Oleh:
Anisa Fahira | E022222018
Berbagai literatur komunikasi dan media menyebutkan, cikal-bakal media massa adalah Acta
Diurna pada zaman Romawi kuno. Secara bahasa (Latin), Acta Diurna artinya "Catatan
Acta Diurna adalah papan pengumuman semacam papan informasi atau "majalah dinding"
masyarakat. Ditempel di area publik yang disebut "Forum Romanum", Acta Diurna memuat
hal-hal yang dibicarakan dalam senat agar diketahui seluruh warga. Dari Acta Diurna ini pula
Sejarah Jurnalistik dimulai. Kata "jurnalistik" atau "jurnalisme" diyakini berasal dari
"diurna", "diurnalis", "du jour" (Prancis), dan "journal" (Inggris). Jurnalistik dalam bahasa
Indonesia berasal dari bahasa Belanda, "Jurnalistiek". Literatur lainnya menyebutkan, media
massa sudah ada di China kuno, sebelum kertas dan alat cetak dikenal bangsa Eropa.
Perkembangan media massa terus berlanjut dengan kemunculan media cetak. Media cetak
lahir setelah ditemukannya mesin cetak oleh Johannes Gutenberg di tahun 1446. Setelah
ditemukannya mesin cetak, dimulailah sejarah media massa cetak berupa koran atau surat
kabar. Awalnya, lembar berita yang terbit tidak teratur dan memuat satu peristiwa, kemudian
berevolusi dengan terbit teratur, seperti yang dilakukan mingguan Avisa Relation oder
Zeitung, sejak 1609 di Strasbourg, Jerman. Sampai kemudian lahir Leipziger Zeitung (1660)
juga di Jerman, yang mula-mula mingguan, kemudian menjadi harian. Inilah koran harian
pertama di dunia.
Di Indonesia sendiri, keberadaan surat kabar sebagai media massa telah berlangsung dalam
kurun waktu yang sangat lama. Di awal kemunculannya pada tahun 1744, surat kabar
pertama di Indonesia diterbitkan menggunakan Bahasa Belanda sebagai bahasa utama, sebab
surat kabar kala itu hanya bertujuan untuk membantu pemerintahan kolonial Belanda.
Pada tahun 1854 sampai masa Kebangkitan Nasional, muncul surat kabar dengan bahasa
Melayu di tengah masyarakat Indonesia. Keberadaan surat kabar dengan bahasa Melayu pun
semakin berkembang di tahun 1860 hingga 1880. Hal ini menjadi tonggak berkembangnya
pers di Indonesia, meski pemimpin redaksi dalam surat kabar pada zaman tersebut masih
didominasi oleh orang Eropa sampai tahun 1881, sebelum digantikan oleh orang-orang
Tionghoa dan pribumi. Hingga akhirnya di tahun 1920, muncul surat kabar bernama
Perkembangan surat kabar di Indonesia terus berlanjut di masa kemerdekaan, masa pasca
kemerdekaan, masa orde baru, hingga era reformasi. Namun, peranan penting surat kabar
dalam sejarah Indonesia terjadi pada era revolusi kemerdekaan. Pada era tersebut, surat kabar
menjadi media massa yang bertugas menyebarkan informasi penting mengenai peristiwa,
gerakan, atau pembangunan sebelum dan sesudah kemerdekaan kepada masyarakat. Dengan
adanya surat kabar, stabilitas nasional di Indonesia kala itu sangat terjaga.
Dari media cetak koran ini lalu berkembang menjadi tabloid, majalah, dan buku. Adapun
sejarah perkembangan dan dampak perkembangan media massa tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Majalah
Majalah hadir untuk melengkapi kebutuhan yang tidak dapat dipenuhi oleh surat
kabar. Majalah adalah media massa yang telah ada di Indonesia sejak awal abad ke-
20. Majalah awalnya diisi dengan berita politik, sastra, dan budaya, dan digunakan
sebagai sarana propaganda oleh pihak penjajah Belanda. Setelah Indonesia merdeka,
yang membahas berbagai topik, seperti politik, ekonomi, sosial, dan budaya.
Majalah "Tempo" yang didirikan pada tahun 1971 menjadi pelopor majalah berita
independen di Indonesia.
Majalah memiliki pengaruh yang besar terhadap masyarakat di era tersebut karena
mampu menyampaikan informasi dan opini secara lebih mendalam dan terperinci.
Majalah juga memainkan peran penting dalam membentuk opini dan tren di
masyarakat, seperti tren fashion dan gaya hidup atau majalah Bobo yang
dikhususkan untuk anak-anak. Hal ini membuat majalah menjadi sumber inspirasi
2. Tabloid
Tabloid adalah media massa yang pertama kali muncul di Indonesia pada awal tahun
1980-an. Saat itu, tabloid masih didominasi oleh berita-berita ringan, seperti
terjangkau dan isinya yang ringan membuat tabloid menjadi populer di kalangan
Namun, pada tahun 1990-an, tabloid mulai beralih ke berita-berita sensasional dan
dianggap sebagai berita "murahan" dan tidak memiliki kualitas jurnalisme yang baik.
Selain itu, tabloid juga dikenal dengan judul-judul yang sensasional dan
Hampir bersamaan dengan perkembangan media cetak, terdapat pula perkembangan media
massa yang berbasis audio dan visual, di antaranya radio, televisi dan perfilman. Adapun
1. Radio
Marconi oleh Dr. Lee De Forest pada tahun 1906. Sejak saat itu radio di AS mulai
mengalami perkembangan yang pesat. Pada bulan Maret 1923 telah berdiri 556
stasiun radio. Baru pada tahun 1926 berdirilah NBC (National Broadcasting Radio)
sebagai badan siaran radio yang luas dan besar, lalu muncul pesaingnya yaitu CBS
(Columbia Broadcast System). Sejak saat itu juga radio terus berkembang
dibeberapa negara seperti Inggris, Perancis, Uni Sovyet, Jepang dan RRC.
Di Indonesia sendiri, radio pertama adalah "Radio Batavia" yang didirikan oleh
pemerintah kolonial Belanda pada tahun 1923. Saat itu, radio digunakan sebagai
berita dan informasi kepada masyarakat. Pada masa itu, radio sering digunakan
sebagai sarana untuk menyebarkan ideologi dan nilai-nilai revolusi. Radio juga
Pada era Orde Baru, radio menjadi sarana kontrol pemerintah terhadap masyarakat.
Namun, pada akhir Orde Baru, radio mulai berperan sebagai media yang kritis
Televisi adalah media massa yang hadir di Indonesia pada tahun 1962. Pada
awalnya, televisi hanya dapat disaksikan oleh sebagian kecil masyarakat di wilayah
seperti acara musik, sinetron, dan talk show menjadi populer di kalangan masyarakat
dan seringkali menjadi topik pembicaraan sehari-hari. Namun, seperti halnya media
Program-program yang tidak edukatif dan konten yang tidak sesuai dengan nilai-
3. Perfilman
yang diputar pada masa itu banyak dipengaruhi oleh kebudayaan dan kesenian Barat.
Pada tahun 1926, film pertama yang diproduksi oleh orang Indonesia yang berjudul
terkenal pada masa itu adalah "Darah dan Doa" karya sutradara Usmar Ismail.
Namun, pada era Orde Baru, perfilman di Indonesia banyak diarahkan untuk
Pada era Reformasi, perfilman Indonesia semakin terbuka dan banyak memproduksi
film-film yang kritis terhadap pemerintah. Film-film seperti "Ada Apa Dengan
Maka dari itu, perfilman sebagai media massa memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap masyarakat. Film dapat menjadi sarana hiburan, edukasi, dan bahkan dapat
tertentu dapat menjadi trendsetter di masyarakat, seperti tren fashion, gaya hidup,
dan bahkan politik. Terlebih di masa sekarang, di mana perkembangan teknologi dan
Seiring perkembangan zaman, perkembangan media massa juga kini mengikuti teknologi.
salah satu media massa yang relatif baru di Indonesia, dimulai pada akhir tahun 1990-an.
Awalnya, akses internet di Indonesia masih terbatas dan mahal, sehingga hanya segelintir
orang yang memiliki akses ke internet. Namun, seiring dengan perkembangan teknologi dan
semakin murahnya harga akses internet, pengguna internet di Indonesia semakin meningkat
dengan pesat.
Internet membuat informasi dan pengetahuan lebih mudah diakses oleh masyarakat.
Informasi yang dulu hanya bisa diperoleh melalui media cetak atau elektronik, kini bisa
diperoleh dengan mudah melalui internet. Selain itu, internet juga menjadi sarana untuk
berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain, baik di dalam maupun di luar negeri.
Kehadiran internet juga memungkinkan terjadinya revolusi digital, yang mengubah cara
masyarakat melakukan aktivitas sehari-hari. Konsep bisnis yang berbasis online semakin
populer di kalangan masyarakat. Hal ini membawa dampak positif terhadap ekonomi, seperti
meningkatnya jumlah usaha kecil dan menengah yang dapat menjual produk dan jasa melalui
internet.
Perkembangan internet juga membawa dampak signifikan terhadap media massa lainnya di
Indonesia, seperti surat kabar dan televisi. Semakin banyak masyarakat yang beralih ke
platform digital untuk memperoleh berita dan informasi, sehingga surat kabar dan televisi
Namun, kehadiran internet sebagai media massa juga membawa berbagai peluang dan
tantangan bagi media massa tradisional untuk beradaptasi dengan tren digital. Banyak media
massa yang beralih ke platform digital untuk memperluas jangkauan pembaca dan penonton.
banyak perubahan bagi masyarakat, baik dampak positif maupun negatif. Pemanfaatan
internet yang bijak oleh masyarakat dan pengawasan yang ketat dari pemerintah dan lembaga
terkait dapat mengoptimalkan manfaat dari perkembangan internet sebagai media massa di
Indonesia.