Anda di halaman 1dari 6

A.

BIOGRAFI

Alfred Adler dilahirkan di Wina pada tanggal 9 Februari 1870, Dia menyelesaikan studinya
dalam lapangan kedokteran pada Universitas Wina pada tahun 1895. Mula-mula mengambil
spesialisasi daalam opthamologi, dan kemudian dalam lapangan psikiatri. Mula-mula bekerja
sama dengan Freud dan menjadi anggota serta akhirnya menjadi presiden “Masyarakat
Psikoanalisis Wina”. Namun dia segera mengembangkan pendapatnya sendiri yang menyimpang
dari pendapat Freud, yang akhirnya menyebabkan dia mengundurkan diri dari jabatannya sebagai
presiden serta dari keanggotaannya dalam “Masyarakat Psikoanalisis Wina” tersebut pada tahun
1911 dan mendirikan aliran baru yang diberi nama “Individual Psychologie”.

Sejak tahun 1935 Adler menetap di Amerika Serikat. Di sana dia melanjutkan prakteknya
sebagai ahli penyakit syaraf dan juga menjadi guru besar dalam psikologi medis di Long Island
College of Medicine. Dia meninggal di Scotlandia pada tahun 1937, ketika sedang dalam
perjalanan keliling untuk memberikan ceramah-ceramah.

Psikoanalisis pengaruh Adler lekas meluas, walaupun tidak seluas pengaruh Psikoanalisis,
terutama karena Adler dan pengikut-pengikutnya mempraktekan teorinya dalam lapangan
Pendidikan. Juga di Amerika Serikat pengaruh Individual Psychologie itu cukup luas. Pendapat-
pendapat Adler tetap terpelihara dan bertambah luas berkat adanya “The American Society of
Individual Psychology” yang mempunyai majalah tersendiri, yaitu: The American Journal of
Individual Psychology.

B. TEORI PSIKOLOGI INDIVIDUAL ADLER


1. Prinsip Superior (Superiority Principle)

Individu memulai hidupnya dengan kelemahan fisik yang menimbulkan perasaan inferior.
Perasaan inilah yang kemudian menjadi pendorong agar dirinya sukses dan tidak menyerah pada
inferioritasnya. Adler berpendapat bahwa manusia memulai hidup dengan dasar kekuatan
perjuangan yang diaktifkan oleh kelemahan fisik. Kelemahan fisik menimbulkan perasaan
inferior. Individu yang jiwanya tidak sehat mengembangkan perasaan inferioritasnya secara
berlebihan dan berusaha mengkompensasikannya dengan membuat tujuan menjadi superioritas
personal1. Sebaliknya, orang yang sehat jiwanya dimotivasi oleh perasaan normal ketidak
lengkapan diri dan minat sosial yang tinggi. Mereka berjuang menjadi sukses, mengacu
kekesempurnaan dan kebahagiaan siapa saja.

2. Prinsip Rasa Rendah Diri (Inferiority Principle)

Adler berpendapat bahwa manusia dilahirkan disertai dengan perasaan rendah diri. Jadi
ketika seorang individu menyadari eksistensinya, ia merasa rendah diri akan perannya dalam
lingkungan. Individu melihat bahwa banyak makhluk lain yang memiliki kemampuan meraih
sesuatu yang tidak dapat dilakukannya. Perasaan rendah diri ini mencul ketika individu ingin

1 Https://www.academia.edu/20099581/Alfred_Adler_Theory
menyaingi kekuatan dan kemampuan orang lain. Dengan kata lain, manusia di dorong oleh
kebutuhan untuk mengatasi inferoritasnya sehingga menjadi superior2. Bagi Adler tujuan hidup
adalah kesempurnaan bukan kenikmatan.

3. Prinsip Gaya Hidup (Style of Life Principle)

Menurut Adler setiap orang memiliki tujuan, merasa inferior, berjuang menjadi superior.
Namun setiap orang berusaha mewujudkan keinginan tersebut dengan gaya hidup yang berbeda-
beda. Adaler menyatakan bahwa gaya hidup adalah cara yang unik dari setiap orang dalam
berjuang mencapai tujuan khusus yang telah ditentukan oleh yang bersangkutan dalam
kehidupan tertentu di mana dia berada

Gaya hidup manusia tidak ada yang identik sama, sekalipun pada orang kembar. Sekurang-
kurangnya ada dua kekuatan yang dituntut untuk menunjukkan gaya hidup seseorang yang unik,
yakni kekuatan dari dalam diri yang dibawa sejak lahir dan kekuatan yang datang dari
lingkungan yang dimasuki individu tersebut. dengan adanya perbedaan lingkungan dan
pembawaan, maka tidak ada manusia yang berperilaku dalam cara yang sama.

Gaya hidup seseorang telah terbentuk pada usia tiga sampai lima tahun. Gaya hidup yang
sudah terbentuk tak dapat diubah lagi, meskipun cara pengekspresiannya dapat berubah. Jadi
gaya hidup itu tetap atau konstan dalam diri manusia. Apa yang berubah hanya cara untuk
mencapai tujuan dan kriteria tafsiran yang digunakan untuk memuaskan gaya hidup. Misalnya,
bagi anak yang merasa memiliki gaya hidup tidak disayangi, adalah lebih baik praktis untuk
membentuk tujuan semu bahwa kasih sayang baginya tidak begitu penting dibandingkan dengan
usaha meyakinkan bahwa tidak dicintai pada masa lalu tidak penting baginya, dan bahwa
meyakinkan kemungkinan untuk dicintai pada masa yang akan datang diharapkan dapat
memperbaiki peristiwa masa lampau. Perubahan gaya hidup meskipun mungkin dapat dilakukan,
akan tetapi kemungkinannya sangat sukar, karena beberapa pertimbangan emosi, energi, dan
pertumbuhan gaya hidup itu sendiri yang mungkin keliru. Karenannya jauh lebih mudah
melanjutkan gaya hidup yang telah ada dari pada mengubahnya.3

4. Prinsip Diri Kreatif (Creative Self Principle)

Self kreatif, menurut Adler, bersifat padu, konsisten, dan berdaulat dalam struktur
kepribadian. Keturunan kekmberi kemampuan tertentu, lingkungan memberi imresi atau kesan
tertentu. Self kreatif adalah sarana yang mengolah fakta-fakta dunia dan menstranformasikan
fakta-fakta itu menjadi kepribadian yang bersifat subjektif, dinamis, menyatu, personal dan
unik4. Self kreatif memberi arti kepada kehidupan, menciptakan tujuan maupun sarana untuk
mencapainya. Konsep ini merupakan puncak prestasi Adler sebagai teorikus kepribadian. Ketika
2 John W. M. Werhaar, SJ, Identitas Manusia Menurut Psikologi dan Psikiater Abad ke-20, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001),
hlm. 33
3 Http://file.upi.edu/Directori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/19601015198710
ZULFIKI_SIDIQ/PSIKOLOGI_INDIVIDUAL_ALFRED_ADLER.pdf . hlm. 4
4 Https://www.academia.edu/24226899/KEPRIBADIAN_MANUSIA_MENURUT_TEORI_ALFRED_ADLER_
ia menemukan daya kreatif pada diri, maka konsep yang lain ia tempatkan di bawah konsep ini.
Diri kreatif bersifat padu, konsisten, berdaulat dalam struktur kepribadian. Sehingga pada
hakikatnya ajaran tentang kreatif itu menyatakan bahwa manusia membentuk kepribadiannya
sendiri. Manusia membangun kepribadiannya dari pengalamannya.

5. Prinsip Diri yang Sadar (Conscious Self Principle)

Menurut Adler, tingkah laku tidak sadar adalah bagian dari tujuan final yang belum
terformulasi dan belum terpahami secara jelas. Adler menolak pandangan bahwa kesadaran dan
ketidak sadaran adalah bagian yang bekerja sama dalam sistem yang unify. Pikiran sadar,
menurut Adler, adalah apa saja yang dipahami dan diterima individu serta dapat membantu
perjuangan mencapai keberhasilan, ia merasa bahwa manusia menyadari segala hal yang
dilakukannya setiap hari. Sedangkan apa saja yang tidak membantu hal tersebut akan ditekan ke
ketidak sadaran, menurutnya ketidak sadaran dianggap sebagai mistik sebab ia berpendapat
bahwa manusia sangat sadar benar dengan apa yang dilakukannya.

6. Prinsip Tujuan Semu (Fictional Goals Principle)

Menurut Adler, tujuan akhir manusia akan dapat menerangkan perilaku manusia itu sendiri.
Misalkan, seorang mahasiswa yang akan masuk perguruan tinggi bukanlah didukung oleh
prestasinya ketika di Sekolah Dasar atau Sekolah Menengah, melainkan tujuannya mencapai
gelar tersebut. Usaha mengikuti setiap tingkat pendidikan adalah bentuk tujuan semunya, sebab
kedua hal tidak menunjukkan sesuatu yang nyata, melainkan hanya perangkat semu yang
menyajikan tujuan yang lebih besar dari tujuan-tujuan yang lebih jauh pada masa datang.

Dengan kata lain, tujuan yang dirumuskan individu adalah semua karena dibuat amat ideal
untuk diperjuangkan sehingga mungkin saja tidak dapat direalisasikan. Tujuan fiksional atau
semu ini tak dapat dipisahkan dari gaya hidup dan diri kreatif. Manusia bergerak ke arah
superioritas melalui gaya hidup dan diri kreatifnya yang berawal dari perasaan rendah diri dan
selalu ditarik oleh tujuan semu tadi. Tujuan semu yang dimaksud oleh Adler ialah pelaksanaan
kekuatan-kekuatan tingkah laku manusia. Melalui diri keratifnya manusia dapat membuat tujuan
semu dari kemampuan yang nyata ada dan pengalaman pribadinya.5

7. Prinsip Minat Sosial (Social Interest Principle)

Bahwa manusia dilahirkan dikaruniai minat sosial yang bersifat universal. Kebutuhan ini
terwujud dalam komunikasi dengan orang lain, yang pada masa bayi mulai berkembang melalui
komunikasi anak dengan orang tua. Dimulai pada lingkungan keluarga, kemudian pada usia 4-5
tahun dilanjutkan pada lingkungan pendidikan dasar dimana anak mulai mengidentifikasi
kelompok sosialnya. Individu diarahkan untuk memelihara dan memperkuat perasaan minat

5 Http://file.upi.edu/Directori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/19601015198710
ZULFIKI_SIDIQ/PSIKOLOGI_INDIVIDUAL_ALFRED_ADLER.pdf . hlm. 6
sosialnya ini dan meningkatkan kepedulian pada orang lain6. Melalui empati, individu dapat
belajar apa yang dirasakan orang lain sebagai kelemahannya dan mencoba memberi bantuan
kepadanya. Individu juga belajar untuk melatih munculnya perasaan superior sehingga jika
saatnya tiba, ia dapat mengendalikannya. Proses-proses ini akan dapat memperkaya perasaan
superior dan memperkuat minat sosial yang mulai dikembangkannya.

C. PERBEDAAN TEORI ADLER DAN FREUD

Adler berpendapat bahwa hidup seseorang atau kepribadian seseorang tidaklah dikendalikan
hanya untuk tujuan kesenangan belaka namun sebaliknya. Manusia dimotivasi oleh rasa
tanggung jawab dan keberhasilan tujuan hidupnya. Yang membedakan teorinya dengan teori
Freud ialah:

a. Bagi Adler yang namanya hidup akan selalu berkaitan dengan kehidupan social dan
merasakan kebersamaan dengan orang lain. Berbeda halnya dengan teori Freud yang
menekankan hidup manusia hanya dimotivasi oleh dorongan seksual sebab bagi Adler
Cara orang memuaskan kebutuhan seksual ditentukan oleh gaya hidupnya, bukan
sebaliknya dorongan seks yang mengatur tingkahlaku.
b. Bagi Adler pusat kepribadian seorang manusia berdasarkan kesadaran yang dimilikinya.
Segala hal yang dirancangkan dan dilakukan oleh manusia berdasarkan kesadarannya.
Sebab melalui berpikir secara sadar maka manusia itu ada. Berbeda pemahamannya
dengan Freud yang mengatakan bahwa pusat kepribadian manusia berasarkan
ketidaksadaran.

D. KESIMPULAN

Berbeda dengan Freud, Adler mempunyai nilai lebih dalam teorinya


dimana ia menilai manusia sebagai mahluk yang memiliki kekuatan untuk
dapat hidup, walaupun hal itu digambarkan sebagai suatu kompensasi dalam
menyembunyikan dan menghilangkan segala kekurangan dalam dirinya.
Pendapat ini sepertinya memberikan pemahaman baru bagi dunia psikologi
yang pada saat itu terdominasi dengan naluri sexual-nya Freud. Teori
psikologi individual Adler ini, memang lebih banyak berupaya menyadarkan
manusia, bahwa ia merupakan mahluk yang berdaya dan memiliki rasa
sosial yang dalam, sehingga itu pulalah ia dapat bertahan dalam menjalani
hidup. Teori ini pula, memiliki kekuatan dalam hal memprediksi perilaku
manusia melalui tujuan semu atau akhir dari perilaku yang diperbuatnya,
sebagai tujuan akhir yang merupakan gambaran dari diri manusia tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
6 Ibid,
Werhaar John W. M, SJ. 2001, Identitas Manusia Menurut Psikologi dan Psikiater Abad ke-
20, Jakarta: BPK Gunung Mulia

Https://www.academia.edu/20099581/Alfred_Adler_Theory

Http://file.upi.edu/Directori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/19601015198710
ZULFIKI_SIDIQ/PSIKOLOGI_INDIVIDUAL_ALFRED_ADLER.pdf

Https://www.academia.edu/24226899/KEPRIBADIAN_MANUSIA_MENURUT_TEORI_A
LFRED_ADLER
PSIKOLOGI MASYARAKAT KEPULAUAN

Kelompok 2

Julianty Salhuteru
Stenli Ishak Pattiselanno
Arni Lumapuy
Glorify A Latuihamallo

Fakultas Teologi

Universitas Kristen Indonesia Maluku

Anda mungkin juga menyukai