Anda di halaman 1dari 20

BUKU DIGITAL

PENGERTIAN BUKU DIGITAL

adalah bentuk digital dari buku cetak. Buku cetak pada umumnya terdiri atas setumpuk kertas
dijilid yang berisi teks atau teks dan atau gambar, maka buku elektronik berisikan informasi
digital yang dapat berisi teks, gambar, audio, video.
Buku digital atau e-book merupakan sebuah publikasi yang terdiri dari teks, gambar, video,
maupun suara dan diterbitkan dalam bentuk digital yang dapat dibaca di komputer maupun
perangkat elektronik lainnya.

SEJARAH PERKEMBANGAN BUKU SEHINGGA MENJADI EBOOK

Mengutip perkataan David McCullough, setiap buku adalah perjalanan baru. Cara yang
sangat tepat untuk menjelaskan apa arti dari benda ini hanya dalam lima kata saja. Hanya
dengan membuka lembaran-lembarannya dan membaca kata demi kata, buku membawa kita
dalam sebuah perjalanan ke masa lampau atau bahkan dunia yang hanya ada dalam imajinasi
penulisnya. Seringkali pula kita mendengar perkataan buku adalah jendela dunia. Setiap
halaman merupakan pengetahuan baru, perluasan dari wawasan pembacanya.
Buku tidak selalu berbentuk seperti yang kita kenal dan baca pada saat ini. Sebelumnya,
buku mempunyai bentuk yang berbeda.

Pada zaman kuno, tradisi komunikasi masih mengandalkan lisan. Penyampaian


informasi, cerita-cerita, nyanyian, doa-doa, maupun syair, disampaikan secara lisan dari mulut
ke mulut. Zaman ini disebut zaman Pra-Aksara, zaman sebelum tulisan. Oleh karena itu, hafalan
merupakan ciri utama dari zaman ini. Semua informasi, cerita-cerita tersebut harus dihafal dan
diceritakan turun temurun untuk menjaga agar tidak hilang dari masyarakat. Namun, hal ini
menyebabkan keakuratan dari informasi tersebut semakin berkurang. Cerita-cerita berubah dari
generasi ke generasi. Kemudian terpikirlah untuk menuangkannya dalam tulisan, dan terciptalah
buku kuno.
Buku kuno pada awalnya hanya berupa tanah liat yang dibakar, mirip dengan proses
pembuatan batu bata di masa kini. Penulisannya semua menggunakan tulisan tangan. Buku
tersebut digunakan oleh penduduk yang mendiami pinggir Sungai Euphrates di Asia Kecil sekitar
tahun 2000 SM.

Gulungan Papirus

Penduduk Sungai Nil, yaitu Bangsa Mesir, memilih untuk menuangkan tulisan mereka
yaitu hieroglif ke atas sesuatu yang berbeda. Mereka menuliskannya di atas kertas papirus yang
dibuat dari batang-batang papirus dengan cara membelah tipis-tipis pohon papirus kemudian
diawetkan. Batang ini banyak tumbuh di pesisir Laut Tengah dan di sisi Sungai Nil. Gulungan
dari batang papirus inilah yang melatarbelakangi adanya gagasan kertas gulungan.

Bangsa Romawi pun menggunakan cara yang hampir serupa. Namun perbedaannya
adalah mereka menggunakan model gulungan dengan kulit domba, bukan papirus. Model
gulungan dengan kulit domba ini disebut parchment (perkamen).
Bentuk buku berupa gulungan ini masih dipakai hingga sekitar tahun 300 Masehi.
Beberapa kesulitan dari penggunaan gulungan papirus maupun perkamen membuat buku
mengalami perkembangan dan perubahan bentuk. Panjang gulungan tersebut dapat mencapai
puluhan meter. Bahkan, gulungan papirus terpanjang terdapat di British Museum di London yang
panjangnya mencapai 40,5 meter. Hal ini tentu sangat tidak efisien dan merepotkan baik penulis
maupun pembacanya. Oleh karena itulah, gulungan-gulungan tersebut dipotong-potong.
Pada awal abad pertengahan, gulungan-gulungan buku digantikan oleh lembaran kulit
domba terlipat yang dilindungi oleh kulit kayu yang keras yang dinamakan codex. Kulit domba
yang lebih kuat dan lebih mudah dipotong dibuat berlipat-lipat sehingga lebih mudah digunakan.
Inilah bentuk awal dari buku yang berjilid. Di Cina dan Jepang, perubahan bentuk buku
gulungan menjadi buku berlipat yang diapit sampul berlangsung lebih cepat dan lebih sederhana.
Indonesia sendiri juga mengenal buku kuno. Tulisan-tulisan dituangkan ke atas daun
lontar yang kemudian disatukan dan dijilid sehingga membentuk sebuah buku.

Codex
Pada tahun 105 Masehi, Tsai Lun, seseorang berkebangsaan Cina di Tiongkok yang
hidup pada zaman kekaisaran Ho Ti berhasil menciptakan kertas. Kertas tersebut terbuat dari
bahan serat yang disebut hennep. Serat ini ditumbuk, kemudian dicampur dan diaduk dengan air
hingga menjadi bubur. Setelah dimasukkan ke dalam cetakan, buku di jemur hingga mengering.
Kemudian setelah mengering, bubur tersebut berubah menjadi kertas. Ditemukannya kertas ini
berpengaruh besar terhadap perkembangan dan perubahan bentuk buku. Hingga sekarang, kertas
masih digunakan sebagai bahan baku pembuatan buku menggantikan papirus, kulit domba, dan
bahan kuno yang merupakan bahan pembuat buku pada awalnya. Pada abad kedua, Cina menjadi
pengekspor kertas satu-satunya di dunia.
Pada tahun 751, pembuatan kertas telah menyebar hingga ke Samarkand, Asia tengah,
dimana beberapa pembuat kertas bangsa Cina diambil sebagai tawanan oleh bangsa Arab.
Bangsa Arab, setelah kembali ke negerinya, memperkenalkan kerajinan pembuatan kertas ini
kepada bangsa Morris di Spanyol. Pada tahun 1150, dari Spanyol, kerajinan ini menyebar ke
Eropa. Pabrik kertas pertama di Eropa pun kemudian dibangun di Perancis, tahun 1189, lalu di
Fabriano, Italia tahun 1276 dan di Jerman tahun 1391.

Setelah penemuan kertas, ditemukanlah mesin cetak pada abad ke 15 yang juga
merupakan benda signifikan dalam perkembangan buku berikutnya. Penemu mesin cetak itu
adalah orang berkebangsaan Jerman bernama Johanes Gensleich Zur Laden Zum Gutenberg.

Ide Gutenberg ini

Gutenberg dan mesin pencetaknya


tercetus ketika ia bekerja sebagai tukang emas di Mainz. Dia

mendapatkan ide untuk menghasilkan surat pengampunan dengan membentuk kop huruf untuk
mencetak surat pengampunan dalam jumlah banyak agar dia mendapatkan uang untuk membayar
hutang-hutangnya. Pada saat itu, buku dan surat ditulis dengan tulisan aksara latin dengan tangan
dan mengandung banyak kesalahan ketika penyalinan. Kekurangannya yang lain adalah
kelambatannya dalam penulisan.
Gutenberg pertama kalinya membuat acuan huruf logam dengan menggunakan timah
hitam untuk membentuk tulisan aksara latin. Pada awalnya, Gutenberg terpaksa membuat hampir
300 bentuk huruf untuk meniru bentuk tulisan tangan yang berbentuk tegak bersambung. Setelah
itu, Gutenberg membuatkan mesin cetak yang bergerak untuk mencetak tulisan-tulisan.

Teknik cetak yang ditemukan Gutenberg bertahan hingga abad ke-20 sebelum akhirnya
ditemukan teknik cetak yang lebih sempurna, yakni pencetakan offset, yang ditemukan pada
pertengahan abad ke-20.
Di era modern sekarang ini perkembangan teknologi semakin canggih. Mesin-mesin
offset raksasa yang mampu mencetak ratusan ribu eksemplar buku dalam waktu singkat telah
dibuat. Hal itu diikuti pula dengan penemuan mesin komputer sehingga memudahkan untuk
menyusun huruf dan mengatur tata letak halaman.
Perkembangan ini diikuti pula dengan penemuan mesin penjilidan, mesin pemotong
kertas, scanner (alat pengkopi gambar, ilustrasi, atau teks yang bekerja dengan sinar laser hingga
bisa diolah melalui komputer), dan juga printer laser (alat pencetak yang menggunakan sumber
sinar laser untuk menulis pada kertas yang kemudian di taburi serbuk tinta).
Semua penemuan-penemuan tersebut telah menjadikan buku-buku sekarang ini mudah
dicetak dengan sangat cepat, dijilid dengan bagus dan rapi, serta hasil cetakan dan desain yang
bagus pula. Tak mengherankan bila sekarang ini kita dapati berbagai buku terbit dengan
penampilan yang semakin menarik.
Seiring dengan perkembangan dunia teknologi dan komputer, buku yang berbentuk soft
cover maupun hard cover berubah menjadi e-book atau buku elektronik. Sesuai dengan
namanya, buku elektronik adalah versi elektronik dari buku. Jika buku pada umumnya terdiri
dari kumpulan kertas yang dapat berisikan teks atau gambar, maka buku elektronik berisikan
informasi digital yang juga dapat berwujud teks atau gambar. Buku elektronik ini dapat diakses
menggunakan perangkat keras seperti komputer, handphone, ataupun tablet. Pada zaman
sekarang ini, buku dengan bentuk e-book semakin populer di kalangan masyarakat dikarenakan
oleh kepraktisannya. Tidak perlu membawa banyak buku yang berat dan memakan tempat, kita

cukup membawa satu perangkat keras yang bisa membaca e-book dan memuat semua buku-buku
kita. Selain itu, e-book juga bersifat ramah lingkungan dan mendukung gerakan paperless.
Dengan adanya e-book, pohon-pohon yang ditebang untuk memproduksi kertas pun menjadi
berkurang drastis.

Dynabook
Di antara buku-buku versi e-book yang ada pada umumnya, sumber e-book yang pertama
kali ada dikenal dengan nama: Proyek Gutenberg. Proyek ini dimulai oleh Michael S. Hart pada
tahun 1971. Sebuah implementasi awal e-book adalah pembuatan prototipe desktop bernama
Dynabook, pada tahun 1970 di PARC. Dynabook menjadi komputer umum yang khusus
digunakan untuk kebutuhan membaca pribadi, termasuk membaca buku. Ide yang serupa juga
diungkapkan oleh Paul Drucker.

Sony Data Discman

Pada awalnya, e-book ditulis untuk masyarakat tertentu dan terbatas saja. E-book
dimaksudkan untuk dibaca hanya oleh kelompok-kelompok kepentingan kecil dalam lingkup
tertentu, misalnya kaum akademis di kampus. Ruang lingkup materi pelajaran dari buku-buku
elektronik termasuk pedoman teknis untuk hardware, teknik manufaktur, dan mata pelajaran lain.
Kemudian pada tahun 1990, fasilitas media dalam internet mengalami perkembangan dengan
dapat dibuatnya program yang membuat pentransferan file elektronik menjadi jauh lebih mudah,
termasuk e-book.

Pada tahun 1992, Sony meluncurkan Data Discman, yaitu alat untuk membaca buku
elektronik yang bisa membaca e-book yang tersimpan dalam CD. Mengikuti hal ini, muncullah
perangkat-perangkat untuk membaca e-book lainnya, yaitu Amazon Kindle, Nook Simple Touch,
dan iPad.

Aplikasi iBooks pada iPad


Berbagai jenis format e-book mulai bermunculan, beberapa diantaranya didukung oleh
perusahaan-perusahaan besar seperti Adobe dengan format PDF-nya, dan lain-lain didukung oleh

programmer open source dan independen. Beberapa pembaca menggunakan berbagai macam
format dalam membaca e-book, namun ada pula yang hanya menggunakan satu jenis format saja,
yang membuat pasar e-book semakin terpecah belah.
E-book terus bergerak maju di dalam kalangan mereka sendiri. Bahkan, banyak penerbit
e-book mulai membagikan buku secara gratis yang berada di domain publik. Pada saat yang
sama, penulis dengan buku-buku yang tidak diterima oleh penerbit menawarkan karya-karya
mereka secara online sehingga karya tersebut dapat dilihat oleh masyarakat luas. Katalog tidak
resmi pun tidak jarang tersedia melalui web dan situs yang ditujukan untuk e-book.
Berbagai perpustakaan di Amerika mulai menyediakan e-book gratis kepada publik pada
tahun 1998 melalui situs web mereka dan layanan terkait. E-book yang berisikan naskah bersifat
ilmiah, atau teknis tersebut diatur supaya tidak bisa di-download. Kemudian pada tahun 2003,
perpustakaan mulai menawarkan fiksi populer gratis yang bisa didownload dan e-book non-fiksi
untuk umum. Peluncuran model peminjaman e-book menghasilkan respon yang lebih besar
dibandingkan dengan perpustakaan umum/konvensional.
Jumlah distributor perpustakaan e-book terus meningkat selama beberapa tahun terakhir
ini. Pada tahun 2010, sebuah penelitian di Amerika menemukan bahwa 66% dari perpustakaan
umum di Amerika Serikat menawarkan jenis format e-book untuk buku-bukunya. Selain itu,
gerakan besar di industri perpustakaan mulai serius memeriksa persoalan yang berkaitan dengan
peminjaman buku menggunakan e-book. Dalam hal ini patut diakui bahwa penggunaan e-book
semakin hari semakin meluas.
Dari papirus yang terbuat dari batang pohon, kemudian kulit domba yang dilipat dan
diapit kayu keras, sehingga menjadi lembaran-lembaran kertas yang dijilid seperti yang kita
kenal saat ini, lalu bentuk buku yang terbaru yaitu buku elektronik, perkembangan buku dari

masa ke masa sudah sangat pesat. Namun perkembangan ini tidak akan berhenti di sini saja.
Dengan pesatnya perkembangan teknologi saat ini, buku pun akan semakin berevolusi dan
mengalami perkembangan yang lebih pesat lagi.

FUNGSI
Sebagai salah satu alternatif media belajar.
Berbeda dengan buku konvensional, buku digital dapat memuat konten multimedia
didalamnya sehingga dapat menyajikan cara belajar yang menarik.

Sebagai media berbagai informasi.


Buku digital dapat disebarluaskan dengan lebih mudah dibandingkan buku konvensional.
Cara menyebarluaskan buku digital dapat melalui media seperti website, kelas maya,
email dan media digital yang lain.Seseorang dapat menjadi pihak pengarang serta
penerbit dari buku yang dibuat sendiri dengan mudah.

TUJUAN
Ada beberapa tujuan pengembangan buku digital, yaitu:

Memberikan kesempatan bagi pembuat konten untuk berbagi informasi dengan lebih
mudah, dengan cara yang lebih menarik dan interaktif. Dengan membuat konten dalam
bentuk digital, pengarang tidak perlu mendatangi penerbit untuk menerbitkan bukunya,
cukup mendatangi salah satu situs penerbit digital dan memberikan bukunya secara
mandiri.

Melindungi informasi yang disampaikan. Berbeda dengan buku fisik yang dapat rusak,
basah maupun hilang. Buku digital berupa data di komputer terlindungi dari masalahmasalah tersebut. Walaupun data tersebut hilang, pengguna dapat dengan mudah mencari
penggantinya baik dari internet maupun meminta kembali pada pembuat buku.
Mempermudah proses memahami materi ajar. Dalam perangkat lunak buku digital, Anda
dapat memberikan catatan tertentu dalam materi, mencari kata atau kalimat tertentu
dalam materi, file multimedia yang dapat langsung di mainkan untuk memperkaya konten
buku sehingga membantu memahami materi ajar dengan lebih baik dan cepat.
Memudahkan proses kegiatan belajar mengajar melalui platform Edmodo.
Memudahkan guru untuk Memberi tugas kepada muridnya melalui platform Edmodo.
Memudahkan untuk belajar kelompok via Online bagi murid.
Guru dapat memberi materi walaupun guru sedang tugas luar melalui platform Edmodo.
Melakukan ujian via online lebih mudah karena tidak membutuhkan biaya lagi untuk
penyewaan hosting karena platform Edmodo ini gratis.
Mudahnya menggunakan platform Edmodo karena toolsnya hampir sama dengan
Facebook
Orang tua dapat memantau anaknya via Edmodo karena ada akses yang di sediakan oleh
Edmodo untuk Orang Tua dll.

FORMAT BUKU DIGITAL

1. PDF (Portable Document Format)

Format PDF telah dikenal secara luas. Format buku berbentuk digital ini pun mudah dibuat
dengan program-program yang biasa sobat gunakan. Misalnya saja dengan menggunakan
Microsoft Office 2007. Format file PDF juga mudah dibuka dengan menggunakan aplikasi
Adobe Acrobat Reader atau FoxIt Reader.

Tapi sayangnya, teks dalam beberapa format file PDF tidak bisa berubah mengikuti ukuran layar
yang kecil. Misalnya saja bila format PDF dibuka dengan menggunakan Kindle, Sony Reader
atau iPhone. Bila dipaksakan, pembaca harus memperbesar tampilan buku berbentuk digital atau
menggunakan scroll ke kanan dan ke kiri agar bisa membaca baris-baris teks.

2. EPub (Electronic Publication)

Format ini merupakan format standar yang digunakan untuk buku berbentuk digital. Saat ini,
ePub semakin populer dan telah didukung oleh banyak piranti. Format ePub dapat dibuka dengan
beragam piranti eReader seperti iPhone, iPod Touch, iPad, Sony Reader dan beberapa piranti
lainnya. Selain itu, format ePub juga dapat dibuka pada beragam sistem operasi dengan bantuan
aplikasi tertentu.
Keunggulan format buku berbentuk digital ini adalah ukurannya yang relatif kecil dan tampilan
halaman yang dinamis. Format ini mampu menyesuaikan dengan ukuran layar piranti yang
menampilkannya dan dilengkapi dengan daftar isi yang memudahkan akses pembacanya.

3. DjVu

Format buku berbentuk digital ini dikhususkan untuk dokumen-dokumen hasil scan. Kelebihan
format DjVu adalah mampu menyimpan dan menampilkan hasil scan dengan resolusi tinggi
(300-400 DPI). Selain itu, ukuran file yang dihasilkan juga relatif kecil walau terdiri dari banyak
image di dalamnya. Ukuran file DjVu bahkan lebih kecil dari format file JPEG dengan kualitas
yang sama.

Untuk membuka file dalam format DjVu pada PC (Personal Computer) atau piranti eReader,
dibutuhkan aplikasi pendukung seperti aplikasi DjView, Okular atau Evince untuk Linux,
VuDroid untuk Android, dan Stanza untuk iPhone/ iPad.

4. Mobipocket

Format buku berbentuk digital Mobipocket menggunakan ekstensi .prc atau .mobi. Format buku
berbentuk digital ini selama beberapa tahun telah menjadi format buku berbentuk digital yang
paling populer untuk membaca buku via PDA atau Smartphone (Windows Mobile, Blackberry,
Palm OS, Symbian, PocketPC dan seterusnya).
Kelebihan format buku ini adalah huruf-huruf pada buku berbentuk digital jelas terbaca dan
tersusun rapi dalam paragraf-paragraf sehingga tidak membuat mata lelah meskipun membaca
buku pada piranti dengan layar berukuran kecil. Di samping itu, format file ini ringan sehingga
tidak mengkonsumsi banyak power baterai. Untuk membuka file berekstensi .prc, diperlukan
softwarependukung yang bernama Mobireader.

KONTEN BUKU DIGITAL


Cara membuat buku digital :

1. Pengamatan/ Penguasaan materi dan merangkumnya


2. Mengetik ke dalam MsWord terlebih dahulu
3. Membuat Cover, Daftar Isi, Daftar Pustaka, dsb
4. Tentukan Ukuran Font, Tebal tipisnya huruf, dan spasi.
5. Konversikan File MsWord menjadi PDF
6. Upload ke media internet seperti 4Shared, TusFiles, Mediafire, dll
7. Biasanya Pembuatan ini menggunakan software khusus.

CARA MEMPUBLIKASIKAN BUKU DIGITAL


Setelah sobat merasa cocok dengan Style, sekarang saatnya sobat Mempublikasi dengan
menjadikan aplikasi, caranya klik tombol PUBLISH.

KEKURANGAN DAN KELEBIHAN BUKU DIGITAL


Keunggulan Buku Digital
Sampai kini format buku berbentuk digital telah diadopsi oleh banyak kalangan untuk
menerbitkan dan menyebarluskan karya-karya dari berbagai disiplin ilmu. Format buku
berbentuk digital semakin disukai karena memiliki banyak keunggulan dibandingkan format
buku dalam bentuk konvensional. Keunggulan buku digital yang pertama adalah mudah dibawa
bepergian dan tidak membutuhkan ruang penyimpanan yang besar. Sobat bisa menyimpannya di
PC (Personal Computer), laptop, ponsel atau piranti elektronik yang secara khusus disediakan
untuk menyimpan dan membaca buku berbentuk digital. Dengan demikian, tidak perlu

menambah lemari-lemari buku seiring koleksi buku sobat yang bertambah banyak. Saat
bepergian membawa laptop, ponsel atau piranti elektronik khusus untuk buku ini, maka koleksi
buku sobat pun telah turut terbawa dan dapat dinikmati dalam perjalanan.
Keunggulan buku berbentuk digital yang kedua adalah format buku ini bisa didapatkan kapan
saja asalkan terkoneksi dengan internet. Sobat tidak perlu menyisihkan waktu untuk menemukan
toko buku dan mencari koleksi buku yang butuhkan. Melalui internet, sobat membeli dan
mendownload buku-buku favorit di mana pun berada. Di Indonesia, Gramedia sebagai toko buku
terbesar juga telah menawarkan format buku berbentuk digital kepada para pembacanya.
Memang sih format buku digital tidak hanya memberi manfaat yang besar untuk para pembaca
buku. Para penerbit pun menuai keuntungan dengan menerbitkan buku berformat digital.

Penerbit-penerbit buku bisa menghemat ongkos cetak, kertas, tinta, biaya kirim ke toko-toko
buku, biaya retur buku dan biaya pemasaran buku.Hanya beberapa komponen saja yang
dibutuhkan untuk menerbitkan buku secara digital seperti biaya layout, desain cover, royalti
penulis, dan beberapa biaya pendukung lainnya. Dengan biaya produksi yang rendah ini pula,
maka harga buku pun menjadi lebih murah. Keadaan ini tentunya akan semakin merangsang
minat untuk membaca.
Bagi para penulis terutama penulis pemula yang ingin menerbitkan bukunya secara indie, format
digital menawarkan proses pembuatan dan pendistribusian buku dengan cara yang lebih mudah
dan cepat. Promosi pun bisa dilakukan dengan memanfaatkan blog dan beragam jejaring sosial
yang menjamur saat ini.

Kekurangan Buku Digital

Setiap barang di dunia ini tidak ada yang sempurna, apabila memiliki suatu kelebihan pastilah
barang tersebut meiliki kekurangan, itupun terjadi pada buku digital ini. Biasanya Banyak terjadi
pelanggaran hak cipta, karena pendistribusian melalui dunia digital, ataupun internet itu sangat
mudah. Sehingga orang dapat menggandakan buku digital ini hanya dengan melakukan transfer
data dari gadget satu ke gadget lainnya. Meskipun memiliki banyak nilai plus, format buku
digital juga memiliki beberapa nilai minus. Misalnya saja, keluhan dari para pembaca buku
berbentuk digital yang mungkin muncul akibat terlampau sering membaca buku di komputer,
layanan internet yang belum menjangkau semua daerah. Sehingga menghambat akses
memperoleh buku berbentuk digital, dan peluang besar terjadinya pelanggaran hak cipta karya
tulis sebagai akibat mudahnya distribusi format digital melalui internet.

Pencegahan terhadap terjadinya pelanggaran hak cipta dengan menyebarluaskan sebuah buku ini
tanpa izin dari penerbit atau penulisnya sebenarnya telah dilakukan dengan adanya DRM. DRM
(Digital Rights Management) biasanya dikeluarkan oleh toko-toko online penjual buku ini.
Dengan melengkapi formulir DRM yang diberikan oleh toko bukuonline saat melakukan
pembelian buku berbentuk digital, Sobat berarti setuju untuk tidak menyebarluaskan buku
berbentuk digital yang sobat beli. Tak hanya mencegah menyebarluaskan buku berbentuk digital,
DRM juga mencegah sobat melakukan konversi format file buku digital ke dalam format file
lainnya.

DRM membatasi untuk menampilkan buku berbentuk digital hanya pada peranti tertentu yang
telah ditentukan oleh penerbit atau penulis buku. Walaupun tampak cukup tangguh

mengamankan distribusi ilegal terhadap buku berbentuk digital, tetapi tentu saja DRM memiliki
celah untuk dibongkar meskipun dengan cara yang cukup sulit.

Sumber:
http://en.wikipedia.org/wiki/E-book
http://editing-unpad.blogspot.com/
http://pandri-16.blogspot.com/2011/11/sejarah-perkembangan-buku-di-dunia-dan.html
http://indonesia.buku.com/
http://id.wikipedia.org/wiki/Johannes_Gutenberg
http://www.brainyquote.com/
http://tilmansyah.wordpress.com/

Anda mungkin juga menyukai