Anda di halaman 1dari 20

0

PSIKOLOGI SOSIAL I
SOCIAL INFLUENCE II
D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
KELOMPOK 9
Nadela Trully M (121301033)
Lasma Yulianti (121301057)
Karin R J Napitupulu (121301087)
Hans Amanov Purba (121301117)








FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2013

1

KATA PENGANTAR
Segala puji kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan berkat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas kelompok matakuliah
Psikologi Sosial I dengan topik Social Influence II ini dengan baik sesuai dengan waktu yang
telah kita tentukan.
Makalah ini sendiri merupakan hasil diskusi yang telah kami lakukan disertai dengan
analisa dan kesimpulan serta hal yang lain sesuai dengan tugas.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan dapat kita pelajari kembali pada
kesempatan yang lain untuk kepentingan proses belajar kita. Bersama ini kami juga
menyampaikan terima kasih kepada dosen kami Ibu Meutia Nauly, M.Si, Psikolog yang telah
memberikan tugas ini.
Dalam penyusunan tugas ini tentu jauh dari sempurna, oleh karena itu segala kritik
dan saran sangat kami harapkan demi perbaikan dan penyempurnaan tugas ini dan untuk
pelajaran bagi kita semua dalam pembuatan tugas-tugas yang lain di masa mendatang.
Semoga dengan adanya tugas ini kita dapat belajar bersama demi kemajuan kita dan
kemajuan ilmu pengetahuan.

Medan, 02 Desember 2013

Kelompok 9













2

DAFTAR ISI

PROCESSES OF CONFORMITY 03
Informational & Normative Influences 03
Referent Informational Influence 03
MINORITY INFLUENCE AND SOCIAL CHANGE 04
Conformity bias 05
Behavioural style and the genetic model 06
Conversion theory 09
Convergent-divergent theory 12
Social identity and self-categorisation 13
Vested interest and the leniency contract 14
Attribution and social impact 16
Two processes or one? 17
DAFTAR PUSTAKA 19











3

Processes Of Conformity
Psikolog sosial menyatakan bahwa terdapat 3 proses utama dari pengaruh sosial untuk
mencapai konformitas, yaitu informational influence, normative influence dan referent
informational influence.

Informational & Normative Influences
Informational influence adalah pengaruh untuk menerima informasi dari orang lain
sebagai bukti dari kenyataan. Orang memiliki kebutuhan untuk merasa percaya diri bahwa
persepsi, kepercayaan, dan perasaan mereka adalah benar. Dalam situasi dimana individu
merasa tidak yakin terhadap respons yang benar, baik karena rangsangan secara intrinsik
ambigu atau karena ada ketidaksepakatan sosial, individu cenderung untuk mencari individu
lain yang lebih terpercaya dan menjadikan mereka sebagai panduan untuk perilaku individu
tersebut. Informational influence yang efektif akan mempengaruhi kognitif seseorang.
Normative influence adalah pengaruh untuk menyesuaikan diri dengan ekspektasi positif
dari orang lain. Pengaruh ini bersumber dari keinginan untuk mendapatkan persetujuan dan
penerimaan dan untuk menghindari kecaman atau celaan. Manusia memiliki kebutuhan akan
social approval dan acceptance yang menyebabkan mereka untuk go along with kelompok
lain agar dapat diterima. Normative influence yang efektif akan mampu menciptakan ketaatan
atau kepatuhan dalam setting publik namun tidak akan mengubah kognitif seseorang. Ada
bukti yang cukup bahwa orang sering kali menyesuaikan diri dengan kelompok masyarakat
yang mayoritas tetapi tidak selalu dapat terinternalisasi ke dalam dirinya atau dapat dikatakan
tidak mampu bertahan dari waktu ke waktu.

Referent Informational Influence
Perbedaan antara pengaruh informasi dan normatif adalah salah satu dari banyak
pendapat yang pernah digunakan dalam ilmu sosial untuk membedakan dua pengaruh sosial.
Salah satunya pendapat Turner dan rekan-rekannya mengenai dual-process dependency
model dalam pengaruh sosial. Manusia dipengaruhi oleh manusia lain karena mereka
bergantung satu sama lain, baik untuk menghilangkan ambiguitas dan menetapkan pendapat
pribadi, atau dengan alasan agar bisa diterima oleh orang lain.
Pendapat mengenai dual-process ini dikritik karena penjelasannya yang kurang sesuai
dalam hubungan kelompok. Tetapi yang terpenting adalah kesesuaian itu yang
mempengaruhi kita karena kita merasa sama secara psikologis, untuk kelompok, dan juga
4

untuk norma-norma dalam kelompok adalah standar yang sesuai dengan perilaku kita. Proses
ini bergeser (tidak berlaku) dalam norma-norma kelompok karena ketergantungannya
(golongannya) dan lebih merujuk kepada ketergantungan individu dengan individu yang bisa
juga terjadi antara individu dalam satu kelompok.
Perbedaan ini berasal dari social identity theory yang mengungkapkan bahwa sebagian
dari pengaruh sosial berasal dari kesesuaian dalam norma kelompok, yaitu referent
informational influence.
Dalam social identity theory, terdapat referent informational influence, yaitu tekanan
untuk mengikuti norma suatu kelompok. Dalam situasi dimana anggota dari suatu grup
sangat menarik perhatian secara psikologis, individu akan memiliki sense of belonging dan
akhirnya individu tersebut akan menganggap diri mereka sebagai bagian dari grup tersebut.
Konteks relevan dalam norma group yang ada dan ditonjolkan tidak hanya sama dengan
diantara anggota group,tetapi juga membedakan antara kelompok satu dengan yang lainnya,
ini mematuhi metacontrast principle. Proses dari self-categorisation berhubungan dengan
proses social identity, perilaku kelompok dan group belongingness menyebabkan individu
untuk melihat diri mereka dalam konteks kelompok dan mengasimilasikan pikiran, perasaan
dan perilaku kita terhadap norma grup tersebut.
Referent Informational Influence berbeda dari normative dan informational influence
dalam beberapa hal. Misalnya, individu menyesuaikan diri mereka karena mereka adalah
anggota dari sebuah grup bukan untuk menghindari social disapproval. Individu juga tidak
akan menyesuaikan diri kepada orang lain namun hanya kepada norma kelompok tersebut.

MINORITY INFLUENCE AND SOCIAL CHANGE
Pembahasan kita mengenai pengaruh sosial, khususnya conformity (kesesuaian)
sejauh ini memusatkan perhatian kepada bagaimana individu menyerah kepada pengaruh
sosial baik itu langsung maupun tidak langsung dari mayoritas numerik- tipe pengaturan
Asch. Pembangkang, menyimpang atau independen secara tidak langsung telah menarik
perhatian. Baik itu sebagai sarana untuk menyelidiki efek dari berbagai tipe majority atau
menyelidiki atribut kepribadian konformis. Bagaimanapun juga, kita semua tahu atau familiar
dengan tipe-tipe pengaruh dari yang paling berbeda hingga yang paling biasa yang terjadi di
dalam kelompok: individu atau sejumlah minoritas terkadang dapat mengubah pandangan
mereka terhadap mayoritas. Sering kali beberapa pengaruh itu didasarkan pada (kasusnya
individu) kepemimpinan atau (kasusnya bagian kelompok) kekuasaan yang sah.
5

Bagaimanapun juga, kaum minoritas biasanya berada pada pengaruh yang kurang
menguntungkan dibandingkan kaum mayoritas. Sering kali, mereka kurang jumlah, dan
dalam pandangan kaum mayoritas, mereka kurang mempunyai kekuasaan yang sah, dan
kurang layak dipertimbangkan secara serius. Terkadang, minoritas yang memiliki sedikit atau
bahkan tidak punya kekuasaan dapat berpengaruh dan akhirnya mengubah mayoritas
berdasarkan sudut pandang sendiri.
Sejarah mengilustrasikan kekuatan dari kaum minoritas. Dapat dikatakan bahwa jika
satu-satunya bentuk pengaruh sosial adalah pengaruh mayoritas, maka homogenitas sosial
yang lengkap akan tercapai puluhan ribu tahun yang lalu, individu dan kelompok selalu
terpengaruh untuk mengadopsi pandangan dan praktek dari kaum minoritas yang sedang
berkembang. Minoritas, terutama mereka yang aktif dan terorganisir, memperkenalkan
inovasi yang pada akhirnya menghasilkan perubahan sosial: tanpa minority influence
(pengaruh minoritas) perubahan sosial akan sangat sulit untuk dijelaskan. Aksi unjuk rasa
anti perang pada tahun 1960-an di Amerika Serikat berdampak pada sikap minoritas yang
mempercepat penarikan dari Vietnam. Demikian pula, hak pilih dari tahun 1920-an secara
bertahap mengubah opini publik agar perempuan diberi suara, dan CDN (Campaign for
Nuclear Disarmament) atau kampanye perlucutan senjata nuklir unjuk rasa di Eropa Barat
pada tahun 1980-an secara bertahap menggeser opini publik menjauh dari manfaat
proliferasi nuklir. Sebuah contoh yang sangat baik dari kaum minoritas yang sangat aktif
adalah Greenpeace: kelompok yang secara jumlah kecil (dalam hal anggota aktifis) tetapi
mempunyai pengaruh tinggi pada opini publik dari beberapa anggotanya dan publisitas luas
pandangannya.
Conformity Bias
Penelitian pengaruh sosial secara umum mengadopsi perspektif dimana orang
menyesuaikan diri dengan mayoritas karena mereka bergantung pada mayoritas tersebut
dengan alasan normatif dan informasi. Moscovici dan koleganya mengkritik pandangan ini.
Mereka berpendapat bahwa telah terjadi conformity bias yang diperkuat dengan asumsi
fungsionalis dalam literatur tentang pengaruh sosial. Hampir semua penelitian difokuskan
pada bagaimana individu atau minoritas menyerah pada pengaruh mayoritas dan
menyesuaikan diri dengan mayoritas, dan diasumsikan bahwa pengaruh sosial memenuhi
persyaratan adaptif kehidupan manusia, untuk menyesuaikan dengan status quo dan dengan
demikian menghasilkan keseragaman, mengabadikan stabilitas dan mempertahankan status
6

quo. Dalam hal ini, pengaruh sosial adalah konformitas (conformity). Jelas bahwa
konformitas adalah kebutuhan yang penting bagi individu, kelompok dan masyarakat.
Namun, inovasi dan perubahan normatif kadang-kadang diperlukan untuk beradaptasi dengan
keadaan yang berubah. Perubahan tersebut sulit dipahami dari perspektif konformitas, karena
memerlukan pemahaman tentang dinamika aktif kaum minoritas.
Keyakinan yang kita miliki mengenai sesuatu terletak pada jumlah kesepakatan kita
hadapi untuk pandangan tersebut: ambiguitas dan ketidakpastian bukan sifat benda-benda 'di
luar sana' tapi dari ketidaksetujuan orang lain dengan kita. Hal ini sama berlaku untuk urusan
selera (jika semua orang tidak setuju dengan selera musik anda, selera anda kemungkinan
akan berubah) seperti untuk urusan persepsi fisik (jika semua orang tidak setuju dengan
persepsi Anda mengenai panjang, persepsi Anda kemungkinan akan berubah).
Penelitian mengenai konformitas tradisional, Moscovici (1976, 1985a) percaya bahwa
ada ketidaksepakatan dan konflik di dalam kelompok-kelompok, dan bahwa ada tiga
modalitas pengaruh sosial yang menentukan bagaimana orang menanggapi konflik sosial
seperti:
1. Conformity- mayoritas mempengaruhi dimana mayoritas mengajak minoritas untuk
mengadopsi pandangan mereka.
2. Normalization- salong kompromi yang mengarah ke konvergensi.
3. Innovation- kaum minoritas membuat konflik untuk mempengaruhi kaum mayoritas
mengadopsi pandangannya.

Behaviour Style and The Genetic Model
Moscovici mengemukakan suatu model genetika dari pengaruh sosial. Dia menyebut
itu model genetik karena model ini berfokus pada cara yang mana dinamika dari konflik
sosial dapat menghasilkan (yang genetik) pada perubahan sosial.
Dia percaya untuk menciptakan perubahan aktif kaum minoritas sebenarnya keluar
dari cara mereka untuk membuat, menarik perhatian, dan menonjolkan konflik. Inti premis
adalah bahwa semua upaya pengaruh menciptakan konflik berbasis ketidaksepakatan antara
sumber dan target pengaruh. Karena orang pada umumnya tidak suka konflik, mereka akan
cenderung untuk menghindari atau menyelesaikannya. Dalam kasus perselisihan dengan
7

minoritas, resolusi mudah dan umum adalah untuk hanya mengabaikan, mendiskreditkan atau
menyakiti minoritas.
Namun, sulit untuk mengabaikan minoritas jika itu berdiri untuk mayoritas dan
mengadopsi gaya perilaku yang menyampaikan kepastian tanpa kompromi dan komitmen
untuk posisinya, dan keyakinan yang tulus bahwa mayoritas harus berubah untuk mengadopsi
posisinya. Dalam keadaan ini, mayoritas membutuhkan minoritas secara serius,
mempertimbangkan kembali keyakinan sendiri dan mengingat posisi minoritas sebagai
alternatif yang memungkinkan. Gaya perilaku yang paling efektif kaum minoritas dapat
adopsi untuk menang atas mayoritas adalah satu di mana, diantaranya, minoritas berperilaku
secara konsisten di seluruh waktu dan konteks, menunjukkan investasi dalam posisinya
dengan membuat pengorbanan pribadi dan material yang signifikan, dan evinces otonomi
dengan bertindak keluar dari prinsip dan bukan dari motif tersembunyi atau instrumental.
Konsistensi adalah gaya perilaku yang paling penting untuk pengaruh minoritas yang
efektif, seperti berbicara langsung dengan keberadaan norma alternatif dan identitas bukan
hanya pendapat alternatif. Ketika sejumlah orang berulang kali menyetujui alternatif
pandangan, ini menarik perhatian mereka sebagai entitas yang berbeda (misalnya Hamilton
8c Sherman, 1996) dengan komitmen yang koheren dan tak tergoyahkan untuk realitas
alternatif. Dari teori atribusi perspektif (misalnya Kelley, 1967; lihat Bab 3) bentuk perilaku
yang konsisten dan khas berseru untuk penjelasan sebagaimana hal ini tidak dapat diabaikan.
Selain itu, perilaku yang cenderung internal dikaitkan dengan invarian dan mungkin esensial
(misalnya Haslam, Rothschild, 8c Ernst, 1998) sifat minoritas daripada faktor-faktor
situasional sementara, yang membuat minoritas bahkan lebih dari kekuatan yang patut
diperhitungkan dan suatu fokus perenungan oleh mayoritas. Secara keseluruhan, konsistensi
minoritas menimbulkan ketidakpastian sedemikian rupa sehingga dukungan terhadap sudut
pandang minoritas adalah resolusi yang jelas dan paling layak.
Peran konsistensi telah dibuktikan oleh Moscovici dan rekan-rekannya dalam
serangkaian percobaan terampil, disebut sebagai studi 'biru-hijau' (Maass 8c Clark, 1984).
Dalam versi modifikasi dari paradigma Asch, Moscovici, Lage, dan Naffrechoux (1969)
memiliki empat peserta yang menghadapi dua sekutu untuk tugas yang melibatkan persepsi
warna biru slide yang bervariasi hanya dalam intensitas. Para sekutu entah konsisten, selalu
menyebut slide 'hijau', atau tidak konsisten, menyebut slide 'hijau' dua-pertiga dari waktu ke
waktu dan 'biru' sepertiga dari waktu. Ada juga kondisi kontrol tanpa sekutu, hanya enam
8

peserta yang sebenarnya. Gambar 7.9 menunjukkan bahwa kaum minoritas yang konsisten
memiliki pengaruh lebih signifikan (9 persen kesesuaian) daripada minoritas yang tidak
konsisten (kurang dari 2 persen kesesuaian). Meskipun tingkat kesesuaian jauh lebih rendah
dibandingkan dengan mayoritas yang konsisten (ingat bahwa Asch melaporkan tingkat
kesesuaian rata-rata 33 persen), itu, bagaimanapun, yang luar biasa bahwa empat orang
(mayoritas numerik) dipengaruhi oleh dua orang (minoritas).
Ada dua hasil penting lain dari perpanjangan percobaan ini, di mana para peserta
'ambang warna nyata diuji secara pribadi setelah tahap pengaruh sosial: (1) kedua kelompok
eksperimen menunjukkan batas bawah untuk' hijau 'daripada kelompok kontrol - yaitu,
mereka keliru terhadap melihat slide hijau-biru ambigu sebagai 'hijau', dan (2) efek ini lebih
besar di antara peserta yang percobaan yang resisten terhadap minoritas - yaitu, peserta yang
tidak menyebut secara terbuka slide biru hijau.
Moscovici dan Lage (1976) mempekerjakan tugas persepsi warna yang sama untuk
membandingkan kekonsistenan dan ketidakkonsistenan minoritas dengan kekonsistenan dan
ketidakonsistenan mayoritas. Ada juga kondisi kontrol. Seperti sebelumnya, hanya kaum
minoritas yang menghasilkan kesesuaian adalah kaum minoritas yang konsisten. (10 persen
kesesuaian). Meskipun hal ini tidak sebanding dengan tingkat kesesuaian dengan mayoritas
yang konsisten (40 persen), hal ini sebanding dengan tingkat kesesuaian dengan mayoritas
yang tidak konsisten (12 persen). Namun, temuan yang paling penting adalah bahwa satu-
satunya peserta yang ada di keseluruhan percobaan yang benar-benar mengubah ambang
biru-hijau mereka adalah mereka yang berada dalam kondisi kaum minoritas yang konsisten.
Penelitian lain telah menunjukkan bahwa aspek yang paling penting dari konsistensi adalah
konsistensi sinkronis (yaitu, konsensus) di antara anggota minoritas (Nemeth, Wachtler, 8c
Endicott, 1977) dan konsistensi yang dirasakan, tidak hanya pengulangan obyektif (Nemeth,
Swedlund, 8c Kanki, 1974).
Moscovici (1976) fokus pada pentingnya gaya perilaku yang diperluas oleh Mugny
(1982) yang berfokus pada penggunaan strategis gaya perilaku secara nyata, kaum minoritas
aktif di berjuang untuk mengubah praktik sosial. Mugny berpendapat bahwa karena minoritas
biasanya dalam posisi tidak berdaya relatif terhadap mayoritas, mereka harus bernegosiasi
pengaruh mereka dengan mayoritas daripada secara sepihak mengadopsi gaya perilaku.
Mugny membedakan antara gaya negosiasi kaku dan fleksibel, dengan alasan bahwa
minoritas kaku yang menolak untuk berkompromi pada masalah apapun berisiko ditolak
9

karena dogmatis, dan minoritas yang terlalu dipersiapkan untuk secara fleksibel merubah
posisi dan mengkompromikan risiko ditolak karena tidak konsisten (kasus klasik of'flip-
flopping '). Ada garis tipis untuk melangkah, tetapi tingkat fleksibilitas lebih efektif daripada
kekakuan. Sebuah minoritas harus benar-benar konsisten berkaitan dengan posisi inti, tetapi
harus mengadopsi gaya negosiasi yang relatif terbuka dan layak pada isu-isu yang kurang
utama (misalnya Mugny 8c Papastamou, 1981).
Teori Konversi
Pada tahun 1980, Moscocivi melengkapi model genetik dari pengaruh sosialnya yang
terdahulu dengan teori konversinya. Teori konversi ini menunjukkan penjelasan dominan dari
pengaruh minoritas. Model genetik banyak berfokus pada bagaimana gaya berperilaku
minoritas (khususnya, atribusi yang didasarkan pada konsistensi perilaku minoritas) dapat
mempengaruhi mayoritas, sementara teori konversi adalah deskripsi yang lebih kognitif
tentang bagaimana seorang anggota dari mayoritas memproses gagasan dari minoritas.
Moscovici berpendapat bahwa kaum mayoritas dan minoritas berpengaruh melalui proses
yang berbeda. Pengaruh kaum mayoritas akan menghasilkan kepatuhan publik secara
langsung dikarenakan adanya pengaruh keterikatan sosial normatif dan informasional. Orang-
orang terlibat dalam sebuah proses perbandingan (comparison process) dimana mereka
memusatkan perhatian mereka pada apa yang dikatakan orang untuk mengetahui bagaimana
agar sesuai dengan mereka. Pandangan mayoritas diterima secara pasif tanpa dipikirkan
matang-matang. Hasilnya adalah persetujuan publik terhadap pandangan mayoritas dengan
sedikit atau tidak ada sama sekali perubahan sikap pribadi.
Kontrasnya, pengaruh minoritas akan cenderung tidak langsung, sering tidak tampak, dan
membuat perubahan opini pribadi dikarenakan adanya konflik dan pengaturan kembali
kognitif yang disebabkan oleh gagasan yang berbeda dari biasanya. Orang-orang terlibat
dalam proses validasi (validation process) dimana mereka secara hati-hati memeriksa dan
mempertimbangkan kebenaran keyakinan mereka. Hasilnya adalah sedikit atau tidak ada
persetujuan publik terhadap minoritas, karena takut dipandang sebagai bagian dari minoritas,
tetapi terdapat tingkat perubahan sikap internal pribadi yang mungkin hanya tampak
nantinya. Kaum minoritas menghasilkan efek konversi (conversion effect) sebagai
konsekuensi dari pertimbangan yang aktif pada sudut pandang minoritas.
10

Dual-process model of influence Moscovici membuat sebuah perbedaan yang sangat mirip
dengan hal yang telah didiskusikan lebih dulu, antara pengaruh normatif dan informasional,
dan berkaitan dengan perbedaan Petty dan Cacioppo antara peripheral dan central processing,
dan perbedaan Chaiken antara heuristic dan systematic processing.
Bukti nyata dari teori konversi dapat dilihat dalam tiga hipotesis yang dapat diuji: direction-
of-attention, content-of-thinking, differential-influence. Ada yang mendukung hipotesis
direction-of-attention, yaitu bahwa pengaruh dari kaum mayoritas menyebabkan orang
berfokus pada hubungan mereka dengan kaum mayoritas (fokus interpersonal) sementara
pengaruh kaum minoritas menyebabkan orang untuk fokus pada gagasan apa yang
disampaikan oleh kaum minoritas (fokus pada gagasan). Ada juga yang mendukung hipotesis
content-of-thinking, yaitu bahwa pengaruh kaum mayoritas membuat orang mengarah kepada
pemeriksaan yang tidak mendalam terhadap suatu argumen, sementara pengaruh kaum
minoritas membuat orang mengarah pada evaluasi detail (mendalam) terhadap suatu
argumen.
Hipotesis differential-influence, dimana pengaruh kaum mayoritas membuat lebih banyak
orang terpengaruh secara langsung sementara pengaruh minoritas cenderung membawa
pengaruh pribadi dan tidak langsung, telah menjadi perhatian banyak penelitian dan
menerima paling banyak dukungan. Contohnya: studi yang dideskripsikan oleh Moscovici,
Lage, dan Naffrechoux (1969) dan Moscovici dan Lage (1976) menemukan, seperti yang
diharapkan dari teori konversi, bahwa konversi dalam pengaruh minoritas memakan waktu
lebih lama untuk memanifestasikan dirinya dibandingkan kesepakatan (compliance) yang
didapat dari kaum mayoritas; ada bukti untuk perubahan pribadi dalam melihat ambang batas
warna (dalam hal konversi) antara partisipan yang dihadapkan pada minoritas yang konsisten
meskipun mereka tidak berperilaku (atau belum berperilaku) secara umum sesuai dengan
perubahan yang ada.
Studi lain oleh Maass dan Clark, melaporkan tiga eksperimen dalam menginvestigasi orang-
orang dan reaksi pribadi terhadap pengaruh mayoritas dan minoritas mengenai isu dari hak-
hak gay. Dalam eksperimen ini, Maass dan Clark menemukan bahwa secara umum, orang-
orang berperilaku sesuai dengan perilaku yang ditampilkan kaum mayoritas (jika mayoritas
pro terhadap gay, partisipan juga) sementara mereka secara pribadi berperilaku seperti yang
ditunjukkan oleh kaum minoritas.
11

Mungkin dukungan yang paling menarik untuk hipotesis differential-influence datang dari
eksperimen menarik oleh Moscovici dan Personnaz, yang menguji paradigma biru-hijau.
Partisipan-partisipan secara individual, menyatakan warna tampilan yang jelas berwarna biru,
yang bervariasi dalam intensitas tertentu, dihadapkan pada seorang konfederasi yang selalu
menamakan tampilan biru itu hijau. Mereka diarahkan untuk mempercayai bahwa sebagian
besar orang (82%) akan merespon seperti yang dikatakan konfederasi atau hanya sedikit
orang yang merespon seperti itu (18%). Dalam hal ini, konfederasi adalah sumber pengaruh
mayoritas dan minoritas. Partisipan-partisipan secara umum menyebut warna tampilan dan
kemudian (dan ini adalah trik pemutar-balikan yang diperkenalkan oleh Moscovici dan
Personnaz) tampilannya diubah dan partisipan secara pribadi menulis warna dari tampilan
setelahnya. Tidak diketahui oleh kebanyakan orang, termasuk partisipan, bahwa warna dari
tampilan setelahnya merupakan warna pelengkap. Jadi, untuk tampilan biru, warna tampilan
setelahnya adalah kuning, dan untuk tampilan hijau, warna tampilan setelahnya adalah ungu.
Ada 3 fase pada eksperimen tersebut: influence phase, dimana partisipan dihadapkan pada
konfederasi, diawali dan diikuti oleh fase dimana konfederasi tidak ada, dan tidak ada
pengaruh. Hasilnya sangat mengejutkan. Pengaruh mayoritas sulit mempengaruhi partisipan
dalam warna tampilan berikutnya: warnanya tetap kuning, menunjukkan bahwa partisipan
telah melihat tampilan biru. Namun, pengaruh minoritas menggesernya dan menyatakan
warna tampilan berikutnya berwarna ungu, menunjukkan bahwa partisipan telah benar-benar
melihat tampilan hijau! Efek ini bahkan bertahan ketika konfederasi kaum minoritas tidak
ada.
Penemuan yang mengejutkan ini jelas mendukung pendapat bahwa pengaruh kaum minoritas
cenderung tidak langsung, menghasilkan perubahan internal yang tidak terlihat, sementara
pengaruh mayoritas cenderung langsung, dan menghasilkan perilaku menyetujui
(compliance) secara langsung. Moscovici dan Personnaz telah mampu mereplikasikan
eksperimen tersebut, tetapi yang lain masih kurang berhasil. Contohnya, dalam replikasi
langsung Doms dan Van Avermaet menemukan tampilan berikutnya berubah setelah baik
pengaruh mayoritas maupun minoritas, dan Sorrentino, King dan Leo menemukan tidak ada
tampilan berikutnya setelah pengaruh minoritas, kecuali di antara partisipan yang sudah
curiga terhadap eksperimennya.
Untuk mencoba mengatasi penemuan yang kontradiktif ini, Martin melakukan lima rangkaian
replikasi yang cermat dalam paradigma Moscovici dan Personnaz. Pola penemuannya
12

mengungkapkan bahwa partisipan cenderung untuk menunjukkan pergeseran dari tampilan
berikutnya hanya jika mereka menaruh perhatian dengan jarak dekat dengan tampilan biru-
Ini terjadi di antara partisipan yang baik curiga terhadap eksperimen tersebut ataupun yang
dihadapkan pada lebih banyak slide.
Kuncinya adalah keadaan yang membuat orang lebih dekat kapada tampilan biru sebenarnya
menyebabkan mereka lebih melihat warna hijau pada tampilan tersebut dan karena itu
melaporkan bahwa tampilan berikutnya adalah berwarna hijau. Penemuan ini menyarankan
bahwa penemuan mengejutkan Moscovici dan koleganya mungkin tidak mencerminkan
proses pengaruh minoritas/mayoritas tetapi sebuah model metodologis. Ini bukan berarti
bahwa teori konversi salah tetapi ini justru mempertanyakan status dari paradigma biru-hijau
ini sebagai bukti dari teori konversi. Martin membuat kesimpulan yang relatif teliti bahwa
penemuan tersebut sekurang-kurangnya menjadi model dari banyaknya jumlah perhatian
partisipan terhadap tampilan tersebut: semakin besar perhatiannya, semakin besar pula
pergeseran tampilan berikutnya
Teori Konvergen-Divergen
Sedikit perbedaan dari pengaruh mayoritas/minoritas telah dipaparkan oleh Nemeth. Karena
orang berharap untuk berperilaku sesuai dengan mayoritas, penemuan tentang pengaruh
mayoritas bahwa perilaku mereka nyatanya tidak mendukung mayoritas sungguh
menegangkan dan mengejutkan. Ini mengarah kepada perlindungan diri yang menjadi fokus
perhatian. Hal ini menghasilkan pemikiran konvergen yang membatasi pertimbangan
terhadap pandangan lain/alternatif. Kontrasnya, karena orang-orang tidak berharap
berperilaku sama seperti minoritas, penemuan atas ketidaksetujuan yang berhubungan dengan
pengaruh minoritas tidaklah mengejutkan dan tidaklah menegangkan dan tidak menjadi fokus
perhatian. Ini mengarah pada pemikiran divergen yang melibatkan pertimbangan dari
pandangan lain/ alternatif.
Dalam hal ini, Nemeth percaya bahwa pemaparan pada pandangan minoritas dapat
menstimulasi inovasi dan kreativitas, membuat gagasan yang lebih dan lebih baik, mengarah
pada pembuatan keputusan yang lebih baik dalam kelompok. Kunci dari perbedaan teori
konvergen divergen Nemeth dengan teori konversi Moscovici bergantung pada hubungan
antara penekanan dan pemrosesan gagasan: bagi Nemeth, penekanan yang disebabkan oleh
kaum mayoritas membatasi pemrosesan gagasan; bagi Moscovici, penekanan yang
disebabkan oleh minoritas menjelaskan pemrosesan gagasan.
13

Teori konvergen-divergen didukung oleh penelitian yang menggunakan tugas kognitif yang
relatif mudah dimengerti. Pengaruh minoritas meningkatkan performa dibandingkan
mayoritas pada tugas yang memerlukan pemikiran yang divergen; pengaruh mayoritas
meningkatkan performa dibandingkan minoritas pada tugas yang memerlukan pemikiran
yang konvergen. Pengaruh minoritas mengarah pada generasi yang lebih kreatif dan
pernyataan yang baru dibandingkan pengaruh mayoritas.
Contohnya, studi dari Nemeth tentang Asch-type dan paradigma biru-hijau dimana partisipan
yang menunjukkan pemikiran yang sedikit dan konvergen pada respon mayoritas; tetapi
minoritas menstimulasi pemikiran yang divergen, baru, dan kreatif, dan pemrosesan
informasi yang lebih aktif yang meningkatkan kemungkinan untuk menjawab dengan benar.
Mucchi Faina, Maass dan Volpato menggunakan paradigma yang berbeda untuk menemukan
siswa pada Universitas Perugia yang membuat gagasan yang lebih original dan lebih kreatif
dalam mempromosikan gambaran internasional kota Perugia ketika mereka dihadapkan pada
mayoritas normal dan minoritas yang kreatif daripada yang sebaliknya.
Penelitian pada teori konvergen-divergen juga menunjukkan bahwa pengaruh minoritas
mengarahkan orang untuk mencari strategi yang berbeda dalam penyelesaian masalah
sementara pengaruh mayoritas membatasi orang dan mendukung strategi mayoritas; dan
bahwa pengaruh minoritas mendukung pemikiran masalah secara relevan sementara
pengaruh mayoritas mendukung pemikiran gagasan secara relevan.
Social identity and self-categorisation
Kita sudah melihat di atas bahwa social identity theory daril pengaruh dalam
kelompok, rujukan informasi pengaruh teori (misalnya, Abrams 8c Hogg, 1990a; Hogg &
amp; Turner, 1987a; Turner 8 c Oakes, 1989), memandang anggota prototypical ingroup
sebagai sumber informasi terpercaya tentang apa itu normatif untuk kelompok tersebut -
sikap dan perilaku yang mendefinisikan dan mencirikan kelompok. Melalui proses self-
categorisation anggota kelompok menganggap diri mereka dan berperilaku sesuai dengan
norma
Dari perspektif ini, minoritas harus menjadi sumber yang sangat tidak efektif dari
pengaruh. Kelompok masyarakat yang menetapkan sudut pandang minoritas umumnya secara
luas terstigma oleh mayoritas sebagai diluar kelompok sosial, atau 'psychologised' sebagai
individu yang menyimpang. Pandangan mereka adalah, yang terbaik, ditolak karena tidak
14

relevan, tetapi mereka sering diejek dan diremehkan dalam upaya untuk mencela minoritas
(misalnya pengobatan gay, lingkungan, intelektual; Lihat Bab 10 untuk diskusi tentang
diskriminasi terhadap outgroups). Semua resistensi ini pada bagian dari mayoritas
menjadikannya sangat sulit untuk minoritas untuk memiliki pengaruh yang efektif.
Jadi, dari sudut pandang identitas sosial, bagaimana bisa minoritas dalam satu
kelompok bisa berpengaruh? Menurut David dan Turner (2001), masalah untuk minoritas
ingroup adalah bahwa kelompok mayoritas membuat intragroup social comparisons yang
menyoroti dan menekankan keserbalainan minoritas, pada dasarnya mengkonkritkan
mayoritas vs minoritas antarkelompok kontras dalam kelompok.
Kunci untuk mengefektifkan pengaruh minoritas adalah untuk minoritas untuk entah
bagaimana membuat mayoritas menggeser tingkat sosial perbandingannya untuk fokus pada
perbandingan antarkelompok dengan pembagian luar kelompok asli. Proses ini otomatis
melampaui divisi intragrup dan memusatkan perhatian pada kepercayaan ingrup. Minoritas
sekarang dipandang sebagai bagian dari ingroup, dan ada perubahan sikap tidak langsung
yang mungkin tidak terwujud terang-terangan. Sebagai contoh, sebuah faksi radikal dalam
Islam akan memiliki lebih banyak pengaruh dalam Islam jika Muslim membuat perbandingan
antarkelompok antara Islam dan Barat daripada jika mereka memikirkan intra-Islam
perbandingan antara faksi mayoritas dan minoritas.
Penelitian menegaskan bahwa minoritas memang mengusahakan pengaruh yang lebih
jika mereka dirasakan oleh mayoritas sebagai ingroup (Maass, Clark 8c Haberkorn, tahun
1982; Martin, 1988; Mugny 8 c Papastamou, 1982); dan studi oleh Daud dan Turner
(1996,1999) menunjukkan bahwa minoritas ingrup menghasilkan lebih banyak perubahan
sikap tidak langsung (yaitu, konversi) daripada minoritas outgrup , dan mayoritas
menghasilkan penampilan patuh. Namun, penelitian lain telah menemukan bahwa minoritas
outgroup memiliki pengaruh tidak langsung yang sama banyak sebagai minoritas ingroup
(Lihat Diperiksa oleh Perez 8c Mugny, 1998) dan, menurut Martin dan Hewstone (2003),
penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengkonfirmasi bahwa konversi dihasilkan oleh
proses self-categorisation.
Vested interest and the leniency contract
Secara keseluruhan minoritas lebih berpengaruh jika mereka dapat menghindari
pengkategorisasian oleh mayoritas sebagai outgroup yang dibenci dan dapat dianggap oleh
15

mayoritas sebagai bagian dari ingroup tersebut. Tantangan bagi minoritas adalah untuk dapat
mencapai hal ini pada waktu yang sama dengan menyebarkan sudut pandang alternatif yang
konsisten yang berbeda dari posisi mayoritas. Bagaimana minoritas berhasil mendapatkan
keduanya - dianggap sebagai ingroup dan memegang posisi outgrup yang tak tergoyahkan?
Caranya adalah secara psikologis untuk menetapkan kredensial ingroup yang sah
sebelum menarik perhatian kritis yang tidak semestinya ke salah satu minoritas berbeda
sudut pandang. Konteks-perbandingan model pengaruh minoritas oleh Crano menjelaskan
bagaimana hal ini dapat terjadi (misalnya Crano, 2001; Alvaro Crano 8c, 1998; Chen Crano
8c, 1998; Crano 8 c Seyranian, 2009). Ketika pesan minoritas yang melibatkan sikap lemah
atau belum diakui (yaitu sikap yang relatif fleksibel tidak tetap atau mutlak) minoritas
ingroup dapat cukup persuasif pesan yang khas dan menarik perhatian dan elaborasi dan
berdasarkan pesan yang belum diakui dan kaum minoritas sebuah ingroup yang jelas, ada
sedikit ancaman yang mungkin mengundang pengurangan atau penolakan dari minoritas.
Minoritas outgroup mungkin berkurang lagi dan tidak berpengaruh.
Ketika pesan melibatkan sikap kuat atau diberikan (yaitu tetap, fleksibel dan mutlak),
ini lebih sulit untuk minoritas untuk menang. Pesan ini tidak hanya sangat khas tetapi
berbicara kepada inti atribut kelompok. Kecenderungannya adalah untuk menolak pesan dan
minoritas langsung. Namun, fakta bahwa minoritas yang sebenarnya bagian dari ingroup
membuat anggota enggan melakukannya - untuk merusak orang yang, bagaimanapun,
anggota ingroup. Salah satu cara keluar dari dilema ini adalah untuk membangun dengan
minoritas yang Crano sebut leniency contract. Pada dasarnya, mayoritas mengasumsikan
bahwa karena minoritas-minoritas ingroup tidak ingin menghancurkan inti atribut mayoritas,
dan pada gilirannya mayoritas toleran terhadap minoritas dan pandangannya. Hal ini
memungkinkan mayoritas untuk menguraikan pemikiran-terbuka pada pesan minoritas
ingroup, tanpa pembelaan diri atau permusuhan dan tanpa melencengkan minoritas.
Kelonggaran terhadap minoritas ingroup yang mengarah kepada perubahab sikap tidak
langsung. Minoritas Outgrup tidak mengundang keringanan hukuman dan karena itu sangat
mungkin dikurangi lagi sebagai ancaman terhadap inti atribut kelompok.
Logika di balik analisis ini adalah bahwa perselisihan antara orang-orang yang
mendefinisikan diri mereka sebagai anggota kelompok yang sama adalah tak terduga dan
mengerikan - itu menimbulkan ketidakpastian subjektif tentang diri mereka sendiri dan
atribut mereka, dan menyebabkan ketidaktentuan penurunan (Hogg, 2007b, pers). Dimana
16

keanggotaan ingrup umum adalah penting dan 'tak terhindarkan', akan ada tingkat redefinisi
kelompok atribut sesuai dengan minoritas:, minoritas telah efektif. Dimana keanggotaan
ingrup umum tidak penting dan mudah menyangkal, tidak akan ada redefinisi atribut ingrup
sesuai dengan minoritas: yaitu, minoritas akan tidak efektif.
Attribution and social impact
Banyak aspek dari pengaruh minoritas menyarankan proses atribusi yang mendasari
(Hewstone, 1989; Kelley, 1967; Lihat juga Bab 3). Efektif minoritas konsisten dan
konsensual, berbeda dari mayoritas, tidak termotivasi oleh kepentingan pribadi atau tekanan
eksternal, dan fleksibel dalam gaya. Kombinasi faktor ini mendorong persepsi bahwa
minoritas telah memilih posisinya dengan bebas. Oleh karena itu sulit untuk menjelaskan
posisi dalam hal kekhasan individu (meskipun ini, seperti yang kita lihat di atas, strategi yang
dicoba), atau rangsangan eksternal atau ancaman. Mungkin, kemudian, ada benar-benar
beberapa kelebihan intrinsik untuk posisinya. Hal ini mendorong orang untuk menganggap
minoritas dengan serius (meskipun lagi kekuatan sosial bekerja terhadap ini) dan setidaknya
mempertimbangkan posisinya; seperti kognitif adalah prasyarat penting untuk perubahan
sikap berikutnya.
Meskipun mayoritas dan minoritas dapat didefinisikan dalam hal kekuasaan, mereka
tentu juga merujuk kepada sejumlah orang. Meskipun 'minoritas' sering kurang kuat dan
kurang banyak (misalnya Indian barat di Britania), mereka dapat menjadi kurang kuat namun
lebih banyak (misalnya Tibet versus Cina di Tibet). Mungkin tidak mengherankan, upaya
telah dibuat untuk menjelaskan pengaruh minoritas murni dalam hal konsekuensi pengaruh
sosial dari jumlah besar relatif.
Latane dan Wolf (1981) menarik pada teori social impact (dampak sosial) (misalnya
Latane, 1981) berpendapat bahwa sebagai sumber pengaruh meningkat dalam ukuran
(angka), ia memiliki pengaruh yang lebih. Namun, sebagai sumber kumulatif mendapat
pengaruh besar, dampak dari masing-masing sumber tambahan berkurang - sumber tunggal
memiliki dampak besar, penambahan sumber yang kedua meningkatkan dampak tetapi tidak
oleh sebanyak yang pertama, ketiga bahkan kurang, dan seterusnya. Analogi yang baik
adalah menyalakan lampu tunggal di ruang yang gelap - dampak besar. Cahaya kedua
meningkatkan hal-hal, tapi hanya sedikit. Jika Anda memiliki sepuluh lampu pada, dampak
kesebelas diabaikan. Bukti yang mendukung ide ini: lebih banyak sumber pengaruh, lebih
banyak dampak yang memiliki, dengan perubahan yang bertahap karena sumber-sumber
17

tambahan yang menurun dengan peningkatan ukuran (misalnya Mullen, 1983; Tanford 8 c
Penrod, 1984).
Tapi bagaimana penjelasan ini pada faktanya bahwa minoritas benar-benar dapat
memiliki pengaruh? Satu penjelasan adalah bahwa efek mayortas besar pada individu
anggota mayoritas telah mencapai sebuah kestabilan: anggota tambahan atau 'sedikit' dari
pengaruh mayoritas berdampak relatif kecil. Meskipun sudut pandang minoritas memiliki
dampak yang relatif sedikit, itu memiliki belum mencapai sebuah kestabilan: anggota
tambahan atau 'sedikit' pengaruh minoritas memiliki dampak relatif besar. Dengan cara ini,
paparan posisi minoritas bisa, secara bertentangan, memiliki dampak yang lebih besar
daripada paparan sudut pandang mayoritas.
Two processes or one?
Meskipun perspektif dampak sosial yang dapat menjelaskan beberapa perbedaan
kuantitatif antara pengaruh mayoritas dan minoritas pada tingkat perilaku umum yang
berlebihan, bahkan Latane dan Wolf (1981) mengakui bahwa ini tidak bisa menjelaskan
perbedaan kualitatif yang muncul, terutama di level privasi dari perubahan kognitif
tersembunyi. Perbedaan-perbedaan kualitatif ini, dan terutama perbedaan proses yang
diusulkan oleh Moscovici's (1980) teori konversi, adalah fokus dari beberapa perdebatan,
kiranya.
Misalnya, ada beberapa kekhawatiran (misalnya Abrams 8c Hogg, 1990a; Turner,
1991) bahwa postulasi dari proses terpisah untuk menjelaskan minoritas dan pengaruh
mayoritas telah menghidupkan kembali oposisi pengaruh normatif dan informasi. Seperti
yang kita lihat sebelumnya dalam bab ini, oposisi ini memiliki masalah dalam menjelaskan
fenomena sosial pengaruh lainnya. Sebaliknya, Apakah minoritas atau mayoritas yang
berpengaruh atau tidak dapat menjadi masalah dari dinamika identitas sosial yang
menentukan apakah orang mampu mendefinisikan diri mereka sebagai anggota kelompok
minoritas (mayoritas) atau tidak (misalnya Crano 8c Seyranian, 2009; David 8 c Turner,
2001).
Selain itu, analisis teoritis oleh Kruglanski Mackie (1990) dan meta-analisis oleh Wood dan
rekan (Wood, Lundgren, Ouellette, Busceme, 8c Blackstone, 1994) bersama-sama
menyarankan bahwa orang yang dihadapkan dengan posisi minoritas, khususnya tatap muka
dengan sosial yang nyata dari minoritas dan mayoritas, cenderung tidak hanya untuk menolak
18

penampilan terbuka dari keselarasan dengan minoritas, tetapi juga secara pribadi dan kognitif
untuk menghindari sejalan dengan minoritas. Hal ini bertentangan dengan teori dual-process
conversion Moscovici.























19

DAFTAR PUSTAKA
Hogg & Vaughan. 2011. Social Psychology 6th Edition. London: Prentice Hall.

Anda mungkin juga menyukai