Anda di halaman 1dari 47

IDENTIFIKASI OBAT-OBATAN DI

PRAKTEK MANDIRI BIDAN ZAHRIASNEL, A.Md. Keb.

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Farmakologi

Dosen pengampu : Fathia Rizki, S.S.T., M.Tr.Keb

Oleh :

Iis Maesaroh (6121007)

Sofa Nurul Hidayati (6121024)

Dinda Syifa Warsono (6121033)

Chintia Dian Nurdianti (6121035)

KELAS A1 PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN

INSTITUT KESEHATAN RAJAWALI BANDUNG

TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami

dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami

tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam

semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang

kita nanti natikan syafa'atnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,

baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, schingga penulis mampu untuk

menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah psikologi dengan judul

"Identifikasi Obat-Obatan Di Praktek Mandiri Bidan Zahriasnel, A.Md.Keb"

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih

banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan

kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi

makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini

penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................. i


DAFTAR ISI........................................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ........................................................................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................................................................... 2
1.3. Tujuan ..................................................................................................................................... 2
1.4. Manfaat ................................................................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................................ 4
2.1. Pengertian Obat ....................................................................................................................... 4
2.1.1 Penggolongan Obat .................................................................................................... 4
2.1.2 Macam-Macam Bentuk Sediaan Obat ........................................................................ 9
2.1.3 Efek Samping Obat .................................................................................................. 10
2.1.4 Cara Penyimpanan Obat........................................................................................... 11
2.2. Pengertian Bidan Dan PMB ................................................................................................. 12
2.2.1 Paradigma Kebidanan .............................................................................................. 13
2.2.2 Peran Bidan ............................................................................................................... 15
2.3. Aspek Legal Bidan Dalam Pemberian Obat ......................................................................... 19
2.3.1 Wewenang Bidan Dalam Pemberian Obat ............................................................... 19
2.4. Obat-Obatan Yang Digunakan Dalam Praktik Kebidanan Menurut Permenkes .................. 23
BAB III PEMBAHASAN DAN HASIL ANALISIS ........................................................................... 30
3.1. Hasil Analisis dan Dokumentasi Obat-Obatan di PMB
Bidan Zahriasnel, A.Md.Keb. ............................................................................................... 30
BAB IV ................................................................................................................................................. 41
PENUTUPAN ....................................................................................................................................... 41
4.1. Kesimpulan ........................................................................................................................... 41
4.2. Saran ..................................................................................................................................... 42
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 43
Lampiran 1 Dokumentasi Hasil Kegiatan ............................................................................................. 44

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Bidan adalah orang yang telah mengikuti program pendidikan yang diakui

oleh negara, telah menyelesaikan serangkaian kegiatan dan pendidikan kebidanan,

menerima kualifikasi dan terdaftar secara legal mempunyai izin praktek kebidanan.

Dalam menjalankan praktek bidan berwenang untuk memberikan pelayanan meliputi:

a. Pelayanan Kebidanan,

b. Pelayanan Keluarga Brencana,

c. Pelayanan Kesehatan Masyarakat (WHO 2004).

Bidan Praktek Mandiri (BPM) merupakan bentuk pelayanan kesehatan di

bidang kesehatan dasar. Praktek bidan adalah serangkaian kegiatan pelayanan

kesehatan yang diberikan oleh bidan kepada pasien (individu, keluarga, dan

masyarakat) sesuai dengan kewenangan dan kemampuannya.

Pelayanan yang di berikan di bidan praktek mandiri meliputi penyuluhan

kesehatan, konseling KB, antenatal care, senam hamil, perawatan payudara, asuhan

persalinan, perawatan nifas, perawatan bayi, pelayanan KB (IUD, AKBK, Suntik,

Pil), imunisasi ( ibu dan bayi), kesehatan reproduksi remaja, perawatan pasca

keguguran. Selain itu bidan praktek mandiri melayani pemeriksaan untuk orang yang

sakit, kemudian memberi pelayanan kesehatan terhadap WUS (wanita usia subur)

serta LANSIA (lanjut usia). (Imamah, 2011:01)

Bidan bertugas dalam menghadapi ibu hamil dan melahirkan menggunakan

berbagi macam obat,Pemberian obat pada ibu hamil dan pada saat persalinan tentunya

harus memikirkan banyak faktor, yaitu masalah efek samping yang ditimbulkan oleh

1
2

obat itu. Begitu banyaknya yang perlu diperhatikan maka seorang bidan harusnya

berhati-hati dalam memberikan obat kepada pasiennya.

Selain dari ibu hamil dan yang akan melakukan persalinan, tentunya bidan

juga berperan dalam pemberian obat kepada ibu yang tidak ingin hamil, dalm hal ini

pemberian alat-alat kontrasepsi, khususnya kontrasepsi hormonal seperti pil, implant,

dan suntikan hormon.

Bidan juga berperan penting dalam pemberian imunisasi toksoplasma dan

toksoid pada ibu hamil. Dan imunissasi pra nikah, serta imunisasi pada bayi dan balita

meski tidak sepenuhnya harus dilakukan oleh bidan.

1.2. Rumusan Masalah

Mengacu dari latar belakang masalah peneliti tertarik untuk mengambil garis

merah dari sebuah permasalahan yang terjadi, sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud obat?

2. Apa yang dimaksud bidan dan PMB ?

3. Bagaimana aspek legal bidan dalam pemberian obat?

4. Bagaimana obat yang digunakan dalam praktik kebidanan?

1.3. Tujuan

1. Mengetahui pengertian dari obat

2. Mengetahui pengertian bidan dan PMB

3. Mengetahui aspek legal bidan dalam pemberian obat

4. Mengetahui obat-obatan yang digunakan dalam praktik kebidanan


3

1.4. Manfaat

1. Bagi penulis

Dapat menambah wawasan dan pengalaman langsung mengenai obat serta

golongan obat yang terdapat di PMB sesuai undang-undang.

2. Bagi pembaca

Manfaat penulisan makalah bagi pembaca yaitu menjadi sumber referensi dan

informasi bagi orang yang membaca makalah ini agar mengetahui dan lebih

mendalami bagaimana pemberian obat dalam praktik mandiri bidan.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Obat

Obat adalah suatu bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam

menetapkan diagnosa, mencegah, mengurangkan, menghilangkan, menyembuhkan

penyakit atau gejalah penyakit,luka atau kelainan badania dan rohaniah pada manusia

atau hewan, memperelok badan atau bagian badan manusia (Anief, 2006).Besarnya

efektifitas obat tergantung pada biosis dan kepekaan organ tubuh. Setiap orang

berbeda kepekaan dan kebutuhan biosis obatnnya.Tetapi secara umum dapat

dikelompokan, yaitu dosis bayi, anak-anak, dewasa dan orang tua (Djas, dalam

kasibu, 2017).

Peran obat dalam upaya kesehatan besar dan merupakan suatu unsur penting

(Simanjutak dalam Kasibu. 2017). Begitu juga dengan bagaimana penggunaan obat

melalui mulut, tenggorokan masuk keperut, disebut secara oral, cara penggunaan

lainnya pemakaian luar (Anief, 2006).

2.1.1 Penggolongan Obat

Penggolongan obat berdasarkan peraturanDepartemen Kesehatan (2007), antara

lain :

a. Obat Bebas

Obat golongan ini termasuk obat relatif aman, dapat diperoleh tanpa

resep dokter, selain diapotek juga didapat di warungwarung.Obat bebas

dalam kemasannya ditandai dengan lingkaran berwarna hijau contohnya

adalah Paracetamol, Vitamin C, Asetosal (aspirin), Antasida daftar obat

Esensial, dan obat batuk hitam (OBH).

4
5

Gambar 2.1 logo obat bebas

b. Obat Bebas Terbatas

Obat golongan ini juga relatif aman selama penggunaanya mengikuti

aturan pakai yang ada.Penandaan obat ini adaalah adannya lingkaran

berwarna biru daan 6 peringatan khusus bagai mana obat bebas.Obat ini juga

dapat diperoleh tanpa resep dokter diapotek, toko obat atau diwarung-

warung.Contohnya obat flu kombinasi (tablet), Klotrimaleat (CTM), dan

Membedasol.

Gambar 2.2 logo obat bebas terbatas

Obat bebas terbatas tanda peringatan pada kemasan obat,berupa empat

persegi panjang berwarna hitam, panjang 5 (lima) cm, lebar 2 (dua) cm dan

pemberitahuan berwarna putih, sebagai berikut( Depkes, 2007).

Obat Bebas Terbatas juga mempunyai tanda tanda peringatan yang selalu

tercantum pada kemasan obat, berupa empat persegi panjang berwarna hitam

berukuran panjang 5 cm dan lebar 2 cm. Tand peringatan ini memuat

pemberitahuan pemberitahuan penggunaan obat dan ditulis dengan tinta putih.

Contoh tanda tanda peringatan itu antara lain:


6

Gambar 2.3 Tanda dan Peringatan Obat Bebas Terbatas

c. Obat Wajib Apotek

Obat wajib apotek adalah obat keras yang dapat diberikan oleh

Apoteker Penglola Apotek atau disingkat APA kepada pasien. Tujuan OWA

ini adalah memperluas keterjangkuan obat untuk masyarakat. Obat obat

yang digolongkan dalam golongan iini merupakan obat obatan yang

diperlukan bagi kebanyakan penyakit yang diderita pasien.

d. Obat Keras

Obat kera adalah obat yang mempunyai khasiat tinggi dan harus dengan

resep dokter untuk mendapatkannya. Berdasarakan keputusan Mentri

Kesehatan RI Nomor 02396/A/SKA/III/1986 penandaan obat keras dengan

lingkaran berwarna merah dan bergaris tepi hitam serta huruf K yang

menyentuh garis.

Gambar 2.4 logo obat keras


7

e. Obat Psikotropika dan Narkotika

Obat Psikotropika dan Narkotika adalah zat/obat yang dapat

menurunkan aktivitas otak atau merangsang susunan syaraf pusat dan

menimbulkan kelainan perilaku,disertai dengan munculnya

halusinasi,ilusi,gangguan berfikir,perubahan perasaan dan dapat

menyebabkan ketergantungan dan efek stimulasi bagi penggunanya. Tanda

pada golongan obat ini adalah palang merah didalam lingkatan putih

bergaris tepi merah.

Gambar 2.5 logo obat psikotropika dan narkotika

Adapun klsifikasi obat berdasarkan keamanan, yaitu :

1. Kategori A

Obat yang terkategori A merupakan obat-obat yang cukup aman

dikonsumsi ibu hamil.Studi menunjukkan bahwa obat kategori ini tidak

menyebabkan risiko kehamilan atau malformasi pada trimester pertama.Contoh

obat atau zat: levothyroxine, asam folat, liothyronine.

2. Kategori B

Kategori ini meliputi obat-obat yang masih jarang dikonsumsi ibu hamil

namun juga tidak menunjukkan adanya efek malformasi bagi janin. Studi

reproduksi hewan telah gagal menunjukkan risiko pada janin.Contoh

obat: metformin, hydrochlorothiazide, cyclobenzaprine, amoxicillin, pantoprazole.


8

3. Kategori C

Obat kategori ini bisa berdampak buruk pada janin namun biasanya

dampaknya bisa membaik kembali. Studi reproduksi hewan telah menunjukkan

efek buruk pada janin, tetapi karena manfaat potensial mungkin beberapa ibu

hamil memerlukan penggunaan obat ini.Contoh obat: tramadol, gabapentin,

amlodipine, trazodone.

4. Kategori D
Obat-obat golongan ini terbukti bisa menyebabkan malformasi dan

berbahaya bagi janin.Risiko bahayanya bersifat menetap atau tidak bisa membaik

dengan sendirinya.Terdapat bukti positif risiko janin manusia berdasarkan data

reaksi yang merugikan dari pengalaman investigasi atau studi pada manusia.

Contoh obat: lisinopril, alprazolam, losartan, clonazepam, lorazepam

5. Kategori X
Studi pada hewan atau manusia telah menunjukkan kelainan janin dan

dilarang untuk dikonsumsi selama kehamilan. Obat ini memiliki efek negatif yang

nyata dibandingkan manfaatnya pada ibu hamil. Contoh obat: atorvastatin,

simvastatin, warfarin, methotrexate, finasteride.


9

2.1.2 Macam-Macam Bentuk Sediaan Obat

1. Bentuk padat,antara lain :

a. Serbuk: adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang

dihaluskan.

b. Tablet: adalah sediaan farmasi padat bebentuk bundar pipih cembung

dan padat.

c. Pil: adalah sediaan farmasi dalam bentuk bulat yang mengandung satu

atau lebih bahan obat.

d. Kapsul: adalah sediaan farmasi padat berupa serbuk dalam cangkang

yang keras atau lunak dan dapat larut.

e. Suppositoria: adalah sediaan farmasi padat dalam berbagai bobot yang

diperuntukan untuk pemakaian melalui rektal vagina.dan uretra

2. Bentuk Sediaan Setengah Padat

a. Salep: adalah sediaan farmasi berbentuk setengah padat untuk pemaikan

topikal pada kulit dan selaput lendir.

b. Cream: adalah sediaan farmasi berbentuk setengah padat yang terdiri

dari satu atau lebih bahan obat dalam bahan dasar yang sesuai.

c. Gel: adalah sediaan farmasi yang bermassa lembek yang berupa suspensi

yang terbentuk dari senyawa organik masing masing terbungkus dan

saling terserap oleh cairan.

d. Emulsi: adalah sistem dua fase yang salah satu cairan terdispersi dalam

cairan lainnya yang membentuk tetesan kecil.


10

3. Bentuk Cair

a. Sirup: adalah sediaan farmasi berupa cairan yang mengandung sukrosa.

b. Eliksir: adalah sediaan farmasi berupca cairan yang biasanya hidro-

alkoholik,jernih dan manis. Biasanya untuk pemakaian oral.

c. Infus intravena: adalah sediaan steril berupca larutan atau emulsi,bebas

pirogen,sedapat mungkin dibuat isotonis terhadap darah dan disuntikan

langsung kedalam vena dalam volume yang relatif banyak.

4. Bentuk Gas

a. Inhalasi: adalah sediaan farmasi berbentuk larutan atau suspensi yang

terdiri dari satu atau lebih bahan obat yang diberikan melalui saluran

pernapasan hidung atau mulut untuk mendapatkan efek lokal atau

sistemik.

b. Aerosol: adalah sediaan farmasi yang terdiri dari satu atau lebih zat aktif

obat dalam wadah kemas tekan berisi propelan yang dapat memancarkan

isinya yang berupa kabut hingga abis serta dapat digunakan untuk obat

dalam dan obat luar.

2.1.3 Efek Samping Obat

Efek samping menurut Departemen Kesehatan RI (2007). Merupakan

setiap respon obat yang merugikan dan tidak diharapkan yang terjadi karena

penggunaan obat dengan dosis atau takaran normal pada manusia untuk tujuan

profilaksis, diagnosis dan terapi (Depkes, 2007).

Perlu diketahui tentang efek samping obat antara lain (Depkes, 2007):

1. Baca kemasan, brosur obat, efek samping yang timbul.

2. Untuk mendapat informasi tentang efek samping yang lengkap dan tanyakan

langsung pada Apoteker.


11

3. Efek samping yang timbul antara lain reaksi alergi gatal-gatal, ruam,

mengantuk, mual dan lain-lain

4. Penggunaan obat pada kondisi tertentu seperti pada ibu hamil, menyusui,

lanjut usia, gagal ginjal dan lail-lain dapat menimbulkan efek samping yang

fatal, penggunaan obat harus di bawah pengawasan dokter-Apoteker.

2.1.4 Cara Penyimpanan Obat

Berdasarkan peraturan Departemen Kesehatan (2007), tata cara

penyimpanan obat, antara lain ( Depkes, 2007):

1. Simpan dalam kemasan asli dan dalam wadah tertutup rapat.

2. Simpan obat pada suhu kamar dan terhindar dari sinar matahari langsung

atauseperti yang tertera pada kemasan.

3. Simpan ditempat yang tidak terkenapanas atau tidak lembab karena dapat

menimbulkan kerusakan.

4. Jangan menyimpan obat dalam bentuk cair dalam lemari pendingin agar

tidak beku, kecuali jika tertulis pada etiket obat.

5. Jangan menyimpan obat yang sudah kadaluarsa.

6. Jauhkan dari jangkauan anak-anak


12

2.2. Pengertian Bidan Dan PMB

Menurut WHO Bidan adalah seseorang yang telah diakui secara reguler dalam

program pendidikan kebidanan sebagaimana yang diakui yuridis, dimana ia

ditempatkan dan telah menyelesaikan pendidikan kebidanan dan telah mendapatkan

kualifikasi serta terdaftar disahkan dan mendapatkan ijin melaksanakan praktik

kebidanan.Sedangkan PMB atau praktik mandiri bidan adalah adalah tempat

pelaksanaan rangkaian kegiatan pelayanan kebidanan yang dilakukan

oleh Bidan secara perorangan.

Persyaratan Pendirian Bidan Praktek Mandiri

1. Menjadi anggota IBI

2. Permohonan Surat Ijin Praktek Bidan selaku Swasta Perorangan

3. Surat Keterangan Kepala Puskesmas Wilayah Setempat Praktek

4. Surat Pernyataan tidak sedang dalam sanksi profesi/ hukum.

5. Surat Keterangan Ketua Ranting IBI Wilayah

6. Persiapan peralatan medis dan medis usaha praktek bidan secara perorangan

dengan pelayanan pemeriksaan pertolongan persalinan dan perawatan.

7. Membuat Surat Perjanjian sanggup mematuhi perjanjian yang tertulis.

8. Bidan dalam menjalankan praktek harus : Memiliki tempat dan ruangan praktek

yang memenuhi persyaratan Kesehatan, Menyediakan tempat tidur untuk

persalinan minimal 1 dan maksimal 5 tempat tidur, Memiliki peralatan minimal

sesuai dengan ketentuan dan melaksanakan prosedur tetap (protap) yang berlaku,

Menyediakan obat-obatan sesuai dengan ketentuan peralatan yang berlaku.

9. Bidan yang menjalankan prakytek harus mencantumkan izin praktek bidannya atau

foto copy prakteknya diruang praktek, atau tempat yang mudah dilihat.
13

10. Bidan dalam prakteknya memperkerjakan tenaga bidan yang lain, yang memiliki

SIPB untuk membantu tugas pelayanannya

11. Bidan yang menjalankan praktek harus harus mempunyai peralatan minimal sesuai

dengan ketentuan yang berlaku dan peralatan harus tersedia ditempat prakteknya.

12. Peralatan yang wajib dimilki dalam menjalankan praktek bidan sesuai dengan jenis

pelayanan yang diberikan .

13. Dalam menjalankan tugas bidan harus serta mempertahankan dan meningkatkan

keterampilan profesinya antara lain dengan :

a) Mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan atau saling tukar informasi

dengan sesama bidan .

b) Mengikuti kegiatan-kegiatan akademis dan pelatihan sesuai dengan bidang

tugasnya, baik yang diselenggarakan pemerintah maupun oleh organisasi

profesi.

c) Memelihara dan merawat peralatan yang digunakan untuk praktek agar tetap

siap dan berfungsi dengan baik.

2.2.1 Paradigma Kebidanan

Bidan dalam bekerja memberikan pelayanan keprofesiannya

berpegang pada paradigma, berupa pandangan terhadap manusia /

perempuan, lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan / kebidanan dan

keturunan.

1. Perempuan: sebagai penerus generasi, sehingga keberadaan perempuan yang

sehat jasmani, rohani, dan sosial sangat diperlukan. Perempuan sebagai

sumber daya insani merupakan pendidik pertama dan utama dalam keluarga.
14

Kualitas manusia sangat ditentukan oleh keberadaan / kondisi perempuan /

Ibu dalam keluarga.

2. Lingkungan: merupakan semua yang terlibat dalam interaksi individu pada

waktu melaksanakan aktifitasnya, baik lingkungan fisik, psikososial,

biologis maupun budaya. Lingkungan psikososial meliputi keluarga,

kelompok, komunitas dan masyarakat.

3. Perilaku: merupakan hasil seluruh pengalaman serta interaksi manusia

dengan lingkungannya, yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan

tindakan.

4. Pelayanan Kebidanan: kebidanan adalah bagian integral dari sistem

pelayanan kesehatan yang diberikan oleh bidan yang telah terdaftar

(teregister) yang dapat dilakukan secara mandiri, kolaborasi atau rujukan.

Sasaran pelayanan kebidanan adalah individu, keluarga, dan masyarakat

yang meliputi upaya peningkatan, pencegahan, penyembuhan dan

pemulihan. Pelayanan kebidanan dapat dibedakan menjadi :

a. Layanan Primer ialah layanan bidan yang sepenuhnya menjadi tanggung

jawab bidan.

b. Layanan Kolaborasi adalah layanan yang dilakukan oleh bidan sebagai

anggota tim yang kegiatannya dilakukan secara bersamaan atau sebagai

salah satu dari sebuah proses kegiatan pelayanan kesehatan.

c. Layanan Rujukan adalah layanan yang dilakukan oleh bidan dalam

rangka rujukan ke sistem layanan yang lebih tinggi atau sebaliknya yaitu

pelayanan yang dilakukan oleh bidan dalam menerima rujukan dari

dukun yang menolong persalinan, juga layanan yang dilakukan oleh

bidan ke tempat / fasilitas pelayanan kesehatan lain secara horizontal


15

maupun vertikal atau meningkatkan keamanan dan kesejahteraan ibu

serta bayinya.

d. Keturunan Keturunan merupakan salah satu faktor yang menentukan

kualitas manusia. Manusia yang sehat dilahirkan oleh ibu yang sehat.

2.2.2 Peran Bidan

Peran merupakan tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain

terhadap seseorang sesuai dengan kedudukan dalam suatu sistem. Dalam

melaksanakan profesinya bidan memiliki peran sebagai pelaksana, pengelola,

pendidik, dan peneliti.

1. Peran sebagai Pelaksana, bidan memiliki tiga kategori tugas, yaitu tugas

mandiri, tugas kolaborasi, dan tugas ketergantungan.

a. Tugas mandiri

Tugas-tugas mandiri bidan, yaitu:

a) Menetapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan

yang diberikan

b) Memberi pelayanan dasar pranikah pada anak remaja dan dengan

melibatkan mereka sebagai klien. Membuat rencana tindak lanjut

tindakan / layanan bersama klien.

c) Memberi asuhan kebidanan kepada klien selama kehamilan normal

d) Memberi asuhan kebidanan kepada klien dalam masa persalinan

dengan melibatkan klien / keluarga

e) Memberi asuhan kebidanan pada bayi baru lahir

f) Memberi asuhan kebidanan pada klien dalam masa nifas dengan

melibatkan klien / keluarga


16

g) Memberi asuhan kebidanan pada wanita usia subur yang

membutuhkan pelayanan keluarga berencana

h) Memberi asuhan kebidanan pada wanita dengan gangguan sistem

reproduksi dan wanita dalam masa klimakterium serta menopause

i) Memberi asuhan kebidanan pada bayi dan balita dengan melibatkan

keluarga dan pelaporan asuhan.

b. Tugas Kolaborasi

Tugas-tugas kolaborasi (kerja sama) bidan, yaitu:

a) Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan sesuai

fungsi kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga.

b) Memberi asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan risiko tinggi dan

pertolongan pertama pada kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan

kolaborasi

c) Mengkaji kebutuhan asuhan pada kasus risiko tinggi dan keadaan

kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi.

d) Memberi asuhan kebidanan pada ibu dalam masa persalinan dengan

risiko tinggi serta keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan

pertolongan pertama dengan tindakan kolaborasi dengan melibatkan

klien dan keluarga

e) Memberi asuhan kebidanan pada ibu dalam masa nifas dengan risiko

tinggi serta pertolongan pertama dalam keadaan kegawatdaruratan yang

memerlukan tindakan kolaborasi bersama klien dan keluarga

f) Memberi asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan risiko tinggi dan

pertolongan pertama dalam keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan

tindakan kolaborasi bersama klien dan keluarga.


17

g) Memberi asuhan kebidanan pada balita dengan risiko tinggi serta

pertolongan pertama dalam keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan

tindakan kolaborasi bersama klien dan keluarga.

c. Tugas ketergantungan

a) Menerapkan manajamen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan sesuai

dengan fungsi keterlibatan klien dan keluarga.

b) Memberi asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada kasus

kehamilan dengan risiko tinggi serta kegawatdaruratan,

c) Memberi asuhan kebidanan melalui konsultasi serta rujukan pada masa

persalinan dengan penyulit tertentu dengan melibatkan klien dan

keluarga.

d) Memberi asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada ibu

dalam masa nifas yang disertai penyulit tertentu dan kegawatdaruratan

dengan melibatkan klien dan keluarga.

e) Memberi asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan kelainan tertentu

dan kegawatdaruratan yang memerlukan konsultasi serta rujukan dengan

melibatkan keluarga.

f) Memberi asuhan kebidanan kepada anak balita dengan kelainan tertentu

dan kegawatdaruratan yang memerlukan konsultasi serta rujukan dengan

melibatkan klien/keluarga.

2. Peran sebagai Pengelola

a. Mengembangkan pelayanan dasar kesehatan. Bidan bertugas;

mengembangkan pelayanan dasar kesehatan di wilayah kerja.

b. Berpartisipasi dalam tim. Bidan berpartisipasi dalam tim untuk

melaksanakan program kesehatan sektor lain melalui dukun bayi, kader


18

kesehatan, serta tenaga kesehatan lain yang berada di bawah bimbingan

dalam wilayah kerjanya.

3. Peran sebagai Pendidik

Sebagai pendidik bidan memiliki 2 tugas yaitu sebagai pendidik dan

penyuluh kesehatan bagi klien serta pelatih dan pembimbing kader.

a. Memberi pendidikan dan penyuluhan kesehatan pada klien

b. Melatih dan membimbing kader .

4. Peran Sebagai Peneliti / Investigator

Bidan melakukan investigasi atau penelitian terapan dalam bidang

kesehatan baik secara mandiri maupun berkelompok, mencakup:

a. Mengidentifikasi kebutuhan investigasi yang akan dilakukan.

b. Menyusun rencana kerja pelatihan.

c. Melaksanakan investigasi sesuai dengan rencana.

d. Mengolah dan menginterpretasikan data hasil investigasi.

e. Menyusun laporan hasil investigasi dan tindak lanjut.

f. Memanfaatkan hasil investigasi untuk meningkatkan dan mengembangkan

program kerja atau pelayanan kesehatan.


19

2.3. Aspek Legal Bidan Dalam Pemberian Obat

Bidan bertugas dalam menghadapi ibu hamil dan melahirkan menggunakan

berbagi macam obat Pemberian obat pada ibu hamil dan pada saat persalinan tentunya

harus memikirkan banyak faktor, yaitu masalah efek samping yang ditimbulkan oleh

obat itu. Begitu banyaknya yang perlu diperhatikan maka seorang bidan harusnya

berhati-hati dalam memberikan obat kepada pasiennya.

Selain dan ibu hamil dan yang akan melakukan persalinan, tentunya bidan

juga berperan dalam pemberian obat kepada ibu yang tidak ingin hamil, dalm hal ini

pemberian alat-alat kontrasepsi, khususnya kontrasepsi hormonal seperti pil, implant,

dan suntikan hormon.

Bidan juga berperan penting dalam pemberian imunisasi toksoplasma dan

toksoid pada ibu hamil. Dan imunissasi pra nikah, serta imunisasi pada bayi dan balita

meski tidak sepenuhnya harus dilakukan oleh bidan.

2.3.1 Wewenang Bidan Dalam Pemberian Obat

Dalam setiap Puskesmas atau Rumah sakit, bidan merupakan tenaga

profesi kesehatan yang sangat penting peranannya terutama terhadap

pelayanan kesehatan keluarga. Seorang bidan dalam menjalankan setiap

tugasnya mempunyai standar pelayanan dan kode etik yang harus dipatuhi.

Adapun wewenang bidan diantaranya:

1. Pemberian kewenangan lebih luas kepada bidan dimaksudkan untuk

mendekatkan pelayanan kegawatan obstetric dan neonatal kepada setiap

ibu hamil / bersalin, nifas dan bayi baru lahir (0-28 hari), agar penanganan

dini atau pertolongan pertama sebelun rujukan dapat dilakukan secara

cepat dan tepat waktu


20

2. Pelayanan dan pengobatan kelainan ginekologik yang dapat dilakukan oleh

bidan adalah kelainan ginekologik ringan, seperti keputihan dan

penundaan haid. Pengobatan tersebut pada dasarnya bersifat pertolongan

sementara sebelum dirujuk kedokter

3. Pemberian obat yang bersifat sementara pada penyakit ringan sepanjang

sesuai dengan obat-obatan yang sudah ditetapkan segera menujuk pada

dokter. Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI, nomor:

900/MENKES/SK/VII/2002, tanggal 25 Juli 2002. Wewenang seorang

bidan adalah sebagai berikut:

1) Pelayanan dan pengobatan kelainan ginekologik yang dapat

dilakukan oleh bidan adalah kelainan ginekologik ringan, seperti

keputihan dan penundaaan haid.

2) Pengobatan ginekologik yang diberikan tersebut pada dasarnya

bersifat pertolongan sementara sebelum dirujuk ke dokter, atau

tindak lanjut pengobatan sesuai advis dokter.

3) Memberikan imunisasi kepada wanita usia subur termasuk remaja

puteri, calon pengantin, ibu dan bayi.

4) Memberikan suntikan kepada penyulit kehamilan meliputi pemberian

secara parental antbiotika pada infeksi /sepsis, oksitoksin pada kala

III dan kala IV untuk pencegahan/penanganan perdarahan post

partum karena hipotonia uteri, sedative pada preeklamsia/eklamsi,

sebagai pertolongan pertama sebelum dirujuk.

5) Melakukan tindakan amniotomi pada pembukaan serviks lebih dari 4

cm pada letak belakang kepala, pada distosia karena inertia uteri dan

diyakini bahwa bayi dapat lahir pervaginam.


21

6) Kompresi bimanual internal dan atau eksternal dapat dilakukan untuk

menyelamatkan jiwa ibu pada perdarahan post partum untuk

menghentikan perdarahan. Diperlukan keterampilan bidan dan

pelaksanaan tindakan sesuai dengan protap yang berlaku.

7) Versi luar pada gameli pada kelahiran bayi kedua. Kehamilan ganda

seharusnya sejak semula direncanakan di rumah sakit oleh dokter.

Bila hal tersebut tidak diketahui, bidan yang menolong persalinan

terlebih dahulu dapat melakukan versi luar pada bayi kedua yang

tidak dalam masa presentasi kepala, sesuai dengan protap.

8) Ekstraksi vacum pada bayi dengan kepala di dasar panggul. Demi

penyelamatan hidup bayi dan ibu, bidan yang telah mempunyai

kompetensi, dapat melakukan ekstraksi vacum atau ekstraksi cunam

bila janin dalam presentasi belakang kepala dan kepala janin telah

berada di dasar panggul.

9) Resusitasi pada bayi baru lahir dengan asfiksia. Bidan diberikan

wewenang melakukan resusitasi pada bayi baru lahir yang

mengalami asfiksia, yang sering terjadi pada partus lama, ketuban

pecah dini, persalinan dengan tindakan dan pada bayi dengan berat

badan lahir rendah, utamanya bayi premature. Bayi tersebut

selanjutnya perlu dirawat di fasilitas kesehatan, khususnya yang

mempunyai berat lahir kurang dari 1750 gram.

10) Hipotermi pada bayi baru lahir. Bidan diberi wewenang untuk

melaksanakan penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dengan

mengeringkan, menghangatkan, kontak dini dan metode kangguru.


22

11) Bidan dalam memberikan pelayanan keluarga berencana harus

memperhatikan kompetensi dan protap yang berlaku di wilayahnya

meliputi :

a. Memberikan pelayanan Keluarga yakni pemasangan IUD, alat

kontrasepsi bawah kulit (AKBK), pemberian suntikan, tablet,

kondom, diafragma, jelly dan melaksanakan konseling.

b. Memberikan pelayanan efek samping pemakaian kontrasepsi.

Pertolongan yang diberikan oleh Bidan bersifat pertolongan

pertama yang perlu mendapat pengobatan oleh dokter bila

gangguan belanjut berdasarkan protap. Pencabutan AKBK tidak

dianjurkan untuk dilaksanakan melalui pelayanan KB keliling.

c. Dalam keadaan darurat, untuk penyelamatan jiwa, Bidan

berwenang melakukan pelayanan kebidanan selain kewenangan

yang diberikan bila tidak mungkin memperoleh pertolongan dari

tenaga ahli. Dalam memberikan pertolongan Bidan harus

mengikuti protap yang berlaku.

d. Melakukan pencabutan alat kontrasepsi bawah kulit (AKBK)

tanpa penyulit. Tindakan ini dilakukan atas dasar kompetensi dan

pelaksanaannya.
23

2.4. Obat-Obatan Yang Digunakan Dalam Praktik Kebidanan Menurut Permenkes

Menurut Permenkes No 900 tahun 2002 tentang praktik kebidanan, jenis obat-obatan

yang digunakan dalam praktik kebidanan adalah:

1. Roborantia : adalah zat-zat yang digunakan untuk membangkitkan daya tahan

tubuh, seperti vitamin E, asam folat, dan zinc. Pada kasus infertilitas yang

penyebabnya dari pria, biasanya dokter akan memberikan obat-obatan, seperti

asam folat, zinc, dan beberapa antioksidan yang dapat memperbaiki kualitas

sperma.

2. Vaksin : Vaksinasi disebut juga imunisasi adalah pemberian vaksin ke dalam

tubuh seseorang untuk memberikan kekebalan terhadap penyakit tersebut.

Macam-macam vaksin dan fungsinya :

a) Vaksin Hepatitis A Vaksin ini berguna untuk melindungi dari penyakit

hepatitis A.

b) Vaksin Hepatitis B Vaksin ini berguna untuk mrncegah penyakit Hepatitis

B.

c) Vaksin Polio Vaksin ini berguna untuk melindungi dari penyakit polio yang

menyebabkan kelumpuhan.

d) Vaksin Campak Vaksin ini berguna untuk mencegah penyakit campak.

e) Vaksin PCV ( Pneumococcal Conjugate Vaccine ) Vaksin ini berguna untuk

melindungi dari penyakit Invasive Pneumococcal Disease ( IPD )

f) Vaksin Hibvaksin Vaksin ini berguna untuk melindungi dari serangan

meningitis,pneumonia, dan epiglotitis.

g) Vaksin MMR ( Mumps, Measles, Rubella ) Vaksin ini berguna untuk

melindungi dari campak, gondongan, dan rubella ( campak Jerman).


24

h) Vaksin Influenza Vaksin ini berguna untuk melindungi dari kemungkinan

flu berat ( Virus Influenza ).

i) Vaksin Varicella Vaksin ini berguna untuk melindungi dari penyakit cacar

air.

j) Vaksin HPV ( Human Papilloma Virus ) Vaksin ini berguna untuk

melindungi dari virus Human Papilloma ( penyebab kanker serviks ).

k) Vaksin BCG ( Bacillus Calmette Guerin ) Vaksin ini berguna untuk

mencegah penyakit TBC.

l) Vaksin DPT ( Difteri, Pertusis, Tetanus ) Vaksin ini berguna untuk

melindungi dari Difteri ( infeksi tenggorokan dan saluran pernafasan yang

fatal ) , Pertusis ( batuk rejan) dan Tetanus

m) Vaksin Tifoid Vaksin jni berguna untuk melindugi dari penyakit tifus

3. Syock Anafilaktik: Syok anafilaktik adalah suatu respons hipersensitivitas yang

diperantarai oleh Immunoglobulin E (hipersensitivitas tipe I) yang ditandai

dengan curah jantung dan tekanan arteri yang menurun hebat. Hal ini disebabkan

oleh adanya suatu reaksi antigen-antibodi yang timbul segera setelah suatu antigen

yang sensitif masuk dalam sirkulasi. Obat-obatan yang dapat mengawasi syock

anafilaktik adalah :

a) Adrenalin 1 : 1000

b) Antihistamin

c) Hidrokortison

d) Aminophilin 240 mg/10 ml

e) Dopamin

4. Sedativa : sedatif adalah jenis obat-obatan yang memberikan efek tidur dengan

cara memberikan rasa tenang. Jenis sadiva antara lain :


25

a) Barbiturat seperti: amobarbital, pentobarbital, secobarbital, Phenobarbitol

b) Benzodiazepin seperti : clonazepam, diazepam, estazolam, flunitrazepam,

lorazepam, midazolam, nitrazepam, oxazepam, triazolam, temazepam,

chlordiazepoxide, alprazolam

c) Herbal sedatif seperti : ashwagandha, catnip, kava, mandrake, valerian

d) Nonbenzodiazepin sedatif seperti : eszopiclone, zaleplon, zolpidem,

zopiclone

e) Antihistamin seperti : Diphenhydramine dan Dimenhydrinate

5. Antibiotika : adalah obat yang dipergunakan untuk menghambat pertumbuhan

bakteri penyebab infeksi. Jenis antibiotik yang dikategorikan berdasarkan struktur

kimia adalah sebagai berikut:

a) Penisilin (Penicillins) : Penisilin atau antibiotik beta-laktam adalah kelas

antibiotik yang merusak dinding sel bakteri saat bakteri sedang dalam proses

reproduksi

b) Sefalosporin (Cephalosporins) : Sefalosporin, seperti penisilin, bekerja

dengan mengganggu pembentukan dinding sel bakteri selama reproduksi.

Namun, antibiotik ini mampu mengobati berbagai infeksi bakteri yang tidak

dapat diobati dengan penisilin, seperti meningitis, gonorrhea, dl

c) Aminoglikosida (Aminoglycosides) : jenis antibiotik ini menghambat

pembentukan protein bakteri

d) Makrolid (Macrolides) : Makrolida mencegah biosintesis protein bakteri dan

biasanya diberikan untuk mengobati pasien yang sangat sensitif terhadap

penisilin

e) Sulfonamida (Sulfonamides) : Obat ini efektif mengobati infeksi ginjal,

namun sayangnya memiliki efek berbahaya pada ginjal


26

f) Fluoroquinolones : Fluoroquinolones adalah satu-satunya kelas antibiotik

yang secara langsung menghentikan sintesis DNA bakteri

g) Tetrasiklin (Tetracyclines) : Tetrasiklin adalah antibiotik spektrum luas yang

digunakan untuk mengobati berbagai infeksi seperti infeksi telinga tengah,

saluran pernafasan, saluran kemih, dll.

h) Polipeptida (Polypeptides) : Polipeptida dianggap cukup beracun sehingga

terutama digunakan pada permukaan kulit saja

6. Uterotonika : Uterotonik adalah zat yang meningkatkan kontraksi uterus.

Uterotonik banyak digunakan untuk induksi, penguatan persalinan, pencegahan

serta penanganan perdarahan post partum, pengendapan perdarahan akibat abortus

inkompletikus dan penanganan aktif pada Kala persalinan. Macam-macam obat

uterotonika :

a) Alkaroit ergot

b) Oksitosin

c) Misoprostol/prostagladin

7. Antipiretika : Antipiretik adalah golongan obat-obatan untuk demam. Ada

berbagai macam obat antipiretika yakni :

a) Obat-obatan anti radang nonsteroid seperti ibuprofen, ketoprofen,

nimesulide;

b) Aspirin;

c) Paracetamol;

d) Metimazol

8. Koagulantia : Koagulansia merupakan zat atau obat untuk menghentikan

pendarahan. Golongan obat koagulansia ini dapat diberikan secara oral maupun
27

parenteral. Obat ini berguna untuk menekan atau menghentikan perdarahan.

Macam macam koagulantia, yakni :

a) Anaroxil

b) Adona AC

c) Coagulen

d) Transamin

e) vitamin K

9. Anti Kejang : anti Konvulsi merupakan golongan obat yang identik dan sering

hanya digunakan pada kasus- kasus kejang karena Epileptik. Beberapa Obat

Golongan Antikonvulsi/ Antiepilepsi :

a) Golongan Hidantoin

b) Golongan Barbiturat

c) Golongan Oksazolidindion

d) Golongan suksinimid

e) Golongan Karbamazepin

f) Golongan Benzodiazepin

10. Glyserin

11. Cairan infus

12. Obat luka

13. Cairan disenfektan (termasuk Chlorine) : hydrogen peroksida (H202), yodium

tenture, betadine, mercurochrome, kalium permaganat, NaCl

14. Obat penanganan asphiksia pada bayi baru lahir.


28

Menurut Peraturan Mentri Kesehatan Nomor 28 tahun 2017 tentang praktik kebidanan, jenis

obat-obatan yang digunakan dalam praktik kebidanan adalah:

NO JENIS OBAT SEDIAAN JUMLAH


KONTRASEPSI ORAL
1 Desogestrel Tablet Sesuai kebutuhan
2 Kombinasi desogestrel dan Tablet Sesuai kebutuhan
etinilestradiol
3 Kombinasi levonorgestrel dan Tablet Sesuai kebutuhan
etinilestradiol
4 Lysnestrenol Tablet Sesuai kebutuhan
5 Kombinasi cyproterone acetat dan Tablet Sesuai kebutuhan
ethynylestradiol
6 Kombinasi gestodene dan Tablet Sesuai kebutuhan
ethinylestradiol
7 Levonorgestrel Tablet Sesuai kebutuhan
8 Kombinasi drospirenone dan Tablet Sesuai kebutuhan
ethynylestradiol
9 Kombinasi ethynilestradiol dan Tablet Sesuai kebutuhan
lynestrenol
KONTRASEPSI SUNTIK
1 Medroxyroprogesterone acetat Vial Sesuai kebutuhan
(DMPA)
2 Kombinasi Medroxyroprogesterone Vial Sesuai kebutuhan
acetat (DMPA) dan estradiol cypionate
KONTRASEPSI AKBK
1 Levonorgestrel Rods Sesuai kebutuhan
2 Etonogestrel Rods Sesuai kebutuhan
KONTRASEPSI AKDR
1 IUD Cu T 380 A Set Sesuai kebutuhan
2 IUD Levonogestrel Set Sesuai Kebutuhan
KONDOM
1 Kondom Buah Sesuai kebutuhan
OBAT KEGAWATDARURATAN DAN OBAT LAIN
1 Oksitosin Inj. Ampul Sesuai kebutuhan

2 Metilergometrin Ampul Sesuai kebutuhan


3 MgSO4 40% Inj. Ampul Sesuai kebutuhan
29

4 Kalsium Glukonat 10% inj. Ampul Sesuai kebutuhan


5 Nifedipin/amlodipine Sesuai kebutuhan
6 Metildopa Sesuai kebutuhan
7 Vitamin A dosis tinggi Softgel Sesuai kebutuhan
8 Tablet tambah darah Tablet Sesuai kebutuhan
9 Vitamin K 1 Injeksi Ampul Sesuai kebutuhan
10 Salep mata gentamicin Tube Sesuai kebutuhan
BAB III

PEMBAHASAN DAN HASIL ANALISIS

3.1. Hasil Analisis dan Dokumentasi Obat-Obatan di PMB Bidan Zahriasnel,

A.Md.Keb.

A. Golongan Obat Kontrasepsi

Kontrasepsi berasal dari kata kontra, berarti “mencegah” atau “melawan” dan

konsepsi yang berarti pertemuan sel telur yang matang dan sel sperma yang

mengakibatkan kehamilan. Kontrasepsi adalah menghindari terjadinya kehamilan

akibat pertemuan sel telur matang dengan sel sperma (BKKBN, 2013)

Obat-obatan di atas termasuk ke dalam jenis obat kontrasepsi hormonal yang

digunakan secara oral maupun injeksi. Berdasarkan Permenkes nomor 28 tahun 2017,

salah satunya disebutkan bahwa obat-obatan yang harus ada dalam Praktek Mandiri

30
31

Bidan adalah kontrasepsi. Wewenang bidan yang diatur dalam Permenkes RI No. 28

tahun 2017 bagian kedua tercantum pada pasal 18 bahwa dalam penyenggaraan

praktik kebidanan bahwa; bidan memiliki kewenangan untuk memberikan pelayanan

kesehatan ibu, pelayanan kesehatan anak dan pelayanan kesehatan reproduksi serta

keluarga berencana. Mengacu pada undang-undang tersebut, bahwa bidan berwenang

untuk memberikan pelayanan berupa keluarga berencana, obat-obatan di atas memang

seharusnya ada di PMB.

1. Macam-Macam Metode Kontrasepsi

a. Kontrasepsi Hormonal

Menurut Hanafi (2004) kontrasepsi hormonal adalah kontrasepsi yang

mengandung estrogen dan progesteron. Metode KB hormonal adalah memakai

obat-obatan yang mengandung 2 hormon, estrogen dan progestin.Kontrasepsi

hormonal adalah alat atau obat kontrasepsi yang bertujuan untuk mencegah

terjadinya kehamilan dimana bahan bakunya mengandung preparat estrogen

dan progesterone. Macam kontrasepsi hormonal ada 3 yaitu kontrasepsi

suntik, pil dan implant Hanafi (2004). Menurut Niken Meilani dkk (2010:85),

macam – macam kontrasepsi hormonal ada 3 yaitu :

a) Oral

1) Kombinasi (Combine oral contraception / COC).

2) Progestin (Progestin only pill / POP).

b) Suntik / Injeksi

1) Suntikan kombinasi

2) Suntikan progestin

c) Alat kontrasepsi bawah kulit (AKBK) / Implant.


32

b. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

Menurut Niken Meilani dkk (2010:118), alat kontrasepsi dalam rahim

(AKDR) merupakan kontrasepsi yang dimasukkan melalui serviks dan

dipasang di dalam uterus. AKDR adalah alat kontrasepsi yang dimasukan

kedalam rahim yang bentuknya bermacam-macam terdiri dari plastik

(polyethyline), ada yang dililiti tembaga (Cu), ada pula yang tidak, ada yang

dililiti tembaga bercampur perak (Ag), selain itu ada pula yang dibatangnya

berisi hormon progesteron (Suratun, 2008).

AKDR adalah alat kontrasepsi yang dimasukan kedalam rahim yang

bentuknya bermacam-macam terdiri dari plastik (polyethyline), ada yang

dililiti tembaga (Cu), ada pula yang tidak, ada yang dililiti tembaga bercampur

perak (Ag), selain itu ada pula yang dibatangnya berisi hormon progesteron

(Suratun, 2008).

Menurut Hartanto (2004), AKDR digolongkan menjadi 2 yaitu

UnMedicated AKDR dan Medicated AKDR, yaitu :

a) Un-Medicated AKDR (AKDR yang tidak mengandung obat) Lippes Loop

diperkenalkan pada awal 1960 an, dan dianggap sebagai AKDR standard,

terbuat dari polyethylene (suatu plastik inert secara biologik).

b) AKDR yang mengandung hormon yaitu progestasert-T = Alza T, yang

memiliki panjang 36 mm, lebar 32 mm, dengan 2 lembar benang ekor

warna hitam. Progestasert-T = Alza T mengandung 38 mg progesterone

dan barium sulfat, melepaskan 65 mcg progesterone per hari. Daya kerja :

18 bulan (Hartanto, 2004).


33

c. Kontrasepsi Operasi (Kontap)

Kontrasepsi mantap (kontap) adalah suatu tindakan untuk membatasi

keturunan dalam jangka waktu yang tidak terbatas; yang dilakukan terhadap

salah seorang dari pasangan suami isteri atas permintaan yang bersangkutan,

secara mantap dan sukarela (Zietraelmart, 2010).

Kontrasepsi ini bisa disebut juga kontrasepsi mantap pada wanita

disebut tubektomi, yaitu tindakan memotong tuba fallopii/tuba uterine.

Sedangkan pada pria, kontrasepsi mantap dinamakan vasektomi, yaitu

tindakan memotong vas deferens (Niken Meilani dkk 2010:157).

B. Golongan Suplemen dan Vitamin


34

Dalam undang-undang Permenkes No. 28 Tahun 2017 disebutkan bahwa tugas

dan wewenang bidan diantaranya yaitu memberikan pelayanan selama kehamilan.

salah satu pelayanan yang bisa diberikan yaitu memperhatikan nutrisi ibu terpenuhi.

Untuk memenuhi nutrisi tersebut seorang bidan biasanya akan memberikan vitamin

maupun suplemen. Walaupun dalam Permenkes No. 28 tahun 2017 tentang Praktek

Bidan tidak disebutkan secara rinci vitamin apa saja yang boleh diberikan ataupun

tersedia di PMB, namun jika melihat pada efek samping obat kategori A,B,C,D dan

X, maka dapat dilihat bahwa vitamin dan mineral merupakan kategori A yang aman

diberikan kepada ibu hamil dan tidak menyebabkan bahaya pada janin.

Adapun beberapa vitamin dan mineral yang dibutuhkan pada kehamilan, diantaranya:

1) Vitamin A

Vitamin A berfungsi untuk pertumbuhan dan perkembangan janin saat

kehamilan. Vitamin A juga berperan dalam diferensiasi sel, perkembangan

pengelihatan, fungsi imunitas dan perkembangan paru-paru. Kebutuhan A pada

masa kehamilan pengalami peningkatan sebesar 300 RE tiap trimester. Sumber

vitamin A dapat diperoleh baik dari produk hewani maupun non hewani. Makanan

sumber vitamin A dapat diperoleh melalui susu, sayuran berdaun hijau, buah-

buahan berwarna orange dan kuning. Apabila konsumsi vitamin A mengalami

kekurangan maka dapat berhubungan dengan kejadian IUGR (Intra Uterine

Growth Restriction) dan peningkatan mortalitas ibu dan bayi.

2) Thiamin, Riboflavin, Asam Folat

Thiamin atau Vitamin B1 dan Riboflavin atau vitamin B2 berfungsi dalam

metabolisme energi. Berdasarkan AKG kebutuhan thiamin dan riboflavin

mengalami peningkatan sebesar 0.3 mg pada tiap trimester. Ibu hamil sangat

direkomendasikan untuk mengkonsumsi makanan yang mengandung riboflavin


35

yang terdapat pada susu dan produk susu, cereal dan produk cereal, daging dan

produk daging, dan sayuran hijau.

Konsumsi suplementasi asam folat sebelum kehamilan juga direkomendasikan

untuk mencegah anemia megaloblastic. Makanan sumber asam folat dapat

diperoleh melalui konsumsi bahan makanan seperti sayuran hijau, hati, cereal

produk, kacangkacangan dan jeruk

3) Vitamin C

Tambahan kebutuhan vitamin C saat masa kehamilan adalah sebesar 10 mg

per hari selama masa kehamulan. Vitamin C memiliki fungsi untuk meningkatkan

penyerapan zat besi non heme. Karena itu direkomendasikan untuk ibu hamil

mengkonsumsi makanan atau minuman yang mengandung vitamin C diimbangi

dengan konsumsi makanan sumber zat besi untuk membantu penyerapannya.

Sumber vitamin C berada pada buah – buahan seperti jeruk, papaya, stoberi dan

lain sebagainya.

4) Vitamin D

Vitamin D berfungsi untuk pembentukan dan pertumbuhan tulang. Vitamin D

juga berfungsi untuk membantu penyerapan dan penggunaan kalsium. Kebutuhan

vitamin D pada masa kehamilan tidak mengalami peningkatan. Konsumsi vitamin

D sebesar 600 IU sehari mampu mencukupi kebutuhan vitamin D pada kehamilan.

Beberapa sumber bahan makanan yang mengandung vitamin D antara lain telur,

ikan, minyak ikan, susu yang difortifikasi vitamin D dan juga pajanan sinar

matahari.

Kekurangan vitamin D pada masa kehamulan dapat menurunkan masa tulang

pada anak dan juga mampu meningkatan resiko osteoporosis pada masa yang akan
36

datang. Kekurangan vitamin D juga dapat menyebabkan penyakit riket dan resiko

patah tulang.

5) Kalsium

Berdasarkan AKG tahun 2019 diketahui bahwa peningkatan kebutuhan

kalsium pada masa kehamilan adalah sebesar 200 mg. Kalsium diperlukan untuk

mineralisasi tulang dan gizi janin. Inadekuat kalsium intake dapat beresiko

terhadap IUGR dan preeklamsi. Kalsium juga berperan dalam beberapa proses

dalam tubuh seperti pembekuan darah, proteolysis intraseluler, sintesis nitrit

oksida dan regulasi kontraksi uterine.

Pada masa kehamilan, metabolism kalsium mengalami perubahan. Penyerapan

kalsium menjadi meningkat sedangkan ekskresi kalsium pada urin menurun.

Peningkatan kebutuhan kalsium juga terjadi dengan pengeluaran kalsium pada

tulang. Peningkatan pengeluaran kalsium pada tulang mampu tergantikan kembali

setelah masa kehamilan apabila ibu mengkonsumsi kalsium dan vitamin D dalam

jumlah yang cukup. Konsumsi kalsium dapat dipenuhi melalui konsumsi bahan

makanan sumber kalsium seperti produk susu, ikan dan jus yang sudah

difortitikasi kalsium, bayam, brokoli, sari kedelai, kacang-kacangan.

6) Zat Besi

Zat besi merupakan kelompok trace mineral yang berfungsi untuk

pertumbuhan dan perkembangan janin. Zat besi pada pertumbuhan dan

perkembangan janin memiliki peran dalam cofactor enzom yang terlibat proses

reaksi oksidasi dan reduksi, yang terjadi pada tingkat sel selama proses

metabolism. Zat besi juga merupakan komponen penting dari hemoglobin yang

membawa oksigen pada sel darah merah keseluruh tubuh.


37

Kondisi kehamilan menyebabkan adanya peningkatan kebutuhan zat besi pada

tubuh. Hal ini disebabkan oleh adanya peningkatan volume darah selama masa

kehamilan. Sesuai AKG 2019 diketahui bahwa peningkatan kebutuhan zat besi

adalah sebesar 9 mg pada trimester kedua dan trimester ketiga. Ibu hamil

diharapkan untuk mengkonsumsi tablet tambah darah, namun konsumsi tablet

tambah darah memiliki beberapa efek samping seperti konstipasi dan mual. Salah

satu strategi dalam meredakan efek samping akibat konsumsi tablet tambah darah

adalah dengan mengkonsumsinya sebelum tidur. Sumber makanan yang

mengandung zat besi antara lain daging merah, telur, produk ikan, sereal yang di

fortifikasi dan sayuran berwarna hijau. Konsumsi vitamin C dibarengi dengan

konsumsi sumber zat besi yang berasal dari sayuran sangat direkomendasikan

untuk meningkatkan penyerapan zat besi. Berikut ini adalah kandungan zat besi

bahan makanan.

C. Golongan Anti-emesis
38

Pada kehamilan dini, mual muntah sangat sering terjadi bahkan memiliki

peranan fisiologis karena peningkatan hormone estrogen danstimulasi hormone HCG.

Namun sebelum pemberian antiemetic perlu diperhatikan keadaan berikut:

1) Pertimbangan pemberian zat besi karena dapat menyebabkan mual

2) Istirahat dan pemberian makanan karbohidrat sederhana seperti; biscuit atau sereal

3) Makan tanpa bumbu berlebih

4) Mengkonsumsi buah dan cairan tidak dilakukan bersamaan

5) Tidak makan terlambat, berlemak dan berminyak

6) Pemberian permen pedas

7) Akupresur (hanya mengatasi mual, tidak muntah)

8) Hindari konsumsi susu, kafein dan soda

Penatalaksanaan farmakologis pada kehamilan:

1) Lini ke-1: Jika gejala mual dan muntah pada kehamilan tidak kunjung membaik

dengan melakukan modifikasi diet dan atau menghindaripencetus, saat itulah obat-

obatan golongan antiemetic bisa digunakan. Golongan antiemetic lini pertama bisa

digunakan untuk mengobati mual dan muntah dalam kehamilan seperti; suplemen

jahe dan suplemen B6. Selain itu juga dapat diberikan piridoxin dengan dosis 10
39

sampai 25 mg setiap 6 sampai 8 jam dengan dosis maksimum untuk perempuan

hamil yakni 200mg/hari.

2) Lini ke-2: Obat Lini kedua yang dapat diberikan berupa antihistamin (antagonis

H1) selain doksilamin. Mempertimbangkan alasan keamanan untuk janin, obat

yang direkomendasikan yakni defenhidramin, meklizin, dan dimenhidrinat,

hidroksizin.

3) Lini ke-3: Antagonis Dopamin, obat golongan ini yang direkomendasikan untuk

pasien dengan mual muntah pada kehamilan adalah metoklopiramid, fenotiazin,

dan butirofenon. Kategori keamanan pada kehamilan untuk metoklopiramid,

prometazin, dan droperidol berturut-turut adalah B, C. oleh karena itu, atas dasar

keamanan pada kehamilan, obat yang paling sering digunakan dari golongan ini

adalah metoklopiramid. Dosis metoklopiramid yang dipakai yakni 10mg, dapat

diberikan secara oral, IV, atau IM (idealnya diberikan 30 menit sebelum makan

dan saat akan tidur) setiap 6-8 jam per hari.

Cara kerja: mengurangi emesis, mengubah mitilitas gastrointestinal,

meningkatkan produksi prolactin, mensupresi gejala skizofrenia. Efek sampingnya

berupa; traktus gastrointestinal, depresi sistem saraf pusat sehingga menekan

fungsi batang otak.

4) Antagonis Serotonin (5-HT3)

Obat golongan unu yang bisa dipakai untuk mual dan muntah pada kehamilan

adalah ondansetron, granisetron, dan dolasetron. Ondansetron adalah obat yang

paling umum digunakan dari golongan ini, karena memiliki kategori keamanan B

pada kehamilan. dosis ondansetron yang dipakai yakni 4mg, dapat diberikan

secara oral setiap 8 jam sesuai kebutuhan atau dapat juga diberikan secara IV

setiap 8 jam sesuai kebutuhan.


40

Efek samping dari penggunaan ondansetron adalah sakit kepala, kelelahan,

konstipasi, dan mengantuk.

D. Obat-Obatan Lain

Dalam memberikan obat, tentunya bidan harus kembali mengingat kategori

yang aman bagi ibu dan bayi yaitu kategori B dan C. Sesuai Permenkes RI No. 28

Tahun 2017 tentang Praktik Bidan mengenai obat-obat apa saja yang harus ada di

Praktek Mandiri Bidan (PMB) diantaranya adalah obat-obatan di atas. Namun

kembali lagi pada kewenangan bidan dalam memberikan obat tersebut, apakah harus

sesuai intruksi dari dokter atau tidak, selain itu juga harus selalu mempertimbangkan

kategori keamanan obat pada kehamilan.


BAB IV

PENUTUPAN

4.1. Kesimpulan

Obat adalah suatu bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam

menetapkan diagnosa, mencegah, mengurangkan, menghilangkan, menyembuhkan

penyakit atau gejalah penyakit,luka atau kelainan badania dan rohaniah pada manusia

atau hewan, memperelok badan atau bagian badan manusia (Anief, 2006).Besarnya

efektifitas obat tergantung pada biosis dan kepekaan organ tubuh. Setiap orang

berbeda kepekaan dan kebutuhan biosis obatnnya.Tetapi secara umum dapat

dikelompokan, yaitu dosis bayi, anak-anak, dewasa dan orang tua (Djas, dalam

kasibu, 2017).

Menurut WHO Bidan adalah seseorang yang telah diakui secara reguler dalam

program pendidikan kebidanan sebagaimana yang diakui yuridis, dimana ia

ditempatkan dan telah menyelesaikan pendidikan kebidanan dan telah mendapatkan

kualifikasi serta terdaftar disahkan dan mendapatkan ijin melaksanakan praktik

kebidanan.Sedangkan PMB atau praktik mandiri bidan adalah adalah tempat

pelaksanaan rangkaian kegiatan pelayanan kebidanan yang dilakukan

oleh Bidan secara perorangan.

Bidan bertugas dalam menghadapi ibu hamil dan melahirkan menggunakan

berbagi macam obat Pemberian obat pada ibu hamil dan pada saat persalinan tentunya

harus memikirkan banyak faktor, yaitu masalah efek samping yang ditimbulkan oleh

obat itu. Begitu banyaknya yang perlu diperhatikan maka seorang bidan harusnya

berhati-hati dalam memberikan obat kepada pasiennya.

Aspek legal bidan dalam memberikan obat diatur dalam Permenkes RI No.

900 tahun 2002 dan Permenkes R No. 28 Tahun 2017.

41
42

4.2. Saran

Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis
akan lebih focus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan
sumber-sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat di pertanggung jawabkan.
Untuk saran bisa berisi kritik atau saran terhadap penulisan juga bisa untuk
menanggapi terhadap kesimpulan dari Bahasan makalah yang telah di jelaskan.
DAFTAR PUSTAKA

Fakhri, A. (2014). Penggolongan obat. Edo.Jurnal Site, 6-11.

Paramita, F. (2019). Gizi Pada Kehamilan. Malang: Wineka Media.

Patimah, S. (2016). Praktikum Konsep Kebidanan dan Etika Legal Dalam Praktik Kebidanan. Jakarta:
Pusdiknakes.

Puspita, R. W. (2015). Faktor Yang Mempengaruhi Kontrasepsi. Bab II Kontrasepsi, 6-8.

Wahyuni, C. (2018). Farmakologi Kebidanan. Jawa Timur: Strada Press.

43
Lampiran 1 Dokumentasi Hasil Kegiatan

44

Anda mungkin juga menyukai