Anda di halaman 1dari 23

Teori Kognitif

Sosial Bandura

Tsani Siti Nur Islamiya


10050019051
Kelas B
Gambaran Umum Teori Kognitif Sosial

Teori kognitif Sosial (social cognitive Theory) menurut Albert Bandura yakni
menekankan kejadian-kejadian yang tidak disengaja walaupun juga
menyadari bahwa pertemuan dan kejadian ini tidak selalu mengubah jalan
hidup seseorang. Bagaimana kita bereaksi terhadap kejadian dan pertemuan
yang diharapkan lebih berpengaruh daripada peristiwa itu sendiri.
Asumsi Dasar Teori Kognitif Sosial
1. Plastisitas (karakteristik yang paling menonjol)
Manusia mempunyai fleksibilitas untuk belajar berbagai
jenis perilaku dalam situasi yang berbeda.

2. Triadic reciprocal causation model


Meliputi perilaku, lingkungan, dan faktor pribadi.

3. Perspektif Agen
Manusia mempunyai kapasitas untuk mengontrol sifat dan
kualitas hidup mereka.
Lingkungan
4. Faktor Eksternal fisik& sosial

Faktor Internal Observasi diri


Proses menilai
5. Agensi Moral Reaksi diri

Mengontrol perilaku
Biografi Albert Bandura
Tokoh ini dilahirkan pada 4 Desember tahun 1925 di
Mundare Alberta, Canada.
• Albert menempuh pendidikan perguruan tinggi di
British Columbia selama 3 tahun ia melanjutkan
pascasarjana dibidang psikologi klinis di Universitas
Iowa dan mencapai gelar Ph.D setahun kemudian
pada tahun 1952. Buku-bukunya yang paling
berpengaruh adalah social learning theory(1977),
social foundation of thought and action(1986), & self
efficacy: The exercise of control(1997)
• Setelah menempuh pelatihan post-doktoral di
bidang klinis selama satu tahun
pada tahun 1953 Bandura bekerja di Universitas
Stanford, di mana kini ia menjadi Profesor David
Starr dalam bidang Ilmu Pengetahuan Sosial.
• Ia pernah bekerja sebagai Ketua Jurusan Psikologi
Stanford dan pada tahun 1974 terpilih menjadi Ketua
American Psychological Association.
learning
Dasar dari teori kognisi sosial
Bandura adalah bahwa manusia
cukup fleksibel dan mampu
mempelajari berbagai sikap,
kemampuan, dan perilaku, serta
cukup banyak dari pembelajaran
tersebut yang merupakan hasil dari
pengalaman tidak langsung.
Pembelajaran Observasional
Observasi memberikan jalan pada manusia
untuk belajar tanpa harus melakukan perilaku
apapun.
Yang terpenting dalam teori kognitif sosial adalah asumsi
bahwa mereka belajar melalui observasi perilaku orang
lain.

Bandura(1986, 2003) yakin bahwa pembelajaran melalui


observasi lebih efisien daripada belajar melalui pengalaman
langsung.
Pemodelan
Inti dari pembelajaran melalui proses observasi adalah pemodelan
(modelling).
Pembelajaran melalui pemodelan meliputi menambahi atau mengurangi
suatu perilaku yang diobservasi dan menggeneralisasi dari satu observasi
ke observasi lainnya.
Pemodelan meliputi proses kognitif dan bukan sekedar melakukan imitasi.
Pemodelan lebih dari sekedar mencocokkan perilaku dari orang lain,
melainkan mempresentasikan simbolis suatu informasi dan penyimpannya
untuk digunakan di masa depan (Bandura, 1986,1994).

Faktor yang menentukan apakah seseorang akan belajar dari seorang model dalam suatu situasi

1. Karakteristik Model
2. Karakteristik dari yang melakukan observasi
3. Konsekuensi dari perilaku yang akan ditiru
Proses yang mengatur pembelajaran
observasional
Bandura(1986)

Perhatian Representasi
(attention proccess) (Representation
proccess)

4 proses
Peniruan tingkah laku
Motivasi & penguatan
model
(motivation &
(Behavior Production
reinforcement proccess)
Procces)
Pembelajaran aktif
Respons yang dibuat oleh seseorang akan diikuti oleh
suatu konsekuensi.
Konsekuensi dari respon memiliki 3 fungsi
1. Konsekuensi dari respon memberikan kita informasi
mengenai dampak perilaku kita
2. Konsekuensi dari respon memotivasi perilaku kita
yang bersifat antisipasi
3. Konsekuensi dari respon berfungsi untuk
menguatkan perilaku

Kesimpulan
Bandura yakin bahwan perilaku baru diperoleh melalui dua bentuk
pembelajaran, melalui observasi dan pembelajran aktif.
Triadic Reciprocal Cusation
Teori kognisi sosial Bandura menjelaskan fungsi psikologis dalam
kondisi Triadic Reciprocal Cusation, mengasumsikan bahwa tindakan
manusia adalah hasil dari interaksi antara tiga variabel - lingkungan,
perilaku dan manusia.
Pertemuan secara kebetulan dan peristiwa
tidak disengaja.

Bandura adalah satu-satunya pakar teori kepribadian yang dengan


serius memperhitungkan pentingnya kemungkinan dari pertemuan
yang kebetulan dan peristiwa yang tidak disengaja.

Bandura (1998) mendefinisikan pertemuan yang kebetulan sebagai


“pertemuan yang tidak disengaja dari orang-orang yang tidak
saling mengenal satu sama lain”

Kejadian yang tidak disengaja adalah pengalaman dari lingkungan


yang tidak terduga dan tidak disengaja.
Agen Manusia
Human Agency adalah esensi dari kemanusiaan.
Bandura (2001) yakin bahwa manusia bersifat meregulasi diri sendiri, proaktif,
merefleksikan diri, dan dapat mengatur diri sendiri serta mempunyai kekuatan
untuk memengaruhi tindakan mereka sendiri untuk menghasilkan konsekuensi
yang diinginkan.

Aspek-Aspek inti Agen Manusia


4 aspek inti

1. Intensionalitas
2. Visi
3. Reaktivitas diri
4. Refleksi diri
Intensionalitas
Merujuk pada tindakan yang dilakukan seseorang
secara bertujuan.

Visi
Manusia mempunyai visi untuk dapat menentukan tujan, mengantisipasi
kemungkinan hasil dari tindakan mereka, dan memilih perilaku yang
akan menghasilkan pencapaian yang diinginkan dan menghindari yang
tidak diinginkan.

Reaktivitas diri
Manusia melakukan lebih dari sekedar merencanakan dan
mengontemplasikan perilaku mereka di masa depan. Merea mempunyai
kapasitas untuk reaktivitas diridalam proses memotivasi dan meregulasi
tindakan mereka sendiri.

Refleksi diri
Manusia mempunyai kapasitas untuk refleksi diri. Manusia adalah penilai dari
bagaimana mereka berfungsi.
Refleksi diri yang paling penting adalah efikasi diri.
Efikasi Diri
Bagaimana orang bertingkahlaku dalam situasi tertentu tergantung kepada resiprokal antara
lingkungan dengan kondisi kognitif, khsusunya faktor kognitif yang berhubungan dengan
keyakinannya bahwa dia mampu atau tidak mampu melakukan tindakan yang memuaskan.
Bandura menyebut ekspektasi ini sebagai efikasi diri (self-efficacy) dan harapan hasilnya disebut
ekspektasi hasil.

1. Efikasi diri atau efikasi ekspektasi (self effication- efficacy expectation)


adalah “persepsi diri sendiri mengenai seberapa bagus diri dapat berfungsi dalam
Efikasi adalah penilaian situasi tertentu.” efikasi diri berhubungan dengan keyakinan bahwa diri memiliki
diri, apakah dapat kemampuan melakukan tindakan yang diharapkan
melakukan tindakan
yang baik atau buruk,
tepat atau salah, bisa 2. Ekspektasi hasil (outcome expectations)
atau tidak bisa Perkiraan atau estimasi diri bahwa tingkah laku yang dilakukan diri itu
mengerjakan sesuai akan mencapai hasil tertentu.
dengan yang
dipersyaratkan.
Hal apa saja yang berpengaruh pada Efikasi Diri?

Efikasi personal didapatkan, ditingkatkan atau berkurang


melalui salah satu atau kombinasi dari empat sumber:

1. Pengalaman menguasai sesuatu


2. Pemodelan sosial (vicarious experience)
3. Persuasi sosial
4. Kondisi fisik dan emosional
Agen Proksi

Proksi(proxy) meliputi kontrol yang tidak


langsung atas kondisi sosial yang dapat
memengaruhi kehidupan sehari-hari.

Bandura (2001) mengatakan “bahwa tidak ada orang yang


mempunyai waktu, energi, dan sumber daya untuk dapat
menguasai semua aspek kehidupan sehari-sehari. Untuk
dapat berfungsi dengan sukses harus melibatkan
kombinasi ketergantungan pada agen proksi dalam
beberapa area fungsi.”
Efikasi Kolektif
Bandura (2000) mendefinisikan efikasi kolektif (collective
efficacy) sebagai “keyakinan yang dimiliki manusia mengenai
efikasi kolektif mereka untuk mencapai hasil yang diinginkan.
Efikasi kolektif adalah kepercayaan orang-orang bahwa usaha
mereka bersama akan membawa suatu pencapaian kelompok.

Teknik untuk mengukur efikasi kolektif

1. Pendekatan dengan mengombinasikan evaluasi individual dari


dua anggota mengenai kemampuan pribadi mereka untuk
melakukan pribadi yang menguntungkan kelompok.
2. Pendekatan untuk mengukur kepercayaan yg dimiliki setiap
orang mengenai kemampuan kelompok untuk mendapatkan
hasol yang diinginkan.
Regulasi Diri

Saat manusia mempunyai efikasi diri yang tinggi, yakin terhadap


ketergantungan mereka akan proksi-proksi, dan mempunyai efikasi
kolektif yang solid, mereka akan mempunyai kemampuan yang baik
untuk dapat meregulasi perilaku mereka.
Manusia menggunakan strategi proaktif maupun reaktif untuk
melakukan regulasi diri.
Strategi reaktif dipakai untuk mencapai tujuan, namun ketika tujuan
hampir tercapai strategi proaktif menentukan tujuan baru yang lebih
tinggi.

3 proses yang berkontribusi terhadap regulasi diri.

1. Manipulasi faktor eksternal


2. Memonitor dan mengevaluasi tingkahlaku internal
3. Tingkahlaku manusia hasil pengaruh resiprokal faktor
eksternal dan faktor internal itu.
Faktor- Faktor Internal Regulasi Diri

1. Observasi Diri
Dilakuka berdasarkan faktor kualitas penampilan, kuantitas penampilam,
orisinalitas tingkah laku diri, dan seterusnya. Kita harus mampu memonitori
performa kita walaupun perhatiaan yang kita berikan belum tentu tuntas atau
akurat.
2. Peoses penilaian
Membantu kita meregulasi perilaku kita melalui proses mediasi kognitif.
Kita melihat kesesuaian tingkahlaku dengan standar pribadi, membandingkan
tingkahlaku dengan norma standar atau tingkahlaku orang lain, menilai
berdasarkan pentingnya suatu aktivitas, dan memberi atribusi performa.
3. Reaksi Diri
Akhirnya berdasarkan pengamatan dan judgement itu, orang mengevaluasi diri
sendiri positif atau negatif, dan kemudian menghadiahi atau menghukum diri
sendiri. Bisa terjadi tidak muncul reaksi afektif, karena fungsi kognitif membuat
keseimbangan yang mempengaruhi evaluasi positif atau negatif menjadi kurang
bermakna secara individual.
Regulasi Diri Melalui Agen Moral

Manusia juga meregulasi tindakan mereka melalui standar moral dan


perilaku.
Agen moral mempunyai 2 aspek:
1. Tidak menyakiti orang lain
2. Membantu oranglain secara proaktif.
Mendefinisikan Ulang Perilaku

Tidak menghiraukan atau mendistorsi konsekuensi dari perilaku

Debumanisasi atau menyalahkan korban

Memindahkan atau mengaburkan tanggung jawab m e ketika


nis an
Meka iri dilepask
ld
k ontro
Daftar Pustaka
Feist, Jess., Gregory J. Feist. (2011). Teori Kepribadian, Theories
Of Personality. Jakarta:salemba humanika

Alwisol. (2011). Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press


Terimakasih..
Mohon maaf Apabila terdapat kesalahan..

Anda mungkin juga menyukai