Anggota :
Mata Kuliah :
Psikometri 13F4
FAKULTAS PSIKOLOGI
2020 / 2021
a. Teori Reliabilitas
Pengertian reliabilitas alat ukur dan reliabilitas hasil ukur oleh sebagian orang
dianggap sama saja dan sering dipertukarkan. Padahal seharusnya, perbedaan makna
kedua istilah itu perlu diperhatikan.Konsep reliabilitas dalam arti reliabilitas alat ukur
erat kaitannya dengan masalah eror pengukuran (error of measurement). Eror
pengukuran sendiri merujuk pada sejauhmana inkonsistensi hasil ukur terjadi apabila
pengukuran dilakukan ulang pada kelompok subjek yang sama. Sedangkan konsep
reliabilitas dalam arti reliabilitas hasil ukur, erat kaitannya dengan konsep eror dalam
pengambilan sampel subjek (sampling error) yang mengacu kepada inkonsistensi
hasil ukur apabila pengukuran dilakukan ulang pada kelompok sampel subjek yang
berbeda dari suatu populasi yang sama.
Secara teknis, berbagai teori tes memberikan kerangka kerja umum yang
menghubungkan antara variable yang tampak (observed variables), seperti skor aitem
dan skor tes, dengan variable yang tidak tampak (unobservable variables), seperti skor
abilitas atau skor laten.
Teori tes klasik (Classical Test Theory-CTT) beserta modelnya telah diteliti
dan dipergunakan dengan sangat berhasil sejak lebih dari 80 tahun yang lalu, dan
sampai sekarang banyak sekali program testing yang tetap dilakukan dengan
berlandaskan pada metode dan model pengukuran klasik, sekalipun sejak tahun
1990an para ahli pengukuran memiliki pilihan untuk menggunakan kerangka kerja
teori klasik atau kerangka kerja teori respons aitem (Item-Response Theory disingkat
IRT), atau menggunakan kombinasi keduanya (Hambleton & Jones, 1993). Teori tes
klasik bekerja pada tataran skor tes dengan menggunakan model linier dalam
menjelaskan model skor.Tanpa membicarakan hubungan antara aitem dan abilitas
secara spesifik, teori ini dilandasi oleh berbagai asumsi yang lemah (yaitu asumsi-
asumsi yang mudah dipenuhi oleh data tes), dan dapat digunakan dengan layak
meskipun hanya dengan sampel yang berukuran tidak terlalu besar (sekitar 200
sampai 500subjek).
Salah satu asumsi dalam teori skor klasik yang telah dikemukakan terdahulu
menyatakan bahwa skor-tampak X terdiri atas komponen skor-murni T dan komponen
eror E dalam kadar tertentu, yaitu X = T + E. Dalam kasus dengan ոyang tidak
terbatas, diasumsikan bahwa eror pengukuran akan memiliki suatu distribusi dengan
angka rata-rata eror (μe) sebesar 0 dan varians eror sebesar ơe². Semakin besar porsi
varians eror maka pengukuran semakin kurang reliable, sebaliknya semakin kecil
porsi varians eror maka hasil pengukuran tes dikatakan semakin reliabel.
c. ESTIMASI RELIABILITAS
Mengestimasi Skor Murni
Sekalipun besarnya skor-murni diindividual pada suatu tes tidak dapat
diketahui secara pasti namun masih dapat dilakukan semacam estimasi dengan
menggunakan persamaan regresi umum yang biasanya dipakai dalam memprediksi
harga Y apabila harga X diketahui.
Persamaan terakhir ini merupakan bentuk formula estimasi terhadap skor-
murni individual berdasar koefisien reliabillitasnya untuk harga X tertentu. Sebagai
contoh,pada suatu hasil tes yang koefisien reliabilitasnya pxy=0,95 diketahui bahwa
rata-rata skor adalah μx = 50, maka estimasi terhadap skor-murni untuk skor tampak
X=45 adalah:
Pada kelompok yang sama,skor X = 60 diestimasi skor-murninya sebagai:
T(x=60) = 0,95(60-50)+50 = 59,50
Formula di atas dapat dinyatakan juga dalam bentuk skor deviasi t’. Telah
diketahui bahwa t’ = (T-μt) dan x =v(X-μx). Karena μx= 0 maka persamaan di atas
dapat ditulis ulang sebagai :
t’ = Pxx1 (X)
Dengan menggunakan contoh yang sama,untuk X= 60 maka x = 60-50 = 10
dan diperoleh t’ = 0,95(10)=9,5.
Dikarenakan estimasi terhadap reliabilitas hasil ukur (Pxx) yang dinyatakan
dalam bentuk koefisien reliabilitas (rxx') yang dihitung berdasarkan pada sampel data
empiris akan selalu lebih kecil daripada 1,00 maka estimasi terhadap skor-murni
deviasi (T) akan selalu lebih kecil dibandingkan skor-tampak deviasi (x). Dengan kata
lain, estimasi tehadap skor-murni individual (T) akan selalu menghasilkan angka yang
lebih dekat kepada harga mean skor tampak kelompok daripada skor-tampaknya (x)
sendiri. Semakin kecil koefesien reliabilitas skor, semakin dekat prediksi skor-murni
individual pada mean skor-tampak kelompok (x). Bahkan dalam kasus Rxx = 0 maka
bagi setiap skor-tampak X, estimasi skor murni T akan sama besar dengan (X)
sebaliknya, bilamana rxx mendekati 1,0 maka harga T akan mendekati harga X.
d. KONSISTENSI INTERNAL
Estimasi terhadap reliabilitas hasil ukur tes dapat dilakukan melalui salah-satu
di antara tiga metode , yaitu metode estimasi Tes-ulang ( test-retest) yang
menghasilakan koefisien stabilitas, metode estimasi reliabilitas bentuk-pararel
(parallel-forms), yang menghasilkan koefisien ekivalensi, dan metode estimasi
penyajian tunggal ( single trial administration) yang menghasilkan koefisien-koefisien
konsistensi internal.
Koefisien reliabilitas yang diperoleh lewat metode estimasi tes-ulang sangat
sensitif terhadap perubahan keadaan subjek yang terjadi selama tenggang waktu di
antara penyajian tes pertama dan penyajian ulangnya. Efek bawaan ( carry-over
effects) dari situasi tes pertama yang dalam oleh responden terhadap performansi pada
tes yang ke dua seringkali tidak dapat diprediksi dan akhirnya tanpa diketahui ikut
mempengaruhi besaran koefisien reliabilitas yang dihasilkan. Pada sisi ini, prosedur
estimasi, terhadap relibilitas dengan metode bentuk pararel menghadapi problemnya
sendiri yang berkenaan dengan masalah sukarnya untuk memenuhi kondisi paralel di
antara dua bentuk tes yang bersangkutan. Dalam kaitan inilah metode penyajian
tunggal memiliki nilai praktis yang lebih tinggi.
Prinsip kerja metode penyajian tunggal adalah pengujian konsistensi antar
bagian atau konsistensi antar item dalam tes. Reliabel dalam hal ini berarti tingginya
konsistensi di antara komponen-komponen yang membentuk tes secara keseluruhan.
Oleh karena itu metode penyajian tunggal lebih dikenal sebagai metode konsistensi
internal ( internal consistency).
Kompulasi koefisien konsistensi internal diawali dengan melakukan
pembelahan tes atau penisahan aitem-aitem menjadi bagian-bagian atau belahan-
belhan yang berisi aitem dalam jumlah tertentu. Dalam pembelahan tes, bilamana
mungkin, selalu diutamakan agat terbentuk belahan-belahn yang paralel (setara satu
sama lain) sehingga estimasi relibilitas yang dihasilkan akan merupakan estimasi yang
akurat.