1. Uraikan peristiwa yang melatarbelakangi lahirnya aliran behaviorisme!
Jawab : Salah seorang ahli fisiologi Rusia, Ivan Pavlov (1849-1936), mengemukakan behaviorisme menggunakan percobaan Pavlov mengenai pengondisian klasik atau classical conditioning yang mengilhami Watson untuk lebih mengembangkan behaviorisme. Watson berpandangan bahwa tujuan psikologi ialah membuat pengendalian dan prediksi pada perilaku dan tidak ada kaitannya dengna kesadaran sedikitpun, yang bisa dikaji dalam teorinya ialah respons dan stimulus. Ia berusaha menjadikan studi mengenai manusia seilmiah dan seobjektif mungkin. Dalam pembuktiannya Watson bereksperimen pada seorang bayi berumur 8 bulan 23 hari, yang mana pada awalnya Albert adalah bayi yang gembira dan tidak takut dengan tikus bulu putih, Watson memukul palu dan sebatang ebsi dibelakang kepala Albert yang membuatnya menangis di percobaan pukulan ketiga, kemudian Watson membiasakan Albert mendengar suara besi dan palu setiap Albert ingin memegang atau mendekati tikus bulu putih, hal ini membuat Albert merasa takut setiap kali melihat tikus bulu putih, atau bahkan jaket bulu putih. Sehingga dapat dikatakan eksperimennya ini membuktikan bahwa kebiasaan dapat mengubah perilaku individu secara nyata. Aliran behaviorisme lahir sebagai reaksi pada teori psikoanalisis dan instrospeksionisme, aliran ini ingin menganalisis hanya pada perilaku manusia yang nampak saja, diramalkan, dilukiskan dan dapat diukur. Pada perkembangan selanjutnya teori ini lebih dikenal sebagai teori belajar, karena seluruh perilaku manusia kecuali instink adalah hasil dari belajar, aliran behaviorisme tidak mempermasalahkan tentang baik buruknya perilaku manusia melainkan bagaimana perilaku individu dikendalikan oleh faktor lingkungan, sehingga muncul istilah konsep manusia mesin (Chaer, 2009; Duane P. Schultz, 2014; Sarnoto, 2011).
2. Dalam perkembangannya aliran behaviorisme mengalami 3 tahapan yaitu
behaviorisme radikal, neo-behaviorisme, dan social behaviorisme. Bandingkan tiga tahapan tersebut dari sudut pandang pemikiran para tokoh dan poin penting dalam perkembangan aliran behaviorisme! Jawab : Tiga tahap behaviorisme yang terjadi dan pendapat para tokoh tiap tahapan, antara lain (Duane P. Schultz, 2014; Nahar, 2016; Rahman, 2017) : a. Behaviorisme radikal, di tahap ini behaviorisme hanya terfokus pada perilaku yang bisa diamati dan menghindari membahas kondisi mental. Menurut Mills behaviorisme di tahap awal umumnya mempunyai pandangan yang sama yaitu menolak bahasan tentang mental dan fokus psikologi hanya pada perilaku bukan pikiran, sebagian ahli meyakini bahwa hukum perilaku yang diperoleh langsung digeneralisir untuk seluruh manusia dan metode eksperimen merupakan langkah yang lebih tepat daripada metode instrospeksi dalam mendapatkan pengetahuan mengenai perilaku manusia. ● Pavlov meyakini bahwa seluruh perilaku merupakan refleks yang disebabkan karena adanya stimulus tertentu, namun karena adanya hambatan yang dipelajari membuat refleks tersebut terhambat. Dengan begitu, terdapat stimulus yang menstimulasi munculnya suautu perilaku dan ada pula stimulus yang menghambat perilaku. ● Menurut Watson, psikologi harus terfokus pada perilaku yang dapat diamati dan meninggalkan pikiran, kesadaran, bahkan kondisi mental lainnya sebagai subject matter psikologi. Metode observasi dalam psikologi untuk mempelajari perilaku digunakan sebagai pengganti instrospeksi sebagai metode penelitian kesadaran. Watson mengakui adanya pikiran, namun pikiran diyakini hanya hasil dari proses sensori-motorik yang pada dasarnya terjadi secara tidak disadari sehingga sulit untuk dikendalikan dan diprediksi. Proses kognisii bukan penyebab dari perilaku manusia, kognisi hanya respons perilaku yang ditunjukkan oleh manusia saat didekatkan pada suatu stimulus. ● Thorndike percaya pada psikologi yang objektif namun masih membicarakan mengenai proses mental, bahkan pengaruh keturunan perilaku. Pendekatan yang dihgunakan Thorndike dalam penelitiannya ialah connectionism, yaitu pendekatan yang meyakini bahwa proses belajar terjadi karena hubungan antara elemen situasi dengan respons. menurutnya perilaku bisa dijelaskan menggunakan hubungan antara respons dan stimulus yang terhubung secara neurologis. Ikatan ini berpengaruh pada sejauh mana stimulus dapat menghasilkan respons. ● Menurut Bekhterev, refleks tidak hanya datang dari unconditional stimulus namun juga karena stimulus yang telah berasosiasi dengan unonditioned stimulus ini. Menurutnya associated reflexes dapat digunakan untuk menjelaskan perilaku kompleks dan sederhana, dalam perilaku kompleks sendiri dianggap sebagai akumulasi dari perilaku sedehana yang terbentuk dalam associated reflexes. b. Neobehaviorisme, tahap ini meruapakn perpaduan antara logical positivism dengan behaviorisme, logical positivism yang disebut mengacu pada pikiran yang disampaikan oleh para filsuf di Vienna pada 1924, yang menyatakan bahwa rumusan dalam teoretis harus datang dari sumber pengamatan empiris dan dapat menjelaskan fakta empiris yang terdapat di dalamnya. Sebuah pernyataan teoretis dapat disebut benar apabila diverifikasi oleh penelitian eksperimen ataupun pengataman empiris. Neobehaviorisme juga ditandai dengan operationism, yang berarti konsep-konsep psikologis yang dianggap abstrak, harus dioperasionalisasikan ke indikator perilaku yang dapat diamati dan kemudian disebut sebagai definisi operasional. ● Edward Tolman, sebagai seorang behaviorist ia tetap mengakui prinsip dasar behaviorisme ialah bahwa subject matter psikologi adalah perilaku yang terlihat dan tidak menggunakan metode instropeksi. Menurut Tolman, perilaku menunjukkan tanda-tanda adanya tujuan orientasi pada pencapaian seubah tujuan atau mempelajari cara dalam mencapai tujuan. ● Hull berpendapat tentang mekanistis mengenai manusia, dan menganggap perilaku manusia sendiri bersifat otomati dan bisa adijelaskan dari segi fisik, tidak seperti Tolamn, konsep tentang mental menurut Hull tidak dibutuhkan. ● Skinner menolak adanya kondisi mental atau realitas kesadaran, yang selama ini disebut proses mental sebenarnya tidak lebih dari labeling pada proses yang ada dalam tubuh. Fokus Skinner terdapat pada bagiamana menggambarkan perilaku yang bisa diamati dengan mendapati hubungan fungsional antara stimulus yang dikendalikan peneliti dan respons yang ditunjukkan oleh subjek. c. Social behaviorisme, tahap ini mengabaikan neobehaviorisme dan behviorisme pada proses kognitif dan mental memunculkan reaksi, tidak menutup kemungkinan dari kalangan mereka sendiri juga mengeluarkan reaksi. Bandura dan Rotter menyampaikan pendapat yang berbeda dengan pendahulunya yang disebut social-behaviorism. Tahap ini beranggapan bahwa perilaku dipelajari dari proses sosial, selain itu walau masih terfokus pada perilaku, kedua ahli ini mengakui adanya proses kognitif dan mental yang menjadi perantara hubungan antara respons dan stimulus. ● Bandura mengkritik pada behaviorisme terlebih pada behaviorisme radikal yang tidak lengkap dalam menjelaskan perilaku manusia yang dikendalikan oleh stimulus dan penguatan merupakan penjelasan yang tidak bisa dijadikan bahan acuan, serta bertolakbelakang dengan kenyataan bahwa manusia mempunyai kepribadian yang bisa mempengaruhi perilaku manusia secara konsisten dalam berinteraksi di lingkungan. ● Rotter menyatakan bahwa perilaku manusia secara umum diakui mendapat pengaruh dari reinforcement. Namun pengaruh penguasaan pada perilaku manusia tidak sederhana, karena persepsi manusia pada hubungan antara perilaku dan penguasaan ini merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi perilaku, sehingga persepsi ini akan berbeda antara satu dengan individu lainnya.
Sehingga dapat disimpulkan pada tahap behaviorisme radikal lebih
terfokus dan tertuju pada pola pikiran manusia dalam membentuk behaviorisme dan sangat menolak keberadaan kondisi mental, tahap ini dapat dibilang tahap terbelakang dari behaviorisme. Kemudian pada tahap neobehaviorisme sendiri pola pembahasan yang terjadi masih tidak jauh berbeda dengan tahap pertama, namun pada tahap ini berbaur dengan logical positivism dan operationism yang abstrak. Sementara pada tahap terakhir, social behaviorisme, pola pembahasannya cukup berkembang dan mengabaikan pemikiran dari pendahulunya, tahap ini mengikutsertakan kondisi kesehatan mental seorang individu dalam proses berperilaku di kehidupannya. Dan untuk poin penting dalam perkembangan teori behavioristik sendiri dapat dilihat dari pembelajaran yang dianggap sebagai perubahan perilaku, individu akan dianggap belajar jika mampu menunjukkan perubahan tingkah laku, pandangan behavioristik mengakui pentingnya input yang berupa stimulus, dan output yang berupa respons. teori ini menekankan kajiannya pada pembentukan perilaku yang berlandaskan pada hubungan antara respon dan stimulus yang dapat diamati. 3. Perincikan sumbangan aliran behaviorisme pada perkembangan psikologi! Jawab : Watson telah membuat dunia psikologi semakin menjadi lebih obyektif dalam hal terminologi dan metode, behaviorisme secara efektif telah mengatasi posisi-posisi aliran utama yang ada di sebelumnya dalam psikologi, metode bahasa yang efektif dalam penyampaian tidap teorinya menjadi kumpulan pemikiran utama dalam memberikan sebuah dasar konseptual yang kuat bagi psikologi modern. Berbagai teori telah disumbangkan dari aliran behavioristik untuk psikologi, yaitu teori classical conditioning (Watson dan Pavlov), teori operant conditioning (Skinner), teori conditioning (Guthrie), teori belajar sosial (Bandura), teori connectionism (Thorndike), dan teori systematic behavior (Hull). Teori- teori yang dikemukakan oleh para ahli dan pemikir behaviorisme ini masih digunakan dan berguna hingga saat ini baik dalam bidang psikologi maupun luar bidang psikologi (Duane P. Schultz, 2014; Sokip, 2019).
4. Berikan kritik pada aliran behaviorisme!
Jawab : Pada tahapan pertama (radikal behaviorisme) dan tahapan kedua (neobehaviorisme) yang menyatakan bahwa kondisi mental sendiri sebenarnya tidak diikutsertakan dalam proses berperilaku. Menurut saya pendapat para ahli di kedua tahap tersebut tidak dapat diterima, karena suatu kondisi mental pada individu sendiri juga ikut berpengaruh dalam proses berperilaku seorang manusia. Ketika mental seorang individu sehat maka sehatlah perilakunya dan begitupun sebaliknya, saya sedikit tidak paham mengapa para ahli di kedua tahap ini tidak mempertimbangkan kehadiran mental dalam berperilaku, padahal seharusnya pada masa itu mereka sudah mengenal kondisi kesehatan mental yang terjadi pada manusia.
Berikut merupakan laporan hasil plagiasi file.
DAFTAR PUSTAKA
Chaer, A. (2009). Psikolinguistik: Kajian Teoretik.
Duane P. Schultz, S. E. S. (2014). A History of Modern Psychology.
Nahar, N. I. (2016). Penerapan Teori belajar Behavioristik dalam Proses
Pembelajaran. Nusantara (Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial), 1(1), 64–74.
Rahman, A. A. (2017). Sejarah Psikologi.
Sarnoto, A. Z. (2011). Kontribusai Aliran Psikologi behaviorisme terhadap
Perkembangan Teori Ilmu Komunikas. 1(2), 1–9.
Sokip. (2019). Kontribusi Teori Behaviorstik dalam Pembelajaran. TA’ALLUM: