NIM : 042816412
Mata Kuliah : Komunikasi Massa/SKOM4315
Tutor : Lia Isventia, S.Sos,. M.I.Kom
RESUME MODUL 3
Buku : Komunikasi Massa
Penulis : Billy K Sarwono, dkk
Edisi : Ke 3
PENDAHULUAN
Pernahkah kamu menyadari bahwa buku adalah bentuk komunikasi massa tertua di dunia?
Kehadiran buku juga tidak dapat dilepaskan dari peran Gutenberg dalam sejarah perkembangan
media cetak dunia. Ditemukannya mesin cetak pada saat itu membuat loncatan perubahan pola
komunikasi dan informasi yang sangat besar karena hadirnya mesin cetak maka bentuk
komunikasi yang dilakukan secara tatap muka dan dalam ruang yang terbatas kemudian berubah
menjadi komunikasi massa yang tidak terbatas pada ruang dan waktu.
Apakah anda sering membaca suratkabar? Kalau Anda berumur sekitar 20 tahun maka
kemungkinan jawaban atas pertanyaan itu adalah ‘tidak’. Dua generasi yang lalu, cukup banyak
pemuda atau mahasiswa yang berumur antara 18-30 tahun membaca suratkabar secara reguler.
Tapi rasio itu sekarang menurun karena kelompok usia ini memilih mendapatkan informasi dari
media online, atau mendengarkan siaran berita di televisi. Pada era internet ini, jumlah suratkabar
di satu sisi mengalami penurunan, tetapi di sisi lain industri ini membuktikan bahwa surat kabar
masih mempunyai peran penting sebagai pembawa informasi. Sebagai agenda setter atau
Pada awal penerbitannya, buku ditulis dengan tangan dan didekorasi dengan hiasan sehingga
Kebanyakan buku di Eropa pada awal abad ke-20 tersebut diproduksi oleh rohaniawan biara.
Di tahun 1450, Johannes Gutenberg menemukan menemukan alat percetakan mekanis. Lalu, di
tahun 1455, Gutenberg mencetak buku pertamanya, sebuah Alkitab (The Bible). Mesin cetak dari
Jerman ini merupakan terobosan teknologi yang membuat bentuk-bentuk baru produksi massa
sehingga memungkinkan orang dapat mencetak lebih banyak buku, selebaran, laporan berkala
Pada abad ke-17, penerbit buku di Eropa mengikuti imigran menuju Amerika Utara. Publikasi
buku-buku religius yang paling awal adalah Alkitab, buku-buku doa, dan buku-buku nyanyian
gereja. Buku The Bay Psalm adalah buku pertama yang diterbitkan di Amerika diceta tahun 1640
oleh kelompok Puritan di Massachusetts. Salah satu tokoh yang berpengaruh dalam penerbitan di
Amerika adalah Benjamin Franklin, penemu utama percetakan, ilmu pengetahuan, ilmu politik,
dan temuan-temuan praktis lainnya. Tahun 1732 ia menerbitkan sebuah buku Poor Richard’s
Almanack, yang tidak termasuk buku agama, yang sukses di Amerika dan terjual lebih dari 10,000
eksemplar dalam setahun. Kebanyakan isi buku sifatnya religius, seperti The Practiceof Piety dan
Day of Doom. Setelah Perang Revolusioner, kebanyakan buku jenis ini menjadi pamflet politik.
Salah satu terbitan tertua yang muncul secara reguler di Amerika Utara adalah The Old Farmer's
Almanac, yang dimulai oleh Robert B. Thomas, di tahun 1792 dengan penyajian isu baru yang
muncul setiap bulan September. Franklin dan orang-orang yang mempunyai percetakan juga
memproduksi pamflet politik. Pada tahun 1776, buku yang ditulis oleh Thomas Paine dan berjudul
Common Sense mendesak pembacanya untuk mendukung kemerdekaan dari Inggris. Buku itu
terjual 100,000 buah dalam kurun, waktu 10 minggu. Pada tahun 1731 Franklin mulai
tradisi Amerika ketika perpustakaan yang meminjamkan buku ikut membantu memopulerkan
keinginan membaca buku. Namun, tingginya biaya produksi buku dan kesulitan akses
mendapatkan buku menyebabkan perkembangan penjualan media cetak lain, seperti koran dan
Sejak awal tahun 1800-an, kebanyakan penerbit buku memiliki spesialisasi buku-buku
pendidikan dan profesional, sedangkan yang lain memublikasi buku-buku untuk umum. Harga
buku saat itu turun, dan beberapa penulis Inggris, seperti James Fenimore Cooper dan Henry
Wadsworth Longfellow menjadi populer. Edukasi publik dan Penny pers menciptakan keinginan
akan materi bacaan. Pada tahun 1825 sampai 1859, jumlah perpustakaan umum meningkat tiga
kali lipat dan membaca buku menjadi simbol pendidikan dan pengetahuan.
Salah satu buku yang paling laku (best-seller) ditulis oleh Charles Dickens dan Walter Scott,
sedangkan buku yang paling berpengaruh pada era itu adalah Uncle Tom 's Cabin karya Harriet
Beecher Stowe, yang diterbitkan tahun 1852 dan terjual hingga 300,000 eksemplar di tahun
pertama. Baru pada akhir tahun 1840an buku pelajaran bagi mahasiswa, seperti buku referensi,
Selama perang sipil di AS, tentara mengisi waktu luang dengan membaca buku-buku murah.
Karena itu, muncullah roman-roman picisan (dime novel), seperti cerita populer Frank Merriwell
dan Horatio Alger. Disebut roman picisan karena harganya sangat murah.
Di antara tahun 1900 sampai 1945 merupakan era penerbitan komersial. Kebanyakan
perusahaan penerbitan dimilikioleh keluarga dan mereka memiliki spesialisasi di satu jenis buku
tertentu. Isi dari buku populer pada era ini bervariasi. Petualangan yang ditulis oleh Jack London
dan Zane Grey sangat populer pada masa pergantian abad. Selama abad ke-20 fiksi ringan The
Seik karya Erle dan Jeeves karya P. G. Wodehouse merupakan bestseller. Di tahun 1936, dua
buku karya Dale Carnegie, How to Win Friends and Influence People dan Gone with the Wind
Setelah PD II berakhir, era paperback baru diterbitkan oleh penerbit buku Bantam adalah
Buku-buku saku, dan pada era itu juga Perpustakaan Amerika bermunculan. Buku-buku ini begitu
populer karena harganya hanya 25 sen dolar AS dan karena dilakukan distribusi baru untuk
menjual novel-novel itu. Rak-rak buku berisikan paperback bermunculan di stasiun kereta api,
Dewasa ini sebagian besar media cetak diproduksi dengan menggunakan teknolgi komputer.
Harga mesin scanner yang digunakan untuk proses digitalisasi foto juga menjadi lebih murah.
Selain itu, muncul perangkat lunak yang dapat memudahkan pengguna komputer untuk menyusun
atau melakukan /ayout halaman dari komputer pribadi mereka. Teknologi fotokopi membuat cetak
offset menjadi tidak penting, setidaknya dalam jumlah yang rendah. Demikian pula, mesin cetak
laser yang berkecepatan tinggi telah banyak mendesentralisasi media cetak. Oleh karena itu,
dewasa ini hampir setiap orang yang memiliki komputer pribadi dapat memproduksi buku-buku,
Inovasi pada era informasi lain adalah munculnya penerbitan buku yang dibuat berdasarkan
bagian-bagian tertentu dari buku. Contohnya, penerbit buku pelajaran untuk perguruan tinggi
dapat mencetak hanya beberapa bab dari buku berdasarkan permintaan. Jadi, ketika seorang
penulis ingin menerbitkan bukunya, atau bila sebuah perguruan tinggi akan mencetak jurnal yang
diterbitkannya maka mereka tidak perlu lagi mencetak buku atau jurnal dalam jumlah besar
sebagaimana lazimnya dilakukan sepuluh tahun Jalu. Namun, dengan adanya teknologi komputer
dan printed on demand maka seseorang dapat menerbitkan buku dalam jumlah sesuai dengan
keinginannya.
4. E-Publishing
Beberapa evolusi komputer yang berdampak pada industri penerbitan : buku tradisional
adalah digitalisasi dalam mencetak buku, penggunaan e-book, dan adanya E-commerce di internet
atau kemampuan untuk membeli dan menjual buku melalui internet (online). Contohnya, transaksi
jual beli buku pada “toko buku virtual’ Amazon. Di sini seorang pembeli, misalnya seorang
mahasiswa dapat membaca atau melihat-lihat (browse) buku-buku yang ditawarkan Amazon di
internet, kemudian mahasiswa tersebut memilih dan membeli buku cetak dengan melakukan
transaksi pembayaran lewat internet. Akhirnya, Amazon mengirimkan buku lewat jasa pengiriman
langsung ke rumah si mahasiswa. Jadi, transaksi jual beli yang dilakukan lewat internet terjadi
tanpa si pembeli harus meninggalkan rumah. Sebuah ‘Toko buku virtual’ punya kemampuan
memori yang dapat ‘mengingat’ buku yang telah dibeli mahasiswa tadi, dan kemudian toko buku
tersebut dapat merekomendasi buku lain yang masih relevan dengan buku yang telah dibeli karena
Industri penerbit buku dibagi atas 3, yaitu penerbit, distributor, dan penjual eceran (retailers).
1. Buku-buku yang diperdagangkan (trade books) ditujukan untuk konsumen umum dan dijual
terutama melalui toko buku, termasuk buku untuk remaja dan dewasa. Fiksi hardcover, non
fiksi, biografi, bukubuku masak, buku-buku seni, dan tipe lainnya adalah genre jenis ini.
2. Buku-buku religius (religius books) termasuk Alkitab (Bible), lagu-lagu (hymnals), buku doa,
3. Buku-buku profesional yang ditujukan bagi dokter, pengacara, ilmuwan dan akuntan, manajer
bisnis, arsitek, insinyur, dan orang-orang yang membutuhkan referensi perpustakaan secara
4. Klub buku, bagi mereka yang menerbitkan buku karya mereka sendiri, dan menyiapkan edisi
5. Mail order atau buku yang dipesan lewat pos yang ditujukan bagi masyarakat umum.
6. Mass market paperback, buku-buku yang diletakkan pada rak-rak buku di supermarket, kios
dijual atas dasar non-profit, dan kebanyakan konsumennya adalah mahasiswa, pustakawan,
dan ilmuwan.
8. Buku pelajaran anak-anak adalah buku-buku yang kesemuanya digunakan di dalam kelas.
9. Penerbit buku cetak perkuliahan memproduksi teks dan buku kerja untuk pasar universitas.
10. Buku-buku tentang standarisasi tes seperti tes ujian masuk perguruan tinggi, tes bahasa
12. Audiovisual dan media lainnya terdiri atas tape, film, slide, transparansi, permainan, dan
1. Distributor
Dalam metode distribusi tradisional, penerbit mengirimkan copy buku kepada wholesaler atau
distributor, yang kemudian mereka bertugas mengirimkan buku-buku tersebut kepada toko-toko
ketika konsumen dapat membeli. Namun sekarang, tidak selalu mengirimkan kepada distributor
menggunakan metode online. Di sini, konsumen memesan buku dari website, buku tersebut akan
dikirimkan dari gudang langsung kepada konsumen, melalui distributor dan outlet retail.
Di AS terdapat lebih dari 20.000 toko buku tradisional dan tokok buku Online. Di sana
mendominasi penjualan buku tradisional. Jaringan retail lainnya termasuk toko buku yang berada
di perguruan tinggi, dan penjual buku-langsung-kepada-konsumen, seperti klub buku dan penjual
Dalam sebuah perusahaan/penerbit buku terdapat empat bagian atau departemen, yaitu
editorial, produksi, pemasaran, dan administrasi umum atau bisnis. Bagian editorial bertugas
menghubungi penulis buku. Jadi, bagian ini yang menyeleksi draf buku, membaca, melaporkan
hasil evaluasi, merekomendasi apakah sebuah draf buku dapat diterima, ditolak, atau direvisi. Ada
juga bagian yang mengecek tata bahasa, bahasa, dan keakuratan. Bagian produksi
bertanggungjawab pada komposisi, kertas yang digunakan, proses pencetakan sampai selesai.
Bagian pemasaran bertugas menjual, melakukan promosi, dan publikasi, sedangkan bagian bisnis
Hal lain yang penting untuk diketahui dalam proses menerbitkan buku adalah, biasanya editor
mendapatkan draf buku melalui tiga cara, yaitu melalui agen, langsung dikirim oleh penulis buku
tersebut dan editor dapat mempunyai ide dan meminta penulis untuk membuatkan tulisan. Namun,
dari ketiga cara itu, cara yang paling banyak dilakukan adalah melalui agen karena agen biasanya
tahu buku mana yang menarik untuk diterbitkan dan buku mana yang akan ditolak oleh editor.
Ajib Rosidi (Sutadi, 2009) menulis bahwa usaha penerbitan buku di Indonesia dibagi dalam
tiga jalur: buku pelajaran, buku umum, dan buku agama. Pada masa penjajahan Belanda,
penulisan dan penerbitan buku dikuasai oleh orang Belanda. Pribumi hanya sebagai pembantu
atau ditunjuk oleh orang Belanda tersebut. Penerbitan buku agama Islam dimulai orang orang
Arab, sedangkan buku agama kristen diterbitkan oleh orang Belanda. Adapun buku bacaan umum
diterbitkan oleh orang Cina dan buku berbahasa daerah diterbitkan oleh orang pribumi (Sumatra
Barat dan Medan). Namun, khawatir dengan perkembangannya, Belanda membuat penerbit
saingan, yaitu Commissie voor de Volksectuur atau Buku Bacaan Rakyat yang pada tahun 1908
diubah namanya menjadi Balai Pustaka. Balai Pustaka berusaha menerbitkan bacaan bermutu bagi
masyarakat dan berperan menjaga supaya masyarakat tidak membaca bacaan menyesatkan. Peran
lainnya, Balai Pustaka ikut melahirkan penulis-penulis besar Indonesia dan banyak novel yang
terbit pada masa itu menjadi karya besar, seperti Novel Siti Nurbaya karya Marah Roesli atau
Pada tahun 1950-an penerbit buku swasta bermunculan dengan motif politis dan idealis. Di
tahun 1955 pemerintah Republik Indonesia mengambil alih dan menasionalisasi semua
perkembangan usaha penerbitan buku nasional dengan jalan memberi subsidi dan bahan baku
kertas bagi para penerbit buku nasional sehingga penerbit diwajibkan menjual buku-bukunya
dengan harga murah. Pemerintah kemudian mendirikan Yayasan Lektur yang bertugas membantu
Sesudah tahun 1965 terjadi perubahan situasi politik di tanah air. Salah satu akibat dari
perubahan itu adalah keluarnya kebijakan baru pemerintah dalam bidang politik, ckonomi, dan
moncter. Sejak akhir tahun 1965, subsidi bagi penerbit dihapus. Akibatnya, hanya 2594 penerbit
yang mampu bertahan, situasi perbukuan mengalami kemunduran. Sementara itu, pemerintah,
melalui Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mashuri, menetapkan bahwa semua buku pelajaran
disediakan oleh pemerintah. Keadaan tidak dapat terusmenerus dipertahankan karena buku
pelajaran yang meningkat dari tahun ke tahun. Oleh karena itu, pemerintah memberikan hak pada
Balai Pustaka untuk mencetak buku-buku yang dibutuhkan di pasaran bebas. Para penerbit swasta
diberikan kesempatan menerbitkan buku-buku pelengkap dengan persetujuan tim penilai. Hal lain
yang menonjol dalam masalah perbukuan selama Orde Baru adalah penerbitan buku yang harus
Mengenai kesusastraan (Heryanto dalam Sen & Hill 2001:10) membedakan empat kategori
penerbitan:
1. Sastra tinggi yang diterima oleh jurnal kesastraan, seperti Horison dan lembaga-lembaga
seperi beberapa karya WS Rendra, karya Pramudya Ananta Toer, Utuj Tatang Sontani, dan
beberapa pengarang lainnya, tidak dapat dipasarkan karena mereka dinyatakan terlibat
G30S/PKI. Sementara, buku-buku Siapa Menabur Angin Akan Menuai Badai, kemudian Era
Baru, Pemimpin Baru tidak dapat dipasarkan karena dianggap menyesatkan, terutama
3. Karya sastra yang direndahkan oleh para penjaga estetika sastra termasuk bentuk fiksi pop,
4. Sastra dalam bahasa daerah (non Indonesia) atau yang dianggap bukan karya sastra.
E. INDUSTRI MAJALAH
Sebuah majalah menyajikan informasi yang lebih mendalam daripada suratkabar, namun
informasinya bukan merupakan informasi terbaru, seperti suratkabar. Majalah juga dapat
menspesialisasikan pemberitaannya pada isu tertentu dan dapat menyajikan latar belakang sebuah
berita dengan lebih mendalam. Majalah pada umumnya mempunyai target yang lebih kecil
dengan membatasi pembacanya pada poopulasi yang sangat spesifik, seperti penggemar olahrag,
Majalah baru, yang konvensional maupun berbasis internet, bermunculan secara terus
menerus. Banyak dari majalah yang mati dengan cepat atau diakuisi oleh grup perusahaan yang
lebih besar, yang dapat menyediakan pemasaran, publisitas, kontrak pengiklan, dan prospek
sirkulasi yang lebih baik. Namun, industri majalah juga merupakan salah satu area media
manakala kompetitor yang baru dapat masuk dengan mengambil segmen baru dalam pasar yang
belum terjamah oleh majalah lainnya. Contoh, tahun 1969 majalah “hipie” Rolling Stone dengan
cepat tumbuh dan menjadi majalah tandingan lifestyle dan tahun 1970an menjadi majalah musik
hampir semua media cetak sehingga penerbitan majalah dan buku dari perusahaan tersebut
diarahkan bukan hanya untuk mendapatkan profit saja, tetapi juga bersinergi dengan media lain di
F. SEJARAH MAJALAH DI AS
Ketika majalah pertam diterbitkan di AS pada abad 18, saat itu mayoritas masyarakatnya
masih buta huruf dan digunakan untuk mendistribusikan esai atau tulisan dan ide-ide terkait
masalah politik. Jadi, target pembaca majalah adalah kelompok elit dan harga majalah relatif
mahal. Pada umumnya, informasi dalam majalah, sering kali diperoleh dari majalah yang berasal
dari negara Inggris. Majalah tersebut hanya berisi sedikit ilustrasi bahkan hiasan artistik dalam
sebuah majalah hanya terdapat dalam cover atau sampul muka. Publikasi majalah dicetak dengan
menggunakan alat yang digerakkan oleh tangan, dan cara ini membuuhkan banyak tenaga dan
waktu yanglama. Pada zaman itu, penerbit sekaligus berperan sebagai editor, penulis utama, dan
penerbit.
Pendistribusian majalah di masa awal agak sulit. Ketika itu, majalah didistribusikan dari
tangan ke tangan atau dengan menggunakan kuda atau kereta yang ditarik kuda.
Kemunculan teknologi seperti televisi merupakan kompetitor majalah karena iklan mulai
bergeser ke televisi. Ditambah lagi dengan muncul pesaing teknologi video yang dapat dinikmati
Internet juga merupakan musuh utama majalah, akan tetapi banyak juga majalah yang
kemudian mengembangkan stafnya untuk membangun media digital yang menghasilkan versi
online. Orang-orang yang mengelola majalah menyadari bahwa internet menyajikan cara yang
baik untuk memelihara relasi dengan pembacanya dan menawarkan forum lain untuk menjual
iklan.
2. Majalah dan Web
Seperti berbagai perusahaan cetak, industri majalah juga bermigrasi ke web. Di tahun 2009,
lebih dari 15.000 majalah (termasuk 7.500 yang berorientasi-konsumen) berda di world wide web
(www), dan jumlah meningkat 78% dibandingkan tahun 2005. Banyak dari publikasi menawarkab
versi elektroniknya, seperti arsip-arsip artikel dari isu-isu yang terdahulu atau menawarkan fitur
Tipe majalah dan struktur dalam industri majalah (Dominick, 2005:130) dibagi dua kategori:
1. Tipe Majalah
a. Majalah Umum
Majalah umum biasanya dibeli secara eceran pada kios koran dan suratkabar, di toko buku atau
diperoleh dengan cara berlangganan. Tipe majalah konsumer ini memuat berbagai macam
kategori seperti bisnis, hiburan hobby, seputar wanita/pria dan lain sebagainya.
Majalah bisnis menspesifikasikan diri pada bisnis tertentu sehingga isinya terfokus pada hal-
hal yang berkaitan dengan pekerjaan pembacanya. Banyak dari majalah ini melayani masyarakat
Beberapa publikasi bisnis disebut vertikal atau horizontal. Disebut vertikal karena berisi
seluruh aspek dalam satu bidang. Sedangkan disebut horizontal karena berhubungan dengan
Tipe majalah yang ketiga adalah majalah yang dicetak berdasarkan pesanan sponsor (sebuah
perusahaan. Seorang klien mendapatkan majalah ini karena ia membeli atau menggunakan produk
tertentu.
d. Jurnal Ilmiah
Majalah ini diterbitkan oleh asosiasi masyarakat atau organisasi nonprofit dan didanai oleh
universitas, yayasan, atau organisasi profesional. Adapun sirkulasi majalah dibawah 10.000 buah
dan diterbikan empat atau beberapa isu setiap tahun. Beberapa jurnal ilmiah ini memiliki versi
online. Tujuan penerbitan majalah ini adalah memperluas relasi organisasai melalui sebuah forum
untuk mendiskusikan isi tertentu dan mempererat relasi anggota yang satu dengan yang lain.
Berisi informasi yang panjangnya empat sampai delapan halaman. Laporan berkala ini dapat
diperoleh dengan cara berlangganan. Selama beberapa tahun terakhir laporan berkala telah
f. Majalah Perusahaan
mempromosikan institusi mereka, dan ada kemungkinan satu perusahaan mempunyai lebih dari
satu majalah. Misal, publikasi internal ditujukan kepada karyawan, sales, dan dealer, untuk
Dalam industri majalah, ada tiga bagian, yaitu bagian produksi, distribusi, dan penjualan.
Bagian pertama berisi semua elemen yang berfungsi untuk membuat sebuah majalah, seperti copy,
Bagian distribusi berperan untuk menangani bagaimana majalah dapat sampai ke tangan
pembaca. Bagian sirkulasi ini merupakan departemen yang paling kompleks di antara yang lain.
Adapun bagian terakhir adalah penjual eceran yang dilakukan melalu penjualan majalah
Penerbit merupakan pemimpin eksekutif dalam sebuah majal yang bertugas mengatur
keuangan, menjaga agar iklan tetap berjalan baik, menjaga sirkulasi yang tinggi, dan membuat
majalah secara konsisten sesuai dengan arahan editorial. Penerbit ini mengawasi empat bagian
atau departemen.
1. Bagian sirkulasi yang bertugas menjaga kepuasan pembaca dan mendapatkan pembaca baru.
2. Bagian iklan dan penjualan untuk menjual kolom (space) kepada pengiklan yang potensial.
4. Bagian editorila merupakan pimpinan bagian yang membawahi staf editorial, merencanakan
topik mendatang.
Sebelum ada suratkabar, informasi disebarkan melalui laporan berkala (newsletter). Pada
tahun 59, jurnal kegiatan harian (Acta Diurna) milik Julius Caesar mulai diterbitkan secara harian
dan diletakkan di tempat umum, Jurnal itu berisi informasi mengenai berbagai hal tentang
kegiatan senat di kerajaan Romawi, masalah perdagangan, bisnis, informasi cuaca, informasi
bencana, bahkan gosip. Tahun 1618 newsletter yang dinamakan corantos (berita teraktual), yang
menekankan berita dalam negeri. Pada masa tersebut tidak ada kebebasan pers dan kelas
pengusaha mempunyai izin untuk mencetak dan menyensor setiap artikel sebelum dicetak.
Pada awal tahun 1600-an, banyak warga negara Inggris yang meninggalkan negaranya pergi
ke Amerika utara dengan harapan memiliki kebebasan dalam berbicara dan menulis mengenai apa
yang mereka yakini. Salah satu tulisan yang terkenal adalah tulisan John Milton, Areopagitica di
tahun 1644, yang meminta parlemen untuk menghentikan pemberlakuan lisensi dan sensor.
Milton menganjurkan adanya kebebasan pers yang menciptakan adanya sebuah keragaman suara
dan berbagai macam gagasan yang berbeda (marketplace of ideas) sehingga kebenaran akan
muncul.
Tahun 1690 Benjamin Harris di Boston menerbitkan suratkabar pertama, Public Occurances
both Foreign and Domestick, dan empat belas tahun kemudian John Campbell, seorang Kepala
Kantor Pos Boston menerbitkan Boston News Letter, Kedua suratkabar itu dinilai membosankan
karena diterbitkan berdasarkan lisensi dan merupakan pengulangan berita dari korankoran di
Eropa. Boston News Letter hanya memiliki pembaca 300 orang dan tidak pernah meraih
keuntungan.
James Franklin memulai suratkabar independen, The New England Courant tanpa persetujuan
dari pemerintah. Akibatnya, dia dipenjara dan dilarang untuk memublikasikan korannya.
Usahanya di bidang suratkabar dilanjutkan oleh Benjamin Franklin yang kemudian memulai
bisnis di Pennsylvania, dengan menerbitkan The Pennsylvania Gazette. Sepanjang karirnya, Ben
Franklin telah berhasil menerbitkan beberapa suratkabar, menerbitkan satu majalah yang pertama
di AS, membuat kartun editorial, dan membuktikan bahwa iklan di surat kabar mampu dapat
memasarkan produk dan yang lebih penting, dia berhasil menunjukkan bahwa jurnalisme dapat
pers yang mendukung partai politik, dan halamanhalamannya digunakan untuk propaganda atau
perdebatan politik yang sengit. Pertumbuhan suratkabar pada tahun 1783 terasa lambat, namun
sebelum tahun 1800, sebagian besar kota-kota besar di AS telah memiliki setidaknya satu
suratkabar. Sebelum tahun 1820 terdapat 24 harian, 422 suratkabar mingguan, 66 koran dwi atau
suratkabar tri mingguan. Pada tahun 1860 mulai muncul suratkabar bagi kelompok minoritas..
Beberapa hal yang mendorong terjadinya koran massa adalah (Dominick, 2005:90).
1. Ditemukannya mesin uap. Hadirnya mesin uap cetak tahun 1830 membuat produksi
suratkabar menjadi lebih cepat karena mampu menghasilkan 4.000 copy per jam, dan
2. Cukup banyak orang yang dapat membaca suratkabar. Diberlakukannya Sistem sekolah tahun
1830-an mendorong laju pendidikan dan meningkatkan melek huruf baik di kalangan
3. Terdapat audiens massa. Koran massa muncul pada era yang disebut Jacksonian democracy,
era ketika masyarakat biasa mulai dianggap sebagai kekuatan politik dan ekonomi, seperti
peran mereka dalam Pemilu. Pada era ini juga masyarakat kelas menengah di kota semakin
meningkat, manakala tren kebebasan berbisnis, dan berpolitik menciptakan audiens massa
Berikut ini penjelasan mengenai suratkabar yang dibagi dalam kelompok harian, mingguan,
surat yang diperuntukkan bagi kelompok minoritas. Kalau dilihat dari area yang dijangkau maka
juga bagi daerah di sekelilingnya, suratkabar di daerah pinggiran dan suratkabar di kota-kota
kecil. Sirkulasi suratkabar secara keseluruhan terus menurun, sebagian karena meningkatnya
jumlah pembaca online, perekonomian buruk, kenaikan harga, dan pelanggan di daerah yang tidak
lagi menguntungkan. Tiga suratkabar nasional AS (USA Today, Wall Street Journal, dan New
York Times) serta suratkabar harian kecil-menengah memiliki perputaran lebih baik dari
suratkabar metro yang besar, beberapa di antaranya mengalami penurunan sekitar 10 persen dari
sirkulasi mereka. Kepemilikan Dua hal yang penting untuk diketahui tentang kepemilikan
Suratkabar terbesar di AS adalah Gannet Company yang memiliki 100 harian dan jumlah total
sirkulasi enam juta. Selain itu, Knight-Ridder Newspapersincs mengontrol 31 harian yang
memiliki sirkulasi 3.8 juta. Suratkabar lain yang memiliki sirkulasi dua juta adalah Advance
Publications, Tribune Company, dan New York Times Company. Kedua, terjadi penurunan
kompetisi di beberapa kota karena dominasi pemilikpemilik perusahaan besar. Jumlah kelompok
ini meningkat dari delapan pada tahun 1900 menjadi 130 pada tahun 2000. 130 kelompok besar
ini menguasai 80% sirkulasi suratkabar. Sebaliknya, suratkabar yang hanya menguasai satu pasar
(single market) menurun. Contoh, tahun 1923 lebih dari 500 kota di AS memiliki dua atau lebih
harian, tetapi tahun 2003 hanya ada selusin kota yang masih bertahan.
Tak sedikit pro dan kontra dilontarkan tentang kepemilikan kelompok dan menurunnya
kompetisi di antara suratkabar. Karena kompetisi menurun maka keberagaman opini yang
disajikan kepada audiens pun berkurang. Selain itu, dapat jadi top management kelompok tersebut
lebih mementingkan profit daripada kualitas pemberitaan. Kritik lain menyebutkan adanya
kemungkinan pemilik koran yang kurang peduli terhadap kepentingan masyarakat Jokal.
kelompok suratkabar dapat menyelesaikan hal-hal tertentu yang tidak dapat diselesaikan
suratkabar kecil. Seperti memiliki berbagai koresponden di luar kota, bahkan luar negeri.
Kelompok suratkabar besar ini juga mempunyai peralatan yang lebih baik, punya sumber untuk
Struktur dan jumlah staf dalam sebuah suratkabar sangat bervariasi. Apapun setiap suratkabar
memiliki tiga bagian atau departemen, yaitu bagian bisnis, produksi, dan editorial berita. Bagian
bisnis bertanggungjawab atas penjualan kolom untuk iklan dan mendapatkan pemasukan dari
sirkulasi atau promosi. Bagian produksi bertugas untuk mencetak berita dan bagian yang paling
kompleks adalah editorial berita. Berita dan editorial biasanya dipisahkan karena halaman
editorial berisi opini dan halaman berita berisi peliputan yang objektif.
Editor pelaksana mengoordinasikan pekerjaan di ruang redaksi (newsroom). Editor kota
membawahi rubrik peliputan lokal yang juga menugaskan wartawan untuk menangani berbagai
berita. Wire editor mengedit berita nasional dan internasional yang diperoleh dari kantor berita.
Sebagian besar koran memiliki satu atau dua orang yang bertanggungjawab untuk menyiapkan
editorial.
Sejak awal kemerdekaan Republik Indonesia, pers disebut oleh Presiden Soekarno sebagai
“Alat Revolusi” yang bertanggungjawab untuk memompa semangat dan menggerakkan opini
publik. Periode tahun 1950-an dan awal tahun 1960-an ditandai dengan pers yang dikelola selaras
dengan garis-garis partai, selanjutnya pada tahun 1970-an dan 1980-an, zaman Orde Baru (Orba)
berubah menjadi industri komersial yang kemudian kembali lagi dipolitisasi tahun 1990-an dan
Menurut Daniel Dhakidae (Sen & Hill, 2001:65), Departemen Penerangan merupakan salah
satu perangkat Orba yang paling berkuasa dan penting karena dia memegang izin yang diperlukan
untuk membangun semangat nasional Pancasila. Pada masa itu, pemerintah menghapus retorika
revolusioner dan menyarankan agar pers ikut memelihara keamanan nasional melawan ancaman
dalam dan luar negeri. Pers harus mengawal Pancasila, dan pers harus bebas dan
bertanggungjawab serta tidak mengikuti ideologi pers barat yang liberal dan dipandang sebagai
tak memiliki “tanggungjawab”. Istilah yang dikenal akrab adalah “bebas, namun bertanggung
jawab”.
Hill (2011:35) menjelaskan bahwa pada awal 1970-an, surat-surat kabar dikelompokkan
dalam enam kategori. Kelompok pertama, adalah harian Orde Baru Radikal, yaitu pers mahasiswa
yang keluar dari kampus dan turun ke jalan, seperti Harian KAMI dan Mahasiswa Indonesia,
Nusantara, Pedoman, dan Indonesia Raya. Kelompok kedua, adalah surat kabar terkemuka yang
memiliki angka sirkulasi tinggi dan sikap politis hati-hati, seperti harian protestan SINAR
HARAPAN dan harian katholik Kompas (yang berdiri 1965). Ketiga, adalah koran-koran yang
bersandar pada Angkatan bersenjata RI, seperti Berita Yudha dan Angkatan Bersenjata (terbit
tahun 1965) serta Suara Karya (terbit Maret 1971) yang dimiliki oleh Golkar. Keempar, adalah
koran-koran radikal berhaluan nasional, seperti El Bahar dan Merdeka (berdiri 1945 dan Suluh
Marhaen yang berbendera PNI. Kelima, koran yang memiliki aspirasi kaum Muslim, seperti
Abadi, Jihad, dan Duta Masyarakat yang dimiliki NU. Kelompok terakhir adalah koran apolitis
dan hiburan yang bergaya populer seperti Pos Kota yang pemberitaannya penuh sensasional.
Pada tahun 1970-an itu hanya empat koran yang memiliki sirkulasi melebihi 40.000, yaitu
Kompas, SINAR HARAPAN, atau penggantinya SUARA PEMBARUAN, Berita Yudha, dan
Merdeka. Koran yang sampai saat ini masih bertahan hanyalah Kompas dan SUARA
PEMBARUAN karena kedua koran itu bersikap hati-hati untuk urusan politik dan memihak
kelompok kelas menengah yang sekuler. Dalam kurun waktu yang kondisi pers diwarnai dengan
pembredelan. Saat itu, ada 43 surat kabar dari 163 yang dilarang beredar, dan berikutnya pada
peristiwa Malari (15 Januari 1974) 12 penerbitan dilarang, yaitu Nusantara, Harian KAMI,
Indonesia Raya, Abadi, The Jakarta Times, Mingguan Senang, Pemuda Indonesia, Majalah
Berita Mingguan Ekspres, Pedoman (yang semuanya berada di Jakarta), serta Suluh Berita
(Surabaya), Mahasiswa Indonesia (Bandung), dan Indonesia Pos (Ujung Pandang). Dari kedua
belas koran itu ada dua koran yang diizinkan terbit kembali, yaitu Pelita yang menggantikan
Abadi, dan The Indonesian Times yang menggantikan The Jakarta Times. Pada tahun-tahun
berikutnya, masih ada koran-koran atau majalah yang pernah terkena pembredelan termasuk
Selama dua dekade berikutnya, pers Indonesia mengalami perubahan karena masuknya modal
besar ke dalam industri ini membuat perusahaan pers bangkit dan masuk ke dalam peringkat
bisnis berskala besar. Pada tahun 1980an, televisi swasta bermunculan, namun perkembangan
media cetak tidak sebaik media elektronik. Persaingan media cetak dan elektronik semakin
menajam ketika iklan di media cetak berpindah ke televisi swasta, walaupun demikian,
perkembangan koran terus naik. Hill (2011:95) menjelaskan bahwa pebisnis media yang berhasil
melalui periode 1970-an, kemudian melakukan hal yang lebih pragmatis dan mempunyai nilai
bisnis. Akhir tahun 1980-an beberapa perusahaan pers menjadi perusahaan yang besar, seperti
Kelompok Kompas Gramedia, Kelompok Sinar Kasih, Kelompok Tempo-Grafiti/Jawa Pos, dan
Tahun 1990-an, keluarga dan kerabat mantan Presiden Soeharto mulai ambil bagian dalam
bisnis industri media, terutama pada jaringan televisi dan teknologi satelit. Pada akhir 1997, terbit
menggunakan izin penerbitan majalah kesehatan Higina yang separuh sahamnya dimiliki Suara
Pembaruan dan separuhnya lagi dimiliki oleh Hard Rock Cafe di Indonesia (Sen & Hill, 2001:75).
Surat kabar daerah ini memiliki target khusus dan pemberitaan yang tajam pada berbagai
peristiwa lokal yang luput dari liputan media nasional, bahkan ketika surat kabar ibukota
terlambat datang maka surat kabar lokal dicari khalayak pembaca. Hal yang patut disayangkan
adalah distribusi Suratkabar lokal ke daerah lainnya sering terhambat oleh faktor geografis,
demografis, kondisi alam, iklim, dan curah hujan, serta rendahnya tingkat baca masyarakat ikut