Anda di halaman 1dari 1172

Asesmen dalam Psikologi

Klinis (Tes Intelegensi)


Anisah Chairani, S.Psi, M.Psi, Psikolog
Definisi Intelegensi
Menurut Wasserman & Tulsky (dalam Trull, Y.J, 2005)
1.Menekankan pada penyesuaian atau adaptasi terhadap
lingkungan. Adaptasi terhadap situasi baru, kapasitas
untuk menghadapi berbagai situasi.
2.Berfokus pada kemampuan belajar
3.Menekankan pemikiran abstrak.
Yaitu kemampuan untuk menggunakan berbagai simbol
dan konsep, kemampuan untuk menggunakan baik verbal
maupunsimbol numerik, pembuatan rencana dan
pengambilan keputusan.

Menurut Steinberg: kemampuan untuk mencapai


kesuksesan hidup dalam hal pribadi seseorang, dalam
konteks sosial budaya pada individu tsb.
Menurut Gardner
“Kemampuan menggunakan
tubuh atau gerak tubuk untuk
mengekspresikan gagasan dan
perasaan” 

*
3
Beberapa Teori/Pendekatan dalam
Intelegensi
1. Pendekatan Faktor Analisis
- Spearman mengatakan bahwa intelegensi
terbagi jadi 2 yaitu G faktor (kecerdasan
umum) dan S faktor (kecerdasan spesifik).
- Dalam pandangan ini hasil tes inteligensi
menunjukkan secara umum kemampuan
seseorang dalam menyesuaikan diri, belajar
atau berfikir abstrak dan tidak dapat
menunjukkan bidang khusus atau kemampuan
khusus apa yang cenderung dikuasai.
- Untuk melengkapi hasil tes inteligensi dalam
melihat kemampuan khusus seseorang
biasanya digunakan tes bakat.

*
4
Lanjutan

- Sedangkan Thurstone memabgi menjadi 7


primary mental abilities yaitu Numerical
Facility, Word Fluency, Verbal
Comprehension, Perceptual Speed, Spatial
Visualization, Reasoning, and Associative
Memory
- Spearman menganalisis data dari rentang
tingkat kemampuan kognitif yang lebih luas
(yaitu, anak-anak sekolah) sementara
Thurstone lebih mengandalkan data yang
dikumpulkan dari siswa berkemampuan
kognitif tinggi (yaitu, berasal dari institusi
akademik tertentu)

*
5
Lanjutan
• Teori Spearmen mendasari adanya tes kecerdasan Standard
Progresive Matrics
• Dalam perkembangannya oleh JV.Raven, terbagi jadi SPM
(digunakan untuk orang normal usia 6- 65 tahun), CPM(untuk anak
berusia 5-11 tahun) dan APM (Mengukur observasi dan clear thinking,
dan mengukur kecepatan dan kemampuan intelektual jika
menggunakan waktu 40 menit, utk usia diatas 11 th)

*
6
2. Teori Cattel dan Horn

Fluid Intelligence
(Gf)
Kemampuan dlm teknik
penyelesaian masalah yg
baru

Inteligensi
Crystallized
Intelligence (Gc)
kemampuan yang diterapkan
berdasarkan pengalaman dan
pembelajaran yang
*
7
Tes Intelegensi Cattel
•Nama aslinya Culture Fair Tests, scale 2 and 3, Form A &
Form B (Paralel), diadaptasi oleh Fakultas Psikologi UI
pada tahun 1975.
• Dibuat oleh Raymond B. Cattel dan A. Karen S. Cattel,
serta sejumlah staf penelitian dari “Institute of Personality
and Ability Testing” (IPAT) di Universitas Illinois,
Champaign, Amerika Serikat pada tahun 1949
•Skala 2 digunakan untuk usia 8-15 tahun dan orang
dewasa yang memiliki kecerdasan dibawah normal, Skala
3 untuk usia sekolah lanjutan atas dan orang dewasa yang
mempunyai kecerdasan tinggi. – Mengukur Kemampuan
Umum atau “General Ability” atau “G” Factor atau
Kecerdasan. – Mengukur “Fluid Ability” seseorang;
kemampuan kognitif seseorang yang berifat herediter. –
Disajikan individual maupun klasikal; dan akan lebih
lengkap bila disertai dengan tes-tes “Inteligensi Umum”
yang mengukur “Crystallize Ability”, seperti: TKD atau IST

*
8
lanjutan
• Subtes 1, Series : 3 menit
• Subtes 2, Classification : 4 menit
• Subtes 3, Matrices : 3 menit
• Subtes 4, Conditions/Topology : 2,5 menit
• Skoring – Setelah di periksa jawaban yang tidak
valid (berurutan dalam satu kolom, terdapat
pilihan lebih dari satu), jawaban benar di beri
skor 1. – Skor Total = Jumlah Skor Tiap Subtes,
kemudian di konversi ke dalam skor IQ dan
kategorisasi IQ (Lihat tabel)

*
9
3. Klasifikasi guilford
• Teori Guilford menerangkan tentang inteligensi yang diartikan
sebagai kemampuan seseorang dalam menjawab melalui situasi
sekarang untuk semua peristiwa masa lalu dan mengantisipasi
masa yang akan datang.
• Dalam konteks ini maka belajar adalah termasuk berpikir, atau
berupaya berpikir untuk menjawab segala masalah yang dihadapi
• Ditandai dengan adanya sikap dan perubahan kreatif, kritis,
dinamis, dan memiliki motivasi
• Guilford menjelaskan bahwa kreativitas manusia pada dasarnya
berkaitan dengan proses berpikir konvergen dan divergen.
Konvergen adalah cara berfikir untuk memberikan satu-satunya
jawaban yang benar. Sedangkan berpikir divergen adalah proses
berfikir yang memberikan serangkaian alternatif jawaban yang
beraneka ragam.

*
10
a. Dimensi Konten/Isi
1. Figural🡪Informasi yang berupa figur, non-verbal, atau bentuk
yang menggambarkan keadaan suatu objek. Kategori figural ini
kemudian dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Auditory - Informasi dirasakan melalui pendengaran.
b. Visual - Informasi dirasakan melalui melihat.
2. Simbolik🡪Informasi yang diproses di sini dapat mempunyai
bentuk yang sama seperti isi figural, akan tetapi arti yang dikehendaki
merupakan penggambaran objek lain, jadi memiliki maksud selain
objek itu sendiri.
3. Semantik🡪Informasi yang harus diproses berupa input yang
disajikan secara lisan.
4. Perilaku 🡪Informasi berupa tindakan individu. Isi kemampuan
inilah yang dapat disamakan dengan konsep inteligensi sosial
menurut teori Thorndike.

*
11
B. Dimensi Produk
1.Unit/satuan, merupakan satu item informasi
2.Kelas, merupakan satu set item yang berbagi beberapa
atribut atau produk kelas berupa respon dalam bentuk
kelompok kelas.
3.Hubungan, merupakan produk yang di dalamnya terdapat
koneksi antara item atau variabel, kemungkinan terkait
sebagai bertentangan atau dalam asosiasi, urutan, atau
analogi.
4.Sistem , merupakan sebuah organisasi item atau jaringan
dengan bagian-bagian yang berinteraksi, jadi strukturnya
terorganisasikan secara keseluruhan.
5.Transformasi, merupakan perubahan perspektif, konversi,
atau mutasi ke pengetahuan; seperti membalik urutan huruf
dalam sebuah kata.
6.Implikasi, merupakan prediksi, kesimpulan, konsekuensi,
atau antisipasi pengetahuan.

* 12
C. Dimensi Operasi
1.Kognisi, merupakan proses penemuan suatu informasi yaitu
kemampuan untuk mengerti, memahami, menemukan, dan
menjadi sadar.
2.Memori, merupakan kemampuan untuk mengkodekan
informasi dan mengingat kembali informasi yang pernah
diterima. Kategori memori ini dibagi menjadi:
I.Memori retensi, yaitu kemampuan untukmenahan atau
mengingat informasi.
II. Memori reproduksi - Kemampuan untuk memproduksi
kembali informasi.
3.Pemikiran divergen, merupakan proses pikiran terhadap
arah yang berbeda-beda dan beraneka ragam dari informasi
yang telah ada.
4.Pemikiran konvergen, merupakan proses menyimpulkan
solusi tunggal untuk masalah.
5. Evaluasi, merupakan proses menilai apakah jawaban yang
akurat, konsisten, atau valid.

*
13
Pemberian Tes
• Alat bantu utama utk dapat lebih
memahami keadaan atau kondisi klien
• Tes yg diberikan harus disesuaikan
dengan kebutuhan 🡪 disesuaikan
dengan informasi yg dibutuhkan oleh
pemeriksa 🡪 sesuai dengan masalah
yang dihadapi klien
• Tes yg biasa digunakan: inteligensi
(WBIS< WISC), proyeksi (rorschach,
TAT, CAT, FSCT), grafis (HTP, DAP,
BAUM, WZT), inventori kepribadian
(EPPS)
Beberapa alat tes intelegensi
1. Standford binnet
2. WISC/WAIS/WPPSI
3. CPM/SPM/APM
4. CFIT

*
15
Lanjutan alat tes
•Tes Wescheler dikembangkan oleh David Weschler (1965)

•Tes Wechsler ini mencakup 3 jenis alat tes :


•Wechsler Adult Intelligence Scale-Revised (WAIS-R),
dipublikasikan tahun 1939. Item tes WAIS-R mencakup
pengetahuan umum, aritmatik, kosa-kata, melengkapi
gambar yang belum lengkap, menyusun balok dan gambar,
serta menyusun objek.
•Wechsler Intelligence Scale for children-Revised
(WISC-R), Fungsi tes ini ialah untuk mengetahui
perkembangan kecerdasan kognitif anak. Menurut
serangkaian penelitian WISC hanya cocok digunakan untuk
mengevaluasi inteligensi, bukan untuk mendiagnosa anak
berkebutuhan khusus. WISC sangat cocok untuk mengukur
ketimpangan skor inteligensi dengan pencapaian hasil
belajar anak di sekolah.

•Wechsler preschool and primary scale of intelligence


(WPPSI). Materi tes ini dibuat dengan beraneka warna untuk
menarik perhatian anak.

*
16
Standford Binnet
•Pada tahun 1881, pemerintah Perancis
mengeluarkan undang- undang yang mewajibkan
semua anak masuk sekolah.
•Pemerintah meminta Binet untuk membuat sebuah
tes yang dapat mendeteksi anak mana yang terlalu
lambat secara intelektual
•Bekerjasama dengan Lewis Medison Terman dan
Theodore Simon, Binet melakukan revisi pada skala
kecerdasan, dan menerbitkan pada tahun 1908 dan
1911
•Menurut Alfered Binnet, intelegensi adalah:
1.Kemampuan untuk mengarahkan fikiran dan
tindakan
2.Kemampuan untuk mengubah arah tindakan bila
tindakan tersebut telah dilaksankan
3.Kemampuan untuk melakukan autokritik atau
mengkritik diri sendiri

*
17
Lanjutan
❑ Binnet dan T. Simon adalah perintis tes IQ (mental age) pertama
kali di Prancis (1905). Tujuan tes ini adalah untuk memprediksi
performa di sekolah. Jadi mereka ingin menentukan mana anak yg
berkebutuhan khusus atau tidak agar anak2 tsb dapat berkembang
optimal.
❑ Untuk mengukur kecerdasan anak-anak (3-13 tahun) ia lebih
menekankan kepada keterampilan verbal yg memiliki tingkat
kesulitan yg teratur.
❑ Tes IQ-nya dinamakan Binet-Simon Intelligence Scale.
❑ Rumus pengukuran IQ Binet & Simon adalah :

MA : Mental Age
CA: Chronological Age

*
18
Lanjutan
Materi yang terdapat dalam skala
• Binet membuat skala yang pertama pada Stanford- binet berupa sebuah
tahun 1905, dan diberi nama Binet kotak berisi bermacam- macam
benda mainan tertentu yang akan
Binet-Simon, yang terdiri dari 30 aitem disajikan pada anak-anak. Dua
selain mengukur kemampuan mental juga buku kecil yang memuat cetakan
mengukur aspek fisiologi, seperti kartu-kartu. Sebuah buku catatan
untuk mencatat jawaban dan
1. Pengertian verbal (verbal comprehension) skornya, dan sebuah pedoman
2. Kemampuan angka-angka (numerical pelaksanaan pemberian tes. Materi
tes dikelompokan menurut level
ability) usia masing-masing.
3. Penglihatan keruangan (spatial
visualization)
4. Kemampuan penginderaan (perceptual
ability)
5. Ingatan (memory)
6. Penalaran (reasoning)
7. Kelancaran kata-kata (word fluency)

*
19
Three Views of Assessment Data

Data Level of Underlying Source of Data Typical Data


seen as Inference Theory Processing
Prosedures
Sign High Psychoanalyt Interviews, tests Informal based on
ic or obvervations, life subjective judgements
phenomenol records about assessment data
ogical
Sample Low Behavioral Interviews, tests, Formal and informal
observations, life based on subjective
records judgments and
functional analysis of
client behavior
Correlate Low to Varians Interviews, tests, Formal; based on
moderate theories observations, life statistical analysis of
records assessment data
Tes Objektif
Menurut Morey & Hopwood (2008) bahwa : Kekurangan :
Tes obyektif melibatkan serangkaian a. Kekurangan tes obyektif yaitu berisi dari pernyataan
pernyataan atau pertanyaan langsung, perilaku natural individu (bisa saja menjadi ciri perilaku
singkat dan respons benar / salah atau subjek tetapi bisa juga bukan)
pilihan ganda. b. Biasanya hanya mengukur sedikit dari perilaku yang
sebenarnya.
Kelebihan: c. Tes obyektif menggabungkan antara perilaku, kognitif
a. Pada tes obyektif pemberian skor berisi tentang fikiran dan keyakinan, dan juga emosi atau
pada setiap subjek dapat dilakukan perasaan. Namun tes obyektif sering memberikan skor
dengan cepat tepat dan konsisten, keseluruhan yang dikombinasikan dari perilaku kognisi dan
sehingga dapat menggunakan komputer emosi.
untuk memproses hasil d. Sulit membuat pernyataan yang mengungkapkan
b. Instruksi tes singkat kepribadian yang sebenarnya dari subjek (faking good/bad).
c. Ekonomis
d. Tes bisa dilakukan secara klasikal
ataupun individual dan administrasi
sederhana
Tes Proyektif
• Tes proyektif yaitu, suatu tes yang mengungkapkan aspek psikologis individu seperti motif, nilai, keadaan emosi
dan need yang susah diungkapkan dalam situasi yang wajar dengan cara individu meproyeksikan diri melalui
objek diluar individu.
• Awalnya dikemukakan oleh kurwt Lawrence Frank tahun 1948 yang terdiri dari lima kategori yaitu konstitutif,
interpretatif, katartik, konstruktif, dan refraktif.
• Pada tes
• proyektif terdapat 5 jenis kasifikasi respon yaitu :
a. Asosiasi : Menuntut subjek untuk merespon stimulus dengan kata dan ide yang pertama kali muncul. Contohnya
yaitu tes asosiasi dan tes Rorschach
b. Konstruksi :Teknik ini memberikan tuntutan yang kompleks.Subjek diharapkan membuat sesuatu atau
menciptakan sesuatu. Contohnya tes TAT, CAT, blacky, dan make a picture story.
c. Melengkapi: Teknik ini merupakan penjelasan diri yaitu subjek diberikan suatu produk yang tidak lengkap
kemudian diminta untuk melengkapi karena stimulus dalam tes ini lebih terstruktur, maka kebebasan subjek
dalam merespon menjadi kurang. Contohnya tesnya yaitu adalah Picture Frustration Study, The Story
Completion, dan Sentence Completion.
d. Memilih dan mengurutkan : Teknik ini sangat erat kaitannya dengan metode psikometrik. Karena respons yang
dituntut relatif terbatas dan sederhana, maka teknik ini tergolong paling kurang dalam memberikan kebebasan
dan spontanitas bagi subjek untuk berespons. Contoh: Kahn Test of Symbol Arrangement.
e. Ekspresi: Subjek diberi peluang tidak hanya untuk melakukan proyeksi tapi juga ekspresi diri. Menurut Lindzey,
metode ini menjembatani diagnostik dan terapeutik. Contoh: Free Art Expression.
Table of Contents

01 MMPI 02 Rorschah

CAT
03 TAT
04
MMPI
• Tes Objektif MMPI atau disebut juga dengan Minnesota Multiphasic Personality Inventory.
• MMPI pertama kali dikembangkan pada 1937 oleh Starke R. Hathaway dan J. Charnley McKinley.
• Terdiri dari 567 pertanyaan yang perlu dijawab.
• Yang diukur dalam tes ini adalah ciri-ciri kepribadian yang bersifat relatif menetap.
• Popularity of the instrument due to 3 aspects of its development:
- Multiphasic nature of the test
- Formal assessment of test taking attitude
- Empirical basis for item selection
Validity and Clinical Scale

• CLINICAL SCALES
• VALIDITY SCALES - HYPOCHONDRIASIS Hs 1
- CANNOT SAY ? - DEPRESSION D 2
- LIE L - HYSTERIA Hy 3
- FREQUENCY F - PSYCHOPATHIC DEVIATE Pd 4
- CORRECTION K - MASCULINITY-FEMININITY Mf 5
- PARANOIA Pa 6
- PSYCHASTHENIA Pt 7
- SCHIZOPHRENIA Sc 8
- HYPOMANIA Ma 9
- SOCIAL INTROVERSION Si 0
Rorschah
• Tokoh-tokoh yang mengembangkan tes Rorschah : Samuel Beck, Bruno Klopfer, Zygmunt Piotrowski,
Marguerite Hertz, David Rapaport. Kesamaan tokoh tersebut adalah menggunakan bercak tes Rho 10
kartu dan dasar Psikodiagnostik, Perbedaannya adalah pada system scoring dan interpretasi.
• John E. Exner menggabungkan system dari para ahli yang menggunakan tes Rorschah dalam buku
dengan judul Rorschah the Comprehensive System.

Dasar Pemikiran:
1. Asumsi : Ada hubungan antara persepsi dengan kepribadian
2. Bercak tinta Ambigous dan unstructured, yaitu persepsi personal, spontan dan tidak
dipelajari.
3. Tujuan utama : Mendeskripsikan kepribadian seseorang secara keseluruhan (Gestalt)

Karakteristik kartu:
 Kartu kromatik: berwarna selain hiam, putih dan abu-
abu, kartu II, III, VIII, IX, X
 Kartu akromatik : berwarna hitam, putih dan abu-abu.
kartu I, IV, V, VI, VII
Dasar Pikiran CAT dan TAT
● Dalam usaha menyusun cerita :
1. Orang akan menginterpretasikan sesuatu yg tidak jelas menurut
pengalaman masa lalu dan kebutuhan masa kini
2. Kec. orang waktu membuat cerita utk mengambil bhn dr
pengalaman & mengekspresikan kesenangan maupun kebutuhan
baik disadari maupun tidak
● Bila gmb disajikan sebagai tes khayal, minat testi akan tercurah pd
tgsnya shg ia akan lupa kepekaan dirinya & lupa mempertahankan
pengalaman
Gambar sebagai Stimuli
● Lebih efektif untuk menggugah imajinasi
● Memaksa pembuat cerita menangani dengan caranya
sendiri masalah manusiawi yg disajikan
● Stimuli yang disajikan dapat distandarisasikan
Thematic
Apperception Test
(TAT)
Administrasi
● Usia testi : di atas 14 tahun
● Terdapat 20 buah kartu yang dibagi dalam 2 sesi (I : 1-10, II : 11-
20), tanpa memberitahu testi bahwa ada sesi ke-2
Instruksi : Form A
● Cocok untuk remaja dan dewasa dengan kapasitas inteligensi rata-rata :
● “Ini adalah tes imaginasi yang merupakan salah satu tes inteligensi. Saya akan
menunjukkan kepada anda beberapa gambar satu per satu. Tugasmu adalah
membuat cerita yang dramatis semampumu untuk setiap kartu. Ceritakan
peristiwa apa yang muncul pada gambar, gambarkan apa yang terjadi saat itu,
apa yang dirasakan dan dipikirkan oleh tokoh, dan ceritakan akhir cerita.
Ceritakanlah apapun yang muncul dalam pikiranmu. Apakah anda paham?
Karena anda memiliki waktu 50 menit untuk 10 kartu, maka kamu memiliki waktu
5 menit untuk tiap cerita. Ini adalah kartu pertama”
Form B
● Cocok untuk anak-anak, untuk orang dewasa yang berpendidikan rendah atau
tingkat inteligensi rendah dan untuk psikosis :
● “ini adalah tes bercerita. Saya memiliki beberapa gambar yang akan saya
tunjukkan ke anda. Saya ingin anda membuat cerita. Ceritakan apa yang terjadi
sebelumnya, dan apa yang terjadi saat ini. Katakan apa yang dirasakan dan
dipikirkan orang di dalam cerita. Anda dapat membuat cerita apapun yang
Anda inginkan. Apakah anda paham? Baiklah, sekarang kartu pertama. Anda
memiliki waktu 5 menit untuk membuat cerita. Kita akan lihat seberapa baik
anda membuat cerita.”
Instruksi sesi ke-2 : Form A
“ Hari ini tes kita laksanakan sama caranya seperti yg
dahulu. Hanya saja skrg ini anda dapat lbh bebas dlm
menggunakan daya khayal anda. Sepuluh cerita anda
terdahulu sudah bagus, tapi terbatas pd kehidupan
sehari2 & membiarkan daya khayal anda bebas, spt dlm
perumpamaan dongeng dan crt khayal. Inilah gmb
pertama”
Form B
● “Hari ini saya akan menunjukkan anda beberapa gambar. Kali ini
akan lebih mudah, karena gambar yang saya tunjukkan akan lebih
gampang dan lebih menarik. Kamu telah membuat cerita yang
bagus pada hari sebelumnya. Sekarang saya ingin melihat apakah
saat ini anda dapat membuat beberapa cerita lagi. Buatlah cerita
yang lebih menarik daripada cerita sebelumnya seperti mimpi atau
dongeng. Ini adalah gambar pertama”
BLANK CARD

“ Cobalah untuk membayangkan sesuatu pada kartu kosong ini.


Bayangkan seolah-olah ada suatu gambar di kartu ini dan
ceritakan secara terinci kepada saya tentang gambar yang anda
bayangkan tersebut”

“lihatlah apa yang dapat kamu lihat pada kartu kosong ini,
bayangkan sebuah gambar dan ceritakan kepada saya secara detil

Bila subyek tidak berhasil :


“ Coba tutup mata anda dan bayangkan suatu gambar
tertentu…..sekarang ceritakan kepada saya suatu cerita tentang
gambar yang anda bayangkan tadi”
Materi Tes
● 20 buah gmb, 11 kartu untuk segala testi termasuk kartu kosong & 9
kartu disesuaikan untuk dewasa atau anak2, pria atau wanita,
ditandai dgn :
- BM untuk pria (Boy-Male)
- GF untuk wanita (girl-female)
- MF untuk dewasa (male-female)
- GB untuk anak2 (girl-boy)
Karakteristik kartu
Kejelasan struktur konteks/situasi org yg terlibat dan obyek yg terlihat
(Kartu 2,3MF,4,5,6BM,7BM, dan 9GF)
Situasi kejadiannya bisa atau luar biasa, ditinjau dr pengalaman
manusia pd umumnya (Kartu: 6 BM, 7 GF, 10, 17 BM, 18 BM, 19 dll)
Bermanusia atau tidak (Kartu: 11, 12 BG, 19, dan 16).
Sederhana & rumitnya bentuk tanpa memandang sederhana atau
rumitnya isi (Kartu: 1&19, 1&2, 2&3)
Kriteria pemilihan Kartu
● Stimulus laten yg ditimbulkan
● Hubungan interpersonal yang paling dasar
● Merupakan sampel realitas yang ada
● Intensitas konflik yang disajikan
● Fleksibilitas dan keraguan
● Kecocokan dg simbol-simbol dalam budaya
● Kekhususan masalahnya
Children
Apperception
Test
Tujuan

● Dikembangkan pd tahun 1949 oleh Leopold


Bellak and Sonya Sorel Bellak CAT merupakan tes
kepribadian yang digunakan untuk anak-anak 3
tahun sampai usia 10 tahun
● CAT digunakan untuk mengukur traits, attitude,
dan proses psikodinamik yang muncul pd anak-
anak prepubertal
….
● CAT sebenarnya dikembangkan untuk mengukur psychosexual conflicts yang
terkait dengan tahap-tahap perkembangan anak.
● Misal : relationship issues, sibling rivalry, dan aggression.
● Saat ini, CAT sering digunakan sebagai teknik asesmen dalam melakukan
evaluasi klinis.
Kartu
● Versi original : 10 kartu gambar binatang di dalam situasi manusia
(human context)
● Yang dikenal sebagai CAT-A(animal)
● Gambar binatang digunakan karena diyakini merupakan stimulus
yang lebih baik dr pd manusi bagi anak yang usianya lebih muda
● Tahun1965 by Bellak and Bellak, dikembangkan versi kedua dr CAT
yaitu CAT-H (Human)
● CAT-H terdiri dr 10 kartu gambar manusia di dalam situasi yang
sama dgn gambar hewan

● CAT-H didesain untuk anak pada usia yang sama dgn CAT-A,
khususnya untuk anak usia 7 - 10 tahun
● Gambar di CAT digunakan untuk mengeluarkan fantasi anak dan
mendorong anak untuk bercerita.
Gambar di kartu CAT
1. baby chicks seated around a table with an adult chicken appearing in the
background
2. a large bear and a baby bear playing tug-of-war
3. a lion sitting on a throne being watched by a mouse through a peephole
4. a mother kangaroo with a joey (baby kangaroo) in her pouch and an older joey
beside her
5. two baby bears sleeping on a small bed in front of a larger bed containing two
bulges
6. a cave in which two large bears are lying down next to a baby bear
….
7. a ferocious tiger leaping toward a monkey who is trying to
climb a tree
8. two adult monkeys sitting on a sofa while another adult
monkey talks to a baby monkey
9. a rabbit sitting on a child's bed viewed through a doorway
10. a puppy being spanked by an adult dog in front of a
bathroom.
….
● Identitas gender, lebih ambigu di dalam gambar hewan
daripada gambar manusia
● Ambiguitas ini membuat anak dapat menghubungkan
gambar tersebut dengan gender selain dr gender mereka
Administrasi
● Caranya : dengan menyajikan serangkaian gambar dan meminta anak untuk
menceritakan situasi yang ada dan membuat suatu cerita mengenai orang atau
binatang di dalam gambar (instruksi spt di TAT, ssuaikan dgn bahasa anak)
● Aktivitas tersebut memungkinkan pemeriksa untuk memperoleh informasi
mengenai anak
● Disajikan dalam situasi individual
● Waktu : tidak terbatas, namun normalnya 20-30 menit
● Situasi : ruangan yang tenang, pemeriksa dan anak tidak diganggu oleh
aktivitas atau orang lain.
….
● Untuk anak dengan usia antara 7-10 tahun, mereka mungkin merasa gambar
binatang terlalu kekanak-kanakan bagi mereka
● Mereka merespon lebih baik pada gambar manusia, sehingga lebih efektif bila
menggunakan Children's Apperception Test-Human Figures (CAT-H)
● CAT-H : versi dr CAT yang menggunakan gambar manusia untuk menggantikan
gambar hewan
PENGUKURAN
PERILAKU
ANISAH CHAIRANI
PENGERTIAN

• Perilaku adalah merupakan perbuatan/tindakan dan


perkataan seseorang yang sifatnya dapat diamati,
digambarkan dan dicatat oleh orang lain ataupun orang yang
melakukannya
• Respon dari satu atau lebih stimulus
• Perilaku mempunyai beberapa dimensi:
- fisik, dapat diamati, digambarkan dan dicatat baik
frekuensi, durasi dan intensitasnya
- ruang, suatu perilaku mempunyai dampak
kepada lingkungan (fisik maupun sosial) dimana
perilaku itu terjadi
- waktu, suatu perilaku mempunyai kaitan dengan
masa lampau maupun masa yang akan datang
CONT’D….

• Perilaku diatur oleh prinsip dasar perilaku yang menjelaskan


bahwa ada hubungan antara perilaku manusia dengan peristiwa
lingkungan. Perubahan perilaku dapat diciptakan dengan merubah
peristiwa didalam lingkungan yang menyebabkan perilaku tersebut
• Perilaku dapat bersifat covert ataupun overt
- overt artinya nampak (dapat diamati dan dicatat)
- covert artinya tersembunyi (hanya dapat diamati oleh orang
yang melakukannya)
PENGUKURAN PERILAKU

• Sample Vs Sign
• Sample : jika dalam suatu pengukuran subjek memberikan respon
perilaku agresif, hal itu dapat diasumsikan bahwa jika subjek
dihadapkan pada situasi yang lain dia akan mengeluarkan respon yang
sama
• Sign : perilaku agresif yang muncul pada diri subjek merupakan
karakteristik dari subjek
FUNCTIONAL ANALYSIS

• Mengacu pada penelitian dilakukan B.F Skinner


• Penyebab dari suatu perubahan perilaku dapat diukur dari cara
dari subjek merspon berbagai stimulus yang berhubungan dengan
perubahan perilaku.
• Perilaku dapat dipelajari dan menjadi adaptif karena akibat dari
pembelajaran.
• Begitu juga dengan perubahan perilaku tidak baik, dapat dilakukan
dengan mengidentifikasi stimulus dan menentukan penguatan apa
yang cocok untuk itu
PENGUKURAN PERILAKU

• Model pengukuran functional analysis :


• S = Stimulus yang ada dalam perilaku bermasalah
• O = variabel dari organisme yang berhubungan dengan perilaku bermasalah (Organistic
Variable)
• R = respon dari perilaku bermasalah
• C = akibat dari perilaku bermasalah (Consequences)

• Contoh :
Anak yang berperilaku agresif di kelas (Organismic variable), akan mengganggu anak yang
lainnya, karena dia mencoba untuk menimbulkan rasa puas dalam dirinya. Perilaku ini
muncul jika dia tidak mendapat perhatian dari gurunya (Stimulus). Dia akan mulai
mengambil pensil milik temannya (respon) Dan gurunya diharapkan memberikan
perhatian itu agar perilaku ini tidak terjadi terus-menerus (Consequences)
KELEBIHAN & KEKURANGAN
PENGUKURAN PERILAKU
• Terapi dalam pengukuran perilaku tidak dengan mudah dievaluasi
dan berubah
• Terapi perilaku merupakan suatu proses yang akan ditunjukan
sebelum, selama dan sesudah terapi
• Pengukuran perilaku sangat penting, karena itu akan membantu
untuk menentukan terapi apa yang tepat untuk diberikan
• Perlu juga diadakan feedback setelah terapi, agar mengetahui
kefektifan terapi yang sudah dijalani.
DEFINISI

Wawancara klinis Adalah


percakapan yg bertujuan
Bingham & Moore, 1924 dalam Korchin, 1976
WAWANCARA PERILAKU

• functional analysis tidak bisa dilakukan sebelum kita mengetahui apa


saja perilaku bermasalah yang ada pada subjek
• Yoman (2008) mengatakan bahwa terapis harus menanyakan pada
subjek apa yang dia harapkan dari terapi perilaku yang akan dijalani
• Perlu diadakan interview awal
• Hasil dari interview ini akan mengiformasikan, apa terapi yang cocok
untuk mengubah perilaku subjek, apa konsekuensi yang akan timbul
dari terapi perubahan perilaku ini dan bagaimana efek jangka
panjangnya, apakah akan sesuai dengan yang diharapkan subjek?
TUJUAN WAWANCARA

•Membantu klien dalam menemukan masalah


yang dihadapinya
•Untuk memahami klien dengan teliti dari awal
hingga akhir dalam rangka mengurangi
penderitaannya
TUGAS DARI KLINISI

1. Mencatat atau mengingat cerita klien


2. Mengobservasi perilaku klien
3. Mengases pengaruh tindakan-tindakannya
terhadap apa yang dia lihat dan dia dengar
dari klien.
TAHAP-TAHAP INITIAL (ASSESSMENT)
INTERVIEW
• FASE PEMBUKA
1. Membuat suasana nyaman
2. Membangun raport
3. Mencari informasi tentang
• Cara pandang klien terhadap masalah
• Tanggung jawab klien terhadap masalah
• Bagaimana klien memahami masalahnya apakah disebabkan karena masalah psikologis
dalam dirinya atau oleh orang lain atau situasi luar dirinya
YANG DILAKUKAN KLINISI PADA WAKTU
FASE PEMBUKA
• Menunjukkan perhatian pada masalah klien
• Penerimaan apa adanya
• Memberikan kehangatan hubungan
• Membantu klien memahami hubungan dalam
proses klinis dan peran klien di dalamnya
• Memberi empati
• Memberikan perhatian terhadap
pengaruh-pengaruh yang mungkin menyebabkan
penderitaan klien
CONTOH:

“Memang berat untuk bercerita tentang…..”


(empati),
“Jangan khawatir, sebagian besar orang merasakan
hal seperti itu”
(menurunkan intensitas perasaan klien; semua
individu adalah unik sehingga setiap individu
mempunyai perasaan yang berbeda dalam
menghadapi permasalahan).
FASE PERTENGAHAN
1. Merupakan inti dari proses wawancara.
2. Fokusnya adalah mencari informasi yang diperlukan untuk merumuskan
masalah dan karakteristik klien.
3. Secara umum klinisi berusaha untuk mempelajari:
• Apa masalah klien, simtom atau keluhannya? Mengapa dia mencari
bantuan? Bagaimana kehidupannya saat ini?
• Apakah ada stressful events yang mempengaruhi permasalahannya
sekarang?
• Bagaimana kepribadian klien?Apakah bakat, kelebihan dan kompetensi
atau kekurangan yang dimilikinya? Konflik, karakter, defense-defense
apakah yang relevan dengan masalah saat ini? Apakah ada perubahan
perilaku pada masa lalu? Apakah ada pengalaman masa kanak-kanak yang
mungkin berhubungan dengan masalah sekarang?
• Apakah ada faktor-faktor organik yang relevan? Apakah perlu konsultasi
medis?
NEXT
4. Setelah klien bercerita tentang kesulitan-kesulitannya, lakukan inquiry
misalnya: “Sudah berapa lama hal itu berlangsung?, “Bagaimana kehidupan
Anda sebelumnya?:, dll.
5. Eksplorasi lagi tentang precipitating events (faktor-faktor pencetus)
permasalahan klien.
6. Klinisi harus mempunyai formulasi sementara dalam pikirannya (working
image) tentang permasalahan klien, lingkungan sosial, faktor pencetus,
kebiasaan mekanisme coping, kepribadian klien, bakat dan intelektual,
kapasitas kerja dan hubungan yang memuaskan, konsep diri, dll.
7. Memastikan klien untuk bisa menerima psikoterapi, keinginannya untuk
berubah, kesadaran diri, juga faktor-faktor pribadi dan sosial yang mungkin
dapat dipertimbangkan untuk kontak selanjutnya atau dirujuk ke pihak lain
atau mungkin beberapa pengukuran emergensi misalnya pada kasus depresi
dan potensial bunuh diri.
FASE PENUTUP
1. Mengkomunikasikan secara empatik tentang
kesulitan-kesulitan yang dialami selama
wawancara.
2. Apresiasi terhadap permasalahan klien.
3. Harapan di waktu yang akan datang.
4. Bicara jujur tentang keadaan klien, permasalahan
dan merencanakan intervensi lanjutan.
5. Membuat kesimpulan hasil interview.
METODE OBSERVASI

• Observasi bisa diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan


dengan sistematis atas fenomena-fenomena yang diteliti.
• Observasi adalah teknik atau pendekatan untuk
mendapatkan data primer dengan mengamati langsung objek
datanya.
PERSOALAN TENTANG RELIABILITAS

• Pengamatan
Dua indera yang sangat diperlukan atau berperan penting
dalam pengamatan adalah mata dan telinga.
• Ingatan
Kendala ingatan adalah ‘Ingatan yang tidak setia’
PETUNJUK-PETUNJUK UNTUK
MENGADAKAN OBSERVASI
• Menurut Rummel:
▫ Peroleh dahulu pengetahuan apa yang akan di observasi
▫ Selidiki tujuan umum dan khusus dari dari problem riset untuk menentukan
apa yang harus diobservasi
▫ Buat suatu cara untuk mencatat hasil observasi
▫ Adakan dan batasi dengan tegas macam-macam tingkat kategori yang akan
digunakan
▫ Adakan observasi yang secermat-cermatnya dan sekritis-kritisnya
▫ Catat tiap gejala-gejala secara terpisah
▫ Ketahui baik-baik alat-alat pencatatan dan tata cara mencatatnya sebelum
melakukan observasi
HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN
DALAM OBSERVASI
• Pengamat harus memiliki perhatian yang fokus
• tidak mencampur adukkan antara ‘data’ dan ‘interpretasi’
• Kehadiran peneliti selama pengamatan tidak mengganggu
komunitas subjek
• Ada pedoman pembuatan catatan dalam melaksanakan
observasi
BEBERAPA JENIS TEKNIK
OBSERVASI
• Observasi Partisipan-Observasi Nonpartisipan
• Observasi Sistematik-Observasi Nonsistematik
• Observasi Eksperimental-Observasi Noneksperimental
METODE OBSERVASI

• Observasi natural
• Subjek diobservasi pada kondisi natural, di tempat biasa subjek melakukan aktivitas
• Contoh : di rumah, di sekolah, di rumah sakit
• Observasi terkontrol
• Observasi dilakukan dalam seting klinis untuk mndapatkan perilaku yang
bermasalah dan informasi mengenai perilaku tersebut (bentuknya, frekuensinya dll)
• Self monitoring
• Subjek menuliskan sendiri apa yang dialaminya dan alasan mengapa dia mengalami
hal tersebut
• Metode ini akan menunjukan secara alamiah, apa yang dirasakan, dipikirkan subjek
dan dialami subjek
• Contohnya : subjek menulis buku diari
BEBERAPA ALAT OBSERVASI

• Anecdotal Records
• Catatan Berkala
• Check List
• Rating Scale
• Mechanical Devices
KECERMATAN OBSERVASI

• Faktor-faktor yang mempegaruhi:


▫ Prasangka dan keinginan dari observer
▫ Keterbatasan pancaindera
▫ Terbatasnya wilayah pandang
▫ Kemampuan untuk menangkap hubungan sebab-akibat bergantung
kepada keadaan mental, indera, dan faktor lain pada suatu waktu
▫ Ketangkasan penggunaan alat pencatatan
▫ Kadar ketelitian pencatatan atas hasil observasi
▫ Ketepatan alat yang digunakan dalam observasi
▫ Pengertian observer tentang gejala-gejala yang diobservasi
KETERBATASAN DAN KEBAIKAN
OBSERVASI
• Keterbatasan Observasi
▫ Tidak semua observasi atau pengamatannya bisa secara langsung
▫ Observees menjadi baik jika tahu akan diteliti
▫ Kejadian tidak selalu dapat diramalkan
▫ Tugas observasi terganggu jika ada peristiwa tak terduga
▫ Lamanya berlangsung kejadian
▫ Karena lama biaya banyak
▫ Hanya melihat yang tampak saja
KETERBATASAN DAN KEBAIKAN
OBSERVASI
• Kebaikan Observasi
• Bisa meneliti berbagai gejala
• Sedikit tuntutannya
• Pencatatan bisa serempak
• Tidak tergantung pada self-report
• Datanya bisa orisinil
• Data alamiah
ROLE-PLAYING

• Role playing dapat digunakan untuk membuat pola yang baru dalam
beperilaku
• Subjek diajak untuk dapat merespon stimulus dari situasi sosial yang
harus dia hadapi
• Contohnya : subjek diminta untuk menjadi pemimpin kelompok, menjadi seorang
pekerja profesional dan lain-lain.

• Dari sana akan terbentuk perilaku-perilaku baru yang jika diadakan


penguatan secara baik, akan menjadi karakter dari subjek
• Banyak terapis klinis yang menggunakan metode ini, karena lebih
efektif, efisien dan hasilnya baik
Pengertian Role Playing

Menurut Hamalik (2004: 214)


bahwa Model role playing
(bermain peran) adalah “Model
pembelajaran dengan cara
memberikan
peran-peran tertentu
kepada peserta didik dan
mendramatisasikan peran
tersebut kedalam sebuah
pentas”.
Tujuan Role
Playing
Mentransfer
Berperan Mengembalikan
dan
mewujudkan
untuk skill pemecahan

pandangan eksploras masalah dan


tingkah laku,
mengenai i juga
perilaku, nilai, perasaan mengeksplorasi
dan persepsi klien materi pelajaran
klien dalam cara yang
berbeda.
Asumsi Role Playing

Bermain peran dilaksanakan berdasarkan


pengalaman klien dan isi dari
pelaksanaan teknik ini yaitu pada situasi
“disini pada saat ini”.
Asumsi Role Playing

Role playing bisa


menggambarkan
perasaan klien, baik
perasaan yang hanya
dipikirkan maupun
perasaan yang
diekspresikan.
Manfaat Role Playing

Role playing melibatkan


Role playing dapat jumlah murid yang
memberikan semacam cukup banyak, cocok
hidden practice. untuk kelas besar.
Manfaat Role Playing

Role playing dapat memberikan murid


kesenangan karena role playing pada dasarnya
adalah permainan.
(Bobby DePorter, 2000).
Sistem Pendukung

Materi dalam role Cerita


playing utamanya problematik adalah
adalah situasi narasi pendek yang
permasalahan. menggambarkan
Situasi ini terkadang setting, keadaan,
membantu dalam
membentuk aksi, dan dialog
pengarahan pada dalam situasi
setiap peran. tersebut.
Beberapa ciri khas masalah
sosial yang mudah untuk
Konflik Interpersonal ditelusuri dengan bantuan
teknik ini, yakni:

Konflik
Antarkelompok

Dilema Individu

Masalah Historis
RESEARCH METHODS IN
CLINICAL PSYCHOLOGY

Anisah Chairani, S.Psi, M.Psi, Psikolog


INTRODUCTION TO RESEARCH
• In a reality, clinical psychology is a science as well
as applied, therefore the research in clinical
psychology is very necessary
• The purpose of research is to prove the truth of
a theory in practice
• Research can inform our theories in a type of
feedback-loop system, which is the research can
help us extend and modify our theories as well as
establish their parsimony and utility.
• There is intimate relationship between theory and
research. Theory stimulates and guides the
research we do, but theories are also modified by
the outcomes of researches.
Introduction To Research ..
• For example, the theory of the development
Erikson, Oedipus complex Freud, the success of a
treatment, the truth and the projection of
personality tests in detecting the disorder
symptoms.
• The ultimate reason for research is the
enhancement of our ability to predict and
understand the behavior, feelings, and thoughts of
the people served by clinical psycholgists and NOT
for Generalized.
• The final analysis, only better research will enable
us to intervene wisely and effectively on their
behave.
METHODS

• There are many methods of research, each


with its own advantages & limitations.

• Therefore, no methods by itself will answer


every question definitively.

• But together, a variety of methods can


significantly extend our ability to understand
and predict.
RESEARCH METHODS IN
CLINICAL PSYCHOLOGY
• Observation
• Case study
• Epidemiological Research
• Correlational Methods
• Cross-Sectional Versus Longitudinal Approaches
• The experimental methods
• Single-case Design
• Mixed Designs
Observation

• The most basic and pervasive of all research methods.


• Several types of observations :
1. Unsystematic observation
: observations made by accident / coincidence (casual
observation).
Casual observation to establish a strong base of
knowledge Developing
hypotheses that can be tested
2. Naturalistic observation
: Observations made in a natural setting
Carried out in real-life settings, more systematic &
rigorous, carefully planned in advance, no real
control exerted by the observer.
Limited to a relatively few individuals / situations
Observation …

3. Controlled observation
The investigator exerts some degree of
control over people / the events being
observed in natural setting.
Case studies
• Involves intensive study of a client or patient who
is in treatment.
• The case studies also help clinicians to
understand the unique patient who sits there
before them.
• Case study very useful for :
a. Providing description of rare / unusual
phenomena / novel, distinctive methods of
interviewing, or treating patients.
b. Disconfirming “universally known /
accepted information
c. Generating testable hypotheses
Case studies ..

• In case studies, use materials from :


a. Interviews
b. Test responses, &
c. Treatment account.
• Such material might also include :
a. Biographical & autobiographical data
b. Letters
c. Diaries
d. Life course information
e. Medical histories
Epidemiological research
• The study of the incidence, prevalence, and distribution of illness or
disease in a given population.
• Incidence : to the rate of new cases of illness / disorders is on the
increase within a given period of time
Example : AIDS cases increasing this year compared to last year ?

• Prevalence : percentage of the target population is affected by the


illness/disorders.
Example : The lifetime prevalence rate of Schizophrenia is estimated
at 1% suggesting that a member of the general population
has 1 chance in 100 of developing this disorder in his or
her lifetime.
• Distribution
Example : “smoking and health”, “relationship between schizophrenia
and either socioeconomic class & factor
Correlational Methods

• The technique : Correlating 2 variables.


Commonly using The pearson product-moment
correlation coefficient to determine the degree
of relationship between 2 variables
• The questions of causality : no matter how
logical it may appear, we cannot, on the basis of
correlation alone, assert that one variable has
caused another. Correlational >< experiment
• Factor analysis : examining the interrelationship
among a number of variables at the same time
Cross sectional & longitudinal…

CROSS SECTIONAL
Birth date Age

1980 65 70 75 80 85

1895 60 65 70 75 80

1900 55 60 65 70 75

1905 50 55 60 65 70

1910 45 50 55 60 65 LONGITUDINAL

1915 40 45 50 55 60

1920 35 40 45 50 55

1925 30 35 40 45 50
measuremen
t 1955 1960 1965 1970 1975
The experimental method

• The Experimental group


• The Control group
• The Experimental hypothesis
• Independent variables : is one that is supposed
to be under the control of investigators & it is
expected to have a causal effect on
participants’ behavior, which is referred to as
the dependent variable, & it was manipulated
by the investigators through their instructions.
The dependent variable was the participant’s
response (e.g., self reported happiness) to felt
responsibility or lack of it.
Experiment
• Between group design
Two separate sets of participants, each of which receives
a different kind of treatment.
Ex : A study of therapy effectiveness.
Experimental group (receiving treatment) >< compared
to a control group (receiving no treatment at all).

• Within group design


Comparisons might be made on the same patient at
different points in time.
Ex : Level of distress - comparing progress in some
periods, such as after one week, two weeks, three
weeks, and so on.
Experiment …

WEEK
Single-Case Designs
• A-B : Merupakan sebuah eksperimen dengan satu
baseline dan satu treatment, dan tidak
mempertimbangkan variabel-variabel ekstra yang
mempengaruhi perubahan perilaku.
• A-B-A-B : Merupakan sebuah eksperimen dengan dua
(atau lebih) baseline dan dua (atau lebih) treatment,
untuk perilaku yang sama, pada satu subyek.
• Multiple-baseline-across-behaviors : Fase baseline dan
treatment diberikan pada dua atau lebih perilaku yang
berbeda, pada subyek yang sama.
• Multiple-baseline-across-subject : Fase baseline dan
treatment diberikan pada perilaku target yang sama,
dengan dua atau lebih subyek yang berbeda.
• Multiple-baseline-across-settings : Fase baseline dan
treatment diberikan pada dua atau lebih seting,
dengan perilaku dan subyek yang sama.
AB Design …
ABAB Design …
Mixed designs

• Experimental + correlational techniques


design.
• Participant can be devided into a specific
populations.
• Ex : Schizophrenic VS. Normal
• Variables such as psychosis or normality are
not manipulated or induced by the
investigators & instead, correlated with the
experimental methods.
Research & ethics

• Informed consent
• Confidentiality
• Deception
INTERVENSI
PSIKOLOGIS : Anisah Chairani, S.Psi, M.Psi,
Psikolog

TERAPI INDIVIDUAL
PENDEKATAN PSIKODINAMIKA
Penyebab suatu perilaku dengan cara mengeksplorasi di
dalam diri / kepribadian kita sendiri dengan menekankan
proses bawah sadar.
Sigmund Freud (1856-1939)
Sebagai dokter yang merawat pasien dengan keluhan fisik cth:
buta, lumpuh, tetapi tidak ada kelainan fisik.
Menyusun suatu pendekatan psikoterapis => psikoanalisa,
yaitu analisis kekuatan psikologis internal dan bawah sadar.
Defence mechanism
DYNAMIC APPROACH
STRUKTUR KEPRIBADIAN
Struktur Kepribadian ID – EGO – SUPER EGO 🡪
Perkembangan dari Ego (Ego idel – Ego Alien)
Konflik ID-EGO-SUPEREGO 🡪 CEMAS
Abnormalitas, bersumber dari cara yang
salah/negatif dalam mengatasi konflik (mis.
REPRESI - SUPRESI)
Tahapan Perkembangan Seksual
PLEASURE PRINCIPLE
DEFENSE MECHANISM
The Psychoanalytic Perspective

KONFLIK Ego dikuasai Super Ego

Super
ID EGO Ego
Tension:Emosi2 muncul:
marah, sedih, malu dlsb

Represi - Supresi Defense Mekanisme:


Kompensasi, Rasionalisasi,
Bawah sadar Projeksi, Intelektualisasi

Muncul simtom2
patologis
The Psychoanalytic Perspective
Ego dikuasai ID KONFLIK

Super
ID EGO Ego

Tension:Emosi2 muncul:
marah, sedih, malu dlsb

Represi - Supresi Defense Mekanisme:


Kompensasi, Rasionalisasi,
Bawah sadar Projeksi, Intelektualisasi dilsc

Muncul simtom2
patologis
THE DYNAMIC TRADITION

FREUD
Psychic Determination
Unconsciousness
Repression 🡪 Psikopatologi
DIREPRES 🡪 BAWAH SADAR
DINAMIKA PSIKOPATOLOGI:
PSIKOANALISA

Represi
Supresi
Emosi; hal-hal yang ditekan
Ingatan/memori
Khayalan
Mimpi
Fantasi
FOKUS ASSESMENT &
TREATMENT PSIKODINAMIKA
MASA LALU (historis)
menemukan konflik dan cara mengatasinya
reexperiened - reevaluated
INFERED PROCESS
kesimpulan atas apa yang dikemukakan klien
pada terapis
INTELLECTUAL PROCESS
keberhasilan terapi ditentukan oleh terca-painya
insight = klien paham masalahnya
BEHAVIORAL PERSPECTIVE
Fokus pada peran lingkungan eksternal dalam mengatur perilaku.

J.B. Watson (1878-1958) behaviorisme merupakan teori yang


berorientasi pada premis: psikologi merupakan ilmu mengenai
perilaku yang tampak.

BF Skinner, tidak banyak turut campur pada ketegangan perspektif


behavioral danpsikodinamik. Pandangannya sederhana: Orang
cenderung mengulang perilaku yang menguntungkan, dan
cenderung menhilangkan perilaku yang tidak menguntungkan.
BEHAVIORAL APPROACH
■Perilaku baik normal- abnormal dipelajari
■Konsep Teori
Classical conditioning
Operant conditioning
Modelling

PAVLOV ANJING PAVLOV THORDIKE


FOKUS PENDEKATAN PERILAKU
■Proses-proses ahistoris
Tidak mementingkan masa lalu

■abnormalitas dibentuk oleh pengalaman yang


menghasilkan kebiasaan
CONTOH : MODELLING
Pelatihan perilaku baru (mis bersosialisasi ) 🡪 perubahan pada:
perilaku - pikiran & perasaan

PERUBAHAN PD:
CEMAS DLM PELATIHAN Perilaku
BERGAUL BERSOSIALISASI Pikiran-perasaan

Saya tdk suka


bergaul..
Orang-orang Saya bahagia..**
membenci saya ..ternyata tidak semua
orang membenci saya
VARIABEL-2 YG DIBUTUHKAN
DALAM ASESMEN PERILAKUAN

1. STIMULUS ANTECEDENT
Situasi / stimulus yang mencetuskan perilaku
yang maladaptif
Diperlukan informasi tentang situasi pencetus yang spesifik, kapan, dimana
dan seberapa sering

2. ORGANISMIC VARIABLES
Apakah masalah yg dikeluhkan disebabkan
oleh faktor fisik/Psikologis
Fisik: Kelelahan, kondisi hormonal
Psikologis:Penilaian thd situasi yg dihadapi
VARIABEL-2 YG DIBUTUHKAN
DALAM ASESMEN PERILAKU

3. RESPON VARIABLES
Informasi tentang perilaku yang jadi masalah ~ durasi,
frekuensi, intensitasnya

4. CONSEQUENCE VARIABLES
Konsekuensi yang diperoleh setelah individu merespon
situasi tertentu ~ reinforcements positif/negatif
TUGAS TERAPIS PENDEKATAN
PERILAKUAN
Mempertunjukkan (exposing) Situasi
Belajar baru yang akan merubah pola
respon yang tidak adaptif

Memberikan Reiforcement yang dapat


menghambat Maladaptive Behavior

Memberikan hadiah pada perilaku yang


konstruktif
(OPERANT CONDITIONING)
Melatih cara yang lebih efektif (MODELLING)
(SYSTEMATIC DESENTIZATION)
Memasangkan pengalaman yang enak/relaks dengan situasi yang tidak mengenakkan/stres
HUMANISTIC PERSPEKTIVE
Selama tahun 1950an psikoanalisis dan behavioris sangat populer;
namun ada kalangan yang tidak nyaman karena sisi dehumanizing.
Humanist merupakan kalangan yang selalu menggunakan
pandangan positif dan optimistik.
Teori yang berorientasi pada kualitas manusia yang unik, terutama
kebebasan dan potensi untuk mengembangkan diri.
Carl Rogers & Abraham Maslow.
EXPERIENTIAL APPROACH
Kesulitan dalam mendapat ●Subjective process
kesenangan dan fulfillment
dalam hubungan dg. org lain ●Emotional process
●A-hystorical process
What unique &I ndividual
meanings do people attach ●Psychopatology harus dilihat
in their experience? secara individual/unique/khas
(personalized)
Memberi kesempatan utk
mengembangkan pribadi + dg
menumbuhkan suasana
kondusif utk memperluas self
awareness

DinamikaPsikologis
SOFIA RETNOWATI FAKULTAS PSIKOLOGI UGM 17
Humanistik
DinamikaPsikologis
SOFIA RETNOWATI FAKULTAS PSIKOLOGI UGM 18
Humanistik
●Individu hidup di lingkungan yg tidak
memberi kesempatan utk personal
growth, yg ditandai dengan:
● Menurunnya ekspresi potensi individu
● Kognitif - afektif - konatif/psikomotor

DinamikaPsikologis
SOFIA RETNOWATI FAKULTAS PSIKOLOGI UGM 19
Humanistik
●Individu hidup di lingkungan yg tidak memberi kesempatan utk
personal growth, yg ditandai dengan:
● Menurunnya ekspresi potensi individu
● Kognitif - afektif - konatif/psikomotor

● Kesulitan menyadari pengalaman


● Incongrunce dalam self experience
● Tidak menemukan kesenangan dan fulfillment dalam beraktivitas

DinamikaPsikologis
SOFIA RETNOWATI FAKULTAS PSIKOLOGI UGM 20
Humanistik
●Lanjutan..
●Individu kesulitan
menyadari
pengalaman
●Terjadi 🡪 Incongrunce
dalam self experience
●Tidak menemukan
kesenangan dan
fulfillment dalam
beraktivitas

DinamikaPsikologis
SOFIA RETNOWATI FAKULTAS PSIKOLOGI UGM 21
Humanistik
COGNITIVE APPROACH
Tujuan
MENINGKATKAN KESADARAN AKAN AKTIVITAS KOGNITIF
MENGIDENTIFIKASI DAN MENANTANG PIKIRAN-PIKIRAN
IRRASIONAL
MENGAJARKAN PERILAKU-PERILAKU ADAPTIF
TEKNIK INTERVENSI
MENGHILANGKAN KEPERCAYAAN IRASIONAL
MENGKONFRONTASI DISTORSI
MEMPERKENALKAN CARA BERFIKIR ALTERNATIF
AARON BECK
Untuk melakukan perubahan yang mendasar dan
permanen, seorang terapis harus dapat menembus
irasional thinking klien untuk mencapai struktur
kepercayaan yang mendasarinya.
Perubahan yang tidak berasal dari perubahan struktur
berfikir sifatnya hanya perubahan sementara
Penggunaan: Anxiety, Depressed client
PEMIKIRAN DISFUNGSIONAL
OVER GENERALIZATION
TDK ADA SEORANG PUN YG MENCINTAI SAYA
PERSONALIZATION
SETIAP SY MAU PERGI KULIAH PASTI HUJAN
DICHOTOMOUS THINKING
SY AKAN BAHAGIA KALO SY KETERIMA KERJA DI PEMERINTaHAN,
ATAU SY AKAN MELARAT KALO DITOLAK DI SINI
MIND READING
SY TAHU PERSIS APA YNG DIPIKIRKANNYA TENTANG SAYA
PRINSIP TERAPI
Emosi bersumber pada proses kognitif
Terapi haruslah singkat, fokus dan waktu yang dibatasi.
Fokus pada presenting problem.
Menggunakan relasi terapeutik yag solid sbg alat yang
paling penting utk mencapai tujuan.
Klien ditantang untuk mengeksplorasi
pemikiran-pemikiran yang mendasari perasaan mereka
PR merupakan bagian penting dlm terapi
REFLEKSI
Irrational statement: Alternative Statement
Saya harus… Saya ingin..
Kamu membuat saya kesal… Saya membuat kesal sendiri..
Saya boleh ..
Ini buruk sekali..
Ini tidak adil..
Saya tidak bisa…
Setiap orang merasa ..
Ini selalu terjadi..
Sy tidah pernah menemukan
ALBERT ELLIS
(1996, 2001)

Dikenal dengan REBT atau RET (Rational Emotive Behavior Therapy


atau Rational Emotive Therapy)
Sebenarnya, Ellis menganggap terapinya mengandung unsur kognitif,
humanistic, constructivist, brief therapy dan behavioral therapy.
Latbel: psikoanalisis dan behavioral
IDE DASAR: 5 POLA PIKIR
IRASIONAL
Hidup ini tidak adil
Ini buruk sekali
Saya tidak tahan lagi
Saya harus dapatkan apa yang saya mau
Saya tidak mampu melakukannya
11 IRRATIONAL BELIEFS ALLBERT ELLIS
1. Every one must love and appreciate me all time
2. I must be competent in everything that I do in order to feel okay about myself
3. Some people who are different from me are bad and should be punished
4. It is terrible when I don’t get what I want
5. Other people and events cause me to be unhappy and I have little control over
this situation
6. If I keep dwelling on something awful, may be I can prevent it from happening
7. It is easier to avoid difficulties in life rather than having to face them
8. I need some one stronger than I am in order to taka care of me
9. What has happened in the past determine how I must be in the future
10. I should become upset over other people’s problems
11. There is a perfect solution to every problem and it’s possible for me to figure out
what it might be
TEORI ABC
A = The Activating Event
B = The Irrational Belief
C = The Emotional Consequences (depressed, anxious, frustrated,
discouraged, confused)
D = Disputing irrational belief
E = New Emotional Effect
CIRI UMUM COGNITIVE
TECHNIQUES
Brevity
Problem Focus
Problem definition by client
Partnership
Activism
Homework assignment
ALAT YANG DIGUNAKAN
Pertanyaan
Tantangan
Relaksasi
Visualisasi
Thought Stopping
Self assessment
COGNITIVE ASSESSMENT:
Self assessment
Self listing irrational beliefs
Learned helplessness assessment
Yapko’s assessment
DSM IVTR
SELF ASSESSMENT TIGA
KOLOM
Automatic Cognitive Rational
Thoughts Distortion Response
LEARNED HELPLESSNESS ASSESSMENT

Berapa lama hal ini telah memburuk?


Usaha apa yang telah dilakukan untuk mengubahnya?
Seberapa sukses yang telah diperoleh
Berapa banyak kebaikan yang telah diraih dibandingkan dengan
keburukan yang telah anda alami?
Apa yang anda maksud dengan saat-saat baik anda?
Situasi apa yang anda anggap sebagai saat buruk anda?
Apa yang anda anggap sebagai penyebab internal terjadinya hal-hal
buruk yang terjadi pada diri anda? Usaha atau kemampuan?
Apa yang anda anggap sebagai penyebab eksternalnya? Nasib atu
tugas yang sulit?
YAPKO’S ASSESSMENT
Distorsi kognitif apa yang terdengar dari cerita klien?
Apa pikiran otomatis yang keluar dari pikirannya
mengenai kejadian yang dialami klien?
Apa yang klien gambarkan tentang diirinya?
Bagaimana irrational belief yang dimiliki klien dapat
di-dispute?
Bagaimana rational belief klien dapat dikembangkan?
Intervensi Klinis (2)
Anisah Chairani, S.Psi, M.Psi, Psikolog

1
GROUP KONSELING

Berbagai macam pendekatan Kelompok :

• Bimbingan Kelompok
• Konseling kelompok
• Kelompok sensitivitas atau kelompok Pelatihan
• Kelompok Temu (encounter group)
• Kelompok Mandiri
• Kelompok pendukung (Support Group)
• Terapi kelompok 2
Mengapa Konseling kelompok
 Manusia  makhluk sosial yg sll membutuhkan
org lain dlm kehidupannya
 Manusia hdp dan bekerja dlm konteks kelompok
 Pendekatan kelompok lbh berguna diberbagai
bidang: akademik, industri, kesehatan mental,
organisasi maupun riset
 Pendekatan kelompok punya banyak kelebihan
daripada pendekatan individual
 Pendekatan kelompok memberikan lebih banyak
kesempatan untuk belajar tentang diri dan orang
lain 3
Keterbatasan konseling kelompok
• Tidak semua orang cocok berada dalam kelompok
• Perhatian terapis menjadi lebih menyebar
• Kepercayaan sulit untuk dibina
• Klien sering mengharapkan terlalu banyak dari
kelompok, shg ia tdk berusaha utk berubah
• Sering kelompok bukan dijadikan sarana untuk
berlatih melakukan perubahan, tetapi justru digunakan
sebagai tujuan
• Apabila terapis tidak cukup memiliki dasar teori dan
terlatih untuk memimpin kelompok, ia justru membuat
keadaan lebih buruk dari pada memperbaikinya
4
Kelebihan konseling Kelompok
Praktis
Dapat memberikan kesempatan bagi anggotaa
utk saling memberi dan menerima umpan
balik
Anggota akan belajar melatih perilakunya yg
baru dalam kelompok
Kelompok merupakan tempat utk menggali
tiap masalah yg dialami anggotanya
Kelompok memberi kesempatan utk
mempelajari ketrampilan sosial
5
Penerapan Pendekatan kelompok

• Terapi / konseling kelompok jauh lebih


berguna untuk orang-orang normal
• Terapi/konseling kelompok dapat
digunakan untuk mengembangkan diri
dalam hubungannya dengan orang lain
• Terapi/konseling kelompok dapat
disederhanakan untuk kepentingan
pengembangan organisasi:
1. Ajang saling mengerti pertahanan diri
masing- masing anggota
kelompok/organisasi
2. Apabila penolakan melalui pertahanan
diri itu mencair, maka program yang
direncanakan oleh organisasi dapat
6
dilaksanakan lebih mulus.
Konseling >< Psikoterapi
• Konseling dan psikoterapi interaksi antara
seorang profesional dengan orang yang
membutuhkan bantuan profesional
• Prosesnya persuasif
• Konselingistilah yang berasal dari
pendidikan, psikoterapi kedokteran
• Konseling pemecahan masalah, Psikoterapi
mengkoreksi pengalaman emosi
• Konselingkonselor mendengarkan aktif,
Psikoterapi konselor lebih aktif beraktivitas
7
Guidance Group / Bimbingan
kelompok
 Sharing an educational emphasis
 Didactic and instructional and focused on
feelings
 They have planned, structure activities and
fairly definite goals  identify by leader
 Guidance found in school settings, careers,
sex, job possibilities, colleges, and other topics.
 The focused on preventing problems in the
future by encouraging developmental growth,
decision making process, teaching life skills,
providing useful information 8
Group Counseling
 Teknik dan strategi didesain u/
membantu konflik interpersonal,
meningkatkan self awareness dan
insight
 Membantu individu u/ dpt bekerja scr
ber kelompok u/ mengurangi self
defeating behaviors.
 Konsep kelp difokuskan pd kondisi
saat ini dan disini
 Jangka waktunya pendek
9

 Periode : minggu / bulan


………….lanjutan
• Menekankan pd relation support
factors u/ memecahkan konflik
• Leader  org yg terlatih, ahli yg
disiapkan untuk memproteksi hak
klien.
• Klien dpt membantu bekerja u/
mendesain tujuan, intimate, accepting,
empathic, interpersonally effective.
10
Terapi kelompok
• Terdapat perbedaan yg sgt kecil ant
terapi kelompok dan konseling
kelompok
• Terapi kelompok  bertempat di
Rumah sakit, seting medikal atau
klinis yg menggunakan diagnosis pd
penderitan psikoneurosis, gangguan
kepribadian, atau psikosis.
• Tritmennya dlm waktu lama, tjd
analisis scr intensif, dan adanya
perubahan struktur kepribadian. 11
Self help and Support
Group
 Self help support group scr umum leadernya
tdk terlatih
 Dibentuk atas dasar kekuatan dan peminatan
serta kompetensi anggota.
 Tujuan : provide emotional and sosial support,
pengembangan new ideas about coping with
common issues
 Provide constructive direction for members

12
………….lanjutan
• Self help Group closely relative with support
group
• The membership is open and fluctuates from
meeting to meeting
• Self help Group include AA/NA, eating
disorders group, a heart smart with cardiac
problems.

13
Pedoman pembentukan kelompok (1)

 Kelompok tipe apa yg mau dibentuk?


 Siapa yg akan berada dalam kelompok?
 Apakah tujuan kelompok tersebut?
 Mengapa kelompok ini perlu dibentuk?
 Apakah asumsi dasarnya?
 Siapa yg akan memimpin kelompok tersebut?
 Bagaimana cara seleksinya?

14
Pedoman pembentukan kelompok (2)

 Berapa org yg akan berada dlm kelompok?


 Kapan, dimana, berapa lama, berapa kali kelompok
akan bertemu?
 Aturan main dalam kelompok
 Teknik apa yg akan dipakai?
 Resiko yg mungkin muncul
 Prosedur evaluasinya bagaimana?
 Masalah-masalah yg mungkin muncul dlm kelompok
dan bgmn cara mengatasinya?

15
Tujuan kelompok (1)
 Menjadi lbh terbuka dan jujur thd diri sendiri
dan orang lain
 Belajar mempercayai diri sendiri dan org lain
 Berkembang utk lbh menerima diri sendiri
 Belajar berkomunikasi dg orang lain
 Belajar lbh akrab dg orang lain
 Bljr ut bergaul dg sesama jenis atau lawan jenis
 Meningkatkan kesadaran diri, shg akan mrs lbh
bebas dan lbh dpt tegas dlm memilih dan
menentukan
16
Tujuan kelompok (2)
 Belajar utk memberi dan menerima
 Belajar utk memecahkan masalah
 Belajar utk memberikan perhatian pd org lain
 Menjadi lbh peka thd kebutuhan dan perasaan org lain
 Utk lbh mengerti bahwa org lain jg memiliki masalah
yg berat
 Belajar memberi umpan balik dan konfrontasi demi
kepentingan dan perkembangan pribadi orang lain

17
Tahap-tahap dlm terapi kelompok
1. Persiapan :
a. Perkenalan
b. Agenda
c. Pembentukan norma kelompok
d. Penggalian ide dan perasaan (hidden agenda)
2. Transisi
a. Kepekaan Waktu
b. Observasi pola perilaku
c. Pengenalan suasana emosi
3. Kerja kelompok  menggunkan pendekatan tertentu
4. terminasi 18
Keterampilan
Pemandu Kelompok
 Membuat dan mempertahankan
kelompok
 Membentuk budaya kelompok
 Membentuk norma kelompok
 Membawa kelompok pada disini dan
saat ini
 Menjadikan kelompok sbg “Self reflektive
loope”
 Menyoroti proses kelompok melalui
ungkapan verbal dan nonverbal
 Menggunakan bahasa positif shg
kelompok terhindar dr ajang salah
menyalahkan
 Mengaktifkan kelompok supaya terjadi
19
interaksi
Norma kelompok
• Kelompok pemantauan diri (The self monitoring
group)
• Pembukaan diri (Self-disclosure)
• Norma prosedural (Prosedural norm)hrs
berurutan atau acak
• Pentingnya kelompok (The importance of the
group)tdk boleh nyinyir
• Anggota sbg agen penolong
20
Kondisi klien yg tdk cocok dg
pendekatan kelompok (1)
• Klien dlm keadaan krisis
(Depresi dan ingin bunuh diri)
• Klien sgt takut u/berbicara dlm
kelompok
• Klien sgt tdk efektif di dlm
hubungan pribadinya, atau ia
sama sekali tdk mempunyai
keterampilan sosial
• Klien sangat tidak menyadari
akan perasaannya, motivasinya,
maupun perilakunya
• Klien menunjukkan perilaku yg
menyimpang
21
Kondisi klien yg tdk cocok dg pendekatan
kelompok (2)
 Klien yg tll banyak minta perhatian
dr org lainmengganggu kelompok
 Klien dlm keadaan psikotik acut
 Klien yg diperkirakan akan sgt
mengganggu jalannya konseling /
terapi kelompok krn keterbatasan
ekspresi verbal
 Klien yg sgt agresif akan membuat
anggota lain merasa takut
 Klien yg mempunyai masalah
kontrol impuls

22
Terapi Keluarga

23
Family Therapy

* both a theory and a treatment method.

* offers a view to clinical problem within the


context of a family's transactional patterns.

* represents a form of intervention in which


members of a family are assisted in identifying
and changing problematic, maladaptive,
repetitive relationship patterns, as well as
defeating or self-limiting belief systems.
Theory of Personality
Individual personality is recast as a unit of a
larger societal system.

Therapists' views on personality development


depend on her ot his orientation.
Psychoanalytic - people's fundamental
need is for attachments
Behaviorists - all beh. is learned
certain type of cognitions are learned,
become ingrained as traits, and mediate a
person's beh.
cont'd

Family life cycle perspective -


certain predictable marker events or
phases occur in all families, regardless
of structure or composition or cultural
background, compelling each family to
deal in some manner with these events.
Variety of Concepts

Family Rules
A family is a rule-governed system in w/c
interactions of its members follow organized,
established patterns. Such rules regulate and
help stabilize the family system.

Family narratives and assumptions


All families develop paradigms about the
world and it has a powerful impact on family
daily functinoning
cont'd
Pseudomutuality and Pseudohostility
-recurrent fragmented and irrational
style of communication
Pseudomutuality- an unreal quality
about how family members expressed both
positive and negative emotion to one
another.
Pseudohostility - a similar collusion in
w/c apparent quarreling or bickering
between family members is in reality merely
a superficial tactic for avoiding deeper and
more genuine feelings.
cont'd
Mystification - another masking effort
to obscure the real nature of family
conflict and thus maintain the status
quo.

Scapegoating- within some families,


a particular individual is held
responsible for whatever goes wrong
with the family.
Theory of Psychotherapy

1. People are products of their social


connections, and attempts to help them
must take family relationships into account.

2. Symptomatic behavior in an individual


arises from a context of relationships, and
interventions to help that person are most
effective when those faulty interactive
patterns are altered.
cont'd
3. Individual symptoms are
maintained externally in current family
system transactions.

4. Conjoint sessions, in which the


family is the therapeutic unit and the
focus is on family interaction, are
more effective in producing change
than attempts to uncover intrapsychic
problems in individuals via individual
sessions.
cont'd

5. Assessing family subsystems and the


permeability of boundaries within the family and
between the family and the outside world offers
important clues regarding family organization
and susceptibility to change.

6. Traditional psychiatric diagnostic labels based


on individual psychopathology fail to provide an
understanding of family dysfunctions and tend to
pathologize individuals.
Goals of FT

1. To change maladaptive or
dysfunctional family interactive patterns

2. To help clients construct alternative


views about themselves that offer new
options and possibilities for the future.
Process of Psychotherapy
Initial Contact

Initial Session

Engaging the Family

Assessing Family Functioning


Is treatment for the entire family needed? who are the
appropriate family members with whom to work? what
underlying interactive patterns fuel the family disturbance and
lead to symptoms in one or more of its members? what specific
interventions will most effectively help this family?
History-taking
cont'd
Facilitating change

Techniques used:

Reframing - relabelling problematic behavior


by viewing it into a new, more positive light
that emphasizes its good intention.

Therapeutic double-blinds - directing families


to continue to manifest their presenting
symptoms.
cont'd

Enactment - role-playing efforts to bring the


outside family conflict into the session so that
family members can demonstrate how they
deal with it and the therapist can start to
devise an intervention plan.

Family Sculpting - family members take a


turn at being a "director" at placing each of the
other members in a physical arrangement in
space.
cont'd

Circular questioning - asking several


members the same question regarding
their attitudes about same events and
relationships.

Cognitive restructuring - modifying a


client's perceptions of events in order to
bring about behavioral change.
cont'd
Miracle question - clients are asked to
consider what would occur if a miracle
took place and, upon awakening in the
morning, they found the problem they
brought to therapy solved.

Externalization - viewing the problem


as outside of themselves. (usually used
by narrative therapists)
The Roles and Functions of Family
Therapist
They try to help clients achieve one or more
of the following changes:

1. Structural change - They actively


challenge rigid, repetitive patterns that
handicap optimum functioning of family
members.
2. Behavioral change - They help clients
abandon old dysfunctional behavior.
(paradoxical intentions)
cont'd
3. Experiential change - families need to
feel and experience what previously was
locked up.

Help families learn more effective ways


of communicating with one another and
on teaching them to express what they
are experiencing. (Satir)
Help family members learn to ask for
what they want from another, thus
facilitating self-exploration, risk taking,
and spontaneity. (Kempler)
cont'd
Clients are challenged to establish a
new and more honest relationships
(Whitaker)

Help clients recognize how they have


hidden their primary emotions or real
feelings and instead have displayed
defensive or coercive secondary
emotions (EFC therapists)
cont'd
4. Cognitive change - provide client families with
insight and understanding.

Gaining awareness of one's "Family ledger".


Gaining insight into introjects reprojected onto
current family members to compensate for
unsatisfactory early object relations.
Open up conversations about clients' values,
beliefs, and purposes so that they have an
opportunity to consider a wide range of choices
and attach new meanings to their experiences.
Applications
Individual problems

Intergenerational problems - parent-child


issues, delinquency, recidivism etc

Marital problems - communication problems,


sexual incompatibilities, conflicts over
money,in-laws, or children, physical abuse,
conflicts over power and control
Treatment
THe FT Perspective
> entire family, dyads, triads,
or subsystems
> methods of treatment vary
> therapist gives up the passive,
neutral, nonjudgmental stance
> emphasis on egalitarian,
collaborative nature of therapist-
family relationship
cont'd

Indications and Contraindications

> applicable to resolving relationship


difficulties

> contraindicated when key members of


the family is unavailable or refuse to attend,
one is seriously emotionally disturbed, or be
so violent or abusive or filled with paranoid
ideation
cont'd
Length of treatment
Settings and Practitioners
Stages of Treatment
initial phase - (genogram),
negotiate w/family what problem to
eliminate
middle phase - redefining problem,
relationship changes occur
final phase - learn effective coping
skills
Genogram
The genogram, a technique often used early in family therapy,
provides a graphic picture of the family history. The genogram
reveals the family's basic structure and demographics.
(McGoldrick & Gerson, 1985).
Through symbols, it offers a picture of three generations.
Names, dates of marriage, divorce, death, and other relevant
facts are included in the genogram. It provides an enormous
amount of data and insight for the therapist and family members
early in therapy. As an informational and diagnostic tool, the
genogram is developed by the therapist in conjunction with the
family.
Terapi
Pasangan

48
Adalah suatu bentuk psikoterapi
dimana pasangan (menikah,
belum menikah, atau sesama
jenis)bertemu dengan satu atau
lebih terapis untuk
mengerjakan/menyelesaikan
sejumlah masalah yang dimiliki

49
Saat ini, bentuk terapi pasangan yang
paling populer adalah terapi perilaku
pernikahan (behavioral marital
therapy), cognitive couples therapy,
terapi pasangan yang berfokus pada
emosi, terapi seks, dan terapi
pasangan yang berorientasi pada
wawasan (psikodinamik).

50
Beberapa Teknik yang digunakan
Behavioral Marital Therapy Emotionally Focused
(BMT) Couples Therapy (EFT)
 Suatu bentuk terapi pasangan  Suatu bentuk terapi
yang menerapkan prinsip pasangan yang didasarkan
penguatan pada interaksi
pada asumsi bahwa
pasangan.
tekanan perkawinan
 Komponen utama BMT
dihasilkan dari pengaruh
termasuk kontrak kontingensi,
teknik pemahaman dukungan, negatif dan gaya interaksi
dan teknik pemecahan yang destruktif.
masalah.  Intervensi EFT berupaya
 Dalam BMT, teknik bertujuan mengubah gaya interaksi
untuk meningkatkan perasaan dan respons emosional
positif pasangan, perilaku pasangan yang
positif, dan tingkat kolaborasi bermasalah sehingga
di antara mereka. ikatan emosional yang
lebih kuat dan lebih aman
dapat dibangun. 51
Psikologi
Klinis Anak
Anisah Chairani, S.Psi,
M.Psi, Psikolog
Karakteristik Psikologi Klinis
Anak
• Masalah penyerahan (referral issues)
• pertimbangan dan perhatian pada
perkembangan anak (developmental
considerations)
• faktor tempramen pada masa kanak-kanak
(infant temperament)
• Kelekatan awal (infants early attachment),
• pola interaksi orang tua dan anak (the pattern of
parent-child interactions),
• Stressor pada anak
• Child abuse
Penyebab Stres pada Anak
• Pertama kali masuk sekolah
• Konflik dan perceraian orang tua
• Kekerasan pada Anak (dipengaruhi oleh
pengaruh budaya dan sosek, karakteristik
personal orangtua, kesulitan dalam
melakukan interaksi antara orangtua anak)

Menyebabkan gangguan emosi dan


perilaku
Hal yang diperhatikan dalam
melakukan asesmen klinis anak:

• Perfoma atau kemampuan anak di dalam


sekolahnya
• Emosi dan tingkah laku anak sehari-hari
• Tingkah laku dan interaksi anak bersama
orang tuanya
Proses Asesmen Klinis Anak
1. Penilaian Skala Tingkah laku (rating scale)
• Meliputi hampir seluruh permasalahan
tingkah laku pada anak
• Membandingkan tingkah laku anak dengan
norma kelompok
• Cth : CBCL
2. Interview Klinis
• Wawancara orangtua
• Wawancara anak
3. Tes Prestasi dan Inteligensi
• Memiliki data normatif paling baik
• Penting utk melihat kesulitan belajar yg
dialami anak krn IQ atau lainnya
• Mengumpulkan info kelebihan dan
kekurangan anak pada masalah kognitif
dan akademik anak, bisa jg utk treatment

4. Tes proyektif
• Cth: CAT, Rorschach, DAP, HTP,
Story telling, boneka, sand tray
5. Observasi tingkah laku
• Mengamati anak utk mendapatkan informasi yg lebih
alami dan menyeluruh dibandingkan dr wawancara
dan tes lain
• Melalui observasi, psikolog mendapat informasi apa
yang menyebabkan dan menguatkan anak melakukan
perilaku tsb

6. Pengukuran interaksi keluarga dan


teman sebaya
• Melihat pengaruh yg dihasilkan dari berbagai
lingkungan sosial dimana anak tinggal
• Melihat perilaku ortu, krn kesalahan mengasuh
anak bisa menyebabkan psikopatologi
7. Tes neuropsikologis
• Pengukuran perilaku yg digunakan utk
membuat kesimpulan temtang kerusakan
sistem syaraf pusat dan yg lebih penting,
mengetahui akibat dari kerusakan tersebut
pada anak-anak
• Info yg diperoleh digunakan utk diagnosa
dan juga treatment
Pertimbangan dalam membuat
klasifikasi gangguan
• Usia
• Tugas-tugas Perkembangan
Penanganan Gangguan pada
Masa Kanak-kanak
🡪 Penanganan anak berbeda dgn orang
dewasa. Anak tidak dapat mengevaluasi
diri sendiri, sehingga memerlukan motivasi
dan kerjasama dengan orangtua mereka
🡪 Beberapa terapi yg digunakan:
• Terapi perilaku
• CBT
• Terapi Keluarga
• Intervensi biologis
• Terapi psikodinamika
• Penggabungan Treatmen (Combined Treatment)
Gangguan spesifik pada masa
kanak-kanak
• Depresi pada masa kanak-kanak
• Gangguan Belajar
• Retardasi Mental
• Autis pada Masa kanak-kanak
• ADHD
• Gangguan Komunikasi
• Skizoprenia dengan onset pada masa
kanak-kanak
Neuropsikologi Pediatri
• sub-spesialisasi dalam bidang
neuropsikologi klinis yang mempelajari
hubungan antara kesehatan otak dan
perilaku pada anak-anak.
Yang dilakukan….
• Selain mngasses dan merawat anak-anak
dengan gangguan medis seperti cedera
otak traumatis, tumor otak atau epilepsi,
neuropsikolog pediatrik bekerja dengan
anak-anak yang memiliki Attention-Deficit
Hyperactivity Disorder (ADHD),
ketidakmampuan belajar, gangguan
intelektual dan perkembangan (retardasi
mental), autisme gangguan spektrum.
Yang dibutuhkan anak dalam
tahap perkembangannya
Model Pelayanan Psikologi
Anak
Intervensi Klinis (2)
Anisah Chairani, S.Psi, M.Psi, Psikolog

1
GROUP KONSELING

Berbagai macam pendekatan Kelompok :

• Bimbingan Kelompok
• Konseling kelompok
• Kelompok sensitivitas atau kelompok Pelatihan
• Kelompok Temu (encounter group)
• Kelompok Mandiri
• Kelompok pendukung (Support Group)
• Terapi kelompok 2
Mengapa Konseling kelompok
 Manusia  makhluk sosial yg sll membutuhkan
org lain dlm kehidupannya
 Manusia hdp dan bekerja dlm konteks kelompok
 Pendekatan kelompok lbh berguna diberbagai
bidang: akademik, industri, kesehatan mental,
organisasi maupun riset
 Pendekatan kelompok punya banyak kelebihan
daripada pendekatan individual
 Pendekatan kelompok memberikan lebih banyak
kesempatan untuk belajar tentang diri dan orang
lain 3
Keterbatasan konseling kelompok
• Tidak semua orang cocok berada dalam kelompok
• Perhatian terapis menjadi lebih menyebar
• Kepercayaan sulit untuk dibina
• Klien sering mengharapkan terlalu banyak dari
kelompok, shg ia tdk berusaha utk berubah
• Sering kelompok bukan dijadikan sarana untuk
berlatih melakukan perubahan, tetapi justru digunakan
sebagai tujuan
• Apabila terapis tidak cukup memiliki dasar teori dan
terlatih untuk memimpin kelompok, ia justru membuat
keadaan lebih buruk dari pada memperbaikinya
4
Kelebihan konseling Kelompok
Praktis
Dapat memberikan kesempatan bagi anggotaa
utk saling memberi dan menerima umpan
balik
Anggota akan belajar melatih perilakunya yg
baru dalam kelompok
Kelompok merupakan tempat utk menggali
tiap masalah yg dialami anggotanya
Kelompok memberi kesempatan utk
mempelajari ketrampilan sosial
5
Penerapan Pendekatan kelompok

• Terapi / konseling kelompok jauh lebih


berguna untuk orang-orang normal
• Terapi/konseling kelompok dapat
digunakan untuk mengembangkan diri
dalam hubungannya dengan orang lain
• Terapi/konseling kelompok dapat
disederhanakan untuk kepentingan
pengembangan organisasi:
1. Ajang saling mengerti pertahanan diri
masing- masing anggota
kelompok/organisasi
2. Apabila penolakan melalui pertahanan
diri itu mencair, maka program yang
direncanakan oleh organisasi dapat
6
dilaksanakan lebih mulus.
Konseling >< Psikoterapi
• Konseling dan psikoterapi interaksi antara
seorang profesional dengan orang yang
membutuhkan bantuan profesional
• Prosesnya persuasif
• Konselingistilah yang berasal dari
pendidikan, psikoterapi kedokteran
• Konseling pemecahan masalah, Psikoterapi
mengkoreksi pengalaman emosi
• Konselingkonselor mendengarkan aktif,
Psikoterapi konselor lebih aktif beraktivitas
7
Guidance Group / Bimbingan
kelompok
 Sharing an educational emphasis
 Didactic and instructional and focused on
feelings
 They have planned, structure activities and
fairly definite goals  identify by leader
 Guidance found in school settings, careers,
sex, job possibilities, colleges, and other topics.
 The focused on preventing problems in the
future by encouraging developmental growth,
decision making process, teaching life skills,
providing useful information 8
Group Counseling
 Teknik dan strategi didesain u/
membantu konflik interpersonal,
meningkatkan self awareness dan
insight
 Membantu individu u/ dpt bekerja scr
ber kelompok u/ mengurangi self
defeating behaviors.
 Konsep kelp difokuskan pd kondisi
saat ini dan disini
 Jangka waktunya pendek
9

 Periode : minggu / bulan


………….lanjutan
• Menekankan pd relation support
factors u/ memecahkan konflik
• Leader  org yg terlatih, ahli yg
disiapkan untuk memproteksi hak
klien.
• Klien dpt membantu bekerja u/
mendesain tujuan, intimate, accepting,
empathic, interpersonally effective.
10
Terapi kelompok
• Terdapat perbedaan yg sgt kecil ant
terapi kelompok dan konseling
kelompok
• Terapi kelompok  bertempat di
Rumah sakit, seting medikal atau
klinis yg menggunakan diagnosis pd
penderitan psikoneurosis, gangguan
kepribadian, atau psikosis.
• Tritmennya dlm waktu lama, tjd
analisis scr intensif, dan adanya
perubahan struktur kepribadian. 11
Self help and Support
Group
 Self help support group scr umum leadernya
tdk terlatih
 Dibentuk atas dasar kekuatan dan peminatan
serta kompetensi anggota.
 Tujuan : provide emotional and sosial support,
pengembangan new ideas about coping with
common issues
 Provide constructive direction for members

12
………….lanjutan
• Self help Group closely relative with support
group
• The membership is open and fluctuates from
meeting to meeting
• Self help Group include AA/NA, eating
disorders group, a heart smart with cardiac
problems.

13
Pedoman pembentukan kelompok (1)

 Kelompok tipe apa yg mau dibentuk?


 Siapa yg akan berada dalam kelompok?
 Apakah tujuan kelompok tersebut?
 Mengapa kelompok ini perlu dibentuk?
 Apakah asumsi dasarnya?
 Siapa yg akan memimpin kelompok tersebut?
 Bagaimana cara seleksinya?

14
Pedoman pembentukan kelompok (2)

 Berapa org yg akan berada dlm kelompok?


 Kapan, dimana, berapa lama, berapa kali kelompok
akan bertemu?
 Aturan main dalam kelompok
 Teknik apa yg akan dipakai?
 Resiko yg mungkin muncul
 Prosedur evaluasinya bagaimana?
 Masalah-masalah yg mungkin muncul dlm kelompok
dan bgmn cara mengatasinya?

15
Tujuan kelompok (1)
 Menjadi lbh terbuka dan jujur thd diri sendiri
dan orang lain
 Belajar mempercayai diri sendiri dan org lain
 Berkembang utk lbh menerima diri sendiri
 Belajar berkomunikasi dg orang lain
 Belajar lbh akrab dg orang lain
 Bljr ut bergaul dg sesama jenis atau lawan jenis
 Meningkatkan kesadaran diri, shg akan mrs lbh
bebas dan lbh dpt tegas dlm memilih dan
menentukan
16
Tujuan kelompok (2)
 Belajar utk memberi dan menerima
 Belajar utk memecahkan masalah
 Belajar utk memberikan perhatian pd org lain
 Menjadi lbh peka thd kebutuhan dan perasaan org lain
 Utk lbh mengerti bahwa org lain jg memiliki masalah
yg berat
 Belajar memberi umpan balik dan konfrontasi demi
kepentingan dan perkembangan pribadi orang lain

17
Tahap-tahap dlm terapi kelompok
1. Persiapan :
a. Perkenalan
b. Agenda
c. Pembentukan norma kelompok
d. Penggalian ide dan perasaan (hidden agenda)
2. Transisi
a. Kepekaan Waktu
b. Observasi pola perilaku
c. Pengenalan suasana emosi
3. Kerja kelompok  menggunkan pendekatan tertentu
4. terminasi 18
Keterampilan
Pemandu Kelompok
 Membuat dan mempertahankan
kelompok
 Membentuk budaya kelompok
 Membentuk norma kelompok
 Membawa kelompok pada disini dan
saat ini
 Menjadikan kelompok sbg “Self reflektive
loope”
 Menyoroti proses kelompok melalui
ungkapan verbal dan nonverbal
 Menggunakan bahasa positif shg
kelompok terhindar dr ajang salah
menyalahkan
 Mengaktifkan kelompok supaya terjadi
19
interaksi
Norma kelompok
• Kelompok pemantauan diri (The self monitoring
group)
• Pembukaan diri (Self-disclosure)
• Norma prosedural (Prosedural norm)hrs
berurutan atau acak
• Pentingnya kelompok (The importance of the
group)tdk boleh nyinyir
• Anggota sbg agen penolong
20
Kondisi klien yg tdk cocok dg
pendekatan kelompok (1)
• Klien dlm keadaan krisis
(Depresi dan ingin bunuh diri)
• Klien sgt takut u/berbicara dlm
kelompok
• Klien sgt tdk efektif di dlm
hubungan pribadinya, atau ia
sama sekali tdk mempunyai
keterampilan sosial
• Klien sangat tidak menyadari
akan perasaannya, motivasinya,
maupun perilakunya
• Klien menunjukkan perilaku yg
menyimpang
21
Kondisi klien yg tdk cocok dg pendekatan
kelompok (2)
 Klien yg tll banyak minta perhatian
dr org lainmengganggu kelompok
 Klien dlm keadaan psikotik acut
 Klien yg diperkirakan akan sgt
mengganggu jalannya konseling /
terapi kelompok krn keterbatasan
ekspresi verbal
 Klien yg sgt agresif akan membuat
anggota lain merasa takut
 Klien yg mempunyai masalah
kontrol impuls

22
Terapi Keluarga

23
Family Therapy

* both a theory and a treatment method.

* offers a view to clinical problem within the


context of a family's transactional patterns.

* represents a form of intervention in which


members of a family are assisted in identifying
and changing problematic, maladaptive,
repetitive relationship patterns, as well as
defeating or self-limiting belief systems.
Theory of Personality
Individual personality is recast as a unit of a
larger societal system.

Therapists' views on personality development


depend on her ot his orientation.
Psychoanalytic - people's fundamental
need is for attachments
Behaviorists - all beh. is learned
certain type of cognitions are learned,
become ingrained as traits, and mediate a
person's beh.
cont'd

Family life cycle perspective -


certain predictable marker events or
phases occur in all families, regardless
of structure or composition or cultural
background, compelling each family to
deal in some manner with these events.
Variety of Concepts

Family Rules
A family is a rule-governed system in w/c
interactions of its members follow organized,
established patterns. Such rules regulate and
help stabilize the family system.

Family narratives and assumptions


All families develop paradigms about the
world and it has a powerful impact on family
daily functinoning
cont'd
Pseudomutuality and Pseudohostility
-recurrent fragmented and irrational
style of communication
Pseudomutuality- an unreal quality
about how family members expressed both
positive and negative emotion to one
another.
Pseudohostility - a similar collusion in
w/c apparent quarreling or bickering
between family members is in reality merely
a superficial tactic for avoiding deeper and
more genuine feelings.
cont'd
Mystification - another masking effort
to obscure the real nature of family
conflict and thus maintain the status
quo.

Scapegoating- within some families,


a particular individual is held
responsible for whatever goes wrong
with the family.
Theory of Psychotherapy

1. People are products of their social


connections, and attempts to help them
must take family relationships into account.

2. Symptomatic behavior in an individual


arises from a context of relationships, and
interventions to help that person are most
effective when those faulty interactive
patterns are altered.
cont'd
3. Individual symptoms are
maintained externally in current family
system transactions.

4. Conjoint sessions, in which the


family is the therapeutic unit and the
focus is on family interaction, are
more effective in producing change
than attempts to uncover intrapsychic
problems in individuals via individual
sessions.
cont'd

5. Assessing family subsystems and the


permeability of boundaries within the family and
between the family and the outside world offers
important clues regarding family organization
and susceptibility to change.

6. Traditional psychiatric diagnostic labels based


on individual psychopathology fail to provide an
understanding of family dysfunctions and tend to
pathologize individuals.
Goals of FT

1. To change maladaptive or
dysfunctional family interactive patterns

2. To help clients construct alternative


views about themselves that offer new
options and possibilities for the future.
Process of Psychotherapy
Initial Contact

Initial Session

Engaging the Family

Assessing Family Functioning


Is treatment for the entire family needed? who are the
appropriate family members with whom to work? what
underlying interactive patterns fuel the family disturbance and
lead to symptoms in one or more of its members? what specific
interventions will most effectively help this family?
History-taking
cont'd
Facilitating change

Techniques used:

Reframing - relabelling problematic behavior


by viewing it into a new, more positive light
that emphasizes its good intention.

Therapeutic double-blinds - directing families


to continue to manifest their presenting
symptoms.
cont'd

Enactment - role-playing efforts to bring the


outside family conflict into the session so that
family members can demonstrate how they
deal with it and the therapist can start to
devise an intervention plan.

Family Sculpting - family members take a


turn at being a "director" at placing each of the
other members in a physical arrangement in
space.
cont'd

Circular questioning - asking several


members the same question regarding
their attitudes about same events and
relationships.

Cognitive restructuring - modifying a


client's perceptions of events in order to
bring about behavioral change.
cont'd
Miracle question - clients are asked to
consider what would occur if a miracle
took place and, upon awakening in the
morning, they found the problem they
brought to therapy solved.

Externalization - viewing the problem


as outside of themselves. (usually used
by narrative therapists)
The Roles and Functions of Family
Therapist
They try to help clients achieve one or more
of the following changes:

1. Structural change - They actively


challenge rigid, repetitive patterns that
handicap optimum functioning of family
members.
2. Behavioral change - They help clients
abandon old dysfunctional behavior.
(paradoxical intentions)
cont'd
3. Experiential change - families need to
feel and experience what previously was
locked up.

Help families learn more effective ways


of communicating with one another and
on teaching them to express what they
are experiencing. (Satir)
Help family members learn to ask for
what they want from another, thus
facilitating self-exploration, risk taking,
and spontaneity. (Kempler)
cont'd
Clients are challenged to establish a
new and more honest relationships
(Whitaker)

Help clients recognize how they have


hidden their primary emotions or real
feelings and instead have displayed
defensive or coercive secondary
emotions (EFC therapists)
cont'd
4. Cognitive change - provide client families with
insight and understanding.

Gaining awareness of one's "Family ledger".


Gaining insight into introjects reprojected onto
current family members to compensate for
unsatisfactory early object relations.
Open up conversations about clients' values,
beliefs, and purposes so that they have an
opportunity to consider a wide range of choices
and attach new meanings to their experiences.
Applications
Individual problems

Intergenerational problems - parent-child


issues, delinquency, recidivism etc

Marital problems - communication problems,


sexual incompatibilities, conflicts over
money,in-laws, or children, physical abuse,
conflicts over power and control
Treatment
THe FT Perspective
> entire family, dyads, triads,
or subsystems
> methods of treatment vary
> therapist gives up the passive,
neutral, nonjudgmental stance
> emphasis on egalitarian,
collaborative nature of therapist-
family relationship
cont'd

Indications and Contraindications

> applicable to resolving relationship


difficulties

> contraindicated when key members of


the family is unavailable or refuse to attend,
one is seriously emotionally disturbed, or be
so violent or abusive or filled with paranoid
ideation
cont'd
Length of treatment
Settings and Practitioners
Stages of Treatment
initial phase - (genogram),
negotiate w/family what problem to
eliminate
middle phase - redefining problem,
relationship changes occur
final phase - learn effective coping
skills
Genogram
The genogram, a technique often used early in family therapy,
provides a graphic picture of the family history. The genogram
reveals the family's basic structure and demographics.
(McGoldrick & Gerson, 1985).
Through symbols, it offers a picture of three generations.
Names, dates of marriage, divorce, death, and other relevant
facts are included in the genogram. It provides an enormous
amount of data and insight for the therapist and family members
early in therapy. As an informational and diagnostic tool, the
genogram is developed by the therapist in conjunction with the
family.
Terapi
Pasangan

48
Adalah suatu bentuk psikoterapi
dimana pasangan (menikah,
belum menikah, atau sesama
jenis)bertemu dengan satu atau
lebih terapis untuk
mengerjakan/menyelesaikan
sejumlah masalah yang dimiliki

49
Saat ini, bentuk terapi pasangan yang
paling populer adalah terapi perilaku
pernikahan (behavioral marital
therapy), cognitive couples therapy,
terapi pasangan yang berfokus pada
emosi, terapi seks, dan terapi
pasangan yang berorientasi pada
wawasan (psikodinamik).

50
Beberapa Teknik yang digunakan
Behavioral Marital Therapy Emotionally Focused
(BMT) Couples Therapy (EFT)
 Suatu bentuk terapi pasangan  Suatu bentuk terapi
yang menerapkan prinsip pasangan yang didasarkan
penguatan pada interaksi
pada asumsi bahwa
pasangan.
tekanan perkawinan
 Komponen utama BMT
dihasilkan dari pengaruh
termasuk kontrak kontingensi,
teknik pemahaman dukungan, negatif dan gaya interaksi
dan teknik pemecahan yang destruktif.
masalah.  Intervensi EFT berupaya
 Dalam BMT, teknik bertujuan mengubah gaya interaksi
untuk meningkatkan perasaan dan respons emosional
positif pasangan, perilaku pasangan yang
positif, dan tingkat kolaborasi bermasalah sehingga
di antara mereka. ikatan emosional yang
lebih kuat dan lebih aman
dapat dibangun. 51
RESEARCH METHODS IN
CLINICAL PSYCHOLOGY

Anisah Chairani, S.Psi, M.Psi, Psikolog


INTRODUCTION TO RESEARCH
• In a reality, clinical psychology is a science as well
as applied, therefore the research in clinical
psychology is very necessary
• The purpose of research is to prove the truth of
a theory in practice
• Research can inform our theories in a type of
feedback-loop system, which is the research can
help us extend and modify our theories as well as
establish their parsimony and utility.
• There is intimate relationship between theory and
research. Theory stimulates and guides the
research we do, but theories are also modified by
the outcomes of researches.
Introduction To Research ..
• For example, the theory of the development
Erikson, Oedipus complex Freud, the success of a
treatment, the truth and the projection of
personality tests in detecting the disorder
symptoms.
• The ultimate reason for research is the
enhancement of our ability to predict and
understand the behavior, feelings, and thoughts of
the people served by clinical psycholgists and NOT
for Generalized.
• The final analysis, only better research will enable
us to intervene wisely and effectively on their
behave.
METHODS

• There are many methods of research, each


with its own advantages & limitations.

• Therefore, no methods by itself will answer


every question definitively.

• But together, a variety of methods can


significantly extend our ability to understand
and predict.
RESEARCH METHODS IN
CLINICAL PSYCHOLOGY
• Observation
• Case study
• Epidemiological Research
• Correlational Methods
• Cross-Sectional Versus Longitudinal Approaches
• The experimental methods
• Single-case Design
• Mixed Designs
Observation

• The most basic and pervasive of all research methods.


• Several types of observations :
1. Unsystematic observation
: observations made by accident / coincidence (casual
observation).
Casual observation to establish a strong base of
knowledge Developing
hypotheses that can be tested
2. Naturalistic observation
: Observations made in a natural setting
Carried out in real-life settings, more systematic &
rigorous, carefully planned in advance, no real
control exerted by the observer.
Limited to a relatively few individuals / situations
Observation …

3. Controlled observation
The investigator exerts some degree of
control over people / the events being
observed in natural setting.
Case studies
• Involves intensive study of a client or patient who
is in treatment.
• The case studies also help clinicians to
understand the unique patient who sits there
before them.
• Case study very useful for :
a. Providing description of rare / unusual
phenomena / novel, distinctive methods of
interviewing, or treating patients.
b. Disconfirming “universally known /
accepted information
c. Generating testable hypotheses
Case studies ..

• In case studies, use materials from :


a. Interviews
b. Test responses, &
c. Treatment account.
• Such material might also include :
a. Biographical & autobiographical data
b. Letters
c. Diaries
d. Life course information
e. Medical histories
Epidemiological research
• The study of the incidence, prevalence, and distribution of illness or
disease in a given population.
• Incidence : to the rate of new cases of illness / disorders is on the
increase within a given period of time
Example : AIDS cases increasing this year compared to last year ?

• Prevalence : percentage of the target population is affected by the


illness/disorders.
Example : The lifetime prevalence rate of Schizophrenia is estimated
at 1% suggesting that a member of the general population
has 1 chance in 100 of developing this disorder in his or
her lifetime.
• Distribution
Example : “smoking and health”, “relationship between schizophrenia
and either socioeconomic class & factor
Correlational Methods

• The technique : Correlating 2 variables.


Commonly using The pearson product-moment
correlation coefficient to determine the degree
of relationship between 2 variables
• The questions of causality : no matter how
logical it may appear, we cannot, on the basis of
correlation alone, assert that one variable has
caused another. Correlational >< experiment
• Factor analysis : examining the interrelationship
among a number of variables at the same time
Cross sectional & longitudinal…

CROSS SECTIONAL
Birth date Age

1980 65 70 75 80 85

1895 60 65 70 75 80

1900 55 60 65 70 75

1905 50 55 60 65 70

1910 45 50 55 60 65 LONGITUDINAL

1915 40 45 50 55 60

1920 35 40 45 50 55

1925 30 35 40 45 50
measuremen
t 1955 1960 1965 1970 1975
The experimental method

• The Experimental group


• The Control group
• The Experimental hypothesis
• Independent variables : is one that is supposed
to be under the control of investigators & it is
expected to have a causal effect on
participants’ behavior, which is referred to as
the dependent variable, & it was manipulated
by the investigators through their instructions.
The dependent variable was the participant’s
response (e.g., self reported happiness) to felt
responsibility or lack of it.
Experiment
• Between group design
Two separate sets of participants, each of which receives
a different kind of treatment.
Ex : A study of therapy effectiveness.
Experimental group (receiving treatment) >< compared
to a control group (receiving no treatment at all).

• Within group design


Comparisons might be made on the same patient at
different points in time.
Ex : Level of distress - comparing progress in some
periods, such as after one week, two weeks, three
weeks, and so on.
Experiment …

WEEK
Single-Case Designs
• A-B : Merupakan sebuah eksperimen dengan satu
baseline dan satu treatment, dan tidak
mempertimbangkan variabel-variabel ekstra yang
mempengaruhi perubahan perilaku.
• A-B-A-B : Merupakan sebuah eksperimen dengan dua
(atau lebih) baseline dan dua (atau lebih) treatment,
untuk perilaku yang sama, pada satu subyek.
• Multiple-baseline-across-behaviors : Fase baseline dan
treatment diberikan pada dua atau lebih perilaku yang
berbeda, pada subyek yang sama.
• Multiple-baseline-across-subject : Fase baseline dan
treatment diberikan pada perilaku target yang sama,
dengan dua atau lebih subyek yang berbeda.
• Multiple-baseline-across-settings : Fase baseline dan
treatment diberikan pada dua atau lebih seting,
dengan perilaku dan subyek yang sama.
AB Design …
ABAB Design …
Mixed designs

• Experimental + correlational techniques


design.
• Participant can be devided into a specific
populations.
• Ex : Schizophrenic VS. Normal
• Variables such as psychosis or normality are
not manipulated or induced by the
investigators & instead, correlated with the
experimental methods.
Research & ethics

• Informed consent
• Confidentiality
• Deception
Tes Objektif
Menurut Morey & Hopwood (2008) bahwa : Kekurangan :
Tes obyektif melibatkan serangkaian a. Kekurangan tes obyektif yaitu berisi dari pernyataan
pernyataan atau pertanyaan langsung, perilaku natural individu (bisa saja menjadi ciri perilaku
singkat dan respons benar / salah atau subjek tetapi bisa juga bukan)
pilihan ganda. b. Biasanya hanya mengukur sedikit dari perilaku yang
sebenarnya.
Kelebihan: c. Tes obyektif menggabungkan antara perilaku, kognitif
a. Pada tes obyektif pemberian skor berisi tentang fikiran dan keyakinan, dan juga emosi atau
pada setiap subjek dapat dilakukan perasaan. Namun tes obyektif sering memberikan skor
dengan cepat tepat dan konsisten, keseluruhan yang dikombinasikan dari perilaku kognisi dan
sehingga dapat menggunakan komputer emosi.
untuk memproses hasil d. Sulit membuat pernyataan yang mengungkapkan
b. Instruksi tes singkat kepribadian yang sebenarnya dari subjek (faking good/bad).
c. Ekonomis
d. Tes bisa dilakukan secara klasikal
ataupun individual dan administrasi
sederhana
Tes Proyektif
• Tes proyektif yaitu, suatu tes yang mengungkapkan aspek psikologis individu seperti motif, nilai, keadaan emosi
dan need yang susah diungkapkan dalam situasi yang wajar dengan cara individu meproyeksikan diri melalui
objek diluar individu.
• Awalnya dikemukakan oleh kurwt Lawrence Frank tahun 1948 yang terdiri dari lima kategori yaitu konstitutif,
interpretatif, katartik, konstruktif, dan refraktif.
• Pada tes
• proyektif terdapat 5 jenis kasifikasi respon yaitu :
a. Asosiasi : Menuntut subjek untuk merespon stimulus dengan kata dan ide yang pertama kali muncul. Contohnya
yaitu tes asosiasi dan tes Rorschach
b. Konstruksi :Teknik ini memberikan tuntutan yang kompleks.Subjek diharapkan membuat sesuatu atau
menciptakan sesuatu. Contohnya tes TAT, CAT, blacky, dan make a picture story.
c. Melengkapi: Teknik ini merupakan penjelasan diri yaitu subjek diberikan suatu produk yang tidak lengkap
kemudian diminta untuk melengkapi karena stimulus dalam tes ini lebih terstruktur, maka kebebasan subjek
dalam merespon menjadi kurang. Contohnya tesnya yaitu adalah Picture Frustration Study, The Story
Completion, dan Sentence Completion.
d. Memilih dan mengurutkan : Teknik ini sangat erat kaitannya dengan metode psikometrik. Karena respons yang
dituntut relatif terbatas dan sederhana, maka teknik ini tergolong paling kurang dalam memberikan kebebasan
dan spontanitas bagi subjek untuk berespons. Contoh: Kahn Test of Symbol Arrangement.
e. Ekspresi: Subjek diberi peluang tidak hanya untuk melakukan proyeksi tapi juga ekspresi diri. Menurut Lindzey,
metode ini menjembatani diagnostik dan terapeutik. Contoh: Free Art Expression.
Table of Contents

01 MMPI 02 Rorschah

CAT
03 TAT
04
MMPI
• Tes Objektif MMPI atau disebut juga dengan Minnesota Multiphasic Personality Inventory.
• MMPI pertama kali dikembangkan pada 1937 oleh Starke R. Hathaway dan J. Charnley McKinley.
• Terdiri dari 567 pertanyaan yang perlu dijawab.
• Yang diukur dalam tes ini adalah ciri-ciri kepribadian yang bersifat relatif menetap.
• Popularity of the instrument due to 3 aspects of its development:
- Multiphasic nature of the test
- Formal assessment of test taking attitude
- Empirical basis for item selection
Validity and Clinical Scale

• CLINICAL SCALES
• VALIDITY SCALES - HYPOCHONDRIASIS Hs 1
- CANNOT SAY ? - DEPRESSION D 2
- LIE L - HYSTERIA Hy 3
- FREQUENCY F - PSYCHOPATHIC DEVIATE Pd 4
- CORRECTION K - MASCULINITY-FEMININITY Mf 5
- PARANOIA Pa 6
- PSYCHASTHENIA Pt 7
- SCHIZOPHRENIA Sc 8
- HYPOMANIA Ma 9
- SOCIAL INTROVERSION Si 0
Rorschah
• Tokoh-tokoh yang mengembangkan tes Rorschah : Samuel Beck, Bruno Klopfer, Zygmunt Piotrowski,
Marguerite Hertz, David Rapaport. Kesamaan tokoh tersebut adalah menggunakan bercak tes Rho 10
kartu dan dasar Psikodiagnostik, Perbedaannya adalah pada system scoring dan interpretasi.
• John E. Exner menggabungkan system dari para ahli yang menggunakan tes Rorschah dalam buku
dengan judul Rorschah the Comprehensive System.

Dasar Pemikiran:
1. Asumsi : Ada hubungan antara persepsi dengan kepribadian
2. Bercak tinta Ambigous dan unstructured, yaitu persepsi personal, spontan dan tidak
dipelajari.
3. Tujuan utama : Mendeskripsikan kepribadian seseorang secara keseluruhan (Gestalt)

Karakteristik kartu:
 Kartu kromatik: berwarna selain hiam, putih dan abu-
abu, kartu II, III, VIII, IX, X
 Kartu akromatik : berwarna hitam, putih dan abu-abu.
kartu I, IV, V, VI, VII
Dasar Pikiran CAT dan TAT
● Dalam usaha menyusun cerita :
1. Orang akan menginterpretasikan sesuatu yg tidak jelas menurut
pengalaman masa lalu dan kebutuhan masa kini
2. Kec. orang waktu membuat cerita utk mengambil bhn dr
pengalaman & mengekspresikan kesenangan maupun kebutuhan
baik disadari maupun tidak
● Bila gmb disajikan sebagai tes khayal, minat testi akan tercurah pd
tgsnya shg ia akan lupa kepekaan dirinya & lupa mempertahankan
pengalaman
Gambar sebagai Stimuli
● Lebih efektif untuk menggugah imajinasi
● Memaksa pembuat cerita menangani dengan caranya
sendiri masalah manusiawi yg disajikan
● Stimuli yang disajikan dapat distandarisasikan
Thematic
Apperception Test
(TAT)
Administrasi
● Usia testi : di atas 14 tahun
● Terdapat 20 buah kartu yang dibagi dalam 2 sesi (I : 1-10, II : 11-
20), tanpa memberitahu testi bahwa ada sesi ke-2
Instruksi : Form A
● Cocok untuk remaja dan dewasa dengan kapasitas inteligensi rata-rata :
● “Ini adalah tes imaginasi yang merupakan salah satu tes inteligensi. Saya akan
menunjukkan kepada anda beberapa gambar satu per satu. Tugasmu adalah
membuat cerita yang dramatis semampumu untuk setiap kartu. Ceritakan
peristiwa apa yang muncul pada gambar, gambarkan apa yang terjadi saat itu,
apa yang dirasakan dan dipikirkan oleh tokoh, dan ceritakan akhir cerita.
Ceritakanlah apapun yang muncul dalam pikiranmu. Apakah anda paham?
Karena anda memiliki waktu 50 menit untuk 10 kartu, maka kamu memiliki waktu
5 menit untuk tiap cerita. Ini adalah kartu pertama”
Form B
● Cocok untuk anak-anak, untuk orang dewasa yang berpendidikan rendah atau
tingkat inteligensi rendah dan untuk psikosis :
● “ini adalah tes bercerita. Saya memiliki beberapa gambar yang akan saya
tunjukkan ke anda. Saya ingin anda membuat cerita. Ceritakan apa yang terjadi
sebelumnya, dan apa yang terjadi saat ini. Katakan apa yang dirasakan dan
dipikirkan orang di dalam cerita. Anda dapat membuat cerita apapun yang
Anda inginkan. Apakah anda paham? Baiklah, sekarang kartu pertama. Anda
memiliki waktu 5 menit untuk membuat cerita. Kita akan lihat seberapa baik
anda membuat cerita.”
Instruksi sesi ke-2 : Form A
“ Hari ini tes kita laksanakan sama caranya seperti yg
dahulu. Hanya saja skrg ini anda dapat lbh bebas dlm
menggunakan daya khayal anda. Sepuluh cerita anda
terdahulu sudah bagus, tapi terbatas pd kehidupan
sehari2 & membiarkan daya khayal anda bebas, spt dlm
perumpamaan dongeng dan crt khayal. Inilah gmb
pertama”
Form B
● “Hari ini saya akan menunjukkan anda beberapa gambar. Kali ini
akan lebih mudah, karena gambar yang saya tunjukkan akan lebih
gampang dan lebih menarik. Kamu telah membuat cerita yang
bagus pada hari sebelumnya. Sekarang saya ingin melihat apakah
saat ini anda dapat membuat beberapa cerita lagi. Buatlah cerita
yang lebih menarik daripada cerita sebelumnya seperti mimpi atau
dongeng. Ini adalah gambar pertama”
BLANK CARD

“ Cobalah untuk membayangkan sesuatu pada kartu kosong ini.


Bayangkan seolah-olah ada suatu gambar di kartu ini dan
ceritakan secara terinci kepada saya tentang gambar yang anda
bayangkan tersebut”

“lihatlah apa yang dapat kamu lihat pada kartu kosong ini,
bayangkan sebuah gambar dan ceritakan kepada saya secara detil

Bila subyek tidak berhasil :


“ Coba tutup mata anda dan bayangkan suatu gambar
tertentu…..sekarang ceritakan kepada saya suatu cerita tentang
gambar yang anda bayangkan tadi”
Materi Tes
● 20 buah gmb, 11 kartu untuk segala testi termasuk kartu kosong & 9
kartu disesuaikan untuk dewasa atau anak2, pria atau wanita,
ditandai dgn :
- BM untuk pria (Boy-Male)
- GF untuk wanita (girl-female)
- MF untuk dewasa (male-female)
- GB untuk anak2 (girl-boy)
Karakteristik kartu
Kejelasan struktur konteks/situasi org yg terlibat dan obyek yg terlihat
(Kartu 2,3MF,4,5,6BM,7BM, dan 9GF)
Situasi kejadiannya bisa atau luar biasa, ditinjau dr pengalaman
manusia pd umumnya (Kartu: 6 BM, 7 GF, 10, 17 BM, 18 BM, 19 dll)
Bermanusia atau tidak (Kartu: 11, 12 BG, 19, dan 16).
Sederhana & rumitnya bentuk tanpa memandang sederhana atau
rumitnya isi (Kartu: 1&19, 1&2, 2&3)
Kriteria pemilihan Kartu
● Stimulus laten yg ditimbulkan
● Hubungan interpersonal yang paling dasar
● Merupakan sampel realitas yang ada
● Intensitas konflik yang disajikan
● Fleksibilitas dan keraguan
● Kecocokan dg simbol-simbol dalam budaya
● Kekhususan masalahnya
Children
Apperception
Test
Tujuan

● Dikembangkan pd tahun 1949 oleh Leopold


Bellak and Sonya Sorel Bellak CAT merupakan tes
kepribadian yang digunakan untuk anak-anak 3
tahun sampai usia 10 tahun
● CAT digunakan untuk mengukur traits, attitude,
dan proses psikodinamik yang muncul pd anak-
anak prepubertal
….
● CAT sebenarnya dikembangkan untuk mengukur psychosexual conflicts yang
terkait dengan tahap-tahap perkembangan anak.
● Misal : relationship issues, sibling rivalry, dan aggression.
● Saat ini, CAT sering digunakan sebagai teknik asesmen dalam melakukan
evaluasi klinis.
Kartu
● Versi original : 10 kartu gambar binatang di dalam situasi manusia
(human context)
● Yang dikenal sebagai CAT-A(animal)
● Gambar binatang digunakan karena diyakini merupakan stimulus
yang lebih baik dr pd manusi bagi anak yang usianya lebih muda
● Tahun1965 by Bellak and Bellak, dikembangkan versi kedua dr CAT
yaitu CAT-H (Human)
● CAT-H terdiri dr 10 kartu gambar manusia di dalam situasi yang
sama dgn gambar hewan

● CAT-H didesain untuk anak pada usia yang sama dgn CAT-A,
khususnya untuk anak usia 7 - 10 tahun
● Gambar di CAT digunakan untuk mengeluarkan fantasi anak dan
mendorong anak untuk bercerita.
Gambar di kartu CAT
1. baby chicks seated around a table with an adult chicken appearing in the
background
2. a large bear and a baby bear playing tug-of-war
3. a lion sitting on a throne being watched by a mouse through a peephole
4. a mother kangaroo with a joey (baby kangaroo) in her pouch and an older joey
beside her
5. two baby bears sleeping on a small bed in front of a larger bed containing two
bulges
6. a cave in which two large bears are lying down next to a baby bear
….
7. a ferocious tiger leaping toward a monkey who is trying to
climb a tree
8. two adult monkeys sitting on a sofa while another adult
monkey talks to a baby monkey
9. a rabbit sitting on a child's bed viewed through a doorway
10. a puppy being spanked by an adult dog in front of a
bathroom.
….
● Identitas gender, lebih ambigu di dalam gambar hewan
daripada gambar manusia
● Ambiguitas ini membuat anak dapat menghubungkan
gambar tersebut dengan gender selain dr gender mereka
Administrasi
● Caranya : dengan menyajikan serangkaian gambar dan meminta anak untuk
menceritakan situasi yang ada dan membuat suatu cerita mengenai orang atau
binatang di dalam gambar (instruksi spt di TAT, ssuaikan dgn bahasa anak)
● Aktivitas tersebut memungkinkan pemeriksa untuk memperoleh informasi
mengenai anak
● Disajikan dalam situasi individual
● Waktu : tidak terbatas, namun normalnya 20-30 menit
● Situasi : ruangan yang tenang, pemeriksa dan anak tidak diganggu oleh
aktivitas atau orang lain.
….
● Untuk anak dengan usia antara 7-10 tahun, mereka mungkin merasa gambar
binatang terlalu kekanak-kanakan bagi mereka
● Mereka merespon lebih baik pada gambar manusia, sehingga lebih efektif bila
menggunakan Children's Apperception Test-Human Figures (CAT-H)
● CAT-H : versi dr CAT yang menggunakan gambar manusia untuk menggantikan
gambar hewan
Asesmen dalam Psikologi
Klinis (Tes Intelegensi)
Anisah Chairani, S.Psi, M.Psi, Psikolog
Definisi Intelegensi
Menurut Wasserman & Tulsky (dalam Trull, Y.J, 2005)
1.Menekankan pada penyesuaian atau adaptasi terhadap
lingkungan. Adaptasi terhadap situasi baru, kapasitas
untuk menghadapi berbagai situasi.
2.Berfokus pada kemampuan belajar
3.Menekankan pemikiran abstrak.
Yaitu kemampuan untuk menggunakan berbagai simbol
dan konsep, kemampuan untuk menggunakan baik verbal
maupunsimbol numerik, pembuatan rencana dan
pengambilan keputusan.

Menurut Steinberg: kemampuan untuk mencapai


kesuksesan hidup dalam hal pribadi seseorang, dalam
konteks sosial budaya pada individu tsb.
Menurut Gardner
“Kemampuan menggunakan
tubuh atau gerak tubuk untuk
mengekspresikan gagasan dan
perasaan”

*
3
Beberapa Teori/Pendekatan
dalam Intelegensi
1. Pendekatan Faktor Analisis
- Spearman mengatakan bahwa intelegensi
terbagi jadi 2 yaitu G faktor (kecerdasan
umum) dan S faktor (kecerdasan spesifik).
- Dalam pandangan ini hasil tes inteligensi
menunjukkan secara umum kemampuan
seseorang dalam menyesuaikan diri, belajar
atau berfikir abstrak dan tidak dapat
menunjukkan bidang khusus atau kemampuan
khusus apa yang cenderung dikuasai.
- Untuk melengkapi hasil tes inteligensi dalam
melihat kemampuan khusus seseorang
biasanya digunakan tes bakat.

*
4
Lanjutan

- Sedangkan Thurstone memabgi menjadi 7


primary mental abilities yaitu Numerical
Facility, Word Fluency, Verbal
Comprehension, Perceptual Speed, Spatial
Visualization, Reasoning, and Associative
Memory
- Spearman menganalisis data dari rentang
tingkat kemampuan kognitif yang lebih luas
(yaitu, anak-anak sekolah) sementara
Thurstone lebih mengandalkan data yang
dikumpulkan dari siswa berkemampuan
kognitif tinggi (yaitu, berasal dari institusi
akademik tertentu)

*
5
Lanjutan
• Teori Spearmen mendasari adanya tes kecerdasan Standard
Progresive Matrics
• Dalam perkembangannya oleh JV.Raven, terbagi jadi SPM
(digunakan untuk orang normal usia 6- 65 tahun), CPM(untuk anak
berusia 5-11 tahun) dan APM (Mengukur observasi dan clear thinking,
dan mengukur kecepatan dan kemampuan intelektual jika
menggunakan waktu 40 menit, utk usia diatas 11 th)

*
6
2. Teori Cattel dan Horn

Fluid Intelligence
(Gf)
Kemampuan dlm teknik
penyelesaian masalah yg
baru

Inteligensi
Crystallized
Intelligence (Gc)
kemampuan yang diterapkan
berdasarkan pengalaman dan
pembelajaran yang
*
7
Tes Intelegensi Cattel
•Nama aslinya Culture Fair Tests, scale 2 and 3, Form A &
Form B (Paralel), diadaptasi oleh Fakultas Psikologi UI
pada tahun 1975.
• Dibuat oleh Raymond B. Cattel dan A. Karen S. Cattel,
serta sejumlah staf penelitian dari “Institute of Personality
and Ability Testing” (IPAT) di Universitas Illinois,
Champaign, Amerika Serikat pada tahun 1949
•Skala 2 digunakan untuk usia 8-15 tahun dan orang
dewasa yang memiliki kecerdasan dibawah normal, Skala
3 untuk usia sekolah lanjutan atas dan orang dewasa yang
mempunyai kecerdasan tinggi. – Mengukur Kemampuan
Umum atau “General Ability” atau “G” Factor atau
Kecerdasan. – Mengukur “Fluid Ability” seseorang;
kemampuan kognitif seseorang yang berifat herediter. –
Disajikan individual maupun klasikal; dan akan lebih
lengkap bila disertai dengan tes-tes “Inteligensi Umum”
yang mengukur “Crystallize Ability”, seperti: TKD atau IST

*
8
lanjutan
• Subtes 1, Series : 3 menit
• Subtes 2, Classification : 4 menit
• Subtes 3, Matrices : 3 menit
• Subtes 4, Conditions/Topology : 2,5 menit
• Skoring – Setelah di periksa jawaban yang tidak
valid (berurutan dalam satu kolom, terdapat
pilihan lebih dari satu), jawaban benar di beri
skor 1. – Skor Total = Jumlah Skor Tiap Subtes,
kemudian di konversi ke dalam skor IQ dan
kategorisasi IQ (Lihat tabel)

*
9
3. Klasifikasi guilford
• Teori Guilford menerangkan tentang inteligensi yang diartikan
sebagai kemampuan seseorang dalam menjawab melalui situasi
sekarang untuk semua peristiwa masa lalu dan mengantisipasi
masa yang akan datang.
• Dalam konteks ini maka belajar adalah termasuk berpikir, atau
berupaya berpikir untuk menjawab segala masalah yang dihadapi
• Ditandai dengan adanya sikap dan perubahan kreatif, kritis,
dinamis, dan memiliki motivasi
• Guilford menjelaskan bahwa kreativitas manusia pada dasarnya
berkaitan dengan proses berpikir konvergen dan divergen.
Konvergen adalah cara berfikir untuk memberikan satu-satunya
jawaban yang benar. Sedangkan berpikir divergen adalah proses
berfikir yang memberikan serangkaian alternatif jawaban yang
beraneka ragam.

*
10
a. Dimensi Konten/Isi
1. Figural🡪 Informasi yang berupa figur, non-verbal, atau bentuk
yang menggambarkan keadaan suatu objek. Kategori figural ini
kemudian dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Auditory - Informasi dirasakan melalui pendengaran.
b. Visual - Informasi dirasakan melalui melihat.
2. Simbolik🡪 Informasi yang diproses di sini dapat mempunyai
bentuk yang sama seperti isi figural, akan tetapi arti yang
dikehendaki merupakan penggambaran objek lain, jadi memiliki
maksud selain objek itu sendiri.
3. Semantik🡪 Informasi yang harus diproses berupa input yang
disajikan secara lisan.
4. Perilaku 🡪 Informasi berupa tindakan individu. Isi kemampuan
inilah yang dapat disamakan dengan konsep inteligensi sosial
menurut teori Thorndike.

*
11
B. Dimensi Produk
1.Unit/satuan, merupakan satu item informasi
2.Kelas, merupakan satu set item yang berbagi beberapa
atribut atau produk kelas berupa respon dalam bentuk
kelompok kelas.
3.Hubungan, merupakan produk yang di dalamnya terdapat
koneksi antara item atau variabel, kemungkinan terkait
sebagai bertentangan atau dalam asosiasi, urutan, atau
analogi.
4.Sistem , merupakan sebuah organisasi item atau jaringan
dengan bagian-bagian yang berinteraksi, jadi strukturnya
terorganisasikan secara keseluruhan.
5.Transformasi, merupakan perubahan perspektif, konversi,
atau mutasi ke pengetahuan; seperti membalik urutan huruf
dalam sebuah kata.
6.Implikasi, merupakan prediksi, kesimpulan, konsekuensi,
atau antisipasi pengetahuan.

* 12
C. Dimensi Operasi
1.Kognisi, merupakan proses penemuan suatu informasi yaitu
kemampuan untuk mengerti, memahami, menemukan, dan
menjadi sadar.
2.Memori, merupakan kemampuan untuk mengkodekan
informasi dan mengingat kembali informasi yang pernah
diterima. Kategori memori ini dibagi menjadi:
I.Memori retensi, yaitu kemampuan untukmenahan atau
mengingat informasi.
II. Memori reproduksi - Kemampuan untuk memproduksi
kembali informasi.
3.Pemikiran divergen, merupakan proses pikiran terhadap
arah yang berbeda-beda dan beraneka ragam dari informasi
yang telah ada.
4.Pemikiran konvergen, merupakan proses menyimpulkan
solusi tunggal untuk masalah.
5. Evaluasi, merupakan proses menilai apakah jawaban yang
akurat, konsisten, atau valid.

*
13
Pemberian Tes
• Alat bantu utama utk dapat lebih
memahami keadaan atau kondisi klien
• Tes yg diberikan harus disesuaikan
dengan kebutuhan 🡪 disesuaikan
dengan informasi yg dibutuhkan oleh
pemeriksa 🡪 sesuai dengan masalah
yang dihadapi klien
• Tes yg biasa digunakan: inteligensi
(WBIS< WISC), proyeksi (rorschach,
TAT, CAT, FSCT), grafis (HTP, DAP,
BAUM, WZT), inventori kepribadian
(EPPS)
Beberapa alat tes intelegensi
1. Standford binnet
2. WISC/WAIS/WPPSI
3. CPM/SPM/APM
4. CFIT

*
15
Lanjutan alat tes
•Tes Wescheler dikembangkan oleh David Weschler (1965)

•Tes Wechsler ini mencakup 3 jenis alat tes :


•Wechsler Adult Intelligence Scale-Revised (WAIS-R),
dipublikasikan tahun 1939. Item tes WAIS-R mencakup
pengetahuan umum, aritmatik, kosa-kata, melengkapi
gambar yang belum lengkap, menyusun balok dan gambar,
serta menyusun objek.
•Wechsler Intelligence Scale for children-Revised (WISC-
R), Fungsi tes ini ialah untuk mengetahui perkembangan
kecerdasan kognitif anak. Menurut serangkaian penelitian
WISC hanya cocok digunakan untuk mengevaluasi
inteligensi, bukan untuk mendiagnosa anak berkebutuhan
khusus. WISC sangat cocok untuk mengukur ketimpangan
skor inteligensi dengan pencapaian hasil belajar anak di
sekolah.

•Wechsler preschool and primary scale of intelligence


(WPPSI). Materi tes ini dibuat dengan beraneka warna
untuk menarik perhatian anak.

*
16
Standford Binnet
•Pada tahun 1881, pemerintah Perancis
mengeluarkan undang- undang yang mewajibkan
semua anak masuk sekolah.
•Pemerintah meminta Binet untuk membuat sebuah
tes yang dapat mendeteksi anak mana yang terlalu
lambat secara intelektual
•Bekerjasama dengan Lewis Medison Terman dan
Theodore Simon, Binet melakukan revisi pada skala
kecerdasan, dan menerbitkan pada tahun 1908 dan
1911
•Menurut Alfered Binnet, intelegensi adalah:
1.Kemampuan untuk mengarahkan fikiran dan
tindakan
2.Kemampuan untuk mengubah arah tindakan bila
tindakan tersebut telah dilaksankan
3.Kemampuan untuk melakukan autokritik atau
mengkritik diri sendiri

*
17
Lanjutan
❑ Binnet dan T. Simon adalah perintis tes IQ (mental age) pertama
kali di Prancis (1905). Tujuan tes ini adalah untuk memprediksi
performa di sekolah. Jadi mereka ingin menentukan mana anak yg
berkebutuhan khusus atau tidak agar anak2 tsb dapat berkembang
optimal.
❑ Untuk mengukur kecerdasan anak-anak (3-13 tahun) ia lebih
menekankan kepada keterampilan verbal yg memiliki tingkat
kesulitan yg teratur.
❑ Tes IQ-nya dinamakan Binet-Simon Intelligence Scale.
❑ Rumus pengukuran IQ Binet & Simon adalah :

MA : Mental Age
CA: Chronological Age

*
18
Lanjutan
Materi yang terdapat dalam skala
• Binet membuat skala yang pertama pada Stanford- binet berupa sebuah
tahun 1905, dan diberi nama Binet Binet- kotak berisi bermacam- macam
benda mainan tertentu yang akan
Simon, yang terdiri dari 30 aitem selain disajikan pada anak-anak. Dua
mengukur kemampuan mental juga buku kecil yang memuat cetakan
mengukur aspek fisiologi, seperti kartu-kartu. Sebuah buku catatan
untuk mencatat jawaban dan
1. Pengertian verbal (verbal comprehension) skornya, dan sebuah pedoman
2. Kemampuan angka-angka (numerical pelaksanaan pemberian tes. Materi
tes dikelompokan menurut level
ability) usia masing-masing.
3. Penglihatan keruangan (spatial
visualization)
4. Kemampuan penginderaan (perceptual
ability)
5. Ingatan (memory)
6. Penalaran (reasoning)
7. Kelancaran kata-kata (word fluency)

*
19
Three Views of Assessment Data

Data Level of Underlying Source of Data Typical Data


seen as Inference Theory Processing
Prosedures
Sign High Psychoanalyt Interviews, tests Informal based on
ic or obvervations, life subjective judgements
phenomenol records about assessment data
ogical
Sample Low Behavioral Interviews, tests, Formal and informal
observations, life based on subjective
records judgments and
functional analysis of
client behavior
Correlat Low to Varians Interviews, tests, Formal; based on
e moderate theories observations, life statistical analysis of
records assessment data
Psikologi
Klinis Anak
Anisah Chairani, S.Psi,
M.Psi, Psikolog
Karakteristik Psikologi Klinis
Anak
• Masalah penyerahan (referral issues)
• pertimbangan dan perhatian pada
perkembangan anak (developmental
considerations)
• faktor tempramen pada masa kanak-kanak
(infant temperament)
• Kelekatan awal (infants early attachment),
• pola interaksi orang tua dan anak (the pattern of
parent-child interactions),
• Stressor pada anak
• Child abuse
Penyebab Stres pada Anak
• Pertama kali masuk sekolah
• Konflik dan perceraian orang tua
• Kekerasan pada Anak (dipengaruhi oleh
pengaruh budaya dan sosek, karakteristik
personal orangtua, kesulitan dalam
melakukan interaksi antara orangtua anak)

Menyebabkan gangguan emosi dan


perilaku
Hal yang diperhatikan dalam
melakukan asesmen klinis anak:

• Perfoma atau kemampuan anak di dalam


sekolahnya
• Emosi dan tingkah laku anak sehari-hari
• Tingkah laku dan interaksi anak bersama
orang tuanya
Proses Asesmen Klinis Anak
1. Penilaian Skala Tingkah laku (rating scale)
• Meliputi hampir seluruh permasalahan
tingkah laku pada anak
• Membandingkan tingkah laku anak dengan
norma kelompok
• Cth : CBCL
2. Interview Klinis
• Wawancara orangtua
• Wawancara anak
3. Tes Prestasi dan Inteligensi
• Memiliki data normatif paling baik
• Penting utk melihat kesulitan belajar yg
dialami anak krn IQ atau lainnya
• Mengumpulkan info kelebihan dan
kekurangan anak pada masalah kognitif
dan akademik anak, bisa jg utk treatment

4. Tes proyektif
• Cth: CAT, Rorschach, DAP, HTP,
Story telling, boneka, sand tray
5. Observasi tingkah laku
• Mengamati anak utk mendapatkan informasi yg lebih
alami dan menyeluruh dibandingkan dr wawancara
dan tes lain
• Melalui observasi, psikolog mendapat informasi apa
yang menyebabkan dan menguatkan anak melakukan
perilaku tsb

6. Pengukuran interaksi keluarga dan


teman sebaya
• Melihat pengaruh yg dihasilkan dari berbagai
lingkungan sosial dimana anak tinggal
• Melihat perilaku ortu, krn kesalahan mengasuh
anak bisa menyebabkan psikopatologi
7. Tes neuropsikologis
• Pengukuran perilaku yg digunakan utk
membuat kesimpulan temtang kerusakan
sistem syaraf pusat dan yg lebih penting,
mengetahui akibat dari kerusakan tersebut
pada anak-anak
• Info yg diperoleh digunakan utk diagnosa
dan juga treatment
Pertimbangan dalam membuat
klasifikasi gangguan
• Usia
• Tugas-tugas Perkembangan
Penanganan Gangguan pada
Masa Kanak-kanak
🡪 Penanganan anak berbeda dgn orang
dewasa. Anak tidak dapat mengevaluasi
diri sendiri, sehingga memerlukan motivasi
dan kerjasama dengan orangtua mereka
🡪 Beberapa terapi yg digunakan:
• Terapi perilaku
• CBT
• Terapi Keluarga
• Intervensi biologis
• Terapi psikodinamika
• Penggabungan Treatmen (Combined Treatment)
Gangguan spesifik pada masa
kanak-kanak
• Depresi pada masa kanak-kanak
• Gangguan Belajar
• Retardasi Mental
• Autis pada Masa kanak-kanak
• ADHD
• Gangguan Komunikasi
• Skizoprenia dengan onset pada masa
kanak-kanak
Neuropsikologi Pediatri
• sub-spesialisasi dalam bidang
neuropsikologi klinis yang mempelajari
hubungan antara kesehatan otak dan
perilaku pada anak-anak.
Yang dilakukan….
• Selain mngasses dan merawat anak-anak
dengan gangguan medis seperti cedera
otak traumatis, tumor otak atau epilepsi,
neuropsikolog pediatrik bekerja dengan
anak-anak yang memiliki Attention-Deficit
Hyperactivity Disorder (ADHD),
ketidakmampuan belajar, gangguan
intelektual dan perkembangan (retardasi
mental), autisme gangguan spektrum.
Yang dibutuhkan anak dalam
tahap perkembangannya
Model Pelayanan Psikologi
Anak
Welcome to
Clinical
Psychology
Anisah Chairani, S.Psi, M.Psi, Psikolog
Peraturan Kelas

• Telat masih di absen maksimal 15 menit

• Buat kelompok 13 kelompok


Karakteristik Psikologi Klinis

1. Salah satu bagian dari disiplin ilmu psikologi 🡪 tertarik pada


perilaku dan proses mental manusia

2. Melakukan riset pada perilaku dan proses mental 🡪


mengaplikasikan hasil penelitian untuk meningkatkan
kesejahteraan manusia
Karakteristik Psikologi Klinis

3. Melakukan asesmen/pengukuran tentang kemampuan dan


karakteristik seseorang 🡪 mengumpulkan info untuk memahami
seseorang

4. Usaha untuk menolong orang yang terganggu secara psikologis


🡪 ada treatment
Yang membedakan…….
CLINICAL ATTITUDE
Kecenderungan untuk mengkombinasikan
pengetahuan tentang perilaku dan proses mental
dengan melakukan asesmen individual, yang
bertujuan untuk memahami dan kemudian menolong
seseorang (Nietzel, 1998)
bukan hanya belajar perilaku, tetapi melakukan
sesuatu
Pengertian….

Phares (1992):
Psi. klinis menunjuk pada bidang yang
membahas kajian, diagnosis, dan
penyembuhan (treatment) bagi
masalah-masalah psikologis, gangguan
(disorders) atau tingkah laku abnormal
Pengertian…
Witmer (1912):
Psi. klinis adalah metode yang digunakan untuk
mengubah atau mengembangkan jiwa
seseorang berdasarkan hasil observasi dan
eksperimen dengan menggunakan teknik
penanganan pedagogis
Pengertian
APA :
Psi. Klinis mengintegrasikan ilmu pengetahuan,
teori, dan praktek untuk memahami,
memprediksikan, dan mengurangi
maladjustment, disabilitas dan
ketidaknyamanan dan memperbaiki adaptasi,
penyesuaian, dan perkembangan pribadi
manusia
Psikolog Klinis

1. Integrasi antara ilmu pengetahuan dan


praktik untuk memperbaiki fungsi manusia

2. Karakteristik penting klinikus: kapasitas


untuk mentoleransi ambiguitas (Phares, p. 28)
Psikolog Klinis

● Tidak hanya untuk orang-orang abnormal, tetapi


juga memberikan konseling kepada orang yang
normal
🡪 sebagai pencegahan
● Klien : semua golongan usia dan berbagai macam
masalah perilaku, seperti: kecemasan, depresi,
psikosis, stres pekerjaan, mental retardasi,
kesulitan belajar, dsb
Aktivitas Psikolog Klinis
6 fungsi utama:
1. Asesmen
2. Treatment
3. Riset
4. Pengajaran
5. Konsultasi
6. Administrasi
Sejarah berkembangnya psikologi klinis

● Istilah psikologi klinis pertama kali di perkenalkan oleh L. Witmer (1890)


● Psikologi sebagai ilmu dan klinik sebagai tempat orang berobat
● Psikologi klinis merupakan bidang terapan yang berpijak pada dua disiplin ilmu yang
berbeda psikologi akademik dan kedokteran
● Diminta menangani anak yang mengalami kesulitan belajar dan berhasil
● 1896 mendirikan klinik psikologi pertama yang menangani kasus kesulitan belajar
● 1907 mendirikan jurnal “the clinical psychology”
Sejarah Psikologi Klinis

Awal berdirinya psikologi klinis dapat dikelompokkan


dalam 3 setting sosial dan faktor sejarah yang
mempengaruhinya:
1. Penggunaan metode penelitian ilmiah dalam
psikologi (lab wundt)
2. Studi yang menitikberatkan pada perbedaan
individual
3. Perubahan konsepsi dalam gangguan tingkah laku
● Aspek2 yang ditekankan L. Witmer

○ Memberikan perhatian pada psikologi anak-anak

○ Rekomendasi berdasarkan asesmen

○ Team work

○ Mencegah masalah di masa depan melalui asesmen dini dan remedial

○ Psikologi klinis dengan pendekatan scientific


Sejarah Psikologi Klinis

- Asesmen dan treatment dalam


psikologi klinis berkembang lebih
dari 100 tahun dengan
meningkatnya kebutuhan psikotes
dan terapi bagi sekolah, militer,
pusat rekrutmen, rumah sakit
setelah perang dunia ke 2.
● Perkembangan saat Perang Dunia (1918-1941)

○ Tes semakin berkembang

○ Menambah fungsi treatmen selain asesmen

○ Berawal di klinik pribadi

○ Sampai akhir 1930an; psikolgi klinis belum diakui sebagai suatu profesi
● Perkembangan setelah PD

○ Semakin berkembang seiring dengan meningkatnya jumlah veteran yang


membutuhkan penanganan psikologis
Perkembangan psi. klinis
Tahun Peristiwa

1892 Berdirinya American Psychological Association (APA)


1895 Breuer dan Freud menerbitkan Studies on Histeria, yang mendeskripsikan tentang transferen
dalam hubungan klinis

1896 Witmer mendirikan klinik psikologi pertama di University of Pennsylvania


1905 Tes inteligensi praktis pertama dibuat oleh Binet dan Simon di Paris
1908 National committee for mental hyegine didirikan oleh Beers, penulis The Mind That Found Itself

1909 Healy mendirikan klinik bimbingan anak, Juvenille Psychopathic Institute di Chicago

1917 Tes inteligensi US Army Alpha dan Beta dan Personal Data Sheet dari Woodworth (untuk
kepribadian) diperkenalkan

1921 Rorschach menerbitkan tes bercak tintanya dalam Psychodiagnostik di Swiss


1924 Mary Cover Jones melaporkan penggunaan awal terapi behavioral – kasus Peter

1935 Christina Morgan dan Henry Murray menerbitkan The Thematic Apperception Test (TAT)
Perkembangan psi. klinis
Tahun Peristiwa

1939 Wechsler menerbitkan Wechsler-Bellevue Intelligence Test dengan norma umur dan deviasi IQ

1942 Carl Rogers merumuskan client-centered therapy di dalam Counseling dan PSychoterapy

1943 Hathaway dan McKinley menerbitkan MMPI (Minnesota Multiphasic Personality Inventory)

1945 Connecticut mengundangkan undang-undang sertifikasi yang mengatur penggunaan gelar


“psikolog”
1946 US Veterans Administration, National Institute of Mental Health, dan US Public Health mulai
mendukung program-program pendiidkan doctoral di bidang psikologi klinis
1949 Konferensi APA di Boulder menetapkan model ilmuwan-praktisi untuk pendidikan klinis tingkat
graduate
1952 APA menerbitkan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders

1953 Apa menerbitkan Ethical Standards dan sebuah casebook


Perkembangan psi. klinis
Tahun Peristiwa

1954 Meehl menerbitkan Clinica versus Statistical Prediction yang menunjukkan kelemahan
keterampilan para klinisi
1958 Psychoterapy by reciprocal inhibition dari Wolpe membantu memprakarsai gerakan terapi
behavioral

1965 Konferensi Swampscott, Mam memprakarsai psikologi komunitas yang menekankan pada
usaha pencegahan
1973 APA menyelenggarakan Konferensi Vail, yang menambahkan model pendidikan
profesional

1988 Para psikolog menghubungkan pikiran dan perilaku dengan brain imaging (misalnya
Posner, Peterson, Fox, dan Raichle)

1989 Para psikolog menjadi authorized providers dalam program federal Medicare

Sumber : Sunberg, Winebarger & Traplin (2007)


Sejarah perkembangan psikologi klinis di
Indonesia

● 1956-1960 berdiri jurusan psikologi pada FK UI


● 1960 berdiri fakultas psikologi. Berdirilah berbagai bagian salah satunya bagian Psikologi
klinis
● 1992 pendidikan akademik dan pddk profesi psikologi dipisahkan
● 1994 psikolog berpraktik diwajibkan memiliki surat rekomendasi izin praktik
● 2000 pendidikan profesi psikologi disetarakan dengan S2 melalui program magister profesi
INTERVENSI
PSIKOLOGIS : Anisah Chairani, S.Psi, M.Psi,
Psikolog

TERAPI INDIVIDUAL
PENDEKATAN PSIKODINAMIKA
Penyebab suatu perilaku dengan cara mengeksplorasi di
dalam diri / kepribadian kita sendiri dengan menekankan
proses bawah sadar.
Sigmund Freud (1856-1939)
Sebagai dokter yang merawat pasien dengan keluhan fisik cth:
buta, lumpuh, tetapi tidak ada kelainan fisik.
Menyusun suatu pendekatan psikoterapis => psikoanalisa,
yaitu analisis kekuatan psikologis internal dan bawah sadar.
Defence mechanism
DYNAMIC APPROACH
STRUKTUR KEPRIBADIAN
Struktur Kepribadian ID – EGO – SUPER EGO 🡪
Perkembangan dari Ego (Ego idel – Ego Alien)
Konflik ID-EGO-SUPEREGO 🡪 CEMAS
Abnormalitas, bersumber dari cara yang
salah/negatif dalam mengatasi konflik (mis.
REPRESI - SUPRESI)
Tahapan Perkembangan Seksual
PLEASURE PRINCIPLE
DEFENSE MECHANISM
The Psychoanalytic Perspective

KONFLIK Ego dikuasai Super Ego

Super
ID EGO Ego
Tension:Emosi2 muncul:
marah, sedih, malu dlsb

Represi - Supresi Defense Mekanisme:


Kompensasi, Rasionalisasi,
Bawah sadar Projeksi, Intelektualisasi

Muncul simtom2
patologis
The Psychoanalytic Perspective
Ego dikuasai ID KONFLIK

Super
ID EGO Ego

Tension:Emosi2 muncul:
marah, sedih, malu dlsb

Represi - Supresi Defense Mekanisme:


Kompensasi, Rasionalisasi,
Bawah sadar Projeksi, Intelektualisasi dilsc

Muncul simtom2
patologis
THE DYNAMIC TRADITION

FREUD
Psychic Determination
Unconsciousness
Repression 🡪 Psikopatologi
DIREPRES 🡪 BAWAH SADAR
DINAMIKA PSIKOPATOLOGI:
PSIKOANALISA

Represi
Supresi
Emosi; hal-hal yang ditekan
Ingatan/memori
Khayalan
Mimpi
Fantasi
FOKUS ASSESMENT &
TREATMENT PSIKODINAMIKA
MASA LALU (historis)
menemukan konflik dan cara mengatasinya
reexperiened - reevaluated
INFERED PROCESS
kesimpulan atas apa yang dikemukakan klien
pada terapis
INTELLECTUAL PROCESS
keberhasilan terapi ditentukan oleh terca-painya
insight = klien paham masalahnya
BEHAVIORAL PERSPECTIVE
Fokus pada peran lingkungan eksternal dalam mengatur perilaku.

J.B. Watson (1878-1958) behaviorisme merupakan teori yang


berorientasi pada premis: psikologi merupakan ilmu mengenai
perilaku yang tampak.

BF Skinner, tidak banyak turut campur pada ketegangan perspektif


behavioral danpsikodinamik. Pandangannya sederhana: Orang
cenderung mengulang perilaku yang menguntungkan, dan
cenderung menhilangkan perilaku yang tidak menguntungkan.
BEHAVIORAL APPROACH
■Perilaku baik normal- abnormal dipelajari
■Konsep Teori
Classical conditioning
Operant conditioning
Modelling

PAVLOV ANJING PAVLOV THORDIKE


FOKUS PENDEKATAN PERILAKU
■Proses-proses ahistoris
Tidak mementingkan masa lalu

■abnormalitas dibentuk oleh pengalaman yang


menghasilkan kebiasaan
CONTOH : MODELLING
Pelatihan perilaku baru (mis bersosialisasi ) 🡪 perubahan pada:
perilaku - pikiran & perasaan

PERUBAHAN PD:
CEMAS DLM PELATIHAN Perilaku
BERGAUL BERSOSIALISASI Pikiran-perasaan

Saya tdk suka


bergaul..
Orang-orang Saya bahagia..**
membenci saya ..ternyata tidak semua
orang membenci saya
VARIABEL-2 YG DIBUTUHKAN
DALAM ASESMEN PERILAKUAN

1. STIMULUS ANTECEDENT
Situasi / stimulus yang mencetuskan perilaku
yang maladaptif
Diperlukan informasi tentang situasi pencetus yang spesifik, kapan, dimana
dan seberapa sering

2. ORGANISMIC VARIABLES
Apakah masalah yg dikeluhkan disebabkan
oleh faktor fisik/Psikologis
Fisik: Kelelahan, kondisi hormonal
Psikologis:Penilaian thd situasi yg dihadapi
VARIABEL-2 YG DIBUTUHKAN
DALAM ASESMEN PERILAKU

3. RESPON VARIABLES
Informasi tentang perilaku yang jadi masalah ~ durasi,
frekuensi, intensitasnya

4. CONSEQUENCE VARIABLES
Konsekuensi yang diperoleh setelah individu merespon
situasi tertentu ~ reinforcements positif/negatif
TUGAS TERAPIS PENDEKATAN
PERILAKUAN
Mempertunjukkan (exposing) Situasi
Belajar baru yang akan merubah pola
respon yang tidak adaptif

Memberikan Reiforcement yang dapat


menghambat Maladaptive Behavior

Memberikan hadiah pada perilaku yang


konstruktif
(OPERANT CONDITIONING)
Melatih cara yang lebih efektif (MODELLING)
(SYSTEMATIC DESENTIZATION)
Memasangkan pengalaman yang enak/relaks dengan situasi yang tidak mengenakkan/stres
HUMANISTIC PERSPEKTIVE
Selama tahun 1950an psikoanalisis dan behavioris sangat populer;
namun ada kalangan yang tidak nyaman karena sisi dehumanizing.
Humanist merupakan kalangan yang selalu menggunakan
pandangan positif dan optimistik.
Teori yang berorientasi pada kualitas manusia yang unik, terutama
kebebasan dan potensi untuk mengembangkan diri.
Carl Rogers & Abraham Maslow.
EXPERIENTIAL APPROACH
Kesulitan dalam mendapat ●Subjective process
kesenangan dan fulfillment
dalam hubungan dg. org lain ●Emotional process
●A-hystorical process
What unique &I ndividual
meanings do people attach ●Psychopatology harus dilihat
in their experience? secara individual/unique/khas
(personalized)
Memberi kesempatan utk
mengembangkan pribadi + dg
menumbuhkan suasana
kondusif utk memperluas self
awareness

DinamikaPsikologis
SOFIA RETNOWATI FAKULTAS PSIKOLOGI UGM 17
Humanistik
DinamikaPsikologis
SOFIA RETNOWATI FAKULTAS PSIKOLOGI UGM 18
Humanistik
●Individu hidup di lingkungan yg tidak
memberi kesempatan utk personal
growth, yg ditandai dengan:
● Menurunnya ekspresi potensi individu
● Kognitif - afektif - konatif/psikomotor

DinamikaPsikologis
SOFIA RETNOWATI FAKULTAS PSIKOLOGI UGM 19
Humanistik
●Individu hidup di lingkungan yg tidak memberi kesempatan utk
personal growth, yg ditandai dengan:
● Menurunnya ekspresi potensi individu
● Kognitif - afektif - konatif/psikomotor

● Kesulitan menyadari pengalaman


● Incongrunce dalam self experience
● Tidak menemukan kesenangan dan fulfillment dalam beraktivitas

DinamikaPsikologis
SOFIA RETNOWATI FAKULTAS PSIKOLOGI UGM 20
Humanistik
●Lanjutan..
●Individu kesulitan
menyadari
pengalaman
●Terjadi 🡪 Incongrunce
dalam self experience
●Tidak menemukan
kesenangan dan
fulfillment dalam
beraktivitas

DinamikaPsikologis
SOFIA RETNOWATI FAKULTAS PSIKOLOGI UGM 21
Humanistik
COGNITIVE APPROACH
Tujuan
MENINGKATKAN KESADARAN AKAN AKTIVITAS KOGNITIF
MENGIDENTIFIKASI DAN MENANTANG PIKIRAN-PIKIRAN
IRRASIONAL
MENGAJARKAN PERILAKU-PERILAKU ADAPTIF
TEKNIK INTERVENSI
MENGHILANGKAN KEPERCAYAAN IRASIONAL
MENGKONFRONTASI DISTORSI
MEMPERKENALKAN CARA BERFIKIR ALTERNATIF
AARON BECK
Untuk melakukan perubahan yang mendasar dan
permanen, seorang terapis harus dapat menembus
irasional thinking klien untuk mencapai struktur
kepercayaan yang mendasarinya.
Perubahan yang tidak berasal dari perubahan struktur
berfikir sifatnya hanya perubahan sementara
Penggunaan: Anxiety, Depressed client
PEMIKIRAN DISFUNGSIONAL
OVER GENERALIZATION
TDK ADA SEORANG PUN YG MENCINTAI SAYA
PERSONALIZATION
SETIAP SY MAU PERGI KULIAH PASTI HUJAN
DICHOTOMOUS THINKING
SY AKAN BAHAGIA KALO SY KETERIMA KERJA DI PEMERINTaHAN,
ATAU SY AKAN MELARAT KALO DITOLAK DI SINI
MIND READING
SY TAHU PERSIS APA YNG DIPIKIRKANNYA TENTANG SAYA
PRINSIP TERAPI
Emosi bersumber pada proses kognitif
Terapi haruslah singkat, fokus dan waktu yang dibatasi.
Fokus pada presenting problem.
Menggunakan relasi terapeutik yag solid sbg alat yang
paling penting utk mencapai tujuan.
Klien ditantang untuk mengeksplorasi
pemikiran-pemikiran yang mendasari perasaan mereka
PR merupakan bagian penting dlm terapi
REFLEKSI
Irrational statement: Alternative Statement
Saya harus… Saya ingin..
Kamu membuat saya kesal… Saya membuat kesal sendiri..
Saya boleh ..
Ini buruk sekali..
Ini tidak adil..
Saya tidak bisa…
Setiap orang merasa ..
Ini selalu terjadi..
Sy tidah pernah menemukan
ALBERT ELLIS
(1996, 2001)

Dikenal dengan REBT atau RET (Rational Emotive Behavior Therapy


atau Rational Emotive Therapy)
Sebenarnya, Ellis menganggap terapinya mengandung unsur kognitif,
humanistic, constructivist, brief therapy dan behavioral therapy.
Latbel: psikoanalisis dan behavioral
IDE DASAR: 5 POLA PIKIR
IRASIONAL
Hidup ini tidak adil
Ini buruk sekali
Saya tidak tahan lagi
Saya harus dapatkan apa yang saya mau
Saya tidak mampu melakukannya
11 IRRATIONAL BELIEFS ALLBERT ELLIS
1. Every one must love and appreciate me all time
2. I must be competent in everything that I do in order to feel okay about myself
3. Some people who are different from me are bad and should be punished
4. It is terrible when I don’t get what I want
5. Other people and events cause me to be unhappy and I have little control over
this situation
6. If I keep dwelling on something awful, may be I can prevent it from happening
7. It is easier to avoid difficulties in life rather than having to face them
8. I need some one stronger than I am in order to taka care of me
9. What has happened in the past determine how I must be in the future
10. I should become upset over other people’s problems
11. There is a perfect solution to every problem and it’s possible for me to figure out
what it might be
TEORI ABC
A = The Activating Event
B = The Irrational Belief
C = The Emotional Consequences (depressed, anxious, frustrated,
discouraged, confused)
D = Disputing irrational belief
E = New Emotional Effect
CIRI UMUM COGNITIVE
TECHNIQUES
Brevity
Problem Focus
Problem definition by client
Partnership
Activism
Homework assignment
ALAT YANG DIGUNAKAN
Pertanyaan
Tantangan
Relaksasi
Visualisasi
Thought Stopping
Self assessment
COGNITIVE ASSESSMENT:
Self assessment
Self listing irrational beliefs
Learned helplessness assessment
Yapko’s assessment
DSM IVTR
SELF ASSESSMENT TIGA
KOLOM
Automatic Cognitive Rational
Thoughts Distortion Response
LEARNED HELPLESSNESS ASSESSMENT

Berapa lama hal ini telah memburuk?


Usaha apa yang telah dilakukan untuk mengubahnya?
Seberapa sukses yang telah diperoleh
Berapa banyak kebaikan yang telah diraih dibandingkan dengan
keburukan yang telah anda alami?
Apa yang anda maksud dengan saat-saat baik anda?
Situasi apa yang anda anggap sebagai saat buruk anda?
Apa yang anda anggap sebagai penyebab internal terjadinya hal-hal
buruk yang terjadi pada diri anda? Usaha atau kemampuan?
Apa yang anda anggap sebagai penyebab eksternalnya? Nasib atu
tugas yang sulit?
YAPKO’S ASSESSMENT
Distorsi kognitif apa yang terdengar dari cerita klien?
Apa pikiran otomatis yang keluar dari pikirannya
mengenai kejadian yang dialami klien?
Apa yang klien gambarkan tentang diirinya?
Bagaimana irrational belief yang dimiliki klien dapat
di-dispute?
Bagaimana rational belief klien dapat dikembangkan?
PENGUKURAN
PERILAKU
ANISAH CHAIRANI
PENGERTIAN

• Perilaku adalah merupakan perbuatan/tindakan dan


perkataan seseorang yang sifatnya dapat diamati,
digambarkan dan dicatat oleh orang lain ataupun orang yang
melakukannya
• Respon dari satu atau lebih stimulus
• Perilaku mempunyai beberapa dimensi:
- fisik, dapat diamati, digambarkan dan dicatat baik
frekuensi, durasi dan intensitasnya
- ruang, suatu perilaku mempunyai dampak
kepada lingkungan (fisik maupun sosial) dimana
perilaku itu terjadi
- waktu, suatu perilaku mempunyai kaitan dengan
masa lampau maupun masa yang akan datang
CONT’D….

• Perilaku diatur oleh prinsip dasar perilaku yang menjelaskan


bahwa ada hubungan antara perilaku manusia dengan peristiwa
lingkungan. Perubahan perilaku dapat diciptakan dengan merubah
peristiwa didalam lingkungan yang menyebabkan perilaku tersebut
• Perilaku dapat bersifat covert ataupun overt
- overt artinya nampak (dapat diamati dan dicatat)
- covert artinya tersembunyi (hanya dapat diamati oleh orang yang
melakukannya)
PENGUKURAN PERILAKU

• Sample Vs Sign
• Sample : jika dalam suatu pengukuran subjek memberikan respon
perilaku agresif, hal itu dapat diasumsikan bahwa jika subjek
dihadapkan pada situasi yang lain dia akan mengeluarkan respon yang
sama
• Sign : perilaku agresif yang muncul pada diri subjek merupakan
karakteristik dari subjek
FUNCTIONAL ANALYSIS

• Mengacu pada penelitian dilakukan B.F Skinner


• Penyebab dari suatu perubahan perilaku dapat diukur dari cara
dari subjek merspon berbagai stimulus yang berhubungan
dengan perubahan perilaku.
• Perilaku dapat dipelajari dan menjadi adaptif karena akibat dari
pembelajaran.
• Begitu juga dengan perubahan perilaku tidak baik, dapat
dilakukan dengan mengidentifikasi stimulus dan menentukan
penguatan apa yang cocok untuk itu
PENGUKURAN PERILAKU

• Model pengukuran functional analysis :


• S = Stimulus yang ada dalam perilaku bermasalah
• O = variabel dari organisme yang berhubungan dengan perilaku bermasalah (Organistic
Variable)
• R = respon dari perilaku bermasalah
• C = akibat dari perilaku bermasalah (Consequences)

• Contoh :
Anak yang berperilaku agresif di kelas (Organismic variable), akan mengganggu anak yang
lainnya, karena dia mencoba untuk menimbulkan rasa puas dalam dirinya. Perilaku ini
muncul jika dia tidak mendapat perhatian dari gurunya (Stimulus). Dia akan mulai
mengambil pensil milik temannya (respon) Dan gurunya diharapkan memberikan
perhatian itu agar perilaku ini tidak terjadi terus-menerus (Consequences)
KELEBIHAN & KEKURANGAN
PENGUKURAN PERILAKU
• Terapi dalam pengukuran perilaku tidak dengan mudah
dievaluasi dan berubah
• Terapi perilaku merupakan suatu proses yang akan ditunjukan
sebelum, selama dan sesudah terapi
• Pengukuran perilaku sangat penting, karena itu akan membantu
untuk menentukan terapi apa yang tepat untuk diberikan
• Perlu juga diadakan feedback setelah terapi, agar mengetahui
kefektifan terapi yang sudah dijalani.
DEFINISI

Wawancara klinis Adalah


percakapan yg bertujuan
Bingham & Moore, 1924 dalam Korchin, 1976
WAWANCARA PERILAKU

• functional analysis tidak bisa dilakukan sebelum kita mengetahui apa


saja perilaku bermasalah yang ada pada subjek
• Yoman (2008) mengatakan bahwa terapis harus menanyakan pada
subjek apa yang dia harapkan dari terapi perilaku yang akan dijalani
• Perlu diadakan interview awal
• Hasil dari interview ini akan mengiformasikan, apa terapi yang cocok
untuk mengubah perilaku subjek, apa konsekuensi yang akan timbul
dari terapi perubahan perilaku ini dan bagaimana efek jangka
panjangnya, apakah akan sesuai dengan yang diharapkan subjek?
TUJUAN WAWANCARA

• Membantu klien dalam menemukan masalah


yang dihadapinya
• Untuk memahami klien dengan teliti dari awal
hingga akhir dalam rangka mengurangi
penderitaannya
TUGAS DARI KLINISI

1. Mencatat atau mengingat cerita klien


2. Mengobservasi perilaku klien
3. Mengases pengaruh tindakan-tindakannya
terhadap apa yang dia lihat dan dia dengar
dari klien.
TAHAP-TAHAP INITIAL (ASSESSMENT)
INTERVIEW
• FASE PEMBUKA

1. Membuat suasana nyaman


2. Membangun raport
3. Mencari informasi tentang

• Cara pandang klien terhadap masalah


• Tanggung jawab klien terhadap masalah
• Bagaimana klien memahami masalahnya apakah disebabkan karena masalah psikologis
dalam dirinya atau oleh orang lain atau situasi luar dirinya
YANG DILAKUKAN KLINISI PADA WAKTU
FASE PEMBUKA
• Menunjukkan perhatian pada masalah klien
• Penerimaan apa adanya
• Memberikan kehangatan hubungan
• Membantu klien memahami hubungan dalam
proses klinis dan peran klien di dalamnya
• Memberi empati
• Memberikan perhatian terhadap pengaruh-
pengaruh yang mungkin menyebabkan
penderitaan klien
CONTOH:

“Memang berat untuk bercerita tentang…..”


(empati),
“Jangan khawatir, sebagian besar orang merasakan
hal seperti itu”
(menurunkan intensitas perasaan klien; semua
individu adalah unik sehingga setiap individu
mempunyai perasaan yang berbeda dalam
menghadapi permasalahan).
FASE PERTENGAHAN
1. Merupakan inti dari proses wawancara.
2. Fokusnya adalah mencari informasi yang diperlukan untuk merumuskan
masalah dan karakteristik klien.
3. Secara umum klinisi berusaha untuk mempelajari:
• Apa masalah klien, simtom atau keluhannya? Mengapa dia mencari
bantuan? Bagaimana kehidupannya saat ini?
• Apakah ada stressful events yang mempengaruhi permasalahannya
sekarang?
• Bagaimana kepribadian klien?Apakah bakat, kelebihan dan kompetensi
atau kekurangan yang dimilikinya? Konflik, karakter, defense-defense
apakah yang relevan dengan masalah saat ini? Apakah ada perubahan
perilaku pada masa lalu? Apakah ada pengalaman masa kanak-kanak yang
mungkin berhubungan dengan masalah sekarang?
• Apakah ada faktor-faktor organik yang relevan? Apakah perlu konsultasi
medis?
NEXT

4. Setelah klien bercerita tentang kesulitan-kesulitannya, lakukan inquiry


misalnya: “Sudah berapa lama hal itu berlangsung?, “Bagaimana kehidupan
Anda sebelumnya?:, dll.
5. Eksplorasi lagi tentang precipitating events (faktor-faktor pencetus)
permasalahan klien.
6. Klinisi harus mempunyai formulasi sementara dalam pikirannya (working
image) tentang permasalahan klien, lingkungan sosial, faktor pencetus,
kebiasaan mekanisme coping, kepribadian klien, bakat dan intelektual,
kapasitas kerja dan hubungan yang memuaskan, konsep diri, dll.
7. Memastikan klien untuk bisa menerima psikoterapi, keinginannya untuk
berubah, kesadaran diri, juga faktor-faktor pribadi dan sosial yang mungkin
dapat dipertimbangkan untuk kontak selanjutnya atau dirujuk ke pihak lain
atau mungkin beberapa pengukuran emergensi misalnya pada kasus depresi
dan potensial bunuh diri.
FASE PENUTUP
1. Mengkomunikasikan secara empatik tentang
kesulitan-kesulitan yang dialami selama
wawancara.
2. Apresiasi terhadap permasalahan klien.
3. Harapan di waktu yang akan datang.
4. Bicara jujur tentang keadaan klien, permasalahan
dan merencanakan intervensi lanjutan.
5. Membuat kesimpulan hasil interview.
METODE OBSERVASI

• Observasi bisa diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan


dengan sistematis atas fenomena-fenomena yang diteliti.
• Observasi adalah teknik atau pendekatan untuk
mendapatkan data primer dengan mengamati langsung objek
datanya.
PERSOALAN TENTANG RELIABILITAS

• Pengamatan
Dua indera yang sangat diperlukan atau berperan penting
dalam pengamatan adalah mata dan telinga.
• Ingatan
Kendala ingatan adalah ‘Ingatan yang tidak setia’
PETUNJUK-PETUNJUK UNTUK
MENGADAKAN OBSERVASI

• Menurut Rummel:
▫ Peroleh dahulu pengetahuan apa yang akan di observasi
▫ Selidiki tujuan umum dan khusus dari dari problem riset untuk
menentukan apa yang harus diobservasi
▫ Buat suatu cara untuk mencatat hasil observasi
▫ Adakan dan batasi dengan tegas macam-macam tingkat kategori yang akan
digunakan
▫ Adakan observasi yang secermat-cermatnya dan sekritis-kritisnya
▫ Catat tiap gejala-gejala secara terpisah
▫ Ketahui baik-baik alat-alat pencatatan dan tata cara mencatatnya sebelum
melakukan observasi
HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN
DALAM OBSERVASI
• Pengamat harus memiliki perhatian yang fokus
• tidak mencampur adukkan antara ‘data’ dan ‘interpretasi’
• Kehadiran peneliti selama pengamatan tidak mengganggu
komunitas subjek
• Ada pedoman pembuatan catatan dalam melaksanakan
observasi
BEBERAPA JENIS TEKNIK OBSERVASI

• Observasi Partisipan-Observasi Nonpartisipan


• Observasi Sistematik-Observasi Nonsistematik
• Observasi Eksperimental-Observasi Noneksperimental
METODE OBSERVASI

• Observasi natural
• Subjek diobservasi pada kondisi natural, di tempat biasa subjek melakukan aktivitas
• Contoh : di rumah, di sekolah, di rumah sakit
• Observasi terkontrol
• Observasi dilakukan dalam seting klinis untuk mndapatkan perilaku yang bermasalah
dan informasi mengenai perilaku tersebut (bentuknya, frekuensinya dll)
• Self monitoring
• Subjek menuliskan sendiri apa yang dialaminya dan alasan mengapa dia mengalami hal
tersebut
• Metode ini akan menunjukan secara alamiah, apa yang dirasakan, dipikirkan subjek
dan dialami subjek
• Contohnya : subjek menulis buku diari
BEBERAPA ALAT OBSERVASI

• Anecdotal Records
• Catatan Berkala
• Check List
• Rating Scale
• Mechanical Devices
KECERMATAN OBSERVASI

• Faktor-faktor yang mempegaruhi:


▫ Prasangka dan keinginan dari observer
▫ Keterbatasan pancaindera
▫ Terbatasnya wilayah pandang
▫ Kemampuan untuk menangkap hubungan sebab-akibat bergantung
kepada keadaan mental, indera, dan faktor lain pada suatu waktu
▫ Ketangkasan penggunaan alat pencatatan
▫ Kadar ketelitian pencatatan atas hasil observasi
▫ Ketepatan alat yang digunakan dalam observasi
▫ Pengertian observer tentang gejala-gejala yang diobservasi
KETERBATASAN DAN KEBAIKAN
OBSERVASI
• Keterbatasan Observasi
▫ Tidak semua observasi atau pengamatannya bisa secara langsung
▫ Observees menjadi baik jika tahu akan diteliti
▫ Kejadian tidak selalu dapat diramalkan
▫ Tugas observasi terganggu jika ada peristiwa tak terduga
▫ Lamanya berlangsung kejadian
▫ Karena lama biaya banyak
▫ Hanya melihat yang tampak saja
KETERBATASAN DAN KEBAIKAN
OBSERVASI
• Kebaikan Observasi
• Bisa meneliti berbagai gejala
• Sedikit tuntutannya
• Pencatatan bisa serempak
• Tidak tergantung pada self-report
• Datanya bisa orisinil
• Data alamiah
ROLE-PLAYING

• Role playing dapat digunakan untuk membuat pola yang baru dalam
beperilaku
• Subjek diajak untuk dapat merespon stimulus dari situasi sosial yang
harus dia hadapi
• Contohnya : subjek diminta untuk menjadi pemimpin kelompok, menjadi
seorang pekerja profesional dan lain-lain.

• Dari sana akan terbentuk perilaku-perilaku baru yang jika diadakan


penguatan secara baik, akan menjadi karakter dari subjek
• Banyak terapis klinis yang menggunakan metode ini, karena lebih
efektif, efisien dan hasilnya baik
Pengertian Role Playing

Menurut Hamalik (2004: 214)


bahwa Model role playing
(bermain peran) adalah “Model
pembelajaran dengan cara
memberikan peran-
peran tertentu kepada
peserta didik dan
mendramatisasikan peran
tersebut kedalam sebuah
pentas”.
Tujuan Role
Playing
Mentransfer
Berperan Mengembalikan
dan
mewujudkan
untuk skill pemecahan
eksplorasi masalah dan
pandangan tingkah laku,
mengenai perasaan juga
perilaku, nilai, klien mengeksplorasi
dan persepsi materi pelajaran
klien dalam cara yang
berbeda.
Asumsi Role Playing

Bermain peran dilaksanakan berdasarkan


pengalaman klien dan isi dari
pelaksanaan teknik ini yaitu pada situasi
“disini pada saat ini”.
Asumsi Role Playing

Role playing bisa


menggambarkan
perasaan klien, baik
perasaan yang hanya
dipikirkan maupun
perasaan yang
diekspresikan.
Manfaat Role Playing

Role playing melibatkan


Role playing dapat jumlah murid yang
memberikan semacam cukup banyak, cocok
hidden practice. untuk kelas besar.
Manfaat Role Playing

Role playing dapat memberikan murid


kesenangan karena role playing pada dasarnya
adalah permainan.
(Bobby DePorter, 2000).
Sistem Pendukung

Cerita
Materi dalam role
playing utamanya
problematik
adalah situasi
adalah narasi pendek
permasalahan. yang
Situasi ini terkadang menggambarkan
membantu dalam setting, keadaan,
membentuk aksi, dan dialog
pengarahan pada
dalam situasi
setiap peran.
tersebut.
Beberapa ciri khas masalah
sosial yang mudah untuk
Konflik Interpersonal ditelusuri dengan bantuan
teknik ini, yakni:

Konflik
Antarkelompok

Dilema Individu

Masalah Historis
Klinis Khusus :
Psikologi
Komunitas
ANISAH CHAIRANI, MPSI, PSIKOLOG
Sejarah
 Psikologi Komunitas adalah salah satu bagian dari
terapan ilmu psikologi. Bermula pada tahun1955
yang berkembang di Amerika mulai berkembang
sejak 1955, ketika diumumkan undang-undang
tentang pengembangan konsep kesehatan
mental komunitas untuk mengurangi jumlah rumah
sakit jiwa.
 Tahun 1965 terbentuklah Community
Psychologydalam American
Psychological Association (APA).
Lanjutan….

 Psikologi Komunitas dapat di artikan sebagai


pendekatan kesehatan mental yang
menekankan daya peran lingkungan dalam
menciptakan atau mengurangi masalah.
ataupun suatu kegiatan yang berkaitan dengan
memberikan bantuan kepada orang lain dalam
hal gangguan emosional, penyesuaian diri dan
masalah psikologis.
 Psikologi komunitas ini merupakan gabungan dari
psikologi sosial dan psikologi klinis. Pada dasarnya
terkait dengan hubungan antar sistem sosial,
kesejahteraan dan kesehatan individu dalam
kaitan dengan masyarakat.
Lanjutan……
 Psikologi komunitas berfokus pada arah
permasalahan kesehatan mental dan
sosial yang dikembangkan melalui intervensi juga
riset dengan seting mencakup masyarakat dan
komunitas pribadi.
 Seorang ahli yang
bernama Rapaport mengemukakan bahwa
pespektif dari psikologi komunitas memberikan
perhatian pada tiga hal :
 Pengembangan sumber daya individu.
 Aktivitas politik.
 Ilmu Pengetahuan.
bentuk peran nyata dari
psikologi komunitas
 Melakukan penelitian untuk mengidentifikasi
masalah dan menganalisa masalah-masalah
komunitas, melakukan penelitian mengenai sikap-
sikap masyarakat, mengevaluasi program-program
sosial tertentu.
 Berpartisipasi dalam merancang/membuat pola-
pola pelayanan sosial serta memberikan evaluasi
terhadap program tersebut.
 Secara profesional berpartisipasi aktif dalam
program gerakan-gerakan, sosial bagi
pengembangan masyarakat, termasuk juga
merancang lingkungan sosial yang dapat
memperkecil kesulitan-kesulitan penyesuaian dan
memperluas kesempatan pengembangan pribadi
dilingkungan sosial tersebut.
ranah psikologi komunitas
 Memiliki perhatian pada hubungan antara individu dan
komunitas dan masyarakat.
 Melalui penelitian dan tindakan yang kolaboratif Psikologi
komunitas mencoba memahami dan meningkatkan
kualitas hidup individu, komunitas, dan masyarakat.
 Fokusnya tidak pada individu saja atau lingkungannya
saja, tapi koneksi antara keduanya.
 Dalam aplikasinya, ahli Psikologi Komunitas akan
bekerjasama dengan anggota komunitas sebagai partner
kerja
 Psikologi Komunitas akan memiliki perhatian pada
kesejahteraan individu dan komunitas
 Studi ilmiah tentang ilmu perilaku yang diterapkan dalam
setting komunitas
Psikologi Komunitas

 Terkait pandangan sosio-kultural relativitas


budaya
 * Terkait bidang pengembangan SDM, politik &
sains
 * Masalah:
 Perubahan tatanan masyarakat masalah
psikologis
 * Preventif, bukan kuratif
 * Fokus assessment: interaksi individu dalam
kelompok
 * Tujuan intervensi : meningkatkan kesejahteraan
komunitas demi tercapainya masyarakat sehat
Indonesia:
Keberagaman
Suku Agama

Ekonomi
Latar
pendidikan
KAMI

Buruk MEREKA
Psikologi Komunitas
Klinikal Komunitas

Klinikal Komunitas Meningkatkan


Mengatasi defisit kompetensi
individu: terapi individu : platihan
tradisional pencegahan
organisasi: terapi organisasi: pelatihan
kelompok, remedial, peningkatan
dsj kompetensi
komunitas: komunitas:
institusional, fasilitas mengurangi stres
khusus lingkungan,
mengoptimalkan
masyarakat
Konsep dalam Psikologi
Komunitas:
 Community Mental Health
 rawat inap, rawat jalan, partial hospitalization,
gawat darurat
 24 jam dan konsultasi menyeluruh
 diagnosa, rehabilitasi, penelitian, pelatihan dan
evaluasi
 Pencegahan:
 Primer : melawan keadaan yang bisa memicu
masalah
 Sekunder : diagnosis dini untuk treatment dini
 Tersier : rehabilitasi untuk penyesuaian kembali
Konsep dalam Psikologi
Komunitas:
 Pemberdayaan:
 Mencegah learned helplesness
 pada individu kelompok masyarakat
 Intervensi Sosial
 restrukturisasi peran dan organisasi sosial agar
 berdampak efektif untuk pelaku tindak kejahatan
 teknik : blaming the victim dan fokus pada strategi
 intervensi
Metode Intervensi

 Konsultasi
 Layanan Masyarakat
 Intervensi Pusat Krisis
 Intervensi Usia Dini Pengetahuan awal pada
masyarakat
 Selp-Help
 (Profesional)Pengembangan Program Pelatihan
PSIKOLOGI KLINIS
BERBASIS IT
Latar Belakang
◦ Tingkat stress saat ini meningkat sehingga berdampak pada kondisi psikologis,
sehingga selain membutuhkan self healing juga dibutuhkan konseling dengan expert
(psikolog)
◦ Namun di beberapa daerah terlebih daerah terpencil mengalami keterbatasan
psikolog sehingga saat ini mulai dikembangkannya konseling berbasis IT (mobile)
◦ Tujuan utamanya adalah dapat mengetahui hasil screening
Gangguan Psikologi
◦ Adapun beberapa gangguan psikologi yang sering ditemui (kasus) dalam konseling IT
tetap berdasarkan kirteria diagnosis DSM V seperti:
- Gangguan Perkembangan pada anak (perlu jg observasi langsung anak)
- Gangguan mood
- Gangguan kecemasan
- dll
Assessment berbasis IT (e-mail
Teleconference/ Video Conference)
◦ Beberapa alat tes intelegensi, minat dan bakat sudah mulai dikembangkan untuk
dapat dilakukan melalui internet
◦ Beberapa cara konseling juga bisa d lakukan mulai dari email, gmeet, zoom dan juga
beberapa platform Kesehatan mental
Intervensi berbasis IT
◦ Konseling
◦ CBT dan pemberian tugas kepada klien, dan dilakukan pemantauan perkembangan
di setiap sesi selanjutnya
◦ Untuk pencegahan terkait suicide dapat menghubungi ehfa.id yang juga
bekerjasama dengan Ikatan Psikologi Klinis Indonesia
PSIKOLOGI FORENSIK DAN PERAN
PSIKOLOGI DALAM PENANGANAN
ANAK BERHADAPAN DENGAN
HUKUM

Anisah Chairani,
M.Psi, Psikolog
Forensic Psychology (menurut : The
committee on Ethical Guidelines for Forensic Psychology APA,
2012)

 Professional practice by any


psychologist working within any sub
discipline of psychology (e.g.
clinical, developmental, social &
cognitive) when applying the
scientific, technical, or specialized
knowledge of psychology to the law
to assist in addressing legal,
contractual & administrative
matters.
Definisi Lebih Luas
 Anything within the intersection of the law and
psychology
 • Clinical aspects of psychology and law ( e.g.,
violence risk assessment, competency, insanity,
public policy)
 • Experimental aspects of psychology and law
 (• Subspecialties of developmental, social,
cognitive, community psychology and
neuropsychology • e.g., jury decision making,
eyewitness testimony, and the impact of expert
testimony)
Jadi Psi Forensik adalah….

 Psikologi forensik sebagai semua


bentuk layanan psikologi yang
dilakukan dalam hukum
 Penerapan psikologi dalam sistem
hukum dalam rangka membantu
aparat hukum bisa mencapai
kebenaran hukum
 Psikologi Forensi bisa bergerak di
bidang Kajian Keilmuan (Riset) dan
Praktik Psikologi
Sejarah Singkat Psi Forensik

1. Ahli psikologi memberikan kesaksian di sidang


pada tahun 1893.
2. 1922, William Marston diangkat menjadi Profesol
dalam psikologi hukum di Amarican University.
3. Pada perang dunia ke 2 perkembangan Psi For
Naik Turun
4. Perkembangan pesat dimualai tahun 1960-an,
menjadi salah satu jurusan favorit.
5. Tahun 2001 Psikologi forensik masuk menjadi
salah satu devisi di APA.
6. Di Indonesia Tahun 2007, Asosiasi Psikologi
Forensik menjadi minat di Himpsi.
❑ Luasnya bidang kajian psikolog forensik & penggunaan
istilah yg beragam membuat masyarakat menjadi bingung
thd tugas psikologi forensik.
❑ Psikologi forensik merupakan istilah yang dapat
memayungi luasnya keilmuan psikologi dan forensik
(Meliala, 2008) diperluas dengan psikologi dan hukum.
❑ Di luar negeri psikologi forensik banyak berkembang
pesat di US, UK dan beberapa jurusan behavioral science
di Australia.
❑ Di dunia (juga di Indonesia) Psi For populer karena
pengaruh film (disebut CSI effect).
❑ Peran Psi For semakin banyak dibutuhkan adanya UU
yang relevan*
❑ Di Indonesia juga menyepakati nama Asosiasi Psikologi
Forensik (Apsifor) yang berada dibawah HIMPSI.
❑ Psi For dalam perannya sering berhimpitan dengan ranah
psikologi lain seperti klinis
Psi Klinis Vs Psi Forensik
Psi Klinis Psi Forensik

Tujuan Assesmen,treatmen Pengumpulan data, fakta


terhadap simtom yang seakurat dan reliabel
muncul (to promote well – mungkin
being)
Fokus Fact –finding,
rekoleksiyang akurat dari
even yang bermakna
Kualitas Empatik, suportif terhadap Objektif, netral dan
klien, therapeutic alliance menghindari bias

Klien Individu (anak, dewasa) Institusi penegakan


hukum

Consent Kesediaan klien penting & Dimungkinkan


relevan memperoleh data dari
pihak di luar klien dan
dimungkinkan adanya
disclosed data dari klien
Lanjutan
Psi Klinis Psi Forensik
Interview Strategi bisa Formal dan Restriktif
bervariasi
Confidential Kerahasiaan Kerahasiaan
“tradisional” “terbatas”
Kompetensi Klien Bukan concern Hal yang utama dan
utama penting divalidasi
Data Private Dokumentasi &
penyimpanan
penting
Durasi Lebih panjang Lebih singkat jumlah
sesi, dibatasi hukum
acara
REFLEKSI DIRI
 Bagaimana anda memPERSEPSIkan
kehidupan masa kecil anda?
 Apakah anda memiliki
PENGALAMAN yang ingatannya
sangat kuat hingga saat ini?
 Apa yang anda atau orang di
sekeliling anda LAKUKAN untuk
menghadapi pengalaman tersebut?
 Apakah pengalaman tersebut
berDAMPAK pada kehidupan anda
saat ini?
GAMBARAN DATA
 KPAI (2012) terdapat 2.275
kasus kekerasan terhadap
anak
 Komnas Perlindungan Anak
(2011) terdapat 2509
laporan kekerasan, 59% nya
adalah kekerasan seksual.
Data tahun 2012 terdapat
2637 laporan kekerasan,
62% adalah kekerasan
seksual
 Fenomena gunung es :
Jumlah yang dilaporkan jauh
lebih sedikit dibandingkan
realitanya
DAMPAK PSIKOLOGIS PADA ANAK
 Kejadian traumatis berdampak
SERIUS dibandingkan orang
dewasa
 PEMECAHAN MASALAH
terbatas
 Kesulitan dalam
mengekspresikan pikiran dan
perasaannya secara terbuka
 Sulit memahami DAMPAK suatu
situasi terhadap dirinya
REAKSI ANAK PASCA KEJADIAN
TRAUMATIS
Usia < 5 tahun Usia 6 – 11 tahun Usia 12–17 tahun

Kecemasan berpisah Menarik diri dari Menarik diri ; konflik


dengan ortu lingkungan dengan teman sebaya
Menangis Sulit berkonsentrasi Depresi & kecemasan

Kehilangan minat Mogok sekolah Gangguan makan ;


bermain tidur
Rewel Kecemasan & Perilaku antisosial
ketakutan berlebihan
Perilaku regresif Perilaku regresif Keluhan fisik

Gangguan makan; Mengembangkan


tidur; rentan sakit perasaan bersalah
Cenderung agresif Pikiran bunuh diri
PENDEKATAN KEADILAN
 Mempertimbangkan
keputusan yang berpihak
pada anak
 Pencegahan konflik
 Perlakuan yang adil
 Kesempatan berekspresi &
didengarkan
 Perlindungan dari ancaman
BIDANG KAJIAN PSIKOLOGI
FORENSIK (Blackburn, 2006)

Psychology in • Aplikasi psikologi di bidang Hukum


• Eq : Saksi Ahli; penentuan status anak
Law pada sidang perceraian

Psychology • Psychological research ; penelitian pada


individu yang terkait bidang hukum
and Law • Eq : Jaksa; Hakim; Polisi

• Hubungan antara hukum & psikologi lebih


Psychology abstrak; hukum sebagai penentu perilaku
of Law • Eq : Bagaimana hukum mempengaruhi
masyarakat
PRINSIP UTAMA PENDAMPINGAN
KASUS KEKERASAN PADA ANAK

Kepentingan terbaik bagi anak :


menempatkan anak sebagai yang utama &
melindungi anak dari dampak buruk

Menghargai anak sebagai SUBYEK yang


perlu didengar & menampilkan dirinya
sendiri

Proses pendampingan memberikan MANFAAT


dalam mendukung pemulihannya sehingga
dapat tumbuh & berkembang optimal
PEMERIKSAAN BERBASIS ASPEK
PSIKOLOGIS

 Mendapatkan gambaran
tentang masalah yang dihadapi
& menghindari re-traumatisasi
 Memperoleh gambaran
dinamika psikologis
 Mempertimbangkan
keakuratan informasi
KEBENARAN KESAKSIAN

Atensi

Memori

Persepsi
PERKEMBANGAN KOGNITIF
ANAK
Pra Operasional Konkrit
Usia 2-7 tahun; Gambaran mental
Simbol; kata-kata; gambar
untuk pemahaman dunia

Operasional Konkrit
Usia 7-11 tahun; Berpikir logis; Pengorganisasian; Klasifikasi;
kejadian konkrit Urutan

Operasional Formal
> Usia 11 tahun Pikiran abstrak; idealis; logis
AKURASI MEMORI ANAK

Peristiwa
• Tingkat stres • Strategi
• Harapan • Jangka penggalian
• Prasangka waktu informasi
• Pengulangan
kejadian
Saksi Informasi
STRATEGI
 Tahap persiapan : Lingkungan yang
kondusif; pemahaman karakteristik,
hobi, pola kebiasaan dll
 Membangun rapport atau hubungan
baik melalui minat terhadap topik
atau pengalaman anak
 Menggunakan sarana seperti
permainan, worksheet seperti
menggambar, mood icon/battle dll
 Observasi non verbal
 Penyesuaian bentuk pertanyaan
(terutama berkaitan dengan
permasalahan yang dihadapi)
PEMULIHAN PSIKOLOGIS
 Persepsi terhadap kejadian traumatis meliputi
bagaimana trauma muncul dalam modalitas
sensorinya (VAKOG); pemahaman terhadap
kejadian; pengaruh media massa
 Faktor Individu : Kepribadian anak (kepercayaan
diri, kemampuan mengekspresikan diri dll); usia;
kemampuan intelektual; interaksi sosial
 Faktor Lingkungan : Dukungan sosial
Question
& Answer
Wechsler Adult
Intelelligence Scale
Kelompok 1 :

Farah Gina Putri Ananda 10520365


Maura Humaira Hanada 10520592
Safana Qamarani 10520921
Topik Pembahasan

Sejarah Tes WAIS Administrasi Tes WAIS

Tujuan Tes WAIS Prosedur dan Instruksi Tes WAIS

Aspek yang Diukur Kelebihan dan Kekurangan Tes WAIS

Kesimpulan
Sejarah Tes WAIS
Sejarah
● Saat itu David Wechsler, bekerja di rumah sakit Belleveu New
York, melakukan penelitian tes-tes inteligensi yang
terstandarisasi dan menetapkan 11 sub tes yang berbeda sebagai
batterynya.
● Akibat rasa ketidakpuasan dengan batasan dari teori Standford-
Binet dalam penggunaanya, khususnya dalam pengukuran
kecerdasan untuk orang dewasa sehingga dikembangkanlah tes
ini.

● Beberapa sub tesnya merupakan adaptasi dari revisi


- Standford-Binet (1937) misalnya: Pengertian, Hitungan, Rentangan Angka, Persamaan,
Perbendaharaan Kata.

Sub tes sisanya diadaptasi dari


1. Army Group Insemination (Mengatur gambar).
2. Koh’s Block Design (rancangan balok)
3. Army Alpha (Informasi, Pengertian)
4. Army Beta (Symbol angka)
5. Healy Picture Completion (Melengkapi gambar) dan
6. Pinther/Patheerson Test (Meraki obyek).
Sejarah
● Sub tes tersebut dikombinasikan dan
dipublikasikan tahun 1929 sebagai Wechsler ● Revisi WAIS-R merupakan usaha untuk
Belleveu Intelegence Scale (WBIS) yang dapat memodernisasi konten alat tes.
dipergunakan untuk anak-anak 10 tahun dan
orang dewasa. ● WAIS terdiri dari 11 sub test, yang 6 adalah
kelompok verbal dan faktor ingatan (diskor
● Skala WB dikembangkan dalam 2 bentuk yg sebagai IQ Verbal) dan 5 adalah kelompok
relatif sama. Terdapat 2 kelompok yaitu Verbal Nonverbal/Performance, mengukur
dan Nonverbal/Performance, masing-masing kemampuan visual spatial (diskor sebagai
terdiri dari 5 sub tes. IQ Performance)

● Tahun 1955 Scale Wechsler Belleveu direvisi ● WAIS dapat dipergunakan untuk orang
sebagai Wechsler Adult Intelligence Scale dewasa yang berusia 16-65 tahun atau
(WAIS), kemudian direvisi menjadi WAIS-R pada lebih.
tahun 1981, dan direvisi kembali menjadi WAIS-
3 pada tahun 1997
Tujuan Tes WAIS
Tujuan

WAIS (Wechsler Adult Intelligence Scale)

Merupakan Skala inteligensi Wechsler yang standar


bertujuan untuk mengukur potensi inteligensi subyek dewasa usia
16 sampai 65 tahun atau lebih, penyajian tesnya secara individual.
ASPEK YANG
DIUKUR
ASPEK YANG DIUKUR

VERBAL PERFORMANCE
(LISAN) (NON-LISAN)

Skala yang digunakan untuk mengukur kemampuan Bagaimana individu mampu untuk menyelesaikan masalah
verbal individu, pengetahuan umum, dan segala sesuatu dengan praktis, dan kemampuan performance individu dalam
yang berhubungan dengan fungsi verbal dari individu. melakukan suatu hal.
VERBAL

1. Informasi 3. Hitungan
● Berisi 29 Pertanyaan ● Berisi 14 Pertanyaan
● Pertanyaan mencakup informasi – informasi mengenai ● Mampu berkonsentrasi terhadap soal, dan mampu mengolah
pengetahuan umum pertanyaan sehingga mendapatkan jawaban yang tepat
● Untuk mengetahui seberapa banyak pengetahuan umum yang
dimiliki individu secara general

2. Pengertian 4. Persamaan
● Berisi 14 Pertanyaan ● Berisi 13 Pasang Kata
● Pertanyaan mengenai situasi dan kondisi kehidupan sehari – ● Menyebutkan persamaan yang ada diantara dua buah benda
hari, serta masalah umum yang biasa dihadapi. ● Membutuhkan kemampuan bernalar dan pengetahuan umum
● Menuntut kemampuan menalar, logika berpikir, memecahkan
masalah, dan menerapkan pengetahuan umum yang dimiliki
dalam sehari – hari.
VERBAL

5. Rentangan Angka
● Memiliki 2 bagian, Rentang ke depan dan Rentang ke belakang
● Individu diminta untuk mengulangi serangkaian angka yang disebutkan tester dengan tepat
● Menuntut kemampuan berkonsentrasi penuh mutlak diperlukan

6. Perbendaharaan Kata
● Berisi 40 pertanyaan
● Individu memberikan pengertian dari masing – masing kata yang diberikan oleh tester
● Membutuhkan kemampuan memahami fungsi suatu benda dan pengetahuan umum
PERFORMANCE

7. Simbol Angka 9. Rancangan Balok


● Berisi 10 Pola dengan angka 1 – 10 ● Menggunakan 9 buah balok (dengan pola berbeda)
● Individu mengisi kotak kosong diatas angka - angka ● Individu Menyusun balok – balok tersebut dengan pola atau
dengan symbol yang direpresentasikan. warna sesuai dengan contoh yang diberi
● Tipe soal Battery Test ● Terdapat 10 buah kartu dengan pola yang harus diikuti

8. Melengkapi Gambar 10. Mengatur Balok


● Berisi 21 gambar ● Berisi 8 soal
● Individu mencari dan menemukan bagian penting yang ● Individu Menyusun gambar – gambar hingga menjadi satu
hilang dari gambar kejadian yang tersusun secara sistematis atau berurutan
● Membutuhkan pengalaman dan pengetahuan umum. ● Peserta dapat berekspresi dan menunjukkan kemampuan
pemecahan masalah dan juga kemampuan analisis
PERFORMANCE

11. Merakit Objek


● Berisi 4 soal/objek berbentuk potongan puzzle
● Individu menggabungkan potongan – potongan hingga menjadi satu bentuk objek yang real
atau nyata.
Administrasi Tes
Hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam administrasi tes

Perlengkapan
1 Bahan-Bahan Tes

2 Bentuk Penilaian

Tugas-Tugas
3 Administrasi

Menyalin angka
4 kasar ke angka skala

Menetukan Angka
5 Kecerdasan (AK)
Bahan-Bahan Tes

Booklet berikat spiral berisi


soal-soal tes melengkapi
gambar

Booklet berikat spiral berisi


rancangan-rancangan untuk
tes dan rancangan balok
Bahan-Bahan Tes

Kantong berisi kartu-kartu


untuk tes mengatur gambar

Empat kantong untuk tes


merakit obyek

Kartu perisai melukiskan


beberan untuk bagian-bagian
soal merakit obyek
Bahan-Bahan Tes

Sembilan kubus merah-abu


untuk tes rancangan balok

Stopwatch untuk mencatat


waktu
Bentuk Penilaian

• Menggunakan bentuk penilaian (Record Form) dalam testing, dimaksudkan untuk mempermudah
pencatatan jawaban-jawaban dan informasi lainnya tentang subyek dan tingkah lakunya selama tes
• Untuk beberapa tes, misalnya informasi dan melengkapi gambar, soal-soalnya dapat dinilai sewaktu
subyek memberikan jawaban
• Dalam tes pengertian, persamaan, perbendaharaan kata dan tes mengatur gambar, tester harus
mencatat jawaban-jawaban setepat-tepatnya seperti jawaban subyek.
• Dalam penyajian tes, tester harus selalu membaca petunjuk dan pertanyaan sesuai dalam buku
pegangan. Kalau tidak, tester mungkin mengubah kata-katanya sehingga menyimpang dari prosedur
standar. Petunjuk dan pertanyaan harus dibaca dengan terang, jelas, dan pilah-pilah. Kegagalan
subyek untuk mengerti jangan sampai disebabkan oleh ucapan tester yang tidak jelas.
Tugas-Tugas
Administratif

1. Nilai, catat angka-angka untuk setiap soal dengan teliti dan jelas sebagaimana menilai suatu jawaban soal.
2. Bila ada hadiah, catat waktu yang digunakan oleh subyek dan nilai hadiahnya dengan teliti.
3. Bilamana soal-soal permulaan dari suatu tes tidak diberikan, seperti halnya dalam tes informasi, pengertian, hitungan dan
perbendaharaan kata, jangan lupa memberi nilai pada soal-soal tersebut.
4. Periksa penjumlahan nilai-nilai soal dalam menghitung angka kasar dari tes.
5. Pastikan bahwa angka kasar untuk setiap tes sudah dipindahkan ke ruangan yang selayaknya dalam bagian ringkasan pada
sampul formulir penilaian.
6. Cocokkan umur subyek dengan mengurangi umur yang dinyatakan dengan tanggal testing atau periksa catatan yang dapat
dipercaya.
7. Hindari kesalahan-kesalahan dalam menyalin angka kasar ke angka skala dan angka skala ke angka kecerdasan (IQ). Ulangi
langkah-langkah dalam menggunakan tabel-tabel untuk mengoreksi kesalahan membaca.
8. Periksa semua pemindahan bahan, perhitungan, dan penyalinan angka-angka secara teliti.
Menyalin Angka Kasar
ke Angka Skala
● Bilamana tester sudah menilai setiap sub tes, dan angka (hasilnya) sudah dijumlahkan, maka hasil yang diperoleh adalah angka kasar
untuk setiap sub tes tersebut. Angka kasar ini kemudian dipindahkan ke bagian ringkasan di muka formulir penilaian. Tepat di
sebelah kiri bagian ringkasan itu ada suatu tabel dari skala angka perbandingan. Tabel ini terdapat pada buku pegangan (manual),
digunakan untuk menyalin angka-angka skala untuk semua subyek tanpa memandang umur dan jenis kelamin. Angka kasar yang
diperoleh subyek untuk suatu sub tes ditempatkan dalam kolom tabel itu untuk sub tes yang bersangkutan. Tester kemudian
membaca secara mendatar dari sesuatu angka kasar ke kolom yang terkiri atau kanan pada tabel, tester akan menemukan skala
angka perbandingan.
● Angka skala ini kemudian dimasukkan ke dalam ruangan yang bersangkutan pada bagian ringkasan, tepat di sebelah kanan angka
kasar yang tercatat. Bilamana hal ini sudah dikerjakan untuk semua sub tes, bagian ringkasan menunjukkan suatu kolom untuk
angka-angka kasar dan kolom yang berdekatan untuk angka-angka skala. Sesudah itu, tidak perlu memperhatikan lagi angka-angka
kasar tersebut, karena perbandingannya angka-angka skala lebih berarti.
● Angka Verbal adalah jumlah angka-angka skala dari enam tes Verbal. Demikian juga, angka Performance diperoleh dengan
menjumlahkan angka-angka skala dari lima sub tes Performance. Angka skala lengkap adalah jumlah angka Verbal dan angka
Performance yang didasarkan atas sebelas sub tes
Menentukan Angka
Kecerdasan (AK)

● Untuk menyalin angka-angka Verbal, Performance dan Skala Lengkap ke dalam angka kecerdasan
(IQ), digunakan tabel norma WAIS yang terdapat pada buku pegangan (manual).
● Tabel norma WAIS terdiri atas 10 rangkaian tabel, masing-masing untuk setiap kelompok umur
subyek. AK Skala Verbal, AK Skala Performance, dan AK Skala Lengkap dapat diperoleh dengan
melihat halaman-halaman tabel norma WAIS, sehingga tester dapat menentukan ketiga AK untuk
seorang subyek dengan memeriksa serangkaian tabel-tabel untuk kelompok umur subyek. Umur
subyek adalah umur kelahiran yang dihitung dari tanggal lahir dan tahun sampai dengan tanggal tes
dilaksanakan yang disebut chronological age.
Prosedur & Instruksi
29
PROSEDUR & INSTRUKSI pertanyaan
1.INFORMASI
“kepada saudara akan saya ajukan beberapa pertanyaan yang menyangkut pengetahuan umum. Tugas sdr. adalah
menjawab secara lisan, dan sdr. katakan tidak tahu bila sdr. Belum mengetahui jawabannya. Apakah sdr. sudah
mengerti?”.
● Mulai dari soal ke-5 untuk semua subjek
● Kalau soal ke-5 dan ke-6 gagal, berikan soal ke-1 sampai soal ke-4
● Tes ini akan berhenti jika:
- Soal ke-2 sampai ke-4 gagal semua, atau lanjut ke soal ke-7 kalau mampu menjawab salah satu soal tersebut.
- Tes berhenti bila 5 kali gagal berturut-turut
● Bila jawaban tester kurang jelas, tester boleh bertanya tanpa menjelaskan utuh
Contoh Soal :

1. Apa warna bendera kita ? Merah putih


2. Bagaimana bentuk bola ? Bulat
3. Ada berapa bulan dalam satu tahun ? 12 bulan
4. Apakah termometer itu ? Alat untuk mengukur suhu, panas, temperatur
Mulai 5. Dari apa karet diperoleh ? Pohon, pohon karet, getah pohon, minyak tanah, alkohol
6. Sebutkan nama empat orang pahlawan nasional ? Diponegoro cs Nilai Tertinggi = 29
Tes berhenti bila 5 kali gagal berturut-turut Tiap jawaban benar dinilai 1, tanpa no
1 - 4, ditambah 4 poin
14
PROSEDUR & INSTRUKSI pertanyaan
2. Pengertian
“ Kepada sdr. kan saya ajukan beberapa pertanyaan/pernyataan yang berhubungan dengan situasi yang biasa sdr. hadapi
dalam kehidupan sehari-hari termasuk cara sdr. dalam mengatasi masalah yang ditemukan ”.

●Mulai dengan soal ke-3 untuk semua subjek.


● Kalau salah satu dari soal ke 3,4, dan 5 gagal, kasih soal ke-1 dan 2 dulu sebelum melanjutkan soal ke-6.
● Tester bisa memberi motivasi subjek bila jawabannya belum jelas.
● Tes berhenti bila gagal 4 kali berturut-turut

Contoh Soal :

1. Mengapa kita mencuci pakaian ?


2. Mengapa kereta api mempunyai mesin ?
Mulai 3. Apa yang saudara lakukan bilamana saudara menemukan amplop
di tengah jalan yang beralamat,dan mempunyai prangko baru ?
4. Mengapa kita harus menjauhkan diri dari orang-orang jahat ? Nilai Tertinggi = 28, tanpa no 1 - 2, ditambah 4
poin
5. Apa yang saudara lakukan kalau saudara adalah orang yang Soal 1 - 2 skor nilai 2 dan 0,
pertama melihat mayat di tepi jalan ? Soal 3 - 14 skor nilai 2, 1, dan 0.

Tes berhenti bila 4 kali gagal berturut-turut


14
PROSEDUR & INSTRUKSI pertanyaan
3. Berhitung
“Sekarang kita lanjutkan pada subtes yang berikut. Silahkan sdr. menjawab secara
● Mulai dari soal ke-3 untuk semua subjek lisan”. atau “Mari kita coba yang ini”. Pada subtes ini saya akan menggunakan stop-
● Bila soal ke-3 dan ke-4 gagal semua, berikan watch untuk mengukur waktu.”

soal ke-1 dan ke-2 Contoh Soal :


● Bila soal ke-1 dan ke-2 gagal semua, hentikan
1. Bila seorang membeli perangko yang berharga lima rupiah dan
tes. Bila ada salah satu jawaban yang benar,
memberikan uang kepada penjualnya sepuluh rupiah berapa uang
lanjutkan soal ke-5
kembaliannya?
● Jangan menyebut tentang tes berhitung.
2. Dengan menggunakan balok-balok dari test rancangan balok,
Soal boleh diulangi bila testee meminta atau
tempatkan tujuh balok, semua dengan sisi yang berwarna merah di
tampak tidak mengerti tanpa mengubah
atas, dalam kelompok tiga dan empat dengan jarak kira-kira satu jari
kata-katanya antara kelompok balok. Kemudian tanyakan “Berapa jumlah balok
● Batas waktu terlampir, dimulai saat akhir semuanya?”. Ambil balok-balok sebelum melanjutkan.
pertanyaan. Bila soal diulangi, waktu tetap Mulai 3. Bila saudara mempunyai tiga buku diambil satu, tinggal berapa?
dicatat mulai saat soal pertama kali disajikan 4. Empat rupiah ditambah lima rupiah ada berapa?
Nilai Tertinggi = 18 5. Seorang tukang pateri menerima 25rupiah masing-masing dari
Bila dgn soal 1 - 2, tidak ditambah 2 enam orang. Berapa jumlah uang yang diterima?
Jawaban spontan yang salah akan dinilai
Ada skor hadiah(terlampir) untuk soal no 11 - 14 bila
menjawab dalam batas waktu tertentu
13
PROSEDUR & INSTRUKSI pasang kata
4. Persamaan
“kepada sdr. akan saya ucapkan dua buah kata. Tugas sdr. adalah menyebutkan persamaan dari kedua
kata itu”.

● Mulai dari soal ke-1 untuk semua subjek, katakan `apa persamaan antara jeruk dan pisang? `
● Bila jawabannya buah-buahan atau makanan, katakan `baik` dan lanjutkan dengan soal ke-2
● Bila jawabannya mengarah pada perbedaan/tidak sama, diberi nilai 0 dan katakan ` persamaannya adalah
keduanya buah-buahan, keduanya dapat dimakan, keduanya berkulit `, dan lalu lanjutkan soal ke-2
● Tanyakan persamaan soal-soal berikutnya dengan cara yang sama tanpa memberikan pertolongan lagi
● Tes dihentikan bila sudah gagal 4 kali berturut-turut.

Contoh Soal :
Nilai Tertinggi = 26
Tiap soal diniliai 2, 1, dan 0 (tergantung jawaban)
1. Jeruk dan Pisang Skor 2 = jawaban tepat untuk keduanya
Skor 1 = jawaban tepat hanya untuk salah satu
2. Baju Jas dan Kemeja
Skor 0 = jawaban tidak tepat untuk keduanya
9
PROSEDUR & INSTRUKSI pertanyaan

5. Rentangan Angka → Angka ke Depan “saya akan mengatakan beberapa angka. Dengarkan
baik-baik, dan kalau saya sudah selesai, segera
● Mulai dengan Percobaan I dari Rangkaian 3
tirukan”.
untuk semua subjek Contoh Soal :
● Bila jawaban benar pada Percobaan I,
lanjutkan pada Rangkaian selanjutnya
Mulai
● Bila jawaban salah pada Percobaan I, berikan
Percobaan II pada Rangkaian yang sama
(Percobaan II hanya diberikan bila Percobaan
I gagal)
● Tes berhenti bila gagal dalam semua
Percobaan pada Rangkaian yang sama.

Nilai Tertinggi = 9
NILAI – NILAI adalah jumlah angka dalam rangkaian yang terpanjang yang dikatakan kembali tanpa salah dalam Percobaan I atau Percobaan II.
8
PROSEDUR & INSTRUKSI pertanyaan

5. Rentangan Angka → Angka ke Belakang “Sekarang saya akan mengatakan beberapa angka lagi, tetapi
● Bila jawaban salah atau tidak mengerti, berikan jawaban sekarang bilamana saya selesai saya ingin saudara menirukan dari
yang benar `9-1-7` dan contoh yang lain dengan belakang. Misalnya kalau saya mengatakan 7-1-9, bagaimana
saudara harus menirukannya”
mengatakan `ingat, saudara harus mengatakan dari
Contoh Soal :
belakang 3-4-8`
● Bila berhasil menjawab, lanjutkan dengan tes percobaan I Rangkaian Percobaan I Percobaan II
pada rangkaian 3 angka. (2) 2-4 5-8
● Namun bila gagal dalam contoh kedua, mulai dengan
(3) 6-2-9 4-1-5
percobaan I pada rangkaian 2.
● Bila berhasil pada contoh, tapi gagal pada kedua percobaan (4) 3-2-7-9 4-9-6-8

rangkaian 3 angka, berikan soal rangkaian 2 angka, dan (5) 1-5-2-8-6 6-1-8-4-3
hentikan tes.
(6) 5-3-9-4-1-8 7-2-4-8-5-6
● Tes berhenti bila gagal dalam semua percobaan pada
(7) 8-1-2-9-3-6-5 4-7-3-9-1-2-8
rangkaian yang sama
(8) 9-4-3-7-6-2-5-8 7-2-8-1-9-6-5-3
Nilai Tertinggi = 8
NILAI – NILAI adalah jumlah angka yang terpanjang dalam rangkaian yang berhasil
ditirukan ke belakang tanpa salah dalam Percobaan I atau Percobaan II.
40
PROSEDUR & INSTRUKSI pertanyaan
6. Perbendaharaan Kata Contoh Soal :
● Mulai dengan kata ke-4 (kemarau) bagi kemampuan verbal normal, bila
kecakapan verbal tampak di bawah rata-rata, mulai dengan kata ke-1 1. Tempat Tidur
(tempat tidur). 2. Perahu
● Bila kata-kata ke 4 sampai 8 ada yang gagal, berikan kata-kata ke-1,2,3 3. Sen
Mulai 4. Kemarau
dan beri nilai, kemudian lanjutkan tes.
● Bila subjek agak cerdas pertanyaan boleh dilakukan secara formal 5. Reparasi
dengan mengucapkan kata-kata secara jelas setelah melewati kata- 6. Santap
kata ke-3 dan ke-4. 7. Tekstil
● Boleh minta penjelasan bila kata-kata sulit dimengerti. 8. Irisan
● Tes berhenti sesudah gagal 5 kali berturut-turut : bila kata 1,2,3 9. Bergabung
diberikan hentikan bila terdapat 5 kegagalan berturut-turut pada soal
manapun. Nilai Tertinggi = 80
NILAI – masing-masing soal ke 1 - 3 dinilai 2 atau 0; tiap-tiap
● Skor nilai tertinggi 80, nilai soal 1,2,3 antara 2-0, nilai soal sisanya
soal sisanya dinilai 2, 1, atau 0.
antara di tambah 6 angka bila soal 1,2,3 tidak diberikan. Nilai 6 angka untuk subjek yang kepadanya tidak diberikan soal
ke-1 sampai ke-3.
10 pola &
PROSEDUR & INSTRUKSI angka 1 - 10
7. Simbol Angka
● Tempatkan tes di depan subjek dan dengan menunjuk kepada kunci, katakan :
“Lihat pada kotak-kotak ini. Ingat bahwa masing-masing kotak mempunyai angka di sebelah atas dan tanda di sebelah
bawah. Tiap-tiap angka mempunyai tanda yang berbeda-beda. Sekarang lihat ini : (dengan menunjuk contoh) dimana
kotak-kotak di atas mempunyai angka-angka tetapi kotak-kotak dibawah tidak ada tanda-tandanya. Saudara harus
mengisi tiap-tiap kotak ini dengan tanda yang harus di isikan pada tempatnya, seperti ini. (tunjuk kuncinya kemudian
contohnya). Ini adalah 2, sehingga saudara harus mengisikan tanda ini. Ini adalah 3, sehingga saudara harus mengisikan
tanda ini”
● Tulislah ketiga simbol sebagai demonstrasi dan berikan pensil pada subjek untuk mengerjakan tujuh soal sisanya dalam contoh.
Tunjuk garis yang memisahkan contoh dengan tes dan katakan “sekarang kerjakan angka-angka itu sampai garis ini.“
● Bila subjek tidak mengerti, beri bantuan sampai sepuluh soal contoh diselesaikan.
● Setealah demonstrasi dan latihan, tunjuk kotak pertama sesudah contoh dan katakan “Nah.. bilamana saya katakan untuk
mulai, mulailah disini dan isi sebanyak mungkin kotak itu tanpa dilewati. Siap…Mulai…”
● Bilamana subjek telah melewati kotak-kotak atau hanya mengerjakan suatu macam angka, katakan “Kerjakan berturut-turut
dan jangan ada yang dilewati”
Skoring ⇒ Nilai 1 angka untuk tiap angka yang benar, nilai ½ untuk simbol angka
yang terbalik. 10 soal contoh tidak dihitung, niali tertinggi 90.

Batas waktu 90 detik dan pencatatan waktu dilakukan dengan teliti pada tes ini.
21
PROSEDUR & INSTRUKSI gambar

8. Melengkapi Gambar
● Katakan sebelum mulai memperlihatkan gambar pertama “Saya akan menunjukkan kepada saudara beberapa gambar yang
ada bagian penting yang hilang“
● Mulai dengan kartu 1 dan tunjukkan, katakan : “Nah lihatlah gambar ini bagian penting apa yang hilang“
● Bila jawaban benar, lanjutkan dengan soal-soal berikutnya, katakan “Nah, apa yang hilang pada gambar ini ?”
● Bila gagal, boleh diperjelas jawabannya dari soal ke-1 sampai soal ke-3 saja.
● Terkadang jawaban yang diberikan menunjuk pada hal yang tidak penting, tapi boleh ditanyakan “Ya, tetapi bagian penting
mana yang hilang?” (hanya berlaku untuk soal ke-1 saja).
● Jawaban dinyatakan benar bila mampu menyebut bagian yang hilang secara verbal maupun menunjuk bagian yang hilang dengan
tepat.

Skoring ⇒ Skor nilai tertinggi 21 dengan memberikan nilai 1


untuk tiap jawaban yang benar

Batas waktu tiap soal 20


9
PROSEDUR & INSTRUKSI Buah balok
9. Rancangan Balok
● Rancangan Balok I (60’’)
● Ambil 4 balok, dan katakan “Periksalah balok-balok ini. Semuanya sama. Pada beberapa sisinya semuanya merah ;
pada sisi-sisi yang lain semuanya putih ; dan pada sisi-sisi lainnya lagi, separuh merah dan separuh putih.”
● Bolak-balik balok tersebut, lalu katakan “Saya akan mengumpulkan balok-balok ini untuk membuat suatu rancangan.
Periksalah!”.
● Atur balok sesuai rancangan tanpa memperlihatkan kartu I pada subjek
● Letakkan model utuh di depan subjek, berikan 4 balok lain, dan katakan “Nah, buatlah lainnya seperti ini.”
● Rancangan Balok II (60’’)
● Aduk lagi balok tersebut, dan katakan “Sekarang kita akan mengatur balok ini sesuai dengan gambar ini. Periksa
saja.”
● Tunjukkan kartu rancangan 2, buat rancangan dengan pelan, lalu campur balok, suruh subjek membuat. Katakan “Nah,
lihatlah gambar ini dan dan buatlah satu, tepat seperti ini dengan balok-balok ini. Kerjakan dan katakan bila
saudara telah selesai.”
PROSEDUR & INSTRUKSI
9. Rancangan Balok (lanjutan)
● Rancangan 3-10 Balok ( 60`` untuk 3-6 dan 120`` untuk 7-10) :
● Taruh kartu untuk rancangannya dan 4 balok depan subjek. Katakan “Nah, buatlah seperti ini. Katakan kepada saya
kalau saudara telah selesai.”
● Saat rancangan ke-7 beri 5 balok lainnya, dan katakan “Nah, buatlah satu seperti ini, dengan menggunakan sembilan
balok. Jangan lupa memberitahu saya kalau saudara telah selesai.”
● Pada rangkaian ke-10, subjek tidak diperbolehkan membalik kartu untuk memperoleh dasar yang rata. Beri nilai separuh,
bila reproduksi rancangan ini diputar tiak lebih dari 45 derajat.

Skoring ⇒ Skor nilai tertinggi 48 dengan memberikan nilai


● untuk rancangan 1-2 :
1. 4 angka untuk percobaan pertama
2. 2 angka untuk percobaan kedua
● untuk rancangan 3-6 : 4 angka
● untuk rancangan 7-10 : 6 angka
PROSEDUR & INSTRUKSI 8 Soal

10. Mengatur Gambar


● Mulai dengan kartu SARANG diurutkan sesuai dengan kode
angkanya dan disusun menghadap subjek dibaca mulai dari kiri
ke kanan subjek. Katakan : “gambar-gambar ini
menceritakan seekor burung membuat sarang tetapi kartu-
kartu itu tidak dalam urutan-urutan yang benar. Aturlah
dalam urutan-urutan yang benar sehingga mereka
menceritakan suatu cerita.”
● Bila benar, skor nilai 4 dan lanjutkan dengan soal berikutnya
“saya mempunyai gambar-gambar lainnya untuk saudara
atur. Dalam tiap-tiap hal, kartu-kartu itu tercampur dan
saudara harus mengaturnya dalam urutan-urutan yang Skoring ⇒ Skor nilai tertinggi 36 dengan memberikan nilai
● untuk rancangan 1 & 2 :
benar sehingga mereka membuat suatu cerita.”
1. 4 angka untuk percobaan pertama
● Buat soal rangkaian dari ke-3 hingga ke-8, berikan kartu dalam 2. 2 angka untuk percobaan kedua
urutan-urutan yang tertera, katakan “Nah, coba rangkaian ini, ● untuk rancangan 3-8 : 4 angka bila benar dan masih dalam
batas waktu
Atur kartu-kartu ini dalam urutan yang tepat dan beritahu
saya bila sudah selesai.”
Batas waktu 60 detik untuk rancangan 1 - 6, dan 120 detik untuk rancangan 7 & 8
4 soal/objek berbentuk
PROSEDUR & INSTRUKSI potongan

11. Merakit Objek


● Berikan kepada semua subjek dengan urutan : orang-orangan, wajah, telapak tangan dan gajah. Atur potongan-potongan dari
tiap-tiap soal seperti ditunjukkan dalam diagram. Beri tiap pengaturan dari, pandangan subjek.
● Bilamana potongan-potongan orang-orangan sudah diletakkan, katakan : “bila potongan-potongan ini diatur dengan benar,
akan terbentuk sesuatu. Kerjakan secepat-cepatnya.”
● Letakkan potongan-potongan untuk soal- soal lainnya dalam urutan-urutan sesuai dengan diagram yang bersangkutan, katakan
dalam tiap-tiap hal : “atur ini secepat-cepatnya.” Jangan biarkan subjek melihat gambar-gambar objek yang lengkap tercetak.
● Nilai 1 angka untuk tiap penjajaran yang benar dalam batas waktu (sambungan untuk dinilai ditunjukkan dengan tanda X pada
diagram pada buku pegangan).
● Beri nilai untuk penjajaran yang benar, sekalipun tampak seperti penjajaran sebagian. Misal ; bila dua potongan telinga dihimpun
diluar wajah diberi nilai 1 angka ; bila ditempatkan dalam gambar diperoleh 3 angka.

Skoring ⇒ Skor nilai tertinggi 44


hadiah diberikan jika jawaban telah benar
Kelebihan & Kekurangan

Kelebihan
● Dapat mengetahui fungsi kognitif individu,
● Membantu penialaian variabel kepribadian melalui interaksi dengan tester dan gaya bahasa dalam merespon tiap subtes.
● Keberadaan tester membantu dalam menjelaskan prosedur dan memberi instruksi kepada testee
● Tersedianya suasana lingkungan kondusif yang telah dikondisikan oleh tester

Kekurangan
● Kemungkinan subyektifitas scoring pada item-item pemahaman, persamaan dan perbendaharaan kata,
● Ruang lingkup terbatas, hanya pada yang bisa diukur dan tidak menilai factor penting seperti kebutuhan untuk
berprestasi, motivasi, keberhasilan dalam berhubungan dengan orang lain atau berkreativitas
● Adanya human error saat scoring data
● Adanya faktor yg dapat membuat klien merasa tidak fokus atau tidak nyaman saat mengikuti tes.
Kesimpulan
WAIS
● Test Wechsler mula-mula diterbitkan pada tahun 1939 dengan nama Wechsler–Bellevue Intelligence Scale (W-
B) dan revisinya diterbitkan tahun 1955 dengan nama Wechsler Adult Intelligence Scale (WAIS).
● Tes Wechsler Adult Intelligence Scale (WAIS) adalah skala inteligensi Wechsler yang standar untuk mengukur
potensi inteligensi subyek dewasa usia 16 sampai 75 tahun atau lebih, yang penyajiannya secara individual.
● Untuk bisa menyajikan tes WAIS ini dengan baik, tester harus memahami dan melakukan petunjuk-petunjuk
dalam manual tes ini dengan seksama dan teliti.
● Seperti dalam segala tes psikologis, penyajian WAIS secara layak meminta tester mampu menyelenggarakan
dengan baik, bahan-bahan yang teratur, ruangan testing yang sesuai, dan waktu yang cukup. Tester harus
seorang yang terlatih secara khusus dalam testing perseorangan pada umumnya maupun dalam menyajikan
WAIS pada khususnya.
● WAIS mengukur dua aspek kemampuan potensial subyek yaitu aspek Verbal dan aspek Performance. Yang
masing-masing memiliki prosedur dan skoring yang berbeda-beda.
● Seperti tes kebanyakan, WAIS memiliki kelebihan seperti membantu penialaian variabel kepribadian melalui
interaksi dengan tester dan gaya bahasa dalam merespon tiap subtes. Dan kekurangan seperti adanya human
error saat skoring data
Referensi

https://slidetodoc.com/prosedur-standard-tes-wais-tes-ini-harus-disajikan/

https://slideplayer.info/slide/3282993/

https://www.psikoma.com/sekilas-mengenai-wais-wechsler-adult-intelligence-scale/

https://repository.usd.ac.id/29304/2/089114069_Full%5B1%5D.pdf

http://psikologi.fk.unsyiah.ac.id/uploads/1/cceeb4396a-modul-praktikum-psikologi.pdf

http://www.konsultanpsikologijakarta.com/tes-inteligensi/

https://mahasiswa.yai.ac.id/v5/data_mhs/tugas/1824090157/02Nila%20Fachrilia%20(1824090157).
pdf
Rent

https://www.psychologymania.com/2011/07/tes-wechsler-adult-intelligence-scale.html
~ TERIMA KASIH ~
Kelompok 2
Alzenna Sulistiya Gathi (10520089)
Cheysya Novajelita (10520238)
Karina Souw (10520525)
Topik Pembahasan

Hal Berkaitan
Aspek yang diukur, instruksi tes,
01 Sejarah PAPI Kostick 04 contoh lembar tes, kelebihan dan
kekurangan tes

02 Tujuan PAPI Kostick 05 Kesimpulan

Prosedur dan Administrasi


03 Cara pemberian tes, waktu tes, 06 Daftar Pustaka
individual tes atau klasikal
01
Sejarah PAPI
Kostick
Sejarah PAPI Kostick

1960-an 1980-an 1980

DIBUAT VERSI SWEDIA DIPERKENALKAN


PERTAMA KALI DIPERKENALKAN DI INDONESIA
Di Indonesia diperkenalkan
Oleh Guru Besar Psikologi Versi ini diperkenalkan pada
sekitar tahun 1980 dan
Industri dari Massachusetts, tahun 1997 dengan versi
berkembang dengan cepat
Amerika, yang bernama Dr. ipsative (PAPI-I) dan
menjelang akhir 1990-an yang
Max Martin Kostick normative (PAPI-N).
berbentuk Self report inventory
Tujuan PAPI
02
Kostick
Tujuan PAPI Kostick

Tes PAPI Kostick bertujuan untuk mengukur aspek psikologis serta untuk
mengevaluasi perilaku dan gaya kerja seseorang di tempat kerja. Psikotes PAPI
Kostick menjabarkan kepribadian dalam 20 aspek yang masing-masing
mewakili pengukuran kebutuhan dan pengukuran sikap di tempat kerja
Prosedur dan
03
Administrasi
Cara pemberian tes, waktu tes, individual tes atau
klasikal
Waktu Tes Pelaksanaan Tes
Tidak ada batasan waktu Tester membagikan 1 buku soal dan lembar
jawaban pada testee. Tester meminta testee
mengisi kolom identitas pada kolom yang tersedia
Individual Test/Klasikal pada lembar jawaban. Tester memberikan
Individual instruksi tata cara pelaksanaan Tes Papi Kostick
pada testee. Kemudian testee diberi kesempatan
Materi Tes bertanya pada tester. Jika tidak ada pertanyaan,
tester memberikan instruksi untuk mulai
1. Buku soal Papi Costick’s Test mengerjakan Tes Papi Kostick sambil
2. 1 lembar Jawaban Papi Costick’s Test mengaktifkan stopwatch. Setelah tes selesai,
3. 1 Lembar psikogram Papi Costick’s test
testee diminta mengecek kembali jawabannya dan
4. 1 Buku norma Papi Costick’s Test
cara menjawabnya.
04
Hal Berkaitan
Aspek yang diukur, instruksi tes, contoh lembar tes,
kelebihan dan kekurangan tes
Aspek yang Diukur

Skala Kebutuhan Skala Peran

(A) Need to Achieve: Kebutuhan berprestasi (C) Organized Type: Peran mengatur

(B) Need to Belong to Group: Kebutuhan (D) Attention to Detail: Peran bekerja dengan
diterima dalam kelompok hal rinci

(F) Need to Support Authority: Kebutuhan (E) Emotional Restraint: Peran pengendalian
membantu atasan emosi

(K) Need to be Forceful: Kebutuhan untuk (G) Role of the Hard Worker: Peran pekerja
agresif keras

(I) Ease in Decision Making: Peran membuat


(N) Need to Finish a Task
keputusan
Aspek yang Diukur

Skala Kebutuhan Skala Peran

(O) Need for Closeness and Affection :


(L) Leadership role : Peran sebagai pemimpin
Kebutuhan kedekatan dan kasih sayang

(P) Need to Control Others : Kebutuhan untuk


(R) Theoritical Type : Peran orang yang teoritis
mengendalikan orang lain

(W) Need for Rules and Supervision :


(S) Social Harmonizing : Peran hubungan sosial
Kebutuhan taat aturan dan pengarahan

(X) Need to be Noticed : Kebutuhan untuk


(T) Work Pace : Peran sibuk
diperhatikan

(Z) Need for Change : Kebutuhan untuk


(V) Virgorous Type : Peran penuh semangat
berubah
Aspek yang Diukur
Dari skala kebutuhan dan skala peranan di atas dikelompokkan menjadi 7
klasifikasi:

1. Arah kerja (Work Direction) : A, G ,N


2. Kepemimpinan (Leadership) : I, L, P
3. Aktivitas kerja (Activity) : T, V
4. Relasi Sosial (Social Nature) : B, O, S, X
5. Gaya kerja (Work Style) : C, D, R
6. Sifat temperamen (Temperament) : E, K, Z
7. Posisi atasan-bawahan (Followership) : F, W
Instruksi Tes
1. Ada 90 pasang pernyataan, pilihlah salah satu dari setiap pasangan pernyataan tersebut
yang Anda anggap paling dekat menggambarkan diri saudara. Bila tidak satupun dari
sebuah pasangan pernyataan yang cocok, pilihlah yang saudara anggap benar.

2. Lingkarilah tanda panah pada setiap pernyataan yang saudara pilih pada lembar

jawaban yang tersedia.

Contoh soal :

1. a) Saya adalah pekerja keras

b) Saya tidak mudah murung


Contoh Lembar Tes
3. Dalam hal ini, Anda diminta untuk melingkari tanda anak panah “a” (Horizontal), jika
pernyataan “a” merupakan gambaran diri Anda. Tetapi jika pernyataan “b” (diagonal) lebih
sesuai dengan diri anda, maka lingkarilah tanda anak panah pada pernyataan “b”.

4. Kerjakanlah secepat mungkin dan pilihlah hanya satu pernyataan dari tiap pasang
Prosedur Skoring
1. Menghitung skor “peran”
2. Menuliskan jumlah skor pada masing – masing kotak skor dibawah huruf G, L, I, T, V, S, R, D, C, E
yang telah tersedia pada lembar jawab.
3. Menghitung jumlah skor pada seluruh kotak skor peran secara horizontal, dan jumlah skor harus 45.
4. Menghitung skor “kebutuhan”
5. Menjumlahkan jumlah skor pada masing – masing kotak dibawah huruf N, A, P, X, B, O, Z, K, F, W
yang telah tersedia pada lembar jawaban.
6. Menghitung jumlah skor pada seluruh kotak skor kebutuhan secara vertikal, dan jumlah skor harus
45.
7. Memindahkan setiap skor pada lembar jawaban ke lembar skoring sesuai dengan setiap huruf pada
aspek “peran” dan “kebutuhan” dengan cara melingkari angka di dalam lingkaran.
8. Membuat garis penghubung antara angka yang satu dengan angka lainnya sehingga terbentuklah
sebuah diagram pada lembar psikogram yang telah tersedia.
Contoh Penskoran Tes Papi Kostick
Norma Alat Tes
Norma Alat Tes
Kelebihan Tes PAPI Kostick
1. Sangat sulit untuk peserta melakukan faking/manipulasi.
2. Sangat berguna untuk evaluasi karyawan karena menggambarkan administration styles dan
dapat digunakan 2 orang atau lebih untuk mengetahui hubungan atasan bawahan dan
mengembangkan solusi interpersonal.
3. Laporan hasil tes disampaikan dalam bentuk visual (berupa cakram).
4. Hasil analisa menghasilkan dinamika kepribadian seseorang yang telah dipengaruhi situasi
kerja sekitarnya, yang merupakan gambaran kepribadian keseluruhan dan tidak terpisah
-pisah, serta menjadi satu dinamika kepribadian yang utuh.
5. Mengukur personality traits, tes ini juga mengukur psychological needs.

Kekurangan Tes PAPI Kostick


Cara pengskoringnya butuh ketelitian serta kejelian. Ada kemungkinan orang bosan
mengerjakan, karena adanya pernyataan yang di ulang – ulang. Lembar jawaban sedikit
membingungkan.
05
Kesimpulan
Kesimpulan

Tes PAPI Kostick ini sangat cocok digunakan


HRD untuk diterapkan dalam perusahaan
karena tes ini dapat mengetahui hubungan
atasan-bawahan, informasi profil individu dari
segi kepribadian ataupun pekerjaan, serta
mengembangkan solusi interpersonal. Hasil
analisa tes ini menghasilkan dinamika
kepribadian yang dikaitkan dengan situasi
sekitarnya dan tes ini didasarkan pada
kategorisasi.
Daftar Pustaka

● http://psikologi.fk.unsyiah.ac.id/uploads/1/cceeb4396a-modul-praktikum-psikologi.pdf
● Cemani, D. P., Soebroto, A. A., & Wicaksono, S. A. (2013). Sistem Pakar Tes Kepribadian PAPI Kostick untuk
Seleksi dan Penempatan Tenaga Kerja. MATICS.
● Hesty, F., & Damiri, D. J. (2016). Rancang Bangun Aplikasi Sistem Cerdas Penilaian Kepemimpinan Berdasarkan
Test PAPI Kostick. Jurnal Algoritma, 13(1), 122-128.
● https://www.psychologymania.com/2011/07/tes-papi-kostick-perseptual-and.html
● https://www.psikologimultitalent.com/2015/10/pengertian-dan-metode-tes-papi-kostick.html
● Jumadyono, S. (2015). Sistem Informasi Tes Kepribadian untuk Seleksi dan Penempatan Tenaga Kerja pada
Perusahaan. Journal of Information and Technology, 03(01), 109-113.
FEELING ALONE VS BEING ALONE
ALTERNATIVE RESOURCES
KRAEPELIN
TEST
Kelompok 3 Psikodiagnostik

1. 10520055 ALFA AZZAH NABILAH


2. 10520554 LANGIT TAHTA WIDODO
3. 10520939 SALSABILLA PERTIWI
Materi

01 Sejarah tes 04 Prosedur dan Administrasi


Tes

02 Tujuan Tes 05 Kesimpulan

03 Aspek - aspek 06 Daftar Pustaka


01

01 02

Sejarah 03

Tes 04

Kraepelin 05

06
Tokoh 01
Emil Kraepelin (1856-1926) adalah seorang psikiater
asal Jerman yang terkenal dengan penggolongannya
mengenai gangguan kejiwaan manusia. Tokoh yang 02
pertama kali menggunakan metode psikologi dalam
pemeriksaan psikiatri. 03

Emil Kraepelin berpendapat bahwa penyebab penyakit 04


kejiwaan bukan terletak pada jiwa seseorang, melainkan
disebabkan oleh faktor kebutuhannya seperti kelainan di 05
otak, kelainan metabolisme, gangguan pada
kelenjar-kelenjar, atau faktor-faktor bawaan.
06
Ia menggunakan tes psikologi untuk mengetahui adanya
kelainan kejiwaan, salah satunya ia menciptakan Tes
Kraepelin
Tes Kraepelin 01

02

Tes Kraepelin adalah bagian dari tes psikologis


03
yang diciptakan oleh seorang Psikiater bernama
Emilie Kraepelin. Awalnya tes ini digunakan 04
untuk mengetahui definisi mental seseorang,
05
lalu Richard Pauli mengembangkannya untuk
mendiagnosa kemampuan kerja, hasil 06
pengembangannya disebut Tes Pauli.
Tes Kraepelin 01

02

Tes Kraepelin dibuat 03


pada abad ke-19 di
Jerman. Tes yang 04
berisikan angka - angka
ini mulai digunakan di 05

Indonesia pada tahun


06
1900-an.
01

02 02

03

Tujuan Tes 04

Kraepelin 05

06
Tujuan
01
Secara umum, tes kraepelin bertujuan untuk 3. Aspek Emosi
mengukur level atensi seseorang dalam jangka Tes kraepelin ini akan mengukur
waktu tertentu. 02
bagaimana pengendalian emosi
individu saat mengerjakan
1. Aspek Daya Tahan 03
ditekan oleh tugas.
Pada tes kraepelin, diminta untuk melakukan
perjumlahan dalam waktu yang singkat.
4. Aspek Penyesuaian Diri
Waktu yang singkat ini, akan mengukur bagaimana 04
Mengukur sejauh mana individu
daya tahan dan konsistensi dalam mengerjakan
dapat beradaptasi terhadap
tugas dengan waktu terbatas.
tugas yang diberikan. 05
2. Aspek Kemauan
Waktu yang terbatas juga digunakan untuk 5. Aspek Stabilitas Diri
Tes kraepelin ini terdiri atas 06
mengukur bagaimana motivasi dalam mengerjakan
sebuah tugas. beberapa tingkatan yang
Hal ini, terutama tugas-tugas yang berhubungan digunakan untuk mengukur
dengan angka, pola perhitungan, dan operasi tingkat stabilitas diri dalam
matematika. mengerjakan tugas.
01

03 02

03

Prosedur dan 04

Administrasi 05

Tes 06
Cara Pemberian Tes 01

1. Membagikan lembar soal kepada testee


02
2. testee diminta mengisi identitas pribadi secara lengkap pada tempatnya
dihalaman depan dan tidak diperkenankan membuka lembaran tes sebelum 03
diperintahkan.
04
3. Pada saat testee mengisi identitas, diperkenankan mengutip contoh soal tes
Kraepelin di papan tulis sebagai gambaran dalam pengerjaan. 05
4. Intruksi. Dalam tes ini akan tertera kolom-kolom dari angka-angka pada
06
soal. Tugas testee adalah :
Cara Pemberian Tes 01

a) Menjumlahkan tiap-tiap dengan satu angka di atasnya dan penjumlahan


02
dimulai dari bawah ke atas.
b) Dari hasil penjumlahan, testee hanya menuliskan angka satuannya saja. 03
Misalnya penjumlahan 5 dan 9 adalah 14, maka yang ditulis cukup angka 4-nya
04
saja. Angka satuan ditulis di sebalah kanan, tepat di antara kedua angka yang
dijumlahkan. 05
c) Bila testee membuat kesalahan dalam menjumlahkan atau menulis, misalnya
06
seharusnya 9 kemudian ditulis 6, maka testee tidak perlu menghapus angka
yang salah itu. Testee hanya perlu mencoret angka yang salah dan menulis
angka yang benar disampingnya.
Cara Pemberian Tes 01

d) Setiap beberapa saat akan terdengar bunyi ketukan yang berarti waktu
02
penghitungan dan penulisan di kolom pertama dihentikan kemudian
dilanjutkan ke kolom sebelahnya. Penulisan kolom yang lain dilakukan pula 03
dari bawah ke atas.
04
e) Dalam pengerjaannya, sangat diperlukan teknik pekerjaan secepat dan
seteliti mungkin. 05

06
Waktu Tes 01

Waktu keseluruhan yang diperlukan kurang lebih 20 menit.


02
Perinciannya adalah pengisian identitas subyek 4 menit, instruksi
2 menit, latihan 1 menit, dan mengerjakan soal 12,5 menit. Setiap 03
deret diberi waktu 15 detik, dan setiap 15 detik terdapat aba-aba
04
untuk segera pindah mengerjakan deret yang berikutnya, hingga
50 kali pindah deret. Sedangkan tes Kraepelin versi UI, setiap 05
deret diberi waktu 30 detik, dan setiap 30 detik terdapat
06
aba-aba untuk segera pindah mengerjakan deret yang berikutnya
sampai 45 kali pindah deret.
Tes Individual Dan Klasikal 01

02
Tes individual biasanya digunakan untuk
asesmen individual mendalam, misal: klien 03
klinis, pasien rumah sakit.
Contoh tes individual: TAT, Ro, WB, 04
WAIS, WISC, dsb.
05
Tes klasikal biasanya digunakan untuk
seleksi karyawan,seleksi siswa, untuk
tujuan riset, sreening, dsb. 06
Contoh tes klasikal: IST, EPPS, RMIB,
TKD, CFIT, dsb.
01

04 02

03

Aspek-Aspek 04

05

06
Aspek yang Diukur 01

Tekanan skoring dan interpretasi mendasari hasil tes dengan objektif,


02
bukan pada arti proyektifnya.

Dari hasil perhitungan objektif, diperoleh 4 hal: 03

1. Speedy factor 04
2. Accuracy factor
3. Rithme factor 05
4. Ausdeur factor
06
Tes kraepelin dapat dipakai untuk menentukan performance type
seseorang, contohnya
Menentukan Performance Type 01

02
a. hasil penjumlahan angka yang terlalu rendah dapat mengindikasikan
gejala depresi mental, 03

b. banyak salah hitung, dapat mengindikasikan adanya distraksi mental,


04

c. penurunan grafik yang tajam dapat mengindikasikan epilepsi atau hilang


ingatan sewaktu tes, dan 05

d. rentang grafik yang sangat besar antara puncak tertinggi dan terendah 06
dapat mengindikasikan adanya gangguan emosional.
Kelebihan Tes Kraepelin 01

02
1. Tidak terpengaruh budaya, karena tes berupa deret angka
03
2. Test tidak memperdulikan penguasaan bahasa, sehingga mudah
dilaksanakan 04

3. Dapat mengetahui performance seseorang (kecepatan, ketelitian, 05


keajegan, dan
4. ketahanan)
06
Kekurangan Tes Kraepelin 01

02

03
1. Tes ini membutuhkan konsentrasi yang tinggi, sehingga akan menguras
banyak energi.
04
2. Banyak memakan biaya, karena lembaran item- item test harus
sebanyak jumlah pengikut test. 05

06
01

02

03

Thanks! 04

05

06
CREDITS: This presentation template was created by
Slidesgo, including icon by Flaticon, and infographics
& images from Freepik

Please keep this slide for attribution


Resources 01

● https://www.psikologimultitalent.com/2016/03/konsep-tes-kraeplin-administra 02
si.html
● https://www.slideshare.net/QttieQnnaIttuucumaaQiqie/psikotes-29831868
03
● https://www.gurupendidikan.co.id/kraepelin-test/
● https://babab.net/artikel/penemu-tes-kraepelin-yaitu-emil-kraepelin-wikipedi
a-172em.html 04
● https://cerdika.com/tes-kraepelin/
05

06
CFIT
(Culture Fair Intelligence Test)
2PA01
Kelompok 3:
Nadia Nabila Fatma (10520701)
Shaakira Zalfa (10520971)
Vivi Ayu Pramitasari (11520084)
Definisi
Tes intelegensi merupakan suatu tes yang mengungkap kecerdasan
individu.

Jadi, CFIT atau Culture Fair Intelligence Test merupakan tes intelegensi
yang banyak digunakan dalam dunia pendidikan atau kerja yang
dirancang dengan meminimalisir pengaruh kecakapan verbal, kondisi
budaya dan tingkat pendidikan.
Sejarah
Raymond Bernard Cattell (20 Maret 1905 s/d 2 Februari 1998)
seorang psikolog Inggris dan Amerika yang dikenal untuk
eksplorasinya banyak wilayah di psikologi. Selama 92 tahun, Catttel
telah menerbitkan lebih dari 50 buku, 500 artikel dan lebih dari 30
alat tes terstandar.
Meskipun Cattell paling dikenal untuk mengidentifikasi dimensi kepribadian, ia juga
mempelajari dimensi dasar domain lainnya: kecerdasan, motivasi, dan minat
kejuruan.

Cattell berteori adanya kecerdasan fluid cristalized untuk menjelaskan kemampuan


kognitif manusia, kemudian mengembangkan tes yang adil budaya (culture fair)
karena Cattel melihat perbedaan kebudayaan dapat mempengaruhi hasil tes.
sehingga menciptakan Culture Fair Intelligence Test (CFIT).
Tujuan
Tujuan dari tes ini adalah untuk mengukur intelegensi individu dalam suatu
cara yang direncanakan untuk mengurangi pengaruh kecakapan verbal, iklim
budaya, dan tingkat pendidikan. (Cattel, dalam Kumara, 1989).

CFIT ini dimaksudkan untuk mengukur kemampuan umum (General Ability)


atau di sebut G-Factor. Meminimalkan pengaruh tidak relevan pembelajaran
budaya dan iklim sosial sehingga menghasilkan pemisahan yang jelas antara
kemampuan alami dan pembelajaran spesifik.

Menurut teori kemampuan yang dikemukakan Raymond B. Cattell. CFIT ini


betujuan untuk mengukur Flud Ability seseorang, yaitu kemampuan kognitif
seseorang yang bersifat herediter. Kemampuan kognitif ini di dalam
perkembangan individu akan mempengaruhi kemampuan kognitif lainnya
yaitu Cristalized Ability.
Skala dalam CFIT

01 03

Skala 1 Skala 3
02

Skala 2
Skala 1
● Usia 4-8 tahun dan penderita retardasi mental
● Tidak terdiri atas Form A & B
● Terdiri atas 1 formulir 8 subtest Tes Item Waktu

Substitution 12 3 menit

Classification 12 2 menit

Mazes 12 2 ½ menit

Selecting Named Object 12 2 ½ menit

Following Directions 12 4 menit

Wrong Pictures 12 2 ½ menit

Riddles 12 3 ½ menit

Similarities 12 2 menit
Skala 2
● Usia 8-14 tahun dan dewasa dengan tingkat kecerdasan normal
● Terdiri atas Form A & B (2 Formulir isian)
● Setiap formulir terdiri atas 4 sub tes

Tes Item Waktu

Series 12 3 menit

Clasification 14 4 menit

Matrices 12 3 menit

Topology 8 2 ½ menit
Skala 3
● Usia > 14 tahun dan dewasa dengan tingkat kecerdasan tinggi (superior)
● Terdiri atas Form A & B (2 Formulir isian)
● Setiap formulir terdiri atas 4 sub tes

Tes Item Waktu

Series 13 3 menit

Clasification 14 4 menit

Matrices 13 3 menit

Topology 10 2 ½ menit
Aspek-aspek yang Diukur

Subtes 1 Subtes 3
Subtes 2 Subtes 4

Sistematika Berpikir Asosiasi

Ketajaman Diferensiasi Pemahaman Konsep


Instruktur tes CFIT Skala 3
● Sub-tes 1 Series. Di sebelah atas, terdapat
sederet kotak yang berisi urutan gambar.
Namun, kotak terakhir belum ada isinya.
Tugas dari sub-tes ini adalah mengisi kotak
yang kosong dengan gambar yang sesuai,
yang bisa dipilih dari enam pilihan jawaban
yang tersedia, yaitu A, B, C, D, E, dan F.
Perlu diingat bahwa gambar-gambar pada
soal memiliki pola tertentu sehingga untuk
mengisinya, perlu mengetahui pola dari
urutan gambar tersebut.
● Sub-tes 2 Clasification. Pada setiap soal,
peserta diminta untuk menemukan 5 buah
gambar yang disusun secara berdampingan.
Tugasnya adalah menemukan 2 gambar yang
tepat yang memiliki karakteristik yang sama.
3 gambar lainnya berfungsi sebagai
pengecoh, sehingga berhati- hatilah dalam
menentukan pilihan.
● Sub-tes 3 Matrices. Di bagian sebelah
kiri, terdapat sebuah kotak besar, yang
di dalamnya terdapat kotak-kotak kecil.
Di dalam kotak besar terdapat kotak
kecil berisi berbagai gambar. Perhatikan
bahwa bagian sebelah kanan bawah
masih kosong. Tugasnya adalah
melengkapi bagian kosong tersebut
dengan salah satu dari 5 pilihan
jawaban di sebelah kanan (A, B, C, D, E,
dan F).
● Sub-tes 4 Topology Perhatikan contoh
soal. Terdapat kotak yang berisikan
gambar dan mempunyai titik hitam tebal.
Tugasnya adalah mencari gambar yang
mempunyai titik hitam, dimana titik
hitam tersebut berada pada 2 gambar
sekaligus.
Kelebihan dan Kekurangan Tes CFIT
Kelebihan Kekurangan

1. Tes ini melatih kecepatan dan ketepatan dalam 1. Manipulasi dalam pengerjaan masih beresiko
pengerjaannya tinggi
2. Pelaksanaan penyajian dan penyekoran yang 2. Masih rentan dengan kerusakan sistem
sangat mudah dan penggunaan waktu tes 3. Masih sulit untuk dimengerti
yang relatif ekonomis 4. Kurang sebandingnya waktu pengerjaan setiap
3. Proses pemeriksaan dapat langsung subtest dengan soal yang cukup sulit
menemukan hasil karna telah diprogram oleh
sistem
4. Menghemat penggunaan kertas dalam
pengerjaan
Prosedur dan Administrasi Tes CFIT

Individual Tes atau Klasikal Cara Pemberian Tes

Pada Skala 1, harus 1. Tes terdapat pada suatu buku soal


dilaksanakan secara individual. 2. Disediakan lembar jawaban untuk
menjawab
Pada Skala 2 & 3, merupakan 3. Gunakan pensil atau ballpoint
tes Intelegensi Kelompok, 4. Terdiri dari 4 subtest,
berbeda dalam hal tingkat masing-masing memiliki waktu
kesulitannya. pengerjaan sendiri
Waktu Tes
Waktu yang ditentukan untuk seluruh penyajian bentuk tes membutuhkan waktu sekitar 20-40 menit, tergantung pada
daya paham kelompok atau subjek. Test CFIT memiliki 4 subtest.

1. Subtest pertama memiliki 3 soal sebagai contoh bagaimana pengerjaannya dan 13 soal untuk dikerjakan sendiri
oleh peserta. Pada subtest pertama waktu yang diberikan untuk mengerjakan adalah 3 menit, sedangkan untuk
instruksi waktu yang diberikan adalah 5 menit.

2. Pada subtest kedua terdapat 3 soal sebagai contoh dan 14 soal untuk dikerjakan oleh peserta. Pada subtest
kedua waktu yang diberikan adalah 4 menit, sedangkan untuk instruksi waktu adalah 5 menit.

3. Pada subtest ketiga terdapat 3 soal sebagai contoh dan 13 soal untuk dikerjakan peserta. Diberi waktu 3 menit
untuk mengerjakan soal dan 5 menit untuk memberikan instruksi.

4. Pada subtest keempat terdapat 3 soal sebagai contoh dan 10 soal untuk dikerjakan peserta. Waktu untuk
pengerjaan soal 2,5 menit dan untuk instruksi adalah 5 menit.
Skoring
Skoring tes CFIT dilakukan dengan menjumlahkan
semua jawaban benar pada sub test 1, 2, 3, dan 4 b. Hasil Tes
lalu jawaban benar dikalikan 1. Jumlah jawaban benar pada subtest pertama = 6
Jumlah jawaban benar pada subtest kedua = 6
Contoh: Jumlah jawaban benar pada subtest ketiga = 6
a. Identitas Jumlah jawaban benar pada subtest keempat = 4
Nama : Lukman
Nim : 11740085 Rumus mencari RS=Jumlah Jawaban Benar x 1
Jenis Kelamin : Laki-laki = ( 6+6+6+4 ) x 1 = 22 x 1 = 22
Tanggal Tes : 12-10-2021 Maka, total Raw Score (RS) user adalah 22.
Tanggal Lahir : 24-05-2001
Umur : 20 Tahun
Kemudian RS (Raw Score) dicocokkan dengan umur responden, baru
kemudian pada tabel klasifikasi dapat diketahui klasifikasi IQ.
Kesimpulan

-CFIT merupakan tes intelegensi yang dilakukan dengan meminimalisir pengaruh


pendidikan dan budaya sehingga dihasilkan kemampuan alami.
-CFIT terdiri dari 3 skala dengan subtes, waktu pengerjaan, dan tingkat kesulitan
yang berbeda.
-Skala 1 merupakan tes individual sedangkan skala 2&3 adalah tes kelompok
(klasikal)
-Skala 3 yang paling umum digunakan.
-Penyajian tes dan waktu yang digunakan relatif mudah dan ekonomis, namun
terkadang tes masih sulit dipahami responden.
Daftar Pustaka
Gregory, R. J. (2013) Tes Psikologi Sejarah, Prinsip, dan Aplikasi (Edisi Keenam). Jakarta: Penerbit
Erlangga.
Nurhardini, D. (2017). Studi pendahuluan: Uji validitas konstruk Culture Fair Intelegency Test (CFIT)
dengan menggunakan metode Confirmatory Factor Analysis (CFA) di Pusdikbang SDM Perum
Perhutani Madiun (Doctoral dissertation, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim). Diakses
dari http://etheses.uin-malang.ac.id/9352/
Saptoto, R. (2012). Perbedaan waktu pemberian jawaban dan hasil tes inteligensi ditinjau dari perbedaan
lembar jawaban. Jurnal Psikologi UGM, 39(2), 220-230. DOI: 10.22146/jpsi.6988
Saputra, I. A., Widians, J. A., & Rosmasari, R. (2017). Aplikasi sistem pakar skoring tes IQ dengan alat
CFIT berbasis desktop. Prosiding SAKTI (Seminar Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi), 2(1),
146-151. Diakses dari http://e-journals.unmul.ac.id/index.php/SAKTI/article/view/252
Job Seeker. Aspek-aspke yang Diukur Tes CFIT. Diakses pada November, 03, 2021, dari
https://jobseeker.id/post/view/10002-aspek-aspek-yang-diukur-tes-cfit.html
Konsultan Psikologi. Culture Fair Intelligence Scale (CFIT). Diakses pada November, 04, 2021, dari
http://www.konsultanpsikologijakarta.com/culture-fair-intelligence-scale-cfit/
Thank You
2PA01

Advanced Progressive
Matrices
1. Adella Nur Shabrina (10520008)
2. Azha Earlyanda Amien (10520202)
3. Rania Hana Nabila (10520843)
PEMBAHASAN
01 02
Pengenalan Hal-hal yang berkaitan
dengan tes APM
Sejarah, pengantar dan tujuan
Aspek yang diukur, instruksi tes, contoh
dan cara pemberian tes

04 03
Kesimpulan Administrasi tes
Waktu tes, sajian tes (individual dan
klasikal), serta kelebihan dan
kekurangan
01.
Pengenalan
Sejarah, pengantar dan tujuan
John Carlyle
Raven
Lahir di London, 28 Juni 1902. Ia
mempunyai ketertarikan pada psikologi
perkembangan di masa early age. Ia
menciptakan alat tes RPM pada tahun 1936.
Sejarah Raven’s Progressive Matrices

Alat tes psikologi ini diciptakan oleh J.C Raven pada


tahun 1936. Tes ini mula-mula dikembangkan di Inggris,
digunakan untuk merekrut dan menyeleksi calon
tentara untuk melengkapi tes seperti Army Alpha test,
Army Beta Test, dan sebagainnya. Tes ini disebut
sebagai Culture Fair.

Raven Matriks digunakan untuk mengukur inteligensi


umum dengan berdasar teori Sperman:
● General Factor (inteligensi umum)
● Special Factor (kemampuan spesifik)
Pembagian Tes

Raven’s Progressive
Matrices

Standard Progressive Coloured Progressive Advanced Progressive


Matrices (SPM) Matrices (CPM) Matrices (APM)

Tes ini dapat digunakan Tes ini digunakan untuk anak Tes ini ditujukan untuk yang
untuk segala usia, rentang usia 5-11 tahun, individu yang berusia diatas 15 tahun dan
6-65 tahun. mengalmi kesulitan belajar, dan individu yang memiliki kapasitas
orang lanjut usia. intelektual di atas rata-rata.
Tes kecerdasan terstandarisasi yang
berisi objek–objek visual, masalah
analogi geometris di mana salah satu
figure geometri tersebut hilang dan figure
tersebut harus dipilih dari pilihan jawaban
yang telah diberikan.

APM
Alat tes non verbal yang digunakan untuk Tes ini terdiri dari 2 set dimana set
mengukur kemampuan dalam hal pengertian pertama berjumlah 12 soal, sedangkan
dan melihat hubungan-hubungan bagian set kedua terdiri 36 soal.
gambar yang tersaji, serta mengembangkan
pola fikir yang sistematis.

Rancangan soal mirip dengan SPM yang


tidak berwarna. Tes ini paling sulit
dibandingkan progressive matrices
lainnya.
Tujuan

Educative Ability
● Untuk mengungkap kemampuan kemampuan untuk berpikir
efisiensi intelektual. jernih tentang ide-ide yang
● Untuk mengatur tingkat intelegensi kompleks.
yang bertujuan analisis klinis.
● Untuk menggolongkan tingkat
kecerdasan umum dari seseorang.
● Untuk mengukur kemampuan Reproductive Ability
berpikir dan kecerdasan umum yang
terdiri dari dua komponen yaitu: kemampuan untuk
menyimpan dan mengingat
informasi.
Hal-hal yang Berkaitan dengan Tes APM

Aspek yang diukur, instruksi tes, contoh dan cara


pemberian tes

02.
Aspek yang Diukur

Daya Abstraksi Berpikir Logis/Menalar Berpikir Sistematis


kemampuan menangkap, kemampuan untuk menarik kemampuan untuk
membayangkan, dan kesimpulan yang sah menurut mengerjakan suatu tugas
menganalisa suatu hal yang logika dan dapat membuktikan sesuai dengan urutan,
ditangkap indera kita secara bahwa kesimpulan itu benar tahapan, atau perencanaan
abstrak. sesuai dengan pengetahuan yang tepat, efektif dan
sebelumnya. efisien.

Kecepatan dan Ketelitian Konsentrasi


Kemampuan untuk memberi atensi
Kemampuan untuk menangkap,
atau perhatian terhadap suatu hal
mengolah informasi dengan cepat
dalam suatu waktu dengan baik.
dan teliti.
Contoh Lembar Tes APM

INSTRUKSI
Tes APM terdiri dari 2 set berbentuk
non-verbal (buku tes) dan tercetak
hitam-putih.
● Set I berisikan 12 butir soal,
sedangkan set II berisikan 36
butir soal.
● Umumnya, peserta tes diberi
waktu 5 menit untuk set I dan
40 menit untuk set II, atau
secara keseluruhan 40 menit.
● Kedua set memiliki tipe/pola
soal yang sama.
● Secara bertahap, soal-soal
menjadi lebih sukar.
Contoh Lembar Tes APM

INSTRUKSI

● Pada lembar tes, terdapat


beberapa bidang berpola
(sebagai soal).
● Di mana pada salah satunya,
terdapat bidang yang
kosong.
● Di bawahnya disajikan 8
gambar bidang berpola.
● Peserta bertugas untuk
mencari mana yang cocok
dari ke 8 bidang tersebut
untuk mengisi bidang yang
kosong pada soal.
Contoh Lembar Tes APM

● Pada lembar tes, terdapat


beberapa bidang berpola
(sebagai soal).
● Di mana pada salah satunya,
terdapat bidang yang
kosong.
● Di bawahnya disajikan 8
gambar bidang berpola.
● Peserta bertugas untuk
mencari mana yang cocok
dari ke 8 bidang tersebut
untuk mengisi bidang yang
kosong pada soal.

Buku Set I Tes Raven APM - TEA ediciones


Contoh Lembar Tes APM

● Pada lembar tes, terdapat


beberapa bidang berpola
(sebagai soal).
● Di mana pada salah satunya,
terdapat bidang yang
kosong.
● Di bawahnya disajikan 8
gambar bidang berpola.
● Peserta bertugas untuk
mencari mana yang cocok
dari ke 8 bidang tersebut
untuk mengisi bidang yang
kosong pada soal.

Buku Set I Tes Raven APM - TEA ediciones


Administrasi Tes
Waktu tes, sajian tes (individual dan klasikal), kelebihan dan
kekurangannya

03.
Administrasi Tes

Waktu Tes Sajian tes


● Untuk pemberian petunjuk, Tes APM dapat disajikan secara
pengisian lembar jawaban 5 individual maupun secara
menit. klasikal. Dalam hal penyajian
● Untuk set I APM waktu tes 5 secara klasikal, harap di
menit. perhatikan jumlah testi yang
● Untuk set II APM membutuhkan ditangani oleh seorang tester.
waktu 40 menit.

● Tes Individual: Tes yang hanya dapat diberikan secara


orang per orang, tidak dapat diberikan secara kelompok.
● Tes Klasikal: Tes yang bisa diberikan secara bersama
terhadap lebih dari satu orang.
Kelebihan dan Kekurangan

Kekurangan
● Meskipun akurat, tetapi hasil yang
diperoleh oleh peserta hanya dapat
mewakili kondisi peserta pada saat itu
Kelebihan saja (tidak jangka panjang/selamanya)
● Dibutuhkan ketepatan, konsentrasi, dan
● Mengungkapkan efisiensi kemampuan
ketenangan, sehingga faktor lain seperti
intelektual.
fisik (sakit atau kelelahan) dan
● Membedakan secara jelas antarindividu
lingkungan juga dapat mempengaruhi
yang kemampuan intelektual lebih dari
hasil tes.
normal hingga superior.
● Mengetahui kemampuan individu dalam
berpikir kompleks, menyimpan dan
memproduksi informasi.
● Tipe soal yang berulang-ulang pada tes
dapat sebagai bagian dari latihan.
Kesimpulan

Alat tes APM ini Untuk mengukur kemampuan berpikir


dan kecerdasan umum yang terdiri dari dua
komponen yaitu:
1. Educative Ability, kemampuan untuk berpikir
jernih tentang ide-ide yang kompleks.
2. Reproductive Ability, kemampuan untuk
menyimpan dan mengingat informasi.

Tes APM berisikan 48 soal, yang terdiri dari 2 set dan


bentuknya nonverbal dengan total waktu selama 50
menit.
Daftar Pustaka
Fahri & Ghossan, S. (2019). Rancangan Aplikasi Sistem Informasi Psikologi. Ghossan.
Diambil 17 Oktober, 2021, dari http://ghossanblog.blogspot.com/2019/01/.

Habibah, N. (2018). Tes Intelegensi. Diambil 17 Oktober, 2021, dari


https://psikologi.umsida.ac.id/wp-content/uploads/2021/03/E-MODUL-
INTELEGENSI.pdf.

Tim Aplikasi Evolusi. (t.). Jenis-jenis Psikotes: Raven Progressive Matrices.


IKUTPSIKOTES. Diambil 17 Oktober, 2021, dari
https://ikutpsikotes.com/jenis-tes-psikotes/raven.

Universitas Padjajaran. 2014. PSIKODIAGNOSTIKA I TES KECERDASAN : Raven’s


Progressive Matrices. Diambil 24 Oktober 2021, dari
https://www.studocu.com/id/document/universitas-
padjadjaran/pengantar-psikodiagnostika/makalah-ravens-progressive-
matrices-class-b/6108517.
Terima
Kasih
Jika ada pertanyaan atau tanggapan, dipersilakan..
TES RORSCHACH
PSIKODIAGNOSTIKA

Here starts
the lesson!
ANGGOTA KELOMPOK 6

1. ANGGIE MONICA
(10520130)
2. NADINE AISYA SHAKIRA
(10520707)
3. QIKAN ARADEA PUTRI
(10520804)
Review of Concepts

Sejarah Prosedur dan


Tes Rorschach 01 04 Administrasi tes
• Cara pemberian tes
Tujuan
Tes Rorschach 02 •

Waktu tes
Individual/klasikal
tes
Alat Tes Rorschach


Aspek yang diukur
Instruksi tes
03 05 Kesimpulan
Contoh lembar tes
06

• Kelebihan dan Daftar Pustaka
kekurangan tes
01
SEJARAH
SEJARAH SINGKAT
TES RORSCHACH
• Pertama kali diciptakan oleh • Tes Rorschach adalah metode
psikolog asal Swiss bernama yang menyuruh pasien melihat
Herman Rorschach yang bercak tinta secara acak di
dipublikasikan pada 1921 kertas dan menjelaskan apa yang
bersamaan dengan dilihat.
dipublikasikannya monograph • Tes ini terus berkembang
Psychodiagnostik. popularitasnya, bahkan dalam
• Alat tes ini merupakan hasil survei tahun 1995 terhadap
kerja 10 taun riset dan psikolog klinis, 82% pernah
eksplorasinya. menggunakan teknik ini.
• Terpilihlah 10 kartu dari
ribuan bercak percobaan
02
TUJUAN
Tujuan dari tes Rorschach antara lain:

• Tes Rorschah adalah suatu alat bantu diagnostik


untuk mencari pengertian tingkah laku manusia baik
yang normal maupun abnormal.
• Tes Rorschach merupakan cara menganalisa gangguan
kepribadian seseorang dengan menggunakan teknik
proyeksi.
• Beberapa psikolog menggunakan tes Rorschach untuk
mengetahui karakter dan emosional seseorang.
03
Alat Tes
Rorschach
Aspek yang diukur Aspek afektif/emosi
dalam Tes Rorschach • Sifat emosi secara umum
• Perasaan terhadap diri
sendiri
• Responsiveness terhadap
Aspek kognitif/intelektual lingkungan dan orang lain
• Reaksi terhadap tekanan
• Status dan fungsi emosi
intelegensi • Pengendalian terhadap
• Manner of approach dorongan emosional
• Kemampuan mengobservasi
Keaslian dalam berpikir

• Produktivitas
Aspek fungsi ego
• Variasi minat • Ego strength
• Area konflik
• Defenses
Instruksi Tes Contoh instruksi:

Rorschach “Saya akan menunjukan kepada saudara


beberapa gambar. Gambar-gambar ini
sebenarnya terbuat dari percikan
Instruksi yang harus disampaikan tinta yang kemudian dilipat sehingga
tester kepada subyek menghasilkan gambar-gambar yang
simetris (sama sisi kiri dan kanan)
● Bagaimana kartu ini seperti yang akan saudara lihat
nanti. Saya akan menunjukkan sepuluh
mula-mula terbentuk
kartu bergambar. Saya akan berikan
● Subyek akan ditunjukan satu persatu gambar-gambar tersebut.
10 kartu secara Saya ingin agar saudara
bergantian menyebutkan/menyatakan apa saja yang
bisa saudara lihat dari gambar
● Tugas yang harus tersebut sesegera mungkin atau
dilakukan subyek secara spontan Tidak ada jawaban
yang salah. Semuanya benar, jadi
● Jaminan tidak ada jangan takut mengutarakan
jawaban yang salah jawaban/respon.”
Contoh Lembar Tes Rorscach

5 buah kartu
akromatik, kartu
yang hanya
berwarna hitam–
putih

5 buah kartu
kromatik, kartu
yang berwarna-
warni/berwarna
cerah
Kartu I Respon yang bisa muncul:

● Kebanyakan orang
mereaksi bentuk
keseluruhan gambar,
yaitu berupa binatang
bersayap misal :
kelelawar, dsb.

● Pada orang-orang yang


lebih imajinatif,
biasanya bisa melihat
sesuatu dengan banyak
Kartu ini keseluruhan berwarna cara, misal: figur
hitam keabu-abuan dan terdapat wanita sedang bergerak.
4 “white-space”
Kartu II
Respon yang bisa muncul:

● Figur-figur manusia
maupun hewan bisa
terlihat pada area hitam
dan seringkali figur
hewan juga terlihat
dalam bentuk bergerak,
misal: gajah.

● Bagian putih di tengah


biasanya terlihat
Seakan-akan terdiri dari 2 bagian: sebagai pesawat.
area hitam keabu-abuan yang
dihubungkan oleh bercak-bercak
merah yang tampak jelas.
Kartu III
Respon yang bisa muncul:

● Menggunakan area hitam


biasanya melihat figur
manusia yang bergerak.

● Menggunakan area merah


di tengah biasanya
tampak seperti kupu-kupu
atau dasi kupu-kupu.
Kartu ini terdiri dari area yang hitam
keabuan dan ada area merah di
tengah, serta 2 area merah di atas.
Kartu IV
Respon yang bisa muncul:

● Mewakili hal yang


berkaitan dengan
power/kekuatan, seperti
monster, raksasa,
gorila.

● Hutan lebat dengan


gunung-gunung dan danau-
danau.

Terdiri dari area yang berwarna hitam


keabu-abuan dan sangat kaya akan
unsur shading di responnya.
Kartu V
Respon yang bisa muncul:

● Merangsang respon secara


keseluruhan sebagai,
binatang bersayap,
misal: kelelawar atau
kupu-kupu.

● Dalam bentuk detail,


bagian samping tampak,
seperti kepala binatang
atau tungkai manusia.
Dianggap sebagai kartu paling
mudah, karena bentuk yang jelas
dan warna hitam keseluruhan.
Kartu VI
Respon yang bisa muncul:

● Respon-respon yang
mengandung unsur
shading-shading yang ada
pada kartu ini misal:
permadani berbulu.

● Respon yang sering


muncul, yaitu patung
keramat, tiang lentera.
Dikenal sebagai kartu seks karena
bagian atas kartu seringkali
diinterpretasikan sebagai simbol
phallic.
Kartu VII
Respon yang bisa muncul:

● Dianggap sensitive
terhadap hal-hal yang
halus, misal: kapas.

● 2 bagian gambar di atas,


sering direspon sebagai
sosok wanita atau anak-
anak.

● Respon yang lainnya,


yaitu awan, asap, dan
Sebagai kartu akromatik, kartu ini peta.
punya warna hitam yang paling
terang/ringan.
Kartu VIII Respon yang bisa muncul:

● Bagian pinggir sering


dikesankan sebagai
gambar binatang yang
sedang bergerak, misal:
tupai memanjat pohon,
dsb.

● Selain secara terpisah,


maka respon secara
keseluruhan biasanya
dikesankan sebagai:
Berwarna secara keseluruhan
dengan penyebaran warna yang lencana.
terpisah-pisah.
Kartu IX
Respon yang bisa muncul:

● Bagian atas: tukang


sihir (wanita)

● Area pink bawah: kepala


manusia

● Apabila gambar dibalik


akan terlihat seperti
letusan gunung
Dianggap sebagai kartu tersulit
karena bagian-bagiannya tidak
terpisah dan warna-warna yang
ada bercampur.
Kartu X
Respon yang bisa muncul:

1. Secara bagian
• Ulat/ular hijau
(area hijau bawah)
• Kepiting (area biru
samping)

2. Secara keseluruhan
• Palet pelukis yang
penuh warna
• Pemandangan bawah
air
Kartu yang paling ramai
sifatnya (penuh warna-warni)
Kelebihan Kekurangan

Mengetahui kepribadian
tersembunyi seseorang
Hasil persepsi subyek Validitas Tes
terhadap gambar pada kartu-
kartu Rorschach mengungkap
Rorschach masih
private world sering dipertanyakan
Beberapa psikolog mengkritik
Mengetahui fantasi bahwa tes ini kurang sesuai
prosedur standar dan metode
atau imajinasi penilaian yang diterapkan
masih kurang konsisten.
yang timbul dalam pikiran
seseorang serta interaksinya
dengan lingkungan
04
Prosedur dan
Administrasi Tes
Rorschach
Administrasi tes dimaksudkan untuk memenuhi standardisasi situasi pelaksanaan
tes sehingga tester dapat memperhatikan respon-respon yang diberikan testee,
mengingat stimulus tes, yang berupa gambar bercak tinta, bersifat ambigius, dan
tidak terstruktur. Stimulus seperti ini mampu mengungkap kepribadian hanya jika
suasana tes terkontrol

Sebelum melaksanakan tes, seorang tester harus melakukan persiapan dengan


cara memperhatikan hal-hal yang bisa mempengaruhi proses pelaksanaan tes.
1. Setting ruangan
2. Memperhatikan hubungan testee dengan tester
3. Upayakan semua kondisi
4. Mengecek kondisi testee saat pemeriksaan
5. Anamnesis
6. Pemeriksaan
7. Wawancara penutup
Tahap Pelaksanaan Tes
Rorschach
Tahap III : Analogy
Tahap I : Performance Proper (Free
Association Procedure Tahap ini sering disebut juga
dengan “ follow-up inquiry “.
Tahap ini dimaksudkan untuk Tahap ini tidak selalu harus
memperoleh jawaban testee secara dilakukan seperti tahap I dan II,
spontan dalam suasana yang sangat melainkan hanya dilakukan
permisif dan tidak terstruktur. pada kondisi tertentu

Tahap II: Inquiry Tahap IV: Testing-the-limits

Tahap ini merupakan proses untuk Testing the limits merupakan prosedur yang
memperjelas/meyakinkan tester dilakukan untuk menguji apakah testee pada
tentang pemikiran yang mendasari dasarnya mampu memproduksi respon dengan
respon testee pada tahan performance konsep tertentu, mampu menggunakan lokasi
proper agar dapat dilakukan scoring tertentu, dan mampu menggunakan
yang akurat terhadap respon testee. determinan
Kesimpulan
Tes Rorschach adalah tes psikologi yang meminta
subjek untuk menulis atau menyebutkan gambar-gambar
berupa bercak tinta, dan kemudian dianalisis dengan
menggunakan interpretasi psikologis, algoritme
kompleks, atau keduanya yang digunakan beberapa
psikolog untuk mengetahui karakter dan emosional
seseorang.

Kartu Rorschach terdiri dari 10 buah kartu dan


masing-masing kartu Rorschach memiliki karakteristik
yang mewakili aspek kepribadian yang bisa diungkap.
Daftar Pustaka
Allen, R.M. 1968. Student’s Rorschach Manual. International Unievrsity Press

Klopfer, B. Davidson, H. 1962. The Rorschach Tehcnique, An Introductory Manual. New


York:Burlingame

Nastiti, Dwi. (2017). Buku Ajar Tes Psikologi Rorschach (Pengantar dan Manual Pengguna).
Sidoarjo: UMSIDA Press

Setyowati, Nicky. (2017). Apa yang dimaksud dengan Tes Rorschach atau Rorschach
Experiments? Diakses pada 5 November 2021, dari https://www.dictio.id/t/apa-yang-dimaksud-
dengan-tes-rorschach-atau-rorschach-experiments/4390

Puji, Aprinda. (2021). Tes Rorschach, Evaluasi Psikologis dengan Menggunakan Kartu
Bertinta. Diakses pada 5 November 2021, dari https://hellosehat.com/mental/roschach-test/
Tes Pauli
Kelompok 7
Kelas 2PA01

Ashaqnavariza Wahyudi (10520175)


Kania Giriliani (10520520)
Raissa Malya Daffa Kamilah (10520838)
Topik-Topik yang Akan Dibahas

Sejarah Tes Pauli Tujuan Tes Pauli

Hal-hal yang berkaitan Prosedur dan


dengan alat tes administrasi tes
Aspek alat yang diukur, Cara pemberian tes,
instruksi tes, contoh lembar waktu tes, dan jenis tes
kerja tes, kelebihan dan
kekurangan tes
01.
Sejarah Tes Pauli
Sejarah
Teori Pauli merupakan tes yang dikembangkan oleh
Prof. Dr. Richard Pauli dari hasil penyempurnaan dari
tes Kraepelin yang disusun oleh Emil Kraepelin.
Pada awalnya Emil Kraepelin seorang psikiater akhir
abad 19 menciptakan alat tes kraepelin sebagai alat
bantu untuk mendiagnosis gangguan otak yaitu
alzheimer dan demensia. Pada tahun 1938 Richard
Pauli bersama Wilhelm Arnold serta Van method
memperbaharui tes Kraepelin yang menghasilkan tes
pauli. Ia menghubungkan metode eksperimental dengan
karakterologi modern, sehingga tes Pauli dapat
dibandingkan dengan tes kepribadian. Tes Pauli
diciptakan dengan Mengacu pada teori konvergensi
dari William Stern bahwa Kepribadian sesungguhnya
terbentuk dari bakat dan lingkungan.
Tes ini diciptakan juga sebagai simulasi karena
merupakan simulasi dari lingkungan. Meskipun tes
Pauli banyak mengukur sikap kerja namun tes Pauli
tetap digolongkan tes kepribadian karena unsur yang
paling kuat dalam tes Pauli adalah kemauan. Mau
merupakan unsur dari watak, karakter atau kepribadian
seseorang. Dan masalah kepribadian tidak lain adalah
merupakan masalah dinamika motif. Prinsip utama dari
tes Pauli adalah tiap manusia itu mampu belajar dan
berlatih. Dalam tes Pauli yang dilihat adalah hasil
karyanya yaitu : Performance = ability x motivation.
02.
Tujuan Tes Pauli
Tes Pauli bertujuan untuk melihat hasil kerja yang dipengaruhi oleh:
daya tahan, ketekunan, dan ketelitian. Hasil kerja merupakan fungsi
dari motivasi dan kemampuan. Kemampuan sendiri merupakan
kekuatan tindakan yang responsif berupa gerakan motorik, kegiatan
intelektual, pengendalian diri secara umum, dan kemampuan untuk
membedakan hal yang penting. Penyelidikan yang dapat dilakukan
melalui tes Pauli jauh lebih spesifik ketimbang Kraeplin. Tes ini dapat
mengungkap berbagai aspek sikap kerja seperti prestasi atau
produktivitas kerja, ketelitian, kontrol diri atau introspeksi diri,
fluktuasi kerja atau stabilitas emosi, pengerahan energi, kesiapan
kerja atau inisiatif, penyesuaian kerja, dan perencanaan kerja.
03.
Hal-Hal yang
Berkaitan dengan
Tes Pauli
Aspek-Aspek yang Diukur Pada Tes Pauli

1 2 3

Energi Psikis (Jml) Ketelitian dan Kehati-hatian (Sa)


Tanggungjawab (Be)
mengungkap besarnya menunjukkan adanya sikap hati-
menunjukkan adanya
potensi energi kerja terutama hati dan kemantapan kerja
kesediaan bertanggungjawab,
ketika dibawah tekanan terhadap pengaruh tekanan
teliti dan kepedulian
4 5 6
Pengendalian Dorongan Vitalitas dan
Perasaan (Si) Berprestasi (Ti) Perencanaan (TP)
menunjukkan adanya menunjukkan ambisi untuk
menggambarkan kemampuan
ketenangan, penyesuaian berprestasi serta untuk mengarahkan diri dan
diri dan keseimbangan mengembangkan diri. mengatur kemampuan kerja
Aspek Kepribadian yang Diukur Pada Tes Pauli

Keuletan Aspek Kemauan Aspek Penyesuaian Diri

Emosi Stabilitas
Persiapan Sebelum Tes Pauli

1 Lembar Tes Pauli 4 Stopwatch

2
2 Meja yang rata
5 Papan Tulis

Pencahayaan,
3 2 Pensil HB
6 Ventilasi, dan
ruangan yang tenang
Instruksi Tes Pauli
● Ambillah lembar tersebut dan isilah dengan pulpen: nomor pemeriksaan,
nama, tanggal lahir dan tgl pemeriksaan, dan jam
● Letakkan alat tulis saudara dan perhatikan ke depan
● Kita lihat lembar tes ini penuh tercetak angka-angka demikian juga dengan
halaman sebaliknya (ditunjukkan lembar tes)
● Tugas saudara adalah sangat sederhana, yaitu menjumlahkan setiap angka
dengan angka di bawahnya dan hasilnya harus dituliskan di sebelah kanan
di antara kedua angka yang saudara jumlahkan itu. Angka puluhan tidak
perlu ditulis (berikan contoh di papan tulis)
Instruksi Tes Pauli
● Karena yang dijumlahkan adalah setiap angka dengan angka di
bawahnya, maka apabila saudara sampai pada angka terakhir pada lajur,
maka angka tersebut tidak perlu dijumlahkan dengan angka pertama
pada lajur berikutnya
● Pada saat saudara menjumlahkan angka-angka ini, pada waktu-waktu
tertentu akan terdengar aba-aba “garis”. Pada setiap aba-aba “garis”,
maka saudara harus memberi garis di bawah angka hasil penjumlahan
terakhir yang pada waktu itu sedang saudara tulis, dan meneruskan
penjumlahan saudara sampai terdengar aba-aba “berhenti”
● Apabila saudara sampai pada akhir halaman, segera balikkan pada
halaman baliknya (contohkan).
Instruksi Tes Pauli
● Jika saudara sampai pada akhir halaman dua, sedangkan aba-aba berhenti
belum ada, saya akan berikan lembar yang kedua
● Kembalikan lembar tes tersebut pada posisi semula, sekarang saudara
menghadapi halaman pertama. Untuk pekerjaan ini sebaiknya jangan ada
benda-benda yang menghalangi di meja saudara, dan aturlah cara duduk
saudara agar merasa nyaman.
● Akan ada pertanyaan seperti “Apakah ada pertanyaan?”. Jika tidak ada, sekali
lagi kami ingatkan untuk melakukan pekerjaan ini secepat-cepatnya
● Waktu tes adalah 60 menit, 3 menit setiap aba-aba “garis” (harus ada 20 garis)
● Langsung dimulai.
Contoh Lembar
Tes Pauli

Source: Pinterest
Kelebihan Tes Pauli

1. Adanya situasi kebersamaan, sehingga rasa malu dan


takut berkurang dan tercipta situasi kompetisi untuk
mencapai prestasi
2. Kurangnya pengaruh dari pengetahuan, persiapan,
tingkat pendidikan, jenis kelamin, dan penyimpangan
kelainan jiwa
Kekurangan Tes Pauli

1. Membutuhkan waktu yang cukup lama


2. Tes tidak cocok untuk testi yang tidak bisa berhitung
3. Membutuhkan konsentrasi yang tinggi, sehingga
menguras banyak energi
04.
Prosedur dan
Administrasi Tes
Cara Pemberian Tes

1. Bagikan lembar tes kepada peserta

2. Perhatikan lembar tes, apakah terdapat kerusakan pada lembar tes seperti

terdapat angka yang kurang jelas atau lajur yang terpotong

3. Peserta diminta untuk mengisi identitas pribadi secara lengkap

4. Peserta memperhatikan instruksi yang diberikan oleh tester

5. Proses pengerjaan dilakukan secara vertikal dari atas ke bawah. Hasil

penjumlahan ditulis di sebelah kanan di antara kedua angka tersebut. Jika

hasil penjumlahan berupa puluhan angka, cukup ditulis angka terakhir saja.
Cara Pemberian Tes
1. Setiap tiga menit sekali, akan ada aba-aba “garis”. Peserta diminta untuk

membuat garis di bawah hasil penjumlahan dan bisa langsung

melanjutkan pengerjaan

2. Jika sudah sampai di angka terakhir pada lajur, maka angka tersebut tidak

perlu dijumlahkan dengan angka pertama pada lajur berikutnya

3. Jika sudah selesai pada akhir halaman, segera balikkan lembar tes pada

halaman berikutnya

4. Jika peserta mendengar aba-aba “berhenti”, kembalikan lembar tes

tersebut pada posisi semula, letakkan alat tulis dan kumpulkan lembar tes
Waktu Tes Jenis Tes

Durasi waktu untuk Tes Pauli


sekitar 60 menit, dengan Berdasarkan jumlah peserta,
kurun waktu per 3 menit Tes Pauli dikategorikan
setiap aba-aba “garis”. Jadi, sebagai jenis tes klasikal
semuanya ada 20 kurun
waktu.
Skoring
● Hal yang harus dipersiapkan : pensil, ballpoint tinta merah, hijau, dan biru (yang

ujungnya runcing), kalkulator, penggaris Pauli, dan penggaris biasa.

● Hal yang diperhatikan pada waktu skoring adalah :

1. Lajur yang dilongkap, jika ada dicoret dengan tinta merah

2. Cek jumlah garis, garis harus berjumlah 20 buah

3. Cek kesalahan, jika ada kesalahan dalam penjumlahan beri tanda “silang” dengan

tinta warna merah

4. Cek pembetulan, jika ada beri tanda “+” dengan tinta warna hijau

5. Cek penjumlahan yang terlewat, jika ada beri tanda “<” dengan tinta warna biru
Memindahkan Hasil Penjumlahan

Hasil penjumlahan dipindahkan pada tabel 1 yang ada di paling bawah pada Pauli
gram, terdiri dari 20 kolom dan 4 baris. Kolom berjumlah 20 untuk memindahkan
kinerja per “garis”. Baris terdiri dari 4 bagian, baris pertama untuk angka sisa, baris
kedua untuk angka kelipatan 50 (50,100,150), baris ketiga untuk angka hasil
penjumlahan, dan baris keempat untuk angka jumlah prestasi pada setiap
“garisnya”.

Jika sudah memindahkan hasil penjumlahan, kemudian menghitung jumlah


kinerja keseluruhan (20 garis), menghitung rata-ratanya, mencari prestasi
terendah (r) dan prestasi tertinggi (t).
Membuat Grafik

Untuk membuat titik ordinat grafik harus memperhatikan prestasi terendah, bila prestasi
di bawah 50 dimulai dari titik nol, bila diatas 50 sampai dengan dibawah 100 dimulai dari
titik 50, dan bila di atas 100 sampai dengan di bawah 150 dimulai dari titik 100. Kemudian
dapat dibuat garis grafik yang terdiri dari tiga garis yaitu : garis asli (garis pensil), garis
perata 1 (warna biru) dan garis perata 2 (warna merah).

● Garis asli dibuat dengan melihat prestasi pada setiap 3 menitnya (pada setiap “garis”)
● Garis perata 1 dibuat dengan melihat garis asli yang bersimpangan dengan garis
yang berjarak di antara 1 dengan 2, antara 3 dengan 4, dst.
● Garis perata 2 dibuat dengan melihat garis perata 1 yang bersimpangan dengan
garis yang bertanda (!), yang berada diantara 2 dengan 3, antara 6 dengan 7, dst.
Mengisi Tabel ke-2

Tabel ke-2 berada pada bagian paling atas lembar Pauli gram, berisi mengenai
jumlah prestasi, kesalahan, pembetulan, penyimpangan, tinggi, dan puncak. Cara
pengisiannya dengan memperhatikan tabel di bawah ini.
Jumlah Salah Dibetulkan Penyimpangan Tinggi Puncak

>3000 0,0 – 0,5% 0,0 – 0,7% 2,6 - 3 47 - 58 16 - 18

2350-3000 0,6 – 1,5% 0,7 - 2% 3,1 - 4 36 - 46 13 - 15

<2350 > 1,5% > 2% < 2,6 > 4 < 36 > 58 >13 > 18
Rumus Perhitungan Pauli

● Menghitung Jumlah Prestasi : (lajur yang terisi penuh × 50) + sisa – lajur
yang terlewat
● Menghitung Persentase Kesalahan :
% Kesalahan = (Jumlah kesalahan)/(Prestasi∗) ×100%
● Menghitung Persentase Pembetulan :
% Pembetulan = (Jumlah pembetulan)/(Prestasi∗) ×100
● Menghitung Persentase Penyimpangan :
% Penyimpangan = (Rata-rata penyimpangan)/(Rata-rata prestasi)
×100%
Rumus Perhitungan Pauli

● Menghitung Tinggi : Nilai tertinggi – Nilai terendah


● Menghitung Hasil Awal : jumlah prestasi pada 3 menit pertama
● Menghitung Penurunan Awal : Hasil awal – Hasil terendah
sebelum kurun waktu ke 6
● Menghitung Puncak : Posisi nilai tertinggi
● Menghitung Titik Terendah : Posisi nilai terendah
Kesimpulan
● Tes Pauli merupakan penyempurnaan dari tes Kraepelin yang
disusun oleh Emil Kraepelin, yakni menggunakan metode
berhitung untuk melihat kurva kerja testi.
● Pada tahun 1938 Prof. Dr. Richard Pauli bersama Dr. Wilhelm
Arnold serta Prof. Dr. Van method memperbaharui tes Kraepelin,
sehingga dapat meningkatkan suatu “check method” yang
digunakan untuk mendapat data kepribadian.
● Prinsip utama dari tes Pauli adalah tiap manusia itu mampu
belajar dan berlatih.
Kesimpulan
● Dalam tes Pauli yang dilihat adalah hasil karyanya yaitu:
Performance = ability x motivation
● Tes Pauli bertujuan untuk melihat hasil kerja yang dipengaruhi
oleh daya tahan, ketekunan, dan ketelitian
● Tes ini dapat mengungkap berbagai aspek sikap kerja seperti
prestasi atau produktivitas kerja, ketelitian, kontrol diri atau
introspeksi diri, fluktuasi kerja atau stabilitas emosi, pengerahan
energi, kesiapan kerja atau inisiatif, penyesuaian kerja, dan
perencanaan kerja.
Kesimpulan
● Aspek-aspek yang diukur pada tes Pauli adalah energi psikis,
ketelitian dan tanggung jawab, kehati-hatian, pengendalian
perasaan, dorongan berprestasi, vitalitas dan perencanaan.
● Aspek kepribadian yang diukur Tes Pauli adalah keuletan, aspek
kemauan, aspek penyesuaian diri, emosi, dan stabilitas.
● Durasi waktu untuk Tes Pauli sekitar 60 menit, dengan kurun
waktu per 3 menit setiap aba-aba “garis”. Jadi, semuanya ada 20
kurun waktu.
● Tes Pauli dikategorikan sebagai jenis tes klasikal.
Resources
Aditiya, Fachri. 2014. Sejarah dan Latar Belakang. Diakses pada 18 Oktober 2021, dari
https://www.scribd.com/book/219385461
Julianti, Annisa. 2018. Klasifikasi Tes. Diakses pada 18 Oktober 2021, dari
https://slideplayer.info/slide/13670430/
Khuzaimah, Ummu. 2014. Tes Inventory: EPPS & PAULI. Medan: Universitas Medan
Area.
Nugroho, Adji. 2014. Tes Pauli. Diakses pada 18 Oktober 2021, dari
https://www.scribd.com/doc/213649634/Tes-PAULI
Psychologymania. (2011). Tes Pauli. Diakses pada 17 Oktober 2021, dari
https://www.psychologymania.com/2011/08/tes-pauli.html.
Rahmansyah, Septiadhi. 2014. “Studi Komparatif Mengenai Profil Tes Pauli
Mahasiswa Dengan IPK <2.75 dan Mahasiswa Dengan IPK >2.75 di Angkatan
2011 Fakultas Psikologi UNISBA”. Skripsi. Bandung: Universitas Islam Bandung.
TERIMA KASIH
Apakah ada pertanyaan?
Rothwell Miller
Interest Blank
(RMIB)
1
Asmawati Rizqi (10520176)
A 0
2P
Greaty Adienia Noerdin (10520433)
Nia Lavenia (10520743)
Reyhan Ockta Saputra (10520871)
MATERI

Sejarah & Aspek Aspek Skoring &


Pengertian tes RMIB Kesimpulan
RMIB

Tujuan Tes Prosedur dan


RMIB Administrasi Tes
RMIB
SEJARAH TES RMIB

Tes RM atau Rothwell miller Inventory Blank (RMIB)


disusun oleh Rothwell pertama kali pada tahun 1947.
Pada saat itu tes ini memiliki 9 jenis kategori dari
jenis-jenis pekerjaan yang ada. Kemudian pada tahun
1950, tes ini diperluas dari 9 menjadi 12 kategori oleh
Kenneth Miller, Pada akhirnya, pembaruan test ini
memberikan nama Rothwell Miller Interest Blank sebagai
sebuah test minat bakat yang sudah terstandarisasi.
Pengertian Tes RMIB
RMIB adalah singkatan dari Rothwell Miller
Interest Blank. Pada awalnya, Tes ini merupakan
bentuk tes battery, dimana peserta atau klien
mengerjakan test dalam batas waktu tertentu.
Tes ini mengungkapkan reaksi seseorang
terhadap berbagai situasi yang secara
keseluruhan akan mencerminkan minatnya.
Ungkapan minat yang disampaikan RMIB
biasanya mencerminkan kondisi yang
sesungguhnya, dibandingkan apa yang
diungkakan secara langsung.
Pergertian Tes RMIB
lanjutan

Prinsip dasar RMIB ini adalah berusaha memberikan gambaran


mengenai persepsi, penilaian, rasa suka dan tidak suka akan
sesuatu aktivitas maupun mengenai pekerjaan-pekerjaan tertentu.
RMIB merupakan alat test yang dinilai mampu untuk mengungkap
minat dan atau kecenderungan rasa suka atau tidak suka akan
suatu kegiatan ataupun pekerjaan yang dimiliki individu. Tes ini
merupakan bagian dari upaya untuk memberikan bimbingan karir
pada berbagai aktivitas tugas yang diberikan. RMIB memberikan
kesempatan pada individu memberikan gambaran mengenai
keinginan atau apa yang disukai individu berkaitan dengan
pekerjaan ataupun aktivitas yang dijalaninya.
TUJUAN Tes RMIB
Tes RMIB disusun dengan tujuan untuk mengukur
minat seseorang berdasarkan sikapnya terhadap
suatu pekerjaan. Sikap tersebut didasarkan pada
gagasan terhadap pekerjaan. Sikap tersebut
didasarkan pada gagasan streotype terhadap
pekerjaan itu.
ASPEK-ASPEK DALAM RMIB
Tes RMIB merupakan suatu formulir yang berisikan suatu
daftar pekerjaan yang disusun menjadi 9 kelompok
dengan kode A sampai I dan dibedakan antar pria dan
wanita. Masing-masing pekerjaan yang dapat
digolongkan menjadi 12 jenis kategori pekerjaan, adapun
kategori pekerjaan tersebut
Yaitu :
Aspek
01 02
Outdoor (OUT) Mechanical (ME)
jenis pekerjaan yang berhubungan dengan Pekerjaan yang berhubungan dengan mesin, alat,
aktivitas di luar ruangan mekanik, dll
Untuk laki laki misalnya : Petani, Nelayan Untuk laki laki : Insinyur, Sipil, Montir, Tukang las.
dan Juru Ukur Untuk Perempuan : Petugas perawat, operator
Untuk Perempuan : Guru Olahraga, ahli mesin, Ahli Mesin.
Tanaman, Pekerja Pertanian.

03 04
Computational (COMP) Scientific (SCL)
Pekerjaan yang menyangkut analisa,
Pekerjaan yang berhubungan dengan angka penyelidikan, penelitian, eksperimen kimia, dan
Untuk laki laki misalnya : akuntan, ahli statistik, ilmu pengetahuan lainnya.
petugas bank, Guru matematika, kasir bank Untuk laki laki : Ilmuwan , penyiar, ahli biology,
Untuk Perempuan misalnya : akuntan, Pegawai ahli astronomy, ahli Geology
keuangan , kasir. Untuk perempuan : Idem
aspek
05 06
Personal Contact (PERS) Aesthetic (AESTH)
Pekerjaan yang berhubungan dengan manusia, Pekerjaan yang berhubungan dengan hal
diskusi, membujuk,bergaul, dan kontak dengan seni dan menciptakan sesuatu karya
orang lain. Untuk laki laki : seniman , artis komersial,
Untuk laki laki : marketing, penyiar, salesman, guru kesenian , decorator, fotografer,
pewawancara, agen periklanan perancang busana, dll
Untuk perempuan : penyiar, spg, pewawancara, Untuk Perempuan : Idem
petugas humas, dll.

07 08
Literary (LIT) Musical (MUS)
Pekerjaan yang berhubungan dengan Pekerjaan yang berhubungan dengan
buku, membaca, dan mengarang. musik dan memainkan alat musik.
Untuk laki laki : wartawan, pengarang, Untuk laki laki : pianis, dirigen,
penulis, ahli sejarah, penulis majalah. composer, pemain band
Untuk perempuan : Idem Untuk perempuan : Idem
Aspek
09 10
Sosial Service Clerical
Pekerjaan yang berhubungan dengan pelayanan Pekerjaan yang berhubungan dengan
terhadap kepentingan masyarakat, kesejahteraan ketepatan, ketelitian, kerapian
umum, membimbing, menasehati, melayani, Untuk laki laki : karyawan bank, pegawai pos,
memahami, dll petugas arsip.
Untuk laki laki : guru, psikolog, kepala sekolah, Untuk perempuan : sekretaris,juru ketik,
pekerja sosial, pembina rohani resepsionis, pegawai pos.
Untuk Perempuan : Idem

11 12
Medical
Pratical Pekerjaan yang berhubungan dengan
Pekerjaan yang membutuhkan pengobatan, perawatan
keterampilan dan praktek. penyakit,penyembuhan, dalam hal yang
Untuk laki laki : tukang kayu, tukang terkait biologis dan medis
bangunan, tukang mebel, ahli ledeng. Untuk laki laki : dokter, ahli bedah , ahli
Untuk perempuan : penjahit , juru masak, farmasi, fisioterapis.
penta rambut Untuk perempuan : Idem
Bentuk Alat Tes RMIB
Prosedur RMIB

Langkah 1 Langkah 2 Langkah 3 Langkah 4


Membagikan blangko Perlu dibedakan Menanyakan pada
RMIB kepada subjek, lembar yang Menyampaikan
partsipan/testee
kemudian subjek diperuntukkan instruksi
tentang 3 pekerjaan
diminta untuk laki-laki dan yang diminati dan
mengisi perempuan disukainya, pada
identitas dirinya pada
lembar tersendir
lembar
Langkah 5 Langkah 6 Langkah 7
Mengambil Kembali
blangko yang Melakukan skoring Melakukan interpretasi
disampaikan
Administrasi RMIB
Tes interest rothwell miller (RMIB) dapat diberikan kepada
seseorang secara perorangan atau pun massal. Kepada
mereka diinstruksikan untuk membuat rengking dari daftar
pekerjaan yang tersedia dalam formulir tes Rengking di mulai
dengan no 1 untuk pekerjaan yang paling disukai dalam satu
kelompok dan berakhir dengan no 12 untuk pekerjaan yang
paling tidak disukai, sesuai dengan jumlah pekerjaan yang
terdapat satu kelompok.

Instruksi biasanya terdapat dalam formulir sehingga bagi


mereka responden yang sudah dewasa dapat di instruksikan
untuk membaca sendiri kecuali untuk orang dewasa yang
mempunyai intelejensi rendah.
Diberi waktu untuk beberapa saat, dan. ………. : ada
pertanyaan? Untuk responden dengan intelektual
yang rendah dapat diberikan beberapa ilustrasi
sebagai berikut : “seandainya saudara mempunyai
Apabila tidak terdapat
suatu daftar beberapa buah-buahan misalkan
pertanyaan maka instruksi
jeruk, nanas, dan rambutan. Dan kemudian saya
data diteruskan : “ sekarang
tanyakan kepada saudara buah mana yang paling kerjakan dan lengkapilah
anda sukai. Apabila sodara paling suka buah jeruk formulir itu sesuai dengan
maka sodara tulis no atau angka 1 di belakang instruksi tadi. Mengenai
jeruk dan kemudian lebih suka nanas dari pada 2 beberapa pekerjaan yang
yang lainnya. Maka sodara tulis angka 2 di belum atau kurang saudara
belakang nanas. Demikian seterusnya sehingga di ketahui dapat anda baca
belakang setiap nama buah terdapat angka yang keterangannya dibagian akhir
menunjukan urutan dari buah-buahan kesukaan formulir ini.
sodara.”
Apabila saudara
Kemudian sesudah responden selesai
membuat kesalahan
mengisi atau membuat rengking,kepada
coretlah no yang
mereka di instruksikan untuk menulis 3
salah tersebut dan
jenis pekerjaan yang disukainya. Tidak
tulislah angka yang
tergantung pada jenis pekerjaan yang
benar di samping
terdapat didalam daftar. Boleh menulis
angka yang salah.
pekerjaan yang terdapat dalam daftar
Sodara selesai
mengerjakannya boleh juga tidak. Waktu pengambilan tes
dapat mengembalikan tidak terbatas akan tetapi biasanya
formulir tersebut. seorang dewasa dapat mengerjakannya
20 menit
SKORING TES RMIB
Pada pengecekkan pada skoring tes RMIB,
skoring diharuskan memiliki total 702 untuk
memastikan bahwa semua kategori dan
jawaban tidak ada yang terlewat. Berikut
contoh skoring tes RMIB
KESIMPULAN
Tes RMIB ini adalah tes ini sangat simple untuk
TES
RM
dikerjakan. Untuk mengungkapkan minat kita yang

IB
sebenarnya, kita tidak perlu bersusah payah untuk
mengerjakan banyak soal, tetapi hanya dengan
memilih dan memberi rangking pada
pekerjaan-pekerjaan yang tersedia di dalam soal.
Bila di tes lain skor tertinggi adalah penentu minat
kita, tetapi tes ini menentukan minat kita dengan
melihat skor terendah. Dan hasilnya cukup
mencengangkan karena sangat sesuai dengan
kepribadian saya sendiri. Dengan adanya tes ini kita
semakin terbantu untuk mengetahui tentang minat
kita terhadap suatu bidang pekerjaan.
referensi
http://repository.ubaya.ac.id/38086/1/Test%20inventory%20Rothwell
-Miller%20%28RMIB%29.pdf

http://thalitamnd.blogspot.com/2017/12/test-psikologi-minat-dan-bak
at-rmib.html
Thanks
:)
Edwards Personal
Preference Schedule
(EPPS)
KELOMPOK 9 – 2PA01
1. Amaliya Qurrota Aini (10520094)
2. Lydia Patricia Stephanie (10520573)
3. Nabila Helmi Madhi (10520687)
4. Vanya Nayla Reza Basri (11520076)
Topik Pembahasan
Prosedur dan
01 Sejarah Tes EPPS 04 Administrasi Tes EPPS

02 Tujuan Tes EPPS 05 Kesimpulan

Hal-Hal Yang
03 berkaitan Dengan 06 Daftar Pustaka
Tes EPPS
01
Sejarah Tes EPPS
Sejarah Tes EPPS
Tes EPPS dikembangkan oleh psikolog dan
professor Amerika, Allen L. Edwards pada
tahun 1954. Tes ini dikembangkan dari teori
kebutuhan yang diajukan oleh Henry Alexander
Murray. Tes ini berisi 225 pertanyaan
personality inventory yang bersifat
preferensi, memaksa, objektif, dan
nonproyektif. Partisipan tes ini berusia
rentang 16-85 tahun. .
Sejarah Tes EPPS
Publikasi Sampai
1954 1970 2002
Pertama

1 2 3 4
EPPS dipublikasikan Dipublikasikan oleh Nihon Bunka Harcourt Test
terutama oleh The penerbit lain Kagakusha di Jepang Publishers di
Psychological antara lain Test Belanda. Pada tahun
Corporation Dimension di 2002, hak
(sekarang lebih Amerika dan penerbitan
dikenal sebagai sebagian besar dikembalikan kepada
Harcourt Assesment) Eropa Allen L. Edwards
Living Trusts
Sejarah tes EPPS

Revisi Pertama Revisi Kedua


Pada Oktober 1959 Journal Consulting Revisi kedua dipublikasikan pada tahun
Psychology mempublikasikan revisi 2002 oleh Suzanne E. Bonfiglio. Merevisi
pertama yang berisi perbaikan di dalam terutama pada bagian “heterosexuality”, di
system scoring dan penambahan mana menurut Bonfiglio, EPPS selama ini
bibliography (dari 9 menjadi 82 sumber hanya bisa digunakan untuk meng-assess
referensi). Revisi pertama tersebut manusia “normal” namun tidak bisa
dianggap tidak memberikan perubahan digunakan kepada kamun LGBTQ. Revisi kedua
banyak sehingga tidak bisa dikritisi. tersebut masih diperdebatkan sampai
sekarang.
02
Tujuan Tes EPPS
Tujuan Tes EPPS

Tujuan dari pengukuran Tes EPPS adalah untuk


melihat kebutuhan-kebutuhan seseorang yaitu
kebutuhan khusus yang dimiliki seseorang.
Menurut Edward, kebutuhan-kebutuhan
seseorang tersebut dikelompokkan menjadi 15
golongan yang dibuatnyaberdasarkan suatu
daftar kebutuhan pokok manusia.
03
Hal-Hal Yang Berkaitan
Dengan Tes EPPS
Aspek-Aspek Yang Diukur
Dalam Tes

Aspek-aspek yang diukur dalam EPPS merupakan


pernyataan yang mengukur kebutuhan-kebutuhan
pribadi seperti yang telah dihadirkan oleh H.
A. Murray, dkk. (1938), akan tetapi tes EPPS
ini hanya mengukur 15 variabel dari 20
variabel kepribadian yang dikemukakan Murray.
Aspek-Aspek Yang Diukur Dalam Tes
Kebutuhan untuk berbuat sebaik
mungkin, untuk sukses, untuk
menyelesaikan tugas yang membutuhkan
n. ach Achievement keterampilan dan usaha, untuk dikenal,
untuk melakukan sesuatu lebih baik
dari orang lain

Kebutuhan untuk menyuruh orang lain


memutuskan pendapat untuk dirinya
n. def Deference sendiri, untuk menyesuaikan apa yang
diharapkan orang lain terhadap dirinya

Kebutuhan untuk berbuat secara teratur


n. ord Order dan rapih dengan yang perencanaan
sebelumnya
Aspek-Aspek Yang Diukur Dalam Tes

Kebutuhan untuk menjadi pusat


perhatian, untuk menonjolkan sesuatu
n. exh Exhibition prestasi,atau mengatakan tentang
keberhasilannya

Kebutuhan untuk berdiri sendiri dalam


n. aut Autonomy membuat keputusan, untuk menghindari
urusan dan campur tangan orang lain

Kebutuhan untuk setia terhadap teman,


untuk berpartisipasi dalam kelompok,
n. aff Affiliation untuk bekerjasama atau berbuat sesuatu
dengan orang lain
Aspek-Aspek Yang Diukur Dalam Tes
Kebutuhan untuk menganalisa motif-
motif, perasaan-perasaan diri, untuk
n. int Intraception memahami dan mengerti perasaan orang
lain

Kebutuhan untuk menerima bantuan atau


afeksi dari orang lain, agar orang
n. suc Succorance lain bersimpati dan mengerti tentang
dirinya

Kebutuhan untuk memengaruhi orang lain


agar melakukan apa yang ia inginkan,
n. dom Dominance membuat keputusan kelompok, menjadi
pimpinan kelompok
Aspek-Aspek Yang Diukur Dalam Tes
Kebutuhan untuk merasa bersalah jika orang
n. aba Abasement lain berbuat kesalahan, untuk menerima
fitnahan, merasa takut dan rendah diri

Kebutuhan untuk menolong orang lain dan


teman yang mengalami kesulitan. Membantu
n. nur Nurturance orang lain yang kurang beruntung,
menunjukkan kesesuaian afeksi terhadap orang
lain, untuk mengampuni dan berlaku dermawan
kepada orang lain

Kebutuhan untuk berbuat sesuatu yang baru


dan berbeda, bertemu orang baru, mengalami
n. chg Change kebaruan dan berubah dalam rutinitas sehari-
hari, mencoba pekerjaan yang baru dan
berbeda
Aspek-Aspek Yang Diukur Dalam Tes
Kebutuhan untuk bertekun terhadap tugas-
n. end Endurance tugas yang dihadapi, mengerjakan sampai
tuntas dan tepat waktu, untuk tidak ingin
diganggu selama bertugas

Kebutuhan untuk bergaul dengan lawan jenis,


bergabung dalam kegiatan yang melibatkan
n. het Heterosexuality lawan jenis, ambil bagian dalam diskusi
tentang seks, untuk menjadi terangsang
secara seksual

Kebutuhan untuk menyerang pendapat orang


n. agg Aggression lain yang berbeda, mengkritik kebijakan
orang lain, menertawakan orang lain,
menyalahkan orang lain
Tes ini mengungkap kecenderungan, dorongan, dan
kebutuhan-kebutuhan yang dimiliki seseorang. Selain
itu, EPPS juga mengukur konsistensi tes dan
stabilitas profil. Secara empiris, bila konsistensi
bergeser antara 0-9 maka hasil dari pemeriksaan EPPS
ini tidak valid, atau justru merupakan tafsiran utama
dari hasil pemeriksaan ini. Konsistensi yang rendah
menunjukkan kepuraan-puraan, kurang sikap yang jelas,
iritasi, signifikansi klinis yang kecil.
Instruksi Tes EPPS
 Tes ini terdiri dari 225 pasangan
pernyataan-pernyataan. Setiap
pasangnya ada huruf A dan huruf B
 Subjek diminta untuk memilih satu
pernyataan dari setiap pasangan
yang dianggapnya paling sesuai
dengan dirinya
 Pembatasan waktu tidak mutlak
—INSTRUKSI
“Pada halaman-halaman berikut, Anda akan
TES
membaca sejumlah pernyataan mengenai
berbagai hal yang mungkin menggambarkan diri
Anda atau mungkin juga tidak menggambarkan
diri Anda dan pernyataan-pernyataan tersebut
selalu disajikan berpasangan.”

Perhatikan contoh dibawah ini :


A: Saya suka bebicara tentang diri saya
dengan orang lain
B: Saya suka bekerja untuk suatu tujuan yang
telah saya tentukan bagi diri saya.
Beberapa pasangan pernyataan adalah
—INSTRUKSI mengenai hal-hal yang Anda suka
TES seperti pernyataan “A” dan
pernyataan “B” diatas. Pasangan-
pasangan lain adalah mengenai
bagaimana perasaan Anda.

Lihatlah Contoh berikut ini :


A : Saya bersusah hati, bila gagal
dalam sesuatu.
B : Saya merasa gugup bila harus
bicara didepan orang banyak.
Disini tidak ada jawaban yang tergolong
—INSTRUKSI betul atau salah. Apapun yang Anda pilih,
TES hendaknya merupakan suatu penggambaran
dari hal-hal yang Anda lakukan atau
perasaan Anda. Tetapkan pilihan Anda
setelah membaca pernyataan yang
berpasangan ini, dan jangan ada yang Anda
lewati tanpa memilih. Pasangan-pasangan
pernyataan ada pada halaman-halaman
berikut ini serupa dengan contoh yang
telah diberikan di atas. Bacalah setiap
pasangan dan pilihlah pernyataan yang
‘lebih menggambarkan diri Anda’ dengan
cara melingkari huruf A atau B
Contoh Lembar Tes

Contoh buku
yang berisi
soal-soal
tes EPPS
Contoh Lembar Tes

Contoh
bentuk
soal-soal
tes EPPS
Contoh Lembar Tes

Contoh lembar jawaban tes EPPS


Kelebihan dan Kekurangan Tes EPPS
KELEBIHAN KELEMAHAN

1. Validitas dan 1.Beberapa item-nya


Reliabilitas tinggi mengandung social
2. Pengerjaannya mudah desirability
3. Tersedia norma 2.Adanya kemungkinan
untuk berbagai subjeknya melakukan
latar belakang dan faking
tingkat pendidikan 3.Pengerjaannya membutuhkan
waktu yang relatif lama
04
Prosedur dan Administrasi
Tes EPPS
Prosedur dan Administrasi Tes EPPS

Tes EPPS mudah dan efektif untuk digunakan, baik secara individual
maupun klasikal. Jika tes disajikan secara individual, biasanya cukup
dengan meminta subyek untuk membaca panduan pada cover buku soal.
Untuk tes klasikal, lembar jawaban dapat dibagikan terlebih dahulu
sebelum buku soal lalu subyek mengisi identitas di lembar jawaban.

Ketika buku soal selesai dibagikan, subyek diminta membaca (tidak


bersuara) petunjuk di buku soal sementara tester membacanya dengan
keras. Setelah selesai membaca panduan,tester mempersilahkan subyek
untuk bertanya bila ada yang ingin dipertanyakan. Jawaban tester
terhadap pertanyaan subyek harus konsisten dengan panduan
yang ada.
Prosedur dan Administrasi Tes EPPS
Dijelaskan bahwa beberapa pilihan mungkin sulit untuk
dilakukan,tetapi mereka harus menentukan pilihan sebaik yang
mereka dapat lakukan dan sesuai dengan perkiraan tentang karakteristik
diri subyek sendiri atau dirasa lebih sesuai untuk mencirikan diri mereka
sendiri.
Rata-rata waktu yang dibutuhkan mahasiswa untuk menyelesaikan EPPS
sekitar 40 menit. Beberapa subyek membutuhkan waktu lebih lama dari itu
dan sebagian lain dapat menyelesaikannya lebih cepat. Paling banyak mereka
selesai dalam waktu 50 menit. Tidak ada batas waktu dalam penyelesaian
EPPS, tetapi hal ini tidak diinformasikan kepada subyek kecuali jika
mereka menanyakannya secara khusus. Mereka harus didorong untuk
bekerja secepat mungkin. Tester dapat menyatakan di akhir menit ke-25
bahwa kira-kira setengah dari item harus selesai. Pilihan lain,
tester dapat mengumumkan bahwa setiap 12 menit subyek harus
menyelesaikan 50 item.
Prosedur dan Administrasi Tes EPPS
Sebelum mengumpulkan booklet dan lembar jawaban, tester meminta subyek
untuk memastikan bahwa mereka telah mengisi identitas dan melingkari
pilihan pada setiap item. Dalam skala yang besar, satu atau beberapa
asisten dapat diminta untuk mengecek setiap lembar jawaban agar tidak
ada item yang terlewatkan (tidak diisi) oleh subyek sebelum dikumpulkan.

Penting bahwa sebuah pilihan dilingkari pada tiap item. Penting pula
menekankan bahwa tidak boleh menandai/mengotori dan mencoret apapun di
buku soal itu sendiri. Subyek diingatkan untuk menandai pilihannya HANYA
pada lembar jawaban. Pada lembar jawaban, item 1-5 pada baris pertama,
dan item 6 muncul di paling atas dari kolom kedua.
05
Kesimpulan
Tes EPPS adalah tes yang dibuat oleh
Allen L. Edward yang bertujuan untuk
melihat kebutuhan khusus yang dimiliki
oleh seseorang. Kebutuhan-kebutuhan ini
dikelompokkan menjadi 15. Tes ini
mengukur konsitensi tes dan stabilitas
profil. Tes EPPS juga merupakan tes yang
mudah dan efektif untuk digunakan, baik
secara individual maupun klasikal.
06
Daftar Pustaka
—Daftar Pustaka

Anastasi, A. & Urbina, S. 1997. Psychological testing. New Jersey:


Prentice-Hall International
Khuzaimah, U. Tanpa Tahun. Tes inventory: EPPS & PAULI. Medan:
Universitas Medan Area
Urusan Reproduksi dan Distribusi Alat Tes Psikologi (URDAT). 1985.
Manual EPPS. Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas
Indonesia
Thanks!

CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo, including icons


by Flaticon, and infographics & images by Freepik

Please keep this slide for attribution


Intelligenz Structure
Test (IST)
Kelompok 10 :

• Annisa Chrysanti Handayani (10520144)


• Cahya Abilla Saputri (10520229)
• Maritsa Fairuz Efendi (10520583)
01
Sejarah IST
IST merupakan salah satu tes inteligensi yang dikembangkan oleh Rudolf Amthaeur di
Jerman pada tahun 1953. Amthauer mendefinisikan intelegensi sebagai keseluruhan
struktur dari kemampuan jiwa-rohani manusia yang akan tampak jelas dalam hasil tes.
Intelegensi hanya akan dapat dikenali (dilihat) melalui manifestasinya misalnya pada hasil
atau prestasi suatu tes. Berdasarkan pemikiran ini, Amthauer menyusun sebuah tes yang
dinamakan IST dengan hipotesis kerja sebagai berikut:

“Komponen dalam struktur tersebut tersusun secara hierarkis; maksudnya bidang yang
dominan kurang lebih akan berpengaruh pada bidang-bidang yang lain; kemampuan yang
dominan dalam struktur intelegensi akan menentukan dan mempengaruhi kemampuan
yang lainnya.”
Tes IST masuk ke Indonesia pada tahun 1970. Adaptasi tes IST pertama
kali dilakukan oleh UNPAD yang digunakan untuk diagnosis dan
prognosis. Tes IST di Indonesia banyak digunakan untuk seleksi dan
penempatan pegawai, seleksi masuk siswa dan mahasiswa dan serta dapat
melihat minat dan bakat seseorang.
IST selalu mengalami perkembangan sejak diciptakan. IST terus dikembangkan oleh
Amthauer dengan bantuan dari para koleganya. Berikut adalah perkembangan IST:

IST Tahun 1953 IST Tahun 1955


Tes IST yang pertama ini, awalnya Rentang usia untuk subjek diperluas menjadi
hanya digunakan untuk individu usia awal 13 tahun. Subjek dalam penyusunan
14-60 tahun. Proses penyusunan norma bertambah menjadi 8642 orang. Dan,
norma diambil dari 4000 subjek pada sudah ada pengelompokan jenis kelamin serta
tahun 1953. kelompok usia.
Sebagai koreksi dari IST 70, pada IST 2000
tidak terdapat soal kalimat pada soal
hitungan.

IST Tahun 2000

IST Tahun 1970


Tes ini memiliki 6 bentuk, setiap pemeriksaan dilakukan 2 tes sebagai bentuk parallel; yaitu A1 dan B2, atau
C3 dan D4. Dua bentuk lainnya untuk pemerintah dan hanya bagi penggunaan khusus. Pada IST 70, rentang
kelompok usia diperluas menjadi berawal dari 12 tahun. Juga telah ditambah tabel kelompok dan pekerjaan.
Namun, pada IST 70 terdapat kekurangan yaitu penyebaran bidang yang tidak merata dan menggunakan
kalimat dalam subtes RA sehingga jika subjek gagal dalam subtes ini dapat dimungkinkan karena tidak
mampu mengerjakan soal hitungannya atau tidak mengerti kalimatnya.
IST Tahun 2000 - Revised
Pada IST 2000-R ini terdapat beberapa perkembangan subtes juga penambahan subtes. IST ini
terdiri dari 3 modul, yaitu sebagai berikut:

1. Grundmodul-Kurzform (Modul Dasar-Singkatan); terdiri dari subtes : SE, AN, GE, RE,
ZR, RZ, FA, WU, dan MA.

2. Modul ME: terdiri dari subtes ME Verbal dan ME Figural

3. Erweiterungmodul (Modul menguji pengetahuan); terdiri dari subtes Wissentest (tes


pengetahuan)

IST yang digunakan di Indonesia adalah IST hasil adaptasi Fakultas Psikologi Universitas
Padjajaran Bandung. Adaptasi dilakukan kepada IST-70. Tes ini pertama kali digunakan oleh
Psikolog Angkatan Darat Bandung, Jawa Barat.
02
Tujuan IST
Tes IST secara umum bertujuan untuk mengetahui pola kecerdasan
individu sehingga individu dapat memahami dirinya dan dapat
mengembangkan pribadinya. Seperti tentang perencanaan pendidikan,
karier dan dalam pengambilan keputusan. Namun demikian tes ini dapat
mengukur kecerdasan spesifik, seperti kecerdasan verbal, angka, figura
dan ingatan.
03
Aspek yang Diukur
IST mengukur 9 aspek-aspek yaitu :
1. Saterganzung (SE) 2. Wortauswahl (WA)
aspek yang diukur adalah masalah aspek yang diukur adalah kemampuan
pengambilan keputusan, penilaian atau menangkap inti atau makna dari sesuatu yang
pembentukan opini, dan penekanan pada disampaikan melalui bahasa, cara berpikir
berpikir praktis dan konkrit pemaknaan konkrit praktis, dan pembentukan keputusan. (di
realitas. (melengkapi kalimat)
subtes ini mencari kata yang berbeda)

3. Analogien (AN)
aspek yang diukur adalah kemampuan fleksibilitas dalam
berpikir, kemampuan menghubungkan, kelincahan dalam
berubah dan berganti dalam berpikir, serta kekonsekuenan
dalam berpikir.
4. Gameinsamkeiten (GE) 5. Rechhenaufgaben (RA)
aspek yang diukur ialah kemampuan
abstraksi verbal, menemukan ciri yang aspek yang diukur ialah kemampuan berpikir
sama/khas dari dua objek dan praktis dalam berhitung, matematis, logis,
Menyusun suatu pengertian tentangnya. dan kemampuan berpikir runtut mengambil
kesimpulan.

6. Zahlenreihen (ZR) Deret Angka


aspek yang diukur adalah bagaimana cara
berpikr teoritis dengan hitungan, dan
kelincahan dalam berpikir.
7. Figurenauswahl (FA) 8. Wurfelaufgaben (WU)
FA mengukur testee dalam membayangkan, Aspek yang diukur WU ialah kemampuan
kemampuan mengkonstruksi sehingga analisis yakni daya baya ruang, didalamnya
dapat menggabungkan potongan suatu terkandung kreativitas, kemampuan 3
objek visual dan menghasilkan suatu bentuk
dimensi, imajinasi dan fleksibilitas berpikir.
tertentu

9. Merkaufgaben (ME)
Mengukur kemampuan daya ingat seseorang, focus,
perhatian, konsentrasi yang menetap, dan daya tahan.
04

Instruksi Tes
IST terdiri dari 9 subtes dengan masing-masing
instruksi dan waktu yang berbeda-beda.

❑ Bagikan lembar jawaban dan buku tes pada seluruh subjek.


❑ Dilarang membuka buku tes & lembar jawaban sebelum diberikan petujuk.
❑ Juga dilarang mencoret atau menuliskan sesuatu pada lembar buku soal.
❑ Setiap akan mulai memberi instruksi, tester hendaknya
menuliskan/menggambarkan contohnya di papan tulis.
❑ Tester menuliskan contoh jawaban untuk tiap kelompok soal
05

Contoh Lembar Tes


7

2
5

6
8
06
Kelebihan &
Kekurangan IST
Kelebihan IST Kekurangan IST
1. Tersedia dalam bentuk manual 1. Dalam skoring tes IST manual,

maupun digital, dan selalu di dibutuhkan waktu dan energi.

revised sehingga up to date. Pemeriksa harus teliti dan cermat dalam

2. Meminimalisir manipulasi atau memeriksa hasil tes.

kecurangan. 2. Kerahasiaan sulit dikontrol karena

3. Dapat digunakan di berbagai sudah banyak beredar soal-soal (bocoran

bidang seperti Pendidikan, soal) sehingga banyak orang yang sudah

organisasi, dsb. berlatih sebelum melakukan tes.


07
Prosedur dan
Administrasi Tes
Administrasi Tes IST
Penyajian tes IST bisa dilakukan untuk individual maupun setting klasikal. Adapun peralatan tes yang harus
disiapkan meliputi :

1. Buku soal
2. Lembar jawaban
3. Pensil 2B (jika dikerjakan dalam LJK) atau bolpoin
Untuk instruksi tes, tester cukup membacakan atau menjelaskan instruksi pengerjaan sesuai dengan yang
tercantum pada buku soal. Dengan penjelasan sebagai berikut :

1. Test SE : 6 menit
Pada test berikut ini terdapat kalimat yang belum lengkap, pilihlah salah satu jawaban diantara
kelima pilihan jawaban dibawahnya, sehingga kalimat tersebut menjadi sempurna.
Contoh :
Seekor kuda mempunyai kesamaan terbanyak dengan seekor ……………..
a. kucing b. bajing c. keledai d. lembu e. anjing
Jawabnya : c. keledai
2. Test WA : 6 menit
Pada test yang kedua ini ada 5 kata dalam tiap soal, 4 kata diantaranya mempunyai kesamaan,
carilah satu kata yang tidak memiliki kesamaan dari kelima kata tersebut.
Contoh :
a.meja b.kursi c.burung d.almari e.tempat tidur
Jawabnya : c. burung

3. Test AN : 7 menit
Pada soal berikut ini terdapat dua pasang kata, pasang kata yang kedua berkaitan dengan pasang
kata sebelumnya, tugas anda adalah mencari pasangan untuk pasang kata yang kedua dari kelima
pilihan jawaban dibawahnya.
Contoh : Hutan : Pohon = tembok : ?
a. batu – bata b. rumah c. Semen d. putih e. dinding
Jawabnya : a. batu – bata

4. Test GE : 8 menit
Pada test ini terdapat 2 kata yang mempunyai kesamaan, tugas anda adalah mencari 1 pengertian
yang mewakili 2 kata tersebut.
Contoh : Ayam – itik ……… ( burung ) atau unggas
Gaun – celana ……. ( pakaian )
5. Test RA : 10 menit
Pada test berikut ini adalah mengenai soal – soal hitungan, tugas anda adalah mencari jawaban
yang benar dan mengisinya pada titik – titik disebelah kanan.

Contoh : Sebatang pensil harganya Rp 25, berapakah harga 3 batang ?


Jawabnya : 75
Maka anda tulis angkanya saja tanpa satuannya, atau hanya esensi angkanya saja yang harus dipilih.
Tidak perlu memerhatikan urutan dalam memilih jawaban. hal ini dimaksudkan untuk
mempersingkat waktu anda.

6. Test ZR : 10 menit
Test berikut ini anda akan menemui deretan angka – angka yang mempunyai pola – pola tertentu,
tugas anda adalah mengisi dua deret angka yang terakhir. Namun sebelumnya anda pelajari dulu
pola apa yang anda temukan…
Contoh : 2 4 6 8 10 12 14 ?
Jawabnya : 16 ( ditulis pada deret yang terakhir atau titik – titik disebelah kanan )
7. Test FA : 7 menit
Pada test berikut ini akan terdapat lima buah bentuk tertentu, sedangkan dibawahnya terdapat
potongan – potongan gambar yang mana apabila dipadukan, akan menjadi salah satu gambar yang
terdapat diatasnya.
Contoh :
No 1 jawabnya adalah a No 3 jawabnya adalah b
No 2 jawabnya adalah e No 4 jawabnya adalah d

8. Test WU : 9 menit
Pada test ini terdapat 5 buah kubus, yaitu kubus a, b, c, d dan e. pada tiap – tiap kubus terdapat enam
tanda yang berlainan pada setiap sisinya. Tiga dari tanda tersebut dapat dilihat. Kubus – kubus yang
ditentukan itu mempunyai tanda – tanda yang sama, tetapi susunannya berlainan. Setiap soal
memperlihatkan salah satu kubus yang ditentukan didalam kedudukan yang berbeda, carilah kubus yang
dimaksudkan itu
Contoh :
Kubus 1 jawabannya adalah kubus a Kubus 4 jawabannya adalah kubus c
Kubus 2 jawabannya adalah kubus e Kubus 5 jawabannya adalah kubus d
Kubus 3 jawabannya adalah kubus b
9. Test ME : 3 menit (untuk mengingat) + 6 menit (untuk mengerjakan)
Disediakan waktu 3 menit untuk menghafalkan kata –kata yang terdapat pada lembar memory.

Silahkan …… anda hafalkan! Setelah waktu habis, tarik kembali kertas kecil berisi kode ingatan tadi,
kemudian minta peserta untuk membuka buku soal pada subtes 9.

Pada lembar berikut ini terdapat sejumlah pertanyaan mengenai kata – kata yang telah saudara
hafalkan tadi.
Contoh :
Kata yang mempunyai huruf permulaan – Q – adalah suatu………
a. bunga b. perkakas c. burung d. Kesenian e. binatang
Jawabnya : d. kesenian Karena Q adalah alat musik ( Quintet )

Untuk total waktu semua aspek IST adalah 72 menit. Namun,


IST berlangsung biasanya kurang lebih 1,5 jam.
08

Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa IST merupakan salah satu alat tes yang dapat digunakan untuk mengukur
kecerdasan individu. Alat tes IST terbagi kedalam 9 subtes, yaitu SE, WA, AN, GE, RA, ZR, FA, WU,
ME. Tujuan dari tes ini yaitu untuk mengetahui pola kecerdasan individu sehingga dapat memahami
dirinya dan dapat mengembangkan pribadinya. Seperti tentang perencanaan pendidikan, karir, dan dalam
pengambilan keputusan. Kelebihan tes ini adalah tersedia dalam bentuk manual maupun digital dan
selalu di revisi sehingga relevan dengan keadaan saat ini. Namun, kelemahannya yaitu banyak memakan
waktu untuk melakukan skoring pada IST manual dan kerahasiaan yang sulit dikontrol karena sudah
banyak beredar soal-soal yang memungkinkan peserta berlatih sebelum melaksanakan tes.
09 Daftar Pustaka
• https://sehatmental.net/ist-test-intelligenz-struktur-test/#pelaksanaaninstruksi_ist
• https://lab-psikologi.umm.ac.id/id/pages/intelligenz-struktur-test-ist.html
• https://pdfcoffee.com/qdownload/fix-makalah-ist-kelompok-2-pdf-free.html
• https://www.studocu.com/id/document/universitas-padjadjaran/pengantar-
psikodiagnostika/makalah-ist-intelligenz-struktur-test-class-a/6108507
• https://www.scribd.com/document/466305527/Kelebihan-Kekurangan-IST-dan-
TIKI
• https://slideplayer.info/slide/12079863/
Terima Kasih …
TES DISC
(Dominance, Influence, Steadiness, Compliance)
Kelompok 11
Psikodiagnostika 1

ANNIDA RIZQI CHAIRANI 10520142


AMANDA JANUARI ROFIKOH ROHIM 10520096
MAUDINAA MUTIARAANI 10520587
SAKEENA AISYA NAZIATU MU'MININ 10520926

2PA01
tOPIK
Pembahasan
Sejarah Tes DISC

Tujuan dari Tes DISC

Hal-hal yang Berkaitan dengan Alat Tes DISC

Prosedur dan Administrasi Tes DISC


Sejarah Tes DISC

Teori ini pertama kali diperkenalkan oleh


William Moulton Marston yang merupakan
seorang Psikolog Amerika melalui bukunya
The Emotions of Normal People yang
diterbitkan pada tahun 1928.

Walaupun Marston orang pertama yang


mengemukakan teori DISC, tetapi teori ini
baru dikembangkan oleh Walter V. Clarke
pada tahun 1956.

DISC pertama kali digunakan untuk


kepentingan militer dan secara luas
digunakan sebagai bagian dalam proses
penerimaan tentara AS pada tahun-tahun
menjelang Perang Dunia II.

Sumber gambar: famousbio.net; intesiresources.com


DISC merupakan alat
psikometri yang diciptakan
untuk mengukur kepribadian
dan mengukur perilaku yang
dapat diobservasi, bebas bias
budaya dan tidak mengukur
keterampilan seseorang.

Sumber gambar: blogspot.com


Teori Marston menyebut bahwa ekpresi
perilaku emosi dapat dikategorikan
menjadi 4 tipe utama, yaitu:

Dominance (D) Steadiness (S)

Pencapaian hasil dan Stabil, ketulusan, dan


kepercayaan diri konsisten

Influence (I) Compliance (C)

Kemampuan untuk memengaruhi orang Kualitas dan akurasi,


lain, keterbukaan, dan hubungan keahlian dan kompetensi
Sumber gambar: psychologymania.com;

Konsep Teori DISC


Dasar teori DISC disebut Biaxial Model (model 2
sumbu (axis)) perilaku pergerakan 2 sumbu
yang saling berlawanan, dimana 2 sumbu tersebut
adalah antara Assertiveness dan Receptiveness
lalu antara Openness dan Control.

I. Model Sumbu Perilaku Assertive – Receptiveness II. Mode Sumbu Perilaku Openness - Control
1. Assertiveness: terbuka (proaktif), cenderung 1. Openness: orang yang sangat terbuka,
untuk memimpin. ramah, bersahabat.
2. Receptiveness: kesabaran dan kehati-hatian, 2. Control: menggunakan dasar rasio di atas
cenderung menghindari resiko, lebih memilih perasaannya, tidak mudah menunjukkan
ketenangan. perasaan kepada orang lain.
Tujuan Tes DISC
Umumnya, tes ini digunakan untuk
mengukur bagaimana perilaku calon
pekerja ketika berada di situasi kerja.

Tujuan dari tes ini adalah untuk


menentukan ciri-ciri perilaku mana yang
memotivasi karyawan dalam bekerja.

Selain itu, tes ini juga menentukan gaya


komunikasi yang paling sesuai dengan
faktor-faktor yang dapat memotivasi
karyawan di tempat kerja.

Sumber gambar: kompas.com


MANFAAT TES DISC
Meningkatkan pengetahuan
pribadi.
Tes ini dapat digunakan untuk
memilih karir atau jurusan bagi
siswa SMP/SMA berdasarkan
analisis perilaku (Behavioral Style).
Menjadi alat yang membantu
dalam merekrut, penempatan,
promosi, dan outsourcing.

Sumber gambar: business.tutsplus.com


MANFAAT TES DISC
Memfasilitasi kerja tim yang lebih
baik dan meminimalisir konflik
dengan produktif.
Memahami disposisi dan prioritas
anggota tim dan mengelola tim
dengan lebih efektif.
Meningkatkan kesejahteraan
hubungan kerja dengan anggota
tim.

Sumber gambar: performance.edu.au


Hal-hal yang
Berkaitan dengan
Alat Tes DISC
Least
Perilaku dalam kondisi
tertekan atau kondisi asli

Most
Perilaku ketika berhubungan

Aspek yang Diukur dengan Lingkungan

DISC Mengukur perilaku yang Change


dapat diobservasi: Jati diri sebenarnya
LANGKAH-LANGKAH
PENGERJAAN
TES DISC

Pilih salah satu jawaban pada


1 kolom tersedia.

Tiap Kotak terdiri dari 4 kalimat,


2 perhatikan dengan seksama
pada setiap kalimat.

Sumber gambar: scribd.com


LANGKAH-LANGKAH
PENGERJAAN
TES DISC
Berilah 1 saja tanda "X" di kolom
3 M pada kalimat yang paling
sesuai dengan diri anda.

Berilah 1 saja tanda "X" di kolom L


4 pada kalimat yang paling tidak
sesuai dengan diri anda.

Sumber gambar: scribd.com


LANGKAH-LANGKAH
PENGERJAAN
TES DISC

Di tiap kotak hanya boleh


5 memilih 1 (satu) M dan 1 (satu) L.

Usahakan seluruh pertanyaan


6 diselesaikan dalam waktu tidak
lebih dari 7 menit.

Sumber gambar: scribd.com


1. Mendeskripsikan cara pendekatan
+ atau gaya yang dikembangkan
seseorang;
2. Motivasi dan termasuk hal yang
tidak disukainya (dislike);
3. Kekuatan dan kelemahannya, serta
pandangan-pandangan mereka
terhadap orang lain;

Kelebihan 4. Dapat membantu untuk


memperkirakan reaksi seseorang
& pada situasi dan keadaan yang
Kekurangan sedang dihadapinya.

TES DISC Tidak dapat memberikan gambaran


- keterampilan (skills) dan tingkat
pengetahuan (knowledge) seseorang.
Prosedur dan
Administrasi
Tes DISC
a. Instruksi Spesifik DISC

Tidak mengatakan DISC sebagai suatu tes tetapi


lebih tepatnya sebagai instrumen atau profil.
Tidak ada pengertian benar atau salah dalam profil.
DISC hanya akan valid untuk individu yang normal.
Hasil DISC bersifat confidential.
Waktu penyelesaian 7 menit.
b. Penyajian DISC
Tes DISC asli terdiri dari 24 item, dengan waktu yang diperlukan
untuk pelaksanaannya adalah 7 menit.
Peserta diharuskan mengisi keseluruhan soal sejumlah 24 soal.
Dalam tiap kolom ada 4 pernyataan, subjek diminta untuk
memilih satu pernyataan yang paling menggambarkan dirinya
(Most) dan satu pernyataan yang paling tidak menggambarkan
dirinya (Least).
Tes DISC dapat dilakukan secara tertulis (paper & pencil)
maupun secara online.
c. Skoring DISC
Untuk dapat melakukan skoring DISC, ada lembar skoring
yang dapat digunakan. Tes DISC terdiri dari 24 item, tetapi
dalam lembar soal yang sekaligus lembar jawaban tidak
tercantum nomor soalnya.
Subjek diharapkan memberi jawaban pada setiap item dengan
memilih 1 pilihan untuk karakteristik perilaku yang paling
menggambarkan diri subjek yaitu pada kolom Most (M) dan 1
karakteristik perilaku yang paling kurang menggambarkan diri
subjek pada kolom Least (L).
contoh alat tes disc

Sumber gambar: vituspolikarpus.wordpress.com; Soalsiswa.com


Validitas dan Reabilitas
Tes kepribadian DISC memiliki tingkat validitas yang
tinggi, yaitu sebesar 0,89 dengan SD 0,065 (Angganantyo,
2014: 56).
Sedangkan, tes kepribadian DISC juga memiliki reabilitas
yang baik, hal tersebut dapat diketahui dari penggunaan
DISC sejak dulu hingga saat ini. Salah satunya karena
dianggap memiliki kemampuan konsistensi untuk
mengukur tipe kepribadian individu.
c. Pengecekan Validitas
Profil DISC dikatakan invalid apabila terdapat 3 indikator
yaitu:
Tiga dari 4 faktor DISC berlawanan antara grafik 1 dan
grafik 2.
Terdapat lebih dari 10 tanda (*/±) pada hasil skoring.
Adanya pola transisi pada grafik 3.

Apabila ada kondisi profil yang invalid maka kemungkinan:


Adanya indikasi memanipulasi jawaban.
Kurang pemahaman terhadap butir-butir soal yang
ada.
contoh grafik skoring

Sumber gambar: id.scribd.com; vituspolikarpus.wordpress.com


KESIMPULAN
DISC adalah sebuah alat tes psikologi yang diperkenalkan oleh William Moulton
Marston (1928) dan kemudian dikembangkan oleh Walter V. Clarke (1956). Umumnya,
tes ini digunakan untuk mengukur bagaimana perilaku calon pekerja ketika berada di
situasi kerja. Terdapat beragam manfaat yang dihasilkan oleh alat tes ini terutama pada
bidang rekrutmen, penilaian, peningkatan kerja tim, dll, sebab DISC memiliki tingkat
validitas yang terbilang tinggi, yakni sebesar 0,89 dengan SD 0,065. Form DISC dibagi
menjadi 2 tipe, yaitu Form tipe A ini berisikan 24 soal yang dibagi ke dalam kotak-kotak,
dengan 4 kalimat pendek termuat di setiap kotaknya. Form tipe B setiap nomor ada 4
kata yang berbeda. Pilihlah satu kata yang paling menggambarkan diri Anda dengan
memberikan tanda silang (X) di depan kata yang Anda pilih tersebut.
Daftar Pustaka
Almaqassary, A. "Sejarah Tes DISC (Dominance, Influence, Steadiness and Compliance Test)"
https://nsd.co.id/posts/10002-sejarah-tes-disc-dominance-influence-steadiness-and-compliance-test.html.
(Diakses pada tanggal 24 Oktober 2021)
Anonym. “Pengertian Tes DISC, Sejarah, Sistem, dan Manfaat Tes DISC”
https://www.psikologimultitalent.com/2015/10/pengertian-tes-disc-sejarah-sistem-dan.html (25 Oktober 2021).
Anonym. "Sejarah Tes DISC" https://www.psychologymania.com/2018/09/sejarah-tes-disc.html. Psychologymania :
PT. Nirmala Satya Development. (Diakses pada tanggal 24 Oktober 2021)
Anonym. “Tes DISC” https://berbagiilmupsikologi.weebly.com/tes-psikologi/tes-disc (25 Oktober 2021).
Anonym. "Test Disc Membagi 4 Tipe Perilaku Individu" https://www.coursehero.com/file/pt6ns6/TES-DISC-Tes-DISC-
membagi-4-tipe-perilaku- individu-ketika-berinteraksi/ (Diakses pada tanggal 21 Oktober 2021)
Bolaang, A. “Lembar Test – DISC” https://www.scribd.com/document/332638762/Lembar-Test-DISC(26 Oktober
2021).
Oktriwina, A. S. "Mengenal DISC Personality Test dan Tipe-Tipe Kepribadian" https://glints.com/id/lowongan/disc-
test-adalah/#.YXVKYBpBxEY. (Diakses pada tanggal 24 Oktober 2021)
Ulfah, M. “Tes Inventory. Pengertian tes DISC, Proses Asesmen, Aspek yang Diukur” https://docplayer.info/49861352-
Tes-inventory-pengertian-tes-disc-proses-asesmen-aspek-yang-diukur-maria-ulfah-m-psi-psikolog-modul-ke-
fakultas-psikologi.html(25 Oktober 2021).
TERIMA KASIH!
Apakah ada pertanyaan?
PSIKOLOGI KLINIS
SESI 1 :Pengertian dan Sejarah
Singkat

Adisti Natalia
Peraturan-peraturan
• Mahasiswa hanya diperkenankan tidak hadir 3x
pertemuan
• Maksimum keterlambatan 15 menit, jika sudah
lewat 15 menit tidak dihitung absen
• Wajib on camera selama sesi berlangsung

Bonus
• Setiap kali absen mendapatkan 1 poin
• Bertanya atau menjawab masing-masing 1 poin
Apa itu Psikologi
Klinis?

Mengintegrasikan ilmu pengetahuan, teori ,


dan praktek untuk memahami, memprediksi,
dan mengurangi maladjusment, disabilitas, dan
ketidaknyamanan dan memperbaiki adaptasi
penyusuaian, dan perkembangan pribadi
manusia.
Sejarah Psikologi Klinis

A. Priode 1: Tahun-tahun Awal

• Laboratorium psikologi pertama yang didirikan oleh Wilhelm Wundt di


Leipzing, Jerman (1869)
• Penggunaan istilah clinical psychology Oleh Leightmer Witmer (1896)
• 1900-1920 banyak ditemukan instrumen-instrumen baru, terutama tes
intelegensi

B. Priode 2: Waktu Konsolidasi

• Psikoterapi mulai diperluas


• 1930 University of Minnesela menjadi universitas pertama yang
mendirikan layanan psikologi di universitas
• Tes-tes kepribadian mulai muncul
Sejarah Psikologi Klinis

C. Priode 3: Pertumbuhan yang pesat

• 1952 dibuat DSM pertama oleh APA


• Psikologi klinis berkembang pesat
• Dikembangkan obat-obatan untuk pasien-pasien psikiatri

D. Priode 4: Perkembangan yang campur aduk dan proliferasi profesional


• 1952-1954 psikoterapi diragukan efektifitasnya
• Tes-tes psikologi yang diragukan
• Kesulitan untuk mengakses layanan psikolog klinis
• 1970 mulai dimasukan sebagai layanan kesehatan yang dibiayai
oleh asuransi
Sejarah Psikologi Klinis

E. Priode 5: Perkembangan Mutakhir dan Masa Depannya

• Abad ke 20 teori dan riset semakin berkembang


• 1988 APA membentuk divisi-divisi psikologi
• Psikolog klinis semakin aktif memberikan pelayanan
PSIKOLOGI KLINIS
Sesi 2: Asesmen Dalam Psikologi Klinis

Adisti Natalia
Apa itu Asesmen Psikologi Klinis?

Asesmen merupakan sebuah prosedur yang


melibatkan evaluasi klinis terhadap seseorang
dalam kerangka-kerangka faktor psikologi, fisik,
dan sosial yang mempengaruhi fungsi individu.
Asesmen dalam Psikologi Klinis

Wawancara Klinis Observasi Perilaku

Tes Psikologi
Wawancara Klinis
• Adalah alat Asesmen yang paling umum digunakan
untuk mengembangkan suatu pemahaman dari
seorang klien dan jenis masalah yang sedang
dihadapinya, sejarah, aspirasi masa depan,serta
penyebab awal dari masalah yang dialami klien.

Wawancara tidak
Wawancara terstruktur
terstruktur
Observasi Perilaku
• Mengamati setiap perilaku yang muncul,
kemudian dicatat frekuensi dari perilaku yang
sepesifik serta mencatat faktor situasional
yang relevan
Tes Psikologi

Tes Inteligensi Tes Kepribadian


Tes Inteligensi
• Sebuah tes yang digunakan untuk mengetahui
mengenai kapasitas inteligensi seseorang.

Individu Kelompok
Tes Kepribadian
• Tes yang bertujuan untuk mengetahui dan
memahami mengenai cara berpikir, tingkah
laku, dan emosi individu

Self Report Tes Proyektif

Tes Grafis
Psikologi Klinis

Sesi 4 : Tes Intelegensi Klinis

Adisti Natalia
Tes Intelegensi
• Tes yang mengukur kemampuan/ kecerdasan
secara umum
• Tes Inteligensi memungkinkan kita dalam
menghitung IQ

Apa Itu IQ?


Lanjutan
• Tes intelegensi memberikan informasi penting
mengenai kapasitas kognitif klien dan
hubungan antara kapasitas dengan ungkapan
perasaan terhadap permasalahan emosional
• Psikolog Klinis lebih sering menggunakan tes
intelegensi individu dibanding dengan tes
intelegensi kelompok.
Tes Stanford-Binet
• Tes intelegensi pertama yang dikembangkan
oleh Alfred Binet (1857-1911) dan Theophile
Simon (1873-1961).
• Pada tahun 1916, psikolog stanford university
Lewis terman dan Maude Merril merevisi tes
orisinal tes Binet- Simon dan menambahkan
skala dalam usahanya untuk meningkatkan
reliabilitas dan validitas tes.
• Dipublikasikan pada tahun 1986
Tes Stanford-Binet
• Tes ini menghasilkan IQ dari klien yang
kemudian dibandingkan oleh usia mental yang
dimiliki oleh klien
• Kategori IQ skala Stanford-Binet
IQ Kategori
140-169 Very Superior
120-139 Superior
110-119 Hight Average
90-110 Average
80-89 Low Average
Wechler Intelligence Scales
• 1939 David Wechler mengembangkan
Wecheler- Bellevue Intelligence Scale untuk
mengukur intelegensi pada individu dewasa
• Wechler Preschol and Primary Scale of
Intelligence (WPPSI)
• Wechler Intelligence Scale For Childern
(WISC)
• Wechler Adult Intelligence Scale (WAIS)
Wechler Intelligence Scales
• Terdiri dari 11 sub tes 6 sub tes verbal, 5 sub
tes performance
• Menghasilkan IQ verbal, IQ performance, dan
IQ Total
ASESMEN KLINIS:
TES INTELIGENSI
• Apa yang dimaksud inteligensi?

• Bagaimana mengembangkan instrumen


pengukuran yg valid untuk mengukur
inteligensi tsb?

• Validitas & reliabilitas?


Reliabilitas
• Mengacu pada kekonsistenan respon individu thd stimuli tes
• Bbrp cara mengukur reliabilitas:
1. Test-retest reliability
→ Individu membuat respon serupa pada stimuli tes yg sama
dalam waktu yg berulang
→ Jika di setiap waktu didapatkan respon yg b’beda, maka
data
tes tidak akan berguna
→ Pada bbrp kasus, di waktu yg kedua, klien mungkin akan
mengingat responnya saat waktu yg pertama. Atau akan
mengembangkan semacam ‘test-wiseness’ dari tes yg
pertama yg mempengaruhi skor tes pada waktu yg kedua.
→ Bbrp kasus jg memungkinkan klien berlatih diantara
2. Equivalent-forms reliability
→ Form yg ekivalen atau paralel dikembangkan utk
menghindari
masalah t’dahulu
→ Terkadang m’habiskan banyak waktu dan uang utk
pengembangan form ini, atau tll sulit atau tidak mungkin
utk
memastikan bahwa formnya benar2 ekivalen.
→ Tidak praktis.
3. Split-half reliability
→ Tes dibagi menjadi dua (biasanya nomor item yg ganjil &
genap), dan skor partisipan pada dua bagian tsb
dibandingkan.
4. Internal consistency reliability
→ Apakah item2 dlm tes dapat mengukur hal yg sama?
5. Interrater or interjudge reliability
→ Goal: menunjukkan bahwa observer yg
independen
dapat menyetujui rating atau penilaian beberapa
aspek perilaku sso

• Tanpa reliabilitas, konsistensi, atau stabilitas


pengukuran, maka tes tidak akan valid.
• Namun, wlpn suatu tes dinyatakan reliabel, tidak
secara otomatis dapat dikatakan bahwa tes itu juga
valid.
Validitas
• Mengacu pada teknik pengukuran utk mengukur
apa yg seharusnya diukur

• Bbrp cara pengukuran validitas:


1. Content validity
→ Mengindikasikan bahwa item2 tes mewakili
berbagai aspek dari variabel yg diteliti.
→ Dapat diketahui dgn melihat kesesuaian

item2 dalam tes dgn blue-printnya


2. Predictive validity
→ Menunjukkan ketika skor tes secara akurat memprediksikan
bbrp perilaku atau peristiwa di masa yg akan datang.
→ Dapat dilihat dari hasil analisis korelasional antara skor tes
tsb dgn skor performansi yg ingin diprediksi (ada tenggang
waktu utk m’dapatkan skor performansi)

3. Concurrent validity
→ Meliputi hubungan skor tes saat ini dengan skor kriteria yg
didapat bersamaan (tidak ada tenggang waktu utk
m’dapatkan skor kriteria)

4. Construct Validity
→ Shown when test scores relate to other measures or
behaviors in logical, theoretically expected fashion.
INTELIGENSI
DEFINISI

Tidak ada definisi yg diterima secara universal, karena


berbeda-beda pada setiap tokoh.

Definisinya tercakup dalam tiga pokok:


1. Definisi yg menekankan adjustment atau adaptation
thd lingkungan
2. Definisi yg b’fokus pada kemampuan utk belajar
3. Definisi yg menekankan kemampuan berpikir
abstrak
TEORI

Pendekatan teoritis utk memahami


inteligensi yaitu teori psikometris, teori
perkembangan, teori neuropsikologis, dan
teori pemrosesan-informasi
Pendekatan Faktor Analitik
- Tokoh: Charles E. Spearman (bapak faktor
analisis) (1927)
→ Teori: inteligensi faktor g (general)
faktor s (spesifik)

- L. L. Thurstone (1938)
→ Teori: 7 faktor kelompok (Thurstone’s Primary
Mental Ability):
number, word fluency, verbal meaning,
perceptual speed, space, reasoning, dan
memory
Teori Cattell
- Tokoh: R. B. Cattell (1987)
- Teori: menekankan sentralitas faktor g
- Juga memberikan daftar tentatif dari 17 konsep
kemampuan primer.
- Membagi faktor g Spearman ke dlm 2 komponen,
yaitu fluid ability (secara genetik sso memiliki
kapasitas intelektual), crystallized ability
(kapasitas,
diketahui dgn tes inteligensi terstandar, yg
dilengkapi dgn p’belajaran culture-based)
Klasifikasi Guilford
* Tokoh: Guilford (1967)
- Teori: model Structure of the Intellect (SOI)
- Menggunakan teknik statistik dan faktor analitik utk
mengetesnya.
- Bpendapat bhw komponen inteligensi dibagi ke dlm 3 dimensi:
a. Operasi (apa yg dilakukan)
: kognisi, memori, produksi konvergen, & evaluasi
b. Isi (hakikat materi atau informasi dimana operasi
dijalankan)
: figural (visual, auditori, kinestetik), simbolik, semantik,
PL
c. Produk (bentuk dimana informasi diproses)
: unit, kelas, relasi, sistem, transformasi, implikasi
Sehingga, 5x4x6 = 120 faktor
Perkembangan Terbaru

- Tes inteligensi lama : mengukur apa yg diketahui


atau dapat dilakukan
Tes inteligensi baru : take on highly cognitive or
information-processing look
→ Lebih dinamis

- Bbrp peneliti fokus pada kecepatan pemrosesan


informasi, yg lainnya pada strategi pemrosesan
- Gardner (1983, 1999), menjelaskan a theory of multiple intelligences
→ Family of six intelligences: linguistic, musical, logical-
mathematical, spatial, bodily-kinesthetic, & personal
- Sternberg (1985, 1991), mengemukakan triarchic theory of
intelligence
→ Fungsi manusia berdasarkan pada 3 aspek inteligensi:
componential (berpikir analitik), experiental (berpikir kreatif), &
contextual (dilihat sbg “street smart”- orang yg tahu how to play
the game & dpt secara sukses memanipulasi lingkungan).
→ Tidak menekankan pada kecepatan & akurasi performa, namun
menekankan pada perencanaan dan monitoringnya.
- Total IQ dpt m’gambarkan skor rata2 atau gabungan dari subtes2
- Dua orang yg secara keseluruhan memiliki skor IQ yg sama, dapat
berbeda pada kemampuan spesifiknya
INTELLIGENCE QUOTIENT (IQ)

• Merupakan angka normatif dari hasil tes intelegensi yang


dinyatakan dalam bentuk rasio (quotient)

• Rasio IQ
- Binet b’pendapat bhw mental age (MA) sbg indeks dari
performa mental
- Stern (1938), mengembangkan konsep intelligence
quotient (IQ) antara chronological age (CA) dan MA utk
menunjukkan deviansi
- Rumus: IQ = MA/CA x 100
- IQ tidak dapat ditambah atau dikurangi
• Deviasi IQ
- Rasio IQ scr signifikan terbatas dalam pengaplikasiannya
pada kelompok usia yg lebih tua.
Alasan: kekonsistenan skor MA disertai dgn peningkatan
skor CA yg akan m’hasilkan IQ rendah → IQ t’lihat semakin
menurun wlpn kenyataannya kemampuan intelektual sso
terus dipertahankan
- Solusi: Wechsler mengenalkan konsep deviasi IQ
Asumsi dibuat bhw inteligensi secara normal
didistribusikan pada seluruh populasi
Deviasi IQ selanjutnya meliputi perbandingan antara
performa individu dlm tes IQ dgn umur sebayanya.
- Skor IQ 100 mengindikasikan kemampuan inteligensi pada
tingkat rata2 dalam kelompok usianya
• Korelasi IQ
- Kesuksesan sekolah
* Skor IQ dpt m’prediksi kesuksesan sekolah
* Umumnya, skor IQ b’hubungan dgn kesuksesan
sekolah & tes prestasi yg m’ukur hasil belajar
* Korelasi antara skor IQ & nilainya: 50%
→ Kesuksesan sekolah jg dipengaruhi oleh
motivasi, ekspekstasi guru, latar belakang
budaya, perilaku orang tua, dsb
* So, jika sekolahnya gagal, penyebabnya?
- Status & Kesuksesan Pekerjaan
Skor inteligensi mjd prediktor yg bagus bagi performa kerja
- Perbedaan kelompok
* Laki2 & perempuan
→ Perbedaan scr signifikan t’lihat pada kemampuan
spesifiknya, & bukan pada skor IQ secara keseluruhan
→ Laki2 cndrg lebih tinggi skornya pada kemampuan spasial &
stlh pubertas, pada kemamuan kuantitatifnya
→ Perempuan cndrg lebih tinggi skornya pada kemampuan
verbal
* Ras/ Etnis
→ Amerika Hispanik & Amerika-Afrika cndrg lebih rendah skor
IQnya dibanding Amerika-Eropa
→ Apa yg menyebabkan p’bedaan tsb?
• Hereditas & Stabilitas Skor IQ
* Hereditas IQ
IQ berkorelasi dgn faktor genetik sebesar 51% - 81%
→ sisanya adalah faktor lingkungan

* Stabilitas skor IQ
- Uji reliabilitas dgn m’gunakan test-retest correlation,
dapat menunjukkan kestabilan skor sepanjang waktu
- Skor IQ cndrg kurang stabil utk anak kecil, dan lebih
stabil utk orang dewasa.
- Krn itu, klinisi seringkali dalam laporan tes
menggambarkan ‘present level of intellectual functioning’
- Berbagai faktor (mis., motivasi & perubahan emosi) dpt
mempengaruhi skor individu.
ASESMEN KLINIS
PADA INTELIGENSI
• Skala Stanford-Binet
– Revisi Binet:
Binet (1905) – Terman (1916) – Stanford-Binet (1937) –
Standford-Binet (1960) – revisi norma (1972) –
Standford-Binet 4th Ed.(SB-4) (1986)
– Deskripsi:
SB ditandakan dgn skala usia. Ada 20 level usia, mulai
dari Tahun II hingga Superior Adult level III. Masing2
level memiliki enam item. Tiap item dikonversikan
dalam 1 atau 2 bulan kredit usia mental.
– Item2 dikelompokkan b’dasarkan usia
– Versi 1986 b’dasarkan model hirarki inteligensi.
– SB-4 t’diri dari empat kelas general, dmn masing2 kls t’diri
dari bbrp subtes:
1. Verbal reasoning:
Vocabulary, comprehension, absurdities, verbal relations
2. Quantitative reasoning:
Quantitative, number series, equation building
3. Abstract/ visual reasoning:
Pattern analysis, copying, matrices, paper folding &
cutting
4. Short-term memory:
Bead memory, memory for sentences, memory for digits,
memory for objects
• Skala Wechsler
– David Wechsler mengembangkan Wechsler-
Bellevue Intelligence Scale di th.1939 → respon
thd skala Standford-Binet awal yg kurang
menguntungkan
– Didesain utk dewasa
– Item2 dikelompokkan berdasarkan subtes
– T’diri dari skala performance & skala verbal
→ ada IQ masing2 skala tsb & ada IQ total
– Menggunakan konsep deviasi IQ
→ Membandingkan individu dgn indvd yg
seusianya → IQ 100 sbg rata2 utk tiap
kelompok usia
* WAIS-III
- Versi terbaru skala W-B adalah WAIS di th 1955
- Revisi: WAIS-R di thn 1981
- Versi terbaru: WAIS-III di th 1997
- 14 Subtes WAIS-III:
1. Vocabulary 8. Picture completion
2. Similarities 9. Digit symbol-
coding
3. Arithmetic 10. Block design
4. Digit span 11. Matrix reasoning
5. Information 12. Picture
arrangement
6. Comprehension 13. Symbol search
- Perubahan:
1. Adanya reversal item pada bbrp subtes.
Dalam subtes ini, dimulai dgn 2 item basal yg sama & hrs

m’dptk’ skor yg sempurna, jika tidak, item sebelumnya


harus diberikan dahulu hingga skornya sempurna utk dua

item berturut2.
Tujuan: ?
2. Adanya index scores dlm penambahan skor IQ (IQ verbal,
IQ performance, & IQ total)
4 index scores:
verbal comprehension (vocabulary, similarities, information),
perceptual organization (picture completion, block design, matrix
reasoning), working memory (arithmetic), digit span, letter-number
sequencing), procesing speed (digit symbol, coding, symbol search)
– Memperoleh IQ & skor indeks
Raw scores dikonversikan ke dalam scaled score
→ disesuaikan dg kelompok umurnya
IQ & index scores didapat dari menjumlahkan
scaled score dari subtes yg dipilih lalu
dikonversikan ke dalam ekivalen IQ.
* WISC-IV
- Pertama kali dikembangkan thn 1949
- Revisi thn 1974: WISC-R, lalu 1991: WISC-III
- Versi terakhir: WISC-IV thn 2003 utk usia 6-16 th.
- T’diri dari 10 subtes inti & 5 subtes pelengkap.
- Memiliki struktur hirarki → subtes digolongkan ke dalam 4
klp index:
1. The verbal comprehension index (VCI) :
Similarities, vocabulary, comphrehension.
Suplementer: information & word reasoning
= IQ verbal pada tes Wechsler yg lain
2. The perceptual reasoning index (PRI):
Block design, picture concepts, & matrix reasoning
Suplementer: picture completion
= IQ performance pada tes wechsler yg lain
3. The working memory index (WMI):
Digit span, & letter-number sequencing
Suplementer: arithmetic
Mengukur kemampuan anak utk menyimpan

informasi dlm kesadaran, menunjukkan bbrp


operasi mtk, & m’hasilkan
4. The processing speed index (PSI):
Coding, & symbol search
Suplementer: cancellation
Mengukur kecepatan memproses informasi &

tugas2 yg menggunakan waktu


• Kegunaan Klinis Tes Inteligensi
– Estimasi dari level intelektual yg general
Alat utk m’dapatkan estimasi level intelektual.
Klinisi bukan hanya m’dapatkan skor IQ, tp juga
menginterpretasikannya
– Prediksi kesuksesan akademis : logisnya,
inteligensi merefleksikan kapasitas yg bagus di
sekolah
– The appraisal of style: tdk penting apakah klien
berhasil atau gagal pada item2 yg ada, tp yg
penting adalah bagaimana klien bisa berhasil atau
gagal
Psikologi Klinis
Tes Kepribadian

Adisti Natalia
Tes Kepribadian
• Memberikan cara tambahan dalam memahami cara
berpikir, tingkah laku dan emosi individu
• Tes ini digunakan secara independen dan pada saat
yang lain, tes tersebut berfungsi sebagai tambahan
dalam wawancara klinis ataupun penelitian
• Terdapat 2 bentuk utama tes kepribadian self-report,
dan proyektif
Tes Kepribadian Self report
• Tes kepribadian self report mengandung pertanyaan
yang telah terstandardisasi dengan kategori respons
tetap yang dilengkapi secara independen oleh
individu yang mengikuti tes
• Keuntungannya : mudah untuk dilaksanakan dan
diberi skor.
• MMPI, 16PF, MBTI, BDI, STAI, dll
Minnesota Multiphasic Personality
Inventory (MMPI)
• Dipublikasikan pada tahun 1943
• Terdiri atas 567 aitem yang mengandung self-
description yang direspon oleh individu yang
menjalani tes dengan “salah” atau “benar”
• MMPI menghasilkan profil kepribadian dan kesulitan
psikologis dari individu yang mengikuti tes. Tes MMPI
menghasilkan 3 skala yang memberikan klinisi
mengenai validitas profil dari setiap individu
Six-teen Personality Factor Quetionnaire (16PF)
• Dikembangkan oleh Raymond Cattel pada 1940-an
• Terdapat 15 dimensi kepribadian primer dan 1 faktor
intelegensi

The Myers-Briggs Type Indicator (MBTI)

• Dikembangkan oleh Myers dan McCaulley 1985


• Berdasarkan tipologi kepribadian Carl Jung Extravition-
Introvesion, Sensational-Intution, Thinking-Feeling, Judging-
Perceiving
Beck Depression Inventory (BDI)

• Dipublikasikan pada tahun 1961 oleh Aaron Beck, Robert


Steer
• BDI terdiri dari 21 pokok bahasan yang meminta subjek untuk
melaporkan sejauh mana mengalami gejala-gejala depresi

State – Trait Anxiety Inventory (STAI)


• Dipublikasikan pada tahun 1989 oleh Charles Spielbenger
• STAI terdiri dari atas dua perangkat pernyataan terpisah, yang
masing-masing terdiri atas 20 pokok bahasan
Tes Kepribadian Proyektif
• Dikembangkan dengan tujuan untuk mendapatkan
akses menuju permasalahan ketidaksadaran
• Adalah teknik ketika orang yang melakukan tes
diberikan item atau tugas ambigu dan diminta untuk
memberikan respons sesuai dengan pemaknaan yang
muncul pada dirinya
• Tes Rorschach, TAT/CAT
Rorschach
• Diciptakan oleh Hermann Rorschach pada tahun
1911
• Terdiri dari 10 seri kartu yang memperlihatkan bercak
tinta.
• 5 kartu bewarna dan 5 kartu hitam putih
• Instruksinya: melihat setiap bercak tinta dan
menyebutkan apa yang ia lihat dari bercak tersebut
Thematic Apperception Test (TAT)

• Disusun oleh Christiana Morgan dan Henry Murray


(1935).
• Terdiri dari beberapa kartu bergambar, tapi biasanya
hanya digunakan 10 kartu
• TAT berpusat pada kebutuhan pribadi, persepsi
mengenai kekuatan lingkungan, dan tema tokoh
utama dalam cerita
PSIKOLOGI KLINIS

Diagnostic

Adisti Natalia
Multiaxial Assessment
• Axis I
▪ Gangguan Klinis
▪ Kondisi lain yang mungkin menjadi fokus perhatian psikologi klinis
• Axis II
▪ Gangguan Kepribadian
▪ Retadasi Mental
• Axis III
▪ Kondisi medis
• Axis IV
▪ Masalah Psikososial dan lingkungan
• Axis V
▪ Penilaian Fungsi Global
Axis I
• Semua gangguan yang menjadi fokus psikologi
klinis tidak termasuk gangguan kepribadian
dan retardasi mental
• Skizofrenia, gangguan mood, gangguan
disosiasi, gangguan sexual, gangguan tidur,
gangguan cemas, gangguan makan, dll
Axis II
• Semua gangguan yang terdapat pada
gangguan kepribadian dan retardasi mental
• Paranoid personality disorder, schizoid
personality disorder, Schizotypal personality
disorder, Antisocial personality disorder,
boderline personality disorder narsistic
personality disorder, retadasi mental, dll
Axis III
• Semua yang termasuk kondisi medis
• Sakit kulit, komplikasi saat melahirkan,
gangguan fisik, operasi, penyakit-penyakit
serius, seperti sakit jantung, paru-paru, ginjal,
dan lain-lain
Axis IV
• Semua hal yang terkait dengan masalah
psikososial dan lingkungan
• Seperti orang tua bercerai, hidup di
lingkungan yang penuh dengan tekanan, tidak
ada support dari orang sekitar, kemiskinan, dll
Axis V
• Penilaian yang diberikan oleh psikolog klinis
berupa skor yang di dapat dari gejala-gejala
yang terdapat pada klien
• Nilai semakin tinggi menunjukkan bahwa
individu tersebut masih berfungsi secara baik.
SKOR GAF Kriteria
100-91 Gejala tidak ada, berfungsi maksimal
90-81 Gejala minimal, berfungsi baik, cukup puas,
hanya masalah harian
80-71 Gejala sementara & dapat di atasi, disabilitas
ringan dalam pekerjaan, sosial, sekolah, dll
70-61 Beberapa gejala ringan dan menetap,
disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum
baik
60-51 Gejala sedang, disabilitas sedang
50-41 Gejala berat, disabilitas berat
40-31 Beberapa disabilitas dalam hubungan dengan
realita dan komunikasi, disabilitas berat dalam
beberapa fungsi
30-21 Disabilitas berat dalam komunikasi dan daya
nilai, tidak mampu berfungsi hampir semua
bidang
20-11 Bahaya mencederai diri / orang lain, disabilitas
sangat berat
10-01 Seperti di atas tapi sangat serius
PSIKOLOGI KLINIS
GANGGUAN KEPRIBADIAN
Gangguan Kepribadian
• Suatu gangguan dimana penderita memiliki suatu
kepribadian yang menyimpang yang tidak sesuai
dengan apa yang diharapkan.
• Biasanya penderita mempunyai perilaku yang tidak
fleksibel dan konsisten
• Rata-rata muncul pada saat masa dewasa awal
• Dibagi menjadi 3 kelompok :
1. Kelompok A : Aneh atau Eksentrik
2. Kelompok B : Dramatis, Emosional
3. Kelompok C: Mudah Cemas
Kelompok A

Gangguan Kepribadian Gangguan Kepribadian Gangguan Kepribadian


Paranoid Schizoid Schizotypal
Gangguan Kepribadian Paranoid
• Individu yang mempunyai gangguan ini mempunyai
pola pikir bahwa semua orang ingin menyakiti
mereka, mereka cenderung tidak mempercayai orang
lain.
• Sering menyalahkan orang lain tanpa dasar, ragu atas
kebaikan orang lain, sulit mempunyai hubungan yang
baik dengan orang lain, menyimpan dendam
Gangguan Kepribadian Schizoid
• Individu memiliki kecenderungan tidak
menginginkan adanya interaksi sosial dan
hubungan intim serta memiliki sikap yang
acuh terhadap suatu hubungan
• Suka menyendiri, tidak punya teman, dekat,
acuh terhadap orang lain, dingin secara
emosional
Gangguan Kepribadian Schizotypal
• Individu memiliki pola pikir yang khas sehingga dapat
merusak komunikasi dan interaksi yang tengah
berlangsung
• Memiliki 4 Kriteria:
1. Memiliki sifat paranoid
2. Semua kejadian di sekitarnya berkaitan dengannya
3. Memiliki keyakinan terhadap sihir
4. Memiliki halusinasi
Kelompok B

Gangguan Gangguan Gangguan Gangguan


Kepribadian Kepribadian Kepribadian Kepribadian
Antisosial Boderline Histrionik Narsistik
Gangguan Kepribadian Antisosial
• Merupakan individu yang tidak memperhatikan hak
orang lain, cenderung untuk melanggar norma-
norma sosial yang ada
• Karakteristiknya : Terus menerus melanggar hukum,
agresi, sering berbohong, tidak peduli pada
keselamatan orang lain dan diri sendiri, kurang
memiliki rasa penyesalan atas tindakannya
Gangguan Keprbadian Boderline
• Individu cenderung tidak stabil dalam berhubungan
dan juga mood.
• Kepribadian boderline memiliki beberapa tanda
seperti; memiliki hubungan yang tidak stabil,
gangguan identitas, mood yang mudah berubah –
ubah, karena itu individu dengan kepribadian
ambang memiliki kecenderungan mudah depresi
Gangguan Kepribadian Histrionik
• Individu menjadi terlalu dramatis danlam mencari
perhatian
• Gangguan kepribadian histronik memiliki beberapa
karakteristik seperti tidak nyaman ketika dia tidak
menjadi pusat perhatian, memiliki sifat provokatif
dalam berhubungan seksual, emosi yang mudah
berubah, menggunakan fisik untuk menarik
perhatian
Gangguan Kepribadian Narsistik
• Individu cenderung terlalu membanggakan
dirinya sendiri dan kurang adanya empati
untuk orang lain
• Karakteristiknya : Terlalu mementingkan
dirinya sendiri, merasa dirinya istimewa,
percaya bahwa ia memiliki kekuasaan ataupun
kekuatan melebihi orang lain, egois, sering iri
dengan pencapaian orang lain
Kelompok C

Gangguan Kepribadian Gangguan Kepribadian Gangguan Kepribadian


Avoidant Dependent Obsesive-Compulsive
Gangguan Kepribadian Avoidant
• individu yang memiliki kecenderungan dimana
individu takut akan suatu kritikan, penolakan dari
orang lain sehingga lebih memilih untuk tidak
memiliki hubungan, kecuali ketika merasa benar –
benar yakin
• Karakteristik: Menghindari pekerjaan yang
melibatkan hubungan signifikan,tidak mau terlibat
dengan orang lain, menahan diri dalam hubungan,
menghindari konflik
Gangguan Kepribadian Dependent
• Kepribadian dimana orang yang mengalami
gangguan tersebut akan sulit menentukan suatu
pilihan dan cenderung mengandalkan orang lain
secara berlebihan untuk menentukan suatu
pilihan
• Seorang yang mengalami kepribadian dependen
cenderung bergantung kepada orang lain karena
hal tersebut sudah menjadi hal yang biasa dan
menjadi suatu kebiasaan (behaviours), untuk
mengandalkan orang lain sehingga persepsi pada
diri sendiri menjadi tidak bekerja
Gangguan Kepribadian Obsessive-
Compulsive
• Cenderung perfeksionis, dan cenderung fokus pada
detil, sehingga dapat menghambat proses kerja dan
terhambatnya suatu proyek
• Memiliki ciri seperti sibuk dengan detil, menunjukan
perfeksionisme, berlebihan ketika mengerjakan suatu
pekerjaan, tidak dapat mengabaikan obyek yang
mengganggu
Psikologi Klinis

Beberapa Gangguan yang ada pada


Axis I
Gangguan Kecemasan
(Anxiety)
Gangguan Kecemasan (Anxiety)
• Ketidakmampuan dalam menghadapi
perasaan cemas yang kronis dan intens,
perasaan tersebut sangat kuat sehingga
mereka tidak mampu berfungsi dalam
kehidupan sehari-hari
• Serangan Panik
▪ Sebuah periode ketakutan yang kuat atau
ketidaknyamanan selama seseorang mengalami
empat atau lebih gejala yang mengikuti
berkembang dengan cepat dan mencapai
puncaknya dalam 10 menit
▪ Gejala:
1. Palpitasi
2. Berkeringat
3. Gemetar
4. Napas pendek atau tercekik
5. Pusing
6. Mual
• Agorafobia
▪ Individu merasakan rasa cemas yang kuat ketika
merasa terjebak, terdampar, atau tidak nyaman dalam
situasi tanpa bantuan jika serangan panik terjadi
▪ Karakteristik :
1. Orang dalam kondisi ini mengalami kecemasan ketika
berada dalam tempat-tempat atau situasi yang sulit untuk
melarikan diri atau tidak nyaman, atau tempat ketika
mereka tidak mampu untuk mendapatkan pertolongan
terhadap gejala-gejala panik atau serangan panik.
2. Orang-orang dengan kondisi ini menghindari situasi
menakutkan atau bertahan dengan menandai gejala-gejala
distres atau kecemasan yang akan menyebabkan serangan
panik.
• Fobia
▪ Suatu ketakutan yang tidak rasional yang
menyebabkan penghindaran yang disadari
terhadap objek, aktivitas atau situasi yang ditakuti
▪ Fobia Spesifik : ketakutan irasional dan menetap
pada objek yang khusus, aktivitas, atau situasi
yang menyebabkan respons kecemasan yang tiba-
tiba menyebabkan gangguan yang signifikan
dalam performa dan menghasilkan perilaku
menghindar
• Obsesif Kompulsif
▪ Obsesi : ide, pikiran, impuls, atau gambaran yang
menetap dan mengganggu.
▪ Kompulsif : pengulangan perilaku dan memiliki
tujuan tertentu yang dilakukan sebagai respons
terhadap dorongan yang tidak dapat dikendalikan.
• Gangguan stres Akut dan Gangguan Stres
Pasca Trauma
▪ Pengalaman traumatis adalah peristiwa yang
mendatangkan bencana atau peristiwa yang
menyakitkan yang menimbulkan efek psikologis
dan fisiologis yang berat.
▪ Beberapa orang kemudian mengembangkan
gangguan traumatis. Pada kondisi ini individu
mengembangkan perasaan ketakutan yang kuat,
tidak berdaya, atau kengerian
• Gangguan Stres Pasca Trauma
▪ Pengalaman kembali trauma melalui mimpi dan
pikiran yang membangunkan traumatis
▪ Penghindaran yang persisten oleh penderita
terhadap trauma dan penumpulan responsivitas
pada penderita tersebut
▪ Dialami selama lebih dari 1 bulan
Gangguan Somatoform
Gangguan Somatoform
• Melibatkan berbagai macam kondisi ketika
konflik psikologis diterjemahkan menjadi
permasalahan atau keluhan secara fisik yang
menyebabkan stres dan kesulitan yang besar
dalam kehidupan seseorang
Gangguan Makan
Anoreksia
• Menolak makan walaupun lapar demi
mendapatkan berat badan yang ideal
(biasanya, walaupun berat badannya sudah
ideal penderita tetap tidak mau makan karena
takut mengalami kenaikan berat badan).
• Biasanya terjadi pada rentang usia 10-30
tahun
Bulimia
• Memakan dalam jumlah yang besar dan
kemudian melakukan kompensasi.
• Purging type : setalah memakan dalam jumlah
yang banyak ia akan memuntahkan makanannya.
• Nonpurging type : menggunakan perilaku
kompensasi yang tidak sesuai lainnya untuk
mencegah penambahan berat badan, seperti
berpuasa dan berlatih.
Gangguan Tidur
Insomnia
• Kesulitan dalam memulai atau
mempertahankan tidur
• Sering berhubungan dengan kecemasan

Hipersomnia
• Tidur secara berlebihan dan sering mengantuk
• Sering berhubungan dengan kecemasan
Gangguan Mood
Gangguan Mood
• Perubahan suasana hati atau perasaan (mood
dan afek, biasanya ke arah depresi, atau ke
arah elasi (suasana hati yang meningkat)
• Mempunyai kesedihan atau kesenangan yang
berlebihan dan biasanya terjadi dengan sangat
cepat
• Gangguan Depresi : Penderita mengalami
kesedihan yang cukup berat dan bertahan cukup
lama
▪ Mild depression : Individu mengalami depresi saat ada
kondisi yang membuatnya stres berat terjdinya
biasanya tidak bertahan lama
▪ Moderate depression : adanya perubahan ood yang
berlangsung terus-menerus dan juga mempengaruhi
fisik
▪ Severe depression : terdapat 5 gejala depresi, sangat
mempengaruhi kehidupannya dan berlangsung cukup
lama
• Gangguan Bipolar : adanya perubahan mood
yang signifikan
▪ Episode Manik : mengalami euforia, kegembiraan,
optimis dan kepercayaan diri yang berlebihan
▪ Episode Depresif : mengalami kesedihan yang
mendalam dan berlebihan
▪ Terjadi secara bergantian dan tidak ada penyebab
spesifik yang jelas
Skizofrenia
Skizofrenia
• Gangguan dengan serangkaian simtom yang
meliputi gangguan konteks berpikir, bentuk
pemikiran, persepsi, afek, rasa terhadap diri,
motivasi, perilaku, dan fungsi interpersonal
• Gejala-gejala :
1. Gejala Positif : Halusinasi dan Delusi (waham)
2. Gejala Negatif : Afek dan Emosi tidak sesuai
3. Gejala Disorganisasi Perilaku dan Pembicaraan tidak
sesuai
• Macam-macam Skizofrenia:
1. Skizofrenia Paranoid : Delusi berupa ada seseorang
yang mau menyakitinnya, halusinasi biasanya berupa
halusinasi pendengaran
2. Skizofrenia Disorganisasi : perilaku, afek, dan
bicaranya tidak sesuai
3. Skizofrenia Katatonik : Mengalami kekakuan di
berbagai tubuh (tangan, kaki, wajah, dll)
4. Skizofrenia Residual : keadaan kronis dari skizofrenia
dengan riwayat sedikitnya satu episode psikotik yang
jelas dan gejala-gejala berkembang ke arah gejala
negative yang lebih menonjol
Intervensi Psikologi Klinis
Psikoterapi

Pengaplikasian berbagai metode klinis dan sikap interpersonal yang


informed dan dilakukan secara sengaja, berdasarkan prinsip-prinsip
psikologis yang sudah mapan, dengan maksud membantu orang
lain untuk memodifikasi perilaku, kognisi, emosi dan karakteristik
pribadi lainnya kearah yang diinginkan oleh partisipannya.
 Tahap-tahap Psikoterapi:

Asesment Diagnosis Pemilihan


Raport
terapi yang
tepat

Sesi Terapi Penjelasan mengenai


Evaluasi dimulai terapi secara umum
Psikodinamika

 Menekanakan pada dinamika atau mendorong dari


dorong-dorongan yang terletak jauh di dalam
ketidaksadaran ke kesadaran maupun sebaliknya
 Masa kanak-kanak sangat penting bagi terapi
psikodinamika
 Freud : Berpusat pada Id, Ego dan Super Ego
 Jung : Menambahkan ketidaksadaran kolektif.
 Adler : lebih menekan pada ketertsrikan secara sosial
 Analisis mimpi
Terapi Behavioral

 Berpusat pada perilaku : Modifikasi perilaku


 Classical Conditioning : Membuat stimulus yang
dikondisikan agar dapat memunculkan respon sesuai apa
yang diinginkan
 Operan Conditioning : Menekankan pada penguatan yang
diberikan pada klien
Terapi Kognitif

 CBT : Terapi yang menggunakan kognisi (pikiran)


sebagai kunci untuk mengubah perilaku
 Stimulus – Kognisi – Respon
 Terapi biasanya menggunakan dialog atau
pertanyaan yang dapat membuat klien dapat melihat
atau memahami suatu permasalahan dari sudut
pandang yang lain
 Teknik yang paling sering digunakan adalah teknik
ABC : Situasi (A), B (Pikiran) ,C (emosi)
Terapi Humanistik

 Terapi yang menekankan pada keunikkan, keberhargaan,


dan martabat setiap individu dan perkembangan nilai-
nilai dan tujuan pribadi.
 Lebih menekankan pada situasi apa yang memicu
 Client center terapi : terapi yang berpusat pada klien.
Terapis membantu klien untuk menyadari apa yang ada
pada dirinya sendiri
PSIKOLOGI KLINIS

PSIKOTERAPI KELOMPOK/ KOMUNITAS


Psikoterapi Kelompok

 Adalah terapi yang melibatkan satu komunitas atau


kelompok dengan terapis
 Biasanya kelompok atau komunitas terdiri dari 5
atau 10 orang.
 Semua partisipan yang mengikuti terapi kelompok
harus memiliki masalah yang serupa
 Manfaat dari terapi kelompok :

1. Universalitas : Memberikan perasaan bahwa diri klien


tidak lah terasing atau ‘aneh’
2. Alturisme : klien diajarkan untuk menerima dan
memberi antar klien
3. Rekapitulasi korektif dari kelompok keluarga primer :
dapat menciptakan suasana keluarga atau komunitas
yang diinginkan klien
4. Mengembangkan teknik-teknik sosialisasi
5. Pembelajaran interpersonal : dapat mempelajari apa
yang ada di dalam dirinya dan dampaknya terhadap
orang lain
 Yang harus dilakukan terapis kelompok :
1. Menjelaskan norma yang berlaku di dalam kelompok
2. Terapis harus memberikan fokus yang jelas mengenai
proses-prosesn yang berlangsung
3. Dapat mengatasi berbagai masalah yang terjadi selama
proses berlangsung
Psikodrama

 Terapi dimana kelompok terapi melakukan peran


tertentu yang sesuai dengan permasalahan yang ada
 Tujuan Psikodrama :
1. Membantu klien atau sekelompok klien untuk mengatasi
masalah pribadi dengan cara memainkan drama, peran,
atau terapi tindakan
2. Dimaksudkan agar individu yang bersangkutan dapat
memperoleh pengertian yang lebih baik mengenai dirinya,
dapat menemukan konsep pada dirinya, menyatakan
mengenai kebutuhan-kebutuhannya, dan menyatakan
reaksinya terhadap tekanan-tekanan pada dirinya.
 Tahapan Psikodrama :
1. Persiapan : Menjelaskan mengenai terapi, memberikan
motivasi
2. Pelaksanaan : Bermain peran
3. Diskusi : Mendiskusikan bagaimana perasaan dan
pemikiran yang timbul setelah bermain peran
Cognitive-Behavioral Structured Learning
Groups

 Mirip dengan CBT secara pendekatannya hanya saja


dilakukan secara berkelompok
 Diskusi antara pastisipan sangat diperlukan
 Terdapat 10 sesi
 FGD
Psikoedukasi

 Menawarkan informasi, latihan, dan diskusi tentang


berbagai masalah psikologis
 Biasanya dalam bentuk seminar ataupun workshop
 Terapis memberikan informasi yang kemudian di
diskusi bersama dengan pastisipan
Psikologi Kesehatan
Apa yang Dimaksud Psikologi
Kesehatan?

� Apa itu KESEHATAN?


Ø Secara Negatif : ketiadaan tanda-tanda atau gejala-
gejala objektif dan subjektif dari keadaan sakit,
penyakit, malfungsi, atau cedera badaniah.
Ø Secara Positif : keberadaan kesejahteraan, kekuatan
dalam tubuh dan pikiran, kualitas hidup yang baik,
dan kebiasaan-kebiasaan yang mendukung kesehatan.
� PSIKOLOGI KESEHATAN : Semua aspek
yang berhubungan dengan pengalaman sehat
dan sakit serta perilaku yang mempengaruhi
status kesehatan
Psikologi Kesehatan

� Lebih memfokuskan mengenai adanya


hubungan keadaan psikologis dengan
kesehatan�–�akar�utamanya�adalah�
ketertarikan psikolog dengan gangguan
psikosomatis.
� Beberapa sakit fisik seperti jantung, darah
tinggi dan asma dianggap sebagai penyakit
yang disebabkan oleh konflik-konflik tak
sadar, seperti permusuhan yang ditekan ke
ketidaksadaran.
Beberapa Penanganan Secara
Psikologis

� Self-Monitoring dan Self-Observation


:Membuat catatan keluhan mengenai
penyakitnya, apa yang ia rasakan, seberapa
sakit tingkatnya, seberapa sering sakit itu
terasa dan keadaan klien saat itu.
� Latihan relaksasi
� Edukasi
PSIKOLOGI KLINIS

P S I KO T E R A P I K E L O M P O K / KO M U N I TA S
Psikoterapi Kelompok

� Adalah terapi yang melibatkan satu


komunitas atau kelompok dengan terapis
� Biasanya kelompok atau komunitas terdiri
dari 5 atau 10 orang.
� Semua partisipan yang mengikuti terapi
kelompok harus memiliki masalah yang
serupa
� Manfaat dari terapi kelompok :

1. Universalitas : Memberikan perasaan bahwa diri


klien�tidak�lah�terasing�atau�‘aneh’
2. Alturisme : klien diajarkan untuk menerima dan
memberi antar klien
3. Rekapitulasi korektif dari kelompok keluarga
primer : dapat menciptakan suasana keluarga
atau komunitas yang diinginkan klien
4. Mengembangkan teknik-teknik sosialisasi
5. Pembelajaran interpersonal : dapat mempelajari
apa yang ada di dalam dirinya dan dampaknya
terhadap orang lain
� Yang harus dilakukan terapis kelompok :
1. Menjelaskan norma yang berlaku di dalam
kelompok
2. Terapis harus memberikan fokus yang jelas
mengenai proses-prosesn yang berlangsung
3. Dapat mengatasi berbagai masalah yang terjadi
selama proses berlangsung
Psikodrama

� Terapi dimana kelompok terapi melakukan


peran tertentu yang sesuai dengan
permasalahan yang ada
� Tujuan Psikodrama :
1. Membantu klien atau sekelompok klien untuk
mengatasi masalah pribadi dengan cara
memainkan drama, peran, atau terapi tindakan
2. Dimaksudkan agar individu yang bersangkutan
dapat memperoleh pengertian yang lebih baik
mengenai dirinya, dapat menemukan konsep pada
dirinya, menyatakan mengenai kebutuhan-
kebutuhannya, dan menyatakan reaksinya terhadap
tekanan-tekanan pada dirinya.
� Tahapan Psikodrama :

1. Persiapan : Menjelaskan mengenai terapi,


memberikan motivasi
2. Pelaksanaan : Bermain peran
3. Diskusi : Mendiskusikan bagaimana perasaan dan
pemikiran yang timbul setelah bermain peran
Cognitive-Behavioral Structured Learning
Groups

� Mirip dengan CBT secara pendekatannya


hanya saja dilakukan secara berkelompok
� Diskusi antara pastisipan sangat diperlukan
� Terdapat 10 sesi
� FGD
Psikoedukasi

� Menawarkan informasi, latihan, dan diskusi


tentang berbagai masalah psikologis
� Biasanya dalam bentuk seminar ataupun
workshop
� Terapis memberikan informasi yang
kemudian di diskusi bersama dengan
pastisipan
Psikologi klinis
gangguan klinis pada anak
Apa Itu Intellectual Disability?
Suatu kondisi yang
hadir sejak masa
kanak-kanak,
dicirikan dengan
fungsi intelektual
umum yang secara
signifikan berada di
bawah rata-rata
(IQ<70).
Kategori Intellectual Disability
Berdasarkan Skor IQ Intellectual
Disability dapat dikategorikan atau
digolongkan menjadi 4, yaitu:
Sedang:
Ringan:
35-40 s/d 50-
50-55 s/d 70
55

Berat:
Sangat Berat:
20-25 s/d 35-
<20-25
40
Intellectual disability
mild (ringan)
• IQ 50/55-70
• Dapat mengembangkan
keterampilan sosial dan komunikasi
• Retardasi minimal pada area
sensoris-motorik
• Dapat mempelajari keterampilan
akademis hingga level kurang-lebih
kelas 6, dapat dibimbing untuk
konformitas kelas sosial
Intellectual disability
modarate (sedang)
• IQ 35/40-50/55
• Dapat berbicara dan berkomunikasi
• Kesadaran sosial yang rendah
• Keterampilan motorik sedang
• Dapat diajari keterampilan
menolong diri
• Memempunyai beberapa
keterampilan di tempat yang sudah
terbiasa
Intellectual disability
severe (berat)
• IQ 20/25-35/40
• Perkembangan motorik yang buruk
• Bahasa yang minimal, komunikasi
sedikit
• Dapat dilatih keterampilan dasar
untuk menolong diri
• Dapat dilatih untuk melakukan
kebiasaan yang sistematika
Intellectual disability
profound (sangat berat)
• IQ dibawah 20/25
• Retradasi besar, dengan kapasitas
keberfungsian yang minimal dalam
area sensoris-motorik
• Ada beberapa perkembangan
motorik, dapat merespon latihan
menolong diri yang sangat terbatas
• Membutuhkan perawatan yang
intens
Autisme
Suatu gangguan perkembangan yang
kompleks yang melibatkan
keterlambatan serta masalah dalam
interaksi sosial, bahasa, dan berbagai
kemampuan emosional, kognitif,
motorik dan sensorik
Ciri-ciri Autisme
• Keterlibatan dalam berinteraksi
yang sekilas, terputus-putus atau
sama sekali tidak ada.
• Mempunyai perilaku atau perkataan
yang diulang-ulang yang tidak
mempunyai makna secara khusus.
• Gejala harus ada diawal
perkembangan individu
Gangguan bicara
• Suatu keterlambatan dalam
berbahasa dan berbicara.
• Faktor penyebabnya : Multilingual,
model yang baik untuk ditiru,
kurang kesempatan praktek
berbicara, kurangnya motivasi
untuk bicara, hubungan dengan
teman bicara
Gangguan bahasa
• Kriteria diagnosis gangguan berbahasa berdasarkan
DSM-5 adalah;
• 1. Kesulitan yang menetap untuk memperoleh dan
menggunakan bahasa pada berbagai modalitas
(misalnya secara wicara, tertulis, bahasa isyarat, atau
lainnya) karena adanya kekurangan dalam
pemahaman atau produksi yang meliputi sebagai
berikut;
• a. Berkurangnya kosakata (pengetahuan dan
penggunaan kata).
• b. Struktur kalimat yang terbatas (kemampuan untuk
menyusun kata dan akhiran kata secara bersama-
sama untuk membentuk kalimat berdasarkan aturan
tata bahasa dan morfologi).
• c. Gangguan pada bercerita (kemampuan untuk
menggunakan kosakata dan menghubungkan kalimat
untuk menjelaskan atau menggambarkan suatu topik
atau serangkaian kejadian atau untuk melakukan
Gangguan bahasa
• 2. Kemampuan berbahasa secara bermakna
dan terukur berada di bawah yang
diharapkan untuk usia yang sesuai,
menyebabkan keterbatasan fungsional pada
komunikasi efektif, partisipasi social,
pencapaian akademik, atau performa dalam
pekerjaan, secara individual atau dalam
kombinasi.
• 3. Kesulitan ini tidak disebabkan oleh
gangguan pendengaran atau gangguan
sensoris lainnya, disfungsi motorik, atau
kondisi medis atau neurologis lainnya dan
tidak dijelaskan dengan lebih baik oleh
hendaya intelektual (gangguan
perkembangan intelektual) atau penundaan
Attention-
Deficit/Hyperactivity Disorder
(ADHD)

Suatu gangguan yang melibatkan


ketidakmampuan untuk
memperhatikan dan hiperaktivitas-
implusivitas.
Kriteria ADHD
• Kurangnya kemampuan memperhatikan, yang
dicirikan dari 6 gejala (terjadi selama lebih
dari 6 bulan). Yang berdampak negatif langsun
pada kegiatan sosial, dan akademik atau
pekerjaan.
– Gagal memberikan perhatian yang cermat
terhadap detail, bertindak ceroboh
– Mengalami kesulitan dalam perhatian dalam tugas
– Nampak tidak mendengarkan ketika diajak bicara
– Tidak mengikuti instruksi dan gagal
menyelesaikan tugas
– Kesulitan mengatur tugas dan aktivitas
– Sering kehilangan barang-barang
– Mudah terganggu dengan ransangan asing
– Sering lupa dengan apa yg dilakukan
• Hiperaktivitas-implusivitas dicirikan
dari 6 gejala (terjadi selama lebih dari
6 bulan)
– Sering gelisah
– Tidak bisa duduk lama
– Sering berlari atau memanjat dalam situasi
tidak sesuai
– Tidak bisa tenang
– Sering berbicara berlebihan
– Tidak bisa antri
– Menyela pembicaraan orang lain
PSIKOLOGI KLINIS
Beberapa Intervensi yang
Dapat Diberikan Kepada Anak
Terapi Wicara
• Terapi yang digunakan untuk menangani
anak-anak dengan keterlambatan bicara
• Metode Pelaksanaa Terapi Wicara :
§ Metode Babbling : Anak diminta mengucapkan
bunyi-bunyi secara random (ngoceh).
§ Metode imitasi : Klien menirukan bunyi suku-
suku kata yang diucapkan speech therapist
§ Metode Analogi : Klien mengerjakan,
mengucapkan bunyi-bunyi, kata-kata dengan
didahului oleh bunyi-bunyi yang mudah yang
mempunyai dasar bunyi yang sama
Terapi Wicara
§ Metode Manipulasi : Manipulasi alat-alat
bicara dengan alat atau dengan alat lainnya.
§ Metode diagram : Metode ini dipakai untuk
klien yang cukup umur yaitu dengan jalan
menggambar posisi alat-alat bicara
§ Metde Visual : Klien melihat orang lain
mengucapkan huruf-huruf (lip reading)
melihat dicermin kemudian menirukannya.
§ Metode Auditif : mendengarkan orang lain
berbicara dan klien harus mengerti atau
harus menirukannya.
Terapi Okupasi
• Perpanduan antara seni dan ilmu
pengetahuan untuk mengarahkan penderita
kepada aktivitas selektif, agar kesehatan
dapat ditingkatkan dan dipertahankan, serta
mencegah kecacatan melalui kegiatan dan
kesibukan kerja untuk penderita cacat
mental maupun fisik
• Terapis okupasi membantu individu yang
mengalami gangguan dalam fungsi motorik,
sensorik, kognitif juga fungsi sosial yang
menyebabkan individu tersebut mengalami
hambatan dalam melakukan aktivitas
perawatan diri, aktivitas produktivitas, dan
dalam aktivitas untuk mengisi waktu luang
Terapi Okupasi
• Tujuan dari pelatihan terapi okupasi itu
sendiri adalah untuk mengembalikan
fungsi penderita semaksimal mugkin, dari
kondisi abnormal ke normal yang
dikerahkan pada kecacatan fisik maupun
mental, dengan memberikan aktivitas
yang terencana dengan memperhatikan
kondisi penderita sehingga penderita
diharapkan dapat mandiri di dalam
keluarga maupun masyarakat
Terapi Bermain
• Penerapan sistematis dari sekumpulan
prinsip belajar terhadap suatu kondisi
perilaku yang bermasalah atau dianggap
menyimpang dengan melakukan suatu
perubahan serta menempatkan anak
dalam situasi bermain
• Alat bermain yang dapat menunjukkan
ekspresi :
§ Real life Toys : Alat peraga yang sudah
dikenal anak dan dapat menunjukkan emosi
maupun konflik-konflik (boneka keluarga,
mobil-mobilan)
Terapi Bermain
§ Acting-out Aggressive Release Toys, alat main
yang dapat menurunkan sifat agresif atau
banyak tingkah (mainan senjata tajam, bonek
binatang buas, dll)
§ Toys for Creative Expressive and Emmotional
Release, misalnya pasir dan air yang terkenal
sebagai media bermain karena dapat
diubahubah dan sangat baik sekali untuk
menumpahkan segala perasaan yang ada pada
benak anak
§ . Motor Play, permainan gerak yang dapat
mengembangkan keterampilan fisik,
menjadikan diri anak lebih percaya diri,
Terapi Bermain
§ Object Play, permainan dengan benda-benda akan
dapat meningkatkan keterampilan gerak, dan
merupakan wahana bagi seorang anak untuk
memahami kemampuan fisiknya terhadap
lingkungan di sekitarnya
§ Social Play, permainan sosialisai dapat
meningkatkan kompetensi sosial. Misalnya
kesabaran untuk menunggu giliran, berbagi
pendapat, dan bekerjasama
§ Socio-Dramatic Play and Language Skills,
merupakan permainan sosiodrama dengan
menggunakan keterampilan berbahasa dan
menggunakan benda-benda secara simbolis
Terapi Sensori Integrasi
• Suatu pendekatan untuk menilai dan melakukan
terapi pada anak-anak yang menunjukkan
kesulitan belajar dan atau masalah perilaku
• Terapi sensori integrasi menekankan stimulasi
• pada tiga indera utama, yaitu taktil, vestibular,
dan proprioseptif
• Sistem Taktil : sistem taktil merupakan sistem
sensori terbesar yang dibentuk oleh reseptor di
kulit, yang mengirim informasi ke otak terhadap
rangsangan cahaya, sentuhan, nyeri, suhu, dan
tekanan. Jadi pada tahap sistem taktil ini anak
diberikan stimulus yang dapat merangsang
sistem taktilnya
Terapi Sensori Integrasi
• Sistem Vestibular : sistem vestibular terletak
pada telinga dalam (kanal semisirkular) dan
mendeteksi gerakan serta perubahan posisi
kepala. Sistem vestibular merupakan dasar tonus
otot, keseimbangan, dan koordinasi bilateral.
Anak yang hipersensitif terhadap stimulasi
vestibular mempunyai respons fight� atau flight�
sehingga anak takut atau lari dari orang lain.
Anak dapat bereaksi takut terhadap gerakan
sederhana
• Sistem propriosepti : Sistem proprioseptif
terdapat pada serabut otot, tendon, dan ligamen,
yang memungkinkan anak secara tidak sadar
mengetahui posisi dan gerakan tubuh. Pekerjaan
motorik halus, seperti menulis, menggunakan
Terapi� Applied�Behavior�Analysis
(ABA)
• Suatu metode untuk membangun
kemampuan yang secara sosial
bermanfaat dan mengurangi atau
menghilangkan hal-hal kebalikannya yang
merupakan masalah
• Bertujuan untuk mengajarkan bagaimana
anak bisa berkomunikasi dua arah yang
aktif, sosialisasi dalam lingkungan yang
umum, menghilangkan atau
meminimalkan perilaku yang tidak wajar,
mengajarkan perilaku akademik dan
Terapi� Applied�Behavior�Analysis�
(ABA)
• Beberapa hal dasar mengenai teknik-teknik
ABA :
§ Kepatuhan (compliance) dan kontak mata
adalah kunci masukke metode ABA
§ One on One adalah satu terapis untuk satu
anak
§ Siklus dari Discrete Trial Training, yang
dimulai dengan intriksi dan diakhiri dengan
imbalan
§ Fading adalah mengarahkan anak ke perilaku
target dengan prompt penuh,dan makin lama
prompt makin dikurangi secara bertahap
Terapi� Applied�Behavior�Analysis�
(ABA)
§ Shaping adalah mengajarkan suatu perilaku
melalui tahap-tahap pembentukan yang
semakin mendekati respon yang dituju yaitu
perilaku target
§ Chaining adalah mengajarkan suatu perilaku
yang kompleks, yamg dipecah menjadi
aktivitas kecil yang disusun menjadi suatu
rangkaian atau untaian secara berurutan
§ Discrimination training adalah tahap
identifikasi aitem dimana disediakanitem
pembanding. Kedua item kemudian diacak
tempatnya, sampai anak benar-benar mampu
membedakan mana aitem yang harus
Token Ekonomi
• Wujud modifikasi perilaku yang dirancang
untuk meningkatkan perilaku yangdiinginkan
dan mengurangi perilaku yang tidak
diinginkan dengan memberikan token
• Tahap Token Ekonomi :
§ Tahap Persiapan :
ØMenetapkan tingkah laku yang akan diubah
ØMenentukan barang (benda) yang mungkin dapat
menjadi penukar kepingan
ØMemberi nilkai atau harga untuk setiap kegiatan
atau tingkah laku yang ditargetkan dengan
kepingan
ØMenetapkan harga barang dengan kepingan
Token Ekonomi
§ Tahap Pelaksanaan : Membuat perjanjian
antara klien dengan terapis (bisa anak dengan
orang tua atau guru). Mengikuti semua recana
yang telah disusun ditahap 1. jika tingkah laku
yang diinginkan muncul maka klien diberikan
kepingan. Setelah kepingan sudah mencukupi
untuk ditukar dengan barang yang diinginkan ,
klien berhak menukar barang sesuai dengan
perjanjian sebelumnya.
§ Tahap Evaluasi : melihat sejauh mana token
ekonomi dapat memunculkan perilaku yang
diinginkan. Jika kurang efektif maka harus
ditambahkan faktor-faktor yang mempengaruhi
WAWANCARA
M. Fakhrurrozi, M.Psi

A. WAWANCARA DALAM PRAKTEK KLINIS


1. ASSESSMENT – ORIENTED INTERVIEW
 Interview ini dilakukan pada awal pertemuan pada saat klien datang
pertama kali.
 Tujuannya untuk memperjelas pemahaman klinisi terhadap permasalahan
klien dalam usahanya untuk merencanakan pemberian treatment
selanjutnya.

2. THERAPEUTIC INTERVIEW
 Interview ini dirancang untuk memfasilitasi pemahaman klien terhadap
dirinya sehingga dapat mempengaruhi keinginannya untuk berubah, baik
perasaan atau perilakunya.

 Walaupun terdapat perbedaan, tapi fokus utama keduanya tetap pada


masalah dan kebutuhan klien.
 Pada awalnya, ketika seorang klien datang ke sebuah klinik untuk
mendapatkan treatment psikologis tertentu, maka dia harus melalui
serangkaian prosedur asesmen yang meliputi: intake interview, diagnostic
interview, social-history interview dan tes-tes psikologis. Hasil yang diperoleh
kemudian digabungkan untuk menentukan terapi berikutnya. Hal tersebut
menjadi kurang efektif.
 Agar lebih efektif, semua kegiatan tersebut disatukan dalam suatu proses
yang disebut initial interview.
 Initial interview dilakukan di awal pertemuan dengan tujuan:
1) Untuk membangun hubungan interpersonal (membina rapport,
kepercayaan, kesan, dsb). Hal tersebut diperlukan untuk keberhasilan
proses transaksi klinis selanjutnya.
1
2) Untuk memperoleh informasi tentang klien dan masalahnya. Hal tersebut
diperlukan untuk ketepatan asesmen.
3) Untuk memberikan informasi kepada klien tentang sistem atau prose
klinis yang akan berlangsung, program-program lanjutan, kondisi terapi,
biaya dan semacamnya.
4) Untuk mendukung usaha-usaha klien dalam usahanya memperbaiki
dirinya. Jika diperlukan, bisa dilakukan proses terapi.

 Dalam asesmen, interview merupakan sarana utama untuk mengeksplorasi


perasaan, kesadaran dan masalah yang dihadapi klien.
 Interview menghasilkan informasi tentang: situasi kehidupan, berbagai
hubungan dengan orang lain yang bermakna, prestasi dan kegagalan, hal-hal
yang membahagiakan dan yang membuat frustrasi, nilai-nilai, harapan-
harapan, ketakutan-ketakutan dalam hidup, dsb.
 Apa yang diucapkan dan dilakukan klien tergantung pada kenyataan yang
dialaminya selama dalam situasi klinis, dalam arti mengenai harapan dan
persepsi klien terhadap hubungan klinis tersebut.
 Respon klien ditentukan oleh kualitas stimulus dan perilaku yang ditunjukkan
klinisi. Klinisi adalah seorang observer-partisipant dan sekaligus seorang
aktor.
 Sumber data dalam interview adalah:
1) Pernyataan klien; mendiskripsikan karakteristik perasaan dan masa
lalunya.
2) Perilaku yang menyertainya; biasanya tidak disengaja dan tidak disadari.
Misalnya: suara yang bergetar, tangan yang dikepalkan, dsb.
3) Reaksi-reaksi yang disebabkan karena stimulus dari klinisi. Misalnya
kelihatan terganggu dengan sikap yang kurang simpatik dari klinisi.

2
 Tugas klinisi saat interview:
1) Mencatat atau mengingat cerita klien
2) Mengobservasi perilaku klien
3) Mengases pengaruh tindakan-tindakannya terhadap apa yang dia lihat
dan dia dengar dari klien.
Untuk menjalankan tugas tersebut diperlukan skill, sensitivitas dan
fleksibilitas dari klinisi.
 Interview adalah percakapan yang bertujuan (Bingham & Moore, 1924 dalam
Korchin, 1976).
 Tujuan interview klinis: untuk memahami klien dengan teliti dari awal hingga
akhir dalam rangka mengurangi penderitaannya.

B. JENIS-JENIS WAWANCARA
1. DIAGNOSTIC INTERVIEW
 Lebih relevan di dunia medis.
 Biasanya digunakan pada pasien atau klien psikiatri.
 Fokusnya pada simtom-simtom kilen, untuk mendeskripsikan berbagai
kemungkinan seperti tipe-tipe, tingkat keparahan, durasi waktu, sejarah
masa lalu, dsb.
 Menggunakan Mental-Status Examination, yang meliputi:
a. Proses pikir dan intelektual
 Kapasitas ketepatan berpikir, berpikir kompleks, penguasaan
informasi, STM (Short Term Memory), LTM (Long Term Memory),
kemampuan problem solving, dsb.
b. Gangguan persepsi
 Halusinasi, ilusi, dsb
c. Atensi dan orientasi
 Konsentrasi, orientasi ruang dan waktu, dsb.

3
d. Ekspresi emosi
 Afeknya, ketepatan emosi, kemampuan kontrol diri, dsb.
e. Insight dan konsep diri
 Kemampuan untuk memahami penyebab sakit, pandangan
terhadap diri, dsb.
f. Perilaku dan penampilan
 Ekspresi wajah, gerakan, cara berbicara, cara berpakaian, dsb.
 Status Mental biasanya disertai dengan pemberian tes sederhana
misalnya untuk mengetahui STM, klien diminta untuk menghafalkan
sejumlah kata, kemudian setelah beberapa saat klien diminta untuk
mengulangi kembali kata-kata tersebut.

2. INTAKE INTERVIEW
 Dirancang untuk mengenalkan klien dengan kondisi klinis; menilai
apakah proses tersebut memenuhi kebutuhan klien atau tidak.
 Fokus pada: keinginan-keinginan klien, motivasi untuk mengikuti
treatment, harapan terhadap klinik dan kegiatan yang akan dilaksanakan
selama proses klinis berlangsung. Semuanya dilakukan dengan sikap
melayani klien.
 Klien diberi penjelasan tentang prosedur klinis, biaya, jadwal dan
berbagai hal yang berfungsi untuk memberi kejelasan kepada klien untuk
melakukan kontak selanjutnya.
 Biasanya dilakukan oleh pekerja sosial.
 Pada awal pertemuan dibuat rencana untuk kunjungan selanjutnya atau
tentang kemungkinan rujukan kepada pihak lain seandainya hal itu lebih
tepat bagi klien.
 Walaupun fokusnya seperti di atas, tapi pekerja sosial mungkin lebih
mengarahkan pada aspek diagnostik atau social history interview.
 Biasanya kalau di Barat, klien akan menelepon dulu sebelum datang ke
klinik. Hal tersebut disebut telephone interview. Klien biasanya akan
4
bertanya misalnya “Dapatkah Anda jelaskan apa yang dilakukan di klinik
Anda?”. Wawancara telepon memungkinkan klien untuk meredam
kecemasan dan ketakutannya karena tanpa harus bertatap muka dengan
klinisi. Wawancara ini membutuhkan skill untuk mengidentifikasikan dan
memperhatikan permasalahan klien serta membimbingnya, jika
diperlukan untuk datang ke klinik.

3. SOCIAL – HISTORY / CASE HISTORY INTERVIEW


 Dilakukan pekerja sosial.
 Tujuan: mendapatkan informasi tentang perjalanan hidup baik pribadi
atau sosial, masa kanak-kanak, orang tua, kehidupan keluarga, riwayat
pendidikan, riwayat pekerjaan, hubungan dengan lawan jenis, kehidupan
sosial, pernikahan, dsb.
 Dengan mengetahui riwayat hidup klien dapat dilihat tentang struktur dan
fungsi kepribadiannya. Juga pemahaman tentang situasi kehidupan,
stres dan kenyataan hidupnya.

4. INTERVIEW DENGAN INFORMAN


 Interview dengan significant others seperti orang tua, pasangan, saudara
kandung, atau seseorang yang dekat dengan klien.
 Untuk mendapatkan informasi yang sulit didapat dari klien karena kondisi
klien, misalnya: klien anak kecil, klien psikotik, depresi atau klien yang
tuna wicara, dsb.
 Fokus: dunia kehidupan klien seperti yang mereka lihat.
 Biasanya dilakukan pada hubungan terapeutik dan jarang dalam tahap
asesmen kecuali bagi klien yang sangat muda atau sangat menderita.

5
5. INTERVIEW KLINIS LAINNYA
a. Consultation Interview
 Bersifat konsultasi, biasanya dilakukan di perusahaan atau sekolah
(misal: guru BP/BK).
b. Screening Interview
 Interview dalam kaitannya dengan pengambilan keputusan terhadap
sejumlah orang dalam waktu singkat misalnya dalam militer
kaitannya dengan pemindahan tugas, pemberian cuti, PHK atau di
RS untuk menentukan nasib pasien, apakah bisa rawat jalan atau
dipindah ke unit lain.
c. Pre-Testing Interview
 Untuk membina rapport dengan klien sebelum tes berlangsung.
 Informasi yang diberikan: tujuan tes, aktivitas yang akan dilakukan
selama tes, manfaat yang diperoleh.
 Klien harus dijamin kerahasiaannya (asas konfidensial) baik
identitas atau hasil tes dari pihak lain.
 Perlu didapat juga informasi tentang faktor-faktor pribadi atau sosial
yang mungkin diperlukan dalam proses interpretasi.

6. RESEARCH INTERVIEW
 Dirancang untuk mendapatkan data riset.
 Bentuknya terstruktur dan terfokus.
 Bentuk dan isi ditentukan berdasarkan tujuan riset daripada kebutuhan
individu.
 Semua individu diberi pertanyaan yang sama, sebagai bahan
perbandingan.
 Yang perlu diperhatikan dalam kaitan dengan metodologi: Penyusunan
pertanyaan, bentuk dan kondisi saat interview, metode pencatatan,
validitas dan reliabilitas.

6
 Pelaksanaan harus sesuai dengan etika riset, persetujuan dan
pemahaman klien.

C. TAHAP-TAHAP INITIAL (ASSESSMENT) INTERVIEW


 Pola interview: perasaan atau kondisi saat ini (present) → pengalaman masa
lalu (past) → rencana dan aktivitas masa depan (future).
1. FASE PEMBUKA
 Klinisi : tuan rumah; Klien: tamu. Beberapa menit pertama digunakan
untuk membuat nyaman klien.
 Membangun rapport. Menggunakan bahasa verbal dan non verbal yang
menunjukkan penerimaan. Klinisi bisa bertanya dengan pertanyaan
sederhana misalnya tentang: bagaimana bisa menemukan klinik,
bagaimana suasana perjalanan ke klinik, perkenalan, dsb. Semuanya
dilakukan dengan lebih banyak sikap (bahasa non verbal) daripada kata-
kata, attending behavior, simpatik.
 Setelah rapport terbina, berikan pertanyaan pembuka misalnya: “Apa
yang membuat Anda datang kemari?”.
 Mencari informasi tentang: cara pandang klien terhadap masalah,
tanggung jawab klien terhadap masalah, bagaimana klien memahami
masalahnya apakah disebabkan karena masalah psikologis dalam dirinya
atau disebabkan oleh orang lain atau situasi luar dirinya. Semuanya
didapat dengan selalu mengeksplorasi.
 Klinisi bertanya dengan maksud mendorong klien untuk mengembangkan
tema yang relevan dengan masalahnya dari sudut pandang klien.
 Memberikan kebebasan klien untuk menyampaikan hal-hal penting dalam
dirinya. Rasa ingin tahu dan inquiry mendalam sebaiknya ditahan hingga
saat yang tepat (tergantung situasi wawancara dan kondisi klien).
 Klien mungkin merasa cemas karena: menghadapi situasi baru, tidak
yakin bagaimana dirinya harus bersikap atau takut menunjukkan

7
kelemahannya di depan orang asing sekalipun itu adalah pihak yang akan
membantunya.

 Klinisi harus:
 Menunjukkan perhatian pada masalah klien
 Penerimaan apa adanya
 Memberikan kehangatan hubungan
 Membantu klien memahami hubungan dalam proses klinis dan peran
klien di dalamnya
 Memberi empati
 Memberikan perhatian terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin
menyebabkan penderitaan klien
 Contoh pernyataan: “Memang berat untuk bercerita tentang…..”
(empati), “Jangan khawatir, sebagian besar orang merasakan hal
seperti itu” (menurunkan intensitas perasaan klien; semua individu
adalah unik sehingga setiap individu mempunyai perasaan yang
berbeda dalam menghadapi permasalahan).
 Pada fase ini dibentuk iklim atau suasana emosi dan interpersonal
yang dapat mendukung proses perbaikan pada diri klien dan bermakna
bagi klien.

2. FASE PERTENGAHAN
 Merupakan inti dari proses wawancara.
 Fokusnya adalah mencari informasi yang diperlukan untuk
merumuskan masalah dan karakteristik klien.
 Secara umum klinisi berusaha untuk mempelajari:
a. Apa masalah klien, simtom atau keluhannya? Mengapa dia
mencari bantuan? Bagaimana kehidupannya saat ini?

8
b. Apakah ada stressful events yang mempengaruhi
permasalahannya sekarang?
c. Bagaimana kepribadian klien?Apakah bakat, kelebeihan dan
kompetensi atau kekurangan yang dimilikinya? Konflik, karakter,
defense-defense apakah yang relevan dengan masalah saat ini?
Apakah ada perubahan perilaku pada masa lalu? Apakah ada
pengalaman masa kanak-kanak yang mungkin berhubungan
dengan masalah sekarang?
d. Apakah ada faktor-faktor organik yang relevan? Apakah perlu
konsultasi medis?
 Setelah klien bercerita tentang kesulitan-kesulitannya, lakukan inquiry
misalnya: “Sudah berapa lama hal itu berlangsung?, “Bagaimana
kehidupan Anda sebelumnya?:, dll.
 Eksplorasi lagi tentang precipitating events (faktor-faktor pencetus)
permasalahan klien.
 Tidak ada urutan pertanyaan atau topik yang akan ditanyakan pada
klien. Prinsip: wawancara dibangun dari klien.
 Klinisi harus mempunyai formulasi sementara dalam pikirannya
(working image) tentang permasalahan klien, lingkungan sosial, faktor
pencetus, kebiasaan mekanisme coping, kepribadian klien, bakat dan
intelektual, kapasitas kerja dan hubungan yang memuaskan, konsep
diri, dll.
 Tugas klinisi lainnya setelah itu adalah memutuskan tentang bentuk
dan tujuan treatment.
 Sampai tahap ini, klinisi harus bisa memastikan klien untuk bisa
menerima psikoterapi, keinginannya untuk berubah, kesadaran diri,
juga faktor-faktor pribadi dan sosial yang mungkin dsapat
dipertimbangkan untuk kontak selanjutnya atau dirujuk ke pihak lain

9
atau mungkin beberapa pengukuran emergensi misalnya pada kasus
depresi dan potensial bunuh diri.

3. FASE PENUTUP
 Memberi ketenangan pada klien, informasi dan rencana selanjutnya juga
harapan.
 Klinisi diharapkan:
a. Mengkomunikasikan secara empatik tentang kesulitan-kesulitan yang
dialami selama wawancara.
b. Apresiasi terhadap permasalahan klien.
c. Harapan di waktu yang akan datang.
d. Bicara jujur tentang keadaan klien, permasalahan dan merencanakan
intervensi lanjutan.
e. Membuat kesimpulan hasil interview.

10
Materi Ke-11
Psikologi Kesehatan

Psikologi kesehatan adalah bidang khusus yang berfokus pada bagaimana psikologi, perilaku,
dan faktor sosial dapat memengaruhi kesehatan dan penyakit pada seseorang. Istilah lainnya
juga dikenal adalah psikologi medis.

Perlu diketahui, kesehatan seseorang dan penyakit dipengaruhi oleh berbagai macam faktor.
Meskipun suatu penyakit bersifat menular dan faktor keturunan, namun banyak faktor
perilaku dan psikologis yang memengaruhi kesehatan fisik secara keseluruhan dan berbagai
kondisi medis lainnya.

Hubungan Psikologi dan Kesehatan

Bidang psikologi kesehatan berfokus pada peningkatan kesehatan, pencegahan, dan


pengobatan penyakit. Psikolog kesehatan juga memiliki fokus pada pemahaman bagaimana
orang bereaksi, mengatasi, dan pulih dari penyakit. Beberapa penyakit yang diidap seseorang
juga berhubungan dengan faktor psikologis dan perilaku, di antaranya:

• Stroke;
• Penyakit jantung;
• HIV/ AIDS;
• Kanker;
• Cacat lahir dan kematian bayi;
• Penyakit menular.

Psikologi kesehatan menekankan bagaimana perilaku memengaruhi kesehatan. Itulah


alasannya psikologi kesehatan berada pada posisi yang tepat untuk membantu orang
mengubah perilaku yang berkontribusi pada kesehatannya.

Misalnya, psikolog kesehatan mungkin fokus melakukan penelitian mengenai bagaimana


mencegah perilaku tidak sehat (misalnya merokok atau minum alkohol) dan mencari cara
baru untuk mendorong orang agar berperilaku sehat seperti olahraga.

Contoh lainnya ketika kamu menyadari bahwa makan makanan tinggi gula tidak baik untuk
kesehatan tubuh. Namun, masih banyak orang yang terus makan atau minum kandungan
tinggi gula terlepas adanya kemungkinan konsekuensi jangka pendek dan jangka panjang.

Psikolog kesehatan melihat faktor psikologis yang mempengaruhi pilihan kesehatan


seseorang dan mencari cara untuk memotivasi orang tersebut agar membuat pilihan
kesehatan yang lebih baik.

Psikologi kesehatan dimaksudkan untuk memberikan penanganan terhadap masalah


kesehatan, seperti:
• Pengurangan stres;
• Manajemen berat badan;
• Berhenti merokok;
• Meningkatkan nutrisi harian;
• Mengurangi perilaku seksual berisiko;
• Mencegah penyakit;
• Memahami efek penyakit;
• Meningkatkan pemulihan;
• Mengajarkan keterampilan pencegahan.

Penanganan Gangguan Kesehatan dengan Psikologi Kesehatan

Pendekatan yang digunakan dalam psikologi kesehatan dikenal sebagai model biososial.
Menurut pandangan ini, penyakit dan kesehatan adalah kombinasi antara faktor biologis,
psikologis, dan sosial.

• Faktor biologis, termasuk sifat kepribadian yang diwariskan dan kondisi genetik.
• Faktor psikologis, melibatkan gaya hidup, karakteristik kepribadian, dan tingkat
stres.
• Faktor sosial, mencakup sistem dukungan sosial, hubungan keluarga, dan
kepercayaan budaya.

Psikologi kesehatan adalah bidang yang terus berkembang. Semakin banyak orang yang
menyadari dan berusaha untuk mengendalikan kesehatan mereka, semakin banyak orang
mencari informasi dan sumber daya yang berhubungan dengan kesehatan. Psikolog
kesehatan juga fokus pada mendidik seseorang mengenai kesehatan dan kesejahteraan diri
sendiri.

Misalnya, ketika seseorang ingin mempertahankan berat badan yang sehat, maka ia perlu
belajar bagaimana mengendalikan perilaku yang berisiko pada hal yang tidak sehat. Ia juga
perlu belajar mempertahankan pandangan positif agar dapat memerangi stres, depresi, dan
kecemasan yang mungkin muncul selama upaya seseorang mempertahankan berat badan.

Psikologi kesehatan (healthy psychology) menekankan pada peran psikologi dalam


membangun dan mempertahankan kesehatan, serta mencegah dan mengobati penyakit.
Psikologi kesehatan merefleksikan kepercayaan bahwa pilihan gaya hidup dan keadaan
psikologi dapat memainkan peranan penting dalam kesehatan (Friedman & Silver, 2007)

Pengobatan perilaku (behavioral medicine) adalah sebuah bidang antardisiplin ilmu


yang berpusat pada pengembangan dan pengintergrasian pengetahuan perilaku dan
biomedis untuk mempromosikan kesehatan dan mengurangi timbulnya penyakit.
A. Model Biopsikososial

Model biopsikososial ternyata dapat diterapkan pada psikologi kesehatan juga, karena
psikologi kesehatan menggabungkan faktor biologis, psikologis dan sosial pada kesehatan
(Alford, 2007).

B. Hubungan antara Pikiran dan Tubuh

Bidang psikologi kesehatan dan pengobatan perilaku menekankan pada hubungan


antara pikiran dan tubuh. Psikologi kesehatan dan pengobatan perilaku tidak hanya
memerhatikan bagaimana keadaan psikologi memengaruhi kesehatan, tetapi juga bagaimana
kesehatan dan penyakit dapat mempengaruhi pengalaman psikologis seseorang, termasuk
kemampuan kognitif, stress, dan kemampuan mengatasi masalah (coping).

2.1 Membuat Perubahan Positif Dalam Hidup

Salah satu misi psikologi kesehatan adalah untuk membantu individu mengidentifikasi
dan mengimplementasi cara-cara efektif yang dapat mengubah perilaku mereka menjadi
lebih baik (Westmaas, Gil-Rivas, dan Silver, 2007). Perilaku kesehatan (health behavior)
merupakan praktik-praktik yang memiliki pengaruh terhadap kesejahteraan fisik.

A. Model Teoretis dari Perubahaan

Teori perilaku beralasan menyarankan bahwa kita dapat membuat perubahan dengan
membuat intensi spesifik untuk mengubah perilaku. Kita cenderung lebih mungkin menjalani
intensi kita jika kita merasa perubahaan itu baik, dan bahwa orang di sekeliling kita
mendukung perubahaan itu. Teori perilaku terencana memasukkan faktor-faktor ini sekaligus
persepsi kita mengontrol perilaku.

B. Model Tahapan Perubahan

Model tahapan perubahan menyebutkan bahwa perubahaan pribadi muncul dalam


lima tahapan:

1. Sebelum kontemplasi

2. Kontemplasi

3. Persiapan/determinasi

4. Tindakan/kekuatan kehendak
5. Mempertahankan

Setiap tahap memiliki tantangannya masing-masing. Pengulangan kembali (relapse)


merupakan bagian alami dari perjalanan menuju perubahan

2.3 Alat-Alat Untuk Perubahan Hidup Efektif

A. Efikasi Diri

Self-efficacy adalah kepercayaan individu bahwa ia dapat menguasai sebuah situasi dan
menghasilkan keluaran yang positif, Self-efficacy telah memainkan peranan penting pada
berbagai variasi perilaku kesehatan, termasuk penurunan berat badan, berhenti merokok,
dan mempraktikan seks aman.

B. Motivasi

Motivasi merupakan bagian penting untuk menjaga perubahan perilaku. Perubahan


akan menjadi lebih efektif jika seseorang melakukannya berdasarkan alasan intrinsik (karena
seseorang menginginkannya) dari pada alasan ekstrinsik (untuk mendapatkan imbalan).
Intensi untuk menerapkan (implementasi) merupakan perubahan agar berjalan dengan
sukses.

C. Keyakinan Religius

Keyakinan Religius diasosiasikan dengan meningkatnya kesehatan. Satu alasan untuk


asosiasi ini adalah agama tidak mendukung segala sesuatu yang berlebihan dan
mempromosikan perilaku sehat. Partisipasi keagamaan juga menguntungkan individu dalam
hal dukungan social yang didapatkan. Akhirnya, agama menyediakan sebuah system yang
berarti yang dapat diandalkan ketika seseorang mengalami masa-masa sulit.

2.4 PSIKOLOGI KESEHATAN DAN MOTIVASI

Motivasi dapat menjadi kekuatan yang besar untuk perubahan hidup positif. Namun,
bagaimana dengan perilaku yang tidak terlalu positif ----- seperti minum terlalu banyak,
merokok, dan melakukan seks tidak aman? Apakah perilaku-perilaku ini juga dimotivasi?
Psikolog kesehatan telah menyadari bahwa memahami motif dibalik perilaku tidak sehat
dapat menjadi penting untuk memahami, mengubah, dan mencegah perilaku-perilaku ini.
A.Memahami motif dibalik perilaku tidak sehat dapat menjadi penting untuk memahami,
mencegah perilaku-perilaku ini.

Psikolog kesehatan telah secara khusus tertarik untuk menganalisis alasan mengapa
seseorang mengonsumsi alkohol. Lynne Cooper dan rekan-rekan sejawatnya telah
mengidentifikasi tiga motivasi minum alkohol (Copper, 1994; Cooper, et al, 1992):

· Motif Sosial, meliputi minum alkohol karena itu yang dilakukan teman-teman atau karena
seseorang ingin bersosialisasi.

· Motif Coping, berpusat pada minum alkohol untuk rileks, untuk menghadapi stres, atau
untuk melupakan kekhawatiran.

· Motif Peningkatan (enhancement), meliputi minum karena hal itu menyenangkan, karena
seseorang suka dengan rasanya, atau karena menimbulkan semangat.

Penelitian telah menunjukkan bahwa orang dewasa muda pada umumnya minum
untuk alasan sosial, dengan motif penigkatan di peringkat kedua (Kuntsche,et al, 2006).
Seperti pada motif peningkatan, motif cooping tidak bisa terjadi pada dewasa muda.
Meskipun ketiga motif berkaitan dengan frekuensi minnum yang lebih tinggi (dengan motif
peningkatan dihubungkan secara khusus pada laki-laki --- Cooper, et al, 1992), motif yang
mendorong perilaku minumdapat memiliki implikasi terhadap apakah perilaku tersebut
berbahaya atau tidak berbahaya.

Motivasi telah dipelajari pada berbagai variasi perilaku yang tidak sehat. Bahkan,
perilaku yang tampaknya sangat merusak tubuh (merokok, seks tidak aman) dapat dimengerti
sebagai produk dari motivasi (Cooper, et al, 2006; Gynther, et al, 1999). Meskipun kita telah
memusatkan diri pada dewasa muda, memerhatikan motif yang mendorong perilaku tidak
sehat juga dapat dilakukan pada siapa pun, padaumur atau tahap kehidupan manapun.

2.5 MENANAM KEBIASAAN BAIK

Menjelaskan strategi-strategi untuk menanam kebiasaan baik dalam lima peristiwa


kehidupan

Dalam bagian ini, kita akan melihat lima peristiwa kehidupan, untuk Anda, secara
pribadi dapat disebabkan oleh beberapa perubahan: Manajemen Stres, Aktivitas Fisik,
Makan, Merokok, dan Interkasi Seksual.
Mungkin Anda berharap Anda akan dapat “berhenti terlalu khawatir” atau “berhenti
merasa sangat stres”. Mari kita mulai melihat penanaman kebiasaan baik dengan memeriksa
cara-cara yang memungkinkan Anda dapat mencapai tujuan ini.

A. MENGENDALIKAN STRES

Stres disini sebagai respons individu terhadap stresor (hal-hal yang menimbulkan
stres), yaitu situasi dan peristiwa yang mengancam dan melebihi kemampuan mereka untuk
mengatasinya. Hans Selye (1974, 1983), penemu penelitian stres, berpusat pada respons
tubuh terhadap stres, khususnya kelelahan dan kerusakan pada tubuh karena tuntutan yang
harus dipenuhinya.

General Adaptation Syndrome (GAS) adalah istilah yang digunakan Selye untuk efek
yang biasanya terjadi pada tubuh ketika diberikan tuntutan. GAS terdiri atas tiga tahap: alarm
(peringatan), resistensi, dan keletihan. Model Selye sangat berguna untuk menjelaskan
kepada kita hubungan antara stres dan kesehatan.

· Reaksi pertama tubuh terhadap stresor, pada tahap alarm, adalah keadaan terkejut
sementara, dimana resistensi tubuh terhadap penyakit dan stres turun jauh dibawah batas
normal. Dalam usaha mencoba mengatasi efek pertama dari stres, tubuh akan dengan cepat
mengeluarkan hormon yang dalam waktu singkat memengaruhi jaringan pertahanan alami
tubuh kita. Selama periode ini, tubuh seseorang akan sangat rentan terhadap penyakit dan
luka. Untungnya, tahap alarm ini akan berlalu cukup cepat. (alarm, dimana tubuh
memindahkan sumber dayanya)

· Pada tahap resistensi GAS Selye, sejumlah kelenjar di seluruh tubuh akan mulai
menghasilkan hormon yang berbeda-beda yang melindungi individu dengan banyak cara.
Aktivitas sistem saraf endokrin dan simpatetis tidak akan setinggi seperti tahap alarm, namun
mereka tetap mengalami peningkatan. Selama tahap resistensi ini, sistem kekebalan tubuh
dapat melawan infeksi dengan efisiensi yang luar biasa. Sama halnya seperti hormon yang
mengurangi peradangan, secara umum di asosiasikan dengan luka, akan beroperasi pada
tingkat tinggi. (resistensi, dimana tubuh melawan dengan kuat untuk menghadapi stresor)

· Jika usaha seluruh tubuh untuk melawan stres gagal dan stres tetap ada, individu akan
masuk ke tahap keletihan. Pada titik ini, kerusakan pada tubuh mulai mengambil alih-
seseorang mungkin akan pingsan karena keletihan dan kerentanan terhadap penyakit
meningkat. Kerusakan yang serius dan permanen dapat terjadi pada tubuh, seperti serangan
jantung atau bahkan kematian, dapat muncul pada tahap ini. (keletihan, dimana resistensi
menurun)
Stres dan Sistem Kekebalan Tubuh stres memiliki implikasi penting terhadap
kesehatan fisik. Stres kronis dapat memiliki efek negatif bagi fungsi kekebalan tubuh.
Perhatian mengenai hubungan antara sistem kekebalan tubuh dan stres melahirkan bidang
ilmiah baru yaitu psikoneuroimunologi (psyhoneuroimmunology) Bidang yang menjelajahi
hubungan antara faktor-faktor psikologis (seperti sikap dan emosi), sistem saraf, dan sistem
kekebalan tubuh (Ayers, et al, 20017; Bachen, Cohen, & Marsland, 2007; Kemeny, 2007).

Psikoneuroimunologi termasuk kedalam bidang baru di mana hasil penemuan-


penemuannya masih harus di klarifikasi, dijelaskan, dan lebih jauh, dibuktikan. Para peneliti
berharap untuk menentukan lebih jelas hubungan antara faktor psikologi, otak, dan sistem
kekebalan (Besedovsky & Rey, 2007; Blalock & Smith, 2007; Marsland, Cohen, & Bachen,
20070. Hipotesis pendahuluan tentang interaksi yang menyebabkan kerentaan terhadap
penyakit adalah sebagai berikut:

1) Pengalaman stres menurunkan efisiensi sistem kekebalan, membuat individu semakin


rentan terhadap penyakit.

2) Stres secara langsung menyebabkan proses yang menghasilkan penyakit.

3) Pengalaman stres dapat menyebabakan aktivasi virus yang tidur (dorman) yang
menghilangkan kemampuan individu untukmengatasi penyakit.

Hipotesis-hipotesis ini dapat mengarah pada perawatan-perawatan yang lebih


berhasil untuk penyakit-penyakit yang mengherankan --- KANKER dan AIDS termasuk salah
satunya (Jaffe, 2007; Letvin, 2007).

Sistem kekebalan tubuh dan sistem saraf pusat memiliki kesamaan dalam hal
menerima, mengenali, dan menyatukan sinyal dari lingkungan eksternal (Sternberg & Gold,
1996). Sistemsaraf pusat dan sistem kekebalan tubuh keduanya memiliki elemen “sensoris”,
yang menerima informasi dari lingkungan dan bagian lain dari tubuh, elemen “motor”, yang
membawa respons yang sepantasnya.kedua sistem juga bergantung pada mediator kimia
untuk komunikasi. Hormon utama yang digunakan bersama oleh sistem kekebalan tubuh dan
sistem saraf pusat adalah hormon pelepas kortikotropin (corticotropin-releasing hormone---
CRH) yang di produksi dalam hipotamulus yang menyatukan stres dan respons kekebalan.

Berbagai penelitian mendukung ide bahwa stres dapat memengaruhi sistem


kekebalan:
a) Stresor Akut (peristiwa atau rangsangan mendadak, sekali seumur hidup) dapat
menghasilkan perubahan kekebalan.

Contohnya, pada penderita HIV maupun KANKER yang sebenarnya relatif masih sehat, stresor
akut diasosiasikan dengan fungsi kekebalan tubuh yang lebih lemah (Gasser & Raulet, 2006).

b) Stresor Kronis (stres yang berkepanjangan) diasosiasikan dengan semakin menurunnya


respons kekebalan tubuh dari pada adaptasi. Stres kronis telah ditunjukkan dapat mengambil
ahli kemampuan alami tubuh untuk melawan penyakit.

Contohnya, efek ini telah didokumentasikan dalam sejumlah lingkungan, meliputi tinggal
disebelah reaktor nuklir rusak, kegagalan dalam menjalin hubungan dekat(perceraian,
perpisahan, dan stres pernikahan), dan beban dalam merawat anggota keluarga dengan
penyakit progresif (Glaser & Kiecolt-Glaser, 2005; Graham, Christian, & Kiecolt-Glaser, 2006).

Stres, Penyakit Kardiovaskular, dan Kanker

Terdapat alasan pula untuk memercayai bahwa stres dapat meningkatkan risiko individu
terhadap penyakit kardiovaskular 9Steptoe, Hamer, &Chida, 2007). Stres juga berhubungan
dengan penyakit kardiovaskular dan kanker. Untuk membuang kebiasan stres berarti
mengingat bahwa stres merupakan produk dari bagaimana cara kita berpikir tentang
peristiwa dalam hidup kita. Mengendalikan cara penilaian kita dapat membuat kita melihat
situasi yang berpotensi mengancam menjadi suatu tantangan.

Reaksi internal tubuh terhadap stres bukan satu-satunya risiko. Orang yang hidup
dalamkeadaan stres kronis lebih mungkin merokok, makan berlebihan, dan menghindari
olahraga. Semua perilaku yang berkaitan dengan stres ini berhubungan dengan
berkembangnya penyakit kardiovaskular (Khan, etal, 2006). Ketika seseorang tidak dapat
memanejemen stresnya sendirian, terdapat program manajemen stres sebagai sumber
pertolongan.

B. MANEJEMEN STRES

Program Manejemen Stres

Hampir setiap hari kita diingatkan bahwa stres tidak baik untuk kesehatan
kita. “HINDARI STRES” mungkin merupakan resep yang baik, namun hidup ini penuh dengan
pengalaman yang berpotensi menimbulkan stres, seperti mengerjakan ujian, menghadapi
konflik di tempat kerja, dan berdebat dengan teman maupun keluarga.

Mengurangi stres sepertinya tidak mungkin atau tidak realistis. Namun, ingatlah
bahwa stres bukanlah tentang apa yang terjadi pada kita, tetapi bagaimana kita berpikir
mengenai apa yang terjadi pada kita. Penelitian tentang stres dan menghadapinya telah
menunjukkan bahwa berpikir dengan kepala dingin dalam mendekati masalah dapat
mengarah pada pemecahan masalah secara efektif dan stres yang lebih sedikit (Carver, 2007).
Tentu saja, terkadang mencoba untuk mengatur stres sendiri adalah suatu hal yang sangat
berat. Pada saat-saat itu, lebih masuk akal untuk menjelajahi pilihan-pilihan untuk
menghilangkan kebiasaan stres, misalnya dengan cara mengikuti program manajemen stres.

Banyak orang memiliki kesulitan dalam mengendalikan stres mereka, oleh karena itu,
para psikolog telah mengembangkan berbagai teknik yang dapat diajarkan kepada individu
(Greenberg, 2008; Penedo, et al, 2004).

Program Manejemen Stres (stress management programs) Program yang mengajarkan


individu bagaimana menilai peristiwa yang menimbulkan stres, bagaimana mengembangkan
keahlian untuk menghadapi stres, dan bagaimana menggunakan keahlian-keahlian ini dalam
hidup sehari-hari. Beberapa program manajemen stres memiliki cakupan yang luas,
mengajarkan sejumlah teknik untuk mengatasi stres; yang lain mengajarkan teknik yang lebih
spesifik, seperti relaksasi atau pelatihan asertivitas. Salah satu cara terbaik untuk mengurangi
stres adalah dengan melakukan aktivitas fisik.

C. AKTIVITAS FISIK

Menjadi Aktif secara Fisik

Gaya hidup santai / menetap (yaitu, gaya hidup yang meliputi sedikit aktivitas fisik,
jika ada) diasosiasikan dengan setidaknya 17 penyakit yang berbeda-beda, meliputi; diabetes,
osteoporosis, penyakit jantung dan udsus besar, kanker payudara dan ovum (WHO, 2007).

Aktivitas apa pun yang mengeluarkan energi fisik dapat menjadi bagian dari gaya
hidup sehat. Satu hasil penelitian akhir-akhir ini, menemukan bahwa orang dewasa yang lebih
banyak mengeluarkan energi pada aktivitas sehari-hari, akan lebih lama kemungkinan
hidupnya (Manini, et al,2006). Tips untuk meningkatkan level aktivitas seseorang mulai dari
membuat perubahan kecil dalam kehidupan sehari-hari, yaitu memasukkan aktivitas fisik
kedalamnya (seperti berjalan, dari pada menyetir mobil kekampus); mencoba menemukan
variasi aktivitas yang menyenangkan bagi diri kita;menemukan pasangan olahraga, dan
mengganti acara nonton TV dengan berolahraga. Tetap memerhatikan kemajuan diri akan
menolong individu untuk memonitor kemajuan tujuannya.

Aktivitas Fisik

Aktivitas Fisik adalah sumber utama dari kesejahteraan fisik dan psikologis. Selain
berhubungan dengan lamanya hidup seseorang, menjadi aktif secara fisik berhubungan
dengan sejumlah keluaran positif, termasuk kemungkinan yang lebih rendah terserang
penyakit kardiovaskular (Matthews, et al, 2007; Wilund, 2007), penurunan berat pada
penderita obesitas (Shaw, et al, 2006; Tate, et al, 2007), meningkatkan fungsi kognitif
(Kramer, Erickson, & Colcombe, 2006; Kramer & Morrow; 2007) , menghadapi stres dengan
positif (Hame, 2006), meningkatnya rasa percaya diri (Hallal, et al, 2006), dan berkurangnya
depresi (Kirby, 2005).

Menjadi aktif secara fisik adalah seperti menabung energi ke dalam sebuah akun bank
kesejahteraan. Aktivitas meningkatnya kesejahteraan fisik dan memberi kita kemampuan
untuk menghadapi potensial stresor dengan lebih berenergi (Fahey, Insel, & Roth, 2007).

Olahraga adalah salah satu jenis aktivitas fisik. Olahraga (exercise) biasanya mengacu
pada aktivitas terstruktur yang bertujuan untuk mengingkatkan kesehatan. Meskipun olah
raga dirancang untuk menguatkan otot, tulang, atau untuk meningkatkan fleksibilitas yang
penting untuk kebugaran, banyak ahli kesehatan menekankan keuntungan dari olahraga
aerobik (aerobic exercise), yaitu meliputi aktivitas terus-menerus---jogging, berenang atau
bersepeda, sebagai contoh yang menstimulasi fungsi jantung dan paru-paru.

Satu petunjuk untuk menjadi aktif secara fisik adalah dengan tidak membatasi diri
sendiri hanya kepada beberapa pilihan. Terdapat banyak aktivitas yang memerlukan energi
fisik. Pilihlah satu yang kamu suka. Faktor penting dalam menjaga rencana olahraga meliputi
afeksi diri, membuat pilihan secara aktif, dan mengalami penguatan positif serta dukungan
sosial (Cress, et al, 2005). Menemukan seorang teman yang juga tertarik untuk berolahraga
mungkin dapat menjadi motivator yang kuat.

Ingatlah bahwa untuk mencapai tujuan secara efektif diperlukan pengawasan


terhadap diri sendiri. Kunci untuk tetap bertahan pada suatu program adalah dengan
mencatat kemajuan anda. Mencatat olahraga anda secara sistematis akan menolong Anda
untuk mengecek sejauh mana Anda telah berusaha. Strategi ini sangat bermanfaat khususnya
untuk memepertahankan program latihan dalam jangka waktu yang cukup lama. Cara lain
untuk melawan masalah berat badan adalah melalui perubahan diet.

Aktivitas apapun yang mengeluarkan energi fisik dapat menjadi bagian dari gaya hidup
sehat. Hal ini dapat berarti sesederhana naik tangga daripada menggunakan lift, berjalan atau
bersepea ke sekolah daripada menyetir, pergi bermain seluncur es daripada pergi nonton,
atau berdiri dan menari daripada hanya duduk saja di bar. Satu hasil penelitian akhir-akhir ini
menemukan bahwa orang dewasa yang lebih banyak mengeluarkan energi pada aktivitas
sehari-hari, akan lebih lama kemungkinan hidupnya (Manini, et al, 2006).

Aktivitas fisik adalah sumber utama dari kesejahteraan fisik dan psikologis. Salah satu
jenis aktivitas fisik ialah olahraga. Olahraga (exercise) biasanya mengacu pada aktivitas
terstuktur yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan. Bahkan, seekor babi mendapatkan
keuntungan dari berolahraga. Eksperimen babi yang ber-jogging menyingkap efek dramatis
dari olahraga terhadap kesehatan. Pada satu investigasi, sekelompok babi dilatih untuk lari
mendekati 100 mil per minggu (Bloor dan White, 19983). Kemudian para peneiti mengecilkan
arteri yang menyalurkan darah ke jantung babi. Jantung dari babi yang berlari telah
membentuk jalur lain untuk suplai darah, dan 42 persen dari jaringan jantung diselamatkan,
dibandingkan dengan hanya 17 persen dari kelompok kontrol yang tidak melakukan jogging.

Makan yang Benar

Berolahraga secara teratur merupakan salah satu cara terbaik untuk mengurangi berat
badan. Cara lainnya adalah dnegan membuat pilihan makan yang lebih sehat (Wardlaw &
Hampl, 2007). Meskipun toko-toko dan supermaket menawarkan begitu banyak pilihan,
sebagian besar dari kita masih memilih untuk makan makanan yang tidak sehat. Kita terlalu
banyak mengonsumsi gula dan tidak cukup mengonsumsi makanan yang tinggi kandungan
vitamin, mineral, dan seratnya, seperti buah-buahan, sayur, dan gandum. Kita terlalu banyak
makan makanan cepat saji dan terlalu sedikit makan makanan yang seimbang-pilihan yang
telah meningkatkan asupan lemak dan kolestrol yang keduanya berpengaruh terhadap
masalah kesehatan jangka panjang (Jeffery, et al, 2006).

Kebugaran dan kegemukan merupakan prediktor yang independen satu sama lain dari
resiko kesehatan, dan keduanya memiliki pengaruh terhadap umur panjang. Seseorang dapat
sekaligus gemuk dan bugar, akan tetapi orang yang gemuk dan bugar tidak dapat sesehat
orang yang kurus dan bugar. Sama halnya, orang yang gemuk dan bugar dapat menjadi lebih
sehat dari rekan mereka yang tidak bugar sama sekali.
Berhenti Merokok

Siapapun yang merokok harus berusaha menghentikan kebiasaan mereka, karena


merokok memiliki ancaman serius terhadap kesehatan. Metode untuk berhenti merokok
meliputi :

· Berhenti begitu saja

· Menggunakan substitusi nikotin dan mencari terapi.

Meskipun sulit untuk berhenti pada awalnya, berhenti merokok dapat dicapai.

Mempraktikan Seks Aman

Praktik seks yang aman merupakan aspek lain dari perilaku sehat yang menjadi
perhatian psikolog kesehatan. Penggunaan kondom adalah satu cara untuk mencegah baik
kehamilan yang tidak di inginkan maupun STI.

Perlindungan Melawan Infeksi Seks Menular

Infeksi penyakit seks menular (sexually transmitted infection – STI) adalah sebuah
infeksi yang menular terutama melalui aktivitas seksual – hubungan badan melalui vagina dan
juga oral – alat kelamin, dan anal – alat kelamin. Efek STI muncul pada 1/6 orang dewasa
(National Center for Health Statistics, 2005). STI seringkali awalnya berupa bakteri, seperti
pada kasus gonorea (kencing nanah) dan sifilis. STI juga dapat disebabkan oleh virus. Seperti
pada kasus herpes alat kelamin dan HIV.

Acquired immune deficiency syndrome (AIDS) disebabkan oleh virus human


immunodeficiency (HIV), infeksi penyakit seks menular yang menghancurkan system
kekebalan tubuh. Tanpa perawatan, sebagian besar orang yang terkena HIV rentan terhadap
kuman penyakit yang seharusnya dapat dihancurkan system kekebalan tubuh normal.

Terapi obat belakangan ini telah membuat orang mulai berpikir tentang HIV sebagai
kondisi kronis daripada kondisi kematian. Respons terhadap perawatan sangat bervariasi, dan
tetap bertahan untuk mengonsumsi ‘pesta obat’ untuk melawan HIV dapat menjadi sesuatu
yang menantang. Perawatannya dikenal dengan nama HAART (Highly Active Antiretroviral
Therapy). Perawatan ini membutuhkan 6-22 pil setiap hari, meskipun baru-baru ini FDA telah
menyetujui perawatan. 1 pil perhari untuk HIV (Laurance, 2006). Efek sampingnya bervariasi
dan dapat meliputi deposit lemak di bagian punggung badan perut.
Tidak ada perkiraan pasti untuk ekspetasi hidup dari seseorang yang menderita HIV-
positif karena pengobatan telah menjadi lebih baik saat ini, bagaimanapun HIV tetap menjadi
infeksi yang belum dapat disembuhkan secara totak yang secara tragis dapat mengantar
orang ke kematian dini.

Para ahli mengatakan bahwa HIV dapat ditularkan melalui:

· kontak seksual

· kontak lain secara langsung seperti luka atau selaput lendir dengan darah dan cairan seksual

· jarum suntik yang tidak steril

· transfusi darah.
MATERI M1

Psikologi Klinis – Pengertian, Teori, dan Ruang Lingkupnya

Psikologi Klinis, Merupakan salah satu cabang dari ilmu psikologi. Yang mana fokusnya pada
penyelesaian gangguan psikologis.

Psikologi klinis menjadi konsentrasi tersendiri dari ilmu kejiwaan (Psikologi).

Cabang ini sangat banyak menyerempet dengan bidang kedokteran.

Namun, keduanya tetap memiliki ranah yang berbeda. Saya contohkan sebagai Psikolog dan
Psikiater.

Keduanya memang terlihat mirip. Padahal sejatinya berbeda. Yang satu dari psikologi, yang
satu lainnya dari kedokteran.

Masih banyak orang yang mengira bahwa psikiater dan psikolog itu kedua hal yang sama.

Nyatanya tidak.

Anda dapat membaca secara singkat perbedaan keduannya di artikel saya yang sudah saya
buat: Perbedaan Psikolog dan Psikiater.
Psikologi Klinis adalah salah satu cabang psikologi, yang mempelajari tentang perilaku
manusia, serta gejala-gejala yang ada, dari sudut pandang klinis.

Psikologi klinis nantinya akan bersinggungan dengan modifikasi perilaku, intervensi, terapi,
asesmen, gangguan mental, dan konseling.

Menurut APA (American Psychological Association)


Menurut APA, psikologi klinis adalah salah satu cabang dari psikologi yang berspesialisasi
pada penelitian, penilaian, diagnosis, evaluasi, pencegahan, serta pengobatan gangguan
emosi dan perilaku.

Yang disebut para psikolog klinis adalah mereka para profesional tingkat S2 (Atau Lebih)
yang telah menerima pelatihan untuk diagnosis dan perawatan berbagai gangguan
psikologis.
Kebanyakan dari mereka bekerja di klinik psikologis, beberapa ada di klinik kesehatan
seperti puskesmas, rumah sakit, dan beberapa dari mereka ada yang menjadi peneliti dan
pendidik (Dosen).

Menurut Witmer 1912


Witmer menjelaskan, psikologi klinis adalah suatu metode dalam psikologi yang digunakan
untuk mengubah/mengembangkan jiwa manusia berdasarkan hasil asesmen.

Menurut Reber 1995


Reber menjelaskan, psikologi klinis adalah salah satu bidang dalam psikologi yang
bersinggungan dengan perilaku menyimpang, maladaptif, dan abnormal.

Yang dimaksud Reber adalah perilaku yang mengarah pada gangguan-gangguan psikologis.

Misal, Halusinasi dan Delusi.

Menurut Resinck
Resinck berpendapat, Psikologi klinis adalah salah satu bidang dalam psikologi yang meliputi
riset, pelayanan dan pengajaran yang relevan dengan prinsip-prinsip, metode-metode dan
prosedur aplikasi untuk memahami, menduga dan mengurangi maladjustmen,
ketidaknyamanan dan ketidakmampuan, diterapkan pada populasi klien untuk rentang yang
luas.

Menurut Corsini
Psikologis klinis adalah salah satu cabang psikologi yang bersifat spesialis dalam studi,
prevensi, diagnosis dan penanganan gangguan-gangguan perilaku dan gangguan mental
serta tekanan-tekanan mental yang negatif.

Menurut Pheres 1992


Psikologi klinis adalah salah satu cabang psikologi yang merujuk pada bidang yang
membahas kajian, diagnosis, dan penyembuhan (treatment) masalah-masalah psikologis,
gangguan (disorders) atau tingkah laku abnormal.

Dari beberapa pengertian diatas, psikologi klinis memiliki ciri khas.

Pengumpulan data klien dengan asesmen, terapi dengan intervensi, dan hal hal lainnya yang
bersinggungan dengan gangguan psikologis.

Teori Dalam Psikologi Klinis


Psiklogi klinis memiliki beberapa teori.
Berikut adalah Teori-Teori yang ada dalam psikologi klinis.

Teori Behaviorisme
Secara singkat, teori ini menjelaskan bagaimana seseorang dapat berperilaku. Teori ini
berpegang teguh dengan apa yang bisa dilihat oleh mata dan bisa dibuktikan dengan sains
ilmiah.

Teori ini juga menjelaskan bagaimana perilaku seseorang dapat dimanipulasi dan dibentuk
sedemikian rupa.

Manipulasi tersebut dapat terjadi ketika dilengkapi oleh penghargaan (reward) atau
hukuman (punishment).

Teori ini sangat banyak digunakan dalam metode Modifikasi Perilaku.

Selain itu, teori ini juga dapat dipasangkan dengan Psikologi Kognitif, yang mana nantinya
akan muncul Terapi CBT (Cognitive Behavioral Therapy).

Teori Psikoanalisis
Bertentangan dengan behaviorisme, psikoanalisis lebih mempercayai bahwa manusia
berperilaku tidak hanya dengan apa yang tampak saja.

Melainkan, masa lampau juga mempengaruhi. Karena otak merekam semua apa yang sudah
terjadi dan menjadi pengalaman tersendiri bagi individu.

Psikoanalisis sangan terkenal dengan tokohnya, yang bernama Sigmund Freud.


Freud mengatakan bahwa sejatinya, perilaku manusia itu didasarkan pada 3 struktur
mental.
Id, Ego, dan Superego
Id, adalah naluri hewan manusia.
Maksudnya adalah ketika manusia bertindak sesuai keinginannya, tanpa pertimbangan
sedikitpun. Alhasil yang muncul adalah perilaku hewani.

Super-Ego, adalah naluri moral dan Norma manusia.


Lawannya Id, super-ego adalah ketika manusia ingin bertindak, namun mempertimbangkan
apa yang terjadi setelah dia melakukan hal demikian.

Dia akan berpikir Apakah yang saya lakukan ini melanggar Norma, aturan?
Saya lapar, saya ingin makan. Karena sedang berlangsung perkuliahan, maka saya puasa
selama 30 menit kedepan, menunggu hingga usai perkuliahan.

Diatas adalah contoh perilaku manusia yang dikuasai oleh Super-ego.

Ego, adalah naluri netral manusia.


Letak Ego ditengah tengah antara Id, dan Super-ego.

Peran ego menjadi penyeimbang diantara keduanya.

Teori Humanistik
Berikutnya adalah teori humanistik, teori ini menggunakan
pendekatan phenomenological yang lebih menekankan pada setiap individu mengenai
persepsi pengalaman dunia-nya.
Dalam perspektif humanistik, lebih cenderung melihat seseorang yang aktif, kreatif, berpikir,
dan pertumbuhan orientatif.

Membantu orang melalui cara pemahaman akan perhatian, perilaku, perasaan melalui
asesmen klien.

Ahli humanistik memang cenderung mengasumsikan seseorang yang berdasar pada


intensinya.

Dan percaya jika mereka bekerja keras secara alami menuju arah pertumbuhan, kreativitas,
cinta, serta aktualisasi diri.

Aktualisasi diri ini lah yang kemudian dapat membantu menuju arah kemajuan di dalam
kehidupan, pertumbuhan yang lebih baik dan damai, serta menerima lebih tajam dan
lainnya.

Bukan memfokuskan diir pada masa lalu, namun lebih kepada apa yang ada “disini dan
sekarang”.

Tokoh yang terkenal pada teori ini adalah Carls Roger.


Beliau menerapkan konsep diri seseorang, ada ideal self, real self, dan lainnya.
Bagaimana orang dapat mengenali dirinya, serta menggambarkan siapa dirinya.

Ruang Lingkup Psikologi Klinis


Ruang lingkup psikologi klinis artinya tempat dimana para psikolog klinis berkecimpung.
Ada beberapa ruang lingkup yang menjadi tempat kecimpung para psikolog klinis.

Diantaranya,

Peneliti
Sebagai Peneliti, banyak sekali temuan temuan yang mengaitkan antara terapi X dengan
pengobatan depresi.

Tugas psikolog klinis disini ya sekedar meneliti.

Membuktikan apakah teori A masih berlaku atau tidak. Membuktikan terapi X tersebut
apakah masih valid dan reliabel untuk digunakan?

Misalnya, sudah ditemukan bahwa depresi bisa diterapi dengan musik.

Atau, dzikir sebagai terapi kecemasan dan stress.

Dan masih banyak lainnya.

Asesmen
Assesmen yaitu proses untuk mengumpulkan segala informasi tentang klien yang
dipergunakan agar bisa memahami lebih baik tentang dirinya yang nantinya akan digunakan
menjadi dasar untuk pengambilan keputusan untuk proses selanjutnya.

Asesmen tersebut biasa dilakukan dengan metode observasi, wawancara, dan tes psikologi.
Orang yang melakukan asesmen disebut Asesor.

Terapis
Terapis adalah seseorang yang melakukan terapi untuk mengatasi gangguan mental dengan
metode yang teruji dan sesuai prinsip ilmu psikologi modern.

Seorang terapis dapat membantu mengatasi fobia, trauma, depresi, kecemasan, stress, rasa
minder, perilaku obsesif kompulsif, halusinasi, gangguan tidur, kebiasaan buruk dan
berbagai masalah psikologis lainnya.

Intervensi
Intervensi disini bukanlah istilah politik, melainkan penanganan setelah terapis atau psikolog
melakukan diagnosa dan dinamika psikologis.
Intervensi tersebut banyak sekali macamnya, ada teknik modifikasi perilaku, terapi emosi,
terapi perilaku, dan masih banyak lainnya.

Profesi Dalam Psikologi Klinis


Adapun nantinya ketika memasuki dunia psikologi klinis, anda akan menemui beberapa
profesi yang cocok dengan ilmu psikologi klinis, diantaranya

Psikopatologi
Psikopatologi merupakan bidang yang mempelajari arti patologi atau kelainan, gangguan
dalam jiwa manusia.

Psikologi Medis
Psikologi Medis Merupakan suatu penjabaran dari psikologi umum dan psikologi
kepribadian untuk ilmu kedokteran.

Tujuannya yaitu untuk melengkapi pengetahuan dokter tentang gambaran biologis manusia.

Misalkan seperti gambaran kehidupan kejiwaan, fungsi-fungsi psikis, berpikir, pengamatan,


afek serta kehidupan perasaan pada manusia normal.

Psikologi Abnormal
Psikologi abnormal merupakan bidang yang mempelajari bagaimana manusia bertingkah
laku abnormal, langka, dan berbeda dari manusia umumnya.

Istilah abnormal tidak selalu berujung negatif, namun bisa juga positif.

Dull adalah abnormal, namun jenius ternyata juga abnormal.


MATERI KE-10
10 Pendekatan Kelompok dalam Psikologi Klinis

Membahas mengenai pendekatan kelompok dalam psikologi klinis termasuk penting karena
terkait dengan apa saja teori yang mungkin sudah menggambarkan psikologi klinis melalui
pendekatan yang sifatnya lebih spesifik. Psikologi klinis memang mengandung makna sebagai
pengamatan secara langsung terhadap perilaku individu, untuk kemudian ditelaah apakah ada
sesuatu yang menunjukkan masalah atau tidak. Psikologi klinis ini biasanya akan lebih banyak
berfokus pada bagaimana kondisi yang bisa diamati secara langsung (klinis). Penerapan
psikologi dalam dinamika kelompok di sini mengandung makna bahwa pengamatan psikologi
bisa dilakukan juga tidak hanya pada individu, tetapi juga pada kelompok.
Berikut ini ada beberapa macam pendekatan kelompok yang bisa kita ketahui dalam psikologi
klinis. Jenis pendekatan tersebut tidak terlau jauh dengan pendekatan psikologi klinis pada
umumnya. Yang membedakan hanya subjek yang dibahas di sini adalah pada kelompok.
Pendekatan-pendekatan tersebut efektif digunakan terutama ketika kita akan melaksanakan
penelitian atau eksperimen terhadap fenomena-fenomena yang melibatkan kelompok atau
bahkan pada terapi aktivitas kelompok tertentu.
1. Pendekatan Behavior Kognitif
Pendekatan behavior kognitif ini menggambarkan bahwa perilaku bisa dikendalikan dan
dimanipulasi dengan pemberian penguatan (reinforcement) pada saat kelompok berperilaku
sesuai dengan aturan, dan diberikan hukuman (punishment) pada saat kelompok tidak
beperilaku sesuai dengan aturan. Pendekatan behavior kognitif ini melibatkan aspek psikologi
kognitif, dimana aspek tersebut merupakan bagian dari proses belajar. Tak heran bila kemudian
pendekatan ini banyak pula digunakan dalam psikologi pendidikan, untuk mengamati
bagaimana perilaku kelompok saat terlibat dalam proses pendidikan.
2. Pendekatan Naratif
Pendekatan naratif merupakan salah satu pendekatan psikologi klinis yang biasanya digunakan
dalam keluarga. Melalui pendekatan ini, untuk mengkaji suatu permasalahan yang terjadi
dalam keluarga bisa dilakukan dengan tanya jawab interaktif. Jawaban dari masing-masing
anggota keluarga akan menjadi satu rangkaian cerita utuh yang bisa digunakan untuk
mengidentifikasi masalah yang mungkin terjadi.

3. Pendekatan Fenomenologi
Pendekatan fenomenologi dalam kelompok memiliki asumsi bahwa setiap individu yang ada
di kelompok tidak dipengaruhi oleh insting saja, tetapi lebih melibatkan keputusan yang
mereka ambil. Pendekatan fenomenologi ini juga memiliki pandangan manusia sebagai
individu yang kreatif. Kelompok bisa mengerti apa yang terjadi dalam kehidupan mereka hanya
ketika mereka bisa melihat apa yang mereka rasakan.
4. Pendekatan Humanistik-Eksistensial
Beberapa tokoh psikolog seperti Abraham H. Maslow, Carl R. Rogers dan Arthur Combs
menjabarkan pendekatan humanistik-eksistensial. Pendekatan ini termasuk pendekatan
kelompok dalam psikologi klinis yang menjelaskan bahwa kelompok memiliki tingkat
kebutuhan-kebutuhan sebagai seorang individu. Kita mungkin akan langsung teringat dengan
hierarki kebutuhan dasar oleh Maslow. Di sana sudah sangat dijelaskan bagaimana kebutuhan
dasar dari kebutuhan fisiologis hingga aktualisasi diri. Kelompok mungkin akan memiliki
perilaku untuk tetap eksis atau muncul di lingkungan dengan memenuhi kebutuhan-kebutuhan
dasar tersebut.

5. Pendekatan Sosiokultural
Pendekatan sosiokulural dikembangkan oleh tokoh psikolog seperti Vygotsky dan Piaget.
Keduanya mungkin juga kita kenal sebagai tokoh yang sering membahas mengenai teori
belajar. Dalam pendekatan sosiokultural ini, ada pandangan bahwa perilaku yang menyimpang
dari suatu kelompok tidak hanya dipengaruhi oleh faktor internal dalam kelompok tersebut
melainkan juga berasal dari lingkungan sekitar. Pendekatan ini juga sering dibahas dalam
psikologi perkembangan di tingkat individu.

6. Pendekatan Milan
Pendekatan Milan lebih menitikberatkan bagaimana pola dan peran keluarga yang ada pada
kelompok. Keluarga akan dianggap sebagai bagian yang utuh, dimana di sana netralitas sangat
dihargai. Proses diskusi akan dilakukan dengan mengajukan suatu hipotesa yang sifatnya baik.
Pendekatan ini disebut pendekatan Milan karena berasal dari pengembangannya yang ada di
Sekolah Milan.

7. Pendekatan Sistem Keluarga


Dalam mengatasi permasalahan psikologi yang ada pada kelompok, maka pendekatan sistem
keluarga juga penting untuk dilakukan. Masalah yang dialami seseorang dalam kelompok, bisa
dikaitkan pula dengan sistem keluarga yang ada. Ini merupakan salah satu cara yang baik untuk
menelaah masalah-masalah psikologi apa saja yang bisa saja terjadi.

8. Pendekatan Komunikasi
Virginia Satir mengembangkan pendekatan komunikasi di dalam psikologi klinis. Di sini akan
dicari akar permasalahan yang terjadi melalui konsep komunikasi yang ada. Pendekatan ini
juga memiliki sifat yang cukup umum dan bisa digunakan pula di tingkat keluarga. Komunikasi
memang menjadi hal yang paling mudah untuk diamati.

9. Pendekatan Struktural
Salvador Minuchin adalah tokoh yang mengajukan konsep pendekatan struktural. Ini juga
masih ada kaitannya dengan sistem keluarga, dimana fokusnya adalah mengubah dan
merestrukturisasi pola dari hubungan antara anggota keluarga. Masalah psikologis yang
ditemukan dapat ditangani dengan pendekatan pada sistem keluarga ini.

10. Pendekatan Strategis


Pendekatan strategis ini dikembangkan oleh Jay Haley, dengan fokus utama menelaah apakah
ada suatu resistensi atau tidak dalam kelompok. Mulanya, pendekatan ini digunakan terutama
pada tingkat keluarga. Namun pendekatan pada kelompok juga bisa digunakan dengan
pendekatan strategis.
Materi M12
Psikologi Komunitas
Sejarah Psikologi Komunitas
Sebagai suatu pendekatan atau alat yang digunakan untuk kesehatan mental, psikologi
komunitas ini telah banyak mengalami atau melewati berbagai perkembangan seiring dengan
berkembangnya psikologi itu seniri dalam mencari pendekatan untuk mengatasi
permasalahan mental manusia.

Pada akhir 1800 an, Sigmud Freud ( Walsh 1987 ) mengemban perhatian yang teliti kepada
penyakit mental dan penanganan mutakhirnya. Adapun dasar pemikiran Freud ini adalah
beranggapan bahwa sebuah gangguan emosional berkaitan dengan kekuatan ingtrapsikis
dalam diri seseorang dan disebabkan perhatian kealam bawah sadar. Selanjutnya, Freud
memberikan warisan sebuah penanganan yang membidik / berfokus kepada individudividei
pada masyarakat ). Freud juga mengorientasikan penyembuh profesional untuk memeriksa
setiap bagian dari individu dari keadaanya saat ini sebagai penyebab dari gangguan dan
memandang kecemasan / gangguan mendasar sebagai suatu hal yang selalu muncul pada
kehidupan sehari – hari.

Sejarah psikologi komunitas ini mulai berkembang di Amerika sejak tahun 1955, ketika
diumumkan Undang – Undang tentang pengembangan konsep kesehatan mental komunitas
untuk mengurangi jumlah rumah sakit jiwa.

Pada tahun 1963, Kennedy Bill mengemukakan sistem komprehensif dalam layanan
kesehatan mental, melakukan deteksi dini, dan gangguan kesehatan mental yang dapat
menurunkan jumlah penderita yang dimasukkan ke Rumah Sakit Jiwa ( RSJ ).
Sedangkan pada tahun 1965, dianggap sebagai kelahiran psikologi komunitas, dan pada saat
itu pula diadakan konferensi dimana apda konferensi tersebut para psikolog membahas
mengenai mada depan dan peran kesehatan mental , dan tak lama kemudian terbentuklah
community psychology yan disebut dengan badan American Psychological Community ( APS
).

Sementara itu sobat, di negara kita sendiri negara Indonesia yang tercinta ini, Piskologi
Komunitas dibahas sebagai “ Kesehatan Masyarakat “ dalam disiplin ilmu kedokteran dan
ilmu kesehatan masyarakat. Psikologi komunitas ini juga merupakan atau sub bagian dalam
psikologi sosial, psikologi sosiologi serta berbagai ilmu – ilmu sosial yang lainnya.

Psikologi komunitas itu sendiri merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan memberi
bantuan kepada orang lain dalam hal gangguan emosional, penyesuain diri dan masalah –
masalah psikologi yang lainnya.

Psikologi komunitas haruslah memiliki orientasi riset yang kuat, karena akan sanagt
tergantung kepada suatu dugaan yang mengarah kepada permasalahan – permasalahan
sosial yang akan muncul sesuai dengan kondisi yang ada.

Psikologi komunitas ini sama halnya seperti psikologi sosial di dalam pengambilan suatu
sistem atau kelompok melalui pendekatan kepada tingkah laku manusia, akan tetapi lebh
terkait kepada sesuatu pengetahuan psikologi untuk memecahkan permasalahan sosial,
sedangkan untuk psikologi sosial sendiri lebih berorientas kepada fenomena –
fenomena interaksi individu kepada lingkungan sosialnya.

Pengertian Psikologi Komunitas


Adapun yang dimasud dengan psikologi komunitas adalah sebuah pendekatan kesehatan
mental yang menekankan peranan lingkungan yang nantinya dapat mengurangi masalah atau
bahkan menghilangkan masalah dalam lingkungan sosial.

Atau dengan kata lain, psikologi komunitas juga dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang
berhubungan dengan pemberian bantuan kepada orang lain dalam hal gangguan emosional,
penyesuain diri dan juga masalah psikologisnya.

Sasaran Psikologi Komunitas


Adapun yang menjadi sasaran psikologi komunitas adalah :

▪ Untuk menerapkan “ mencegah lebih baik dari pada mengobati “ dalam hal hal
lingkungan sosial ( prevention rather than treathment )
▪ Melakukan pelatihan terhadap kekuatan dan kompetensi ( emphasis on strenghs on
competencies )
▪ Pandangan / persektif ekologi ( importance of the ecological perpective )
▪ Menghargai adanya keberagaman ( respect for diversity )
▪ Peningkatan kemampuan individu ( empowerment )
▪ Pemilihan diantara beberapa alternative ( choice among alternative )
▪ Melakukan penelitian ilmiah ( action research )
▪ Perubahan sosial ( sosial changes )
▪ Kerja sama dengan ilmu yang lainnya ( collaboration with other discipline )
▪ Rasa kebersamaan ( a sense of community )
MATERI KE-6
OBSERVASI
MATERI KULIAH OBSERVASI
1. Definisi, tujuan, Manfaat, Kelebihan dan Kelemahan,
2. Observer, proses observasi, dan objektivitas data observasi
3. Observasi sehari-hari dan observasi ilmiah, dan observasi sebagai alat psikodiagnotik
4. observasi sistematik-non sistematik, Partisipan-non partisipan, Eksperimental-natural
5. Pencatatan hasil observasi dan praktek
6. Strategi observasi jenis naratif
7. Strategi observasi Event sampling dan time sampling
8. Strategi observasi Check lists dan rating scales
9. Pengolahan dan interpretasi data observasi
10. Penutup : penyajian data observasi dan review
O BSERVAS I
Penemuan
Pengamatan/
pengumpulan Penilaian PENELITIAN
data

OBSERVASI ASESMEN Non perilaku

Perilaku Pemberian
arti DIAGNOSTIK
Inferensi
Penegakan
Sampel perilaku diagnosis

Konstruk hipotetis
OBSERVASI dalam PSIKODIAGNOSTIKA

Berkaitan dengan proses penyelidikan untuk


mengidentifikasi dan memahami variabel psikologis
untuk penegakan diagnosis psikologis
Ada proses pengukuran dan penggunaan berbagai teknik
untuk mampu memahami dan mendiagnosis variabel
psikologis
Psikodiagnostik bukan hanya milik psikologi klinis, walapun
istilah diagnosis didominasi di psikologi klinis.
Mengapa Perlu Observasi bagi Psikolog
Goodwin & Driscoll (dalam Bentzen, 1993)

◼ Memungkinkan mengukur perilaku yang tidak


dapat dengan alat ukur psikologis lain (banyak
pada anak)
◼ Prosedur formal ditanggapi tidak serius (tidak
dapat dilakukan)
◼ Lebih tidak mengancam (pada anak lebih akurat)
Kegunaan observasi dalam
psikodiagnostik
◼ Keperluan asesmen awal
◼ Menentukan kekuatan observee dan menggunakannya untuk meningkatkan hal-
hal yang masih lemah
◼ Dasar merancang rencana individual
◼ Dasar dari titik awal kemajuan klien
◼ Mengetahui perkembangan anak pada area tertentu
◼ Untuk memecahkan masalah yang berhubungan dengan anak
◼ Bahan untuk memberi laporan kepada orang tua, guru, dokter, dan profesi lain
◼ Informasi status anak/remaja di sekolah untuk keperluan BK
◼ Informasi status klien klinis (di rumah sakit jiwa)
TUGAS

◼ Carilah objek observasi :


❑ Fisik
❑ Manusia (individu)
❑ Kelompok
◼ Catatlah hasil amatan Anda
◼ Apa makna amatan tersebut?
◼ Apa kesimpulan Anda?
PRO DAN KONTRA

◼ Patton (1990) persepsi selektif manusia menyebabkan munculnya keragu-


raguan terhadap validitas dan reliabilitas observasi sebagai suatu metode
pengumpulan data ilmiah.
◼ Dia menjelaskan pengaruh persepsi selektif yang diwarnai bias dan minat
pribadi terjadi pada kebanyak orang awam yang tidak terlatih untuk dapat
disebut sebagai peneliti terlatih

◼ Agar dapat menjadi metode yang akurat maka harus dilakukan oleh
peneliti yang melewati latihan-latihan yang memadai dan telah
mengadakan persiapan yang teliti dan lengkap.
Observasi
Definisi dan deskripsi umum

- Istilah observasi diarahkan pada kegiatan memperhatikan secara


akurat, mencatat fenomena yang muncul , dan mempertimbangkan
hubungan antar aspek dalam fenomena tersebut.
- Sebagai metode yang paling dasar dan paling tua, dasar karena dalam
setiap aktivitas psikologi ada aspek observasi
- Semua bentuk penelitian kualitatif dan kuantitatif mengandung aspek
obsevasi
- Dapat berlangsung dalam konteks laboratorium (eksperimental)
maupun dalam konteks alamiah (Banister, 1994)
PENGERTIAN
◼ Observasi
Metode pengumpulan data yang dilakukan secara sistematis dan
sengaja melalui pengamatan dan pencatatan terhadap gejala objek
yang diteliti
◼ Pengertian sempit
Pengamatan secara langsung terhadap gejala yang diselidiki baik
dalam situasi alamiah maupun situasi buatan
◼ Pengertian luas
Termasuk pengamatan yang dilakukan secara tidak langsung dengan
menggunakan alat-alat bantu yang sudah dipersiapkan sebelumnya
maupun yang diadakan khusus untuk keperluan tersebut.
TUJUAN OBSERVASI
mendeskripsikan seting yang dipelajari, aktivitas-aktivitas yang berlangsung, orang-orang yang
terlibat dalam aktivitas, dan makna kejadian yang dilihat dari perspektif mereka yang terlibat
dalam kejadian yang diamati.

PENTINGNYA OBSERVASI, Patton (1990)


1. peneliti akan mendapatkan pemahaman lebih baik tentang konteks
2. Peneliti lebih bersikap terbuka, berorientsai pada penemuan daripada pembuktian,
dan mendekati masalah secara induktif. Pengaruh konseptualisasi (yang ada
sebelumnya) ttg topik yang diamati berkurang
3. Peneliti dapat melihat hal-hal yang oleh partisipan kurang disadari atau partisipan
kurang mampu merefleksikan pemikiran tentang pengalaman itu
4. Memperoleh data tentang hal-hal yang tidak diungkapkan secara terbuka dengan
wawancara
5. Mengatasi persepsi selektif dan peneliti dapat bergerak lebih jauh
6. Memungkinkan peneliti merefleksi & bersikap introspektif terhadap penelitian yang
dilakukan. Impresi & perasaan pengamat menjadi bagian untuk memahami fenomena
Apa yang diobservasi

◼ Berdasarkan tujuan / variabel yang menjadi target


◼ Ekspresi verbal, non verbal, respons verbal/non verbal/perilaku
terhadap stimulus, atau kemunculan indikator khusus
◼ Level observasi dapat aspek khusus dari perilaku, individu, kelompok,
dan situasi/proses
◼ Waktu (kapan, kecepatan, durasi), lokasi (tempat), penampakan
eksterior (cara jalan, berpakaian), gaya bahasa (intonasi, pilihan kata)
Webb dkk (1966) & Denzin (1970)

Yang diobservasi :
Exterior physical signs : pakaian, gaya rambut, sepatu, tato, rumah, perhiasan dll
Expressive movements : gerakan-gerakan tubuh seperti gerakan mata, wajah,
postur, lengan, senyum, kerutan dahi dll
Physical location : perhatikan personal space dan lingkungan fisik
Language behaviour : menyilangkan kaki dll
Time duration

Diterapkan pada kelas sosial, status, jender, dan sikap sosial


Reliabilitas & Validitas
◼ Reliabilitas : Metode yang reliabel, metode yang digunakan
orang lain dalam kondisi yang sama akan menunjukkan hasil
yang sama atau serupa. Perlunya reliabilitas antar rater
◼ Valisitas : keakuratan/keterpercayaan seberapa tepat metode
mengukur apa yang diukur. Validitas tidak intrinsik ada pada
metode karena dapat lebih dihubungkan dengan problem
yang diteliti. Contoh Untuk meneliti tentang kelas sosial lebih
valid dengan wawancara daripada observasi mobil yang
dipakai
ETIKA OBSERVASI

◼ Privacy subjek
◼ Keamanan subjek
◼ Persetujuan subjek
◼ Perlindungan terhadap kenyamanan dan keamanan
◼ Proses diseminasi informasi kepada para profesional dan komunitas ilmuwan
◼ Pencegahan kecuragan dan penipuan terhadap subjek, kelompok atau
masyarakat
◼ Penggunaan oleh dirinya dan pihak lain dengan maksud negatif

Pertimbangan diatas diterapkan pada 3 tahap penelitian yaitu rencangan


penelitian, proses di lapangan, dan penulisan-publikasi
JENIS OBSERVASI
Observasi
obstrusif

Observasi Observasi
Sistematik/ Partisipan
terstruktur

Observasi
laboratory/ Observasi
eksperimental natural

Observasi tidak Observasi Non


sistematik partisipan

Observasi SILAHKAN
unobstrusif DIKEMBANGKAN
SENDIRI : kombinasi jenis
observasi
OBSERVASI SISTEMATIK

◼ Disbt juga observasi terstruktur; ada kerangka yang memuat faktor-faktor


dan ciri-ciri khusus dari setiap faktor yang diamati
◼ Sistematik : lebihmenekankan pada segi frekuensi dan interval waktu
tertentu (misalnya setiap 10 menit)
◼ Hal perlu diperhatikan :
❑ Isi dan luas observasi lebih terbatas, sesuai rumusan khusus
❑ Memungkinkan respons dan peristiwa dicatat secara lebih teliti, dan mungkin
dikuantifikasikan
❑ Dapat menggunakan one way screen
OBSERVASI EKSPERIMENTAL

◼ Dilakukan dengan cara mengendalikan unsur-unsur penting ke dalam situasi


sedemikian rupa sehingga situasi tersebut dapat diatur sesuai dengan tujuan riset dan
dapat dikendalikan untuk mengurangi atau menghindari bahaya timbulnya faktor-faktor
lain yang dapat mempengaruhi situasi
◼ Ciri penting :
❑ Observee dihadapkan pada situasi perangsang yang dibuat seragam atau berbeda
❑ Situasi dibuat sedemikian rupa untuk memunculkan variasi perilaku
❑ Situasi dibuat sedemikian rupa sehingga observee tidak mengetahui maksud observasi
OBSERVASI PARTISIPAN

◼ Orang yang mengadakan observasi turut ambil bagian dalam kehidupan orang-
orang yang diobservasi
◼ Umumnya untuk penelitian yang bersifat eksploratif. Menyelidiki perilaku individu
dalam situasi sosial seperti cara hidup, hubungan sosial dalam pabrik-penjara dll
◼ Perlu diperhatikan :
❑ Materi observasi disesuaikan dengan tujuan observasi
❑ Waktu dan Bentuk pencatatan : segera setelah kejadian dg kata kunci. Kronologis –
sistematis
❑ HUbungan : mencegah kecurigaan, pendekatan yang baik dan menjaga situasi tetap
wajar
❑ Kedalaman partisipasi tergantung pada tujuan dan situasi
TINGKAT PARTISIPASI

◼ Partisipasi lengkap (penuh)


❑ Anggota penuh
◼ Partisipasi fungsional
❑ Aktivitas tertentu bergabung
◼ Partisipasi sebagai pengamat
Obtrusive dan unobtrusive
◼ Unobstrusive measures - unobstrusive methods – non reactive methods
◼ Metode tidak mengganggu lingkungan sosial, tidak terlibat dengan penduduk, tanpa
berinteraksi dengan subjek melalui pertanyaan atau perlakuan lainnya.
◼ Termasuk un obtrusive methods: tulisan dan rekaman audio visual, materi budaya
(objek fisik), jejak-jejak perilaku, arsip pekerjaan, pakaian atau benda lain di musium, isi
dari buku-buku di perpustakaan, observasi sederhana, hardware techniques; kamera,
video dll, rekaman politik dan demografi
◼ Obtrusive : wawancara, kuesioner, eksperimen manipulatif, tes

❑ “Contrived“ observation
Menggunakan perangkat keras seperti kamera, tape recorders, one way mirrors dll.
❑ Experimental manipulation dipandang sebagai non reactive jika tidak disadari oleh subjek
(Bochner, 1979) vs sisi etika observasi
OBSERVASI FORMAL DAN INFORMAL
(Goodwin & Driscoll, 1980)
◼ Observasi formal mempunyai sifat tersruktur yang tinggi, terkontrol dan
biasanya untuk penelitian
◼ Observasi formal perlu mengidentifikasi definisi secara hati-hati,
menyusun data, melatih obsrerver dan menjaga reliabilitas antar rater,
pencatatan-analisis-interpretasi menggunakan prosedur yang
sophisticated.
◼ Observasi in formal mempunyai sifat yang lebih longgar dalam hal
kontrol, elaborasi, sifat terstruktur, dan biasanya untuk perencanaan
pengajaran dan pelaksanaan program harian. Lebih mudah dan lebih
berpeluang untuk digunakan pada berbagai keadaan.
◼ Observasi informal sering disebut juga naturalistic observation (lho
menopo hubunganipun kalian observasi yang non eskperimental?)
Observasi Partisipan & Observasi Unobstrusif

Observasi partisipan : peneliti berinteraksi dengan subjek yang dipelajari


dan melakukan observasi dalam interaksi tersebut, dan biasanya
sebagai bagian dari proses wawancara dan menggunakan informan

Observasi dengan observer yang tidak menampakan diri (penyembunyian


diri) dan memisahkan diri dari yang diobservasi
Keuntungan dan kelemahan
◼ Data “nyata“ bukan perilaku yang ◼ Distorsi dari data asli,
dilaporkan
terutama sumber berupa
◼ Aman
◼ Mungkin untuk diulang
arsip
◼ Tanpa mengganggu ◼ Decontextualising (emic-
◼ Mudah diakses dan dilakukan ingroup/etic-outsider)
◼ Mudah ◼ Peran Intervening variable
◼ Baik sebagai sumber data
longitudinal ◼ Bias dari metode tunggal
◼ Keterbatasan wilayah
terapan
Observasi Dipandang Ilmiah, Jika : (Jehoda)

◼ Mengabdi pada tujuan penelitian yang telah ditetapkan


◼ Direncanakan secara sistematik, bukan kebetulan dan
tidak beraturan
◼ Dicatat secara sistematik dan dihubungkan dengan
proposisi yang lebih umum, tidak sekedar memenuhi
rasa ingin tahu
◼ Dapat dicek dan dikontrol validitas dan reliabilitasnya
Checklist notations Narrative types
•Time sampling •Diary descriptions
•Event sampling •Specimen
•Field unit analysis descriptions

STRATEGI
OBSERVASI

Wright Rating scales Brandt


(1960) (1972)
◼ Narrative types
pengumpulan (pencatatan) data oleh observer apa adanya sesuai
(sama) dengan kejadian dan urutan kejadiannya sebagaimana yang
terjadi pada situasi nyata.
◼ Checklist notations
Observer menyusun struktur observasi dengan memilih dan
mendefinisikan perilaku sebelum observasi dilaksanakan sehingga
ketika observasi tinggal memberi tanda cek
◼ Rating scales
Observer membuat interpretasi terhadap apa yang diamati dan
informasi direkam dengan sebagai refleksi dari penilaian observer
◼ Diary descriptions :
Pengamatan (pencatatan) perubahan-perubahan pada perkembangan perilaku secara umum atau
perilaku spesifik sesuai tujuan observasi seperti perkembangan bahasa dll. Membutuhkan waktu
yang panjang dan frekuensi kontak yang banyak
◼ Specimen descriptions (desriftif naratif, running records)
Pengamatan yang detail dan lengkap, intensif dan kontinyu dengan pencatatan naratif sekuensial
terhadap episode tunggal dari perilaku dan keadaan lingkungannya.
◼ Time sampling
Pengamatan seperti specimen descriptions terhadap perilaku tertentu (sesuai tujuan observasi)
pada interval waktu tertentu yang telah ditentukan (biasanya frekuensi kejadian perilaku)
◼ Event sampling
Pengamatan yang berfokus pada pencatatan kejadian perilaku-perilaku penting yang diamati
pada situasi tertentu
◼ Field unit analysis
Ada kesamaannya dengan specimen records, tapi metode ini mengkaitkan perilaku-perilaku yang
terjadi pada pengamatan ke dalam unit-unit perilaku yang sudah disusun dan menyediakan
fasilitas on the spot coding.
Checklist

◼ Observer menyusun struktur observasi dengan memilih dan


mendefinisikan perilaku sebelum observasi dilaksanakan
sehingga ketika observasi tinggal memberi tanda cek
◼ Melihat kehadiran perilaku yang dianggap penting
◼ Tidak memberikan informasi tentang frekuensi, durasi, dan
kualitas perilaku
◼ Digunakan pada time sampling, event sampling
KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN

Keunggulan Kelemahan

◼ Strategi yang sederhana dan relatif ◼ Informasi terlalu sedikit


mudah
◼ Merekam dengan cepat dan efisien, ◼ Informasi kurang mendalam
kebutuhan energi observer minimum ◼ Tidak ada informasi tentang
◼ Ketrampilan yang dibutuhkan dari bagaimana (kualitas, durasi,
observer relatif lebih sederhana frekwensi)
◼ Seteleh dilakukan check terhadap
perilaku dapat ditambahkan catatan
tertentu
◼ Mudah diolah dalam lembar komputasi
(dan proses kuantifikasi)
PANDUAN CHECKLIST

◼ Tentukan tujuan observasi


◼ Tentukan definisi operasional perilaku
◼ Tentukan content perilaku yang akan diobservasi
◼ Susun checklist berdasarkan content perilaku sebelum observasi
dilakukan
❑ Identifikasi secara detail content perilaku
❑ Organisasi detail content perilaku harus logis
❑ Organisasi checklist harus dapat mencapai tujuan : identifikasi
kehadiran/ketidakhadiran target perilaku dan merekam perkembangan
kronologis (munculnya ketrampilan tertentu)
◼ Gunakan cheklist untuk melihat kehadiran perilaku target
Dua tipe checklist

◼ Static descriptor
❑ Seperangkat aitem yang mendeskripsikan karakteristik
subjek atau setting yang relatif stabil : umur, jenis
kelamin, ras, status ekonomi, karakteristik lingkungan,
dan waktu
◼ Action
❑ Seperangkat aitem yang mendeskripsikan
perilaku/tindakan spesifik observee
Rating scales

Observer membuat interpretasi terhadap apa


yang diamati dan informasi direkam dalam
bentuk nilai tertentu (angka) sebagai refleksi dari
penilaian observer
DESKRIPSI
RATING SCALES
◼ Didesain untuk mengukur kuantifikasi impresi dari pengamatan
◼ Penilaian kuantitatif tentang tingkat terjadinya perilaku atau
bagaimana perilaku ditampakan
◼ Menjadi mudah dan cepat untuk memaknakan kesimpulan dari
impresi yang didapatkan
◼ Dapat mengukur ciri sifat dan perilaku yang tidak dapat diungkap
oleh strategi lain
◼ Metode asesment > metode deskriptif
◼ Dapat sebagai perekaman on the spot, ada yang tidak
TIPE RATING SCALES
◼ Numerical : angka tertentu dikaitkan dengan nilai tertentu dari perilaku
1 = Perilaku mengganggu, meninggalkan kelompok
2 = Perilaku mengganggu tidak tampak
3 = Mengikuti guru, tatapan mengarah ke guru
4 = Mengikuti guru, ekspresi menunjukkan ketertarikan
5 = Mengikuti guru, melaksanakan instruksi
◼ Graphic : Kemunculan perilaku tertentu dinilai berdasarkan rentang penilaian yang
bersifat meningkat (bentuk garis lurus)

Selalu Sering Kadang Jarang Tidak pernah


kadang
◼ Semantic differential (termasuk grafik) dengan tujuh unit penilaian pada perilaku yang
bipolar
1 2 3 4 5 6 7
Aktif Pasif
Bersahabat Bermusuhan
◼ Standart
Penilai dihadapkan pada satu set standar untuk menilai
yang lain
◼ Cumulated points
Penilaian didasarkan pada akumulasi terhadap penilaian
unit-unit perilaku tertentu
◼ Forced-choice
Rater dihadapkan pada satu set deskripsi kualitas
tertentu dan memilih satu yang sesuai dengan hasil
pengamatan
6 FAKTOR POTENSIAL RATER ERRORS

◼ Error of leniency
◼ Error of central tendency
◼ Hallo effect
◼ Error of logic
◼ Error of contrast
◼ Proximity error
◼ KEUNTUNGAN ◼ KELEMAHAN
❑ Efisiensi waktu ❑ Peluang error dan bias cukup
❑ Lebih menarik bagi observer besar
❑ Lebih mudah diskor dan ❑ Ambiguitas aitem
dikuantifikasi (statistik) ❑ Pengaruh penerimaan sosial
❑ Dapat mengukur perilaku lebih ❑ Kurang bercerita tentang
luas termasuk trait penyebab perilaku
❑ Dapat membandingkan antar
individu dan intraindividu
❑ Membutuhkan minimum
training
❑ Memfasilitasi melihat
hubungan realita dan persepsi
individu (rating guru dan DO)
SIAP LETNAN?

◼ Pernyataan pendek, simple, dan tidak ambigu


◼ Berhubungan dengan trait yang akan diungkap
◼ Pilih kata yang berhubungan dengan skala (tidak overlap
dengan deskripsi)
◼ Hindari penggunaan pernyataan seperti average,
excellent, dan very
◼ Hindari pernyataan yang mengandung unsur baik-buruk
◼ Nilai semua individu pada satu trait sebelum ke trait
lainnya
◼ Lebih baik jika kita tidak kenal
◼ Lakukan dengan hati-hati
Time sampling

Pengamatan terhadap perilaku tertentu (sesuai


tujuan observasi) pada interval waktu yang telah
ditentukan (biasanya kemunculan perilaku,
frekuensi, dan durasi)
Deskripsi Time Sampling
◼ Subjek diobservasi pada periode waktu tertentu yang relatif pendek, dan
perilaku yang diperoleh dipandang sebagai sampel dari perilaku yang biasa
terjadi (Goodenough).
◼ Efektif pada perilaku yang cukup sering muncul karena perilaku diamati selama
periode waktu tertentu yang pendek . Arrington (1943) ; minimal 15 menit sekali.
◼ Time sampling sebaiknya digunakan untuk overt behavior
◼ Variasi penggunaan time sampling:
❑ Mengukur frekuensi kemunculan perilaku. Mencatat setiap perilaku yang muncul selama
interval waktu tertentu.
❑ Mengukur kemunculan perilaku. Satu atau 5 kali selama interval waktu 5 menit dalam
pengamatan dengan tanda cek satu.
❑ Mengukur durasi ( berapa lama) perilaku terjadi dalam frame waktu tertentu.
NB : Yang perlu dipertimbangkan adalah : panjang interval, jarak antar interval, dan jumlah
interval waktu.
Kelemahan Time sampling
Kerlinger (1973)
◼ Kehilangan gambaran kontinyuitas
◼ Kehilangan konteks
◼ Kehilangan sifat-sifat natural.
Panduan Time Sampling
◼ Definisi operasional overt behavior harus jelas dan dipahami semua yang terlibat
(observer)
◼ Tetapkan tujuan observasi dengan jelas sehingga dapat membuat struktur time
sampling dengan jelas, antara lain :
❑ Jumlah subjek yang dibutuhkan
❑ Fokus observasi pada hasil yang menekankan pada perilaku individu atau kelompok
❑ Seberapa banyak observasi akan dilakukan agar sample representatif
◼ Tetapkan informasi apa yang dibutuhkan untuk direkam : apakah kemunculan
perilaku, frekuensi perilaku atau durasi.
◼ Tetapkan interval waktu yang digunakan :
❑ Penentuan panjang interval didasarkan pada frekuensi kehadiran perilaku, dan interval
minimum kemunuculan satu perilaku
❑ Jeda antar interval waktu (spacing), tergantung pada panjang interval dan detail yang
direkam (misalnya berapa katergori) atau tanpa jeda .
❑ Jumlah total interval yang dibutuhkan pada setiap subjek tergantung pada terpenuhinya
sample perilaku yang representative.
Contoh Rancangan Observasinipun mekaten !

Seorang psikolog yang tertarik dengan permasalahan anak di sekolah, dan ingin
mendapatkan informasi spesifik, dia dapat , mengobservasi anak pada 5
menit pertama tiap jam, dan focus pada perilaku ketika ada tugas dan tanpa
tugas.

Dia dapat mengobservasi dengan beberapa pilihan :


◼ Mengobservasi 5 menit pertama setiap jam (dapat memberi informasi selama
satu hari tapi tidak mendapatkan gambaran pada aktivitas yang berbeda)
◼ Mengobservasi 5 menit pertama pada tiap aktivitas terpilih (dapat
dibandingkan antar aktivitas)
◼ Memilih satu atau lebih aktivitas dan mengobservasi selama 10-15 menit
untuk mendapatkan gambaran pada ke dua jenis situasi
PERBANDINGAN TIME SAMPLING DAN EVENT
SAMPLING

◼ Kesamaan dengan time sampling adalah sampel perilaku


◼ Time sampling focus pada waktu tertentu, event sampling focus pada
perilaku itu sendiri.
◼ Time sampling focus pada eksistensi dari event, sedangkan event
sampling focus pada eksplorasi dari karakteristik event.
◼ Pada event sampling, obserber menunggu kemunculan perilaku yang
dipilih kemudian merekamnya. Tidak ada batasan waktu, focus ada
pada perilaku itu sendiri dan waktu adalah sebagai akibat dari durasi
normal dari peristiwa. Rentang perilaku-perilaku yang diamati dibatasi
◼ pada event sampling, waktu yang dibutuhkan tidak dapat ditentukan
seperti pada time sampling.
◼ Time sampling focus pada frekuensi dan durasi guru berbicara
dibandingkan siswa berbicara, maka event sampling focus pada
kepada siapa guru berbicara, dan apa penyebab dan hasil dari perilaku
tersebut.
Event sampling
Pengamatan yang berfokus pada pencatatan
kejadian perilaku-perilaku penting yang diamati
pada situasi tertentu
KEUNGGULAN EVENT SAMPLING

◼ Efisien untuk mengurangi waktu observasi


◼ Dapat dirangkum dan dianalisis statistik dengan
mudah.
Panduan Event sampling

1. Identifikasi dan susun definisi operasional perilaku yang akan diobservasi


dengan jelas
2. Ketahui secara umum dimana dan kapan perilaku dapat terjadi
3. Tentukan jenis informasi yang akan direkam. (dapat menggunakan
pencatatan naratif maupun kategoris. Misalnya pada studi tentang
pertengkaran tadi adalah berapa lama terjadi, apa yang terjadi ketika
pertengkaran dimulai, jenis perilaku dalam pertengkaran, apa yang
dilakukan dan dikatakan, apa akibatnya, dan apa yang terjadi setelah
pertengkaran.
4. Susunlah lembar pencatatan semudah mungkin
Contoh observasi event sampling dilakukan oleh Helen C. dawe (1934)

◼ Observasi pada natural setting, observasi pada 200 pertengkaran anak TK. Penyelidikan
diarahkan pada pertengkaran spontan selama bermain bebas pada sekolah TK dari 19
oktober 1931 sampai 17 pebruari 1932. Subjek adalah 19 perempuan dan 21 laki-laki.
Berumur 25-60 bulan.
◼ Proses observasi : Observer menunggu pertengkaran terjadi, ketika terjadi stopwatch
diaktifkan, dan mengamati apa yang terjadi, ketika pertengkaran selesai maka stopwatch
dimatikan. Yang disiapkan adalah blangko pengamatan yaitu nama subjek, umur dan jenis
kelamin anak yang terlibat, durasi pertengkaran, problem yang menyebabkan pertengkaran,
perilaku yang terjadi,. Setelah kejadian observer menuliskan secepatnya apa yang diingat.
◼ Hasil Analisis data :
❑ dari 58.75 jam observasi, terjadi 200 pertengkaran, dengan rata-rata 3.4 perjam
❑ 68 pertengkaran terjjadi di luar ruangan, dan 132 di dalam ruangan
❑ Hanya 13 yang lebih dari 1 menit
❑ Laki-laki lebih sering bertengkar dari perempuan.
❑ Penyebab pertengkaran adalah perselisihan terkait dengan kepemilikian benda
❑ Anak-anak yang terlibat pertengkaran cepat berbaikan kembali seolah-olah tidak terjadi apa-apa.
CATATAN HARIAN

◼ Teknik pengamatan yang merekam perubahan atau


perkembangan baru atau perilaku baru pada subjek
pengamatan.
◼ Aitemisasi perubahan perilaku.
◼ Pengamat mencatat secara langsung pada saat
kejadian atau sesegera mungkin setelah kejadian setiap
hari sehingga membutuhkan interaksi yang tetap dan
berlangsung lama
KELEBIHAN DAN KETERBATASAN

Kelebihan Kritik/Kelemahan metode ini adalah


(William Stern):

◼ Bias seleksi : kehilangan keterwakilan sifat-


1. Memberikan gambaran Proses sifat fakta
perubahan/perkembangan seiring ◼ Bias observasi :
◼ Reliabilitas pencatatan
waktu secara jelas dan detail ◼ Objektivitas interpretasi
2. Merupakan gudang data ◼ Keterbatasan Kasus untuk generalisasi
yang kaya ◼ Waktu dan sumber daya terlalu banyak :
dalam rentang tertentu dan tiap hari
melakukan pengamatan (tidak efisien)
Penggunaan Diary Descpriptions

Studi kasus
Digunakan untuk menyelidikan anak-anak atau kasus
yang “spesial’’
Studi ethologis
Penelitian pada binatang yang tidak dapat berbicara,
yang hasilnya dapat diterapkan pada manusia
Langkah-langkah dalam Diary descriptions
◼ Tentukan target perilaku yang akan diamati (dapat perilaku umum, atau aspek khusus,
misalnya perilaku terkait dengan merokok)
◼ Tentukan subjek pengamatan dan panjang pengamatan (sebagai latihan selama 1
minggu)G
◼ Siapkan jurnal atau pencatatan harian
◼ Format pencatatan hasil pengamatan
❑ Tanggal, waktu, setting-lokasi, objek observasi, umur
❑ Deskripsi anak dan setting observasi dilakukan
❑ Temuan perilaku beserta waktu kejadian dalam pengamatan (harian) dapat dilengakapi
dengan kolom catatan-catatan khusus
❑ Rangkuman temuan selama satu minggu
◼ Pengolahan hasil pengamatan (generalisasi)
❑ Deskripsi ringkas aktivitas dan informasi yang relevan untuk memahami setting
❑ Deskripsi objek observasi dan bagaimana perilakunya
❑ Susun pernyataan yang tepat untuk generalisasi pada populasi (karakteristik yang sama (umum
dsb) berdasarkan performansi objek observasi)
❑ Pilih 2 objek lain yang mempunysai umur sama dan catat performansi mereka dengan prosedur
yang sama (deskripsi objek 1, deskripsi objek 2)
❑ Identifikasi perbedaan-perbedaan yang terjadi pada objek tersebut pada aktivitas yang sama
❑ Identifikasi pesamaan-persamaan yang muncul
❑ Apa generalisasi yang akan dibuat setelah mengamati ketiga anak.
ANECDOTAL RECORDS

◼ Persamaan dengan diary adalah menggunakan pencatatan naratif.


◼ Perbedaannya tidak focus pada hanya satu anak atau kelompok, dan
tidak terbatas pada kemunculan perilaku baru.
◼ Melaporkan apapun yang terjadi dan penting bagi pengamat kapan saja
perilaku terjadi, pada orang yang berbeda dan waktu yang berbeda.
◼ Tidak membutuhkan spesifikasi waktu tertentu tetapi dapt dilakukan
kapanpun ketika perilaku yang penting/menarik muncul, tidak tergantung
pada setting atau lingkungan tertentu dan dapat dilakukan dimanapun.
Tidak mensyaratkan kode khusus atau kategori atau diagram dapat ditulis
secara sederhana pada buku catatan
◼ Beberapa variasi :
❑ Bersifat tematik : misalnya perilaku imitasi anak pada orang dewasa, akan
menggambarkan bagaimana perilaku meniru terjadi
❑ Bersifat interval (periode waktu tertentu : tidak focus pada tema tertentu
tetapi akan melakukan pencatatan terhadap perilaku yang muncul pada
periode waktu tertentu)
❑ Pencatatan akumulasi terjadinya perilaku tertentu untuk dianalisis
◼ Contoh penggunaan :
Membantu guru dalam mengetahui keadaan siswa pada tahun pertama
sekolah. Jika guru mencatat secara teratur kejadian tertentu selama satu tahun
maka ia akan dapat melakukan asesmen kemajuan, identifikasi perubahan
tingkat pemahaman dan kesulitan yang ditemui.
• Tiga kegunaan lain : menguji dugaan tentang alasan perilaku atau gaya belajar
anak, mengidentifikasi kondisi yang memperkuat perilaku, dan mendapatkan
umpan balik tentang apa yang dipelajari anak dari unit kurikulum,
• Untuk mendapatkan informasi, menguji ide/dugaan, dan mengevaluasi kemajuan
Panduan Anecdotal records
Brandt (1972)
1. Tuliskan secara berurutan anekdot yang muncul sesegera mungkin setelah terjadi
2. Identifikasi aktivitas utama dan perkataan dari orang kunci
3. Sertakan pernyataan tentang setting, waktu, dan aktivitas utama (ketika sebuah
mobil sedang melewati.......)
4. Dekripsikan tindakan atau verbalisasi tokoh utama, dan respon atau reaksi dari
orang lain dari situasi itu
5. Jika munkgin catat dengan tepat kata-kata yang muncul pada percakapan
6. Deskripsikan sesuai seperti urutan kejadian pada satu episode kejadian
7. Tiga level tindakan yang harus dicatat adalah :
❑ Molar behavior (deskripsi perilaku/aktivitas utama) , “Ellen dan Mollen bermain puzzle di meja“
❑ Sub ordinat molar unit (deskripsi unit perilaku/aktivitas yang lebih kecil), “Ellen bermain puzlle
rumah sakit 3 kali, sedangkan Mollen setelah selesai satu puzzle beralih ke puzzle bentuk lain“.
❑ Molecular units (deskripsi bagaimana perilaku/aktivitas utama dilakukan, gambaran kualitatif
dari anecdot),“Ellen meletakkan dengan hati-hati sambil bersenandung lirih. Kadang berjalan
mondar mandir“
8. Objektif, akurat dan lengkap
Contoh anecdotal records
◼ 232# Charlie Umur 3 tahun. Charlie bermain di rumah denan
adik perempuannya. Dia berkata bahwa dia adalah ayah.
Dari dapur, saudara perempuannya yang lebih tua
memberinya beberapa roti karena saudarnaza tahu ia
sangat suka. Ia mengatakan “apa yang akan aku lakukan
dengan roti ini sekarang) Dia melanjutkan. lelaki tidak akan
makan kecuali ketika lapar. Setelah 10 menit berlalu ia
datang dan berkata ke sarah, “Dapatkah saya memperoleh
roti sekarnang”. “Saya bukan ayah, Saya charlie“.
◼ 334# Harlan ......
CONTOH TERAPAN OBSERVASI

Psikologi Klinis
- Identifikasi simtom dari gangguan

- Identifikasi tingkat gangguan

- Pendukung dalam proses konseling

- Evaluasi kemajuan terapi / konseling

- Pendukung dalam proses psikotes : projektif individual

- Bersama-sama dengan wawancara pada in take interv.


dan konseling
- dll
BIDANG PERKEMBANGAN

◼ Identifikasi kemunculan gejala/simtom yang muncul dari


gangguan/permasalahan perkembangan (khususnya
anak)
◼ Identifikasi level gangguan perkembangan
◼ Identifikasi tingkat perkembangan anak
◼ Evaluasi hasil terapi atau intervensi pada anak
CONTOH TERAPAN OBSERVASI DALAM PIO

◼ Studi ergonomika, contoh penelitian


tentang peralatan militer mungkin di
simulasikan
◼ Seleksi dan asesmen kepribadian, ada
intervensi perlakuan kemudian dilihat
bagaimana perilaku peserta
◼ Analisis jabatan, natural tanpa
intervensi
◼ Identifikasi kebutuhan training
◼ Pemantauan perilaku dalam proses
training (terutama out bound)
CONTOH TERAPAN OBSERVASI DALAM
BIDANG PENDIDIKAN

◼ Penelitian studi kelayakan kebijakan pendidikan


◼ Penelitian evaluasi kebijakan
◼ Penelitian tindakan kelas oleh guru
◼ Penilaian kemampuan mengajar
◼ Evaluasi hasil belajar
◼ Asesmen awal kemampuan siswa
◼ Identifikasi permasalahan siswa: belajar dan
pribadi
◼ Monggo dipun padosi piyambak nggih
TERAPAN DI BIDANG PSIKOLOGI SOSIAL

Studi Pemetaan masalah sosial dan kecenderungan masyarakat *


Studi kancah masalah sosial * : agresivitas masyarakat, pelacuran,
anak jalanan, tawuran.
Studi perilaku manusia dalam situasi sosial * : perempatan, perilaku
menolong (eksperimental – partisipan)
Evaluasi penderitaan korban : kasus rifka anisa dll
Identifikasi kebutuhan intervensi sosial
dll
PENGOLAHAN DATA
untuk menuju kesimpulan
◼ Pengolahan data akan berbeda sesuai konteks penggunaan metode ;
penelitian vs psikodiagnostik
◼ Pada konteks penelitian biasanya menggunakan beberapa metode, proses
pengolahan data lebih rumit
◼ Pengolahan data pada observasi sebagai metode tunggal berbeda dengan
penggunaan berbagai metode pengumpulan data
◼ Pada konteks psikodiagnostik proses secara umum lebih sederhana dan
tergantung keperluan
BENTUK DATA HASIL OBSERVASI (monggo dipun
kritisi)
◼ Angka (kuantifikasi hasil observasi)
❑ Checklist : frekuensi
❑ Rating scales : skor
❑ Time sampling : frekuensi,durasi
◼ Desripsi naratif
❑ Catatan harian
❑ Anecdotal records
❑ Event sampling
◼ Dokumen tertulis dan tidak tertulis
❑ Un obstrusive
❑ Catatan harian/anecdotal records dll. orang lain
Pemaparan Hasil Observasi
(Patton, dalam Poerwandari, 1998)
◼ Mempresentasikan secara kronologis peristiwa yang diamati, mulai dari
awal hingga akhir
◼ Mempresentasikan insiden-insiden kritis atau peristiwa kunci,
berdasarkan urutan kepentingan insiden tersebut
◼ Mendeskripsikan setiap tempat, setting dan atau lokasi yang berbeda
sebelum mempresentasikan gambaran dan pola pada umumnya
◼ Fokuskan analisis pada individu-individu atau kelompok-kelompok
◼ Mengorganisasi data dengan menjelaskan proses-proses yang terjadi
(proses komunikasi dll)
◼ Memfokus pengamatan pada isu-isu kunci yang diperkirakan menjawab
tujuan observasi/penelitian
Organisasi data
◼ Data banyak dan berasal dari berbagai cara pengumpulan data.
◼ Proses sederhana yang dilakukan adalah menyusun,
mengelompokan, dan menghimpun data sesuai dengan tujuan
penelitian dengan rapi, sistematis dan selengkap mungkin.
◼ Meliputi data mentah (catatan lapangan, kaset), data yang sudah
diproses (trasnkripsi wawancara), dan bentuk-bentuk dari
pengolahan dari data mentah dan semua berkas yang diperoleh dari
proses penelitian (observasi)
Koding
◼ Proses membubuhkan kode-kode pada materi yang diperoleh
dengan maksud untuk dapat mengorganisasi dan
mensistematisasi data secara lengkap dan detail sehingga data
dapat memunculkan gambaran tentang topik yang dipelajari.
◼ Langkah koding :
❑ peneliti menyusun catatan lapangan dengan ada kolom kosong
yang cukup besar di sebelah kiri dan kanan catatan (untuk
kode dan catatan tertentu)
❑ Peneliti secara urut dan kontinyu melakukan penomoran pada
catatan lapangan tersebut (penomoran baru perbaris atau per
paragraf)
❑ Peneliti memberi nama untuk masing-masing berkas dengan
kode tertentu
❑ Contoh. OS.L2Jun03 : Hasil observasi siswa laki-laki pada
2 Juni 2003
Integrasi dan Analisis data

◼ Pengintegrasian data dari berbagai sumber, komunikasi antar data, distrukturisasikan


sesuai kebutuhan, untuk kemudian di analisis
◼ Analisis data membutuhkan kepekaan teoritis, karena observer/peneliti melakukan
upaya mengembangkan teori atau berteori.
◼ Kepekaan teoritis mengacu pada kemampuan untuk memperoleh insight, memberi
makna pada data, memahami dan memilah mana yang esensial dan yang tidak.
◼ Teknik-teknik untuk meningkatkan kepekaan teoritis adalah sebagai berikut :
❑ mengembangkan pertanyaan-pertanyaa “what? Who? When? Where? How? How Much?
Dan Why?”
❑ Analisis kata, frase, kalimat (pada observasi apa ya?)
❑ Analisis tahap lanjut melalui perbandingan. Melakukan perbandingan sistematis terhadap
dua atau lebih fenomena yang ditampilkan dalam data, baik terhadap gejala-gejala yang
dekat atau memiliki kesamaan karakteristik tertentu, ataupun terhadap gejala-gejala yang
dianggap berjauhan atau tidak memiliki kesamaan karakteristik apapun.
Interpretasi
◼ Upaya memahami data secara lebih ekstensif sekaligus mendalam berdasarkan perspektif
peneliti/obsever terhadap apa yang diobservasi dan menginterpretasi data melalui
persepektif tersebut, melampaui apa yang secara langsung dikatakan atau dilihat pada
responden, untuk mengembangkan struktur-struktur dan hubungan-hubungan bermakna
yang tidak tertampilkan dalam data mentah.
◼ Tiga konteks interpretasi :
❑ Interpretasi pemahaman diri : peneliti/obsever berusaha memformulasikan dalam bentuk padat apa
yang oleh subjek penelitian sendiri dipahami sebagai makna dari pernyataan-pernyataannya atau
perilakunya.
❑ Interpretasi pemahaman biasa yang kritis : peneliti beranjak lebih jauh dengan menggunakan
kerangka pemahaman yang lebih luas dari pemahaman subjek penelitian dengan bersikap kritis
terhadap apa yang ditunjukkan subjek baik dengan memfokuskan diri pada pada isi maupun subjek
yang diamati (pembuat pernyataan). Peneliti mengambil posisi sebagai masyarakat umum di mana
subjek penelitian berada.
❑ Interpretasi pemahaman teoritis : peneliti menggunakan kerangka teoritis tertentu untuk memahami
pernyataan-pernyataan yang ada sehingga dapat mengatasi konteks pemahaman diri subjek dan
penalaran umum
◼ Penelitian yang baik akan mencakup semua tahapan interpretasi tetapi berakhir pada
kesimpulan pemahaman teoritis.
Kesimpulan

Peneliti/observer menyimpulkan tentang gejala


yang diamati berdasarkan analis dan
interpretasi yang dilakukan untuk memberikan
jawaban terhadap permasalahan dan tujuan
observasi.
HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN

◼ Pengetahuan, values, attitudes, dan pengalaman berfungsi sebagai filters


◼ Tidak semua data yang kita butuhkan “tersedia“ :
❑ Luput dari perhatian
❑ Gagal mendapatkan sense impressions of an object or event
◼ Penyebab hasil observasi tidak lengkap :
❑ Level of concentration
❑ Fatigue/illness
❑ Situation
❑ The annount of time
◼ Two biases :
❑ Personal
❑ Theory
IMPLEMENTATION OF FINDINGS

◼ Implementasi pertanyaan penelitian


◼ Conditions . The physical & psychological
characteristics
◼ On going evaluation :
❑ Jeda pengumpulan data dengan ? Data yang kurang
❑ Comparison between some event, object, behavior
KASUS 1

◼ Klien : perempuan
◼ Kasus bakat ; ingin mengulang tes, sekarang di Tek.
SIpil di PTS ingin ke UGM
◼ Observ. Tes WAIS
❑ Respon lambat dalam menjawab pertanyaan
❑ Kurang konsentrasi terhadap pertanyaan sehingga harus diulang
❑ Mudah menyerah
KASUS 2
◼ Klien : laki-laki
◼ Kasus bakat (pribadi?)
◼ Ikut keluarga, tidak mau diajak ORTU ke Perancis
◼ Minder, salah satu tangan berjari 6
◼ Hasil observasi :
❑ Ragu-ragu, takut, kurang percaya diri, malas mencoba

❑ Selama tes menutupi mulut dengan tangan


MATERI KE-6
OBSERVASI
MATERI KULIAH OBSERVASI
1. Definisi, tujuan, Manfaat, Kelebihan dan Kelemahan,
2. Observer, proses observasi, dan objektivitas data observasi
3. Observasi sehari-hari dan observasi ilmiah, dan observasi sebagai alat psikodiagnotik
4. observasi sistematik-non sistematik, Partisipan-non partisipan, Eksperimental-natural
5. Pencatatan hasil observasi dan praktek
6. Strategi observasi jenis naratif
7. Strategi observasi Event sampling dan time sampling
8. Strategi observasi Check lists dan rating scales
9. Pengolahan dan interpretasi data observasi
10. Penutup : penyajian data observasi dan review
O BSERVAS I
Penemuan
Pengamatan/
pengumpulan Penilaian PENELITIAN
data

OBSERVASI ASESMEN Non perilaku

Perilaku Pemberian
arti DIAGNOSTIK
Inferensi
Penegakan
Sampel perilaku diagnosis

Konstruk hipotetis
OBSERVASI dalam PSIKODIAGNOSTIKA

Berkaitan dengan proses penyelidikan untuk


mengidentifikasi dan memahami variabel psikologis
untuk penegakan diagnosis psikologis
Ada proses pengukuran dan penggunaan berbagai teknik
untuk mampu memahami dan mendiagnosis variabel
psikologis
Psikodiagnostik bukan hanya milik psikologi klinis, walapun
istilah diagnosis didominasi di psikologi klinis.
Mengapa Perlu Observasi bagi Psikolog
Goodwin & Driscoll (dalam Bentzen, 1993)

◼ Memungkinkan mengukur perilaku yang tidak


dapat dengan alat ukur psikologis lain (banyak
pada anak)
◼ Prosedur formal ditanggapi tidak serius (tidak
dapat dilakukan)
◼ Lebih tidak mengancam (pada anak lebih akurat)
Kegunaan observasi dalam
psikodiagnostik
◼ Keperluan asesmen awal
◼ Menentukan kekuatan observee dan menggunakannya untuk meningkatkan hal-
hal yang masih lemah
◼ Dasar merancang rencana individual
◼ Dasar dari titik awal kemajuan klien
◼ Mengetahui perkembangan anak pada area tertentu
◼ Untuk memecahkan masalah yang berhubungan dengan anak
◼ Bahan untuk memberi laporan kepada orang tua, guru, dokter, dan profesi lain
◼ Informasi status anak/remaja di sekolah untuk keperluan BK
◼ Informasi status klien klinis (di rumah sakit jiwa)
TUGAS

◼ Carilah objek observasi :


❑ Fisik
❑ Manusia (individu)
❑ Kelompok
◼ Catatlah hasil amatan Anda
◼ Apa makna amatan tersebut?
◼ Apa kesimpulan Anda?
PRO DAN KONTRA

◼ Patton (1990) persepsi selektif manusia menyebabkan munculnya keragu-


raguan terhadap validitas dan reliabilitas observasi sebagai suatu metode
pengumpulan data ilmiah.
◼ Dia menjelaskan pengaruh persepsi selektif yang diwarnai bias dan minat
pribadi terjadi pada kebanyak orang awam yang tidak terlatih untuk dapat
disebut sebagai peneliti terlatih

◼ Agar dapat menjadi metode yang akurat maka harus dilakukan oleh
peneliti yang melewati latihan-latihan yang memadai dan telah
mengadakan persiapan yang teliti dan lengkap.
Observasi
Definisi dan deskripsi umum

- Istilah observasi diarahkan pada kegiatan memperhatikan secara


akurat, mencatat fenomena yang muncul , dan mempertimbangkan
hubungan antar aspek dalam fenomena tersebut.
- Sebagai metode yang paling dasar dan paling tua, dasar karena dalam
setiap aktivitas psikologi ada aspek observasi
- Semua bentuk penelitian kualitatif dan kuantitatif mengandung aspek
obsevasi
- Dapat berlangsung dalam konteks laboratorium (eksperimental)
maupun dalam konteks alamiah (Banister, 1994)
PENGERTIAN
◼ Observasi
Metode pengumpulan data yang dilakukan secara sistematis dan
sengaja melalui pengamatan dan pencatatan terhadap gejala objek
yang diteliti
◼ Pengertian sempit
Pengamatan secara langsung terhadap gejala yang diselidiki baik
dalam situasi alamiah maupun situasi buatan
◼ Pengertian luas
Termasuk pengamatan yang dilakukan secara tidak langsung dengan
menggunakan alat-alat bantu yang sudah dipersiapkan sebelumnya
maupun yang diadakan khusus untuk keperluan tersebut.
TUJUAN OBSERVASI
mendeskripsikan seting yang dipelajari, aktivitas-aktivitas yang berlangsung, orang-orang yang
terlibat dalam aktivitas, dan makna kejadian yang dilihat dari perspektif mereka yang terlibat
dalam kejadian yang diamati.

PENTINGNYA OBSERVASI, Patton (1990)


1. peneliti akan mendapatkan pemahaman lebih baik tentang konteks
2. Peneliti lebih bersikap terbuka, berorientsai pada penemuan daripada pembuktian,
dan mendekati masalah secara induktif. Pengaruh konseptualisasi (yang ada
sebelumnya) ttg topik yang diamati berkurang
3. Peneliti dapat melihat hal-hal yang oleh partisipan kurang disadari atau partisipan
kurang mampu merefleksikan pemikiran tentang pengalaman itu
4. Memperoleh data tentang hal-hal yang tidak diungkapkan secara terbuka dengan
wawancara
5. Mengatasi persepsi selektif dan peneliti dapat bergerak lebih jauh
6. Memungkinkan peneliti merefleksi & bersikap introspektif terhadap penelitian yang
dilakukan. Impresi & perasaan pengamat menjadi bagian untuk memahami fenomena
Apa yang diobservasi

◼ Berdasarkan tujuan / variabel yang menjadi target


◼ Ekspresi verbal, non verbal, respons verbal/non verbal/perilaku
terhadap stimulus, atau kemunculan indikator khusus
◼ Level observasi dapat aspek khusus dari perilaku, individu, kelompok,
dan situasi/proses
◼ Waktu (kapan, kecepatan, durasi), lokasi (tempat), penampakan
eksterior (cara jalan, berpakaian), gaya bahasa (intonasi, pilihan kata)
Webb dkk (1966) & Denzin (1970)

Yang diobservasi :
Exterior physical signs : pakaian, gaya rambut, sepatu, tato, rumah, perhiasan dll
Expressive movements : gerakan-gerakan tubuh seperti gerakan mata, wajah,
postur, lengan, senyum, kerutan dahi dll
Physical location : perhatikan personal space dan lingkungan fisik
Language behaviour : menyilangkan kaki dll
Time duration

Diterapkan pada kelas sosial, status, jender, dan sikap sosial


Reliabilitas & Validitas
◼ Reliabilitas : Metode yang reliabel, metode yang digunakan
orang lain dalam kondisi yang sama akan menunjukkan hasil
yang sama atau serupa. Perlunya reliabilitas antar rater
◼ Valisitas : keakuratan/keterpercayaan seberapa tepat metode
mengukur apa yang diukur. Validitas tidak intrinsik ada pada
metode karena dapat lebih dihubungkan dengan problem
yang diteliti. Contoh Untuk meneliti tentang kelas sosial lebih
valid dengan wawancara daripada observasi mobil yang
dipakai
ETIKA OBSERVASI

◼ Privacy subjek
◼ Keamanan subjek
◼ Persetujuan subjek
◼ Perlindungan terhadap kenyamanan dan keamanan
◼ Proses diseminasi informasi kepada para profesional dan komunitas ilmuwan
◼ Pencegahan kecuragan dan penipuan terhadap subjek, kelompok atau
masyarakat
◼ Penggunaan oleh dirinya dan pihak lain dengan maksud negatif

Pertimbangan diatas diterapkan pada 3 tahap penelitian yaitu rencangan


penelitian, proses di lapangan, dan penulisan-publikasi
JENIS OBSERVASI
Observasi
obstrusif

Observasi Observasi
Sistematik/ Partisipan
terstruktur

Observasi
laboratory/ Observasi
eksperimental natural

Observasi tidak Observasi Non


sistematik partisipan

Observasi SILAHKAN
unobstrusif DIKEMBANGKAN
SENDIRI : kombinasi jenis
observasi
OBSERVASI SISTEMATIK

◼ Disbt juga observasi terstruktur; ada kerangka yang memuat faktor-faktor


dan ciri-ciri khusus dari setiap faktor yang diamati
◼ Sistematik : lebihmenekankan pada segi frekuensi dan interval waktu
tertentu (misalnya setiap 10 menit)
◼ Hal perlu diperhatikan :
❑ Isi dan luas observasi lebih terbatas, sesuai rumusan khusus
❑ Memungkinkan respons dan peristiwa dicatat secara lebih teliti, dan mungkin
dikuantifikasikan
❑ Dapat menggunakan one way screen
OBSERVASI EKSPERIMENTAL

◼ Dilakukan dengan cara mengendalikan unsur-unsur penting ke dalam situasi


sedemikian rupa sehingga situasi tersebut dapat diatur sesuai dengan tujuan riset dan
dapat dikendalikan untuk mengurangi atau menghindari bahaya timbulnya faktor-faktor
lain yang dapat mempengaruhi situasi
◼ Ciri penting :
❑ Observee dihadapkan pada situasi perangsang yang dibuat seragam atau berbeda
❑ Situasi dibuat sedemikian rupa untuk memunculkan variasi perilaku
❑ Situasi dibuat sedemikian rupa sehingga observee tidak mengetahui maksud observasi
OBSERVASI PARTISIPAN

◼ Orang yang mengadakan observasi turut ambil bagian dalam kehidupan orang-
orang yang diobservasi
◼ Umumnya untuk penelitian yang bersifat eksploratif. Menyelidiki perilaku individu
dalam situasi sosial seperti cara hidup, hubungan sosial dalam pabrik-penjara dll
◼ Perlu diperhatikan :
❑ Materi observasi disesuaikan dengan tujuan observasi
❑ Waktu dan Bentuk pencatatan : segera setelah kejadian dg kata kunci. Kronologis –
sistematis
❑ HUbungan : mencegah kecurigaan, pendekatan yang baik dan menjaga situasi tetap
wajar
❑ Kedalaman partisipasi tergantung pada tujuan dan situasi
TINGKAT PARTISIPASI

◼ Partisipasi lengkap (penuh)


❑ Anggota penuh
◼ Partisipasi fungsional
❑ Aktivitas tertentu bergabung
◼ Partisipasi sebagai pengamat
Obtrusive dan unobtrusive
◼ Unobstrusive measures - unobstrusive methods – non reactive methods
◼ Metode tidak mengganggu lingkungan sosial, tidak terlibat dengan penduduk, tanpa
berinteraksi dengan subjek melalui pertanyaan atau perlakuan lainnya.
◼ Termasuk un obtrusive methods: tulisan dan rekaman audio visual, materi budaya
(objek fisik), jejak-jejak perilaku, arsip pekerjaan, pakaian atau benda lain di musium, isi
dari buku-buku di perpustakaan, observasi sederhana, hardware techniques; kamera,
video dll, rekaman politik dan demografi
◼ Obtrusive : wawancara, kuesioner, eksperimen manipulatif, tes

❑ “Contrived“ observation
Menggunakan perangkat keras seperti kamera, tape recorders, one way mirrors dll.
❑ Experimental manipulation dipandang sebagai non reactive jika tidak disadari oleh subjek
(Bochner, 1979) vs sisi etika observasi
OBSERVASI FORMAL DAN INFORMAL
(Goodwin & Driscoll, 1980)
◼ Observasi formal mempunyai sifat tersruktur yang tinggi, terkontrol dan
biasanya untuk penelitian
◼ Observasi formal perlu mengidentifikasi definisi secara hati-hati,
menyusun data, melatih obsrerver dan menjaga reliabilitas antar rater,
pencatatan-analisis-interpretasi menggunakan prosedur yang
sophisticated.
◼ Observasi in formal mempunyai sifat yang lebih longgar dalam hal
kontrol, elaborasi, sifat terstruktur, dan biasanya untuk perencanaan
pengajaran dan pelaksanaan program harian. Lebih mudah dan lebih
berpeluang untuk digunakan pada berbagai keadaan.
◼ Observasi informal sering disebut juga naturalistic observation (lho
menopo hubunganipun kalian observasi yang non eskperimental?)
Observasi Partisipan & Observasi Unobstrusif

Observasi partisipan : peneliti berinteraksi dengan subjek yang dipelajari


dan melakukan observasi dalam interaksi tersebut, dan biasanya
sebagai bagian dari proses wawancara dan menggunakan informan

Observasi dengan observer yang tidak menampakan diri (penyembunyian


diri) dan memisahkan diri dari yang diobservasi
Keuntungan dan kelemahan
◼ Data “nyata“ bukan perilaku yang ◼ Distorsi dari data asli,
dilaporkan
terutama sumber berupa
◼ Aman
◼ Mungkin untuk diulang
arsip
◼ Tanpa mengganggu ◼ Decontextualising (emic-
◼ Mudah diakses dan dilakukan ingroup/etic-outsider)
◼ Mudah ◼ Peran Intervening variable
◼ Baik sebagai sumber data
longitudinal ◼ Bias dari metode tunggal
◼ Keterbatasan wilayah
terapan
Observasi Dipandang Ilmiah, Jika : (Jehoda)

◼ Mengabdi pada tujuan penelitian yang telah ditetapkan


◼ Direncanakan secara sistematik, bukan kebetulan dan
tidak beraturan
◼ Dicatat secara sistematik dan dihubungkan dengan
proposisi yang lebih umum, tidak sekedar memenuhi
rasa ingin tahu
◼ Dapat dicek dan dikontrol validitas dan reliabilitasnya
Checklist notations Narrative types
•Time sampling •Diary descriptions
•Event sampling •Specimen
•Field unit analysis descriptions

STRATEGI
OBSERVASI

Wright Rating scales Brandt


(1960) (1972)
◼ Narrative types
pengumpulan (pencatatan) data oleh observer apa adanya sesuai
(sama) dengan kejadian dan urutan kejadiannya sebagaimana yang
terjadi pada situasi nyata.
◼ Checklist notations
Observer menyusun struktur observasi dengan memilih dan
mendefinisikan perilaku sebelum observasi dilaksanakan sehingga
ketika observasi tinggal memberi tanda cek
◼ Rating scales
Observer membuat interpretasi terhadap apa yang diamati dan
informasi direkam dengan sebagai refleksi dari penilaian observer
◼ Diary descriptions :
Pengamatan (pencatatan) perubahan-perubahan pada perkembangan perilaku secara umum atau
perilaku spesifik sesuai tujuan observasi seperti perkembangan bahasa dll. Membutuhkan waktu
yang panjang dan frekuensi kontak yang banyak
◼ Specimen descriptions (desriftif naratif, running records)
Pengamatan yang detail dan lengkap, intensif dan kontinyu dengan pencatatan naratif sekuensial
terhadap episode tunggal dari perilaku dan keadaan lingkungannya.
◼ Time sampling
Pengamatan seperti specimen descriptions terhadap perilaku tertentu (sesuai tujuan observasi)
pada interval waktu tertentu yang telah ditentukan (biasanya frekuensi kejadian perilaku)
◼ Event sampling
Pengamatan yang berfokus pada pencatatan kejadian perilaku-perilaku penting yang diamati
pada situasi tertentu
◼ Field unit analysis
Ada kesamaannya dengan specimen records, tapi metode ini mengkaitkan perilaku-perilaku yang
terjadi pada pengamatan ke dalam unit-unit perilaku yang sudah disusun dan menyediakan
fasilitas on the spot coding.
Checklist

◼ Observer menyusun struktur observasi dengan memilih dan


mendefinisikan perilaku sebelum observasi dilaksanakan
sehingga ketika observasi tinggal memberi tanda cek
◼ Melihat kehadiran perilaku yang dianggap penting
◼ Tidak memberikan informasi tentang frekuensi, durasi, dan
kualitas perilaku
◼ Digunakan pada time sampling, event sampling
KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN

Keunggulan Kelemahan

◼ Strategi yang sederhana dan relatif ◼ Informasi terlalu sedikit


mudah
◼ Merekam dengan cepat dan efisien, ◼ Informasi kurang mendalam
kebutuhan energi observer minimum ◼ Tidak ada informasi tentang
◼ Ketrampilan yang dibutuhkan dari bagaimana (kualitas, durasi,
observer relatif lebih sederhana frekwensi)
◼ Seteleh dilakukan check terhadap
perilaku dapat ditambahkan catatan
tertentu
◼ Mudah diolah dalam lembar komputasi
(dan proses kuantifikasi)
PANDUAN CHECKLIST

◼ Tentukan tujuan observasi


◼ Tentukan definisi operasional perilaku
◼ Tentukan content perilaku yang akan diobservasi
◼ Susun checklist berdasarkan content perilaku sebelum observasi
dilakukan
❑ Identifikasi secara detail content perilaku
❑ Organisasi detail content perilaku harus logis
❑ Organisasi checklist harus dapat mencapai tujuan : identifikasi
kehadiran/ketidakhadiran target perilaku dan merekam perkembangan
kronologis (munculnya ketrampilan tertentu)
◼ Gunakan cheklist untuk melihat kehadiran perilaku target
Dua tipe checklist

◼ Static descriptor
❑ Seperangkat aitem yang mendeskripsikan karakteristik
subjek atau setting yang relatif stabil : umur, jenis
kelamin, ras, status ekonomi, karakteristik lingkungan,
dan waktu
◼ Action
❑ Seperangkat aitem yang mendeskripsikan
perilaku/tindakan spesifik observee
Rating scales

Observer membuat interpretasi terhadap apa


yang diamati dan informasi direkam dalam
bentuk nilai tertentu (angka) sebagai refleksi dari
penilaian observer
DESKRIPSI
RATING SCALES
◼ Didesain untuk mengukur kuantifikasi impresi dari pengamatan
◼ Penilaian kuantitatif tentang tingkat terjadinya perilaku atau
bagaimana perilaku ditampakan
◼ Menjadi mudah dan cepat untuk memaknakan kesimpulan dari
impresi yang didapatkan
◼ Dapat mengukur ciri sifat dan perilaku yang tidak dapat diungkap
oleh strategi lain
◼ Metode asesment > metode deskriptif
◼ Dapat sebagai perekaman on the spot, ada yang tidak
TIPE RATING SCALES
◼ Numerical : angka tertentu dikaitkan dengan nilai tertentu dari perilaku
1 = Perilaku mengganggu, meninggalkan kelompok
2 = Perilaku mengganggu tidak tampak
3 = Mengikuti guru, tatapan mengarah ke guru
4 = Mengikuti guru, ekspresi menunjukkan ketertarikan
5 = Mengikuti guru, melaksanakan instruksi
◼ Graphic : Kemunculan perilaku tertentu dinilai berdasarkan rentang penilaian yang
bersifat meningkat (bentuk garis lurus)

Selalu Sering Kadang Jarang Tidak pernah


kadang
◼ Semantic differential (termasuk grafik) dengan tujuh unit penilaian pada perilaku yang
bipolar
1 2 3 4 5 6 7
Aktif Pasif
Bersahabat Bermusuhan
◼ Standart
Penilai dihadapkan pada satu set standar untuk menilai
yang lain
◼ Cumulated points
Penilaian didasarkan pada akumulasi terhadap penilaian
unit-unit perilaku tertentu
◼ Forced-choice
Rater dihadapkan pada satu set deskripsi kualitas
tertentu dan memilih satu yang sesuai dengan hasil
pengamatan
6 FAKTOR POTENSIAL RATER ERRORS

◼ Error of leniency
◼ Error of central tendency
◼ Hallo effect
◼ Error of logic
◼ Error of contrast
◼ Proximity error
◼ KEUNTUNGAN ◼ KELEMAHAN
❑ Efisiensi waktu ❑ Peluang error dan bias cukup
❑ Lebih menarik bagi observer besar
❑ Lebih mudah diskor dan ❑ Ambiguitas aitem
dikuantifikasi (statistik) ❑ Pengaruh penerimaan sosial
❑ Dapat mengukur perilaku lebih ❑ Kurang bercerita tentang
luas termasuk trait penyebab perilaku
❑ Dapat membandingkan antar
individu dan intraindividu
❑ Membutuhkan minimum
training
❑ Memfasilitasi melihat
hubungan realita dan persepsi
individu (rating guru dan DO)
SIAP LETNAN?

◼ Pernyataan pendek, simple, dan tidak ambigu


◼ Berhubungan dengan trait yang akan diungkap
◼ Pilih kata yang berhubungan dengan skala (tidak overlap
dengan deskripsi)
◼ Hindari penggunaan pernyataan seperti average,
excellent, dan very
◼ Hindari pernyataan yang mengandung unsur baik-buruk
◼ Nilai semua individu pada satu trait sebelum ke trait
lainnya
◼ Lebih baik jika kita tidak kenal
◼ Lakukan dengan hati-hati
Time sampling

Pengamatan terhadap perilaku tertentu (sesuai


tujuan observasi) pada interval waktu yang telah
ditentukan (biasanya kemunculan perilaku,
frekuensi, dan durasi)
Deskripsi Time Sampling
◼ Subjek diobservasi pada periode waktu tertentu yang relatif pendek, dan
perilaku yang diperoleh dipandang sebagai sampel dari perilaku yang biasa
terjadi (Goodenough).
◼ Efektif pada perilaku yang cukup sering muncul karena perilaku diamati selama
periode waktu tertentu yang pendek . Arrington (1943) ; minimal 15 menit sekali.
◼ Time sampling sebaiknya digunakan untuk overt behavior
◼ Variasi penggunaan time sampling:
❑ Mengukur frekuensi kemunculan perilaku. Mencatat setiap perilaku yang muncul selama
interval waktu tertentu.
❑ Mengukur kemunculan perilaku. Satu atau 5 kali selama interval waktu 5 menit dalam
pengamatan dengan tanda cek satu.
❑ Mengukur durasi ( berapa lama) perilaku terjadi dalam frame waktu tertentu.
NB : Yang perlu dipertimbangkan adalah : panjang interval, jarak antar interval, dan jumlah
interval waktu.
Kelemahan Time sampling
Kerlinger (1973)
◼ Kehilangan gambaran kontinyuitas
◼ Kehilangan konteks
◼ Kehilangan sifat-sifat natural.
Panduan Time Sampling
◼ Definisi operasional overt behavior harus jelas dan dipahami semua yang terlibat
(observer)
◼ Tetapkan tujuan observasi dengan jelas sehingga dapat membuat struktur time
sampling dengan jelas, antara lain :
❑ Jumlah subjek yang dibutuhkan
❑ Fokus observasi pada hasil yang menekankan pada perilaku individu atau kelompok
❑ Seberapa banyak observasi akan dilakukan agar sample representatif
◼ Tetapkan informasi apa yang dibutuhkan untuk direkam : apakah kemunculan
perilaku, frekuensi perilaku atau durasi.
◼ Tetapkan interval waktu yang digunakan :
❑ Penentuan panjang interval didasarkan pada frekuensi kehadiran perilaku, dan interval
minimum kemunuculan satu perilaku
❑ Jeda antar interval waktu (spacing), tergantung pada panjang interval dan detail yang
direkam (misalnya berapa katergori) atau tanpa jeda .
❑ Jumlah total interval yang dibutuhkan pada setiap subjek tergantung pada terpenuhinya
sample perilaku yang representative.
Contoh Rancangan Observasinipun mekaten !

Seorang psikolog yang tertarik dengan permasalahan anak di sekolah, dan ingin
mendapatkan informasi spesifik, dia dapat , mengobservasi anak pada 5
menit pertama tiap jam, dan focus pada perilaku ketika ada tugas dan tanpa
tugas.

Dia dapat mengobservasi dengan beberapa pilihan :


◼ Mengobservasi 5 menit pertama setiap jam (dapat memberi informasi selama
satu hari tapi tidak mendapatkan gambaran pada aktivitas yang berbeda)
◼ Mengobservasi 5 menit pertama pada tiap aktivitas terpilih (dapat
dibandingkan antar aktivitas)
◼ Memilih satu atau lebih aktivitas dan mengobservasi selama 10-15 menit
untuk mendapatkan gambaran pada ke dua jenis situasi
PERBANDINGAN TIME SAMPLING DAN EVENT
SAMPLING

◼ Kesamaan dengan time sampling adalah sampel perilaku


◼ Time sampling focus pada waktu tertentu, event sampling focus pada
perilaku itu sendiri.
◼ Time sampling focus pada eksistensi dari event, sedangkan event
sampling focus pada eksplorasi dari karakteristik event.
◼ Pada event sampling, obserber menunggu kemunculan perilaku yang
dipilih kemudian merekamnya. Tidak ada batasan waktu, focus ada
pada perilaku itu sendiri dan waktu adalah sebagai akibat dari durasi
normal dari peristiwa. Rentang perilaku-perilaku yang diamati dibatasi
◼ pada event sampling, waktu yang dibutuhkan tidak dapat ditentukan
seperti pada time sampling.
◼ Time sampling focus pada frekuensi dan durasi guru berbicara
dibandingkan siswa berbicara, maka event sampling focus pada
kepada siapa guru berbicara, dan apa penyebab dan hasil dari perilaku
tersebut.
Event sampling
Pengamatan yang berfokus pada pencatatan
kejadian perilaku-perilaku penting yang diamati
pada situasi tertentu
KEUNGGULAN EVENT SAMPLING

◼ Efisien untuk mengurangi waktu observasi


◼ Dapat dirangkum dan dianalisis statistik dengan
mudah.
Panduan Event sampling

1. Identifikasi dan susun definisi operasional perilaku yang akan diobservasi


dengan jelas
2. Ketahui secara umum dimana dan kapan perilaku dapat terjadi
3. Tentukan jenis informasi yang akan direkam. (dapat menggunakan
pencatatan naratif maupun kategoris. Misalnya pada studi tentang
pertengkaran tadi adalah berapa lama terjadi, apa yang terjadi ketika
pertengkaran dimulai, jenis perilaku dalam pertengkaran, apa yang
dilakukan dan dikatakan, apa akibatnya, dan apa yang terjadi setelah
pertengkaran.
4. Susunlah lembar pencatatan semudah mungkin
Contoh observasi event sampling dilakukan oleh Helen C. dawe (1934)

◼ Observasi pada natural setting, observasi pada 200 pertengkaran anak TK. Penyelidikan
diarahkan pada pertengkaran spontan selama bermain bebas pada sekolah TK dari 19
oktober 1931 sampai 17 pebruari 1932. Subjek adalah 19 perempuan dan 21 laki-laki.
Berumur 25-60 bulan.
◼ Proses observasi : Observer menunggu pertengkaran terjadi, ketika terjadi stopwatch
diaktifkan, dan mengamati apa yang terjadi, ketika pertengkaran selesai maka stopwatch
dimatikan. Yang disiapkan adalah blangko pengamatan yaitu nama subjek, umur dan jenis
kelamin anak yang terlibat, durasi pertengkaran, problem yang menyebabkan pertengkaran,
perilaku yang terjadi,. Setelah kejadian observer menuliskan secepatnya apa yang diingat.
◼ Hasil Analisis data :
❑ dari 58.75 jam observasi, terjadi 200 pertengkaran, dengan rata-rata 3.4 perjam
❑ 68 pertengkaran terjjadi di luar ruangan, dan 132 di dalam ruangan
❑ Hanya 13 yang lebih dari 1 menit
❑ Laki-laki lebih sering bertengkar dari perempuan.
❑ Penyebab pertengkaran adalah perselisihan terkait dengan kepemilikian benda
❑ Anak-anak yang terlibat pertengkaran cepat berbaikan kembali seolah-olah tidak terjadi apa-apa.
CATATAN HARIAN

◼ Teknik pengamatan yang merekam perubahan atau


perkembangan baru atau perilaku baru pada subjek
pengamatan.
◼ Aitemisasi perubahan perilaku.
◼ Pengamat mencatat secara langsung pada saat
kejadian atau sesegera mungkin setelah kejadian setiap
hari sehingga membutuhkan interaksi yang tetap dan
berlangsung lama
KELEBIHAN DAN KETERBATASAN

Kelebihan Kritik/Kelemahan metode ini adalah


(William Stern):

◼ Bias seleksi : kehilangan keterwakilan sifat-


1. Memberikan gambaran Proses sifat fakta
perubahan/perkembangan seiring ◼ Bias observasi :
◼ Reliabilitas pencatatan
waktu secara jelas dan detail ◼ Objektivitas interpretasi
2. Merupakan gudang data ◼ Keterbatasan Kasus untuk generalisasi
yang kaya ◼ Waktu dan sumber daya terlalu banyak :
dalam rentang tertentu dan tiap hari
melakukan pengamatan (tidak efisien)
Penggunaan Diary Descpriptions

Studi kasus
Digunakan untuk menyelidikan anak-anak atau kasus
yang “spesial’’
Studi ethologis
Penelitian pada binatang yang tidak dapat berbicara,
yang hasilnya dapat diterapkan pada manusia
Langkah-langkah dalam Diary descriptions
◼ Tentukan target perilaku yang akan diamati (dapat perilaku umum, atau aspek khusus,
misalnya perilaku terkait dengan merokok)
◼ Tentukan subjek pengamatan dan panjang pengamatan (sebagai latihan selama 1
minggu)G
◼ Siapkan jurnal atau pencatatan harian
◼ Format pencatatan hasil pengamatan
❑ Tanggal, waktu, setting-lokasi, objek observasi, umur
❑ Deskripsi anak dan setting observasi dilakukan
❑ Temuan perilaku beserta waktu kejadian dalam pengamatan (harian) dapat dilengakapi
dengan kolom catatan-catatan khusus
❑ Rangkuman temuan selama satu minggu
◼ Pengolahan hasil pengamatan (generalisasi)
❑ Deskripsi ringkas aktivitas dan informasi yang relevan untuk memahami setting
❑ Deskripsi objek observasi dan bagaimana perilakunya
❑ Susun pernyataan yang tepat untuk generalisasi pada populasi (karakteristik yang sama (umum
dsb) berdasarkan performansi objek observasi)
❑ Pilih 2 objek lain yang mempunysai umur sama dan catat performansi mereka dengan prosedur
yang sama (deskripsi objek 1, deskripsi objek 2)
❑ Identifikasi perbedaan-perbedaan yang terjadi pada objek tersebut pada aktivitas yang sama
❑ Identifikasi pesamaan-persamaan yang muncul
❑ Apa generalisasi yang akan dibuat setelah mengamati ketiga anak.
ANECDOTAL RECORDS

◼ Persamaan dengan diary adalah menggunakan pencatatan naratif.


◼ Perbedaannya tidak focus pada hanya satu anak atau kelompok, dan
tidak terbatas pada kemunculan perilaku baru.
◼ Melaporkan apapun yang terjadi dan penting bagi pengamat kapan saja
perilaku terjadi, pada orang yang berbeda dan waktu yang berbeda.
◼ Tidak membutuhkan spesifikasi waktu tertentu tetapi dapt dilakukan
kapanpun ketika perilaku yang penting/menarik muncul, tidak tergantung
pada setting atau lingkungan tertentu dan dapat dilakukan dimanapun.
Tidak mensyaratkan kode khusus atau kategori atau diagram dapat ditulis
secara sederhana pada buku catatan
◼ Beberapa variasi :
❑ Bersifat tematik : misalnya perilaku imitasi anak pada orang dewasa, akan
menggambarkan bagaimana perilaku meniru terjadi
❑ Bersifat interval (periode waktu tertentu : tidak focus pada tema tertentu
tetapi akan melakukan pencatatan terhadap perilaku yang muncul pada
periode waktu tertentu)
❑ Pencatatan akumulasi terjadinya perilaku tertentu untuk dianalisis
◼ Contoh penggunaan :
Membantu guru dalam mengetahui keadaan siswa pada tahun pertama
sekolah. Jika guru mencatat secara teratur kejadian tertentu selama satu tahun
maka ia akan dapat melakukan asesmen kemajuan, identifikasi perubahan
tingkat pemahaman dan kesulitan yang ditemui.
• Tiga kegunaan lain : menguji dugaan tentang alasan perilaku atau gaya belajar
anak, mengidentifikasi kondisi yang memperkuat perilaku, dan mendapatkan
umpan balik tentang apa yang dipelajari anak dari unit kurikulum,
• Untuk mendapatkan informasi, menguji ide/dugaan, dan mengevaluasi kemajuan
Panduan Anecdotal records
Brandt (1972)
1. Tuliskan secara berurutan anekdot yang muncul sesegera mungkin setelah terjadi
2. Identifikasi aktivitas utama dan perkataan dari orang kunci
3. Sertakan pernyataan tentang setting, waktu, dan aktivitas utama (ketika sebuah
mobil sedang melewati.......)
4. Dekripsikan tindakan atau verbalisasi tokoh utama, dan respon atau reaksi dari
orang lain dari situasi itu
5. Jika munkgin catat dengan tepat kata-kata yang muncul pada percakapan
6. Deskripsikan sesuai seperti urutan kejadian pada satu episode kejadian
7. Tiga level tindakan yang harus dicatat adalah :
❑ Molar behavior (deskripsi perilaku/aktivitas utama) , “Ellen dan Mollen bermain puzzle di meja“
❑ Sub ordinat molar unit (deskripsi unit perilaku/aktivitas yang lebih kecil), “Ellen bermain puzlle
rumah sakit 3 kali, sedangkan Mollen setelah selesai satu puzzle beralih ke puzzle bentuk lain“.
❑ Molecular units (deskripsi bagaimana perilaku/aktivitas utama dilakukan, gambaran kualitatif
dari anecdot),“Ellen meletakkan dengan hati-hati sambil bersenandung lirih. Kadang berjalan
mondar mandir“
8. Objektif, akurat dan lengkap
Contoh anecdotal records
◼ 232# Charlie Umur 3 tahun. Charlie bermain di rumah denan
adik perempuannya. Dia berkata bahwa dia adalah ayah.
Dari dapur, saudara perempuannya yang lebih tua
memberinya beberapa roti karena saudarnaza tahu ia
sangat suka. Ia mengatakan “apa yang akan aku lakukan
dengan roti ini sekarang) Dia melanjutkan. lelaki tidak akan
makan kecuali ketika lapar. Setelah 10 menit berlalu ia
datang dan berkata ke sarah, “Dapatkah saya memperoleh
roti sekarnang”. “Saya bukan ayah, Saya charlie“.
◼ 334# Harlan ......
CONTOH TERAPAN OBSERVASI

Psikologi Klinis
- Identifikasi simtom dari gangguan

- Identifikasi tingkat gangguan

- Pendukung dalam proses konseling

- Evaluasi kemajuan terapi / konseling

- Pendukung dalam proses psikotes : projektif individual

- Bersama-sama dengan wawancara pada in take interv.


dan konseling
- dll
BIDANG PERKEMBANGAN

◼ Identifikasi kemunculan gejala/simtom yang muncul dari


gangguan/permasalahan perkembangan (khususnya
anak)
◼ Identifikasi level gangguan perkembangan
◼ Identifikasi tingkat perkembangan anak
◼ Evaluasi hasil terapi atau intervensi pada anak
CONTOH TERAPAN OBSERVASI DALAM PIO

◼ Studi ergonomika, contoh penelitian


tentang peralatan militer mungkin di
simulasikan
◼ Seleksi dan asesmen kepribadian, ada
intervensi perlakuan kemudian dilihat
bagaimana perilaku peserta
◼ Analisis jabatan, natural tanpa
intervensi
◼ Identifikasi kebutuhan training
◼ Pemantauan perilaku dalam proses
training (terutama out bound)
CONTOH TERAPAN OBSERVASI DALAM
BIDANG PENDIDIKAN

◼ Penelitian studi kelayakan kebijakan pendidikan


◼ Penelitian evaluasi kebijakan
◼ Penelitian tindakan kelas oleh guru
◼ Penilaian kemampuan mengajar
◼ Evaluasi hasil belajar
◼ Asesmen awal kemampuan siswa
◼ Identifikasi permasalahan siswa: belajar dan
pribadi
◼ Monggo dipun padosi piyambak nggih
TERAPAN DI BIDANG PSIKOLOGI SOSIAL

Studi Pemetaan masalah sosial dan kecenderungan masyarakat *


Studi kancah masalah sosial * : agresivitas masyarakat, pelacuran,
anak jalanan, tawuran.
Studi perilaku manusia dalam situasi sosial * : perempatan, perilaku
menolong (eksperimental – partisipan)
Evaluasi penderitaan korban : kasus rifka anisa dll
Identifikasi kebutuhan intervensi sosial
dll
PENGOLAHAN DATA
untuk menuju kesimpulan
◼ Pengolahan data akan berbeda sesuai konteks penggunaan metode ;
penelitian vs psikodiagnostik
◼ Pada konteks penelitian biasanya menggunakan beberapa metode, proses
pengolahan data lebih rumit
◼ Pengolahan data pada observasi sebagai metode tunggal berbeda dengan
penggunaan berbagai metode pengumpulan data
◼ Pada konteks psikodiagnostik proses secara umum lebih sederhana dan
tergantung keperluan
BENTUK DATA HASIL OBSERVASI (monggo dipun
kritisi)
◼ Angka (kuantifikasi hasil observasi)
❑ Checklist : frekuensi
❑ Rating scales : skor
❑ Time sampling : frekuensi,durasi
◼ Desripsi naratif
❑ Catatan harian
❑ Anecdotal records
❑ Event sampling
◼ Dokumen tertulis dan tidak tertulis
❑ Un obstrusive
❑ Catatan harian/anecdotal records dll. orang lain
Pemaparan Hasil Observasi
(Patton, dalam Poerwandari, 1998)
◼ Mempresentasikan secara kronologis peristiwa yang diamati, mulai dari
awal hingga akhir
◼ Mempresentasikan insiden-insiden kritis atau peristiwa kunci,
berdasarkan urutan kepentingan insiden tersebut
◼ Mendeskripsikan setiap tempat, setting dan atau lokasi yang berbeda
sebelum mempresentasikan gambaran dan pola pada umumnya
◼ Fokuskan analisis pada individu-individu atau kelompok-kelompok
◼ Mengorganisasi data dengan menjelaskan proses-proses yang terjadi
(proses komunikasi dll)
◼ Memfokus pengamatan pada isu-isu kunci yang diperkirakan menjawab
tujuan observasi/penelitian
Organisasi data
◼ Data banyak dan berasal dari berbagai cara pengumpulan data.
◼ Proses sederhana yang dilakukan adalah menyusun,
mengelompokan, dan menghimpun data sesuai dengan tujuan
penelitian dengan rapi, sistematis dan selengkap mungkin.
◼ Meliputi data mentah (catatan lapangan, kaset), data yang sudah
diproses (trasnkripsi wawancara), dan bentuk-bentuk dari
pengolahan dari data mentah dan semua berkas yang diperoleh dari
proses penelitian (observasi)
Koding
◼ Proses membubuhkan kode-kode pada materi yang diperoleh
dengan maksud untuk dapat mengorganisasi dan
mensistematisasi data secara lengkap dan detail sehingga data
dapat memunculkan gambaran tentang topik yang dipelajari.
◼ Langkah koding :
❑ peneliti menyusun catatan lapangan dengan ada kolom kosong
yang cukup besar di sebelah kiri dan kanan catatan (untuk
kode dan catatan tertentu)
❑ Peneliti secara urut dan kontinyu melakukan penomoran pada
catatan lapangan tersebut (penomoran baru perbaris atau per
paragraf)
❑ Peneliti memberi nama untuk masing-masing berkas dengan
kode tertentu
❑ Contoh. OS.L2Jun03 : Hasil observasi siswa laki-laki pada
2 Juni 2003
Integrasi dan Analisis data

◼ Pengintegrasian data dari berbagai sumber, komunikasi antar data, distrukturisasikan


sesuai kebutuhan, untuk kemudian di analisis
◼ Analisis data membutuhkan kepekaan teoritis, karena observer/peneliti melakukan
upaya mengembangkan teori atau berteori.
◼ Kepekaan teoritis mengacu pada kemampuan untuk memperoleh insight, memberi
makna pada data, memahami dan memilah mana yang esensial dan yang tidak.
◼ Teknik-teknik untuk meningkatkan kepekaan teoritis adalah sebagai berikut :
❑ mengembangkan pertanyaan-pertanyaa “what? Who? When? Where? How? How Much?
Dan Why?”
❑ Analisis kata, frase, kalimat (pada observasi apa ya?)
❑ Analisis tahap lanjut melalui perbandingan. Melakukan perbandingan sistematis terhadap
dua atau lebih fenomena yang ditampilkan dalam data, baik terhadap gejala-gejala yang
dekat atau memiliki kesamaan karakteristik tertentu, ataupun terhadap gejala-gejala yang
dianggap berjauhan atau tidak memiliki kesamaan karakteristik apapun.
Interpretasi
◼ Upaya memahami data secara lebih ekstensif sekaligus mendalam berdasarkan perspektif
peneliti/obsever terhadap apa yang diobservasi dan menginterpretasi data melalui
persepektif tersebut, melampaui apa yang secara langsung dikatakan atau dilihat pada
responden, untuk mengembangkan struktur-struktur dan hubungan-hubungan bermakna
yang tidak tertampilkan dalam data mentah.
◼ Tiga konteks interpretasi :
❑ Interpretasi pemahaman diri : peneliti/obsever berusaha memformulasikan dalam bentuk padat apa
yang oleh subjek penelitian sendiri dipahami sebagai makna dari pernyataan-pernyataannya atau
perilakunya.
❑ Interpretasi pemahaman biasa yang kritis : peneliti beranjak lebih jauh dengan menggunakan
kerangka pemahaman yang lebih luas dari pemahaman subjek penelitian dengan bersikap kritis
terhadap apa yang ditunjukkan subjek baik dengan memfokuskan diri pada pada isi maupun subjek
yang diamati (pembuat pernyataan). Peneliti mengambil posisi sebagai masyarakat umum di mana
subjek penelitian berada.
❑ Interpretasi pemahaman teoritis : peneliti menggunakan kerangka teoritis tertentu untuk memahami
pernyataan-pernyataan yang ada sehingga dapat mengatasi konteks pemahaman diri subjek dan
penalaran umum
◼ Penelitian yang baik akan mencakup semua tahapan interpretasi tetapi berakhir pada
kesimpulan pemahaman teoritis.
Kesimpulan

Peneliti/observer menyimpulkan tentang gejala


yang diamati berdasarkan analis dan
interpretasi yang dilakukan untuk memberikan
jawaban terhadap permasalahan dan tujuan
observasi.
HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN

◼ Pengetahuan, values, attitudes, dan pengalaman berfungsi sebagai filters


◼ Tidak semua data yang kita butuhkan “tersedia“ :
❑ Luput dari perhatian
❑ Gagal mendapatkan sense impressions of an object or event
◼ Penyebab hasil observasi tidak lengkap :
❑ Level of concentration
❑ Fatigue/illness
❑ Situation
❑ The annount of time
◼ Two biases :
❑ Personal
❑ Theory
IMPLEMENTATION OF FINDINGS

◼ Implementasi pertanyaan penelitian


◼ Conditions . The physical & psychological
characteristics
◼ On going evaluation :
❑ Jeda pengumpulan data dengan ? Data yang kurang
❑ Comparison between some event, object, behavior
KASUS 1

◼ Klien : perempuan
◼ Kasus bakat ; ingin mengulang tes, sekarang di Tek.
SIpil di PTS ingin ke UGM
◼ Observ. Tes WAIS
❑ Respon lambat dalam menjawab pertanyaan
❑ Kurang konsentrasi terhadap pertanyaan sehingga harus diulang
❑ Mudah menyerah
KASUS 2
◼ Klien : laki-laki
◼ Kasus bakat (pribadi?)
◼ Ikut keluarga, tidak mau diajak ORTU ke Perancis
◼ Minder, salah satu tangan berjari 6
◼ Hasil observasi :
❑ Ragu-ragu, takut, kurang percaya diri, malas mencoba

❑ Selama tes menutupi mulut dengan tangan


Mata Kuliah : Psikologi Klinis

Materi : KLASIFIKASI GANGGUAN MENTAL DAN TINGKAH LAKU ABNORMAL

KLASIFIKASI SEBELUM DSM IV

Henderson dan Gillespie (1956) membagi beberapa jenis klasifikasi gangguan jiwa, antara lain:

1. Klasifikasi psikologis
2. Klasifikasi fisiologis
3. Klasifikasi etiologis
4. Klasifikasi simtomatologis

1. KLASIFIKASI PSIKOLOGIS
Merupakan klasifikasi gangguan yang menitikberatkan pada gangguan fungsi-fungsi psikologis,
antara lain:
 Gangguan-gangguan dalam ide, imajinasi dan emosi (Linneaus)
 Gangguan “ideal” dan gangguan ‘notional” atau dalam fungsi persepsi dan imajinasi serta
gangguan dalam bidang konseptual/pemikiran (Arnold)
 Gangguan dalam pengertian, gangguan dalam kehendak dan gangguan campuran (Heinroth)
 Gangguan intelektual dan gangguan afeksi (emosi) yang selanjutnya dibagi menjadi gangguan
afektif moral dan gangguan afektif animal (Bucknill & Tuke)
 Gangguan tanpa efek atau kerusakan intelektual dan gangguan dengan efek intelektual, baik
dari lahir maupun yang diperoleh kemudian (Ziehen)

2. KLASIFIKASI FISIOLOGIS
Asumsinya, proses-proses mental memiliki dasar faal/fisiologis. Beberapa pendapat ahli antara lain:
 Gangguan fungsi sensorik (misalnya halusinasi), fungsi motorik (contohnya kelumpuhan /
paralysis) dan ide (contohnya demensia) (Tuke)
 Penyebab tingkah laku abnormal ada tiga yaitu: Perubahan anatomis, gangguan gizi,
intoksikasi/keracunan. Gangguan gizi dapat mengakibatkan rangsangan atau gangguan di otak
yang bisa menyebabkan gangguan, misalnya di bagian kortikal bisa mengakibatkan mania dan
delusi. Di bagian subkortikal bisa mengakibatan delusi dan halusinasi, di bagian subkortikal
vascular bisa mengakibatkan gangguan epilepsi (Maynart)
 Tiap isi kesadaran tergantung pada seperangkat elemen saraf tertentu. Seseorang yang
mengalami gangguan jiwa mungkin mengalami interupsi/hambatan atau ia terlalu peka pada
rangkaian asesoris psikosensori, intrapsikis atau psikomotor. Gangguan ini berturut-turut diberi
nama sebagai berikut:
- Di bidang psikosensoris, ada gangguan-gangguan anesthesia (tidak ada rasa), hyeraesthesia
(rasa berlebihan) dan parasthesia (rasa yang tidak tepat).
- Di bidang intrapsikis, ada gangguan afunction (tidak berfungsi), hyperfunction (fungsi
berlebihan) dan parafunction (salah fungsi).
- Di bidang psikomotor, ada gangguan akinesis (tak ada gerakan), hyperkinesis (gerakan
berlebihan) dan parakinesis (gerakan salah)

3. KLASIFIKASI ETIOLOGIS
Klasifikasi ini didasarkan pada penyebab-penyebab yang memunculkan sebuah gangguan. Ada
pendapat yang menjelaskan bahwa penyakit fisik bisa berpengaruh terhadap kondisi psikis sampai
bisa menyebabkan gangguan jiwa. Misalnya seseorang yang menderita sakit demam tinggi , hingga
otaknya terganggu, setelah sembuh bisa menunjukan gejala kelainan perilaku atau sifat. Contoh lain,
adalah seorang wanita saat menstruasi bisa mengalami perubahan mood,ke arah depresif.
Contoh klasifikasinya:
a. Oligophrenia
b. Neurosis dan Psikoneurosis
c. Konstitusi Psikopatik
d. Psikosis Afektif
e. Keadaan Kacau (Confusional States)
f. Psikosis Epileptik
g. Kelumpuhan Umum
h. Psikosis lain yang berkaitan dengan penyakit otak
i. Dementia
j. Tak tergolongkan

4. KLASIFIKASI SIMTOMATOLOGIS
Klasifikasi gangguan ini didasarkan pada gejala-gejala yang muncul. Metode klasifikasi seperti ini
merupakan metode yang paling penting dalam psikiatri. Metode ini mencakup etiologi dan
menekankan observasi (pada simtom yang muncul). Ada asumsi bahwa gejala-gejala atau symptom
complex yang sifatnya sementara disebabkan oleh penyakit yang mendasarinya yang sesuai dengan
innate disposition (Kahlbaum & Bleuler).
Kraeplin berpendapat bahwa ada tiga kategori fungsi psikis manusia yaitu:
 S = Stimmung/Afeksi/Emosi
 D = Denken/Kognisi/Pikiran
 H = Handlung/Konasi/Tindakan
Jika ketiga hal tersebut semakin terintegrasi dengan baik, maka kondisi kejiwaan seseorang semakin
baik atau semakin sehat mental.
Salah satu dari sistem klasifikasi gangguan mental yang menggunakan metode ini yaitu The
Diagnostic dan Statistical Manual of Mental Disorder (DSM) yang dipakai di kalangan psikolog dan
psikiater.
THE DIAGNOSTIC AND STATISTICAL MANUAL OF MENTAL DISORDER (DSM)

Di psikologi dan psikiatri menggunakan satu sistem klasifikasi gangguan mental yang disebut The
Diagnostic and Statiitical Manual of Mental Disorder (DSM). DSM pertama kali dikenalkan pada tahun
1952 oleh APA (American Psychiatric Association). Saat ini, psikolog dan psikiater di Indonesia
menggunakan DSM-IV TR (Text Revision) (2000) sebagai pedoman menegakkan diagnosis sebuah
gangguan. Walaupun DSM 5 sudah dipublikasikan pada tahun 2013, tapi hingga saat ini belum
digunakan di Indonesia.

DSM menggolongkan pola perilaku abnormal ke dalam sebuah Gangguan Mental yang mencakup:
distres emosional dan hendaya/impairment yang signifikan pada fungsi psikis di tempat kerja, keluarga
atau masyarakat. Gangguan mental di DSM digolongkan berdasarkan ciri-ciri klinis dan pola perilaku
tertentu, bukan atas mekanisme teoritis yang mendasarinya.

Dikarenakan DSM tidak menganut suatu teori abnormal tertentu, akibatnya DSM tidak bisa digunakan
sebagai rujukan teoritik untuk menjelaskan penyebab suatu gangguan. Selain itu DSM juga bisa
digunakan oleh praktisi dari berbagai pendekatan. Di DSM I dan II, masih terdapat istilah neurosis
(mengacu pada teori psikodinamika), namun sejak DSM III (1980), dihilangkan dan kemudian diganti
Gangguan Kecemasan dan Gangguan Mood.

Ciri-ciri DSM:

• Menggunakan kriteria diagnostik yang spesifik


 Klinisi mendiagnosis dengan cara mencocokkan perilaku klien dengan kriteria yang
menggambarkan pola perilaku abnormal tertentu.
 Kriteria diagnostik dideskripsikan melalui ciri-ciri esensial (kriteria yang harus ada supaya
diagnosis dapat ditegakkan) dan ciri-ciri asosiatif (kriteria yang sering diasosiakan dengan
gangguan tapi tidak esensial dalam penegakkan diagnostik)
• Pola perilaku abnormal yang mempunyai ciri-ciri klinis yang sama dikelompokkan menjadi satu
 Tidak berdasarkan spekulasi teoritis tentang penyebabnya
 Pola perilaku yang ditandai dengan kecemasan digolongkan sebagai gangguan kecemasan, dsb
• Sistem multiaksial
 Bertujuan untuk menyediakan jangkauan informasi yang luas tentang individu, tidak hanya satu
diagnosis saja.
 Aksis-aksisnya yaitu:
1. Aksis I
• Gangguan Klinis : pola perilaku abnormal yang menyebabkan hendaya fungsi dan
perasaan tertekan pada individu. Misal: skizofrenia, gangguan kecemasan, gangguan
mood, dsb
• Kondisi lainnya yang mungkin merupakan fokus perhatian klinis: permasalahan lain yang
menjadi fokus penanganan atau diagnostik tapi bukan merupakan gangguan mental,
spt: problem akademik, pekerjaan/sosial dan faktor psikis yang mempengaruhi kondisi
medis (misal kesembuhan pasca operasi karena depresi)
2. Aksis II
• Gangguan Kepribadian: melibatkan kekakuan yang berlebihan, terus menerus dan
maladaptif dalam hal berhubungan dengan orang lain dan penyesuaian thd permintaan
eksternal. Misal: skizoid, paranoid, skizotipal, antisosial, dsb.
• Retardasi Mental: melibatkan suatu perlambatan atau hendaya di dalam perkembangan
kemampuan intelektual dan adaptif
3. Aksis III
• Kondisi-kondisi Medis Umum: penyakit-penyakit akut dan kronis dan kondisi-kondisi
medis yang penting untuk pemahaman atau penanganan gangguan psi’s atau yang
berperan langsung sebagai penyebab gangguan psikis.
4. Aksis IV
• Problem Psikososial dan Lingkungan: permasalahan dalam lingkungan sosial atau fisik
yang mempengaruhi diagnosis, penanganan dan terjadinya gangguan psikis
• Kategori Problem:
 Permasalahan dengan kelompok pendukung utama: kematian atau kehilangan
anggota keluarga, problem kesehatan anggota keluarga, gangguan perkawinan dlm
bentuk perpisahan, perceraian atau kerenggangan, KDRT, sibling rivalry, dsb
 Problem yang berkaitan dengan lingkungan sosial: kematian atau kehilangan teman,
hidup sendiri, masalah akulturasi di lingkungan baru, diskrimanasi, transisi dalam
siklus perkembangan misal: pensiun
 Problem pendidikan: buta huruf, kesulitan akademik, problem dengan guru atau
teman sekolah serta dengan lingkungan sekolah
 Problem pekerjaan: beban kerja yang berlebihan, problem dengan bos dan rekan
kerja, perubahan pekerjaan, tidak puas dengan pekerjaan, PHK, pengangguran
 Problem perumahan: tunawisma, rumah tidak layak huni, lingkungan tidak aman,
masalah dengan tetangga,penggusuran
 Problem ekonomi: kesulitan keuangan, kemiskinan ekstrem, dukungan
kesejahteraan yang tidak memadai
 Permasalahan dengan akses terhadap pelayanan kesehatan: jasa pelayanan
kesehatan yang tidak memadai, tidak dilayani semestinya di RS/puskesmas,
kesulitan transportasi ke RS/puskesmas, tidak ada asuransi kesehatan
 Problem yang berkaitan dengan interaksi sistem legal/kejahatan: penangkapan atau
hukuman penjara, menjadi tersangka dalam pengadilan, menjadi korban kejahatan,
dimasukkan panti rehabilitasi.
 Problem psikososial dan lingkungan lainnya: bencana alam atau bencana buatan
manusia (bom, kebakaran, kompor meledak, dsb), peperangan, pertikaian dua
kelompok, masalah dengan petugas pelayanan kesejahteraan, misalnya konselor,
psi’g, peksos, dokter, tidak tersedia lembaga pelayanan sosial di lingkungannya.
5. Aksis V
• Global Assessment of Functioning (GAF)
• Merupakan asesmen menyeluruh klinisi tentang fungsi psikis, sosial dan pekerjaan
klien. Menggunakan skala 1-100. Semakin tinggi nilainya, semakin baik fungsi klien.

Tabel Penilaian Skala GAF


Kode Tingkat Keparahan Simtom Contoh
91-100 Berfungsi superior dalam berbagai aktivitas Tidak ada gejala, menangani
dalam kehidupan sehari-hari problem dengan baik
81-90 Gejala minimal atau tdk adanya simtom, tdk Sedikit cemas saat ujian,
lbh drpd problem harian yang biasa beda pendapat dalam
diskusi
71-80 Reaksi yg dpt diramalkan & bersifat smntr Kesulitan bkomunikasi stlh
thd peristiwa yg mrpk stres atau hendaya argumentasi dng keluarga,
ringan dlm berfungsi untuk smnt terpuruk dlm
tgs akademik
61-70 Bbrp gejala ringan atau sedikit Rasa murung,insomnia
kesulitan(hendaya ringan)dlm fungsi sos, rungan, kadang bolos
pekerjaan atau sklh, ttp scr umum masih sekolah
baik
51-60 Gejala sedang,atau kesulitan sedang dlm Kadang2 ada serangan
fungsi sos,pekerjaan atau sekolah panik, memp sedikit
teman,konflik
41-50 Gejala serius atau hendaya serius dlm fungsi Pikiran bunuh diri,sering
sosial pekerjaan atau sekolah mengutil,tdk punya teman,
ganti-ganti pekerjaan
31-40 Bbrp hendaya dlm uji realitas atau Bicara tdk logis,depresi shg
komunikasi atau hendaya berat di bbrp tdk mampu kerja,melalaikan
bidang keluarga dan mhindari
teman
21-30 Pengaruh kuat pd perilaku delusi atau Perilaku yg sgt tdk
halusinasi,atau hendaya berat dlm layak,bicaranya kadang
komunikasi atau daya nilai,atau ketidak inkoheren,di tempat tidur
mampuan untuk bfungsi hampir di semua sepanjang hari,tdk ada
bidang pekerjaan,rumah atau
teman
11-20 Bahaya mencederai diri sendiri atau orang Tindakan ingin bunuh
lain,atau kadang2 gagal mengurus diri,atau diri,seringkali melakukan
hendaya berat dalam komunikasi tindak kekerasan
1-10 Bahaya yg terus menerus untuk mencederai Sangat inkoheren atau
diri sendiri atau orang lain,atau membisu, usaha bunuh diri
ketidakmampuan yg terus menerus untuk yang serius, kekerasan yang
mengurus diri secara minimal,atau tindakan berulang
bunuh diri yang serius
Contoh Diagnosis dengan Sistem Multiaksial
Aksis I : Gangg.Kecemasan Menyeluruh
Aksis II : Gangg.Kepribadian Dependen
Aksis III : Hipertensi
Aksis IV : Problem dengan kelompok pendukung utam (perceraian), problem pekerjaan
(pengangguran)
Aksis V : GAF = 51-60
ASESMEN dalam PSIKOLOGI KLINIS
M. Fakhrurrozi

APA ITU ASESMEN?


“Proses mengumpulkan informasi yang biasanya digunakan sebagai dasar untuk
pengambilan keputusan yang nantinya akan dikomunikasikan kepada pihak-pihak
terkait oleh asesor” (Nietzel dkk,1998).

Kita pada dasarnya seringkali melakukan asesmen. Misalnya ketika bertemu seseorang, saat itu kita
akan berusaha untuk mengumpulkan informasi, memproses dan menginterpretasikannya. Informasi
tersebut dapat berupa latar belakang, sikap, tingkah laku atau karakteristik yang dimiliki orang tersebut.
Kemudian informasi tersebut dihubungkan dengan pengalaman dan harapan yang kita miliki sehingga
kita akan mendapatkan kesan dari orang tersebut yang selanjutnya kita jadikan dasar untuk
memutuskan cara kita bersikap terhadapnya.

PROSES ASESMEN KLINIS


Inti asesmen adalah mengumpulkan informasi yang akan digunakan untuk mengenali dan
menyelesaikan masalah menjadi lebih efektif.

PLANNING DATA COLLECTING DATA PROCESSING COMMUNICATING


COLLECTION ASSESSMENT DATA AND HYPOTHESIS ASSESSMENT DATA
PROCEDURES FORMATION

I II III IV

I. PLANNING DATA COLLECTION PROCEDURES


 Apa yang ingin kita ketahui ?

Usaha-usaha atau penekanan asesmen yang dilakukan disesuaikan dengan pendekatan atau teori
yang akan digunakan. Penekanan asesmen berkaitan dengan dinamika kepribadian, latar belakang
lingkungan sosial dan keluarga, pola interaksi dengan orang lain, persepsi terhadap diri dan realita
atau riwayat secara genetis dan fisiologi.

Tabel 1. Tingkat asesmen dan data yang berkaitan

TINGKAT ASESMEN JENIS DATA


1. Somatis Golongan darah, pola respon somatis terhadap stres, fungsi hati, karakteristik genetis,
riwayat penyakit, dsb
2. Fisik Berat/tinggi badan, jenis kelamin, warna kulit, bentuk tubuh, tipe rambut, dsb
3. Demografis Nama, umur, tempat/tanggal lahir, alamat, nomor telepon, pekerjaan, pendidikan,
penghasilan, status perkawinan, jumlah anak, dsb
4. Overt behavior Kecepatan membaca, koordinasi mata-tangan, kemampuan conversation, ketrampilan
bekerja, kebiasaan merokok, dsb
5. Kognitif/intelektual Respon terhadap tes intelegensi, daya pikir, respon terhadap tes persepsi, dsb
6. Emosi/afeksi Perasaan, respon terhadap tes kepribadian, emosi saat bercerita, dsb
7. Lingkungan Lokasi dan karakteristik tempat tinggal, deskripsi kehidupan pernikahan, karakteristik
pekerjaan, perilaku anggota keluarga dan teman, nilai-nilai budaya dan tradisi, kondisi sosial
ekonomi, lokasi geografis, dsb

1
PEDOMAN STUDI KASUS :
1. Identifikasi data, meliputi : nama, jenis kelamin, pekerjaan, penghasilan, status perkawinan,
alamat, tempat tanggal lahir, agama, pendidikan, suku bangsa.
2. Alasan kedatangan dan keluhan, harapan-harapan klien.
3. Situasi saat ini, meliputi : di tempat tinggal, kegiatan harian, perubahan dalam hidup yang
terjadi dalam satu bulan, dsb.
4. Keluarga, meliputi : deskripsi orang tua, saudara, figur lain dalam keluarga yang dekat dengan
klien (significant other), peran dalam keluarga, dsb.
5. Ingatan awal, mendeskripsikan tentang kejadian dan situasi pada awal kehidupannya.
6. Kelahiran dan perkembangan, meliputi : usia saat bisa berjalan dan berbicara, permasalahan
dengan anak lain, pengaruh dari pengalaman masa kecil, dsb.
7. Kondisi fisik dan kesehatan, meliputi : penyakit sejak kecil, penggunaan obat dokter atau obat
terlarang yang berturut-turut, merokok, alkohol, kebiasaan makan atau olahraga, dsb.
8. Pendidikan, meliputi : riwayat pendidikan, bidang pendidikan yang diminati, prestasi, bidang
yang dirasa sulit, dsb.
9. Pekerjaan, meliputi : alasan berhenti atau pindah kerja, sikap dalam menghadapi pekerjaan,
dsb.
10. Minat dan hobi, meliputi : kesenangan, ekspresi diri, hobi, dsb.
11. Perkembangan seksual, meliputi : aktivitas seksual, ketepatan dalam pemuasan kebutuhan
seksual, dsb.
12. Data perkawinan dan keluarga, meliputi : alasan menikah, kehidupan perkawinan dalam
budayanya, masalah selama menikah, kebiasaan dalam rumah tangga, dsb.
13. Dukungan sosial, minat sosial dan komunikasi dengan orang lain, meliputi : tingkat frekuensi
untuk berhubungan dengan orang lain, kontribusi selama berinteraksi, kesediaan menolong
orang lain, dsb.
14. Self description, meliputi : kekuatan dan kelemahan, daya imajinasi, kreativitas, nilai-nilai dan
ide.
15. Pilihan dalam hidup, meliputi : keputusan untuk berubah, kejadian penting, dsb.
16. Tujuan dan masa depan, meliputi : harapan pada 5 – 10 tahun yang akan datang, hal-hal yang
perlu disiapkan untuk itu, kemampuan untuk menetapkan tujuan, daya realistis berhubungan
dengan waktu, dsb.
17. Hal-hal lain dapat dilihat dari riwayat atau latar belakang klien.

Pedoman tersebut harus selalu disesuaikan dengan pendekatan yang akan digunakan :
 Psikodinamika lebih memfokuskan pada pertanyaan seputar motif bawah sadar, fungsi ego,
perkembangan pada awal kehidupan (5 tahun pertama) dan berbagai macam defense
mechanism.
 Kognitif-behavior memfokuskan pada skill, pola berpikir yang biasa digunakan, berbagai
stimulus yang mendahului serta permasalahan perilaku yang menyertainya.
 Fenomenologi cenderung mengikuti outline asesmen dan melihat bahwa serangkaian asesmen
merupakan kolaborasi untuk memahami klien dalam hal bagaimana klien melihat atau
mempersepsi dunia.

TUJUAN ASESMEN KLINIS


Ada tiga macam yaitu klasifikasi diagnostik, deskripsi dan prediksi.
1. Klasifikasi diagnostik
Maksud dari klasifikasi (penegakan) diagnostik yang tepat antara lain :
 Untuk menentukan jenis treatment yang tepat. Suatu treatment sangat bergantung pada
bagaimana pemahaman klinisi terhadap kondisi klien termasuk jenis gangguannya (vermande,
van den Bercken, & De Bruyn, 1996).

2
 Untuk keperluan penelitian. Penelitian tentang berbagai penyebab suatu gangguan sangat
bergantung kepada validitas dan reliabilitas diagnostik yang ditegakkan.
 Memungkingkan klinisi untuk mendiskusikan gangguan dengan cara efektif bersama
profesional yang lain (Sartorius et.al, 1996).

Diagnostic System : DSM-IV


Teknik pengklasifikasian gangguan mental sudah dilakukan sejak tahun 1900-an. Sedangkan
secara formal baru pada tahun 1952 ketika APA (American Psychiatric Association) menerbitkan
sistem klasifikasi diagnostik yang pertama kali, Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorder. Sistem ini kemudian terkenal dengan nama DSM I dan berlaku hingga tahun 1968, ketika
WHO mengeluarkan International Classification of Diseases (ICD). DSM I kemudian direvisi dan
disamakan dengan ICD, kemudian terbit DSM II. DSM I dan II menyeragamkan terminologi untuk
mendeskripsikan dan mendiagnosa perilaku abnormal, tetapi tidak menjelaskan tentang aturan
sebagai pedoman dalam memutuskan suatu diagnostik. Di dalamnya tidak terdapat suatu kriteria
yang jelas bagi tiap gangguan sehingga agak sulit untuk mengklasifikasikan diagnostik. Pada tahun
1980 DSM II mengalami perubahan menjadi DSM III yang diikuti pada tahun 1987 dengan edisi
revisi sehingga namanya menjadi DSM III-R. Dalam DSM III ini, sudah terdapat suatu kriteria
operasional untuk masing-masing label diagnostik. Kriteria ini meliputi simtom utama dan simtom
spesifik serta durasi simtom muncul. Disini juga digunakan pendekatan multiaxial, dimana klien
dideskripsikan ke dalam lima dimensi (axis), yaitu :
a. Axis I : 16 gangguan mental major
b. Axis II : Berbagai problem perkembangan dan gangguan kepribadian
c. Axis III : Gangguan fisik atau kondisi-kondisi yang mungkin berhubungan dengan gangguan
mental
d. Axis IV :Stressor psikososial (lingkungan) yang mungkin memberi kontribusi terhadap
gangguan pada Axis I dan II
e. Axis V : Rating terhadap fungsi psikologis, sosial dan pekerjaan dalam satu tahun terakhir

DSM III-R pun kemudian dikritik karena beberapa kriteria diagnostiknya masih terlalu samar dan
masih membuka peluang untuk muncul bias dalam penggunaannya. Dan Axis II, IV dan V
mempunyai kekurangan dalam pengukurannya. Akhirnya pada tahun1988, APA membentuk tim
untuk membuat DSM IV. Di dalamnya tetap menggunakan pendekatan multiaxial seperti pada
DSM III-R dan Axis I hanya dapat di tegakkan jika terdapat jumlah kriteria minimum dari daftar
simtom yang disebutkan. Pada DSM IV ini terdapat beberapa modifikasi dalam terminologi
sebelumnya dan skema rating yang digunakan pada beberapa axis. Sekarang ini telah diterbitkan
DSM IV-TR (Text Revised). Sampai saat ini DSM IV dan DSM IV-TR digunakan sebagai pedoman
klinisi dan profesional terkait untuk menentukan diagnostik.
Multiaxial DSM IV :
a. Axis I : Clinical Disorders, Other Conditions That May Be a Focus of Clinical Attentions
b. Axis II : Personality Disorders, Mental Retardation
c. Axis III : General Medical Conditions
d. Axis IV : Psychosocial and Environtmental Problems
e. Axis V : Global Assessment of Functioning (GAF)

2. Deskripsi
Para klinisi beranggapan bahwa untuk memahami content dari perilaku klien secara utuh
maka harus mempertimbangkan juga tentang context sosial, budaya dan fisik klien. Hal itu
menyebabkan asesmen diharapkan dapat mendeskripsikan kepribadian seseorang secara lebih
utuh dengan melihat pada person-environtment interactions. Dalam fungsinya sebagai sarana untuk
melakukan deskripsi terhadap kepribadian seseorang secara utuh, di dalam asesmen harus

3
terdapat antara lain : motivasi klien, fungsi intrapsikis, respon terhadap tes, pengalaman subjektif,
pola interaksi, kebutuhan (needs) dan perilaku. Dengan menggunakan pendekatan deskriptif
tersebut memudahkan klinisi untuk mengukur perilaku pra treatment, merencanakan jenis treatment
dan mengevaluasi perubahan perilaku pasca treatment.

3. Prediksi
Tujuan asesmen yang ketiga adalah untuk memprediksi perilaku seseorang. Misalnya klinisi
diminta oleh perusahaan, kantor pemerintah atau militer untuk menyeleksi seseorang yang tepat
bagi suatu posisi kerja tertentu. Dalam kasus tersebut, klinisi akan melakukan asesmen dengan
mengumpulkan dan menguji data deskriptif yang kemudian digunakan sebagai dasar untuk
melakukan prediksi dan seleksi.
Klinisi kadang dihadapkan pada situasi untuk memprediksi hal-hal yang berbahaya, misalnya
pertanyaan seperti “Apakah si A akan bunuh diri ?”, “Apakah si B tidak akan menyakiti orang lain
setelah keluar dari RS?”. Pada saat itu klinisi harus menentukan jawaban “ya” atau “tidak”. Prediksi
klinisi tentang “berbahaya” atau “tidak berbahaya” dapat dievaluasi dengan empat kemungkinan
jawaban.
a. True positive, jika prediksi klinisi berbahaya dan ternyata klien menunjukkan perilaku
berbahaya.
b. True negative, jika prediksi klinisi tidak berbahaya dan ternyata klien menunjukkan perilaku
yang tidak berbahaya.
c. False negative, jika prediksi klinisi tidak berbahaya tetapi klien menunjukkan perilaku
berbahaya.
d. False positive, jika prediksi klinisi berbahaya tetapi klien menunjukkan perilaku tidak berbahaya.

II. COLLECTING ASSESSMENT DATA


 Bagaimana seharusnya kita mencari tahu tentang hal itu ?

SUMBER ASESMEN DATA


Ada empat macam yaitu : interview, tes, observasi dan life record.
1. Interview
Interview merupakan dasar dalam asesmen dan merupakan sumber yang sangat luas. Ada
beberapa kelebihan interview antara lain:
a. Merupakan hal biasa dalam interaksi sosial sehingga memungkinkan untuk mengumpulkan
sampel tentang perilaku verbal atau non verbal individu bersama-sama.
b. Tidak membutuhkan peralatan atau perlengkapan khusus dan dapat dilakukan dimanapun
juga.
c. Mempunyai tingkat fleksibilitas yang tinggi. Klinisi bebas untuk melakukan inquiry
(pendalaman) terhadap topik pembicaraan yang mungkin dapat membantu proses
asesmen.
Tetapi interview dapat terdistorsi oleh karakteristik dan pertanyaan interviewer, karakteristik
klien dan oleh situasi pada saat interview berlangsung.

2. Tes
Seperti interview, tes juga memberikan sampel perilaku individu, hanya saja dalam tes stimulus
yang direspon klien lebih terstandardisasikan daripada interview. Bentuk tes yang sudah
standar tersebut membantu untuk mengurangi bias yang mungkin muncul selama proses
asesmen berlangsung. Respon yang diberikan biasanya dapat diubah dalam bentuk skor dan
dibuat analisis kuantitatif. Hal itu membantu klinisi untuk memahami klien. Skor yang didapat
kemudian diinterpretasi sesuai dengan norma yang ada.

4
3. Observasi
Tujuan observasi adalah untuk mengetahui lebih jauh di luar apa yang dikatakan klien. Banyak
yang mempertimbangkan bahwa observasi langsung mempunyai tingkat validitas yang tertinggi
dalam asesmen. Hal itu berhubungan dengan kelebihan observasi antara lain:
a. Observasi dilakukan secara langsung dan mempunyai kemampuan untuk menghindari
permasalahan yang muncul selama interview dan tes seperti masalah memori, jenis
respon, motivasi dan bias situasional.
b. Relevansinya terhadap perilaku yang menjadi topik utama. Misalnya perilaku agresif anak
dapat diobservasi sebagaimana perilaku yang ditunjukkan dalam lingkungan bermain
dimana masalah itu telah muncul.
c. Observasi dapat mengases perilaku dalam konteks sosialnya. Misalnya untuk memahami
seorang pasien yang kelihatan depresi setelah dikunjungi keluarganya, akan lebih
bermakna dengan mengamati secara langsung daripada bertanya, “Apakah Anda pernah
depresi?”.
d. Dapat mendeskripsikan perilaku secara khusus dan detail. Misalnya untuk mengetahui
tingkat gairah seksual seseorang dapat diobservasi dengan banyaknya cairan vagina yang
keluar atau observasi melalui bantuan kamera.

4. Life record
Asesmen yang dilakukan melalui data-data yang dimiliki seseorang baik berupa ijazah sekolah,
arsip pekerjaan, catatan medis, tabungan, buku harian, surat, album foto, catatan kepolisian,
penghargaan, dsb. Banyak hal dapat dipelajari dari life record tersebut. Pendekatan ini tidak
meminta klien untuk memberi respon yang lebih banyak seperti melalui interview, tes atau
observasi. Selama proses ini, data dapat lebih terhindar dari distorsi memori, jenis respon,
motivasi atau faktor situasional. Contohnya, klinisi ingin mendapatkan informasi tentang riwayat
pendidikan klien. Data tentang transkrip nilai selama sekolah mungkin dapat lebih memberikan
informasi yang akurat tentang hal itu daripada bertanya ,”Bagaimana saudara di sekolah?”.
Buku harian yang ditulis selama periode kehidupan seseorang juga dapat memberikan
informasi tentang perasaan, harapan, perilaku atau detail suatu situasi yang mana hal itu
mungkin terdistorsi karena lupa selama interview. Dengan merangkum informasi yang di dapat
tentang pikiran dan tingkah laku klien selama periode kehidupan yang panjang, life records
memberikan suatu sarana bagi klinisi untuk memahami klien dengan lebih baik.

III. PROCESSING ASSESSMENT DATA


 Bagaimana seharusnya data-data tersebut dikombinasikan ?
 Bagaimana asesor dapat meminimalkan bias selama interpretasi data ?
Didasarkan pada teori apa yang akan digunakan : psikoanalisa, behavioral atau
fenomenologi.

Setelah data terkumpul, langkah selanjutnya dalam asesmen adalah menentukan arti dari data
tersebut. Jika informasi tersebut sekiranya berguna dalam pancapaian tujuan asesmen, maka
informasi itu akan dipindahkan dari data kasar menjadi format interpretatif. Langkah tersebut
biasanya disebut pemrosesan data asesmen atau clinical judgment.
Klinisi cenderung melihat data asesmen melalui tiga cara yaitu : sebagai sampel, korelasi atau
tanda (sign). Contoh : Seorang laki-laki menelan 20 tablet obat penenang sebelum tidur tadi
malam di sebuah hotel, tapi berhasil diselamatkan oleh petugas kebersihan yang akhirnya
membawanya ke RS.
1. Data dilihat sebagai sampel dari perilaku klien. Kemungkinan judgment :
 Klien mempunyai cara potensial untuk melakukan pembunuhan secara medis

5
 Klien tidak ingin diselamatkan sebab tidak ada seorangpun yang tahu tentang usaha bunuh
diri tersebut sebelum hal itu terjadi.
 Dalam situasi yang sama, klien mungkin akan mencoba bunuh diri lagi.

Disini dapat dilihat, bahwa data berupa usaha bunuh diri dilihat sebagai contoh dari apa yang
dilakukan klien dalam situasi seperti itu. Tidak ada usaha untuk mengetahui mengapa dia
mencoba bunuh diri. Jika dilihat sebagai sampel, akan didapat kesimpulan tingkat rendah. Teori
yang mendasarinya adalah behavioral.

2. Data dilihat sebagai korelasi dengan aspek lain dalam hidup klien. Kemungkinan judgment :
 Klien sepertinya seorang lelaki setengah baya yang masih single atau bercerai dan
mengalami kesepian.
 Klien saat itu mungkin mengalami depresi.
 Klien kurang mendapatkan dukungan emosi dari teman dan keluarganya.

Ada kombinasi antara : 1). Fakta tentang perilaku klien. 2). Pengetahuan klinisi tentang apa
yang sekiranya dapat dikorelasikan dengan perilaku klien. Disini kesimpulan yang diambil
berada pada tingkat yang lebih tinggi. Kesimpulannya didasarkan pada data-data pendukung
yang ada di luar data asli seperti hubungan antara bunuh diri, usia, jenis kelamin, dukungan
sosial, dan depresi. Semakin kuat pemahaman terhadap hubungan antar variabel, maka
kesimpulan yang di dapat semakin akurat. Pendekatan ini bisa didasarkan pada beragam teori.

3. Data dilihat sebagai tanda (sign) yang lain, untuk mengetahui karakteristik kilen yang masih
kurang jelas. Kemungkinan judgment :
 Dorongan agresif klien berubah menyerang diri sendiri.
 Perilaku klien merefleksikan adanya konflik intrapsikis.
 Perilaku minum obat merupakan manifestasi adanya kebutuhan untuk ditolong yang tidak
disadarinya.

Kesimpulan yang didapat berada pada tingkat paling tinggi. Teori yang mendasari pendekatan
ini adalah psikoanalisa atau fenomenologi.

IV. COMMUNICATING ASSESSMENT DATA


 Siapa yang akan diberi laporan asesmen dan tujuannya apa ?
 Bagaimanakah asesmen akan mempengaruhi klien yang di ases ?

Hasil dari asesmen biasanya akan ditulis menjadi sebuah laporan asesmen. Ada tiga kriteria yang
harus dipenuhi suatu laporan asesmen yaitu : jelas, relevan dengan tujuan dan berguna.
1. Jelas
Kriteria pertama yang harus dipenuhi adalah laporan itu harus jelas. Tanpa kriteria ini, relevansi
dan kegunaan laporan tidak dapat dievaluasi. Ketidakjelasan laporan psikologis merupakan
suatu masalah karena kesalahan interpretasi dapat menyebabkan kesalahan pengambilan
keputusan.
2. Relevan dengan tujuan
Laporan asesmen harus relevan dengan tujuan yang sudah ditetapkan pada awal asesmen.
Jika tujuan awalnya adalah untuk mengklasifikasikan perilaku klien maka informasi yang
relevan dengan hal itu harus lebih ditekankan.
3. Berguna
Laporan yang ditulis diharapkan dapat memberikan sesuatu informasi tambahan yang penting
tentang klien. Kadang terdapat juga laporan yang mempunyai validitas tambahan yang rendah.

6
Misalnya klinisi menyimpulkan bahwa klien mempunyai kecenderungan agresifitas tinggi, tapi
data kepolisian mencatat bahwa klien tersebut telah berulang kali ditahan karena kasus
kekerasan. Informasi yang diberikan klinisi tidak memberikan suatu hal penting lainnya dari
klien.

OUTLINE ASSESSMENT DATA


1. Psikoanalisa
I. Konflik
A. Persepsi diri
B. Tujuan
C. Frustrasi
D. Hubungan interpersonal
E. Persepsi lingkungan
F. Dorongan, dinamika
G. Kontrol emosi
II. Nilai stimulus sosial
A. Kemampuan kognitif
B. Faktor konatif
C. Tujuan
D. Peran sosial
III. Fungsi kognitif
A. Penurunan
B. Psikopatologi
IV. Defenses
A. Represi
B. Rasionalisasi
C. Regresi
D. Fantasi
E. Dsb

2. Fenomenologi ; pendekatan subjektif dan cenderung mengikuti format umum asesmen.


I. Klien dari sudut pandang sendiri
II. Klien seperti yang direfleksikan dalam tes
III. Klien seperti yang dilihat klinisi

3. Cognitive-Behavioral
I. Deskripsi tentang penampilan fisik dan perilaku selama asesmen
II. Permasalahan
A. Masalah saat ini
B. Latar belakang masalah
C. Situasi tertentu yang menentukan masalah
D. Variabel yang relevan
1. Aspek fisiologis
2. Pengaruh medis
3. Aspek kognitif yang menentukan masalah
E. Dimensi masalah
1. Durasi
2. Frekuensi
3. Keseriusan masalah

7
F. Konsekuensi masalah
1. Positif
2. Negatif
III. Masalah yang lain (diobservasi oleh asesor, tidak dinyatakan oleh klien)
IV. Aset individu
V. Target perubahan
VI. Treatment yang direkomendasikan
VII. Motivasi klien untuk treatment
VIII. Prognosis
IX. Prioritas treatment
X. Harapan klien
A. Penyelesaian masalah yang spesifik
B. Pada treatment secara umum
XI. Komentar lain

Anda mungkin juga menyukai