NIM : 042816412
Mata Kuliah : Komunikasi Sosial/SKOM4441
Tutor : Lia Isventia, S.Sos,. M.I.Kom
RESUME MODUL 3
Buku : Komunikasi Sosial
Penulis :Djoko Setyabudi, dkk
Edisi : Ke 1
PENDAHULUAN
mengelola pengaruh sosial (social influence) yang ada di dalam lingkungan sosial target khalayak
komunikasi. Pengelolaan pengaruh sosial di dalam komunikasi sosial bertujuan untuk dapat
mengubah perilaku dari target khalayak sesuai dengan apa yang menjadi tujuan dari kegiatan
komunikasi sosial. Mengubah perilaku suatu kelompok sosial tertentu bukanlah merupakan
pekerjaan yang mudah. Target khalayak komunikasi perlu mendapat informasi yang tepat
sehingga mereka bisa memiliki pemahaman yang memadai mengenai isu. Selain itu, informasi
mengenai perubahan tersebut juga harus disampaikan dengan cara yang tepat sehingga khalayak
bisa bersikap positif terhadap isu yang pada akhirnya mereka bersedia melakukan perubahan
KEGIATAN BELAJAR 1 :
dari semua elemen di dalam kehidupan sosial. Penguasaan terhadap lingkungan sosial akan
membuat komunikasi sosial yang dilakukan tidak hanya mengubah cara pandang target khalayak
Pemuka pendapat (opinion leader) adalah salah satu elemen dari pengaru sosial yang harus
dipahami oleh seorang komunikator di dalam kegiatan komunikasi sosial. Memahami posisi
pemuka pendapat dan pengaruh yang mereka miliki di dalam khalayak sasaran adalah kunci untuk
melakukan komunikasi persuasif yang tepat dan akurat di dalam rangka mengubah perilaku
khalayak sesuai dengan tujuan komunikasi sosial yang telah ditetapkan. Salah satu alat analisis
yang bisa digunakan untuk mengidentifikasi pemuka pendapat dan juga arus pengaruh yang
Analisis jaringan komunikasi adalah suatu analisis yang digunakan untuk memetakan
hubungan atau interaksi yang terjadi di dalam suatu kelompok sosial mengenai isu tertentu.
Apabila isu yang kita gunakan untuk mengubah perilaku adalah isu yang sudah ada di dalam suatu
masyarakat maka kita langsung melihat bagaimana peta komunikasi mengenai isu tersebut. tetapi
jika isu tersebut belum ada, meskipun setiap isu akan menghasilkan jaringan yang berbeda, kita
bisa mencari peta hubungan pada isu-isu yang terkait atau hampir sama dengan isu yang akan kita
komunikasikan.
Terdapat dua pandangan yang menjelaskan implikasi pengaruh sosial di dalam perubahan
perilaku yaitu normatif dan informational (Erb & Bohner di dalam Klaus, 2007). Pengaruh
normatif (normative influence) menjelaskan bahwa perubahan perilaku terjadi bukan karena
kesadaran “sebenarnya” dari individu. Individu melakukan perilaku yang dianjurkan hanya karena
dia merasa sungkan atau suatu keharusan yang dipaksakan secara sosial, bukan karena kesadaran.
Perubahan perilaku yang seperti ini biasanya hanya dilakukan ketika di muka umum atau ketika
ada pengawasan, tetapi tidak di dalam pengawasan atau ketika berda di dalam lingkungan pridabi,
individu akan kembali kepada perilaku semua. Terdapat tiga elemen yang penting untuk
mendorong perubahan sosial dengan cara normative influence : pembuat peraturan, pelaksan
Pembuat peraturan bisa menetapkan aturan yang melarang atau mendorong perilaku tertentu
dengan memberikan hukuman bagi yang melanggar dan meberikan ganjaran/insentif bagi yang
hukuman yang sepadan bagi orang yang tidak melakukan perilaku yang diwajibkan.
Menurut Andreasen (2006:149), pembuatan aturan hanyalah salah satu langkah dari
perubahan sosial. Perubahan perilaku tidak hanya memerlukan aturan tetapi juga membutuhkan
3. Partisipasi Masyarakat
Partisipasi masyarakat juga bisa menjadi pendoroang perubahan perilaku di dalam lingkunagn
sosial. Isu makanan yang mengandung zat berbahaya misalnya, membutuhkan partisipasi
masyarakat untuk mendorong ke arah perubahan. masyarakat bisa mengajukan tuntutan hukum
Kebalikan dari pengaruh normatif yang tidak bisa mengubah sikap sesungguhnya dari
khalayak, pengaruh informasional (informative influence) lebih mengarah pada perilaku yang
didasari oleh keyakinan hati. Perubahan perilaku ini terjadi bukan karena tekanan sosial
melainkan karena pemrosesan informasi yang terkait. Perubahan ini juga disebut sebagai
perubahan perilaku “sebenarnya” karena individu akan tetap melakukan perilaku yang dianjurka
meskipun sumber pengaruh atau tekanan sosial tidak ada. Perilaku yang dilakukan oleh target
khalayak sudah berada pada tahap perubahan pandangan atau kepercayaan individu (Erb &
Bohner di dalam Klaus, 2007). Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk mendorong pengaruh
Persuasi verbal di depan khalayak sampai dengan tahun 1800 masih merupakan hak
prerogatid dari laki-laki, perempuan sama sekali tidak memiliki kesempatan untuk menyuarakan
pendapatanya di depan umum (Griffin, 2006:26). Kajian persuasu telah berkembang cukup jauh
meninggalkan masa itu. Saat ini tidak hanya kesempatan berbicara yang diberikan secara lebih
terbuka kepada kelompok yang dianggap minoritas, termasuk perempuan, tetapi juga
Teori ini membahas bagaimana seharusnya agen komunikasi sosial membuat pesan dengan
mempertimbangkan bahwa individu yang berbeda akan merespons secara berbeda kepada sebuah
pesan, dan untuk melakukan komunikasi persuasif secara sukses sebaiknya agen perubahan
membuat pesan dan berkomunikasi dengan cara sesuai dengan kondisi khalayak.
Person-centered messages mengacu kepada pesan yang merefleksikan sebuah kesadaran dan
adaptasi terhadap kondisi subjektif, afektif, dan aspek hubungan di dalam konteks komunikasi
(Griffin, 2006:193). Sedangkan kapasitas yang harus dimiliki untuk memiliki kemampuan untuk
membuat pesan yang tepat adalah: sensitivitas retorik, empati, identifikasi, pemahaman mengenai
khalayak, dan pendengar yang adaptif (Griffin, 2006:194). Pembahasan mengenai kapasitas
Menurut Griffin (2006:211-212), teori ini menjelaskan bahwa khalayak akan menilai apakah
pesan yang disampaikan oleh Anda sebagai pelaku komunikasi sosial berada di dalam ruang
toleransi kebenaran mereka. Jika pesan tersebut berada di dalam ruang toleransi kebenaran
khalayak, mereka akan cenderung menyesuaikan sikap mereka untuk bisa menerima informasi
baru tersebut sehingga komunikasi persuasif bisa berhasil. Tetapi jika pesan tersebut berada di
dalam ruang penolakan dari khalayak, akan sangat berbahaya jika Anda memaksakan untuk
mempersuasi khalayak. Khalayak akan yang di persuasi dengan hal-hal yang bertolak belakang
dengan keyakinan mereka akan cenderung menjauh atau bahkan menjadi semakin kuat
Melakukan tindakan komunikasi persuasi kepada orang yang memiliki pemikiran terbuka dan
memiliki ruang penerimaan yang cukup luas bisa berarti meningkatnya peluang untuk mengubah
perilaku orang tersebut seperti yang kita inginkan. Tetapi jika komunikator berhadapan dengan
khalayak yang memiliki ego yang cukup tinggi dan memiliki ruang penerimaan yang sempit
terhadap pemikiran baru maka akan sangat sulit mengubah pemikiran mereka secara drastis. Satu-
satunya cara untuk mengubah cara berpikir mereka adalah melalui persuasi yang bersifat gradual
Menurut teori unimodel, persuasi terjadi di sebuah konteks di mana khalayak teterpa berbagai
tipe informasi yang berbeda. Beberapa khalayak berada di dalam pengaruh isi pesan komunikasi
sedangkan yang lain lebih fokus kepada konteks yang melingkupi proses kegiatan komunikasi
persuasif. Keduanya mungkin bisa dianggap penting di dalam penilaian khalayak mengenat topik
D. IDENTIFICATION
Identifikasi adalah hal yang sangat mendasar yang membuat saling pengertian antara agen
komunikasi sosial yang berupaya untuk memperkenalkan ide baru dengan khalayak sasaran.
Sebagai agen perubahan Anda harus memiliki kemampuan untuk mengidentifikasikan diri dengan
khalayak. Menurut Burke (dalam Griffin 2006:330), seorang agen perubahan yang efektif bisa
mengidentifikasikan diri dengan cara memberikan tanda di dalam kalimat-kalimat yang diucapkan
bahwa sebenarnya banyak persamaan yang dimiliki oleh agen perubahan dengan khalayak
sasaran. Khalayak yang merasa memiliki banyak kesamaan dengan agen perubahan akan
Identifikasi bisa dilakukan dengan menunjukkan berbagai kesamaan yang dimiliki oleh agen
perubahan dengan khalayak. Kesamaan tersebut antara lain dalam hal, karakteristik fisik,
pekerjaan, kelas sosial, kepribadian, kepercayaan dan nilai. Semakin banyak kesamaan antara
keduanya maka akan semakin besar pula identifikasi (perasaan bahwa mereka sama). Ketika
khalayak mengidentifikasi bahwa agen perubahan memiliki banyak kesamaan dengan mereka,
maka khalayak akan cenderung bersikap positif terhadap pesan yang disampaikan. Jadi, jika Anda
khalayak bahwa Anda lebih baik dan berbeda dengan mereka karena seperti yang dikatakan oleh
Burke (dalam Griffin, 2006:331), “tanpa identifikasi tidak akan pernah ada persuasi.”
Pesan yang paling berhasil di dalam kegiatan komunikasi persuasif adalah pesan yang
Griffin, 2006:8). Schwartz menyatakan bahwa khalayak akan lebih mudah mengenali dan
mengingat pesan yang disampaikan jika pesan tersebut sejalan dengan perasaan dan pemikiran
mereka. Salah satu teknik yang perlu dikuasai untuk mengenal khalayak adalah analisis
lingkungan. Analisis lingkungan adalah meneliti kondisi demografis (usia, jenis kelamin,
wilayah pegunungan/ pantai, dan sebagainya), dan psikografis (gaya hidup khalayak). Penguasaan
tiga hal tersebut akan membantu komunikator dari kegiatan komunikasi sosial untuk bisa
merancang pesan yang paling tepat untuk khalayak sasaran mereka. Perumusan pesan ini akan
dibahas lebih lanjut pada bagian selanjutnya dari subpokok bahasan ini.
Hal yang perlu diperhatikan ketika melakukan komunikasi persuasi adalah kerangka berpikir
“who says what to whom and with what effect” (siapa berkata apa, kepada siapa, dan berakibat
apa). Kerangka tersebut bisa memunculkan tiga elemen penting di dalam kegiatan persuasif
(Griffin, 2006:22-23):
Hovland (di dalam Griffin, 2006: 23) menyatakan bahwa pesan dari sumber yang memiliki
kredibilitas tinggi lebih memungkinkan untuk menciptakan perubahan pendapat dalam skala yang
jauh lebih besar dibandingkan dengan pesan yang sama tetapi disampaikan oleh sumber yang
memiliki kredibilitas yang rendah. Kredibilitas sumber informasi bisa disebabkan oleh keahlian
ataupun kekuatan karakter seseorang. Meskipun kekuatan karakter bisa memunculkan kekaguman
dan kesan yang cukup mendalam dari khalayak sasaran tetapi jika tidak dibarengi oleh keahlian
atau penguasaan memadai tentang isu yang dikomunikasikan akan membuat tingkat kepercayaan
yang diberikan oleh khalayak akan semakin menurun. Berikut ini adalah beberapa hal yang
1. Persiapan
Untuk bisa melakukan komunikasi persuasi dengan baik komunikator harus melakukan
persiapan yang cukup dan tidak menganggap gampang proses kegiatan komunikasi yang akan
dijalani. Seorang komunikator meskipun sudah memiliki pengalaman yang cukup tinggi tetap
membutuhkan persiapan yang memadai sebelum melakukan kegiatan komunikasi. Hal yang
terpenting untuk mempersiapkan kegiatan komunikasi persuasif adalah materi yang akan
disampaikan. Jenis materi yang akan disampaikan biasanya menentukan cara dan alat komunikasi
yang dibutuhkan. Misalnya ketika membujuk orang memilih alat kontrasepsi tertentu. Karena
materi yang akan disampaikan bersifat personal maka biasanya cara berkomunikasi tatap muka
(face to face/interpersonal communication) adalah cara komunikasi yang paling tepat. Sedangkan
alat komunikasi yang dibutuhkan mungkin berupa gambar atau contoh-contoh alat kontrasepsi,
Memahami isu yang akan disampaikan sangat menentukan kredibilitas dari seorang
komunikator. Jika seorang komunikator terlihat tidak menguasai apa yang dibicarakan maka
kredibilitas dia sebagai sumber informasi akan dianggap rendah. Kredibilitas yang rendah dari
sumber komunikasi seperti yang sudah kita bahas pada bagian sebelumnya akan berakibat kepada
menurunnya tingkat kepercayaan khalayak terhadap kebenaran informasi yang disampaikan yang
pada akhirnya tentu saja akan membuat khalayak menjadi susah untuk melakukan perilaku yang
dianjurkan oleh komunikator Pengetahuan mengenai isu yang dimiliki oleh komunikator tidak
hanya yang berkaitan dengan hal-hal positif yang berkaitan dengan isu tetapi juga pengetahuan
yang terkait oleh efek samping/hal-hal negatif yang mungkin muncul sebagai akibat dari adopsi.
Pemberian informasi mengena efek samping dari perilaku yang ditawarkan akan membuat
khalayak sasar menjadi benar-benar memahami isu dari komunikasi sosial yang dilakukan oleh
komunikator.
3. Sensitivitas Retorik
Seorang komunikator yang baik haruslah memiliki sensitivitas retorik yang tinggi. Dia harus
sadar kapan dia harus berbicara dan kapan harus berhenti berbicara. Ketika orang yang sedang
diajak bicara menunjukkan sikap yang sudah bosan atau lelah maka orang yang memiliki
sensitivitas retorik yang baik akan mencoba mencairkan suasana dengan menggunakan lelucon
atau berganti ke topik lain yang lebih bisa menarik perhatian khalayak. Sensitivitas retorik juga
harus ditunjukkan untuk bisa menyampaikan pesan yang tepat sesuai dengan karakteristik
khalayak. Jika seorang komunikator salah mengelola pesan sehingga menyampaikan pesan
dengan bahasa dan cara yang tidak sesuai dengan karakteristik khalayak maka pesan yang
disampaikan tidak akan bisa diterima dengan baik oleh khalayak atau bahkan bisa saja
Karakteristik khalayak yang beragam juga berarti berbedanya strategi komunikasi yang harus
pemahaman khalayak akan dibahas lebih lanjut pada bagian khalayak sasaran (whom).
5. Penampilan
Komunikator yang baik harus bisa menempatkan diri. Artinya dia harus sensitif terhadap
kondisi lingkungan sosial dari khalayak yang diajak berkomunikasi. Khalayak akan lebih mudah
menerima dan berumpst terhadap komunikator yang berpenampilan sesuai dengan norma dan
budaya mereka. Komunikator yang memiliki penampilan tidak sesuai dengan aturan budaya
khalayak sasaran biasanya sudah mendapat tentangan dari khalayak sasaran bahkan sebelum dia
menyampaikan informasi. Jadi, untuk urusan penampilan seorang komunikator harus memiliki
6. Latihan
Seorang komunikator yang baik akan selalu berlatih secara terus menerus strategi dan cara
berkomunikasi yang akan dia terapkan kepada khalayak. Melatih kegiatan komunikasi yang akan
dilakukan akan membuat komunikator lebih percaya diri dan lebih mengusai apa yang akan
dibicarakan dengan khalayak. Akan lebih baik lagi jika komunikator berlatih di depan sekelompok
khalayak sehingga bisa mendapat kritik dan masukan Seputar cara penyampaian informasi yang
dia lakukan.
7. Empati
Persuator yang baik harus bisa berempati atau berusaha memahami orang lain dengan cara
menempatkan diri kita pada posisi mereka. Menurut Beebe (2003:209), empati adalah kunci untuk
menjembatani perbedaan. Meskipun memandang suatu isu dari sudut pandang orang lain tidak
8. Mendengarkan
Keahlian mendengar sangat dibutuhkan bagi seorang komunikator. Pembicara yang baik tidak
hanya perlu menguasai teknik retorika tetapi juga wajib untuk memiliki kemampuan
mendengarkan. Mendengarkan adalah cara yang paling balk untuk bisa memahami karakteristik
dari khalayak sasaran. Menjadi pendengar yang baik bukan merupakan hal yang mudah karena
ketika mendengarkan orang lain kita harus mengesampingkan penilaian dan mengetahui isi
pesan dan perasaan dari si penyampai pesan. Hal yang selanjutnya perlu dilakukan adalah
tanyakan pada diri Anda, “Bagaimana perasaan saya jika saya berada pada posisi orang yang saya
ajak bicara?” Cobalah untuk memahami pesan berdasarkan posisi pengirim pesan bukan hanya
Ask Ouestion (Bertanya): Ketika Anda mencoba memahami orang lain, Anda mungkin perlu
mendapatkan informasi tambahan, (2) mengetahui bagaimana perasaan orang lain, (3), untuk
melakukan klarifikasi terhadap pernyataan orang lain, dan (4) untuk verifikasi kesimpulan yang
Anda buat mengenai makna dari pesan yang disampaikan lawan bicara.
menggunakan kalimat Anda sendiri mengenai apa yang Anda pikir lawan bicara katakana.
Dengan kata lain Anda menyimpulkan pesan yang sejauh ini sudah disampaikan oleh Jawan
bicara Anda.
yang Anda buat yang terkait dengan apa yang lawan bicara rasakan (emosi) yang terkait dengan
Selain sumber pesan, sebagaimana sudah dibahas sebelumnya, sagaimana cara komunikator
menyampaikan pesan yang terkait dengan isu epada khalayak sasaran juga sangat menentukan
keberhasilan pemberian nformasi dan perubahan perilaku dari target khalayak. Komunikator pada
“asarnya bisa melakukan dua strategi utama di dalam merumuskan pesan 'ersuasif, yaitu dengan
1. Memunculkan Ketakutan
menunjukkan dampak negatif atau bahkan hukuman/sanksi yang bisa di dapat oleh khalayak jika
mereka tidak melakukan perilaku yang dianjurkan. Perubahan perilaku yang timbul karena
strategi pesan ini biasanya identik dengan pengaruh normatif (normative influence), artinya orang
akan melakukan perilaku yang dianjurkan hanya karena tidak ingin terkena sanksi. Terlebih lagi
jika perubahan perilaku itu diawasi oleh lembaga berwenang yang siap memberikan sanksi jika
Menyusun argumen adalah cara menyusun pesan dengan menggunakan data dan fakta yang
diatur sedemikian rupa sehingga data/fakta tersebut bisa menjadi argumen yang meyakinkan
khalayak. Strategi pesan ini lebih mengarah pada pengaruh informasional (informational
influence). Artinya khalayak melakukan perubahan perilaku karena benar-benar memahami dan
percaya manfaat dari perilaku yang ditawarkan bukan karena ketakutan terhadap pesan yang
menyampaikan pesan uang bersifat sportif. Pesan yang sportif akan menimbulkan suasana
menggunakan bahasa “Saya”. Bahasa “saya” artinya Anda harus mendeskripsikan perasaan dan
ide-ide Anda tanpa memojokkan atau menghakimi perilaku orang lain. Meskipun menurut Anda
perilaku yang dilakukan pihak yang Anda ajak berkomunikasi tidak tepat, Anda tidak boleh
lawvsung menyalahkan dan menghakimi, lebih baik Anda mendeskripsikan pendapat dan ide
Problem Orientation (Orientasi pada masalah): Kegiatan komunikasi yang Anda lakukan
sebaiknya berorientasi pada pemecahan masalah yang sedang dihadapi. Pengomunikasian ide
sebaiknya diorientasikan ke arah perubahan perilaku yang tepat untuk bisa memecahkan masalah
Spontaneity (Spontanitas): Orientasi komunikasi yang Anda lakukan haruslah terlihat tulus
dan spontan. Komunikasi yang terlihat berbelit-belit akan berkesan manipulatif dan tidak jujur.
Ketika Anda mempersuasi seseorang kesan tulus dan apa adanya adalah kunci yang sangat
penting untuk meraih kepercayaan dari pihak yang kita ajak berkomunikasi.
Emphaty (Empati): Keterlibatan secara emosional dengan khalayak sasaran terutama melalu
tanda-tanda nonverbal sangatlah penting untuk menunjukkan bahwa Anda peduli dan memahami.
Kesan yang menunjukkan bahwa Anda memahami kondisi yang dihadapi oleh target khalayak
sangatlah penting untuk menghilangkan prasangka bahwa Anda sedang memanipulasi mereka
dan rasa saling menghormati satu sama lain. Jadi, ketika melakukan kegiatan komunikasi Anda
haruslah tidak merasa lebih baik, lebih pintar dan memiliki posisi yang lebih tinggi dari orang
yang Anda ajak bicara. Ketika Anda menempatkan posisi Anda lebih tinggi maka resistensi dari
khalayak sasaran akan cenderung tinggi karena mereka merasa hanya sebagai obyek.dari
Provisionalism (Tidak kaku): Ketika melakukan komunikasi persuasif Anda harus terbuka
menerima informasi baru. Selain itu, Anda juga harus menunjukkan sikap yang fleksibel terhadap
berbagai masukan yang mungkin bertentangan dari apa yang Anda pahami selama ini.
Elemen penting terakhir dari komunikasi persuasif adalah karakteristik khalayak sasaran
(whom). Agar bisa melakukan komunikasi persuasi yang efektif terdapat dua hal yang harus
diperhatikan dari khalayak yaitu: kepribadian, kehati-hatian khalayak terhadap bujukan dan
Kepribadian khalayak sangat menentukan teknik persuasi seperti apa yang harus diterapkan.
Terdapat dua jenis kepribadian khalayak yang perlu diperhatikan ketika melakukan komunikasi.
a. Introvert (tertutup), khalayak yang memiliki karakter ini lebih cenderung tidak suka
b. Extrovert (terbuka), khalayak tipe ini lebih mudah mengungkapkan secara terbuka mengenai
Sebagai seorang yang terlibat di dalam kegiatan komunikasi sosial Anda harus menyadari
keberagaman kepribadian yang dimiliki oleh anggota khalayak sasaran. Beberapa karakter dari
khalayak membutuhkan perhatian khusus karena bisa mengganggu proses komunikasi sosial yang
sedang Anda jalankan. Benne dan Sheats (dalam Beebe dan Masterson, 2003:75-76)
a. Aggressor: cenderung menyerang orang lain untuk mendapatkan apa yang diinginkan bahkan
kalau perlu mengakui prestasi atau kontribusi yang dilakukan oleh orang lain sebagai
miliknya.
b. Blocker: secara umum bersifat negatif, keras kepala dan menentang ide atau masukan dari
c. Recognition seeker: gemar menjadi pusat perhatian dengan cara membesar-besarkan dan
muka umum.
e. Joker: menunjukkan kurang perhatian terhadap isu yang sedang dibicarakan dengan
menceritakan cerita dan lelucon yang tidak ada hubungannya dengan isu. Perilakunya sering
kali mengindikas kan ketidaktertarikan, tidak antusias terhadap isu komunikasi sosia) serta
anggota khalayak yang lain melalui kata-kata manis atau bahkan pemaksaan kehendak.
g. Help seeker: berupaya untuk membangkitkan simpati dengan cara mengekspresikan rasa
h. Special-interest pleader: bekerja untuk kepentingan individu atay kelompok tertentu dan
Menangani berbagai kepribadian sulit di atas membutuhkan keahhan personal yang memadai
komunikasi sosial. Beebe (2003:271. 272) memberikan beberapa kiat untuk mengatasi atau
a. Aturlah emosi Anda. Ketika Anda menjadi emosional karena perilaku beberapa anggota
khalayak maka Anda akan kesulitan untuk bersikap logis dan menerapkan metode yang
rasional untuk menghadapi permasalahan yang muncul. Jika Anda menjadi emosional
terhadap provokasi dari anggota khalayak maka akan sulit bagi Anda untuk mendengarkan
dengan baik dan menagani masalah secara taktis. Untuk mengontrol emosi Anda strategi yang
bisa dilakukan adalah bicara atau refleksi pada diri sendiri. Menyadari bahwa Anda
terpancing emosi dan berusaha untuk mengontrol emosi. Pikiran berhubungan dengan
perasaan dan pesan mental Anda akan mempengaruhi apa yang Anda rasakan.
b. Deskripsikan perilaku mereka yang mengganggu Anda. Mencoba untuk tidak menyerang
balik secara langsung tetapi gunakanlah pesan yang mendeskripsikan apa yang Anda rasakan
seperti: “Saya menjadi kesulitan untuk mendengar suara Anda jika Anda berteriak” atau “Ini
adalah keempat kalinya Anda menginterupsi saya ketika saya mencobs menjelaskan ide
saya.” Tujuan penggunaan kalimat deskriptif adalah agar tidak memperuncing konflik.
ungkapkan apa yang Anda rasakan ketika mereka mengganggu proses komunikasi yang Anda
lakukan.
d. Upayakan untuk kembali kepada isu komunikasi sosial. Jangan sampai masalah kepribadian
sulit dari beberapa anggota khalayak menjadikan komunikasi yang dilakukan menjadi
melenceng jauh dari isu perubahan yang sedang Anda komunikasikan. Berusahalah untuk
tetap kooperatif sehingga kesalahpahaman atau sikap emosional dari beberapa anggota
kelompok cepat teratasi dan tidak mengganggu proses komunikasi yang berlangsung.
Selain memperhatikan kepribadian khalayak, hal yang juga penting diperhatikan di dalam
proses komunikasi persuasif adalah memberikan Tespons yang tepat ketika khalayak sasaran
memberikan pendapat atau memberikan umpan balik terhadap pesan yang kita sampaikan.
Menurut Evelyn Sieburg (dalam Beebe dan Masterson, 2003:111) terdapat dua klasifikasi respons
yaitu confirming (menguatkan) dan disconfirming (melemahkan). Pesan yang menguatkan adalah
pesan yang membuat orang yang kita ajak bicara merasa dihargai, sedangkan pesan yang
melemahkan adalah pesan yang membuat lawan bicara merasa tidak dihargai. Lebih lanjux secara
lebih jelas Goldberg dan Larson (dalam Beebe dan Materson, 2003:111-112) mengidentifikasikan
beberapa contoh dari respons yang melemahkan dan respons yang menguatkan.
a. Impervious response (respons yang tidak tepat): gagal untuk memahami makna dari pesan
(umpan balik) yang disampaikan oleh khalayak. Akibat dari kegagalan tersebut pembicara
tidak memberikan respons yang tepat terhadap umpan balik dari khalayak.
b. Interrupting response (respons yang memotong): memotong umpan balik yang diberikan oleh
c. Irrelevant response (respons yang tidak sesuai): memberi respons yang sepertinya tidak
sesuai dengan apa yang dikatakan oleh pihak lain, atau memulai topik baru tanpa memberi
peringatan. Respons yang seperti ini menunjukkan kesan tidak menghargai pembicaraan yang
sedang berlangsung.
d. Tangential responsse (respons yang berbelok): menanggapi upaya komunikasi dari anggota
khalayak tetapi secara cepat membelokkan pembicaraan ke arah lain. Biasanya reaksi yang
ditunjukkan tampaknya merupakan respons langsung terhadap pesan yang diberikan khalayak
seperti “Ya, tapi ...” atau “Ya, mungkin Anda benar, tetapi ...,” dan kemudian diikuti dengan
isi pesan komunikasi yang berbeda sama sekali dengan topik yang dibahas sebelumnya.
e. Impersonal response (respons yang tidak personal): melakukan kegiatan komunikasi yang
monolog, atau menunjukkan cara berkomunikasi yang sok pintar dan berkesan menjaga jarak
f. Incoherent response (respons yang tidak jelas): memberikan respons dengan kalimat yang
tidak selesai dan juga pernyataan yang susah untuk diikuti karena urutan ide yang meloncat-
loncat.
g. Incongruous response (respons yang tidak konsisten): menampilkan perilaku non verbal yang
tidak konsisten dengan isi pesan verbal yang disampaikan. Contohnya, “Siapa yang marah?
Saya tidak marah!” (kalimat tersebut diucapkan dengan nada tinggi dan suara keras yang
khalayak atau bahkan membuat khalayak merasa tidak nyaman dan tersinggung dengan
menunjukkan bahwa Anda memahami pesan yang disampaikan lawan bicara. Respons seperti
ini bisa dilakukan kalau Anda mendengarkan apa yang dikatakan lawan bicara dan beraksi
b. Agreement about content (kesepahaman isi pesan): memperkuat informasi yang disampaikan
oleh khalayak.
dan situasi yang dihadapi oleh khalayak dan berusaha membuat mereka merasa lebih baik.
d. Clarifying response (klarifikasi): berusaha untuk memperjelas pesan atau perasaan yang yang
disampaikan oleh orang lain. Memperjelas pesan tersebut bisa dilakukan dengan meminta
informasi secara lebih detail, mendorong lawan bicara untuk memberi lebih banyak informasi
dan mencoba untuk mengulangi dengan bahasa Anda sendiri mengenai isi pesan yang
positif terhadap pesan yang disampaikan dengan cara memberi pernyataan yang menunjukkan
Semua orang perlu merasa bahwa dia didengarkan dan dipahami. Oleh karena itu ketika Anda
melakukan komunikasi persuasif di dalam konteks komunikasi sosial Anda harus memperlakukan
khalayak sasaran komunikasi Secara sejajar dan memberikan respons yang menguatkan ketika
mereka memberikan umpan balik terhadap informasi yang Anda sampaikan. Dengan memberikan
respons yang menguatkan Anda akan memiliki kesempatan yang lebih baik untuk bisa
menciptakan iklim komunikasi yang sportif sehingga bisa memberikan kepuasan bagi semua
partisipan komunikasi.