Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN CHAPTER

FOUNDATIONS OF EDUCATION CHAPTER EIGHT


FINANCING PUBLIC EDUCATION
Diajukan untuk memenuhi tugas pada Mata Kuliah Landasan Pedagogik

Dosen Mata Kuliah :


PROF. DR. HJ. MELLY SRI SULASTRI RIFAI, M.PD.
DR. HJ. PUPUN NURHAYATI, M.PD.

Oleh
CHEPY PERDANA
1402610

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN


SEKOLAH PASCA SARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2014

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan chapter report
Chapter Report chapter 8 tentang Financing Public Education dari buku Foundations of
Education 11th Edition yang merupakan karya dari Allan C. Ornstein, Daniel U. Levine,
Gerald L. Gutek dan David E. Vocke pada tahun 2008 yang di perbarui pada 2011.
Tujuan penulisan chapter report ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Landasan Paedagogik di Program Studi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan
Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia yang diampu oleh dosen Prof.
DR. Hj. Melly Sri Sulastri Rifai, M.Pd dan Dr. Hj. Pupun Nurhayati, M.Pd..
Dalam pemenuhan chapter report ini penulis menyadari banyaknya kekurangan,
sehingga menjadikan belum sempurnanya penulisan chapter report ini sesuai dengan
seharusnya, karenanya penulis mengharap masukan yang membangun dalam upaya
menjadikan chapter report ini menjadi karya yang lebih baik. Tak lupa penulis
menghaturkan ucapan terima kasih kepada Dosen pengampu dan segenap rekan
mahasiswa PTK 2014 serta pihak lain yang turut membantu dalam penyusunan penulisan
karya ini.
Penulis berharap karya ini dapat memberikan banyak manfaat khusunya bagi
penulis, umumnya bagi perkembangan dunia pendidikan.

Bandung, November 2014

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
BAB II PEMBIAYAAN PENDIDIKAN UMUM ........................................ 2
2.1 Sumber pajak untuk pendapatan sekolah ............................................... 2
2.2 Pendanaan lokal untuk sekolah umum ................................................... 3
2.2.1 Pajak properti ................................................................................ 3
2.2.2 Sumber daya lokal dan disparitas ............................................... 3
2.3 Biaya negara bagian untuk sekolah umum ............................................. 4
2.3.1 Sumber Pendapatan Negara Bagian ........................................... 4
2.3.2 Kemampuan Negara Bagian Dalam Pembiayaan Pendidikan.... 4
2.3.3 Bantuan Negara Bagian untuk Sekolah Distrik Lokal................ 5
2.4 Perkembangan Keuangan Sekolah ......................................................... 6
BAB III PEMBAHASAN .............................................................................. 7
3.1 Pembiayaan Pendidikan Di Indonesia .................................................... 7
3.2 Sumber Keuangan .................................................................................. 7
3.3 Perbandingan Pembiayaan di Indonesia dibandingkan dengan Amerika 10
BAB IV KESIMPULAN, IMPLIKASI, REKOMENDASI ....................... 11
4.1 Kesimpulan ........................................................................................... 11
4.2 Implikasi ................................................................................................ 11
4.3 Rekomendasi ......................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 13

BAB I
PENDAHULUAN
Landasan pedagogik merupakan ilmu dan bidang studi yang menjadi dasar bagi
semua orang yang akan menjadi pendidik supaya para pendidik dapat memahami dan
menerapkan pendekatan pembelajaran di berbagai situasi pendidikan dengan penuh
tanggung jawab.
Tujuan penyusunan chapter report ini merupakan pemenuhan tugas mata kuliah
Landasan Pedagogik di Program Studi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan Sekolah Pasca
Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia yang diampu oleh dosen Prof. DR. Hj. Melly Sri
Sulastri Rifai, M.Pd dan Dr. Hj. Pupun Nurhayati, M.Pd..
Tugas penulisan chapter report ini disusun dari buku Foundations of Education
11th Edition yang merupakan karya dari Allan C. Ornstein, Daniel U. Levine, Gerald L.
Gutek dan David E. Vocke pada tahun 2008 yang di perbarui pada 2011 dan penulis
mendapatkan tugas chapter 8 tentang Financing Public Education. Chapter ini menyajikan
gambaran umum mengenai pembiayaan pendidikan publik di Amerika Serikat dan sumber
sumber pendapatan negara untuk pendidikan.
Ada tiga sumber utama dukungan anggaran untuk sekolah umum, yaitu dana dari
pemerintah lokal, negara bagian dan federal. Pembiayaan sekolah umum bergantung pada
pendapatan yang dihasilkan dari pajak, khususya pajak properti pada level lokal, pajak
penjualan dan pajak pendapatan pada level negara bagian.

BAB II
PEMBIAYAAN PENDIDIKAN UMUM
Pendidikan di Amerika Serikat adalah urusan besar. Kebutuhan biaya sekolah
pertumbuhannya lebih cepat dari pada inflasi, sehingga sekolah menghadapi permasalahan
keuangan yang serius, Anggota Badan Sekolah, yang terdiri dari orang-orang yang sangat
memahami masalah keuangan sekolah, menetapkan kurangnya dukungan keuangan
sebagai masalah utama dari lima permasalahan yang meraka hadapi, tiga diantaranya
berhubungan dengan biaya sekolah (kurangnya sumber keuangan, fasilitas yang
overcrowded dan peningkatan pajak properti).
Ada tiga sumber utama dukungan anggaran untuk sekolah umum, yaitu dana dari
pemerintah lokal, negara bagian dan federal.
Biaya pendidikan dari pemerintah federal sejak tahun 1929 cenderung terus
meningkat dari 0,4% menjadi 9,3% pada tahun 1981 dan menurun menjadi 6,2% tahun
1991, sedangkan dukungan biaya dari pemerintah negara bagian cenderung terus
meningkat dari 19,29% pada tahun 1929 menjadi 49,3 % pada tahun 1991, sedangkan
dukungan dari pemerintah lokal pada awalnya persentasenya tinggi yaitu 82,7% tetapi
terus menurun mencapai 44,5% pada tahun 1991.
2.1 Sumber Pajak Untuk Pendapatan Sekolah
Pembiayaan sekolah umum bergantung pada pendapatan yang dihasilkan dari
pajak, khususya pajak properti pada level lokal, pajak penjualan dan pajak pendapatan
pada level negara bagian. Masyarakat umum menerima pajak apabila :
1. Pajak tidak menyebabkan distorsi ekonomi (perubahan perilaku ekonomi dalam
pola belanja atau relokasi bisnis, industri dan penduduk).
2. Pajak harus equitable (memperhatikan kemampuan wajib pajak).
3. Pajak harus memberi kemudahan (pajak dikumpulkan dengan biaya yang
rendah bagi wajib pajak dan pemerintah)
4. Pajak harus responsif terhadap perubahan kondisi ekonomi.

2.2 Pendanaan Lokal Untuk Sekolah Umum


Kontribusi pemerintahan lokal terhadap pendanaan sekolah telah menurun pada
beberapa dekade terakhir, sedangkan kontribusi dari pemerintah negara bagian
2

meningkat. Walaupun demikian, dana dari pemerintah lokal tetap merupakan bagian
penting dalam pendanaan sekolah.
2.2.1 Pajak Properti
Pajak properti merupakan sumber utama pendanaan untuk sekolah lokal,
yang perhitungannya dikaitkan dengan nilai jual objek pajak dan pajak penjualan.
Pajak properti tidak selamanya mudah untuk dikumpulkan tergantung pada
efisiensi dari departemen pajak di pemerintahan lokal.
Untuk menambah dana, selain dari pajak properti, sekolah lokal dapat
mengumpulkan pendanaan melalui pajak pemasukan khusus dan pajak-pajak atau
biaya lainnya, misalnya menarik biaya dari fasilitas dan layanan yang digunakan,
seperti pelayanan bis, buku teks, aktivitas atletik, rekreasi, dan kegiataan setelah
sekolah.
2.2.2

Sumber Daya Lokal dan Disparitas


Beberapa sekolah lokal yang mendapat bantuan dari pemerintahan negara
bagian dan federal, kurang mampu mendukung biaya pendidikan. Suatu sekolah
yang lokasinya di daerah yang kaya dengan dasar pajak yang tinggi dapat
menghasilkan lebih banyak pendanaan dibandingkan sekolah di wilayah miskin.
Walaupun permasalahan keuangan mempengaruhi banyak wilayah pedesaan dan
kota/kabupaten, permasalahan keuangan terbesar biasanya terjadi pada kota besar
yang dikenal dengan istilah municipal overburden (Tuntutan keuangan yang
keras pada masyarakat karena kerapatan populasi dan income masyarakat yang
rendah), sehingga kota besar tidak dapat menyediakan persentase pendanaan yang
tinggi dari pajak untuk sekolah dibandingkan yang dapat disediakan oleh wilayah
pedesaan dan kota/kabupaten.
Sekolah-sekolah di kota harus mengeluarkan lebih banyak sumber dana
pendidikan per siswa dibandingkan sekolah-sekolah di desa. Sekolah di perkotaan
memerlukan biaya untuk kerusakan, biaya makan siang, biaya asuransi dan biaya

perawatan yang lebih besar


2.3 Pembiayaan Negara Bagian Untuk Sekolah Umum
Negara memiliki tanggungjawab terhadap sekolah umum. Setiap tahun memberi
dukungan dan tanggungjawab kepada sekolah lokal. Ini merupakan tanggungjawab
negara terhadap pendidikan anak dan remaja. Sejak beberapa sekolah lokal mendapat
masalah dalam biaya pendidikan, negara bagian diberikan tanggungjawab dan
mengambil alih pembiayaan sekolah.
2.3.1 Sumber Pendapatan Negara Bagian
3

Pajak penjualan dan pajak pribadi merupakan dua sumber utama


penghasilan negara. Sejak negara membiayai 60% biaya pendidikan , dua pajak ini
yang sangat mendukung pendidikan umum. Pajak penjualan secara administrasi
pengumpulannya lebih mudah. Permasalahan timbul bila penjualan terjadi antara
negara bagian, sebab negara bagian satu tidak mau membayar pajak penjualan ke
negara bagian lain.
Pajak penghasilan pribadi merupakan sumber penghasilan terbesar kedua,
semestinya pajak pendapatan tidak menyebabkan Economic Distortions. Pajak
yang tinggi bukan jalan keluar untuk memberikan hak keadilan. Secara teori pajak
penghasilan merupakan refleksi dari pendapatan pembayar pajak dan kemampuan
untuk membayar. Jenis pajak lain diperoleh dari pajak bahan bakar kendaraan,
pajak minutan keras, pajak tembakau, pajak pesangon, pajak perusahaan. Sumber
lain juga diperoleh dari pajak lotere di 9 negara bagian ( Calofornia, Florida,
Ilonius, Michigan, Montana, New Hampshire, New Jersey, New Cork, dan Ohio).
2.3.2

Kemampuan Negara Bagian Dalam Pembiayaan Pendidikan


Pada tahun 2006, empat belas negara bagian menghabiskan lebih dari
sepuluh ribu dolar setahun untuk mendidik siswa rata-rata. Sebaliknya, tiga belas
negara menghabiskan kurang dari delapan ribu dolar per siswa. Dan Utah
menghabiskan kurang dari enam ribu dolar per siswa. Hal ini bukan berarti bahwa
beberapa negara bagian menetapkan prioritas pendidikan mereka lebih tinggi
daripada negara-negara lain, melainkan mencerminkan kemampuan negara, yang
harus banyak melakukan evaluasi dengan pendapatan pribadi dan nilai-nilai milik
penghuninya, yaitu harus mempertimbangkan apa yang negara belanjakan pada
semua layanan lain, seperti perumahan, transportasi, dan rumah sakit.
Faktor lain yang mengurangi kemampuan negara untuk membiayai
pendidikan publik adalah populasi yang menua. Usia rata-rata dari penduduk AS
diproyeksikan akan terus tumbuh. Peningkatan usia rata-rata adalah tren Namun,

2.3.3

beberapa bagian dari negara tersebut beruban lebih cepat daripada yang lain
Bantuan Negara Bagian untuk Sekolah Distrik Lokal
Negara bagian menggunakan empat metode dasar untuk membiayai
pendidikan

umum.

Beberapa

negara

penggabungkan metode.
1. Model hibah datar

memiliki

strategi

resmi

melalui

Ini adalah metode tertua dan yang paling tidak merata dalam
pembiayaan sekolah. Bantuan negara untuk distrik sekolah lokal
didasarkan pada jumlah yang tetap dikalikan dengan jumlah siswa yang
hadir. Hal ini gagal dalam mempertimbangkan siswa dengan kebutuhan
khusus (siswa bilingual memerlukan biaya lebih untuk mendidik
daripada asli bahasa Inggris speaker), program khusus (kejuruan dan
pendidikan khusus), atau kekayaan distrik sekolah.
2. Landasan rencana.
Pendekatan paling umum yang digunakan oleh dua puluh lima negara
bagian dan distrik di Columbia, menjamin dasar, atau mantan penditure
minimum tahunan per siswa di semua distrik sekolah di negara bagian.
3. Kemampuan Menyamakan Rencana. Banyak negara telah mengadopsi
rencana ini dalam beberapa bentuk. Setiap distrik sekolah berhak untuk
mendirikan pengeluaran sendiri, tetapi negara membayar persentase
pengeluaran sekolah setempat berdasarkan kekayaan distrik.
4. Rencana Pertimbangan Siswa. Pertimbangan siswa sebanding dengan
kebutuhan mereka (yaitu, kebutuhan khusus, berpenghasilan rendah,
dan sebagainya) atau program khusus untuk menentukan biaya instruksi
per siswa. Rencana ini sering digunakan dalam hubungannya dengan
rencana dasar

2.4 Perkembangan Keuangan Sekolah


Krisis keuangan dalam bidang pendidikan sering dimuat diberita utama. Sebagai
contoh, baru-baru ini resesi nasional telah memicu kekurangan pendapatan negara
yang besar. Ditambah dengan meningkatnya biaya dan masalah anggaran lainnya,
hilangnya penerimaan negara telah menempatkan banyak lokal kabupaten sekolah
dalam situasi fiskal. Sejak era Sputnik, pendanaan federal pendidikan memiliki
menjadi semakin terkait dengan kebijakan nasional. sebagai kebijakan penekanan
telah berubah, sehingga memiliki tingkat pendanaan. Kontroversi atas akuntabilitas,
kredit pajak kuliah, voucher pendidikan, sekolah piagam, dan pilihan sekolah
meningkatkan perhatian publik dengan pendidikan sistem. Ketahanan Wajib Pajak,

terutama untuk peningkatan pajak properti, hasilnya untuk merampingkan anggaran


sekolah. Memburuknya prasarana sekolah dan lingkungan bahaya menimbulkan
kewajiban keuangan yang signifikan bagi banyak sekolah.

BAB III
PEMBIAYAAN PENDIDIKAN DI INDONESIA DIBANDINGKAN
DENGAN AMERIKA
3.1 Pembiayaan Pendidikan di Indonesia
Pasal 46 Undang-undang No 20 Tahun 2003 menyatakan pendanaan pendidikan
menjadi tanggung jawab bersama antara Pemerintah, pemerintah daerah, dan
masyarakat. Sumber-sumber pendapatan sekolah bisa berasal dari pemerintah, usaha
mandiri sekolah, orang tua siswa, dunia usaha dan industri, sumber lain seperti hibah
yang tidak bertentangan dengan peraturan perundangan yang berlaku, yayasan
penyelenggara pendidikan bagi lembaga pendidikan swasta, serta masyarakat luas.
3.2 Sumber Keuangan
Sumber keuangan dari pemerintah bisa berasal dari pemerintah pusat,
pemerintah kabupaten/ kota. Sumber keuangan pendidikan yang berasal dari
pemerintah pusat dialokasikan melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN), sedangkan yang berasal dari pemerintah kabupaten dan kota dialokasikan
melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah(APBD). Selanjutnya melalui
kebijakan pemerintah yang ada, di dalam pengelolaan keuangan dikenal sumber
anggaran yang disebut Dana Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA).
DIPA meliputi Administrasi Umum, yaitu alokasi dari Pemerintah yang bersumber
APBN penerimaan dari pajak , dan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang
bersumber dari dana masyarakat. Ditengah keraguan masyarakat akan peranan pajak
dalam memajukan pendidikan di Indonesia, sebenarnya pemerintah telah memberikan
keringanan pajak terhadap institusi pendidikan. Hal ini mengingat pentingnya
pendidikan bagi kemajuan bangsa dan masih terbatasnya anggaran negara untuk
bidang pendidikan.
Pemerintah memberikan insentif bagi organisasi nirlaba yang menginvestasikan
penghasilan yang diperolehnya pada pengembangan dunia pendidikan. Terhadap laba
yang diperoleh oleh organisasi pendidikan tersebut yang diinvestasikan kembali dalam
bentuk sarana dan prasarana pendidikan, tidak dikenakan Pajak Penghasilan (PPh).
Artinya, apabila organisasi pendidikan tersebut mendapatkan laba, laba yang
seharusnya dikenakan pajak (PPh) tidak akan dikenakan PPh jika laba tersebut
ditanamkan kembali dalam bentuk sarana dan prasarana. Pemerintah memberikan

jangka waktu selama 4 (empat) tahun sejak laba tersebut diperoleh, untuk ditanamkan
kembali. Akan tetapi, setelah lewat dari 4 (empat) tahun laba tersebut tidak digunakan
untuk membangun sarana dan prasarana pendidikan maka akan dikenakan pajak
penghasilan pada tahun pajak berikutnya setelah lewat jangka waktu 4 (empat) tahun
tersebut.
Hal ini sebagaimana diatur dalam Pasal 4 ayat (3) huruf m Undang-Undang Nomor
7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah
terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 (UU PPh). Selanjutnya dasar
pelaksanaannya diatur melalui Peraturan Menteri Keuangan Nomor 80/PMK.03/2009
tentang Sisa Lebih yang Diterima atau Diperoleh Badan Lembaga atau Nirlaba yang
Bergerak dalam Bidang Pendidikan dan/atau Bidang Penelitian dan Pengembangan
yang Dikecualikan dari Objek Pajak Penghasilan. Petunjuk teknisnya diatur dalam
Peraturan Dirjen Pajak Nomor PER-44/PJ./2009 tentang Pelaksanaan Pengakuan Sisa
Lebih yang Diterima atau Diperoleh Badan atau Lembaga Nirlaba yang Bergerak
dalam Bidang Pendidikan dan/atau Bidang Penelitian danPengembangan yang
Dikecualikan dari Objek Pajak Penghasilan
Sarana dan prasarana pendidikan tersebut meliputi sebagai berikut:
1) Pembelian atau pembangunan gedung dan prasarana pendidikan, penelitian dan
pengembangan termasuk pembelian tanah sebagai lokasi pembangunan gedung
dan prasarana tersebut;
2) Pengadaan sarana dan prasarana kantor, laboratorium dan perpustakaan;
3) Pembelian/pembangunan asrama mahasiswa, rumah dinas guru, dosen atau
karyawan, dan
4) Sarana prasarana olahraga, sepanjang berada di lingkungan/lokasi lembaga
pendidikan formal.
Sebuah

organisasi

nirlaba

yang

menyelenggarakan

pendidikan

tersebut

mencatatkan laba sebesar Rp 10 miliar pada tahun 2011, organisasi tersebut dapat
menggunakan fasilitas pajak yaitu yang seharusnya pada tahun 2011 dikenakan PPh
sebesar Rp 2,5 miliar (25% x Rp 10 miliar) tetapi tidak akan dikenakan PPh jika
organisasi tersebut menggunakan laba sebesar Rp 10 miliar tersebut dalam jangka
waktu 4 tahun untuk menambah bangunan kelas atau menambah buku perpustakaan.
Artinya, organisasi nirlaba yang menyelenggarakan pendidikan tersebut terbebas dari
tagihan PPh. Namun, jika sampai dengan tahun 2015 (4 tahun setelah 2011) laba
tersebut tidak digunakan semuanya, maka laba tersebut akan dikenakan PPh.

Badan nirlaba yang menyelenggarakan pendidikan tersebut wajib menyampaikan


pemberitahuan mengenai rencana fisik sederhana dan rencana biaya pembangunan dan
pengadaan sarana dan prasarana kegiatan pendidikan dan/atau penelitian dan
pengembangan kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak tempat badan nirlaba tersebut
terdaftar dengan tindasan kepada instansi yang membidanginya.
Selain insentif, Pemerintah memiliki peranan lain dalam pengembangan dunia
pendidikan, terhadap sumbangan dari pihak ketiga yang langsung digunakan untuk
investasi di bidang pendidikan sebagaimana diatur dalam Pasal 6 ayat (1) huruf j dan
huruf l UU PPh. Dalam UU PPh diatur bahwa terhadap Wajib Pajak yang memberikan
sumbangan dalam rangka penelitian dan pengembangan yang dilakukan di Indonesia
serta sumbangan fasilitas pendidikan maka sumbangan tersebut menjadi biaya yang
dapat mengurangi penghasilan kena pajak Wajib Pajak tersebut sesuai dengan
persyaratan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 93 Tahun 2010 tentang Sumbangan
Penanggulangan Bencana Nasional, Sumbangan Penelitian dan Pengembangan,
Sumbangan Fasilitas Pendidikan, Sumbangan Pembinaan Olahraga, dan Biaya
Pembangunan Infrastruktur Sosial yang Dapat Dikurangkan dari Penghasilan Bruto.
Insentif pemerintah yang lain di bidang pendidikan adalah dalam rangka pemberian
beasiswa. Penerima beasiswa yang mengikuti pendidikan formal dan/atau pendidikan
nonformal di dalam negeri dan/atau di luar negeri dikecualikan dari objek PPh. Hal ini
diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 246/PMK.03/2008 tentang
Beasiswa yang Dikecualikan dari Objek Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 154/PMK.03/2009.
Komponen beasiswa tersebut terdiri dari biaya pendidikan yang dibayarkan ke
sekolah (tuition fee), biaya ujian dan biaya penelitian yang berkaitan dengan bidang
studi yang diambil. Selain itu, komponen tersebut juga dapat berupa biaya untuk
pembelian buku dan/atau biaya hidup yang wajar sesuai dengan daerah lokasi tempat
belajar.
Bagi perusahaan pemberi beasiswa, biaya pemberian beasiswa sesuai Pasal 6 ayat
(1) huruf g UU PPh, dapat dibebankan sebagai biaya dengan memperhatikan
kewajarannya.
3.3 Perbandingan pembiayaan pendidikan di Indonesia dan Amerika
Sumber pembiayaan atau keuangan pendidikan di indonesia berasal dari
pemerintah pusat yang dialokasikan melalui anggaran pendapatan dan belanjar negara
(APBN), dan yang berasal dari pemerintah kabupaten dan kota dialokasikan melalui
9

anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD).

Selanjutnya melalui kebijakan

pemerintah yang ada, didalam pengelolaan keuangan dikenal sumber anggaran yang
disebut Dana Isisan Pelaksanaan Anggaran (DIPA). DIPA ini meliputi administrasi
umum yaitu alokasi dari pemerintah yang bersumber APBN penerimaan dari pajak dan
penerimaan negara bukan pajak (PNBP).
Pembiayaan pendidikan yang ada di Indonesia apabila dibandingkan dengan
pembiayaan pendidikan di Amerika terdapat beberapa persamaan dari sumber
keuangannya yaitu dari pajak.

Di Amerika sumber pajak untuk pembiayaan

pendidikan didapat dari pajak properti, pajak penjualan dan pajak penghasilan, hal ini
tidak jauh berbeda dengan sumber pajak yang ada di Indonesia,

10

BAB IV
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
4.1 Kesimpulan
1. Sumber pendapatan terbesar untuk pendidikan umum di Amerika serikat berasal
dari pajak (Pajak Properti, Pajak Penjualan dan Pajak Pendapatan)
2. Pendanaan pendidikan menjadi tanggung jawab bersama antara Pemerintah,
pemerintah daerah, dan masyarakat. Sumber-sumber pendapatan sekolah bisa
berasal dari pemerintah, usaha mandiri sekolah, orang tua siswa, dunia usaha dan
industri, sumber lain seperti hibah yang tidak bertentangan dengan peraturan
perundangan yang berlaku, yayasan penyelenggara pendidikan bagi lembaga
pendidikan swasta, serta masyarakat luas.
3. Dengan adanya insentif atau keringanan pajak yang diberikan oleh pemerintah,
diharapkan dapat memberikan payung hukum untuk menguatkan kerja sama
badan nirlaba di bidang pendidikan dengan pihak lain. Permasalahan yang
berkaitan dengan dunia pendidikan dapat disidangkan baik pada pengadilan
federal maupun pengadilan negara.
4.2 Implikasi
1. Implikasi teoritis.
- Pembiayaan pendidikan di Amerika mendapat dukungan anggaran dana dari
pemerintah lokal, negara bagian dan federal yang sumber pendapatan
-

terbesarnya didapat dari pendapatan pajak.


Pembiayaan pendidikan di Indonesia menjadi tanggung jawab bersama antara

Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat.


2. Implikasi praktis.
- Untuk sumber pembiayaan sekolah umum yang ada di amerika yang
bergantung pada pendapatan yang dihasilkan dari pajak, khususnya pajak
properti, pajak penjualan dan pajak pendapatan pada level negara bagian,
sebaiknya dapat mengembangkan kebijakan kebijakan lain dalam hal
-

pendanaan terhadap pendidikan agar mencapai tujuan yang lebih baik.


Untuk pemerintah dan sekolah di Indonesia dapat menjalankan tugasnya
dengan baik sesuai undang-undang, bahkan dapat mengembangkan kebijakan
dalam segi pendanaan terhadap pendidikan agar mencapai tujuan yang lebih
baik.

4.3 Rekomendasi

11

1. Pemerintah diharapkan dapat mengembangkan kebijakan kebijakan mengenai


pembiayaan pendidikan untuk sekolah sehingga dapat menciptakan kualitas
pendidikan yang lebih baik.
2. Sekolah sebaiknya dapat dengan bijak dalam mengelola keuangan sekolah,
sehingga menumbuhkan manajemen sekolah yang baik.
3. Dunia industri / perusahaan sebaiknya dapat turut serta dalam hal pengembangan
kualitas pendidikan di Indonesia, terutama dalam segi pendanaan sekolah.
4. Yayasan pendidikan swasta diharapkan melakukan koordinasi dengan pemerintah
dalam segi pengembangan sekolah terutama dalam segi pengembangan sarana dan
prasarana sekolah.

12

DAFTAR PUSTAKA
Anggun

(2012).

Sumber

Pendapatan

Sekolah

[Online].

https://goenable.wordpress.com/tag/sumber-pendapatan-sekolah/

[14

Tersedia:
November

2014]
Direktorak Jendral Pajak (2012). Peranan Pajak Memanjukan Pendidikan [Online].
Tersedia:

http://www.pajak.go.id/content/peranan-pajak-memajukan-pendidikan

[14 November 2013]


Ornstein,

Levine

&

Gutek.

(2011).

Foundation

Canada.Wadsworth, Cegage learning.

13

of

Education

11th

Edition.

Anda mungkin juga menyukai