Anda di halaman 1dari 12

Nama: Ernawati Maghfiroh Maulani

Kelas: 2PA1
NPM: 11517981
BAB 8. KONFORMITAS
DEFINISI
Konformitas (conformity) adalah perubahan perilaku seseorang yang terjadi karena
pengaruh orang lain yang nyata ataupun yang diimajinasikan. Morton Deutsch dan
Harold Gerard (1955) mengajukan dua tipe pengaruh sosial yang menyebabkan
konformitas, yaitu informasional dan normatif.

PENGARUH SOSIAL INFORMASIONAL: KEBUTUHAN UNTUK


MENGETAHUI INFORMASI YANG BENAR.
Pengaruh sosial informasional (Cialdini, 2000; Cialdini & Goldstein, 2004; Deutsch &
Gerard, 1955) adalah pengaruh orang lain yang mengakibatkan kita melakukan
konformitas karena melihatnya sebagai sumber informasi yang memandu perilaku kita.

ILUSTRASI
1. Eksperimen Muzafer Sherif (1936): Efek Otokinetik
Efek otokinetik: cahaya yang diam di dalam ruang yang gelap nampak seperti
bergerak gerak, karena mata kita tidak memiliki titik referensi dari objek
lainnya.Hasil eksperimen ini menunjukkan bahwa tiap-tiap orang menjadikan orang
lain sebagai sumber informasi, dan menganggap bahwa estimasi kelompok adalah
yang benar. Pengaruh sosial informasional ini menghasilkan penerimaan secara
pribadi (private acceptance).
Penerimaan secara pribadi (private acceptance) : konformitas terhadap
perilaku orang lain, di luar keyakinan awal bahwa apa yang mereka katakan atau
lakukan adalah benar.
orang-orang cenderung mengikuti begitu saja estimasi kelompok, mungkin supaya
tidak nampak bodoh. Hal ini disebut public compliance.

Public complience : konformitas terhadap perilaku orang lain di depan


publik, tanpa perlu meyakini apa yang dikatakan dan dilakukan oleh
kelompoknya.
Ledakan Konformitas Informasional
Dalam situasi krisis, dapat terjadi bentuk konformitas informasional yang
dramatis.Gustav Le Bon (1895) adalah peneliti yang pertama kali mendokumentasikan
bagaimana emosi dan perilaku dapat menyebar secara cepat melalui suatu kerumunan
(crowd) --- suatu efek yang disebutnya sebagai contagion.
Contagion: Penyebaran emosi dan perilaku secara cepat melalui suatu kerumunan.
Misalnya, saat peristiwa gempa di daerah Selatan Yogyakarta, tersebar berita bahwa
terjadi tsunami, maka secara serentak orang-orang di kota Yogyakarta dengan panik
berlarian atau memacu kendaraan ke arah utara (Kaliurang) yang merupakan daerah
pegunungan.

Contoh ekstrim konformitas informasional yang salah arah seperti itu adalah mass
psychogenic illness (Bartholomew & Wessely, 2002; Colligan, Pennebaker, & Murphy,
1982).
Mass psychogenic illness : Suatu kejadian dalam sekelompok orang, suatu gejala
fisik yang sama, tanpa penyebab fisik yang dikenali.
Kapan Orang Melakukan Konformitas terhadap Pengaruh Sosia Informasional?
1. Ketika situasi tidak jelas atau ambigu
2. Ketika dalam situasi kritis
3. Ketika orang lain adalah ahli
Menolak Pengaruh Sosial Informasional
Menggantungkan diri pada orang lain dalam mendefinisikan apa yang terjadi, bisa jadi
merupakan langkah yang tepat, namun dapat juga menjadi tragedi, tergantung
kebenaran informasinya. Jadi, kita memerlukan kriteria, kapan dapat menyatakan bahwa
orang lain merupakan sumber informasi yang tepat dan kapan kita menolak definisi
situasi dari orang lain.
PENGARUH SOSIAL NORMATIF: KEBUTUHAN UNTUK DITERIMA
1. Social Norms: Aturan yang implisit atau eksplisit yang dimiliki oleh suatu kelompok
mengenai perilaku, nilai-nilai, dan keyakinan yang diterima oleh anggotaanggotanya
2. Pengaruh sosial normatif : Pengaruh dari orang lain yang mengakibatkan kita
melakukan konformitas dalam rangka untuk disukai dan diterima oleh mereka. Jenis
konformitas ini menghasilkan kerelaan masyarakat mengikuti keyakinan dan
perilaku kelompoknya, tanpa perlu ada penerimaan secara pribadi terhadap
keyakinan dan perilaku tsb.
Kapan Seseorang Melakukan Konformitas terhadap Pengaruh Sosial Normatif?
Social impact theory : Gagasan bahwa konformitas terhadap pengaruh sosial
tergantung pada seberapa pentingnya kelompok, keterdekatan kelompok, dan jumlah
orang dalam kelompok.
1. Ketika anggota kelompok berjumlah 3 orang atau lebih
2. Ketika menganggap kelompoknya penting
3. Ketika ada orang yang tidak beraliansi dengan kelompok
4. Ketika budaya kelompoknya kolektivistik.
Perbedaan Gender dalam Konformitas
Hasil penelitian terdahulu (Chrutchfield, 1955) menyatakan bahwa perempuan
memiliki tingkat konformitas lebih tinggi dibanding laki-laki.
Pengaruh Minoritas: Kapan Sedikit Orang Mempengaruhi Banyak Orang ?
Mascovici (1985; 1994; Mascovici dkk, 1994) berpendapat bahwa terdapat kondisi atau
minoritas dalam kelompok dapat mempengaruhi perilaku atau keyakinan mayoritas.
Inilah yang disebut sebagai pengaruh minoritas (minority influence).Kunci dari
pengaruh minoritas adalah konsistensi.
MENGGUNAKAN PENGARUH SOSIAL UNTUK MEMPROMOSIKAN
PERILAKU YANG BERMANFAAT
Terdapat dua jenis norma sosial budaya: injunctive norms dan descriptive norm.
1. Injunctive norms: Persepsi orang-orang mengenai perilaku apa yang disetujui dan
yang tidak disetujui oleh orang lain. .
2. Descreptive norms: Persepsi orang-orang mengenai bagaimana secara aktual orang-
orang berperilaku dalam situasi yang dihadapi, tanpa memperhatikan apakah
perilaku itu disetujui atau tidak disetujui oleh orang lain.
COMPLIANCE
Compliance: situasi di mana terdapat perintah langsung dan seseorang setuju
untuk berperilaku memenuhi permintaan itu.
Terdapat beberapa bentuk compliance, yang telah dipelajari berdasarkan peristiwa-
peristiwa yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari:
1. The Food in the Door Effect: seseorang yang telah mengabulkan sebuah permintaan
kecil lebih besar kemungkinannya mengabulkan permintaan berikutnya yang lebih
besar, lebih substansial.
2. The Door in the Face Effect:: seringkali orang yang telah menolak permintaan
pertama cenderung untuk memenuhi permintaan berikutnya (Cialdini et al, 1975).
3. The LowBall Procedure.
4. The Lure.
OBEDIENCE
Obedience: merupakan bentuk khusus dari compliance, yaitu respon terhadap
permintaan langsung yang berbentuk perintah.
THE SENSE OF CONTROL
Personal control, yaitu sejauhmana kita merasa memiliki kendali atas kehidupan kita
sendiri, dan sebaliknya sejauhmana orang lain memiliki kekuatan untuk menentukan
kehidupan dan perilaku kita.
The Illusion of Control
Kita seringkali mengembangkan ilusi seolah-olah mengendalikan semua hasil dari
peristiwa-peristiwa yang sebenarnya murni ditentukan oleh kesempatan. Ellen Langer
(1983) telah memaparkan fakta-fakta yang mendukung adanya ilusi ini.
a) Berpartisipasi dalam lotere merupakan situasi dimana kemenangan ditentukan
semata-mata oleh kesempatan. Namun demikian banyak orang yang yakin dapat
mengendalikan situasi ini.
b) Dalam situasi lain yang ditentukan oleh kesempatan namun tampak seperti adu
ketrampilan, kita lebih yakin mengendalikan hasil permainan kita.
c) Keberhasilan dalam suatu tugas, juga merupakan situasi yang menimbulkan ilusi
akan kontrol personal.
Reaksi Orang yang Kehilangan Kendali Pribadi
1. A Theory of Reactance: Reactance : kondisi motivasional yang muncul ketika
seseorang merasabahwa kebebasannya terhambat atau terancam; dorongan untuk
memulihkan kendali atau kebebasan pribadi
2. Learned Helplessness: suatu keyakinan bahwa outcomes seseorang tidak tergantung
pada tindakan-tindakannya.
3. Self-induced Dependence: situasi yang menimbulkan semacam illusion of
incompetence (ilusi ketidakkompetenan).

Kesimpulan: Dari materi konformitas saya dapat memahami bahwa orang-orang


melakukan koformitas karena:
-mengikuti agar tidak terlihat bodoh
-Pengaruh Sosia Informasiona yaitu ketika situasi tidak jelas atau ambigu, ketika dalam
situasi kritis, ketika orang lain adalah ahli.
-kebutuhan diterima orang lain.
-kebutuhan untuk mengetahui informasi yang benar, dan info tersebut memandu
perilaku kita.
-pengaruh sosial normatif yaituKetika anggota kelompok berjumlah 3 orang atau lebih,
menganggap kelompoknya penting, ada orang yang tidak beraliansi dengan
kelompok , budaya kelompoknya kolektivistik.
BAB 9. PROSES KELOMPOK
PROSES-PROSES KELOMPOK : Pengaruh dalam Kelompok-kelompok Sosial
Kelompok adalah kumpulan dari dua orang atau lebih yang berinteraksi dan mereka
saling bergantung (interdependent) dalam rangka memenuhi kebutuhan dan tujuan
bersama, menyebabkan satu sama lain saling mempengaruhi (Cartwright & Zander,
1968; Lewin, 1948).
Komposisi dan Fungsi Kelompok
1. Ukuran kelompok: Ukurannya bervariasi dari dua hingga belasan orang, atau lebih
banyak lagi.
2. Homogenitas kelompok: Kelompok cenderung memiliki kesamaan dalam usia, jenis
kelamin, dan pandangan-pandangan (opini).
3. Norma Sosial : Norma sosial merupakan penentu perilaku yang penting.
4. Peran sosial: Sebagian besar kelompok memiliki sejumlah peran sosial yang
didefinisikan dengan jelas.
5. Peran gender: Tidak semua peran sosial menimbulkan perilaku yang ekstrim, namun
bila terdapat ketidakadilan peran dapat menjadi masalah
6. Kohesivitas kelompok: Kohesivitas adalah kualitas kelompok yang mengikat
anggota-anggotanya dan meningkatkan rasa suka antar anggota.
KELOMPOK DAN PERILAKU INDIVIDU-INDIVIDU
1. Social Facilitation: Bila Kehadiran Orang Lain Membuat Kita Bertenaga. orang
cenderung melakukan tugas yang sudah dikuasai secara lebih baik dalam situasi
hadirnya orang-orang lain daripada bila mereka sendirian.
2. Arousal dan Respon Dominan.Arousal dan Respon Dominan. Robert Zajonc
(1965) memberikan penjelasan mengapa keberadaan orang lain dapat meningkatkan
respon yang telah dikuasai (tugas sederhana) tetapi menghambat respon yang belum
dikuasai(tugas sulit:
3. Mengapa Kehadiran Orang Lain Menimbulkan Arousal?
Terdapat beberapa penjelasan mengenai hal itu:
(a) Alertness: kehadiran orang-orang lain membuat kita lebih siaga.
(b) Evaluation apprehension: kehadiran orang lain membuat kita lebih peduli akan
penilaian orang lain terhadap diri kita.
(c) Distraction conflict: kehadiran orang lain dapat mengalihkan perhatian kita saat
menyelesaikan tugas.
Distraction-conflict theory. Menurut Robert Baron (1986), seseorang dapat
mengalami kebingungan/gangguan karena keberadaan orang lain.
Social Loafing: Bila Kehadiran Orang Lain membuat Kita Rileks
Social loaving: Kecenderungan orang untuk berkinerja buruk bila tugasnya sederhana
dan sebaliknya berkinerja lebih baik bila tugasnya kompleks, terjadi dalam kondisi
hadirnya orang lain dan kinerja mereka secara individu tidak dapat dievaluasi.
Deindividuasi: Tenggelam dalam Kerumunan
Deindividuasi: adalah melonggarnya hambatan normal terhadap perilaku jika orang-
orang tidak dapat diidentifikasi (seperti bila mereka berada dalam kerumunan),
berakibat meningkatnya tindakan-tindakan impulsif dan menyimpang.
PENGAMBILAN KEPUTUSAN KELOMPOK: Apakah dua orang atau lebih
menghasilkan keputusan lebih baik dari pada keputusan satu orang?
terdapat beberapa faktor yang menyebabkan kelompok mengambil keputusan yang
lebih buruk dibanding keputusan individu.
1. Process loss: berbagai aspek interaksi kelompok yang menghambat pemecahan
masalah yang baik (Steiner, 1972).
kondisi khusus yang menyebabkan process loss:
Kegagalan Berbagi Informasi Unik. Dalam berbagai kelompok anggota saling
berbagi pengetahuan secara umum, tetapi beberapa anggota tidak menyebarkan
informasi yang unik (khusus).
Group think : Suatu pola pikir yang cenderung lebih mementingkan mengelola
kohesivitas kelompok dan solidaritas dari pada mempertimbangkan fakta-fakta
secara realistis. Menghindari terjadinya groupthink: tetap netral, mencari pendapat
dari luar pihak, menciptakan sub-kelompok, mencari opini secara anonim.
Polarisasi Kelompok: Menjadi Ekstrimis
Polarisasi kelompok: kecenderungan kelompok untuk membuat keputusan yang
lebih ekstrim daripada kecenderungan awal (group inclinations) dari anggota-
anggotanya.
Polarisasi kelompok terjadi karena dua alasan: Menurut interpretasi argumen
persuasif dan Menurut interpretasi perbandingan sosial.
Kepemimpinan Dalam Kelompok
Great person theory: gagasan bahwa ciri kepribadian tertentu membuat seseorang
menjadi pemimpin yang baik, tanpa memperhatikan faktor situasi.
1. Kepemimpinan dan kepribadian. Sejumlah penelitian menemukan hubungan
yang lemah antara kepribadian dan kemampuan memimpin.
2. Gaya kepemimpinan. Meskipun para pemimpin besar tidak memiliki ciri
kepribadian yang khas, namun nampaknya mereka mengadopsi suatu gaya
kepimpinan tertentu.
The right person in the right situation(orang yang tepat dalam situasi yang tepat).
Teori kepemimpinan situasional:gagasan bahwa efektivitas kepemimpinan tergantung
pada orientasi-tugas dan orientasi-hubungan dari sang pemimpin, dan juga banyaknya
kendali dan pengaruh yang dimiliki terhadap kelompok (Fiedler, 1967, 1978). terdapat
dua jenis pemimpin: berorientasi pada tugas dan berorientasi pada hubungan.
Gender dan kepemimpinan
KONFLIK DAN KERJA SAMA
Sigmund Freud (1930) berpendapat bahwa konflik adalah suatu hasil peradaban yang
tak terelakkan karena tujuan dan kebutuhan individu-individu sering bertentangan
dengan tujuan dan kebutuhan sesama manusia. Beberapa penjelasan yang berkaitan
dengan konflik dan kerjasama.
Dilema Sosial (Social Dilemma) : merupakan suatu konflik di mana sebagian besar
tindakan bermanfaat yang dikehendaki individu, jika dipilih oleh sebagian besar orang,
memiliki efek yang berbahaya bagi setiap orang (Weber dkk, 2004).
Negosiasi atau BargaininSolusi Integratif
Negosiasi: suatu bentuk komunikasi antara dua pihak yang berlawanan dalam suatu
konflik di mana dilakukan tawaran-menawar dan merespon tawaran, dan solusi terjadi
hanya bila kedua pihak sepakat.
Solusi integratif
Suatu solusi terhadap konflik di mana pihak-pihak yang terlibat menjual isu-isu yang
sesuai dengan kepenentingan mereka yang berbeda-beda; masing-masing pihak
mengakui bahwa banyak isu yang tidak penting bagi pihaknya namun penting bagi
pihak lain. Oleh sebab itu kedua belah pihak mencari jalan keluar yang terbaik.

Dapat materi proses kelompok saya dapat memahami bahwa kehadiran orang lain
membuat kita bertenaga, membuat kita lebih rileks, tetapi saat kita sedang berkumpu;
dengan kelompok membuat kita lupa dengan norma-norma, dan menimbulkn perilaku
menyimpang.
BAB 10. DAYA TARIK INTERPERSONAL
KETERTARIKAN ANTAR: Dari Kesan Pertama Hingga Hubungan Erat
APA YANG MENYEBABKAN KETERTARIKAN?
Ellen Berscheid (Berscheid, 1985; Berscheid & Peplau 1983; Berscheid & Reis, 1998)
menyatakan bahwa apa yang membuat orang-orang dari berbagai usia merasa bahagia
dari daftar jawaban yang ada, yang tertinggi atau mendekati tertinggi adalah
membangun dan mengelola persahabatan dan memiliki hubungan yang positif serta
hangat.
1. Efek Kedekatan.
Salah satu yang menentukan ketertarikan interpersonal adalah kedekatan
(proximity, propinquity). Orang yang mempunyai kesempatan paling sering kita
lihat dan kita jumpai, sangat mungkin menjadi sahabat kita atau kita cintai
(Berscheid & Reis, 1998).
 Komputer: Keakraban Jarak Jauh
Komputer merupakan media komunikasi yang memberikan tempat baru bagi
pengaruh keakraban. Kenyataannya, seseorang dengan jarak ribuan mil
menjadi tidak berarti dengan adanya internet walau tidak bisa bertemu.
Keakraban dan jarak fungsional ditentukan oleh layar komputer.
2. Kesamaan.
Ada dua jenis situasi sosial: situasi yang tertutup (close-field situations) atau
situasi yang terbuka (open-field situations) yang mendukung perkembangan
hubungan. Closefield situations: situasi yang mendorong orang untuk berinteraksi
satu sama lain. Misalnya, di kompleks perumahan, di tempat kerja, dsb. Open-field
situations : situasi di mana orang bebas untuk merinteraksi maupun tidak, sesuai
pilihan pribadi mereka.
- Kesamaan opini dan kepribadian
- Kesamaan gaya interpersonal
- Kesamaan minat dan pengalaman
3. Kesukaan Timbal Balik
4. Ketertarikan Fisik dan Kesukaan.
Apakah yang Menarik
Media massa telah mendikte kita untuk mendefinisikan apa yang disebut cantik
(beauty) dan tampan (handsome). Misalnya, dalam film atau buku anak-anak,
tokoh yang menjadi pahlawan perempuan, selalu digambarkan serupa: mungil,
hidung mancung, mata lebar, bibir yang indah, langsing, tubuh atletis, yang secara
keseluruhan seperti boneka-boneka barbie.
 Standar Budaya Mengenai Keindahan
 Kekuatan dari Familiaritas (familiarity)
 Asumsi Mengenai Orang yang Menarik
TEORI-TEORI KETERTARIKAN INTERPERSONAL
Social Exchange Theory: relasi berlangsung mengikuti model ekonomi ‘costs and
benefits’ seperti kondisi pasar, yang telah diperluas oleh para psikolog dan sosiolog
menjadi teori pertukaran sosial (social exchange theory) yang lebih komplek
Equity Theory: Gagasan bahwa orang akan bahagia dengan hubungan yang
dijalinnya bila pengalaman rewards dan costs dan kontribusi antara dua belah
pihak diperkirakan seimbang.

HUBUNGAN ERAT
Mendefinisikan Cinta: Ahli psikologi sosial untuk mendefinisikan cinta adalah
membedakan antara ’cinta’ dengan ’suka’ (Rubin, 1970):
 Kesukaan, lebih didasarkan pada afeksi dan respek. Item-item skala ini dikaitkan
dengan kesepakatan tentang kualitas positif seorang teman dan kebutuhan untuk
menjadi sama dengan teman tersebut.
 Kecintaan, bersandar pada keintiman, kelekatan, dan peduli terhadap kesejahteraan
pihak lain. Item untuk skala ini dihubungkan dengan kesedihan karena tidak adanya
seseorang yang dicintai, pemaafan terhadap kesalahan, dan tingginya tingkat
keterbukaan diri.
Companionate love adalah keintiman dan afeksi yang dirasakan seseorang ketika ia
sangat peduli terhadap seseorang yang lain, tetapi tidak mengalami gairah atau
bangkitan fisiologis (arousal) saat kehadiran orang lain tsb.
Passionate love adalah kerinduan yang sangat kuat yang dirasakan seseorang, disertai
arousal; bila cinta itu berbalas maka ada rasa kepenuhan yang sangat besar, tetapi bila
tak berbalas maka terjadi rasa sedih dan putus asa.
CINTA DAN RELASI SOSIAL
Pendekatan Evolusioner dalam hal Cinta: Memilih Pasangan
didefinisikan sebagai usaha untuk menjelaskan perilaku sosial dalam konteks faktor
genetik yang berevolusi sepanjang waktu sesuai dengan prinsip seleksi alami.
Gaya Kelekatan dalam Hubungan Erat
- Secure attachment style adalah gaya kelekatan yang ditandai oleh rasa percaya, tidak
kuatir ditinggalkan, dan memandang dirinya layak dan disukai.
- Avoidant attachment style adalah gaya kelekatan yang ditandai dengan menekan
(suppression) kebutuhan kelekatan, karena upaya untuk intim telah ditolak; orangorang
dengan gaya ini sulit untuk membangun hubungan intim.
- Anxious attachment style adalah gaya kelekatan yang ditandai oleh kekhawatiran
bahwa orang lain tidak akan membalas keinginan diri untuk intiman, dihasilkan oleh
kecemasan yang cenderung tinggi.
Pertukaran Sosial dalam Relasi Jangka Panjang
kelangsungan hubungan ditentukan oleh perolehan (outcomes) dalam hubungan, dan
bahwa rewards merupakan hal yang penting menentukan outcomes.
Equity dalam Relasi Jangka Panjang
Menurut Margaret Clark dan Judson Mills, interaksi antara orang yang baru saling
mengenal berlangsung dengan kepedulian terhadap keadilan/keseimbangan yang
disebut hubungan pertukaran (exchange relationship). Dalam hubungan pertukaran,
orang melacak, siapa memberikan kontribusi apa, dan merasa dimanfaatkan ketika
iamerasa memberi lebih daripada yang mereka dapatkan dari hubungan itu.hubungan
komunal (communal), orang memberikan respon terhadap kebutuhan pihak lain,
terlepas apakah mereka dibayar kembali (Clark, 1994, 1986; Clark & Mills, 1993; Milss
& Clark, 1982,1994, 2001; Vaananen dkk, 2005).
BERAKHIRNYA HUBUNGAN ERAT
Di berbagai belahan dunia (Amerika, Inggris, Indonesia, dsb), kasus perceraian semakin
lama semakin banyak. Bagaiamana terjadinya perpisahan dijelaskan sbb:
Proses Putus Hubungan
Duck (1982) menjelaskan bahwa perceraian merupakan proses dengan beberapa tahap:
fase interpersonal, fase dyadic, fase sosial, dan fase interpersonal:
Pengalaman Perpisahan
Akert (1998) dan yang lain menemukan bahwa peran orang dalam perpisahan
menentukan bagaimana perasaan mereka tentang hal ini: mereka yang diputus
(breakees) yang paling sedih-bingung, pemutus (breakers) hanya sedikit sedih-bingung,
dan bila timbal-balik (saling memutus) kesediahan-kebingungannya menengah.Wanita
mengalami emosi negatif agak lebih daripada laki-laki. Bila perpisahan itu keputusan
bersama, dua belah pihak ini lebih mungkin untuk tetap berteman setelah hubungan
berakhir.
Kesimpulan: Dari materi daya tarik interpersonal Ketertarikan interpesonal mengarah
pada suatu sikap mengenai orang lain. Setiap orang akan disukai oleh beberapa individu
dan tidak disukai oleh individu yang lain. Dengan sebagian besar orang yang
mengalami kontak dengan kita, kita tidak secara khusus suka atau tidak suka reaksi
mereka adalah netral. Kebalikannya, kita menyukai beberapa orang, tidak menyukai
beberapa orang, dan netral terhadap sebagian besar sisanya. Atas dasar apa kita suka,
tidak suka, atau tidak peduli kepada orang lain.
BAB11. P ERILAKU PROSOSIAL
Mengapa Orang Mau Menolong Orang Lain?
A. MOTIF-MOTIF DASAR YANG MELATARBELAKANGI PERILAKU
PROSOSIAL.
Prosocial behavior: Setiap perilaku yang memiliki tujuan untuk menguntungkan
orang lain. Perilaku prososial dapat dilatarbelakangi motif kepedulian pada diri
sendiri dan mungkin pula karena altruisme.
Altruisme: keinginan untuk menolong orang lain walaupun orang yang menolong
tersebut harus mengeluarkan biaya atau pengorbanan.
Psikologi Evolusioner: Insting dan Gen
Menurut teori evolusi Charles Darwin (1859), seleksi alam merupakan salah satu cara
untuk bertahan hidup. Setiap gen yang meneruskan kelangsungan hidup kita dan
menaikkan kemungkinan menghasilkan keturunan, kemungkinan akan diturunkan dari
generasi ke generasi. Sebaliknya, gen yang memperkecil kemungkinannya untuk
mempertahankan hidup maupun menghasilkan keturunan, lebih kecil kemungkinannya
untuk diturunkan.
 Seleksi Keturunan (Kin Selection): Kin selection merupakan suatu pemikiran
dimana orang berperilaku untuk lebih memilih untuk menolong seseorang yang
memiliki hubungan genetis dalam rangka untuk bertahan hidup.
 Norma Timbal Balik (Norm of Reciprocity): harapan bahwa menolong orang
lain akan meningkatkan kemungkinan mereka akan menolong kita di masa yang
akan datang.
 Mempelajari Norma Sosial: Herbert Simon (1990) berpendapat bahwa sangat
mudah bagi individu untuk mempelajari norma sosial dari anggota lain dari
masyarakat. Orang-orang yang rnempelajari dengan baik norma dan kebiasaan dari
suatu masyarakat memiliki keuntungan dalam bertahan hidup.
Pertukaran Sosial: Costs dan Rewards dalam Menolong.
Teori pertukaran sosial berpendapat bahwa kebanyakan dari yang kita lakukan berakar
dari keinginan untuk memaksimalkan penghargaan yang akan kita dapat dan
menimimalkan pengorbanan yang harus kita lakukan (Homans, 1961; Lawler & Thye,
1999; Thibaut & Kelley, 1959).
Empati dan Altruisme : Motif yang Tulus dalam Menolong.
C.Daniel Batson (1991) adalah tokoh yang paling kuat menyatakan pemikiran bahwa
banyak orang yang tekadnya menolong murni keluar dari kebaikan hati mereka.
Empati : kemampuan untuk menempakan diri sendiri pada posisi orang lain, dan
merasakan emosi serta kejadian (misalnya kegembiraan dan kesedihan) seperti yang
mereka rasakan. Hipotesis Empati-Altruisme dari Batson, yaitu ketika kita merasakan
empati pada orang lain, kita akan mencoba menolong orang tersebut dengan alasan
altruistik murni, tanpa memperdulikan apa yang akan kita dapat.
B. KUALITAS PERSONAL DAN PERILAKU PROSOSIAL: Mengapa Sebagian
Orang Lebih banyak Menolong Dibanding Orang Lain?
Perbedaan individu : Kepribadian Altruistik
Kepribadian altruistik: kualitas individu yang menyebabkan ia membantu orang lain
dalam berbagai situasi.
Perbedaan Jenis Kelamin dalam Perilaku Prososial
Secara umum pada semua budaya, norma menyebabkan sikap dan perilaku yang
berbeda bagi laki-Iaki dan perempuan, hal tersebut dimulai saat proses pertumbuhan
sebagai anak laki-Iaki dan anak perempuan. Misalnya pada kebudayaan Barat, laki-
laki memiliki peran jenis kelamin lebih heroik dan sangat sopan, sedangkan wanita
lebih pengasih dan peduli pada nilai dari hubungan jangka panjang dan tertutup.
Perbedaan Budaya dalam Perilaku Prososial
Orang di berbagai budaya lebih suka menolong orang lain yang merupakan bagian
dari in-group mereka, kelompok dimana identitas individu tersebut berada. Orang
dimana pun kurang suka menolong seseorang yang dirasa sebagai bagian dari out-
group, kelompok dimana identitas mereka tidak berada di dalamnya (Brewer dan
Brown, 1998).
Efek Mood dalam Perilaku Prososial
Efek dari Mood Positif: Feel Good, Do Good
Para peneliti menemukan bahwa efek "feel good, do good" berlaku pada situasi
yang berbeda-beda, tidak terbatas pada kondisi adanya pemicu yang kita dapatkan
seperti ketika kita menemukan sejumlah uang. Orang-orang lebih suka untuk
menolong orang lain ketika mereka sedang dalam mood yang baik untuk
sejumlah alasan, misalnya sukses dalam ujian, menerima hadiah, memikirkan
pemikiran-pemikiran yang bahagia, dan mendengarkan musik yang
menyenangkan (North, Tarrant, & Hargreaves, 2004).
Negative-State Relief: Feel Bad, Do Good
Salah satu jenis mood yang buruk yang jelas dapat meningkatkan rasa ingin
menolong adalah rasa bersalah (Baumeister, Stillwell, & Heartherton, 1994:
Estrada Hollenbeck & Heatherton, 1998). Ketika seseorang melakukan sesuatu
yang membuat ia merasa bersalah, menolong orang lain dapat meringankan
perasaan bersalahnya. Hipotesis Negative-State Relief: Pemikiran bahwa orang
menolong orang lain untuk mengurangi kesedihan dan stres mereka sendiri.
C. SITUASI DETERMINAN PERILAKU SOSIAL: Kapan Seseorang akan
Menolong?
Lingkungan : Masyarakat Desa vs Masyarakat Kota
Urban-Overload Hypothesis: Teori bahwa orang-orang di kota terbebani oleh
Terbagai stimulasi secara terus menerus, dan bahwa mereka melindungi diri sendiri
agar tidak kewalahan dengan hal itu. Hasil riset mendukung bahwa urban overload
hypotesis lebih dari sekedar ide
bahwa tinggal di kota membuat seseorang secara alami menjadi kurang altruistik.
Residential Mobility (Perpindahan Tempat Tinggal)
Seseorang yang telah tinggal lama di suatu tempat akan lebih mempertahankan
perilaku prososial yang membantu komunitas. Tinggal untuk waktu yang lama di
suatu tempat mengarah pada kelekatan yang lebih besar terhadap komunitas, lebih
saling bergantung antara tetangga satu dan yang lain, dan lebih peduli terhadap
reputasi dalam komunitasnya (Baumeister, 1986, Oishi et aI., 2006).
Jumlah Penonton : Efek Penonton
Bystander effect: bahwa semakin banyak jumlah orang di sekitar yang
menyaksikan keadaan darurat, semakin sedikit orang yang akan menolong.
Latane dan Darley (1970) mengemukakan deskripsi mengenai bagaimana langkah-
langkah seseorang memutuskan untuk ikut membantu dalam keadaan darurat sbb:
1.MemperhatikanKejadian
2.Menginterpretasikan Kejadian Sebagai Situasi Berbahaya/Darurat
3.Mengasumsikan Tanggung Jawab
4.Mengetahui Bagaimana Cara Untuk Menolong
5.Memutuskan Implementasi untuk Menolong
Sifat Hubungan: Komunal VS Hubungan Pertukaran Sosial
Hubungan komunal adalah suatu hubungan di mana mereka yang di dalamnya
memiliki perhatian utama terhadap kesejahteraan orang lain (contohnya : anak),
sedangkan hubungan pertukaran di dominasi oleh rasa ekuitas - yaitu apa yang
kitaberikan kepada suatu hubungan sama dengan apa yang kita dapatkan dari hubungan
tersebut.
D. BAGAIMANA MENINGKATKAN PERILAKU MENOLONG?
Meningkatkan Kemungkinan Saksi Mata Ambil Bagian Untuk Menolong
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mengajarkan perihal hambatan saksi mata
(dalam situasi darurat) untuk menolong, dapat meningkatkan kemungkinan mereka
yang diajar untuk menolong dalam situasi darurat. Kita hanya dapat berharap bahwa
dengan mengetahui rintangan untuk berperilaku prososial akan membuat kita lebih
mudah menanggulangi rintangan tersebut sebaik mungkin.
Psikologi Positif dan Perilaku Prososial
Dalam psikologi telah lahir bidang baru yang disebut Psikologi Positif, berfokus
pada kekuatan-kekuatan dan kebajikan atau keluhuran hati (virtues) yang dimiliki
manusia. Lahirnya Psikologi positif dibidani oleh Martin Seligman, orang yang
berpengaruh dalam psikologi klinis. Sebagai seorang psikolog klinis ia mengatakan
bahwa seharusnya psikologi tidak hanya mempelajari tentang penyakit, kelemahan,
dan kerusakan. Pergerakan psikologi positif sangat bermanfaat, mengoreksi
penekanan pada penyakit di psikologi klinis serta telah menuntun banyaknya
penelitian yang menarik, termasuk perilaku menolong.

Kesimpulan: dari materi perilaku prososial saya memahami perilaku sosial


merupakan perilaku yang menguntungkan orang lain yang dilakukan secara
sukarela dan tanpa keuntungan yang nyata bagi orang yang memberikan bantuan
sehingga perilaku ini memiliki konsekuensi positif pada orang lain.
.

Anda mungkin juga menyukai