Anda di halaman 1dari 5

Nama : Alvina Triandini

Kelas : XII. 1 Farmasi

Tugas : 3.26 Mengevaluasi Pengertian, fungsi dan peran serta perkembangan pers di Indonesia

Indikator 1 Menguraikan pengertian, fungsi pers dalam masyarakat yang demokratis


Pengertian Pers
Pers adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan
jurnalistik meliputi mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah dan menyampaikan
informasi baik dalam bentuk tulisan, suara, gambar, suara dan gambar, serta data dan grafik
maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan media cetak, media elektronik dan segala
jenis saluran yang tersedia.
Istilah “pers” berasal dari kata persen(belanda) atau Press (Inggris). Kedua kata tersebut
berarti “menekan”. Kata “menekan” itu merujuk pada mesin cetak kuno yang harus ditekan
dengan keras untuk menghasilkan karya cetak pada lembaran kertas.
Menurut L. Taufik
1. Pers dalam arti sempit diartikan sebagai surat kabar, koran,majalah, tabloid, dan buletin-
buletin kantor berita. Jadi pers terbatas pada media cetak.
2. Pers dalam arti luas mencakup semua media massa, termasuk radio, televisi, film, dan
internet.
Fungsi pers dalam masyarakat yang demokratis :

A. Fungsi Informasi : menyajikan informasi karena masyarakat memerlukan informasi


tentang berbagai hal yang terjadi di masyarakat, dan Negara.
B. Fungsi Pendidikan : sebagai sarana pendidikan massa (mass education), maka pers
memuat tulisan-tulisan yang mengandung pengetahuan sehingga masyarakat bertambah
pengetahuan dan wawasannya.
C. Fungsi Hiburan : hal-hal yang bersifat hiburan sering dimuat pers untuk mengimbangi
berita-berita berat (hard news) dan artikel-artikel yang berbobot.
D. Fungsi Kontrol Sosial : adalah siukap pers dalam melaksanakan fungsinya yang ditujukan
terhadap perorangan atau kelompok dengan maksud memperbaiki keadaan melalui
tulisan. Tulisan yang dimaksud memuat kritik baik langsung atau tidak langsung terhadap
aparatur Negara, lembaga masyarakat.
E. Fungsi sebagai Lembaga Ekonomi : Pers memiliki bahan baku yang diolah sehingga
menghasilkan produk yang namanya “berita” yang diminatai masyarakat dengan nilai
jual tinggi.

Indikator 2 Mendeskripsikan perkembangan pers di Indonesia

A. Era Kolonial atau Masa Penjajahan Belanda dan Jepang ( Sampai dengan tahun 1945)
Belanda membuat UU untuk membendung pengaruh pers, antara lain Persbreidel
Ordonantie, yang memberikan hak kepada pemerintah penjajah Belanda untuk
menghentikan penerbitan surat kabar/majalah Indonesia yang dianggap berbahaya. Di
Zaman kependudukan Jepang yang totaliter dan fasistis, orang-orang surat kabar (pers)
Indonesia banyak yang berjuang tidak dengan ketajaman penanya tetapi melalui
organisasi keagamaan, pendidikan, politik, sebab kehidupan pers pada zaman Jepang
sangat tertekan.
Beberapa hari setelah teks proklamasi dikumandangan oleh Bung Karno,tanggal 19
Agustus 1945 memuat berita sekitar Kemerdekaan Indonesia, Teks Proklamasi,
Pembukaan UUD, Lagu Indonesia Raya. Sejak saat itu Koran dijadikan alat
mempropagandakan kemerdekaan Indonesia, walaupun masih mendapat ancaman dari
tentara Jepang.
B. Era Demokrasi Liberal (1945 – 1959)
Landasan kemerdekaan pers adalah Konstitusi RIS 1949 dan UUD Sementara 1950. Pada
pasal 19 Konstitusi RIS 1949, disebutkan “Setiap orang bethak atas kebebasan
mempunyai dan mengeluarkan pendapat”. Kemudian pasal ini juga di cantumkan di
dalam UUD Sementara 1950. Awal pembatasan terhadap kebebasan pers adalah efek
samping dari keluhan wartawan lokal terhadap pers Belanda dan Cina, oleh karena itu
Negara mencari cara untuk membatasi penerbitan asing di Indonesia, sebab pemerintah
tidak ingin membiarkan ideologi asing merongrong UUD.
C. Era Demokrasi Terpimpin (1959 – 1966)
Beberapa hari setelah Dekrit Presiden yang menyatakan kembali ke UUD 1945, tindakan
penekanan pers terus berlangsung, yaitu penutupan Kantor Berita PIA, Surat kabar
Republik, Pedoman, Berita Indonesia, dan Sin Po yang dilakukan oleh penguasa perang
Jakarta. Pada awal tahun 1960, penekanan pers diawali dengan peringatan Menteri Muda
Penerangan Maladi, bahwa akan dilakukan langkah-langkah tegas terhadap surat kabar,
majalah-majalah, kantor-kantor berita yang tidak mentaati peraturan yang diperlukan
dalam usaha menerbitkan pers nasional.
D. Era Orde Baru ( 1966 – 1998)
Pemerintahn Orde Baru mencetuskan Pers Pancasila dengan membuang jauh praktik
penekanan pers di masa Orde Lama. Pemerintah orde baru sangat mementingkan
pemahaman tentang Pers Pancasila. Menurut rumusan Sidang Pleno XXV Dewan Pers
(Desember 1984), yang dimaksud Pers Pancasila , adalah pers Indonesia dalam arti pers
yang orientasi, sikap, dan tingkah lakunya didasarkan pada nilai-nilai Pancasila dan UUD
1945.
Kebebasan pers ini hanya berlangsung sekitar 8 tahun, sebab dengan terjadinya
“Peristiwa Malari” (Peristiwa Lima Belas Januari 1974) disinyalir disebabkan berita-
berita yang terlalu bebas tanpa sensor yang menyiarkan berbagai hal yang dapat
menyulut emosi mahasiswa untuk melakukan demontrasi pada pemerintah orde baru.
E. Era reformasi (1998 – sekarang )
Kalangan pers dapat bernafas lega ketika di era reformasi ini mengeluarkan UU No. 39
tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia dan UU No. 40 tahun 1999 tentang pers. Dalam
UU pers tersebut dijamin bahwa kemerdekaan pers sebagai hak asasi warga Negara
(pasal 4). Dengan adanya kebebasnan pers maka tantangan terberat adalah datang dari
kebebasan pers itu sendiri, artinya sanggupkah seorang wartawan atau sebuah perusahaan
penerbitan untuk tidak menodai arti kebebasan itu.

Indikator 3 Menguraikan peranan pers dalam masyarakat demokratis

Pada pasal 6 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 disebutkan peran pers meliputi hal-hal
berikut.

a. Memenuhi hak masyarakat untuk mengetahui. Hal ini dilakukan melalui transfer
informasi dalam berbagai bidang (ekonomi, politik, ekonomi, sosial, dan budaya).
b. Menegakkan nilai-nilai dasar demokrasi.
c. Mendorong terwujudnya supremasi hukum dan hak asasi manusia (HAM).
d. Menghormati kebhinekaan.
e. Mengembangkan pendapat umum berdasarkan informasi yang tepat, akurat, dan benar.
f. Melakukan pengawasan, kritik, koreksi, dan saran terhadap hal-hal yang berkaitan
dengan kepentingan umum.
g. Memperjuangkan keadilan dan kebenaran

KD 3.26 Menganalisis pers yang bebas dan bertanggung jawab sesuai kode etik jurnalistik dalam
masyarakat demokratis di Indonesia

Indikator 4 Menguraikan pengertian kode etik jurnalistik

Kode adalah sistem pengaturan – pengaturan (system of rules). Etik adalah norma perilaku, suatu
perbuatan dikategorikan etis apabila sesuai dengan aturan yang menuntun perilaku baik manusia.
Sedangkan jurnalistik adalah profesi dalam kegiatan tulis menulis berita atau kewartawanan.
Kode etik jurnalistik adalah sejumlah aturan dasar yang mengikat seluruh profesi kewartawanan
dalam menjalankan tugas dan perannya sebagai wartawan.

Indikator 5 Menganalisis kode etik jurnalistik dalam masyarakat demokratis di Indonesia

Landasan Hukum Pers Indonesia

a. Pasal 28 UUD 1945


“Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan
dan sebagainya ditetapkan dengan undang- undang”.
b. Pasal 28 F UUD 1945
“Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk
mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari,
memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah dan menyampaikan informasi dengan
menggunakan segala jenis saluran yang tersedia”.
c. Tap MPR No. XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia
Lebih rincinya lagi terdapat pada Piagam Hak Asasi Manusia, Bab VI, Pasal 20 dan 21
yang berbunyi sebagai berikut:
Pasal 20 : “Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk
mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya”.
Pasal 21 : “Setiap orang berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan,
mengolah dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang
tersedia”.
d. Undang-Undang No. 39 Tahun 2000 Pasal 14 Ayat 1 dan 2 tentang Hak Asasi Manusia
(1) “Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi yang
diperlukan untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya”.
(2) “Setiap orang berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah
dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis sarana yang tersedia”.
e. Undang-undang No. 40 Tahun 1999 dalam Pasal 2 dan Pasal 4 ayat 1 tentang pers
Pasal 2 berbunyi, “Kemerdekaan pers adalah salah satu wujud kedaulatan rakyat yang
berasaskan prinsip-prinsip demokrasi, keadilan dan supremasi hukum”.
Pasal 4 Ayat 1 berbunyi, “Kemerdekaan pers dijamin sebagai hak asasi warga negara”.

Indikator 6 Menunjukan contoh – contoh penyimpanan kode etik jurnalistik dari berbagai
media

1. Jurnalis tidak menghormati hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar.
2. Jurnalis menerima sogokan.
3. Jurnalis menjiplak.
4. Jurnalis tidak menghindari fitnah dan pencemaran nama baik.
5. Jurnalis tidak melaporkan fakta yang sebenarnya.

Indikator 7 Menguraikan upaya pemerintahan dalam mengendalikan kebebasan pers

Upaya-upaya pemerintah dalam mengendalikan kebebasan Pers yaitu,

1. Pembuatan Undang-undang Pers


2. Memfungsikan Dewan Pers sebagai pembina pers nasional
3. Penegakan supremasi hukum
4. Sosialisasi dan peningkatan kesadaran Rakyat dan Hak-Hak Asasi Manusia

KD 3.26 Mengevaluasi kebebasan pers dan dampak penyalahgunaan kebebasan media massa
dalam masyarakat demokratis di Indonesia
Indikator 8 Menguraikan manfaat pers dalam kehidupan masyarakat demokratis di
Indonesia

1. Memperkuat konsensus-konsensus dasar nasional.


2. Pers dapat mengenali masalah-masalah sosial yang peka dalam dalam mesyarakat.
3. Pers dapat memperkenalkan usaha-usahanya sendiri serta menemukan potensi-potensi
yang kreatif dalam usaha
4. Pers memperkuat rasa mampu masyarakat untuk mengubah nasibnya sendiri.
5. Kecuarangan,kegagalan, serta korupsi dilaporkan bukan merusak dan menurunkan rasa
pesimis, tetapi untuk koreksi dan membangkitkan kegairahan dan selalu melangkah maju.

Indikator 9 Menunjukan dampak penyalahgunaan kebebasan media massa/pers

1. Menimbulkan keguncangan dalam masyarakat yang apabila tidak segera ditanggulangi,


tidak mustahil akan membawa disintegrasi bangsa
2. Menimbulkan bahaya bagi keselamatan bangsa dan Negara
3. Kritik yang tidak sesuai fakta, sensasional, dan tidak bertanggungjawab akan
menimbulkan fitnah

Anda mungkin juga menyukai