Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejarah pers di Indonesia baru dimulai pada abad ke 20 ketika Rd. Mas
Tirto Adhi Surjo menerbitkan mingguan Soenda Berita pada 17 Agustus 1903.
Pada 1 Januari tahun 1907 Tirto dkk menerbitkan mingguan medan Prijaji dan
sering mengkritik korupsi serta pemborosan terhadap pejabat belanda maupun
pribumi, akibatnya dia sering dipenjara. Setelah merdeka harian Mas Tirto yaitu
Indonesia Merdeka yang dipimpin Mochtar Lubis sering berbenturan dengan
kebijakan politik dan penyelewengan- penyelewengan pemerintah bahkan pada
tahun 1954 Presiden Soekarno pernah dikritiknya. Dr.H.Krisna Harahap membagi
perkembangan kemerdekaan pers dalam 5 periode.
Pada periode pertama adalah Perkembangan Pers Pada Era Kolonial, pada
perkembangan pers pada era kolonial ini dikemukakan di atas pers pada masa ini
sering mengkritik pemerintah kolonial sehingga pembredelan dan ancaman
hukuman terhadap pers acap kali terjadi, setelah proklamasi terjadi perebutan
kekuasaan dalam berbagai bidang termasuk pers seperti : Soeara Asia (Surabaya),
Tjahaja (Bandung), dan Sinar Baroe (Semarang). Pada bulan September 1945 pers
RI makin kuat dengan ditandai terbitnya Soeara Merdeka, Berita Indonesia, Warta
Indonesia dan The Voice of free Indonesia. Pada saat agresi militer Belanda pers
terbagi 2 yaitu yang terbit di kota dan desa, yang di kota sering mengalami
pembredelan dari pihak Belanda seperti Waspada, Merdeka dan Mimbar umum
sedangkan yang di desa antara lain Suara Rakyat, Api Rakyat, Patriot dan
Penghela Rakyat serta menara.
Belanda membuat UU untuk membendung pengaruh pers, antara lain
Persbreidel Ordonantie, yang memberikan hak kepada pemerintah penjajah
Belanda untuk menghentikan penerbitan surat kabar/majalah Indonesia yang
dianggap berbahaya. Kemudian Haatzai Atekelen, adalah pasal yang memberi
ancaman hukuman terhadap siapapun yang menyebarkan permusuhan, kebencian,

1
serta penghinaan terhadap pemerintah Nederland dan Hindia Belanda atau
sejumlah kelompok penduduk di Hindia Belanda.
Di Zaman pendudukan Jepang yang totaliter dan fasistis, orang-orang surat
kabar (pers) Indonesia banyak yang berjuang tidak dengan ketajaman penanya
tetapi melalui organisasi keagamaan, pendidikan, politik, sebab kehidupan pers
pada zaman Jepang sangat tertekan
Beberapa hari setelah teks proklamasi dikumandangan oleh Bung Karno,
telah terjadi perebutan terhadap perusahaan Koran Jepang, seperti Soeara Asia di
Surabaya, Tjahaja di Bandung, dan Sinar Baroe di semarang. Koran-koran
tersebut pada tanggal 19 Agustus 1945 memuat berita sekitar Kemerdekaan
Indonesia, Teks Proklamasi, Pembukaan UUD, Lagu Indonesia Raya. Sejak saat
itu Koran dijadikan alat mempropagandakan kemerdekaan Indonesia, walaupun
masih mendapat ancaman dari tentara Jepang.
Pada periode kedua yaitu Perkembangan Pers Pada Era Demokrasi Liberal
(1945-1959). Pada tahun 1946 pemerintah mulai membina hubungan dengan pers
dengan merancang aturan-aturan tetapi karena masih mendapat gangguan Belanda
maka RUU ini tidak kelar-kelar, baru pada tahun 1949 Indonesia mendapat
kedaulatan pembenahan di bidang pers dilanjutkan kembali dan pers yang ada di
desa dan kota bersatu kembali. Komite Nasional Pusat melakukan sidang pleno VI
di Yogya pada tanggal 7 Desember 1949, yang pada dasarnya permerintah RI
memperjuangkan pelaksanaan kebebasan pers nasional, yang mencakup
perlindungan pers, pemberian fasilitas yang dibutuhkan pers dan mengakui kantor
berita Antara sebagai kantor beritanasional yang patut memperoleh fasilitas dan
perlindungan. 15 Maret 1950 dibentuk panitia pers dan penyediaan bahan-bahan
dan halaman pers ditambah serta diberi kesempatan untuk memperdalam
jurnalistik sehingga iklim pers saat ini tumbuh dengan baik terbukti dengan
bertambahnya surat kabar berbahasa Indonesia, Cina dan Belanda dari 70 menjadi
101 buah dalam kurun waktu 4 tahun setelah 1949.
Pada periode ketiga yaitu Perkembangan Pers Pada Era Demokrasi
Terpimpin (1959-1966). Pada periode demokrasi terpimpin, adalah era
kepemimpinan Suharto sebagai presiden kedua setelah Sukarno. Era ini kebijakan

2
pemerintah berpedoman pada peraturan penguasa perang tertinggi (peperti)
No.10/1960 & penpres No.6/1963 yang menegaskan kembali perlunya izin tertib
bagi setiap surat kabar & majalah dan pada tanggal 24 Februari 1965 pemerintah
melakukan pembredelan secara masal ada 28 surat kabar di Jakarta dan daerah
dilarang tertib serentak.
Pada periode keempat yaitu Perkembangan Pers Pada Era Orde Baru (1966-
1998). Pada masa ini pembredelan dan pengekangan terhadap pers semakin parah
tercatat ada 102 kali pembredelan yaitu tahun 1972 50x, tahun 1972 40x, serta 12
penerbitan dibredel terkait peristiwa malari tanggal 15 Januari 1974. Pada saat itu
Departemen penerangan seolah-olah menjadi pengawas di Indonesia yang
mengharuskan SIT atau SIUPP bagi setiap surat kabar yang ada. Koran Detik,
Tempo dan Editor menjadi fenomena terakhir dari sejarah pers yang dibredel yaitu
tahun 1994.
Pada periode kelima atau terakhir yaitu Perkembangan Pers Pada Era
Reformasi (1998-sekarang). Pada tanggal 5 Juni 1998, kabinet reformasi di bawah
presiden B.J.Habibie meninjau dan mencabut permenpen No.01/1984 tentang
SIUPP melalui permenpen No.01/1998 kemudian mereformasi UU pers lama
dengan UU yang baru dengan UU No.40 tahun 1999 tentang kemerdekaan pers
dan kebebasan wartawan dalam memilih organisasi pers.

3
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Pers
Pengertian Pers Secara Umum adalah media massa yang melaksanakan
kegiatan jurnalistik dalam bentuk tulisan, suara, dan gambar serta data dan grafik
dengan menggunakan media elektronik dan media cetak dan dll. Pers dalam
etimologi, kata pers (Belanda), presse (prancis), Press (inggris), sedangkan kata
pers dalam bahas latin adalah pressare dari kata premere artinya "tekan" atau
"cetak". definisi pers secara terminologisnya adalah media massa cetak atau media
cetak. Istilah pers dikenal sebagai salah satu jenis media massa atau media
komunikasi massa yang sudah lama dikenal oleh masyarakat dan tidak hanya itu
istilah pers juga lazim dikaitkan dengan surat kabar (newspaper) atau majalah
(magazine).
Pengertian Pers Menurut Para Ahli - Pengertian pers menurut Weiner,
mengatakan bahwa pengertian pers adalah wartawan cetak atau media cetak
publistas atau peliputan berita, dan media mesin cetak. Pengertian Pers menurut
Oemar Seno Adji pakar komunikasi membagi pengertian pers dalam arti sempit
dan pengertian pers dalam arti luas, pengertian pers dalam arti sempit adalah
penyiaran-penyiaran pikiran, gagasan, atau berita-berita dengan kata bertulis,
sedangkan pengertian pers dalam arti luas adalah memasukkan di dalamnya
sebuah media mass communication yang memancarkan pikiran dan perasaan
orang baik dengan kata yang tertulis maupun dengan lisan.
Pengertian pers menurut UUD No. 40 Tahun 1999 yang berbunyi bahwa
pengertian pers adalah lembaga sosial atau wahana komunikasi massa yang
melaksanakan kegiatan jurnalistik yang meliputi, mencari, memperoleh, memiliki,
menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan,
suara, gambar, suara dan gambar serta data dan grafik maupun dalam bentuk
lainnya dengan menggunakan media cetak atau media elektronik, dan segala jenis
saluran yang tersedia.

4
B. Peranan dan Fungsi Pers
1. Peranan Pers
Peranan pers sudah terdapat dalam UU No. 40 Tahun 1999, dan
berikut ini adalah poin-poin tentang peranan pers:
a. Memenuhi hak masyarakat untuk mengetahui informasi,
b. Menegakkan nilai-nilai dasar demokrasi, mendorong terwujudnya
supremasi hukum dan hak asasi manusia, serta menghormati
kebhinnekaan,
c. Mengembangkan pendapat umum berdasarkan informasi yang tepat,
akurat dan benar,
d. Melakukan pengawasan, kritik, koreksi dan saran terhadap hal-hal yang
berkaitan dengan kepentingan umum,
e. Memperjuangkan keadilan dan kebenaran.

2. Fungsi Pers
a. Pers sebagai Media Informasi
Pers mempunyai fungsi untuk memberi informasi atau kabar
kepada masyarakat atau pembaca melalui tulisan-tulisannya pada setiap
edisi. Pers memberikan informasi yang beraneka ragam. Informasi
tersebut juga meningkatkan kualitas kehidupan baik dalam bidang
ekonomi, sosial budaya, teknologi, kesehatan, politik, dan sebagainya.
Dengan membaca surat kabar, majalah dan tabloid dan mendengarkan
radio, masyarakat dapat memperoleh informasi baik dari dalam negeri
maupun luar negeri.

b. Pers sebagai Media Pendidikan


Melalui berbagai macam tulisan atau pesan yang dimuat, pers
dapat mendidik masyarakat atau pembacanya. Dengan demikian, pers
mempunyai kontribusi yang penting dalam memberikan pendidikan

5
dalam kehidupan masyarakat Berbangsa dan bernegara. Demi
mewujudkan kemajuan dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat.

c. Pers sebagai media Hiburan


Hampir semua media massa dan media cetak maupun media
elektronik memberikan layanan hiburan kepada warga masyarakat
pengguna media tersebut. Agar dapat memberikan kesenangan para
pembaca, sebagai upaya relaksasi dari kejenuhan, menghidupkan kembali
sisi emosional masyarakat, dan memberikan sentuhan pada diri mereka
secara alamiah sehingga bisa menyatu dengan alam.

d. Pers sebagai Media Kontrol Sosial


Pers di tengah-tengah masyarakat mempunyai peran sebagai
kontrol sosial. Dengan tulisan-tulisan pers dapat melaksanakan atau
memberikan kontrol sosial dan menyampaikan berbagai kritik yang
bersifat membangun yang bermanfaat bagi masyarakat luas.

C. Pengertian Media Massa


Media adalah alat yang digunakan untuk memindahkan pesan dari sumber
ke penerima. Media komunikasi ada yang berbentuk saluran antar pribadi, media
kelompok, dan adapula dalam bentuk media masa. Isitlah media banyak
digunakan dengan sebutan berbeda, misalnya saluran, alat, sarana, atau dalam
bahasa inggris disebut channel atau medium.
Adapun media masa adalah institusi yang menghubungkan seluruh unsur
masyarakat satu dengan yang lainnya dengan melalui produk media masa
dihasilkan. Secara spesifik institusi media masa adalah: (1) sebagai saluran
produksi dan distribusi konten simbolis, (2) sebagai institusi publik yang bekerja
sesuai aturan yang ada, (3) keikutsertaan baik sebagai pengirim atau penerima
sukarela, (4) menggunakan standar professional dan birokrasi, (5) media sebagai
perpaduan antara kebebasan dan kekuasaan.

6
D. Peranan dan Fungsi Media massa
Peranan lebih merujuk kepada bagian atau lakon yang dimainkan media
massa dalam masyarakat, di mana media massa memainkan peran tertentu dalam
seluruh proses pembentukan budaya manusia. Fungsi lebih mengacu pada
kegunaan suatu hal dalam hal ini adalah kegunaan atau manfaat dari media massa
itu sendiri. Secara umum peranan media massa adalah sebagai berikut:
1. Memenuhi hak masyarakat untuk mengetahui,
2. Menegakkan nilai dasar demokrasi, mendorong terwujudnya supremasi
hukum, dan HAM, serta menghormati kebhinekaan,
3. Mengembangkan pendapat umum berdasarkan informasi yang tepat, akurat
dan benar,
4. Melakukan pengawasa, kritik, koreksi, dan saran terhadap hal-hal yang
berkaitan dengan kepentingan umum,
5. Memperjuangkan keadilan dan kebenaran.

Secara umum fungsi dalam media massa sebagai berikut:


1. Sebagai media komunikasi,
2. Memberikan informasi kepada masyarakat dalam bentuk berita,
3. Sebagai media pendidikan,
4. Pemberitaan mengandung nilai dan norma tertentu dalam masyarakat yang
baik,
5. Sebagai media hiburan,
6. Lebih bersifat sebagai sarana hiburan,
7. Sebagai lembaga ekonomi,
8. Mendatangkan keuntungan finansial,

7
BAB III

PEMBAHASAN

A. Tanggungjawab Sosial Pers dalam Kepentingan Nasional


Pers Indonesia lahir dari kancah pergerakan nasional untuk membebaskan
rakyat dari penjajajahan. Ketika itulah pers bahu membahu dengan kaum
pergerakan, bahkan mengambil peran penting dalam perjuangan politik. Pers pada
periode itu disebut “pers perjuangan”. Ketika negeri ini memasuki era “demokrasi
liberal” di tahun 1950-an, pers sebagai cerminan aspirasi masyarakat, tampil
sebagai pers bebas. Ketika Presiden Soekarno mendekritkan “demokrasi
terpimpin” (1962) pers Indonesia ikut pula terpimpin. Ketika Presiden Soeharto
memperkenalkan “demokrasi pancasila” (1970) – yang hakikatnya sami
mawon dengan “demokrasi terpimpin”, pers Indonesia kembali terkekang.
Barulah di era reformasi (1989) pers Indonesia benar-benar bebas.
Darmanto bilang, bila lembaga sosial politik sudah tidak bisa lagi
menyuarakan aspirasi masyarakat, maka rakyat akan berpaling pada pers. Pers
menjadi tiang penyangga bagi hak istimewa manusia. Kepercayaan pada pers
semacam itu tidaklah berlebihan, selama iktikad dalam mengemudikan pers
memang mengarah ke sana. Kepercayaan rakyat terhadap pemerintahnya adalah
prasyarat untuk mewujudkan kewibawaan permerintah. Kekurangpercayaan
apalagi ketidakpercayaan rakyat terhadap pemerintah negaranya, akan
meruntuhkan kewibawaan pemerintah. Pemerintah yang baik adalah pemerintah
yang didukung oleh rakyatnya.
Dukungan terhadap pemerintah dapat dilihat dari keterbukaan sikap dan
tindakan pemerintah terhadap kritik rakyat, kritik lembaga penyalur aspirasi
rakyat dan pers. Merasa memiliki kemampuan untuk menyebar luaskan informasi
guna memenuhi keingintahuan manusia, pers sadar atau tidak telah ikut berperan
membentuk sikap dan tindakan manusia.
Pers yang baik ialah yang memahami perannya, bahwa dia adalah
kepanjangan tangan atau penyambung lidah publik. Oleh karena ia mendapat

8
amanat publik sehingga mendapat kesempatan untuk mengakses informasi secara
bebas (dalam iklim pers bebas) maka ia harus bertanggung jawab kepada publik,
kepada kebenaran, keadilan, kejujuran, common sense, akal sehat. Ia harus benar-
benar profesional, sedapat mungkin independen, memiliki integritas yang tinggi,
dan jangan lupa: berpihak kepada mereka yang lemah.

B. Pers dan Media Massa Mempengaruhi Pola Pikir Masyarakat Indonesia


Globalisasi media massa berawal pada kemajuan teknologi komunikasi
dan informasi semenjak dasawarsa 1970-an. Di dalam pengertian itu kita harus
bertemu dengan istilah-istilah banjir informasi, era informasi, masyarakat
informasi, era komputerisasi, dan era satelit. Arus informasi meluas ke seluruh
pelosok dunia. Jaringan komunikasi masyarakat di masing-masing Negara
mengalami pembesaran volume informasi serta kecepatan penyebarannya.
Di bidang media dan informasi, globalisasi menciptakan keseragaman
pemberitaan serta preferensi acara liputan. Kegemaran masyarakat di seluruh
dunia untuk memilih berita-berita yang dianggap penting cenderung seragam.
Dengan sendirinya, sistem media di masing-masing Negara juga cenderug
seragam dalam hal menentukan kejadian yang dipandang penting untuk diliput.
Apa yang terjadi di suatu tempat yang terpencil di pelosok dunia akan segera
diketahui oleh seluruh dunia pada saat yang hampir bersamaan. Peristiwa yang
terjadi di sebuah negara akan segera mempengaruhi perkembangan masyarakat di
Negara-negara lain.
Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi menghadirkan aneka
ragam media yang kian lama kian canggih dan memungkinkan segala macam
kejadian meledak menjadi berita yang dramatis di seluruh dunia. Arus berita
berlangsung kian cepat, volume serta frekuensinya pun kian besar. Hal itu terjadi
karena dukungan faks, jaringan telepon antarnegara, komputer, dan internet.
Perubahan atau kemajuan teknologi informasi dan komunikasi yang luar biasa itu
menimbulkan konsekuensi-konsekuensi teknis bagi Kode Etik Jurnalistik, nilai
berita dan hukum media massa.

9
Nilai-nilai budaya barat yang sekuler masuk di Indonesia melalui
ketimpangan arus informasi internasional dan/atau globalisasi media. Dalam
globalisasi media massa, khalayak media Indonesia adalah orang-orang yang
lengang. Mereka berada pada posisi yang tidak lagi terlindung dari terpaan
berbagai nilai-nilai asing. Situasi seperti itu dapat dikatakan menempatkan
khalayak pada kondisi kebudayaan dan kerohanian yang penuh dengan polusi.
Banyak lembaga tradisional yang tidak lagi sanggup melindungi masyarakat dari
polusi kebudayaan yang disebabkan oleh globalisasi informasi dan nilai.
Pers dan media mempertajam proses sosialisasi bagi banyak orang,
terutama kalangan usia muda. Ideologi, sistem politik, serta sistem budaya di
masing-masing bangsa, mau tidak mau akan tersentuh oleh globalisasi informasi
yang membawa nilai-nilai yang baru itu. Semua bangsa atau negara akan
mengalami proses akulturasi. Akan terjadi pluralisasi budaya yang luas dan tajam
di semua bangsa. Nasionalisme pun akan dipengaruhi oleh wawasan internasional.
Persepsi dan aspirasi banyak orang menjadi senada tentang keadilan, hak asasi,
dan kesejahteraan umat manusia.
Globalisasi media massa dan informasi dapat membawa serta perubahan
pada acuan-acuan dasar (baku) di masing-masing bangsa. Karena itu, banyak
bangsa akan mengalami ketidakpastian acuan yang baku dalam memahami sekian
banyak dan ragamnya nilai-nilai asing. Globalisasi media massa dapat berdampak
pada keresahan dan gejolak sosio-kultural di masing-masing negara. Hal itu
disebabkan oleh pengaruh media global (informasi global) yang terutama
menciptakan masyarakat manusia cosmopolitan. Artinya, banyak orang yang
merasa tidak betah lebih lama berada pada keadaan ekonominya, kehidupan sosial
politiknya, dan sebagainya setelah sering menyaksikan kondisi yang lebih sesuai
dengan aspirasi mereka.1
Pers dan media memperlihatkan pada masyarakat bagaimana standar hidup
layak bagi seorang manusia, sehingga secara tidak langsung menyebabkan
masyarakat menilai apakah lingkungan mereka sudah layak atau apakah ia telah

1
Prof. Dr. H. Andi Abdul Muis. 2001. Indonesia di Era Dunia Maya. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, hlm. 64-65

10
memenuhi standar tersebut dan gambaran ini banyak dipengaruhi dari apa yang
dilihat, didengar dan dibaca dari media. Pesan/informasi yang disampaikan oleh
media bisa jadi mendukung masyarakat menjadi lebih baik, membuat masyarakat
menjadi senang akan diri mereka, mereka cukup atau sebaliknya mengempiskan
kepercayaan dirinya atau merasa rendah dari yang lain.

C. Pers dan Media Massa Mengubah Dinamika perubahan Sosial Masyarakat


Hubungan antara media masa dan masyarakat menjadi bahan pembahasan
yang tidak ada habis-habisnya. Hubungan itu kausal atau fungsional? Jika
hubungannya kausal, pertanyaannya adalah: Siapa penyebabnya dan siapa yang
menanggung akibatnya. Pernah diperkirakan, yang menjadi penyebab dalam relasi
yang kausal itu ialah masyarakat dan lembaganya yang memiliki kekuasaan
eksekutif, yaitu pemerintah. Berbagai reaksi timbul terhadap pemikiran ekstrim
itu, ada periode, ketika yang ditempatkan sebagai penyebab ialah media masa.
Media masa penyebab semua pengaruh terhadap masyarakat.
Ketika ilmu sosiologi diminta bantuannya untuk ikut
mengamati relasi yang ada antara media masa dan masyarakat,
makan ditemukan seperti umumnya yang terjadi dalam perkaitan
antara dua entitas atau dua lembaga, yakni bukan hubungan kausal
melainkan hubungan fungsional. Antara keduanya terjadi proses
saling menyampaikan pesan dan menerima pesan, menyampaikan
pengaruh dan menerima pengaruh antara keduanya ada interelasi.2

Untuk melihat lebih jauh tali-temali hubungan itu, perlu dipelajari


bagaimana media masa itu mengambil tempat dalam suatu masyarakat. Segera
diketahui, bahwa media masa dalam suatu Negara, tidak berada di luar masyarakat
Negara itu, melainkan didalam masyarakat. Media masa menjadi bagian dari
masyarakat, dan karena itu juga menjadi bagian dari sistem mayarakat secara
keseluruhan.
Apabila media masa mengambil tempat di dalam masyarakat dan menjadi
bagian dari suatu sistem masyarakat seluruhnya, maka logislah apabila asal mula
pengaruh bukan dari media, melainkan dari masyarakat. Beberapa ilmuwan dalam

2
Oetama, Jakob.1987.Perspektif Pres Indonesia. Jakarta: LP3ES hlm.92

11
bidang komunikasi masa sampai pada suatu rumusan, bahwa cepat atau lambat,
ide-ide pokok akan mempengaruhi pikiran, orientasi dan struktur media masa.
Pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi seperti media
massa, menyebabkan terjadi perubahan secara cepat di mana-mana. Media massa
sedikit demi sedikit membawa masuk masyarakat ke suatu pola budaya yang baru
dan mulai menentukan pola pikir serta budaya perilaku masyarakat. Tanpa
disadari media massa telah ikut mengatur jadwal hidup kita serta menciptakan
sejumlah kebutuhan.
Keberadaaan media massa dalam menyajikan informasi cenderung
memicu perubahan serta banyak membawa pengaruh pada penetapan pola hidup
masyarakat. Beragam informasi yang disajikan dinilai dapat memberi pengaruh
yang berwujud positif dan negatif. Secara perlahan-lahan namun efektif, media
membentuk pandangan masyarakat terhadap bagaimana seseorang melihat
pribadinya dan bagaimana seseorang seharusnya berhubungan dengan dunia
sehari-hari.
Pergeseran pola tingkah laku yang diakibatkan oleh media massa dapat
terjadi di lingkungan keluarga, sekolah, dan dalam kehidupan bermasyarakat.
Wujud perubahan pola tingkah laku lainnya yaitu gaya hidup. Perubahan gaya
hidup dalam hal peniruan atau imitasi secara berlebihan terhadap diri seorang
figur yang sedang diidolakan berdasarkan informasi yang diperoleh dari media.
Biasanya seseorang akan meniru segala sesuatu yang berhubungan dengan
idolanya tersebut baik dalam hal berpakaian, berpenampilan, potongan rambutnya
ataupun cara berbicara yang mencerminkan diri idolanya (Trimarsanto, 1993:8).
Hal tersebut diatas cenderung lebih berpengaruh terhadap generasi muda.
Secara sosio-psikologis, arus informasi yang terus menerpa kehidupan kita
akan menimbulkan berbagai pengaruh terhadap perkembangan jiwa, khususnya
untuk anak-anak dan remaja. Pola perilaku mereka, sedikit demi sedikit
dipengaruhi oleh apa yang mereka terima yang mungkin melenceng dari tahap
perkembangan jiwa maupun norma-norma yang berlaku. Hal ini dapat terjadi bila
taayangan atau informasi yang mestinya dikonsumsi oleh orang dewasa sempat
ditonton oleh anak-anak (Amini, 1993).

12
Dampak yang ditimbulkan media massa bisa beraneka ragam di antaranya
terjadinya perilaku yang menyimpang dari norma-norma sosial atau nilai-nilai
budaya. Di jaman modern ini umumnya masyarakat menganggap hal tersebut
bukanlah hal yang melanggar norma, tetapi menganggap bagian dari tren masa
kini. Selain itu juga, perkembangan media massa yang teramat pesat dan dapat
dinikmati dengan mudah mengakibatkan masyarakat cenderung berpikir praktis.
Dampak lainnya yaitu adanya kecenderungan makin meningkatnya pola hidup
konsumerisme. Dengan perkembangan media massa apalagi dengan munculnya
media massa elektronik (media massa modern) sedikit banyak membuat
masyarakat senantiasa diliputi prerasaan tidak puas dan bergaya hidup yang serba
instan. Gaya hidup seperti ini tanpa sadar akan membunuh kreativitas yang ada
dalam diri kita di kemudian hari.3

3
Oetama Jakob. 1987. Perspektif Pers Indonedsia. Jakarta: LP3ES, hlm 91-92

13
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Kata pers berasal dari bahasa Belanda, yang dalam bahasa Inggris berarti
press. Press dalam bahasa Latin, pressare yang berarti tekan atau cetak. Secara
harfiah pers berarti cetak dan secara istilah berarti penyiaran yang dilakukan
secara tercetak.
Pers dalam arti sempit, artinya hanya terbatas pada pers cetak, yaitu surat
kabar, majalah, dan tabloid. Pers dalam arti luas, yaitu meliputi segala penerbitan,
bahkan termasuk pers elektronik, siaran radio, dan siaran televisi. Pers
mempunyai beberapa fungsi diantaranya fungsi informasi, pendidikan, kontrol
sosial dan fungsi sebagai lembaga ekonomi.sedangkan media massa adalah,
sering disingkat jadi “media” saja– adalah channel, media/medium, saluran,
sarana, atau alat yang dipergunakan dalam proses komunikasi massa, yakni
komunikasi yang diarahkan kepada orang banyak (channel of mass
communication). Komunikasi massa sendiri merupakan kependekan dari
komunikasi melalui media

B. Saran
Dalam hal ini dibutuhkan pemahaman yang lebih antara pemerintah dan
rakyat karena dalam kehidupan sehari-hari pers dan media sangat erat kaitannya
dan kita sebagai konsumen (penonton,penerima berita) kita lebih bijak untuk
memanfaatkan media baik media cetak maupun media elektronik dengan cara
membuat penyaringan terhadap konten yang ada dalam berita tersebut.

14

Anda mungkin juga menyukai