Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi.)
Oleh :
NASHWA OELFY
NIM: 1110070000154
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H / 2015 M
i
ii
iii
LEMBAR ORISINALITAS
NIM : 1110070000154
Nashwa Oelfy
NIM: 11100700000154
iv
v
LEMBAR PERNYATAAN
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar sarjana strata satu (S1) di UIN
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
Nashwa Oelfy
NIM: 1110070000154
vi
ABSTRACT
A) Faculty of Psychology
B) March 2014
C) Nashwa Oelfy
F) The aim of this study is to examine the effect of attachment styles and
loneliness toward the parasocial interaction Kpop fans. Theorized that
attachment styles (secure, fearful, preoccupied, and dismissing) and
loneliness (personality, social desirability, and depression) affect the
parasosial interaction Kpop fans. This study uses a quantitative approach
with multiple regression analysis. Samples are 258 Kpop fans aged from 12-
21 years.
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan taufik, hidayah, serta inayah
Skripsi ini terwujud tak lepas dari bantuan berbagai pihak, baik dalam
bentuk pikiran, tenaga, maupun waktu. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan
1. Prof. Dr. Abdul Mujib, M.Ag., M.Si., Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, Dr. Abdul Rahman Shaleh, M.Si., Wakil Dekan Bidang
segala bimbingan, masukan, kritik, dan nasihat yang diberikan selama penulis
4. Kedua orang tua tercinta, Baba dan Mommy, terimakasih atas doa, kasih
penulis, Kak Sammy dan Husein, terima kasih untuk selalu memberikan
dukungan yang tak henti-hentinya, baik dalam kondisi apapun. Terima kasih
5. Keluarga ke-2 penulis, Kak Sari, Bonita, Galuh, Mutiara, Rio, Ami, Lia, Abe,
Bojes, Fany, Licca, Ridho, Fidi, Laras, dan Tami. Terima kasih karena telah
6. Seluruh keluarga besar kelas Psikologi 2010, Aniq, Amirra, Adila, Sunnny,
Dian, Tenri, Icha, Rahma, Maul, Rere, Kak itri, Melina, Yunita, Ani, Meida,
kasih atas 4 tahunnya yang penuh warna. Semoga pertemanan kita akan terus
7. Seluruh pihak yang tak dapat penulis sebutkan satu per satu. Terima kasih
Terakhir, Penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi banyak
orang. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh
karena itu, segala kritik dan saran yang membangun akan sangat berguna agar
pada penulisan selanjutnya dapat menghasilkan karya yang lebih baik lagi.
Penulis
x
DAFTAR ISI
LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Dalam bab ini dijelaskan mengenai latar belakang masalah, perumusan dan
penulisan.
Sejak pertengahan tahun 1990, muncul suatu fenomena kecintaan akan musik dan
drama dari negara ginseng yaitu Korea Selatan. Fenomena tersebut lebih di kenal
dengan sebutan korean wave atau hallyu. Korea selatan juga terkenal akan musik
pop Korea nya yang disebut Korean Pop atau Kpop. Kpop merupakan suatu aliran
musik populer yang berasal dari Korea Selatan. Kpop sendiri merupakan bagian
orang-orang terhadap drama romantis Asia, termasuk drama Korea. Dari hal
tersebut, mereka kemudian mengenal Kpop dan menggilainya. Kpop tidak hanya
memanjakan telinga dan mata, tetapi juga membentuk suatu imajinasi tentang
selebriti Korea yang berpenampilan menarik dan berwajah mulus. Tidak heran,
kini banyak para remaja yang memiliki keinginan untuk menjadi seperti selebriti
Korea. Hasrat para remaja untuk berpenampilan dengan gaya Korea ini ternyata
secara bersamaan mengusung tema K-Cut style (potongan rambut Korea). Sederet
toko kosmetik Korea, seperti Skin food, The face shop, dan Missha, membuka
1
2
cabang tokonya di Indonesia. Bahkan, toko roti atau makanan Korea pun mulai
banyak dijual di Jakarta. Selain itu, perwakilan perusahaan Korea tumbuh subur di
terdapat 1.300 kantor cabang perusahaan Korea yang didirikan di Indonesia. Hal
tersebut mengacu pada banyaknya jumlah penggemar Kpop saat ini di Indonesia
(Kamil, 2012).
(fan cafe) dari beberapa nama idola yang menjadi bintang di tahun ini. Salah
satunya adalah EXO, video klip EXO ditonton lebih dari 14 juta kali di youtube.
Lagu mereka konsisten berada diperingkat pertama di tiga negara, yaitu Indonesia,
yang sama. Mereka selalu terdepan untuk urusan temu sapa idolanya. Kelompok
penggemar bintang Kpop ini biasanya memiliki nama sendiri disesuaikan dengan
nama idolanya, seperti Shawol untuk penggemar SHINee, VIP untuk penggemar
menghadirkan aneka merchandise, foto, album, hingga kerja sama layanan khusus
korea nya sebagai figur media favoritnya, karena para penggemar merasa
mengenal idola atau figur medianya melalui media massa (Sari, 2012).
media merasa sangat mengenal figur media favoritnya dari penampilan, sikap,
gaya bahasa, dan tingkah laku figur medianya, meskipun mereka tidak
Wohl (1956) untuk mendeskripsikan respon pengguna media terhadap figur media
komunikasi yang satu arah karena segala tindakan figur media di media massa
dapat di observasi oleh pengguna media, yang dimana reaksi pengguna media
hanya dapat diantipasi, sedangkan reaksi pengguna media tidak dapat diobservasi
secara langsung oleh figur media. Meskipun interaksinya luas, interaksi parasosial
bersifat satu arah, satu sisi, non-dialektikal, dikontrol oleh figur media, dan tidak
pengalaman ilusi yang dialami oleh pengguna media, yang merasa seperti berada
dalam interaksi dengan figur media, meskipun situasinya tidak bertimbal balik.
parasosial terjadi ketika seseorang yang belum pernah bertemu dengan figur
media favoritnya tetapi merasa memiliki hubungan dekat dengannya, yang dalam
arti dalam arti mereka terlibat dalam interaksi pseudo-sosial dengan figur media
favoritnya.
figur media favoritnya, mendiskusikan figur media favoritnya dengan orang lain,
beberapa karakteristik seperti mencari bimbingan dari figur media, melihat figur
media sebagai teman, dan membayangkan menjadi bagian dari dunia sosial figur
media yang disukai (Rubin, Perse & Powell, 1985). Pengguna media juga merasa
mengenal figur medianya, seperti mengetahui teman dekat dan keluarga figur
media. Selain itu, pengguna media pun merasa memiliki hubungan personal
dengan figur media, memberikan perhatian penuh pada apa yang terjadi dengan
kehidupan figur media, dan berkeinginan untuk menjadi seperti mereka (Hoffner
banyak studi yang telah meneliti interaksi parasosial dengan penyiar berita televisi
artis televisi terfavorit; artis opera sabun; karakter sinetron komedi terfavorit dan
styles memiliki peran dalam pembentukan interaksi parasosial dengan figur media
favoritnya. Menurut Giles dan Maltby (2004), attachment terhadap figur media
bersifat satu arah dan seseorang tersebut merasa figur medianya sebagai sosok
teman atau kolega. Meskipun interaksi parasosial bersifat satu arah dan imajiner,
seseorang tetap merasa bahwa interaksi parasosial sama dengan hubungan sosial
attachment sebagai suatu hubungan dekat atau perilaku lekat antara diri seseorang
dengan orang lain, yang diasumsikan bahwa perilaku interpersonal seseorang akan
terlihat dari evaluasi dirinya yang negatif atau positif, dan sejauh mana orang
mempersepsikan bahwa orang lain tidak dapat dipercaya, tidak dapat diharapkan
dimensi utama attachment oleh Bartholomew dan Griffin (dalam Baron & Byrne,
keterlibatan dan intensitas para remaja yang memiliki interaksi parasosial (Theran,
fearful dan dismissing memiliki gambaran negatif terhadap orang lain secara
pengguna media dengan figur media favoritnya, terlihat dalam karakteristik para
pengguna media yang terkait dari perilaku attachment nya yaitu penggemar atau
pengguna media akan berusaha untuk mengurangi jarak antara dirinya dengan
melalui surat penggemar; pengguna media merasa senang ketika melihat figur
medianya di media massa; dan pengguna media merasa sedih dan kecewa ketika
figur medianya tidak pernah muncul di media massa (Weiss, 1991; Cole & Leets,
1999).
atau kesepian. Russell (dalam Cook & Wilson, 1979) mengatakan bahwa
dan Ferguson (dalam Rubin, Perse, & Powell, 1985) menemukan bahwa
yang kurang atau jarang melakukan hubungan sosial akan lebih sering berada di
dalam rumah sehingga cenderung menggunakan televisi atau media yang lainnya
sosial seperti loneliness, isolasi, dan kurangnya interaksi manusia. Rubin, Perse,
dipandang sebagai suatu hubungan yang tidak nyata atau sebagai pengganti
hubungan sosial bagi para orangtua, cacat, dan seseorang yang kesepian
(loneliness).
8
interaksi parasosial pun juga akan meningkat, hal tersebut terjadi dikarenakan
antara loneliness dan parasosial pada wanita dewasa muda. Hasil yang didapatkan
parasosial akan terbentuk secara kuat ketika individu terlalu berlebihan dalam
medianya melalui media, maka ia akan semakin intim dengan figur media dan
beberapa alasan. Pertama, interaksi parasosial ternyata dapat terjadi pada masa
9
emosional, dan transisi yang penting pada masa remaja. Kedua, interaksi
parasosial remaja dengan figur media biasanya disebut sebagai pseudofriends, hal
otonomi dalam hubungan dengan orang tua. Remaja dapat menggunakan interaksi
panutan atau figur, yang berkaitan dalam hal meniru gaya hidup seperti
menginginkan tubuh yang ideal seperti yang dimiliki oleh figur media (Giles,
kpop sebagai pengguna media dengan selebriti kpop sebagai figur media
tidak menyenangkan.
4. Korean Pop atau Kpop merupakan suatu aliran musik populer yang berasal
sebagai berikut :
diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan dari teori psikologi pada
penggemar kpop.
13
Bab 1 Pendahuluan
Meliputi latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan
Meliputi pengolahan semua data yang terkumpul dalam penelitian dan analisis
data.
LANDASAN TEORI
Pada bab dua ini dijelaskan mengenai teori-teori yang berkaitan dengan
penelitian. Teori tersebut yaitu teori interaksi parasosial, teori attachment styles,
Horton dan Wohl di tahun 1956 sebagai suatu hubungan pertemanan atau
hubungan dekat dengan figur media (musisi, artis, aktor, pembawa acara)
hubungan interpersonal yang dimediasi dan terjadi antara pengguna media dengan
figur media melalui media massa yaitu televisi, internet, radio, dan lain-lain.
Interaksi parasosial juga dikatakan sebagai pengalaman ilusi yang dialami oleh
pengguna media, yang merasa seperti berada dalam interaksi dengan figur media,
sosial dan komunikasi yang satu arah karena segala tindakan figur media di media
massa dapat di observasi oleh pengguna media, yang dimana reaksi pengguna
media hanya dapat diantipasi, sedangkan reaksi pengguna media tidak dapat
diobservasi secara langsung oleh figur media. Dengan kata lain, interaksi
14
15
parasosial bersifat satu arah, non-dialektikal, dikontrol oleh performer, dan tidak
dapat berkembang
tersebut terjadi ketika pengguna media melihat figur medianya sebagai sesuatu
yang nyata, dan bereaksi terhadap figur tersebut, dan pengguna media merasa
kesulitan dalam membedakan figur media sebagai tokoh fiksi dan kenyataan.
memiliki hubungan dekat dengan figur media favoritnya, tetapi belum pernah
bertemu dengan figur media favoritnya. Dari hal tersebut dikatakan seseorang
interpersonal yang dirasakan pada pengguna media dengan figur media massa.
dari dunia media massa, dan merasakan bahwa figur media tersebut seolah-olah
keterlibatan pengguna media dalam porsi media yang digunakan. Rubin, Perse
hubungan interpersonal satu sisi antara pengguna media (televisi, internet, radio)
dengan figur media. Selain itu, Grant, Guthrie dan Ball-Rokeach (dalam Schramm
dikemukakan oleh Horton dan Wohl (1956), yang mendefinisikan bahwa interaksi
pengguna media dengan figur media melalui media massa yaitu televisi, internet,
radio, dan lain-lain. Interaksi parasosial juga dikatakan sebagai pengalaman ilusi
yang dialami oleh pengguna media, yang merasa seperti berada dalam interaksi
dengan figur media, meskipun situasinya tidak bertimbal balik, bersifat satu arah,
Menurut Horton dan Wohl (dalam Rubin, Perse, & Powell, 1985), interaksi
1. Empathy
2. Physical Attraction
Persepsi pengguna media pada suara, ketertarikan fisik, dan kealamian figur
media favoritnya.
3. Perceived Similarity
perceptual cognitive antara pengguna media dengan figur media. Penjelasan dari
1. Affective
Melihat perasaan positif dan negatif pengguna media terhadap figur media
2. Perceptual Cognitive
secara penuh pada figur medianya. Atensi yang diberikan yaitu persepsi
3. Behavioral
interaksi parasosial dari Horton dan Wohl (dalam Rubin, Perse, & Powell, 1985)
menjadi bagian dari dunia sosial figur media yang disukai dan keinginan untuk
bertemu dengan figur media (Rubin, Perse, Powell, 1985). Pengguna media juga
merasa mengenal figur medianya, seperti mengetahui teman dekat dan keluarga
figur media. Selain itu, pengguna media pun merasa memiliki hubungan personal
dengan figur media, memberikan perhatian penuh pada apa yang terjadi dengan
19
kehidupan figur media, dan berkeinginan untuk menjadi seperti mereka (Hoffner
lain untuk menjadi seperti figur media favoritnya. Hoffner dan Cantor (dalam
Hoffner & Buchanan, 2005) juga berpendapat bahwa pengguna media cenderung
agar menjadi seperti figur medianya, tingkat kemiripan tersebut menjadi sinyal
bahwa hal tersebut layak dan sesuai bagi pengguna media untuk menjadi seperti
umpan balik atau respon yang diberikan pengguna media kepada figur medianya.
nonverbal dan verbal, mereka menyesuaikan respon mereka dengan hal-hal yang
Selain itu, Cole dan Leets (1999) juga menjelaskan bahwa pengguna
jarak antara dirinya dengan figur media yang disukai. Mereka juga akan selalu
figur medianya, mengatur ulang jadwal atau pengaturan perekaman video figur
media (Rubin & Bantz, 1989; Cole & Leets, 1999). Terkadang mereka mencoba
menghubungi figur media nya melalui surat penggemar atau secara langsung
(Leets, deBecker, & Giles, 1995; Cole & Leets, 1999). Selain itu, pengguna media
akan merasa senang ketika melihat figur medianya muncul di berbagai media
terhadap figur media, ditemukan lebih dari setengah respondennya setuju bahwa
figur media yang disukai sudah seperti teman yang setiap hari mereka lihat.
figur media dan teman sebenarnya, tetapi banyak yang menganggap bahwa figur
media mereka sebagai seseorang yang spesial. Sehingga, para pengguna media
interaksi parasosial ditemukan pada pengguna media dan media yang digunakan,
contohnya pada talk show Oprah, para pengguna media merasa nyaman ketika
menyapa pembawa acara favoritnya dengan komentar terhadap gaya rambut, baju,
dan berat badan pembawa acara tersebut. Para pengguna media sudah mengetahui
apa yang mereka harapkan dari figur medianya, mereka merasa memiliki figur
21
yang kurang atau jarang melakukan hubungan sosial akan lebih sering berada di
dalam rumah sehingga cenderung menggunakan televisi atau media yang lainnya
sebagai teman dan akan membentuk interaksi parasosial. Hal tersebut sesuai
dengan penelitian Schiappa, Allen, dan Gregg (dalam Preiss, Gayle, Burrell,
Allen, & Brynt, 2007), yang mengatakan bahwa seseorang cenderung membentuk
interaksi parasosial karena kurangnya kontak interpersonal dengan orang lain dan
berbagi pandangan dan perasaan emosional pada figur media yang disukainya,
yang kemudian akan membuatnya merasa semakin dekat dengan figur media
dan lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan dengan laki-laki, dan biasanya
perempuan cenderung lebih fleksibel dalam memilih figur medianya. Selain itu,
Levy (dalam Wang, Fink, & Cai, 2008) melaporkan bahwa individu lebih sering
menggunakan televisi atau media yang lain ketika merasa kesepian dibandingkan
22
dengan individu yang tidak kesepian. Kedua, Perse dan Rubin (dalam Wang,
Fink, & Cai, 2008) serta Rubin dan McHugh (dalam Wang, Fink, & Cai, 2008)
menemukan bahwa paparan media yang lebih besar akan meningkatkan interaksi
parasosial.
styles, perbedaan seseorang dalam berempati, self-esteem yang rendah, dan jenis
kelamin.
Peneliti membuat alat ukur yang mengukur Interaksi Parasosial. Alat ukur
tersebut didasari pada tiga dimensi interaksi parasosial oleh Horton dan Wohl
(dalam Rubin, Perse, dan Powell, 1985) yaitu empathy, physical attraction dan
perceived similarity. Jumlah keseluruhan item yang terdapat pada alat ukur
favorable dan unfavorable. Item-item dalam skala ini diukur dengan empat poin
skala Likert.
favoritnya. Cole dan Leet (1999) juga menyatakan bahwa seseorang yang
terpenuhi. Attachment styles yang lain seperti secure, fearful, dan dismissing
parasosial.
satu perantara bagi individu yang loneliness untuk tetap menjalin suatu
Perse, dan Powell (1985) mengatakan bahwa interaksi parasosial ini pada
awalnya dipandang sebagai suatu hubungan yang tidak nyata atau sebagai
(loneliness).
sosial dan emosional. Hal tersebut dapat memotivasi pengguna media untuk
24
Adanya kesamaan baik dalam hal penampilan fisik, tingkah laku dan reaksi
emosional, akan membuat pengguna media akan lebih tertarik pada karakter
televisi memiliki wajah yang tampan ataupun cantik, memiliki bakat yang
tidak biasa, atau sangat sukses. Pengguna media akan tertarik pada individu
tersebut dan melihat mereka sebagai panutan. Proses ini terjadi saat
2002).
2002).
7. Lamanya menonton televisi. Altman dan Taylor (dalam Camella, 2001) juga
menonton televisi.
lain, serta merasa nyaman jika orang tersebut hadir dan juga merasa cemas jika
orang tersebut tidak ada. Attachment yang sehat membawa cinta, keamanan, dan
kebahagiaan; attachment yang tidak sehat membawa kecemasan, duka cita dan
attachment sebagai suatu hubungan dekat atau perilaku lekat antara diri seseorang
dengan orang lain, yang diasumsikan bahwa perilaku interpersonal seseorang akan
terlihat dari evaluasi dirinya yang negatif atau positif, dan sejauh mana orang
mempersepsikan bahwa orang lain tidak dapat dipercaya, tidak dapat diharapkan
hubungan dekat dengan orang lain. Selama perjalanan waktu, hubungan dekat
atau harapan seseorang terhadap orang lain dalam hal ketersediaan, kepercayaan,
dan responsif seseorang di masa remaja dan dewasa (Cole & Leets, 1999).
penglengketan, perkaitan, relasi, ikatan, tersangkut satu sama lain, hubungan, atau
tarik atau ketergantungan emosional antara dua orang. Selain itu, attachment
1981).
berinteraksi dengan orang lain. Secara khusus, penerapan teori attachment oleh
27
Bowlby mengarah ke fase remaja dan dewasa, dan telah menghasilkan berbagai
hubungan kelekatan yang secure. Hal tersebut terjadi ketika pengasuh mendukung
yaitu memiliki keberanian yang penuh, dapat menguasai situasi dan tugas yang
dikemukakan oleh Bartholomew dan Griffin (dalam Baron & Byrne, 2005), yang
antara diri seseorang dengan orang lain, yang diasumsikan bahwa perilaku
interpersonal seseorang akan terlihat dari evaluasi dirinya yang negatif atau
positif, dan sejauh mana orang tersebut mempersepsikan orang lain sebagai
seseorang yang dapat dipercaya, dapat diharapkan, dan dapat diandalkan (positif)
atau lawannya yaitu, mempersepsikan bahwa orang lain tidak dapat dipercaya,
tidak dapat diharapkan dan tidak dapat diandalkan (negatif) (Bartholomew &
Attachment styles adalah konsep yang berasal dari teori attachment oleh John
Bowlby dan mengacu pada gaya karakteristik seseorang untuk berhubungan dekat
28
dengan orang lain (Levy, Ellison, Scott & Bernecker, 2011). Bartholomew &
Griffin (dalam Baron & Byrne, 2003) membagi attachment styles menjadi empat
dimensi, yaitu :
1. Secure
Memiliki self-esteem yang tinggi dan positif terhadap orang lain, sehingga ia
2. Fearful
Memiliki self esteem yang rendah dan pandangan negatif terhadap orang
hubungan akrab, seseorang berharap dapat melindungi diri mereka dari rasa
3. Preoccupied
tetapi mereka juga mengalami kecemasan dan rasa malu karena merasa
terjadinya suatu depresi setiap kali hubungan menjadi buruk (Baron &
Byrne, 2003).
4. Dismissing
Memiliki gambaran diri yang sangat positif (terkadang tidak realistis) dan
gambaran diri dari seseorang ini berbeda jauh dari gambaran orang lain
sangat layak untuk mendapatkan hubungan yang dekat; orang lain mungkin
lebih melihat mereka secara negatif, tidak ramah, dan terbatas keterampilan
dari orang lain, sehingga mereka mungkin saja merasa takut terhadap
berbeda, secure mempunyai evaluasi diri persepsi mengenai orang lain yang
positif, fearful mempunyai evaluasi diri dan persepsi mengenai orang lain yang
negatif, preoccupied mempunyai evaluasi diri yang negatif dan persepsi mengenai
30
orang lain yang positif, dan dismissing mempunyai kombinasi evaluasi diri yang
2008). Alat ukur tersebut didasari dari model attachment styles Bartholomew dan
Griffin, yang terdiri dari empat dimensi yaitu dimensi secure, dimensi fearful,
unfavorable. Item-item dalam skala ini diukur dengan empat poin skala Likert.
2.3 Loneliness
Menurut Peplau dan Perlman (1982), loneliness adalah pengalaman yang tidak
yang di inginkan dan jenis hubungan sosial yang sudah di miliki. Terkadang,
loneliness merupakan hasil dari pergeseran kebutuhan sosial individu bukan dari
subjektif, yang mana tidak bisa diukur dengan observasi sederhana. Ketiga,
31
1982).
kegelisahan subjektif yang dirasakan pada saat hubungan sosial kehilangan ciri-
yang tidak menyenangkan, yang terhubung dengan pelepasan yang tidak memadai
ketiadaan hubungan sosial yang memuaskan, hal tersebut disertai dengan gejala
tekanan psikologis yang terkait dengan kesepian yang dirasakan. Menurut Weiss
(dalam Peplau & Perlman, 1982), loneliness terjadi bukan karena individu
tersebut sendiri, tetapi individu tersebut merasa belum memiliki hubungan yang
tidak bahagia, kurang puas dengan hubungan sosial, dan merasa kurang
pengalaman antara hubungan interpersonal yang ada dan yang diinginkan sebagai
32
diinginkan dalam jangka waktu tertentu. Menurut Gordon (dalam Peplau &
disebabkan oleh kurangya jenis tertentu dalam hubungan manusia; perasaan akan
dirinya di kondisi saat ini, dan jenis hubungan yang ingin dimiliki, baik dalam
pengalaman masa lalu atau beberapa keadaan ideal yang tidak pernah ia alami.
sering merasa depresi, tidak bahagia, kurang puas dengan hubungan sosial, dan
Menurut Russell (1996), loneliness terbagi menjadi tiga bentuk dimensi, yaitu:
berpikir.
33
kehidupan di lingkungannya.
kurang memahaminya.
lingkungan sosial.
Menurut Young (dalam Peplau & Goldston, 1984) loneliness dapat dibagi
Alat ukur yang digunakan peneliti untuk mengukur loneliness menggunakan skala
baku yang disusun oleh Russell (1996) yaitu UCLA Loneliness Scale versi ketiga.
Jumlah keseluruhan item yang digunakan yaitu 20 item, dengan empat pilihan
2.4 Remaja
studi ilmiah remaja yaitu Hall (dalam Santrock, 2003), remaja adalah masa antara
35
usia 12 sampai 23 tahun dan penuh dengan masa guncangan yang ditandai dengan
konflik dan perubahan. Remaja awal berkisar antara usia 12 sampai 15 tahun,
remaja madya berkisar antara usia 16 sampai 18 tahun, dan remaja akhir berkisar
perkembangan tahap identity versus identity confusion. Pada tahap identity versus
dihadapkan pada pertanyaan siapa mereka, mereka itu sebenarnya apa, dan ke
peran dan identitas yang mereka ambil dari kebudayaan sekitarnya. Kaum muda
remaja ini, muncul dengan suatu kepribadian baru yang menarik dan dapat
mengalami kebingungan, dan kebingungan muncul dalam satu dari dua pilihan:
individu menarik diri, memisahkan diri dari teman sebaya dan keluarga; atau
tahun.
Menurut Piaget (dalam Hurlock, 1980), masa remaja adalah usia di mana
seseorang berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia di mana anak tidak lagi
merasa di bawah tingkatan orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam
dewasa, yang kenyataannya merupakan ciri khas yang umum dari periode
perkembangan ini.
sampai 18 tahun. Remaja awal bermula dari usia 13 tahun sampai 16 atau 17
tahun, dan remaja akhir bermula dari usia 16 atau 17 tahun sampai 18 tahun, yaitu
psikologis, dan sosial ekonomi. Maka, secara lengkap definisi tersebut berbunyi
menjadi dewasa,
yang digunakan adalah usia remaja secara umum yaitu dari usia 12 tahun sampai
Menurut Santrock (2003) dan Steinberg, Vandell, dan Bonstein (2011), terdapat
Tanda perkembangan biologis yang paling jelas pada remaja adalah terjadinya
saat remaja mulai aktif dan matang secara seksual dan mampu melakukan
reproduksi (Santrock, 2003). Pubertas meliputi semua perubahan fisik yang terjadi
pada anak perempuan dan laki-laki dalam melewati masa kanak-kanak sampai
dewasa.
kemampuan remaja untuk berpikir secara hipotesis dan abstrak sudah lebih
meningkat.
peribahasa, metafora, dan analogi. Selain itu, kapasitas dan ketertarikan remaja
akan pemikiran mengenai hubungan, politik, agama, dan moral sudah mulai
organisasi, dan metakognisi juga terjadi di perubahan secara kognitif dalam masa
Dalam Santrock (2003), perubahan secara sosiemosional pada remaja dapat dilihat
pada perubahan dalam hubungan dengan orang lain, dalam emosi, kepribadian,
dan dalam konteks sosial. Dalam Steinberg, Vandell, dan Bonstein (2011),
yang ditandai dengan konflik dan permusuhan tetapi juga dengan pengasuhan dan
39
Kpop atau korean pop didefiniskan sebagai aliran musik populer yang berasal dari
Korea Selatan, dan telah menjadi aliran musik pop independen selama lebih dari
dua dekade. Sebagian besar idola kpop sudah menembus batas dalam negeri dan
musik dan drama dari negara ginseng yaitu Korea Selatan. Fenomena tersebut
lebih di kenal dengan sebutan korean wave atau hallyu. Kpop sendiri merupakan
bagian dari korean wave atau hallyu (Jin, 2012). Popularitas kpop telah menyebar
ke berbagai negara, yaitu Cina, Jepang, Asia Tenggara, Amerika, dan Eropa.
Kpop juga telah menghasilkan sejumlah lagu dan penyanyi terkenal. Lagu-lagu
kpop telah masuk ke tangga lagu Amerika, yaitu Billboard, yang selama ini
Sekarang ini, para remaja memiliki ketertarikan akan gelombang budaya pop
Korea atau yang biasa disebut dengan Kpop. Kpop tidak hanya memanjakan
telinga dan mata para remaja, tetapi juga membentuk suatu imajinasi tentang
Selain itu, para remaja yang menganggap diri mereka sebagai penggemar Kpop
membentuk sebuah kelompok penggemar yang menyukai idola Kpop yang sama.
Mereka selalu terdepan untuk urusan temu sapa idola atau figur media favoritnya.
perantara antara mereka dengan idola atau figur media favoritnya. Mereka dapat
mengetahui perkembangan karir, aktivitas, acara televisi dan program musik yang
diikuti oleh idola atau figur media favoritnya melalui media massa. Dengan
banyaknya paparan media massa, para penggemar Kpop atau pengguna media
merasa mengenal secara personal terhadap selebritis atau figur di media disebut
dan terjadi antara pengguna media (televisi, internet, radio) dengan figur media
pengalaman ilusi yang dialami oleh pengguna media, yang merasa seperti berada
dalam interaksi dengan figur media, meskipun situasinya tidak bertimbal balik
Cole & Leets (1999) menyatakan bahwa attachment styles berpengaruh secara
styles fearful dan dismissing memiliki pengaruh yang kecil dalam mempengaruhi
dilakukan oleh Rubin dan Mchugh (1987) menyatakan bahwa loneliness memiliki
pengaruh yang kecil terhadap interaksi parasosial. Serta, dimensi depression tidak
kerangka berpikir penelitian yang merupakan kombinasi dari teori dan penelitian
Attachment Styles
Secure
Fearful
INTERAKSI
Preoccupied
PARASOSIAL PADA
Dismissing
PENGGEMAR
KPOP
Loneliness
Personality
Social Desirability
Depression
penggemar kpop
penggemar kpop
METODE PENELITIAN
Pada bab ini dipaparkan tentang populasi dan sampel, variabel penelitian, definisi
Populasi dalam penelitian ini adalah para penggemar musik pop Korea atau kpop
yang berjenis kelamin perempuan, dengan rentang usia antara 10-23 tahun.
Kuesioner yang disebar sebanyak 300 buah dan pada kenyataannya, hanya
dua teknik pengambilan data yaitu melakukan pengambilan data secara langsung
dan pengambilan data berupa skala online dengan memanfaatkan media internet.
variabel lain yang sifatnya tidak dapat berdiri sendiri. Dependent variable dalam
43
44
variabel lain yang sifatnya berdiri sendiri. Independent variable dalam penelitian
ini adalah attachment styles dan loneliness. Attachment styles memiliki empat
adalah:
dan terjadi antara pengguna media dengan figur media melalui media massa
yaitu televisi, internet, radio, dan lain-lain. Interaksi parasosial juga dikatakan
sebagai pengalaman ilusi yang dialami oleh pengguna media, yang merasa
seperti berada dalam interaksi dengan figur media, meskipun situasinya tidak
ukur yang mengukur Interaksi Parasosial. Alat ukur tersebut didasari pada tiga
dimensi interaksi parasosial oleh Horton dan Wohl (dalam Rubin, Perse, dan
Powell, 1985).
seseorang dengan orang lain, yang didasari oleh empat tipe attachment yaitu
Pada penelitian ini penulis menggunakan instrumen berupa skala atau kuesioner
1. Interaksi parasosial
yang terdiri dari 38 item. Skala interaksi parasosial terdiri dari tiga dimensi, yaitu
Item
No Dimensi Indikator
Fav Unfav
1 Empathy - Active Bonding: Keinginan untuk 1, 2, 3, 4, 5, 7
berperilaku atau bersikap seperti figur 6, 8, 9, 10,
media 11, 12, 13
- Passive bonding: Responden merasa
memiliki beberapa kesamaan ikatan
dua arah dengan figur media; meliputi
pertemanan, empati, dan penarikan
selama selebriti favorit tidak muncul di
media.
2 Physical Attraction Persepsi responden terhadap 14, 15, 16, 21
- Suara figur media, 17, 18, 19,
- Ketertarikan fisik figur media, 20, 22, 23,
- Kealamian atau naturalness figur 24, 25, 26, 27
media
3 Perceived Similarity - Mengindentifikasi figur media 28, 29, 30, 32
- Melihat kesamaan antara dirinya 31, 33, 34,
dengan figur medianya. 35, 36, 37, 38
Jumlah 35 3
46
2. Attachment styles
Styles Questionnaire (ASQ) oleh Oudenhoven, Hofstra dan Bakker yang terdiri
dari 22 item (dalam Polek, 2008). Pengukuran ini mencakup empat dimensi, yaitu
Item
No Dimensi Indikator
Fav Unfav
1 Secure - Mudah dekat dengan orang lain secara 1, 12, 13, 3, 7
emosional 9, 16, 20
- Nyaman bila bergantung dengan orang
lain dan begitu sebaliknya.
2 Fearful - Menginginkan kedekatan emosi dengan 2, 4, 18, -
orang lain, tetapi sulit untuk 21
mempercayai orang lain.
- Khawatir disakiti bila terlalu dekat
dengan orang lain.
3. Loneliness
Alat ukur yang digunakan peneliti untuk mengukur loneliness menggunakan skala
baku yang disusun oleh Russell (1996) yaitu UCLA Loneliness Scale version 3.
Alat ukur tersebut terdiri dari tiga dimensi yaitu personality, social desirability
dan depression (Russell, 1996). Jumlah keseluruhan item yang digunakan yaitu 20
item. Item-item dalam skala ini diukur dengan empat poin skala Likert.
47
Item
No Dimensi Indikator
Fav Unfav
1 Personality Organisasi dinamis dalam individu dari sistem-
sistem psikofisik yang menentukan
3, 8, 13, 17 6, 9, 15, 16
- karakteristik perilaku
- karakteristik berpikir
2 Social Desirability Adanya keinginan untuk
- Terlibat dalam kehidupan sosial 1, 5, 10, 19,
7
- Menyukai kehidupan sosial individu di 20
lingkungan hidupnya
3 Depression Gangguan yang ditandai dengan perasaan
- Sedih
- Murung, 2, 4, 11, 12,
-
- Tidak bersemangat, 14, 18
- Merasa tidak berharga,
- Berpusat kepada kegagalan
Jumlah 11 9
Seluruh skala dalam penelitian ini menggunakan instrumen berupa skala atau
kuesioner. Kuesioner yang akan digunakan berupa skala model likert dengan pola
Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS).
Penilaian yang diberikan pada setiap pernyataan untuk lebih jelasnya akan pada
tabel 3.4.
Tabel 3.4. Penilaian skala likert interaksi parasosial dan attachment styles
yaitu Sering (S), Kadang-kadang (KK), Jarang (J), Tidak Pernah (TP). Penilaian
yang diberikan pada setiap pernyataan untuk lebih jelasnya akan pada tabel 3.5.
styles, dan loneliness. Untuk menguji validitas konstruk alat ukur yang digunakan
1. Bahwa ada sebuah konsep atau trait berupa kemampuan yang didefinisikan
terhadap faktor ini dilakukan melalui analisis terhadap respon atas item-
itemnya.
2. Diteorikan setiap item hanya mengukur satu faktor saja, begitupun juga tiap
subtes hanya mengukur satu faktor juga. Artinya baik item maupun subtes
bersifat unidimensional.
matriks dari data empiris, yang disebut matriks S. Jika teori tersebut benar
chisquare. Jika hasil chi square tidak signifikan p > 0.05, maka hipotesis
diterima bahwa item ataupun sub tes instrument hanya mengukur satu faktor
saja.
5. Jika model fit, maka langkah selanjutnya menguji apakah item signifikan
value. Jika hasil t-value tidak signifikan maka item tersebut tidak signifikan
dalam mengukur apa yang hendak diukur, bila perlu item yang demikian di
6. Terakhir, apabila dari hasil CFA terdapat item yang koefisien muatan
faktornya negatif, maka item tersebut harus di keluarkan. Sebab hal ini tidak
Di bawah ini merupakan tabel 3.6 menjelaskan hasil uji validitas instrumen
perceived similarity. Setiap dimensi diuji satu per satu, namun dalam
apakah 38 item yang terdiri dari tiga dimensi interaksi parasosial bersifat
Berdasarkan hasil CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata
pada dimensi empathy model satu faktor ternyata tidak fit yaitu dengan Chi-
pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka
nilai RMSEA = 0.038. Sehingga ke 12 item diterima dan satu item dikeluarkan.
Pada dimensi physical attraction dari hasil analisis CFA yang dilakukan
dengan model satu faktor ternyata tidak fit yaitu dengan Chi-square = 1215.70, df
= 77, P-value = 0.00000, dan nilai RMSEA = 0.240, oleh sebab itu penulis
beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit
0.038. Sehingga keseluruhan item diterima dan tidak ada yang dikeluarkan.
Pada dimensi perceived similarity dari hasil analisis CFA yang dilakukan
dengan model satu faktor ternyata tidak fit yaitu dengan Chi-square = 508.12, df =
44, P-value = 0.00000, dan nilai RMSEA = 0.203, oleh sebab itu penulis
beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit
0.029. Sehingga ke 9 item diterima dan dua item dikeluarkan. Gambar model fit
hendak diukur secara siginifikan serta sekaligus menentukan apakah item tersebut
51
perlu dikeluarkan atau tidak, pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai T bagi
setiap koefisien muatan faktor. Ada pun hasil uji validitas instrumen interaksi
parasosial seluruh dimensi lebih lengkap dapat dilihat pada tabel 3.6 di bawah ini:
No. Standard
Dimensi Lambda T-value Signifikan
Item Error
1 Empathy 0.59 0.08 7.22 √
2 0.58 0.06 9.75 √
3 0.38 0.06 5.91 √
4 0.30 0.06 4.83 √
5 0.58 0.06 9.13 √
6 0.79 0.06 12.85 √
7 0.12 0.08 1.43 X
8 0.17 0.06 2.82 √
9 0.18 0.06 2.97 √
10 0.39 0.06 6.57 √
11 0.38 0.07 5.60 √
12 0.51 0.06 8.12 √
13 0.33 0.06 5.46 √
14 Physical Attraction 0.20 0.07 2.85 √
15 0.45 0.06 7.00 √
16 0.41 0.06 6.62 √
17 0.33 0.06 5.19 √
18 0.28 0.07 4.19 √
19 0.89 0.05 17.76 √
20 0.57 0.06 9.76 √
21 0.60 0.06 10.30 √
22 0.59 0.06 10.29 √
23 0.60 0.06 10.18 √
24 0.53 0.06 12.00 √
25 0.68 0.06 12.00 √
26 0.72 0.06 13.11 √
27 0.19 0.07 2.65 √
28 Perceived Similarity 1.41 0.11 12.69 √
29 0.49 0.06 8.79 √
30 0.55 0.06 9.24 √
31 0.29 0.04 6.42 √
32 0.85 0.05 16.60 √
33 0.19 0.04 4.68 √
34 1.09 0.28 3.92 √
35 0.17 0.04 4.23 √
36 -0.18 0.04 -4.24 X
37 0.28 0.06 4.56 √
38 -0.11 0.04 -3.03 X
Keterangan : tanda √ = signifikan (t -1,96 > x > 1,96) ; X = tidak signifikan
Dari hasil tabel 3.6 dapat kita lihat bahwa terdapat 36 item yang signifikan
berkoefisien bermuatan positif serta 2 yang bermuatan negatif. Pada muatan yang
negatif nilai T< 1,96 maka pada item 7, 36, 38 tidak signifikan sehingga item
tersebut di keluarkan.
Di bawah ini merupakan tabel 3.7 menjelaskan hasil uji validitas instrumen
dismissing. Setiap dimensi diuji satu per satu, namun dalam penyajiannya
Langkah pertama, penulis menguji apakah 22 item yang terdiri dari empat
Berdasarkan hasil CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata
pada dimensi secure model satu faktor ternyata tidak fit yaitu dengan Chi-square
= 56.22, df = 20 , P-value = 0.00003, dan nilai RMSEA = 0.084, oleh sebab itu
pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh
RMSEA = 0.037. Sehingga 7 item diterima dan satu item dikeluarkan. Gambar
Pada dimensi fearful dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model
satu faktor ternyata tidak fit yaitu dengan Chi-square = 8.98, df = 2 , P-value =
0.01121, dan nilai RMSEA = 0.117, oleh sebab itu penulis melakukan modifikasi
berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi-square =
item diterima dan tidak ada yang dikeluarkan. Gambar model fit dapat dilihat
pada lampiran.
Pada dimensi preoccupied dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan
model satu faktor ternyata tidak fit yaitu dengan Chi-square = 23.55, df = 9 , P-
value = 0.00507, dan nilai RMSEA = 0.079, oleh sebab itu penulis melakukan
dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi-
keseluruhan item diterima dan tidak ada yang dikeluarkan. Gambar model fit
Pada dimensi dismissing dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan
model satu faktor ternyata tidak fit yaitu dengan Chi-square = 3.45, df = 2 , P-
value = 0.17841, dan nilai RMSEA = 0.053, oleh sebab itu penulis melakukan
dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi-
keseluruhan item diterima dan tidak ada yang dikeluarkan. Gambar model fit
hendak diukur secara siginifikan serta sekaligus menentukan apakah item tersebut
perlu dikeluarkan atau tidak, pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai T bagi
setiap koefisien muatan faktor. Ada pun hasil uji validitas instrumen attachment
styles seluruh dimensi lebih lengkap dapat dilihat pada tabel 3.7 di bawah ini:
54
Dari hasil tabel 3.7 dapat kita lihat bahwa terdapat 21 item yang signifikan
berkoefisien bermuatan positif serta 1 yang bermuatan negatif. Pada muatan yang
negatif nilai T < 1,96 maka pada item 1 tidak signifikan sehingga item tersebut di
keluarkan.
Di bawah ini merupakan tabel 3.8 menjelaskan hasil uji validitas instrumen
Setiap dimensi diuji satu per satu, namun dalam penyajiannya digabung menjadi
satu tabel.
Langkah pertama, penulis menguji apakah 20 item yang terdiri dari tiga
loneliness. Ketiga aspek tersebut yaitu dimensi personality, social desirability dan
depression.
55
Berdasarkan hasil CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata
pada dimensi personality model satu faktor ternyata tidak fit yaitu dengan Chi-
pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka
nilai RMSEA = 0.036. Sehingga keseluruhan item diterima dan tidak ada yang
dikeluarkan. Gambar model fit dapat dilihat pada lampiran.Pada dimensi social
desirability dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor
ternyata tidak fit yaitu dengan Chi-square = 21.99, df = 9 , P-value = 0.00891, dan
nilai RMSEA = 0.075, oleh sebab itu penulis melakukan modifikasi terhadap
satu sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi-square = 10.48, df = 8,
diterima dan tidak ada yang dikeluarkan. Gambar model fit dapat dilihat pada
lampiran.
Pada dimensi depression dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan
model satu faktor ternyata tidak fit yaitu dengan Chi-square = 26.42, df = 9 , P-
value = 0.00174, dan nilai RMSEA = 0.087, oleh sebab itu penulis melakukan
dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi-
keseluruhan item diterima dan tidak ada yang dikeluarkan. Gambar model fit
56
dapat dilihat pada lampiran. Ada pun hasil uji validitas instrumen interaksi
parasosial seluruh dimensi lebih lengkap dapat dilihat pada tabel 3.8 di bawah ini:
Dari tabel 3.8 dapat kita lihat bahwa semua item yang berjumlah 20 item
merupakan item yang signifikan berkoefisien bermuatan positif dengan nilai T >
1.96.
(DV) dan untuk mengetahui seberapa besar sumbangan yang diberikan masing-
dan depression). Dalam hal ini penulis menggunakan teknik analisis regresi
SPSS 17.0 untuk mengetahui besar dan arah pengaruh antara variabel X1 hingga
berikut:
Keterangan :
e : Residual
A : Intercept/ konstan
b1, b2, ......, b7: Koefisien regresi untuk masing-masing variabel bebas (IV)
Dalam analisis regresi berganda ini dapat diperoleh beberapa informasi, yaitu:
58
1. Persiapan
sudut pandang teori. Selain itu, peneliti juga melakukan studi pendahuluan
dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan skala yang peneliti buat
interaksi parasosial.
2. Pengambilan Sampel
anggota sampel. Sampel dalam penelitian ini adalah penggemar kpop yang
3. Penyebaran Data
kepada penggemar kpop yang berusia 10-21 tahun dan berjenis kelamin
perempuan.
4. Pengolahan Data
scoring terhadap hasil skala yang telah diisi oleh responden, menghitung
HASIL PENELITIAN
Pada bab ini peneliti membahas hasil penelitian yang telah dilakukan.
Sampel dalam penelitian ini sebanyak 258 penggemar korean pop atau kpop.
maka pada sub bab ini ditampilkan gambaran banyaknya sampel penelitian
Jumlah Persentase
Remaja Awal 12 – 15 Tahun 96 37%
Remaja Madya 16 – 18 Tahun 144 56%
Remaja Akhir 19 – 23 Tahun 18 7%
Total 258 100%
Dari rincian tabel 4.1, dapat dikatakan bahwa sampel penelitian dengan usia
remaja awal sebanyak 96 orang (37%), sampel penelitian dengan usia remaja
madya sebanyak 144 orang (56%), sampel penelitian dengan usia remaja akhir
60
61
Dari rincian tabel 4.2, dikatakan bahwa sampel penelitian dengan durasi
mengkonsumsi kpop selama 0-8 jam memiliki sampel penelitian sebanyak 232
orang (91%), sampel penelitian dengan durasi mengkonsumsi kpop 9-16 jam
Dari rincian tabel 4.3, dikatakan bahwa sampel penelitian dengan kategori
sampel penelitian dengan kategori mendengar radio kpop sebanyak 5 orang (2%),
sampel penelitian dengan kategori social media sebanyak 107 orang (42%),
sampel penelitian dengan kategori melihat artikel kpop sebanyak 16 orang (6%),
orang (2%), dan sampel penelitian dengan kategori menonton video kpop
Hasil analisis deskriptif adalah hasil yang memberikan gambaran data penelitian.
Dalam hasil analisis deskriptif ini akan disajikan nilai maksimum, minimum,
mean dan standar deviasi dari setiap variabel serta kategorisasi tinggi dan
62
rendahnya skor variabel penelitian. Gambaran hasil analisis deskriptif ini dapat
Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat bahwa standar deviasi dari variabel interaksi
parasosial sebesar 9.28512 dengan mean sebesar 50.0000 serta nilai minimum
yang didapat adalah 30.99 dan nilai maksimumnya adalah 77.60. Untuk variabel
secure, standar deviasi yang didapat sebesar 6.57198 dengan mean sebesar
50.0000 serta nilai minimum yang didapat adalah 29.20 dan nilai maksimumnya
adalah 87.50. Untuk variabel fearful, standar deviasi yang didapat sebesar 9.99500
dengan mean sebesar 50.0000 serta nilai minimum yang didapat adalah 27.73 dan
yang didapat sebesar 6.40477 dengan mean sebesar 50.0000 serta nilai minimum
mean sebesar 50.0000 serta nilai minimum yang didapat adalah 38.25 dan nilai
didapat sebesar 7.56160 dengan mean sebesar 50.0000 serta nilai minimum yang
didapat adalah 32.76 dan nilai maksimumnya adalah 69.22. Untuk variabel social
desirability, standar deviasi yang didapat sebesar 6.74858 dengan mean sebesar
50.0000 serta nilai minimum yang didapat adalah 31.83 dan nilai maksimumnya
adalah 68.74. Untuk variabel depression, standar deviasi yang didapat sebesar
9.99500 dengan mean sebesar 50.0000 serta nilai minimum yang didapat adalah
Kategorisasi dalam penelitian ini dibuat menjadi dua kategori yaitu, tinggi dan
rendah.
Kategori Norma
Tinggi X ≥ Mean
Rendah X < Mean
Dari tabel tersebut diketahui bahwa terdapat 115 sampel penelitian (45%)
memiliki skor interaksi parasosial tinggi dan 143 sampel penelitian (55%)
Pada tabel 4.7 akan dijelaskan mengenai distribusi sampel berdasarkan variabel
subjek yang terdiri dari empat dimensi attachment styles, yaitu secure, fearful,
Dari tabel 4.7 diketahui bahwa terdapat 146 orang (57%) memiliki skor
secure tinggi dan 112 orang (43%) memiliki skor secure rendah. Skor tertinggi
fearful dimiliki oleh 157 orang (61%) dan 101 orang (39%) memiliki skor fearful
rendah. Skor tertinggi preoccupied dimiliki oleh 157 orang (61%) dan 101 orang
(39%) memiliki skor preoccupied rendah. Serta, terdapat 134 orang (52%)
memiliki skor dismissing tinggi dan 124 orang (48%) memiliki skor dismissing
rendah.
Dari tabel 4.8 diketahui bahwa terdapat 124 orang (48%) memiliki skor
personality tinggi dan 134 orang (52%) memiliki skor personality rendah. Skor
tertinggi social desirability dimiliki oleh 145 orang (56%) dan 113 orang (44%)
memiliki skor social desirability rendah. Serta, terdapat 109 orang (42%)
memiliki skor depression tinggi dan 149 orang (58%) memiliki skor depression
rendah.
dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik regresi berganda. Data yang
dianalisis adalah faktor score atau true score yang diperoleh dari hasil analisis
faktor. Pada tahapan ini penulis menguji hipotesis dengan teknik analisis regresi
berganda dengan menggunakan software SPSS 17. Dalam regresi ada tiga hal
yang dilihat, yaitu melihat besaran R square untuk mengetahui berapa persen
varians dependent variable (DV) yang dijelaskan oleh independent variable (IV),
signifikan terhadap dependent variable (DV), dan yang ketiga adalah melihat
variable (IV).
66
variable (DV) yang dijelaskan oleh keseluruhan independent variable (IV) dan
(DV) yang dijelaskan oleh dua independent variable (IV). Selanjutnya untuk tabel
Dari tabel 4.9, diperoleh R square sebesar 0.095 atau 9.5%. Artinya, sebesar 9.5%
fearful, sedangkan 90.5% lainnya dipengaruhi oleh variabel lain di luar penelitian
ini.
Dari tabel 4.10, diperoleh R square variabel attachment styles sebesar 0.071
kpop dapat dijelaskan oleh variabel attachment styles. Selain itu, diperoleh R
variabel loneliness.
variabel terhadap interaksi parasosial. Adapun hasil uji F dapat dilihat pada tabel
4.11 berikut.
Jika melihat kolom keenam dari kiri diketahui bahwa nilai p (sig) sebesar 0.001.
Dengan demikian diketahui bahwa p (0.001) < 0.05, maka hipotesis yang
tidak ditolak. Artinya, ada pengaruh yang signifikan dari dimensi attachment
independen variabel. Jika nilai t > 1,96 atau nilai sig < 0,05 maka koefisien regresi
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Berdasarkan koefisien regresi pada tabel 4.12 Dapat dijelaskan persamaan regresi
Dari tabel 4.12, untuk melihat signifikan atau tidaknya koefisien regresi
yang dihasilkan, cukup melihat nilai sig pada kolom yang paling kanan (kolom
ke-6). Jika P < 0.05, maka koefisien regresi yang dihasilkan signifikan
tidak signifikan.
69
Hal ini berarti dari tujuh independent variable (IV) hanya satu yang
signifikan. Penjelasan dari nilai koefisien regresi yang diperoleh pada masing-
(p > 0.05). Hal ini berarti bahwa variabel secure tidak berpengaruh
(p > 0.05). Hal ini berarti bahwa variabel fearful tidak berpengaruh
parasosial. Dari arah hubungan tersebut dapat diartikan jika semakin tinggi
(p > 0.05). Hal ini berarti bahwa variabel personality tidak berpengaruh
(p > 0.05). Hal ini berarti bahwa variabel personality tidak berpengaruh
(p > 0.05). Hal ini berarti bahwa variabel social desirability tidak
(p > 0.05). Hal ini berarti bahwa variabel depression tidak berpengaruh
Berikut ini akan disajikan tabel dimana dalam tabel tersebut terdiri atas kolom
pertama (model) adalah independent variable (IV) yang dianalisis satu persatu.
variable (DV) dari tiap independent variable (IV) yang dianalisis satu persatu
dependent variable (DV) dari tiap independent variable (IV) yang dianalisis satu
persatu, kemudian kolom df adalah derajat kebebasan atau taraf nyata bagi
independent variable (IV) yang bersangkutan dan df terdiri atas numerator dan
71
Besarnya proporsi varians pada interaksi parasosial dapat dilihat pada tabel 4.13
berikut ini:
Change Statistics
Adjusted R Std. Error of
Model R R Square R Square Sig. F
Square the Estimate F Change df1 df2
Change Change
Berdasarkan data pada tabel 4.13 dapat disampaikan informasi sebagai berikut :
interaksi parasosial.
interaksi parasosial.
72
interaksi parasosial.
interaksi parasosial.
interaksi parasosial.
interaksi parasosial.
Pada bab lima, peneliti memaparkan lebih lanjut hasil dari penelitian yang telah
dilakukan. Bab ini terdiri dari tiga bagian yaitu kesimpulan, diskusi, dan saran.
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data penelitian maka kesimpulan yang dapat diambil
dari penelitian ini adalah adanya pengaruh yang signifikan secara bersama-sama
terhadap interaksi parasosial, maka hanya diperoleh satu koefisien regresi yang
preoccupied.
5.2. Diskusi
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa attachment styles dan loneliness terbukti
Penelitian oleh Cole & Leets (1999) mendukung hasil penelitian ini yang
interaksi parasosial dengan figur media favoritnya. Menurut Giles dan Maltby
(2004), attachment terhadap figur media pada umumnya disebut sebagai interaksi
parasosial, yang dimana interaksinya bersifat satu arah dan seseorang tersebut
73
74
merasa figur medianya sebagai sosok teman atau kolega. Meskipun interaksi
parasosial bersifat satu arah dan imajiner, seseorang tetap merasa bahwa interaksi
Begitu juga dengan penelitian oleh Rubin dan Mchugh (1987), yang
suatu hubungan dengan figur media favoritnya. Hal tersebut yang membuat
parasosial merupakan salah satu perantara bagi individu yang loneliness untuk
hari. Rubin, Perse, dan Powell (1985) mengatakan bahwa interaksi parasosial ini
pada awalnya dipandang sebagai suatu hubungan yang tidak nyata atau sebagai
pengganti hubungan sosial bagi para orangtua, cacat, dan kesepian (loneliness).
Artinya, semakin tinggi skor tipe kelekatan preoccupied penggemar Kpop, maka
oleh Cole dan Leets (1999), yang menunjukkan bahwa individu dengan tipe
dekat dengan orang lain, bahkan berhubungan dekat dengan figur media. Menurut
Hasil penelitian lain yang didukung oleh hasil penelitian ini adalah penelitian
yang dilakukan oleh Laken (2009), yang menyatakan bahwa tipe kelekatan
Uniknya, hal tersebut sesuai dengan penelitian terdahulu oleh Laken (2009), yang
menyatakan bahwa individu yang memiliki tipe kelekatan fearful atau dismissing
Hasil penelitian ini juga menyatakan bahwa tipe kelekatan secure tidak
interaksi parasosial. Hal tersebut juga dapat didukung dari penelitian yang
dilakukan oleh Laken (2009), yang menyatakan bahwa individu dengan tipe
Selain itu, hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa tidak adanya
ternyata tidak sesuai dengan penilitian terdahulu oleh Dhanda (2011) yang
juga tidak sesuai dengan penelitian oleh Davila-Rosado (2001) yang mengatakan
bahwa apabila loneliness meningkat maka interaksi parasosial pun juga akan
Selain itu, hasil penelitian ini yang menunjukkan bahwa loneliness tidak
hasil-hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Rubin, Perse, dan Powell
(1985), bahwa loneliness bukan prediktor yang kuat terhadap interaksi parasosial.
Tsao (dalam Eyal dan Cohen 2006), juga mengatakan bahwa pengaruh loneliness
terhadap interaksi parasosial sangat kecil. Sama halnya dengan penelitian yang
dilakukan oleh Wang, Fink, dan Cai (2008), yang menyatakan bahwa loneliness
bukan prediktor yang kuat terhadap interaksi parasosial. Hal tersebut terjadi
massa.
Antara lain partisipan yang kurang serius saat mengisi skala sehinga respons
menjadi tidak terpola. Faktor kedua, kondisi serta situasi pada saat sampel
dikarenakan oleh banyaknya item dan tidak semua item mencakup konsep yang
77
bisa dimengerti secara jelas oleh sampel penelitian. Faktor kelima, minimnya
bahwa dari 258 sampel penelitian yaitu penggemar Kpop lebih banyak di usia
remaja madya (16 – 18 tahun) yaitu sebesar 56%. Hal tersebut terjadi karena
dengan figur media favoritnya dalam waktu 24 jam atau sehari, ternyata lebih
banyak di kategori 0-8 jam yaitu sebesar 59%. Dalam Jannah (2014), remaja
tersebut membuat remaja lupa waktu karena keasyikan menonton acara Kpop
seperti, video Kpop ataupun acara televisi (variety show) yang menampilkan artis-
artis Kpop. Hal ini membuat remaja menjadi malas untuk melakukan kegiatan lain
media favoritnya. Selain itu, figur Kpop juga sangat mempengaruhi perilaku
remaja, remaja menjadikan figur Kpop sebagai idola dan model yang
figur media favoritnya melalui social media yaitu sebesar 42%. Persentase
perkembangan figur media favoritnya melalui social media wajar terjadi pada
antara para penggemar dengan figur media favoritnya dan menjadikan para
melalui social media selalu informasi yang paling terbaru dibandingkan dengan
informasi di media lain seperti televisi, radio, dan majalah. Social media menjadi
salah satu kategori yang paling populer untuk mengkonsumsi Kpop di kalangan
penggemar di Indonesia dan di tempat lain (Jung, 2011). Dalam penelitian Stever
dan Kevin (2013), juga dikatakan bahwa social media memberikan pengaruh
kelompok teman sebayanya, yang ditandai dengan attachment yang kuat dan
ketertarikan pada figur media, remaja akan cenderung mengikuti kelompok teman
parasosial) hanya 9.5%. Hal ini membuktikan bahwa masih banyak hal lain di luar
penelitian ini yang ikut mempengaruhi interaksi parasosial. Yang demikian ini
bisa terjadi karena dalam penelitian ini hanya diteliti dua independent variable
saja, sehingga variabel lain yang mungkin ikut berpengaruh tidak ikut diteliti.
5.3. Saran
Peneliti menyadari banyak kekurangan dalam penelitian ini. Oleh karena itu
peneliti membagi saran menjadi dua, yaitu saran metodologis dan saran praktis.
Saran tersebut dapat menjadi pertimbangan bagi peneliti lain yang akan meneliti
1. Ada banyak faktor lain di luar penelitian ini yang mungkin dapat
mempengaruhi interaksi parasosial. Hal ini terbukti dari hanya satu variabel
2. Pada penelitian ini, usia sampel penelitian yang digunakan adalah usia
meningkat.
baik pada anak. Sehingga pada masa remaja dan dewasa akan terbentuk
attachment styles yang positif seperti memiliki gambaran diri dan orang lain
menjadi buruk (Baron & Byrne, 2003). Oleh karena itu, disarankan agar
mendalam dan terbuka mengenai apa yang dirasakan baik itu perasaan yang
komitmen, dan memuaskan (Baron & Byrne, 2003). Dari hal tersebut dapat
Baron, R.A., & Byrne, D. (2005). Social psychology 10th ed. New York: McGraw
Hill.
Bowlby, J. (1982). Attachment and loss vol. 1: Attachment (2nd ed). New York:
Basic Books.
Chaplin, J.P. (1981). Kamus lengkap psikologi. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Cole, T., & Leets, L. (1999). Attachment styles and intimate television viewing:
Insecurely forming relationships in a parasocial way. Journal of Social and
Personal Relationships, 16(4), 495-511.
Cook, M., & Wilson, G. (1979). Blueprint for a social psychological theory of
loneliness. Journal of Love and Attraction, 10(1), 99-108.
Dhanda, R.K. (2011). Loneliness and parasocial interaction with media characters.
Thesis.
Eyal, K., & Cohen, J. (2006). When good friend say goodbye: A parasocial
breakup study. Journal of Broadcasting and Electronic Media, 50(3), 502-
523.
Giles, D.C., & Maltby, J. (2004). The role of media figures in adolescent
development: relations between autonomy, attachment, and interest in
celebrities. Journal of Personality and Individual Differences, 36(2), 813-
822.
Hartmann, T., & Goldhoorn, C. (2011). Horton and wohl revisited: exploring
viewers’s experience of parasocial interaction. Journal of Communication,
61(3), 1104-1121.
81
82
Hoffner, C., & Buchanan, M. (2005). Young adult’s wishful identification with
television characters: The role of perceived similarity and character
attributes. Media Psychology, 7(1), 325-351.
Horton, D., & Wohl, R. (1956). Mass communication and para-social interaction:
Observations on intimacy at a distance. Psychiatry, 19(1), 215-229.
Jannah, M. (2014). Gambaran identitas diri remaja akhir wanita yang memiliki
fanatisme k-pop di Samarinda. E-Journal Psikologi, 2(2), 182-194.
Jin, D.Y. (2012). Hallyu 2.0: The new korean wave in the creative industry.
Journal of Communication, 2, 3-7. Diunduh tanggal 25 September 2014
dari http://quod.lib.umich.edu/cgi/p/pod/dod-idx/hallyu-20-the-new-
korean-wave-in-the-creativeindustry.pdf?c= iij;idno=11645653.0002.102.
Jung, S. (2011). K-pop, indonesian fandom, and social media: In race and
ethnicity in fandom. Journal of Transformative Works and Cultures, 8, 1-
11. Diunduh tanggal 22 Februari 2015 dari http://journal.transformative
works. org/index.php/twc/article/view/289/219.
Levy, K.N., Ellison, W.D., Scott, L.N., & Bernecker, S.L. (2011). Attachment
styles. Journal of Clinical Psychology, 67(2), 193-203.
Livingstone, S., & Lunt, P. (1994). Talk on television: Audience participation and
public debate. USA: Routledge.
83
Meloy, J.R., Sheridan, L., & Hoffman, J. (2008). Stalking, threatening, and
attacking public figures: A psychological and behavioral analysis. Oxford
University Press.
Peplau, L.A., Sears, D.O., & Freedman, J.L. (1988). Psikologi sosial. Jakarta:
Erlangga.
Perse, E.M., & Rubin, R.B. (1989). Attribution of social and parasocial
relationhips. Communication Research, 16(1), 59-77.
Preiss, R.W., Gayle, B.M., Burrell, N., Allen, M., & Brynt, J. (2007). Mass media
effects research: Advances through meta-analysis. New Jersey: Lawrence
erlbaum associates.
Ramadhani, M. (2013). Boyband yang mencuri hati fans k-pop tahun ini.
Republika. Diakses tanggal 26 September 2014 dari http://www.republika.
co.id/berita/senggang/asia-pop/13/10/17/mut15g-boyband-yang-mencuri-
hati-fans-kpop-tahun-ini.
Roberts, K.A. (2007). Relationship attachment and the behavior of fans towards
celebrities. Applied Psychology in Criminal Justice, 3(1), 54-74.
Rubin, A.M., Perse, E.M., & Powell, R.A. (1985). Loneliness, parasocial
interaction, and local television news viewing. Human Communication
Research, 12(2), 155-180.
Russell, D.W. (1996). UCLA loneliness scale (version 3): reliability, validity, and
factor structure. Journal of Personality Assessment, 66(1), 20-40.
Sari, D. (2012). Para penggila k-pop. Tempo. Diakses tanggal 25 September 2014
darihttp://www.tempo.co/read/news/2012/12/02/219445336/ParaPenggila-
Pop Korea.
Schramm, H., & Hartmann, T. (2008). The PSI-process scales: a new measure to
assess the intensity and breadth of parasocial processes. Journal of
Communications, 33(2), 285-401.
Theran, S.A., Newberg, E.M., & Gleason, T.R. (2010). Adolescent girls’
parasocial interactions with media figures. The Journal of Genetic
Psychology, 171(3), 270-277.
Wang, Q., Fink, E.L., & Cai, D.A. (2008). Loneliness, gender, and parasocial
interaction: A uses and gratifications approach. Communication Quarterly,
56(2), 87-109.
86
LAMPIRAN
87
Dengan hormat,
kuesioner ini sesuai dengan petunjuk pengisiannya. Hasil penelitian ini hanya
Nashwa Oelfy
IDENTITAS RESPONDEN
Nama/Inisial : ....................................................
Usia : ..........................................Tahun
Pendidikan : ....................................................
Alamat : ....................................................
Artis Kpop favorit/yang disukai : ....................................................
Durasi menyaksikan, mendengarkan, dan mencari : .............................................Jam
informasi mengenai Artis Kpop dalam sehari
Aktivitas mengkonsumsi Kpop : 1. Menonton konser Kpop
88
Petunjuk Pengisian:
Skala I
Skala III
No. Pernyataan TP KK SR SL
1. Seberapa sering kamu merasa harmonis dengan orang-
orang di sekitar?
2. Seberapa sering kamu merasa kurang dalam menjalin
persahabatan?
Seberapa sering kamu merasa tidak ada satu orangpun yang
3
dapat menjadi tempat curahan hati (curhat)?
4 Seberapa sering kamu merasa sendiri?
Seberapa sering kamu merasa menjadi bagian dari
5
kelompok pertemanan?
Seberapa sering kamu merasa memiliki banyak kesamaan
6
dengan orang-orang di sekitar?
Seberapa sering kamu merasa tidak lagi dekat dengan
7
siapapun?
Seberapa sering kamu tidak terbuka dengan orang lain
8
mengenai hobi dan ide-ide yang kamu miliki?
9 Seberapa sering kamu merasa ramah atau bersahabat?
10 Seberapa sering kamu merasa dekat dengan seseorang?
11 Seberapa sering kamu merasa ditinggalkan?
Seberapa sering kamu merasa hubungan sosial kamu
12
dengan yang lain tidak berarti?
Seberapa sering kamu merasa tidak ada seorang pun yang
13
sangat mengenalmu dengan baik?
No. Pernyataan TP KK SR SL
Seberapa sering kamu merasa terisolasi/terkucilkan dari
14
orang lain?
Seberapa sering kamu merasa dapat menemukan
15
persahabatan yang kamu inginkan?
Seberapa sering kamu merasa ada seseorang yang benar-
16
benar memahamimu?
17 Seberapa sering kamu merasa malu?
18 Seberapa sering kamu merasa orang-orang di sekitarmu,
93
LAMPIRAN 3
PATH DIAGRAM
a. Empathy
97
b. Physical Attraction
98
c. Perceived Similarity
99
a. Secure
b. Fearful
100
c. Preoccupied
d. Dismissing
101
a. Personality
b. Social Desirability
102
c. Depression
103
Model Summary
Adjusted R Std. Error of
Model R R Square Square the Estimate
a
1 .308 .095 .069 8.95681
a. Predictors: (Constant), LoneDepression,
LoneSocialDesirability, Dismissing, Preoccupied, Secure,
LonePersonality, Fearful
ANOVAb
Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 2100.734 7 300.105 3.741 .001a
Residual 20056.114 250 80.224
Total 22156.848 257
a. Predictors: (Constant), LoneDepression, LoneSocialDesirability, Dismissing,
Preoccupied, Secure, LonePersonality, Fearful
b. Dependent Variable: InteraksiParasosial
104
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 21.683 10.125 2.141 .033
Secure .125 .086 .088 1.449 .149
Fearful -.073 .057 -.079 -1.280 .202
Preoccupied .308 .089 .213 3.476 .001
Dismissing .123 .117 .063 1.047 .296
LonePersonality .134 .076 .109 1.771 .078
LoneSocialDesirabilit -.131 .084 -.095 -1.550 .122
y
LoneDepression .080 .056 .086 1.425 .156
a. Dependent Variable: InteraksiParasosial
105
Model Summary
Std. Error Change Statistics
Mod R Adjusted of the R Square F Sig. F
el R Square R Square Estimate Change Change df1 df2 Change
a
1 .126 .016 .012 9.22930 .016 4.118 1 256 .043
2 .137b .019 .011 9.23402 .003 .739 1 255 .391
3 .260c .067 .056 9.01967 .049 13.264 1 254 .000
4 .267d .071 .056 9.01961 .004 1.004 1 253 .317
5 .281e .079 .061 8.99888 .008 2.167 1 252 .142
6 .296f .087 .066 8.97516 .008 2.333 1 251 .128
7 .308g .095 .069 8.95681 .007 2.030 1 250 .156
a. Predictors: (Constant), Secure
b. Predictors: (Constant), Secure, Fearful
c. Predictors: (Constant), Secure, Fearful, Preoccupied
d. Predictors: (Constant), Secure, Fearful, Preoccupied, Dismissing
e. Predictors: (Constant), Secure, Fearful, Preoccupied, Dismissing, LonePersonality
f. Predictors: (Constant), Secure, Fearful, Preoccupied, Dismissing, LonePersonality,
LoneSocialDesirability
g. Predictors: (Constant), Secure, Fearful, Preoccupied, Dismissing, LonePersonality,
LoneSocialDesirability, LoneDepression