Anda di halaman 1dari 7

BAB VI

PERANAN PERS DI INDONESIA

A.Pengertian pers

Dalam Pasal 1 ayat (1) UU Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers, berikut pengertian pers: “Pers adalah
lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan jurnalistik meliputi mencari,
memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan,
suara, gambar, suara dan gambar, serta data dan grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan
menggunakan media cetak, media elektronik, dan segala jenis saluran yang tersedia.”

Ciri ciri pers

 Universalitas. Ciri-ciri pers ini berarti pesan, isi, atau acara yang disampaikan pers bentuknya
bermacam-macam. Contohnya, isi atau informasi dalam koran memuat segala aspek kehidupan
manusia.
 Periodisitas Artinya penerbitan atau penayangan informasi sifatnya teratur sesuai waktunya.
Misalnya tiap hari, setiap minggu, tiap bulan atau sebagainya. Dalam hal ini, pers harus konsisten
dalam memilih waktu penerbitan atau penayangannya.
 Aktualitas adalah informasi atau berita yang dimuat dalam pers merupakan laporan peristiwa
yang baru saja terjadi.
 Komersialitas Ciri-ciri pers ini artinya pers punya fungsi bisnis, atau pers merupakan sebuah
komoditas. Contohnya penayangan iklan di koran, iklan televisi serta radio, dan sebagainya.

Hak dan Kewajiban Pers

Pasal 4 UU No 40 tahun 1999 menentukan bahwa hak hak pers ialah sebagai berikut:

 Kemerdekaan pers dijamin sebagai hak asasi warga negara


 Terhadap pers internasional tidak dikenakan penyensoran, pemberedelan, atau pelanggaran
penyiaran
 Dalam mempertanggung jawabkan pemberitaan di depan hukum wartawan mempunyaihak
tolak

Pasal 5 UU No 40 tahun 1999 menentukan kewajiban pers ialah sebagai berikut:

 Pers nasional berkewajiban memberitakan peristiwa dan opini Masyarakat dengan menghormati
norma norma agama dan rasa kesusilaan
 Pers wajib melayani hak jawab
 Pers wajib melayani hak tolak

Peranan /fungsi pers

1. Memenuhi hak Masyarakat untuk mengetahui untuk mengetahui


2. Menegakkan nilai nilai dasar demikrasi mendorong terwujudnya supremasi hukum dan hak asasi
manusia, serta menghormati kebhinekaan
3. Mengembangkan pendapat umum berdasarkan informasi yg tepat, akurat dan benar
Melakukan pengawasan, kritik, koreksi, dan saran terhadap hal hal yang berkaitan dengan
kepentingan umum
4. Memperjuangkan keadilan dan kebenaran

Teori pers

1. Teori Pers Otoriter (Authoritarian Theory)

Menurut teori ini, pers mempunyai tugas untuk mendukung dan membantu politik pemerintah yang
berkuasa untuk mengabdi kepada negara. Teori ini lahir pada abad ke-16 di Inggris disaat masih
banyaknya negara otoriter pada masa itu. Pada teori pers seperti ini, pers tidak boleh mengkritik alat-alat
negara dan penguasa. Rakyat tidak memiliki hak penuh dalam mengaspirasikan pendapatnya dan tidak
bisa menyampaikan opini melalui pers. Dalam teori pers ini, fungsi pers hanya sekadar menyampaikan
apa yang diinginkan penguasa untuk diketahui oleh rakyat.

2. Teori Pers Bebas (Libertarian Theory)

Pada teori seperti ini, Pers menuntut kebebasan yang seluas-luasnya. Hal ini bertujuan untuk membantu
manusia dalam mencari kebenaran tanpa harus dikekang oleh pihak yang berkuasa. Teori pers ini
berpandangan bahwa manusia pada dasarnya mempunyai hak-hak secara alamiah untuk mengejar
kebenaran dan mengembangkan potensi bila diberikan kebebasan menyatakan pendapat.

3. Teori Pers Tanggung Jawab Sosial (Social Responbility)

Pada teori ini, pers menjadi forum yang dijadikan sebagai tempat untuk memusyawarahkan berbagai
masalah dalam rangka tanggung jawab terhadap masyarakat/orang banyak (sosial). Teori tanggung jawab
sosial berasumsi bahwa media massa khususnya televisi dan radio merupakan milik publik. Jadi, apabila
media massa dijadikan kendaraan politik suatu partai atau orang maka sudah melanggar aturan dan
norma-norma yang berlaku dimasyarakat. Pers harus bertanggung jawab kepada masyarakat untuk
melaksanakan tugas pokok komunikasi massa. Pemerintah juga memiliki hak untuk mengatur jika
kepentingan publik dirasa sudah mulai terancam.

4. Teori Pers Komunis (Marxist)

Pada teori ini, pers merupakan alat pemerintah dan harus tunduk serta melakukan yang terbaik terhadap
pemerintah. Upaya yang dilakukan pers akan dianggap sebagai bentuk perlawanan apabila tidak tunduk
terhadap pemerintah. Pada teori ini, pers bukan merupakan milik pribadi sehingga masyarakat memiliki
hak untuk mencegah dan menghukum pers apabila dinilai tidak sesuai atau melanggar ketentuan yang
telah menjadi komitmen nilai bersama dalam komunitas masyarakat tersebut.

B. Dasar Hukum Pers

Hukum Pers di Indonesia diatur khusus dalam Undang-undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers
(disebut juga UU Pers). Tidak seperti undang-undang pada umumnya, UU Pers tidak memiliki ketentuan
peraturan pelaksana berupa peraturan pemerintah. Karena sifat dari pers adalah mengatur dirinya
sendiri, peraturan pelaksana dari undang-undang ini dirumuskan oleh komunitas pers dan dan
ditetapkan oleh Dewan Pers.
C. Pengembangan Pers

1. Pers Indonesia pada masa Penjajahan Belanda

Pada tahun 1907, golongan kaum ningrat (priyayi) memelopori terbitnya persnasional, yakni mingguan
medan prijaji. Pemimpin redaktur nya adalah R.M. Tirtoa disuryo. Sesuai dengan namanya mulai tahun
1910, medan prijaji terbit sebagai harian. Pertumbuhan pers diawasi dengan ketat karena dikhawatirkan
merugikan kebijakan politik pemerintah penjajah. Pemerintah penjajah (Belanda) merasa ketentuan-
ketentuan pidana dalam KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum Pidana) dan artikel-artikel tambahan
KUHP, belum cukup memadai mengendalikan pers. Selanjutnya,diterbitkan aturan Persbreidel
Ordonantie, yaitu aturan atau undang-undang tentang penghentian penerbitan pers. Aturan ini akan
diberlakukan terhadap surat kabar dan sejenisnya yang pemberitaannya dinila imembahayakan
pemerintahan penjajah.

2. Pers Indonesia pada masa penjajahan jepang

Pers masa ini mengalami kemunduran. Pers di paksa untuk mendukung kepentingan jepang. Akhirnya,
pers hanya digunakan semata-mata sebagai alat pemerintah jepang. Hanya ada satu surat kabar yang
terbit (secara illegal), yaitu Berita Indonesia. Surat kabar ini penerbitnya di pelopori oleh SoeadiTahsin
(pelajar Kenkoku Gakunkin). Penyebarluasan Berita Indonesi aini bertujuan untuk mengimbangi
propogan dapemerintah penjajah Jepang yang disiarkan melalui Berita Goenseikanbu, surat kabar milik
pemerintah yang difungsikan untuk mendukung dan menyebarluaska kebijakan politi pemerintah
penjajah. Surat kabar ii intinya berisi propaganda-propaganda Jepang agar rakyat Indonesia bersedia
membantu jepang dalam perangnya melawan tentara serikat.

3. Pers Indonesia Pada Masa Revolusi Fisik (1945-1949) mengkaji tentang kehidupan pers, khususnya di
Jakarta masa revolusi fisik. Tujuannya untuk mengetahui bahwa perjuangan dalam mempertahankan
kemerdekaan tidak hanya dapat diraih melalui perang atau diplomasi tetapi juga melalui pikiran dan
semangat yang dituangkan dalam surat kabar. Skripsi ini membahas lebih lanjut bagaimana peran pers di
Jakarta masa revolusi fisik yang difokuskan pada tiga surat kabar di Jakarta, yaitu Berita Indonesia,
Merdeka, dan Soember. Pers pada periode revolusi fisik membawa corak tersendiri dalam sifat dan
fungsi pers nasional. Pers yang lahir pada periode tahun 1945-1949 dikenal sebagai pers perjuangan.
Pers nasional menjadi salah satu alat perjuangan revolusi untuk bangsa Indonesia. Penulisan skripsi ini
menggunakan metode sejarah kritis.Metode yang digunakan melalui langkah-langkah sebagai berikut.
Pertama, heuristik, menghimpun jejak-jejak masa lampau yang dikenal dengan data sejarah. Kedua, kritik
sumber, yaitu kegiatan meneliti sumber-sumber sejarah baik secara eksternal maupun internal. Ketiga,
interpretasi, yaitu langkah menetapkan makna yang saling berhubungan dari fakta-fakta sejarah yang
diperoleh setelah diterapkannya kritik intern dan ekstern dari data-data yang berhasil dikumpulkan.
Keempat, historiografi, yaitu penyampaian sintesis yang diperoleh dalam bentuk karya sejarah. Dari
kajian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa Pers Indonesia dalam perspektif sejarah, sejak
kelahirannya adalah pers perjuangan. Sebutan tersebut menunjukan bahwa pers sebagai institusi sosial
telah dijadikan senjata oleh golongan nasionalis Indonesia untuk memajukan, mensejahterakan, dan
memerdekakan bangsanya serta menentang segala bentuk kesewenang-wenangan penguasa yang
bersifat otoriter. Pers berusaha membangkitkan semangat rakyat untuk ikut serta dalam usaha
mempertahankan kemerdekaan yang telah diraih. Usaha untuk mempertahankan kemerdekaan melalui
pers ini juga terjadi di Jakarta. Pers di Jakarta digunakan sebagai sarana perjuangan pada masa revolusi
fisik dengan tulisannya yang berupa propaganda, penerangan, serta kritik terhadap pemerintah. Pers di
Jakarta pada akhirnya berhasil membangkitkan semangat perjuangan bagi rakyat di Jakarta melalui
tulisan-tulisannya dalam surat kabar. Kata Kunci: Pers Nasional, Revolusi Fisik, 1945-1949.

4. Masa demokrasi liberal Setelah pengakuan kedaulatan oleh dunia Internasional, sistem pemerintahan
Indonesia berubah menjadi sistem parlementer yang berpaham liberal atau dikenal dengan demokrasi
liberal. Masa ini berlangsung dari tahun 1950 sampai tahun 1959.Perubahan sistem pemerintahan
tersebut berdampak pula pada perubahan sistem pers di Indonesia. Sistem pers nasional akhirnya
menganut sistem liberal juga, yang erat kaitannya dengan kebebasan. Kebebasan tersebut tercermin dari
perubahan fungsi pers di Indonesia. Apabila di masa revolusi fisik pers digunakan sebagai alat untuk
mempertahankan kemerdekaan, maka pada masa demokrasi liberal ini pers digunakan sebagai alat
komunikasi partai politik. Pemberitaan pers pada masa ini didominasi oleh kepentingan partai politik. Hal
ini bisa terjadi karena bantuan pendanaan yang dilakukan oleh partai politik terhadap perusahaan pers.
Akibatnya, pers cenderung menjadi partisan dan menjadi alat perjuangan partai politik. Bahkan
pemberitaan pers pada masa ini diwarnai dengan pertentangan antarpartai politik yang muncul di
halaman-halaman media cetak. Septiawan Santana dalam bukunya Jurnalisme Kontemporer (2017),
menjelaskan bahwa meskipun pers pada masa ini digunakan sebagai alat komunikasi partai politik, para
pengamat menilai masa ini merupakan masa emas kebebasan pers di Indonesia. Bahkan kebebasan pers
di Indonesia pada masa ini mendapat pujian dunia internasional, yakni dari Majalah IPI-Report
(International Press Institue), terbitan oktober 1952.

5. Masa demokrasi terpimpin Kebebasan pers yang berlangsung pada masa demokrasi liberal tidak
berlangsung lama. Berbagai gejolak politik yang terus terjadi akhirnya membuat Presiden Soekarno
mengeluarkan Dekrit Presiden pada tanggal 5 Juli 1959. Pada masa demokrasi terpimpin, Presiden
Soekarno memegang kekuasaan tunggal dan membubarkan konstituante. Presiden Soekarno mulai
bertindak otoriter, termasuk pada pers. Kritik terhadap pemerintah mulai melunak dan kebebasan pers
perlahan mulai tergerus pada masa demokrasi terpimpin. Dalam buku Perkembangan Pers di Indonesia
(2010) karya Akhmad Efendi, dijelaskan bahwa masa demokrasi terpimpin merupakan masa terburuk
bagi kebebasan pers di era orde lama. Pada masa ini, pers diatur secara ketat dan harus berfungsi
sebagai alat revolusi pemerintah. Pers juga digunakan untuk mendukung keberadaan pemerintah serta
kebijakan-kebijakannya.

6.Pers Indonesia pada masa ORBA

Seiring runtuhnya kekuasaan pemerintah orde lama dan digantikan dengan pemerintahan orde baru,
kehidupan pers di Indonesia pun perlahan memperoleh kebebasan.Kebebasan tersebut diperoleh
setelah pemerintahan orde baru mengeluarkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1966 tentang Prinsip-
Prinsip Dasar Pers.Undang-undang tersebut mengatur bahwa pers nasional tidak dapat disensor atau
dikendalikan dan kebebasan pers dijamin sebagai bagian dari hak-hak dasar warga negara serta
penerbitan tidak memerlukan surat izin apa pun.Pada kenyataannya, para penerbitan surat kabar wajib
memiliki dua izin yang saling terkait. Dua izin tersebut adalah Surat Izin Terbit (SIT) dari Departemen
Penerangan dan Surat Izin Cetak (SIC) dari lembaga keamanan militer KOPKAMTIB. Meskipun harus
memiliki surat izin, ketegangan antara pers dengan pemerintah belum terlihat ketika awal-awal
pemerintahan orde baru. Pada masa awal pemerintahan orde baru, pers, dan pemerintah memiliki
hubungan yang harmonis.Hal ini terjadi karena pemerintah orde baru menjajikan akan keterbukaan serta
kebebasan dalam berpendapat. Kondisi tersebut disambut baik oleh insan pers sebab di era
pemerintahan yang lalu, yaitu orde lama, kondisi tersebut tidak didapatkan.
Pers Indonesia di era orde baru sering disebut sebagai pers pancasila. Ciri pers pancasila adalah bebas
dan bertanggung. Namun sayangnya, kebebasan tersebut hanya didapat pada saat awal-awal
pemerintahan orde baru saja.

7. Pers di masa Reformasi

Setelah mengalami pengekangan yang begitu lama di era pemerintahan orde baru, kehidupan pers di
Indonesia akhirnya benar-benar mendapatkan kebebasan ketika reformasi bergulir pada bulan Mei
1998.Selain dicabutnya SIUPP, upaya lainnya adalah penghapusan Departemen Penerangan. Seperti yang
telah dijelaskan sebelumnya bahwa Departemen Penerangan di era pemerintahan orde baru memiliki
kekuatan yang luar biasa untuk menekan dan mengatur pers.Oleh sebab itulah, Departemen Penerangan
dihapus agar pers bisa leluasa melaksanakan kegiatan jurnalistiknya.Selain kedua tindakan tersebut, ada
satu tindakan terpenting untuk memulai kebebasan pers di Indonesia yaitu diterbitkanya Undang-
Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers. Undang-undang ini merupakan tonggak awal kebebasan
pers di Indonesia.Reformasi bergulir karena masyarakat menginginkan reformasi pada segala bidang,
baik ekonomi, sosial, dan budaya yang pada masa pemerintahan orde baru terbelenggu. Termasuk
reformasi pada bidang pers.Reformasi pada bidang pers ditujukan agar kehidupan pers di Indonesia
benar-benar memperoleh kebebasan. Langkah pertama untuk memulai kebebasan pers di Indonesia
adalah dengan mencabut aturan Surat Izin Usaha Penerbitan Pers (SIUPP).Dengan dicabutnya SIUPP,
akhirnya berbagai perusahaan pers baru bermunculan, baik itu media cetak, televisi, maupun radio.
Munculnya berbagai macam perusahaan pers tersebut merupakan bentuk sukacita setelah sekian lama
dibelenggu oleh kekuasaan pemerintah orde baru.

D.Kode Etik Jurnalistik

Kode etik jurnalistik berfungsi sebagai landasan moral dan etika agar seorang wartawan senantiasa
melakukan tindakan tanggung jawab sosial.Landasan kode etik jurnalistik mengacu pada kepentingan
publik. Sebab kebebasan pers yang ideal adalah kebebasan yang tidak mencederai kepentingan publik
dan tidak melanggar hak asasi warga negara.Institusi yang berhak menilai atas pelanggaran kode etik
jurnalistik adalah Dewan Pers. Sementara pihak yang memberikan sanksi atas pelanggaran kode etik
jurnalistik adalah organisasi profesi wartawan dan atau perusahaan pers yang bersangkutan.

E. Upaya Pemerintah Dalam Mengendalikan Kebebasan Pers

1. Pembuatan Undang-undang Pers

Dengan peraturan perundang-undangan tentang pers dan penyiaran yang dibuat oleh pemerintah
bersama DPR, diharapkan dapat menjadi acuan bagi semua pihak yang terkait dengan pers dan media
massa agar kehidupan pers dan gerak media massa tetap dapat berlangsung dengan bebas namun
disertai dengan tanggung jawab. Di negara Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila mensyaratkan
kebebasan yang diikuti oleh tanggung jawab. Meskipun hak-hak asasi pribadi diakui dan dilindungi etapi
dalam pelaksanaannya tidak dapat dilakukan tanpa batas. Hak hak orang lain sebagai pembatasnya,
sehingga kewajiban untuk saling menghormati menjadi jati diri manusia, masyarakat, dan bangsa
Indonesia. Maka dari itu pers nasional sesuai pasal 2 UU pers berkewajiban untuk :
1). Mempertahankan, membela, mendukung dan melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni
dan konsekuen.2). Memperjuangkan pelaksanaan amanat penderitaan rakyat berdasarkan Demokrasi
Pancasila.3). Memperjuangkan kebenaran dan keadilan atas dasar kebebasan pers4). Membina
persatuan dan kesatuan.5). Menjadi penyalur pendapat umum yang bersifat kontraktif.

2.Fungsi Dewan Pers

Dewan pers memiliki peran sebagai lembaga mandiri yang tugas dan tanggung jawabnya adalah untuk
membina kehidupan pers yang bebas dan bertanggung jawab

3. Pengesahan Supermasi Hukum

Semua aturan hukum ataupun peraturan perundang-undangan tidak akan berarti dan menghasilkan
dampak positif apapun selagi tidak disosialisasikan dan ditegakkan pemberlakukannya secara efektif
dalam kehidupan masyarakat.Dan agar masyarakat ikut menegakkan peraturan tersebut perlu dilakukan
pemberdayaan, pemberdayaan ini diharapkan agar masyarakat dapat memahami hukum yang berlaku.
Penegakan hukum yang didukung oleh seluruh lapisan masyarakat akan membawa pengaruh positif bagi
semuanya, yang pada akhirnya kemampuan pemerintah untuk meneggakan supremasi hukum yang
berkaitan dengan pers akan tercipta pers yang bebas dan bertanggung jawab.

4.Sosoalisasi

Semakin tinggi kesadaran rakyat mengenai hak hak asasi manusia akan membuat terjadinya
peningkatan kecerdasan insan pers untuk melayani kebutuhan rakyat.Pers yang tidak sejalan dengan
penerapan kesadaran rakyat tentang hak asasi manusia akan semakin ditinggalkan pembacanya.
Peningkatan kualitas pers menjadi keinginan pembacanya.Apabila isi informasi pers sering dan banyak
menyesatkan maka kredibilitas pers di mata pembaca semakin menurun. Informasi yang benar
disampaikan secara santun dan menarik menjadi kebutuhan masyarakat yang semakin maju dan
berperadaban. Jenis berita yang bersifat provokatif cenderung memihak kepentingan tertentu, mudah
menimbulkan hasutan diantara golongan dan kelompok dalam masyarakat bukan lagi jamannya pers
modern sekarang. Upaya pemerintah dalam mengendalikan kebebasan pers apabila dimaksudkan untuk
mendorong berkembangnya pers yang independen, sehingga bisa bersifat objektif dalam
pemberitaannya, perlu disikapi secara positif (didukung).

F. Fungsi dan manfaat media massa bagi Masyarakat

1. Sebagai fungsi informasi berupa pemberitaan atau iklan


2. Fungsi interpretasi
3. Fungsi transmisi
4. Fungsi Pendidikan
5. Dan sebagaai fungsi hiburan

G. Pers yang bertanggungjawab

Artinya, setiap pemberitaan yang dikeluarkan oleh pers harus bisa dipertanggungjawabkan kepada
masyarakat serta pers harus bisa menghormati hak asasi yang dimiliki oleh setiap warga negara.

dijelaskan beberapa ciri-ciri sistem pers tanggung jawab sosial, yaitu:


1. Melayani sistem politik dengan menyediakan informasi, diskusi, dan perdebatan tentang masalah yang
dihadapi masyarakat.

2. Memberi penerangan kepada masyarakat sedemikian rupa sehingga masyarakat dapat mengatur
dirinya sendiri.

3. Menjadi penjaga hak perorangan dengan bertindak sebagai anjing penjaga (watch dog) yang
mengawasi kinerja pemerintah.

4. Melayani sistem ekonomi dengan mempertemukan pembeli dan penjual barang atau jasa melalui
medium periklanan.

5. Menyediakan hiburan

6. Mengusahakan sendiri biaya operasional sehingga bebas dari tekanan orang yang memiliki
kepentingan.

H. Dampak penylahgunaan pers

Beberapa dampak penyalahgunaan pers, yakni:

1. Menyebarkan Berita Hoax Sehingga menjadikan pers Sebagai kambing hitam Dalam masyarakat.

2. Menimbulkan sikap Egois yang nantinya akan menjadikan perpecahan dalam masyarakat serta
menimbulkan kekhawatiran Pada Masyarakat.

3. Kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap Pemerintah Jika pers ini terus Disalahgunakan.

4. Digunakan sebagai alat politik bagi oknum tertentu untuk mencapi tujuan tertentu

5. Mempercepat kerusakan akhlak dan moral Bangsa.

6. Menimbulkan sikap antipati dan kejengkelan pada pers.

7. Meracuni Benak atau pikiran masyarakat

dengan menyebarkan opini negatif

Anda mungkin juga menyukai