Anda di halaman 1dari 226

Paket Unit Pembelajaran

PROGRAM PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN (PKB)


MELALUI PENINGKATAN KOMPETENSI PEMBELAJARAN (PKP)
BERBASIS ZONASI

MATA PELAJARAN KIMIA


SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA)
BIDANG KEAHLIAN AGRIBISNIS DAN AGROTEKNOLOGI

ASAM dan BASA


Penulis:
Erwan Soedjono, ST., MSi.

Penyunting:
Ir. Suryanto Hadi

Desainer Grafis dan Ilustrator:


TIM Desain Grafis

Copyright © 2019
Direktorat Pembinaan Guru Pendidikan Menengah dan Pendidikan Khusus
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang


Dilarang mengopi sebagian atau keseluruhan isi buku ini untuk kepentingan komersial
tanpa izin tertulis dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Paket Unit Pembelajaran
Asam dan Basa

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, Tuhan YME, karena atas ijin
dan karunia-Nya Unit Pembelajaran Program Pengembangan Keprofesian
Berkelanjutan melalui Peningkatan Kompetensi Pembelajaran Berbasis
Zonasi ini dapat diselesaikan.

Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan melalui Peningkatan


Kompetensi Pembelajaran Berbasis Zonasi merupakan salah satu upaya
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Direktorat Jenderal Guru
dan Tenaga Kependidikan (Ditjen GTK) untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran dan meningkatkan kualitas lulusan. Program ini dikembangkan
mengikuti arah kebijakan Kemendikbud yang menekankan pada
pembelajaran berorientasi pada keterampilan berpikir tingkat tinggi atau
Higher Order Thinking Skills (HOTS). Keterampilan berfikir tingkat tinggi
adalah proses berfikir kompleks dalam menguraikan materi, membuat
kesimpulan, membangun representasi, menganalisis dan membangun
hubungan dengan melibatkan aktifitas mental yang paling dasar yang
sebaiknya dimiliki oleh seorang guru professional.

Guru profesional memegang peranan yang sangat penting dalam menentukan


prestasi peserta didik. Penelitian menunjukkan bahwa 30% prestasi peserta
didik ditentukan oleh faktor guru. Dengan demikian maka guru harus
senantiasa meng-update dirinya dengan melakukan pengembangan
keprofesian berkelanjutan. Jika program Pengembangan Keprofesian
Berkelanjutan (PKB) yang dikembangkan oleh Direktorat Jenderal Guru dan
Tenaga Kependidikan sebelumnya didasarkan pada hasil Uji Kompetensi
Guru, berfokus pada peningkatan kompetensi guru khususnya kompetensi
pedagogi dan profesional, maka Program Peningkatan Kompetensi

iii
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Pembelajaran Berbasis Zonasi lebih berfokus pada upaya memintarkan


peserta didik melalui pembelajaran berorientasi keterampilan berpikir
tingkat tinggi. Berbasis zonasi ini dilakukan mengingat luasnya wilayah
Indonesia. Zonasi diperlukan guna memperhatikan keseimbangan dan
keragaman mutu pendidikan di lingkungan terdekat, sehingga peningkatan
pendidikan dapat berjalan secara masif dan tepat sasaran.

Unit Pembelajaran yang sudah tersusun diharapkan dapat meningkatkan


pembelajaran. Unit Pembelajaran yang dikembangkan dikhususkan untuk
Pendidikan Dasar yang dalam hal ini akan melibatkan KKG SD dan MGMP SMP.
Kepada tim penyusun yang membantu terwujudnya Unit Pembelajaran ini,
kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada seluruh tim penyusun yang berasal dari PPPPTK, LPMP, maupun
Perguruan Tinggi dan berbagai pihak yang telah bekerja keras dan
berkontribusi positif mewujudkan penyelesaian Unit Pembelajaran ini.
Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi upaya yang kita lakukan.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Jakarta, __ Mei 2019


Direktur Jenderal Guru
dan Tenaga Kependidikan,

Dr. Supriano, M.Ed.


NIP. 196208161991031001

iv
Paket Unit Pembelajaran
Asam dan Basa

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Saya menyambut baik terbitnya Unit Pembelajaran Program Pengembangan


Keprofesian Berkelanjutan melalui Peningkatan Kompetensi Pembelajaran
Berbasis Zonasi. Unit Pembelajaran ini disusun berdasarkan analisis Standar
Kompetensi Lulusan, Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar, serta analisis
soal-soal Ujian Nasional maupun Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN).
UN dan USBN merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari sistem
pendidikan nasional. UN adalah sistem evaluasi standar pendidikan dasar dan
menengah secara nasional dan persamaan mutu tingkat pendidikan antar
daerah yang dilakukan oleh Pusat Penilaian Pendidikan. Hasil pengukuran
capaian siswa berdasar UN ternyata selaras dengan capaian PISA maupun
TIMSS. Hasil UN tahun 2018 menunjukkan bahwa siswa-siswa masih lemah
dalam keterampilan berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skills)
seperti menalar, menganalisis, dan mengevaluasi. Oleh karena itu siswa harus
dibiasakan dengan soal-soal dan pembelajaran yang berorientasi kepada
keterampilan berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skills) agar
terdorong kemampuan berpikir kritisnya.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Direktorat Jenderal Guru


dan Tenaga Kependidikan (Ditjen GTK) meningkatkan kualitas pembelajaran
yang bermuara pada peningkatan kualitas siswa melalui Program
Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan melalui Peningkatan Kompetensi
Pembelajaran (PKP) Berbasis Zonasi. Program ini dikembangkan dengan
menekankan pembelajaran yang berorientasi pada Keterampilan Berpikir
Tingkat Tinggi atau Higher Order Thinking Skills (HOTS).

v
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Untuk meningkatkan efisiensi, efektifitas, serta pemerataan mutu pendidikan,


maka pelaksanaan Program PKP mempertimbangkan pendekatan
kewilayahan, atau dikenal dengan istilah zonasi. Melalui langkah ini,
pengelolaan Pusat Kegiatan Guru (PKG) TK, kelompok kerja guru (KKG) SD
dan musyawarah guru mata pelajaran (MGMP) SMP yang selama ini dilakukan
melalui Gugus atau Rayon dalam zonasinya, dapat terintegrasi melalui zonasi
pengembangan dan pemberdayaan guru. Zonasi memperhatikan
keseimbangan dan keragaman mutu pendidikan di lingkungan terdekat,
seperti status akreditasi sekolah, nilai kompetensi guru, capaian nilai rata -rata
UN/USBN sekolah, atau pertimbangan mutu lainnya.

Semoga Unit Pembelajaran ini bisa menginspirasi guru untuk


mengembangkan materi dan melaksanakan pembelajaran dengan
berorientasi pada kemampuan berpikir tingkat tinggi. Semoga Allah SWT
senantiasa meridhoi upaya yang kita lakukan.

Wassalamu’alaikum Warahmatulahi Wabarakatuh

Direktur Pembinaan Guru


Pendidikan Menengah dan
Pendidikan Khusus,

Ir. Sri Renani Pantjastuti, M.P.A.


NIP. 196007091985032001

vi
Paket Unit Pembelajaran
Asam dan Basa

Hal

KATA SAMBUTAN ________________________________ III


KATA PENGANTAR ________________________________ V
DAFTAR ISI ____________________________________ VII
PENGANTAR PAKET UNIT PEMBELAJARAN_______________ 1
UNIT PEMBELAJARAN 1. KONSEP LARUTAN KIMIA ________ 3
UNIT PEMBELAJARAN 2. PROSES OKSIDASI REDUKSI ____ 137
PENUTUP _____________________________________ 213
DAFTAR PUSTAKA ______________________________ 215

vii
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

viii
Paket Unit Pembelajaran
Asam dan Basa

Paket unit Asam dan Basa disusun sebagai kumpulan sumber bahan ajar
alternatif bagi guru yang tersusun atas Unit Konsep Larutan Kimia, dan Unit
Proses Oksidasi Reduksi. Melalui bahan bacaan pada paket unit tersebut
diharapkan guru mendapatkan tambahan pengetahuan untuk mengajarkan
materi tersebut ke peserta didiknya sesuai capaian kompetensi dasar (KD),
terutama dalam memfasilitasi kemampuan bernalar peserta didik. Selain itu,
unit-unit ini juga aplikatif bagi guru dan peserta didik agar dapat menerapkan
dasar-dasar pengetahuan tentang konsep larutan kimia, dan proses oksidasi
reduksi dalam kehidupan sehari-hari.

Paket unit Asam Dan Basa ini terdiri atas komponenen penting dalam dalam
setiap unitnya yaitu kompetensi dasar, perumusan indikator pencapaian
kompetensi, aplikasi di dunia nyata, soal-soal tes UN/USBN, aktivitas
pembelajaran, lembar kerja peserta didik (LKPD), bahan bacaan,
pengembangan penilaian, kesimpulan dan umpan balik. Komponen-
komponen di dalam setiap unit tersebut disesuaikan dengan Topik Konsep
Larutan, Sifat Koligatif Larutan, Teori Asam Dan Basa Serta Perubahan Ph
Pada Titrasi Asam Dan Basa masing-masing dengan tujuan agar dapat dilihat
kesesuaian dengan strategi pembelajaran yang digunakan.

Sedangkan untuk unit pembelajaran kedua adalah proses oksidasi reduksi


yang terdiri dari topik topik sebagai berikut reaksi oksidasi reduksi dan
konsep reaksi redoks dengan bilangan okidasi dengan tujuan untuk
memperoleh sinkronisasi dengan strategi pembelajaran yang digunakan.

LKPD pada setiap unit dikembangkan agar guru dapat memfasilitasi peserta
didik untuk melatihkan kemampuan bernalar dan berketerampilan proses
sains dengan mendayagunakan media yang sudah menjadi standar

1
Paket Unit Pembelajaran
Asam dan Basa

Paket unit Asam dan Basa disusun sebagai kumpulan sumber bahan ajar
alternatif bagi guru yang tersusun atas Unit Konsep Larutan Kimia, dan Unit
Proses Oksidasi Reduksi. Melalui bahan bacaan pada paket unit tersebut
diharapkan guru mendapatkan tambahan pengetahuan untuk mengajarkan
materi tersebut ke peserta didiknya sesuai capaian kompetensi dasar (KD),
terutama dalam memfasilitasi kemampuan bernalar peserta didik. Selain itu,
unit-unit ini juga aplikatif bagi guru dan peserta didik agar dapat menerapkan
dasar-dasar pengetahuan tentang konsep larutan kimia, dan proses oksidasi
reduksi dalam kehidupan sehari-hari.

Paket unit Asam Dan Basa ini terdiri atas komponenen penting dalam dalam
setiap unitnya yaitu kompetensi dasar, perumusan indikator pencapaian
kompetensi, aplikasi di dunia nyata, soal-soal tes UN/USBN, aktivitas
pembelajaran, lembar kerja peserta didik (LKPD), bahan bacaan,
pengembangan penilaian, kesimpulan dan umpan balik. Komponen-
komponen di dalam setiap unit tersebut disesuaikan dengan Topik Konsep
Larutan, Sifat Koligatif Larutan, Teori Asam Dan Basa Serta Perubahan Ph
Pada Titrasi Asam Dan Basa masing-masing dengan tujuan agar dapat dilihat
kesesuaian dengan strategi pembelajaran yang digunakan.

Sedangkan untuk unit pembelajaran kedua adalah proses oksidasi reduksi


yang terdiri dari topik topik sebagai berikut reaksi oksidasi reduksi dan
konsep reaksi redoks dengan bilangan okidasi dengan tujuan untuk
memperoleh sinkronisasi dengan strategi pembelajaran yang digunakan.

LKPD pada setiap unit dikembangkan agar guru dapat memfasilitasi peserta
didik untuk melatihkan kemampuan bernalar dan berketerampilan proses
sains dengan mendayagunakan media yang sudah menjadi standar

1
Cover depan
Unit Pembelajaran
PROGRAM PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN (PKB)
MELALUI PENINGKATAN KOMPETENSI PEMBELAJARAN (PKP)
BERBASIS ZONASI

MATA PELAJARAN KIMIA


SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK)
BIDANG KEAHLIAN AGRIBISNIS DAN AGROTEKNOLOGI

Konsep Larutan Kimia


Penulis:
Erwan Soedjono., ST., MSi.

Penyunting:
Ir. Suryanto Hadi

Desainer Grafis dan Ilustrator:


TIM Desain Grafis

Copyright © 2019
Direktorat Pembinaan Guru Pendidikan Menengah dan Pendidikan Khusus
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang


Dilarang mengopi sebagian atau keseluruhan isi buku ini untuk kepentingan komersial
tanpa izin tertulis dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Unit Pembelajaran
Konsep Larutan Kimia

Hal
DAFTAR ISI _____________________________________ 5
DAFTAR GAMBAR ________________________________ 6
DAFTAR TABEL __________________________________ 8
PENDAHULUAN __________________________________ 9
KOMPETENSI DASAR & PERUMUSAN IPK ____________ 11
A. Target Kompetensi ________________________________________________________ 11
B. Indikator Pencapaian Kompetensi _______________________________________ 11
APLIKASI DI DUNIA NYATA _______________________ 13
A. Larutan Kimia Dalam Bidang Pertanian _________________________________ 13
B. Proses Pengolahan Limbah Menggunakan Prinsip Asam & Basa.______ 15
C. Pabrik Pengolahan kertas. ________________________________________________ 17
D. Sistem pencernaan tubuh manusia. ______________________________________ 22
SOAL-SOAL USBN _______________________________ 30
A. Contoh Soal USBN Tahun 2019 ___________________________________________ 30
B. Contoh Soal USBN Tahun 2018___________________________________________ 30
C. Contoh Soal USBN Tahun 2017 ___________________________________________ 31
D. Contoh Soal USBN Tahun 2016 ___________________________________________ 32
BAHAN PEMBELAJARAN __________________________ 33
A. Aktivitas Pembelajaran. ___________________________________________________ 33
B. Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD). _____________________________________ 49
C. Bahan Bacaan______________________________________________________________ 57
PENGEMBANGAN PENILAIAN _____________________ 125
A. Pembahasan Soal-soal ___________________________________________________ 125
B. Mengembangkan Soal HOTS _____________________________________________ 130
KESIMPULAN__________________________________ 133
UMPAN BALIK _________________________________ 134

5
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Hal
Gambar 1. Teknik mengatasi tanah masam dengan menebarkan kapur
pertanian.................................................................................................................................................. 14
Gambar 2. Teknik menebarkhan kapur pertanian yang merata...................................... 15
Gambar 3. Bak Equalisasi Pabrik Tekstil PT. Grandtek. ........................................................ 16
Gambar 4. Sekilas pabrik kertas........................................................................................................... 18
Gambar 5. Mesin Pengering / mesin kertas. ................................................................................. 20
Gambar 6. Mesin Pengering / Mesin Kertas. ................................................................................ 21
Gambar 7. Sistem pencernaan dalam tubuh manusia. ........................................................... 22
Gambar 8 Sistem pencernaan dalam tubuh manusia. ........................................................... 25
Gambar 9. Air gambut yang melimpah untuk pemeliharaan ika budidaya............... 41
Gambar 10. Struktur Glukosa................................................................................................................. 61
Gambar 11. Cara pembuatan larutan ................................................................................................ 69
Gambar 12. Hubungan suhu dengan Penguapan larutan. .................................................... 73
Gambar 13. penurunan tekanan uap dengan besarnya kosentasi larutan. ............... 75
Gambar 14. hubungan antara kosentrasi larutan ..................................................................... 76
Gambar 15. perbedaan luas permukaan bahan pelarut murni dengan larutan ..... 77
Gambar 16. Triple Point ............................................................................................................................ 78
Gambar 17. Perbedaan antara larutan volatile dengan non volatile. ............................ 79
Gambar 18. tekanan penguapan larutan ideal. ........................................................................... 80
Gambar 19. Larutan dengan campuran volatil & non volatil ............................................. 81
Gambar 20. Hubungan kenaikan titik didih antara larutan volatil dan non
volatil.......................................................................................................................................................... 85
Gambar 21. Alat yang menunjukan tekanan osmotik larutan ........................................... 87
Gambar 22. Alat Pengukur Tekanan Osmotik (Osmometer).............................................. 88
Gambar 24. Contoh reaksi asam basa menurut Lewis ........................................................... 99
Gambar 25. pH Meter TDS EC Water Filter Hydroponic .................................................... 109
Gambar 26. Trayek perubahan warna dari beberapa indikator ................................... 112
Gambar 27. Kertas indikator univesal........................................................................................... 113

6
Unit Pembelajaran
Konsep Larutan Kimia

Gambar 28 Kurva titrasi asam basa: HCl dengan NaOH..................................................... 116


Gambar 29 Kurva titrasi CH 3COOH dengan NaOH dan titrasi HCl
dengan NaOH...................................................................................................................................... 119
Gambar 30 Kurva titrasi NH 3 dengan HCl................................................................................... 121

7
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Hal
Tabel 1. Komptensi Dasar & Target Komtensi ............................................................................ 11
Tabel 2. Indikator pencapaian komptensi. .................................................................................... 12
Tabel 3. Proses pembuatan kertas di Paper Mills ..................................................................... 18
Tabel 4. Bahan kimia pada proses bleaching. .............................................................................. 20
Tabel 5. Contoh Desain Pembelajaran.............................................................................................. 34
Tabel 6. Beberapa jenis larutan berdasarkan wujud pelarut............................................. 59
Tabel 7. Satuan Konsentrasi Larutan ................................................................................................ 63
Tabel 8. Tabel Konsentrasi Larutan Pekat ..................................................................................... 71
Tabel 9. Beberapa asam yang umum................................................................................................. 94
Tabel 10. Asam dan reaksi ionisasinya ............................................................................................ 94
Tabel 11. Basa dan ionisasinya dalam air ...................................................................................... 95
Tabel 12. Tabel Kekuatan Asam dan Basa .................................................................................. 104
Tabel 13. Trayek perubahan warna dari beberapa indikator ........................................ 112
Tabel 14 Kisi-Kisi Soal HOTS............................................................................................................... 130

8
Unit Pembelajaran
Konsep Larutan Kimia

Bagian ini dibentuk sebagai upaya alternatif sumber belajar bagi guru untuk
memahami topik tentang asam basa dalam pembelajaran kimia adaptif bagi SMK
Agribisnis dan Agroteknologi Melalui pembahasan materi yang terdapat pada Unit
ini, diharapkan pengajar atau bidang studi adaptif dapat memiliki gambaran
tentang cara mengajar asam & basa pada SMK agritek dengan disesuaikan dengan
indikator pencapaian kompetensi yang telah disusun dan terutama dalam
memfasilitasi kemampuan peserta didik tahap demi tahap. Selain itu materi ini
juga menggunakan penerapan proses asam dan basa dalam kehidupan keseharian.

Dalam rangka memudahkan guru mempelajari isi dari materi pembelajaran dan
bagaimana cara mengajarkannya, didalam unit ini memuat kompetensi
kompetensi penunjang, dan kompetensi pengayaan disamping kompetensi kunci,
bahan bacaan tentang aplikasi topik asam dan basa dalam kehidupan kesehari
harian, soal soal USBN sebagai acuan penyusunan soal sejanis, deskripsi untk
aktivitas pemebelajaran, lembar kegiatan peserta didik (LKPD) yang dapat
digunakan guru dalam memfasilitasi kegiatan pembelajaran.
Disamping itu dalam buku ini memuat bahan bacaan untuk dipelajari, deskripsi
prosedure mengembangkan soal HOTS, komponen komponen dalam unit ini juga
dikembangkan dengan tujuan agar guru dapat dengan mudah memfasilitasi
peserta didik, mengenalisis fenomena asam basa sekaligus mendorong peserta
didik mencapai kemampuan berfikir tingkat tinggi.

Model yang digunakan dalam pembelajaran ini adalah model Discovery Learning
dengan sintak sintaknya sebagai berikut:
1) Pemberian rangsangan (Stimulation),
2) Pernyataan/identifikasi masalah (Problem Statement),
3) Pengumpulan Data (data collection),

9
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

4) Pengolahan data (Data Processing),


5) Pembuktian (Verification), dan
6) Menarik simpulan/generalisasi (Generalization) (Aryana, dkk, 2018).

10
Unit Pembelajaran
Konsep Larutan Kimia

A. Target Kompetensi
Sub unit pembelajaran ini dikembangkan berdasarkan Kompetensi Dasar kelas X,
semester 1 dan 2, Target Komptensi pada dasar ini dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Komptensi Dasar & Target Komtensi

NO KOMPETENSI DASAR TARGET KOMPETENSI


KD PENGETAHUAN
3.5. Menganalisis Konsep Pembuatan Menganalisis Konsep Pembuatan
Larutan Dan Sifat-Sifatnya. Larutan Dan Sifat-Sifatnya.
KD KETERAMPILAN
4.5 Membuat Larutan Dengan Membuat Larutan Dengan
Konsentrasi Dan Volume Tertentu Konsentrasi Dan Volume Tertentu

B. Indikator Pencapaian Kompetensi


Kompetensi dasar dikembangkan menjadi beberapa indikator pencapaian
kompetensi. Indikator ini menjadi acuan bagi guru untuk mengukur pencapaian
kompetensi dasar. Kompetensi dasar 3.5 dan 4.5 di kelas XI dikembangkan
menjadi tiga indikator untuk ranah pengetahuan dan tiga indikator untuk ranah
keterampilan.

Dalam rangka memudahkan guru menentukan indikator yang sesuai dengan


tuntunan kompetensi dasar, indi kator dibagi menjadi tiga kategori, yaitu indikator
pendukung, indikator kunci, dan indikator pengayaan.
Berikut ini rincian indikator yang dikembangkan pada Kompetensi Dasar 3.5 dan
4.5 di kelas XI.

11
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Tabel 2. Indikator pencapaian komptensi.


IPK Pengetahuan IPK Keterampilan
Indikator Pendukung
3.5.1. Mempelajari Konsep 4.5.1 meniru pembuatan larutan
pembuatan Larutan dan sifat sesuai dengan konsentrasi yang
sifatnya. ditentukan
3.5.2. Menerapkan prinsip 4.5.2. mendemonstrasikan prinsip
pembuatan larutan dengan Pembuatan Larutan dengan Sifat-
sifat-sifatnya. Sifatnya.

3.5.3. Melaksanakan Konsep 4.5.3. Menunjukkan Konsep


Pembuatan Larutan Dan Pembuatan Larutan Dan Sifat-
Sifat-Sifatnya. Sifatnya
Indikator Kunci
3.5.4. Menganalisis Konsep 4.5.4. Membuat Larutan Dengan
Pembuatan Larutan Dan Konsentrasi Dan Volume
Sifat-Sifatnya. Tertentu.
 Mengendalikan proses
pembuatan larutan dengan
kosentrasi sesuai dengan
ketentuan.
Indikator Pengayaan
3.5.5. Menyimpulkan konsep  Memformulasikan larutan
pembuatan larutan dan sifat dengan konsentrasi dan volume
sifatnya. tertentu.
3.5.6. Merumuskan pembuatan  Mengoperasikan larutan dengan
larutan dan sifat sifatnya. kosentrasi tertentu.
 Melaksanakan sesuai dengan
standar pembuatan larutan
dengan kadar tertentu.

12
Unit Pembelajaran
Konsep Larutan Kimia

A. Larutan Kimia Dalam Bidang Pertanian

Bidang kehidupan di alam semesta selalu berkaitan dengan unsur unsur abiotik
dan biotik, unsur abiotik merupakan unsur potensial untuk tumbuh, bahkan
merupakan syarat utama unsur biotik tumbuh. Misalnya hewan yang hidup
didaerah dingin tentunya tidak mampu hidup didaerah yang beriklim tropis,
Hewan atau tumbuhan yang mampu hidup dihabitat yang asam misalnya daerah
danau asam di pegunungan yang sejuk belum tentu mampu untuk hidup didaerah
pantai yang panas. Mereka memerlukan habitat tertentu untuk tumbuh dan
berkembang. Habitat perairan dengan larutan kimia dari suatu zat sangat
diperlukan makhluk tersebut untuk tumbuh dan berkembang.

Dalam bidang perikanan, peternakan dan pertanian, kebutuhan akan air yang
berbentuk larutan dengan kadar zat tertentu sangat diperlukan dalam rangka
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. unsur abiotik yang berupa larutan kimia
sebagai media tumbuh. Bagi tanaman pangan, hortikultura, dan perkebunan,
larutan adalah sumber nutrisi utama untuk tumbuh dan berkembang, dimana air
juga membawa pupuk organik dan non organik yang digunakan untuk
berkembang pada tanaman tersebut. Sebagai contoh untuk tanaman yang
semusim seperti padi, sayuran sawi, tanaman hias anggrek dan lainnya.

Tanaman yang dikembangkan secara hidroponik memerlukan jumlah air yang


relatif lebih banyak, dan dilakukan proses sirkulasi berputar, demikian nutrisi
yang dilarutkan pada air tersebut membawa perubahan sifat pada air tersebut,
sehingga bisa berubah menjadi sedikit asam atau basa, bergantung dari unsur,
senyawa dan bahan organik yang terlarut kedalam badan air. Perubahan nilai pH
ini bisa diukur dengan alat pHmeter. Air sendiri bersifat netral yaitu mempunyai

13
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

pH 7. Sedangkan bahan yang terlarut didalamnya yang mengubah air tersebut


menjadi asam atau basa.

Demikian juga tanah yang digunakan sebagai media tanam mempunyai nilai pH
yang berbeda sesuai kandungan mineral mineral dan unsur unsur yang berada
didalamnya. pH tanah ini juga yang menentukan jenis tanaman yang dapat tumbuh
dan berkembang di tempat tersebut dan sekitarnya. Variasi nilai pH berdasarkan
jenis jenis tanah akan menghasilkan nilai pH yang sangat bervariatif. Untuk tanah
pertanian budidaya vegatasi diatasnya bergantung jenis tanah yang ada
dibawahnya, kesesuaian nilai pH tanah dan air tanah menentukan kesuburan
vegetasi diatasnya.

Gambar 1. Teknik mengatasi tanah masam dengan menebarkan kapur pertanian

Sumber:https://www.kompasiana.com/yudisahabatpetani/58be5c26e3afbd9104541ff9/sekilas-kapur

14
Unit Pembelajaran
Konsep Larutan Kimia

Gambar 2. Teknik menebarkhan kapur pertanian yang merata.


Sumber:https://www.kompasiana.com/yudisahabatpetani/58be5c26e3afbd9104541ff9/sekilas-kapur-
pertanian-dan-pengapuran.

Terhambatnya pertumbuhan pada tumbuhan yang ditanam, dapat disebabkan


oleh kondisi kemasaman tanah (pH tanah) yang terlalu asam dan kandungan unsur
hara dengan jumlah sedikit dan tidak memiliki persediaan air yang memadahi.

Tanah asam adalah tanah yang mempunyai pH rendah, biasanya ter jadi di lahan
bekas gambut yang dijadikan lahan pertanian. Tanah yang bersifat asam pada
kebanyakan kasus erat kaitannya dengan reaksi tanah terhadap pH rendah. Serta
dapat menjadi kombinasi keracunan kalsium (Ca), mangan (Mn), fosfor (P),
magnesium (Mg), besi (Fe), dan alumuniun (Al). Namun, dari semua keracunan
yang sudah disebutkan, eracunan paling parah adalah keracunan fosfor (P) dan
keracunan alumunium (Al).

B. Proses Pengolahan Limbah Menggunakan Prinsip Asam & Basa.


Dalam industri kimia proses pengolahan bahan bahan mentah menjadi produk
yang dikehendaki membutuhkan air proses, air sisa pencucian, dan lain lainnya.

15
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Seperti pada pabrik tekstil, kertas yang merupakan industri yang membutuhkan
air untuk proses produksinya, dalam setiap proses limbah cair tersebut dapat
berupa air limbah yang bersifat asam dan pada proses yang lain air limbah dapat
berupa basa, untuk beberapa industri yang merupakan industri basah (industri
yang banyak membutuhkan air untuk proses), untuk unit pengolahan limbah
selalu ada bak equalisasi, yaitu untuk mencampur air yang bersifat basa dan air
yang bersifat asam, sehingga menjadi air netral, tidak asam dan tidak basa. Proses
ino diikuti untuk proses pengendapan

Gambar 3. Bak Equalisasi Pabrik Tekstil PT. Grandtek.

Sumber:https://www.60menit.com/2018/09/sidak-dansektor-22-ke-pabrik-tekstil-pt.html

Apabila limbah yang bersifat basa dan bersifat asam ditemukan maka akan terjadi
proses pengendapan, diantaranya adanya pembentukan garam dari kedua sifat
limbah tersebut. Sambungan dari bak equalisasi adalah Bak Pengendapan secara
gravitasi yang kadang ditambahi bahan kimia yang berfungsi sebagai flokulan dan
koagulan. Tujuannya adalah menambah proses pengendapan lebih lanjut.
Pengaturan untuk proses lebih bayak pengendapan adalah dengan mengatur
kecepatan linier dari air limbah yang berhubungan dengan daya tampung dari bak

16
Unit Pembelajaran
Konsep Larutan Kimia

pengendapannya. Kecepatan linier minimal dicari sehingga proses pengendapan


akan mudah terjadi.

C. Pabrik Pengolahan kertas.


Dalam keseharian kita selalu menggunanakan kertas untuk kebutuhan kebutuhan
dari surat menyurat, proses pembelajaran, staisionery, sebagai pembungkus baik
makanan sampai peralatan kebutuhan rumah tangga serta beberapa sektor
dimana kertas menjadi primadona untuk melengkapi kebutuhan manusia yang
semakin instan, serta kertas mudah terdegradasi oleh mikroba ketika berada
dalam tanah.

Kertas berasal dari serat alami dari tumbuhan, tang disebut serat selulosa serat ini
berasal dari batang kayu tumbuhan. Jenis kayunya adalah kayu lunak.
Tumbuhan yang digunakan biasanya disebut sebagai paper plantation. Yang
banyak terdapat di sumatra dan kalimantan yang merupakan sumber tanaman
kertas. Namun bahan baku kertas tidak hanya dari tanaman kertas tetapi dari
kertas bekas juga yang disebut sebagai old paper, old carrugated cartoon dan
lainnya. bahan bahan kertas bekas, old carrugated cartoon diperoleh dari impor
dari negara negara lain, termasuk dari amerika, demikian sumber bahan baku
pabrik keras di indonesia

Dalam proses pembuatan kertas carrugated karton, bahan baku yang berasal dari
kertas bekas maupun dari bahan alami (tanaman penghasil serat kertas)dilebur
dalam stock preparation (stock persiapan bahan) menggunakan senyawa basa
(sodium hidroksida) dan uap jenuh panas untuk meleburnya, agar diperoleh mulsa
kertas (bubur kertas) yang kemudian dilakukan penghilangan tintanya agar
diperoleh bubur kertas yang bersih (tidak bewarna) untuk selanjutnya pada mesin
berikutnya dilakukan pemisahan serat panjang dan pendeknya. Setelah proses
pemisahan serat di netralkan, dengan senyawa asam tertentu. Proses
selengkapnya adalah sebagai berikut:

17
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Gambar 4. Sekilas pabrik kertas.

Sumber: https://dokumen.tips/documents/37983991-proses-pembuatan-kertas-dan-pulp2.html

Tabel 3. Proses pembuatan kertas di Paper Mills

Proses Keterangan treatment yang dilakukan


Woodyard & Dalam proses ini bahan baku kertas tang terdiri:
chipping chiipping berupa chip yang berasal dari kayu tanaman
kertas yang telah mengalami proses sebelumnya,
berbentu lempengan bewarna putih.
Woody berupa kayu tanaman kertas yang telah
dilakukan pengecian ukuran sehingga mudah
dilakukan proses pembuburan.
Old paper berupa kertas bekas yang bewarna putih.
Old carrugated cartoon berupa kertas majalah yang
mempunyai kualitas yang baik.
Proses pembuburan dilakukan dengan penambahan
uap panas jenuh dalam kondisi basa yaitu dengan
penambahan sodium hidroksida.

18
Unit Pembelajaran
Konsep Larutan Kimia

Cooking Proses pemasakan ketiga jenis kertas hingga diperoleh


bubur kertas yang bewarna broken white.
Bleaching Proses pemutihan bubur kertas supaya bewarna jernih
tanpa ada kotoran serta penambahan bahan pengisi
(filler) bila diperlukan, proses ini sudah dilakukan
proses pemisahan serat panjang dan pendek.
Washing Proses pencucian bubur kertas dan penambahan
bahan filler, dimana penambahan tersebut tergantung
dari kertas apa yang mau dibuat (kertas HVS, Karton
dll), misalnya kertas putih hvs salah satunya
penambahan kapur
Screening 2 Untuk menyaring ketika kemungkinan masih ada
padatan yang masuk kedalam bubur kertas.
Drying mesin Mesin pengepress kertas yang terdiri bisa 2 layer
bahkan sampai 3 layer. Tujuan adalah pengeringan
bubur kertas secara cepat dengan grammaturnya
sekaligus. Disini kertas dicetak dengan lebar antara
(80–240) cm bergantung lebar dari paper mesin.
Pemotongan menurut bentuk kertas dilakukan di unit
konverting.
Finishing Merupakan penyimpanan bahan jadi atau produk jadi,
departemen pencatatan stock produk dilakuakn di unit ini. Order
dan lainnya dilakukan oleh unit ini bersama unit
marketing.

Dalam proses di drying mesin ini lebih dikenal sebagai paper mesin karena
disinilah kertas dicetak sesuai dengan perencanaan di awal proses,

19
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Gambar 5. Mesin Pengering / mesin kertas.

Sumber: https://dokumen.tips/documents/37983991-proses-pembuatan-kertas-dan-pulp2.html

Pulp atau bubur kertas di letakkkan pada belt pada mesin kertas ini, ketebalan
sudah diatur sehingga gramatur akan tercapai, namum proses pembuatannya bisa
terdiri dari 2 – 3 lapis yaitu top layer, medium layer dan battom layer, bila hanya 2
lapis adalah top layer dan battom layer.

Pada proses bleaching penggunaan bahan kimia yang biasanya dipakai adalah
sebagai berikut:
Tabel 4. Bahan kimia pada proses bleaching.

20
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Hal
Tabel 1. Komptensi Dasar & Target Komtensi ............................................................................ 11
Tabel 2. Indikator pencapaian komptensi. .................................................................................... 12
Tabel 3. Proses pembuatan kertas di Paper Mills ..................................................................... 18
Tabel 4. Bahan kimia pada proses bleaching. .............................................................................. 20
Tabel 5. Contoh Desain Pembelajaran.............................................................................................. 34
Tabel 6. Beberapa jenis larutan berdasarkan wujud pelarut............................................. 59
Tabel 7. Satuan Konsentrasi Larutan ................................................................................................ 63
Tabel 8. Tabel Konsentrasi Larutan Pekat ..................................................................................... 71
Tabel 9. Beberapa asam yang umum................................................................................................. 94
Tabel 10. Asam dan reaksi ionisasinya ............................................................................................ 94
Tabel 11. Basa dan ionisasinya dalam air ...................................................................................... 95
Tabel 12. Tabel Kekuatan Asam dan Basa .................................................................................. 104
Tabel 13. Trayek perubahan warna dari beberapa indikator ........................................ 112
Tabel 14 Kisi-Kisi Soal HOTS............................................................................................................... 130

8
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

D. Sistem pencernaan tubuh manusia.

Sistem pencernaan melibatkan beberapa organ yang membentuk saluran


pencernaan yang saling berhubungan dengan ukuran panjang kira -kira 9 meter,
serta beberapa kelenjar pencernaan untuk membantu proses pencernaan.
Saluran pencernaan terdiri atas beberapa organ, diantaranya adalah:

Gambar 7. Sistem pencernaan dalam tubuh manusia.

Sumber: http://file.upi.edu/Direktori/FPOK/

1. Mulut
Mulut merupakan alat pencernaan pertama yang dilalui makanan. Di dalam mulut,
makanan mengalami pencernaaan secara mekanik dan kimiawi. Secara mekanik,
makanan dihancurkan oleh gigi yang dibantu oleh lidah. Sedangkan, secara
kimiawi, makanan dicerna oleh enzim yang terkandung di dalam air ludah. Enzim
tersebut berupa larutan kimia yang spesifik yang dihasilkan oleh kelenjar –
kelenjar enzim didalam rongga mulut. Enzim yang dihasilkan golongan amylase
sehingga apabila kita menguyah karbohidrat akan terasa manis.

22
Unit Pembelajaran
Konsep Larutan Kimia

a. Gigi
Gigi adalah alat bantu pencernaan yang berfungsi mengunyah makanan. Makanan
ini dipecah menjadi partikel yang lebih kecil sehingga dapat ditelan. Proses
pemecahan makanan di mulut oleh gigi disebut pencernaan mekanik yang
pertama.

Berdasarkan fungsinya, gigi dibagi menjadi tiga macam, yaitu gigi seri, gigi taring,
dan gigi geraham. Gigi seri (insisivus), berfungsi untuk memotong makanan.
Memiliki bentuk seperti pahat. Gigi taring (kaninus), berfungsi untuk mengoyak
makanan. Mempunyai bentuk agak panjang. Gigi geraham (molar dan premolar),
berfungsi untuk mengunyah, menggiling, dan menghaluskan makanan.

b. Lidah
Lidah tersusun atas otot lurik yang kasar dan dilapisi selaput mukosa. Lidah
berfungsi untuk membolak-balik dan mencampur makanan, serta membantu
proses penelanan makanan. Selain itu, lidah berperan untuk menentukan rasa
makanan, karena di permukaan lidah terdapat papila-papila pengecap. Bagian
ujung lidah dapat merasakan rasa manis, tepi depan rasa asin, tepi samping rasa
asam, dan pangkal lidah rasa pahit.

Pada pangkal lidah bagian belakang terdapat epiglotis yang mempunyai fungsi
menutup jalan pernapasan saat menelan makanan. Sehingga, makanan tidak akan
masuk ke saluran pernapasan.

c. Kelenjar ludah
Kelenjar ludah merupakan kelenjar yang ada di rongga mulut. Mempunyai fungsi
untuk memproduksi larutan mukus ke dalam mulut yang disebut ludah atau air
liur atau saliva. Secara normal air liur diproduksi sebanyak 1 - 1,5 liter setiap hari.
Air liur mempunyai komposisi air 97 - 98 %, glukoprotein, ptialin (amilase), dan
garam-garam alkali. Amilase atau ptialin merupakan enzim yang berfungsi

23
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

mengubah amilum menjadi maltosa atau glukosa. Hal ini dapat dibuktikan apabila
kamu makan roti tawar, lama kelamaan akan terasa manis.

Air liur memiliki dua fungsi, yaitu secara mekanis dan secara kemis. Secara
mekanis, air liur berfungsi membasahi, melumasi makanan menjadi lunak dam
berbentuk pasta sehingga mudah di telan. Sedangkan, secara kemis, air liur
berfungsi melarutkan makanan yang kering sehingga bisa dirasakan, menjaga pH
mulut, membunuh bakteri dan mencegah agar mulut tidak kering.

Kelenjar ludah di dalam mulut ada tiga, yaitu kelenjar submandibularis,


sublingualis, dan parotis. Kelenjar submandibularis, terdapat di bawah rahang
bagian tengah. Kelenjar sublingualis, terdapat di bawah dasar rongga mulut.
Kelenjar parotis, terletak di bawah bagian depan telinga.

2. Kerongkongan (Esofagus)

Kerongkongan bentuknya seperti pipa yang panjangnya pada orang dewasa kira-
kira 25 cm. Pangkalnya adalah di leher, di belakang tenggorok, kemudian di daerah
dada di belakang jantung, menembus sekat rongga badan di depan tulang belakang
dan bermuara dalam lambung. Satu pertiga bagian atasnya tersusun atas otot lurik,
dua pertiga bagian bawahnya terdiri atas otot polos. Makanan bergerak melalui
saluran pencernaan oleh adanya gerak peristaltik, suatu kontraksi otot
menyerupai gelombang di dalam saluran pencernaan. Kerongkongan
menyalurkan makanan dari pangkal kerongkongan (faring) ke lambung dalam
waktu 6 detik.

3. Lambung (Ventrikulus)

Lambung merupakan saluran pencernaan makanan yang melebar seperti kantung,


terletak di bagian atas rongga perut sebelah kiri, dan sebagian tertutup oleh hati

24
Unit Pembelajaran
Konsep Larutan Kimia

dan limpa. Makanan yang ditelan terkumpul dalam lambung dan bercampur
dengan getah lambung, sehingga makanan menjadi encer seperti bubur. Jalan
keluar lambung tertutup rapat karena tebalnya lapisan otot lingkar yang sewaktu-
waktu terbuka untuk melewatkan bubur makanan sedikit demi sedikit ke dalam
usus halus.

Gambar 8 Sistem pencernaan dalam tubuh manusia.

Dinding lambung terdiri atas otot-otot yang tersusun melingkar, memanjang, dan
menyerong yang menyebabkan lambung berkontraksi. Dinding lambung
mengandung sel-sel kelenjar yang berfungsi menghasilkan getah lambung.
Makanan yang masuk ke dalam lambung tersimpan selama 2 – 5 jam. Selama
makanan ada di dalam lambung, makanan dicerna secara kimiawi dan bercampur
dengan getah lambung. Proses pencampuran tersebut dipengaruhi oleh gerak
peristaltik.

Getah lambung adalah campuran zat-zat kimia yang sebagian besar terdiri atas air,
asam lambung ( HCl), serta enzim pepsin, renin, dan lipase. Getah lambung bersifat

25
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

asam karena mengandung banyak asam lambung. Asam lambung berfungsi untuk
membunuh kuman penyakit atau bakteri yang masuk bersama makanan,
mengubah sifat protein, dan mengaktifkan pepsinogen menjadi pepsin.

Pepsin berfungsi memecah protein menjadi pepton dan proteosa. Enzim renin
berfungsi menggumpalkan protein susu (kasein) yang terdapat dalam susu. Lipase
adalah enzim yang menghidrolisis trigliserida menjadi asam lemak dan gliserol.
Dinding lambung juga menghasilkan hormon gastrin yang berfungsi untuk
pengeluaran (sekresi) getah lambung.

Makanan dicerna oleh otot lambung dan enzim sehingga makanan menjadi lembut
seperi bubur dan disebut kim. Otot pilorus yang membentuk klep akan mengatur
keluarnya kim sedikit demi sedikit dari lambung ke duodenum. Otot pilorus yang
mengarah ke lambung akan mengendur jika tersentuh kim yang bersifat asam,
sebaliknya otot pilorus yang mengarah ke duodenum akan mengerut jika
tersentuh kim.

4. Usus Halus
Makanan yang telah menjadi bubur (kim) karena mengalami pencernaan di
lambung masuk ke usus halus. Usus halus memiliki panjang kurang lebih 6 meter.
Di dalam usus halus makanan mengalami proses pencernaan dan absorpsi.
Permukaan dalam usus halus susunannya berupa lipatan-lipatan yang memiliki
vili (jonjot) sehingga memperluas penyerapan. Vili banyak mengandung pembuluh
darah dan limfa.

a Usus dua belas jari (duodenum)


Usus dua belas jari berukuran panjang kurang lebih 25 sentimeter. Makanan
dari lambung bersifat asam, kemudian masuk ke usus dua belas jari. Sifat asam
ini akan merangsang dinding usus untuk mensekresikan hormon-hormon
seperti hormon sekretin dan hormon kolesistokinin. Hormon sekretin yang

26
Unit Pembelajaran
Konsep Larutan Kimia

berfungsi untuk merangsang getah pankreas yang terdiri atas enzim-enzim


seperti enzim tripsin, amilase, dan lipase. Sedangkan Hormon kolesistokinin
berfungsi untuk merangsang empedu. Getah empedu dibuat di dalam hati dan
disimpan di dalam kantong empedu. Getah empedu mengandung zat warna
empedu yang disebut dengan bilirubin dan garam empedu, yaitu natrium
glukolat.

b Jejunum
Jejunum memiliki panjang sekitar 2 - 3 meter. Permukaannya lebih lebar,
dindingnya lebih tebal, serta lebih banyak mengandung pembuluh darah. Di
dalam jejunum makanan mengalami proses pencernaan secara kimiawi yang
dibantu oleh enzim-enzim pencernaan yang dihasilkan usus ini. Enzimenzim
tersebut adalah:
 laktase, enzim yang mengubah laktosa menjadi glukosa
 dipeptidase, mengubah pepton menjadi asam amino
 enterokinase, mengaktifkan tripsinogen maltase, mengubah maltosa
menjadi glukosa
 disakanase, mengubah disakarida menjadi monosakarida
 sukrase, mencerna sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa
 lipase, mengubah trigliserida menjadi gliserol dan asam lemak
 peptidase, mengubah polipeptida menjadi asam amino

c Ileum
Ileum memiliki panjang kurang lebih 4 - 5 meter. Di dalam usus ini terjadi
proses penyerapan (absorpsi) zat-zat makanan. Permukaan dinding dalam
ileum terdapat vili sehingga proses penyerapan zat makanan lebih luas dan
sempurna.

27
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Absorpsi zat-zat makanan di dalam usus halus dilakukan oleh pembuluh darah
kapiler dan saluran limfa yang terdapat dalam permukaan vili. Glukosa, asam
amino, vitanium, air, dan mineral, diabsorpsi pembuluh darah kapier, dibawa
menuju hati melalui vena porta. Di dalam hati, sebagian mengalami perubahan
bentuk lain dan sebagian diedarkan ke seluruh tubuh melalui vena hepatika.
Sedangkan, asam lemak dan gliserol diserap oleh pembuluh limfe (pembuluh
kil).

Asam amino diabsorpsi secara cepat di duodenum dan jejunum. Di dalam usus
halus selain pencernaan secara kimia juga pencernaan secara mekanik, yaitu
gerakan peristaltik. Dengan gerakan peristaltik inilah kim dapat bergerak dan
meningkatkan absorpsi zat-zat makanan.

5. Usus Besar (Kolon)


Usus besar pada umumnya terdiri atas usus besar ascending (menaik), transvers
(melintang), descending (menurun), dan berakhir pada rektum, yaitu bagian
berotot yang mengeluarkan kotoran melalui anus. Usus besar tidak memiliki villi
sehingga tidak terjadi penyerapan sarisari makanan, tetapi terjadi penyerapan air
sehingga feses menjadi lebih padat. Pada kolon juga terjadi proses pembusukan
sisa pencernaan (yang tidak dapat diserap usus halus) oleh bakteri Escherichia coli
yang menghasilkan gas H2S, NH4, indole, skatole, dan vitamin K (berperan dalam
proses pembekuan darah).

Jika dalam dinding usus besar seseorang terinfeksi, akibatnya penyerapan air akan
terganggu, sehingga wujud feses dalam keadaan cair yang disebut dengan gejala
diare. Apabila seseorang menahan buang air besar, maka akan menyebabkan
penyerapan air yang berlebihan sehingga feses menjadi keras yang disebut dengan
konstipasi (sembelit) yang dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah vena
sekitar anus yang gejalanya disebut dengan hemoroid (ambeien).

28
Unit Pembelajaran
Konsep Larutan Kimia

6. Anus
Di dalam usus besar, feses didorong secara teratur dan lambat oleh gerakan
peristaltik menuju ke rektum (poros usus) yang merupakan bagian akhir dari
saluran pencernaan. Bagian bawah poros usus itu akhirnya bermuara pada lubang
dubur yang nantinya mengeluarkan feses. Gerakan peristaltik dikendalikan oleh
otot polos (otot tak sadar). Akan tetapi, pada saat buang air besar otot spingter di
anus dipengaruhi oleh otot lurik (otot sadar). Jadi, proses defekasi (buang air
besar) dilakukan dengan sadar, yaitu dengan adanya kontraksi otot dinding perut
yang diikuti dengan mengendurnya otot spingter anus dan kontraksi kolon serta
rektum. Akibatnya, feses dapat terdorong ke luar anus.

29
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

A. Contoh Soal USBN Tahun 2019

(SMKN BAWEN JAWA TENGAH) .

Tabel berikut merupakan data pengujian beberapa larutan menggunakan


indikator kertas lakmus
Indikator Larutan Larutan Larutan Larutan Larutan
A B C D E
Lakmus
Merah Merah Biru Merah Biru
Merah
Lakmus
Biru Merah Biru Biru Biru
Biru

Pernyataan yang tepat berkaitan dengan data tersebut adalah . . . .


A. Larutan A bersifat basa
B. Larutan B bersifat netral
C. Larutan C bersifat asam
D. Larutan D bersifat asam
E. Larutan E bersifat basa

Identifikasi
Level Kognitif : Menganalisis (c4)
Indikator Yang Sesuai : Melaksanakan Konsep Pembuatan Larutan
Dan Sifat-Sifatnya.
Ditanyakan : perubahan kertas lakmus terhadap
identifikasi larutan (asam/basa).
Materi yang dibutuhkan : asam & basa.

B. Contoh Soal USBN Tahun 2018

Hujan asam adalah hujan yang mempunyai kadar keasaman dimana pH nya
kurang dari 5,6 yang disebabkan oleh gas buangan. Diantara gas gas buangan
penyebab hujan asam adalah sebagai berikut, kecuali….
A. karbon dioksida (CO2)
B. nitrogen oksida (NOx)
C. sulfur dioksida (SO2)
D. hidrogen sulfida (H2S)

30
Unit Pembelajaran
Konsep Larutan Kimia

E. natrium hidroksida (NaOH).

Identifikasi
Level Kognitif : Menganalisis (c4)
Indikator Yang Sesuai : Melaksanakan Konsep Pembuatan Larutan
Dan Sifat-Sifatnya.
Ditanyakan : pengaruh bahan pencemar yang
menyebabkan hujan asam.
Materi yang dibutuhkan : asam & basa.

C. Contoh Soal USBN Tahun 2017

Diketahui 2 jenis larutan diuji dengan beberapa indikator dengan hasil sebagai
berikut:
Indikator Trayek/warna Larutan-1 Larutan 2
Metil merah 4,2 – 6,3 (merah – kuning) Kuning Kuning
Metil jingga 2,9 – 4,3 (merah – kuning) Kuning Kuning
bromtimolbiru 6,0 – 7,6 (kuning biru). biru Biru
Fenolftalin 8,3 – 10 (tidak bewarna – merah) Merah Tidak
bewarna
pH larutan 1 dan larutan 2 berturut turut adalah……………
A. Diatas 10 antara 7,6 sampai 8,3.
B. Dibawah 10 anara 4,3 sampai 8,3.
C. Diatas 7,6 dan antara 6,3 sampai 8,3.
D. Dibawah 7,6 serta antara 6,3 sampai 8,3
E. 6,6 dan 8,3

Identifikasi
Level Kognitif : Menganalisis (c4)
Indikator Yang Sesuai : menganalisis Konsep Pembuatan Larutan
Dan Sifat-Sifatnya.
Ditanyakan : pH larutan yang
identifikasi larutan asam atau basa.
Materi yang : asam & basa.
dibutuhkan

31
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

D. Contoh Soal USBN Tahun 2016

Harga pH larutan NH3 0,1 M jika diketahui kb NH3 adalah …………….


A. 3
B. 5
C. 8
D. 11
E. 12

Identifikasi
Level Kognitif : Menganalisis (c4)
Indikator Yang Sesuai : menganalisis Konsep Pembuatan Larutan
Dan Sifat-Sifatnya.
Ditanyakan : perubahan kertas lakmus terhadap
identifikasi larutan (asam/basa).
Materi yang dibutuhkan : asam & basa.

32
Unit Pembelajaran
Konsep Larutan Kimia

Bahan pembelajaran yang diuraikan disini merupakan contoh panduan


pembelajaran yang dapat diimplementasikan oleh Saudara ketika akan
membelajarkan konsep larutan kimia. Bahan pembelajaran dikembangkan
dengan prinsip berpusat pada peserta didik dan berusaha memfasilitasi
kemampuan berpikir tingkat tinggi. Bahan pembelajaran ini berisikan rincian
aktivitas pembelajaran, lembar kegiatan peserta didik yang digunakan, dan bahan
bacaannya

A. Aktivitas Pembelajaran.
Aktivitas pembelajaran dilakukan untuk memudahkan pengajar mudah masuk
kedalam proses pembelajaran dengan memberi rangsangan pertanyaan, tayangan
video dan hal hal lainnya sehingga peserta didik mudah mengikuti alur
pembelajaran dan menerima rangsangan yang diberikan.

Aktivitas pembelajaran akan diuraikan lebih rinci, menjadi dua skenario


pembelajaran masing-masing dilaksanakan untuk 2 x 45 menit. Pengembangan
skenario pembelajaran mengacu pada kriteria yang ditetapkan pada Standar
Proses (Permendikbud nomor 22 tahun 2016).

Aktivitas pembelajaran akan diuraikan lebih rinci, menjadi dua skenario


pembelajaran masing-masing dilaksanakan untuk 2 x 45 menit. Pengembangan
skenario pembelajaran mengacu pada kriteria yang ditetapkan pada Standar
Proses (Permendikbud nomor 22 tahun 2016). Aktivitas pembelajaran ini
dilakukan untuk materi lambang unsur dan reaksi kimia dengan menggunakan
model pembelajaran Discovery Learning dengan sintak :
1) Pemberian rangsangan (Stimulation).
2) Pernyataan/Identifikasi masalah (Problem Statement)
3) Pengumpulan data (Data Collection)

33
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Seperti pada pabrik tekstil, kertas yang merupakan industri yang membutuhkan
air untuk proses produksinya, dalam setiap proses limbah cair tersebut dapat
berupa air limbah yang bersifat asam dan pada proses yang lain air limbah dapat
berupa basa, untuk beberapa industri yang merupakan industri basah (industri
yang banyak membutuhkan air untuk proses), untuk unit pengolahan limbah
selalu ada bak equalisasi, yaitu untuk mencampur air yang bersifat basa dan air
yang bersifat asam, sehingga menjadi air netral, tidak asam dan tidak basa. Proses
ino diikuti untuk proses pengendapan

Gambar 3. Bak Equalisasi Pabrik Tekstil PT. Grandtek.

Sumber:https://www.60menit.com/2018/09/sidak-dansektor-22-ke-pabrik-tekstil-pt.html

Apabila limbah yang bersifat basa dan bersifat asam ditemukan maka akan terjadi
proses pengendapan, diantaranya adanya pembentukan garam dari kedua sifat
limbah tersebut. Sambungan dari bak equalisasi adalah Bak Pengendapan secara
gravitasi yang kadang ditambahi bahan kimia yang berfungsi sebagai flokulan dan
koagulan. Tujuannya adalah menambah proses pengendapan lebih lanjut.
Pengaturan untuk proses lebih bayak pengendapan adalah dengan mengatur
kecepatan linier dari air limbah yang berhubungan dengan daya tampung dari bak

16
Unit Pembelajaran
Konsep Larutan Kimia

Indikator Bentuk dan


Materi/ Aktivitas Alokasi
Pencapain Jenis Media
Submateri Pembelajaran Waktu
Kompetensi Penilaian
kosentrasi & volume
tertentu
4.5.5.
memformulasikan
kosentrasi dan
volume larutan pada
daerah tertentu.
4.5.56
mengoperas
ikan larutan dengan
kosentrasi tertentu
3.13.6melaksanakan
standart pembuatan
larutan dengan kadar
tertentu

.
Aktivitas 1. Konsep larutan kimia.

Tahap 1. Pemberian rangsangan (stimulation).


Pemberian rangsangan ini berupa mengamati vidio pembelajaran
tentang berbagai jenis larutan berdasarkan wujud pelarut, pembuatan
sirup di pabrik makanan dan minuman, sirup merupakan bahan panngan
yang tahan terhadap mikroba, dengan menggunakan bahan pengawe
gula itu sendiri, bahan yang lain berupa bahan penyedap, dan flavor rasa
atau menggunakan rasa buah alami.
Kosentrasi gula agar tahan terhadap mikroba adalah diatas 60%, untuk
inilah bagaimana sifat fisik gula dengan kosentrasi 60 % tersebut…..?

Tahap 2. Problem statemen (pertanyaan/ identifikasi masalah)


Pada tahap ini peserta didik diajak untuk mengidentifikasi sebanyak
mungkin mengenai kosentrasi larutan dengan berbagai jenis dimensi
fraksi massa, persen berat, prsen volume, ppm. Pertanyaan pertanyaan
hasil identifikasi sebagai berikut:
 Apa yang dimaksud dengan kosentrasi larutan.

35
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

 Apa yang dimaksud Fraksi massa, bagaimana dengan persen berat,


persen volume..?
 Mengapa kosentrasi tidak dalam satu bentuk, tapi bisa ke bentuk yang
lain misal fraksi mass, % berat, % volume….
 Bagaimana ketelitian dalam menentukan kosentrasi tersebut…

Tahap 3. Pengumpulan data.


Peserta mengumpulkan data mengenai kosentrasi, hubungan antara %
berat, % volume, ppm, molaritas, hubungan diantaranya masing masing
dimensi tersebut.

Tahap 4. Pengolahan data.


Melakukan Percobaan dengan melakukan Membuat larutan gula, dengan
beberapa kosentrasi hingga paling besar 80 % berat., kemudian dilakukan
proses pengukuran sebenarnya dengan alat piknometer. Untuk lebih
jelasnya dalam 1 kelas dibagi menjadi 4 kelompok, dengan kosentrasi
pembuatan larutan berbeda beda:
Kelompok Larutan yang dibuat dengan Volume larutan setelah gula
basis perhitungan 1000 gram larut (memakai gelas ukur).
total larutan x %.
Kelompok 1 20 % berat A ml
Kelompok 2 40 % berat B ml
Kelompok 3 60 % berat C ml
Kelompok 4 80 % berat D ml

Sebagai contoh larutan dengan 80 % berat, dengan langkah yang diambil,


menurut perhitungan 1000 gram larutan, kandungan gula adalah: 0,8 x
1000 gram larutan = 800 gram gula. Dan airnya adalah: (1000 gr – 800 gr)
adalah 200 gram. Gula 800 gram dilarutkan dalam 200 ml air. Untuk lebih
mempercepat melarutkan gula, air sebaikna dipanaskan dalam suhu antara
600C sampai 800C. setelah melarut gulanya larutan tersebut didinginkan
sampai suhu kamar yaitu (32 – 35)0C.

36
Unit Pembelajaran
Konsep Larutan Kimia

 Pengukuran ketepatan kadar.


Dilakukan pengukuran dengan piknometer baik yang 25 ml atau 50 ml, langkah
yang diambil adalah:
Step 1. Lakukanlah pengovenan piknometer hingga 25 menit pada suhu 200 0C.
kemudian lakukanlah penimbangan, catat hasilnya. Lakukanlah
pengulangan 2 x dengan memasukkan piknometer kedalam oven kembali
dan memanaskan selama 15 menit, catat hasilnya. Lakukanlah rerata untuk
memperoleh hasil penimbangan konstan.
Step 2. Masukan larutan gula sesuai dengan persen berat per kelompok,
masukkan larutan pada ketinggian yang tepat sesuai dengan tanda pada
piknometer, kemudian lakukanlah penimbangan larutan gula dan
piknometer. Hasil dicatat !
Larutan gula + piknometer = y gram.
Pikometer kosong = x gram.
Berat larutan gula pada volume 25 ml/ 50 ml adalah ……..(x-y) gram.
(x−y) gr
Densitas larutan gula adalah = ( 25 ⁄50 ) 𝑚𝑙
= z gr/ml.

Step 3. Dilakukan hubungan persen berat dengan persen volume, dengan ppm
bahkan dengan molaritas larutan gula jika gula dianggap C 12 H22 O11 maka
diperoleh molaritas dari larutan.

Tahap 5. Pembuktian.
Dari data dan perhitungan peserta didik dapat memperoleh relasi atau
hubungan antara % berat, % volume, ppm serta molaritas dari sebuah
larutan.

Tahap 6. Menarik simpulan/generalisasi.


Peserta didik melakukan generalisasi/simpulan untuk dengan melakukan
eksperimen secara sederhana kondisi diatas.

37
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Aktivitas 2. Sifat Koligatif Larutan dan asam basa dalam larutan kimia.

Dalam aktivitas pembelajara kedua, melakukan aktivitas pembelajaran tentang


kosentrasi larutan serta hubungannya dengan kenaikkan titik didih larutan
dengan berbagai kosentrasi, serta mengidentifikasi garam kuat untuk
dikembalikan kedalam bentuk asam dan basa yang membentuk garam te rsebut,
sedangkan proses yang dilakukan adalah elektrolisa.

Tahap 1. Pemberian rangsangan (stimulation).


Memberikan rangsangan dengan melihat proses kenaikan titik didih pada
video atau youtube peristiwa tersebut.

Tahap 2. Problem statemen (pertanyaan/ identifikasi masalah).


Tinjuan mengenai peristiwa kenaikan titik didih, mengapa hal tersebut bisa
terjadi dan kenapa bisa menaikkan suhu larutan dari ketentuan nornalnya,

Tahap 3. Pengumpulan data.


Pengumpulan data mengenai larutan NaCl, baik dari density dengan
berbagai kosentrasi garam NaCl, kenaikkan titik didih dalam berbagai
kosentrasi NaCl,

Tahap 4. Pengolahan data.


Dalam melakukan percobaan ini, sebelumnya peserta didik dibagi menjadi
4 kelompok dengan tujuan untuk lebih memahamkan peserta didik dalam
sifat koligatif larutan dan teori asam dan basa, yaitu garam NaCl.
1). Untuk kosentrasi NaCl, kosentrasi garamnya adalah 40%, 50 %, 60 %, &
70%. dibagi sesuai dengan 4 kelompok diatas. Misalnya kelompok
pertama dengan kosentrasi garamnya 40%, kelompok kedua dengan
kosentrasinya 50%, demikian seterusnya. Langkah yang dilakukan
selanjutnya adalah:

38
Unit Pembelajaran
Konsep Larutan Kimia

(a) Buat kosentrasi garam sesuai yang ditetapkan, sebanyak 800 ml


larutkan garam secara perlahan dengan pemanasan bersuhu 40 0C,
sampai garam melarut.
(b) Setelah semua garam melarut, lakukanlah proses pemanasan secara
perlahan sampai mencapai titik didih larutan tersebut dengan
dilakukan pengukuran suhu dengan observasi yang teliti sampai
mendidih, catat suhu dan waktu yang diperlukan untuk mencapai
suhu didih tersebut untuk setiap derajat kenaikkan suhu.

Tahap 5. Pembuktian.
Pengumpulan data dari hasil percobaan yang dilakukan dari hubungan
waktu dengan kenaikkan suhu dan kenaikkan titk didih larutan NaCl
tersebut, dan larutan NaOH serta gas Cl 2 dan H2.

Tahap 6. Menarik simpulan/generalisasi.


Dari data data yang diperoleh ditarik generalisasi dari proses percob aan
tersebut sebagai pembuktian tentang sifat kologatif larutan dan sifat asam
dan basa yang bereaksi membentuk garam.

39
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Aktivitas 3. Menentukan titik equalisasi (larutan netral).

Dalam pembuktian tentang teori asam dan basa serta Perubahan pH pada Titrasi
Asam Basa biasanya dilakukan dalam laboratorium namun untuk pembuktian
kegunaan lebih luas dari pengertian bahan ajar tersebut.

Dalam melakukan aktivitas ini, peserta didik melakukan pengukuran terhadap


target bahan/media yang akan dilakukan proses neralisasi, karena habitat dari
tanaman/ikan membutuhkan kondisi netral (pH=7). Media yang akan digunakan
adalah tanah masam untuk tanaman, dimana tanah masam tersebut diketahui
mempunyai pH = 4,5 sedangkan media untuk perikanan menggunakan air yang
berasal dari air gambut yang mempunyai pH yang asam yaitu 4 (air asam/tanah
gambut).
Contoh untuk perikanan.

Tahap 1. Pemberian rangsangan (stimulation). Pemberian rangsangan ini


berupa mengamati vidio pembelajaran tentang pemeliharaan ikan di air
gambut, menunjukan pH air gambut pH 3,7 – 5,3 (sangat asam), memiliki
kadar organik yang tinggi sehingga bersifat asam. Asam bisa berasal dari
dekomposisi bahan organik yang ada.
Pemeliharaan ikan budidaya rata rata memerlukan kondisi pH yang
netral atau sedikit basa. Ikan ikan budidaya seperti nila, gurameh,
mujahir dan lainnya. air gambut merupakan salah satu contoh kimia
larutan yang bersifat asam secara alami

40
Unit Pembelajaran
Konsep Larutan Kimia

Gambar 9. Air gambut yang melimpah untuk pemeliharaan ika budidaya

Sumber: https://bangpohan.com/2017/01/16/berapa-kadar-air-gambut-pada-kondisi-
irreversible-drying/

Rangsangan yang diberikan adalah bagaimana dengan memahami kimia


larutan dapat mentralkan air gambut sehingga mempunyai banyak
kegunaan untuk hidup dan meningkatkan kesejahteraan serta mengubah
air gambut menjadi air yang cocok untuk habitat dan lingkungan ikan
budidaya.

Tahap 2. Problem statemen (pertanyaan/ identifikasi masalah)


Pada tahap ini peserta didik diajak untuk mengidentifikasi sebanyak
mungkin masalah yang berkaitan dengan penyebab air gambut mempunyai
pH yang rendah, bagaimana mengisolasi dan menetralkan air gambut agar
bisa digunakan untuk budiaya ikan air tawar. dan menemukan jawaban dari
pertanyaan hasil identifikasi seperti contoh pertanyaan berikut:
 Bagaimana ciri dan kharakteristik air gambut?
 Mengapa air gambut mempunyai pH yang rendah?
 Bagaimana ciri2 fisik dan kimia air gambut jika dibandingkan dengan
air netral?
 Bagaimana cara menetralisir air gambut?

41
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Tahap 3. Pengumpulan data, pengubahan air gambut menjadi air netral. Pada
tahapan ini peserta didik mengumpulkan segala informasi proses
netralsisasi air gambut serta persyaratan air untuk perikanan budidaya.
Diharapkan dengan pengumpulan data tersebut mendekati secara empiris
proses yang akan dilakukan, urutan prosesnya, memelihara air agar sesuai
dengan spesifikasi air untuk perikanan budidaya. Karena dibagi beberapa
kelompok sehingga bisa dilakukan langsung pada skala pilot plant untuk
memperoleh air untuk budidaya perikanan.

Tahap 4. Pengolahan data dan analisis.


Dalam tahapan ini peserta didik melakukan eksperimen dilapangan untuk
memperoleh data emperis. Untuk ini dilakukan tahapan tahapan langkah
yang dilakukan agar diperoleh hasil yang baik. Langkah tersebut adalah
sebagai berikut:

Langkah 1: Media treatment yang digunakan adalah campuran air kapur dengan
soda api. pH air kapur dan soda api adalah 14. sedangkan air yang
dijadikan media untuk pembesaran ikan adalah 5 m3. Berikut ini bahan
(media treatment) atau kolam dengan kebutuhan air sebanyak 5 m 3.
o Bahan dan alat alat yang digunakan
Media Treatment Yang Digunakan.
Kapur 5-10 kg
Soda api 2 kg
Air 70 liter
Alat – Alat
Ember 80 liter 1 buah
Ember 60 liter 1 buah
Pengaduk kayu 2 buah
Gayung 2 buah
Gelas ukur plastik 2 buah.
Alat penyiram @ 4 liter 2 buah
Penyaring (saringan) 2 buah
Ember kecil 3 buah
Plastik 2 liter secukupnya
Pipet ukur dengan bulb (50 ml) 3 buah

42
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

D. Sistem pencernaan tubuh manusia.

Sistem pencernaan melibatkan beberapa organ yang membentuk saluran


pencernaan yang saling berhubungan dengan ukuran panjang kira -kira 9 meter,
serta beberapa kelenjar pencernaan untuk membantu proses pencernaan.
Saluran pencernaan terdiri atas beberapa organ, diantaranya adalah:

Gambar 7. Sistem pencernaan dalam tubuh manusia.

Sumber: http://file.upi.edu/Direktori/FPOK/

1. Mulut
Mulut merupakan alat pencernaan pertama yang dilalui makanan. Di dalam mulut,
makanan mengalami pencernaaan secara mekanik dan kimiawi. Secara mekanik,
makanan dihancurkan oleh gigi yang dibantu oleh lidah. Sedangkan, secara
kimiawi, makanan dicerna oleh enzim yang terkandung di dalam air ludah. Enzim
tersebut berupa larutan kimia yang spesifik yang dihasilkan oleh kelenjar –
kelenjar enzim didalam rongga mulut. Enzim yang dihasilkan golongan amylase
sehingga apabila kita menguyah karbohidrat akan terasa manis.

22
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

4). Lakukan replikasi untuk langkah kedua sebagai hasil sampel kedua dalam
x ml hingga sampel telah mengalami proses treatmen selesai semua, artinya
sampel telah dilakukan proses treatmen.
5). Hasil kebutuhan (air kapur + soda api) di rata rata dan dibagi 10.

b Untuk tanah yang masam.


Media yang digunakan untuk tanaman seluas area 50 m 2 dengan kedalaman
media adalah 10 cm. dan alat yang digunakan untuk mentreatment lahan
berupa tanah masam seluas 50 m2. a Untuk melakukan proses treatment
pada tanah masam, maka diambil contoh tanah dengan menggunakan pipa besi
2” dimasukan kedalam tanah yang akan dilakukan proses treatment sedalam
10 cm, kemudian contoh sampel diambil dimasukkan kedalam ember kecil.

Langkah 4. Proses treatment.


 Air kolam.
Proses penambahan air kapur + soda api pada kondisi lapangan/kolam.
Setelah pelaksanaan perlakuan sampel dilakukan dilakukan pelaksanaan
treatmen kondisi lapangan, untuk ini teknik yang dilakukan sangat berbeda,
selanjutnya adalah sebagai berikut: Untuk kolam, setelah dosis untuk 1 liter air
gambut (pH=4) diperoleh maka dilakukan proses sesungguhnya di kolam,
dihitung volume air didalam kolam yaitu misal sebanyak 5 m3 atau sebanyak
5.000 liter, jika rata rata kebutuhannya adalah y ml/liter, maka kebuthan air
(kapur + soda api) adalah : 5000 liter. y ml/ liter = 5000y ml = 5000y/1000
liter = 5y liter.
Kebutuhan air kapur + soda api sebagai bahan treatmen akan diketahui setelah
menghitung persamaan diatas. Teknik treatmet antara kolam dengan tanah
asam sangat berbeda. Proses pelaksanaan treatment setelah dosis diketahui
adalah sebagai berikut:
o Untuk kolam, jika kolam dilengkapi dengan pompa untuk distribusi maka
proses penambahan media treatmen yaitu air kapur + soda api dilakukan

44
Unit Pembelajaran
Konsep Larutan Kimia

dengan melihat kapasitas pompa terpasang, pompa difungsikan sebagai


alat pengaduk, misalnya kapasitas pompa 20 liter/menit, hasil permenit
dari sampel (dalam liter dikalikan 20 liter per menit) dimasukan pada
lubang in let pompa secara perlahan hingga y ml/liter x 20 liter/menit
diperoleh volume air (kapur + soda api) ml per menit.
Semua data hasil percobaan empiris di simpan

 Untuk tanah masam.


Untuk tanah yang masam, tanah dari plastik dibasah dengan air secukupnya
sampai tanah menjadi basah, lakukanlah proses treatmen dengan pipet ukur
setiap penentesan usahakan dilakukan penggojokan dengan cara digoyang
(shake) supaya air pH tinggi bercampur semua.
1). Lakukanlah terhadap seluruh sampel untuk mendapatkan jumlah
kebutuhan larutan air kapur dan soda api sebagai laruan penetral
2). Untuk setiap sampel dilakukan proses treatmen didalam plastik wadah
sambil dilakukan penggoyangan (shake) sampai diperoleh pH netral.
3). Catat hasilnya untuk sampel pertama.
4). Sampel berikutnya dilakukan proses seperti pada sampel pertama
hingga diperoleh pH netral (=7), prosespengukuran pH tanah dengan
pH indikator kertas lakmus (pH 1-14), catat hasilnya, demikian diulangi
sampai sampel terakhir.
5). Hasil dikumlahkan kemudian diambil rata ratanya untuk memperoleh
perlakuan penambahan larutan kapur + soda api.
6). Hasil dicatat dalam catatan lembar praktikum siswa.

Untuk tanah masam. setelah dosis untuk tanah gambut (pH=4,5) diperoleh
maka dilakukan proses sesungguhnya pada media tanah masam dengan luas
tanah sebesar: 50 m2= (5 x 100 cm) x (10X100 cm) = 500.000 cm2
Kedalaman tanah yang dikehendaki adalah = 10 cm maka

45
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Volume tanah = 5.000,000 cm3; kebutuhan air kapur + soda api adalah
sebanyak: ( y ml/80 cm3). Kebutuhan lautan air kapur + soda api =
(5.000.000/80) x ml = 62.500 y ml

Untuk media tanam (tanah masam) ukuran 50 m 3, setelah ketemu hitungan


diatas, tanah yang digunakan disiram air dahulu untuk memudahkan proses
netralisasi dari tanah masam, penyiraman dilakukan sampai kondisi jenuh.
Kemudian proses treatmen dilakukan. Dosis sesuai hitungan dari rata rata
pengambilan sampel.

Tahap 5. Verifikasi.
Pada tahap verifikasi peserta didik mendiskusikan hasil pengolahan data dan
memverifikasi hasil pengolahan dengan data-data atau teori pada buku
sumber dengan cara:
o Memverifikasi kembali data data empiris yang didapat.
o Guru memberi penguatan berdasarkan hasil verifikasi dari data empiris
yang didapat.

Tahap 6. Menarik Simpulan/Generalisasi.


Pada tahap ini peserta didik bersama guru menarik kesimpulan dari proses
yang telah dilakukan, menyimpulkan dari percobaan empiris yang dilakukan
baik terhadap air kolam maupun tanah pertanian yang masam. Pada kondisi
dan batasan variabel apa sehingga proses treatmen untuk air kolam dan
netralisasi tanah masam dilakukan.

46
Unit Pembelajaran
Konsep Larutan Kimia

Aktivitas 4. Netralisasi Media Tumbuh Untuk Menjaga Habitat.

Aktivitas pembelajaran menggunakan model pembelajaran PBL (Problem Base


Learning) dengan sintak :1) Orientasi peserta didik pada masalah, 2)
Mengorganisasi peserta didik dalam belajar, 3) Membimbing penyelidikan peserta
didik 4) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya 5) Menganalisis dan
mengevaluasi proses pemecahan masalah.
Langkah-langkah yang dilakukan oleh peserta didik pada aktivitas pembelajaran
ke-2 adalah sebagai berikut :

Tahap 1. Orientasi peserta didik pada masalah


Dalam beberapa hari proses treatment diamati dan dievaluasi pH air kolam
dan media tanam untuk melihat apakah pH air kolam dan media tanam
berada pada pH yang dikehendaki?

Tahap 2. Mengorganisasi peserta didik dalam belajar


Pengamatan & evaluasi treatment penambahan air kapur dan soda api.
Dalam beberapa hari proses treatment yang dilakukan diamati dan dievaluasi
pH air kolam dan media tanam untuk melihat apakah pH air kolam dan media
tanam tetap pada pH yang dikehendaki.

Tahap 3. Membimbing penyelidikan peserta didik


Kemungkinan sumber air yang masuk kolam dan media tanam dianalisa dan
dievaluasi seberapa besar debitnya dan apakah berpengaruh terhadap badan
air kolam atau badan media tanam. Pengecekan pH dilakukan secara rutin
setiap 2 jam sekali. Jika ada perubahan pH maka proses treatmen dilakukan
kembali hingga pH netral (pH=7). Penambahan air dari lingkungan
sekitarnya cukup berpengaruh untuk terjadinya perubahan pH media
tanam/air kolam.

47
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

asam karena mengandung banyak asam lambung. Asam lambung berfungsi untuk
membunuh kuman penyakit atau bakteri yang masuk bersama makanan,
mengubah sifat protein, dan mengaktifkan pepsinogen menjadi pepsin.

Pepsin berfungsi memecah protein menjadi pepton dan proteosa. Enzim renin
berfungsi menggumpalkan protein susu (kasein) yang terdapat dalam susu. Lipase
adalah enzim yang menghidrolisis trigliserida menjadi asam lemak dan gliserol.
Dinding lambung juga menghasilkan hormon gastrin yang berfungsi untuk
pengeluaran (sekresi) getah lambung.

Makanan dicerna oleh otot lambung dan enzim sehingga makanan menjadi lembut
seperi bubur dan disebut kim. Otot pilorus yang membentuk klep akan mengatur
keluarnya kim sedikit demi sedikit dari lambung ke duodenum. Otot pilorus yang
mengarah ke lambung akan mengendur jika tersentuh kim yang bersifat asam,
sebaliknya otot pilorus yang mengarah ke duodenum akan mengerut jika
tersentuh kim.

4. Usus Halus
Makanan yang telah menjadi bubur (kim) karena mengalami pencernaan di
lambung masuk ke usus halus. Usus halus memiliki panjang kurang lebih 6 meter.
Di dalam usus halus makanan mengalami proses pencernaan dan absorpsi.
Permukaan dalam usus halus susunannya berupa lipatan-lipatan yang memiliki
vili (jonjot) sehingga memperluas penyerapan. Vili banyak mengandung pembuluh
darah dan limfa.

a Usus dua belas jari (duodenum)


Usus dua belas jari berukuran panjang kurang lebih 25 sentimeter. Makanan
dari lambung bersifat asam, kemudian masuk ke usus dua belas jari. Sifat asam
ini akan merangsang dinding usus untuk mensekresikan hormon-hormon
seperti hormon sekretin dan hormon kolesistokinin. Hormon sekretin yang

26
Unit Pembelajaran
Konsep Larutan Kimia

berfungsi untuk merangsang getah pankreas yang terdiri atas enzim-enzim


seperti enzim tripsin, amilase, dan lipase. Sedangkan Hormon kolesistokinin
berfungsi untuk merangsang empedu. Getah empedu dibuat di dalam hati dan
disimpan di dalam kantong empedu. Getah empedu mengandung zat warna
empedu yang disebut dengan bilirubin dan garam empedu, yaitu natrium
glukolat.

b Jejunum
Jejunum memiliki panjang sekitar 2 - 3 meter. Permukaannya lebih lebar,
dindingnya lebih tebal, serta lebih banyak mengandung pembuluh darah. Di
dalam jejunum makanan mengalami proses pencernaan secara kimiawi yang
dibantu oleh enzim-enzim pencernaan yang dihasilkan usus ini. Enzimenzim
tersebut adalah:
 laktase, enzim yang mengubah laktosa menjadi glukosa
 dipeptidase, mengubah pepton menjadi asam amino
 enterokinase, mengaktifkan tripsinogen maltase, mengubah maltosa
menjadi glukosa
 disakanase, mengubah disakarida menjadi monosakarida
 sukrase, mencerna sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa
 lipase, mengubah trigliserida menjadi gliserol dan asam lemak
 peptidase, mengubah polipeptida menjadi asam amino

c Ileum
Ileum memiliki panjang kurang lebih 4 - 5 meter. Di dalam usus ini terjadi
proses penyerapan (absorpsi) zat-zat makanan. Permukaan dinding dalam
ileum terdapat vili sehingga proses penyerapan zat makanan lebih luas dan
sempurna.

27
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Absorpsi zat-zat makanan di dalam usus halus dilakukan oleh pembuluh darah
kapiler dan saluran limfa yang terdapat dalam permukaan vili. Glukosa, asam
amino, vitanium, air, dan mineral, diabsorpsi pembuluh darah kapier, dibawa
menuju hati melalui vena porta. Di dalam hati, sebagian mengalami perubahan
bentuk lain dan sebagian diedarkan ke seluruh tubuh melalui vena hepatika.
Sedangkan, asam lemak dan gliserol diserap oleh pembuluh limfe (pembuluh
kil).

Asam amino diabsorpsi secara cepat di duodenum dan jejunum. Di dalam usus
halus selain pencernaan secara kimia juga pencernaan secara mekanik, yaitu
gerakan peristaltik. Dengan gerakan peristaltik inilah kim dapat bergerak dan
meningkatkan absorpsi zat-zat makanan.

5. Usus Besar (Kolon)


Usus besar pada umumnya terdiri atas usus besar ascending (menaik), transvers
(melintang), descending (menurun), dan berakhir pada rektum, yaitu bagian
berotot yang mengeluarkan kotoran melalui anus. Usus besar tidak memiliki villi
sehingga tidak terjadi penyerapan sarisari makanan, tetapi terjadi penyerapan air
sehingga feses menjadi lebih padat. Pada kolon juga terjadi proses pembusukan
sisa pencernaan (yang tidak dapat diserap usus halus) oleh bakteri Escherichia coli
yang menghasilkan gas H2S, NH4, indole, skatole, dan vitamin K (berperan dalam
proses pembekuan darah).

Jika dalam dinding usus besar seseorang terinfeksi, akibatnya penyerapan air akan
terganggu, sehingga wujud feses dalam keadaan cair yang disebut dengan gejala
diare. Apabila seseorang menahan buang air besar, maka akan menyebabkan
penyerapan air yang berlebihan sehingga feses menjadi keras yang disebut dengan
konstipasi (sembelit) yang dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah vena
sekitar anus yang gejalanya disebut dengan hemoroid (ambeien).

28
Unit Pembelajaran
Konsep Larutan Kimia

6. Anus
Di dalam usus besar, feses didorong secara teratur dan lambat oleh gerakan
peristaltik menuju ke rektum (poros usus) yang merupakan bagian akhir dari
saluran pencernaan. Bagian bawah poros usus itu akhirnya bermuara pada lubang
dubur yang nantinya mengeluarkan feses. Gerakan peristaltik dikendalikan oleh
otot polos (otot tak sadar). Akan tetapi, pada saat buang air besar otot spingter di
anus dipengaruhi oleh otot lurik (otot sadar). Jadi, proses defekasi (buang air
besar) dilakukan dengan sadar, yaitu dengan adanya kontraksi otot dinding perut
yang diikuti dengan mengendurnya otot spingter anus dan kontraksi kolon serta
rektum. Akibatnya, feses dapat terdorong ke luar anus.

29
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

A. Contoh Soal USBN Tahun 2019

(SMKN BAWEN JAWA TENGAH) .

Tabel berikut merupakan data pengujian beberapa larutan menggunakan


indikator kertas lakmus
Indikator Larutan Larutan Larutan Larutan Larutan
A B C D E
Lakmus
Merah Merah Biru Merah Biru
Merah
Lakmus
Biru Merah Biru Biru Biru
Biru

Pernyataan yang tepat berkaitan dengan data tersebut adalah . . . .


A. Larutan A bersifat basa
B. Larutan B bersifat netral
C. Larutan C bersifat asam
D. Larutan D bersifat asam
E. Larutan E bersifat basa

Identifikasi
Level Kognitif : Menganalisis (c4)
Indikator Yang Sesuai : Melaksanakan Konsep Pembuatan Larutan
Dan Sifat-Sifatnya.
Ditanyakan : perubahan kertas lakmus terhadap
identifikasi larutan (asam/basa).
Materi yang dibutuhkan : asam & basa.

B. Contoh Soal USBN Tahun 2018

Hujan asam adalah hujan yang mempunyai kadar keasaman dimana pH nya
kurang dari 5,6 yang disebabkan oleh gas buangan. Diantara gas gas buangan
penyebab hujan asam adalah sebagai berikut, kecuali….
A. karbon dioksida (CO2)
B. nitrogen oksida (NOx)
C. sulfur dioksida (SO2)
D. hidrogen sulfida (H2S)

30
Unit Pembelajaran
Konsep Larutan Kimia

3. LKPD 3. : PROSES TREATMENT KOLAM AIR GAMBUT /MEDIA TANAM .


a Proses Treatment Kolam Air Gambut.
(1) Tujuan Percobaan.
Manfaat proses treatmen (equalisasi) pada proses netralisasi air gambut.
Volume air kolam sebanyak 50.000 liter/50m3.
(2) Alat Dan Bahan.
(a) Bahan:
 Kapur
 Kostik
 Air bersih.
(b) Alat:
Ember 80 liter 1 buah
Ember 60 liter 1 buah
Pengaduk kayu 2 buah
Gayung 2 buah
Gelas ukur plastik 2 buah.
Alat penyiram @ 4 liter 2 buah
Penyaring (saringan) 2 buah
Ember kecil 3 buah
Plastik 2 liter secukupnya
Pipet ukur dengan bulb (50 ml) 3 buah

(3) Langkah Kerja.


(a) Lakukanlah pembuatan larutan baku dengan pH larutan baku =14,
sebanyak 5 liter. Campuran antara air kapur dengan kostik.
(b) Ambil air sampel sebanyak 500 ml, lakukanlah treatment dengan
larutan baku yang telah dibuat. Kebutuhan larutan baku dicatat,
pengambilan sampel dilakukan sebanyak 10 x, dicatat kebutuhan
larutan baku sebanyak 10 x treament, diambil rata rata kebutuhan air
baku.

53
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

(c) Kebutuhan rata rata y ml/liter. Total volume air kolam adalah 50.000
liter. Dibua tabel kebutuhan rata rata dari air sampel per liter dan air
kolam dengan treatment langsung.

(4) Data Percobaan.


a netralisasi sampel kolam air gambut.
No. Sampel Kebutuhan netralisasi (ml)
1 Sampel 1
2 Sampel
s.d. Sampel
n Sampel
Kebutuhan = (y1+y2+ …+yn)n

b Proses netralisasi air kolam.


Pengukuran nilai pH.
No. Treatment (menit)
Area-1 Area-2 Area-3 Area-4
1 10
2 20
3 30
4 40
Area: menunjukan area pengambilan yang dilakukan proses
treatment
(5) Hasil pembahasan.
Berisi kesimpulan tentang proses treatment.

54
Unit Pembelajaran
Konsep Larutan Kimia

Alternatif lain dengan Proses Treatment Tanah masam/Media Tanam.


Dengan cara yang sama proses dilakukan pada tanah masam dengan media kapur
– kostik padat atau menggunakan cair untuk dilakuakn penyiraman berbentuk
lempung., adapun data yang diperoleh dibuat tabel sebagai berikut.
a Netralisasi tanah masam.
No. Sampel Kebutuhan netralisasi (ml)
1 Sampel
2 Sampel
s.d. Sampel
n Sampel
Kebutuhan = (y1+y2+ …+yn)n

b Proses netralisasi media tanam.


No. Sampel Kebutuhan netralisasi (ml)
1 Sampel 1
2 Sampel
s.d. Sampel
n Sampel
Kebutuhan = (y1+y2+ …+yn)n

Dibuat tabel dan grafik kebutuhan sumber basa dan grafik.

55
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

4. Lembar Kerja Peserta Didik 3.


Lembar observasi & evaluasi media tanam/air kolam.

Observasi, Evaluasi, Dan Tindakan


No. Observasi Evaluasi tindakan
1
2
3
4
Nb: tindakan yang dilakukan adalah proses treatment dengan larutan
air kapur dan soda api.

Kesimpulan.

………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………

56
Unit Pembelajaran
Konsep Larutan Kimia

C. Bahan Bacaan
Bahan Bacaan 1: Konsep Larutan Kimia
A. Pengertian Larutan.

Berdasarkan keadaan fasa zat setelah bercampur, maka dapat dibedakan


menjadi dua yaitu campuran yang homogen dan heterogen. Campuran homogen
adalah campuran yang berbentuk satu fasa, yaitu yang mempunyai sifat dan
komposisi yang sama antar satu bagian dengan bagian lain didekatnya.
Campuran homogen lebih umum disebut larutan, contohnya air gula dan alkohol
dalam air. Sedangkan, campuran heterogen adalah campuran yang mengandung
dua fasa atau lebih, contohnya air susu dan air kopi. Campuran heterogen akan
dibahan lebih lanjut pada bab koloid.

Larutan adalah suatu campuran homogen antara dua zat atau lebih dimana
partikel partikel dari komponen penyusunnya tersebar secara merata . Larutan
terdiri dari dua komponen yaitu zat terlarut (solut) dan pelarut (solvent). Zat
terlarut (komponen minor) pada umumnya jumlahnya yang lebih kecil
dibandingkan dengan pelarut (komponen utama). Contohnya 1 gram gula
dicampur dengan 1.000 ml air membentuk larutan gula dan air. Demikian juga
10 ml alkohol dalam air. Sebaliknya, 100 ml alkohol air membentuk larutan air
dalam alkohol. Akan tetapi karena alkohol dan air ini biasanya dinyatakan dalam
persentase alkohol, misalnya 25%, 40%, 75% dan sebagainya.

Suatu larutan yang jumlah zat terlarutnya sama dengan kelarutannya


disebut larutan jenuh (saturated). Jika jumlah zat terlarutnya lebih kecil dari
kelarutannya disebut larutan tak jenuh (unsaturated), sedangkan jika zat
terlarutnya melebihi batas kelarutannya disebut larutan lewat-jenuh (super-
saturated). Untuk larutan lewat-jenuh akan terbentuk endapan.

57
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

4) Pengolahan data (Data Processing)


5) Pembuktian (Verification), dan
6) Menarik simpulan/generalisasi (Generalization).

Tabel 5. Contoh Desain Pembelajaran

Indikator Bentuk dan


Materi/ Aktivitas Alokasi
Pencapain Jenis Media
Submateri Pembelajaran Waktu
Kompetensi Penilaian
3.5.1 Mempelajari 1. Tes Lembar
Konsep Pembuatan 1 Konsep 1. Mencari Pengetahuan kerja
Larutan Dan Sifat- larutan & informasi tentang Tes tulis peserta
Sifatnya. sifat larutan dan sifat a. PG didik
4.5.1 Meniru sifatnya sifatnya. b. Uraian
pembuatan larutan 2. Observasi
dengan konsentrasi 2 Sifat 2. Diskusi Kegiatan
yang ditentukan dan koligatif tentangsifat koligatif percobaan
sifat sifatnya. larutan. larutan
3. Observasi
3.5.2 Menerapkan 3 Analisis 3. Larutan keterampilan
prinsip sifat-sifat larutan asam dan basa presentasi
pada larutan asam dan
4.5.2 basa 4. Menentukan 4.Penilaian
mendemonstrasikan titik equalisasi dan laporan
Konsep Pembuatan 4 Analisis netralisasi larutan.
Larutan Dan Sifat- titik
Sifatnya equalisasi
3.5.3, Melaksanakan &
Pembuatan Larutan netralisassi
Dan Sifat-Sifatnya. larutan
4.5.3. Menunjukkan
Konsep Pembuatan
Larutan Dan Sifat-
Sifatnya.
3.5.4. Menganalisis
Konsep Pembuatan
Larutan Dan Sifat-
Sifatnya.
4.5.4. Membuat
Larutan Dengan
Konsentrasi Dan
Volume Tertentu
3.5.6 mengukur
pembuatan larutan
dan sifat sifatnya.
4.5.3 menunjukkan
konsep pembuatan
larutam
4.5.4 Membuat
larutan dengan

34
Unit Pembelajaran
Konsep Larutan Kimia

Indikator Bentuk dan


Materi/ Aktivitas Alokasi
Pencapain Jenis Media
Submateri Pembelajaran Waktu
Kompetensi Penilaian
kosentrasi & volume
tertentu
4.5.5.
memformulasikan
kosentrasi dan
volume larutan pada
daerah tertentu.
4.5.56
mengoperas
ikan larutan dengan
kosentrasi tertentu
3.13.6melaksanakan
standart pembuatan
larutan dengan kadar
tertentu

.
Aktivitas 1. Konsep larutan kimia.

Tahap 1. Pemberian rangsangan (stimulation).


Pemberian rangsangan ini berupa mengamati vidio pembelajaran
tentang berbagai jenis larutan berdasarkan wujud pelarut, pembuatan
sirup di pabrik makanan dan minuman, sirup merupakan bahan panngan
yang tahan terhadap mikroba, dengan menggunakan bahan pengawe
gula itu sendiri, bahan yang lain berupa bahan penyedap, dan flavor rasa
atau menggunakan rasa buah alami.
Kosentrasi gula agar tahan terhadap mikroba adalah diatas 60%, untuk
inilah bagaimana sifat fisik gula dengan kosentrasi 60 % tersebut…..?

Tahap 2. Problem statemen (pertanyaan/ identifikasi masalah)


Pada tahap ini peserta didik diajak untuk mengidentifikasi sebanyak
mungkin mengenai kosentrasi larutan dengan berbagai jenis dimensi
fraksi massa, persen berat, prsen volume, ppm. Pertanyaan pertanyaan
hasil identifikasi sebagai berikut:
 Apa yang dimaksud dengan kosentrasi larutan.

35
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

 Apa yang dimaksud Fraksi massa, bagaimana dengan persen berat,


persen volume..?
 Mengapa kosentrasi tidak dalam satu bentuk, tapi bisa ke bentuk yang
lain misal fraksi mass, % berat, % volume….
 Bagaimana ketelitian dalam menentukan kosentrasi tersebut…

Tahap 3. Pengumpulan data.


Peserta mengumpulkan data mengenai kosentrasi, hubungan antara %
berat, % volume, ppm, molaritas, hubungan diantaranya masing masing
dimensi tersebut.

Tahap 4. Pengolahan data.


Melakukan Percobaan dengan melakukan Membuat larutan gula, dengan
beberapa kosentrasi hingga paling besar 80 % berat., kemudian dilakukan
proses pengukuran sebenarnya dengan alat piknometer. Untuk lebih
jelasnya dalam 1 kelas dibagi menjadi 4 kelompok, dengan kosentrasi
pembuatan larutan berbeda beda:
Kelompok Larutan yang dibuat dengan Volume larutan setelah gula
basis perhitungan 1000 gram larut (memakai gelas ukur).
total larutan x %.
Kelompok 1 20 % berat A ml
Kelompok 2 40 % berat B ml
Kelompok 3 60 % berat C ml
Kelompok 4 80 % berat D ml

Sebagai contoh larutan dengan 80 % berat, dengan langkah yang diambil,


menurut perhitungan 1000 gram larutan, kandungan gula adalah: 0,8 x
1000 gram larutan = 800 gram gula. Dan airnya adalah: (1000 gr – 800 gr)
adalah 200 gram. Gula 800 gram dilarutkan dalam 200 ml air. Untuk lebih
mempercepat melarutkan gula, air sebaikna dipanaskan dalam suhu antara
600C sampai 800C. setelah melarut gulanya larutan tersebut didinginkan
sampai suhu kamar yaitu (32 – 35)0C.

36
Unit Pembelajaran
Konsep Larutan Kimia

 Pengukuran ketepatan kadar.


Dilakukan pengukuran dengan piknometer baik yang 25 ml atau 50 ml, langkah
yang diambil adalah:
Step 1. Lakukanlah pengovenan piknometer hingga 25 menit pada suhu 200 0C.
kemudian lakukanlah penimbangan, catat hasilnya. Lakukanlah
pengulangan 2 x dengan memasukkan piknometer kedalam oven kembali
dan memanaskan selama 15 menit, catat hasilnya. Lakukanlah rerata untuk
memperoleh hasil penimbangan konstan.
Step 2. Masukan larutan gula sesuai dengan persen berat per kelompok,
masukkan larutan pada ketinggian yang tepat sesuai dengan tanda pada
piknometer, kemudian lakukanlah penimbangan larutan gula dan
piknometer. Hasil dicatat !
Larutan gula + piknometer = y gram.
Pikometer kosong = x gram.
Berat larutan gula pada volume 25 ml/ 50 ml adalah ……..(x-y) gram.
(x−y) gr
Densitas larutan gula adalah = ( 25 ⁄50 ) 𝑚𝑙
= z gr/ml.

Step 3. Dilakukan hubungan persen berat dengan persen volume, dengan ppm
bahkan dengan molaritas larutan gula jika gula dianggap C 12 H22 O11 maka
diperoleh molaritas dari larutan.

Tahap 5. Pembuktian.
Dari data dan perhitungan peserta didik dapat memperoleh relasi atau
hubungan antara % berat, % volume, ppm serta molaritas dari sebuah
larutan.

Tahap 6. Menarik simpulan/generalisasi.


Peserta didik melakukan generalisasi/simpulan untuk dengan melakukan
eksperimen secara sederhana kondisi diatas.

37
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

4. Zat yang tidak larut dalam pelarut


Sebetulnya tidak ada zat yang mutlak tidak larut dalam suatu cairan, yang
ada hanya kelarutannya sangat kecil, sehingga dianggap tidak larut. Jika
kelarutan zat kurang dari 0,1 g dalam 1.000 g pelarut, maka disebut tidak
larut (insoluble), misalnya kaca dan plastik dalam air. Walaupun secara
umum senyawa ion larut dalam air, tetapi ada yang termasuk sukar (tidak)
larut.

B. Konsentrasi Larutan

Sifat larutan sedikit menyimpang dari sifat pelarut, karena adanya zat terlarut.
Penyimpangan itu makin besar jika komposisi zat terlarut ditambah. Untuk
menyatakan komposisi larutan secara kuantitatif disebut konsentrasi.
Konsentrasi adalah perbandingan jumlah zat terlarut dengan pelarut
Perbandingan itu dapat diungkapkan dengan dua cara, yaitu
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
𝐶𝑎𝑟𝑎 1.
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
𝑐𝑎𝑟𝑎 2.
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛
Berdasarkan perumusan tersebut muncullah beberapa satuan konsentrasi,
yaitu fraksi mol, molar, molal, dan normal, serta ditambah dengan presentase
massa, persen volume, dan ppm, seperti ditunjukkan pada tabel 4.

62
Unit Pembelajaran
Konsep Larutan Kimia

Tabel 7. Satuan Konsentrasi Larutan

NAMA LAMBANG DEFINISI


Mol zat terlarut
fraksi mol X
Mol zat terlarut + mol pelarut
molar Mol zat terlarut
M
Liter larutan
molal Mol zat terlarut
M
1000 g pelarut
normal Mol ekivalen zat terlarut
N
Liter larutan
persen massa g zat terlarut X 100%
%w
g larutan
%V liter zat terlarut X 100%
persen volume
liter larutan
mg zat terlarut
parts per million ppm
kg larutan

1. Fraksi mol
Fraksi mol (X) adalah perbandingan mol salah satu komponen dengan
jumlah mol semua komponen. Jika suatu larutan mengandung zat A, B, dan
C dengan jumlah mol masing-masing nA, nB dan nC, maka fraksi mol masing-
masing komponen adalah
𝑛𝐴
𝑋𝐴 =
𝑛𝑡𝑜𝑡
𝑛
𝑋𝐵 = 𝐵
𝑛𝑡𝑜𝑡
Dalam campuran (larutan) jumlah fraksi mol = 1, sehingga
𝑿𝑨 + 𝑿𝑩 + 𝑿𝑪 = 𝟏
Contoh:
Hitunglah fraksi mol zat terlarut bila 117 g NaCl dilarutkan dalam 3 kg air .
Jawab
117
117 𝑔 𝑁𝑎𝐶𝑙 = 𝑚𝑜𝑙 = 2 𝑚𝑜𝑙
58,7
3000
3 𝑘𝑔 𝑎𝑖𝑟 = 𝑚𝑜𝑙 = 166,6 𝑚𝑜𝑙
18
2
𝑓𝑟𝑎𝑘𝑠𝑖 𝑚𝑜𝑙 𝑁𝑎𝐶𝑙 = 𝑚𝑜𝑙 = 0,012 𝑚𝑜𝑙
2 + 166,6

63
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Fraksi mol biasa dipakai dalam perhitungan yang memerlukan komposisi


zat terlarut dan pelarut, misalnya dalam tekanan uap jenuh suatu larutan.

2. Kemolaran
Kemolaran (M) adalah banyaknya mol zat terlarut dalam tiap liter larutan.
Harga kemolaran dapat ditentukan dengan menghitung mol zat terlarut
dan volume larutan. Volume larutan adalah volume zat terlarut dan pelarut
setelah bercampur. Satuan ini banyak dipakai dalam stoikiometri untuk
menghitung zat terlarut.
𝑚𝑜𝑙 𝑔𝑟𝑎𝑚
M= =
L Berat Molekul x L

3. Kemolalan
Kemolalan (m) adalah jumlahmol zat terlarut dalam 1000 g pelarut murni.
Nilainya dapat ditentukan jika mol zat dan massa pelarut diketahui.
𝑚𝑜𝑙
m = mol x
L

64
Unit Pembelajaran
Konsep Larutan Kimia

𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 1000
m= x
Mr p
dimana:
m = molalitas larutan (m)
p = massa pelarut (gram)
Mr = massa molekul relatif

Contoh 1.2
5,85 g NaCl dilarutkan dalam 500 g air. Tentukan kemolalan NaCl
Jawab
5,85
5,85 𝑔 𝑁𝑎𝐶𝑙 = 𝑚𝑜𝑙 = 0,1 𝑚𝑜𝑙 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 500 𝑔 𝑎𝑖𝑟
58,5
1000
𝑘𝑒𝑚𝑜𝑙𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑁𝑎𝐶𝑙 = × 0,1 = 0,2 𝑚
500
Kemolalan mengandung informasi tentang jumlah zat terlarut sehingga
mudah dipakai untuk menghitung fraksi mol, jika kerapatan larutan
diketahui. Nilai kemolalan juga dapat digunakan untuk menentukan
kemolarannya.

4. Kenormalan
Kenormalan (N) adalah jumlah ekivalen zat terlarut dalam tiap liter
larutan. Ekivalen zat dalam larutan bergantung pada jenis reaksi yang
dialami zat tersebut, karena satuan ini dipakai untuk penyetaraan zat
dalam reaksi. Ekivalen suatu zat ada hubungan dengan molarnya, dan

65
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

hubungan itu bergantung pada jenis reaksi, apakah asam basa atau redoks.
Dalam reaksi asam-basa, ekuivalen asam dan basa masing-masing
bergantung pada jumlah H + dan OH- yang dilepaskan, contohnya:

NaCI Na+ + Cl- 1 M HCl = 1N


H2SO4 2H+ + SO42- 1 M H2SO4 = 2 N
Ba(OH)2 Ba2+ + 2OH- 1 M Ba(OH)2 = 2 M
Pada reaksi redoks, nilai ekivalen bergantung pada jumlah elektron yang
dilepaskan atau diterima oleh senyawa, contohnya seperti berikut ini.

0 -1 +2 0
Fe + 2HCl FeCl2 + H2
(Fe + 2H+ Fe2+ + H2)
Fe melepaskan 2 elektron, maka 1 M Fe = 2 N
Hidrogen menerima 1 elektron, maka 1 M HCl = 1 N
Sementara pada reaksi lain:
MnO4- + 5 Fe2+ + 8 H+ Mn2+ + 5 Fe3+ + 4H2O
Bilangan oksidasi Mn turun dari +7 ke +2, atau menerima 5 elektron.
Sedangkan bilangan oksidasi Fe naik dari +2 ke +3, atau melepaskan 1
elektron. Berdasarkan reaksi tersebut, maka:
1 M KMNO4 = 5 n
1 m FeCl2 =1n

5. Persen Massa
Persen massa (% w) adalah perbandingan massa zat terlarut dengan
massa larutan dikalikan 100 %. Satuan ini biasa dipakai untuk larutan
padat dalam cair, atau padat dalam padat.
Contoh:
Hitunglah % massa NaCl dalam campuran 20 g NaCl dengan 55 g air
Jawab
20
𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑁𝑎𝐶𝑙 = × 100% = 26,6 %
20 + 55

66
Unit Pembelajaran
Konsep Larutan Kimia

6. Persen volume
Persen volume (% V) adalah perbandingan volume zat terlarut dengan
volume larutan dikalikan 100 %. Satuan ini sering dipakai untuk campuran
dua cairan atau lebih, contohnya air dengan alkohol.
Contoh:
50 ml alkohol ditambah air sehingga volume larutan 500 ml.
Tentukanlah % volume alkohol.
50
𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑎𝑙𝑘𝑜ℎ𝑜𝑙 = × 100 𝑉 = 10 %
500

Sebagai catatan, bila dua cairan dicampurkan, adakalanya tidak bersifat


aditif. Artinya jumlah campuran tidak sama dengan jumlah kedua cairan
sebelum dicampur, contohnya, 500 L air dicampur dengan 500 ml alkohol
menjadi 960,4 ml dan bukan 1000 ml. oleh sebab itu, dalam kimia istilah
‘persen” diartikan persen berat, kecuali kalau dinyatakan lain.

7. Parts per million (ppm)


Parts per million (ppm) adalah milligram zat terlarut dalam tiap kg larutan.
Satuan ini sering dipakai untuk konsentrasi zat yang sangat kecil dalam
larutan gas, cair, atau padat.
Contoh 9.10
Air buangan industri mengandung 0,015 g CuSO4 dalam dua liter.
Hitunglah konsentrasi zat ini dalam ppm. (Rapat massa air = 1)

Jawab
0,015 g = 15 mg. 2 1 air = 2 kg
15
𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝐶𝑢𝑆𝑂4 = 𝑝𝑝𝑚 = 7,5 𝑝𝑝𝑚
2

67
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

8. Membuat Larutan Dengan Konsentrasi Tertentu


Beberapa pereaksi yang terdapat di laboratorium kimia untuk keperluan
praktik sering dibuat dengan cara mengencerkan larutan pekat atau
melarutkan dari zat padatan. Perhitungan konsentrasi larutan dan
pemahaman mengenai teknik pembuatan larutan sangat diperlukan untuk
membuat suatu larutan dengan konsentrasi tertentu sesuai dengan
kebutuhan percobaan yang akan dilakukan.
Dalam pembuatan larutan, bila pereaksi yang digunakan dalam bentuk
padatan maka beratnya harus diketahui dengan tepat. Begitu pula bila
pereaksi yang digunakan dalam bentuk larutan, maka volume dan
konsentrasinya harus diketahui dengan tepat.
Pada bab sebelumnya kita telah mengetahui bagaimana menghitung
larutan dengan menggunakan satuan konsentrasi tertentu, selanjutnya
akan dibahas bagaimana cara membuat larutan dengan konsentrasi
tertentu.
(1) Pelarutan Zat Terlarut Murni
Zat kimia di laboratorium pada umumnya berupa zat padat dengan
tingkat kemurnian mendekati 100%. Untuk membuat dalam bentuk
larutannya, maka dilakukan dengan mencampurkan zat terlarut dan
pelarut dalam jumlah tertentu. Urutan kerja sederhana digambarkan
berikut:
Padatan Timbang Gram

68
Unit Pembelajaran
Konsep Larutan Kimia

Gambar 11. Cara pembuatan larutan

Contoh (1) Bagaimanakah cara membuat larutan NaCl 2% sebanyak


100 ml?
Jawab:
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑁𝑎𝐶𝑙 = 𝑛% 𝑁𝑎𝐶𝑙 × 𝑉
2
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑁𝑎𝐶𝑙 = × 100 𝑚𝑙 = 2 𝑔𝑟𝑎𝑚
100
Maka, timbang sebanyak 2 gram NaCl kemudian larutkan dengan air
sampai diperoleh volume larutan sebanyak 100 ml.

Contoh (2) Bagaimanakah cara membuat larutan NaOH 1 M sebanyak


100 mL?
Jawab:
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑁𝑎𝑂𝐻
𝑀𝑜𝑙𝑎𝑟𝑖𝑡𝑎𝑠 (𝑀) =
𝐵𝑀 𝑁𝑎𝐶𝑙 × 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 (𝐿)
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑁𝑎𝐶𝑙 = 𝐵𝑀 𝑁𝑎𝑂𝐻 × 𝑀 × 𝐿
100
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑁𝑎𝐶𝑙 = 40 × 1 × = 4 𝑔𝑟𝑎𝑚
1000
Maka, timbang sebanyak 4 gram NaOH kemudian larutkan dengan air
sampai diperoleh volume larutan sebanyak 100 ml.

69
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Tahap 4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya


Peserta mengembangkan konsep yang sebelumnya dengan kondisi empiris
sesudahnya, meningkatkan analisis yang telah ditemukan serta
menyimpulkan dari kondisi yang didapati, serta mengkreasikan hasil
empiris yang didapat.

Tahap 5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah


Peserta didik mengumpulkan data yang empiris yang didapat, merunut
urutan data yang diperoleh, memecahkan permasalahan dari data empiris
yang didapat. Melakukan diskusi kelas dengan bimbingan guru/pengajar.
Menyimpulkan dari hasil diskusi dan melakukan perumusan masalah
dengan kondisi yang telah didapati.

48
Unit Pembelajaran
Konsep Larutan Kimia

B. Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD).


1. LKPD : KOSENTRASI LARUTAN UNTUK NETRALISASI.

A. Tujuan Percobaan.
Untuk membiasakan kosentrasi % berat, % volume, ppm, molaritas .
B. Alat dan Bahan.
Alat .
 Gelas beker 1 liter. 2 buah.
 Gelas ukur 500 ml. 2 buah
 Pengaduk.
 Pemanas.
 Termometer
 Timbangan.
Bahan.
 Aquades secukupnya.
 Gula secukupnya.

C. Langkah kerja.
1 Pembagian kelompok untuk pelaksanaan tugas terseut.
Nama Kelompok Larutan yang dibuat dengan Volume larutan setelah gula
……………………….. basis perhitungan 1000 gram larut (memakai gelas ukur).
total larutan x %.
Kelompok 1 20 % berat A ml
Kelompok 2 40 % berat B ml
Kelompok 3 60 % berat C ml
Kelompok 4 80 % berat D ml

2 Melakukan pembuatan larutan x % berat, sebagai contoh sebagai berikut:


Sebagai contoh larutan dengan 80 % berat, dengan langkah yang diambil,
menurut perhitungan 1000 gram larutan, kandungan gula adalah: 0,8 x 1000
gram larutan = 800 gram gula. Dan airnya adalah: (1000 gr – 800 gr) adalah
200 gram. Gula 800 gram dilarutkan dalam 200 ml air.

49
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

3 Untuk lebih mempercepat melarutkan gula, air sebaikna dipanaskan dalam


suhu antara 600C sampai 800C. setelah melarut gulanya larutan tersebut
didinginkan sampai suhu kamar yaitu (32 – 35)0C
4 Pengukuran ketepatan kadar
Step 1. Lakukanlah pengovenan piknometer hingga 25 menit pada suhu 200 0C.
kemudian lakukanlah penimbangan, catat hasilnya. Lakukanlah
pengulangan 2 x dengan memasukkan piknometer kedalam oven kembali
dan memanaskan selama 15 menit, catat hasilnya. Lakukanlah rerata untuk
memperoleh hasil penimbangan konstan.
Step 2. Masukan larutan gula sesuai dengan persen berat per kelompok,
masukkan larutan pada ketinggian yang tepat sesuai dengan tanda pada
piknometer, kemudian lakukanlah penimbangan larutan gula dan
piknometer. Hasil dicatat !
Larutan gula + piknometer = y gram.
Pikometer kosong = x gram.
Berat larutan gula pada volume 25 ml/ 50 ml adalah ……..(x-y) gram.
(x−y) gr
Densitas larutan gula adalah = ( 25 ⁄50 ) 𝑚𝑙
= z gr/ml.

Step 3. Dilakukan hubungan persen berat dengan persen volume, dengan ppm
bahkan dengan molaritas larutan gula jika gula dianggap C 12 H22 O11 maka
diperoleh molaritas dari larutan

D. Data Percobaan.
Data percobaan dibuat tabel dari hasil perhitungan yang dilakukan. Dari mulai
penimbangan bahan sampai ke proses perlakuan dengan piknometer dan
koreksi mengenai % berat, volume, ppm dan molaritas.

E. Hasil pembahansan.
Berisi kesimpulan dari hasil penelitian/percobaan yang dilakukan.

50
Unit Pembelajaran
Konsep Larutan Kimia

2. LKPD 2. : KENAIKAN TITIK DIDIH LARUTAN NaCl.


1. Tujuan percobaan:
melakukan pembuktian mengenai salah satu sifat koligatif larutan yaitu
kenaikan titik didih larutan.
2. Alat dan bahan yang digunakan.
 Bahan yang digunakan.
 Garam dapur krasak (yang kasar).
 Air aquades secukupnya.
 Alat yang digunakan.
 Gelas beker 1000 ml 2 buah.
 Gelas ukur 500, 1000 ml 1 buah.
 Pengaduk 2 buah.
 Kompor listrik 1buah
 Piknometer 1 buah.
 Timbangan 1 buah.
 Oven listrik 1 buah.
 Alat pelindung diri.
 Jas laboratorium.
 Sarung tangan
 Masker.

3. Langkah Kerja Dan Data Percobaan.


a). Dibagi masing masing kelompok membuat larutan garam dengan
kosentrasi berat sebesar 40 %, 50 %, 60 %, & 70%. Sebanyak 500 ml.
b). Usahakan garam yang dilarutkan maelarut sempurna.
c). Kemudian lakukanlah pemanasan terhadap larutan tersebut dengan
dimulai dari suhu 40 0C. dibuat hubungan waktu dengan kenaikkan
suhu, catat dengan teliti perubahan suhu dengan waktu yang
dibutuhkan.

51
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

terjadi perubahan ketinggian raksa pada pipa U (gambar tabung sebelah


kanan).

Perubahan ketinggian kaki pada pipa U tersebut menandakan adanya


tekanan yang disebabkan oleh molekul air yang telah menguap. Molekul air
yang berada dipermukaan air akan mulai menguap terus menerus sampai
diperoleh keadaan setimbang.

Pada keadaan setimbang ini maka jumlah molekul air yang menguap
meninggalkan cairan akan sama dengan jumlah molekul air yang masuk
kedalam cairan. Tekanan yang terjadi pada saat suatu liquid berada pada
keadaan setimbang dengan uap molekul liquid yang berada diatasnya inilah
yang disebut sebagai “Tekanan Uap Liquid”.

Istilah liquid diatas adalah merujuk pada air, etanol, bensena, dan senyawa -
senyawa lain yang berwujud cair dimana zat ini pada umumnya dipakai
sebagai pelarut, maka istilah “tekanan uap liquid” untuk pembahasan
selanjutnya disebut sebagai “tekanan uap pelarut”.

Besarnya tekanan uap pelarut tidak terpengaruh oleh jumlah pelarut itu
sendiri melainkan dipengaruhi oleh suhu. Jadi pada temperature yang
berbeda maka tekanan uap pelarut akan berbeda pula. Misalnya pada suhu
kamar (25 C), maka akan diperoleh bahwa tekanan uap air adalah sebesar
20 mmHg.

Bagaimana jika kita melarutkan zat yang nonvolatile (zat yang tidak mudah
menguap) contohnya glukosa ke dalam air dan mengukur tekanan uapnya
lagi? Misalnya pada suhu yang sama kita mengukur tekanan uap larutan
glukosa dan diperoleh tekanan sebesar 18.5 mmHg.
Adanya zat terlarut di dalam suatu pelarut akan menurunkan tekanan uap
pelarutnya. Contoh diatas adalah pada suhu 25 C tekanan uap air murni

74
Unit Pembelajaran
Konsep Larutan Kimia

adalah 20 mmHg dan larutan glukosa dala air pada suhu yang sama tekanan
uapnya adalah 18.5 mmHg

Nilai tekanan uap yang lebih kecil untuk larutan ini menandakan bahwa
molekul pelarut menguap diatas larutan jumlahnya lebih sedikit
dibandingkan dengan jumlah molekul yang menguap diatas pelarut murni.
Lihat gambar dibawah ini agar lebih mudah memahami.

Gambar 13. penurunan tekanan uap dengan besarnya kosentasi larutan.

Sumber: http://ekimia.web.id/penurunan-tekanan-uap-larutan/

Perhatikan gambar diatas. Sebelah kiri adalah air, sedangkan disebelah


kanan adalah larutan glukosa. Lingkaran putih menunjukkan molekul air
yang menguap. Jumlah molekul diatas larutan jauh lebih sedikit jika
dibandingkan dengan pelarut murni yang ada disebelah kiri.
Jika kita punya dua buah beaker glass dimana satu beaker berisi air dan
yang lain berisi larutan asam sulfat, selanjutnyakeduanya kita tutup dengan
penutup kaca (perhatikan gambar berikut):

75
Unit Pembelajaran
Konsep Larutan Kimia

Alternatif lain dengan Proses Treatment Tanah masam/Media Tanam.


Dengan cara yang sama proses dilakukan pada tanah masam dengan media kapur
– kostik padat atau menggunakan cair untuk dilakuakn penyiraman berbentuk
lempung., adapun data yang diperoleh dibuat tabel sebagai berikut.
a Netralisasi tanah masam.
No. Sampel Kebutuhan netralisasi (ml)
1 Sampel
2 Sampel
s.d. Sampel
n Sampel
Kebutuhan = (y1+y2+ …+yn)n

b Proses netralisasi media tanam.


No. Sampel Kebutuhan netralisasi (ml)
1 Sampel 1
2 Sampel
s.d. Sampel
n Sampel
Kebutuhan = (y1+y2+ …+yn)n

Dibuat tabel dan grafik kebutuhan sumber basa dan grafik.

55
Unit Pembelajaran
Konsep Larutan Kimia

demikian tekanan uapnya pun akan turun. Untuk mempermudah


pengertian makavolume besar maka luas permukaan besar, sedangkan
volume kecil maka luas permukaan kecil sehingga jumlah molekul H2O
yang akan menguap pun jumlahnya berbeda.

Gambar 15. perbedaan luas permukaan bahan pelarut murni dengan larutan

Sumber: https://www.mastah.org/penurunan-tekanan-larutan-materi-kimia

Bagaimana Menghitung Penurunan Tekanan Uap Larutan?


Hubungan antara tekanan uap larutan dengan tekanan uap pelarutnya
dijabarkan oleh Francois M. Raoult dimana dia mengeluarkan rumus
sebagai berikut:
P= Xp.Po………(1)
Dimana:
P = Tekanan uap larutan
Po = Tekanan uap pelarut murni
Xp = Fraksi mol pelarut
Fraksi mol (X) dinyatakan sebagai perbandingan antara mol suatu spesies
dengan mol total dimana spesies itu berada. Jadi misalnya suatu larutan
dibuat dari pelarut air dan zat terlarut berupa urea. Maka fraksi mol
masing-masing dapat dinyatakan sebagai berikut:
Xair = mol air/mol air + mol urea dan Xurea = mol urea/mol air +
mol urea

77
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Contoh :
Suatu larutan pada suhu 25°C mengandung 0,018 gram perak klorida (AgCl) per
100 gram air. Jika lebih banyak perak klorida yang ditambahkan, maka akan
terlihat zat tersebut tidak larut lagi, tetapi juga tidak ada yang mengkristal /
mengendap dari larutan.

Jelaskan larutan berikut ini apakah termasuk larutan jenuh, larutan tak jenuh
atau larutan lewat jenuh.
a. Jika 0,010 gram perak klorida dilarutkan dalam 100 gram air pada 25°C.
b. Jika 0,025 gram perak klorida dilarutkan dalam 100 gram air pada 25°C.
c. Jika 0,180 gram perak klorida dilarutkan dalam 1 kilogram air pada 25°C.

Jawab:
a. Larutan tersebut tidak-jenuh, karena jumlah zat terlarutnya yang
dilarutkan masih dibawah batas kelarutannya.
b. Larutan tersebut lewat-jenuh, karena jumlah zat terlarutnya sudah
melebihi batas kelarutannya yaitu 0,018 gram per 100 gram pelarutnya.
c. Larutan ini jenuh, karena jumlah zat terlarut yang dilarutkan sama dengan
batas kelarutannya

Berdasarkan wujud pelarutnya, larutan dibedakan menjadi larutan padat , larutan


cair dan larutan gas.

58
Unit Pembelajaran
Konsep Larutan Kimia

Bagaimana jika zat terlarut di dalam suatu pelarut bersifat volatile?


Penjelasan diatas lebih kita fokuskan kepada suatu larutan yang zat
terlarutnya bersifat nonvolatile, lalu bagaimana dengan larutan yag
dibangun dari zat terlarut yang bersifat volatile?

Contoh campuran ini adalah air-etanol, bensena-toluena, atau aseton-etil


asetat. Karena zat terlarut bersifat volatile maka uap zat terlarut ini
berkontribusi terhadap total uap larutan. Uap yang terdapat didalam
larutan jenis ini dibangun dari molekul zat terlarut dan molekul pelarut.
Perhatikan gambar agar lebih mudah dimengerti.

Gambar 17. Perbedaan antara larutan volatile dengan non volatile.

Sumber: https://www.mastah.org/penurunan-tekanan-larutan-materi-kimia

Maka total tekanan uap larutan dapat dinyatakan dengan rumus:


Plarutan = P1 + P2 + P3 + ……..Pn
Dimana :
P1 = X1.P1o
P2 = X2.P2o

79
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

P3 = X3.P3o
Pn = Xn.Pno
Perlu diingat bahwa Hukum Rauolt berlaku hanya untuk larutan yang
bersifat ideal atau larutan encer (dengan konsentrasi rendah. Dimana
larutan ideal dicapai jika interaksi antara solute-solut, solvent-solvent,
solute-solvent adalah hampir sama. Campuran yang memenuhi hukum
Raoult (bersifat ideal) contohnya adalah bensena-toluena. Pencampuran
keduaya menghasilkan entalpi yang hampir bernilai nol “0” sehingga
campuran ini bersifat “ideal”. Grafik larutan ideal digambarkan dalam
gambar berikut ini:

Gambar 18. tekanan penguapan larutan ideal.

Sumber: https://www.mastah.org/penurunan-tekanan-larutan-materi-kimia

Jika pada waktu melarutkan zat terlarut ke dalam suatu pelarut dibebaskan
panas (eksoterm) maka nilai entalpinya adalah negative maka kita dapat
mengasumsikan adanya interaksi yang kuat antara pelarut dan zat terlarut
hal ini menyebabkan pelarut memiliki tendensi yang kecil untuk menguap
maka nilai tekanan uap larutannya akan jauh lebih kecil dibandingkan

80
Unit Pembelajaran
Konsep Larutan Kimia

dengan nilai yang diramalkan dari hukum Raoult, peristiwa ini disebut
sebagai “deviasi negative hukum Raoult”.
Contohnya apabila kita melarutkan aseton dengan air atau campuran
antara kloroform dengan aseton. Interaksi kuat aseton-air atau aseto-
klorofom disebabkan terbentuknya ikatan hidogen diantara keduanya.
Grafik deviasi negative ini akan tampak seperti ini:

Gambar 19. Larutan dengan campuran volatil & non volatil

2. Penurunan Titik Beku Larutan

Titik beku adalah suhu saat tekanan uap zat terlarut sama dengan tekanan uap zat
pelarut murni. Zat terlarut dapat membeku dengan suhu yang lebih rendah
daripada zat pelarut murni.

Penurunan titik beku larutan mendiskripsikan bahwa titik beku suatu pelarut
murni akan mengalami penurunan jika kita menambahkan zat terlarut
didalamnya. Sebagai contoh air murni membeku pada suhu 0 oC akan tetapi jika
kita melarutkan contoh sirup atau gula didalamnya maka titik bekunya akan

81
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

menjadi dibawah 0 oC . Sebagai contoh larutan garam 10% NaCl akan memiliki titik
beku -6 oC dan 20% NaCl akan memiliki titik beku -16 oC.

Mengapa Kita Belajar Mengenai Fenomena Penurunan Titik Beku Larutan?


Fenomena penurunan titik beku larutan sangat menarik perhatian para ilmuwan
karena hal ini bersinggungan langsung dengan kehidupan manusia contohnya,
penggunaan etilen glikol sebagai agen “antibeku” yang dipakai di radiator mobil
sehingga air ini tidak beku saat dipakai dimusim dingin. beberapa ikan didaerah
artik mampu melepaskan sejumlah senyawa untuk menghindari darahnya beku,
atau dengan menggunakan teknik penurunan titik beku kita dapat menentukan
massa molar atau menentukan derajat disosiasi suatu zat.

Bagaimana Mengukur Penurunan Titik Beku Larutan?


Penurunan titik beku larutan adalah salah satu sifat koligatif larutan. Untuk
mengukur besarnya titik beku larutan kita membutuhkan dua hal berikut:
1. Konsentrasi molal suatu larutan dalam molalitas.
2. Konstanta penurunan titik beku pelarut atau Kf.
Rumus mencari perubahan titik beku larutan adalah sebagai berikut:
∆Tf = m. Kf. i
dan titik beku larutan dicari,
∆Tf = titik beku pelarut murni – titik beku larutan
dimana:
∆Tf = penurunan titik beku larutan
Tf = titik beku larutan
m = molalitas zat pelarut (satuan m)
Kf = konstanta titik beku pelarut atau tetapan penurunan titik beku molal
(satuan oC/m)
i = Faktor Van’t Hoff

*untuk menghitung molalitas zat terlarut dalam 1000 gram zat pelarut sama

82
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Fraksi mol biasa dipakai dalam perhitungan yang memerlukan komposisi


zat terlarut dan pelarut, misalnya dalam tekanan uap jenuh suatu larutan.

2. Kemolaran
Kemolaran (M) adalah banyaknya mol zat terlarut dalam tiap liter larutan.
Harga kemolaran dapat ditentukan dengan menghitung mol zat terlarut
dan volume larutan. Volume larutan adalah volume zat terlarut dan pelarut
setelah bercampur. Satuan ini banyak dipakai dalam stoikiometri untuk
menghitung zat terlarut.
𝑚𝑜𝑙 𝑔𝑟𝑎𝑚
M= =
L Berat Molekul x L

3. Kemolalan
Kemolalan (m) adalah jumlahmol zat terlarut dalam 1000 g pelarut murni.
Nilainya dapat ditentukan jika mol zat dan massa pelarut diketahui.
𝑚𝑜𝑙
m = mol x
L

64
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

C6H12O6 -> C6H12O6 n = 1


NaCl -> Na+ + Cl- n = 2
CaCl2 -> Ca2+ + 2Cl- n = 3
Na3PO4 -> 3Na+ + PO4- n = 4
Cu3(PO4)2 -> 3Cu2+ + 2PO43- n = 5
Data nilai Kf beberapa pelarut adalah sebagai berikut:

Jika dilihat persamaan Tf = m.Kf.i maka kita bisa menentukan besarnya Faktor
Van’t Hoff dari suatu zat terlarut dalam suatu pelarut dengan menggambar
grafik antara Tf dengan m maka kita akan mendapatkan slope (gradien garis)
yang setara dengan ixKf. Bila harga Kf pelarut diketahui maka kita pun dapat
mencari nilai i-nya

3. Kenaikan Titik Didih Larutan


Titik didih adalah suhu ketika tekanan uap suatu zat cair tekanan eksternal.
Titik didih suatu zat cair di dalam vacum akan lebih rendah daripada jika zat
cair tersebut berada di luar vacum/dalam tekanan atmosfer.
Berlawanan dengan penurunan titik beku larutan. Kenaikan titik didih larutan
merupakan fenomena meningkatkan titik didih suatu pelarut disebabkan
adanya zat terlarut didalam pelarut tersebut. Ini berarti bahwa titik didih
pelarut akan lebih kecil jika dibandingkan dengan titik larutan. Sebagai contoh
titik didih air murni adalah 100 C jika kita melarutkan gula atau garam dapur ke
dalam air maka titik didihnya akan lebih dari 100 C.

84
Unit Pembelajaran
Konsep Larutan Kimia

Bagaimana Kita Mengukur Kenaikan Titik Didih Larutan?


Kenaikan titik didih larutan merupakan salah satu sifat koligatif larutan,
Untuk menghitung perubahan titik didih larutan maka kita bisa menggunakan
persamaan berikut ini:
Rumus :
∆Tb = Kb . m
∆Tb = Titik didih larutan – titik didih pelarut

Keterangan :
Kb = tetapan kenaikan titik didih molal (satuan oC/m)
m = molalitas zat pelarut (satuan m)
Rumus kenaikan titik didih berdasarkan faktor Van’t Hoff :
∆Tb = Kb . m. I

Gambar 20. Hubungan kenaikan titik didih antara larutan volatil dan non volatil

Contoh :
Urea 20 gram dilarutkan dalam 200 gram air. Hitunglah titik didih larutan
tersebut! (Kb air = 0,52 oC/m)
Jawab :
Cari terlebih dahulu jumlah mol urea
Mol urea = 20/60 = 0,33 mol

85
Unit Pembelajaran
Konsep Larutan Kimia

6. Persen volume
Persen volume (% V) adalah perbandingan volume zat terlarut dengan
volume larutan dikalikan 100 %. Satuan ini sering dipakai untuk campuran
dua cairan atau lebih, contohnya air dengan alkohol.
Contoh:
50 ml alkohol ditambah air sehingga volume larutan 500 ml.
Tentukanlah % volume alkohol.
50
𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑎𝑙𝑘𝑜ℎ𝑜𝑙 = × 100 𝑉 = 10 %
500

Sebagai catatan, bila dua cairan dicampurkan, adakalanya tidak bersifat


aditif. Artinya jumlah campuran tidak sama dengan jumlah kedua cairan
sebelum dicampur, contohnya, 500 L air dicampur dengan 500 ml alkohol
menjadi 960,4 ml dan bukan 1000 ml. oleh sebab itu, dalam kimia istilah
‘persen” diartikan persen berat, kecuali kalau dinyatakan lain.

7. Parts per million (ppm)


Parts per million (ppm) adalah milligram zat terlarut dalam tiap kg larutan.
Satuan ini sering dipakai untuk konsentrasi zat yang sangat kecil dalam
larutan gas, cair, atau padat.
Contoh 9.10
Air buangan industri mengandung 0,015 g CuSO4 dalam dua liter.
Hitunglah konsentrasi zat ini dalam ppm. (Rapat massa air = 1)

Jawab
0,015 g = 15 mg. 2 1 air = 2 kg
15
𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝐶𝑢𝑆𝑂4 = 𝑝𝑝𝑚 = 7,5 𝑝𝑝𝑚
2

67
Unit Pembelajaran
Konsep Larutan Kimia

Gambar 21. Alat yang menunjukan tekanan osmotik larutan

Peristiwa ini kelihatannya berlawanan dengan pengalaman, diduga permukaan


larutan akan turun dan bercampur dengan air bak. Naiknya permukaan larutan
disebabkan oleh tekanan osmotik, yaitu karena perbedaan tekanan air dalam
bak dan air dalam larutan terhadap selaput semipermiable. Perbedaan itu
ditimbulkan oleh dua hal.

Pertama, selaput semi permiabel mempunyai pori-pori kecil sekali sehingga


hanya dilewati molekul pelarut (air), sedangkan molekul zat terlarut terhalang.

Kedua, kecepatan molekul air lebih besar dalam air bak murni dibandingkan
dengan larutan, atau dalam larutan encer dibandingkan larutan pekat.
Akibatnya, pada saat yang sama, jumlah molekul pelarut memasuki pori selapur
semipermiabel lebih banyak daripada air murni ke larutan dibandingkan
sebaliknya, atau dari larutan encer ke larutan yang pekat.

Besarnya tekanan osmotik suatu larutan dapat ditentukan dengan alat sepeti
gambar berikut.

87
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Gambar 22. Alat Pengukur Tekanan Osmotik (Osmometer)

Pelarut murni dan larutan dibatasi oleh selaput semipermiabel.aliran pelarut


dari yang murni ke larutan akan menimbulkan tekanan yang dapat dilihat dari
perbedaan tinggi permukaan raksa pada tabung U. Perbedaan tinggi raksa sama
dengan tekanan osmotik larutan.
Tekanan osmotik (π) adalah tekanan yang diberikan kepada larutan sehingga
dapat mencegah mengalirnya molekul pelarut memasuki larutan melalui
selaput semipermiabel.

Dengan kalimat lain, tekanan osmotik adalah tekanan yang diperlukan untuk
mempertahankan partikel zat pelarut agar tidak berpindah ke larutan yang
berkonsentrasi lebih tinggi.

Cara Menghitung Tekanan Osmotik


Tekanan osmotik suatu larutan encer adalah mematuhi hukum persamaan gas
ideal yaitu:
PV = nRT
Karena kita mengukur dalam sistem yang berupa larutan maka lebih mudah kita
menggunakan satuan konsentrasi molaritas M.

88
Unit Pembelajaran
Konsep Larutan Kimia

Gambar 11. Cara pembuatan larutan

Contoh (1) Bagaimanakah cara membuat larutan NaCl 2% sebanyak


100 ml?
Jawab:
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑁𝑎𝐶𝑙 = 𝑛% 𝑁𝑎𝐶𝑙 × 𝑉
2
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑁𝑎𝐶𝑙 = × 100 𝑚𝑙 = 2 𝑔𝑟𝑎𝑚
100
Maka, timbang sebanyak 2 gram NaCl kemudian larutkan dengan air
sampai diperoleh volume larutan sebanyak 100 ml.

Contoh (2) Bagaimanakah cara membuat larutan NaOH 1 M sebanyak


100 mL?
Jawab:
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑁𝑎𝑂𝐻
𝑀𝑜𝑙𝑎𝑟𝑖𝑡𝑎𝑠 (𝑀) =
𝐵𝑀 𝑁𝑎𝐶𝑙 × 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 (𝐿)
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑁𝑎𝐶𝑙 = 𝐵𝑀 𝑁𝑎𝑂𝐻 × 𝑀 × 𝐿
100
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑁𝑎𝐶𝑙 = 40 × 1 × = 4 𝑔𝑟𝑎𝑚
1000
Maka, timbang sebanyak 4 gram NaOH kemudian larutkan dengan air
sampai diperoleh volume larutan sebanyak 100 ml.

69
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Reverse Osmosis/Osmosis Balik


Bila tekanan yang diaplikasikan terhadap larutan adalah melebihi tekanan
osmotiknya maka yang terjadi adalah molekul air akan mengalir melewati
membrane semipermiable menuju ke air (pelarut). Osmosis balik bayak
digunakan untuk membuat air minum dari air laut dan mengurangi kesadahan
air minum. Proses osmosis balik digambarkan dalam gambar berikut:

90
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Bahan Bacaan 2 Sifat Koligatif Larutan.


A. Pengertian Sifat koligatif larutan

Larutan yang tidak menghantarkan listrik disebut larutan bukan elektrolit, dan
yang menghantarkan disebut larutan elektrolit. Berdasarkan nilai titik didih zat
terlarut, larutan dapat dibagi dua.
1) Titik didih zat terlarut lebih kecil daripada pelarutnya, sehinggah zat
terlarut lebih mudah menguap, contohnya O2, NH3, H2S, dan alkohol dalam
air.
2) Titik didih zat terlarut lebih besar daripada pelarut, dan jika dipanaskan
maka pelarut yang lebih dulu menguap, contohnya gula, urea, dan NaCI
dalam air.

Jadi sifat koligatif larutan merupakan sifat larutan yang ditentukan oleh jumlah
molekul atau ion yang terdapat di dalam larutan. Sifat ini tidak ditentukan oleh
jenis zat yang terlarut, atau ukuran zat tersebut. Jadi dua hal yang
mempengaruhi sifat koligatif yaitu banyaknya zat terlarut di dalam larutan dan
jenis pelarut apa yang digunakan untuk melarutkan zat tersebut.
Apabila larutan glukosa dan larutan urea (dalam pelarut air) memiliki jumlah
zat yang sama maka sifat koligatif keduanya pun akan sama pula. Jangan
bingung dengan istilah “jumlah zat” dalam definisi ini sebab kata tersebut untuk
mendefinisikan secara general, kata lain yang bisa dipakai sebagai pengganti
adalah “konsentrasi”.

Beberapa buku ada yang menyebutkan bahwa sifat koligatif itu dipengaruhi
oleh seberapa besar jumlah pelarut yang terdapat di dalam larutan. Jadi larutan
NaCl yang fraksi molnya 1/4 dan 3/4 akan memiliki sifat koligatif yang berbeda
karena jumlah H2O masing-masing larutan berbeda yaitu 3/4 dan 1/4 fraksi
mol.
Zat terlarut mempengaruhi sifat larutan, dan besarnya pengaruh itu bergantung
pada jumlah partikel tersebut. Ada empat sifat koligatif larutan, yaitu

72
Unit Pembelajaran
Konsep Larutan Kimia

1) Penurunan tekanan uap jenuh


2) Kenaikan titik didih
3) Penurunan titik beku, dan
4) Tekanan osmotik.

1. Penurunan tekanan uap jenuh


Sebelum kita membahas apa yang dimaksud dengan “penurunan tekanan
uap” maka akan lebih mudah jika kita memahami terlebih dahulu tentang
proses penguapan.

Sediakan beaker glass yang berisi air. Apa yang terjadi pada volume air jika
beaker glass berisi air tersebut dibiarkan ditempat terbuka untuk beberapa
jam? Saya yakin kamu pasti tahu jawabanya, tentu saja volume air akan
berkurang disebabkan adanya proses penguapan.
Karena beaker glass tidak tertutup maka jika dibiarkan terus menerus air
dalam beaker glass akan habis menguap semua. Hal ini berbeda jika kita
melakukannya pada ruang tertutup. Sekarang sediakan air didalam wadah
tertutup yang dihubungkan dengan pengukur tekanan seperti gambar
dibawah ini:

Gambar 12. Hubungan suhu dengan Penguapan larutan.

Sumber: https://www.mastah.org/penurunan-tekanan-larutan-materi-kimia.

Pada awal percobaan maka ketinggian dikedua kaki pipa akan sama sebab
belum ada molekul air yang menguap. Bila kita biarkan beberapa jam maka

73
Unit Pembelajaran
Konsep Larutan Kimia

Tetapi agar lebih praktis, H3O+ tidak digunakan, dipakai konsep asam basa
Arrhenius, yaitu H+.

HCI H+ + CI-

HNO3 H+ + NO3-

Molekul asam yang melepaskan satu, dua, dan tiga proton (H +) disebut asam
mono, di, dan triprotik. Reaksinya bertahap sesuai dengan jumlah proton,
seperti HNO3, H2SO4, dan H3PO4.

Monoprotik : HNO3 H+ + N𝑂3−

Diprotik : H 2SO4 H+ + HS𝑂4− (I)

HS𝑂4− H+ + S𝑂4= (II)

Triprotik : H3PO4 H+ + H2P𝑂4− (I)

H2P𝑂4− H+ + HP𝑂42 - (II)

HP𝑂42 - H+ + P𝑂43 - (III)

Asam yang sering dibahas tercantum pada tabel 7 semua asam pada tabel ini
mengandung hidrogen. Tetapi ada senyawa tanpa hidrogen yang larut dan
bereaksi dengan air membentuk asam. Yang termasuk demikian adalah
senyawa oksida unsur bukan logam, contohnya CO2 .

CO2 (g) + H2O H2CO3

Kemudian terurai:

H2CO3 H+ + HC𝑂3−

HC𝑂3− H+ + C𝑂32−

93
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

terjadi perubahan ketinggian raksa pada pipa U (gambar tabung sebelah


kanan).

Perubahan ketinggian kaki pada pipa U tersebut menandakan adanya


tekanan yang disebabkan oleh molekul air yang telah menguap. Molekul air
yang berada dipermukaan air akan mulai menguap terus menerus sampai
diperoleh keadaan setimbang.

Pada keadaan setimbang ini maka jumlah molekul air yang menguap
meninggalkan cairan akan sama dengan jumlah molekul air yang masuk
kedalam cairan. Tekanan yang terjadi pada saat suatu liquid berada pada
keadaan setimbang dengan uap molekul liquid yang berada diatasnya inilah
yang disebut sebagai “Tekanan Uap Liquid”.

Istilah liquid diatas adalah merujuk pada air, etanol, bensena, dan senyawa -
senyawa lain yang berwujud cair dimana zat ini pada umumnya dipakai
sebagai pelarut, maka istilah “tekanan uap liquid” untuk pembahasan
selanjutnya disebut sebagai “tekanan uap pelarut”.

Besarnya tekanan uap pelarut tidak terpengaruh oleh jumlah pelarut itu
sendiri melainkan dipengaruhi oleh suhu. Jadi pada temperature yang
berbeda maka tekanan uap pelarut akan berbeda pula. Misalnya pada suhu
kamar (25 C), maka akan diperoleh bahwa tekanan uap air adalah sebesar
20 mmHg.

Bagaimana jika kita melarutkan zat yang nonvolatile (zat yang tidak mudah
menguap) contohnya glukosa ke dalam air dan mengukur tekanan uapnya
lagi? Misalnya pada suhu yang sama kita mengukur tekanan uap larutan
glukosa dan diperoleh tekanan sebesar 18.5 mmHg.
Adanya zat terlarut di dalam suatu pelarut akan menurunkan tekanan uap
pelarutnya. Contoh diatas adalah pada suhu 25 C tekanan uap air murni

74
Unit Pembelajaran
Konsep Larutan Kimia

b Basa
Ada dua cara terbentunya basa, yaitu senyawa yang mengandung OH - dan
senyawa yang bereaksi dengan air menghasilkan OH -. Contohnya basa yang
mengandung OH- adalah NaOH, Ba(OH)2, dan NH4OH
NaOH Na+ + OH-
Ba(OH)2 Ba2+ + 2OH-
NH4OH NH4+ + OH-
Senyawa yang bereaksi dengan air dan menghasilkan OH - adalah oksida
logam, contohnya Na 2O, K2O, CaO, SrO, BaO
Na2O + H2O 2NaOH
K2O + H2O 2KOH
CaO + 2H2O Ca(OH)2
SrO + 2H2O Sr(OH)2
BaO + H2O Ba(OH)2

Tabel 11. Basa dan ionisasinya dalam air

B. Teori asam basa Bronsted-Lowry

Teori Arrhenius hanya berlaku untuk larutan dalam air, oleh karena itu, para
ahli mencari teori lain yang lebih umum tentang asam dan basa. Pada tahun
1923, J.N Bronsted (di Denmark) dan T.M Lowry (di Inggris) secara terpisah
melihat reaksi yang dialami asam dan basa, baik dengan pelarut maupun tanpa
pelarut. Teori mereka ini disebut teori asam basa Bronsted-Lowry.

Molekul HCl berubah menjadi ion Cl− setelah memberikan proton (H +) kepada
H2O, sehingga bertindak sebagai asam. Sedangkan H2O menerima proton
dengan menggunakan sepasang elektron bebas pada atom O untuk berikatan

95
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

dengan H+ sehingga terbentuk ion hidronium (H3O+) dan diklasifikasikan


sebagai basa. Sedangkan pada reaksi ionisasi NH 3 ketika dilarutkan dalam air,
NH3 berperan sebagai basa dan H2O sebagai asam.

NH3(aq) + H2O(l) ⇌ NH4+(aq) + OH−(aq)

NH3 menerima proton (H+) dari H2O dengan menggunakan sepasang elektron
bebas pada atom N untuk berikatan dengan H + sehingga terbentuk ion
ammonium (NH4+). H2O berubah menjadi ion OH − setelah memberikan proton
(H+) kepada NH3.

Pelarutan asam atau basa dalam air sebagai reaksi asam–basa Brønsted–
Lowry (Sumber: Silberberg, Martin S. & Amateis, Patricia. 2015. Chemistry :
The Molecular Nature of Matter and Change (7th edition). New York:
McGraw-Hill Education)

Dari kedua contoh tersebut terlihat bahwa (1) asam Brønsted–Lowry harus
mempunyai atom hidrogen yang dapat terlepas sebagai ion H +; dan (2) basa
Brønsted–Lowry harus mempunyai pasangan elektron bebas yang dapat
berikatan dengan ion H+.
Kelebihan definisi oleh Brønsted–Lowry dibanding definisi oleh Arrhenius
adalah dapat menjelaskan reaksi-reaksi asam–basa dalam fase gas, padat,

96
Unit Pembelajaran
Konsep Larutan Kimia

cair, larutan dengan pelarut selain air, ataupun campuran heterogen.


Sebagai contoh, reaksi antara gas NH3 (basa) dan gas HCl (asam)
membentuk asap NH4Cl.
NH3(g) + HCl(g) → NH4Cl(s)
Beberapa zat dapat bertindak sebagai asam, namun juga dapat sebagai basa
pada reaksi yang lain, misalnya H 2O, HCO3−, dan H2PO4−. Zat demikian
disebut amfiprotik. Suatu zat amfiprotik (misalnya H2O) akan bertindak
sebagai asam bila direaksikan dengan zat yang lebih basa darinya (misalnya
NH3) dan bertindak sebagai basa bila direaksikan dengan zat yang lebih
asam darinya (misalnya HCl).

Pasangan asam-basa konjugasi


Suatu senyawa asam setelah melepas satu proton akan membentuk spesi yang
disebut basa konjugasi dari asam tersebut. Sedangkan basa yang telah
menerima proton menjadi asam konjugasi. Perhatikan tabel berikut.

Menurut teori Bronsted-Lowry suatu basa, setelah menerima proton, memiliki


potensi untuk bereaksi sebagai asam. Suatu asam, yang telah mendonorkan
proton, berpotensi bertindak sebagai basa. Pada reaksi:

97
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

CH3COOH (aq) + OH– (aq) H2O (l) + CH3COO– (aq)

asam basa asam basa

Molekul CH3COOH bertindak sebagai asam dan ion OH – sebagai basa. Ion
CH3COO– , dalam kondisi tertentu, mampu menerima proton.

CH3COO– (aq) + H3O+ (aq) CH3COOH (aq) + H2O (l)


basa asam asam basa

Ion CH3COO– menerima proton dari H 3O+ dan bereaksi sebagai basa.

Pasangan CH3COOH/CH3COO– tersebut yang disebut dengan pasangan asam-


basa konjugasi.

C. Teori asam basa Lewis

Pada tahun 1923, G. N. Lewis mengemukakan teori asam basa yang lebih luas
dibanding kedua teori sebelumnya dengan menekankan pada pasangan
elektron yang berkaitan dengan struktur dan ikatan.

Lewis mendefinisikan basa sebagai donor pasangan elektron dan asam sebagai
penerima pasangan elektron. Reaksi antara asam dan basa tersebut akan
membentuk suatu ikatan koordinasi.

98
Unit Pembelajaran
Konsep Larutan Kimia

Gambar 23. Contoh reaksi asam basa menurut Lewis

Berdasarkan pembentukan ikatan koordinasi, Gilbert N. Lewis menyatakan


teori yang disebut teori asam-basa Lewis yang menyatakan :

“ Asam adalah suatu partikel yang dapat menerima pasangan elektron dari
partikel lain untuk membentuk ikatan kovalen koordinasi. Basa adalah suatu
partikel yang dapat memberikan pasangan elektron kepada partikel lain untuk
membentuk ikatan kovalen koordinasi.

Berdasarkan definisi Lewis, asam yang berperan sebagai spesi penerima


pasangan elektron tidak hanya H +. Senyawa yang memiliki orbital kosong pada
kulit valensi seperti BF 3 juga dapat berperan sebagai asam. Sebagai contoh,
reaksi antara BF 3dan NH3 merupakan reaksi asam–basa, di mana BF 3 sebagai
asam Lewis dan NH3 sebagai basa Lewis. NH3 memberikan pasangan elektron
kepada BF 3 sehingga membentuk ikatan kovalen koordinasi antara keduanya.

Kelebihan definisi asam basa Lewis adalah dapat menjelaskan reaksi-reaksi


asam–basa lain dalam fase padat, gas, dan medium pelarut selain air yang
tidak melibatkan transfer proton. Misalnya, reaksi-reaksi antara oksida
asam (misalnya CO2 dan SO2) dengan oksida basa (misalnya MgO dan CaO),

99
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

reaksi-reaksi pembentukan ion kompleks seperti [Fe(CN)6]3−, [Al(H2O)6]3+,


dan [Cu(NH3)4]2+, dan sebagian reaksi dalam kimia organik.

Contoh Soal dan Pembahasan


Tentukan manakah asam dan basa dalam reaksi asam–basa berikut dengan
memberikan alasan yang didasarkan pada teori asam basa Arrhenius,
Brønsted–Lowry, atau Lewis.
1. HCN(aq) + H2O(l) ⇌ CN−(aq) + H3O+(aq)
2. Ni2+(aq) + 4CN−(aq) ⇌ [Ni(CN)4]2−(aq)

Jawab:
1. Berdasarkan teori asam basa Arrhenius, HCN adalah asam Arrhenius
sebagaimana HCN akan melepaskan ion H + jika dilarutkan dalam air.
Berdasarkan teori Brønsted–Lowry, HCN adalah asam Brønsted–Lowry
karena mendonorkan proton (H +) sehingga menjadi ion CN − sedangkan
H2O adalah basa Brønsted–Lowry karena menerima proton sehingga
membentuk ion H3O+.

100
Unit Pembelajaran
Konsep Larutan Kimia

Berdasarkan teori Lewis, H 2O adalah basa Lewis karena mendonorkan


pasangan elektron kepada ion H + yang berasal dari molekul HCN
membentuk ion H3O+sedangkan H+ dari HCN adalah asam Lewis karena
menerima pasangan elektron dari atom O pada H 2O.

2. Teori Arrhenius dan teori Brønsted–Lowry tidak dapat menjelaskan


reaksi ini. Berdasarkan teori Lewis, CN − adalah basa Lewis karena
mendonorkan pasangan elektron kepada ion Ni 2+ sehingga terbentuk
ikatan kovalen koordinasi sedangkan Ni2+ adalah asam Lewis karena
menerima pasangan elektron dari CN −.

D. Garam

Suatu asam apa saja jika direaksikan dengan basa apa saja, pasti akan
menghasilkan garam, hasil reaksi anion dari asam dengan kation dari basa.
Asam kuat, HCl, jika direaksikan dengan basa kuat, NaOH, akan menghasilkan
garam netral NaCl dan molekul air.

HCl + NaOH NaCl + H2O

Basa kuat jika bereaksi dengan asam lemah akan menghasilkan garam yang
bersifat basa. Asam asetat, CH 3COOH, bereaksi dengan KOH, menghasilkan
garam (sabun) yang bersifat basa (reaksi semacam ini dinamakan
saponifikasi, penyabunan), CH 3COONa dan air. Lain lagi dengan NH 4Cl, larutan
garam ini bersifat asam (memerahkan kertas lakmus biru). Hal ini tak lain
karena ammonium klorida berasal dari reaksi asam kuat (HCl) dengan basa
lemah (NH3). Untuk itu dapat diambil pedoman sederhana dalam
menentukan sifat keasaman suatu garam, sesuai dengan kekuatan asam atau
basa pembentuknya (mana yang lebih dominan).

101
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Reaksi ion garam apa saja jika dilarutkan dalam air, akan tergolong dalam
salah satu dari empat kasus yang pasti terjadi, yaitu :

a Kation maupun anion tidak bereaksi dengan air, kecuali hanya terionkan
saja, dan tidak bertindak sebagai asam maupun basa. Garam seperti ini
berasal dari kation basa kuat (Li+, Na+, K+, Ba2+, Sr2+) dan anion asam kuat
(Cl‐, NO3‐, SO42‐) membentuk larutan netral. Contoh garam jenis ini adalah
NaCl, KCl, BaCl2, SrCl2, NaNO3, Li2SO4, dan Sr(NO3)2.

b Kation garam bertindak sebagai asam, anion tidak bertindak sebagai basa.
Garam seperti ini terdiri atas kation yang berasal dari basa lemah dan
anion dari asam kuat, dan larutannya bersifat asam. Contohnya adalah
NH4Cl, NH4NO3, Fe(H2O)63+, dan sebagainya.

c Anion garam bertindak sebagai basa, kation tidak bertindak sebagai asam.
Garam jenis ini adalah hasil dari reaksi kation yang berasal dari basa kuat
dengan anion dari asam lemah. Larutan garam ini dalam air bersifat basa.
Contohnya, CH3COOK, NaCN (dalam kadar yang ekuimolar, Larutan NaCN
lebih bersifat basa daripada CH 3COOK), K2CO3 atau Na2CO3. Dalam air
larutan kalium atau natrium karbonat, terhidrolisis dalam dua tahap, yaitu
:

CO32- + H2O HCO3– + OH-

HCO3– + H2O HCO3– + OH-

OH- terbesar dihasilkan dari reaksi pertama, reaksi kedua berjalan jauh
lebih lambat.

d Kation garam bertindak sebagai asam, dan anion bertindak sebagai basa.
Hal ini terjadi karena garam berasal dari reaksi asam lemah dan basa
lemah. Kation berasal dari basa lemah, demikian juga anionnya berasal
dari asam lemah, sehingga ketika dilarutkan ke dalam air, keduanya

102
Unit Pembelajaran
Konsep Larutan Kimia

seperti cara Menghitung molalitas untuk kenaikan titik didih.


* angka 0 sebagai suhu titik beku acuan zat pelarut.

Catatan : hati-hati jangan sampai salah melihat rumus. Untuk rumus penurunan
titik beku, suhu titik beku pelarut dikurang suhu titik beku larutan. Sedangkan
pada rumus kenaikannya titik didih adalah sebaliknya.

Di bidang themodinamika konstanta titik beku pelarut, Kf lebih dikenal dengan


istilah “Konstanta Krioskopik“. Krioskopik berasal dari bahasa Yunani yang
artinya “mengukur titik beku”.

Faktor Van’t Hoff (i) adalah parameter untuk mengukur seberapa besar zat
terlarut berpengaruh terhadap sifat koligatif (penurunan tekanan uap, kenaikan
titik didih, penurunan titik beku, dan tekanan osmotik). Faktor Van’t Hoff dihitung
dari besarnya konsentrasi sesunguhnya zat terlarut yang ada di da lam larutan
dibanding dengan konsentrasi zat terlarut hasil perhitungan dari massanya. Untuk
zat non elektrolit maka vaktor Van’t Hoffnya adalah 1 dan nonelektrolit adalah
sama dengan jumlah ion yang terbentuk didalam larutan. Faktor Van’t Hoff secara
teori dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

Rumus Faktor Van’t Hoff :


i = { 1 + (n-1) a }
Keterangan :
i = faktor Van’t Hoff
n = jumlah kation (ion bermuatan positif) atau anion (ion bermuatan negatif)
a = derajat ionisasi

Faktor Van’t Hoff adalah derajat ionisasi zat terlarut dan n jumlah ion yang
terbentuk ketika suatu zat berada didalam larutan. Umumnya, larutan elektrolit
memiliki derajat ionisasi = 0 dan faktor Van’t Hoff = 1.
Untuk non elektrolit maka alfa = o dan n adalah 1 dan untuk elektrolit dico ntohkan
sebagai berikut:

83
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

C6H12O6 -> C6H12O6 n = 1


NaCl -> Na+ + Cl- n = 2
CaCl2 -> Ca2+ + 2Cl- n = 3
Na3PO4 -> 3Na+ + PO4- n = 4
Cu3(PO4)2 -> 3Cu2+ + 2PO43- n = 5
Data nilai Kf beberapa pelarut adalah sebagai berikut:

Jika dilihat persamaan Tf = m.Kf.i maka kita bisa menentukan besarnya Faktor
Van’t Hoff dari suatu zat terlarut dalam suatu pelarut dengan menggambar
grafik antara Tf dengan m maka kita akan mendapatkan slope (gradien garis)
yang setara dengan ixKf. Bila harga Kf pelarut diketahui maka kita pun dapat
mencari nilai i-nya

3. Kenaikan Titik Didih Larutan


Titik didih adalah suhu ketika tekanan uap suatu zat cair tekanan eksternal.
Titik didih suatu zat cair di dalam vacum akan lebih rendah daripada jika zat
cair tersebut berada di luar vacum/dalam tekanan atmosfer.
Berlawanan dengan penurunan titik beku larutan. Kenaikan titik didih larutan
merupakan fenomena meningkatkan titik didih suatu pelarut disebabkan
adanya zat terlarut didalam pelarut tersebut. Ini berarti bahwa titik didih
pelarut akan lebih kecil jika dibandingkan dengan titik larutan. Sebagai contoh
titik didih air murni adalah 100 C jika kita melarutkan gula atau garam dapur ke
dalam air maka titik didihnya akan lebih dari 100 C.

84
Unit Pembelajaran
Konsep Larutan Kimia

(3) Kesetimbangan asam

Dalam larutan asam lemah menurut Bronsted – Lowry, terdapat


kesetimbangan:

HA + H2O H3O+ + A-

[H3 O+ ][A− ]
KC =
[H2 O][HA]

Kesetimbangan ini terjadi dalam larutan encer sehingga konsentrasi


pelarut (H2O) sangat besar dibandingkan dengan zat terlarut. Dengan kata
lain, konsentrasi air dapat dianggap konstan, maka

[H3 O+ ][A− ]
K C [H2 O] =
[HA]

Supaya lebih praktis H3O+ dituliskan H+

[H+ ][A− ]
Ka =
[HA]

Ka disebut konstanta kesetimbangan asam.

Kemampuan asam terionisasi dalam air tidak sama, ada yang besar, sedang
dan kecil sekali. Kemampuan itu dinyatakan dengan derajat ionisasi (α)

𝒋𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒎𝒐𝒍 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒕𝒆𝒓𝒊𝒐𝒏


∝=
𝒋𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒎𝒐𝒍 𝒎𝒖𝒍𝒂 − 𝒎𝒖𝒍𝒂

Nilai α lebih besar dari nol dan lebih kecil dari satu (1 > α > 0), dan ada
hubungan dengan Ka.

105
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Nilai Ka bergantung pada α atau jenis asamnya. Perlu diingat bahwa suatu
asam mempunyai nilai ka tertentu pada suhu tertentu. Termasuk asam
kuat bila Ka ≥ 10 dan asam lemah bila Ka < 10.

Ionisasi asam kuat dituliskan dengan satu anak panah (contohnya rekasi
HCl) dan reaksi asam lemah dengan reaksi bolak balik (contohnya HCN).

HCl H+ + Cl- asam kuat

HCN H+ + CN- asam lemah

Jumlah asam kuat tidak banyak, diantaranya adalah HCl, HBr, HI, HNO3,
H2SO4, dan HClO4, sedangkan yang lainnya termasuk asam lemah.

Asam di dan triprotik masing-masing akan mempunyai dua atau tiga


tingkat ionisasi. Jika asamnya kuat, maka yang pertama terion hampir
sempurna, dan yang kedua terion sebagian, seperti H2SO4

H2SO4 H+ + HSO4-

[H + ][HSO4 − ]
K a1 =
[H2 SO4 ]

HSO4- H+ + SO42-

[𝐇+ ][𝐒𝐎𝟒 𝟐− ]
𝐊 𝐚𝟐 =
[ 𝐇𝐒𝐎𝟒 − ]

106
Unit Pembelajaran
Konsep Larutan Kimia

Gambar 21. Alat yang menunjukan tekanan osmotik larutan

Peristiwa ini kelihatannya berlawanan dengan pengalaman, diduga permukaan


larutan akan turun dan bercampur dengan air bak. Naiknya permukaan larutan
disebabkan oleh tekanan osmotik, yaitu karena perbedaan tekanan air dalam
bak dan air dalam larutan terhadap selaput semipermiable. Perbedaan itu
ditimbulkan oleh dua hal.

Pertama, selaput semi permiabel mempunyai pori-pori kecil sekali sehingga


hanya dilewati molekul pelarut (air), sedangkan molekul zat terlarut terhalang.

Kedua, kecepatan molekul air lebih besar dalam air bak murni dibandingkan
dengan larutan, atau dalam larutan encer dibandingkan larutan pekat.
Akibatnya, pada saat yang sama, jumlah molekul pelarut memasuki pori selapur
semipermiabel lebih banyak daripada air murni ke larutan dibandingkan
sebaliknya, atau dari larutan encer ke larutan yang pekat.

Besarnya tekanan osmotik suatu larutan dapat ditentukan dengan alat sepeti
gambar berikut.

87
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Kesetimbangan basa lemah terjadi dalam larutan encer, maka konsentrasi


air dapat dianggap konstan.

[BH + ][OH− ]
K C [H2 O] = K b =
B]

Kb = tetapan kesetimbangan basa. Kebanyakan basa lemah adalah


senyawa organik yang mengandung nitrogen, karena mempunyai
pasangan elektron bebas untuk mengikat proton, dengan Kb relatif kecil.

E. Indikator pH

Indikator asam basa adalah zat yang dapat berbeda warna dalam lingkungan
asam dan basa. Ada beberapa jenis indikator yang dapat digunakan untuk
membedakan larutan yang bersifat asam dari larutan yang bersifat basa, antara
lain kertas lakmus, indikator universal, dan ndikator alami.
Untuk mengenali suatu zat bersifat asam atau basa kita tidak boleh
sembarangan mencicipi atau memegangnya, karena akan sangat berbahaya.
Contoh asam sulfat (H2SO4), dalam kehidupan sehari-hari digunakan sebagai
accu zuur (air aki). Bila asam sulfat terkena tangan akan melepuh seperti luka
bakar dan bila terkena mata akan buta. Contoh lain, natrium hidroksida (NaOH)
banyak digunakan untuk membersihkan saluran air bak cuci, bila terkena
tangan akan terasa licin dan gatal-gatal serta tangan mudah terluka iritasi. Jadi,
bagaimana cara mengenali zat bersifat asam atau basa? Cara yang tepat untuk
menentukan sifat asam dan basa adalah dengan menggunakan zat penunjuk
yang disebut indikator.

a. Kertas lakmus
Indikator yang sering digunakan di laboratorium kimia adalah kertas
lakmus merah dan kertas lakmus biru.

108
Unit Pembelajaran
Konsep Larutan Kimia

b. Menggunakan Indikator Universal


pH suatu larutan juga dapat ditentukan dengan menggunakan indikator
universal, yaitu campuran berbagai indikator yang dapat menunjukkan pH
suatu larutan dari perubahan warnanya.

c. Menggunakan pH–meter
pH–meter adalah alat pengukur pH dengan ketelitian yang tinggi.

Gambar 24. pH Meter TDS EC Water Filter Hydroponic

Suatu indikator asam basa adalah senyawa organik yang mengalami


perubahan warna dengan berubahnya pH. Senyawaan ini digunakan
sebagai indikator/penunjuk dalam penentuan titik akhir titrasi. Kertas uji,
seperti kertas lakmus, dapat pula dipakai sebagai indikator untuk
menentukan keasaman atau kebasaan suatu larutan.

Ada dua indikator yang khas yaitu metil jingga dan fenolftalein. Dalam
larutan asam dengan pH kurang dari 3,1, metil jingga berwarna merah,

109
Unit Pembelajaran
Konsep Larutan Kimia

Bahan Bacaan 3: Teori Asam & Basa.

Air murni tidak mempunyai rasa, bau, dan warna. Bila mengandung zat tertentu,
air dapat terasa asam, pahit, asin dan sebagainya. Air yang mengandung zat lain
dapat pula menjadi berwarna.

Asam dan basa adalah dua sifat zat kimia pada larutan yang sangat umum
ditemukan di sekitar kita. Sebagai contoh, cuka, asam sitrun, dan asam dalam
lambung bersifat asam, sedangkan kapur sirih dan soda api bersifat basa. Asam
dan basa memiliki sifat-sifat yang berbeda. Pada mulanya, asam dan basa
dibedakan berdasarkan rasanya, di mana asam terasa masam sedangkan basa
terasa pahit dan licin seperti sabun. Namun, secara umum zat-zat asam maupun
basa bersifat korosif dan beracun, khususnya dalam bentuk larutan dengan kadar
tinggi, sehingga sangat berbahaya jika diuji sifatnya dengan metode
merasakannya. Seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
pembedaan asam dan basa pun dapat dilakukan dengan menggunakan indikator
seperti kertas lakmus dan indikator universal ataupun instrumen pH meter.
Larutan asam akan memerahkan kertas lakmus biru, sedangkan larutan basa akan
membirukan kertas lakmus merah. Pada pengujian zat dengan pH meter, larutan
asam akan menunjukkan pH lebih kecil dari 7, sedangkan larutan basa akan
menunjukkan pH lebih besar dari 7. Larutant dengan pH sama dengan 7 disebut
netral.

Namun demikian, apakah yang menentukan suatu senyawa bersifat asam atau
basa? Definisi asam dan basa pun akhirnya menjadi rumusan masalah bagi para
ahli Kimia selama ratusan tahun. Dari berbagai teori definisi asam basa yang
pernah diajukan, terdapat tiga teori yang sangat bermakna, antara lain teori asam
basa Arrhenius, teori asam basa Brønsted–Lowry, dan teori asam basa Lewis.

91
Unit Pembelajaran
Konsep Larutan Kimia

berarti ion H+ cukup melimpah, maka kesetimbangan reaksi disosiasi


indikator akan bergeser ke kiri (ke arah asam indikator) sehingga warna
indikator asam menjadi kelihatan (warna tak terdisosiasi). Sebaliknya jika
larutan basa, hilangnya ion hidrogen menyebabkan kesetimbangan
bergeser ke kanan, pembentukan anion indikator, hingga warna
terdisosiasi menjadi nampak. Demikianlah reaksi yang bisa digambarkan
sekaligus menjadi analog untuk indikator asam basa yang lain, hanya saja
indikator basa disosiasinya menghasilkan anion hidroksida dan kation
indikator.

Lebih spesifik indikator asam‐basa yang dipakai dalam titrasi asam basa.
Dengan perhitungan teoritik dapat ditentukan, pH ekivalen antara titrat
dengan titran. Jika diketahui jenis asam‐basa untuk titrasi maka dengan
sifat‐sifat reaksi asam basa, dapat ditentukan nilai pH pada akhir titrasi,
yaitu pada saat asam ekivalen dengan basa (dihitung dengan rumus garam
hasil reaksi). Dengan diperkirakannya pH akhir titrasi, maka dapat dipilih
indikator titrasi yang sesuai untuk mendeteksi ekivalen titrasi tercapai atau
tidak. Indikator harus dipilih yang trayek perubahan warnanya paling
mendekati dengan titik akhir titrasi yang sedang dilangsungkan.

Beberapa senyawaan indikator ditampilkan pada tabel berikut, termasuk


perubahan warna yang terjadi, dan trayek pH pada saat per ubahan. Untuk
tujuan tertentu, beberapa indikator bisa dicampurkan untuk mendapatkan
indikator universal dengan tujuan menyederhanakan langkah‐langkah
analisis pH / asam‐basa. Indikator semacam ini, bisa disusun salah satunya
menurut cara Brogen, dengan melarutkan 0,2 gram fenolftalein; 0,4 gram
metil merah; 0,6 gram dimetil azobenzena; 0,8 gram biru bromotimol; dan
1 gram biru timol, semua senyawaan indikator tersebut dilarutkan dalam 1
L etanol absolut. Larutan ini sebelum dipakai harus dinetralkan dengan
menambahkan beberapa tetes natrium hidroksida encer sampai warna

111
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

berubah menjadi kuning. Indikator yang dibuat ini akan memberikan warna
yang berbeda pada trayek pH yang berbeda.

Gambar 25. Trayek perubahan warna dari beberapa indikator

Tabel 13. Trayek perubahan warna dari beberapa indikator

112
Unit Pembelajaran
Konsep Larutan Kimia

Gambar 26. Kertas indikator univesal

pH larutan asam dan basa

Apabila dilakukan pengukuran dengan cermat, ternyata air murni


mengandung ion dalam jumlah kecil sekali. Hal itu disebabkan oleh terjadinya

113
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

reaksi asam basa sesama molekul air (autoionisasi) dan membentuk


kesetimbangan:

H2A + H2O H3 O+ + OH -

Dengan kata lain, air adalah elektrolit lemah. Bila H 3O+ disederhanakan
menjadi H+, maka kesetimbanagn itu ditulis menjadi:

H2O H+ + OH -

dengan nilai Kc:

[H + ][OH − ]
KC =
[H2 O]

Derajat ionisasi (α) air sangat kecil, maka jumlah air yang terion dapat
diabaikan sehingga konsentrasi air yang tidak terion dapat dianggap konstan.

Kc [H2O] = Kw = [H + ] [OH -]

Kw adalah konstanta ionisasi air. Pada suhu kamar (25oC), nilai K w = 10-14
sehingga dalam air murni terdapat:

[H+] = [OH-] = √𝑲𝒘 = √𝟏𝟎−𝟏𝟒 = 10-7

Nilai Kw = 10-14 tidak hanya untuk air murni, tetapi juga larutan asam atau basa,
karena ada kesetimbangan ion.

H2O H+ + OH -

Jika larutan mengandung asam, berarti menambah julah H+, dan akan
menggeser kesetimbangan ke kiri sampai tercapai kesetimbangan baru. Pada
kesetimbangan baru, konsentrasi H + lebih besar daripada OH -, tetpai
perkaliannya tetap 10 -14. Hal yang sama akan terjadi bila air ditambah basa
sehingga dicapai kesetimbangan baru dengan nilai [OH -] > [H+] dan

114
Unit Pembelajaran
Konsep Larutan Kimia

perkaliannya tetap 10 -14. Berdasarkan konsentrasi ion tersebut, larutan dapat


dibagi tiga, yaitu:

Larutan asam : [H+] > [OH-]

Larutan netral : [H+] = [OH-] = 10-7

Larutan basa : [H+] < [OH-]

Nilai [H+], [OH-], dan Kw sangat kecil dan terpaksa ditulis dalam pangkat
negatif. Agar lebih mudah, pangkat negatif itu dihilangkan dengan
penggunakan simbol “p” yang berarti –log. Dengan demikian, [H +], [OH-], dan
Kw dapat dinyatakan dengan pH, pOH, dan pKw.

pH = -log [H+]

pOH = -log [OH-]

pKw = -log Kw

Pada suhu kamar (25 oC), air mempunyai:

pH + pOH = pKw = 14

kriteria untuk menentukan larutan bersifat asam, basa, atau netral adalah seb -
agai berikut:

[H + ] [OH -] pH pOH

Larutan asam > 10-7 < 10-7 <7 >7


Larutan netral 10-7 10-7 7 7
Larutan basa < 10-7 > 10-7 >7 <7

115
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

CH3COOH (aq) + OH– (aq) H2O (l) + CH3COO– (aq)

asam basa asam basa

Molekul CH3COOH bertindak sebagai asam dan ion OH – sebagai basa. Ion
CH3COO– , dalam kondisi tertentu, mampu menerima proton.

CH3COO– (aq) + H3O+ (aq) CH3COOH (aq) + H2O (l)


basa asam asam basa

Ion CH3COO– menerima proton dari H 3O+ dan bereaksi sebagai basa.

Pasangan CH3COOH/CH3COO– tersebut yang disebut dengan pasangan asam-


basa konjugasi.

C. Teori asam basa Lewis

Pada tahun 1923, G. N. Lewis mengemukakan teori asam basa yang lebih luas
dibanding kedua teori sebelumnya dengan menekankan pada pasangan
elektron yang berkaitan dengan struktur dan ikatan.

Lewis mendefinisikan basa sebagai donor pasangan elektron dan asam sebagai
penerima pasangan elektron. Reaksi antara asam dan basa tersebut akan
membentuk suatu ikatan koordinasi.

98
Unit Pembelajaran
Konsep Larutan Kimia

Dari kurva tersebut dapat disimpulkan:

Mula-mula pH larutan naik sedikit demi sedikit, perubahan pH drastis terjadi


sekitar titik ekivalen pH titik ekivalen = 7 (netral).

Indikator yang dapat digunakan: metil merah, bromtimol biru, atau fenolftalein.
Namun, yang lebih sering digunakan adalah fenolftalein karena perubahan warna
fenolftalein yang lebih mudah diamati.

Perhitungan perubahan pH :
Reaksi yang terjadi sebagai berikut :
HCl(aq) + NaOH(aq) → NaCl(aq) + H2O(aq)
 Sebelum penambahan larutan NaOH
Kurva asam kuat dengan basa kuat dapat dilihat pada gambar diatas. sebelum
NaOH ditambahkan pH = 1,
40 mL HCl 0,1 M
[H+] = [HCl] = 0,1 M
pH Awal = –log [H+]
pH Awal = –log (0,1) = 1
pH Awal = 1

 Setelah penambahan 10 ml NaOH (sebelum mencapai titik ekivalen) pH


menjadi 1,22.
Hitung sisa jumlah asam kuat HCl yang belum dinetralkan basa kuat NaOH.
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐻𝐶𝑙𝑠𝑖𝑠𝑎
[HCl] sisa = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝐶𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛
𝑉𝑎 .𝑀𝑎 −𝑉𝑏.𝑀𝑏
=
𝑉𝑎 +𝑉𝑏
40.0,1−10.0,1
= 50
= 3 / 50 = 0,06 M
pH = – log [H+]
= - log 0,06 = 2 –log 6 = 2-0,778 = 1,22

 Pada saat titik ekivalen , pH = 7 bersifat netral.


Va . Ma = Vb . Mb
40. 0,1 = 40 . 0,1

117
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

4 mmol=4 mmol
Titik ekuivalen ini adalah ketika jumlah asam kuat sebanding dengan jumlah
basa kuat dan oleh karenanya pH netral atau sama dengan 7.
Garam NaCl yang terbentuk dari asam kuat dan basa kuat yang merupakan
elektrolit kuat tidak akan terhidrolisis, karena larutannya bersifat netral
(pH=7).
Reaksi hidrolisisnya : NaCl(aq) → Na+(aq) + Cl-(aq)
Na+(aq) + H2O(l) → tidak bereaksi
Cl- (aq) + H2O(l) → tidak bereaksi

 Penambahan 50 mL larutan NaOH 0,1 M (Setelah mencapai titik ekivalen),


pH = 12.
Hitung sisa jumlah basa kuat NaOH setelah digunakan menetralkan asam kuat
HCl.
[NaOH] sisa = ( Jumlah NaOHsisa)/(Volume Campuran)
𝑉𝑏 .𝑀𝑏−𝑉1.𝑀𝑏
=
𝑉𝑎 +𝑉𝑏
50 .0,1−40.0,1
= 50+40
= 1 / 90 = 0,01M
pOH = – log [OH-]
= - log 0,01 = 2
pH = 14 – 2 = 12

B. Titrasi asam lemah dengan basa kuat

Sebagai contoh, 40 mL larutan CH 3COOH 0,1 M ditetesi dengan larutan NaOH 0,1
M sedikit demi sedikit. Berikut kurva titrasi berwarna biru yang menggambarkan
perubahan pH selama titrasi tersebut dibandingkan dengan kurva titrasi HCl
dengan NaOH yang berwarna merah.

118
Unit Pembelajaran
Konsep Larutan Kimia

Gambar 28 Kurva titrasi CH3COOH dengan NaOH dan titrasi HCl dengan NaOH

Sumber: McMurry, John E., Fay, Robert C., & Robinson, Jill K. 2016. Chemistry (7th edition). New Jersey:
Pearson Education, Inc.

Dari kurva tersebut dapat disimpulkan:


Titik ekivalen berada di atas pH 7, yaitu antara 8 – 9.
Lonjakan perubahan pH pada sekitar titik ekivalen lebih kecil, hanya sekitar 3
satuan, yaitu dari pH ±7 hingga pH ±10.
Indikator yang digunakan: fenolftalein. Metil merah tidak dapat digunakan karena
perubahan warnanya terjadi jauh sebelum tercapai titik ekivalen.

Perhitungan perubahan pH :
Reaksi antara 40 ml CH 3COOH 0,1 M (Ka= 1,74.10 -5) dengan NaOH 0,1 M.
CH3COOH (aq) +NaOH(aq) → CH3COONa(aq) + H2O(l)
Penambahan 50 ml NaOH pH =10,29.

 Sebelum penambahan larutan NaOH.


Kurva asam lemah dengan basa kuat dapat dilihat pada gambar diatas. Sebelum
NaOH ditambahkan pH = 2,88,
40 mL CH3COO 0,1 M, Ka = 1,74 x 10-5
[H+] = √ 𝐾𝑎. 𝑀𝑎
= √1,74 𝑥 10−5 . 10−1
= 1,32 x 10-3
pH Awal = - log [H+]
= - log 1,32 x 10-3

119
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

= 3 – log 1,32 = 2,88


 Setelah penambahan 10 ml NaOH (sebelum mencapai titik ekivalen), pada
titrasi asam lemah dengan basa kuat sebelum titik ekuivalen tercapai akan terjadi
campuran berupa larutan penyangga asam.
Penambahan 10 ml NaOH pH berubah menjadi 4,28.
CH3COONa (aq) → CH3COO-(aq) + Na+(aq)
CH3COOH (aq) + H2O(l) → CH3COOH (aq) + OH-(aq)
Na+(aq) + H2O(l) → tidak bereaksi
Penambahan 10 ml NaOH pH berubah menjadi 4,28.
[CH3COOH] sisa = ( Jumlah CH 3COOH sisa)/(Volume Campuran)
𝑉𝑎.𝑀𝑎−𝑉𝑏 .𝑀𝑏
=
𝑉𝑎+𝑉𝑏
40.0,1−10.0,1
= 40+10
= 3/50 = 0,06 M
Konsentrasi garam yang terbentuk sama dengan jumlah basa yang digunakan
dibagi volume campuran, sehingga:
𝑉𝑏 .𝑀𝑏
[CH3COONa] = 𝑉𝑎 +𝑉𝑏
10.0,1
= = 0,02M
50
[𝐶𝐻3𝐶𝑂𝑂𝐻 ]
[H+] = Ka [𝐶𝐻3𝐶𝑂𝑂𝑁𝑎 ]

= 1,74.10 -5 0,06
0,02

= 5,22 . 10-5

pH = 5 – log 5,22 = 4,28

• Pada saat titik ekivalen


Ketika titik ekuivalen tercapai, jumlah asam sama dengan jumlah basa, maka akan
terbentuk garam yang dapat mengalami hidrolisis. Dalam hal ini hidrolisis
sebagian, atau hidrolisis parsial, tepatnya anion dari asam lemah, yaitu CH 3COO–.
penambahan 40 ml terjadi titik ekuivalen pada pH = 8,72.
[CH3COO–] = [CH3COONa]= 2.10-2 M
𝐾𝑤
[OH–] = √ 𝐾𝑎 𝑥 [𝐶𝐻3𝐶𝑂𝑂−]

= √0,575.10−9 𝑥 2.10−2

120
Unit Pembelajaran
Konsep Larutan Kimia

= 1,07 . 10-5,5
pH = 14 + log 1,07.10 -5,5
pH = 8,52

• Penambahan 50 mL larutan NaOH 0,1 M (Setelah mencapai titik ekivalen),


Penambahan 50 ml NaOH pH =12.
Hitung sisa jumlah basa kuat NaOH setelah digunakan menetralkan asam lemah
CH3COOH.
𝑉𝑏.𝑀𝑏−𝑉𝑎 .𝑀𝑎
[OH-] = 𝑉𝑎+𝑉𝑏
50.0,1−40.0,1
= 50+40
= 1/90 = 0,01 M
pH = 14 + log 0,01 =12

C. Titrasi basa lemah dengan asam kuat.

Sebagai contoh, 40 mL larutan NH 3 0,1 M ditetesi dengan larutan HCl 0,1 M


sedikit demi sedikit. Berikut ditampilkan kurva titrasi yang menggambarkan
perubahan pH selama titrasi tersebut.

Gambar 29 Kurva titrasi NH3 dengan HCl

Sumber: McMurry, John E., Fay, Robert C., & Robinson, Jill K. 2016. Chemistry (7th edition). New Jersey:
Pearson Education, Inc.)

121
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Dari kurva tersebut dapat disimpulkan:


Titik ekivalen berada di bawah pH 7, yaitu antara 5 – 6.

Lonjakan perubahan pH pada sekitar titik ekivalen hanya sedikit, sekitar 3


satuan, yaitu dari pH ±7 hingga pH ±4.

Indikator yang digunakan: metil merah. Fenolftalein tidak dapat digunakan


karena perubahan warnanya terjadi jauh sebelum tercapai titik ekivalen.

Perhitungan perubahan pH :

Reaksi antara 40 mL larutan NH 3 0,1 M (Kb = 10-5) dengan HCl , reaksinya


sebagai berikut : HCl(aq) + NH 3(aq) → NH4Cl(aq)

 Sebelum penambahan larutan HCl, pH =11


40 mL NH3 0,1 M, Kb = 1 x 10-5
[OH-] = √ 𝐾𝑏 𝑥 𝑀𝑏
= √10−5 𝑥 10−1
= 10-3
pH Awal = 14 + log 10 -3
= 11

 Setelah penambahan 10 ml HCl (sebelum mencapai titik ekivalen)


Hitung sisa [basa lemah] yang belum bereaksi dengan asam kuat.
𝑉𝑏 .𝑀𝑏−𝑉𝑎.𝑀𝑎
[NH3] = 𝑉𝑏+𝑉𝑎
40 .0,1−10.0,1
= 40+10
= 3/50 = 0,06 M
Konsentrasi garam yang terbentuk sama dengan jumlah asam yang digunakan
dibagi volume campuran, sehingga
𝑉𝑎 .𝑀𝑎
[NH4Cl] =
𝑉𝑎 +𝑉𝑏
10×0,1
= = 1/50 = 0,02 M
40+10

[𝑁𝐻3 ]
[OH-] = Kb x {𝑁𝐻4𝐶𝑙 }

122
Unit Pembelajaran
Konsep Larutan Kimia

0,06
= 1.10-5 x = 2.10-5
0,03

pH = 14 + log [OH -]
= 14 + log 2.10 -5
= 9,3

 Pada saat titik ekivalen

Penambahan 40 ml HCl, yang merupakan titik ekivalen , pH=5,27


Ketika titik ekuivalen tercapai, jumlah basa sama dengan jumlah asam, maka akan
terbentuk garam yang dapat mengalami hidrolisis. Dalam hal ini hidrolisis
sebagian, atau hidrolisis parsial, tepatnya kation dari basa lemah, yaitu NH4+.
Titik ekuivalen terjadi pada pH< 7,karena garam yang terbentuk mengalami
hidrolisis sebagian yang bersifat asam
NH4Cl(aq) → NH4+(aq) + Cl-
NH4+(aq) + H2O(l) → NH4OH(aq) + H+(aq)
Cl-(aq) + H2O(l) → tidak bereaksi
[NH4+] = [NH4Cl]= 3.10-2 M
𝐾𝑤
[H+] = √ 𝐾𝑏 𝑥 [𝑁𝐻4+ ]

= √10−9 𝑥 3.10−2 = 1,73 x 10-5,5


pH = 5,5 – 0,23 = 5,27

 Penambahan 50 mL larutan HCl 0,1 M (Setelah mencapai titik ekivalen),


Penambahan 50 ml HCl, pH = 2
Hitung sisa jumlah asam kuat HCl setelah digunakan menetralkan basa lemah
NH3.
𝑉𝑎 .𝑀𝑎−𝑉𝑏.𝑀𝑏
[H+] = 𝑉𝑎+𝑉𝑏
50.0,1−40.0,1
= 50+40

= 1/90 = 0,01 M
pH = -log 1x10-2

123
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

= 2
Untuk titrasi asam basa yang lainnya , saudara bisa mengembangkan sendiri sesuai
dengan kebutuhan untuk kegiatan pembelajaran atau untuk program pengayaan
materi titrasi asam basa.

124
Unit Pembelajaran
Konsep Larutan Kimia

Bagian ini memuat contoh soal-soal topik titrasi asam basa yang muncul di USBN
setahun tahun terakhir dan kurang berhasil dijawab oleh peserta didik. Selain itu,
bagian ini memuat pembahasan tentang cara mengembangkan soal HOTS yang
disajikan dalam bentuk pemodelan agar dapat dijadikan acuan oleh Saudara ketika
mengembangkan soal untuk topik ini. Saudara perlu mencermati dengan baik
bagian ini, sehingga Saudara dapat terampil mengembangkan soal yang mengacu
pada indikator pencapaian kompetensi yang termasuk HOTS.

A. Pembahasan Soal-soal
1. USBN SMK tahun 2019
Perthatikan tabel berikut ini,
Tabel berikut merupakan data pengujian beberapa larutan menggunakan
indikator kertas lakmus
Indikator Larutan Larutan Larutan Larutan Larutan
A B C D E
Lakmus
Merah Merah Biru Merah Biru
Merah
Lakmus
Biru Merah Biru Biru Biru
Biru

Pernyataan yang tepat berkaitan dengan data tersebut adalah . . . .


A. Larutan A bersifat basa
B. Larutan B bersifat netral
C. Larutan C bersifat asam
D. Larutan D bersifat asam
E. Larutan E bersifat basa
Kunci jawaban: E.
Pembahasan sebagai berikut:

125
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Zat asam : mengubah lakmus biru menjadi merah & lakmus merah tetap
menjadi merah.
Zat Basa : mengubah lakmus biru menjadi tetap biru & lakmus merah
menjadi biru.

2. Contoh Soal USBN 2018


Hujan asam adalah hujan yang mempunyai kadar keasaman dimana pH nya
kurang dari 5,6 yang disebabkan oleh gas buangan. Diantara gas gas
buangan penyebab hujan asam adalah sebagai berikut, kecuali….
A. karbon dioksida (CO2)
B. nitrogen oksida (NOx)
C. sulfur dioksida (SO2)
D. hidrogen sulfida (H2S)
E. natrium hidroksida (NaOH).
Kunci jawaban: E.
Pembahasan sebagai berikut:
Hasil pembakaran energi yang berasal dari fosil bila digunakan / dioksidasi
akan mengalami pemecahan senyawa sehingga menjadi unsur yang kecil
diantaranya adalah SOX, NOX, COX Yang semuanya adalah oksida yang
berasal asam, maka apabila semunya naik ke lapisan atmosifir bumi dan
bertemu dengan uap air maka akan mengalai oksidasi menjadi asam.

3. Contoh Soal USBN Tahun 2017.


Diketahui 2 jenis larutan diuji dengan beberapa indikator dengan hasil
sebagai berikut:
Indikator Trayek/warna Larutan-1 Larutan 2
Metil merah 4,2 – 6,3 (merah – kuning) Kuning Kuning
Metil jingga 2,9 – 4,3 (merah – kuning) Kuning Kuning
bromtimolbiru 6,0 – 7,6 (kuning biru). biru Biru
Fenolftalin 8,3 – 10 (tidak bewarna – merah) Merah Tidak
bewarna
pH larutan 1 dan larutan 2 berturut turut adalah……………

126
Unit Pembelajaran
Konsep Larutan Kimia

a. antara 7,6 sampai 8,3.


b. antara 4,3 sampai 8,3.
c. antara 6,3 sampai 8,3.
d. antara 6,3 sampai 7,3
e. 6,6 dan 8,3

Kunci jawaban: E.
Pembahasan sebagai berikut:
Range atau daerah kerja indikator pH mempunyai nilai yang telah
ditentukan yang disebut sebagai trayek warna dengan mengevaluasi
trayek warna tersebut didapat nilai dari larutan 1 dan 2 dengan dugaan
nilai pH nya.

4. Contoh Soal USBN Tahun 2016.


Perhatikan data hasil uji pH dari dua buah air limbah berikut!

Dari hasil pengujian maka pH air limbah 1 dan limbah 2 berturut – turut
adalah....

A. pH ≤ 8,3 dan pH ≥ 10

B. pH ≤ 4,2 dan pH ≥ 10

C. 4,2 ≤ pH ≤ 8,3 dan pH ≥ 10

D. 4,2 ≤ pH ≤ 6,0 dan 7,6 ≤ pH ≤ 10

E. 4,2 ≤ pH ≤ 8,3 dan pH ≤ 10

Jawaban : D

Pembahasan :

127
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Limbah 1 :

 Hasil uji metil merah menunjukkan warna merah, artinya memiliki


pH ≤ 4,2.
 Hasil uji bromtimol biru menunjukkan warna kuning, artinya
memiliki pH ≤ 6,0.
 Hasil uji fenolftalein menunjukkan tak berwarna, artinya memiliki
pH ≤ 8,3.

Limbah 2 :

 Hasil uji metil merah menunjukkan warna kuning, artinya memiliki


pH ≥ 6,3.
 Hasil uji bromtimol biru menunjukkan warna biru, artinya memiliki
pH ≥ 7,6.
 Hasil uji fenolftalein menunjukkan merah, artinya memiliki pH ≥ 10.

Range pH untuk limbah 1 adalah 4,2 ≤ pH ≤ 6,0.

Range pH untuk limbah 2 adalah 7,6 ≤ pH ≤ 10,0.

5. Contoh Soal USBN Tahun 2016. Perhatikan grafik titrasi berikut!

128
Unit Pembelajaran
Konsep Larutan Kimia

Untuk melakukan titrasi seperti gambar di atas, digunakan indikator....


A. metil orange
B. metil jingga
C. phenolphtalein
D. bromtimol biru
E. metil merah
Jawaban : C
Pembahasan :
Grafik di atas menunjukkan titrasi antara asam kuat dan basa kuat. Hal ini
ditunjukkan dari grafik yang dimulai pada angka sekitar 2 sehingga
menujukkan asam kuat dan diakhiri pada grafik sekitar pH 14, dimana
untuk titrasi asam kuat dengan basa kuat indikator yang cocok digunakan
adalah indikator phenolphtalein.

6. (Contoh Soal USBN Tahun 2017). Dalam reaksi BF 3 + NH3 → NH3BF3,


BF3 bertindak sebagai….
A. basa Bronsted-Lowry
B. basa Lewis
C. asam Lewis
D. asam Bronsted-Lowry
E. asam Arrhenius
Jawaban : C
Pembahasan :
Menurut teori asam – basa Lewis :
 asam : spesi yang bertindak sebagai penerima pasangan elektron bebas
(akseptor PEB)
 basa : spesi yang bertindak sebagai pendonor pasangan elektron bebas
(donor PEB)
Reaksi antara NH3 dengan BF 3 digambarkan sebagai berikut :

129
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Dari gambar di atas, terlihat bahwa NH 3 bertindak sebagai basa Lewis (donor
PEB) dan BF 3 bertindak sebagai asam Lewis (penerima PEB)

B. Mengembangkan Soal HOTS

Sebelum melakukan pengembangan soal HOTS dilakukan investigasi tentang


kriteria Kata kerja operasionla Komptensi dasarnya, dalam ranah C keberapa, jika
posisi dasarnya sudah sampai ke C4 keatas maka pengayaan soal akan lebih
melebar, namun jika masih dalam tingkatan C3 maka diperlukan peningkatan
kemampuannya sampai C4 keatas. Demikain juga dengan pengembangan soalnya
sehingga tercapai tingkat kemampuan untuk ke level C4 keatas.

Pada bagian ini akan dimodelkan pembuatan soal yang memenuhi indikator
pencapaian kompetensi yang diturunkan dari kompetensi dasar pengetahuan.
Pengembangan soal diawali dengan pembuatan kisi-kisi agar. Saudara dapat
melihat kesesuaian antara kompetensi, lingkup materi, dan indikator soal.
Selanjutnya, dilakukan penyusunan soal di kartu soal berdasarkan kisi-kisi yang
telah disusun sebelumnya. Contoh soal yang disajikan terutama untuk mengukur
indikator kunci pada level kognitif yang tergolong HOTS. Matrik yang digunakan
dalam pengembangannya adalah sebagai berikut:
Tabel 14 Kisi-Kisi Soal HOTS

130
Unit Pembelajaran
Konsep Larutan Kimia

No Kompetensi Lingkup Materi Indikator No Level Bentuk


Yang Diuji Materi Soal kognitif Soal
1. Menyimpulkan - Menyimpulkan 1 LK 1&2 PG
konsep Asam Basa hasil dari
pembuatan & proses reaksi
larutan dan perubahan asam dan basa
sifat sifatnya. pH
2 Mengukur Asam Basa - asam Diberikan data 2 LK 1&2 PG
pembuatan & basa hasil titrasi
asam, basa dan perubahan - Kadar zat asam basa dan
garam pH dalam massa jenis
suatu larutan basa,
larutan siswa dapat
menentukan
kadar massa

1. Perhatikan percobaan berikut ini! Sebanyak 5 gram logam magnesium


masing-masing dilarutkan dalam 5 wadah yang berbeda.

Mg Mg Mg Mg Mg

HNO3 1 M HNO3 2 M HNO3 1 M HNO3 1 M HNO3 2 M

1 4 5
2 3

laju reaksi yang hanya dipengaruhi oleh konsentrasi terdapat pada tabung
nomor….

A. 1 dan 2
B. 4 dan 5
C. 2 dan 4
D. 3 dan 4
E. 1 dan 3

2. Berikut ini adalah senyawa hidroksida pada unsur-unsur periode ketiga :


K(OH), NaOH, Mg(OH)2, Al(OH)3, Fe(OH)3 Dari senyawa hidroksida di atas
yang yang paling bersifat basa adalah ….
A. NaOH, Al(OH)3, Fe(OH)3
B. Mg(OH), Na(OH), Fe(OH)5

131
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

C. Fe(OH), Mg(OH), K(OH)


D. Al(OH), Fe(OH)3, KOH
E. K(OH)6, NaOH, Al(OH)3

3. Perhatikan soal dibawah ini

4. Fenomena sehari- hari dalam kehidupan. Banyaknya industri di area tempat


tinggal akan mengakibatkan….
a. Hujan asam dengan meningkatnya jumlah pabrik menggunakan bahan
bakar fosil.
b. Banyaknya jumlah pabrik membuat sumur penduduk disektarnya
mengalami penurunan permukaan air di lingkungan sekitar.
c. Peningkatan debu udara di lingkungan industri menunjukkan perubahan
yang signifikan
d. Air membeku pada freezer pada suhu 0 oC.

Dari khasus diatas jawaban yang mendekati untuk perubahan iklim setempat
adalah…….
A. A, B, C benar.
B. B, C, D benar.
C. C. D, A benar.
D. D yang benar
E. C dan D benar.

132
Unit Pembelajaran
Konsep Larutan Kimia

Unit ini dikembangkan untuk mempermudahkan guru dalam mengajarkan materi


berdasarkan pasangan KD 3.5 Menganalisis konsep pembuatan larutan dan
sifatsifatnya dan 4.5. Membuat larutan dengan konsentrasi dan volume tertentu
Menyajikan analisis data dan menyimpulkan hasil analisis data percobaan
berbagai jenis titrasi asam basa. Berdasarkan KD pengetahuan dapat diketahui
bahwa indikator yang dikembangkan perlu mencapai level analisis (C4). Artinya,
KD ini sudah menuntut Saudara melatihkan kemampuan berpikir tingkat tinggi
kepada peserta didik. Adapun KD keterampilan menuntut Saudara memfasilitasi
peserta didik berkreasi.

Penguasaan keterampilan berpikir tingkat tinggi oleh peserta didik memerlukan


proses pembelajaran yang relevan. Oleh karena itu, aktivitas pembelajaran pada
topik titrasi asam basa menggunakan pembelajaran saintifik dan model discovery
learning, dengan metode praktik dan diskusi melalui tiga kali pertemuan. Seperti
telah diketahui, kedua model pembelajaran ini merupakan model yang dapat
memfasilitasi kemampuan berpikir tingkat tinggi kepada peserta didik.

Ketika implementasi, pembelajaran juga dipandu dengan menggunakan LKPD


yang dirancang untuk memudahkan penguasaan konsep sesuai tingkat kognitifnya
dan penguasaan keterampilan yang mengedepankan konstruktivisme. Artinya,
peserta didik memperoleh konsep dengan merumuskannya terlebih dahulu.Topik
ini merupakan konten yang kaya akan pengetahuan kontekstual bagi peserta didik.
Artinya, Saudara dapat mendorong serta memfasilitasipeserta didik untuk
menemukan fenomena di kehidupan sehari-hari yang berkaitan topik ini. Sebagai
contoh aplikasi dunia nyata, unit ini menyajikan aplikasi klasifikasi dalam
kehidupan sehari-hari sehingga peserta didik dapat memahami prinsip dan juga
manfaat dari titrasi asam basa.

133
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Dalam rangka mengetahui pemahaman terhadap unit ini, Saudara perlu mengisi
lembar persepsi pemahaman. Berdasarkan hasil pengisian instrumen ini, Saudara
dapat mengetahui posisi pemahaman beserta umpan baliknya. Oleh karena itu,
isilah lembar persepsi diri ini dengan objektif dan
jujur dengan memberikan tanda silang (X) pada kriteria yang menurut
saudara tepat.
Lembar Persepsi Pemahaman
No Aspek Kriteria
1 2 3 4
1 Memahami dengan baik semua indikator yang telah
dikembangkan di unit ini.
2 Mampu menghubungkan konten dengan fenomena
kehidupan sehari-hari.
3 Memhammi dengan baik bahwa aktivitas pembelajaran yang
disusun dapat mengembangkan HOTS peserta didik.
4 Memahami dengan baik tahapan urutan aktivitas
pembelajaran yang disajikan.
5 Mampu dengan baik mengaplikasikan aktivitas pembelajaran
di dalam kelas.
6 Memahami dengan baik lembar kerja peserta didik yang
dikembangkan.
7 Mampu melaksanakan dengan baik lembar kerja peserta
didik yang dikembangkan.
8 Memahami konten secara menyuluh dengan baik.
9 Memahami prosedur penyusunan soal HOTS dengan baik.
10 Mampu membahas soal HOTS yang disajikan dengan tepat
Jumlah
Jumlah Total
Keterangan Pedoman Penskoran
1=tidak menguasai 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙
2 = cukup menguasai Skor = X 100
40
3 = menguasai
4 = Sangat Menguasai

134
Unit Pembelajaran
Konsep Larutan Kimia

Keterangan Umpan Balik

Skor Umpan Balik


< 70 : Masih banyak yang belum dipahami, di antara konten, cara
membelajarkannya, mengembangkan penilaian dan melaksanakan
penilaian berorientasi HOTS. Saudara perlu membaca ulang unit ini dan
mendiskusikannya dengan dengan fasilitator di MGMP sampai Saudara
memahaminya
70 - 79 : Masih ada yang belum dipahami dengan baik, di antara konten, cara
membelajarkan, mengembangkan penilian dan melaksanakan
penilaian berorientasi HOTS. Saudara perlu mendiskusikan bagian
yang belum dipahami dengan fasilitator atau teman lain di MGMP.
80 - 89 : Memahami konten, cara membelajarkan, mengembangkan penilaian dan
melaksanakan penilaian berorientasi HOTS dengan baik.
≥ 90 : Memahami konten, cara membelajarkan, mengembangkan penilaian
dan melaksanakan penilaian berorientasi HOTS dengan sangat baik.
Saudara dapat menjadi fasilitator bagi teman-teman lain di MGMP untuk
membelajarkan unit ini.

135
Cover depan
Unit Pembelajaran
PROGRAM PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN (PKB)
MELALUI PENINGKATAN KOMPETENSI PEMBELAJARAN (PKP)
BERBASIS ZONASI

MATA PELAJARAN KIMIA


SEKOLAH MENENGAH KEJUARUAN (SMK)
BIDANG KEAHLIAN AGRIBISNIS DAN AGROTEKNOLOGI

Proses Oksidasi Reduksi


Penulis:
Erwan Soedjono, ST., MSi.

Penyunting:
Ir. Suryanto Hadi

Desainer Grafis dan Ilustrator:


TIM Desain Grafis

Copyright © 2019
Direktorat Pembinaan Guru Pendidikan Menengah dan Pendidikan Khusus
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang


Dilarang mengopi sebagian atau keseluruhan isi buku ini untuk kepentingan komersial
tanpa izin tertulis dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Unit Pembelajaran
Proses Oksidasi Reduksi

Hal
DAFTAR ISI __________________________________ 139
DAFTAR GAMBAR ______________________________ 140
DAFTAR TABEL ________________________________ 141
PENDAHULUAN _______________________________ 142
KOMPETENSI DASAR ___________________________ 144
A. Target Kompetensi ______________________________________________________ 144
B. Indikator Pencapaian Kompetensi _____________________________________ 144
APLIKASI DI DUNIA NYATA _____________________ 146
A. Reaksi oksidasi reduksi _________________________________________________ 146
B. Proses Pengecatan (Coating) Kapal. ____________________________________ 150
C. Pemakaian sel volta dalam kehidupan keseharian ____________________ 153
D. Reaksi Redoks Pada Fotosintesis _______________________________________ 156
SOAL-SOAL USBN _____________________________ 161
 Soal USBN Tahun 2018/2019. __________________________________________ 161
 Soal USBN Tahun 2016/2017. __________________________________________ 161
BAHAN PEMBELAJARAN ________________________ 163
A. Aktivitas Pembelajaran__________________________________________________ 163
B. Lembar Kerja Peserta Didik _____________________________________________ 170
C. Bahan Bacaan ____________________________________________________________ 175
PENGEMBANGAN PENILAIAN ____________________ 200
A. Pembahasan Soal-soal. __________________________________________________ 200
B. Mengembangkan Soal HOTS ____________________________________________ 203
KESIMPULAN _________________________________ 208
UMPAN BALIK ________________________________ 210

139
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Hal
Gambar 1. Perkaratan besi karena adanya terbuka permukaan besi. ............. 146
Gambar 2. Karat besi yang sudah menjalar. ..................................................................... 147
Gambar 3. Karat besi menyerang pada bagian yang selalu bergesekan. ........ 148
Gambar 4. Karat menyerang sebuah pabrik..................................................................... 149
Gambar 5. Kapal yang mengalami karat yang berlebihan. ...................................... 150
Gambar 6. Teknik sand blasting digunakan pada dasar lambung kapal.. ...... 151
Gambar 7. Teknik pelapisan awal dengan metode penyepuhan kering.. ....... 151
Gambar 8. Coating kapal dengan medium coating ....................................................... 152
Gambar 9. Bateray (accu) timbal basah. ............................................................................. 154
Gambar 10. Batere kering kering. ........................................................................................... 155
Gambar 11. Rangkaian sel volta............................................................................................... 173
Gambar 12. Korosi pada logam ................................................................................................ 180
Gambar 13. Korosi logam pada bagian yang tidak diproteksi............................... 181
Gambar 14. Korosi logam karena zat asam....................................................................... 184
Gambar 15. Angkaian Sel Volta Dengan Jembatan Garam....................................... 190
Gambar 16. Urutan proses elektrokimia. ........................................................................... 197

140
Unit Pembelajaran
Proses Oksidasi Reduksi

Hal
Tabel 1. Perbandingan IPK Pengetahuan & ketrampilan. ........................................ 144
Tabel 2. Peralatan yang digunakan........................................................................................ 165
Tabel 3. Peralatan yang digunakan........................................................................................ 165
Tabel 4. Reaktivitas logam............................................................................................................ 182
Tabel 5 Terbentuknya Anoda dan Katoda.......................................................................... 185
Tabel 6. Standar beda potensial sel ....................................................................................... 193

141
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Unit ini disusun sebagai salah satu aternatif sumber bahan ajar bagi guru
untuk memudahkan dalam mengajarkan topik reaksi redoks. Melalui
pembahasan materi yang terdapat pada unit ini, guru dapat memiliki dasar
pengetahuan untuk mengajarkan materi yang sama ke peserta didiknya yang
disesuaikan dengan indikator yang telah disusun, terutama dalam
memfasilitasi kemampuan bernalar peserta didik. Selain itu, materi ini juga
aplikatif untuk guru sendiri sehingga mereka dapat menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari.

Dalam rangka memudahkan guru mempelajari konten dan cara


mengajarkannya, di dalam unit ini dimuat kompetensi dasar terkait yang
memuat target kompetensi dan indikator pencapaian kompetensi, bahan
bacaan tentang aplikasi topik reaksi redoks dalam kehidupan sehari-hari, soal-
soal tes USBN topik ini acuan dalam menyusun soal sejenis, deskripsi alternatif
aktivitas pembelajaran, Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD) yang dapat
digunakan guru untuk memfasilitasi pembelajaran, bahan bacaan yang dapat
dipelajari oleh guru, maupun peserta didik, dan deskripsi prosedur
mengembangkan soal HOTS. Komponen-komponen di dalam unit ini
dikembangkan dengan tujuan agar guru dapat dengan mudah memfasilitasi
peserta didik menyetarakan reaksi redoks, menentukan urutan kekuatan
pengoksidasi dan pereduksi berdasarkan data percobaan, sekaligus
mendorong peserta didik mencapai kemampuan berpikir tingkat tinggi.

Topik reaksi redoks yang dikembangkan pada bahan bacaan terdiri atas
subtopik konsep reaksi oksidasi dihubungkan dengan perpindahan elektron,
konsep reaksi redoks dihubungkan dengan bilangan oksidasi, penggunaan
bilangan oksidasi pada reaksi redoks, serta penyetaraan reaksi redoks dengan

142
Unit Pembelajaran
Konsep Larutan Kimia

Gambar 28 Kurva titrasi CH3COOH dengan NaOH dan titrasi HCl dengan NaOH

Sumber: McMurry, John E., Fay, Robert C., & Robinson, Jill K. 2016. Chemistry (7th edition). New Jersey:
Pearson Education, Inc.

Dari kurva tersebut dapat disimpulkan:


Titik ekivalen berada di atas pH 7, yaitu antara 8 – 9.
Lonjakan perubahan pH pada sekitar titik ekivalen lebih kecil, hanya sekitar 3
satuan, yaitu dari pH ±7 hingga pH ±10.
Indikator yang digunakan: fenolftalein. Metil merah tidak dapat digunakan karena
perubahan warnanya terjadi jauh sebelum tercapai titik ekivalen.

Perhitungan perubahan pH :
Reaksi antara 40 ml CH 3COOH 0,1 M (Ka= 1,74.10 -5) dengan NaOH 0,1 M.
CH3COOH (aq) +NaOH(aq) → CH3COONa(aq) + H2O(l)
Penambahan 50 ml NaOH pH =10,29.

 Sebelum penambahan larutan NaOH.


Kurva asam lemah dengan basa kuat dapat dilihat pada gambar diatas. Sebelum
NaOH ditambahkan pH = 2,88,
40 mL CH3COO 0,1 M, Ka = 1,74 x 10-5
[H+] = √ 𝐾𝑎. 𝑀𝑎
= √1,74 𝑥 10−5 . 10−1
= 1,32 x 10-3
pH Awal = - log [H+]
= - log 1,32 x 10-3

119
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

A. Target Kompetensi

Sub unit pembelajaran ini dikembangkan berdasarkan Kompetensi Dasar


kelas VII:
3.6 Menerapkan konsep reaksi Oksidasi-Reduksi dan aplikasinya dalam
kehidupan sehari-hari.
4.6 Memecahkan masalah reaksi oksidasi reduksi dan aplikasinya dalam
kehidupan sehari-hari

B. Indikator Pencapaian Kompetensi

Indikator Pendukung , Indikator Kunci Dan Indikator Pengayaan


Dalam memperoleh kompetensi untuk mencapai pembelajaran HOTS,
dilakukan proses yang dimulai dari tingkat pembelajaran C1 hingga mencapai
pembelajaran kognitif C5, untuk Lebih praktis digunakan model tabel dibawah
ini memungkinkan untuk dilakukan lebih sederhana dan lebih mudah
dilakukan.
Tabel 1. Perbandingan IPK Pengetahuan & ketrampilan.

IPK Pengetahuan IPK Keterampilan


IPK Pendukung
3.6.1 Menyatakan konsep 4.6.1 Menyalin masalah reaksi
reaksi Oksidasi-Reduksi oksidasi reduksi dan
dan aplikasinya dalam aplikasinya dalam
kehidupan sehari-hari kehidupan sehari-hari
 menjelaskan
perkembangan reaksi
redoks.
3.6.2 Menerangkan konsep 4.6.2 menunjukkan masalah
reaksi Oksidasi-Reduksi reaksi oksidasi reduksi
dan aplikasinya dalam dan aplikasinya dalam
kehidupan sehari-hari kehidupan sehari-hari

144
Unit Pembelajaran
Proses Oksidasi Reduksi

 menentukan bilangan
oksidasi unsur
 Menentukan oksidator,
reduktor, hasil oksidasi
dan reduksi.
IPK Kunci
3.6.3 Menerapkan konsep 4.6.3 Memecahkan masalah
reaksi Oksidasi-Reduksi reaksi oksidasi reduksi
dan aplikasinya dalam dan aplikasinya dalam
kehidupan sehari-hari kehidupan sehari-hari
IPK pengayaan
3.6.4 Menganalisis konsep 4.6.4 Menggunakan masalah
reaksi Oksidasi-Reduksi reaksi oksidasi reduksi
dan aplikasinya dalam dan aplikasinya dalam
kehidupan sehari-hari. kehidupan sehari-hari
3.6.5 Menilai konsep reaksi 4.6.5 Menentukan masalah
Oksidasi-Reduksi dan reaksi oksidasi reduksi
aplikasinya dalam dan aplikasinya dalam
kehidupan sehari-hari. kehidupan sehari-hari

145
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Reaksi reduksi oksidasi dapat kita jumpai disekitar kita, dimana saja dan
kapan pun. Berikut ini akan kita bahas tentang contoh reaksi redoks yang
dapat kita jumpai disekitar kita.

A. Reaksi oksidasi reduksi


Dalam keidupan keseharian reaksi korosi seringkali kita jumpai disekitar kita.
Korosi diartikan sebagai peristiwa pengkaratan, apabila kita menyebutkan
kata karat maka hampir semua orang akan tahu dan pernah meiihat apa
yang dimaksud dengan karat tersebut. Pengkaratan dikenal sebagai suatu
peristiwa kerusakan permukaan pada barang-barang yang terbuat dari
logam yang berlangsung dengan sendirinya akibat adanya interaksi/kontak
antara barang tersebut dengan lingkungan dimana barang tersebut
berada. Peristiwa ini sangat tidak dikehendaki karena dapat merusak baik
fungsi maupun penampilan/nampak rupa dari barang-barang yang
mengalami peristiwa ini

Gambar 1. Perkaratan besi karena adanya terbuka permukaan besi.


Sumber :http://jual rumah.com

146
Unit Pembelajaran
Proses Oksidasi Reduksi

Pengertian yang lebih luas korosi bukan hanya menyangkut masalah karat
saja, akan tetapi diartikan sebagai peristiwa rusaknya bahan-
bahan/konstruksi logam akibat pengaruh lingkungan. Sering terjadi pada
kondisi lingkungan tertentu konstruksi logam mengalami kerusakan yang
sangat parah meskipun karat sedikitpun tidak
terbentuk.

Gambar 2. Karat besi yang sudah menjalar.


Sumber:Kimia_Industri_Jilid_1_Kelas_10_Suparni_Setyowati_Rahayu_Dkk_2008.

Peristiwa ini dapat terjadi pada semua konstruksi logam atau konstruksi yang
menggunakan logam, baik itu berupa gedung, jembatan, tiang pancang,
peralatan pabrik, sistem perpipaan, mesin- mesin, komponen berbagai macam
kendaraan bermotor, kapal laut, pesawat terbang, perlengkapan rumah tangga
dan lain sebagainya.

Adapun produk korosi dapat terjadi dalam berbagai bentuk


mulai dari bentuk yang sederhana, terlihat oleh metal telanjang (se- perti
terbentuknya karat pada permukaan, sampai kepada bentuk- bentuk yang
rumit yang hanya dapat dideteksi oleh peralatan yang sangat sensitif. Proses

147
Unit Pembelajaran
Konsep Larutan Kimia

Bagian ini memuat contoh soal-soal topik titrasi asam basa yang muncul di USBN
setahun tahun terakhir dan kurang berhasil dijawab oleh peserta didik. Selain itu,
bagian ini memuat pembahasan tentang cara mengembangkan soal HOTS yang
disajikan dalam bentuk pemodelan agar dapat dijadikan acuan oleh Saudara ketika
mengembangkan soal untuk topik ini. Saudara perlu mencermati dengan baik
bagian ini, sehingga Saudara dapat terampil mengembangkan soal yang mengacu
pada indikator pencapaian kompetensi yang termasuk HOTS.

A. Pembahasan Soal-soal
1. USBN SMK tahun 2019
Perthatikan tabel berikut ini,
Tabel berikut merupakan data pengujian beberapa larutan menggunakan
indikator kertas lakmus
Indikator Larutan Larutan Larutan Larutan Larutan
A B C D E
Lakmus
Merah Merah Biru Merah Biru
Merah
Lakmus
Biru Merah Biru Biru Biru
Biru

Pernyataan yang tepat berkaitan dengan data tersebut adalah . . . .


A. Larutan A bersifat basa
B. Larutan B bersifat netral
C. Larutan C bersifat asam
D. Larutan D bersifat asam
E. Larutan E bersifat basa
Kunci jawaban: E.
Pembahasan sebagai berikut:

125
Unit Pembelajaran
Proses Oksidasi Reduksi

diminimalisasi dengan penambahan pelumas berupa greese (gemuk) atau oli


dengan grade bebas atau menggunakan solar untuk pencegahan sementara.

Gambar 4. Karat menyerang sebuah pabrik.


Sumber: http//ketahui.com.

Contoh lain dari reaksi oksidasi adalah proses perkaratan pada besi seperti
tampak pada Gambar –gambar diatas. Mengapa besi tersebut menjadi
berkarat? Bagaimana proses perkaratan ini terjadi ? Pada proses perkaratan
atau korosi terjadi karena reaksi antara besi dengan oksigen. Karat besi,
Fe2O3∙nH2O merupakan senyawa padatan yang berwarna coklat kemerahan,
terbentuk dari reaksi redoks besi dengan oksigen.

149
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

B. Proses Pengecatan (Coating) Kapal.

Beberapa alat transportasi menggunakan jalur air melewati samudra yang


berisi muatan barang dan penumpang, yaitu kapal laut yang berisi penumpang
dan barang. Dalam masa pembuatan dan perawatan kapal laut dilakukan
coating atau pelapisan terhadap material pembuatan dari besi tersebut
dengan bahan bahan yang tahan terhadap proses okidasi yang membuat besi
tahan terhadap air laut.

Gambar 5. Kapal yang mengalami karat yang berlebihan.


Sumber: http//coating kapal.com

Beberapa kapal diharuskan dilakukan coating agar pengaruh air laut tidak
membuat karat dalam badan kapal. Mekanisme Proses coating adalah sebagai
berukut:
1). Bahan pelapis ini bereaksi dengan besi, seperti melapisi pada logam
galvanis, ketebalan lapisan bergantung dari berapa kali dilapis, Lapisan
dengan model seperti ini lebih kuat dari lapisan polimer yang digunakan
pada mobil (dempul). Lebih kuat karena ada reaksi penyepuhan kering

150
Unit Pembelajaran
Proses Oksidasi Reduksi

didalamnya. Lapisan selanjutnya adalah pelapisan pelindung goresan atau


benturan. Seperti pada umumnya kendaraan bermotor, anti gores dan anti
lecet.
2). Bahan pelapis jenis yang kedua adalah hanya menutupi kontak dengan
udara dan air laut, bahan pelapis ini tanpa ada reaksi kimia seperti
penyepuhan, pelapisan hanya menggunakan daya rekat bahan pelapis
dengan besinya. Kemudian diikuti bahan pengisi dan bahan anti gores,
bahan pengisi berperan sebaga pelindung kedua dan bersifat non
permiabel yaitu tidak ditembus oleh air laut dan udara, sehingga proses
korosi tidak menembus bagaian dalam.

Gambar 6. Teknik sand blasting digunakan pada dasar lambung kapal..


Sumber : http// coating kapal.com

Gambar 7. Teknik pelapisan awal dengan metode penyepuhan kering..


Sumber : http// coating kapal.com

151
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Limbah 1 :

 Hasil uji metil merah menunjukkan warna merah, artinya memiliki


pH ≤ 4,2.
 Hasil uji bromtimol biru menunjukkan warna kuning, artinya
memiliki pH ≤ 6,0.
 Hasil uji fenolftalein menunjukkan tak berwarna, artinya memiliki
pH ≤ 8,3.

Limbah 2 :

 Hasil uji metil merah menunjukkan warna kuning, artinya memiliki


pH ≥ 6,3.
 Hasil uji bromtimol biru menunjukkan warna biru, artinya memiliki
pH ≥ 7,6.
 Hasil uji fenolftalein menunjukkan merah, artinya memiliki pH ≥ 10.

Range pH untuk limbah 1 adalah 4,2 ≤ pH ≤ 6,0.

Range pH untuk limbah 2 adalah 7,6 ≤ pH ≤ 10,0.

5. Contoh Soal USBN Tahun 2016. Perhatikan grafik titrasi berikut!

128
Unit Pembelajaran
Proses Oksidasi Reduksi

Proses pelapisan (coating) primer atau ada yang menyebut under layer,
seperti yang disebutkan diatas yang berhubungan dengan peristiwa oksidai
reduksi, lapisan primer atau under layer ini menutup permukaan besi, dengan
cara kimia (seperti proses penyepuhan namun dengan media setengan basah
atau disebut penyepuhan kering). Menutup pemukaan besi dengan Zn atau Mn
agar tahan terhadap air laut dan udara.

Pelapisan kedua atau secondary, biasanya menggunakan bahan resin atau


polimer, pelapisan ini menggunakan daya rekat bahan terhadap pelapis
pertama atau under layer.

C. Pemakaian sel volta dalam kehidupan keseharian

1. Aki / Baterai Timbal (Accu)


Nilai sel terletak pada kegunaannya. Diantara berbagai sel, sel timbal (aki) telah
digunakan sejak 1915. Berkat sel ini, mobil/sepeda motor dapat mencapai
mobilitasnya, dan akibatnya menjadi alat transportasi terpenting saat ini. Baterai
timbal dapat bertahan kondisi yang ekstrim (temperatur yang bervariasi,
benturan mekanik akibat jalan yang rusak, dll) dan dapat digunakan secara
kontinyu beberapa tahun.

Dalam baterai timbal, elektroda negatif adalah logam timbal (Pb) dan elektroda
positifnya adala timbal yang dilapisi timbal oksida (PbO2), dan kedua elektroda
dicelupkan dalam larutan elektrolit asam sulfat (H2SO4). Reaksi elektrodanya
adalah sebagai berikut :
Anoda Pb (-) : Pb + SO42- → PbSO4 + 2e–
Katoda PbO2 (+) : PbO2 + SO42- + 4H+ + 2e– → PbSO4 + 2H2O
Reaksi total : Pb + PbO2 + 4H+ + 2SO42- → 2PbSO4 + 2H2O

153
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Gambar 9. Bateray (accu) timbal basah.

 Mekanisme reaksi :
Saat aki menghasilkan listrik, Anoda Pb dan katoda PbO2 bereaksi dengan
SO42- menghasilkan PbSO4. PbSO4 yang dihasilkan dapat menutupi
permukaan lempeng anoda dan katoda. Jika telah terlapisi seluruhnya maka
lempeng anoda dan katoda tidak berfungsi. Akibatnya aki berhenti
menghasilkan listrik.

Saat aki menghasilkan listrik dibutuhkan ion H+ dan ion SO42- yang aktif
bereaksi. akibatnya jumlah ion H+ dan ion SO42- pada larutan semakin
berkurang dan larutan elektrolit menjadi encer maka arus listrik yang
dihasilkan dan potensial aki semakin melemah.

 Mekanisme pada saat penyetruman (ngecas).


Oleh karena reaksi elektrokimia pada aki merupakan reaksi kesetimbangan
(reversibel) maka dengan memberikan arus listrik dari luar ( mencas ) keadaan
2 elektroda (anoda dan katoda) yang terlapisi dapat kembali seperti semula.

154
Unit Pembelajaran
Proses Oksidasi Reduksi

demikian pula ion akan terbentuk lagi sehingga konsentrasi larutan elektrolit
naik kembali seperti semula.

Anoda PbO2 ( - ) : PbSO4 + 2H2O → PbO2 + 4H+ + SO42- + 2e–


Katoda Pb ( + ) : PbSO4 + 2e– → Pb + SO42-
Reaksi total : 2PbSO4 + 2H2O → Pb + PbO2 + 4H+ + 2SO42-

Selama proses penggunaan maupun pengecasan aki terjadi reaksi sampingan yaitu
elektrolisis air dan tentu saja ada air yang menguap dengan demikian penting
untuk menambahkan air terdistilasi ke dalam baterai timbal. Baru-baru ini jenis
baru elektroda yang terbuat dari paduan timbal dan kalsium, yang dapat mencegah
elektrolisis air telah dikembangkan. Baterai modern dengan jenis elektroda ini
adalah sistem tertutup dan disebut dengan baterai penyimpan tertutup yang tidak
memerlukan penambahan air.

B. Baterai / Sel Kering / Sel Lelanche


Sel Leclanché ditemukan oleh insinyur Perancis Georges Leclanché (1839 -1882)
lebih dari seratus tahun yang lalu. Berbagai usaha peningkatan telah dilakukan
sejak itu, tetapi, yang mengejutkan adalah desain awal tetap dipertahankan, yakni
sel kering mangan.

Gambar 10. Batere kering kering.

155
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Sel kering mangan terdiri dari bungkus dalam zink (Zn) sebagai elektroda negatif
(anoda), batang karbon/grafit (C) sebagai elektroda positif (katoda) dan pasta
MnO2 dan NH4Cl yang berperan sebagai larutan elektrolit.
 Baterai Biasa

Anoda : logam seng (Zn)


Katoda : batang karbon/gafit (C)
Elektrolit : MnO2, NH4Cl dan serbuk karbon (C)

Anoda Zn (-) : Zn → Zn2+ + 2e–


Katoda C (+) : 2MnO2 + 2NH4+ + 2e- → Mn2O3 + 2NH3 + H2O

Reaksi total : Zn + 2MnO2 + 2NH4+ → Zn2+ + Mn2O3 + 2NH3 + H2O

D. Reaksi Redoks Pada Fotosintesis


Kunci dalam transformasi energi secara biologi adalah proses transfer
energi dari satu molekul ke molekul lainnya. Satu dari dua mekanisme
yang paling umum untuk mentransfer energi dalam reaksi biokimia
melibatkan pertukaran elektron antar molekul. Reaksi ini dikenal sebagai
reaksi oksidasi-reduksi atau redoks.

Kehilangan satu atau lebih elektron dikenal sebagai oksidasi dan molekul
yang kehilangan elektronnya disebut teroksidasi. Dalam reaksi biokimia,
sebuah molekul yang teroksidasi sering dirujuk sebagai donor elektron.
Sebaliknya, memperoleh sebuah elektron disebut sebagai reduksi dan
molekul yang memperoleh elektron (penerima elektron/electron
acceptor) disebut tereduksi.

156
Unit Pembelajaran
Proses Oksidasi Reduksi

Proses oksidasi – reduksi

Reaksi oksidasi-reduksi tidak mesti melibatkan oksigen, hanya


pertukaran elektron. Proses ini sendiri disebut oksidasi hanya karena
oksigen merupakan salah satu donor elektron yang paling umum. Hal
terpenting lainnya adalah bahwa elektron tidak bisa berada dalam
keadaan bebas, jadi oksidasi dari sebuah molekul harus dibarengi dengan
reduksi dari molekul yang lain.

Fotosintesis dan respirasi adalah contoh dari reaksi oksidasi-


reduksi. Pada fotosintesis, air dioksidasi menjadi molekul oksigen dan
elektronnya digunakan untuk mereduksi karbondioksida menjadi gula.
Respirasi adalah kebalikannya. Gula atau molekul organik yang lain
teroksidasi dan elektronnya digunakan untuk mereduksi oksigen dan
membentuk air.
Sebuah donor elektron juga dikenal sebagai agen pereduksi karena
menyumbangkan elektron, menyebabkan molekul yang lain tereduksi.
Sebaliknya penerima elektron dikenal sebagai agen pengoksidasi. Satu
konsekuensi dari reaksi terang fotosintesis adalah menghasilkan agen
pereduksi yang kuat yang membawa cukup energi untuk mereduksi
karbondioksida. Oksigen disisi lain, adalah agen pengoksidasi yang kuat

157
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

yang berperan sebagai penerima akhir dari elektron yang ditarik dari
glukosa selama proses respirasi.

Proses Redoks pada Fotosintesis

Fotosintesis adalah proses di mana tanaman yang mengandung klorofil


mengubah karbon dioksida menjadi gula dengan bantuan sinar matahari
(reaksi terang) dengan serangkaian reaksi redoks. Selain menggunakan
bantuan sinar matahari, fotosintesis juga dilakukan dalam reaksi gelap
(siklus Calvin). Siklus Calvin mewakili satu set reaksi yang digunakan
untuk menghilangkan elektron dari air yang kemudian digunakan untuk
mengubah karbon dioksida menjadi senyawa organik.
Reaksi bersih fotosintesis adalah sebagai berikut:

Oksidasi
 Langkah pertama adalah oksidasi oksigen dalam air dengan adanya

energi cahaya. Reaksinya:


Reduksi
 Langkah kedua adalah reduksi dimana ion mereduksi karbon

di . Reaksinya:

 Dalam fotosintesis, direduksi menjadi karbohidrat. Dengan


menggunakan ATP dan NADPH yang dihasilkan pada reaksi terang,

158
Unit Pembelajaran
Proses Oksidasi Reduksi

senyawa yang dihasilkan kemudian direduksi dan dilepaskan untuk


membentuk karbohidrat lebih lanjut, seperti glukosa.
 Keseimbangan antara NADP / NADPH menentukan keadaan redoks.
Setiap reaksi redoks memiliki setengah oksidasi dan setengah
reduksi.
 NADP+ dikurangi menjadi NADPH adalah reduksi dan air yang
menyebabkan adanya oksigen adalah oksidasi.

Pada fotosintesis dan respirasi, transfer elektron tidaklah sederhana.


Satu tahap reaksi tetapi melibatkan pembawa elektron yang membawa
elektron dari satu pengantara ke yang lainnya. Dua pembawa elektron
yang paling umum adalah nicotinamide adenine dinucleotide (NAD) dan
nicotinamide adenine dinucleotide phosphate (NADP).
Peran dari pembawa elektron ini dalam reaksi redox dapat digambarkan
oleh satu reaksi pada respirasi. Pada reaksi ini, asam malat teroksidasi
menjadi asam oksaloasetat.
Setengah reaksi untuk oksidasi malat adalah :
malat → oksaloasetat + 2e– + 2H+
Elektron yang ditarik dari malat ditransfer ke NAD +, bentuk teroksidasi
dari NAD, dengan demikian mereduksi NAD + menjadi NADH.
Reduksi dari NAD+ ditunjukkan oleh setengah reaksi yang kedua :
NAD+ + 2e– + 2H+ → NADH + H+
Kombinasi dari kedua reaksi diatas :
malat + NAD+ → oksaloasetat + NADH + H+
NADH adalah agen pereduksi yang kuat yang dapat dipakai untuk
mereduksi molekul yang lain dimanapun didalam sel.

Pada kebanyakan kasus, kehilangan sebuah elektron (e– ) dibarengi


dengan kehilangan ion hidrogen atau proton (H+). Dengan cara yang
sama, ketika sebuah molekul tereduksi maka normalnya ia akan

159
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

menerima sebuah proton untuk menyeimbangkan muatan negatif dari


elektron yang diperoleh dan menjaga muatan netral.
Akan tetapi, untuk NAD+, karena ia mulai dengan muatan positif,
menerima 2 elektron tetapi hanya 1 proton. Dalam kasus ini, proton
kedua bergabung dengan kelompok proton yang ada pada sitoplasma.

160
Unit Pembelajaran
Proses Oksidasi Reduksi

 Soal USBN Tahun 2018/2019.

Berikut ini contoh soal-soal UN topik Penyetaraan Reaksi Redoks pada


Kompetensi Dasar 3.6 dan 4.6. Soal-soal ini disajikan agar dapat dijadikan
sebagai sarana berlatih bagi peserta didik untuk menyelesaikannya. Selain itu,
soal-soal ini juga dapat menjadi acuan ketika mengembangkan soal yang
setipe pada topik Penyetaraan Reaksi Redoks.

No Soal
1 Baterai berbentuk kacing yang digunakan pada kalkulator terjadi
reaksi sebagai berikut:
Zn(s) + HgO(s) + H2O(l) → Zn(OH)2(s) + Hg(l)
Senyawa mana yang bertindak sebagai oksidator dan hasil oksidasi
adalah ....
(A) Zn(s) dan Zn(OH)2(s)
(B) Zn(s) dan HgO(s)
(C) HgO(s) dan Hg(s)
(D) HgO(s) dan Zn(OH)2(s)
(E) H2O dan Zn(OH)2(s)
Identifikasi
Level Kognitif : Aplikasi (LK2)
Indikator Yang : 3.6. Menentukan oksidator, reduktor, hasil
Bersesuaian oksidasi dan reduksi
Diketahui : Persamaan reaksi redoks
Ditanyakan : Senyawa yang merupakan oksidator
Materi yang : Bilangan oksidasi, reaksi redoks, oksidator, reduktor
dibutuhkan

 Soal USBN Tahun 2016/2017.

No Soal
1 Perhatikan persamaan reaksi redoks berikut!
Sn(s) + 4HNO3(aq) → SnO2(s) + 4NO2(g) + 2H2O(l)
Bilangan oksidasi dari zat oksidator dan hasil reduksinya berturut-
turut adalah ....

161
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

A. +1, Sn
B. +1, SnO2
C. +4, NO2
D. +5, NO2
E. +5, HNO3

Identifikasi
Level Kognitif : Aplikasi (LK2)
Indikator Yang : Menentukan oksidator, reduktor, hasil oksidasi dan
Bersesuaian reduksi
Diketahui : Persamaan reaksi redoks
Ditanyakan : Bilangan oksidasi unsur pada oksidator, Spesi yang
merupakan oksidator
Materi yang : Bilangan oksidasi, reaksi redoks, oksidator, reduktor
dibutuhkan

162
Unit Pembelajaran
Proses Oksidasi Reduksi

Bahan pembelajaran yang diuraikan di sini merupakan contoh panduan


pembelajaran yang dapat dimplementasikan oleh Saudara ketika akan melakukan
pembelajaran topik elektrolisis. Bahan pembelajaran dikembangkan dengan
prinsip berpusat pada peserta didik dan berusaha memfasilitasi kemampuan
berpikir tingkat tinggi. Bahan pembelajaran ini berisikan rincian aktivitas
pembelajaran, lembar kegiatan peserta didik yang digunakan , dan bahan
bacaannya.

A. Aktivitas Pembelajaran

Aktivitas pembelajaran berisi rincian alternatif kegiatan pembelajaran yang


dilakukan guru dan peserta untuk mencapai kompetensi pada topik penyetaraan
reaksi redoks. Sebagai bahan acuan seluruh kegiatan aktivitas pembelajaran pada
topik ini dapat dilihat pada tabel1. yang menggambarkan desain aktifitas
pembelajaran topik penyetaraan reaksi redoks.

Aktivitas 1. Pembuatan ferro sulfat.


Dalam mempelajari reaksi redok dibuat bahan ferro sulfat yang merupakan
bahan treatmen untuk proses penjernihan air seperti halnya PAC maupun
alum sulfat.
Dalam pembuatan ferro sulfat ini terjadi proses oksidasi reduksi yang dialami
masing masing komponen, baik di sebelah kiri dan kanan dalam persamaan
reaksi pembuatan ferro sulfat.
Melakukan percobaan reaksi redoks pada pembuatan senyawa ferro
sulfat.
Tujuan Aktivitas Pembelajaran
Setelah melakukan aktivitas ini diharapkan peserta didik dapat :
1. Menjelaskan perkembangan reaksi redoks

163
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

2. Menentukan bilangan oksidasi


3. Menentukan oksidator, reduktor, hasil oksidasi dan hasil reduksi
4. Membedakan proses oksidasi dan reduksi.
Estimasi Waktu Aktivitas Pembelajaran :2 x 45 Menit
Media, alat, dan bahan yang digunakan
1. Gawai (smartphone/laptop)
2. Proyektor digital, laser pointer.
3. Koneksi internet
4. Alat dan bahan praktek
Aktivitas pembelajaran ini dilakukan dengan menggunakan model
pembelajaran Discovery Learning dengan sintak
1) Pemberian rangsangan (Stimulation)
2) Pernyataan/Identifikasi masalah (Problem Statement)
3) Pengumpulan data (Data Collection)
4) Pengolahan data (Data Processing);
5) Pembuktian (Verification),
6) Menarik simpulan/generalisasi (Generalization).

Tahap 1 : memberi rangsangan


 Pada tahap ini sebagai pemberian motivasi /rangsangan, peserta didik
memperhatikan tayangan video tentang Reaksi Redoks Dalam
Kehidupan Sehari-Hari.
 Dalam tayangan dimunculkan proses pembuatan ferro sulfat
menggunakan besi dan asam sulfat.
 Peserta didik mengajukan pertanyaan berkaitan dengan video yang
telah disimak/ diamati
 Peserta didik mendengarkan penjelasan guru tentang tujuan dan
manfaat dari mempelajari Reaksi Redoks.

164
Unit Pembelajaran
Proses Oksidasi Reduksi

Tahap 2. Problem Statement (pertanyaan/ identifikasi masalah)


Pada tahap ini peserta didik diajak untuk mengidentifikasi sebanyak
mungkin masalah yang berkaitan dengan unsur, senyawa dan campuran
dan menemukan jawaban dari pertanyaan hasil identifikasi seperti contoh
pertanyaan berikut:
 Perunbahan bentuk besi setelah mengalami reaksi dengan asam sulfat
dan proses pembentukan ferro sulfat yang bewarna kristal hijau.
 Mengapa hidrogen menjadi Gas hidrogen … ? dan terlepas secara bebas
diudara.
 Mengapa dalam proses tersebut berjalan spontan … ? tanpa adanya
katalis apapun.
 Apakah reaksi berlangsung dengan sempurna tanpa adanya pemanasan
sebelumnya…..?
Tahap 3. Pengumpulan data
Pada tahap ini peserta didik mengumpulkan informasi yang relevan untuk
menjawab pertanyaan yang diidentifikasi melalui pertanyaan pertanyaan
diatas dan melakukan pengumpulan data mengenai kedudukan besi dan
asam sulfat, harga ketetapan reaksi dan lain lainnya.
Tahap 4. Pengolahan Data Dan Analisis.
Dalam melakukan percobaan pembuatan ferro sulfat ini dibutuhkan alat
dan bahan sebagai berikut:
Tabel 2. Peralatan yang digunakan.

A. Alat yang digunakan


1. Termometer kaca kisaran suhu 0 – 200 0C 2 buah per kelompok
2. Gelas ukur 100, 500 ml masing masing 1buah, per kelompok
3. Pipet asam 25 ml 1 buah per kelompok
4. Ember wadah reaksi ukuran 7 liter 1 buah per kelompok
5. Masker asam 2 buah per kelompok
6. Jas laboratorium. 1 buah per peserta
7. Celemek plastik 1 buah per peserta

Tabel 3. Peralatan yang digunakan.

B. Alat yang digunakan


1. Asam sulfat pekat 500 ml

165
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

2. Besi serutan bekas mesin bubut 500 gram


3. Air aquades secukupnya
4. Air bersih Secukupnya
5. Pengaduk kayu 1 buah per kelompok

Tahap 5. Verifikasi
 Peserta didik untuk mendiskusikan hasil pengolahan data &
memverifikasi serta menjawab pertanyaan yang mungkin didapat
dalam diskusi berdasarkan data pengamatan dalam menjalankan
percobaan/projek dan informasi yang diperoleh dari bahan bacaan
(buku, internet, video) mengenai reaksi redoks, oksidator, reduktor,
bilangan oksidasi.

Tahap 6. Menarik simpulan (generalisasi)


 Memfasilitasi dan membimbing peserta didik untuk merumuskan
kesimpulan dari percobaan yang dilakukan.

166
Unit Pembelajaran
Proses Oksidasi Reduksi

Aktivitas 2. Deret Volta.


Aktivitas pembelajaran ini akan membawa peserta didik mencapai indikator
3.6.4, 3.6.5, dan 3.6.6. pendekatan yang dilakukan untuk mencapai indikator
tersebut pada aktivitas ini adalah pendekatan saintifik. Tahapan –tahapan
yang dilakukan adalah :
Aktivitas pembelajaran ini dilakukan dengan menggunakan model
pembelajaran Discovery Learning dengan sintak
1) Pemberian rangsangan (Stimulation)
2) Pernyataan/Identifikasi masalah (Problem Statement)
3) Pengumpulan data (Data Collection)
4) Pengolahan data (Data Processing);
5) Pembuktian (Verification),
6) Menarik simpulan/generalisasi (Generalization).

Melakukan pencelupan logam ke asam untuk pembuktian kecepatan


oksidasi dalam logam logam dalam deret Volta.

Tujuan Aktivitas Pembelajaran


Setelah melakukan aktivitas ini diharapkan peserta didik dapat :
1. Memperjelas kedudukan logam logam dalam deret volta.
2. Merumuskan kedudukan logam logam dalam deret volta sesuai dengan
sifat logam itu sendiri (semakin reaktif jika paling kiri dan semakin
tidak reaktif jika semakin kanan).

Aktivitas pembelajaran pada aktivitas pembelajaran ke-2 ini dilakukan dengan


menggunakan model pembelajaran PBL (Problem Base Learning) dengan
sintak :1) Orientasi peserta didik pada masalah, 2) Mengorganisasi peserta
didik dalam belajar, 3) Membimbing penyelidikan peserta didik 4)
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya 5) Menganalisis dan
mengevaluasi proses pemecahan masalah.

167
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Tahap 1. Orientasi peserta didik pada masalah


 Deret volta adalah urutan logam logam yang mempunyai arti dalam
pembentukan senyawa maupun untuk kepentingan teknis,
kedokteran, pertanian dan lainnya.
 Tayangan video mengenai deret volta dan aplikasi penggunaan
dalam berbagai bidang kehidupan.
 Seberapa pengaruhnya antar logam logam tersebut ketika
berhadapan dengan asam kuat/ asam organik sebagai contoh dalam
kehidupan sehari hari bahwa logam dalam deret volta bertemu
dengan asam asam tersebut.

Tahap 2. Problem (menanya)


 Pengaruh asam organik dan non organik jika dilakukan pencelupan
kedalamnya….
 Logam mana akan cepat mengalami proses okidasi…..
 Kerugian apa jika logam tersebut mengalami oksidasi…

Tahap 3. Membimbing penyelidikan peserta didik dalam pengumpulan


data.
Pada tahap ini peserta didik mengumpulkan informasi untuk
membangun dan menciptakan ide dalam memecahkan masalah
mengenai implementasi redoks pada konsep deret volta . Pada kegiatan
ini peserta didik melakukan percobaan, mengisi data-data pada tabel
(LKPD) yang masih kosong kemudian mendiskusikan dengan kelompok
lain mengenai konsep dasar deret volta .

168
Unit Pembelajaran
Proses Oksidasi Reduksi

Tahap 4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Pada tahap ini peserta didik dapat mengembangkan konsep yang


lain dengan menerapkan pemahaman yang sudah didapat mengenai
deret volta.
 Dalam tahap ini melakukan pengembangan dengan mengerjakan
analisis pengaruh asam asam tersebut dengan beberapa
kosentrasi terhadap logam logam yang berada dalam deret volta
seperti: Al, Zn. Fe, Ni, Pb dan Cu
 Menyajikan hasil ketika percobaab telah dilakukan, dengan
mengumpulkan data hasil percobaan, mencari hubungan yang
relevan diantaranya.

Tahap 5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.


Melakukan analisis dari penyajian tersebut dan mencari pemecahan
masalah agar oksidasi tidak menyerang jika dipakai untuk bahan
kontruksi, bahan pelapis dan lainnya dari logam logam tersebut.
Peserta didik mengevaluasi hasil belajar tentang materi deret volta
melalui diskusi kelas untuk menganalisis hasil pemecahan masalah
tentang deret volta.

Peserta didik melakukan diskusi kelas menerapkan pemahaman tentang


deret volta pemecahan permasalahan yang lain yang masih berkaitan
dengan reaksi redoks.

169
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

B. Lembar Kerja Peserta Didik


Lembar Kerja Peserta Didik 1.
A. Pendahuluan.
Reaksi oksidasi dan reduksi banyak terjadi dialam ini, walau kadang kita
tidak menyadari, sebagaimana alam semesta dalam perjalanannya, adanya
perubahan waktu selalu ada proses oksidasi dan reduksi yang berjalan
spontan, & perlahan.
B. Tujuan.
Memperlajari reaksi oksidasi reduksi dan proses perubahan kimia yang
terjadi dari reaksi asam sulfat dengan besi (besi scruft).
C. Alat Dan Bahan.
Bahan Alat
1 Besi scraft/besi bubuk 400 gr 1 Reaktor kaca 1.000 ml
2 Kertas saring 100 mesh 2 Pengukur Suhu 120 oC
3 Asam sulfat 500 liter 3 Pengaduk kaca.
4 Aquades secukupnya. 4 Saringan Peniris
5 Air kran secukupnya 5 Bak pasir dalam wadah
6 Ember bangunan
7 Timbangan 1 kg
8 Pipet volume 50 ml
9 Wadah plastik

Pakian dan alat pelindung diri.


1). Jas laboratorium
2). Masker asam
3). Masker kain
4). Sarung tangan tahan asam
5). Sarung tangan kulit
6). Lampi plastik

D. Langkah Kerja.
1. Siapkan alat dan bahan seperti yang tertulis diatas.
2. Cuci besi scrat/besi bubuk dengan air, cara yang dilakukan ambil
besi scraft kemudian masukan kedalam ember bangunan, lakukan
proses perendaman sampai ketinggian air 3 x ketinggian besi scraft.

170
Unit Pembelajaran
Proses Oksidasi Reduksi

3. Rendamlah besi scraft, bersihkan dari kotoran yang menempel pada


besi scraft tersebut. Lakukanlah pencucian sebanyak 3x.
4. Siapkan larutan asam sulfat pekat kedalam gelas ukur, masukkan
asam sulfat sesuai dengan ketentuan dalam stokiometri dengan
kelebihan 0,2 dari perhitungan.
5. Siapkan besi scraft dengan menimbang sesuai perhitungan yang
dilakukan kemudian, masukkan pada reaktor kaca, basahi
permukaan besi dengan aquades sampai ketutup permukaan besi
oleh aquades.
6. Masukkan asam sulfat secara perlahan untuk menyempurnakan
reaksi, sambil dilakukan pengadukan.
7. Setelah reaksi selesai biarkanlah larutan sampai dingin, sehingga
kristal ferro sulfat terbentuk. Pisahkan antara larutan dengan kristal
dengan kertas saring beserta penirisnya.
8. Warna krisal fero sulfat adalah hijau terang.

E. Data Percobaan
Pembuatan Fero Sulfat Dengan Melihat Okidasi Reduksi
Nama :
Kelompok :

Waktu Reaksi & suhu Waktu Reaksi & suhu


1 5 menit 5 25 menit
2 10 menit 6 Dst.
3 15 menit 7
4 20 menit 8

Keterangan:
Catat perubahan suhu setiap 5 menit sekali.

F. HASIL PEMBAHASAN.
Berisi data percobaan dan reaksi antara besi dengan asam sulfat, proses
oksidasi dan reduksi dari reaksi tersebut.

171
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Lembar Kerja Peserta Didik 2. Sel Volta.


A. Tujuan percobaan.
1 Membuat/merancang prosedur kerja
2 lambang diagram sel dan reaksi yang terjadi di anoda dan katoda
3 Menentukan potensial sel berdasarkan hasi pengamatan/eksperimen.
B. RUMUSAN MASALAH.
1 Apakah semua reaksi berlangsung secara spontan?
2 Bagaimana menuliskan lambang sel atau diagram sel reaksi yang
berlangsung?
C. DASAR TEORI
Sel volta atau sel Galvani adalah bagian dari sel elektrokimia yang didalamnya
terjadi reaksi redoks spontan yang menghasilkan listrik. Dalam sel volta,
katoda adalah kutub positif (tempat terjadinya reaksi reduksi), sedangkan
anoda adalah kutub negative (tempat terjadinya reaksi oksidasi). EO sel volta
didapatkan dari EO Katoda dikurangi EO Anoda menggunakan data EO pada
deret volta yang makin ke kiri unsur Hidrogen semakin kecil nilai EOnya (EO
sel volta = EO Katoda - EO Anoda atau EO sel volta = EO reduksi - EO oksidasi)
Sel volta banyak digunakan dalam industri antara lain akumulator dan
berbagai baterai. Prinsip sel volta juga dapat digunakan untuk mencegah
korosi pada logam.

D. VARIABEL
1 Variabel Manipulasi : Elektroda (Cu, Zn, Mg, dan Fe), Larutan (CuSO4,
ZnSO4, MgSO4, dan FeSO4)
2 Variabel Kontrol: alat (gelas kimia, voltmeter, penjepit buaya, kabel,
jembatan garam)
3 Variabel Respon : Beda potensial sel yang ditunjukkan oleh voltmeter

172
Unit Pembelajaran
Proses Oksidasi Reduksi

E. ALAT DAN BAHAN


 Alat :
1. Gelas kimia 2 buah
2. Voltmeter 1 buah
3. Penjepit buaya 4 buah
4. Kabel 2 buah
5. Jembatan garam 1 buah
6. Elektroda (Cu, Zn, Mg, dan Fe)
7. Amplas
8. Tisu
 Bahan :
1. Larutan CuSO4
2. Larutan ZnSO4
3. Larutan MgSO4
4. Larutan FeSO4

F. Gambar Rangkaian

Gambar 11. Rangkaian sel volta.

173
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

G. Langkah Kerja
1 Siapkan alat dan bahan
2 Masukkan larutan CuSO4 Larutan ZnSO4 ke dalam gelas kimia @ 40 ml
3 Amplas elektroda Cu dan Zn
4 Jepitkan penjepit buaya berkutub positif pada lempeng katoda dan
kutub negative pada lempeng anoda
5 Pasang jembatan garam dan pastikan kedua ujungnya tercelup ke
dalam larutan elektrolit
6 Celupkan masing-masing elektroda ke dalam larutannya
7 Amati perubahan yang terjadi
8 Catat hasil percobaan pada tabel
9 Lakukan langkah 2 – 8 untuk pasangan larutan
a. MgSO4 dan ZnSO4 dengan elektroda Mg dan Zn
b. MgSO4 dan FeSO4 dengan elektroda Mg dan Fe
c. FeSO4 dan ZnSO4 dengan elektroda Fe dan Zn

174
Unit Pembelajaran
Proses Oksidasi Reduksi

C. Bahan Bacaan

Bahan Bacaan 1. Reaksi Oksidasi-Reduksi


Perkembangan Konsep Reaksi Oksidasi Reduksi. Sesuai dengan
perkembangannya, ada tiga konsep untuk menjelaskan reaksi oksidasi reduksi
(redoks). Konsep tersebut adalah sebagai berikut:
Konsep I:
a. Reaksi Oksidasi adalah reaksi pengikatan oksigen.
Contoh :
2Mg(s) + O2(g) → 2MgO(g)
CH4(g) + O2(g) → CO2(g) + 2H2O(g)
Adapun contoh yang terkait dengan reaksi oksidasi berdasarkan konsep
ini adalah sebagai berikut:
1) Perkaratan logam besi
Reaksi perkaratan logam besi:
4Fe(s) + 3O2(g) --> 2Fe2O3(s) [karat besi]
2) Pembakaran bahan bakar (misalnya gas metana, minyak tanah,
LPG, solar)
Reaksi pembakaran gas metana (CH4): akan menghasilkan gas karbon
dioksida dan uap air.
CH4(g) + O2(g) --> CO2(g) + 2H2O(g)
3) Oksidasi glukosa (C6H12O6) dalam tubuh (respirasi).
Di dalam tubuh, glukosa di pecah menjadi senyawa yang lebih
sederhana seperti carbon dioksida dan air.
C6H12O6(aq) + 6O2(g) --> 6CO2(g) + 6H2O(l)
4) Oksidasi tembaga Cu, belarang S, dan belerang dioksida SO2
Cu(s) + O2(g) --> CuO(s)
S(s) + O2(g) --> SO2(g)
SO2(g) + O2(g) --> SO3(g)

175
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

5) Buah apel maupun pisang setelah dikupas akan berubah warna


menjadi kecoklatan
6) Minyak makan yang disimpan terlalu lama dan dalam kondisi terbuka
akan menyebabkan bau tengik hasil dari pengikatan oksigen
(teroksidasi)

b. Reaksi Reduksi adalah reaksi pelepasan oksigen dari suatu zat

Adapun contoh yang terkait dengan reaksi reduksi berdasarkan konsep ini
adalah sebagai berikut:

1) Reduksi mineral hematit F2O3 oleh karbon monoksida CO

F2O3(s) + CO(g) --> 2Fe(s) + CO2(g)

2) Reduksi kromium(III) oksida Cr2O3 oleh aluminium Al

Cr2O3(s) + 2Al(s) --> 2Cr(s) + Al2O3(s)

3) Reduksi tembaga(II) oksida CuO oleh gas hidrogen H2

CuO(s) + H2(g) --> Cu(s) + H2O(g)

4) Reduksi SO3, KClO3, dan KNO3:

SO3(g) --> SO2(g) + O2(g)

3KClO3(s) --> 2KCl(s) + 3O2(g)

2KNO3(aq) --> 2KNO2(aq) + O2(g)

Konsep II :
Oksidasi adalah pelepasan elektron.
Contoh :
Fe2+ → Fe3+ + 3e
Ca → Ca2+ + 2e
Reduksi adalah penerimaan elektron.

176
Unit Pembelajaran
Proses Oksidasi Reduksi

Contoh :
Cu2+ + 2e → Cu
Cl2 + 2e → 2Cl–
Jika pada suatu reaksi ada zat yang mengalami oksidasi, tentu disertai ada nya
zat yang mengalami reduksi, demikian pula sebaliknya.
Dengan demikian, zat yang mengalami oksidasi dapat mereduksi zat lain
(disebut reduktor), dan zat yang mengalami reduksi dapat mengoksidasi zat
lain (disebut oksidator).
Dalam reaksi redoks, banyaknya elektron yang dilepaskan oleh zat reduktor
sama dengan banyaknya elektron yang diterima oleh zat oksidator.

Contoh:

1) Reaksi natrium dengan clorin membentuk natrium klorida NaCl

Oksidasi : Na --> Na+ + e [melapas 1 elektron]


Reduksi : Cl + e --> Cl- [menerima 1 elektron]
-----------------------------------------------------------
Na + Cl --> Na+ + Cl- --> NaCl

2) Reaksi kalsium dengan belerang membentuk calsium sulfida

Oksidasi : Ca --> Ca2+ + 2e [melepas 2 elektron]


Reduksi : S + 2e --> S2- [menerima 2 elektron]
-------------------------------------------------------------
Ca + S --> Ca2+ + S2- --> CaS
Zat yang melepas elektron (oksidasi) disebut reduktor, sedangkan zat yang
menerima elektron (reduksi) disebut oksidator.

177
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Konsep III :
Oksidasi adalah kenaikan dan penurunan bilangan oksidasi (BO/Biloks).
Konsep oksidasi reduksi berdasarkan kenaikan dan penurunan bilangan
oksidasi. Bilangan oksidasi merujuk pada jumlah muatan yang dimiliki suatu
atom dalam molekul (senyawa ionik) jika elektron-elektronnya berpindah
seluruhnya.
Contoh:

Berdasarkan contoh reaksi diatas dapat disimpulkan bahwa oksidasi adalah


kenaikan dalam bilangan oksidasi (naiknya bilangan oksidasi H yang mulanya
0 menjadi +1) sedangkan reduksi adalah penurunan dalam bilangan oksidasi
(turunnya bilangan oksidasi dari Cl yang mulanya 0 menjadi -1).
Adapun aturan-aturan untuk menentukan bilangan oksidasi adalah sebagai
berikut :
 Yang termasuk unsur bebas diantaranya unsur diatomik (H2, N2, O2, F2, Cl2, Br2,
I2) dan unsur poliatomik (O3, P4, S8). Selain unsur tersebut adalah unsur
monoatomik (Na, K, Mg, C, dan lain-lain).
Contoh :
H dalam H2
O dalam O2 dan O3
F dalam F 2
Na dalam Na

178
Unit Pembelajaran
Proses Oksidasi Reduksi

 Untuk ion-ion yang tersusun atas satu atom saja, bilangan oksidasinya
sama dengan muatan ion tersebut.
Contoh : HCl (H = +1) dan (H = +1),

 Semua logam alkali/golongan IA memiliki bilangan oksidasi +1, dan


semua logam alkali tanah/golongan IIA memiliki bilangan oksidasi +2
dalam senyawanya.
Contoh : NaH (H = -1), dan (H = -1)
 Bilangan oksidasi hidrogen adalah +1,
Contoh : HCl (H = +1) dan (Cl = -1),

 Kecuali bila hidrogen berikatan dengan logam dalam bentuk senyawa


biner maka bilangan oksisdasinya adalah -1.
Contoh : NaH (H = -1)

 Bilangan oksidasi oksigen dalam sebagian besar senyawanya adalah -2.


Contoh : MgO (Mg = +2) dan (O = -2),
 Tetapi dalam hidrogen peroksida ( ) , bilangan oksidasinya adalah -1.
Contoh : (O = -1)
 Unsur halogen memiliki bilangan oksidasi -1 dalam semua senyawanya.
Contoh : HCl (Cl = -1), NaBr (Br = -1).
 Ketika halogen-halogen tersebut bergabung dengan oksigen misalnya
dalam asam okso dan anion okso maka memiliki bilangan oksidasi
positif.
Contoh: (Cl = +7)
 Dalam molekul netral, jumlah bilangan oksidasi semua atom
penyusunnya harus nol.
Contoh: ; 2 ( biloks K) + (biloks C) + 3 ( biloks O) = 0
2 (+1) + 4 + 3 (-2) =0
+2 + 4 + (-6) =0
 Dalam ion poliatomik, jumlah bilangan oksidasi semua unsur dalam ion
tersebut harus sama dengan muatan total ion.[1]

179
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Contoh: ; (biloks Mn) + 4 (biloks O) = -1


+7 + 4 (-2) = -1
+7 + (-8) = -1

A. Kerusakan bahan karena reaksi oksidasi reduksi.

Korosi diartikan sebagai peristiwa pengkaratan, apabila kita menyebutkan


kata karat maka hampir semua orang akan tahu dan pernah meiihat apa
yang dimaksud dengan karat tersebut. Pengkaratan dikenal sebagai suatu
peristiwa kerusakan permukaan pada barang-barang yang terbuat dari
logam yang berlangsung dengan sendirinya akibat adanya interaksi/kontak
antara barang tersebut dengan lingkungan dimana barang tersebut
berada. Peristiwa ini sangat tidak dikehendaki karena dapat merusak baik
fungsi maupun penampilan/nampak rupa dari barang-barang yang mengalami
peristiwa ini.

Pengertian yang lebih luas korosi bukan hanya menyangkut masalah karat saja,
akan tetapi diartikan sebagai peristiwa rusaknya bahan-bahan/konstruksi
logam akibat pengaruh lingkungan. Sering terjadi pada kondisi lingkungan
tertentu konstruksi logam mengalami kerusakan yang sangat parah
meskipun karat sedikitpun tidak terbentuk.

Gambar 12. Korosi pada logam

180
Unit Pembelajaran
Proses Oksidasi Reduksi

Peristiwa ini dapat terjadi pada semua konstruksi logam atau konstruksi yang
menggunakan logam, baik itu berupa gedung, jembatan, tiang pancang,
peralatan pabrik, sistem perpipaan, mesin- mesin, komponen berbagai macam
kendaraan bermotor, kapal laut, pesawat terbang, perlengkapan rumah tangga
dan lain sebagainya. Adapun produk korosi dapat terjadi dalam berbagai
bentuk mulai dari bentuk yang sederhana, terlihat oleh metal telanjang (se-
perti terbentuknya karat pada permukaan, sampai kepada bentuk- bentuk yang
rumit yang hanya dapat dideteksi oleh peralatan yang sangat sensitif.

Meskipun proses korosi adalah proses alamiah yang berlangsung dengan


sendirinya dan karena tidak bisa dicegah secara mutlak, akan tetapi tindakan
pencegahan dan penanggulangannya tetap diperlukan.

Gambar 13. Korosi logam pada bagian yang tidak diproteksi

Pada dasarnya prinsip pencegahan dan penanggulangan korosi sangat


sederhana. Kita dapat memilih salah satu atau kombinasi dari metode-
metode yang ada seperti metode perlindungan katodik, inhibisi, pelapisan
dengan logam dan pelapisan dengan cat. Pemilihan metode mana yang akan
dipakai tentu saja bergantung pada beberapa faktor yang harus
dipertimbangkan.
1. Teori dasar korosi
Ditinjau dari segi termodinamika, proses korosi adalah proses yang
sangat bersifat alamiah. Pada dasarnya semua logam tidak stabil. Logam
murni cenderung bereaksi dengan lingkungan dimana ia berada dan
membentuk senyawa oksida atau karbonat yang lebih stabil. Pada reaksi

181
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

diatas terjadi perpindahan elektron dan reaksi semacam ini disebut reaksi
elektrokimia.

Kecenderungan logam untuk melepaskan elektron berbeda-beda, semakin


besar kecenderungan tersebut semakin reaktif logam yang bersangkutan.
Sebagai contoh perbedaan reaktivitas
logam terlihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 4. Reaktivitas logam

Asam Na Zn Cu Pt
H2O bereaksi tidak tidak tidak
HC1 encer bereaksi bereaksi tidak tidak
HNO3 bereaksi bereaksi bereaksi tidak
pekat Sumber: Suparmi, kimia indsutri jilid 1.

Na ternyata sangat reaktif, sedangkan Pt sebaliknya. Reaksi dimana


Na melepaskan elektronnya adalah reaksi korosi dan karenanya Na adalah
logam yang sangat mudah terkorosi. Sebaliknya Pt digolongkan sebagai
logam mulia karena reaktivitasnya yang sangat rendah.

2. Mekanisme korosi
Mekanisme proses korosi logam pada dasarnya merupakan proses
elektrokimia. Untuk memahami mekanisme proses korosi baiklah kita
perhatikan reaksi antara logam seng (Zn) dengan asam khlorida (HCl).
Jika Zn dicelupkan ke dalam larutan HC1, akan terjadi reaksi
pembentukan gas hidrogen dan reaksi pelarutan Zn membentuk
larutan seng khlorida (ZnC12). Reaksi diatas dapat dinyatakan dengan
persamaan reaksi berikut ini
Zn + 2 HC1 —? ZnC12 + H2 ....................................................... (1)
Ion klorida tidak ikut serta dalam reaksi, maka reaksi (1) dapat
disederhanakan sebagai berikut

Zn + 2 H+ —? ZN2+ + H2 ............................................................. (2)


Seng bereaksi dengan ion hidrogen dari larutan asam membentuk

182
Unit Pembelajaran
Proses Oksidasi Reduksi

menggunakan metode perubahan bilangan oksidasi dan metode setengah


reaksi. Selain itu, unit ini dilengkapi dengan 3 buah LKPD, yaitu : reaksi
pembakaran logam magnesium, penyetaraan reaksi redoks, dan reaksi redoks
spontan.

143
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Gambar 14. Korosi logam karena zat asam.

Reaksi katodik dalam setiap reaksi korosi merupakan reaksi re duksi


yang ditandai dengan penurunan valensi atau penyerapan elektron. Ada
beberapa reaksi katodik yang berbeda yang sering dijumpai dalam korosi
logam, yaitu :
- Lingkungan asam :
a. Tanpa oksigen
2 H+ + 2 e —> H2 ................................................................ (6)
b. Dengan oksigen.
4 H+ + O2 + 4 e —> 2 H2O ......................................... (7)
- Lingkungan basa atau netral :
2 H2O + O2 + 4 e —> 4 OH- ................................................ (8)
- Reduksi ion logam :
Mn + + n e —> M … .............................................................. (9)
Mn + + e ——? M(N-1)+ .................................................... (10)

Dari sekian banyak reaksi katodik yang paling umum dijumpai pada
proses korosi adalah reaksi (5); (6) dan (7). Dari sini dapat disimpulkan
bahwa peranan air dan oksigen sangat dominan dalam proses korosi.

4. Terbentuknya anoda dan katoda


Daerah anoda dan katoda pada prinsipnya dapat terbentuk bila pada
permukaan logam atau paduan terdapat perbedaan potensial atau
energi bebas dari titik yang satu terhadap yang lain disekitarnya.
Perbedaan potensial ini dapat dihasilkan misalnya oleh dua jenis logam
yang berhubungan secara listrik, perbedaan rasa, perbedaan suhu,
perbedaan tegangan, perbedaan besar butiran, daerah pinggir dan tengah

184
Unit Pembelajaran
Proses Oksidasi Reduksi

butiran dan juga pengaruh konsentrasi dari lingkungan. Kondisi-kondisi


yang dapat membentuk daerah anoda dan katoda dapat dilihat dalam tabel
berikut ini :

Tabel 5 Terbentuknya Anoda dan Katoda

KONDISI ANODA KATODA

Logam berbeda*)
Fe & Cu Fe Cu
Zn & Fe Zn Fe
Fasa berbeda :
Fe3C S u h u
Tegangan panas tegang halus Fe3C
Butiran pinggir dingin kasar
tengah

Konsentrasi oksigen Rendah Tinggi


Kotoran Tengah Pinggir
*) Sesuai dengan "Galvanic Series" dalam "Electrochemical Series"

5. Jenis-jenis Korosi
Serangan korosi pada logam-logam oleh lingkungannya dapat
menghasilkan berbagai bentuk kerusakan. Jenis kerusakan yang terjadi
tidak hanya tergantung pada jenis logam, keadaan fisik logam dan
keadaan penggunaan-penggunaannya, tetapi juga tergantung pada
lingkungannya. Ditinjau dari bentuk produk atau prosesnya, korosi
dapat dibedakan dalam beberapa jenis, di antaranya :

a Korosi merata : Serangan korosi yang merata diseluruh permukaan


logam. Korosi merata umumnya terjadi pada permukaan -
permukaan logam yang memiliki komposisi kimia sejenis atau
memiliki mikro struktur sejenis. Korosi merata merupakan bentuk
kerusakan yang paling umum dijumpai.

b Korosi lubang (pitting) : Serangan korosi yang membentuk lubang.


Korosi lubang biasanya merupakan hasil dari aksi sel korosi
autokatalitik setempat. Dengan demikian kondisi kondisi korosi yang
dihasilkan di dalam lubang cenderung mempercepat proses

185
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

korosi. Korosi lubang sangat membahayakan karena biasanya hanya


berbentuk lubang kecil bahkan kadang-kadang dari luar
tertutup dan hanya merupakan permukaan yang kasar.

c Korosi celah (crevice corrosion) : Serangan korosi pada celah- celah


yang umumnya terjadi karena adanya jebakan air atau elektrolit
diantara celah, sambungan dan sebagainya. Korosi celah ini juga
dapat autokatalitik karena hidrolisa ion - ion logam yang terjadi
di dalam celah dan juga penimbunan muatan positif larutan di
dalam celah.

d Korosi galbani (galvanic corrosion) : Serangan korosi yang terjadi


apabila dua logam yang berbeda dihubungkan satu dengan yang
lain. Logam yang kurang mulia akan bertindak sebagai anoda dan
yang lebih mulia sebagai katoda. Kecenderungan terkorosi
tergantung pada jenis logam yang berkontak dan luas permukaan
daerah katoda dan anodanya.

e Korosi selektif : Serangan korosi yang bersifat selektif. Paduan yang


terdiri dari unsur-unsur yang memiliki aktifitas elektrokimia
jauh berbeda akan mudah terpengarah oleh korosi selektif.

f Korosi antar kristal (intergranular corrosion) : Serangan korosi yang


terjadi pada batas kristal (butir) dari suatu logam/paduan karena
paduan yang kurang sempurna (ada kotoran yang masuk) atau
adanya gas hidrogen atau oksigen yang masuk pada batas
kristal/butir.

g Korosi lelah : kegagalan logam oleh aksi gabungan beban dinamik


dan lingkungan korosif.

h Korosi tegang : Peretakan logam karena aksi gabungan beban statik


dan lingkungan korosif.

i Korosi erosi : Kerusakan logam karena gabungan aksi

186
Unit Pembelajaran
Proses Oksidasi Reduksi

lingkungan korosif dan erosi permukaan logam oleh


pergerakan lingkungan fluida yang korosif.

6. Pengendalian Korosi
Prinsip dasar pengendalian korosi sebenarnya sangat sederhana. Faktor-
faktor yang mempengaruhi korosi dapat dibagi dalam dua kategori, yaitu
faktor logam (faktor dalam) dan faktor lingkungan (faktor luar).

Jumlah paduan logam maupun variasi lingkungan sangat banyak,


sehingga dapat diperkirakan bahwa persoalan korosi tampaknya sangat
kompleks. Tetapi dasar-dasar pengendaliannya dapat kita bagi kedalam 4
metode seperti berikut ini :
a). Membuat logam tahan korosi
b). Membuat lingkungan menjadi tidak korosif
c). Membalikkan arah arus korosi.
d). Memisahkan logam dari lingkungan.

a). Membuat logam tahan korosi


Membuat logam menjadi tahan korosi, dimaksudkan untuk memperoleh
ketahanan korosi dari logam dalam lingkungan tertentu. Cara
penanggulangan seperti ini akan melibatkan ahli-ahli metallurgi.
Ketahanan korosi dari logam dapat diperoleh karena pada
permukaan logam dapat dihindarkan adanya daerah-daerah anodik
dan katodik, atau menjadikan permukaan logam tertutup oleh lapisan
yang protektif, seperti baja tahan karat, baja tahan cuaca dan sebagainya.
Cara ini tentu akan mengakibatkan harga logam yang sangat tinggi.

b). Membuat lingkungan menjadi tidak korosif


Membuat lingkungan menjadi tidak korosif pada umumnya di lakukan
dengan menggunakan zat-zat kimia yang

187
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

ditambahkan ke dalam lingkungan elektrolit. Cara ini cocok untuk


lingkungan-lingkungan yang terbatas dan terkontrol. Zat- zat yang
ditambahkan dapat mempengaruhi reaksi-reaksi di anoda, katoda atau
keduanya, sehingga proses korosi diperlambat. Zat yang ditambahkan
disebut inhibitor.

c). Membalikkan arah korosi


Membalikkan arah arus korosi, sehingga proses korosi logam dikurangi
atau bahkan ditiadakan sama sekali. Cara ini bi asa kita kenal dengan
istilah "proteksi katodik", dimana proses korosi dicegah dengan jalan
memperlakukan logam yang di- lindungi sebagai katoda.

d). Memisahkan logam dari lingkungan


Memisahkan logam dari lingkungan adalah cara yang sangat populer
dan banyak dilakukan. Cara ini meliputi pelapisan de- ngan lapis lindung
organik atau inorganik (logam dan bukan logam). Teknik pelindungan
dapat dengan pengecatan, semprot, lapis listrik, celup dan sebagainya.
Untuk proses lapis listrik (electroplating) logam yang umum digunakan
untuk melapis antara lain kadmium, khrom, tembaga, emas, timah
putih, timah hitam, nikel, perak dan seng. Sedangkan dalam bentuk
paduannya antara lain : kuningan, perunggu, nikel- besi dan lain-lain.

Dilihat dari fungsi proteksinya jenis-jensi logam pelindung tersebut


dapat kita kelompokkan dalam dua golongan. Go- longan yang pertama
adalah bersifat "sacrificial" yaitu logam logam yang lebih anodis dari
logam yang dilindungi, sehingga logam pelindung tersebut akan habis
lebih dahulu dari pada logam yang dilindungi.

Golongan kedua adalah logam-logam yang betul-betul


"melindung" dalam arti bersifat mengisolasi permukaan bahan dasar
terpisah dari lingkungan, dan yang bersifat katodis. Sebagai contoh
untuk perlindungan baja, logam yang termasuk dalam golongan

188
Unit Pembelajaran
Proses Oksidasi Reduksi

pertama adalah : seng, aluminium, kadmium dan sebagainya; dan


yang termasuk golongan kedua adalah nikel, khrom, perak, dan
sebagainya.

189
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Bahan Bacaan 2. Deret Volta.


Sel volta (sel galvani) adalah sel elektrokimia di mana energi kimia dari redoks
spontan diubah menjadi energi listrik. Prinsip kerja sel volta dalam
menghasilkan arus listrik adalah aliran transfer elektron dari reaksi oksidasi
di anode ke reaksi reduksi di katode melalui rangkaian luar.

Susunan Sel Volta

Gambar 15. Angkaian Sel Volta Dengan Jembatan Garam.


Sumber: Brown, Theodore L. et al. 2015. Chemistry: The Central Science (13th edition). New Jersey:
Pearson Education, Inc.)

Secara umum, sel volta tersusun dari:


 Anode, yaitu elektrode tempat terjadinya reaksi oksidasi.
 Katode, yaitu elektrode tempat terjadinya reaksi reduksi.
 Elektrolit, yaitu zat yang dapat menghantarkan listrik.
 Rangkaian luar, yaitu kawat konduktor yang menghubungkan anode
dengan katode.
 Jembatan garam, yaitu rangkaian dalam yang terdiri dari larutan garam.

Jembatan garam memungkinkan adanya aliran ion-ion dari setengah sel anode
ke setengah sel katode, dan sebaliknya sehingga terbentuk rangkaian listrik
tertutup.

190
Unit Pembelajaran
Proses Oksidasi Reduksi

Pada gambar di atas, terlihat rangkaian sel volta dengan dua kompartemen.
Masing-masing kompartemen merupakan setengah sel. Pada kompartemen
kiri, dalam larutan ZnSO4 terjadi setengah reaksi oksidasi Zn menjadi ion Zn 2+,
sedangkan pada kompartemen kanan, dalam larutan CuSO 4 terjadi setengah
reaksi reduksi ion Cu 2+ menjadi Cu. Logam Zn dan Cu yang menjadi kutub-
kutub listrik pada sel volta di atas disebut sebagai elektrode. Logam Zn tempat
terjadinya oksidasi Zn disebut anoda. Logam Cu tempat terjadinya reduksi ion
Cu2+ disebut katoda. Oleh karena elektron dilepas dari reaksi oksidasi di anoda
menuju reaksi reduksi di katoda, maka anoda adalah kutub negatif dan katoda
adalah kutub positif.

Kedua kompartemen dihubungkan dengan pipa kaca berbentuk U yang berisi


larutan garam seperti NaNO3 atau KCl dalam medium agar-agar yang disebut
jembatan garam. Fungsi jembatan garam adalah untuk menetralkan muatan
listrik dari kedua kompartemen setelah reaksi redoks dengan menyuplai
anion ke kompartemen anoda dan kation ke kompartemen katoda; serta
memungkinkan terjadinya migrasi ion-ion pada kedua kompartemen sehingga
membentuk rangkaian listrik tertutup. Pada sel volta di atas, dengan jembatan
garam KNO3, ion NO3− akan bergerak ke arah anoda untuk menetralkan ion
Zn2+ berlebih dari hasil oksidasi Zn; dan ion K +akan bergerak ke arah katoda
untuk menetralkan ion SO42− berlebih dari larutan CuSO4 oleh karena
berkurangnya ion Cu 2+ setelah tereduksi menjadi logam Cu.

Notasi Sel Volta


Susunan sel volta dapat dinyatakan dengan notasi sel volta yang disebut juga
diagram sel. Untuk contoh sel volta di atas, notasi selnya dapat dinyatakan
sebagai berikut.
Zn | Zn2+ || Cu2+ | Cu atau Zn(s) | Zn2+(aq) || Cu2+(aq) | Cu(s)

191
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Penulisan notasi sel volta mengikuti konvensi umum sebagai berikut.

Komponen-komponen pada kompartemen anoda (setengah sel oksidasi)


ditulis pada bagian kiri, sedangkan komponen-komponen pada kompartemen
katoda (setengah sel reduksi) ditulis pada bagian kanan.

Tanda dua garis vertikal ( || ) melambangkan jembatan garam yang


memisahkan kedua setengah sel.

Tanda satu garis vertikal ( | ) melambangkan batas fase antara komponen -


komponen dengan fase berbeda. Sebagai contoh, Ni(s) | Ni2+(aq)
mengindikasikan bahwa Ni padat berbeda fase dengan larutan Ni 2+.

Tanda koma (,) digunakan untuk memisahkan komponen-komponen dalam


fase yang sama. Sebagai contoh, suatu sel volta dengan anoda Co dan katoda
inert Pt, di mana terjadi oksidasi Co menjadi Co 2+ dan reduksi Fe 3+ menjadi
Fe2+, dinotasikan sebagai berikut.

Co(s) | Co 2+(aq) || Fe3+(aq), Fe2+(aq) | Pt(s)

Jika diperlukan, konsentrasi dari komponen-komponen terlarut ditulis dalam


tanda kurung. Sebagai contoh, jika konsentrasi dari larutan Zn2+ dan
Cu2+adalah 1 M keduanya, maka dituliskan seperti berikut.
Zn(s) | Zn2+(aq, 1 M) || Cu2+(aq, 1 M) | Cu(s)

Potensial Sel Standar (E°sel)


Adanya arus listrik berupa aliran elektron pada sel volta disebabkan oleh
adanya beda potensial antara kedua elektrode yang disebut juga dengan
potensial sel (Esel) ataupun gaya gerak listrik (ggl) atau electromotive force
(emf). Potensial sel yang diukur pada keadaan standar (suhu 25°C dengan
konsentrasi setiap produk dan reaktan dalam larutan 1 M dan tekanan gas
setiap produk dan reaktan 1 atm) disebut potensial sel standar (E° sel). Nilai
potensial sel sama dengan selisih potensial kedua elektrode. Menurut

192
Unit Pembelajaran
Proses Oksidasi Reduksi

didalamnya. Lapisan selanjutnya adalah pelapisan pelindung goresan atau


benturan. Seperti pada umumnya kendaraan bermotor, anti gores dan anti
lecet.
2). Bahan pelapis jenis yang kedua adalah hanya menutupi kontak dengan
udara dan air laut, bahan pelapis ini tanpa ada reaksi kimia seperti
penyepuhan, pelapisan hanya menggunakan daya rekat bahan pelapis
dengan besinya. Kemudian diikuti bahan pengisi dan bahan anti gores,
bahan pengisi berperan sebaga pelindung kedua dan bersifat non
permiabel yaitu tidak ditembus oleh air laut dan udara, sehingga proses
korosi tidak menembus bagaian dalam.

Gambar 6. Teknik sand blasting digunakan pada dasar lambung kapal..


Sumber : http// coating kapal.com

Gambar 7. Teknik pelapisan awal dengan metode penyepuhan kering..


Sumber : http// coating kapal.com

151
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

reduksi anode (reaksi oksidasi). Suatu reaksi redoks akan berlangsung


spontan ke arah pembentukan produk bila potensial reaksinya bernilai positif.
Mau latihan soal? Yuk jawab pertanyaan di Forum StudioBelajar.com
Redoks spontan: E°redoks > 0

Deret Keaktifan Logam (Deret Volta)


Urutan unsur-unsur logam pada tabel potensial elektrode standar disebut juga
deret elektrokimia (deret volta). Deret ini memberikan informasi reaktivitas
unsur logam dalam suatu reaksi redoks.

Reaktivitas unsur logam semakin berkurang dari kiri ke kanan.


Sifat reduktor (daya reduksi) logam semakin berkurang dari kiri ke kanan.
Kecenderungan logam untuk teroksidasi semakin berkurang dari kiri ke
kanan.
Sifat oksidator (daya oksidasi) logam semakin bertambah dari kiri ke kanan.
Kecenderungan ion logam untuk tereduksi semakin bertambah dari kiri ke
kanan.
Contoh Soal Sel Volta dan Pembahasan
Diketahui potensial elektrode aluminium dan perak sebagai berikut.
Al3+(aq) + 3e− → Al(s) E° = −1,66 V
Ag+(aq) + e− → Ag(s) E° = +0,80 V

a. Tulislah diagram sel volta yang disusun dari kedua elektrode tersebut.
b. Tuliskan reaksi yang terjadi pada sel tersebut.
c. Tentukan potensial standar sel tersebut.
d. Prediksikan apakah reaksi Al(NO3)3(aq) + 3Ag(s) → Al(s) + 3AgNO3(aq)
berlangsung spontan pada keadaan standar.
Jawab:
a. Reaksi oksidasi di anode → E° lebih negatif → Al
Reaksi reduksi di katode → E° lebih positif → Ag

194
Unit Pembelajaran
Proses Oksidasi Reduksi

Proses pelapisan (coating) primer atau ada yang menyebut under layer,
seperti yang disebutkan diatas yang berhubungan dengan peristiwa oksidai
reduksi, lapisan primer atau under layer ini menutup permukaan besi, dengan
cara kimia (seperti proses penyepuhan namun dengan media setengan basah
atau disebut penyepuhan kering). Menutup pemukaan besi dengan Zn atau Mn
agar tahan terhadap air laut dan udara.

Pelapisan kedua atau secondary, biasanya menggunakan bahan resin atau


polimer, pelapisan ini menggunakan daya rekat bahan terhadap pelapis
pertama atau under layer.

C. Pemakaian sel volta dalam kehidupan keseharian

1. Aki / Baterai Timbal (Accu)


Nilai sel terletak pada kegunaannya. Diantara berbagai sel, sel timbal (aki) telah
digunakan sejak 1915. Berkat sel ini, mobil/sepeda motor dapat mencapai
mobilitasnya, dan akibatnya menjadi alat transportasi terpenting saat ini. Baterai
timbal dapat bertahan kondisi yang ekstrim (temperatur yang bervariasi,
benturan mekanik akibat jalan yang rusak, dll) dan dapat digunakan secara
kontinyu beberapa tahun.

Dalam baterai timbal, elektroda negatif adalah logam timbal (Pb) dan elektroda
positifnya adala timbal yang dilapisi timbal oksida (PbO2), dan kedua elektroda
dicelupkan dalam larutan elektrolit asam sulfat (H2SO4). Reaksi elektrodanya
adalah sebagai berikut :
Anoda Pb (-) : Pb + SO42- → PbSO4 + 2e–
Katoda PbO2 (+) : PbO2 + SO42- + 4H+ + 2e– → PbSO4 + 2H2O
Reaksi total : Pb + PbO2 + 4H+ + 2SO42- → 2PbSO4 + 2H2O

153
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Muatan listrik (Q) yang digunakan dalam elektrolisis berbanding lurus dengan
jumlah mol elektron yang terlibat dalam reaksi redoks (ne). Secara eksperimen
diperoleh bahwa 1 mol elektron memiliki muatan listrik sebesar 96.500
coulomb. Nilai muatan listrik elektron ini ditetapkan sebagai konstanta
Faraday (F). Jadi, hubungan ini dapat dirumuskan sebagai berikut.
Q = ne × F
Hukum Faraday II
“Massa zat yang dihasilkan pada suatu elektrode selama elektrolisis (G)
berbanding lurus dengan massa ekivalen zat tersebut (M ek).”
Secara matematis, hukum Faraday II dapat ditulis dalam persamaan berikut.

Massa ekivalen zat adalah massa zat dengan jumlah mol setara
secara stoikiometri dengan 1 mol elektron. Massa ekivalen dari suatu unsur
sama dengan massa atom relatif (A r) dari unsur tersebut dibagi dengan
perubahan bilangan oksidasi (biloks) yang dialami dalam reaksi elektrolisis.

Berdasarkan konsep stoikiometri dasar mengenai hubungan massa (m),


jumlah mol (n) dan massa molar (}) sebagai berikut:

akan didapat persamaan di atas yang merupakan gabungan dari kedua hukum
Faraday, di mana:

G = massa zat yang dihasilkan (gram)


Q = muatan listrik (coulomb)
i = kuat arus listrik (ampere)
t = waktu (sekon)
Mek = massa ekivalen zat (gram/mol)
F = konstanta Faraday (96.500 coulomb/mol)

196
Unit Pembelajaran
Proses Oksidasi Reduksi

Proses oksidasi – reduksi

Reaksi oksidasi-reduksi tidak mesti melibatkan oksigen, hanya


pertukaran elektron. Proses ini sendiri disebut oksidasi hanya karena
oksigen merupakan salah satu donor elektron yang paling umum. Hal
terpenting lainnya adalah bahwa elektron tidak bisa berada dalam
keadaan bebas, jadi oksidasi dari sebuah molekul harus dibarengi dengan
reduksi dari molekul yang lain.

Fotosintesis dan respirasi adalah contoh dari reaksi oksidasi-


reduksi. Pada fotosintesis, air dioksidasi menjadi molekul oksigen dan
elektronnya digunakan untuk mereduksi karbondioksida menjadi gula.
Respirasi adalah kebalikannya. Gula atau molekul organik yang lain
teroksidasi dan elektronnya digunakan untuk mereduksi oksigen dan
membentuk air.
Sebuah donor elektron juga dikenal sebagai agen pereduksi karena
menyumbangkan elektron, menyebabkan molekul yang lain tereduksi.
Sebaliknya penerima elektron dikenal sebagai agen pengoksidasi. Satu
konsekuensi dari reaksi terang fotosintesis adalah menghasilkan agen
pereduksi yang kuat yang membawa cukup energi untuk mereduksi
karbondioksida. Oksigen disisi lain, adalah agen pengoksidasi yang kuat

157
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Jadi, diperoleh:

2. Sejumlah arus dapat mengendapkan 1,56 gram perak dari larutan AgNO 3.
Jika arus yang sama dialirkan selama selang waktu yang sama ke dalam
lelehan AlCl3, berapa gram aluminium yang dapat diendapkan? (A r Ag =
108; Al = 27)
Jawab:
Massa Al dapat dihitung dengan rumus:

Diketahui GAg = 1,56 g


Setengah reaksi reduksi Al dan Ag:
Al3+ + 3e− → Al, sehingga .

Ag+ + e− → Ag, sehingga .

Jadi, .

3. Hitunglah volum gas hidrogen pada keadaan STP yang terbentuk dari
elektrolisis larutan KBr menggunakan arus 1,93 A selama 5 menit.
Jawab:
Muatan listrik yang digunakan dihitung dengan rumus: Q = i × t
Diketahui i = 1,93 A; t = 5 menit = 300 s
Q = (1,93 A)(300 s) = 579 C
Jumlah mol elektron yang terlibat dalam reaksi elektrolisis dihitung
dengan rumus:
Q = ne × F

Setengah reaksi pembentukan H 2 pada elektrolisis larutan KBr:


2H2O(l) + 2e− → H2(g) + 2OH−(aq)
Berdasarkan perbandingan koefisien reaksi, .

Jadi, volum .
volum
volum

198
Unit Pembelajaran
Proses Oksidasi Reduksi

 Soal USBN Tahun 2018/2019.

Berikut ini contoh soal-soal UN topik Penyetaraan Reaksi Redoks pada


Kompetensi Dasar 3.6 dan 4.6. Soal-soal ini disajikan agar dapat dijadikan
sebagai sarana berlatih bagi peserta didik untuk menyelesaikannya. Selain itu,
soal-soal ini juga dapat menjadi acuan ketika mengembangkan soal yang
setipe pada topik Penyetaraan Reaksi Redoks.

No Soal
1 Baterai berbentuk kacing yang digunakan pada kalkulator terjadi
reaksi sebagai berikut:
Zn(s) + HgO(s) + H2O(l) → Zn(OH)2(s) + Hg(l)
Senyawa mana yang bertindak sebagai oksidator dan hasil oksidasi
adalah ....
(A) Zn(s) dan Zn(OH)2(s)
(B) Zn(s) dan HgO(s)
(C) HgO(s) dan Hg(s)
(D) HgO(s) dan Zn(OH)2(s)
(E) H2O dan Zn(OH)2(s)
Identifikasi
Level Kognitif : Aplikasi (LK2)
Indikator Yang : 3.6. Menentukan oksidator, reduktor, hasil
Bersesuaian oksidasi dan reduksi
Diketahui : Persamaan reaksi redoks
Ditanyakan : Senyawa yang merupakan oksidator
Materi yang : Bilangan oksidasi, reaksi redoks, oksidator, reduktor
dibutuhkan

 Soal USBN Tahun 2016/2017.

No Soal
1 Perhatikan persamaan reaksi redoks berikut!
Sn(s) + 4HNO3(aq) → SnO2(s) + 4NO2(g) + 2H2O(l)
Bilangan oksidasi dari zat oksidator dan hasil reduksinya berturut-
turut adalah ....

161
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Bagian ini memuat Memberi contoh soal reaksi redoks yang muncul di USBN
dengan hasil yang kurang menggembirakan dijawab oleh peserta didik. Selain
itu, bagian ini memuat pembahasan tentang cara mengembangkan soal HOTS
yang disajikan dalam bentuk pemodelan agar dapat dijadikan acuan oleh
Saudara ketika mengembangkan soal untuk topik ini. Saudara perlu
mencermati dengan baik bagian ini, sehingga Saudara terampil
mengembangkan soal HOTS pada topik reaksi redoks
A. Pembahasan Soal-soal.
Topik reaksi redoks merupakan kadang yang muncul pada soal USBN, topik
ini termasuk yang kurang berhasil dijawab oleh peserta didik.
Berikut ini pembahasan soal-soalnya.

Ujian USBN Tahun 2016.


Perhatikan gambar berikut ini:

Kunci jawaban : B.

200
Unit Pembelajaran
Proses Oksidasi Reduksi

Pembahasan:
Deret elektrokimia atau deret Volta adalah urutan logam-logam (ditambah
hidrogen) berdasarkan kenaikan potensial elektrode standarnya.
Umumnya deret volta yang sering dipakai adalah adalah:

Li K Ba Sr Ca Na Mg Al Mn Zn Cr Fe Cd Co Ni Sn Pb H Sb Bi Cu Hg Ag Pt Au
Pada Deret Volta, unsur logam dengan potensial elektrode lebih negatif
ditempatkan di bagian kiri, sedangkan unsur dengan potensial elektrode
yang lebih positif ditempatkan di bagian kanan.
Semakin ke kiri kedudukan suatu logam dalam deret tersebut, maka
Logam semakin reaktif (semakin mudah melepas elektron)
Logam merupakan reduktor yang semakin kuat (semakin mudah
mengalami oksidasi) Sebaliknya, semakin ke kanan kedudukan suatu
logam dalam deret tersebut, maka Logam semakin kurang reaktif (semakin
sulit melepas elektron) Logam merupakan oksidator yang semakin kuat
(semakin mudah mengalami reduksi). Salah satu metode untuk mencegah
korosi antara lain dengan menghubungkan logam (misalnya besi) dengan
logam yang letaknya lebih kiri dari logam tersebut dalam deret volta
(misalnya magnesium) sehingga logam yang mempunyai potensial
elektrode yang lebih negatif lah yang akan mengalami oksidasi. Metode
pencegahan karat seperti ini disebut perlindungan katodik.

Contoh lain dari perlindungan katodik adalah pipa besi, tiang telepon, dan
berbagai barang lain yang dilapisi dengan zink, atau disebut Galvanisasi.
Zink dapat melindungi besi dari korosi sekalipun lapisannya tidak utuh.
Oleh karena potensial reduksi besi lebih positif daripada zink (posisinya
dalam deret Volta lebih ke kanan), maka besi yang kontak dengan zink
akan membentuk sel elektrokimia dengan besi sebagai katode. Dengan
demikian besi terlindungi dan zink yang mengalami oksidasi. Badan mobil-
mobil baru pada umumnya telah digalvanisasi, sehingga tahan karat.

201
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Ujian USBN Tahun 2017.

Kunci E.
Pembahasan:
Dalam proses tersebut nilai BM untuk NiSO4 adalah 155 maka kosentrasi
NiSO4 adalah = 1,18/155 = 0,00761 Mol.
Maka CuSO4 diperoleh: 0,00761 x BM CuSO4 = 1,28 gram.

Soal USBN Tahun 2018.


1. Baterai berbentuk kancing yang digunakan pada kalkulator terjadi reaksi
sebagai berikut:
Zn(s) + HgO(s) + H2O(l) → Zn(OH)2(s) + Hg(l)
Senyawa mana yang bertindak sebagai oksidator dan hasil oksidasi adalah
........
A. Zn(s) dan Zn(OH)2(s)
B. Zn(s) dan HgO(s)
C. HgO(s) dan Hg(s)
D. HgO(s) dan Zn(OH)2(s)
E. H2O dan Zn(OH)2(s)

Kunci Jawaban : D
Pembahasan :
Oksidator : Spesi yang mengalami reduksi (mengalami penurunan
Bilangan Bilangan oksidasi)

202
Unit Pembelajaran
Proses Oksidasi Reduksi

Hasil Oksidasi : Hasil dari proses oksidasi (spesi yang berada dikanan dan
biloksnya sudah mengalami kenaikan)
dari reaksi : Zn(s) + HgO(s) + H2O(l) → Zn(OH)2(s) + Hg(l)
Biloks Hg pada spesi HgO(s) mengalami penurunan dari +2 menjadi 0 (
Hg(s) ), sehingga dapat disimpulkan bahwa HgO(s) adalah oksidator
Zn(s) mengalami proses oksidasi karena biloksnya berubah dari 0 menjadi
+2 (biloks Zn pada Zn(OH)2 , sehingga dapat disimpulkan Zn(OH) 2 adalah
hasil oksidasi.

B. Mengembangkan Soal HOTS

Pada bagian ini akan dimodelkan pembuatan soal yang memenuhi indikator
pencapaian kompetensi yang dimulai dari pencapaian kompetensi penunjang,
kompetensi kunci dan komptensi pengayaan.

Pengembangan soal diawali dengan pembuatan kisi-kisi agar Saudara dapat


melihat kesesuaian antara kompetensi, lingkup materi, dan indikator soal.
Selanjutnya, dilakukan penyusunan soal berdasarkan kisi-kisi yang telah
disusun sebelumnya. Contoh soal yang disajikan terutama untuk mengukur
indikator kunci pada level kognitif yang tergolong HOT

203
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


KARTU SOAL
Tahun Pelajaran 2018/2019
Jenis Sekolah : SMK Kurikulum : 2013
Kelas : X Bentuk Soal : Pilihan Ganda
Mata Pelajaran : KIMIA Nama Penyusun :
KOMPETENSI Pengetahuan/
DASAR
Buku Sumber :
Pemahaman
Aplikasi
√ Penalaran
Menganalisis RUMUSAN BUTIR SOAL
konsep reaksi
Oksidasi-Reduksi Fero sulfat adalah senyawa kimia yang biasa dipakai untuk
Nomor
dan aplikasinya proses koagulasi dalam penjernihan air limbah, ferro sulfat
dalam kehidupan Soal berasal dari besi scraft yang direaksikan dengan asam sulfat,
sehari-hari. reaksi yang terjadi dalam pembuatannya adalah ……..
LINGKUP 1 a). Fe + H2SO 4  FeSO 4 + H2 ↑

MATERI b). Fe + 3 H2SO 4  Fe2(SO 4)3 + 3 H2 ↑


Kimia adaptif
c). Fe2O 3 + 3 H2SO 4  Fe2(SO 4)3 + 3 H2 ↑ + 3/2 O 2
MATERI
d). Fe + 3 HSO 4  Fe2(SO 4)3 + 3/2 H2 ↑
Hukum Faraday Kunci
Jawaban e). 2 Fe + 3H2SO 4 + HNO 3  Fe2(SO 4)3 + 7/2 H2 ↑ + NO 2 + ½ O 2

A
Indikator Soal

peserta didik
dapat
menentukan
reaksi redoks &
aplikasinya dalam
kehidupan sehari
hari

204
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

2. Besi serutan bekas mesin bubut 500 gram


3. Air aquades secukupnya
4. Air bersih Secukupnya
5. Pengaduk kayu 1 buah per kelompok

Tahap 5. Verifikasi
 Peserta didik untuk mendiskusikan hasil pengolahan data &
memverifikasi serta menjawab pertanyaan yang mungkin didapat
dalam diskusi berdasarkan data pengamatan dalam menjalankan
percobaan/projek dan informasi yang diperoleh dari bahan bacaan
(buku, internet, video) mengenai reaksi redoks, oksidator, reduktor,
bilangan oksidasi.

Tahap 6. Menarik simpulan (generalisasi)


 Memfasilitasi dan membimbing peserta didik untuk merumuskan
kesimpulan dari percobaan yang dilakukan.

166
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


KARTU SOAL
Tahun Pelajaran 2018/2019
Jenis Sekolah : SMK Kurikulum : 2013
Kelas : X Bentuk Soal : Pilihan Ganda
Mata Pelajaran : KIMIA Nama Penyusun :
KOMPETENSI Pengetahuan/
DASAR
Buku Sumber :
Pemahaman
Aplikasi
√ Penalaran
Menganalisis RUMUSAN BUTIR SOAL
konsep reaksi
Oksidasi-Reduksi Dalam melindungi permukaan logam untuk kerangka kandang
Nomor
dan aplikasinya ayam dilakukan dengan pengecatan menggunakan zing kromat,
dalam kehidupan Soal dengan melihat deret volta apakah langkah yang diambil tersebut
sehari-hari. sudah benar…?
LINGKUP 3 A. Benar, karena dalam deret volta Zn lebih kiri dari pada
Fe.
MATERI B. Salah karena Zn lebih elektro negatif dari pada Fe.
Kimia adaptif C. Salah, Fe lebih lektro negatif dari pada Zn.
D. Salah karena zn lebih mengkilap dari pada besi.
MATERI E. Benar karena Zn lebih elektropositif daripada Fe.
Redoks dan Kunci
aplikasinya sehari
Jawaban
hari.

A
Indikator Soal

peserta didik
dapat
menentukan
reaksi redoks &
aplikasinya dalam
kehidupan sehari
hari

206
Unit Pembelajaran
Proses Oksidasi Reduksi

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


KARTU SOAL
Tahun Pelajaran 2018/2019
Jenis Sekolah : SMK Kurikulum : 2013
Kelas : X Bentuk Soal : Pilihan Ganda
Mata Pelajaran : KIMIA Nama Penyusun :
KOMPETENSI Pengetahuan/
DASAR
Buku Sumber :
Pemahaman
Aplikasi
√ Penalaran
Menganalisis RUMUSAN BUTIR SOAL
konsep reaksi
Oksidasi-Reduksi Dalam pembuatan garam yang berasal dari logam seperti fero
Nomor
dan aplikasinya sulfat dan cupri sulfat, dalam pembuatan fero sulfat mudah
dalam kehidupan Soal bereaksi dengan asam sulfat, dari pada tembaga. Proses
sehari-hari. pembuatan senyawa cupri sulfat selalu digunakan asam nitrat
LINGKUP 4 sebagai pemacu terbentuknya garam cupri sulfat, disamping
asam sulfat, hal dikarenakan apa…..
MATERI A. Asam nitrat lebih reaktif dibandingkan asam sulfat.
Kimia adaptif B. Fe lebih eletropositif, sehingga cukup dengan asam sufat
saja
MATERI C. Tembaga adalah logam alkali tanah.
D. Fero adalah termasuk logam alkali
Redoks dan Kunci
E. Keduanya termasuk logam alkali.
aplikasinya sehari
Jawaban
hari.

A
Indikator Soal

peserta didik
dapat
menentukan
reaksi redoks &
aplikasinya dalam
kehidupan sehari
hari

207
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Unit ini dikembangkan berdasarkan pasangan KD 3.6. Menerapkan konsep


reaksi Oksidasi-Reduksi dan aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari
kemudian 4.6 Memecahkan masalah reaksi oksidasi reduksi dan aplikasinya
dalam kehidupan sehari-hari

Berdasarkan KD pengetahuan dapat diketahui bahwa indikator yang


dikembangkan perlu mencapai level aplikasi (C3). KD ini dapat Saudara
kembangkan untuk melatih kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta didik.
Adapun KD keterampilan menuntut Saudara memfasilitasi peserta didik
menemukan konsep kekuatan daya reduksi–oksidasi suatu unsur. Penguasaan
keterampilan berpikir tingkat tinggi oleh peserta didik memerlukan proses
pembelajaran yang relevan. Oleh karena itu, aktivitas pembelajaran pada topik
Reaksi Redoks menggunakan pembelajaran saintifik dan model discovery
learning, dengan metode praktik dan diskusi melalui tiga kali pertemuan.
Seperti telah diketahui, kedua model pembelajaran ini merupakan model yang
dapat membekalkan kemampuan berpikir tingkat tinggi kepada peserta didik.
Ketika implementasi, pembelajaran juga dipandu dengan menggunakan LKPD
yang dirancang untuk memudahkan penguasaan konsep sesuai tingkat
kognitifnya dan penguasaan keterampilan yang mengedepankan
konstruktivisme. Artinya, peserta didik memperoleh konsep dengan
merumuskannya terlebih dahulu.

Adapun konten yang dikembangkan pada Reaksi redoks terdiri atas:


1) Konsep reaksi redoks ;
2) Konsep reaksi redoks dihubungkan dengan perpindahan elektro n;
3) Konsep reaksi redoks dihubungkan dengan perubahan biloks;
4) Penyetaraan reaksi redoks dengan metode perubahan bilangan oksidasi.

208
Unit Pembelajaran
Proses Oksidasi Reduksi

Subtopik ini merupakan konten yang kaya akan pengetahuan kontekstual bagi
peserta didik. Artinya, Saudara dapat mendorong serta memfasilitasi peserta
didik untuk menemukan fenomena di kehidupan sehari-hari yang berkaitan
topik ini. Sebagai contoh aplikasi dunia nyata, unit ini menyajikan aplikasi
reaksi redoks dalam kehidupan sehari-hari sehingga peserta didik dapat
memahami prinsip dan juga manfaat dari reaksi redoks.

Berkaitan dengan penilaian, topik ini muncul dalam instrumen tes USBN
selama tiga tahun terakhir. Jenis pertanyaan yang diajukan masih didominasi
pada taraf level kognitif L1 pengetahuan dan pemahaman (dari C1 – C3). Oleh
karena itu, Saudara perlu meyakinkan bahwa peserta didik memahami topik
ini dengan baik agar siap mengahadapi UN. Lebih dari itu, Saudara perlu
mengembangkan soal-soal pengetahuan topik ini pada tingkat level berpikir
yang lebih tinggi lagi. Artinya, Saudara dituntut dapat memfasilitasi peserta
didik agar dapat memecahkan soal-soal yang mengedepankan kemampuan
berpikir tingkat tinggi. Oleh karena itu, Saudara perlu terus menyusun bank
soal yang relevan dengan indikator yang telah dikembangkan.

209
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Dalam rangka mengetahui pemahaman terhadap unit ini, Saudara perlu


mengisi lembar persepsi pemahaman. Berdasarkan hasil pengisian instrumen
ini, Saudara dapat mengetahui posisi pemahaman beserta umpan baliknya.
Oleh karena itu, isilah lembar persepsi diri ini dengan objektif dan jujur
dengan memberikan tanda silang (X) pada kriteria yang menurut saudara
tepat.
Lembar Persepsi Pemahaman
No Aspek Kriteria
1 2 3 4
1 Memahami dengan baik semua indikator yang
telahdikembangkan di unit ini.
2 Mampu menghubungkan konten dengan
fenomenakehidupan sehari-hari.
3 Memhammi dengan baik bahwa aktivitaspembelajaran
yang disusun dapat mengembangkan HOTS peserta
didik.
4 Memahami dengan baik tahapan urutan
aktivitaspembelajaran yang disajikan.
5 Mampu dengan baik mengaplikasikan
aktivitaspembelajaran di dalam kelas.
6 Memahami dengan baik lembar kerja peserta didikyang
dikembangkan.
7 Mampu melaksanakan dengan baik lembar kerjapeserta
didik yang dikembangkan.
8 Memahami konten secara menyuluh dengan baik.

210
Unit Pembelajaran
Proses Oksidasi Reduksi

9 Memahami prosedur penyusunan soal HOTS


denganbaik.
10 Mampu membahas soal HOTS yang disajikan
dengantepat
Jumlah
Jumlah Total
Keterangan Pedoman Penskoran
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙
1=tidak menguasai Skor = X 100
40
2 = cukup menguasai
3 = menguasai
4 = Sangat Menguasai

211
Paket Unit Pembelajaran
Asam dan Basa

Besar harapan kami, Unit-unit pembelajaran yang telah dikembangkan ini


dapat menjadi acuan Saudara dalam mengembangkan desain pembelajaran
dan penilaian yang berorientasi Higher Order Thinking Skills (HOTS) yang
terintegrasi dengan 5 (lima) unsur utama Penguatan Pendidikan Karakter
(PPK) dan literasi dalam rangka mencapai kecakapan Abad ke-21. Selanjutnya,
saudara dapat menerapkan desain yang telah disusun dalam pembelajaran
kepada peserta didik di kelas masing-masing.

Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, Saudara perlu memahami unit-unit


ini dengan baik. Oleh karena itu, unit-unit perlu dipelajari dan dikaji lebih
lanjut oleh Saudara bersama guru-guru Fisika lainnya dalam Program
Peningkatan Kompetensi Pembelajaran (PKP) di MGMP di Zona masing-
masing. Saudara bersama guru-guru lainnya perlu mengkaji dengan baik
semua komponen unit pembelajaran yang disajikan sehingga dapat
memudahkan Saudara mengimplementasikannya di kelas. Selain itu, saudara
dapat mengantisipasi kesulitan-kesulitan yang mungkin dihadapi.

Unit-unit pembelajaran dikembangkan agar memudahkan Saudara dalam


menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Hal ini karena aktivitas
pembelajaran yang disajikan merupakan acuan umum langkah pembelajaran
untuk mencapai masing-masing KD. Saudara perlu memerinci aktivitas
pembelajaran menjadi skenario di dalam RPP agar lebih mudah
diimplementasikan. Selain itu, Saudara masih perlu mengembangkan soal-soal
tes dan instumen penilaian lainnya yang berorientasi HOTS dengan mengacu
pada contoh yang disajikan.

Dalam melaksanakan kegiatan praktikum sesuai LKPD, Saudara dapat


memenuhi kebutuhan alat dan bahan yang digunakan dengan bahan-bahan
yang terdapat di lingkungan masing-masing (kontekstual). Begitu pula dalam

213
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

mengalokasikan waktu pembelajaran, saudara dapat menyesuaikannya.


Selain itu, Saudara dapat mengadaptasi langkah-langkah pembelajaran yang
disajikan di unit pembelajaran untuk mengembangkan RPP topik-topik
lainnya.

Selama mengimplementasikan unit-unit ini, Saudara perlu terus


merefleksikan dan mengevaluasi keefektifan, keberhasilan serta
permasalahannya. Permasalahan-permasalahan yang ditemukan dapat
langsung didiskusikan bersama guru lainnya, instruktur, kepala sekolah, atau
pengawas agar dapat dengan segera menemukan solusinya. Setiap
keberhasilan, permasalahan, dan solusi yang ditemukan selama pembelajaran
perlu Saudara tuliskan dalam bentuk karya tulis best practice atau lainnya.
Pada akhirnya, Saudara dapat melaksanakan pembelajaran dengan baik,
peserta didik mencapai hasil belajar yang optimal, sekaligus Saudara dapat
menghasilkan karya tulis yang berguna bagi pengembangan keprofesian.

Dalam rangka perbaikan dan pengembangan unit-unit lainnya, Kami


mengaharapkan saran, masukan, dan usulan penyempurnaan yang dapat
disampaikan kepada tim penulis melalui surat elektronik (e-mail).

214
Paket Unit Pembelajaran
Asam dan Basa

An an Herliani., SSi., 2016. GURU PEMBELAJAR: Larutan, Reaksi Asam Basa dan
Teknik Pemisahan Kimia,. DIREKTORAT JENDRAL DAN TENAGA
KEPENDIDIKAN KEMENTRIAN PENDIDIKAN & KEBUDAYAAN.

Ariyana, Y., Pudjiastuti, A., Bestary, R., Zamroni (2018). Buku Pegangan
Pembelajaran Berorientasi pada Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi.
Jakarta. Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Badan Standar Nasional Pendidikan. (2018). Surat Keputusan BSNP Nomor


0296/SKEP/BSNP/XI/2018 tentang Kisi-Kisi Ujian Nasional untuk
Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta. Badan Standar
Nasional Pendidikan

Brady, J E. 1999. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Jakarta : Binarupa Aksara.

Day, R.A. dan Underwood, A.L., 1999, Analisis Kimia Kuantitatif, edisi V,
diterjemahkan oleh: Aloysius Hadyana Pudjaatmaka, Erlangga, Jakarta

Keenan, A. Hadyana Pudjaatmaja, PH. CL, 1992, Kimia Untuk Universitas, Jilid
1, Erlangga, Bandung.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2018). Permendikbud Nomor 34


tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Nomor 24 tahun 2016 tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar
pelajaran pada Kurikulum 2013 pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan
Menengah Kejuran. Jakarta. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Oktoby,dkk. 2001. Prinsip-Prinsip Kimia Modern Jilid 3 Edisi 1. Jakarta:


Erlangga.

Petrucci, H. Ralph, Suminar,1989, Kimia Dasar, Edisi Ke-4 Jilid 1, Erlangga,


Jakarta

Petrucci, Ralph H. 1987. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern., Edisi
Keempat Jilid 2. alih bahasa Suminar. Jakarta :Erlangga

Sastrohamidjojo, Hardjono. 2001. Kimia Dasar. Yogyakrta : UGM Press

215
Unit Pembelajaran
Proses Oksidasi Reduksi

Peristiwa ini dapat terjadi pada semua konstruksi logam atau konstruksi yang
menggunakan logam, baik itu berupa gedung, jembatan, tiang pancang,
peralatan pabrik, sistem perpipaan, mesin- mesin, komponen berbagai macam
kendaraan bermotor, kapal laut, pesawat terbang, perlengkapan rumah tangga
dan lain sebagainya. Adapun produk korosi dapat terjadi dalam berbagai
bentuk mulai dari bentuk yang sederhana, terlihat oleh metal telanjang (se-
perti terbentuknya karat pada permukaan, sampai kepada bentuk- bentuk yang
rumit yang hanya dapat dideteksi oleh peralatan yang sangat sensitif.

Meskipun proses korosi adalah proses alamiah yang berlangsung dengan


sendirinya dan karena tidak bisa dicegah secara mutlak, akan tetapi tindakan
pencegahan dan penanggulangannya tetap diperlukan.

Gambar 13. Korosi logam pada bagian yang tidak diproteksi

Pada dasarnya prinsip pencegahan dan penanggulangan korosi sangat


sederhana. Kita dapat memilih salah satu atau kombinasi dari metode-
metode yang ada seperti metode perlindungan katodik, inhibisi, pelapisan
dengan logam dan pelapisan dengan cat. Pemilihan metode mana yang akan
dipakai tentu saja bergantung pada beberapa faktor yang harus
dipertimbangkan.
1. Teori dasar korosi
Ditinjau dari segi termodinamika, proses korosi adalah proses yang
sangat bersifat alamiah. Pada dasarnya semua logam tidak stabil. Logam
murni cenderung bereaksi dengan lingkungan dimana ia berada dan
membentuk senyawa oksida atau karbonat yang lebih stabil. Pada reaksi

181
Paket Unit Pembelajaran
Asam dan Basa

217
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

218

Anda mungkin juga menyukai