PETA KONSEP
Teori Rosenberg
Teori festinger
Internal
Komunikator
Situasi
Target
A.Latar Belakang
Sikap timbul karena adanya stimulus, terbentuknya suatu sikap itu banyaka
dipengaruhi perangsang oleh lingkungan sosial dan kebudayaan. Misalnya : keluarga, norma,
golongan agama, dan adat istiadat. Sikap seseorang tidak selamanya tetap, ia dapat
berkembang ketika mendapatkan pengaruh baik dari dalam maupun dari luar yang bersikap
positif dan mengesankan.
Sikap tumbuh dan berkembang dalam basis sosial tertentu, misalnya : ekonomi,
politik, agama, dan sebagainya. Didalam perkembangannya sikap banyak dipengaruhi oleh
lingkungan, norma atau group. Hal ini akan mengakibatkan perbedaan sikap antara individu
yang satu dengan yang lain. Sikap tidak akan terbentuk tanpa interksi manusia terhadap suatu
objek. Sikap selalu berubah, perubahan itu terjadi dipengaruhi oleh beberapa faktor.
B.Rumusan Masalah
A. Pengertian
Sikap timbul karena ada stimulus untuk membentuk suatu sikap itu banyak
dipengaruhi perangsang oleh lingkungan sosial dan kebudayaan. Misalnya keluarga,
norma, golongan agama, dan adat istiadat. Dalam hal ini keluarga mempunyai peranan
yang besar dalam membentuk sikap putra-putranya. Karena keluarga faktor yang paling
dominan untuk perubahan sikap bagi anaknya. Sikap seseorang tidak selamanya tetap
karena ia dapat berkembang dan berpengaruh baik dari dalam maupun dari luar yang
bersifat fositif dan mengesankan, antara perbuatan dan sikap ada hubungan yang timbal
balik tetapi sikap tidak selalu menjelma dalam bentuk perbuatan atau tingkah laku.Contoh
seorang ayah sedang enak-enak membaca Koran tiba-tiba datang anaknya yang berusia
enam tahun sambil menangis melaporkan bahwa ia habis berkelahi dengan temannya.
Melihat hal semacam ini ayah itu “diam saja” maksud disini hal ini bukan berarti ayah
tidak bersikap, ayah itu telah bersikap tetapi hanya perwujudan sikapnya diam.Jadi
perubahan sikap adalah terjadinnya perbedaan sikap individu dalam menanggapi suatu
stimulus atau rangsangan dari lingkungan sosial, perubahan itu terjadi dari waktu ke
waktu.
2. Teori Festinger
Teori Festinger dikenal dengan teori disonansi kognitif ( the cognivite dissonance
theory ) dalam hal sikap. Teori ini dikaitkan dengan perilaku yang nyata, yang
merupakan persoalan yang banyak mengundang perdebatan. Festinger ingin
menyelidiki tentang hubungan sikap dengan perilaku. Festinger menyebutkan dalam
teorinya bahwa sikap individu itu biasanya konsisten satu dengan yang lain, dan
dalam tindakannya juga konsisten satu dengan yang lain. Menurut Festinger, elemen
kognitif ialah mencakup pengetahuan, pandangan, kepercayaan tentang lingkungan,
tentang seseoran, atau tindakan. Pengertian disonasi adalah tidak cocoknya antara dua
atau tiga elemen-elmen kognitif. Bila suatu elemen tidak cocok dengan elemen
kognitif lainnya, hal ini akan menimbulkan disonansi. Beberapa preposisi mengenai
disonansi dapat dikemukakan : (a)Bila seseorang mengalami disonansi, ini merupakan
hambatan dalam psikologisnya, dan ini akan mendorong individu untuk mengurangi
disonansinya untuk mencapai konsonan. (b)Individu akan menghindari meningkatnya
disonansi.Cara untuk mengurang disonansi antara lain :
a. Merubah perilaku
b. Mengubah lingkungan
c. Menambah elemen baru
Dari uraian di atas dapat ditarik pendapat bahwa dalam rangka pengubahan atau
pembentukan sikap dapat melalui komponen kognitif dapat ditarik pendapat bahwa
1
Teori-teori perubahan sikap(psikologi sosial , Bimo walgito, hal 136-144)
dalam rangka pengubahan atau pembentukan sikap dapat melalui komponen kognitif,
afektif dan komponen konatif. Melalui komponen kognitif, yaitu dengan cara
memberikan pengetahuan, pendapat, sikap, ataupun hal- hal lain, sehingga dengan
materi tersebut akan berubahlah komponen kognitifnya, dan ini akan mengubah
kompone afektif, dan pada kahirnya sikap akan berubah. Melalui kompone afektif
ialah memberikan hal-hal yang mengenai perasaan atau emosi, sehingga dengan
berubahnya peasaan, akan berubah pula segi kognitifnya, yang pada akhirnya akan
berubah pula sikapnya. Sedangkan sesuai dengan teori festinger merubah sikap tidak
melali komponen kognitif maupun afektif, tetapi melalui perilaku itu sendiri. Faktor-
faktor yang yang dapat mengubah sikap menurut teori ini adalah :
a. faktor kekuatan ( force )kekuatan ini dapat memberikan situasi yang dapat
merubah sikap, kekuatan ini dapat bermacam – macam bentuknya yaitu kekuatan
fisik, kekuatan ekonomi, kekuatan yang berujud peraturan-peraturan dan
sejenisnya.
b. Berubahnya norma kelompok Bila seorang telah telah menginternalisasikan norma
kelompok maka apa yang menjadi norma kelompok akan diambil oper dan
dijadikan sebagai normanya sendiri. Dengan demikian maka norma yang ada
dalam kelompok juga menjadi norma dari orang yang bersangkutan yang
tergabung dalam kelompok itu, dan ini akn membentuk sikap tertentu dari orang
tersebut.
c. Berubahnya membership group.
Berubahnya membership group akan dapat mengubah sikap seseorang.
d. Berubahnya reference group.
e. Membentuk kelompok baru.
Memikirkan obyek sikap lebih mendalam cenderung akan membuat sikap menjadi lebih
ekstrim. Menurut Tesser (1978),kita mereview dan mengkaji keyakinan kita dan tekanan
konsistensi menyebabkan keyakinan kita cenderung menjadi konsisiten. Misalnya, jika
kita meluangkan waktu lebih lama untuk memikirkan sahabat baik kita akan lebih
menyukainya. Dan jika memikirkan musuh akan sebaliknya.
PENUTUP
Kesimpulan
2
Perubahan sikap langsung(psikologi sosial, Bimo Walgito, hal 144 – 149 )
Faktor pengalaman individu mempunyai peranan penting dalam rangka pembentukan
dan perubahan sikap yang bersangkutan. Perubahan sikap juga dipengaruhi oleh stimulus
atau rangsangan yang diterima oleh individu tersebut. Perubahan sikap setiap individu
bisa saja berubah setiap waktu tergantung stimulus yang diterimanya.
Daftar Pustaka
Ahmadi abu. Drs . psikologi sosial, edisi revisi, penerbit pt rineka cipta, 2009
Walgito bimo. Proof. Dr. psikologi sosial, suatu pengantar penerbit andi Yogyakarta,
2003
Taylor Shelley E,dkk. Psikologi sosial, edisi kedua belas, penerbit PT kencana media
group, 2009