Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Media di Indonesia saat ini telah mengalami perkembangan yang pesat,
baik dari sisi teknologi media maupun konten medianya itu sendiri. Media
yang dimaksud mencakup berbagai macam jenis media, baik televisi, radio,
surat kabar, majalah, buku, rekaman, film, dan internet. Saat ini para siswa
dituntut untuk lebih cerdas dalam menggunakan media. Siswa tidak hanya
dituntut untuk mampu mengoperasikan media, namun juga kritis terhadap konten-
konten yang ada didalamnya. Dalam penggunaan media tidak serta merta
seorang pendidik langsung mempraktekan di kelasnya, namun dibutuhkan
model pembelajaran yang mendukung terhadap keberhasilan belajar.
Perkembangan teknologi di era globalisasi dan modernisasi tumbuh sangat
cepat. Berbagai produk teknologi seperti smartphone di setiap waktunya
terus mengeluarkan inovasi terbaru untuk menunjang keefesienan dalam
melakukan aktivitas sehari-hari. Smartphone merupakan bukti nyata bahwa
perkembangan teknologi tumbuh dengan cepat. Melalui aplikasi media sosial
yang berada di dalam smartphone atau teknologi yang lainnya, memudahkan
penggunannya untuk mencari informasi, berinteraksi, bisnis dan lain
sebagainya. Menurut Littlejhon (2008:684)
Pendidikan saat ini sudah terkena dampak dari adanya perkembangan
teknologi. Perubahan paradigma dalam dunia pendidikan juga terjadi pada
pola penyampaian informasi dunia pendidikan. Konsep lama guru berperan
sebagai ahli yang menyampaikan informasi kepada siswa dengan kata lain,
tanpa guru siswa tidak dapat belajar di lingkungan sekolah. Paradigma tersebut
mulai bergeser menjadi siswa sebagai pusat pembelajaran, dengan demikian
siswa dituntut untuk dapat aktif dan mandiri. Perkembangan jaman yang diikuti
dengan perkembangan teknologi juga mempengaruhi paradigma pembelajaran,
dari yang konvensial menjadi modern, dari siswa tidak dapat belajar tanpa

1
bantuan guru menjadi siswa siswa dapat belajar mandiri dimanapun dan kapanpu
tanpa harus ada guru yang mendampingi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Lima guru dan Tiga Kurikulum?
2. Apa yang dimaksud dengan Buku sebagai Media Cetak Tertua?
3. Apa yang dimaksud dengan Surat Kabar?
4. Apa yang dimaksud dengan Majalah: Memuat Berita Analisis?
5. Apa yang dimaksud dengan Film: Pengalihan Homo Faber ke Homo Lundes?
6. Apa yang dimaksud dengan Radio: Media Penebar Pesan Melalui Udara?
7. Apa yang dimaksud dengan TV: Kotak Ajaib sebagai Jendela Dunia?
8. Apa yang dimaksud dengan Internet: Guru Serba Tahu?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Apa yang dimaksud dengan Lima guru dan Tiga
Kurikulum.
2. Untuk mengetahui Apa yang dimaksud dengan Buku sebagai Media Cetak
Tertua.
3. Untuk mengetahui Apa yang dimaksud dengan Surat Kabar.
4. Untuk mengetahui Apa yang dimaksud dengan Majalah: Memuat Berita
Analisis.
5. Untuk mengetahui Apa yang dimaksud dengan Film: Pengalihan Homo Faber
ke Homo Lundes.
6. Untuk mengetahui Apa yang dimaksud dengan Radio: Media Penebar Pesan
Melalui Udara.
7. Untuk mengetahui Apa yang dimaksud dengan TV: Kotak Ajaib sebagai
Jendela Dunia.
8. Untuk mengetahui Apa yang dimaksud dengan Internet: Guru Serba Tahu.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Lima guru dan Tiga Kurikulum


B. Buku sebagai Media Cetak Tertua
C. Surat Kabar

McQuail (2012) dan Baran (2011) menunjukkan bahwa surat kabar komersial
muncul pertama kali adalah Corantos, di Belanda pada abad ke-18, memakai
bahasa Inggris. Surat kabar ini terdiri dari satu halaman yang memuat berita
tertentu dan banyak diekspor ke inggris. Surat kabar terus menerus berkembang
ke arah surat kabar modern, muncul pada abad ke-19 di kota New York.

McQuail (2012) menunjukkan bahwa surat kabar memiliki beberapa ciri,


yakni pertama, kemunculannya berkala dan sering. Kedua, menggunakan
teknologi percetakan. Ketiga, isi dan rujukan menurut tema tertentu. Keempat,
dibaca individu atau kelompok. Menurut Cutclip, Center, dan Broom (2011) .

Ada 5 jenis pembaca surat kabar, yakni sebagai berikut.

1. Pembaca instrumental. Pembaca koran untuk mendapatkan informasi yang


dianggap berguna bagi kehidupan sehari - hari.
2. Pembaca opini. Pembaca koean bertujuan untuk memakai surat kabar untuk
mendapatkan petunjuk dan pedoman guna membentuk dan memvaliditasi
opini.
3. Pembaca santao. Pembaca koran sebagai kebiasaan yang hanya untuk
menyenangkan diri.
4. Pembaca pongah. Pembaca surat kabar dengan sasaran memakai koran
sebagai sumber informasi agar mereka bisa pamer di depan orang lain.
5. Scanner. Pembaca koran karena banyak alasan, tetapi tidak ada satu motivasi
dasar yang menunjukkan mereka adalah salah satu dari keempat type
sebelumnya.
Kasus yang bisa dicontoh adalah etnis Bali mengenal Harian Bali Post,

3
Harian Nusa Bali, dan Radar Bali. Harian Bali Post terbit di kota Cenpasar Bali.
Walaupun Harian Bali Post tidak memakai bahasa Bali, namun bisa disebut
dengan pers etnik atau pers lokal, pertama, terbit pada lokalitas etnik Bali,
berpusat di Denpasar. Kedua, berita Harian Bali Post lebih banyak tentang
kejadian lokal Bali. Ketiga, konsumen utama Harian Bali Post adalah orang Bali,
bisa pula orang Bali yang bermukim di luar pulau. Keempat, pemasang iklan pada
Harian Bali Post pengusaha lokal di Bali. Kelima, Harian Bali Post secara khusus
menyediakan ruang bagi kebudayaan Bali, yakni terbitan hari Minggu.

D. Majalah: Memuat Berita Analisis

Majalah pertama kali muncul pada tahun 1700-an sebagai media favorit bagi
para elit di Inggris. Penjajahan Inggris atas Amerika mengakibatkan majalah
meluas pula ke Amerika. Pada tahun 1741 ada beberapa majalah di Amerika,
misalnya Andrew Bradford menerbitkan American Magazine or a Mothley View
of the Political State of the British Colonies.

Pada awal abad ke-19 majalah berkembang menjadi industri di Amerika


Serikat. Penyebabnya, pertama, percetakannya lebih murah yang disertai dengan
adanya peningkatan literasi di media kalangan orang Amerika. Kedua, kondisi ini
terkait dengan situasi di Amerika, muncul gerakan abolitionisme dan reformasi
perubahan. Kondisi ini memunculkan banyaknya isu yang ingin di ketahui lebih
dalam. Hal ini memberikan peluang bagi seseorang untuk mengupasnya melalui
majalah. Ketiga, ilustrasi yang banyak dan terperinci mengisi halaman majalah
menjadikan majalah lebih menarik. Keempat, pasar majalah terfokus pada elit
terpelajar yang tertarik pada cerita pendek, puisi, komentar sosial, dan esai.
Perpaduan antara berbagai kondisi tersebut memberikan peluang bagi majalah
untuk meluaskan pasarannya.

Majalah terus berkembang, tidak lagi hanya megusut masalah politik, tetapi
juga masalah masalah lainnya. Majalah sering menjadi pertanda dari perubahan.
Ketika perubahan sosial besar sosial, ekonomi, atau teknologi mulai membentuk
kembali budaya, majalah sering menjadimedia pertama yang bergerak, dan

4
struktur industri merupakan salah satu alasan. Pendek kata, majalah menjual isu -
isu baru sesuai dengan kondisi masyarakat. Isu - isu itu dikemas agar majalah
terjual. Pengusaha bergairah memasang iklan guna menjual produknya. Majalah
mendapatkan masukan finansial untuk kelangsungan hidup dan laba bagi kegiatan
usahanya.

Majalah ada tiga jenis yaitu :

 Majalah perdagangan, profesional dan bisnis.


 Majalah industri dan perusahaan.
 Majalah konsumen.
Kasus yang bisa dicontoh adalah Kasus Majalah Tempo yang terbit di Jakarta,
sangat menarik karena kepiawaiannya membahas isu - isu menarik secara
mendlam. Majalah Tempo bisa membahas suatu masalah dalam dua kali terbitan,
jika dipandang menarik bagi pembaca. Majalah Tempo memiliki mangsa pasar
tersendiri yang tampaknya berasal dari kaum cendekiawan kelas menengah
keatas. Apa yang dikemukakan oleh Rivers, Jensen dan Peterson (2003:213)
bahwa fungsi utama majalah adalah sebagai penafsir berita dilakukan secara baik
oleh Majalah Tempo. Konsumen mendapatkan analisis berita sebagai rujukan
dalam menerima atau menolak suatu berita yang ngetop pada ruang publik.

E. Film: Pengalihan Homo Faber ke Homo Lundes

McQuail dan Baran (2012) menunjukkan bahwa film pertamakali


ditayangkan pada abad ke-19, bersamaan dengan Revolusi Industri di Eropa.
Revolusi Industri mengakibatkan peningkatan tingkat kemakmuran sehingga
manusia membutuhkan film. Pertama, film berguna sebagai pengisi waktu luang
saat sendiri, teman, dan keluarga yang terjangkau serta murah. Kedua, film
berfungsi untuk menyalurkan tekanan yang menjemukan dalam dunia kerja ke
situasi santai dan menyenangkan. Mengalihkan manusia dari homo faber ke homo
ludens, makhluk pekerja menjadi makhluk bermain. Ketiga, film memberikan
peluang bagi seseorang untuk mencari idola atau pahlawan.

5
Film terus berkembang kearah kemajuan yang ditandai oleh konvergensi
yang berlanjut pada digitalisasi. Hal ini bermula pada penggabungan film dengan
televisi yang berlanjut sampai CD. Kondisi ini telah memberikan distribusi besar
bagi pemutaran film, tidak lagi hanya di bioskop, tetapi bisa langsung dirumah.
Industri fim terus berkembang kearah kemajuan yang ditandai dengan digitalisasi
dan konvergensi.

Film sebagai media memiliki ciri-ciri, yakni :

1. Pemerimaan audiovisual> Penangkapan pesan dilakukan dengan cara


pandang dengar.
2. Pengalaman pribadi terhadap konten publik > seseorang bisa menimati apa
yang dilakukan oleh aktor film dalam ruang publik.
3. Daya Tarik universal yang luas > Penonton film adalah kumpulan orang-
orang yang memiliki kesamaan minat dan/atau kepentingan.
4. Memiliki format dan genre internasional > Pada umumnya dimanapun
format film sama.

Film sebagai kelembagaan memiliki ciri-ciri, yakni :

1. Film tunduk pada control media


2. Organisasi dan distribusi yang rumit
3. Biaya produksi tinggi karena melibatkan banyak orang, teknologi, dan
outdoor
4. Bentui distribusi yang beragam

Distribusi film tidak lagi hanya disalurkan ke teater, tetapi juga ke jaringan
TV, dll. Hal ini tidak hanya mengakibatkan distribusi yang beragam, tetapi juga
menjadi rumit.

Film memiliki daya persuasive yang tinggi karena menyajikan gambar


hidup dengan bioskop yang tertutup dan digelapkan dengan cahay yang terfokus
pada layar dan menyajikan adegan yang menarik. Lalu, visualisasi yang
ditampilkan secara apik menyentuh emosi. Film disebut media panas karena

6
penonton harus berkonsentrasi penuh, tanpa kegiatan lain agar memahami pesan
yang disampaikan oleh film.

1. Film Sebagai Media Propaganda

Film, tidak saja berfungsi hiburan, tetapi bisa pula berfungsi sebagai
sarana propaganda. McQuail menunjukan bahwa penggunaan film untuk
propaganda sangatlah signifikan, tertama diterapkan untuk tujuan nasional atau
kebangsaan. Film propaganda bisa berbentuk film documenter. Film ini sengaja
diciptakan dengan melibatkan orang-orang professional sehingga film sebagai alat
propaganda yang baik.

Gagasan ini berlaku di Indonesia. Misalnya, pada era Orde Lama—NKRI


baru merdeka maka masalah nasionalisme amat penting. Dengan demikian,
Nugroho dan Herlina S. (2015) menunjukkan film-film bertemakan nasionalisne
amat penting. Seperti contoh, pada 1955 pemerintah melakukan pemilihan umum
pertama kalinya. Untuk itu muncul film animasi pertama kali, yakni Si Dul
Memilih untuk kampanye Pemilu 1955.

Pada masa Orde Baru negara mengalami krisis social dalam mewujudkan
kesejahteraanrakyat. Untuk mengatasi masalah ini pemerintah menerapkan
program transmigrasi. Pelaksanaanya tidaklah mudah karena terkendala
sosiobudaya. Maka dari itu pemerintah membuat film propaganda tentang
transmigrasi yang berjudul Tanah Harapan (1976) karya Sofia WD. Menceritakan
tentang transmigram yang sukses dengan kerja kerasnya. Dengan demikian
diharapkan penduduk berkenan melakukan transmigrasi ke luar Bali dan/atau
keluar Jawa.

McQuail menunjukkan bahwa film tidak selamanya melakukan


propaganda secara terbuka, tetapi bisa pula secara tersembunyi. Dalam konteks ini
film memprogandakan suatu ideology dengan harapan audiens mengikutinya.

2. Film Sebagai Media Pendidikan

7
Film sebagai media pendidikan bisa pula berbentuk film panjang yang
diputar di bioskop. Sebagai contoh film-film sejarah bertemakan pahlawan seperti,
Cut Nyak Dien, Soekarno, Tjokroaminoto, dll. Film ini bertujuan untuk
menumbuhkembangkan nasionalisme kepada siapapun, termasuk anak-anak.
Mereka diharapkan bisa memakai tokoh-tokoh ini sebagai ikon kultural untuk
melanjutkan semangat mereka, yakni rela berkorban untuk nusa bangsa secara
kontekstual, melawan hawa nafsu dan musuh diluar diri yakni kemiskinan dan
kebodohan pada kehidupan bangsa.

Film pendidikan bisa menyatu dengan propaganda. Menurut


Hariyanto(2015) hal ini dapat dilihat di era Orde Baru. Dan yang paling
berpengaruh ialah Penghianatan Gerakan 30 September dan Penumpasan Sisa-
sisa PKI di Blitar Selatan. Film berdurasi 4,5 jam ini wajib ditonton oleh seluruh
murid sekolah setiap tanggal 30 September setiap tahunnya.

Film-film seperti ini sengaja dibuat oleh Soeharto dengan sasaran


“mengukuhkan kepahlawanan Soeharto dan militer dalam menghancurkan
komunisme dan kepahlawanan revolusi”. Dengan cara ini diharapkan anak-anak
menimati film ini tidak sekedar sebagai hiburan, tetapi yang lebih penting
memahami kisah dan menginternalisasikan nilai-nilai yang ada dibaliknya.

3. Film Silat dan Film Koboi: Film Hitam Putih

Pada tahun 80-an sangat popular film beladiri Cina dan film koboi.
Kepopuleran film beladiri Cinaini mendorong pekerja film Indonesia
memproduksi film silat Indonesia yang salah satunya ialah SI Buta dari Goa
Hantu. Konsumen lebih leluasa menikmati film, pasalnya film tidak hanya diputar
dibioskop, melainkan ada pemutaran bioskop keliling oleh pengusaha bioskop di
kota.

Film memiliki karakter(kepribadian), yakni seperangkat nilai atau gagasan


vital, visi,dan misi yang memancar dalam bentuk pesan(message). Kesesuaian
antara karakter film dengan nilai-nilai dalam masyarakatmenyebabkan film
disukai oleh konsumen. Baik dewasa maupun anak-anak. Mereka bisa

8
mengadopsi gagasan vital dibalik film. Adapun beberapa gagasan vital yaitu
putih:hitam, kanan:kiri, jujur:curang, baik:jahat, dll.

Bertolak dari paparan di atas dapat dikemukakan gagasan vital pada film
beladiri Cina, silat Indonesia dan film koboi adalah dualism kultural atau
binerisme yang berpangkal pada pemilahan antara putih/hitam atau baik/buruk
dan berbagai kategori lainnya secara berdinamika.

4. Menonton Film: Model Putih Mengendalikan Hitam

Walaupun film silat dan film koboi tidak secara langsung diproduksi bagi
pencapaian kurikulum sekolah, kurikulum kultural dan kurikulum abadi, namun
fungsi pendidikannya amat penting. Tayangan film lewat TV keluarga tentu
dinikmati anak-anak. Pendek kata media pendidikan sangat penting bagi orang tua
dalam keluarga. Kondisi ini menyentuh pula sekolah mengingat keluarga dan
sekolah sebagai lembaga pendidikan berkaitan secra fungsional.

Film sebagai media pendidikan menanamkan nilai-nilai , yakni:

1. Setiap tindakan pasti ada akibatnya


2. Karma yang putih akan berakibat baik, yang hitam akan berakibat jelek.
3. Kebaikan vs keburukan akan berakhir dengan kemenangan kebaikan
4. Tokoh yang memerankan kebaikan bisa diposisikan sebagai ikon fisikal
dan ikon kebudayaan
5. Pemakaian tokoh putih sebagai ikon budaya

Pemakaian tokoh film silat yang berperan sebagai symbol putih dan tokoh
film sejarah sebagai ikon kultural sangat tepat. Mengingat mereka adalah
bintang, yakni “actor atau aktris yang mencapai status luar biasa Karen peson
atraktif yang diprojeksikannya”(Burton, 2008:125-126).

Contohnya kehadiran film bertemakan hitam-putih termasuk wayang, bisa


berfungsi sebagai media pendidikan karakter. Hal ini sejalan dengan asumsi
bahwa manusia dapat menyerap nilai-nilai kebajikan dan

9
mengaktualisasikannya dalam masyarakat. Gagasan ini diperkuat oleh hakikat
manusia debagai homo education, bisa mendidik dan dididik melalui ujaran
dan permodelan sesuai dengan jargon pendidikan karakter, yakni Verba
movent exampla trunt (kata-kata itu menggerakkan, namun teladan lebih
memikat hati)

F. Radio: Media Penebar Pesan Melalui Udara

Radio adalah adalah perkembangan dari teknologi sebelumnya, yakni


telepon, telegraf, fotograf bergerak atau diam dan rekaman suara. (McQuail,
2012). Bapak radio ialah Guglielmo Marconi, anak pengusaha kaya dari Italia.
Dia berhasil menciptakan radio nirkabel menghubungkan titik ke suatu titik
(kapal satu dengan kapal lainnya). Temuan ini terus dikembangkan Reignald
Fessenden, orang Kanada pada tahun 1903 berhasil menemukan liquid
barrerter, perangkat radio pertama yang memungkinkan penerimaan suara
nirkabel.

Abad ed, (2015) menunjukan radio dikenal di Indonesia pada awal tahun
1900-an. Gubernur Jenderal de Fock, meresmikan pemancar Radio Malabar di
Bandung pada tanggal 5 Mei 1923. Radio berkembang dan menyatu dengan
perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajahan Belanda. Hal ini tidak saja
tercermin dari tindakan RRI, tetapi juga aneka radio perjuangan. Radio terus
berkembang, selain dikelola negara, juga dikelola pihak swasta. Radio
Berjaya, tidak semata-mata karena fungsi hiburannya, tetapi terkait pula
dengan gaya hidup.

1. Radio Sebagai Media Siaran Auditif

McQuail menunjukan bahwa radio memiliki ciri-ciri yakni:

1. Hanya memiliki daya Tarik suara


2. Penggunaannya mudah dan dapat dibawa kemanapun
3. Konteks beragam, tetapi lebih banyak music

10
4. Potesial untuk parsitipasi dua arah, siaran interaktif
5. Penggunaanya yang akrab dan personal

Radio memiliki pula ciri kelembagaan, yakni kebebasan relative, local dan
tersebar, danproduksinya murah.

Radio dan rekaman music tidak terpisahkan. Music rekaman memiliki


beberapa ciri:

1. Hanya berupa suara


2. Kepuasan pribadi dan emosional
3. Utamanya memiliki daya Tarik bagi anak muda
4. Penggunaannya yang dapat berpindah dan fleksibel

Musik rekaman memiliki ciri kelembagaan, yakni peraturan yang kendur,


internalisasi yang tinggi, memiliki teknologi dan dasar yang beragam, terhubung
dengan industry media besar, fragmentasi organisasi, dan inti dari budaya anak
muda. Rekaman music, kata-kata lisan dan efek suara adalah daya khas dan daya
Tarik bagi radio sehingga radio bisa bertahan.

2. Pencapaian Kurikulum Melalui Radio

Fungsi radio sebagai media pendidikan bisa dikatakan dengan pencapaian


kurikulum kultural dan kurikulum abadi. Hal ini dapat ditunjukkan pada siaran
RRI Stasiun Singaraja dan berbagai radio swasta di kota SIngaraja. Seperti RRI
setiap minggu rutin menyiarkan tembangan Bali atau bisa pula yang berirama
kakawin yang diambilkan dari syair Kakawin Bharata Yudha, Sutasoma, dan lain-
lain.

Penembang bisa individu atau kelompok kecil .tembang dibaca secara


berirama disertai dengan mamabasah, pengupasan makna teks guna memahami
maknanya, baik tersurat maupun tersirat. Kegiatan ini bisa dilakukan secara
interaktif, yakni orang yang berhobi matembangdan mamabasah menyambungkan
dari rumah masing-masing sehingga acara menjadi lebih semarak dan lebih luas

11
jangkauannya. Dengan cara ini terjadi pemahaman isi teks sastra secara luas dan
mendalam.

Contohnya Radio bisa membantu secara nyata pencapaian kurikulum


sekolah. Misalny, radio menyediakan ruang untuk anak-anak menyanyi, membaca
puisi, dll. Hal ini amat penting bagi pendidikan humaniora. Kegiatan lain radio
memberitakan tentang keberhasilan pencapaian suatu sekolah. Hal ini terkait
dengan kurikulum sekolah karena public bisa mengetahui dan siswa maupun
sekolah lain termotivasi menirunya guna mencapai prestasi.

G. TV: Kotak Ajaib sebagai Jendela Dunia


Televisi (TV) adalah media siaran yang serumpun dengan radio. Jika
Eadie menyalurkan suara maka TV menyalurkna suara dan gambar secara
Simultan. Atau seperti dikemukakan Cutlip, Center, dan Broom (2011: 300) TV
memiliki banyak kelebihan, yakni “mediun yang menggunakan huruf, ucapan,
gambar bergerak, warna, musik, animasi, dan efek suara‘yang dipadukan menjadi
satu-memiliki potensi dahsyat. TV memberikan banyak kemungkinan untuk
memberitakan kejadian, dari video pendek 6O detik, sampai film dokumenter satu
jam penuh”. Dengan demikian, TV dapat dipandang sebagai penggabungan antara
fllm dan radio sehingga TV disebut media audio visual, karena siarannya
ditangkap oleh mata dan telinga (Arifn, 2011).

Televisi adaiah media yang dapat menampilkan pesan secara audiovisual


den gerak (sama dengan film) Jenis media televisi diantaranya televisi tarbuka
(open boardcast teievision) televisi siaran terbatas/TVST (Cole Cirwft Televiriorv
CCTV) dan Wdeo-cassette mower (VCR). Media televisi terbuka adalah media
audio-visual gerak yang penyampaian pesannya melalui sancaran gelombang
elektro magnetik dari satu stasiun kemudian pesan tadi diterima oieh pemirsa
melalui pesawat televisi.

Kelebihan Media Televisi Terbuka:

 Informasi/pesan yang disajikannya Iebih aktual.

12
 Jangkauan penyebarannya smgat luas.

 Memberikan pesan yang dapat diterima secara lebih merata oleh siswa.

 Sangat bagus untuk menerangkan suatu proses.

 Mengatasi keterbatasan ruang dan waktu.

 Memberikan kesan yang mendalam, yang dapat mempengaruhi sikap


siswa.

Kelamahan Media Televisi Terbuka:

 Programnya tidak dapat diulang-ulang sesuai kebutuhan.

 Sifat komunikasinya hanya satu arah.

 Gambamya relatif kecil.

 Kadangkala terjadi distorsi gambar dan wama akibat kerusakan atau


gangguan magnetic.1

Dari sisi kuantitas, khalayak televisi di Indonesia disuguhi pesan televisi


yang luar biasa besar, namun dari sisi kualitas miskin makna. Selama satu dekade
terakhir sajian televisi nyaris tidak berubah. Hampir sepanjang hari kita akan
disuguhi oleh gunjingan dan gosip para selebriti lewat infotainment. Sejak pagi-
pagi buta selepas siaran dakwah atau kuliah subuh, yang berisi pesan untuk tidak
ber-ghibah satu jam setelahnya kita sudah disuguhi siaran yang berisi
infotainment. Di waktu yang lain kita akan disuguhi oleh televisi dengan tayangan
reality show yang isinya tidak lebih dari kontak jodoh dan pengungkapan kisah
perselingkuhan, pertengkaran dan perceraian. Acara-acara tersebut tersebar pada
hampir seluruh stasiun televisi.2

1. Karakteristik TV = Media Dengar + Pandang

1
Susilana Rudi, Riyana Cepi, Media Pembelajaran, CV Wacana Prima, Bandung. 2009
2
Israwati Suryadi, Kajian Perilaku Menonton Tayangan Televisi dan Pendidikan Literasi Media
Pada Remaja, Jurnal Academica Fisip Untad, Vol 05, 2013

13
Kata televisi berasal dari bahasa Inggris television (tele = jauh + vision
tampak) . Label ini berkaitan dengan sistem penyiaran TV, yakni berbentuk
gambar dan suara dari jarak jauh melalui kabel atau lewat angkasa memakai alat
pengubah cahaya (gambar) dan bunyi (suara) -menjadi sesuatu iang bisa dilihat
dan didengar oleh pemirsa. Williams (2009) dalam bukunya berjudul Television:
Technology and Culture, secara apik memaparkan sejarah sosial tentang TV.
Peletak dasar teknologi per-TV-an adalah Paul Nipkow dari Jerman pada tahun
1884. Dia menemukan Jantra Nipkow yang melahirkan televisi elektris.
Penemuan TV tidak bisa dilepaskan dari temuan yang mendahuluinya, yakni radio
dan fllm. TV berkembang pesat sesudah Perang Dunia II (1945).

TV memiliki beberapa ciri, yakni pertama, konten sangat beragam,


misalnya, pemberitaan, perbincangan, visualisasi dan dramatisasi, dan lain-lain.
Tema siaran TV sangat beragam, misalnya ekonomi, politik, kebudayaan, perang,
seni, dan lain-lain, yakni Kedua, TV memiliki saluran audiovisual. Suara dan
gambar tampak hidup bahkan bisa dilihat langsung pada saat kejadian lewat siaran
langsung. Ketiga, TV bersifat domestik, dekat dan personal. Artinya, TV menyatu
dengan kehidupan suatu keluarga. Bahkan TV bisa pula dipadang di mobil atau
pada HP sehingga kendala teknis, ruang, dan waktu bisa diatasi secara baik.
Keempat, TV dapat menyebarkan pesan secara cepat dan memiliki daya jangkau
yang luas. Kelima, intensitas keterlibatan penonton rendah. Sebab, penonton TV
hanya tinggal melihat apa yang ditayangkannya. Dengan demikian, TV disebut
sebagai media dingin (cool media) untuk menangkap isi buku membutuhkan
keseriusan-buku disebut media panas (hot media).

2. Pengelompokan Acara TV

NO Jenis Acara Konten


1. Berira dan Kategori ini bisa dibagi menjadi buletin berita, majalah
public affair berita umum, majalah berita untuk kelompok etnis tertentu,
dan diskusi masalah publik.
2. Feature dan Kategori ini tidak selalu mudah untuk dibedakan dari,

14
Dokumenter misalnya, majalah berita dan diskusi-diskusi masalah publik.
3. Pendidikan Kategori ini dibagi lagi menjadi program pengajaran untuk
sekolah, akademi, dan universitas; program-program
pelatihan, sering kali berhubungan dengan kursus-kursus
eksternal, seperti kursus kerajinan, hobi, dan sebagainya.
4. Seni dan Kategori ini sulit untuk dipisahkan karena bergantung pada
Musik definisi apa yang dipakai terhadap ’seni’ seperti seni lukis,
seni pahat, seni arsitektur, seni sastra-dan terhadap ’musik’.
5. Program- Kategori ini didefinisikan sebagai program-program yang
program secara khusus dibuat dan ditayangkan untuk anak-anak pada
untuk anak- waktu waktu tertentu. Kategori ini dibagi menjadi program-
anak program acara film-film kartun dan pertunjukan boneka;
6. Drama Kategori ini meliputi segala jenis karya drama Kategori ini
dibagi lagi menjadi “drama tunggal” meskipun kadang
dengan menggunakan judul yang bersifat umum, “drama
seri” yang berupa drama-drama tunggal yang masing-masing
memiliki ceritanya sendiri-sendiri.
7. Film Kategori ini didefinisikan sebagai film yang dibuat untuk
didistibusikan di movie theatre dan sinema-sinema
8. Hiburan Kategori ini dibagi menjadi perfunjukan music para
Umum penyanyi tampil dengan sesekali diiringi oleh berbagai item
pendukung “variety show” penekanannya pada komedi, yang
sering kali diiringi dengan music “gameshow” dan “quiz
show” di dalamnya ditayangkan permainan atau kompetisi.
9. Olahraga Berupa liputan olahraga dan diskusi-diskusi keolahragaan.
10. Agama Aktivitas-aktivitas keagamaan, diskusi-diskusi dan feature-
feature keagamaan, yang ditanyangkan pada saat tertentu.
11. Publisitas Tayangan saluran televisi mengenai program-program acara
(internal) yang berupa cuplikan-cuplikan, iklan pemberitahuan acara,
dsb.

15
12. Iklan-iklan Program-program iklan dalam berbagai bentuknya yang
Komersial tidak termasuk dalam publisitas internal.
Tabel diatas menunjukkan bahwa acara TV bisa digolongkan menjadi
beberapa jenis tergantung pada konten atau konsumennya.

3. Kontribusi TV bagi Pencapaian Kurikulum

Jika dilihat di atas TV, berfungsi sebagai media pendidikan. Artinya, acara
TV baik secara langsung maupun tidak langsung bcrkontribusi bagi pencapaian
suatu kurikulum. Misalnya, pada masa Orde Baru dikenal TV swasta, PT Televisi
Pendidikan Indonesia (TPl) milik Siti Hardiyanti Rukmana-izin siaran sejak 1
Agustus 1990. TPI sebagai stasiun Televisi Pendidikan harus bersiaran nasional.
Tujuan awal pendirian TPI adalah “membantu program-progam pendidikan
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Depdikbud)" (Utomo, 2015: 218).
Namun, dalam perkembangan selanjutnya, TPI tidak saja menjadi televisi
pendidikan, tapi terjun pula ke bidang bisnis-menayangkan iklan (Ishadi, 2014).
Pendek kata, terlepas dari masalah ini-begitu pula TPI tidak ada lagi, terbukti TV
berperan penting dalam pencapaian pendidikan, khususnya berkontribusi bagi
pencapaian kurikulum di sekolah.

4. Contoh
 Dampak Positive
Dalam Media pendidikan, pelajar bisa mengambil manfaat berupa
informasi pendidikan dari acara televisi. Banyak stasiun televisi yang
menyajikan program edukatif seperti film tentang sejarah, sains, flora
fauna dan sebagainya. Contohya saya sendiri banyak mendapatkan
informasi baru dari tayangan televisi yang sedang saya lihat.
 Dampak Negative
Kekerasan di SD Bukittinggi Akibat Pengaruh TV. Menurut Yosi,
hasil pemeriksaan mengarah pada fakta bahwa siswa dan siswi SD
Perwari terpapar oleh game online, PlayStation, dan tayangan yang
mengadung kekerasan di televisi. Mereka rata-rata kerap menonton film

16
kartun dan sinetron yang mengumbar adegan kekerasan. "Dampaknya,
anak merasa ingin tahu, ingin mencoba, dan agresif setelah menonton
acara tersebut.". Tim pemeriksa kondisi psikologis korban dan pelaku
kekerasan di Sekolah Dasar (SD) Trisula Perwari Bukittinggi, Sumatera
Barat, mengatakan para siswa pelaku penganiayaan terhadap rekan
mereka bersikap brutal karena terpengaruh tayangan televisi.

H. Internet: Guru Serba Tahu

Internet adalah singkatan dari Interconnected Network. Internet


merupakan sebuah sistem komunikasi yang mampu menmubungkan jaringan-
jaringan komputer di seluruh dunia. Berbagai jenis komputer dengan spesifIkasi
yang berbeda-beda dapat saling berkomunikasi melalui internet. Beberapa bentuk
jaringan yang berbedabeda dapat saling bertukar informasi dan data melalui
lntemet menggunakan seperangkat aturan yang disebut protokol TCP/IP.3

Arifin (2011: 253) memberikan penjelasan bahwa “internet adalah sistem


jaringan dari jaringan komputer yang terhubung di seluruh dunia, dan dapat
disebut sebagai kolaborasi teknis antara komputer, telepon, dan televisi, akses.
Gagasan yang tidak jauh berbeda dikemukakan oleh panuju (2015: 71) yang
menyatakan bahwa “internet merupakan media komunikasi yang bersifat
multimedia dan digital. Penggunaannya sudah terintegrasi dengan media massa,
telepon genggam, dan komputer di rumah-rumah". Berdasarkan penggunaannya,
internet dibagi menjadi tiga, yakni “ (1) media interaktif, seperti SMS, media
mainstream, chatting; (2) search (mencari), seperti website dan blog; dan (3)
berbagi (share) seperti email, Facebook, dan Twitter” (Panuju, 2015: 72).
Kemunculan internet merupakan bagian dari revolusi informasi yang
dialami oleh umat manusia. Gagasan ini berkaitan erat dengan adanya kenyataan
bahwa internet memunculkan perubahan besar pada kehidupan manusia, yakni
pertama, manusia bisa mendapatkan informasi dengan cara menghemat waktu dan
menundukkan ruang. Kedua, internet memunculkan era baru, yakni masyarakat

3
Ramadhan Arief, Seri Pelajaran Komputer Internet, PT Elex Media Komputindo, Jakarta. 2005

17
informasi-dikenal dengan istilah gelombang ketiga, revolusi industri kedua atau
masyarakat pascaindustri (Arifm, 201 1: 253). McQuail (2012: 45) menyatakan
bahwa internet sebagai media memiliki ciri-ciri, yakni (1) teknologi berbasis
komputer; (2) karakternya hibrida, tidak berdedikasi dan Heksibel; (3) potensi
interaktif; (4) peraturan yang tidak ketat; (5) kesalingterhubungan; (6) ada d1
mana~mana atau tidak tergantung pada lokasi; (7) dapa: diakses individu sebagai
komunikator; dan (8) media komunikasi massa dan pribadi.

Betapa luasnya menyebaran penggunaan internet di Indonesia dapat


dicermati pada hasil riset Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia dan
Pusat Kajian Komunikasi Universitas Indonesia (U1) menunjukkan bahwa sejak
2005, jumlah pengguna internet di Indonesia melonjak, dari 16 juta menjadi 88,1
juta orang. Dari jumlah tersebut 85% pengguna internet mengakses internet
melalui telepon seluler (Harian Kompas, Minggu, 24 Januari 2016: 9). Gejala ini
menandakan bahwa internet sangat luas pemakaiannya. Penggunaan internet tidak
saja untuk mencari informasi secara umum, tetapi bisa pula terkait dengan
pendidikan. Orangtua bahkan guru lazim menyuruh anak mencari informasi
tentang pelajaran yang sulit lewat internet (Sanjaya dan Wibhowo, 201 1).

1. Internet Sebagai Guru Agama

Menurut Yuswohadi dan Gani (2015: 269) “internet telah menjadi bagian
dari gaya hidup kelas menengah Indonesia. Dalam hidup sehari hari, kelas
menengah hampir tidak bisa lepas dari internet”. Internet tidak saja memberikan
ruang bagi pencapaian pengetahuan kurikulum sekolah dan kurikulum kultural,
tetapi juga penting bagi pengetahuan dan praktik keagamaan sebagai berikut.

 Membaca tentang agama.

 Berbicara tentang agama dengan orang lain.

 Men-download dan upload teks-teks dan dokumen-dokumen keagamaan.

 Membeli buku dan artefak keagamaan.

18
 Melihat citra pemimpin agama mereka, menonton video-klip, dan
mendengar musik relgius, khotbah, doa, testimoni, dan wacana
keagamaan.

 Melakukan “tur virtual” ke galeri-galeri seni religius atau interior


bangunan-bangunan suci.

 Menemukan pusat-pusat religius dan guru-guru spiritual.

 Meminta doa-doa perantara dan petuah-petuah dari otoritas religius.

 Berpartisipasi dalam rituai, mediriasi, dan ziarah vitual, dan masih banyak
lagi (Ibrahim dan Akhmad, 2014: 146).

2. Internet ldentitas Dunia Maya dan ldentitas Khayalan

Dengan mengacu kepada gagasan Samovar, Porter dan McDaniel (2010)


kemunculan internet memberikan peluang bagi manusia untuk mengakses
informasi secara cepat, tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu. Hal ini memberikan
peluang bagi manusia untuk memperkuat identitasnya. Misalnya, jika seseorang
ingin memperkuat identitas etnik Bali, maka informasi tentang etnik Bali bisa
didapat lewat internet. Begitu pula seseorang yang ingin memperkuat identitas
agama, gender atau nasional maka internetpun siap melayaninya.

Salah satu hal yang menarik dai intemet adalah kesempatan yang
diberikannya kepada manusia untuk menampilkan diri mereka dajam
berbagai cara. Anda dapat mengubah gaya Anda atau bereksperimen
sesuka hati Anda dengan mengganti usia Anda, sejarah, kepribadian,
penampilan pribadi. bahkan jenis kelamin Anda. ‘Username’ yang Anda
pilih. informasi mengenai diri Anda yang Anda beritahu dan Anda
rahasiakan, informasi yang Anda tampilkan dalam halaman Web pribadi
Anda, persona atau avatar yang Anda gunakan dalam sebuah komunitas
orline-semua aspek penting dari bagaimana orang mengatur identitas

19
mereka dalam dunia maya (Suler dalam Samovar, Porter dan McDaniel,
2010: 193).

Dengan demikian, identitas adalah sesuatu yang cair karena bisa dibentuk,
direkayasa, diubah, bahkan bisa dimanipulasi lewat internet sesuai dengan
kepentingan. Sering terjadi seseorang membentuk identitas lewat penjelajahan
yang dilakukan pada dunia maya dengan mengacu kepada tokoh-tokoh dalam film
fiksi ilmiah, komik atau anime. Mereka menilu gaya penampilannya, seperti
pakaian, penataan rambut dan berbagai atribut lainnya. Kondisi ini mengakibatkan
identitas dunia maya dan identitas khayalan. Kesamaan identitas mengakibatkan
mereka membentuk komunitas maya.(Samovar, Porter dan McDaniel, 2010: 193).

3. Situs Jeiaring Sosial Sebagai Homo Dyctiaus

Aspek lain yang tidak kalah pentingnya adalah penggunaan internet


memunculkan apa yang disebut jejaring sosial berbentuk Facebook dan
sejenisnya. Facebook atau semacamnya, seperti Twitter, My-Space, Friendster,
dan sebagainya adalah sarana membangun jaringan sosial. Fahmi (2011: 25-26)
memberikan definisi bahwa jejaring sosial adalah “sarana yang memungkinkan
penggunanya menampilkan dirinya, berhubungan dengan jejaring sosialnya, dan
membangun dan menjaga hubungan mereka dengan orang lain”. Jadi, jejaring
sosial memberikan peluang bagi seseorang bisa menampilkan citra dirinya dan
sekaligus bersosialisasi dengan orang lain, baik dalam bentuk pertukaran
informasi maupun pemahaman diri yang bisa jadi berlanjut pada pertemanan.
Dengan mengacu kepada Fahmi (2011) latar belakang manusia
membentuk jaringan sosial berkaitan dengan apa yang disebut homo dyctious
yang berarti manusiajejaring (homo = manusia, dycty = jejaring). Homo dyctious
adalah lawan dari homo economicus. Mengingat homo economicus adalah
manusia yang selalu mementingkan kepentingan diri sendiri, sedangkan homo
dyctious bermakna sebaliknya.

Dengan mengutip berbagai hasil penelitian Fahmi (2011) menggambarkan


bahwa siswa/mahasiswa yang terlalu asyik ber-HP-an dan/atau ber-Facebook-an,

20
prestasi belajarnya kurang. Alasannya, Facebook mengakibatkan waktu belajar
mereka tertanggu lebih banyak ber-Facebook dari pada belajar atau bisa pula
karena mereka kurang bisa berkonsentrasi selalu ingat dengan kenikmatan yang
diberikan oleh Facebook. Kondisi ini diperkuat oleh faktor lain, yakni mereka
kurang mampu mengendalikan diri schingga terjadi pembalikan, yakni bukan
siswa/mahasiswa yang mengendalikan Facebook, melainkan Facebook yang
mengendalikan siswa/ mahasiswa. Walaupun demikian, jejaring sosial yang
berkembang lewat Facebook bisa membentuk modal sosial, tidak sebatas pada
dunia maya, tetapi berlanjut pada dunia nyata. Modal sosial bisa digunakan untuk
berbagai kepentingan, misalnya mendapatkan informasi tentang pekerjaan.

4. Pendidikan Di Bawah Bayangan Globalisasi

Penjelasan di atas menunjukkan bahwa kemajuan teknologi informasi dan


komunikasi mengakibatkan terjadinya globalisasi. Hal ini ditandai oleh penyatuan
negara-negara di dunia ke dalam suatu kesatuan ruang yang disebut kampung
global (Chaubet, 2015). Kondisi ini berimplikasi lebih lanjut bahwa sistem
ekonomi, politik, dan budaya global semakin sulit membendungnya untuk masuk
ke berbagai negara di dunia. Misalnya, Stiglitz (2007: 53) memberikan contoh “di
negara-negara manapun di dunia yang telah membuka sektor perbankan mereka
terhadap bank bank internasional, bank-bank lebih memilih untuk berbisnis
dengan perusahaan-perusahaan multinasional, seperti Coca-Cola, IBM, dan
Microsft". Dalam bidang budaya terjadi penyebarluasan seni dan budaya populer
yang melibatkan peranan industri budaya sehingga terjadi kapitalisme budaya.
Dalam bidang ilmu pengetahuan didengungkan Suatu gagasan bahwa masyarakat
dunia bersatu berkat ilmu pengetahuan (Chaubet, 2015).
Penyebarluasan budaya populer merasuk ke berbagai bidang kehidupan
manusia sebagaimana tercermin dari gaya hidup. Kiblat budaya global adalah
budaya Amerika Serikat sehingga globalisasi dipelesetkan menjadi Amerikanisasi
atau Coca-Colaisasi (Ritzer, 2002, 2006, 2012). Label ini bisa berlebihan, namun
scperti dikemukakan Wibowo (2007: 15) globalisasi di bidang budaya sangat kuat
tercermin dari banyaknya “budaya dan gaya hidup, baik dalam bentuk nilai-nilai,

21
perilaku, hingga hobi seperti musik dan olahraga dari negara adidaya Amerika
Serikat, menjadi semakin sulit dibendung oleh negara-negara lain".

5. Penguasaan lptek sebagai Keniscayaan

Gagasan ini berimplikasi bahwa pendidikan berada di bawah baying


bayang globalisasi. Artinya, tugas sekolah tidak saja mencerdaskan anak bangsa,
tetapi disertai pula dengan sasaran agar mereka mampu bersaing, tidak saja pada
tataran lokal dan nasional, tetapi juga pada tataran global (Martono, 2014).
Akibatnya, penguasaan bahasa sebagai alat komunikasi amat penting, tidak saja
bahasa daerah-bahasa yang berlaku pada lingkungan suatu etnik, tetapi juga
bahasa nasional-bahasa Indonesia dan bahasa global atau bahasa asing. Bahasa
global yang paling penting adalah bahasa Inggris menyusul bahasa lain sebagai
bahasa tambahan, misalnya bahasa Cina, Jepang, Prancis, dan lain-lain. Hal ini
tidak saja terkait dengan ide agar mereka bisa berkomunikasi secara global-
mencari nafkah ke mancanegara, tetapi juga berpeluang kerja pada aneka
perusahaan multinasional di Indonesia. Begitu pula pariwisata sebagai bagian dari
globalisasi membutuhkan orang-orang yang bisa bahasa asing, minimal bahasa
Inggris.
Keluarga atau orang tua sebagai guru merupakan tidak bisa memberikan
keterampilan tersebut sehingga mereka harus menyerahkan anak-anaknya kepada
sekolah mulai dari Pendidikan Anak Usia Dini sampai ke jenjang pendidikan
tinggi. Apa pun diajarkan pada lembaga pendidikan formal tidak saja bertujuan
menyiapkan generasi muda yang berbudi pekerti luhur-kurikulum sekolah,
kurikulum kultural dan agama sebagai kurikulum terberi, tetapi penyiapan pula
tenaga kerja yang mampu bersaing pada tataran lokal, nasional, dan global tanpa
mengabaikan agama yang dianutnya. Dengan demikian, sekolah adalah agen yang
bertugas melakukan reproduksi kultural melalui proses berwujud.

6. Contoh

 Dampak Positive

22
Informasi yang dibutuhkan akan semakin cepat dan mudah di akses
untuk kepentingan pendidikan. Contohnya saya sendri jika ingin
mengetahui tentang sesuatu, berita, maupun informasi akan mencari
dari internet.
 Dampak Negative
Penyalahgunaan pengetahuan bagi orang-orang tertentu untuk
melakukan tindakan kriminal.

23
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. A
2. B
3. Surat kabar komersial muncul pertama kali adalah Corantos, di Belanda pada
abad ke-18, memakai bahasa Inggris. Surat kabar memiliki beberapa ciri,
yakni pertama,kemunculannya berkala dan sering. Kedua, menggunakan
teknologi percetakan. Ketiga, isi dan rujukan menurut tema tertentu.
Keempat, dibaca individu atau kelompok.
4. Majalah sering menjadi pertanda dari perubahan. Ketika perubahan sosial
besar sosial, ekonomi, atau teknologi mulai membentuk kembali budaya,
majalah sering menjadimedia pertama yang bergerak, dan struktur industri
merupakan salah satu alasan.
5. film pertamakali ditayangkan pada abad ke-19, bersamaan dengan Revolusi
Industri di Eropa. Revolusi Industri. Film terus berkembang kearah kemajuan
yang ditandai oleh konvergensi yang berlanjut pada digitalisasi.
6. Radio adalah adalah perkembangan dari teknologi sebelumnya, yakni telepon,
telegraf, fotograf bergerak atau diam dan rekaman suara.
7. Televisi adaiah media yang dapat menampilkan pesan secara audiovisual den
gerak (sama dengan film) Jenis media televisi diantaranya televisi tarbuka
(open boardcast teievision) televisi siaran terbatas/TVST (Cole Cirwft
Televiriorv CCTV) dan Wdeo-cassette mower (VCR)
8. Internet adalah singkatan dari Interconnected Network. Internet merupakan
sebuah sistem komunikasi yang mampu menmubungkan jaringan-jaringan
komputer di seluruh dunia.

24
Daftar Pustka

Susilana Rudi, Riyana Cepi, Media Pembelajaran, CV Wacana Prima, Bandung.


2009.

Israwati Suryadi, Kajian Perilaku Menonton Tayangan Televisi dan Pendidikan


Literasi Media Pada Remaja, Jurnal Academica Fisip Untad, Vol 05,
2013.

Ramadhan Arief, Seri Pelajaran Komputer Internet, PT Elex Media Komputindo,


Jakarta. 2005.

Nengah Bawa Atmadja,Luh Putu Sri Ariyani, Sosiologi Media Persprektif Teori
Kritis, PT Raja Grafindo Persada, Depok, 2018.

25

Anda mungkin juga menyukai