadi seorang dokter sejak usia muda.

Ketika menjadi mahasiswa kedokteran, Adler menyelesaikan pendidikannya


tanpa mendapat tanda penghormatan khusus. Hal tersebut mungkin terjadi karena
ketertarikannya untuk memedulikan pasien berlawanan dengan tuntutan
profesornya untuk melakukan diagnosis yang tepat. Adler menerima gelar dokter
pada tahun 1895.

Setelah memenuhi kewajibannya untuk menjalani wajib militer di


ketentaraan Hungaria, Adler kembali ke Wina untuk kuliah pascasarjana. Ia
membuka praktik sebagai spesialis mata, namun kemudian ia beralih menjadi
psikiater dan dokter umum.

Pada tahun 1907, Adler menerbitkan Study of Organ Inferiority and Its
Psychical Compensation, yang berisikan asumsinya bahwa kekurangan fisik
membentuk dasar motivasi manusia. Pada 1911, sebagai presiden Vienna
Psychonalytic Society, Adler mengutarakan bahwa dorongan untuk superioritas
lebih sesuai sebagai motivasi dasar daripada seksualitas. Pada Oktober 1911,
Adler mengundurkan diri dari Vienna Psychonalytic Society. Kemudian ia
membentuk Free Psychoanalitic Study, yang kemudian diubah menjadi Society
for Individual Psychology.

Teori Adler dipengaruhi oleh peristiwa-peristiwa yang terjadi seputar


Perang Dunia I. Adler mengusulkan bahwa minat sosial dan belas kasihan
seharusnya menjadi landasan motivasi manusia. Adler sering mengunjungi
Amerika Serikat, di mana ia mengajar psikologi individu di Columbia
University dan New School for Social Research. Pada tahun 1932, ia menjadi
warga negara Amerika Serikat dan memegang posisi Profesor Tamu untuk
Psikologi kedokteran di Long Island College of Medicine, sekarang
Downstate Medical School, State University of New York.

Dalam pekerjaannya, Adler banyak mengambil contoh dari dongeng,


Alkitab, dan karya sastra lainnya. Pasien-pasiennya sebagian besar merupakan
orang-orang dari kelas menengah dan kelas bawah.

Alfred Adler cenderung lebih kurang dikenal daripada Freud dan Carl Jung.
Hal tersebut karena Adler tidak membangun organisasi yang dijalankan dengan
kuat untuk melestarikan teorinya. Sebagian besar buku Adler dikumpulkan oleh
beberapa editor untuk menggunakan bahan pengajaran Adler yang tersebar di
berbagai tempat. Dan banyak pandangan Adler yang tergabung dalam karya
teoretikus selanjutnya.

2. Rincian Pokok Teori Adler

Menurut Adler, manusia lahir dengan tubuh yang lemah dan inferior. Oleh
sebab itu, perasaan menyatu dengan orang lain (minat sosial) sudah menjadi sifat
manusia dan merupakan standar akhir untuk kesehatan psikologis. Berikut ini
diadaptasi dari daftar yang mewakili final pernyataan psikologi individual;

1. Kekuatan dinamis di balik perilaku manusia adalah perjuangan untuk


meraih keberhasilan atau keunggulan.
2. Persepsi subjektif manusia membentuk perilaku dan kepribadian
mereka.
3. Kepribadian berbentuk keterpaduan dan konsistensi-diri.
4. Nilai semua aktivitas manusia harus dilihat dari sudut pandang minat
sosial
5. Struktur kepribadian yang konsisten-diri berkembang menjadi gaya
hidup seseorang.
6. Gaya hidup dibentuk oleh daya kreatif manusia.
3. Berjuang untuk Meraih Keberhasilan atau Superioritas.

Setiap orang memulai hidup dengan kelemahan fisik yang memunculan


perasaan inferior, sehingga perasaan tersebut memotivasi seseorang untuk
berjuang untuk meraih keberhasilan atau superioritas.

Adler menggunakan istilah masculine protest, yang merupakan keinginan


untuk menguasai atau mendominasi orang lain. Namun, Adler meninggalkan
istilah tersebut sebagai dorongan universal. Adler mereduksi semua motivasi
menjadi satu dorongan tunggal, yaitu berjuang untuk meraih keberhasilan atau
superioritas. Hal tersebut menggambarkan manusia yang termotivasi oleh minat
sosial yang tinggi.

3.1. Tujuan Akhir

Menurut Adler (1965), manusia berjuang demi sebuah tujuan akhir, baik itu
superioritas pribadi atau keberhasilan untuk semua umat manusia. Tujuan tersebut
bersifat khayal dan tidak berwujud. Tujuan akhir memiliki makna yang besar
karena mempersatukan kepribadian dan membuat semua perilaku dapat dipahami.

Adler menyatakan bahwa untuk membimbing tingkah laku, setiap orang


menciptakan tujuan final yang semu (fictional final goal), memakai bahan yang
diperoleh dari keturunan dan lingkungan. Namun, tujuan tersebut lebih
merupakan hasil dari daya kreatif, yaitu kemampuan manusia untuk secara bebas
membentuk perilakunya dan menciptakan kepribadian mereka sendiri.

Bayi memilki kekuatan bawaan (innate) untuk meraih keberhasilan, dimana


karena bayi merasa inferior dan tidak berdaya, mereka menetapkan tujuan
fiksional untuk bertumbuh menjadi lebih besar, sempurna, dan kuat. Tujuan akhir
seseorang adalah mengurangi rasa sakit akibat perasaan inferior dan mengarahkan
orang tersebut pada superioritas maupun keberhasilan.

Anak-anak yang secara psikologis merasa aman cenderung berjuang meraih


superioritas yang didefinisikan sebagai keberhasilan dan minat sosial. Meskipun
tujuan mereka tidak disadari sepenuhnya, individu yang sehat akan mengerti dan
mengejar tujuan mereka dengan tingkat kesadaran tinggi.

Dalam penjuangan mencapai tujuan akhir, manusia menciptakan dan


mengejar banyak tujuan awal. Dimana meskipun subtujuan tersebut diketahui,
tetapi hubungan antara subtujuan dan tujuan akhir biasanya tidak diketahui.

3.2. Daya Juang Sebagai Kompensasi

Manusia berjuang untuk keunggulan atau kesuksesan sebagai alat


kompensasi untuk perasaan rendah diri atau kelemahan. Daya juang merupakan
bawaan, tetapi sifat dan arahnya ditentukan oleh perasaan inferior dan tujuan
untuk meraih superioritas. Tujuan ditetapkan sebagai kompensasi perasaan
inferior, namun perasaan itu tidak akan muncul, kecuali seseorang anak memiliki
kecenderungan dasar untuk menjadi sempurna.

Setiap orang berpotensi memiliki daya juang, tetapi belum benar-benar


memilikinya; mereka harus mengembangkan potensi ini dengan caranya sendiri.
Sekitar umur 4 atau 5 tahun, anak-anak memulai proses ini dengan menetapkan
sebuah arah bagi daya juang dengan membuat sebuah tujuan, baik untuk
superioritas pribadi atau pun keberhasilan sosial. Keberhasilan adalah konsep
dibuat dan dimiliki masing-masing individu. Faktor keturunan menetukan potensi,
sedangkan faktor lingkungan berperan pada perkembangan minat sosial dan
keteguhan.

Dalam teori terakhirnya, Adler mengidentifikasi dua jalan umum untuk


berjuang. Yang pertama adalah upaya sosial yang tidak produktif untuk
mendapatkan keunggulan pribadi; yang kedua melibatkan minat sosial dan
ditujukan untuk kesuksesan atau kesempurnaan bagi semua orang.

3.3. Berjuang Meraih Superioritas Pribadi

Beberapa orang berjuang untuk superioritas pribadi dengan sedikit atau


tanpa kepedulian terhadap orang lain. Tujuan mereka bersifat personal dan usaha
mereka dimotivasi terutama oleh perasaan inferior yang berlebihan, atau adanya
kompleks inferioritas. Beberapa orang membuat penyamaran cerdas untuk
perjuangan pribadi mereka dan mungkin secara sadar atau tidak sadar
menyembunyikan kecenderungan mereka untuk memikirkan diri sendiri di balik
tirai keprihatinan sosial.

3.4. Berjuang Meraih Keberhasilan

Orang yang sehat secara psikologis adalah mereka yang dimotivasi oleh
minat sosial dan keberhasilan untuk semua umat manusia. Mereka peduli dengan
tujuan-tujuan yang melebihi diri mereka sendiri. Tujuan mereka merupakan
kecenderungan alami untuk mencapai keutuhan atau kesempurnaan. Manusia
yang berjuang untuk meraih keberhasilan daripada superioritas pribadi mampu
mempertahankan keadaan dirinya, tetapi mereka lebih melihat masalah dari sudut
pandang perkembangan masyarakat daripada sudut pandang keuntungan pribadi.

4. Persepsi Subjektif

Manusia berjuang meraih superioritas atau keberhasilan untuk mengganti


perasaan inferior, tetapi sikap juang mereka tidak ditentukan oleh kenyataan,
namun oleh persepsi subjektif mereka akan kenyataan, yaitu oleh fiksi (fiction)
mereka, atau ekspetasi akan masa depan.

4.1. Fiksionalisme

Fiksi kita yang paling penting adalah tujuan meraih superioritas atau
keberhasilan, tujuan yang kita ciptakan di awal kehidupan mungkin tidak
dipahami secara jelas. Tujuan akhir yang fiksional dan subjektif ini menuntun
gaya hidup kita dan menyatukan (mengintegrasikan) kepribadian kita. Gagasan
Adler akan fiksionalisme adalah gagasan yang tidak mempunyai bentuk nyata,
namun memengaruhi manusia, sehingga seolah gagasan tersebut adalah nyata.
Fiksi ini menuntun kehidupan sebagai besar dari kita. Manusia dimotivasi oleh
persepsi subjektif mereka tentang apa yang benar.
4.2. Kelemahan Fisik

Adler bersikeras bahwa manusia “dikaruniai” kelemahan anggota tubuh.


Keterbatasan ini menstimulasi perasaan subjektif tentang inferioritas, yang
berfungsi sebagai dorongan menuju kesempurnaan atau keutuhan.

Kelemahan fisik saja tidak menyebabkan seseorang menjalani gaya hidup


tertentu. Kelemahan fisik hanya memberikan motivasi untuk meraih tujuan masa
depan. Motivasi seperti ini, seperti aspek kepribadian, berbentuk keterpaduan dan
konsistensi-diri.

5. Kesatuan dan Konsistensi-Diri dari Kepribadian

Adler menggunakan istilah psikologi individual untuk menekankan


keyakinan bahwa setiap orang itu unik dan tidak dapat dibagi-bagi (dilihat) dari
beberapa aspek yang terpisah. Pikiran, perasaan, dan tindakan mengarah ada satu
sasaran dan berfungsi untuk mencapai satu tujuan.

5.1. Bahasa Organ

Keseluruhan diri berjuang dengan konsistensi-diri demi satu tujuan, dan


setiap tindakan serta fungsi masing-masing hanya dapat dipahami sebagai bagian
dari tujuan tersebut. Bahasa organ adalah kondisi dimana kelemahan suatu organ
tubuh menggambarkan arah tujuan seseorang.

5.2. Kesadaran dan Ketidaksadaran

Adler memandang kesadaran dan ketidaksadaran sebagai dua bagian yang


bekerja sama dalam satu sistem yang terpadu. Adler (1956) mendefinisikan
ketidaksadaran sebagai bagian tujuan yang tidak dirumuskan dengan jelas atau
tidak dipahami secara utuh oleh seseorang. Pikiran-pikiran sadar adalah pikiran
yang dipahami dan diperlakukan oleh seseorang sebagai hal yang mendukungnya
dalam upaya meraih keberhasilan, sedangkan pikiran-pikiran tidak sadar adalah
pikiran yang tidak mendukung usaha tersebut.
6. Minat Sosial

Minat sosial menurut Adler berasal dari istilah Jerman, yaitu


Gemeinschaftsgefuhl, yang bermakna perasaan menjadi satu dengan umat
manusia. Seseorang dengan Gemeinschaftsgefuhl yang berkembang dengan baik
akan berjuang untuk kesempurnaan semua manusia dalam komunitas masyarakat
yang ideal. Adler menyatakan bahwa minat sosial merupakan kondisi alamiah dari
manusia dan bahan perekat yang mengikat masyarakat bersama-sama. Inferioritas
alamiah menyebabkan manusia mengikatkan diri bersama-sama untuk membentuk
masyarakat. Minat sosial adalah suatu keharusan untuk melestarikan umat
manusia.

6.1. Sumber dari Minat Sosial

Minat sosial berasal dari potensi dalam setiap orang, namun hal ini harus
dikembangkan sebelum dapat dijadikan sebagai gaya hidup yang bermanfaat.
Minat sosial bersumber dari hubungan ibu dan anak selama bulan-bulan pertama
masa kanak-kanak. Kemudian setiap individu yang berhasil melewati masa kanak-
kanak dirawat oleh pengasuh yang memiliki sejumlah minat sosial. Setiap orang
memiliki benih minat sosial yang dikembangkan selama tahun-tahun pertama
kehidupan mereka.

Kedua orang tua memengaruhi minat sosial seorang anak dengan cara yang
berbeda. Tugas seorang ibu adalah mengembangkan ikatan yang mendorong
kedewasaan minat sosial anak dan membantu berkembangnya minat bekerja
sama. Idealnya, ibu harus memiliki cinta yang tulus dan mengakar untuk
anaknya. Hubungan kasih yang sehat berkembang dari perhatian yang tulus untuk
anaknya, suaminya, dan orang lain.

Ayah yang ideal bekerja sama dengan ibu dalam memperhatikan dan
memperlakukan anak sebagai manusia. Adler menyatakan bahwa seorang ayah
yang berhasil adalah ayah yang bisa menghindari dua kesalahan, yaitu
keterlepasan emosional dan sikap otoriter orang tua. Keterlepasan emosional
seorang ayah menyebabkan anak membentuk tujuan yang didasari oleh
superioritas pribadi daripada minat sosial. Sikap otoriter orang tua menyebabkan
gaya hidup yang tidak sehat. Adler meyakini bahwa setelah umur 5 tahun, efek
keturunan dikaburkan oleh pengaruh kuat dari lingkungan sosial anak.

6.2. Pentingnya Minat Sosial

Bagi Adler, minat sosial adalah satu-satunya standar untuk menilai seberapa
berharganya seseorang. Minat sosial adalah standar yang digunakan untuk
menentukan seberapa bermanfaatnya hidup seseorang. Individu yang sehat dan
dewasa secara psikologis, memiliki minat sosial pada tingkat tertentu, dimana ia
menaruh perhatian pada sesama dan memiliki tujuan keberhasilan yang mencakup
kesejahteraan manusia. Seseorang membentuk gaya hidup yang bermanfaat atau
tidak bermanfaat secara sosial tergantung pada bagaimana orang tersebut
memandang perasaan inferior yang ada dalam dirinya.

7. Gaya Hidup

Istilah gaya hidup digunakan Adler untuk menunjukan selera hidup


seseorang. Gaya hidup mencakup tujuan seseorang, konsep diri, perasaan
terhadap orang lain dan sikap terhadap dunia. Gaya hidup merupakan hasil
interaksi antara keturunan atau bawaan lahir, lingkungan dan daya kreatif yang
dimiliki seseorang. Gaya hidup seseotang terbentuk dengan cukup baik ketika
mencapai umur 4-5 tahun.

Individu yang secara psikologis tidak sehat sering menjalani hidup yang
tidak fleksibel yang ditandai dengan ketidakmampuan untuk memilih cara baru
dalam bereaksi dengan lingkungannya. Individu yang sehat secara psikologis
cenderung berperilaku dengan cara yang berbeda dan fleksibel dalam gaya hidup
yang kompleks, terus berkembang, dan berubah.
8. Daya Kreatif

Daya kreatif (creative power) adalah konsep dinamis yang menggambarkan


karakteristik hidup yang paling penting, yaitu pergerakan. Kehidupan psikis
mencakup pergerakan menuju tujuan dan pergerakan dengan arah. Daya kreatif
membuat individu mengendalikan kehidupannya sendiri, bertanggung jawab akan
tujuan akhir, menentukan cara yang digunakan untuk meraih tujuan tersebut, dan
berperan dalam bentuk minat sosial mereka.

Manusia adalah makhluk kreatif yang lebih dari sekadar hasil dari faktor
keturunan dan lingkungan semata. Manusia berekasi terhadap lingkungan,
melakukan tindakan atasnya dan menyebabkan lingkungan bereaksi terhadap
mereka.

Adler menggunakan analogi “hukum ambang pintu rendah”. Dimana


individu yang sehat secara psikologis akan menggunakan kemampuan berpikir
kreatif dan memecahkan masalah dengan baik.

9. Perkembangan Abnormal

Adler meyakini bahwa manusia adalah gambaran dari apa yang mereka
ciptakan dalam hidupnya sendiri. Daya kreatif membantu manusia menjadi sehat
atau tidak sehat secara psikologis.

Menurut Adler (1956), faktor yang mendasari ketidakmampuan untuk


menyesuaikan diri adalah minat sosial yang tidak berkembang. Sehingga
memunculkan karakteristik orang-orang neurotis, diantaranya;

1. Menetapkan tujuan yang terlalu tinggi,


2. Hidup dalam dunianya sendiri,
3. Dan mempunyai gaya hidup yang kaku dan dogmatis.

Untuk mengompensasi perasaan inferior yang berlebihan, individu


mempersempit cara pandanganya dan berjuang secara kompulsif serta kaku untuk
mencapai tujuannya yang tidak realistis. Sifat dasar seorang neurotis, yaitu
berlebihan dan tidak realistis, menyebabkan mereka terpisah dari orang lain. Cara
mereka memandang dunia berfokus pada “makna pribadi”. Mereka setiap hari
menjalani hidup dengan kerja keras dan usaha yang besar.

Faktor penyebab ketidakmampuan menyesuaikan diri, diantaranya;

 Kelemahan fisik yang berlebihan, menyebabkan perasaan inferior


yang berlebihan untuk melakukan kompensasi terhadap kelemahan
mereka. Mereka cenderung terlalu peduli pada diri mereka sendiri dan
kurang mempertimbangkan keadaan orang lain.
 Gaya hidup manja. Individu yang manja cenderung memiliki minat
sosial yang lemah, dan memiliki hasrat yang kuat untuk terus
mempertahankan hubungan yang bersifat ketergantungan. Karakteristik
yang menonjol dari mereka adalah putus asa yang berlebihan,
kebimbangan, oversesitif, tidak sabar, emosi yang berlebihan, terutama
kecemasan. Orang tua individu yang manja cenderung menunjukkan
kurangnya kasih sayang dengan memperlakukan anak-anak mereka
secara berlebihan dan memperlakukan seolah-olah anak mereka tidak
mampu menyelesaikan masalah mereka sendiri.
 Gaya hidup terabaikan terbentuk karena perasaan tidak dicitai dan
tidak diinginkan. Anak gaya hidup terabaikan cenderung lebih mudah
menaruh curiga dan memiliki kemungkinan besar untuk membahayakan
orang lain.

Kecenderungan untuk melindungi (safeguarding tendencies) membuat


manusia mampu menyembunyikan citra diri mereka yang tinggi dan
mempertahankan gaya hidup yang mereka jalani saat ini. Kecenderungan untuk
melindungi sebagian besar dilakukan dengan sadar. Adler (1956) mengaitkan
kecenderungan untuk melindungi dengan hal-hal yang berkenaan dengan
pemunculan gejala-gejala neurotik.
Apabila kecenderungan untuk melindung menjadi terlalu kaku, maka hal
tersebut dapat mendorong ke arah self-defeating behaviors . Kecenderungan untuk
melindungi dapat merusak diri karena tujuan mereka akan kepentingan diri sendiri
dan superioritas pribadi menghalangi mereka untuk memperoleh penghargaan diri
yang sebenarnya. Terdapat beberapa kecenderungan untuk melindungi, yaitu
excuse, agresi, dan menarik diri.

a. Membuat Alasan
Membuat alasan (excuse) diekspresikan dalam bentuk “Ya, tetapi” atau
“Jika ya”. Alasan-alasan digunakan untuk melindungi rasa penghargaan
diri yang lemah dan mengecoh orang untuk meyakini bahwa mereka
lebih superior daripada yang sesungguhnya.
b. Agresi
Beberapa orang menggunakan agresi untuk melindungi superioritas
mereka yang berlebihan, yaitu melindungi penghargaan-diri mereka
yang rapuh. Bentuk-bentuk agresi sebagai kecenderungan untuk
melindungi, diantaranya;
 Depresiasi, yaitu kecenderungan untuk menilai rendah pencapaian
orang lain dan meninggikan penilaian terhadap diri sendiri, dengan
tujuan untuk merendahkan orang lain, sehingga individu yang
berbicara tersebut memiliki posisi yang lebih baik.
 Dakwaan (accusation), yaitu kecenderungan untuk menyalahkan
orang lain atas kegagalan yang terjadi dan membalas dendam demi
melindungi harga dirinya yang lemah. Orang yang tidak sehat secara
psikologis cenderung bertindak untuk membuat orang lain di
sekitarnya lebih menderita daripada dirinya.
 Mendakwa diri sendiri (self-accusation) ditandai dengan menyiksa
diri sendiri dan memenuhi diri sendiri dengan perasaan bersalah.
Mendakwa diri sendiri menurut Adler, yaitu merendahkan dirinya
untuk menimbulkan penderitaan pada orang lain sambil melindungi
harga dirinya yang dibesar-besarkan.
c. Menarik Diri (Withdrawal)
Beberapa orang secara tidak sadar melarikan diri dari masalah hidup
dengan membuat jarak antara dirinya dengan masalah-masalah yang
dihadapi. Terdapat 4 cara perlindungan dalam menarik diri yang
diungkapkan Adler, diantaranya;
 Bergerak mundur (moving backward), yaitu kecenderungan
untuk melindungi tujuan superioritas fiksional dengan secara
psikologis kembali pada periode kehidupan yang lebih aman.
Bergerak mundur seringkali disadari dan bertujuan untuk
memperoleh simpati.
 Berdiam diri (standing still), dimana individu tidak bergerak ke
arah manapun, dan menghindari semua tanggung jawab dengan
melindungi diri mereka sendiri dari ancaman kegagalan. Mereka
melindungi harapan fiksional karena tidak pernah melakukan
sesuatu untuk membuktikan bahwa mereka tidak mampu
menyelesaikan tujuan-tujuan tersebut.
 Keragu-raguan (hesitating). Adler meyakini bahwa perilaku-
perilaku kompulsif bertujuan untuk membuang-buang waktu.
 Membangun Penghalang (constructing obstacle). Dengan
mengatasi masalah, individu melindungi penghagaan-diri dan
wibawa mereka. Jika mereka gagal mengatasinya, mereka selalu
bisa mencari alasan.

10. Masculin Protest

Menurut Adler, kehidupan psikis wanita pada dasarnya sama dengan pria.
Adler meyakini bahwa budaya dan praktik sosial memengaruhi banyak pria dan
wanita dalam melebih-lebihkan pentingnya kejantanan, suatu kondisi yang disebut
Adler sebagai masculine protest.
Anak laki-laki cenderung lebih banyak diajarkan untuk menjadi maskulin,
berarti menjadi berani, kuat, dan dominan. Sedangkan, anak perempuan belajar
untuk menjadi pasif dan menerima posisi inferior dalam masyarakat. Beberapa
wanita melakukan perlawanan terhadap peran feminin mereka dengan berbagai
cara yang dipengaruhi faktor budaya dan sosial. Perlawanan terhadap feminin
mereka dilakukan dengan cara;

 Membentuk orientasi maskulin dan menjadi asertif dan kompetitif,


 Individu lain memberontak dengan menerapkan peran pasif, tidak
berdaya, dan patuh secara berlebihan,
 Yang lain berhenti meyakini bahwa mereka adalah makhluk inferior,
mengakui posisi pria yang istimewa dengan mengalihkan tanggung
jawab pada mereka.

11. Penerapan Psikologi Individual


a. Konstelasi Keluarga

Konstelasi keluarga, yaitu urutan kelahiran, gender dari saudara kandung,


dan umur yang terbentang di antara mereka. Menurut Adler (1931), anak sulung
cenderung memiliki perasaan berkuasa dan superioritas yang kuat, kecemasan
tinggi, dan kecenderungan overprotective. Anak sulung sempat menjadi anak
tunggal selama beberapa waktu, kemudia mengalami penurunan posisi kerena
kelahiran adiknya. Peristiwa tersebut mengubah situasi dan cara pandang anak
terhadap dunia secara signifikan.

Menurut Adler, anak kedua memulai hidup dalam situasi yang lebih
baik untuk mengembangkan kerjasama dan minat sosial. Kepribadian anak
kedua dibentuk oleh persepsi mereka tentang sikap anak sulung terhadap
mereka. Anak kedua tumbuh dengan memiliki daya saing yang cukup serta
keinginan yang sehat untuk mengalahkan saingannya yang lebih tua. Jika anak
mencapai suatu keberhasilan, anak tersebut kemungkinan besar akan terbentuk
sikap revolusioner dan menganggap bahwa setiap otoritas bisa ditantang.
Menurut Adler anak bungsu biasanya yang paling dimanjakan dan
akibatnya anak memiliki risiko tinggi menjadi anak yang bermasalah. Mereka
cenderung memiliki perasaan inferior yang kuat dan kurangnya rasa
kemandirian. Mereka memiliki motivasi tinggi untuk melebihi kakak-kakaknya
dan ingin selalu unggul dalam segala hal.

Anak tunggal tidak bersaing dengan saudaranya, namun terhadap ayah atau
ibunya. Mereka seringkali membentuk rasa superioritas tinggi dan konsep diri
yang besar.

Urutan
Sifat Positif Sifat Negatif
Kelahiran
Anak  Merawat dan melindungi  Memiliki kecemasan yang
sulung orang lain. tinggi.
 Organisator yang baik.  Memiliki perasaan berkuasa
yang berlebihan.
 Permusuhan secara tidak sadar.
 Berjuang untuk mendapat
pengakuan.
 Harus selalu “benar”,
sedangkan yang lain selalu
“salah”.
 Cenderung keras dalam
mengkritik orang lain.
 Tidak bisa bekerja sama.
 Memiliki motivasi tinggi  Daya saing tinggi.
Anak  Bisa bekerja sama  Mudah berkecil hati.
Kedua  Memiliki daya saing yang
cukup.
Anak  Ambisi yang realistis.  Gaya hidup manja.
Bungsu  Bergantung pada orang lain.
 Ingin selalu unggul dalam
segala hal.
 Ambisi yang tidak realistis.
 Perasaan superior yang
berlebihan.
Anak
 Matang secara sosial.  Sifat kerja sama yang rendah.
Tunggal
 Harga diri yang tinggi.
 Cara hidup manja.

b. Ingatan masa kecil (early recollection – ER)

Adler menegaskan bahwa ingatan masa kecil selalu konsisten dengan gaya
hidup individu saat ini, dan bahwa laporan subjektif mereka tentang
pengalaman ini menghasilkan pemahaman tentang tujuan dan gaya hidup
mereka saat ini. Adler meyakini bahwa ingatan akan pengalaman masa kecil
sebenarnya dibentuk oleh gaya hidup yang dijalani seseorang.

c. Mimpi

Meskipun mimpi tidak dapat meramalkan masa depan, mimpi dapat


memberikan petunjuk untuk mengatasi masalah di masa depan. Namun orang
yang bermimpi tidak ingin menyelesaikan masalah secara produktif. Adler
menyatakan bahwa kebanyakan mimpi bersifat menipu dan tidak mudah dipahami
oleh orang yang bermimpi.

Mimpi membuka selubung tentang gaya hidup seseorang, tetapi mimpi


mengecoh si pemimpi dengan menyajikan sebuah pencapaian dan kekuasaan yang
tidak realistis dan berlebihan.

d. Psikoterapi

Teori Adlerian menyatakan bahwa psikopatologi berasal dari kurangnya


keberanian, perasaan inferior yang berlebihan, dan minat sosial yang kurang
berkembang. Tujuan psikoterapi Adlerian adalah untuk meningkatkan
keberanian, mengurangi perasaan inferior, dan menumbuhkan minat sosial.
Tugas tersebut tidak mudah karena pasien berusaha untuk mempertahankan
pandangan terhadap diri mereka sendiri yang sudah menetap dan nyaman. Adler
mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat mendorong pasien untuk
mempelajari tujuan-tujuan hidup mereka dan melihat bahwa mereka sendiri yang
bertanggung jawab terhadap penderitaan mereka.

12. Kritik terhadap Adler

Berdasarkan kriteria dari sebuah teori yang bermanfaat, teori Adlerian


memiliki sejumlah kelebihan dan kekurangan, diantaranya;

 Teori Adler, seperti teori Freud, menghasilkan banyak konsep


yang sulit untuk dibuktikan atau disanggah.
 Banyak penelitian yang didasarkan pada teori psikologi individual.
Aktivitas penelitian pada skala-skala minat sosial dan urutan
kelahiran, ingatan masa kecil, dan gaya hidup, memberikan teori
Adlerian peringkat yang cukup hingga tinggi pada kemampuannya
untuk mengembangkan penelitian.
 Psikologi individual juga cukup luas untuk mencakup penjelasan
yang mungkin untuk apa yang sudah diketahui dari perilaku dan
perkembangan manusia.
 Teori Adlerian memiliki nilai yang tinggi dalam kemampuannya
memberikan panduan pemecahan masalah.
 Teori Adlerian mempunyai kekurangan dalam definisi operasional
yang tepat, sehingga dapat menyebabkan kesulitan dalam penelitian.
 Psikologi individual berada dalam taraf rata-rata dalam hal
kesederhanaan atau parsimony.
DAFTAR PUSTAKA

Feist, J. & Feist, G. J. (2017). Teori Kepribadian Buku 1: Edisi 7. Jakarta: Salemba
Humanika.

Alwisol. (2007). Psikologi Kepribadian. UPT Penerbitan Universitas Mulahammadyah


Malang.

Anda mungkin juga menyukai