Anda di halaman 1dari 9

CRITICAL THINKING

HIPERTENSI
1. Pengertian
Hipertensi merupakan suatu kondisi dimana tekanan darah melebihi batas normal, yaitu tekanan
darah sistolik ≥140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik ≥90 mmHg pada pemeriksaan berulang.
Hipertensi juga disebut tekanan darah tinggi yang terjadi karena gangguan pada pembuluh darah sehingga
darah yang membawa suplai oksigen dan nutrisi terhambat sampai ke jaringan tubuh (Hastuti, 2020).
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah penyakit yang umum terjadi dalam masyarakat kita.
Keadaan itu terjadi jika tekanan darah pada arteri utama didalam tubuh terlalu tinggi. Hipertensi kini
semakin sering dijumpai pada orang lanjut usia (Shanty, 2011).

2. Klasifikasi Hipertensi
Menurut infodatin (Kemenkes RI, 2014), klasifikasi hipertensi berdasarkan penyebabnya terbagi
menjadi dua kelompok, antara lain :
a. Hipertensi Esensial/Hipertensi Primer
Hipertensi esensial atau primer merupakan hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya (idiopatik).
Terjadi sekitar 90% pada penderita hipertensi yang biasanya dikaitkan dengan kombinasi faktor gaya
hidup, seperti kurangnya aktivitas fisik, pola makan, dll.
b. Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder merupakan hipertensi yang diketahui penyebabnya. Terjadi sekitar 5-10%
penderita hipertensi yang penyebabnya adalah penyakit ginjal. Sedangkan 1-2% penyebabnya 12 yaitu
kelainan hormonal atau pemakaian obat-obatan tertentu (misalnya pil KB).

Joint National Committee (JNC) on the prevention, detection, evaluation and treatment of high blood
pressure, yang berpusat di Amerika mengelompokkan hipertensi pada tabel dibawah ini :
Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi menurut JNC -VII 2003

Kategori Tekana Darah Sistol Tekanan Darah


(mmHg) Siastol (mmHGg
Normal < 120 <80
Pre-hipertensi 120-139 80-89
Hipertensi stage 1 140-159 90-99
Hipertensi stage 2 ≥160 ≥100
Hipertensi sistolik terisolasi ≥140 <90
` Sumber : Pedoman Teknis Penemuan dan Penatalaksanaan Hipertensi, 2013

Tabel 2.2 Klasifikasi Hipertensi pada Anak-anak dan Dewasa

Kelompok Umur Normal Hipertensi


>2 tahun <104/70 >112/74
3-6 tahun <108/70 >116/74
6-9 tahun 114/74 122/78
10-12 tahun 122/78 >126/82
13-15 tahun 130/80 >136/86
16-19 tahun 136/84 >140/90
20-45 tahun 120-125/75-80 135/90
46-65 tahun 135-140/85 140/90-140/95
>65 tahun 150/85 160/90
Sumber : Battegay dkk, 2005 dalam Nigga, 2018 dalam Nuraini, 2020

3. Patofisiologi Hipertensi
Meningkatnya tekanan darah dalam arteri bisa terjadi melalui beberapa cara yaitu jantung
memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya arteri besar
kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku sehingga mereka tidak dapat mengembang pada saat
jantung memompa darah melalui arteri tersebut. ,Darah pada setiap denyut jantung di paksa untuk
melalui pembuluh yang sempit dari pada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan. Inilah yang
terjadi pada usia lanjut, dimana dinding arterinya telah menebal dan kaku ,karena arteriosklirosis
(Triyanto, 2014).
Dengan cara yang sama tekanan darah juga meningkat pada saat terjadi vasokontriksi, yaitu jika
arteri kecil (arteriola) untuk sementara waktu mengkerut karena perangsangan saraf atau hormone di
dalam darah. Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya tekanan darah.
Hal ini terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu membuang sejumlah garam
dan air dari dalam tubuh, volume darah dalam tubuh meningkat sehingga tekanan darah juga
meningkat (Triyanto, 2014). Sebaliknya, jika aktivitas memompa jantung berkurang, arteri mengalami
pelebaran, banyak cairan keluar dari sirkulasi, maka tekanan darah akan menurun. Penyesuain
terhadap faktor-faktor tersebut dilaksankan oleh perubahan di dalam fungsi ginjal dan sistem saraf
otonom (bagian dari sistem saraf yang mengatur berbagai fungsi tubuh secara otomatis).
Perubahan fungsi ginjal, ginjal mengendalikan tekanan darah melalui beberapa cara : jika tekanan
darah meningkat, ginjal akan menambah pengeluaran garam dan air yang akan menyebabkan
berkurangya volume darah dan mengembalikan tekanan darah ke normal (Triyanto, 2014).
Sistem saraf simpatis merupakan bagian dari sistem saraf otonom ,yang untuk sementara waktu
akan meningkatkan tekanan darah selama respon fight-or-flight (reaksi fisik tubuh terhadap ancaman
dari luar) meningkatnya arteriola di daerah tertentu (misalnya otot rangka yang memerlukan pasokan
darah yang lebih banyak mengurangi pembuangan air dan garam oleh ginjal sehingga akan
meningkatkan volume darah dalam tubuh melepaskan hormone epinefrin (adrenalin) dan norepinefrin
(noradrenalin) yang merangsang jantung dan pembuluh darah. Faktor stress merupakan satu faktor
pencetus terjadinya peningkatan tekanan darah dengan proses pelepasan hormone epinefrin dan
norepinefrin (Triyanto, 2014).

4. Gejala Hipertensi

Menurut Dafriani (2019), gejala yang ditimbulkan oleh penderita hipertensi dapat bervariasi dan
bahkan beberapa individu tidak menunjukkan gejala apapun. Pada umumnya, gejala ditunjukkan oleh
penderita hipertensi, antara lain:
a. Sakit kepala
b. Rasa pegal pada tengkuk
c. Perasaan seperti berputar hingga terasa ingin jatuh (vertigo)
d. Detak jantung berdebar kencang
e. Telinga berdenging (tinnitus)

Adapun gejala klinis yang timbul setelah seseorang mengalami hipertensi, antara lain:

a. Nyeri kepala yang biasanya disertai dengan mual dan muntah, terjadi
b. karena peningkatan tekanan darah intracranial
c. Penglihatan kabur karena kerusakan retina
d. Kerusakan susunan saraf pusat yang mengakibatkan ayunan/Gerakan myang berbeda dari biasanya
c. Nokturia yang terjadi karena adanya peningkatan aliran darah ginjal serta filtrasi
d. Peningkatan tekanan kapiler yang mengakibatkan edema dependen dan pembengkakan.

5. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinik yang dialami oleh penderita biasanya berupa pusing, mudah marah, telinga
berdengung, sukar tidur, sesak nafas, rasa berat di tengkuk, mudah lelah, mata berkunang-kunang, dan
mimisan. Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakkan gejala sampai bertahun-
tahun. Gejala bila ada menunjukkan adanya kerusakan vaskuler, dengan manifestasi yang khas sesuai
sistem organ yang divaskularisasi oleh oembuluh darah bersangkutan (Triyanto, 2014).

6. Penyebab Hipertensi
Penyebab hipertensi menurut (Triyanto, 2014) dibagi menjadi 2 yaitu:
a. Hipertensi Esensial atau Primer
Penyebab pasti dari hipertensi esensial sampai saat ini masih belum dapat diketahui.
Kurang lebih 90% penderita hipertensi tergolong ,hipertensi esensial sedangkan 10% nya
tergolong hipertensi sekunder. Onset hipertensi primer terjadi pada usia 30-35 tahun.
Hipertensi primer adalah suatu kondisi hipertensi dimana penyebab sekunder dari hipertensi
tidak ditemukan. Genetik dan ras merupakan bagian yang menjadi penyebab timbulnya
hipertensi primer, termasuk faktor lain yang diantaranya adalah faktor stress, intake alkohol,
merokok, lingkungan, demografi dan gaya hidup.
b. Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang penyebabnya dapat ,diketahui, antara lain
kelainan pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar tiroid (hipertiroid), penyakit kelenjar
adrenal (hiperaldosteronisme). Golongan terbesar dari penderita hipertensi adalah hipertensi
esensial/primer, maka penyelidikan dan pengobatan lebih banyak ditujukan ke penderita
hipertensi esensial/primer.
7. Faktor Penyebab Hipertensi
Hipertensi di pengaruhi 2 faktor yaitu faktor yang dapat diubah dan tidak dapat diubah menurut
(Nurrahmani, 2011) :
a. Faktor yang tidak dapat diubah
 Usia
Terjadinya hipertensi meningkat seiring dengan pertambahan usia. Individu yang
berumur diatas 60 tahun, 50-60% mempunyai tekanan darah lebih besar atau sama dengan
140/90mmHg. Hal ini pengaruh degenerasi yang terjadi pada orang yang bertambah usia.
Organisasi kesehatan dunia menggolongkan lansia menjadi 4 yaitu usia pertengahan 45-59
tahun, lanjut usia 60-70 tahun, lanjut usia tua 75-90 tahun, usia sangat tua di atas 90 tahun.
Selain itu pada usia lanjut sensitivitas pengatur tekanan darah yaitu refleks baroreseptor mulai
berkurang, demikian juga halnya dengan peran ginjal dimana aliran darah ginjal dan laju
filtrasi glomerulus menurun, hal ini memicu terjadinya hipertensi.
 Jenis Kelamin
Laki-laki mempunyai resiko lebih tinggi menderita hipertensi lebih awal. Laki-laki
juga mempunyai resiko yang lebih besar terhadap morbiditas dan mortalitas beberapa
penyakit kardiovaskuler, sedangkan usia diatas 50 tahun hipertensi lebih banyak terjadi pada
perempuan. Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan wanita, namun wanita
terlindung dari penyakit kardiovaskuler sebelum menopause salah satunya adalah penyakit
jantung koroner. Wanita yang belum mengalami menopause dilindungi oleh hormone
estrogenyang berperan dalam meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL). Kadar
kolesterol HDL yang tinggi merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya proses
aterosklerosis. Efek perlindungan estrogen dianggap sebagai penjelasan adanya imunitas
wanita pada usia premenopause.
 Keturunan
Dalam tubuh manusia terdapat faktor-faktor keturunan yang diperoleh dari kedua
orang tuanya. Jika orang tua mempunyai riwayat hipertensi maka garis keturunan berikutnya
mempunyai resiko besar menderita hipertensi.
 Riwayat Keluarga
Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga itu
mempunyai risiko menderita hipertensi. Hal ini berhubungan dengan peningkatan kadar
sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara potasium terhadap sodium. Individu dengan
orang tua dengan hipertensi mempunyai risiko dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi
dari pada orang yang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi. Selain itu
didapatkan 70-80% kasus hipertensi esensial dengan Riwayat hipertensi dalam keluarga.
(Bianti Nuraini, 2015).

b. Faktor yang dapat diubah


 Stres
Stres atau ketegangan jiwa dapat merangsang kelenjar anak ginjal untuk mengeluarkan
adrenalin dan memacu jantung berdenyut kuat. Akibatnya tekanan darah meningkat.
 Berat Badan
Kegemukan atau kelebihan berat badan tidak hanya menganggu penampiIan
seseorang, tetapi juga tidak baik kesehatan. Meraka yang memiliki berat badan lebih
cenderung memiliki tekanan darah lebih tinggi disbanding mereka yang kurus. Pada orang
yang gemuk, jantung akan bekerja lebih keras dalam memompa darah. Hal ini dapat dipahami
karena biasanya pembuluh darah orang-orang yang gemuk terjepit kulit yang berlemak. Pada
orang yang gemuk pembakaran kalori akan bekerja lebih karena untuk membakar kalori yang
masu. Pembakaran kalori ini memerlukan suplai oksigen dalam darah yang cukup. Semakin
banyak kalori yang dibakar, semakin banyak pula pasokan oksigen dalam darah. Pasokan
darah tentu menjadikan jantung bekerja lebih keras.
 Konsumsi Garam Berlebihan
Konsumsi garam hal yang tidak baik dalam tekanan darah, tetapi kandungan natrium
(Na) dalam darah dapat mempengaruhi tekanan darah seseorang. Natrium (Na) bersama
klorida (CI) dalam garam dapur (NaCl) sebenarnya bermanfaat bagi tubuh untuk
mempertahankan keseimbangan cairan tubuh dan mengatur tekanan darah. Namun, natrium
yang masuk dalam darah secara berlebihan dapat menahan air sehingga meningkatkan volume
darah. Meningkatnya volume darah menagkibatkan meningkatnya tekanan pada dinding
pembuluh darah sehingga kerja jantung dalam memompa darah semakin meningkat.
 Kebiasaan Merokok
Seseorang disebut memiliki kebiasaan merokok apabila ia melakukan aktivitas
merokok setiap hari dengan jumlah satu batang atau lebih sekurang-kurangnya selama satu
tahun. Merokok dapat salah satu faktor hipertensi melalui mekanisme pelepasan Norepinefrin
dari ujung-ujung saraf adrenergik yang dipacu oleh nikotin.

8. Diagnosa keperawatan
Berikut adalah uraian dari masalah yang timbul bagi klien menurut (Nurarif, 2015) dengan
hipertensi :
 Penurunan curah jantung b.d peningkatan afterload
 Nyeri akut b.d peningkatan tekanan vaskuler selebral dan iskemia
 Kelebihan volume cairan
 Intoleransi aktivitas b.d kelemahan
 Ketidakefektifan koping
 Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak
 Resiko cedera
 Defisiensi pengetahuan
 Ansietas

9. Intervensi keperawatan
Menurut Nurarif & Kusuma (2015) dan Tim pokja SDKI PPNI (2017)
a. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis (mis:iskemia)
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tingkat nyeri menurun
Kriteria hasil : Tingkat nyeri ( L.08066)
 Pasien mengatakan nyeri berkurang dari skala 7 menjadi 2
 Pasien menunjukan ekspresi wajah tenang
 Pasien dapat beristirahat dengan nyaman
Rencana tindakan : (Manajemen nyeri I.08238)
 Identifikasi lokasi, karakteristik nyeri, durasi, frekuensi, intensitas nyeri
 Identifikasi skala nyeri
 Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
 Berikan terapi non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis: akupuntur,terapi
musik hopnosis, biofeedback, teknik imajinasi terbimbing,kompres hangat/dingin)
 Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis: suhu ruangan,
pencahayaan,kebisingan)
 Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
 Ajarkan teknik non farmakologis untuk mengurangi nyeri
 Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

b. Perfusi perifer tidak efektif b.d peningkatan tekanan darah

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan perfusi perifer meningkat

Kriteria hasil : Perfusi perifer (L.02011)

 Nadi perifer teraba kuat


 Akral teraba hangat
 Warna kulit tidak pucat

Rencana tindakan : Pemantauan tanda vital ( I.02060 )

 Memonitor tekanan darah


 Memonitor nadi (frekuensi, kekuatan, irama)
 Memonitor pernapasan (frekuensi, kedalaman)
 Memonitor suhu tubuh
 Memonitor oksimetri nadi
 Identifikasi penyebab perubahan tanda vital
 Atur interval pemantauan sesuai kondisi pasien
 Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan

c. Hipervolemia b.d gangguan mekanisme regulasi


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan keseimbangan cairan
meningkat
Kriteria hasil : ( keseimbangan cairan L. 03020)
 Terbebas dari edema
 Haluaran urin meningkat

d. Mampu mengontrol asupan cairan


Rencana tindakan : (Manajemen hipervolemia I.03114)
 Periksa tanda dan gejala hipervolemia (mis: ortopnes, mdipsnea, edema, JVP/CVP
meningkat, suara nafas tambahan)
 Monitor intake dan output cairan
 Monitor efek samping diuretik (mis : hipotensi ortortostatik, mhipovolemia,
hipokalemia, hiponatremia)
 Batasi asupan cairan dan garam
 Anjurkan melapor haluaran urin <0,5 mL/kg/jam dalam 6 mjam
 Ajarkan cara membatasi cairan
 Kolaborasi pemberian diuretic

e. Intoleransi aktifitas b.d kelemahan


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan toleransi aktivitas
meningkat Kriteria hasil : toleransi aktivitas (L.05047)
 Pasien mampu melakukan aktivitas sehari-hari
 Pasien mampu berpindah tanpa bantuan pasien mengatakan keluhan lemah
berkurang
Rencana tindakan : (Manajemen energi I.050178)
 Monitor kelelahan fisik dan emosional
 Monitor pola dan jam tidur
 Sediakan lingkungan yang nyaman dan rendah stimulus (mis: cahaya, suara,
kunjungan)
 Berikan aktifitas distraksi yang menenangkan
 Anjurkan tirah baring
 Anjurkan melakukan aktifitas secara bertahap
 Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
 meningkatkan asupan makanan

f. Defisit pengetahuan b.d kurang minat dalam belajar
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatandiharapkan tingkat pengetahuan
meningkat
Kriteria Hasil : Tingkat pengetahuan (L.12111)
 Pasien melakukan sesuai anjuran
 Pasien tampak mampu menjelaskan Kembali materi yang disampaikan
 Pasien mengajukan pertanyaan
Rencana Tindakan : Edukasi kesehatan ( I.12383)
 Identifikasi kesiapan dan kemampuan ,menerima informasi
 identifikasi factor-faktor yang dapat ,meningkatkan dan menurunkan
motivasi ,perilaku hidup bersih dan sehat sediakan materi dan media
Pendidikan ,kesehatan jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
 berikan kesempatan untuk bertanya
 Jelaskan factor risiko yang dapat mempengaruhi Kesehatan
 ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
 ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan perilaku hidup bersih dan
sehat
g. Ansietas b.d kurang terpapar informasi
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tingkat ansietas menurun
Kriteria hasil : Tingkat ansietas (L.09093)
 Pasien mengatakan telah memahami penyakitnya
 Pasien tampak tenang
 Pasien dapat beristirahat dengan nyaman
Rencana Tindakan : Reduksi ansietas (I.09314 )
 identifikasi saat tingkat ansietas berubah (mis.Kondisi, waktu, stressor)
 gunakan pendekatan yang tenang dan nyaman informasikan secara factual mengenai
diagnosis pengobatan , dan prognosis

h. Resiko penurunan curah jantung d.d perubahan afterload


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan curah jantung meningkat
Kriteria hasil : curah jantung ( L.02008)
 Tanda vital dalam rentang normal
 Nadi teraba kuat
 Pasien tidak mengeluh lelah
Rencana tindakan : (Perawatan jantung I.02075)
 Identifikasi tanda/gejala primer penurunan curah jantung ,(mis: dispnea, kelelahan,
edema,ortopnea, paroxysmal nocturnal dyspnea, peningkatan CVP)
 Identifikasi tanda/gejala sekunder penurunan curah ,jantung ,( mis: peningkatan berat
badan, hepatomegali,distensi vena ,jugularis, palpitasi, ronkhi basah, oliguria, batuk,
kulit pucat)
 Monitor tekanan darah
 Monitor intake dan output cairan
 Monitor keluhan nyeri dada
 Berikan diet jantung yang sesuai
 Berikan terapi terapi relaksasi untuk mengurangi strees, jika perlu
 Anjurkan beraktifitas fisik sesuai toleransi
 Anjurkan berakitifitas fisik secara bertahap
 Kolaborasi pemberian antiaritmia, jika perlu

i. Risiko jatuh d.d gangguan penglihatan


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tingkat jatuh menurun.
Kriteria Hasil : Tingkat jatuh (L.14138)
 Risiko jatuh dari tempat tidur menurun
 Risiko jatuh saat berjalan menurun
 Risiko jatuh saat berdiri menurun

Rencana Tindakan : Pencegahan jatuh ( I.14540)


 Identifikasi factor risiko (mis. Usia >65 tahun penurunan tingkat kesadaran, defisit
kognitif hipotensi ortostatik. Gangguan keseimbangan gangguan penglihatan,
neuropati)
 Identifikasi risiko jatuh setidaknya sekali setiaP shift atau sesuai dengan kebijakan
institusi
 Identifikasi factor lingkungan yang meningkatkan risiko jstuh (mis. Morse scale,
humpty dumpty)
 Pasang handrail tempat tidur\Anjurkan memanggil perawat jika membutuhkan
bantuan untuk berpidah.

Anda mungkin juga menyukai