Anda di halaman 1dari 8

Nama : Fitria Surya Madina Nasution

NIM : 1102012059

Kelas : G2.2

STUDY GUIDE BEHAVIORISME

1. Uraikan peristiwa yang melatarbelakangi lahirnya aliran behaviorisme!


Jawab :
Salah seorang ahli fisiologi Rusia, Ivan Pavlov (1849-1936),
mengemukakan behaviorisme menggunakan percobaan Pavlov mengenai
pengondisian klasik atau classical conditioning yang mengilhami Watson
untuk lebih mengembangkan behaviorisme. Watson berpandangan bahwa
tujuan psikologi ialah membuat pengendalian dan prediksi pada perilaku
dan tidak ada kaitannya dengna kesadaran sedikitpun, yang bisa dikaji
dalam teorinya ialah respons dan stimulus. Ia berusaha menjadikan studi
mengenai manusia seilmiah dan seobjektif mungkin. Dalam
pembuktiannya Watson bereksperimen pada seorang bayi berumur 8 bulan
23 hari, yang mana pada awalnya Albert adalah bayi yang gembira dan
tidak takut dengan tikus bulu putih, Watson memukul palu dan sebatang
ebsi dibelakang kepala Albert yang membuatnya menangis di percobaan
pukulan ketiga, kemudian Watson membiasakan Albert mendengar suara
besi dan palu setiap Albert ingin memegang atau mendekati tikus bulu
putih, hal ini membuat Albert merasa takut setiap kali melihat tikus bulu
putih, atau bahkan jaket bulu putih. Sehingga dapat dikatakan
eksperimennya ini membuktikan bahwa kebiasaan dapat mengubah
perilaku individu secara nyata. Aliran behaviorisme lahir sebagai reaksi
pada teori psikoanalisis dan instrospeksionisme, aliran ini ingin
menganalisis hanya pada perilaku manusia yang nampak saja, diramalkan,
dilukiskan dan dapat diukur. Pada perkembangan selanjutnya teori ini
lebih dikenal sebagai teori belajar, karena seluruh perilaku manusia
kecuali instink adalah hasil dari belajar, aliran behaviorisme tidak
mempermasalahkan tentang baik buruknya perilaku manusia melainkan
bagaimana perilaku individu dikendalikan oleh faktor lingkungan,
sehingga muncul istilah konsep manusia mesin (Chaer, 2009; Duane P.
Schultz, 2014; Sarnoto, 2011).

2. Dalam perkembangannya aliran behaviorisme mengalami 3 tahapan yaitu


behaviorisme radikal, neo-behaviorisme, dan social behaviorisme.
Bandingkan tiga tahapan tersebut dari sudut pandang pemikiran para tokoh
dan poin penting dalam perkembangan aliran behaviorisme!
Jawab :
Tiga tahap behaviorisme yang terjadi dan pendapat para tokoh tiap
tahapan, antara lain (Duane P. Schultz, 2014; Nahar, 2016; Rahman, 2017)
:
a. Behaviorisme radikal, di tahap ini behaviorisme hanya terfokus pada
perilaku yang bisa diamati dan menghindari membahas kondisi mental.
Menurut Mills behaviorisme di tahap awal umumnya mempunyai
pandangan yang sama yaitu menolak bahasan tentang mental dan fokus
psikologi hanya pada perilaku bukan pikiran, sebagian ahli meyakini
bahwa hukum perilaku yang diperoleh langsung digeneralisir untuk
seluruh manusia dan metode eksperimen merupakan langkah yang
lebih tepat daripada metode instrospeksi dalam mendapatkan
pengetahuan mengenai perilaku manusia.
● Pavlov meyakini bahwa seluruh perilaku merupakan refleks yang
disebabkan karena adanya stimulus tertentu, namun karena adanya
hambatan yang dipelajari membuat refleks tersebut terhambat.
Dengan begitu, terdapat stimulus yang menstimulasi munculnya
suautu perilaku dan ada pula stimulus yang menghambat perilaku.
● Menurut Watson, psikologi harus terfokus pada perilaku yang
dapat diamati dan meninggalkan pikiran, kesadaran, bahkan
kondisi mental lainnya sebagai subject matter psikologi. Metode
observasi dalam psikologi untuk mempelajari perilaku digunakan
sebagai pengganti instrospeksi sebagai metode penelitian
kesadaran. Watson mengakui adanya pikiran, namun pikiran
diyakini hanya hasil dari proses sensori-motorik yang pada
dasarnya terjadi secara tidak disadari sehingga sulit untuk
dikendalikan dan diprediksi. Proses kognisii bukan penyebab dari
perilaku manusia, kognisi hanya respons perilaku yang
ditunjukkan oleh manusia saat didekatkan pada suatu stimulus.
● Thorndike percaya pada psikologi yang objektif namun masih
membicarakan mengenai proses mental, bahkan pengaruh
keturunan perilaku. Pendekatan yang dihgunakan Thorndike
dalam penelitiannya ialah connectionism, yaitu pendekatan yang
meyakini bahwa proses belajar terjadi karena hubungan antara
elemen situasi dengan respons. menurutnya perilaku bisa
dijelaskan menggunakan hubungan antara respons dan stimulus
yang terhubung secara neurologis. Ikatan ini berpengaruh pada
sejauh mana stimulus dapat menghasilkan respons.
● Menurut Bekhterev, refleks tidak hanya datang dari unconditional
stimulus namun juga karena stimulus yang telah berasosiasi
dengan unonditioned stimulus ini. Menurutnya associated reflexes
dapat digunakan untuk menjelaskan perilaku kompleks dan
sederhana, dalam perilaku kompleks sendiri dianggap sebagai
akumulasi dari perilaku sedehana yang terbentuk dalam associated
reflexes.
b. Neobehaviorisme, tahap ini meruapakn perpaduan antara logical
positivism dengan behaviorisme, logical positivism yang disebut
mengacu pada pikiran yang disampaikan oleh para filsuf di Vienna
pada 1924, yang menyatakan bahwa rumusan dalam teoretis harus
datang dari sumber pengamatan empiris dan dapat menjelaskan fakta
empiris yang terdapat di dalamnya. Sebuah pernyataan teoretis dapat
disebut benar apabila diverifikasi oleh penelitian eksperimen ataupun
pengataman empiris. Neobehaviorisme juga ditandai dengan
operationism, yang berarti konsep-konsep psikologis yang dianggap
abstrak, harus dioperasionalisasikan ke indikator perilaku yang dapat
diamati dan kemudian disebut sebagai definisi operasional.
● Edward Tolman, sebagai seorang behaviorist ia tetap mengakui
prinsip dasar behaviorisme ialah bahwa subject matter psikologi
adalah perilaku yang terlihat dan tidak menggunakan metode
instropeksi. Menurut Tolman, perilaku menunjukkan tanda-tanda
adanya tujuan orientasi pada pencapaian seubah tujuan atau
mempelajari cara dalam mencapai tujuan.
● Hull berpendapat tentang mekanistis mengenai manusia, dan
menganggap perilaku manusia sendiri bersifat otomati dan bisa
adijelaskan dari segi fisik, tidak seperti Tolamn, konsep tentang
mental menurut Hull tidak dibutuhkan.
● Skinner menolak adanya kondisi mental atau realitas kesadaran,
yang selama ini disebut proses mental sebenarnya tidak lebih dari
labeling pada proses yang ada dalam tubuh. Fokus Skinner
terdapat pada bagiamana menggambarkan perilaku yang bisa
diamati dengan mendapati hubungan fungsional antara stimulus
yang dikendalikan peneliti dan respons yang ditunjukkan oleh
subjek.
c. Social behaviorisme, tahap ini mengabaikan neobehaviorisme dan
behviorisme pada proses kognitif dan mental memunculkan reaksi,
tidak menutup kemungkinan dari kalangan mereka sendiri juga
mengeluarkan reaksi. Bandura dan Rotter menyampaikan pendapat
yang berbeda dengan pendahulunya yang disebut social-behaviorism.
Tahap ini beranggapan bahwa perilaku dipelajari dari proses sosial,
selain itu walau masih terfokus pada perilaku, kedua ahli ini mengakui
adanya proses kognitif dan mental yang menjadi perantara hubungan
antara respons dan stimulus.
● Bandura mengkritik pada behaviorisme terlebih pada
behaviorisme radikal yang tidak lengkap dalam menjelaskan
perilaku manusia yang dikendalikan oleh stimulus dan penguatan
merupakan penjelasan yang tidak bisa dijadikan bahan acuan, serta
bertolakbelakang dengan kenyataan bahwa manusia mempunyai
kepribadian yang bisa mempengaruhi perilaku manusia secara
konsisten dalam berinteraksi di lingkungan.
● Rotter menyatakan bahwa perilaku manusia secara umum diakui
mendapat pengaruh dari reinforcement. Namun pengaruh
penguasaan pada perilaku manusia tidak sederhana, karena
persepsi manusia pada hubungan antara perilaku dan penguasaan
ini merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi
perilaku, sehingga persepsi ini akan berbeda antara satu dengan
individu lainnya.

Sehingga dapat disimpulkan pada tahap behaviorisme radikal lebih


terfokus dan tertuju pada pola pikiran manusia dalam membentuk
behaviorisme dan sangat menolak keberadaan kondisi mental, tahap
ini dapat dibilang tahap terbelakang dari behaviorisme. Kemudian
pada tahap neobehaviorisme sendiri pola pembahasan yang terjadi
masih tidak jauh berbeda dengan tahap pertama, namun pada tahap ini
berbaur dengan logical positivism dan operationism yang abstrak.
Sementara pada tahap terakhir, social behaviorisme, pola
pembahasannya cukup berkembang dan mengabaikan pemikiran dari
pendahulunya, tahap ini mengikutsertakan kondisi kesehatan mental
seorang individu dalam proses berperilaku di kehidupannya. Dan
untuk poin penting dalam perkembangan teori behavioristik sendiri
dapat dilihat dari pembelajaran yang dianggap sebagai perubahan
perilaku, individu akan dianggap belajar jika mampu menunjukkan
perubahan tingkah laku, pandangan behavioristik mengakui
pentingnya input yang berupa stimulus, dan output yang berupa
respons. teori ini menekankan kajiannya pada pembentukan perilaku
yang berlandaskan pada hubungan antara respon dan stimulus yang
dapat diamati.
3. Perincikan sumbangan aliran behaviorisme pada perkembangan psikologi!
Jawab :
Watson telah membuat dunia psikologi semakin menjadi lebih obyektif
dalam hal terminologi dan metode, behaviorisme secara efektif telah
mengatasi posisi-posisi aliran utama yang ada di sebelumnya dalam
psikologi, metode bahasa yang efektif dalam penyampaian tidap teorinya
menjadi kumpulan pemikiran utama dalam memberikan sebuah dasar
konseptual yang kuat bagi psikologi modern. Berbagai teori telah
disumbangkan dari aliran behavioristik untuk psikologi, yaitu teori
classical conditioning (Watson dan Pavlov), teori operant conditioning
(Skinner), teori conditioning (Guthrie), teori belajar sosial (Bandura), teori
connectionism (Thorndike), dan teori systematic behavior (Hull). Teori-
teori yang dikemukakan oleh para ahli dan pemikir behaviorisme ini masih
digunakan dan berguna hingga saat ini baik dalam bidang psikologi
maupun luar bidang psikologi (Duane P. Schultz, 2014; Sokip, 2019).

4. Berikan kritik pada aliran behaviorisme!


Jawab :
Pada tahapan pertama (radikal behaviorisme) dan tahapan kedua
(neobehaviorisme) yang menyatakan bahwa kondisi mental sendiri
sebenarnya tidak diikutsertakan dalam proses berperilaku. Menurut saya
pendapat para ahli di kedua tahap tersebut tidak dapat diterima, karena
suatu kondisi mental pada individu sendiri juga ikut berpengaruh dalam
proses berperilaku seorang manusia. Ketika mental seorang individu sehat
maka sehatlah perilakunya dan begitupun sebaliknya, saya sedikit tidak
paham mengapa para ahli di kedua tahap ini tidak mempertimbangkan
kehadiran mental dalam berperilaku, padahal seharusnya pada masa itu
mereka sudah mengenal kondisi kesehatan mental yang terjadi pada
manusia.

Berikut merupakan laporan hasil plagiasi file.


DAFTAR PUSTAKA

Chaer, A. (2009). Psikolinguistik: Kajian Teoretik.

Duane P. Schultz, S. E. S. (2014). A History of Modern Psychology.

Nahar, N. I. (2016). Penerapan Teori belajar Behavioristik dalam Proses


Pembelajaran. Nusantara (Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial), 1(1), 64–74.

Rahman, A. A. (2017). Sejarah Psikologi.

Sarnoto, A. Z. (2011). Kontribusai Aliran Psikologi behaviorisme terhadap


Perkembangan Teori Ilmu Komunikas. 1(2), 1–9.

Sokip. (2019). Kontribusi Teori Behaviorstik dalam Pembelajaran. TA’ALLUM:


Jurnal Pendidikan Islam, 7(1), 175–190.

Anda mungkin juga menyukai