Anda di halaman 1dari 3

Altered State of Consciousness

(ASC) atau kesadaran yang berubah adalah koneksi antara kesadaran dan
bawah sadar. Koneksi ini dengan sendirinya akan mengarah menjadi keadaan
bawah sadar (Green, 2001). Suatu altered state of consciousness (ASC) dapat
hadir secara mendadak dalam kondisi demam, kekurangan tidur, kondisi lapar,
kekurangan oksigen, pembiusan atau trauma. ASC dapat juga dicapai melalui
hipnosis, meditasi, berdoa, atau dzikir. Kadang-kadang ASC juga dapat dicapai
melalui penggunaanobat-obatan, racun tanaman ataupun zat psikoaktif seperti
LSD, marijuana, dan alkohol. Sementara menurut Rychlak (1997) ASC dapat
dicapai melalui hipnosis, lucid dreaming, channeling, dan meditasi.

Ada empat kriteria yang membedakan ASC dari keadaan kesadaran


lainnya (misalnya tidur, bermimpi, dan terjaga). Yang paling pertama adalah
laporan diri sendiri, memperjelas jika telah mengalami keadaan sementara yang
dianggap berbeda dari keadaan kesadaran yang biasa. Selama sensasi ASC, proses
kognitif, dan emosi berubah.

Kriteria kedua adalah keadaan dimana seseorang mengalami ASC bisa


dilihat dari penampakan luarnya (dapat diidentifikasi), pola perilaku motorik yang
tidak biasa dan ekspresi wajah yang jelas bagi pengamat bahwa seseorang berada
dalam keadaan yang tidak biasa. Menggabungkan dua kriteria tersebut, berikut ini
adalah karakteristik untuk ASC dalam perbedaannya dari kondisi kesadaran
normal: (1) perubahan dalam berpikir, (2) gangguan penginderaan waktu, (3)
kehilangan kendali, (4) perubahan ekspresi emosional, (5) perubahan citra tubuh,
(6) distorsi persepsi, (7) perubahan makna atau signifikansi, (8) perasaan yang tak
dapat dijelaskan, (9) perasaan peremajaan, dan (10) hypersuggesty (Ludwig,
1969).

Kriteria ketiga adalah induksi atau proses perangsangan memberikan


stimulus. Dari berbagai cara induksi, ada tiga teknik yang terkenal yaitu
penggunaan halusinogen, pengurangan stimulasi lingkungan dan kebalikannya,
serta pemboman sensorik dan ketegangan fisik. Yang paling populer adalah
penggunaan halusinogen karena ini datang dari beberapa obat psikoaktif tertentu.

Kriteria keempat adalah kondisi psikofisiologis dari orang-orang yang


telah mengalami ASC, orang-orang yang sedang dalam kondisi ASC tidak dapat
diganggu oleh stimulus dari luar karena aktivitas otak mereka terfokus pada satu
titik, dan fokus tersebut sangat konsisten.
Altered State of Consciousness dalam masyarakat

Menurut Bourguignon, kesurupan sudah menjadi sesuatu yang berbeda


dari kesadaran normal karena ada ‘jiwa lain’ yang memasuki tubuh seseorang.
Bourguignon telah menemukan keteraturan tertentu pada jenis ASC, yaitu trance
(kerasukan), dan variabel budaya. Meskipun ada banyak pengecualian, trance
lebih tipikal pada pria dari pada wanita. Di dalam masyarakat yang menjadi
pemburu-pengumpul trance sering terjadi, namun dalam masyarakat yang lebih
kompleks, trance adalah bentuk yang lebih sering terjadi dan dalam frekuensi
tertentu. Ada juga perbedaan antara wilayah budaya utama. Di antara penduduk
asli Amerika penggunaan tanaman psikoaktif menuju trance secara luas
dipraktikkan, namun di Africa tanpa bantuan obat psikoaktif pun sudah sering
terjadi kerasukan, karena bagi masyarakat Africa trance adalah suatu metode
dimana jiwa dapat mengekspresikan apa yang dia mau.

Kesimpulan

Ada banyak tradisi dalam menekankan psikologi lintas budaya dalam perbedaan
kepribadian pada budaya di berbagai situasi. Kesamaan dalam dimensi sifat dasar
manusia, bagaimanapun juga itu didefinisikan, itu memberikan dasar psikologis
umum yang mendasari perbedaan dalam perilaku karakteristik atau pola individu
yang jelas dalam budaya.

semua individu fokus pada pribadi, dan pada sifat-sifat internal seperti kemampuan
individu, kecerdasan, ciri pembawaan personal, tujuan dan kecenderungan pribadi,
mengungkapkan hal itu di depan umum, dan secara pribadi menguji serta
memastikannya melalui suatu perbandingan social

memikirkan tentang diri mereka dalam hubungan sosial khusus (umpamanya “saya”
dengan anggota keluarga, “saya” dengan teman lelaki atau perempuan), atau dalam
koteks khusus lain (“saya” di sekolah, “saya” di pekerjaan).

interdependen adalah keyakinan bahwa: (1) secara fundamental manusia bersifat saling
terhubung atau saling tergantung; (2) setiap orang wajib menjaga dan memelihara
kesaling-tergantungan ini; (3) salingtergantung berarti: memandang diri sebagai bagian
dari sebuah jaringan relasi sosial dan mengakui bahwa tingkah laku seseorang
ditentukan, tergantung, dan diarahkan oleh persepsi orang itu tentang pikiran,
perasaan, dan reaksi orang-orang yang berada dalam jaringan relasi itu; (4) komponen
diri yang menonjol pengaruhnya adalah komponen diri publik (public self); (5) tingkah
laku seseorang tidak ditentukan oleh dunia batinnya (inner self), melainkan oleh
relasinya dengan orang lain.

independen adalah keyakinan bahwa: (1)setiap pribadi secara


inheren terpisah dari
yang lain; (2) setiap pribadi wajib menjadi tidak tergantung
pada orang lain serta menemukan dan mengekspresikan
sifatkemampuan pribadinya yang unik; (3) arah dan makna
tingkah laku pribadi terutama ditentukan oleh pikiran,
perasaan, dan keputusan sendiri; (4) pribadi merupakan pusat
kesadaran, perasaan, penilaian, dan tindakan yang bersifat
utuh, unik, dan terintegrasi; (5) motivasi dasar yang
menggerakkan tingkah laku pribadi adalah dorongan untuk
“mengaktualisasikan diri”, “merealisasikan diri”,
“mengekspresikan aneka kebutuhan, hak, dan kemampuan yang
bersifat unik”, serta “mengembangkan aneka potensi yang
khas”; dan (6) diri adalah pribadi yang otonom serta tidak
tergantung. Menurut Markus & Kitayama (1991), konstrual-diri
independen adalah khas kebudayaan Barat serta berakar pada
tradisi Cartesian tentang dualisme antara jiwa dan badan.

Anda mungkin juga menyukai