Anda di halaman 1dari 14

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (PKN)

PERANAN PERS DALAM MASYARAKAT


DEMOKRASI

Disusun oleh : Faisal Dzaky Purnama


Septian Diyana

YAYASAN PENDIDIKAN HANDAYANI 1979


SMK HANDAYANI BANJARAN
2016 - 2017
A. Setelah mempelajari bab ini, siswa diharapkan mampu :
Mendeskripsikan pengertian, fungsi dan peranan, serta perkembangan pers di
Indonesia;
Menganalisis pers yang bebas dan bertanggug jawab sesuai kode etik jurnalistik
dalam masyarakat demokratis di Indonesia;
Mengevaluasi kebebasan media massa dalam masyarakat demokratis di
Indonesia.

B. Materi Pokok
Pengertian pers.
Fungsi dan peranan pers.
Perkembangan pers di Indonesia.
Peranan pers dalam masyarakat demokratis.

C. Uraian Materi Pokok

1. Pengertian Pers
Secara etimologis, kata pers (Belanda), atau press (Inggris), atau presse (Prancis),
berasal dari bahasa latin, pressare dari kata premere, yang berarti tekan atau cetak.
Definisi terminologis ialah mediamassacetak. Alam bahasa Belanda ialah gedrukten,
atau drukpers atau pers. Adapun alam bahasa Inggrisnya printed meia atau printing
press atau press.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pers adalah usaha percetakan dan
penerbitan; usaha pengumpulan dan penyiaran berita melalui surat kabar, majalah, dan
radio; Orang yang bergerak dalam penyiaran berita; medium penyiaran berita, sepeti
surat kabar, majalah, radio, televise, atau film.
Pers (press) atau jurnalisme (journalism) adalah proses pengumpulan, evalusi,
dan distribusi berita kepada publik.
Dalam pers atau jurnalisme, para wartawan mencari dan menuis berita untuk
disebarluaskan melalui media cetak atau elektronik, setelah melalui panduan editor
(redaksi) atau produser.
Menurut undang undang pers, pers adalah lembaga sosial dan wahana
komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan jurnalistik, seperti mencari,
memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi baik
dalam bentuk tulisan, suara, gambar, suara dan gambar. Undang undang pers
menyatakan bahwa apa yang diatur di dalamnya adalah jawwaban dari amanah Pasal 28
UUD 1945 dan Ketetapan MPR Nomor XVI/MPR/1998.
UU No. 40 tahun 1999 tentang pers, pers adalah lembaga sosial dan wahana
komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan jurnalistik yang meliputi mencari,
memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi baik
dalam bentuk tulisan, suara, gambar, suara dan gambar, serta data dan grafik maupun
dalam bentuk lainnya dengan menggunakan media cetak, media elektronik, dan segala
jenis saluran yang tersedia.

2. Fungsi dan peranan Pers

- Fungsi pers
Menurut UU No. 40 tahun 1999 tentang Pers, disebutkan dalam pasal 3 fungsi pers
adalah sebagai berikut :
1) Pers nasional mempunyai fungsi sebagai media informasi, pendidikan, hiburan,
dan kontrol sosial.
2) Disamping fungsi-fungsi tersebut, pers nasional dapat berfungsi sebagai
lembaga ekonomi.

Penjelasan :
A. Sebagai Media Informasi, ialah perrs itu memberi dan menyediakan informasi tentang
peristiwa yang terjadi kepada masyarakat, dan masyarakat membeli surat kabar
karena memerlukan informasi.
B. Fungsi Pendidikan, ialah pers itu sebagi sarana pendidikan massa (mass Education),
pers memuat tulisan-tulisan yang mengandung pengetahuan sehingga masyarakat
bertambah pengetahuan dan wawasannya.
C. Fungsi Menghibur, ialah pers juga memuat hal-hal yang bersifat hiburan untuk
mengimbangi berita-berita berat (hard news) dan artikel-artikel yang berbobot.
Berbentuk cerita pendek, cerita bersambung, cerita bergambar, teka-teki silang,
pojok, dan karikatur.
D. Fungsi Kontrol Sosial, terkandung makna demokratis yang didalamnya terdapat
Unsur-unsur sebagai berikut :
1. Social particiption yaitu keikutsertaan rakyat dalam pemerintahan.
2. Socila responsibility yaitu pertanggungjawaban pemerintah terhadap rakyat.
3. Socila support yaitu dukungan rakyat terhadap pemerintah.
4. Social Control yaitu kontrol masyarakat terhadap tindakan-tindakan
pemerintah.
E. Sebagai Lembaga Ekonomi, yaitu pers adalah suatu perusahaan yang bergerak
dibidang pers dapat memamfaatkan keadaan disekiktarnya sebagai nilai jual sehingga
pers sebagai lembaga sosial dapat memperoleh keuntungan maksimal dari hasil
prodduksinya untuk kelangsungan hidup lembaga pers itu sendiri.

- Peranan pers
Menurut pasal 6 UU No. 40 tahun 1999 tentang pers, perana pers adal;ah sebagai
berikut :
1. Memenuhi hak masyarakat untuk mengetahui.
2. Menegakkan nilai-nilai dasar demokrasi, mendorong terwujudnya supremasi hukum,
hak asasi manusia, serta menhormati kebhinekaan.
3. Mengembangkan pendapat umum berdasarkan informasi yang tepat, akurat dan
benar.
4. Melakukan pengawasan,kritik, koreksi dan saran terhadap hal-hal yang berkaitan
dengan kepentingan umum.
5. Memperjuangkan keadilan dan kebenaran.

Menurut UU No. 40 tahun 1999 tentang pers, maka pers nasional melaksanakan
peranan sebagai berikut :
1) Memenuhi hak masyarakat untuk mengetahui dan mendapatkan informasi.
2) Menegakkan nilai-nilai dasar demokrasi, mendorong terwujudnya supremasi hokum
dan hak asasi manusia, serta menghormati kebhinekaan.
3) Melakukan pengawasan, kritik, koreksi, dan saran terhadap hal-hal yang berkaitan
dengan kepentingan umum.
4) Mengembangkan pendapat umum berdasarkan informasi yang tepat, akurat, dan
benar.
5) Memperjuangkan keadilan dan kebenaran.

Glosarium
Buletin : surat selebaran, pengumuman
Totaliter : serba untuk negara
Fasisti : menolak demokrasi dan kebebasan,mendewakan Negara
sebagaialatkekuasaan.
IUPP : Surat Ijin Usaha Penerbitan Pers
Peristiwa Malari : Peristiwa Lima Belas Januari 1974, yaitu demontrasi mahasiswa
di jakarta
3. Perkembangan pers di Indonesia

Dr. Krisna Harahap membagi periode perkembangan pers di Indonesia menjadi lima,
yaitu :
1) Era Kolonial ( s/d 1945 )
2) Era demokrasi Liberal ( 1949 1959 )
3) Era Demokrasi terpimpin ( 1959 1966 )
4) Era Orde Baru ( 1966 1998 )
5) Era reformasi ( 1998 Sekarang )

A. Era Kolonial ( s/d 1945)


Pada era ini dibagi menjadi masa penjajajhan Belanda dan Jepang.
Perkembangan media masa pada era ini sangat tetekan.
- Masa Belanda : untuk membendung pengaruh pers, Belanda mengeluarkan dua
jenis undang-undang yaitu Persbreidel Ordonantie dan Haatzai Artekelen.
Persbreidel Ordonantie adalah hak penjajah belanda untuk menghentikan
penerbitan pers Indonesia yang dianggap berbahaya. Sedangkan Haatzai Artekelen
adalah pasal yang memberi ancaman hukuman terhadap siapapun yang
menyebarkan permusuhan, kebencian, serta penghinaan terhadap pemerintah
Nederland dan hindia belanda atau warga hindia belanda baik melalui tulisan atau
secara langsung dan tidak langsung. Pada masa ini pers harus berbahasa belanda
dan orang pribumi tidak boleh memegang posisi strategis dalam media massa itu.
- Masa Jepang perjuangan bangsa Indonesia bukan melalui pena atau tulisan tetapi
melalui perjuangan bawah tanah misalnya : organisasi keagamaan, pendidikan tanpa
sepengetahuan Jepang. Kelebihan pers pada masa Jepang adalah boleh berbahasa
Indonesia dan orang pribumi dilatih untuk mengerjakan pekerjaan pers itu. Oleh
karena setelah Indonesia merdeka perusahaan Koran Jepang seperti Soeara Asia di
Surabaya, Tjahaja di Bandung, dan Sinar Baroe di semarang dijadikan alat
propaganda oleh bangsa Indonesia dalam menyiarkan proklamsi dan lagu Indonesia
raya.

B. Era Demokrasi Liberal (1945 1959)


Landasan kemerdekaan pers adalah Konstitusi RIS 1949 dan UUD Sementara
1950. Pada pasal 19 Konstitusi RIS 1949, dan dicantumkan juga pad UUDS 1950
disebutkan Setiap orang berhak atas kebebasan mempunyai dan mengeluarkan
pendapat.
Pembatasan diawali dengan adanya keluhan dari wartawan lokal terhadap pers
Belanda dan Cina. Karena pada saat itu pers asing diperbolehkan. Kemudian untuk
menghindari adanya rongrongan terhadap Pancasila dan UUD oleh media asing maka
pemerintah mengadakan pembreidelan pers. Tetapi pembreidelan ini bukan untuk
media asing saja tetapi diberlakukan juga terhadap media lokal.
C. Era Demokrasi Terpimpin (1959 1966)
Beberapa hari setelah Dekrit Presiden yang menyatakan kembali ke UUD 1945,
penekanan pers terus berlangsung dengan penutupan Surat kabar Republik, Pedoman,
Berita Indonesia, dan Sin Po di Jakarta. Alasan penutupan pers di era ini adalah pidato
menteri muda penerangan Maladi menyatakan Hak kebebasan individu disesuaikan
dengan hak kolektif seluruh bangsa dalam melaksanakan kedaulatan rakyat. Hak
berpikir, menyatakan pendapat, dan memperoleh penghasilan sebagaimana yang
dijamin UUD 1945 harus ada batasnya yaitu keamanan Negara, kepentingan bangsa,
moral, dan kepribadian Indonesia, serta tanggung jawab kepada Tuhan YME.

D. Era Orde Baru ( 1966 1998)


Dengan pengalaman pers di masa orde lama maka Pemerintah orde baru ingin
membuang jauh penekanan pers maka dicetuskan pers Pancasila. Menurut sidang Pleno
XXV Dewan Pers (Desember 1984), Pers Pancasila adalah pers Indonesia yang orientasi,
sikap, dan tingkah lakunya didasarkan pada nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945.
Kebebasan ini telah didukung dengan lahirnya UU Pokok Pers No. 11 tahun 1966, yang
menjamin tidak ada sensor, pembreidelan dan setiap warga Negara punya hak untuk
menerbitkan pers yang bersifat kolektif dan tidak perlu ada Surat Izin Usaha Penerbitan
Pers (SIUPP). Kebebasn pers ini hanya berlangsung 8 tahun, sebab dengan terjadinya
Peristiwa Malari (Peristiwa Lima Belas Januari 1974) disebabkan adanya berita-berita
yang terlalu bebas tanpa sensor yang menyiarkan berbagai hal yang dapat menyulut
emosi mahasiswa untuk melakukan demontrasi pada pemerintah orde baru. Keadaan
pers setelah peristiwa MALARI adalah tidak bebas, pers mewakili penguasa, pemerintah
atau Negara, pers tidak menjaankan fungsi kontrol sosialnya dengan kritis, mirip dengan
di masa demokrasi terpimpin, hanya bedanya di masa Orde Baru, pers dipandang
sebagai institusi politik yang harus diatur dan dikontrol sepak terjangnya karena
membahayakan pemerintahan.

E. Era reformasi (1998 sekarang )


Kalangan pers dapat bernafas lega di era reformasi dengan adanya UU No. 39
tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia dan UU No. 40 tahun 1999 tentang pers. Pada
pasal 4 UU tentang pers tersebut dijamin bahwa kemerdekaan pers sebagai hak asasi
warga Negara. Jadi tidak perlu surat ijin usaha penerbitan pers (SIUPP), tidak ada
penyensoran, pembreidelan, dan pelarangan penyiaran.
Selain itu wartawan juga memiliki hak tolak, yaitu hak wartawan tidak
mengungkapkan identitas dan keberadaan narasumber demi keamanan narasumber
dan keluarganya. Tujuan Hak Tolak adalah agar wartawan dapat melindungi sumber
informasi, dengan cara menolak menyebutkan identitas sumber informasi. Hak itu
dapat digunakan jika wartawan dimintai keterangan pejabat penyidik atau menjadi saksi
di pengadilan.
Hak tolak tidak berlaku atau dapat dibatalkan demi keamanan, keselamatan
Negara, atau ketertiban umum yang dinyatakan oleh pengadilan, seperti teroris,
pemberontak, penjahat, dll.
Dengan adanya kebebasnan pers maka tantangan terberat adalah kebebasan
pers itu sendiri, artinya sanggupkah seorang wartawan atau sebuah perusahaan
penerbitan untuk tidak menodai arti kebebasan itu dengan tidak menerima pemberian
atau godaan-godaan material yang berhubungan dengan sebuah berita atau publikasi
sebuah berita.

4. PERS YANG BEBAS DAN BERTANGGUNG JAWAB SESUAI KODE ETIK JURNALISTIK
A. Landasan Hukum Pers Indonesia

1. Pasal 28 UUD 1945, berbunyi kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan


pikiran dengan lisan dan tulisan, dan sebagainya ditetapkan dengan Undang-Undang.
2. Pasal28 F UUD 1945, berbunyi setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan
memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya,
serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan
menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia.
3. Tap MPR No. XVII/MPR/1998 tentang Hak Azasi Manusia pada pasal 20 dan 21 yang
bebunyi :
-Pasal 20 : Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi
untuk mengembangkan pribadi di lingkungan sosialnya.
-Pasal 21 : Setiap orang berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki,
menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan menggunakan
segala jenis saluran yang tersedia.
4. UU N0. 39 tahun 2000 pasal 14 ayat 1 dan 2 :
-Ayat 1 yaitu Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh
informasi untuk mengembangkan pribadi di lingkungan sosialnya.
-Ayat 2 yaitu Setiap orang berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki,
menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan menggunakan
segala jenis saluran yang tersedia.
5. UU No. 40 Tahun 1999 tentang pers pasal 2 dan pasal 4 ayat 1 :
-Pasal 2 berbunyi Kemerdekaan pers adalah salah satu wujud kedaulatan rakyat
yang berasaskan prinsip-prinsip demokrasi, keadilan, dan supremasi hukum.
-pasal 4 ayat 1 berbunyi Kemerdekaan pers dijamin sebagai hak asasi
warganegara.
B. DEWAN PERS
Menurut UU No. 40 tahun 1999 tentang pers pada pasal 15 ayat 1 menyatakan
Dewan Pers yang independen dibentuk dalam upaya mengembangkan kemerdekaan
pers dan meningkatkan kehidupan pers nasional. Fungsi-fungsi dewan pers adalah :
1. Melindungi kemerdekaan pers dari campur tangan pihak lain.
2. Melaksanakan pengkajian untuk pengembangan pers.
3. menetapkan dan mengawasi pelaksanaan Kode Etik Jurnalistik.
4. Memberikan pertimbangan dan mengupayakan penyelesaian pengaduan
masyarakat atas kasus-kasus yang berhubungan dengan pemberitaan pers.
5. Mengembangkan komunikasi antara pers, masyarakat, dan pemerintah.
6. Memfasilitasi organisasi-organisasi pers dalam menyususn peraturan di
bidang pers dan meningkatkan kualitas profesi kewartawanan.
7. Mendata perusahaan pers (Pasal 15 ayat 2).

C. ANGGOTA DEWAN PERS


Keangotaan dewan pers terdiri dari :
1. Wartawan yang dipilih oleh organisasi wartawan
2. Pimpinan perusahaan pers yang dipilih oleh orhganisasi perusahaan pers.
3. Tokoh masyarakat, ahli bidang pers atau komunikasi dan bidang lainnya yang
dipilih oleh arganisasi perusahaan pers;
4. ketua dan wakil ketua dipilih dari dan oleh anggoata.
5. Keanggotaan dewan pers ditetapkan dengan keputusan Presiden.
6. Masa Jabatan anggota tiga tahun dan dapat dilpilih kembali untuk satu
periode.

D. LANDASAN PERS NASIONAL :


1. Landasan idiil adalah Falsafah Pancasila (Pembukaan UUD 1945).
2. Landasan Konstitusi adalah UUD 1945
3. Landasan Yuridis adalah UU Pokok Pers yaitu UU No. 40 tahun 1999.
4. Landasan Profesional adalah Kode Etik Jurnalistik
5. Landasan Etis adalah tata nilai yang berlaku di masyarakat.

E. KEBEBASAN PERS
Kebebasan pers di Indonesia merupakan hal yang baru sehingga rawan
gangguan. Secara umum ada dua macam gangguan :
1. Pengendalian kebebasan pers yaitu masih ada pihak-pihak yang tidak suka
dengan adanya kebebasan pers, sehingga mereka ingin meniadakan
kebebasan pers.
2. Penyalahgunaan kebebasan pers yaitu insan pers memamfaatkan kebebasan
yang dimilikinya untuk melakukan kegiatan Jurnalistik yang bertentangan
dengan fungsi dan peranan yang diembannya. Oleh karena itu tantangan
terberat bagi wartwan adalah kebebasan pers itu sendiri.
Ad.1. Pengendalian Kebebasan Pers : ada 4 faktor yang menyebabkan terjadinya
pengendalian kebebasan pers, yaitu :
a. Distorsi peraturan perundang-undangan, contoh dalam UUD 1945
pasal 28 sudah sangat jelas menjamin kebebasan pers, tidak ada
sensor, tidak ada breidel, setiap warganegar dapat malakukan
perusahaan pers (UU No. 11 tahun 1966). Namun muncul UU No. 21
tahun 1982 tentang pokok pers. Di dalamnya mengatur tentang Surat
Ijin Usaha Penerbitan Pers (SIUPP) serta menteri penerangan dapat
membatalkan SIUPP walaupun tidak menggunakan istilah breidel.
b. Perilaku Aparat, yaitu perilaku aparat dengan cara menelpon redaktur,
mengirimkan teguran tertulis ke redaksi media massa, membreidel
surat kabar dan majalah, kekerasan fisik pada wartawan, menangkap,
memenjarakan, bahkan membunuh wartawan.
c. Pengadilan Massa, Ketidak puasan atau merasa dirugikan atas suatu
berita dapat menimbulkan pengadilan massa dengan menghukum
menurut caranya sendiri, menteror, penculikan pengrusakan kantor
media massa, dll.
d. Perilaku pers sendiri, perolehan laba menjadi lebih utama daripada
penyajian berita yang berkualitas dan memenuhi standar etika
jurnalistik, karena iming-iming keuntungan yang lebih besar.
Ad.2. Penyalahgunaan Kebebasan Pers, seperti penyajian berita atau informasi
yang tidak akurat, tidak objektif, bias, sensasional, tendensius, menghina,
memfitnah, menyebarkan kebohongan, fornografi, menyebarkan
permusuhan, mengeksploitasi kekerasan, dll.

F. TEORI-TEORI TENTANG PERS


1.Teori pers otoritarian : Teori ini menganggap Negara sebagai ekspresi tertinggi
dari pada kelompok manusia, yang mengungguli masyarakat dan individu. Negara
adalah hal yang sangat penting yang dapat membuat manusia menjadi manusia
seutuhnya anpa Negara manusia menjadi primitif tidak mencapai tujuan hidupnya. Oleh
karena itu pers adalat alat penguasa untuk menyampaikan keinginannya kepada rakyat.
Prinsip-prinsipnya :
a. Media selamanya tunduk pada penguasa
b. Sensor dibenarkan tak dapat diterima.
c. Kecaman terhadap penguasa dan penympangannya kebijakannya
d. Wartawan tidak memiliki kebebasannya
2. Teori Pers Libertarian : Teori menganggab bahwa pers merupakan sarana
penyalur hati nurani rakyat untuk mengawasi dan menetukan sikap terhadap
kebijakan pemerintah. Pers berhadapan dengan pemerintah Pers bukanlah
alat kekuasaan pemerintah. Teori ini menganggab sensor sebagai hal yang
Inkonstitusional.
Tugas-tugasnya :
a. Melayani kebutuhan ekonomi (iklan)
b. Melayani kehidupan politik
c. Mencari keuntungan (kelangsungan hidupnya)
d. Menjaga hak warga Negara (control social)
e. Memberi hiburan.
Ciri-cirinya :
a. Publikasi bebas dari penyensoran
b.Tidak memerlukan ijin penerbitan, pendistribusian
c. Kecaman terhadap pejabat, partai politik tidak dipidana
d.Tidak adak kewajiban untuk mempublikasikan segala hal
e. Publikasi kesalahan dilindungi sama dengan publikasi kebenaran
sepanjang menyangkut opini dan keyakinan.
f. Tidak ada batas hukum dalam mencari berita
g. Wartawan mempunyai otonomi professional.
3. Pers Tanggung Jawab Sosial, mengemukakan bahwa kebebasan pers harus
disertai dengan tanggung jawab kepada masyarakat, kebebasan pers perlu
dibatasi oleh dasar moral, etika dan hati nurani insan pers sebab
kemerdekaan pers itu harus disertai tanggung jawab kepada masyarakat.
4. Teori Pers komunis, menyatakan pers adalah alat pemerintah atau partai yang
berkuasa dan bagian integral dari negara sehingga pers itu tunduk kepada
negara. Ciri-ciri pers Komunis adalah :
a. Media dibawah kendali kelas pekerja karena pers melayani kelas
tersebut.
b. Media tidak dimiliki secara pribadi.
c. Masyarakat berhak melakukan sensor.

G. KODE ETIK JURNALISTIK


Kemerdekaan berpendapat, berekspresi, dan pers adalah hak asasi manusia yang
dilindungi Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, dan Deklarasi Universal Hak Asasi
Manusia PBB. Kemerdekaan pers adalah sarana masyarakat untuk memperoleh
informasi dan berkomunikasi, guna memenuhi kebutuhan hakiki dan meningkatkan
kualitas kehidupan manusia. Dalam mewujudkan kemerdekaan pers itu, wartawan
Indonesia juga menyadari adanya kepentingan bangsa, tanggung jawab sosial,
keberagaman masyarakat, dan norma-norma agama. Dalam melaksanakan fungsi, hak,
kewajiban dan peranannya, pers menghormati hak asasi setiap orang, karena itu pers
dituntut profesional dan terbuka untuk dikontrol oleh masyarakat.
Untuk menjamin kemerdekaan pers dan memenuhi hak publik untuk
memperoleh informasi yang benar, wartawan Indonesia memerlukan landasan moral
dan etika profesi sebagai pedoman operasional dalam menjaga kepercayaan publik dan
menegakkan integritas serta profesionalisme. Atas dasar itu, wartawan Indonesia
menetapkan dan menaati Kode Etik Jurnalisti:
Pasal 1
Wartawan Indonesia bersikap independen, menghasilkan berita yang akurat,
berimbang, dan tidak beritikad buruk.
Penafsiran
a. Independen berarti memberitakan peristiwa atau fakta sesuai dengan
suara hati nurani tanpa campur tangan, paksaan, dan intervensi dari
pihak lain termasuk pemilik perusahaan pers.
b. Akurat berarti dipercaya benar sesuai keadaan objektif ketika peristiwa
terjadi.
c. Berimbang berarti semua pihak mendapat kesempatan setara.
d. Tidak beritikad buruk berarti tidak ada niat secara sengaja dan semata-
mata untuk menimbulkan kerugian pihak lain.
Pasal 2
Wartawan Indonesia menempuh cara-cara yang profesional dalam
melaksanakan tugas jurnalistik.
Penafsiran
Cara-cara yang profesional adalah:
a. menunjukkan identitas diri kepada narasumber;
b. menghormati hak privasi;
c. tidak menyuap;
d. menghasilkan berita yang faktual dan jelas sumbernya; rekayasa
pengambilan dan pemuatan atau penyiaran gambar, foto, suara
dilengkapi dengan keterangan tentang sumber dan ditampilkan secara
berimbang;
e. menghormati pengalaman traumatik narasumber dalam penyajian
gambar, foto, suara;
f. tidak melakukan plagiat, termasuk menyatakan hasil liputan wartawan
lain sebagai karya sendiri;
g. penggunaan cara-cara tertentu dapat dipertimbangkan untuk
peliputan berita investigasi bagi kepentingan publik.
Pasal 3
Wartawan Indonesia selalu menguji informasi, memberitakan secara
berimbang, tidak mencampurkan fakta dan opini yang menghakimi, serta
menerapkan asas praduga tak bersalah.
Penafsiran
a. Menguji informasi berarti melakukan check and recheck tentang
kebenaran informasi itu.
b. Berimbang adalah memberikan ruang atau waktu pemberitaan kepada
masing-masing pihak secara proporsional.
c. Opini yang menghakimi adalah pendapat pribadi wartawan. Hal ini
berbeda dengan opini interpretatif, yaitu pendapat yang berupa
interpretasi wartawan atas fakta.
d. Asas praduga tak bersalah adalah prinsip tidak menghakimi seseorang.
Pasal 4
Wartawan Indonesia tidak membuat berita bohong, fitnah, sadis, dan cabul.
Penafsiran
a. Bohong berarti sesuatu yang sudah diketahui sebelumnya oleh
wartawan sebagai hal yang tidak sesuai dengan fakta yang terjadi.
b. Fitnah berarti tuduhan tanpa dasar yang dilakukan secara sengaja
dengan niat buruk.
c. Sadis berarti kejam dan tidak mengenal belas kasihan.
d. Cabul berarti penggambaran tingkah laku secara erotis dengan foto,
gambar, suara, grafis atau tulisan yang semata-mata untuk
membangkitkan nafsu birahi.
e. Dalam penyiaran gambar dan suara dari arsip, wartawan
mencantumkan waktu pengambilan gambar dan suara.
Pasal 5
Wartawan Indonesia tidak menyebutkan dan menyiarkan identitas korban
kejahatan susila dan tidak menyebutkan identitas anak yang menjadi pelaku
kejahatan.
Penafsiran
a. Identitas adalah semua data dan informasi yang menyangkut diri
seseorang yang memudahkan orang lain untuk melacak.
b. Anak adalah seorang yang berusia kurang dari 16 tahun dan belum
menikah.
Pasal 6
Wartawan Indonesia tidak menyalahgunakan profesi dan tidak menerima
suap.
Penafsiran
a. Menyalahgunakan profesi adalah segala tindakan yang mengambil
keuntungan pribadi atas informasi yang diperoleh saat bertugas
sebelum informasi tersebut menjadi pengetahuan umum.
b. Suap adalah segala pemberian dalam bentuk uang, benda atau fasilitas
dari pihak lain yang mempengaruhi independensi.
Pasal 7
Wartawan Indonesia memiliki hak tolak untuk melindungi narasumber yang
tidak bersedia diketahui identitas maupun keberadaannya, menghargai
ketentuan embargo, informasi latar belakang, dan off the record sesuai
dengan kesepakatan.
Penafsiran
a. Hak tolak adalak hak untuk tidak mengungkapkan identitas dan
keberadaan narasumber demi keamanan narasumber dan
keluarganya.
b. Embargo adalah penundaan pemuatan atau penyiaran berita sesuai
dengan permintaan narasumber.
c. Informasi latar belakang adalah segala informasi atau data dari
narasumber yang disiarkan atau diberitakan tanpa menyebutkan
narasumbernya.
d. Off the record adalah segala informasi atau data dari narasumber
yang tidak boleh disiarkan atau diberitakan.
Pasal 8
Wartawan Indonesia tidak menulis atau menyiarkan berita berdasarkan
prasangka atau diskriminasi terhadap seseorang atas dasar perbedaan suku, ras,
warna kulit, agama, jenis kelamin, dan bahasa serta tidak merendahkan
martabat orang lemah, miskin, sakit, cacat jiwa atau cacat jasmani.
Penafsiran
a. Prasangka adalah anggapan yang kurang baik mengenai sesuatu
sebelum mengetahui secara jelas.
b. Diskriminasi adalah pembedaan perlakuan.
Pasal 9
Wartawan Indonesia menghormati hak narasumber tentang kehidupan
pribadinya, kecuali untuk kepentingan publik.
Penafsiran
a. Menghormati hak narasumber adalah sikap menahan diri dan berhati-
hati.
b. Kehidupan pribadi adalah segala segi kehidupan seseorang dan
keluarganya selain yang terkait dengan kepentingan publik.
Pasal 10
Wartawan Indonesia segera mencabut, meralat, dan memperbaiki berita yang
keliru dan tidak akurat disertai dengan permintaan maaf kepada pembaca,
pendengar, dan atau pemirsa.
Penafsiran
a. Segera berarti tindakan dalam waktu secepat mungkin, baik karena ada
maupun tidak ada teguran dari pihak luar.
b. Permintaan maaf disampaikan apabila kesalahan terkait dengan
substansi pokok.
Pasal 11
Wartawan Indonesia melayani hak jawab dan hak koreksi secara proporsional.
Penafsiran :
a. Hak jawab adalah hak seseorang atau sekelompok orang untuk
memberikan tanggapan atau sanggahan terhadap pemberitaan berupa
fakta yang merugikan nama baiknya.
b. Hak koreksi adalah hak setiap orang untuk membetulkan kekeliruan
informasi yang diberitakan oleh pers, baik tentang dirinya maupun
tentang orang lain.
c. Proporsional berarti setara dengan bagian berita yang perlu diperbaiki.

Anda mungkin juga menyukai