Anda di halaman 1dari 18

Bab I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Alfred Adler lahir di Wina pada tahun 1870, meninggal dunia di Aberden
pada tahun 1936. Orang tuanya seorang pedangang kecil dengan empat anak laki-
laki dan dua anak perempuan. Adler seorang anak yang rapuh kesehatanya dan
mengidap penyakit rakitis (tulang) yang menyebabkan jalanya pincang.
Kata individual, dari kata individu, tidak dimengerti sebagai individu yang
terlepas dari komunitas (masyarakat), tetapi sebagai bagian integralnya
(pengertian etimologis kata yang bersangkutan).
Metode finalistik menurut adler lebih menekankan dari mana datangnya
aksi, tetapi kearah mana, dan apa tujuan akhirnya. Karena itu, dia menolak
determinisme, tendensi bawaan, baik yang diwarisi dari keluarga maupun dari
lingkungan hidup.
Gaya hidup tidak mungkin mengatasi kekurangan seseorang dengan cara
mengesampingkan dari kehidupanya. Perubahan hanya akan terjadi dengan
adanya perampokan gaya hidup. Di dalamnya, opini seseorang tentang dirinya
memainkanperanan penting ini merupakan basis kegiatannya. Menurut Adler gaya
hidup itu di tentukan oleh inferioritas yang khusus, jadi gaya hidup itu adalah
suatu bentuk kompensasi terhadap kekurangansempurnaan tertentu.
Adler yakin bahwa individu memulai hidup dengan kelemahan fisik yang
mengaktifkan perasaan interior, perasaan yang menggerakkan orang untuk
berjuang menjadi superiota atau untuk menjadi sukses. Pada awal pengembangan
teorinya, Adler menunjuk agresi sebagai kekuatan dinamik yang melatar
belakangi semua motivasi, kemudian diganti menjadi konsep “perjuangan menjadi
superiorita.”
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana sejarah dan dinamika kepribadian menurut Alfred Adler?
2. Apa-apa saja teori kepribadian menurut Alfred Adler?
C. TUJUAN
1. Dapat mengetahuisejarah dan dinamika kepribadian menurut Alfred
Adler?
2. Dapat mengetahui teori kepribadan menurut Alfred Adler?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Alfred Adler

Alfred Adler lahir di Wina pada tahun 1870. Dia menyelesaikan studinya
dalam lapangan kedokteran pada Universitas Wina pada tahun 1895. Mula-mula
dia mengambil spesialisasi dalam Ophtthalmologi, dan kemudian dalam lapangan
psikiatri. Alfred Adler mulai sebagai penganut teori freud dan menjadi anggota
serta akhirnya menjadi presiden “Masyarakat Psikoanalisis Wina”. Namun dia
segera mengembangkan pendapatnya sendiri yang menyimpang dari pendapat
Freud. Dia kemudian membentuk kelompoknya sendiri, yakni individual
psychology pada tahun 1911.

Sejak tahun 1935 dia menetap di Amerika Serikat. Di sana dia


melanjutkan praktenya sebagai ahli syaraf dan juga menjadi guru besar dalam
psikologi medis di Long Island College of Medicine. Dan meninggal dunia di
Aberden pada tahun 1937 dalam perjalanan keliling untuk memberikan ceramah.

Seperti halnya dengan psikoanalisa, teori Adler berkembang dengan pesat,


walaupun pengaruh psikoanalisis tdak seluas pengaruh psikoanalisis, terutama
karena adler dengan pengikut-pengikutnya mempraktekkan teorinya dalam
lapangan, pendidikan juga du Amerika Serikat pengaruh individual Psychologie
itu cukup produktif, dan banyak tulisan-tulisannya, salah satu hasi karyanya yang
oleh para ahli dianggap representative ialah praxis und Theorie der individual
Psychologie.

B. Teori dan Dinamika Kepribadian Alfred Adler


1. Individual sebagai pokok persoalan
Adler memberi takanan kepada pentingnya sikap khas (unik) dalam
kepribadian, yaitu individualitas, kebulatan serta sifta-sifat pribadi manusia.
Menurut Adler tiap orang adalah suatu konfigurasi motif-motif, sifat-sifat, serta
nilai-nilai yang khas dalam tiap tingkah laku yang dilakukan oleh seseorang
membawakan corak khas gaya kehidupannya yang bersifat individual.
2. Perjuangan menjadi sukses atau superiota
Adler yakin bahwa individu memulai hidup dengan kelemahan fisik yang
mengaktifkan perasaan interior, perasaan yang menggerakkan orang untuk
berjuang menjadi superiota atau untuk menjadi sukses. Pada awal pengembangan
teorinya, Adler menunjuk agresi sebagai kekuatan dinamik yang melatar
belakangi semua motivasi, kemudian diganti menjadi konsep “perjuangan menjadi
superiorita.”
 Fictonal Final Goals

Menurut adler untuk membimbing tingkah laku, setiap orang menciptakan


Tujuan Final yang Semu (Fictional Final Goal), tujuan dari semu itu karena
mereka tidak harus didasarkan pada kenyataan, tetapi tujuan itu lebih
menggambarkan fikiran orang itu mengenai bagaimana seharusnya kenyataan itu
didasarkan pada interpretasi subjektifnya mengenai dunia. Tujuan final adalah
hasil dari kekuatan kreatif individu; kemampuan untuk membentuk tingkahlaku
diri dan menciptakan kepribadian diri. Pada usia 4 atau 5 tahun, fikiran kreatif
anak mencapai tingkat perkembangan yang membuat mereka mampu menentukan
tujuan final, bahkan bayi sesunggusnya sudah memiliki dorongan (yang dibawa
sejak lahir) untuk tumbuh, menjadi lengkap, atau sukses. Karena mereka kecil,
tidak lengkap, dan lemah, mereka merasa inferior dan tanpa tenaga untuk
mengatasi keadaan ini mereka menetapkan tujuan final menjadi besar, lengkap
dan kuat. Tujuan final semacam ini mengurangi penderitaan akibat perasaan
inferior, dan menunjukkan arah menuju superita dan sukses.

 Mengatasi inferioritas dan menjadi superiorita: Dorongan maju


Inferiorita bagi Adler berarti perasaan lemah dan tidak trampil dalam
menghadapi tugas yang harus diselesaikan. Bukan rendah diri terhadap orang lain
dalam pengertian yang umum, walaupun ada unsur membandingkan dan
berpengalaman. Superiorita, pengertianya mirip dengan pengertian transendensi
sebagai awal realisasi diri dari Jung, atau aktualisasi dari Horney dan Maslow.
Superiorita bukan lebih baik dibanding orang lain atau mengalahkan orang lain,
tetapi berjuang menuju superiorita berarti terus menerus berusaha menjadi lebih
baik, menjadi semakin dekat dan semakin dekat dengan tujuan final.
Perasaan inferiorita yang melahirkan perjuangan, dan bersama-sama
keduanya menjadi dorongan maju yang sangat besar yang untuk menjadi lebih
baik dari sebelumnya. Dorongan ini menurut Adler dibawa sejak lahir dan
menjadi tenaga bagi semua orang.
3. Pengamatan Subyektif (Subjective perceptions)
Tujuan final yang fiktif bersifat subyektif, artinya seseorang menetapkan
tujuan-tujuan untuk diperjuangkan berdasarkan interpretasinya tentang fakta,
kepribadian manusia dibangun bukan karena realita, tetapi oleh keyakinan
subyektif orang mengenai masa depanya. Pandangan subyektif yang terpenting
adalah menjadi superiorita atau tujuan menjadi sukses, tujuan yang diciptakan
pada awal kehidupan, yang hanya dipahami secara kabur.
Tujuan final fiktif itu membimbing gaya hidup (style of life) manusia,
membentuk kepribadian menjadi kesatuan, dan kalau tujuan itu dapat dipahami
akan memberi tujuan kepada semua tingkahlaku.
Karena semua orang memulai hidup dalam keadaan kecil, lemah dan
inferior, lalu orang mengembangkan sistem untuk mengatasi kelemahan fisik
menjadi kuat atau superior.
4. Kesatuan (unity) Kepribadian
Psikologi kepribadian menekankan pentingnya utinitas kepribadian.
Fikiran perasaan, dan kegiatan dan semuanya diarahkan kesatu tujuan tunggal atau
mengejar satu tujuan.
 Logat Organ(Organ Dialect)
Uniti kepribadian bukan hanya kesatuan aspek-aspek kejiawaan seperti
motivasi, perasaan, dan fikiran, tetapi uniti juga meliputi keseluruhan organ tubuh.
Gejala-gejala fisik, misalnya kelemahan organ tertentu bukan suatu jiwa yang
terpisah, tetapi mungkin kelemahan itu berbicara tentang tujuan individu, yang
oleh Adler dinamakan logat organ (organ Dialect) atau bahasa organ (organ
Jargon).
Misalnya, orang yang mengalami aristis rematik, tanganya dan
persendianya yang kaku, mengungkapkan seluruh gaya hidupnya. Seperti mereka
menangis, lihat penyakit saya, lihat kesulitan saya, kamu tidak dapat
mengharapakn saya untuk melakukan pekerjaan. Tanpa satu ucapanpun, tanganya
mengatakan keinginannya untuk mendapat simpati dari orang lain.
 Kesadaran dan tak sadar
Menurut Adler, tingkah laku tak sadar adalah bagian dari tujuan final yang
belum di formulasi dan belum dipahami secara jelas. Pikiran sadar adalah apa saja
yang dipahami dan diterima individu untuk membantu perjuangan menjadi sukses.
Apakah pikiran itu disadari atau tak disadari, tujuan satu-satunya itu untuk
mencapai superior atua menjadi sukses.
Freud memakai gunung es sebagai ilustrasi untuk menggambarkan antara
sadar dan tak sadar, kesadaran diartikan sebagai bagian yang muncul dari
permukaan dan lebih sedikit berperan dalam manusia, dan ketidaksadaran
diartikan sebagai bagian yang sangat besar dari yang berada di bawah permukaan
air laut atau yang paling banyak dalam diri. Sedangkan Adler memakai ilustrasi
mahkota dan akar pohon, keduanya berkembang kearah yang berbeda untuk
mencapai tujuan kehidupan yang sama.
5. Minat Sosial (Social Interest)
Menurut Adler, Iteres sosial adalah bagian dari hakekat manusia dan
dalam besaran yang berbeda muncul pada tingkah laku setiap orang, criminal,
psikopatik, atau orang yang sehat.
 Perkembangan minat sosial
Walaupun minat sosial itu dilahirkan, menurut adler terlalu lemah atau
kemungkinan untuk dapat berkembang sendiri. Maka dari itu tugas orang tua
untuk mengembangkan potensi pada anaknya.
Karena interes sosial di kembangkan melalui hubungan ibu-anak, seiap
anak akan memilki interes sosial dalam kadar tertentu. Tugas ibu mendorong
kemasakan minat sosial anaknya, melalui ikatan hubungan ibu yang kooperatif.
 Perlunya Minat Sosial
Kehidupan sosial dalam pandangan Adler merupakan sesuatu yang alami
bagi manusia, dan minat sosial adalah perekat dari kehidupan sosial itu. Tanpa
perlindungan dan asuhan orang tuanya, bayi akan mati. Menurut Adler bayi secara
alami mengembangkan cinta dan kasih saying dengan orang lain.
ketidakberdayaan bayi menjadi predisposisi mendapat perlakuan keibuan. Sejak
awal bayi mengembangkan minat sosial.
6. Gaya hidup (style of life)
Setiap manusia memiliki tujuan, merasa inferior, berjuang menjadi
superior. Gaya hidup adalah cara yang unik dari setiap orang dalam berjuang
mencapai tujuan khusus yang telah ditentukan orang itu dalam kehidupan tertentu
dimana dia berada.
Gaya hidup adalah pengertian yang sentral dalam teori Adler tetapi juga
pengertian yang paling sukar dijelakan. Gaya hidup ini adalah prinsip yang dpat
diapakai landasan untuk memahami tingkah laku seseorang, inilah yang melatar
belakangi sifat khas seseorang. Tiap orang punya gaya masing-masing. Tiap orang
punya tujuan sama yaitu mencapai superioritas, namun caranya untukn
mengerjakan tujuan itu boleh dikatakan tak berhingga banyaknya, ada yang
dengan mengembangakan akalnya, ada yang dengan melatih otot-ototnya, dan
sebaliknya.
Menurut Adler gaya hidup itu di tentukan oleh inferioritas yang khusus,
jadi gaya hidup itu adalah suatu bentuk kompensasi terhadap kekurangan
sempurnaan tertentu.
Teori Adler tentang gaya hidup sebagai dasar tungkah laku ini akhirnya
tidak memuaskan dia sendiri. Karena hal ini dipandangnya terlalu sederhana dan
terlalu sederhana dan terlalu mekanistris. Karena itu dicarinya pengertian yang
lebih memada, dan akhirnya hal ini dikemukakannya, diri yang kreatif.
Jumlah gaya hidup sebanyak jumlah orang didunia. Misalnya, seseorang
mungkin berusaha menjadi superior dalam kekuatan dan kemampuan fisik, dan
orang lain mungkin berusaha berprestasi secara intelektual.
Gaya telah terbentuk sejak usia 4-5 tahun, gaya hidup ini tidak hanya di
tentukan oleh kemampuan intrinsik (hereditas) dan lingkungan obyektif, tetapi
dibentuk oleh anak melalui pengamatanya dan interpretasinya terhadap keduanya.
7. Kekuatan Kreatif Self (creative Power Of The Self)
Self kreatif merupakan puncak prestasi Adler sebagai teoritisi kepribadian.
Self kreatif atau kekuatan kreatif adalah kekuatan ketiga yang paling menentukan
tingkah laku, penggerak utama, yang membawahi dua kekuatan dan konsep-
konsep lainnya, kekuatan pertama: heredity, kekuatan kedua: lingkungan).
Diri yang kreatif adalah penggerak utama, pengangan filsafat sebab
pertama bagi semua tingkah laku. Sukarnya menjelaskan soal ini ialah karena
orang tak dapat menyaksikannya lewat manifastasinya, inilah yang mengantarai
antara perangsang yang dihadapi individu dengan response yang dilakukannya.
Diri yang kreatif inilah yang memberikan arti kepada hidup, yang menetapkan
tujuan serta membuat alat untuk mencapainya.
Adler berpendapat bahwa setiap orang memiliki kekuatan untuk bebas
menciptakan gaya hidupnya sendiri-sendiri.manusia itu sendiri yang bertanggung
jawab tentang siapa dirinya dan bagaimana dia bertingkahlaku. Manusia
mempunyai kekuatan kreatif untuk mengontrol kehidupan dirinya, bertanggung
jawab mengenai tujuan finalnya, menentukan cara untuk memperjuangkan dirinya
dalam mencapai tujuan, dan menyumbang pengembangan minat sosial.
Konsep Adler mengenai kreativitas self jelas menggambarkan pandangan
yang anti mekanistik, manusia bukan penerima pengalaman yang pasif seperi teori
Freud tetapi manusia adalah pemerang yang timbul dari dalam diri.
8. Perkembangan Abnormal
Menurut Adler, minat sosial yang tidak berkembang menjadi faktor yang
melatar belakangi semua jenis yang selaras (malajusment). Disamping minat
sosial yang buruk, penderita neurotic cenderung membuat tujuan yang terlalu
tinggi, memakai gaya hidup yang dokamatik, dan hidup dalam dunianya sendiri.
 Faktor Eksternal yang Selaras
Ada tiga faktor yang bisa membuat orang menjadi selaras. Dan ketiga
faktor ini tidak perlu muncul secara bersamaan cukup satu faktor saja untuk
membuat orang menjadi abnormal. Tiga faktor ini adalah: cacat fisik yang buruk,
gaya hidup manja, dan gaya hidup yan diabaikan.
 Cacat fisik yang buruk
Cacat yang sangat buruk, apakah dibawa dari lahir atau akibat
kecelakaan/ penyakit, sangat mempengaruhi kepribadian seseorang
untuk selaras. Cacat itu harus diikuti oleh perasaan inferiorita yang
berlebihan.
 Gaya hidup manja (pampered)
Gaya hidup manja menjadi sumber utama penyebab sebagian besar
neurosis. Anak yang dimanja mempunyai minat sosial yang kecil dan
tingkat aktifitas yang rendah.
Anak yang dimanja tidak mendapat cinta yang lebih, tetapi justru
kurang dicintai. Mereka terlalu dilindungi, dijaga, ditutupi, dan
dipisahkan dari tanggung jawab. Orang tuanya menunjukkan rasa
tidak cintanya dengan mengerjakanya terlalu banyak untuk mereka
dan mempermalukan mereka layaknya mereka tidak mampu
memecahkan masalahnya sendiri.
 Gaya hidup diabaikan
Anak yang merasa tidak dicintai dan tidak dikehendaki , akan
mengembangkan gaya hidup diabaikan. Diabaikan merupakan konsep
yang relative, tidak ada orang yang merasa mutlak diabaikan atau
mutlak di kehendaki. Kenyataan bahwa anak selamat melewati masa
bayi adalah bukti ada seseorang yang merawatnya, itu berarti ada bibit
minat sosial didalam jiwanya.
 Kecenderungan pengamanan (safeguarding)
Semua penderita neurotic menciptakan pengamanan terhadap harga
dirinya. Gejala itu berperan sebagai kecenderungan pengamanan, dan
mempertahankan gaya hidup neurotic. Konsep kecenderungan pengamanan mirip
dengan konsep mekanisme pertahanan dari Freud. Keduanya adalah symptom
yang dibentuk sebagai proteksi terhadap self atau ego. Namun ada beberapa
perbedaan antara keduanya. Pertama mekamisme pertahanan melindungi ego dari
kecemasan instingtif, sedang kecenderungan pengamanan melindungi self dari
tuntutan luar. Kedua, mekanisme pertahanan merupakan gejala umum yang
dilakukan semua orang, sedang kecenderungan pengamanan merupakan salah satu
symptom neurotic, walaupun mungkin setiap orang normal atau abnormal
memakai kecenderungan itu untuk mempertahankan harga diri. Ketiga,
mekanisme pertahanan beroperasi pada tingkat tak sadar, sedang kecenderungan
pengamanan bekerja pada tingkat sadar dan taksadar.
 Sesalan (Excuses)
Kecenderungan pengamanan yang paling umum adalah sesalan. Orang
yang neurotik, atau juga orang normal, biasa memakai sesalan: ya, tetapi,
dan sesungguhnya kalau.”
- Pada sesalan “ya, tetapi” orang pertama menyatakan apa yang
sesungguhnya mereka senang mengerjakannya, sesuatu yang terdengar
bagus untuk orang lain, kemudian diikuti dengan pertanyaan sesalan.
- Sesalan “sesungguhnya kalau” dinyatakan dengan cara berbeda.
Contoh sesungguhnya jika keluarga saya memberi dukungan, saya
mungkin akan bisa cepat dalam profesi saya.
 Agresi
Penderita neurotik memakai agresi untuk pengamanan kompleks superior
yang berlebihan, melindungi harga diri yang rentan. Ada tiga macam
agresi, yaitu depresiasi, akusasi, dan akusasi diri.
- Merendahkan (depreciation) adalah kecenderungan menilai rendah
prestasi orang lain dan menilai tinggi prestasi diri
sendiri.kecenderungan pengamanan ini ada pada tingkahlaku agresi
seperti sadism, gossip kecemburuan, dan tidak toleran. Maksud di
balik depresiasi adalah untuk mengecilkan orang lain sehingga kalau
dibandingkan penderuta akan menjadi lebih baik.
9. Pandangan Teleologis (Finalisme Semu)
Sehabis memisahkan diri dari Freud,Adler lalu sangat dipengaruhi oleh
filsafat “seakan-akan” yang di rumuskan oleh Hans Vaihinger dalam bukunya
yang berjudul Die Philosophie des Als-Ob (1911). Vaihiger mengeukakan bahwa
manusia hidup dengan berbagai macam cita-cita atau pikiran yang semata-mata
bersifat semu, yang tidak ada buktinya atau pasangan yang realitas. Dalam artian
realitas yaitu manusia dicipatakan sama’, Kejujuran adalah politik yang paling
baik”, kejujuran mengesahkan alat dan sebagainya. Gambaran-gabaran semu itu
memungkinkan manusia untuk menghadapi realitas lebih baik. Gambaran semu
itu adalah pangkal dua penolong yang apabila tidak ada kegunaanya dapat
dibuang.
Adler mengambil ajaran filsafat positivesme idealitas yang bersifat
pragmatis itu dan disesuaikan dengan pendapatnya sendiri. Di dalam filsafat
Vainhinger berkata bahwa Adler menemukan penggati determinisme historis
Freud yang menekankan Faktor konstitusional serta pengalaman masa kanak-
kanak. Adler menemukan bahwa manusia lebih didorong oleh harapan-
harapannya terhadapat masa depan daripada pengalaman-pengalaman masa
lampaunya.
 Dua Dorongan Pokok
Di dalam diri manusia terdapat dua dorongan pokok, yang mendorong
serta melatarbelangi segala tingkah lakunya, yaitu:
a. Dorongan kemasyarakatan yang mendorong manusia bertindak yang
mengabdi kepada masyarakat; dan
b. Dorongan keakuan, yang mendorong manusia bertindak yang
mengabdinkepada aku sendiri.
Mengenai dororngan keakuan ini pendapat Adler mengalami
perkembangan. Sejak tahun 1900 dia telah sampai pada kesimpulan bahwa
dorongan agresif lebih penting dari pada dorongan seksual. Kemudian nafsu
agresif ( Geltungstrieb) itu diganti dengan keinginan berkuasa (Wille Zue Macht),
dan lebih kemudian lagi hal ini digantinya dengan dorongan untuk superior,
dorongan untuk berharga, untuk lebih sempurna. Superioritas di isini bukanklah
keadaan yang objektif seperti kedudukan social yang tinggi dan sebagainya,
melainkan adalah keadaan subyektif, pengalaman atau perasaan cukup berharga.
Dorongan untuk berharga ini adalah hal yang ada dalam diri subyek, sebagai
bagian dari hidupnya. Sejak lahir sampai mati dorongan superioritas itu membawa
pribadi dari satu fase perkembangan ke fase selanjutnya. Dorongan ini dapat
menjelma ke dalam beribu-ribu bentuk atau cara.
10. Rasa rendah diri dan kompensasi
Adler memperluas pendapatnya tentang rasa rendah diri. Pengertian ini
mencakup segala rasa kurang berharga yang timbul Karena ketidak mampuan
psikologis atau social yang dirasa secara subyektif, ataupun karena kadaan
jasmani yang kurang sempurna. Pada mulanya Adler menyatakan inferioritas itu
dengan ‘kebetiaan’ dan kompensasinya disebut ‘ protes kejantanan’, akan tetapi
kemudian dia memasukkan hal itu ke dalam pengertian yang karena perasaan
kurang berharga atau kurang mampu dalam bidang penghidupan apa saja.
Misalnya saja anak merasa kurang jika membandikan dirinya dengan orang
dewasa, dan karenanya didorong untuk mencapai taraf perkembangan yang lebih
tinggi, dan apabila dia telah mencapai taraf perkembangan itu timbul lagi rasa diri
kurangnya dan di dorong untuk maju lagi, demikian selanjutnya. Adler
berpendapat bahwa rasa rendah diri itu bukanlah suatu pertanda ketidaknormalan;
melainkan justru merupakan pendorong bagia sebuah kebaikan dalam kehidupan
manusia. Tentu saja dapat juga rasa rendah diri itu berlebih-lebih sehingga
manifestasinya juga tidak normal, misalnya timbulnya kompleks rendah diri atau
kompleks untuk superior. Tetapi dalam keadaan normal rasa rendah diri itu
merupakan pendorong mendapatkan kearah kemajuan atau kesempurnaan
(superior).
Dalam pada itu perlu di catat bahwa adler bukanlah seorang hedonist;
kendatipuan rasa rendah diri itu membawa penderitaan namun hilangnya rasa
rendah diri tidak mesti berarti datangnya kenikmatan, akan tetapi mencapai
kesempurnaan.
11. Dorongan kemasyarakatan.
Pada mulu-mulanya adler hanya mementingkan dorongan keakuan-masalah
rendah diri dan usaha menjadi superior-karena itu dia mendapat banyak kecaman.
Karena itu dia, yang juga mendaji pendukung demikrasi, akhirnya memperluas
pendapatnya dan mencakup juga dorongan kemasyarakatan.
Dorongan kemasyarakatan itu adalah dasar yang dibawa sejak lahir, pada
dasarnya manusia kemungkinan adalah makhluk social. Namun sebagaimana lain-
lain kemungkinan bawaan, kemungkinan mengabdikan kepada masyarakat itu
tidak Nampak secara spontan, melainkan harus dibimbing dan dilatih.
Jadi klau diikuti perkembangan teori Adler itu makan dapat digambarkan
demikian:
1. Mula-mula manusia dianggap didorong oleh dorongan untuk
mengajar kekuatan dan kekuatan dan kekuasaan sabagai lantaran untuk
mencapai kompensasi bagi rasa rendah dirinya.
2. Selanjutnya manusia dianggapnya didorong oleh dorongan
kemasyarakatan yang dibawah sejak lahir yang menyababkan dia
menempatkan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi.
Jadi gambaran tentang manusia sempurna hidup dalam masyarakat
sempurna menggantikan gambaran tentang manusia kuat, agresif dan
menguasai serta memeras masyarakat.
Dorongan kemasyarakatan menggantikan dorongan kekuatan. Namun,
sebagai keseluruhan, kedua dorongan pokok yang telah diketengahkan di
muka itu, yaitu dorongan keakuan dan dorongan kemasyarakatan, kedua-
duanya adalah penting
Sebagaimana dinyatakan oleh Adler sendiri “dorongan untuk berkuasa,
memainkan peranan terpenting dalam perkembangan kepribadian”(Adler,
1946).
12. Tiga jalan menuju kehidupan psikis
a. Posisi seorang anak dalam keluarga (dalam hubunganya dengan
saudara-saudaranya)
Seorang anak sulung biasanya disambut dengan kegembiraan
besar, tetapi juga sering diperlukan kejam, dan kemudian “ dianaktirikan”
(diturunkan dari kedudukanya). Karena ini anak sulung bisa menjadi
seorang pesimis, pengagum kekuasaan, dan selalu mengarahkan
perhatianya ke belakang. Aanak kedua, yang tidak pernah mempunyai
kedudukan sebagai yang nomor satu (pemimpin), tidak menangisi masa
lampau, tetapi memandang ke masa yang akan datang (freud anak sulung,
adler anak kedua). Dia bisa menjadi seoarang pemberontak apbila
bertumbuh di bawah tekanan si anak sulung. Kalau anak kedua menang,
maka si sulung akan menderita. Jikaanak sulung ini perempuan, dia bisa
menjadi seorang nervous. Anak bungsu, yang tidak pernah
“dianaktirikan”, melihat ke depan dan sering berhasil dalam merealisasi
diri secara berbeda dengan saudara-saudarinya.
b. Pengalaman-pengalaman pertama
Semua kegiatan manusia merupakan gambaran dari gaya hidupnya.
Untuk orang-orang tertentu, gaya hidup ini lebih banyak tersembunyi
dibelakang kegiatan-kegiatan pribadinya, dan hanya sedikit sekali
diungkapkan secara jelas. Adler, sebagaimana dengan Freud, menekankan
peran pentingnya masa kanak-kakak, walaupun interpretasinya berbeda.
Bagi Adler, pengalaman-pengalaman pertama setiap pribadi sangat
penting artinya, tidak hanya karena mempunyai nilai tertentu, tetapi juga
karena terus diingat.
c. Mimpi-mimpi
Juga mimpi-mimpi mendapat perhatian yang sama dari Adler
sebagaimana Freud, tetapi dalam arti lain. mimpi baginya berperan
“membersihkan” jiwa dari berbagai keadaan yang kurang menguntungkan
(psike dibebaskan). Seperti orang yang bermimpi dengan mata terbuka,
dia terbebaskan dari suatu ketidakberdayaan atau dari suatu penghalang.
Sering orang bermimpi mengenai sesuatu yang sebenarnya
dilatarbelakangi oleh pengalaman tertentu.

Aplikasi
- Keadaan keluarga
Dalam terapi Adler hamper selalu menanyai kliennya mengenai
keluarga yakni, urutan kelahiran, jenis kelamin dan usia saudara
sekandung. Bahasa mengenai keluarga dapat dijadikan pertimbangan bagi
orang tua dalam mengasuh anaknya. Adler mengembangkan teori urutan
lahir, didasarkan pada keyakinan bahwa keturunan, lingkungan dan
kreativitas bergabung menetukan kepribadian.
Table, Ciri kepribadian menurut urutan kelahiran.
Anak Sulung Anak Kedua Anak Bungsu Anak Tunggal
Situasi Dasar
Menerima Memiliki model Memiliki Menerima
perhatian tidak atau perintis banyak model, perhatian tidak
terpecah dari seperti menerima terpecah dari
orang tua. kakaknya. banyak orang tua.
perhatian,
Turun tahta Harus berbagi walaupun Cenderung cukup
akibat kelahiran perhatian sejak berbagi tidak dengan orang
adik, dan harus awal. berubah sejak tuanya.
berbagi awal.
perhatian. Sering dimanja. Sering dimanja.

Dampak Positif
Bertanggung Motivasi tinggi, Sering Masak Sosial.
jawab, Memiliki interes mengungguli
melindungi dan sosial, semua
memperhatikan Lebih muda saudaranya,
orang lain. menyelesaikan Ambisius yang
Organisator diri dibanding realistik.
yang baik. kakaknya,
kompetisi yang
sehat
Dampak Negatif
Merasa tidak Pemberontak Merasa inferior Ingin menjadi
aman, takut tiba- dan pengiri dengan siapa pusat perhatian.
tiba kehilangan permanen, saja, Takut bersaing
nasib baik. cenderung Tergantung dengan orang
Pemarah, berusaha kepada orang lain. merasa
pesimistik, mengalahkan lain. dirinya benar dan
konservatif, orang lain. Ambisius yang setiap tantangan
perhatian pada Lompetitif tidak realistik, harus disalahkan.
aturan dan berlebihan. Perasaan
hokum, berjuang Mudah kecil kerjasama
untuk diterima, hati, rendah,
tidak kooperatif, Sukar berperan Gaya hidup
senang sebagai manja.
mengkritik pengikut.
orang lain

C. Kelebihan dan Kelemahan


- Kelebihan
1. Keyakinan yang optimistis bahwa setiap orang dapat berubah untuk
mencapai sesuatu ke arah manusia bersifat positif.
2. Mampu memotivasi manusia karena kemampuanya.
3. Menekan bahwa masyarakat tidak sakit atau salah akan tetapi manusianya
yang sakit atau salah.
4. Penekanan pada kekuatan yang dinamik untuk menjadi sukses atau
superior.
5. Menekan bahwa kekuatan sebagai pusat pendorong prilaku
6. Gagasan ini banyak mempengaruhi pendekatan – pendekatan lain
7. Berorientasi humanistik.
8. Gaya hidup dikembangkan sesuai dengan gaya hidup (life of style) dari
dalam diri.
9. Manfaatnya dari manusia harus dilihat dari sudut pandang interes sosial.
10. Konsep – konsep dasar dan prosedur serta terapnya mudah diikuti
- Kelemahan
1. Terlalu banyak menekankan pada intelektual dalam upaya perubahan.
2. Penekanan yang berlebihan pada pengalaman nilai, minat subjektif
sebagai penentu perilaku.
3. Akan membuat ketidaknyamanan pada kenyataan hidup,
4. Meminimalkan faktor biologis dan riwayat masa lalu,
5. Terlalu banyak menekankan tanggung jawab pada ketrampilan
diagnostik konselor,
6. Ada kecenderungan untuk menyederhanakan dirinya secara berlebihan
terhadap beberapa masalah yang kompleks.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Alfred Adler lahir di Wina pada tahun 1870, meninggal dunia di Aberden
pada tahun 1936 saat perjalanan keliling ceramah.
Kata individual, dari kata individu, tidak dimengerti sebagai individu yang
terlepas dari komunitas (masyarakat), tetapi sebagai bagian integralnya
(pengertian etimologis kata yang bersangkutan).
Gaya hidup tidak mungkin mengatasi kekurangan seseorang dengan cara
mengesampingkan dari kehidupanya. Menurut Adler gaya hidup itu di tentukan
oleh inferioritas yang khusus, jadi gaya hidup itu adalah suatu bentuk kompensasi
terhadap kekurangansempurnaan tertentu.
Adler menekankan bahwa masyarakatnya tiidak sakit tetapi yang yang
sakit adalah manusianya.
Daftar Pustaka
 Alwisol, (2009). Psikologi Kepribadian, Edisi Revisi. Malang, UMM
Press.
 Monte Christopher & Sollod Robert, (2003). Beneath the Mask An
Introduction to Theories of Personality. United States of America. John
Wiley & Sons, Inc.
 Lippi Adolfo, (2011). Salib & penyembuhan. Yogyakarta. Penerbit
Kanisius.

Anda mungkin juga menyukai