Keterampilan Dasar
Praktik Kebidanan
“Dilengkapi Penuntun Belajar”
A. Kasrida Dahlan, S.ST
A. St. Umrah, S.St
BUKU AJAR
Keterampilan Dasar
Praktik Kebidanan
“Dilengkapi Penuntun Belajar”
INTIMEDIA
MALANG 2013
Buku Ajar: Keterampilan Dasar Praktik Kebidanan
Dilengkapi Penuntunan Belajar
Hak Cipta dilindungi oleh undang-undang. Dilarang mengutip atau memperbanyak baik
sebagian ataupun keseluruhan isi buku dengan cara apapun tanpa ijin tertulis dari
penerbit.
Perpustakaan Nasional : Katalog Dalam Terbitan (KDT)
Mei, 2013
Penulis
A. Kasrida Dahlan, S.ST
A. St. Umrah, S.ST
Penerbit
Intimedia (kelompok Penerbit Intrans)
Wisma Kalimetro
Jl. Joyosuko Metro 42 Malang, Jatim
Telp. 0341-573650, 7079957 Fax. 0341-573650
Email : redaksi.intrans@gmail.com
intrans_malang@yahoo.com
Anggota IKAPI
Distributor :
Cita Intrans Selaras
iv
Pengantar Penulis
Penulis
v
Daftar Isi
vi
B. Teknik Cuci Tangan .............................................................................. 64
1. Cuci Tangan Biasa ........................................................................... 64
2. Cuci Tangan Bedah ......................................................................... 65
C. Pelindung Diri ....................................................................................... 68
1. Sarung Tangan ................................................................................ 68
2. Masker .............................................................................................. 69
3. Pelindung Mata ................................................................................ 70
4. Kap .................................................................................................... 70
5. Gaun ................................................................................................. 70
6. Apron ................................................................................................ 70
7. Alas Kaki .......................................................................................... 70
D. Aseptik dan Antiseptik ........................................................................ 70
E. Dekontaminasi Alat .............................................................................. 73
F. DTT/Sterilisasi ....................................................................................... 73
1. Sterilisasi.......................................................................................... 73
2. Desinfeksi Tingkat Tinggi (DTT) ................................................... 74
G. Penanganan Sampah ........................................................................... 76
BAB III : PEMERIKSAAN FISIK PADA IBU HAMIL & BAYI BARU LAHIR
A. Prinsip Dasar dan Teknik Pemerikasaan Fisik .................................. 84
B. Pengkajian Umum dan Pemerikasaan Fisik ........................................ 87
C. Pemeriksaan Fisik Pada Ibu Hamil ...................................................... 87
D. Pemeriksaan Fisik Pada Bayi ............................................................... 91
vii
BAB VI : PRINSIP PERAWATAN BEDAH KEBIDANAN
A. Persiapan dan Perawatan Pre Operasi ................................................ 142
B. Perawatan Intra Operatif ...................................................................... 146
C. Asuhan Pasca Operatif ......................................................................... 151
viii
DI LENGKAPI PENUNTUN BELAJAR 1
BAB I
PRINSIP KEBUTUHAN
DASAR MANUSIA
AKTUALISASI DIRI
(Self Actuallization)
HARGA DIRI
(Self Esteem)
RASA CINTA MEMILIKI DAN DIMILIKI
(Lov and Belonging)
RASA AMAN DAN PERLINDUNGAN
(Sefety and Security)
KEBUTUHAN FISIOLOGIS
(Physiologyc)
2. Homeodinamik
Merupakan pertukaran energi antara manusia dan lingkungan
sekitarnya secara terus-menerus. Pada proses ini manusia tidak
hanya melakukan penyesuaian diri tetapi terus berinteraksi dengan
lingkungan agar mampu mempertahankan hidupnya.
Dalam proses homeodinamik, terdapat beberapa prinsip menurut
teori Rogers sebagai berikut :
a. Prinsip intregal, yaitu prinsip utama dalam hubungan yang
tidak dapat dipisahkan antar manusia dan lngkungan.
b. Prinsip resonansi, yaitu prinsip bahwa proses kehidupan
manusia selalu berirama dan frekuensinya bervariasi karena
manusia memiliki pengalaman dalam beradaptasi dengan
lingkungan.
c. Prinsip helicy, yaitu prinsip bahwa setiap perubahan dalam
proses kehidupan manusia berlangsung perlahan-lahan dan
terdapat hubungan antara manusia dan lingkungan (Falco dan
Lobo, 1997)
C. KEBUTUHAN FISIK
1. Kebutuhan Oksigenasi
Kebutuhan oksigenasi merupakan salah satu kebutuhan dasar pada
manusia yaitu kebutuhan fisiologis. Pemenuhuan kebutuhan
oksigenasi ditujukan untuk menjaga kelangsungan metabolisme sel
tubuh, mempertahankan hidupnya, dan melakukan aktivitas bagi
berbagai organ atau sel.
1) Sistem Tubuh yang Berperan dalam Kebutuhan Oksigenasi
a. Saluran pernapasan bagian atas.
- Hidung, proses oksigenasi di awali dengan masuknya
udara melalui hidung.
- Faring, merupakan pipa berotot yang terletak dari dasar
tengkorak sampai dengan esophagus.
- Laring, merupakan saluran pernapasan setelah faring
- Epiglotis, merupakan katup tulang rawan yang bertugas
menutup laring saat proses menutup.
b. Saluran pernapasan bagian bawah.
- Trakhea, merupakan kelanjutan dari laring sampai kira-
kira ketinggian vertebrae torakalis kelima.
- Bronkhus, merupakan kelanjutan dari trakhea yang
bercabang menjadi bronchus kanan dan kiri.
6 KETERAMPILAN DASAR PRAKTIK KEBIDANAN
c. Pemberian oksigen
Pemberian oksigen merupakan tindakana memberikan oksigen
kedalam paru-paru melalui saluran pernapasan dengan alat
bantu oksigen. Pemberian oksigen pada pasien dapat melalui
tiga cara yaitu melalui kanula, nasal, dan masker. Pemberian
oksigen tersebut bertujuan untuk memenuhi kebutuhan oksigen
dan mencagah terjadinya hipoksia.
Persiapan Alat dan Bahan :
1) Tabung oksigen lengkap dengan flowmeter dan humidifier
2) Nasal kateter, kanula, atau masker
3) Vaselin,/lubrikan atau pelumas (jelly)
Prosedur Kerja :
1) Cuci tangan
2) Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
3) Cek flowmeter dan humidifier
4) Hidupkan tabung oksigen
5) Atur posisi semifowler atau posisi yang telah disesuaikan
dengan kondisi pasien
6) Berikan oksigen melalui kanula atau masker
7) Apabila menggunakan kateter, ukur dulu jarak hidung
dengan telinga, setelah itu berikan lubrikan dan masukkan
8) Catat pemberian dan lakukan observasi
9) Cuci tangan
d. Fisioterapi dada
Fisioterapi dada merupakan tindakan melakukan postural drain-
age, clapping, dan vibrating pada pasien dengan gangguan sys-
tem pernapasan untuk meningkatkan efisiensi pola pernapasan
dan membersihkan jalan napas.
Persiapan Alat dan Bahan :
a) Pot sputum berisi desinfektan
b) Kertas tisu
c) Dua balok tempat tidur (untuk postural drainage)
d) Satu bantal (untuk postural drainage)
12 KETERAMPILAN DASAR PRAKTIK KEBIDANAN
Prosedur Kerja :
Postural drainage
1) Cuci tangan
2) Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan
dilaksanakan
3) Miringkan pasien ke kiri (untuk membersihkan bagian paru-
paru kanan)
4) Miringkan pasien kekanan (untuk membersihkan badian
paru-paru kiri)
5) Miringkan pasien ke kiri dengan tubuh bagian belakang
kanan disokong satu bantal (untuk membersihkan bagian
lobus tengah)
6) Lakukan postural drainage ± 10-15 menit
7) Observasi tanda vital selama prosedur
8) Setelah pelaksanaan postural drainage, dilakukan clapping, vi-
brating, dan suction
9) Lakukan hingga lender bersih
10) Catat respon yang terjadi
11) Cuci tangan
Clapping
1) Cuci tangan
2) Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan
dilaksanakan
3) Atur posisi pasien sesuai dengan kodisinya
4) Lakukan clapping dengan cara kedua tangan perawat
menepuk punggung pasien secara bergantian hingga ada
rangsangan batuk
5) Bila pasien sudah batuk, berhenti sebentar dan anjurkan
untuk menampung sputum pada pot sputum
6) Lakukan hingga lender bersih
7) Catat respon yang terjadi
8) Cuci tangan
Vibrating
1) Cuci tangan
2) Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan
dilaksanakan
DI LENGKAPI PENUNTUN BELAJAR 13
f. Organ Asesoris
1) Hati
Hati merupakan kelenjar terbesar di dalam tubuh
2) Kantong Empedu
Kantong empedu merupakan sebuah kantong yang terletak
di bawah kanan hati atau lekukan permukaan bawah hati
sampai di pinggiran depan yang memiliki panjang 8-12 cm,
dengan kapasitas 40-60 cm3.
3) Pankreas
Pankreas merupakan kelenjar yang strukturnya sama
dengan kelenjar ludah dengan memilliki panjang ± 15 cm.
g. Zat Gizi
Zat gizi (nutrient) merupakan zat yang terdapat di dalam
makanan, yang terdiri atas :
1) Karbohidrat
Karbohidrat merupakan zat gizi berbentuk amilum.
2) Lemak
Pencernaan lemak dimulai dalam lambung karena dalam
mulut tidak ada enzim pemecah lemak
3) Protein
Kelenjar ludah dalam mulut tidak membuat enzim protease
terdapat dalam lambung.
4) Mineral
Mineral tidak menbutuhkan pencernaan. Mineral hadir
dalam bentuk tertentu sehingga tubuh mudah untuk
memprosesnya.
5) Vitamin
Proses penyerapan vitamin dapat dilakukan dengan difusi
sederhana. Vitamin yang larut dalam lemak diserap oleh sys-
tem transport aktif yang membawa lemak ke seluruh tubuh,
sedangkan vitamin yang larut dalam air mempunyai beberapa
variasi mekanisme transport aktif.
6) Air
Air merupakan zat gizi yang paling mendasar. Tubuh
manusia terdiri dari kira-kira 50-70% air. Asupan air secara
teratur sangat penting disbandingkan dengan supan nutrisi
lain.
DI LENGKAPI PENUNTUN BELAJAR 17
KKB
Keterangan KKB = kebutuhan kalori basal
Metabolisme Basal
Diet Wanita Hamil
Pada wanita, masa hamil merupakan saat dimana zat gizi
diperlukan dalam jumlah yang lebih banyak, secara kuantitas
maupun kualitas dibandingkan dengan saat tidak hamil. Asupan
zat gizi tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan ibu dan
juga untuk tumbuh kembang janin dalam kandungan.
Diet ibu menyusui
Masa menyusui juga memerlukan asupan gizi yang baik agar dapat
menghasilkan air susu dalam jumlah yang maksimal untuk bayinya.
Masalah yang Berhubungan Dengan Nutrisi
1. Obesitas
Obesitas merupakan peningkatan berat badan yang melebihi
20% batas normal berat badan seseorang.
2. Malnutrisi
Malnutrisi merupakan masalah yang berhubungan dengan
kekurangan gizi pada tingkat seluler atau dapat dikatakan
sebagai masalah asupan yang tidak sesuai dengan kebutuhan
tubuh.
Faktor yang Memengaruhi Kebutuhan Nutrisi
1. Pengetahuan
Rendahnya pengetahuan tentang manfaat makanan bergizi
dapat memengaruhi pola konsumsi makan. Hal tersebut dapt
18 KETERAMPILAN DASAR PRAKTIK KEBIDANAN
c. Paru-paru
Organ paru-paru berperan dalam pengeluaran cairan dengan
menghasilkan insensible water loss ± 400ml/hari.
d. Gastrointestinal
Gastrointestinal merupakan organ saluran pencernan yang
berperan dalam mengeluarkan cairan melalui proses penyerapan
dan pengeluaran air. Dalam keadaan normal, cairan yang hilang
dalam system ini sekitar 100-200 ml/hari.
Selain itu, pengaturan keseimbangan cairan dapat melalui
mekanisme rasa haus yang dikontrol oleh system endokrin (hor-
monal), yakni :
1) ADH
Hormon ini memiliki peran dalam meningkatkan reabsorpsi
air ehingga dapat mengendalikan keseimbangan air dalam
tubuh
2) Aldesteron
Hormon ini diekresi oleh kelenjar adrenal di tubulus ginjal
dan berfungsi pada absorbsi natrium
3) Prostaglandin
Prostaglandin merupakan asam lemak yang terdapat pada
jaringan yang berfungsi merespons radang, pengendalian
tekanan darah, kontraksi uterus, dan pengaturan gerakan
gastrointestinal.
4) Glukokortikoid
Hormon ini berfungsi mengatur peningkatan reabsorpsi
natrium dan air yang menyebabkan volume darah meningkat
sehingga terjadi retensi natrium.
Kebutuhan Cairan Tubuh bagi Manusia
Kebutuhan cairan merupakan bagian dari kebutuhan dasar manusia
secara fisiologis kebutuhan ini memiliki proporsi besar dalam bagia
tubuh dengan hampir 90% dari total berat badan.
Cara Perpindahan Cairan
1. Difusi
Difusi merupakan tercampurnya molekul-molekul dalam cairan,
gas atau zat padat secra bebas atau acak
22 KETERAMPILAN DASAR PRAKTIK KEBIDANAN
2. Osmosis
Osmosis adalah proses perpindahan pelarut murni (seperti air)
melalui membrane semipermeabel, biasanya terjadi dari larutan
dengan konsentrasi yang kurang pekat ke larutan dengan
konsentrasi lebih pekat, sehingga larutan yang ber-konsentrasi
rendah volumenya akan berkurang, sedangkan larutan yang
berkonsentrasi lebih tinggi akan bertambah volumenya.
3. Transpor aktif
Proses perpindahan cairan tubuh dapat menggunakan
mekanisme transport aktif. Transport aktif merupakan gerak
zat yang akan berdifusi dan berosmosis yang memerlukan
aktivitas metabolic dan pengeluaran energi untuk menggerak-
kan berbagai materi guna menembus membrane sel.
Faktor yang Berpengaruh dalam Pengaturan Cairan
Proses pengaturan cairan di pengaruhi oleh dua faktor yakni :
a. Tekanan cairan,
Proses difusi dan osmosis melibatkan adanya tekanan cairan
b. Membran semipermiabel
Merupakan penyaring agar cairan yang bermolekul besar tidak
tergabung.
Jenis Cairan
Cairan zat gizi (nutrien)
Pasien yang istirahat di tempat tidur memerlukan kalori 450 kalori
setiap hari. Cairan nutrien dapat diberikan melalui intravena dalam
bentuk karbohidrat, itrogen dan vitamin untuk metabolisme. Kalori
yang terdapat dalam cairan nutrien dapat berkisar antara 200-1500
kalori perliter. Cairan nutrien terdiri atas :
a. Karbohidrat dan air
b. Asam amino
c. Lemak
Blood volume expanders
Blood volume expanders merupakan jenis cairan yang berfungsi
meningkatkan volume darah sesudah kehilangan darah atau
plasma.
DI LENGKAPI PENUNTUN BELAJAR 23
Komposisi elektrolit
Komposisi elektrolit dalam plasma sebagai berikut :
Natrium : 135- 145 m Eq/L
Kalium : 3,5-5,3 m Eq/L
Klorida : 100-106 m Eq/L
Bikarbonat arteri : 22-26 m Eq/L
Bikarbonat vena : 24-30 m Eq/L
Kalsium : 4-5 m Eq/L
Magnesium : 1,5-2,5 m Eq/L
Fosfat : 2,5-4,5 mg/100ml
Pengaturan Elektrolit
1. Pengaturan keseimbanga natrium
Natrium merupakan kation dalam tubuh yang berfngsi dalam
pengaturan osmolaritas dan volume cairan tubuh.
2. Pengaturan keseimbangan kalium
Kalium merupakan kation utama yang terdapat dalam cairan
intrasel dan berfungsi mengatur keseimbangan elektrolit.
Aldosteron juga berfungsi mengatur keseimbangan kadar ka-
lium dalam plasma (cairan ekstrasel).
System pengaturannya melalui tiga langkah:
a. Peningkatan konsentrasi kalium dalam cairan ekstrasel yang
menyebabkan peningkatan produksi aldosteron
b. Peningkatan jumlah aldosteron akan memengaruhi jumlah
kalium yang dikeluarkanmelalui ginjal
c. Peningkatan pengeluaran kalium; konsentrasi kalium dalam
cairan ekstrasel menurun
3. Pengaturan keseimbangan kalsium
Kalsium dalam tubuh berfungsi dalam pembentukan tulang.
4. Pengaturan keseimbangan magnesium
Merupakan kation dalam tubuh yang terpenting kedua dalam
cairan intrasel
5. Pengaturan keseimbangan klorida
Klorida merupakan anion utama dalam cairan ekstrasel, tetapi
klorida dapat ditemukan pada cairan ekstrasel dan intrasel.
Fungsi klorida biasanya bersatu dengan natrium yaitu mem-
pertahankan keseimbangan tekanan osmotic dalam darah.
DI LENGKAPI PENUNTUN BELAJAR 25
3. Alkalosis respiratorik
suatu keadaan kehilangan CO2, dari paru-paru yang dapat
menimbulkan terjadinya paCO2 arteri ukurang dari 35 mmHg,
pH lebih dari 7,45.
4. Alkalosis metabolic
suatu keadaan kehilangan ion hydrogen atau penambahan
cairan basa pada cairan tubuh denganadanya peningkatan
bikarbonat plasma lebih dari 26 mEq/L dan pH arteri lebih dari
7,45.
Faktor yang Memengaruhi Kebutuhan Cairan dan Elektrolit
1. Usia. Perbedaan usia menentukan luas permukaan tubuh dan
aktivitas organ, sehingga dapat memengaruhi jumlah
kebutuhan cairan dan elektrolit.
2. Temperature yang tinggi menyebabkan proses pengeluaran
cairan melalui keringat cukup banyak, sehingga tubuh akan
banyak kehilangan cairan.
3. Diet. Apabila tubuh kekurangan zat gizi, maka tubuh akan
memecah cadangan makanan yang tersimpan dalam tubuh
sehingga terjadi penggerakan cairan dari interstisial ke
interseluler, yang dapat berpengaruh pada jumlah pemenuhan
kebutuhan cairan.
4. Stress dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan cairan dan
elektrolit, melalui proses peningkatan produksi ADH karena
pada proses ini dapat meningkatkan metabolisme sehingga
mengakibatkan terjadinya glikolisis otot yang dapat menim-
bulkan retensi natrium dan air.
5. Sakit. Pada keadaan sakit terdapat banyak sel yang rusak,
sehingga untuk memperbaikinya sel membutuhkan proses
pemenuhan cairan yang cukup.
Tindakan Untuk Mengatasi Masalah dalam Pemenuhan
Kebutuhan Cairan dan elektrolit
1. Pemberian cairan melalui infus
Pemberian cairan melalui infus merupakan tindakan mema-
sukkan cairan melalui intravena yang dilakukan pada pasien
dengan bantuan perangkat infuse. Tindakan ini dilakukan untuk
memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit, serta sebagai tindaka
pengobatan dan pemberian makanan.
28 KETERAMPILAN DASAR PRAKTIK KEBIDANAN
Prosedur Kerja :
1. Cuci tangan
2. Jelaskan pada pasien mengenai proosedur yang akan
dilakukan
3. Hubungkan cairan NaCl 0,9% dan seperangkat transfuse
dengan menusukkannya
4. Isi cairan NaCl 0,9% ke dalam perangkat transfusi dengan
menekan bagian ruang tetesan hingga ruangan tetesan terisi
sebagian. Kemudian buka penutup, hingga selang terisi dan
udaranya keluar.
5. Letakkan pengalas
6. Lakukan pembendungan dengan tourniquet
7. Gunakan sarung tangan
8. Desinfeksi daerah yang akan disuntik
9. Lakukan penusukan dengan arah jarum ke atas
10. Cek apakah sudah mengenai vena dengan ciri darah keluar
melalui jarum infus/abocath
11. Tarik jarum infus dan hubungkan dengan selang tranfusi
12. Buka tetesan
13. Lakukan desinfeksi dengan betadine™ dan tutup dengan
kasa steril
14. Beri tanggal dan jam pelaksanaan infuse pada plester
15. Setelah NaCl 0,9% masuk sekitar ± 15 menit, ganti dengan
darah yang sudah disiapkan
16. Darah sebelum dimasukkan, terlebih dahulu cek warna
darah, identitas pasien, jenis golongan darah dan tanggal
kadaluwarsa
17. Lakukan observasi tanda-tanda vital selama pemakaian
transfusi
18. Catat respons terjadi
19. Cuci tangan
4. KEBUTUHAN ELIMINASI
Kebutuhan eliminasi terdiri atas dua, yakni eliminasi urine
(kebutuhanbuang air kecil) dan eliminasi alvi (kebutuhan buang
air besar).
DI LENGKAPI PENUNTUN BELAJAR 31
1) ELIMINASI URINE
Organ yang Berperan dalam Eliminasi urine
a. Ginjal
Merupakan organ retropenitoneal (di belakang selaput perut)
yang terdiri atas ginjal sebelah kanan dan kiri tulang
punggung. Ginjal berperan sebagi pengatur komposisi dan
volume cairan dalam tubuh.
b. Kandung kemih (bladder, buli-buli)
Merupakan sebuah kantung yang terdiri atas otot halus yang
berfungsi sebagai penampung air seni (urine).
c. Uretra
Merupakan organ yang berfungsi untuk menyalurkan urine
ke bagian luar.
Proses Berkemih
Berkemih merupakan proses pengosongan vesika urinaria
(kandung kemih). Vesika urinaria dapat menimbulkan
rangsangan saraf bila urinaria berisi ± 250-450 cc (pada or-
ang dewasa) dan 200-250 cc (pada anak-anak).
Komposisi urine :
a. Air (96%)
b. Larutan (4%)
- Larutan Organik : Urea, ammonia, keratin, dan asam urat
- Larutan Anorganik
Natrium (sodium), klorida, kalium (potasium), sufat,
magnesium, fosfor. Natrium klorida merupakan garam
anorganik yang paling banyak.
Faktor yang Memengaruhi Eliminasi Urine
a. Diet dan asupan
Jumlah dan tipe makanan merupakan faktor utama yang
memengaruhi output urine (jumlah urine). Protein dan
natrium dapat menentukan jumlah urine yang dibentuk.
Selain itu, minum kopi juga dapat meningkatkan pem-
bentukan urine.
b. Respon keinginan awal untuk berkemih
Kebiasan mengabaikan keinginan awal utnuk berkemih
dapat menyebabkan urin banyak tertahan di vesika urinaria,
32 KETERAMPILAN DASAR PRAKTIK KEBIDANAN
b) Diare
Diare merupakan keadaan individu yang mengalami atau
beresiko sering mengalami pengeluaran feses dalam bentuk
cair. Diare sering disertai kejang usus, mungkin ada rasa
mula dan muntah
Tanda Klinis :
- Adanya pengeluaran feses cair
- Frekuensi lebih dari 3 kali sehari
- Nyeri/kram abdomen
- Bising usus meningkat
Kemungkinan Penyebab :
- Malabsorpsi atau inflamasi, proses infeksi
- Peningkatan peristaltic karena peningkatan metabolisme
- Efek tindakan pembedahan usus
- Efek penggunaan obat seperti antasida, laksantif, antibi-
otic, dan lain-lain
- Stres psikologis.
c) Inkontinensia Usus
Inkontinesia usus merupakan keadaan individu yang
mengalami perubahan kebiasaan dari proses defekasi nor-
mal, sehingga mengalami proses pengeluaran feses tidak
disadari. Hal ini juga disebut sebagai inkontinensia alvi yang
merupakan hilangnya kemampuan otot untuk mengontrol
pengeluaran feses dan gas melalui sphincter akibat
kerusakan sphincter.
Tanda Klinis : Pengeluaran feses yang tidak dikehendaki
Kemungkinan Penyebab :
- Gangguan sphincter rectal akibat cedera anus, pembedahan.
- Distensi rectum berlebih, kerusakan kognitif
- Kurangnya control sphincter akibat cedera medula spi-
nalis, CVA.
d) Kembung
Kembung merupakan keadaan penuh udara dalam perut
karena pengumpulan gas berlebihan dalam lambung atau
usus
40 KETERAMPILAN DASAR PRAKTIK KEBIDANAN
e) Hemorroid
Hemorrhoid merupakan keadaan terjadinya pelebaran vena
di daerah anus sebagai akibat peningkatan tekanan di
daerah anus yang dapat disebabkan karena konstipasi,
peregangan saat defekasi dan lain-lain
f) Fecal Impaction
Fecal impaction merupakann massa feses karena dilipatan
rektum yang diakibatkan oleh retensi dan akumulasi materi
feses yang berkepanjangan. Penyebab fecal impaction adalah
asupan kurang, aktivitas kurang, diet rendah serat, dan
kelemahan tonus otot.
d. Faktor yang Memengaruhi Proses Defekasi
a) Usia
Setiap tahap perkembangan/usia memiliki kemampuan
mengontrol proses defekasi yang berbeda.
b) Diet
Diet, pola atau jenis makanan yang dikonsumsi dapat
mempengaruhi proses defekasi. Makanan yang memiliki
kandungan serat tinggi dapat membantu proses percepatan
defekasi dan jumlah yang dikonsumsipun dapat mempe-
ngaruhinya
c) Asupan cairan
Pemasukana cairan yang kurang dalam tubuh membuat
defekasi menjadi keras. Oleh karena itu, proses absopsi air
yang kurang menyebabkan kesulitan proses defekasi.
d) Aktivitas
Aktivitas dapat memengaruhi proses defekasi karena melalui
aktivitas tonus otot abdomen, pelvis, dan diafragma dapat
membantu kelancaran proses defekasi
e) Pengobatan
Pengobatan juga dapat memengaruhinya proses defekasi,
seperti penggunaan laksantif, atau antasida yang terlalu
sering.
f) Gaya hidup
Kebiasaan atau gaya hidup dapat memengaruhi proses
defekasi. Hal ini dapat terlihat pada seseorang yang memiliki
gaya hidup sehat/ kebiasaan melakukan buang air besar di
tempat yang bersih atau toilet, etika seseorang tersebut buang
DI LENGKAPI PENUNTUN BELAJAR 41
i. Memberikan Gliserin
Memberikan gliserin merupakan tindakan memasukkan cairan
gliserin kedalam poros usus dengan spuit gliserin. Hal ini
dilakukan untuk merangsang peristaltik usu, sehingga pasien
dapat buang air besar (khususnya pada orang yang mengalami
sembelit). Selain itu, tindakan ini juga dapat digunakan untuk
persiapan operasi.
Persiapan Alat dan Bahan :
- Spuit gliserin
- Gliserin dalam tempatnya
- Bengkok
- Pengalas dan Tisu
- Sampiran
- Sarung tangan
Prosedur Kerja :
- Cuci tangan
- Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
- Atur ruangan. Apabila pasien sendiri, maka tutup pinti, dan bila
pasien di ruang bangsal, maka gunakan sampiran.
- Atur posisi pasien (miringkan ke kiri), dan berikan pengalas di
bawah glutea serta buka pakaian bagian bawah pasien
- Gunakan sarung tangan, kemudian spuit diisi gliserin ± 10-20
cc dan cek kehangatan cairan gliserin.
- Masukkan gliserin perlahan-lahan ke dalam anus dengan tangan
kiri mendorong peregangan daerah rektum, sedngkan tangan
kanan memasukkan spuit ke dalam anus sampai pangkal kanula
dengan ujung spuit diarahkan ke depan. Anjurkan pasien napas
dalam.
- Setelah selesai, cabut dan masukkan ke dalambengkok.
Anjurkan oasien untuk menahan sebentar rasa ingin defekasi
dan pasang pispot. Apabila pasien tidak mampu ke toilet,
bersihkan dengan air hingga bersih lalu keringkan dengan tisu.
- Pasang pispot atau anjurkan ke toilet
- Buka sarung tangan, catat jumlah feses yang keluar, warna,
konsistenti, dan respon pasien
- Cuci tangan
46 KETERAMPILAN DASAR PRAKTIK KEBIDANAN
2) Fungsi Kulit
- Melindungi tubuh dari berbagai masuknya kuman atau
truma jaringan bagian dalam sehingga dapat menjaga
keutuhan kulit
- Mengatur keseimbangan suhu tubuh serta membantu dalam
produksi keringat dan penguapan
- Sebagai alat peraba yang dapat membantu tubuh untuk
menerima rangsangan dari luar melalui rasa sakit, sentuhan,
tekanan, dan suhu.
- Sebagai alat ekskresi keringat melalui pengeluaran air,
garam, dan nitrogen
- Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit yang bertugas
mencegah pengeluaran cairan tubuh yang berlebihan
- Memproduksi dan menyerap vitamin D sebagai penghubung
atau pemberi vitamin D dari sinar ultraviolet yang dating
dari sinar matahari.
3) Faktor-faktor yang Memengaruhi kulit
a. Usia
Perubahan kulit yang dapat ditentukan oleh usia seseoang.
Hal ini dapat terlihat pada bayi yang berusia relative muda
dengan kondisi kulit yang sangat rawan terhadap berbagai
trauma atau masuknya kuman.
b. Jaringan kulit
Dipengaruhi oleh struktur jaringan kulit. Apabila jaringan
kulit rusak, maka terjadi perubahan pada struktur kulit.
c. Kondisi/keadaan lingkungan
Beberapa kondisi atau keadaan lingkungan dapat mempe-
ngaruhi keadaan kulit secara utuh, antara lain keadaan
panas, adanya nyeri akibat sentuhan serta tekanan, dan lain-
lain
4) Tindakan Perawatan Diri pada Kulit
a. Cara Perawatan Kulit
Merupakan tindakan pada kulit yang mengalami atau
beresiko terjadi kerusakan jaringan lebih lanjut, khususnya
pada daerah yang mengalami tekanan (tonjolan). Tujuannya
adalah untuk mencegah dan mengatasi terjadinya luka
dekubitus akibat tekanan yang lama dan tidak hilang.
Persiapan Alat dan Bahan :
DI LENGKAPI PENUNTUN BELAJAR 49
- Sarung tangan
- Baskom cuci dan Sabun
- Agen pembersih dan Air
- Balutan dan Plester
- Pelindung kulit
Prosedur Kerja :
- Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan
dilakukan
- Cuci tangan dan gunakan sarung tangan
- Tutup pintu ruangan
- Atur posisi pasien
- Kaji luka/kulit tertekan dengan memperhatikan warna,
kelembaban, penampilan sekitar kulit, ukur diameter kulit,
dan ukur kedalaman.
- Cuci sekitar luka dengan air hangat atau sabun cuci secara
menyeluruh dengan air.
- Secara menyeluruh dan perlahan-lahan, keringkan kulit
yang disertai pijatan
- Secara menyeluruh, bersihkan luka dengan cairan normal
atau larutan pembersih. Gunakan semprit irigasi luka
pada luka yang dalam.
- Setelah selesai, berikan obat atau agen tropikal.
- Catat hasil
- Cuci tangan
b. Cara Memandikan Pasien di Tempat tidur
Memandikan pasien di tempat tidur dilakukan pada pasien
yang tidak mampu mandi secara sendiri. Tujuannya untuk
menjaga kebersihan tubuh, mengurangi infeksiakibat kulit
kotor, memperlancar system peredaran darah, dan
menambah kenyamanan pasien
Persiapan Alat dan Bahan :
- Baskom mandi dua buah, masing-masing berisi air dingin
dan air hangat
- Pakaian pengganti, Sabun
- Kain penutup, Handuk, sarung tangan pengusap badan
- Tempat untuk pakaian kotor
- Sampiran
50 KETERAMPILAN DASAR PRAKTIK KEBIDANAN
Prosedur Kerja :
- Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan
dilakukan
- Cuci tangan
- Atur posisi pasien
- Pada pasien, lakukan tindakan memandikan yang diawali
dengan membentangkan handuk di bawah kepala.
Kemudian bersihkan muka, telinga, dan leher dengan
sarung tangan pengusap. Keringkan dengan handuk
- Kain penutup diturunkan, kedua tangan pasien dinaik-
kan keatas, serta handuk diatas dada pasien dipindahkan
dan dibentangkan. Kemudian kembalikan kedua tangan
di posisi awal diatas handuk, lalu basahi kkedua tangan
dengan air bersih. Keringkan dengan handuk
- Kedua tangan dinaikkan keatas, handuk dipindahkan di
sisi pasien lalu bersihkan daerah dada dan perut.
Keringkan dengan handuk
- Miringkan pasien ke kiri, handuk dibentangkan dibawah
punggung sampai glutea dan basahi punggung sampai
glutea, lalu keringkan dengan handuk. Selanjutnya,
miringkan pasien ke kanan dan lakukan hal yang sama.
Selanjutnya, kembalikan pasien ke posis telentang dan
pasangkan pakaian dengan rapi.
- Letakkan handuk dibawah lutut, lalu bersihkan kaki. Kaki
yang paling jauhdidahulukan dan dikeringkan dengan
handuk
- Ambil handuk, dan letakkan di bawah glutea. Pakaian
bawah perut dibuka, lalu bersihkan daerah lipatan paha
dan genitalia. Setelah selesai, pasang kembali pakaian
dengan rapi.
- Cuci tangan
c. Perawatan Diri pada Kuku dan Kaki
Menjaga kebersihan kuku merupakan salah satu aspek
penting dalam mempertahankan perawatan diri karena
berbagai kuman dapat masuk ke dalam tubuh melalui kuku.
Masalah/Gangguan pada Kuku
(a) Ingrown nail
Kuku tangan yang tidak tumbuh-tumbuh dan dirasakan sakit
pada daerah tersebut.
DI LENGKAPI PENUNTUN BELAJAR 51
(b)Paronychia
Radang di sekitar jaringan kuku
(c) Ram’s Horn Nai
Gangguan kuku yang ditandai dengan pertumbuhan yang
lambat disertai kerusakan dasar kuku atau infeksi
(d)Bau Tak Sedap
Reaksi mikroorganisme yang menyebabkan bau tidak
sedap.
Tindakan Perawatan Diri pada Kuku
Cara Perawatan Kuku
Merupakan tindakan pada pasien yang tidak mampu
merawat kuku sendiri.
Tujuannya adalah menjaga kebersihan kuku dan mencegah
timbulnya luka atau infeksi akibat garukan dari kuku.
Persiapan Alat dan Bahan:
- Alat pemotong kuku, Handuk
- Baskom berisi air hangat
- Bengkok dan Sabun
- Kapas dan Sikat kuku
Prosedur Kerja :
- Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan
dilakukan
- Cuci tangan
- Atur posisi pasien dengan posisi duduk atau tidur
- Tentukan kuku yang akan dipotong
- Rendamkan kuku dengan air hangat ±2 menit. Lakukan
penyikatan dengan beri sabun bila kotor.
- Keringkan dengan handuk
- Letakkan tangan diatas bengkok dan lakukan pemo-
tongan kuku.
- Cuci tangan.
d. Perawatan Diri pada Rambut
Rambut merupakan bagian dari tubuh yang memiliki fungsi
proteksi dan pengatur suhu. Indikasi perubahan status
kesehatan diri juga dapat dilihat dari rambut mudah rontok
sebagai akibat gizi kurang.
52 KETERAMPILAN DASAR PRAKTIK KEBIDANAN
SOAL LATIHAN
Petunjuk
- Baca soal dengan teliti
- Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan memberi tanda silang (x)
pada pilihan A,B,C,D,E.
c. Hemeostatis fisiologis
d. Hemeostatis psikologis
e. Homeodinamik fisiologis
6. Tindakan untuk mengatasi masalah kebutuhan oksigenasi adalah …….
a. Batuk efektif dan pemberian O2
b. Pemberian O2 dan fisioterapi dada
c. Latihan napas, batuk efektif dan pemberian oksigen
d. Latihan napas, pengisap lendir, pemberian O2, fisioterapi dada
e. Latihan nafas, batuk efektif, pemberian O 2, fisioterapi dada,
pengisap lendir.
7. Saluran pernafasan dimulai dari …..
a. Mulut, faring, lambung, usus halus
b. Mulut, esophagus, lambung, usus halus
c. Mulut, faring, lambung, usus halus dan besar
d. Mulut, esophagus, lambung, usus halus dan besar
e. Mulut, faring, esophagus, lambung, usus halus dan besar
8. Ukuran Naso gastric tube (NGT) untuk orang dewasa adalah …….
a. 10-12 Fr
b. 10-14 Fr
c. 14-16 Fr
d. 14-18 Fr
e. 18-20 Fr
9. Ukuran Naso gastric tube (NGT) untuk bayi adalah …….
a. 10-12 Fr
b. 10-14 Fr
c. 14-16 Fr
d. 14-18 Fr
e. 18-20 Fr
10. Ukuran kateter pada wanita adalah ……
a. 8-10
b. 10-12
c. 14-16
d. 18-20
e. 20-22
DI LENGKAPI PENUNTUN BELAJAR 59
BAB II
PRINSIP PENCEGAHAN
INFEKSI
A. Pencegahan Infeksi
1. Definisi
Mikroorganisme adalah agen penyebab infeksi termasuk
didalamnya bakteri, virus, jamur dan parasit. Untuk tujuan
pencegahan infeksi bakteri dapat dibagi dalam tiga kategori yaitu
vegetative (Staphylococcus), Microbacteri (tuberculosis) dan
endospora (ganggren dan tetanus). Dari semua agen infeksi yang
umum, endospora yang paling sulit dimusnakan karena protektif
yang kuat (lapisan pelindungnya).
Asepsis atau teknik aseptik adalah semua usaha yang dilakukan
dalam mencegah masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh yang
mungkin akan menyebabkan infeksi. Caranya adalah meng-
hilangkan dan/atau menurunkan jumlah mikroorganisme pada
kulit, jaringan dan benda-benda mati hingga tingkat aman.
Antisepsis adalah usaha mencegah infeksi dengan cara mem-
bunuh atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada kulit
atau jaringan tubuh lainnya.
Dekontaminasi adalah tindakan yang dilakukan untuk me-
mastikan bahwa petugas kesehatan dapat menangani secara aman
benda-benda (peralatan medis, sarung tangan, meja pemeriksaan)
yang terkontaminasi darah dan cairan tubuh. Cara memastikannya
adalah segera melakukan dekontaminasi terhadap benda-benda
tersebut setelah terpapar/terkontaminasi darah atau cairan tubuh.
Mencuci dan membilas adalah tindakan-tindakan yang di-
lakukan untuk menghilangkan semua darah, cairan tubuh atau
benda asing (debu, kotoran) dari kulit atau instrumen.
Disinfeksi adalah tindakan yang dilakukan untuk meng-
hilangkan hampir semua mikroorganisme penyebab penyakit pada
benda-benda mati atau instrumen.
Disinfeksi tingkat tinggi (DTT) adalah tindakan yang dilakukan
untuk menghilangkan semua mikroorganisme kecuali endospora
bakteri, dengan cara merebus atau cara kimiawi.
Sterilisasi adalah tindakan yang dilakukan untuk meng-
hilangkan semua mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, parasit),
termasuk endospora bakteri pada benda-benda mati atau instrumen.
2. Tujuan
1) Mengurangi kemungkinan terjadinya infeksi yang diakibatkan
oleh mikroorganisme penyebab luka infeksi berat, abses ab-
dominal, dan abses skrotum, penyakit radang panggul, tetanus.
DI LENGKAPI PENUNTUN BELAJAR 61
4. Infeksi Nosokomial
Adalah infeksi yang terjadi dirumah sakit atau dalam sistim
pelayanan kesehatan yang berasal dari proses penyebaran di
sumber pelayanan kesahatan, baik melalui pasien, petugas
kesehatan, pengunjung, maupun sumber lain.
Beberapa sumber penyebab terjadinya infeksi nosokomial adalah :
1) Pasien
Pasien merupakan unsur pertama yang dapat menyebarkan
infeksi ke pasien lainnya, petugas kesehatan, pengunjung atau
benda dan alat kesehatan lainnya.
2) Petugas Kesehatan
Petugas kesehatan dapat menyebarkan infeksi melalui kontak
langsung yang dapat menularankan berbagai kuman ke tempat
lain.
3) Pengunjung
Pengunjung dapat menyebarkan infeksi yang di dapat dari luar
ke dalam lingkungan rumah sakit atau sebaliknya yang dapat
dari dalam rumah sakit keluar rumah sakit.
4) Sumber lain
Sumber lain yang dimaksud di sini adalah lingkungan rumah
sakit yang meliput lingkungan umum atau kondisi kebersihan
rumah sakit atau alat yang ada dirumah sakit yang dibawa oleh
pengunjung atau petugas kesehatan kepada pasien dan
sebaliknya.
5. Pencegahan infeksi
Prinsip-prinsip pencegahan infeksi yang efektif berdasarkan :
1) Setiap orang (ibu, bayi baru lahir, penolong persalinan) harus
dianggap dapat menularkan penyakit karena infeksi yang terjadi
bersifat asimptomatik (tanpa gejala).
2) Setiap orang harus dianggap beresiko terkena infeksi.
3) Permukaan tempat pemeriksaan, peralatan dan benda-benda
lain yang akan dan telah bersentuhan dengan kulit tak utuh,
selaput mukosa, atau darah harus dianggap terkontaminasi
sehingga setelah selesai digunakan harus dilakukan proses
pencegahan infeksi secara benar.
4) Jika tidak diketahui apakah permukaan, peralatan atau benda
lainnya telah diproses dengan benar, harus dianggap telah
terkontaminasi.
DI LENGKAPI PENUNTUN BELAJAR 63
b. Keselamatan Kerja
a) Patuhi prosedur pekerjaan
b) Bertindak lembut dan hati-hati pada saat melakukan
tindakan
c) Perhatikan kondisi alat sebelum bekerja atau menilai
d) Letakan peralatan pada tempat yang terjangkau dan
sistematis oleh petugas
c. Peralatan dan Perlengkapan
a) Sabun biasa atau antiseptic
b) Handuk bersih
c) Wastafel atau air mengalir
d. Prosedur Pelaksanaan
a) Siapkan peralatan dan bahan yang dibutuhkan
b) Lepas cincin, jam tangan dan gelang
c) Singsingkan lengan baju sampai ke siku
d) Basahi tangan dengan menggunakan air mengalir, gunakan
sabun secara merata pada kedua tangan.
e) Gosok kedua tangan dan jari
f ) Gusok punggung tangan secara bergantian
g) Gosok sela jari dengan jari-jari tangan yang berlawanan,
lakukan secara bergantian.
h) Gosok punggung jari secara bergantian
i) Gosok ibu jari secara bergantian
j) Gosok ujung jari pada telapak tangan secra bergantian
k) Bilas kedua tangan dengan air bersih yang mengalir
l) Tutup kran dengan tisu atau handuk bersih
m) Keringkan tangan dengan handuk bersih.
2) Cuci Tangan Dedah
Cuci tangan bedah adalah menghilangkan kotoran, dbu dan organ-
ism sementara secara makanikal dan mengurani flora tetap selama
pembedahan.
Tujuanya adalah mencegah kontaminasi luka oleh mikro-organisme
dari kedua belah tangan. Cuci tangan dengan sabun biasa dan air
yang diikuti dengan penggunaan penggosok dengan bahan dasar
alkohol tanpa air yang mengandung klorheksidin menunjukkan
pengurangan yang lebih besar pada jumlah microbial pada tangan,
66 KETERAMPILAN DASAR PRAKTIK KEBIDANAN
C. Pelindung Diri
Peralatan pelindung pribadi meliputi sarung tangan, masker/respira-
tor, pelindung mata (perisai muka, kacamata), kap, gaun, apron dan
barang lainnya.
1. Sarung Tangan
Penggunaan sarung tangan merupakan komponen kunci dalam
meminimalkan penularan penyakit serta mempertahankan
lingkungan bebas infeksi. Alat ini merupakan pembatas fisik
terpenting untuk mencegah penyebaran infeksi, tetapi harus diganti
setiap kontak dengan satu pasien ke pasien lain untuk mencegah
kontaminasi silang. Sarung tangan dipakai bila terjadi kontak
dengan pemeriksa dengan darah atau duh tubuh lainya, selaput
lendir atau kulit yang terluka atau akan membersihkan sampah
terkontaminasi atau memegang permukan yang terkontaminasi.
Pakailah sarung tangan yang sesuai ukuran, mengganti secara
berkala pada tindakan yang perlu waktu lama, kuku cukup pendek
untuk mengurangi resiko robek, jangan memakai krim berbasis
minyak karena akan merusak sarung tangan.
a. Petunjuk
1) Baca dan pelajari lembar kerja
2) Siapkan alat-alat yang dibutuhkan dan susun secra
ergonomis
3) Ikuti petunjuk yang ada pada job sheet
4) Bekerja secara hati-hati dan teliti
b. Keselamatan Kerja
1) Pakailah sarung tangan dengan ukuran yang sesuai
2) Gantilah sarung tangan secara berkala pada tindakan yang
memerlukan waktu lama
3) Potonglah kuku cukup pendek untuk mengurangi resiko
robek.
4) Tariklah sarung tangan hingga meliputi baju (jika pakai baju
operasi)
c. Peralatan dan Perlengkapan
1) Sarung tangan steril
2) Wastafel atau air mengalir untuk cuci tangan
3) Handuk bersih dan sabun
DI LENGKAPI PENUNTUN BELAJAR 69
d. Prosedur pelaksanaan
1) Siapkan peralatan dan bahan yang dibutuhkan
2) Lakukan cuci tangan (sesuai dengan prosedur)
3) Buka kemasan sarung tanagan bagian luar dengan hati-hati
4) Pegang kemasan bagian dalam dan taruh pada permukaan
datar yang bersih tepat diatas ketinggian permukaan
pergelangan tangan
5) Buka kemasan, pertahankan sarung tangan pada permukaan
dalam pembungkus
6) Identifikasi sarung tangan kanan atau kiri, setiap sarung
tangan mempunyai manset ±5 cm
7) Kenakan sarung tangan pada tangan yang lebih dominan
8) Pegang tepi manset dengan ibu jari dan dua jari lainnya dari
tangan yang tidak dominan. Pastikan bahwa manset tidak
menggulung pada tangan, pastikan juga jari-jari ada pada
posisi yang tepat.
9) Masukkanlah jari-jari dibawah manset sarung tangan kedua
dengan tangan yang telah memakai sarung tangan.
10) Tarik sarung tangan kedua pada tangan yang non dominan.
Jangan biarkan jari-jari dan ibu jari satu tangan yang
dominan menyentuh bagian tangan yang non dominan yang
terbuka.pertahankan ibu jari tangan non dominan abduksi
kebelakang.
11) Jika sarung tangan kedua telah terpasang, lakukan
penyesuaian sarung tangan dengan jari-jari seperti biasa.
2. Masker
Masker harus cukup besar untuk menutup hidung, muka bagian
bawah, rahang, dan semua rambut muka. Masker ini dipakai untuk
menahan cairan yang keluar sewaktu petugas kesehatan atau
petugas bedah bicara, batuk, bersin, dan juga untuk mencegah
cipratan darah atau cairan tubuh terkontaminasi masuk kedalam
hidung atau mulut petugas kesahatan.
Masker terbuat dari berbagai bahan yaitu kain katun ringan, kasa,
kertas sampai bahan sintesis, yang beberapa diantaranya tahan
cairan. Masker yang terbuat dari bahan katun atau kertas nyaman
tetapi sebagian filter tidak tahan cairan dan tidak efektif. Masker
yang terbuat dari bahan sintetik dapat memberikan sedikit
perlindungan dari tetesan partikel besar (>5 µm) yang diesbarkan
70 KETERAMPILAN DASAR PRAKTIK KEBIDANAN
E. Dekontaminasi Alat
Proses yang membuat objek mati lebih lama ditangani petugas
kesehatan sebelum dibersihkan. Dekontaminasi merupakan langkah
pertama yang penting dalam menangani peralatan, perlengkapan,
sarung tangan dan benda-benda lain yang terkontaminasi. Untuk
perlindungan lebih jauh, pakai sarung tangan karet yang tebal atau
sarung tangan rumah tangga jika menangani peralatan yang sudah
digunakan atau kotor.
Segera setelah digunakan, rendam seluruh bagian benda-benda
yang terkontaminasi dalam larutan klorin 0,5 % selama 10 menit. Ini
akan cepat mematikan virus hepatitis B dan HIV. Daya kerja larutan
klorin akan cepat menurun sehingga harus diganti minimal setiap 24
jam atau lebih cepat jika terlihat telah kotor atau keruh.
F. DTT/Sterilisasi
Desinfeksi Tingkat Tinggi (DTT) adalah proses yang meng-
hilangkan semua mikroorganisme kecuali beberapa endospora bakteri
pada benda mati dengan merebus, mengukus, atau penggunaan
disinfektan kimia.
Jika memungkinkan, alat-alat dan perlengkapan lainnya yang
kontak dengan darah dan jaringan bawah kulit, seperti jarum pakai
ulang, alat suntik, skapel harus disterilisasi setelah dekontaminasi,
dibersihkan, dicuci dan dikeringkan.
Proses sterilisasi dapat membunuh seluruh mikroorganisme
termasuk endospora bakteri. Endospora bakteri sangat sulit dibunuh
karena mempunyai lapisan luar. Bakteri yang membentuk endospora
adalah spesies clostridium yang dapat menyebabkan tetanus dan
ganggren.
1) Sterilisasi
Sterilisasi harus dilakukan untuk alat-alat, sarung tangan bedah
dan alat lain yang kontak langsung dengan aliran darah jaringan
normal steril.hal ini dapat dicapai dengan uap bertegangan tinggi
(otoklaf), pemanasan kering (oven), sterilisasi kimiawi.
a. Sterilisasi panas
Metode terpilih untuk sterilisasi merupakan penguapan
dengan tegangan tinggi (autoklaf) atau pemanasan kering
(oven).
Sterilisasi uap tekanan tinggi adalah metode yang terpilih
untuk mensterilkan alat-alat atau perlengkapan lain yang
74 KETERAMPILAN DASAR PRAKTIK KEBIDANAN
G. Penanganan Sampah
1. Definisi
Adalah sesuatu yang tidak lagi dikehendaki oleh yang punya rumah
dan bersifat padat.
2. Tujuan :
a) Melindungi petugas pembuangan sampah dari perlukaan
b) Melindungi penyebaran infeksi terhadap para petugas
kesehatan
c) Mencegah penularan infeksi terhadap para petugas kesehatan
d) Mencegah penularan infeksi pada masyarakat sekitarnya
e) Membuang bahan-bahan berbahaya (bahan toksik dan
radioaktif) dengan aman
3. Jenis sampah menurut sifat biologis dan kimianya
a. Sampah yang dapat membusuk : sisa makanan, daun, sampah
kebun, pertanian.
b. Sampah yang tidak membusuk : kertas, plastic, karet, gelas,
logam.
c. Sampah yang berupa debu/abu
d. Sampah yang berbahaya kesahatan sampah dari industri yang
mengandung zat kimia maupun fisis.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi sampah
a. Jumlah penduduk
b. Keadaan social ekonomi dan kemajuan teknologi
5. Pengaruh sampah terhadap kesehatan
a. Efek langsung : efek yang disebabkan karena kontak yang
langsung dengan sampah, misalnya : sampah beracun, sampah
yang korosif terhadap tubuh yang karsinogenik, tragonik.
Sampah mengandung kuman pathogen (berasal dari sampah
rumah tangga dan industri)
b. Efek tidak langsung : dapat dirasakan masyarakat akibat proses
: pembusukan, pembakaran, pembuangan sampah, penyakit
bawaan fektor yang berkembang biak didalam sampah (lalat,
tikus)
6. Penyakit bawaan sampah
Penyakit menular, penyakit tidak menular atau akibat kebakaran
dan keracunanan
DI LENGKAPI PENUNTUN BELAJAR 77
SOAL LATIHAN
Petunjuk
- Baca soal dengan teliti
- Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan memberi tanda silang (x)
pada pilihan A,B,C,D,E.
BAB III
PEMERIKSAAN FISIK
PADA IBU HAMIL
DAN BAYI BARU LAHIR
(a) (b)
4.1. Gambar
(a) Perkusi Tidak Langsung (b) Perkusi tidak langsung
86 KETERAMPILAN DASAR PRAKTIK KEBIDANAN
4. Auskultasi
Auskultasi merupakan cara pemeriksaan dengan mendengarkan
bunyi yang dihasilkan oleh tubuh melalui alat stetoskop. Dalam
melakukan auskultasi beberapa hal yang perlu didengarkan
diantaranya :
a. Frekuensi atau siklus gelombang bunyi
b. Kekerasan atau amplitude bunyi
c. Kualitas bunyi dan lamanya bunyi.
Berikut ini jenis-jenis suara yang diterdengar pada saat melakukan
auskultasi :
Kesadaran Tanda
c. Leher
d. Dada (payudara)
e. Abdomen
f. Genetalia
g. Ekstermitas.
3. Pemeriksaan Kebidanan
a. Inspeksi
Inspeksi, dilakukan untuk menilai keadaan dan tidaknya cloasma
gravidarum pada muka/wajah, pucat atau tidakpada selaput
mata, ada tidaknya edema.pemeriksaan selanjutnya adalah
leher untuk menilai ada tidaknya pembesaran kelenjar gondok
atau kelenjar limfe. Pemeriksaan dada untuk menilai bentuk
buah dada, pigmentasi putting susu. Pemeriksaan perut untuk
menilai apakah perut membesar ke depan, atau samping, keadan
pusat, pigmentasi linia alba, serta ada tidaknya striae
gravidarum. Pemeriksaan pada vulva untuk menilai keadaan
perineum, ada tidaknya tanda Chadwick, dan adanya flour. Dan
pemeriksaan ekstermitas untuk menilai ada tidaknya varises.
b. Palpasi
Palpasi dilakukan untuk menentukan besarnya rahim dengan
menentukan usia kehamilan serta menentukan letak anak dalam
rahim.
Pemeriksaan secara palpasi dilakukan dengan menggunakan
metode Leopold.
a. Leopold I
Leopold I digunakan untuk menentukan usia kehamilan dan
bagian apa yang ada dalam fundus, dengan cara pemeriksa
berdiri sebelah kanan dan menghadap ke muka ibu,
kemudian kaki ibu di bengkokkan pada lutut dan lipatan
paha, lengkungan jari-jari kedua tangan untuk mengelilingi
bagian atas fundus, lalu tentukan apa yang ada dalam fun-
dus. Bila kepala sifatnya keras, bundar dan melenting.
Sedangkan bokong akan lunak dan kurang bundar dan
kurang melenting. Apabila ingin menentukan usia
kehamilan rumusnya.
Menurut Mc. Donald
(a) (b)
Gambar 4.2.
(a) Cara Leopold I,
(b) Tinggi Fundus Uteri berdasarkan palpasi Leopold
b. Leopold II
Leopold II digunakan untuk menentukan letak punggung
anak dan letak bagian kecil pada anak. Caranya letakkan
kedua tangan pada sisi uterus, dan trntukan dimanakah
bagian terkecil bayi.
c. Leopold III
Leopold III digunakan untuk menentukan bagian apa yang
terdapat dibagian bawah dan apakah bagian bawah anak
sudah masuk atau belum kepintu atas panggul. Caranya
tekan dengan menggunakan ibu jari dan jari tengah pada
salah satu tangan secara lembut dan masuk kedalam abdo-
90 KETERAMPILAN DASAR PRAKTIK KEBIDANAN
d. Leopold IV
Leopold IV digunakan untuk menentukan apa yang menjadi
bagian bawah dan seberapa masuknya bagian bawah ter-
sebut kedalam rongga panggul. Caranya : letakkan kedua
tangan disisi bawah uterus, lalu tekan kedalam dan gerakkan
jari-jari kearah rongga panggul, dimanakah tonjolan sefalik
dan apakah bagian presentasi telah masuk kedalam rongga
panggul. Pada pemeriksaan ini tidak dilakukan bila kepala
dan pemeriksaan Leopold lengkap dapat dilakukan bila janin
cukup besar kira-kira umur kehamilan 24 minggu keatas.
c. Perkusi
Perkusi biasanya dilakukan untuk mengetahui fungsi refleks
patella pada ibu hamil dengan menggunakan alat hammer.
d. Auskultasi
Auskultasi dilakukan umumnya dengan stetoskop monoaural
untuk mendengarkan bunyi jantung janin, bising tali pusat,
gerakan anak, bising rahim, bunyi aorta serta bising usus. Bunyi
jantung janin dapat didengar jelas pada akhir bulan ke 5,
walaupun dengan ultrasonografi dapat diketahui pada akhir
bulan ketiga. Bunyi jantung janin dapat terdengar dikiri dan
kanan dibawah pusat bila presentasi kepala bila terdengar
setinggi pusat maka presentasi didaerah bokong.
Dalam keadaan sehat denyut jantung janin antara 120-140 kali/
menit. Cara menghitung bunyi jantung janin dengan
mendengarkan satu menit penuh. Bila kurang dari 120kali/
menit atau lebih dari 160 kali/menit dikhawatirkan janin dalam
keadaan hipoksia.
i. Lampu sorot
j. Buku catatan
2. Persiapan Tempat
Ruangan yang bersih, aman, nyaman dan pencahayaan baik.
3. Prosedur Penatalaksaan
a. Memberitahu pasien tentang tindakan yang akan dilakukan
b. Menyiapkan alat/bahan dan tempat.
c. Mencuci tangan dibawah air yang mengalir dengan tehnik tujuh
langkah dibawah air yang mengalir menggunkan sabun, lalu
keringkan dengan handuk pribadi yang kering dan bersih.
d. Memakai handsquen
e. Meletakkan bayi diatas tempat periksa dan memastikan
pencahayaan yang baik dengan lampu sorot serta bayi dalam
keadaan hangat.
Nb : saat melakukan pemeriksan buka pakian bayi pada bagian
yang diperiksa dan menutup kembali.
f. Melakukan Penilaian Apgar Score
g. Melakukan pemeriksaan anthopometri (timbang berat badan,
panjang badan, lingkar kepala, lingkar dada,)
h. Melakukan pemeriksaan fisik mulai dari :
1) Kepala
Memeriksa kepala bayi, warna rambut, meraba sepanjang
garis sutura dan fontanela, meliputi adanya moulase, caput
succedaneum, cephalhematoma.
2) Wajah
- Menilai kesimetrisan wajah
- Memeriksa rooting refleks
Nb : Perhatikan kelainan wajah yang khas seperti sindrom
down.
3) Mata
- Menilai kondisi mata ada tidaknya strabismus, epikantus
melebar atau tidak, kondisi pupil dan pengeluaran cairan.
- Memeriksa kondisi mata dengan menggoyangkan kepala
secara perlahan
- Memeriksa ada tidaknya reflek corneal, Reflek Glabela
DI LENGKAPI PENUNTUN BELAJAR 93
4) Hidung
- Memeriksa hidung bayi, meliputi bentuk dan lebar
hidung.
- Memeriksa pola pernafasan, apakah melalui hidung atau
mulut, apakah ada gerakan cuping hidung saat bernafas,
apakah ada secret mukopurulent atau perdarahan.
5) Telinga
- Memeriksa tulang rawan telinga,
- Memastikan bentuk, posisi, dan lubang telinga.
- Menilai adanya gangguan pendengaran dengan mem-
bunyikan bel atau suara, apakah ada reflex kejut.
6) Mulut
- Memeriksa kesimetris mulut,
- Memeriksa bagian dalam mulut apakah ada labioschisis,
dan labiopalatoschisis. Memeriksa apakah ada bercak
putih pada mukosa mulut, gusi, palatum dan frenulum..
- Memeriksa lidah, meliputi warna dan kemampuan reflex
slowing
7) Leher
- Mengamati apakah bayi dapat menggerakkan kepala
kanan dan kiri.
- Memeriksa adanya pembengkakan, pembentukan selaput
kulit dan lipatan kulit yang berlebihan.
8) Dada/payudara
- Menilai kesimetrisan dada, putting susu, gerakan dada
saat bernafas.
- Memeriksa frekuensi jantung.
9) Abdomen
- Menilai keadaan abdomen, gerakan abdomen saat
bernafas dan tali pusat
10) Kulit
- Periksa adanya ruam dan bercak atau tanda lahir
- Periksa adanya pembengkakan adanya vernik kaseosa
- Perhatikan adanya lanugo, jumlah yang banyak terdapat
pada bayi kurang bulan.
94 KETERAMPILAN DASAR PRAKTIK KEBIDANAN
11) Genetalia
- Perempuan,
Apakah labia minora tertutup labio mayora. Rentangkan
kedua labia mayora untuk memastikan adanya klitoris,
orifisium uretra, dan vagina, adanya secret atau
pengeluaran dari vagina.
- Laki-laki,
Panjang penis, lubang uretra dan skrotum
12) Ekstermitas
- Atas
Memeriksa kesimetrisan tangan, gerakan lengan, jumlah
jari sindaktil dan polidaktil, dan kuku.
Memeriksa ada tidaknya Refleks tonic neck.
- Bawah
Mengkaji kesimetrisan, ukuran, bentuk dan posturnya,
jumlah jari sindaktil dan polidaktil, dan kuku.
Memeriksa ada tidaknya Reflek Plantar , refleks moro
i. Menganti pakaian bayi dan membereskan alat
j. Memberitahu ibu/keluarga tindakan telah selasai dilakukan.
k. Mendokumentasikan tidakan yang telah dilakukan.
DI LENGKAPI PENUNTUN BELAJAR 95
SOAL LATIHAN
Petunjuk
- Baca soal dengan teliti
- Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan memberi tanda silang (x)
pada pilihan A,B,C,D,E.
d. Rosonan
e. Redup
5. Hasil perkusi dibagi menjadi beberapa bagian………….
a. 6 bagian d. 3 bagian
b. 5 bagian e. 2 bagian
c. 4 bagian
6. Dalama melakukan auskultasi ada beberaca hal yang harus
diperhatikan yaitu……..
a. Frekuensi gelombang dan jenis bunyi
b. Kekerasan bunyi
c. Kualitas bunyi.
d. Frekuensi atau siklus gelombang bunyi.
e. Frekuensi gelombang bunyi, Amplitude bunyi, dan kualitas bunyi.
7. Bunyi relas (ronchi basah) pada auskultasi menandakan pasien
menderita penyakit…….
a. Klien dengan pneumonia, TBC
b. Klien dengan TBC
c. Klien dengan edema paru
d. Klien dengan bronchitis akut, asma
e. Klien dengan peradangan pleura
8. Klien dengan keadaan tampak lesu dan mengantuk mengalami
kesadaran ……..
a. Komposmentis d. Somnolen
b. Apati e. Delirium
c. Latargi
9. Keadaan kesadaran klien yang mirip dengan kom, tidak menunjukkan
reaksi ketika dibangunkkan kecuali dengan rangsangan nyer, masih
ada reaksi pupil adalah………..
a. Apati d. Delirium
b. Latargi e. Sopor
c. Somnolen
DI LENGKAPI PENUNTUN BELAJAR 97
BAB IV
PRINSIPPEMERIKSAAN
DIAGNOSTIK
9) Identitas Spesimen
Spesimen diberi nomor dan kode, sedangkan identitas lengkap
dapat dilihat pada buku registrasi yang berisikan nomor, tanggal,
nama responden, umur, jenis kelamin, jenis pemeriksaan.
10) Pengiriman Spesimen Darah
1) Setelah spesimen terkumpul masing-masing dalam wadah/
botol kecil, kemudian dimasukan dalam wadah/tempat yang
lebih besar dengan diberi es sebagai pengawet sementara
(cool box).
2) Wadah spesimen kecil diatur sedemikian rupa sehingga tidak
mudah terbalik atau tumpah.
3) Wadah diberi label yang berisi tentang identitas yang
meliputi : tanggal pengiriman, jenis dan jumlah sampel, jenis
pemeriksaan yang diminta, jenis pengawet, dan tanda tangan
pengirim.
4) Sampel dikirim ke laboratorium Balai Teknik Kesehatan
Lingkungan, Balai Laboratorium Kesehatan atau
laboratorium lainnya.
5) Transportasi pengiriman harus secepat mungkin sampai ke
laboratorium, pengiriman spesimen maksimum 3 hari.
11) Analisa Hasil
Kadar Timah hitam dibandingkan dengan Biological Exposure
Index (BEI) atau nilai index untuk pajanan biologi. Menurut
WHO (tahun 1977) nilai pada orang dewasa normal adalah 10
s/d 25 µg per desiliter.
Tindak Lanjut : Hasilnya dilaporkan pada pihak-pihak yang
berwenang
b. SPECIMEN URINE
1) Tujuan
Menetukan apakah terdapat kelainan urin yang di urai secara
makroskopis (fisik), sedimen/endapan (makroskopis-mikroskopis,
unsur organic-non organic), kimiawi, bakterialogis, maupun
imunologis.tergantung pada sampel atau jenis urin yang
diperiksa.
2) Cara Kerja
a. Urin Bersih (clean voided urine specimen)
Urin bersih diperlukan untuk pemeriksaan urinalisa rutin.
Urin bersih, biasanya urin pertama pagi hari karena urin
104 KETERAMPILAN DASAR PRAKTIK KEBIDANAN
c. Specimen Feses
Tujuan
1) Melihat ada tidaknya darah. Pemeriksaan ini mudah dilakukan
baik oleh perawat atau klien sendiri. Pemeriksaan ini
menggunakan kertas tes Guaiac. analisa produk diet dan sekresi
saluran cerna. Bila feses mengandung banyak lemak (disebut:
steatorrhea), kemungkinan ada masalah dalam penyerapan
lemak di usus halus. Bila ditemukan kadar empedu rendah,
kemungkinan terjadi obstruksi pada hati dan kandung empedu.
2) Mendeteksi telur cacing dan parasit. Untuk pemeriksaan ini
dilakukan tiga hari berturut-turut.
3) Mendeteksi virus dan bakteri. Untuk pemeriksaan ini diperlukan
jumlah feses sedikit untuk dikultur.Pengambilan perlu hati-hati
agar tidak terkontaminasi.Pada lembar pengantar perlu
dituliskan antibiotik yang telah dikonsumsi.
Sebelum pengambilan spesimen, perawat perlu mengingatkan klien
akan hal-hal berikut:
1) defekasi pada bedpan yang bersih bila memungkinkan, spesimen
tidak terkontaminasi dengan urin atau darah menstruasi
2) jangan meletakan tisue pembersih pada bedpan setelah defekasi
karena dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan.
3) Dalam pengambilan spesimen gunakan sarung tangan bersih,
jumlah feses tergantung pemeriksaan, umumnya 2,5cm untuk
feses padat atau 15-30mL untuk cair. Untuk kultur, gunakan
swab yang steril, lalu dimasukkan dalam kantung steril. Segera
kirim spesimen ke lab untuk segera diperiksa.
d. Specimen Sputum
Sputum adalah sekret mukus yang dihasilkan dari paru-paru,
bronkus dan trakea. Individu yang sehat tidak memproduksi spu-
tum. Klien perlu batuk untuk memdorong sputum dari paru-paru,
bronkus dan trakea ke mulut dan mengeluarkan ke wadah
penampung.
Pemeriksaan sputum dilakukan untuk:
Kultur (menentukan jenis mikroorganisme) dan tes sensitivitas
terhadap obat untuk sitologi dalam mengidentifikasi asal, struktur,
fungsi dan patologi sel. Spesimen untuk sitologi (mengidentifikasi
kanker paru-paru dan jenis selnya) seringkali dilakukan secara se-
rial 3 kali dari sputum yang diambil di pagi hari. Pemeriksaan
bakteri tahan asam, juga diperlukan serial 3 hari berturut-turut di
108 KETERAMPILAN DASAR PRAKTIK KEBIDANAN
B. Pemeriksaan Radiologi
a. USG
USG atau ultrasonografi merupakan suatu prosedur diagnosis yang
dilakukan diatas permukaan kulit atau diatas rongga tubuh untuk
menghasilkan suatu ultrasound di dalam jaringan. Pemeriksaan ini
digunakan untuk melihat struktur jaringan tubuh atau analisis dari
gelombang Doppler.
Ultrasonografi dapat digunakan untuk mendeteksi berbagai
kelainan yang ada pada abdomen, otak, kandung kemih, jantung,
hepar, ginjal, uterus, atau pelvis. Selain itu, USG juga dapat
digunakan untuk membedakan antara kista dan tumor. Pada
kehamilan, cairan amnion dapat menambah refleksi gelombang
DI LENGKAPI PENUNTUN BELAJAR 109
C. Pap Smear
Pap smear merupakan sitologi yang digunakan untuk mendeteksi
adanya kanker serviks atau sel prakanker, mengkaji efek pemberian
hormone seks serta mengkaji respons terhadap kemoterapi dan radiasi.
D. Mammografi
Mammografi merupakan pemeriksaan dengan bantuan sinar X yang
dilakukan pada bagian payudara untuk mendeteksi adanya kista atau
tumor dan menilai payudara secara periodik.
110 KETERAMPILAN DASAR PRAKTIK KEBIDANAN
SOAL LATIHAN
Petunjuk
- Baca soal dengan teliti
- Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan memberi tanda silang (x)
pada pilihan A,B,C,D,E.
c. Urin acak
d. Urin tamping
e. Spesimen Kateter Indwelling
10. Dengan mengambil urin melalui area kateter yang khusus disiapkan
untuk pengambilan urin dengan jarum suntik…………
a. Urin bersih
b. Urin tengah
c. Urin acak
d. Urin tamping
e. Spesimen Kateter Indwelling
DI LENGKAPI PENUNTUN BELAJAR 113
BAB V
PRINSIP PEMBERIAN
OBAT
b. Tujuan
- Efek yang ditimbulkan lebih cepat karena pembuluh darah
dibawah lidah merupakan pusat dari sakit
c. Persiapan alat dan bahan
- Tablet sublingual
- Bak instrumen
- Handsquen
- Nierbekken
- Tempat obat
- Buku intsruksi obat
d. Prosedur Kerja
- Cuci tangan
- Gunakan handscoen
120 KETERAMPILAN DASAR PRAKTIK KEBIDANAN
b. Tujuan
- Mendapatkan reaksi yang lebih cepat dibandingkan dengan
cara yang lain.
- Memperoleh reaksi setempat (tes alergi).
- Membantu menegakkan diagnosa (penyuntikan zat kontras).
- Memberikan zat imunologi
c. Pemberian obat melalui parenteral dapat dilakukan dengan cara
:
1) Pemberian obat melalui intracutan (IC)
a) Pengertian
Pemberian obat dengan cara memasukkan obat kedalam
jaringan dermis di bawah epidermis kulit dengan
menggunakan spuit 1ml. jarum dimasukkan kedalam der-
mis membentuk sudut 5-15 derajat sampai terbentuk
gelembung.
b) Tujuan
- Memasukkan sejumlah toksin atau obat yang disimpan
dibawah kulit untuk diabsorbsi
- Metode untuk test diagnostic terhadap alergi atau adanya
penyakit-penyakit tertentu.
c) Tempat Injeksi
- Lengan bawah bagian dalam.
122 KETERAMPILAN DASAR PRAKTIK KEBIDANAN
(a)
(b)
Gambar 5.4. (a) daerah yang dapat dijadikan lokasi penyuntikkan per
subcutan (SC) dan (b) tehnik penyuntikan.
124 KETERAMPILAN DASAR PRAKTIK KEBIDANAN
b) Tujuan
Memasukkan sejumlah obat kedalam jaringan subcutan
dibawah kulit untuk diabsorbsi.
c) Tempat Injeksi
- Lengan bagian atas luar
- Daerah ventrogluteal dan dorsogluteal bagian atas
d) Persiapan alat dan bahan
- Bak instrument
- Handsquen 1 pasang
- Kom
- Spuit 1 ml
- Kapas alcohol
- 1 ampul obat
- Perlak
- Buku instruksi obat pasien
- Larutan klorin 0,5%
- Tempat sampah
e) Persiapan klien
- Jelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan.
- Beri posisi fowler.
f ) Prosedur kerja
- Cuci tangan
- Pakai handsquen
- Cek instruksi obat pasien
- Siapkan obat dengan sesuai instruksi pengobatan
- Pasang pengalas/perlak dibawah lengan bawah pasien
- Pilih tempat penyuntikan yang tepat.
- Palpasi dan periksa tempat penyuntikan terhadap edema,
massa, atau nyeri tekan. Hindari area yang terdapat
jaringan parut, memar, lecet atau infeksi atau jangna
menggunakan area penyuntikan yang berulang.
- Lakukan antiseptic pada daerah yang akan disuntik secara
sirkuler (dari dalam keluar)
- Lepaskan penutup jarum spuit
- Pegang spuit diantara ibu jari dan jari telunjuk tangan yang
dominan dan regangkan kedua belah sisi kulit tempat
penyuntikan dengan tangan yang non dominan.
DI LENGKAPI PENUNTUN BELAJAR 125
b) Tujuan
Memasukkan sejumlah obat pada jaringan otot untuk
diabsorbsi.
c) Tempat Injeksi
- Daerah lengan atas (Deltoid)
- Daerah dorsogluteal (Gluteus maximus)
126 KETERAMPILAN DASAR PRAKTIK KEBIDANAN
b) Tujuan
- Memperoleh reaksi obat yang cepat diabsorbsi daripada
dengan injeksi parenteral lain.
- Menghindari terjadinya kerusakan jaringan.
- Memasukkan obat dalam jumlah yang lebih besar.
128 KETERAMPILAN DASAR PRAKTIK KEBIDANAN
c) Tempat injeksi
- Pada lengan (vena basalika dan vena sefalika)
- Pada tungkai (vena saphenous)
d) Persiapan alat dan bahan
- Bak instrumen
- Handsquen 1 pasang
- Kapas alcohol secukupnya
- Nierbekken
- Tourniquet
- Perlak pengalas
- Buku instruksi obat pasien
- Larutan klorin 0,5 %
- Tempat sampah
e) Persiapan Klien
- Jelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan
- Berikan posisi klien senyaman mungkin
f ) Persiapan Lingkungan
- Menjaga privasi pasien, ruangan bersih, aman dan nyaman.
g) Prosedur kerja pada pemberian obat secara intervena langsung
- Cuci tangan
- Gunakan handsquen
- Cek instruksi obat pasien
- Siapkan obat dengan sesuai instruksi pengobatan
- Pasang perlak dibawah lengan pasien
- Tentukan daerah yang akan disuntik
- Pasang tourniquet pada daerah proximal
- Cari vena yang terbesar dan penuh
- Antiseptic daerah yang akan disuntik dengan meng-
gunakan kapas alcohol
- Tangan kiri meregangkan daerah yang akan disuntik dan
tangan kanan memegang spuit lalu lakukan penyuntikan
dengan arah mata jarum spuit mengarah keatas.
- Lakukan aspirasi spuit
- Buka tourniquet dan masukkan obat secara perlahan-lahan
- Observasi keadaan pasien selama pemberian obat
DI LENGKAPI PENUNTUN BELAJAR 129
(a) (b)
5.6. Gambar pemberian obat pada mata (a) menggunakan tetes
mata, (b) menggunakan salep mata.
b) Tujuan
- Memberikan pengobatan pada pasein yang membutuhkan
misalnya untuk melawan infeksi virus atau membersihkan
mata dengan cairan steril.
c) Persiapan alat
- Bak instrument berisi sepasang handsquen
- Botol obat dalam bentuk tetes mata atau salep tube
- Buku instruksi obat pada pasien
- Kapas/tissue
- Nierbekken
- Kom yang berisi air hangat
- Larutan klorin 0,5 %
- Tempat sampah
d) Persiapan lingkungan
- Menyiapkan ruangan yang bersih, aman dan nyaman serta
jaga privasi pasien
e) Persiapan klien
- Jelaskan tujuan dan prosedur yanga akan dilakukan
- Berikan posisi senyaman mungkin, (posisi fowler/berbaring)
DI LENGKAPI PENUNTUN BELAJAR 131
f ) Prosedur kerja
- Cuci tangan
- Gunakan handsquen
- Cek instruksi obat pasien
- Siapkan obat dengan sesuai instruksi pengobatan
- Atur posisi pasien berbaring atau posisi fowler dengan
kepala hiperekstensi
- Bersihkan daerah mata menggunakan kapas dan air hangat
- Tangan non dominan memegang kelopak mata bawah
perlahan-lahan tekan bagian bawah mata dengan ibu jari
diatas tulang orbita
- Anjurkan pasien untuk melihat ke atas
- Apabila menggunakan
Salep mata : Pegang aplikator salep diatas pinggir kelopak
mata, pencet tube secara perlahan sehingga mengenai
sepanjang tepi dalam kelopak mata bawah pada konjungtiva.
Tetes mata : tangan dominan meneteskan obat kedalam
mata sesuai dengan dosis yang ditentukan tepat pada sakus
konjungtiva. Jika mata berkedip ulangi prosedur sesuai dosis obat.
- Anjurkan klien memejamkan mata secara perlahan-lahan
- Rapikan alat dan pasien
- Lepaskan handsquen dibawah larutan klorin 0,5 % secara terbalik
- Cuci tangan
- Lakukan dokumentasi
- Evaluasi respons klien terhadap obat yang diberikan setelah
15 sampai 30 menit setelah pemberian
6) Pemberian Obat Pada Telinga
a) Pengertian
Pemberian obat kedalam lubang telinga sesuai dengan dosis tertentu.
b) Tujuan
- Melunakkan kotoran yang ada pada lubang telinga sehingga
muda dibersihkan.
- Merupakan terapi local untuk mengurangi reaksi inflamasi
dan melawan organism yang tidak bermanfaat di saluran
telinga bagian luar.
- Menurunkan rasa nyeri pada telinga bagian dalam.
c) Persiapan alat dan bahan
- Bak instrument berisi sepasang handsquen
- Botol obat dalam bentuk tetes telinga
- Buku instruksi obat pada pasien
- Kapas lidi/tissue
- Nierbekken
- Kom yang berisi air hangat
- Larutan klorin 0,5 %
- Tempat sampah
d) Persiapan lingkungan
- Menyiapkan ruangan yang bersih, aman dan nyaman serta
jaga privasi pasien
e) Persiapan klien
- Jelaskan tujuan dan prosedur yanga akan dilakukan
- Berikan posisi senyaman mungkin, (posisi fowler/berbaring)
f ) Prosedur Kerja
- Cuci tangan
- Gunakan handsquen
- Cek instruksi obat pasien
- Siapkan obat dengan sesuai instruksi pengobatan
- Atur posisi pasien fowler atau senyaman mungkin
- Tarik aurikel/daun telinga ke bawah dan kebelakang jika
pasien anak-anak dan keatas jika pasien dewasa
- Bersihkan bagian dalam telinga jika seruman/cairan
menutupi lubang telinga menggunakan kapas lidi
- Anjurkan pasien utuk tetap posisi miring sekitar 2-3 menit.
Nerikan masase atau tekanan ringan pada tragus
menggunakan jari
DI LENGKAPI PENUNTUN BELAJAR 133
f ) Prosedur kerja
- Cuci tangan
- Gunakan handsquen
- Cek instruksi obat pasien
- Siapkan obat dengan sesuai instruksi pengobatan
- Bersihkan daerah kulit yang akan diberi obat dengan air
hangat gunakan kassa dan pinset
- Oleskan salep atau krim pada daerah kulit secara merata
sesuai dosis yang ditentukan
- Jika perlu balut daerah yang kulit yang telah diberi salep
atau krim
- Rapikan alat dan pasien
- Lepaskan handsquen dibawah larutan klorin 0,5 % secara
terbalik
- Cuci tangan
- Lakukan dokumentasi
- Evaluasi respons klien terhadap obat yang diberikan setelah
15 sampai 30 menit setelah pemberian.
8) Pemberian Obat Topikal Suppositoria
a. Pengertian
Merupakan cara memberikan obat dengan memasukkan obat
berbentuk lempengan kecil kedalam vagina dan anus atau rec-
tum.
b. Tujuan
Vagina Supposutoria
- Mencagah infeksi
- Mengurangi inflamasi
- Mengurangi ketidaknyamanan vagina misalnya nyeri
Rectal Supposutoria
- Memberikan efek lokal untuk meningkatkan defekasi dan
efek sistemik.
- Memberikan efek lokal pada mukosa gastrointestinal
- Menstimulasi peristalsis usus atau faltus
- Melembutkan feses dan melubrikasikan (melumasi) rectum
dan kolon
DI LENGKAPI PENUNTUN BELAJAR 135
c. Tempat Pemasangan
- Sepanjang dinding kanal vaginal posterior sampai 7,5-10 cm.
- Pemberian obat ini diletakkan tepat pada dnding rektal yang
melewati sfingter ani interna.
d. Persiapan alat dan bahan
- Obat suppositoria dalam tempatnya.
- Bak instrument berisi sepasang handsquen.
- Kain kasa.
- Vaselin/pelicin/pelumas.
- Kertas tisu.
- Nierbekken
- Perlak/pengalas
- Larutan klorin 0,5 %
- Tempat sampah
d) Persiapan lingkungan
- Menyiapkan ruangan yang bersih, aman dan nyaman serta
jaga privasi pasien.
e) Persiapan klien
- Jelaskan tujuan dan prosedur yanga akan dilakukan
- Berikan posisi senyaman mungkin,
f ) Prosedur kerja pemberian obat pada vagina
- Cuci tangan
- Gunakan handsquen
- Cek instruksi obat pasien
- Siapkan obat dengan sesuai instruksi pengobatan
- Pasang perlak dibawah bokong pasien
- Mengatur posisi pasien secara dorsol recumbent
- Dekatkan nierbekkan disamping pasien
- Membuka bungkus obat lalu jika diperlukan gunakan jelly
sebagai pelumas.
- Membuka labia menggunakan tangan non dominan
sehingga introitus vagina nampak
- Masukkan obat kedalam liang vagina sepanjang 7,5-10 cm.
tahan beberapa detik
- Rapikan alat dan pasien
136 KETERAMPILAN DASAR PRAKTIK KEBIDANAN
SOAL LATIHAN
Petunjuk
- Baca soal dengan teliti
- Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan memberi tanda silang (x)
pada pilihan A,B,C,D,E.
d. Intravena
e. Intramuskuler
5. Pemberian Obat melalui rectum yang berfungsi untuk meningkatkan
defekasi secara lokal yaitu :…
a. Aerosol
b. Asetamenofen
c. Dulcolac
d. Aspirin
e. Ibuprofen
6. Pemberian obat kedalam konjungtiva dengan dosis tertentu
disebut…….
a. Pemberian obat pada mata
b. Pemberian obat pada telinga
c. Pemberian obat secara parenteral
d. Pemberian obat pada mulut
e. Pemberian obat pada kulit
7. Pemberian obat melalui parenteral dapat dilakukan dengan cara,
kecuali……..
a. Intramuscular
b. Intravena
c. Subcutan
d. Intrakutan
e. Sublingual
8. Pemberian obat dengan cara memasukkan obat kedalam jaringan der-
mis di bawah epidermis kulit dengan menggunakan spuit 1ml yang
dimasukkan kedalam dermis membentuk ……….
a. Sudut 5-15derajat
b. Sudut 15 – 20 derajat
c. Sudut 20 – 30 derajat
d. Sudut 45 derajat
e. Sudut 90 derajat
9. Pemberian obat dengan cara memasukkan obat kedalam jaringan
konektiv (subcutan) dibawah kulit dengan menggunakan spuit yang
dimasukkan kedalam jaringan dengan membentuk ……….
a. Sudut 5-15derajat
b. Sudut 15 – 20 derajat
DI LENGKAPI PENUNTUN BELAJAR 139
c. Sudut 20 – 30 derajat
d. Sudut 45 derajat
e. Sudut 90 derajat
10. Pemberian obat dengan cara memasukkan obat kedalam jaringan otot
(intramuskular) dengan menggunakan spuit yang dimasukkan kedalam
jaringan dengan membentuk ….
a. Sudut 5-15derajat
b. Sudut 15 – 20 derajat
c. Sudut 20 – 30 derajat
d. Sudut 45 derajat
e. Sudut 90 derajat
140 KETERAMPILAN DASAR PRAKTIK KEBIDANAN
DI LENGKAPI PENUNTUN BELAJAR 141
BAB VI
PRINSIP PERAWATAN
BEDAH KEBIDANAN
Prosedur
Ajarkan pada pasien tiga bentuk latihan yang berisi tentang
kontraksi dan relaksasi otot quadriceps (vastus intermedius,
vastus lateralis, rectus femoris dan vastus medialis) dan otot
gastroknemius.
1) Lakukan dorsifikasi dan flantar fleksi pada kaki. Latihan
kadang-kadang diberiakan seperti dalam keadaan memompa.
Gerakan ini akan membuat kontrksi dan relaksasi pada otot
betis. Latihan kaki menolong mencegah terjadinya throm-
bophlebitis dan vena statis.
2) Fleksi dan ekstensi pada lutut dan penekanan kembali lutut
ke dalam bed. Instruksikan pasien untuk memulai latihan
segera setelah operasi sesuai dengan kemampuannya.
3) Naikkan dan turunkan kaki dari permukaan bed. Ekstensikan
lutut untuk menggerakan kaki. Latihan ini menimbulkan
kontraksi dan relaksasi otot quadriceps. Awasi pasien dalam
melakukan latihan kurang lebih satu jam setiap bangun
tidur, dengan catatan frekuensi latihan tergantung kondisi
pasien. Jelaskan pada pasien bahwa dengan kontraksi otot
akan memperlancar peredaran darah.
c. Latihan Gerak Sendi
Latihan gerak sendi merupakan hal sangat penting bagi pasien
sehingga setelah operasi, pasien dapat segera melakukan
berbagai pergerakan yang diperlukan untuk mempercepat
proses penyembuhan pasien Keluarga pasien seringkali
mempunyai pandangan yang keliru tentang pergerakan pasien
setalah operasi. Banyak pasien yang tidak berani menggerakkan
tubuh karena takut jahitan operasi sobek atau takut luka
operasinya lama sembuh. Pandangan seperti ini jelas keliru
karena justru jika pasien selesai operasi dan segera bergerak
maka pasien akan lebih cepat merangsang usus (peristaltik
usus) sehingga pasien akan lebih cepat kentut/flatus.
Keuntungan lain adalah menghindarkan penumpukan lendir
pada saluran pernafasan dan terhindar dari kontraktur sendi
dan terjadinya dekubitus.
Tujuan lainnya adalah memperlancar sirkulasi untuk mencegah
stasis vena dan menunjang fungsi pernafasan optimal.
Intervensi ditujukan pada perubahan posisi tubuh dan juga
Range of Motion (ROM). Latihan perpindahan posisi dan ROM
ini pada awalnya dilakukan secara pasif namun kemudian
146 KETERAMPILAN DASAR PRAKTIK KEBIDANAN
Komplikasi
Komplikasi selama operasi bisa muncul sewaktu-waktu selama
tindakan pembedahan. Komplikasi yang paling sering muncul
adalah hipotensi, hipotermi dan hipertermi maligna.
1) Hipotensi
Hipotensi yeng terjadi selama pembedahan, biasanya dilaku-
kan dengan pemberian obat-obatan tertentu (hipotensi di induksi).
Hipotensi ini memang diinginkan untuk menurunkan tekanan
darah pasien dengan tujuan untuk menurunkan jumlah
perdarahan pada bagian yang dioperasi, sehingga
memungkinkan operasi lebih cepat dilakukan dengan jumlah
perdarahan yang sedikit. Hipotensi yang disengaja ini biasanya
dilakukan melalui inhalasi atu suntikan medikasi yang
mempengaruhi sistem saraf simpatis dan otot polos perifer. Agen
anastetik inhalasi yang biasa digunakan adalah halotan.
Oleh karena adanya hipotensi diinduksi ini, maka perlu
kewaspadaan perawat untuk selalu memantau kondisi fisiologis
pasien, terutama fungsi kardiovaskulernya agar hipotensi yang
tidak diinginkan tidak muncul, dan bila muncul hipotensi yang
sifatnya malhipotensi bisa segera ditangani dengan penanganan
yang adekuat.
150 KETERAMPILAN DASAR PRAKTIK KEBIDANAN
2) Hipotermi
Adalah Keadaan suhu tubuh dibawah 36,6oC (normotermi:
36,6 37,5 oC). Hipotermi yang tidak diinginkan mungkin saja
dialami pasien sebagai akibat suhu rendah di kamar operasi
(25 26,6 oC), infus dengan cairan yang dingin, inhalasi gas-gas
dingin, kavitas atau luka terbuka pada tubuh, aktivitas otot yang
menurun, usia lanjut atau obat-obatan yang digunakan (vasodi-
lator, anastetik umum, dan lain-lain).
Pencegahan yang dapat dilakukan untuk menghindari
hipotermi yang tidak diinginkan adalah atur suhu ruangan
kamar operasi pada suhu ideal (25-26,6oC) jangan lebih rendah
dari suhu tersebut, caiaran intravena dan irigasi dibuat pada
suhu 37oC, gaun operasi pasien dan selimut yang basah harus
segera diganti dengan gaun dan selimut yang kering.
Penggunaann topi operasi juga dapat dilakukan untuk
mencegah terjadinya hipotermi. Penatalaksanaan pencegahan
hipotermi ini dilakukan tidak hanya pada saat periode intra
operatif saja, namun juga sampai saat pasca operatif.
3) Hipertermi Malignan
Hipertermi malignan sering kali terjadi pada pasien yang
dioperasi. Angka mortalitasnya sangat tinggi lebih dari 50%.
Sehingga diperlukan penatalaksanaan yang adekuat. Hipertermi
malignan terjadi akibat gangguan otot yang disebabkan oleh
agen anastetik. Selama anastesi, agen anastesi inhalasi (halotan,
enfluran) dan relaksan otot (suksinilkolin) dapat memicu
terjadinya hipertermi malignan.
Ketika diinduksi agen anastetik, kalsium di dalam kantong
sarkoplasma akan dilepaskan ke membran luar yang akan
menyebabkan terjadinya kontraksi. Secara normal, tubuh akan
melakukan mekanisme pemompaan untuk mengembali-kan
kalsium ke dalam kantong sarkoplasma. Sehingga otot-otot
akan kembali relaksasi. Namun pada orang dengan hipertermi
malignan, mekanisme ini tidak terjadi sehingga otot akan terus
berkontraksi dan tubuh akan mengalami hipermetabolisme.
Akibatnya akan terjadi hipertermi malignan dan kerusakan
sistem saraf pusat.
Untuk menghindari mortalitas, maka segera diberikan
oksigen 100%, natrium dantrolen, natrium bikarbonat dan agen
relaksan otot. lakukan juga monitoring terhadap kondisi pasien
meliputi tanda-tanda vital, EKG, elektrolit dan analisa gas darah.
DI LENGKAPI PENUNTUN BELAJAR 151
SOAL LATIHAN
Petunjuk
- Baca soal dengan teliti
- Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan memberi tanda silang (x)
pada pilihan A,B,C,D,E.
BAB VII
ASUHAN KEBIDANAN
PADA KLIEN DENGAN
MASALAH KEHILANGAN
DAN KEMATIAN
a. Jenis-jenis berduka
1) Berduka normal, terdiri atas perasaan, prilaku, dan reaksi
yang normal terhadap kehilangan, misalnya kesedihan,
kemarahan, menangis dan menarik diri dari aktivitas untuk
sementara.
2) Berduka antisipasif yaitu proses melepaskan diri yang
muncul sebelum kehilangan atau kematian yang sesung-
guhnya terjadi. Misalnya, ketika menerima diagnosis.
3) Berduka yang rumit, dialami oleh individu yang sulit untuk
maju ketahap selanjutnya.
4) Berduka tertutup adalah kedukaan dengan kehilangan yang
tidak dapat diakui secara terbuka. Misalnya, kehilangan
pasangan karena AIDS, anak mengalami kematian orang
tua.
b. Respon berduka
Respon berduka ketika berduka terhadap kehilangan dapat
melalui beberapa fase sebagai berikut (Kulber-Rose dalam Pot-
ter dan Perry 1997)
1) Fase Pengingkaran
Reaksi pertama individu yang mengalami kehilangan adalah
syok, tidak percaya atau mengingkari kenyataan bahwa
kehidupan itu memang benar terjadi. Contohnya orang atau
keluarga dari yang menerima diagnosis terminal akan terus
menerus mencari informasi tambahan. Pada tahap ini,
reaksi fisik yang terjadi adalah letih, lemah, pucat, mual,
diare, gangguan pernapasan, detak jantung cepat, menangis,
gelisah dan tidak tahu berbuat apa. Reaksi ini terjadi dalam
waktu beberapa menit atau tahun.
2) Fase Marah
Fase ini dimulai dengan timbulnya suatu kesadaran akan
kenyataan terjadinya kehilangan Individu menunjukkan
rasa marah yang meningkat yang sering diproyeksikan
kepada orang lain atau pada dirinya sendiri. Tidak jarang
ia menunjukkan perilaku agresif, berbicara kasar, menolak
pengobatan, menuduh dokter-perawat yang tidak pecus.
Respon fisik yang sering terjadi antara lain muka merah,
nadi cepat, gelisah, susah tidur, tangan mengepal.
160 KETERAMPILAN DASAR PRAKTIK KEBIDANAN
3) Fase Tawar-Menawar
Pada tahap ini, terjadi penundaan kesadaran atas kenyata-
an terjadinya kehilangan. Individu bertindak seolah-olah
kehilangan tersebut dapat dicegah dengan mencoba untuk
membuat kesepakatan secara halus dan terang-terangan.
Individu mungkin berupaya melakukan tawar-menawar
dengan memohon pada tuhan yang maha ESA.
4) Fase Depresi
Pada tahap ini, pasien sering menunukkan sikap menarik
diri, kadang-kadang bersikap sangat penurut. Tidak mau
bicara, menyatakan keputusasaan, rasa tidak berharga.
5) Fase Penerimaan
Fase ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan.
Pikiran yang selalu berpusat kepada obyek atau orang yang
hilang akan mulai berkurang atau hilang. Individu telah
menerima kehilangan yang dialaminya. Gambaran tentang
obyek atau orang yang hilang mulai dilepaskan dan secara
bertahap perhatiannya akan beralih kepada obyek yang
baru.
Apabila individu dapat memulai fase ini dan menerima
dengan perasaan damai, maka dia akan mengakhiri proses
berduka serta mengatasi perasaan kehilangannya dengan
tuntas. Tetapi bila tidak dapat menerima fase ini maka ia
akan mempengaruhi kemampuannya dalam mengatasi
perasaan kehilangan selanjutnya.
b. Algor mortis
Suhu tubuh perlahan-lahan turun 1 derajat celcius setiap jam
sampai mencapai suhu ruangan.
c. Post mortem decomposition
Perubahan terjadi livor mortis (biru kehitaman) pada daerah
yang tertekan serta melunaknya jaringan yang dapat menim-
bulkan banyak bakteri. Ini disebabkan karena sistem sirkulasi
hilang, darah/sel-sel darah merah telah rusak dan terjadi
pelepasan hemoglobin.
2. Mendampingi pasien yang hampir meninggal (sakratul maut)
a. Pengertian
Perawatan pasien yang akan meninggal dilakukan dengan cara
memberi pelayanan khusus jasmaniah dan rohaniah sebelum
pasien meninggal.
b. Tujuan
- Memberi rasa tenang dan puas jasmaniah dan rohaniah
pada pasien dan keluarganya
- Memberi ketenangan dan kesan yang baik pada pasien
disekitarnya.
- Untuk mengetahui tanda-tanda pasien yang akan meninggal
secara medis bisa dilihat dari keadaan umum, vital sighn
dan beberapa tahap-tahap kematian
c. Pelaksanaan
- Memberitahu keluarga tentang tindakan yang dilakukan
- Mempersiapkan alat : Kassa, air matang, kom/gelas, Pinset,
Tensi meter, stetoskop, Oksigen (O2), Canula, termometer.
- Memberitahu pada keluarga tentang tindakan yang akan
dilakukan
- Mencuci tangan
- Memisahkan pasien dengan pasien yang lain.
- Mengijinkan keluarga untuk mendampingi, pasien tidak
boleh ditinggalkan sendiri.
- Membersihkan pasien dari keringat.
- Mengusahakan lingkungan tenang, berbicara dengan suara
lembut dan penuh perhatian, serta tidak tertawa-tawa atau
bergurau disekitar pasien.
- Membasahi bibir pasien dengan kassa lembab, bila tampak
kering menggunakan pinset.
162 KETERAMPILAN DASAR PRAKTIK KEBIDANAN
SOAL LATIHAN
Petunjuk
- Baca soal dengan teliti
- Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan memberi tanda silang (x)
pada pilihan A,B,C,D,E.
BAB VIII
PENUNTUN PELAJAR
PENUNTUN BELAJAR
PEMASANGAN OKSIGEN DENGAN NASAL KANULA
Nama Mahasiswi :
Nim :
Nama Penilai :
Pengertian : Pemberian oksigen pada klien yang memer-lukan
oksigen ekstra dengan cara memasukkan selang
yang terbuat dari plastik kedalam lubang hidung
dan mengaitkannya di belakang telinga. Panjang
selang yang dimasukkan ke dalam lubang
hidung hanya berkisar 0,6 sampai dengan 1,3
cm.
Tujuan :
1. Memberikan terapi oksigen dengan konsentrasi rendah.
2. Memberikan terapi oksigen tanpa harus ada interupsi aktivitas lain,
seperti makan&minum
Petunjuk Penilaian :
Nilai setiap langkah yang diamati dengan menggunakan skala sebagai
berikut :
1. Perlu Perbaikan : Langkah tidak dikerjakan atau tidak dikerjakan
dengan benar.
2. Mampu : Langkah dikerjakan dengan benar dan berurutan,
tetapi kurang tepat dan pembimbing perlu
membantu.
3. Mahir : Langkah dikerjakan dengan benar, tepat tanpa
ragu-ragu atau tanpa perlu bantuan/bimbingan
dan sesuai dengan urutan
Beri tanda (v) dalam kolom yang tersedia di sebelah kanan dengan tindakan
yang dilakukan oleh mahasiswa.
170 KETERAMPILAN DASAR PRAKTIK KEBIDANAN
Skala Penilaian
No Langkah Kerja
1 2 3 4 5
Persiapan Alat
- Tabung oksigen lengkap dengan
manometer
- Flow meter (pengukur aliran)
1
- Humidifier (yang sudah di isi dengan
aquadest atau air matang)
- Selang oksigen
- Nasal kanule
Persiapan Lingkungan
2
- Jaga privasi pasien
Persiapan Klien
- Jelaskan tujuan dan prosedur yang akan
dilakukan
3
- Beri klien posisi fowler di tempat tidur atau
posisi duduk dikursi sampai klien merasa
nyaman
Pelaksanaan
4 Mencuci tangan
Sambungkan kanule ke selang oksigen dari
5
humidifier
Putar tombol flow meter sampai kecepatan
6 yang diprogramkan dan mencoba aliran
pada kulit muka melalui ujung selang
Masukkan cabang kanule ke dalam lubang
hidung klien ±1-2 cm dan kaitkan tali di
7
belakang telinga klien, lalu rapatkan
pengatur selang oksigen dibawah dagu
Minta klien untuk setiap menarik nafas
8
melalui hidung
Menanyakan kepada klien apakah sesaknya
9
sudah berkurang atau tidak
10 Mengobservasi status pernapasan klien
Memberitahu klien bahwa tidakan sudah
11
selesai
12 Rapikan alat dan pasien
Menjelaskan pada klien dan keluarga :
- Tidak boleh merokok dilingkungan klien
13 - Tidak boleh mengubah flow meter
- Segera lapor jika ada reaksi sesak
bertambah atau gelisah
14 Mencuci tangan
DI LENGKAPI PENUNTUN BELAJAR 171
SIKAP
15 Melakukan tindakan dengan sistematis
16 Komunikatif dengan klien
17 Percaya diri
PENUNTUN BELAJAR
PEMASANGAN OKSIGEN DENGAN MASKER (FACE MASK)
Nama Mahasiswi :
Nim :
Nama Penilai :
Pengertian : Pemberian oksigen pada klien dengan meng-
gunakan masker yang dialiri oksigen dengan
posisi menutupi hidung dan mulut klien.
Masker tersebut berwarna bening dan mem-
punyai tali sehingga dapat mengikat kuat
mengelilingi wajah.
Tujuan : Memberikan terapi oksigen dengan konsentrasi dan atau
tingkat kelembapan yang tinggi dari pada nasal kanula
Petunjuk Penilaian :
Nilai setiap langkah yang diamati dengan menggunakan skala sebagai
berikut :
1. Perlu Perbaikan : Langkah tidak dikerjakan atau tidak dikerjakan
dengan benar.
2. Mampu : Langkah dikerjakan dengan benar dan ber-
urutan, tetapi kurang tepat dan pembimbing
perlu membantu.
3. Mahir : Langkah dikerjakan dengan benar, tepat tanpa
ragu-ragu atau tanpa perlu bantuan/bimbingan
dan sesuai dengan urutan
Beri tanda (v) dalam kolom yang tersedia di sebelah kanan dengan tindakan
yang dilakukan oleh mahasiswa.
DI LENGKAPI PENUNTUN BELAJAR 173
Skala Penilaian
No Langkah Kerja Memasang NGT
1 2 3 4 5
1 Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan
Menyiapkan alat dan bahan :
• BAK Instrumen berisi :
Pipa Penduga / NGT dalam tempatnya
Handscoen
• Spoit 20 cc
• Pengalas
• Neerbeken
2
• Plester
• Gunting
• Air matang
• Stetoskop
• Klem
• Vaselin
• Spidol
Mencuci tangan 7 la ngkah dan mengeringkan dengan
3
handuk pribadi
4 Mengenakan handscoen
Menyiapkan alat dan Menempatkan alat di dekat klien
5
dengan benar
6 Menjaga privasi
7 Mengatur posisi pasien (semi fowler)
Membersihkan daerah hidung dan meletakkan pengalas di
8
atas dada klien
9
Letakkan bengkok (neirbekken) di dekat pasien
Menentukan letak NGT
mengukur panjang pipa mulai dari epigastrium sampai
10
hidung kemudian nierbekkenan ketelinga dan beri
tanda batasnya.
Mengolesi ujung NGT dengan vaselin lalu memasukkan
ujung NGT kedalam hid ung klien secara perlahan-lahan
11 sampai batas yang telah ditentukan (klem)
Saat memasukkan ujung NGT menganjurkan klien
untuk menelan
Memastikan apakah pipa tersebut sudah benar - benar
masuk kelambung :
• Masukan ujung selang yang diklem kedalam
neerbeken yang diisi air (klem dibuka),
memperhatikan apakah ada gelembung udara
didalam neerbeken jika tidak ada gelembung maka
12 NGT sudah masuk kedalam lambung.
• Memasukkan udara dengan menggunakan spoit
kedalam lambung melalui NGT tersebut &
mendengarkan dengan menggunakan stetoskop,
jika terdengar bunyi menandakan NGT tersebut
telah masuk, setelah itu mengeluarkan udara
kembali sejumlah yang dimasukan.
174 KETERAMPILAN DASAR PRAKTIK KEBIDANAN
13 Merapikan pasien
14 Membereskan dan mengembalikan alat ke tempat semula
Mencuci tangan 7 la ngkah dan mengeringkan dengan
15
handuk pribadi
16 Melakukan pendokumentasian.
PENUNTUN BELAJAR
PEMASANGAN NGT
Nama Mahasiswi :
Nim :
Nama Penilai :
Pengertian : Tindakan pada pasien yang tidak mampu
memenuhi kebutuhan nutrisi secara oral.
Petunjuk Penilaian :
Nilai setiap langkah yang diamati dengan menggunakan skala sebagai
berikut :
1. Perlu Perbaikan : Langkah tidak dikerjakan atau tidak dikerjakan
dengan benar.
2. Mampu : Langkah dikerjakan dengan benar dan ber-
urutan, tetapi kurang tepat dan pembimbing
perlu membantu.
3. Mahir : Langkah dikerjakan dengan benar, tepat tanpa
ragu-ragu atau tanpa perlu bantuan/bimbingan
dan sesuai dengan urutan
Beri tanda (v) dalam kolom yang tersedia di sebelah kanan dengan tindakan
yang dilakukan oleh mahasiswa.
176 KETERAMPILAN DASAR PRAKTIK KEBIDANAN
Skala Penilaian
No Langkah Kerja Memasang NGT
1 2 3 4 5
1 Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan
Menyiapkan alat dan bahan :
• BAK Instrumen berisi :
Pipa Penduga / NGT dalam tempatnya
Handscoen
• Spoit 20 cc
• Pengalas
• Neerbeken
2
• Plester
• Gunting
• Air matang
• Stetoskop
• Klem
• Vaselin
• Spidol
Mencuci tangan 7 langkah dan mengeringkan dengan
3
handuk pribadi
4 Mengenakan handscoen
Menyiapkan alat dan Menempatkan alat di dekat klien
5
dengan benar
6 Menjaga privasi
7 Mengatur posisi pasien (semi fowler)
Membersihkan daerah hidung dan meletakkan
8
pengalas di atas dada klien
9
Letakkan bengkok (neirbekken) di dekat pasien
Menentukan letak NGT
mengukur panjang pipa mulai dari epigastrium
10
sampai hidung kemudian nierbekkenan ketelinga
dan beri tanda batasnya.
Mengolesi ujung NGT dengan vaselin lalu
memasukkan ujung NGT kedalam hidung klien secara
perlahan-lahan sampai batas yang telah ditentukan
11
(klem)
Saat memasukkan ujung NGT menganjurkan klien
untuk menelan
Memastikan apakah pipa tersebut sudah benar - benar
masuk kelambung :
• Masukan ujung selang yang diklem kedalam
neerbeken yang diisi air (klem dibuka),
memperhatikan apakah ada gelembung udara
didalam neerbeken jika tidak ada gelembung
maka NGT sudah masuk kedalam lambung.
12
• Memasukkan udara dengan menggunakan
spoit kedalam lambung melalui NGT tersebut &
mendengarkan dengan menggunakan
stetoskop, jika terdengar bunyi menandakan
NGT tersebut telah masuk, setelah itu
mengeluarkan udara kembali sejumlah yang
dimasukan.
DI LENGKAPI PENUNTUN BELAJAR 177
13 Merapikan pasien
Membereskan dan mengembalikan alat ke tempat
14
semula
Mencuci tangan 7 langkah dan mengeringkan dengan
15
handuk pribadi
16 Melakukan pendokumentasian.
PENUNTUN BELAJAR
MELEPAS NGT
Nama Mahasiswi :
Nim :
Nama Penilai :
Petunjuk Penilaian :
Nilai setiap langkah yang diamati dengan menggunakan skala sebagai
berikut :
1. Perlu Perbaikan : Langkah tidak dikerjakan atau tidak dikerjakan
dengan benar.
2. Mampu : Langkah dikerjakan dengan benar dan ber-
urutan, tetapi kurang tepat dan pembimbing
perlu membantu.
3. Mahir : Langkah dikerjakan dengan benar, tepat tanpa
ragu-ragu atau tanpa perlu bantuan/bimbingan
dan sesuai dengan urutan
Beri tanda (v) dalam kolom yang tersedia di sebelah kanan dengan tindakan
yang dilakukan oleh mahasiswa.
DI LENGKAPI PENUNTUN BELAJAR 179
Skala Penilaian
No Langkah Kerja Pemasangan NGT
1 2 3 4 5
1 Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan
Menyiapkan alat :
BAK Instrumen berisi : Handscoen
2 Neerbeken
Kapas dalam tempatnya
Alkohol 70%
Mencuci tangan 7 langkah dan
3
mengeringkannya dengan handuk pribadi
Melepaskan plester dengan menggunakan
kapas alcohol
Mengenakan Handscoen
Mengeluarkkan NGT secara perlahan- lahan
4 Menganjurkan klien untuk menarik nafas
panjang selama pencabutan NGT
Menyampaikan kepada klien bahwa NGT
5
telah dikeluarkan
6 Merapikan pasien
Membereskan dan mengembalikan alat ke
7
tempat semula
Mencuci tangan 7 langkah dan
8
mengeringkan dengan handuk pribadi
MEMASANG INFUS
Nama Mahasiswi :
Nim :
Nama Penilai :
Pengertian : Tindakan memasukkan cairan melalui intravena
yang dilakukan pada pasien dengan bantuan
perangkat infuse.
Tujuan : Untuk memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit,
serta sebagai tindaka pengobatan dan pemberian
makanan.
Petunjuk Penilaian :
Nilai setiap langkah yang diamati dengan menggunakan skala sebagai
berikut :
1. Perlu Perbaikan : Langkah tidak dikerjakan atau tidak dikerjakan
dengan benar.
2. Mampu : Langkah dikerjakan dengan benar dan berurutan,
tetapi kurang tepat dan pembimbing perlu
membantu.
3. Mahir : Langkah dikerjakan dengan benar, tepat tanpa
ragu-ragu atau tanpa perlu bantuan/bimbingan
dan sesuai dengan urutan
Beri tanda (v) dalam kolom yang tersedia di sebelah kanan dengan tindakan
yang dilakukan oleh mahasiswa.
DI LENGKAPI PENUNTUN BELAJAR 181
Skala Penilaian
No Langkah Kerja
1 2 3 4 5
1 Memberitahukan tindakan yang akan dilakukan kepada pasien
Persiapan alat baki berisi:
a. Seperangkat alat infus steril ( vena kateter sesuai ukuran
Abocath u/ bayi 24, anak-anak 22 dan dewasa 20&18)
b. Cairan yang diperlukan
c. Bethadine solution
d. Lidi kapas steril dalam tempatnya
e. Kasa steril dalam tempatnya
f. Kapas alcohol 70%dalam tempatnya
2 g. Plester
h. Gunting verban
i. Nierbekken (nierbekken)
j. Karet pembendung
k. Spalk dalam keadaan siap pakai (bila perlu)
l. Perlak dan alasnya
m. Standar infus lengkap dengan gantungan
n. Larutan klorin 0.5%
o. Tempat sampah basah dan kering
3 Memasang sampiran
Mencuci tangan 7 langkah dan mengeringkannya dengan
4
handuk pribadi.
Mendekatkan alat-alat kedekat pasien, memasang perlak dan
5
alasnya dibawah anggota tubuh yang akan dipasang infuse
menghubungakan cairan dan perangkat infuse dengan
6
menusukkan ke dalam botol infus (cairan)
Mengisi cairan ke dalam perangkat infus dengan menekan
bagian ruang tetesan hingga ruangan tetesan terisi sebagian,
7
kemudian buka penutup hingga selang terisi dan keluar
udaranya
8 meletakkan pengalas
Membendung lengan pasien bagian atas dibendung dengan
karet pembendung (tourniquet). Mencari dan menentukan
9
vena yang akan ditusuk
Vena sebaiknya jelas terlihat dan tidak berkelok-kelok
10 Mengunakan sarung tangan
Mengantiseptik daerah permukaan kulit yang akan dit usuk lalu
10 menusukkan jarum ke dalam vena dengan lubang jarum
menghdap keatas.
Apabila darah masuk kedalam slang (berhasil) maka
11 pembendung dilepaskan dan penjepit klem (katrol)/
dilonggarkan untuk melihat kelancaran cairan atau tetesan.
Setelah tetesan lancar, mengeluarkan jarum dari mandring dan
12 pangkal jarum dilekatkan pada kulit menggunakan plester lalu
mengatur tetesan sesuai ketentuan.
182 KETERAMPILAN DASAR PRAKTIK KEBIDANAN
PENUNTUN BELAJAR
MELEPAS INFUS
Nama Mahasiswi :
Nim :
Nama Penilai :
Petunjuk Penilaian :
Nilai setiap langkah yang diamati dengan menggunakan skala sebagai
berikut :
1. Perlu Perbaikan : Langkah tidak dikerjakan atau tidak dikerjakan
dengan benar.
2. Mampu : Langkah dikerjakan dengan benar dan ber-
urutan, tetapi kurang tepat dan pembimbing
perlu membantu.
3. Mahir : Langkah dikerjakan dengan benar, tepat tanpa
ragu-ragu atau tanpa perlu bantuan/bimbingan
dan sesuai dengan urutan
Beri tanda (v) dalam kolom yang tersedia di sebelah kanan dengan tindakan
yang dilakukan oleh mahasiswa.
184 KETERAMPILAN DASAR PRAKTIK KEBIDANAN
Skala Penilaian
No Langkah Kerja Melepas Infus
1 2 3 4 5
1. Memberitahu pada pasien mengenai tindakan yang
akan dilakukan
2. Mempersiapkan alat yang akan digunakan yaitu :
a. Bak instrumen yang berisi :
• 1 pasang handscoen
b. Baki yang berisi :
• Kapas alkohol dalam com
• Kapas kering dalam com
• Nierbeken
c. Tempat sampah basah
d. Tempat sampah kering
e. Larutan klorin 0,5 %
f. Perlak dan pengalasnya
3. Mendekatkan alat-alat di dekat pasien
4. Memasang sampiran
5. Memasang perlak dan pengalasnya
5. Mencuci tangan 7 langkah dan mengeringkan dengan
handuk pribadi
6. Mengenakan handscoen
7. Membasahi plester yang melekat pada kulit dengan
kapas alcohol
8. Melepaskan plester dan kasa dari kulit
9. Menekankan tempat tusukan dengan kapas alcohol
dan mencabut infus pelan – pelan
10. Merekatkan kapas alkohol dengan plester
11. Membereskan alat dan merapikan pasien
12. Melepas sarung tangan, merendam dalam larutan
klorin 0,5 %
13. Mencuci tangan dengan sabun di bawah air mengalir,
mengeringkan dengan handuk bersih
14. Melakukan dokumentasi tindakan yang telah dilakukan
PENUNTUN BELAJAR
MENGGANTI CAIRAN INFUS
Nama Mahasiswi :
Nim :
Nama Penilai :
Pengertian : Proses mengganti cairan infuse dengan yang
baru dikarenakan cairan infus yang lama sudah
habis atau terdapat pergantian jenis cairan infus
Tujuan : Menjaga keseimbangan cairan dan eletrolit
Petunjuk Penilaian :
Nilai setiap langkah yang diamati dengan menggunakan skala sebagai
berikut :
1. Perlu Perbaikan : Langkah tidak dikerjakan atau tidak dikerjakan
dengan benar.
2. Mampu : Langkah dikerjakan dengan benar dan ber-
urutan, tetapi kurang tepat dan pembimbing
perlu membantu.
3. Mahir : Langkah dikerjakan dengan benar, tepat tanpa
ragu-ragu atau tanpa perlu bantuan/bimbingan
dan sesuai dengan urutan
Beri tanda (v) dalam kolom yang tersedia di sebelah kanan dengan tindakan
yang dilakukan oleh mahasiswa.
186 KETERAMPILAN DASAR PRAKTIK KEBIDANAN
Skala Penilaian
No Langkah Kerja
1 2 3 4 5
Persiapan Alat
1
- Cairan infus yang sesuai instruksi dokter
Persiapan Lingkungan
2
- Jaga privasi pasien
Persiapan Klien
3
- Jelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan
Pelaksanaan
PENUNTUN BELAJAR
MEMASANG TRANSFUSI DARAH
Nama Mahasiswi :
Nim :
Nama Penilai :
Petunjuk Penilaian :
Nilai setiap langkah yang diamati dengan menggunakan skala sebagai
berikut :
1. Perlu Perbaikan : Langkah tidak dikerjakan atau tidak dikerjakan
dengan benar.
2. Mampu : Langkah dikerjakan dengan benar dan ber-
urutan, tetapi kurang tepat dan pembimbing
perlu membantu.
3. Mahir : Langkah dikerjakan dengan benar, tepat tanpa
ragu-ragu atau tanpa perlu bantuan/bimbingan
dan sesuai dengan urutan
Beri tanda (v) dalam kolom yang tersedia di sebelah kanan dengan tindakan
yang dilakukan oleh mahasiswa.
188 KETERAMPILAN DASAR PRAKTIK KEBIDANAN
SkalaPenilaian
No Langkah Kerja
1 2 3 4 5
1 Memberitahukan tindakan yang akan dilakukan kepada
pasien
Persiapan alat baki berisi:
a. Seperangkat alat infus steril
b. Cairan NaCl 0.9%
c. Darah sesuai dengan golongan darah pasien, sesuai
dengan kebutuhan
d. Obat-obatan anti alergi le ngkap dengan spoitnya
e. Bethadine solution
f. Lidi kapas steril dalam tempatnya
g. Kasa steril dalam tempatnya
2 h. Kapas alcohol dalam tempatnya
i. Plester
j. Gunting verban
k. Nierbekken (nierbekken)
l. Karet pembendung
m. Spalk dalam keadaan siap pakai (bila perlu)
n. Perlak dan alasnya
o. Standar infus lengkap dengan gantungan
p. Larutan klorin 0.5%
q. Tempat sampah
3 Memasang sampiran
Mencuci tangan 7 langkah dan mengeringkannya dengan
4
handuk pribadi.
Mendekatkan alat-alat kedekat pasien, memasang perlak
5
dan alasnya dibawah anggota tubuh (lengan)
Memeriksa suhu darah dalam botol (bag) harus sesuai
6
dengan suhu tubuh pasien.
Mencocokkan dengan teliti label atau etiket botol darah
7 dengan status pasien yang bersangkutan.
Darah tanpa label tidak boleh diberikan
Memperhatikan keadaan darah bila ada gumpalan (stolsel)
8
darah tidak boleh diberikan
Memasang infus sesuai prosedur kerja dengan
9 menggunakan transfusi set dan cairan NaCI 0.9% selama 5
menit atau setelah cairan masuk sebanyak 100-150 cc.
10 Memindahkan slang transfusi kebotol darah
Mengatur jumlah tetesan darah permenit sesuai yang telah
11
ditentukan
Mengawasi reaksi pasien selama 15 menit pertama
12 Obsevasi reaksi menggigil, sesak napas, urtikaria, suhu
tubuh meningkat
DI LENGKAPI PENUNTUN BELAJAR 189
PENUNTUN BELAJAR
PEMASANGAN KATETER
Nama Mahasiswi :
Nim :
Nama Penilai :
Petunjuk Penilaian :
Nilai setiap langkah yang diamati dengan menggunakan skala sebagai
berikut :
1. Perlu Perbaikan : Langkah tidak dikerjakan atau tidak dikerjakan
dengan benar.
2. Mampu : Langkah dikerjakan dengan benar dan ber-
urutan, tetapi kurang tepat dan pembimbing
perlu membantu.
3. Mahir : Langkah dikerjakan dengan benar, tepat tanpa
ragu-ragu atau tanpa perlu bantuan/bimbingan
dan sesuai dengan urutan
Beri tanda (v) dalam kolom yang tersedia di sebelah kanan dengan tindakan
yang dilakukan oleh mahasiswa.
DI LENGKAPI PENUNTUN BELAJAR 191
Skala Penilaian
No Langkah Kerja
1 2 3 4 5
Persiapan Klien
1 - Jelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan
- Beri klien posisi dorsal recumbent (wanita) dan Supine (pria)
Persiapan Alat
- Bak instrument berisi : Handscoen, 4-5 lembar Kasa, pinset
anatomis, 2 kom.
- Korentang dan tempatnya
- Kateter steril
- Urine bag dan gantungannya
- Spuit steril ukuran 10 cc atau 20 cc
- Cairan steril (aquades atu air matang)
2 - Jelly
- Nierbekken
- Gunting dan plester
- Selimut
- Perlak dan pengalasnya
- Larutan klorin
- Tempat sampah
Ukuran untuk anak-anak 6-10 dan wanita dewasa 14-16, laki-
laki dewasa 20-22
Persiapan Lingkungan
3
- Jaga privasi pasien
Pelaksanaan
5 Mencuci tangan dengan teknik 7 langkah
6 Melepaskan pakaian bawah klien dan pasang selimut klien
7 Memasang perlak dan pengalas pada bagian bawah bokong
8 Membuka set steril
Mengeluarkan kateter dan spuit dari bungkusnya kemudian
9
diletakkan dalam bak instrument (steril)
10 Meletakan bengkok diantara 2 paha klien
11 Mengenakan handscoen
Mengambil kassa steril dengan menggunakan pinset, lalu kasa
12
dibasahi larutan desinfektan
Buka daerah meatus
- Wanita : buka labia mayora denagan jari telunjuk dan ibu jari
tangan kiri dan bersihkan dengan tangan kanan yang masih
steril kearah atas krbawah 1x usap
13
- Laki-laki : pegang penis dengan sudut 90 derajat. Pegang
daerah dibawah glands penis dengan ibu jari dan
telunjuk.prepetulum dirtarik kebawah. Bersihkan dengan arah
melintang dari meatus kearah luar
Masukkan kateter melalui uretra ke kandung kemih sampai keluar
urine dari ujung kateter yang diletakkan dalam bengkok sambil
14 menganjurkan pasien menarik nafas dalam.
Wanita : 5-7 cm sd urin keluar
Laki-laki : 18-20 cm sd urin keluar
192 KETERAMPILAN DASAR PRAKTIK KEBIDANAN
PENUNTUN BELAJAR
MELEPAS KATETER
Nama Mahasiswi :
Nim :
Nama Penilai :
Pengertian : melepas selang kateter dari kandung kemih
Tujuan :
1. Membantu klien lebih merasa nyaman
2. Menghindari adanya infeksi dari saluran perkemihan karena
pemakaian kateter dalam jangka waktu yang lama .
Petunjuk Penilaian :
Nilai setiap langkah yang diamati dengan menggunakan skala sebagai
berikut :
1. Perlu Perbaikan : Langkah tidak dikerjakan atau tidak dikerjakan
dengan benar.
2. Mampu : Langkah dikerjakan dengan benar dan ber-
urutan, tetapi kurang tepat dan pembimbing
perlu membantu.
3. Mahir : Langkah dikerjakan dengan benar, tepat tanpa
ragu-ragu atau tanpa perlu bantuan/bimbingan
dan sesuai dengan urutan
Beri tanda (v) dalam kolom yang tersedia di sebelah kanan dengan tindakan
yang dilakukan oleh mahasiswa.
194 KETERAMPILAN DASAR PRAKTIK KEBIDANAN
Skala Penilaian
No Langkah Kerja
1 2 3 4 5
Persiapan Alat
- Bak instrument berisi : Handscoen.
- Korentang dan tempatnya
- Spuit steril ukuran 10 cc atau 20 cc
1
- Selimut
- Perlak dan pengalasnya
- Larutan klorin
- Tempat sampah
Persiapan Lingkungan
2
- Jaga privasi pasien
Persiapan Klien
- Jelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan
3
- Beri klien posisi dorsal recumbent (wanita) dan Supine
(pria)
Pelaksanaan
4 Mencuci tangan dengan teknik 7 langkah
5 Mengenakan handscoen
6 Melepaskan pakaian bawah klien dan pasang selimut klien
7 Memasang perlak dan pengalas pada bagian bawah bokong
8 Membuka set steril
Buka plester dan kasa pada bagian penis (jika klien laki-laki).
9
Jika wanita maka tindakan ini tidak perlu
Memasukkan spuit ±10-20 cc ke selang kateter. Kemudian
10 keluarkan cairan yang berada dibalon kateter secara perlahan-
lahan.
11 Menganjurkan klien menarik nafas panjang
12 Keluarkan kateter secara perlahan- lahan .
13 Rapikan pasien dan beritahu bahwa tindakan telah selesai
14 Bereskan alat dan lepaskan handscoen dibawah larutan klorin
15 Cuci tangan dengan teknik 7 langkah
SIKAP
16 Melakukan tindakan dengan sistematis
17 Percaya diri
PENUNTUN BELAJAR
HUKNAH RENDAH
Nama Mahasiswi :
Nim :
Nama Penilai :
Pengertian : Tindakan memasukkan cairan hangat kedalam
kolon assendens dengan kanula rekti melalui
anus.
Tujuan : Mengosongkan usus pada proses prabedah agar
dapat mencegah terjadinya obstruksi makanan
sebagai dampak dari pascaoperasi dan merang-
sang buang air besar bagi pasien yang mengalami
kesulitan Buang Air Besar (BAB)
Petunjuk Penilaian :
Nilai setiap langkah yang diamati dengan menggunakan skala sebagai
berikut :
1. Perlu Perbaikan : Langkah tidak dikerjakan atau tidak dikerjakan
dengan benar.
2. Mampu : Langkah dikerjakan dengan benar dan ber-
urutan, tetapi kurang tepat dan pembimbing
perlu membantu.
3. Mahir : Langkah dikerjakan dengan benar, tepat tanpa
ragu-ragu atau tanpa perlu bantuan/bimbingan
dan sesuai dengan urutan
Beri tanda (v) dalam kolom yang tersedia di sebelah kanan dengan tindakan
yang dilakukan oleh mahasiswa.
196 KETERAMPILAN DASAR PRAKTIK KEBIDANAN
Skala Penilaian
No Langkah Kerja Huknah Rendah
1 2 3 4 5
1 Memberitahu dan menjelaskan tindakan yang akan dilakukan
Menyiapkan alat dan bahan
Persiapan alat :
Scherm/sampiran
Selimut mandi
Alas bokong /perlak
Irigator lengkap dengan kanula rekti
Cairan hangat sebanyak 2 liter, (air biasa, air sabun, 1-1,5%,
2
NaCl 0,9 %
Pelum as (vaselin)
Tiang infus (bila perlu)
Pispot
Handscoen
Perlengkapan cuci tangan
Nierbekken
3 Memasang sampiran/menutup tirai
Mencuci tangan 7 langkah dan mengeringkan dengan handuk
4
pribadi
5 Mengenakan handscoen
Mempersilahkan pasien untuk menanggalkan pakaian bawah,
6
dan memasang selimut mandi
7 Mengatur posisi pasien senyaman mungkin Posisi sim
8 Memasang perlak dibawah bokong pasien
Mengisi irigator dengan cairan hangat atau cairan sabun sesuai
9
suhu badan
10 Memasang kanula pada ujung slang
11 Mengolesi ujung kanula dengan pelumas (vaselin)
Memastikan slang tidak ada udara dengan cara membuka slang
12 hingga air mengalir keluar (sedikit) dan kunci atau klem kembali
slang
Meletakkan irigator pada tiang infus atau sandaran kira-kira
13
setinggi 50 cm di atas pasien.
Membuka bokong pasien agar anus terlihat jelas dengan
14
menggunakan tangan kiri
Memasukkan kanula dengan tangan kanan kedalam rectum
15 lebih dari 5 cm, pasien dianjurkan menarik nafas panjang agar
lebih rileks
Membuka klem slang irigator dan memasukkan cairan secara
perlahan-lahan (melakukan selama ± 20 menit sambil
16 memperhatikan reaksi pasien)
Bila cairan sudah habis, slang diklem (menganjurkan
pasien untuk menarik nafas panjang)
Melepas kanula dan masukkan dalam nierbekken yang berisi
17
cairan larutan klorin 0,5 %
DI LENGKAPI PENUNTUN BELAJAR 197
PENUNTUN BELAJAR
HUKNAH TINGGI
Nama Mahasiswi :
Nim :
Nama Penilai :
Pengertian : Tindakan memasukkan cairan hangat kedalam
kolon asndens dengan kanula rekti melalui anus.
Tujuan : Mengosongkan usus pada pasien prabedah
Petunjuk Penilaian :
Nilai setiap langkah yang diamati dengan menggunakan skala sebagai
berikut :
1. Perlu Perbaikan : Langkah tidak dikerjakan atau tidak dikerjakan
dengan benar.
2. Mampu : Langkah dikerjakan dengan benar dan ber-
urutan, tetapi kurang tepat dan pembimbing
perlu membantu.
3. Mahir : Langkah dikerjakan dengan benar, tepat tanpa
ragu-ragu atau tanpa perlu bantuan/bimbingan
dan sesuai dengan urutan
Beri tanda (v) dalam kolom yang tersedia di sebelah kanan dengan tindakan
yang dilakukan oleh mahasiswa.
DI LENGKAPI PENUNTUN BELAJAR 199
Skala Penilaian
No Langkah Kerja
1 2 3 4 5
Memberitahu dan menjelaskan pada klien tindakan yang akan
1
dilakukan
Menyiapkan alat dan bahan secara ergonomis
Persiapan alat :
Handscoen
Scherm / sampiran
Selimut mandi
Alas bokong / perlak
2 Irigator lengkap dengan kanula rekti
Cairan hangat sebanyak 2 liter (air biasa, air sabun, 1 - 1,5%,
NaCl 0,9 %)
Pelumas (vaselin)
Tiang infus (bila perlu)
Nierbekken, Pispot
Perlengkapan cuci tangan
3 Memasang sampiran / menutup menutup tirai
Mencuci tangan 7 langkah dan mengeringkannya dengan handuk
4
pribadi
5 Memakai handscoen bersih
Mempersilahkan pasien untuk menanggalkan pakaian bawah,
6
dan memasang selimut mandi
Mengatur posisi pasien senyaman mungkin miring kanan
7
Posisi Sim
8 Memasang perlak di bawah bokong pasien
Mengisi irigator dengan cairan hangat atau cairan sabun sesuai
9
suhu badan
10 Memasang kanula pada ujung slang
11 Mengolesi ujung kanula dengan pelumas (vaselin)
Memastikan slang tidak ada udara dengan cara membuka slang
12 hingga air mengalir keluar (sedikit) dan kunci atau klem kembali
slang
Meletakkan irigator pada tiang infus atau sandaran kira-kira
13
setinggi 50 cm di atas pasien
Membuka bokong pasien agar anus terlihat jelas dengan
14
menggunakan tangan kiri
200 KETERAMPILAN DASAR PRAKTIK KEBIDANAN
PENUNTUN BELAJAR
MEMANDIKAN PASIEN
Nama Mahasiswi :
Nim :
Nama Penilai :
Petunjuk Penilaian :
Nilai setiap langkah yang diamati dengan menggunakan skala sebagai
berikut :
1. Perlu Perbaikan : Langkah tidak dikerjakan atau tidak dikerjakan
dengan benar.
2. Mampu : Langkah dikerjakan dengan benar dan ber-
urutan, tetapi kurang tepat dan pembimbing
perlu membantu.
3. Mahir : Langkah dikerjakan dengan benar, tepat tanpa
ragu-ragu atau tanpa perlu bantuan/bimbingan
dan sesuai dengan urutan
Beri tanda (v) dalam kolom yang tersedia di sebelah kanan dengan tindakan
yang dilakukan oleh mahasiswa.
202 KETERAMPILAN DASAR PRAKTIK KEBIDANAN
Skala Penilaian
No Langkah Kerja
1 2 3 4 5
1 Memberitahu pasien tentang tindakan yang akan dilakukan
Menyiapkan alat :
a. Baki berisi :
- Sabun mandi
- Sikat gigi
- Shampoo
- Pasta gigi
- Talk /bedak
b. Bak instrumen berisi : Handscoen steril
c. Com
2 d. Air DTT
e. Handuk bersih
f. Selimut
g. Pakaian pasien yang bersih
h. Waslap
i. Nierbekken (nierbekken)
j. 2 Baskom berisi air bersih
k. Larutan klorin 0,5 %
l. Perlak , Celemek
m. Handuk pribadi
3 Memasang sampiran / menutup menutup tirai
Mencuci tangan 7 langkah dan mengeringkannya dengan handuk
4
pribadi
5 Memakai handscoen bersih
Mempersilahkan pasien untuk menanggalkan pakaian bawah, dan
6
memasang selimut mandi
Memasang sampiran, memindahkan selimut dan bantal dari tempat
3
tidur
4 Mengatur posisi pasien senyaman mungkin
Mencuci tangan dengan tehnik 7 langkah dan mengeringkan dengan
5
handuk pribadi.
6 Memasang handscoen
Membuka pakaian atas dan menutup dengan selimut mandi/kain
7
penutup
8 Membentangkan handuk di bawah kepala
9 Membantu pasien untuk gosok gigi (bila mungkin)
Membersihkan muka, telinga dan leher dengan waslap yang telah
10 dibasahi air.
- Tanyakan apakah pasien mau memakai sabun atau tidak
11 Mengeringkan muka dengan handuk
Menurunkan selimut mandi, mengangkat atau mempersilahkan
12
pasien mengangkat kedua tangan ke atas
Meletakkan handuk di atas dada dan melebarkan ke samping kanan
13
dan kiri sehingga kedua tangan dapat diletakkan di atas handuk
Membasahi tangan dengan waslap dan membersihkan
14 menggunakan sabun.
- Mulai dari tangan yang jauh dari petugas
DI LENGKAPI PENUNTUN BELAJAR 203
PENUNTUN BELAJAR
MEMINDAHKAN KLIEN DARI TEMPAT TIDUR KE KURSI
RODA&SEBALIKNYA
Nama Mahasiswi :
Nim :
Nama Penilai :
Pengertian : Proses merubah posisi klien dari tempat tidur
klien ke kursi roda dan sebaliknya
Tujuan :
1. Memobilisasi klien
2. Mendorong dan menstimulasi klien untuk menambah kegiatan atau
aktivitas social kepada orang lain.
3. Memberikan klien prubahan suasana selain di tempat tidur.
Petunjuk Penilaian :
Nilai setiap langkah yang diamati dengan menggunakan skala sebagai
berikut :
1. Perlu Perbaikan : Langkah tidak dikerjakan atau tidak dikerjakan
dengan benar.
2. Mampu : Langkah dikerjakan dengan benar dan ber-
urutan, tetapi kurang tepat dan pembimbing
perlu membantu.
3. Mahir : Langkah dikerjakan dengan benar, tepat tanpa
ragu-ragu atau tanpa perlu bantuan/bimbingan
dan sesuai dengan urutan
Beri tanda (v) dalam kolom yang tersedia di sebelah kanan dengan tindakan
yang dilakukan oleh mahasiswa.
DI LENGKAPI PENUNTUN BELAJAR 205
Skala Penilaian
No Langkah Kerja
1 2 3 4 5
Persiapan Klien
1 - Jelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan
- Beri klien posisi fowler di tempat tidur
Persiapan Alat
- Tempat tidur
2
- Kursi roda
- Selimut
Persiapan Lingkungan
3
- Jaga privasi pasien
Pelaksanaan
4 Mencuci tangan
5 Letakan kursi roda sejajar dengan tempat tidur
Naikan tempat tidur pada bagian kepala sampai pada ketinggian
6
yang dapat ditoleransi klien
7 Bantu klien untuk miring menghadap kekursi roda yang diletakan
8 Bantu klien pada posisi duduk pada sisi tempat tidur
9 Bantu klien untuk merapihkan pakaian dan memakai sandal
Petugas kesehatan berdiri menghadap klien dengan posisi kuda-
10
kuda
Anjurkan klien untuk memegang bahu petugas kesehatan dan
11 petugas kesahatan memegang pinggang klien.
Bila perlu gunakan ikat pinggang
Bantu klien untuk berdiri. Yakinkan keseimbangan klien dan kaji
12
adanya pusing. Pastikan kursi roda dalam keadaan terkunci
Bantu klien untuk melangkah kea rah kursi roda berlawanan arah
13
(mundur) perlahan-lahan
Bantu klien untuk duduk di kursi roda dan meletakan kakinya di
14
pijakkan kursi roda
15 Buat klien nyaman dengan menutup paha klien dengan selimut
16 Rapikan alat
17 Cuci tangan
SIKAP
18 Melakukan tindakan dengan sistematis
19 Komunikatif dengan klien
20 Percaya diri
PENUNTUN BELAJAR
MEMINDAHKAN KLIEN DENGAN BANTUAN 3 ORANG
PENOLONG
Nama Mahasiswi :
Nim :
Nama Penilai :
Petunjuk Penilaian :
Nilai setiap langkah yang diamati dengan menggunakan skala sebagai
berikut :
1. Perlu Perbaikan : Langkah tidak dikerjakan atau tidak dikerjakan
dengan benar.
2. Mampu : Langkah dikerjakan dengan benar dan ber-
urutan, tetapi kurang tepat dan pembimbing
perlu membantu.
3. Mahir : Langkah dikerjakan dengan benar, tepat tanpa
ragu-ragu atau tanpa perlu bantuan/bimbingan
dan sesuai dengan urutan
Beri tanda (v) dalam kolom yang tersedia di sebelah kanan dengan tindakan
yang dilakukan oleh mahasiswa.
DI LENGKAPI PENUNTUN BELAJAR 207
Skala Penilaian
No Langkah Kerja
1 2 3 4 5
Persiapan Klien
1
- Memberitahu pasien tentang tindakan yang akan dilakukan
Persiapan Alat
- Sarung tangan (jika perlu)
2
- Tempat tidur dimana klien akan dipindahkan keposisinya yang
baru
Pelaksanaan
3 Mencuci tangan
4 Pakai sarung tangan (jika perlu)
Dekatkan posisi badan 3 orang penolong ke posisi klien. Penolong
4
sebaiknya mempunyai tinggi badan yang relative sama.
Pasang posisi kuda-kuda sehingga dapat menopang tubuh dengan
5
kuat
Tiap penolong : bertanggung jawab terhadap area tertentu.
Penolong pertama : kepala dan bahu
6
Penolong kedua : Pinggul
Penolong Ketiga : paha dan kaki
Masukkan kedua tangan penolong sampai kesiku sehingga
7
diharapkan berat badan klien terbagi rata di semua penolong
Angkat klien dan dekatkan dengan dada penolong pada hitungan
8
ketiga
9 Penolong berdiri mrnuju tempat tidur yang diinginkan
Kaki penolong pada posisi kuda-kuda, letakan klien di tempat tidur
10
yang telah disediakan.
11 Periksa body alignment klien terhadap posisi yang baru
12 Pasang pengaman tempat tidur
13 Rapikan klien
14 Lepaskan sarung tangan
15 Cuci tangan
SIKAP
16 Melakukan tindakan dengan sistematis
17 Komunikatif dengan klien
18 Percaya diri
PENUNTUN BELAJAR
PEMBERIAN OBAT SECARA INTAKUTAN
Nama Mahasiswa :
Nim :
Penertian : Pemberian obat dengan cara memasukkan obat
kedalam jaringan dermis di bawah epidermis
kulit dengan menggunakan spuit 1ml.
Tujuan : - Memasukkan sejumlah toksin atau obat yang
disimpan dibawah kulit untuk diabsorbsi.
- Metode untuk test diagnostic terhadap alergi
atau adanya penyakit-penyakit tertentu.
Petunjuk Penilaian :
Nilai setiap langkah yang diamati dengan menggunakan skala sebagai
berikut :
1. Perlu Perbaikan : Langkah tidak dikerjakan atau tidak dikerjakan
dengan benar.
2. Mampu : Langkah dikerjakan dengan benar dan ber-
urutan, tetapi kurang tepat dan pembimbing
perlu membantu.
3. Mahir : Langkah dikerjakan dengan benar, tepat tanpa
ragu-ragu atau tanpa perlu bantuan/bimbingan
dan sesuai dengan urutan
Beri tanda (v) dalam kolom yang tersedia di sebelah kanan dengan tindakan
yang dilakukan oleh mahasiswa.
DI LENGKAPI PENUNTUN BELAJAR 209
Skala Penilaian
No Langkah Kerja
1 2 3 4 5
Persiapan Pasien
1 Memberitahu pasien tentang tindakan yang akan dilakuakan
Persiapan Alat
Menyiapkan alat dan bahan :
- Bak instrument berisi :Handsquen 1 pasang, spuit 1 ml
- Kom
- Kapas alkohol
2 - 1 ampul obat sesuai instruksi pengobatan
- Nierbekken
- Buku instruksi obat pasien
- Larutan klorin 0,5 %
- Tempat sampah
Persiapan Lingkungan
3 Memasang sampiran dan mendekatkan alat-alat kedekat pasien
Prosedur Kerja
Membaca/mencocokkan sekali lagi tentang nama pasien, nama obat,
4 tepat dosis, waktu dan cara pemberiannya (obat-obat yang kurang
jelas etiketnya tidak boleh diberikan kepada pasien
5 Mematahkan ampul
Mencuci tangan dibawah air yang mengalir dengan tehnik enam
6 langkah dibawah air yang mengalir menggunkan sabun, lalu
keringkan dengan handuk pribadi yang kering
7 Memakai handsquen pada kedua tangan
Mengisap obat sesuai dengan dosis menggunakan spoit 1 ml dan
8
meletakkan kembali kedalam bak instrument.
Menganjurkan dan membantu pasien untuk memilih posisi semi
9
fowler atau fowler
10 Memasang perlak dibawah lengan pasien
Menentukan daerah yang akan disuntik dengan melakukan Palpasi
dan periksa tempat penyuntikan terhadap edema, massa, atau nyeri
11 tekan.
NB : Hindari area yang terdapat jaringan parut, memar, lecet atau
infeksi.
Melakukan antiseptik pada daerah yang akan disuntik secara sirkuler
12
(dari dalam keluar)
Melakukan penyuntikan pada daerah yang telah ditentukan dengan
memegang spuit diantara ibu jari dan jari telunjuk tangan yang
13
dominan dan meregangkan kedua belah sisi kulit tempat penyuntikan
dengan tangan yang non dominan, arah jarum mengarah keatas
Masukkan obat dengan posisi spuit membentuk sudut 15 derajat
14
sampai membuat gelembung kecil
15 Mengeluarkan spuit dan jangan menekan daerah yang telah disuntik.
210 KETERAMPILAN DASAR PRAKTIK KEBIDANAN
PENUNTUN BELAJAR
PEMBERIAN OBAT SECARA SUBKUTAN
Nama Mahasiswa :
Nim :
Penertian : Pemberian obat dengan cara memasukkan obat
kedalam jaringan konektiv (subcutan) dibawah
kulit dengan menggunakan spuit. Jarum spuit
yang dimasukkan membentuk sudut 450 (derajat).
Tujuan : Memasukkan sejumlah obat kedalam jaringan
subcutan dibawah kulit untuk diabsorbsi.
Petunjuk Penilaian :
Nilai setiap langkah yang diamati dengan menggunakan skala sebagai
berikut :
1. Perlu Perbaikan : Langkah tidak dikerjakan atau tidak dikerjakan
dengan benar.
2. Mampu : Langkah dikerjakan dengan benar dan ber-
urutan, tetapi kurang tepat dan pembimbing
perlu membantu.
3. Mahir : Langkah dikerjakan dengan benar, tepat tanpa
ragu-ragu atau tanpa perlu bantuan/bimbingan
dan sesuai dengan urutan
Beri tanda (v) dalam kolom yang tersedia di sebelah kanan dengan tindakan
yang dilakukan oleh mahasiswa.
212 KETERAMPILAN DASAR PRAKTIK KEBIDANAN
Skala Penilaian
No Langkah Kerja
1 2 3 4 5
Persiapan Pasien
1 Memberitahu pasien tentang tindakan yang akan dilakuakan
Persiapan Alat
Menyiapkan alat dan bahan :
- Bak instrument berisi :Handsquen 1 pasang , spuit 1 ml
- Kom, Kapas alcohol
2 - 1 ampul obat sesuai instruksi pengobata n
- Perlak, Nierbekken
- Buku instruksi obat pasien
- Larutan klorin 0,5 % dan Tem pat sampah
Persiapan Lingkungan
3 Memasang sampiran dan mendekatkan alat-alat kedekat pasien
Prosedur Kerja
Membaca/m encocokkan sekali lagi tentang nama pasien, nama obat,
4 tepat dosis, waktu dan cara pemberiannya (obat-obat yang kurang
jelas etiketnya tidak boleh diberikan kepada pasien
5 Mematahkan ampul
Mencuci tangan dibawah air yang mengalir dengan tehnik enam
6 langkah dibawah air yang mengalir menggunkan sabun, lalu
keringkan dengan handuk pribadi yang kering
7 Memakai handsquen pada kedua tangan
Mengisap obat sesuai dengan dosis menggunakan spuit 1 ml dan
8
meletakkan kembali kedalam bak instrument.
Menganjurkan dan membantu pasien untuk m emilih posisi semi
9
fowler atau fowler
Menuntukan daerah yang akan disuntik apabila pada daerah deltoid,
kira 1/3 dari lengan atas sebelah luar
Nb :Palpasi dan periksa tempat penyuntikan terhadap edema,
10
massa, atau nyeri tekan. Hindari area yang terdapat jaringan parut,
memar, lecet atau infeksi atau jangna menggunakan area
penyuntikan yang berulang.
Melakukan antiseptik pada daerah yang akan disuntik secara sirkuler
11
menggunakan kapas alkohol.
Melakukan penyuntikan pada daerah yang telah ditentukan dengan
memegang spuit diantara ibu jari dan jari telunjuk tangan yang
12 dominan dan meregangkan kedua belah sisi kulit tempat penyuntikan
dengan tangan yang non dominan, arah jarum mengarah keatas,
membentuk sudut 45 %.
Melakukan aspirasi dengan menarik keatas plunger spuit.
13 Nb : Apabila tidak ada darah masukan obat, dan apabila ada darah
segera keluarkan jarum suntik.
Mengeluarkan spuit secara perlahan dan tekan daerah yang disuntik
15
menggunakan kapas alkohol
DI LENGKAPI PENUNTUN BELAJAR 213
PENUNTUN BELAJAR
PEMBERIAN OBAT SECARA INTRAMUSCULAR
Nama Mahasiswa :
Nim :
Pengertian : Pemberian obat dengan cara memasukkan obat
kedalam jaringan otot dengan menggunakan
spuit.
Tujuan : Memasukkan sejumlah obat pada jaringan otot
untuk diabsorbsi.
Petunjuk Penilaian :
Nilai setiap langkah yang diamati dengan menggunakan skala sebagai
berikut :
1. Perlu Perbaikan : Langkah tidak dikerjakan atau tidak dikerjakan
dengan benar.
2. Mampu : Langkah dikerjakan dengan benar dan ber-
urutan, tetapi kurang tepat dan pembimbing
perlu membantu.
3. Mahir : Langkah dikerjakan dengan benar, tepat tanpa
ragu-ragu atau tanpa perlu bantuan/bimbingan
dan sesuai dengan urutan
Beri tanda (v) dalam kolom yang tersedia di sebelah kanan dengan tindakan
yang dilakukan oleh mahasiswa.
DI LENGKAPI PENUNTUN BELAJAR 215
Skala Penilaian
No Langkah Kerja
1 2 3 4 5
Persiapan Pasien
1 Memberitahu pasien tentang tindakan yang akan dilakuakan
Persiapan Alat
Menyiapkan alat dan bahan :
- Bak instrument berisi :Handsquen 1 pasang , spuit 3 ml
- Kom
- Kapas alcohol
2 - 1 ampul obat sesuai instruksi pengobata n
- Nierbekken
- Buku instruksi obat pasien
- Laruta n klorin 0,5 %
- Tempat sampah
Persipan Lingkungan
3 Memasang Sampiran dan mendekatkan alat-alat kedekat pasien
Prosedur Kerja
Membaca/mencocokkan sekali lagi tentang nama pasien, nama obat,
4 tepat dosis, waktu dan cara pemberiannya (obat-obat yang kurang
jelas etiketnya tidak boleh diberikan kepada pasien
5 Mematahkan ampul
Mencuci tangan dibawah air yang mengalir dengan tehnik e nam
6 langkah dibawah air yang mengalir menggunkan sabun, lalu
keringkan dengan handuk pribadi yang kering
7 Memakai handsquen pada kedua tangan
Mengisap obat sesuai dengan dosis menggunakan spuit 3 ml dan
8
meletakkan kembali kedalam bak instrument.
Menganjurkan dan membantu pasien untuk memilih posisi yang
9
nyaman
Menuntukan daerah yang akan disuntik.
Nb : apabila tempat penyuntikan di bagian dorsogluteal maka
10 tentukan daerah penyuntikan dengan cara mengukur 1/3 dari SIAS
(letak gluteus maximus).
Melakukan antiseptik pada daerah yang akan disuntik secara sirkuler
11
menggunakan kapas alkohol.
Melakukan penyuntikan pada daerah yang tela h ditentukan dengan
memegang spuit diantara ibu jari dan jari telunjuk tangan yang
12 dominan dan meregangkan kedua belah sisi kulit tempat penyuntikan
dengan tangan yang non dominan, arah jarum mengarah keatas,
membentuk sudut 90 %.
Melakukan aspirasi deng an menarik keatas plunger spuit.
13 Nb : Apabila tidak ada darah masukan obat, dan apabila ada darah
segera keluarkan jarum suntik.
Mengeluarkan spuit secara perlahan dan tekan daerah yang disuntik
15
menggunakan kapas alcohol
216 KETERAMPILAN DASAR PRAKTIK KEBIDANAN
PENUNTUN BELAJAR
PEMBERIAN OBAT SECARA INTRAVENA
Nama Mahasiswa :
Nim :
Pengertian : Pemberian obat dengan cara memasukkan obat
ke dalam pembuluh darah vena dengan meng-
gunakan spuit
Tujuan : - Memperoleh reaksi obat yang cepat diabsorbsi
daripada dengan injeksi parenteral lain.
- Menghindari terjadinya kerusakan jaringan.
- Memasukkan obat dalam jumlah yang lebih
besar.
Petunjuk Penilaian :
Nilai setiap langkah yang diamati dengan menggunakan skala sebagai
berikut :
1. Perlu Perbaikan : Langkah tidak dikerjakan atau tidak dikerjakan
dengan benar.
2. Mampu : Langkah dikerjakan dengan benar dan ber-
urutan, tetapi kurang tepat dan pembimbing
perlu membantu.
3. Mahir : Langkah dikerjakan dengan benar, tepat tanpa
ragu-ragu atau tanpa perlu bantuan/bimbingan
dan sesuai dengan urutan
Beri tanda (v) dalam kolom yang tersedia di sebelah kanan dengan tindakan
yang dilakukan oleh mahasiswa.
218 KETERAMPILAN DASAR PRAKTIK KEBIDANAN
Skala Penilaian
No Langkah Kerja
1 2 3 4 5
Persiapan Pasien
1 Memberitahu pasien tentang tindakan yang akan dilakuakan
Persiapan Alat
Menyiapkan alat dan bahan :
- Bak instrument berisi :Handsquen 1 pasang, spuit 3 ml
- Kom
- Kapas alkohol
2 - 1 ampul obat sesuai instruksi pengobatan
- Nierbekken
- Buku instruksi obat pasien
- Larutan klorin 0,5 %
- Tempat sampah
Persipan Lingkungan
3 Memasang Sampiran dan mendekatkan alat-alat kedekat pasien
Prosedur Kerja
Membaca/mencocokkan sekali lagi tentang nama pasien, nama obat,
4 tepat dosis, waktu dan cara pemberiannya (obat-obat yang kurang
jelas etiketnya tidak boleh diberikan kepada pasien
5 Mematahkan ampul
Mencuci tangan dibawah air yang mengalir dengan tehnik enam
6 langkah dibawah air yang mengalir menggunkan sabun, lalu
keringkan dengan handuk pribadi yang kering
7 Memakai handsquen pada kedua tangan
Mengisap obat sesuai dengan dosis menggunakan spuit 3 ml dan
8
meletakkan kembali kedalam bak instrument.
9 Memasang perlak dibawah lengan pasien
10 Menentukan daerah yang akan disuntik
11 Memasang tourniquet pada daerah proximal
12 Mencari vena yang terbesar dan penuh
Melakukan Antiseptik daerah yang akan disuntik dengan
13
menggunakan kapas alcohol
Melakukan penyuntikan dengan tangan kiri meregangkan daerah
14 yang akan disuntik dan tangan kanan memegang spuit lalu arah
mata jarum spuit mengarah keatas.
Lakukan aspirasi
15 Nb : apabila ada darah teruskan penyuntikan sambil tangn non
dominan melepaskan torniquet
Mengeluarkan jarum suntik jarum suntik dan tekan daerah yang telah
16
disuntik menggunakan kapas lalu plester.
17 Membereskan alat dan merapikan pasien
Melepaskan sarung tangan dibawah larutan klorin 0,5 % secara
18
terbalik
DI LENGKAPI PENUNTUN BELAJAR 219
PENUNTUN BELAJAR
PEMERIKSAAN FISIK BAYI BARU LAHIR
Nama Mahasiswa :
Nim :
Nama Penilai :
Petunjuk Penilaian :
Nilai setiap langkah yang diamati dengan menggunakan skala sebagai
berikut :
1. Perlu Perbaikan : Langkah tidak dikerjakan atau tidak dikerjakan
dengan benar.
2. Mampu : Langkah dikerjakan dengan benar dan ber-
urutan, tetapi kurang tepat dan pembimbing
perlu membantu.
3. Mahir : Langkah dikerjakan dengan benar, tepat tanpa
ragu-ragu atau tanpa perlu bantuan/bimbingan
dan sesuai dengan urutan
Beri tanda (v) dalam kolom yang tersedia di sebelah kanan dengan tindakan
yang dilakukan oleh mahasiswa.
DI LENGKAPI PENUNTUN BELAJAR 221
Skala Penilaian
NO LANGKAH KERJA
1 2 3 4 5
Persiapan Pasien
1 Memberitahu pasien tentang tindakan yang akan dilakukan
Persiapan Alat
Menyiapkan alat/bahan dan tempat.
Alat dan Bahan
Bak instrumen berisi : handscoon,
Termometer
Stetoskop
Selimut bayi
Timbangan bayi
2
Nierbekken
Pita ukur
Lampu sorot
Buku catatan
Tempat
Ruangan yang bersih, aman, nyaman dan pencahayaan
baik.
Prosedur Kerja
Mencuci tangan dibawah air yang mengalir dengan tehnik tujuh
3 langkah dibawah air yang mengalir menggunkan sabun, lalu
keringkan dengan handuk pribadi yang kering dan bersih.
4 Memakai handscoen
Meletakkan bayi diatas tempat periksa dan memastikan
pencahayaan yang baik dengan lampu sorot serta bayi dalam
5 keadaan hangat.
Nb : saat melakukan pemeriksan buka pakian bayi pada bagian
yang diperiksa dan menutup kembali
6 Melakukan Penilaian Apgar Score
Melakukan pemeriksaan anthopometri (timbang berat badan,
7
panjang badan, lingkar kepala, lingkar dada,)
222 KETERAMPILAN DASAR PRAKTIK KEBIDANAN
PENUNTUN BELAJAR
PEMERIKSAAN LEOPOLD
Nama :
Nim :
Nama Penilai :
Petunjuk Penilaian :
Nilai setiap langkah yang diamati dengan menggunakan skala sebagai
berikut :
1. Perlu Perbaikan : Langkah tidak dikerjakan atau tidak dikerjakan
dengan benar.
2. Mampu : Langkah dikerjakan dengan benar dan ber-
urutan, tetapi kurang tepat dan pembimbing
perlu membantu.
3. Mahir : Langkah dikerjakan dengan benar, tepat tanpa
ragu-ragu atau tanpa perlu bantuan/bimbingan
dan sesuai dengan urutan
Beri tanda (v) dalam kolom yang tersedia di sebelah kanan dengan tindakan
yang dilakukan oleh mahasiswa.
DI LENGKAPI PENUNTUN BELAJAR 225
Skala Penilaian
NO LANGK AH KE RJA
1 2 3 4 5
Persiap an Pasien
1 Mem beritahu pas ien tentang tindakan yang akan dilakukan
Persiap an Alat
Menyiapkan alat/bahan dan tem pat.
Alat dan bahan : P ita cm , Selim ut, H anduk pribadi, T em pat tidur,
2
Sam piran
Tem pat : Ruangan yang bersih, am an dan nyam an.
Menganjurk an ibu untuk berbaring pada tem pat tidur yang
3
disediakan
Persiap an Lingkun gan
4 Mem asang sam piran
Prosedur Kerja
Mencuci tangan diba wah air yang m eng al ir dengan tehnik tujuh
5 langk ah dibawah air yang m engalir m enggunkan s abun, lalu
keringkan dengan handuk pribadi yang kering dan bersih.
6 Mengatur posisi ibu ham il senyam an m ungk in.
Melepaskan pakaian ibu pada daerah yang akan diperiksa
(abdom en).
7 NB : P erhatikan dengan baik privacy ibu, tutupi bagian ekstrem itas
dan perut ibu dengan s elimut
Melakukan Pem eriks aan Leopold :
Leopold I :
M em bant u ibu untuk m enekuk kedua kaki nya. Pem erik saan
m enghadap k e arah m uka ibu, lalu m eraba bagian tubuh
janin yang berada di daerah fundus uteri dan m eng uk ur
tinggi fundus uteri m ulai dari pinggir atas sym pisi ke arah
fundus uteri.
Leopold II
M eletakk an K edua tangan batas sam ping kanan dan kiri
abdom en ibu, lalu m eraba bagian janin yang terdapat pada
sebelah kanan ibu dan m eraba bagian janin yang terdapat
pada sebelah kiri ibu
NB : jika terdapat tahanan yang lurus, keras , panjang serta
mendatar seperti papan (punggung janin) ataukah jika teraba
tonjolan-tonjolan kecil (ek strem itas janin).
Leopold III
8 Pem eriksa m engarah ke kak i ib u
M eletakk an tangan pada abdom en dan m eraba bagian
terendah janin yang terdapat di daerah pinggir s ym phisis,
lalu goyangk an sedikit,
NB :
- jika teraba melenting dan bulat (kelapa). D an jika tidak
dapat digoy angkan dan keras m ak a bagian terendah janin
adalah bok ong.
- Jika m as ih dapat digoyangkan m ak a bagian terendah
janin belum m as uk pintu atas panggul. Jika tidak dapat
digoyangkan m ak a bagian terendah janin sudah
mem asuki pintu atas panggul.
Leopold IV
Pem eriksa m engarah ke kak i ib u
M eletakk an tangan di pinggir atas sym pis is dan m eng uk ur
bagian terendah janin belum /m as uk k edalam pintu atas
panggul dengan m enggunakan perlim aan.
226 KETERAMPILAN DASAR PRAKTIK KEBIDANAN
PENUNTUN BELAJAR
PEMERIKSAAN FISIK PERSISTEM PADA PASIEN
Nama Mahasiswa :
Nim :
Tujuan : Mengidentifikasi dan mengetahui gambaran
umum tentang status kesehatan pasien secara
umum.
Petunjuk Penilaian :
Nilai setiap langkah yang diamati dengan menggunakan skala sebagai
berikut :
1. Perlu Perbaikan : Langkah tidak dikerjakan atau tidak dikerjakan
dengan benar.
2. Mampu : Langkah dikerjakan dengan benar dan ber-
urutan, tetapi kurang tepat dan pembimbing
perlu membantu.
3. Mahir : Langkah dikerjakan dengan benar, tepat tanpa
ragu-ragu atau tanpa perlu bantuan/bimbingan
dan sesuai dengan urutan
Beri tanda (v) dalam kolom yang tersedia di sebelah kanan dengan tindakan
yang dilakukan oleh mahasiswa.
228 KETERAMPILAN DASAR PRAKTIK KEBIDANAN
Skala Penilaian
No Langkah Kerja
1 2 3 4 5
1 Mem beritahu dan menjelaskan pada ibu tindakan yang akan dilakukan
Menyiapakan alat dan tempat
a. Alat :
- Pen light
- Spatel lidah
2
- Selimut
- Sampiran
b. Tempat
- Ruangan dalam keadaan bersih, aman, dan nyaman.
Mencuci tangan dengan tehnik 7 (tujuh) langkah menggunakan sabun
3
dan air mengalir, lalu mengeringkan dengan handuk bersih
Mem asang sampiran
Menganjurkan pasien memilih posisi nyaman (berbaring) lalu
4
memasang selimut pada bagian tubuh pasien.
Melakukan pemeriksaan pada kepala dan rambut
a. Melakukan Inspeksi : bentuk, simetris, adanya benjolan, lesi,
5 tekstur, adanya ketombe dan kutu.
b. Melakukan Palpasi dengan meraba adanya benjolan dan tekstur
rambut.
Melakukan pemeriksaan pada mata
a. Melakukan inspeksi :
- Menilai kesimetrisan mata, alis mata, kelopak mata, konjuntiva
dan sklera.
6
- Melakukan pemeriksaan ketajaman penglihatan dengan
menggunaka n pen light.
Nb : Apabila penglihatan pasien normal maka gerakan bola mata
pasien mengikuti arah cahaya.
Melakukan pemeriksaan pada hidung
a. Melakukan Inspeksi : kesimetrisan lubang hidung , adanya secret,
7 dan pembengkakan.
b. Melakukan palpasi dengan meraba adanya sinus (maksilaris,
sphenoid) dan benjolan.
Melakukan pemeriksaan pada telinga
a. Melakukan inspeksi : kesimtrisan daun telinga, adanya inflasi,
8 serumen dan lesi.
b. Melakukan palpasi dengan meraba daun telinga ada tidaknya
benjolan.
Melakukan pemeriksaan pada mulut
a. Melakukan inspeksi warna bibir, gigi (kelengkapan, karies, karang
9 gigi dan infeksi), gusi, tonsil.
b. Melakukan palpasi dengan meraba bibir dan lidah (adanya benjola n
dan massa)
Melakukan pemeriksaan pada leher
a. Melakukan inspeksi ada tidaknya pembesaran
10 pada vena jungularis, kelenjar tyroid.
b. Melakukan palpasi dengan meraba ada tidaknya pembengkakan
pada vena jungularis, kelenjar tyroid.
DI LENGKAPI PENUNTUN BELAJAR 229
LEMBAR JAWABAN
GLOSARIUM
A
Abduksi Gerakan anggota tubuh kearah aksis
Adduksi Gerakan anggota tubuh menjauhi aksis
ADH Hormon ini memiliki peran dalam meningkatkan
re-absorpsi air sehingga dapat mengendalikan
keseimbangan air dalam tubuh
Anemia Berkurangnya sel darah merah atau kadar hemo-
globin
Antiseptik Pencegahan infeksi dengan cara membunuh atau
meng-hambat pertumbuhan mikroorganisme pada
kulit dan jaringan lainnya.
Apati Keadaan klien dimana klien enggan untuk ber-
hubungan dengan lingkungan disekitarnya,
bersikap acuh tak acuh.
Aseptik Tindakan yang dilakukan dalam pelayanan
kesehatan untuk mencegah masuknya mikro-
organisme kedalam tubuh yang kemungkinan
besar akan mengakibatkan infeksi.
234 KETERAMPILAN DASAR PRAKTIK KEBIDANAN
B
Bolus Pemberian obat secara intervena tidak langsung
Bradipnea Pola pernapasan yang lambat abnormal, ± 10 kali
per menit.
Blood volume expanders Jenis cairan yang berfungsi meningkat-kan volume
darah sesudah kehilangan darah atau plasma.
C
Cardiac Output Volume darah yang dipompa keluar oleh jantung
per satuan waktu.
Chilosis Bibir yang pecah-pecah
Cloasma Gravidarum Pigmen berwarna perunggu pada wajah, leher dan
tengkuk yang timbul pada waktu hamil.
D
Death Kondisi terhentinya pernapasan, nadi dan tekanan
darah serta hilangnya respons terhadap stimulus
eksterna ditandai dengan aktivitas listrik otak
terhenti (Kematian)
Defekasi Proses pengosongan usus yang sering disebut
buang air besar.
Dehidrasi Kekurangan cairan eksternal dapat terjadi karena
penurunan asupan cairan dan kelebihan penge-
luaran cairan
Dehidrasi isotonic Kekurangan sejumlah cairan dan elektrolitnya
seimbang.
Dehidrasi hipertonik Kehilangan sejumlah air yang lebih banyak
daripada elektrolitnya
Dehidrasi hipotonik Kekurangan cairan tubuh lebih banyak kehilangan
elektrolitnya daripada air.
Dekontaminasi Tindakan yang dilakukan agar benda mati dapat
ditangani oleh petugas kesahatan secara aman,
terutama petugas pembersihan medis sebelum
pencucian dilakukan.
Delirium Keadaan kacau motorik yang sangat, mem-
berontak, rteriak-teriak dan tidak sadar terhadap
orang lain, tempat dan waktu.
Desinfeksi Tindakan pada benda mati dengan menghilang-
kan tindakan pada benda mati dengan meng-
DI LENGKAPI PENUNTUN BELAJAR 235
E
Edema Kelebihan cairan pada interstisial
Efersi Menggerakan sendi keluar
Ekstensi Meluruskan Persendian
Eliminasi urine Kebutuhan buang air kecil
Eliminasi alvi Kebutuhan buang air besar
Enuresis Ketiksanggupan menahan kemih (mengompol)
yang diakibatkan tidak mampu mengontrol
sphincter eksterna.
F
Fecal impaction Massa feses karena dilipatan rektum yang
diakibatkan oleh retensi dan akumulasi materi
feses yang berkepanjangan.
Fetal Berkaitan dengan fetus atau periode perkem-
bangan
Fetus Janin atau hasil pembuahan setelah usia 8 minggu
Flour Albus Pengeluaran getah keputihan, pengeluaran getah
dari liang senggama.
Fundus Uterus Bagian basal suatu struktur berongga pada dasar
rahim, misalnya uterus.
236 KETERAMPILAN DASAR PRAKTIK KEBIDANAN
G
Ginggivitas Radang pada daerah gusi
Gliserin Tindakan memasukkan cairan gliserin kedalam
poros usus dengan spuit gliserin.
Glostitis Radang pada lidah
Glukokortikoid Hormon ini berfungsi mengatur peningkatan
reabsorpsi natrium dan air yng menyebabkan vol-
ume darah meningkat sehingga terjadi retensi
natrium.
Glukoneogenesis Pembentukan glukosa dan glikogen dari protein
atau bukan berasal dari sumber karbohidrat.
Glukouria Adanya glukosa dalam air kemih pada penyakit
gula. Glukosuria berlangsung bersamaan dengan
hiperglikemia.
H
Halitosis Bau napas tidak sedap yang disebabkan adanya
kuman atau lainnya
Hemoglobin Pigmen respiratorik dalam butir butir sel darah
merah yang berguna mengangkut oksigen dan
karbondioksida.
Hemorroid Pelebaran vena di daerah anus sebagai akibat
peningkatan tekanan di daerah anus yang dapat
disebabkan karena konstipasi, peregangan saat
defekasi.
Hipervolume Peningkatan volume darah
Hipernatremia Kadar natrium dalam plasma tinggi
Hiperkalemia Kadar kalium dalam darah tinggi
Hiperkalsemia Kelebihan kadar kalsium dalam darah
Hipermagnesia Kelebihan kadar magnesium dalam darah
Hipoksia Kekurangan oksigen dalam jaringan.
Hipokalemia Kekurangan kadar kalium dalam darah
Hipokalsemia Kekurangan kadar kalsium dalam plasma darah.
Hiponatremia Kekurangan kadar natrium dalam plasma darah
yang ditandai dengan adanya kadar natrium
plasma yang kurang dari 135 mEq/L, mual, muntah
dan diare.
Hipomagnesia Kekurangan kadar magnesium dalam darah
DI LENGKAPI PENUNTUN BELAJAR 237
I
Infersi Menggerakan sendi kedalam
Intra venus pyelogram Tindakan pemeriksaan saluran kemih
Ikterus Gejala kuning karena peninggian pigmen empedu,
misalnya mulai terlihat apabila kadar bilirubin
serum lebih dari 3%.
Ingrown nail Kuku tangan yang tidak tumbuh-tumbuh dan
dirasakan sakit pada daerah tersebut.
Inkontinensia urine Ketidakmampuan otot sphincter eksternal se-mentara
atau menetap untuk mengontrol ekskresi urine.
Inkontinensia Usus Hilangnya kemampuan otot untuk mengontrol
pengeluaran feses dan gas melalui sphincter akibat
kerusakan sphincter.
Inspeksi Proses pengamatan atau observasi untuk men-
deteksi masalah kesehatan pasien dengan meng-
gunakan indera penglihatan yaitu mata.
J
Jejunum Bagian usus halus yang berjalan dengan duode-
num sampai ileum.
Jelly Substansi yang lunak dan kenyal
Junction Tempat pertemuan
K
Karies Radang pada gigi
Komposmentis Kesadaran sepenuhnya
Koma Kesadaran klien yang hilang sama sekali walau-
pun sudah diberi rangsang apapun, termasuk
238 KETERAMPILAN DASAR PRAKTIK KEBIDANAN
L
Latargi Keadaan klien dimana klien tampak lesu dan
mengantuk
Lanugo Rambut halus pada tubuh fetus
M
Malnutrisi Masalah asupan yang tidak sesuai dengan
kebutuhan tubuh
Mamma Payudara
Mammography Radiografi kelenajr payudara
N
Nasogastrik Berkenaan dengan hidung dan lambung
Nekrosis Kematian jaringan setempat
Neoplasma Pertumbuhan baru dan abnormal, biasanya pada
tumor
Needle Alat yang tajam untuk menjahit atau menusuk
O
Obesitas Peningkatan berat badan yang melebihi 20% batas
normal berat badan seseorang.
Obstipasi Tertimbunya cairan dalam jaringan akibat adanya
gangguan keseimbangan cairan dalam tubuh atau
sembelit.
Oligouria Sekresi urine yang berkurang dalam hubungan
dalam asupan cairan atau di umbilikus, urine
sedikit
Ortopnea Kesulitan bernapas kecuali pada posisi duduk atau
berdiri dan pola ini sering ditemukan pada
seseorang yang mengalami kongesif paru-paru.
Osmosis Proses perpindahan pelarut murni (seperti air)
DI LENGKAPI PENUNTUN BELAJAR 239
P
Palpasi Pemeriksaan dengan menggunakan indera peraba
yaitu tangan
Pap Smear Pemeriksaan asupan sel-sel epitel dari serviks
Paronychia Radang di sekitar jaringan kuku
Periodontal disease Gusi yang mudah berdarah dan bengkak.
Perkusi Cara pemeriksaan dengan melakukan pengetahuan
pada bagian tubuh dengan ujung-ujung jari untuk
mengetahui ukuran, batasan, konsistensi, organ-
organ tubuh, dan menetukan adanya cairan dalam
rongga tubuh
Proteinuria Adanya protein dalam urine
Poliuria Produksi urine abnormal dalam jumlah besar oleh
ginjal, tanpa adanya peningkatan asupan cairan.
Personal Hygiene Perawatan diri sendiri yang dilakukan untuk
mempertahankan kesehatan baik secara fisik
maupun psikologis.
Pekak Suara Perkusi yang singkat mempunyai intensitas
lembut sampai menengah, nada tinggi, waktu agak
lama kualitas seperti petir.
Pronasi Memutar sendi ke bawah
Prostaglandin Asam lemak yang terdapat pada jaringan yang
berfungsi merespons radang, pengendalian
tekanan darah, kontraksi uterus, dan pengaturan
gerakan gastrointestinal.
R
Ram’s Horn Nai Gangguan kuku yang ditandai dengan pertum-
buhan yang lambat disertai kerusakan dasar kuku
atau infeksi
Redup Suara perkusi jaringan yang lebih padat, misalnya
didaerah paru-paru
Resonan Kualitas bergema. Perkusi dilakukan diatas paru
normal
Retensi urine Penumpukan urine dalam kandung kemih akibat
240 KETERAMPILAN DASAR PRAKTIK KEBIDANAN
S
Sehorrheic dermatitis Radang pada kulit di rambut
self regulation Peraturan diri
Semikoma Keadaan kesadaran klien yang mirip dengan
koma, tidak menunjukkan reaksi ketika di-
bangunkan kecuali dengan rangsangan nyeri,
masih ada reaksi pupil.
Spasme Kejang
Spasme Vaskular Kejang pada pembuluh darah
Sphincterotomy Operasi pemotongan otot sfingter
Spina bifida Kelainan lahir tulang belakang dengan ciri tidak
menutupnya vertebra.
Serumen Kotoran telinga
SGOT Enzim yang dilepaskan oleh otak, ginjal, paru
SGPT Pemerikasaan khusus sel hepar
Sianosis Kekurangan oksigen pada daerah perifer sehingga
menimbulkan warna kebiruan.
Sickemcell anemia Anemia sel sabit
Sistolik Kontraksi jantung pada satu siklus
Suction Pengisap lendir
Supinasi Memutar sendi ke atas
Somnolen Keadaan dimana klien selalu mau tidur saja, dapat
dibangunkan dengan rasa nyeri atau untuk makan
dan minum, namun jatuh teridur kembali.
Sonor Suara perkusi jaringan yang normal
Sterilsasi Tindakan untuk menghilangkan semua mikro-
organisme (bakteri, virus, jamur, dan parasit)
termasuk bakteri endospora.
Stomatitis Radang pada daerah mukosa atau rongga mulut
Syok hipovolemik Gangguan sirkulasi yang ditimbulkan akibat
penurunan volume darah.
DI LENGKAPI PENUNTUN BELAJAR 241
T
Takipnea Pernapasan dengan frekuensi lebih dari 24 kali per
menit. Proses ini terjadi karena paru-paru dalam
keadaan atelektaksis atau terjadi emboli.
Testis Salah satu dari dua buah kelenjar gonad laki-laki
yang terdapat dalam skrotum.
Toraks Bagian batang badan antara leher dan perut
rongga dada
Timpani Suara yang keras, nada tinggi dengan waktu agak
lama, kualitas suara seperti drum.
Tiroid Kelenjar gondok yang menyerupai perisai
U
Ultrasonografi Pembentukan bayangan yang dapat dilihat dengan
menggunakan ultrasound
Umbilikus Perut pada abdomen bekas perlekatan tali pusat
yang lepas setelah bayi lahir
Urinalisis Pemeriksaan dan analisis urine
Urine Cairan yang dihasilkan oleh ginjal dan dikum-
pulkan dalam kandung kemih.
Urgensi Perasaan seseorang yang takut mengalami
inkontinesia jika tidak berkemih
Urinaria supresi Berhentinya produksi urine secara mendadak.
V
Ventilasi Proses keluar dan masuknya oksigen dari atmosfer
ke dalam alveoli atau dari alveoli ke dalam atmosfer.
Verniks kaseosa Substansi berminyak terdiri dari sebum dan sel
epitel yang mengelupas, yang menutupi kulit janin.
Vericella zoster Penyakit kulit yang disebabkan oleh virus veriola
Varises Pelebaran Pembuluh darah vena yang melebar dan
berkelok
Vaskularisasi Proses peredaran darah pada jaringan
Vasodilatasi Pelebaran pembuluh darah vena yang melebar dan
berkelok-kelok
Vasokontriksi Penyempitan pembuluh darah
Vesika urinaria Tempat penampungan sementara urine
242 KETERAMPILAN DASAR PRAKTIK KEBIDANAN
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. 2007, Modul 5. Pelayanan Medis Dasar – Desa Siaga. Pusdiklat
SDM Kesehatan Badan PPSDM Kesehatan RI. Jakarta.
Hidayat A, Aziz Alimul. 2004. Buku Saku Praktikum Kebutuhan Dasar Manusia.
EGC. Jakarta.
Hidayat A, Aziz Alimul. 2008. Keterampilan Dasar Praktik Klinik. Salemba
Medika.
Jaringan Nasional Pelatihan Klinik Kesehatan Reproduksi (JNPK-KR). Buku
Acuan Asuhan Persalinan Normal. Jakarta : JNPK-KR, Maternal & Neo-
natal Care, Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2002.
Kim, Mija. 1995, Diagnosa Keperawatan. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Jakarta.
Kusmiyati Yuni, 2007. Penuntun belajar Keterampilan Dasar Praktik Klinik
Kebidanan. Fitramaya. Yogyakarta.
Nurul Eko W, Ardiani S. 2010. Keterampilan Dasar Praktik Klinik. Pustaka
Rihama. Yogyakarta.
Priharjo R. 1996. Pengkajian Fisik Keperawatan. Penerbit Buku Kedokteran
EGC. Jakarta.
Saifuddin, AB. 1996. Buku Acuan Nasional Pelayanan Keluarga Berencana.
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.
Saifuddin, AB. 2004. Panduan Pencegahan Infeksi untuk Fasilitas Pelayanan
Kesehatan dengan Sumber Daya Terbatas. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. Jakarta
Susan MT. 1999. Standat Perawatan Pasien. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Jakarta.
Wahid IM. 2008. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta.
DI LENGKAPI PENUNTUN BELAJAR 243
Index
A
ADH 21, 27, 231
Aldesteron 21
alveoli 6, 8, 9, 10, 233, 239
Antiseptik 36, 64, 82, 105, 114, 115, 118, 133, 143, 231
Apati 99, 231
Asepsis 60, 148, 149, 150
Auskultasi 86, 91, 96, 97
B
Biot 8, 38, 107, 115, 123
bladder 30
Blood volume expanders 22, 232
Bradipnea 8, 232
Bronkhus 5
Bronkiolus 6
buffer 24, 26
C
Cara menghitung tetesan 28
Cheyne stokes 8
Chilosis 53, 232
Clapping 11, 12
Clemek 70
D
Dehidrasi 22, 23, 56, 232
Dekontaminasi 60, 63, 64, 73, 75, 78, 79, 80, 81, 82, 232
Desinfeksi 28, 30, 63, 64, 71, 72, 73, 75, 80, 81, 148, 149, 158, 232
Diare 25, 38, 160, 234
Difusi 6, 9, 16, 21, 22, 233
Dispnea 8, 233
Disuria 34, 233
DTT 60, 64, 65, 66, 67, 73, 75, 76, 80, 81, 82, 233
E
Edema 23, 88, 97, 123, 125, 127, 233
ELEKTROLIT 15, 20, 22, 23, 24, 26, 27, 47, 148, 151, 154, 195, 232
244 KETERAMPILAN DASAR PRAKTIK KEBIDANAN
F
Faring 58, 108, 109
Fisioterapi dada 11, 58
flowmeter 11
formalin 76, 106
G
Gangguan pada Kuku 50
Gastrointestinal 20, 21, 37, 136, 237
Ginggivitas 52, 234
Ginjal 20, 21, 24, 25, 26, 30, 34, 35, 105, 110, 112, 117, 158, 237, 238, 239
Gliserin 44, 45, 53, 54, 144, 234
Glostitis 53, 234
Glukokortikoid 21, 234
H
Hemeostatis 58
Hiperkalsemia 25, 234
Hiperventilasi 8
Hipoksia 4, 7, 11, 91, 234
Hipoventilasi 8
Hipovolume 22
humidifier 11
I
Inspeksi 84, 88, 96, 235
inspeksi 84
iodofor 76, 81
K
KANULA kanula 11, 42, 43, 44, 45, 162, 172, 178, 201, 204, 235
Karies 52, 235
KEBUTUHAN ELIMINASI 30, 37
Kebutuhan Eliminasi 30, 31, 32, 41, 47
KEBUTUHAN NUTRISI 14, 16, 17, 18, 19, 180
Konstipasi 37, 39, 144, 234, 236
Kussmaul 8
DI LENGKAPI PENUNTUN BELAJAR 245
L
Laktat 26
Laring 5, 8, 10, 14
Latihan Nafas 58, 144, 145, 154
M
MASKER 11, 68, 70, 148, 169, 175, 178
Mikroorganisme 50, 60, 61, 63,64, 70, 71, 73, 75, 80, 81, 108, 231, 233
N
Nasal kateter 11
O
Obesitas 17, 144, 236
Oksigenasi 5, 6, 7, 9, 58
Ortopnea 8, 236
Osmosis 21, 22, 237
overhidrasi 23
P
Palpasi 85, 89, 96, 100, 123, 125, 127, 237
Pankreas 14, 15
Paru-paru 6, 7, 8, 9, 10, 12, 20, 26, 108, 145, 233, 236, 237, 239
Perkusi 85, 86, 91, 96, 237, 238
Prostaglandin 21, 237
R
radioaktif 76
refuse 77, 84
rooting refleks 93
S
Sianosis 7, 9, 238
Staphylococcus 60, 81
Sterilisasi 61, 63, 64, 73, 74, 75, 80, 81, 149
Suction 12, 13, 238
T
Takipnea 7, 239
Tourniquet 27, 28, 29, 129
246 KETERAMPILAN DASAR PRAKTIK KEBIDANAN
Trakhea 5
Tujuan Instruksional Umum (TIU)Setelah memepelajar 1
U
Uretra 30, 33, 35, 36, 95, 110, 112
Urinaria supresi 34, 239
URINE 24, 30, 31, 32, 34, 35, 36, 37, 46, 78, 104, 106, 107, 110, 111, 153,
233, 235, 236, 237, 238, 239
Urineal 32, 35, 36, 37
Usus Besar 15, 37, 38
V
Varises 89, 144, 239
Vesika urinaria 30, 31, 33, 239
Vibrating 11, 12
Y
yodium 76