Anda di halaman 1dari 216

Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan


Paket Pembelajaran
PROGRAM PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN (PKB)
MELALUI PENINGKATAN KOMPETENSI PEMBELAJARAN (PKP)
BERBASIS ZONASI

MATA PELAJARAN KIMIA


SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK)
BIDANG KEAHLIAN AGRIBISNIS DAN AGROTEKNOLOGI

KIMIA KOLOID DAN LAJU REAKSI

Penulis:
Dr. Ir. Sahirman, MP

Penyunting:
Irawati,S.Si.,M.T

Desainer Grafis dan Ilustrator:


TIM Desain Grafis

Copyright © 2019
Direktorat Pembinaan Guru Pendidikan Menengah dan Pendidikan Khusus
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang


Dilarang mengopi sebagian atau keseluruhan isi buku ini untuk kepentingan komersial
tanpa izin tertulis dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Paket Unit Pembelajaran
Kimia Koloid dan Laju Reaksi

KATA SAMBUTAN

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah Swt., Tuhan YME, karena atas izin
dan karunia-Nya Unit Pembelajaran Program Pengembangan Keprofesian
Berkelanjutan melalui Peningkatan Kompetensi Pembelajaran Berbasis
Zonasi ini dapat diselesaikan.

Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan melalui Peningkatan


Kompetensi Pembelajaran Berbasis Zonasi merupakan salah satu upaya
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Guru dan
Tenaga Kependidikan (Ditjen GTK) meningkatkan kualitas pembelajaran dan
meningkatkan kualitas lulusan. Program ini dikembangkan mengikuti arah
kebijakan Kemendikbud yang menekankan pada pembelajaran berorientasi
pada keterampilan berpikir tingkat tinggi atau higher order thinking skills
(HOTS). Keterampilan berpikir tingkat tinggi adalah proses berpikir kompleks
dalam menguraikan materi, membuat kesimpulan, membangun representasi,
menganalisis, dan membangun hubungan dengan melibatkan aktivitas mental
yang paling dasar yang sebaiknya dimiliki oleh seorang guru profesional.

Guru profesional memegang peranan yang sangat penting dalam menentukan


prestasi peserta didik. Penelitian menunjukkan bahwa 30% prestasi peserta
didik ditentukan oleh faktor guru. Dengan demikian, guru harus senantiasa
memutakhirkan dirinya dengan melakukan pengembangan keprofesian
berkelanjutan. Jika program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB)
yang dikembangkan oleh Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
sebelumnya didasarkan pada hasil Uji Kompetensi Guru (UKG), berfokus pada
peningkatan kompetensi guru khususnya kompetensi pedagogi dan
profesional, maka Program Peningkatan Kompetensi Pembelajaran Berbasis
Zonasi yang lebih berfokus pada upaya mencerdaskan peserta didik melalui

iii
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

pembelajaran berorientasi keterampilan berpikir tingkat tinggi. Penentuan


program berbasis zonasi ini dilakukan mengingat luasnya wilayah Indonesia.
Zonasi diperlukan guna memperhatikan keseimbangan dan keragaman mutu
pendidikan di lingkungan terdekat, sehingga peningkatan pendidikan dapat
berjalan secara masif dan tepat sasaran.

Unit Pembelajaran yang sudah tersusun diharapkan dapat meningkatkan


proses dan hasil belajar. Unit Pembelajaran yang dikembangkan dikhususkan
untuk Pendidikan Menengah yang dalam hal ini akan melibatkan Musyawarah
Guru Mata Pelajaran (MGMP) SMA/SMK, Musyawarah Guru Bimbingan dan
Konseling (MGBK), Musyawarah Guru Teknologi Informasi dan Komunikasi
(MGTIK).

Kami ucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada


seluruh tim penyusun yang berasal dari PPPPTK, LPMP, maupun Perguruan
Tinggi dan berbagai pihak yang telah bekerja keras dan berkontribusi positif
dalam mewujudkan penyelesaian Unit Pembelajaran ini. Semoga Allah Swt.
senantiasa meridai upaya yang kita lakukan.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Jakarta, Juli 2019


Direktur Jenderal Guru
dan Tenaga Kependidikan,

Dr. Supriano, M.Ed.


NIP. 196208161991031001

iv
Paket Unit Pembelajaran
Kimia Koloid dan Laju Reaksi

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Saya menyambut baik terbitnya Unit Pembelajaran Program Pengembangan


Keprofesian Berkelanjutan melalui Peningkatan Kompetensi Pembelajaran
Berbasis Zonasi. Unit Pembelajaran ini disusun berdasarkan analisis Standar
Kompetensi Lulusan, Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar, serta analisis
soal-soal Ujian Nasional (UN).

UN merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari sistem pendidikan


nasional. UN adalah sistem evaluasi standar pendidikan dasar dan menengah
secara nasional dan persamaan mutu tingkat pendidikan antar daerah yang
dilakukan oleh Puspendik (Pusat Penilaian Pendidikan). Hasil pengukuran
capaian siswa berdasar UN ternyata selaras dengan capaian PISA (Programme
for International Student Assessment) maupun TIMSS (Trends in International
Mathematics and Science Study). Hasil UN tahun 2018 menunjukkan bahwa
siswa-siswa masih lemah dalam keterampilan berpikir tingkat tinggi (higher
order thinking skills) seperti menganalisis, mengevaluasi, dan mengkreasi.
Oleh karena itu, siswa harus dibiasakan dengan soal-soal dan pembelajaran
yang berorientasi kepada keterampilan berpikir tingkat tinggi (higher order
thinking skills) agar terdorong kemampuan berpikir kritisnya.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Guru dan


Tenaga Kependidikan (Ditjen GTK), berupaya meningkatkan kualitas
pembelajaran yang bermuara pada peningkatan kualitas siswa dengan
Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan melalui Peningkatan
Kompetensi Pembelajaran (PKP) Berbasis Zonasi. Program ini dikembangkan
dengan menekankan pembelajaran yang berorientasi pada keterampilan
berpikir tingkat tinggi atau higher order thinking skills (HOTS).

v
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Untuk meningkatkan efisiensi, efektivitas, dan pemerataan mutu pendidikan,


maka pelaksanaan Program PKP mempertimbangkan pendekatan
kewilayahan, atau dikenal dengan istilah zonasi. Melalui langkah ini,
pengelolaan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) SMA/SMK,
Musyawarah Guru Bimbingan dan Konseling (MGBK), Musyawarah Guru
Teknologi Informasi dan Komunikasi (MGTIK) dapat terintegrasi melalui
zonasi pengembangan dan pemberdayaan guru. Zonasi memperhatikan
keseimbangan dan keragaman mutu pendidikan di lingkungan terdekat,
seperti status akreditasi sekolah, nilai kompetensi guru, capaian nilai rata-rata
UN sekolah, dan pertimbangan mutu lainnya.

Semoga Unit Pembelajaran ini bisa menginspirasi guru untuk


mengembangkan materi dan melaksanakan pembelajaran dengan
berorientasi pada kemampuan berpikir tingkat tinggi dan bermuara pada
meningkatnya kualitas lulusan peserta didik. Untuk itu, kami ucapkan terima
kasih atas kerja keras dan kerja cerdas para penulis dan semua pihak terkait
yang dapat mewujudkan Unit Pembelajaran yang berorientasi pada
keterampilan berpikir tingkat tinggi ini. Semoga Allah Swt. senantiasa meridai
upaya yang kita lakukan.

Wassalamu’alaikum Warahmatulahi Wabarakatuh

Direktur Pembinaan Guru


Pendidikan Menengah dan
Pendidikan Khusus,

Ir. Sri Renani Pantjastuti, M.P.A.


NIP. 196007091985032001

vi
Paket Unit Pembelajaran
Kimia Koloid dan Laju Reaksi

DAFTAR ISI

Hal

KATA SAMBUTAN __________________________________III


KATA PENGANTAR __________________________________ V
DAFTAR ISI ______________________________________ VII
PENGANTAR PAKET UNIT PEMBELAJARAN ________________ 1
UNIT PEMBELAJARAN 1 KIMIA KOLOID __________________ 3
UNIT PEMBELAJARAN 2 LAJU REAKSI __________________ 91
PENUTUP _______________________________________ 205
DAFTAR PUSTAKA ________________________________ 207

vii
Paket Unit Pembelajaran
Kimia Koloid dan Laju Reaksi

PENGANTAR PAKET UNIT PEMBELAJARAN

Paket Unit Pembelajaran Kimia Koloid dan Laju Reaksi ini disusun mengacu
pada Kompetensi Dasar (KD) dan Kisi-Kisi USBN Tahun Pelajaran 2018/2019
untuk Mata Pelajaran Kimia pada Bidang Keahlian Agribinisnis dan
Agroteknologi. Kompetensi Dasar Pengetahuan yang disusun dalam modul ini
berkaitan dengan KD. 3.9. Mengevalusi laju reaksi berdasarkan faktor-faktor
yang mempengaruhinya dan KD 3.10. Menganalisis pembuatan berbagai
sistem koloid dengan bahan-bahan yang ada di sekitar kita. Kompetensi dasar
Keterampilan yang disusun dalam modul ini berkaitan dengan KD 4.9 :
Mengitegrasikan antara laju reaksi dan faktor-faktor yang mempengaruhinya
dan KD 4.10: Mengembangkan pembuatan berbagai sistem koloid dengan
bahan-bahan yang ada di sekitar kita.

Disamping didasarkan oleh Kompetensi Dasar yang ada dalam Kurikulum SMK
Bidang Keahlian Agribisnis dan Agroteknologi, modul ini juga disusun dengan
memasukkan materi Kisi-kisi USBN Mata Pelajaran Kimia untuk Bidang
Keahlian Agribisnis dan Agroteknologi Tahun Pelajaran 2018/2019. Lingkup
materi dalam kisi-kisi USBN khususnya yang terkait dengan Kimia Fisik.
Lingkup materi Kimia Fisik terbagi dalam 3 level kognitif yaitu pemahaman,
penerapan dan penalaran dan logika. Apabila dikaitkan dengan level kognitif
menurut Taksonomi Bloom yang diperbaruhi oleh Anderson maka untuk level
pemahaman memuat pengetahuan dan pemahaman (C1 dan C2) meliputi
menyebutkan, menjelaskan, menunjukkan, memberi contoh, membedakan
dan menamai, untuk level aplikasi (C3) meliputi menerapkan, menentukan
dan menghitung sedangkan untuk level penalaran dan logika (C4, C5 dan C6)
meliputi menganalisis, mengaitkan dan memprediksi.

1
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Lingkup materi USBN yang dimasukan dalam modul ini untuk level
pemahaman meliputi : Menunjukkan jenis-jenis perubahan entalpi standar;
Membedakan reaksi eksoterm dan reaksi endoterm, kesetimbangan homogen dan
heterogen, jenis- jenis koloid; Menjelaskan pengertian Kesetimbangan reaksi dan
faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi; dan Memberi contoh kegunaan
koloid dalam kehidupan sehari-hari. Lingkup materi untuk level aplikasi
meliputi: Menentukan reaksi eksoterm dan reaksi endoterm berdasarkan bagan
rumus tetapan kesetimbangan (Kp dan Kc); faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
pergeseran kesetimbangan; faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi. sifat-sifat
koloid, cara pembuatan koloid; dan menghitung perubahan entalpi berdasarkan
hukum Hess dan berdasarkan entalpi pembentukan standar.

Paket Paket Unit Pembelajaran Laju Reaksi dan Koloid tediri dari dua Unit
Pembelajaran yaitu Unit Pembelajaran Laju Reaksi dan Unit Pembelajaran
Koloid. Unit Pembelajaran koloid meliputi pembahasan Jenis Koloid dan Sifat-
sifatnya, Metode pembuatan koloid (dispersi dan kondensasi) dan cara
pembuatan koloid, sedangkan untuk Unit Pembelajaran laju reaksi yang
dibahas meliputi laju reaksi dan kesetimbangan kimia, Untuk materi laju
reaksi meliputi persamaan laju reaksi, Faktor-faktor yang mempengaruhi laju
reaksi, mekanisme reaksi, dan ordo reaksi. Untuk Kesetimbangan Kimia yang
dibahas meliputi keadaan kesetimbangan, konstanta kesetimbangan, macam-
macam kesetimbangan, hukum kesetimbangan, hubungan Kp dan Kc,
Pergeseran kesetimbangan

Selain penalaran konsep kimia modul ini juga dilengkapi pengembangan


materi bersifat pedagogik berupa bagaimana mengajarkan materi laju reaksi
pada peserta didik Bidang keahlian Agribisnis dan Agroteknologi kelas X.
Modul ini dilengkapi dengan gambar yang akan mempermudah dalam
mempelajari konsep dan mengajak anda untuk memahami dimensi berfikir
ilmiah.

2
Unit Pembelajaran
PROGRAM PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN (PKB)
MELALUI PENINGKATAN KOMPETENSI PEMBELAJARAN (PKP)
BERBASIS ZONASI

MATA PELAJARAN KIMIA


SEKOLAH MENENGAH KEJURUHAN (SMK)
BIDANG KEAHLIAN AGRIBISNIS DAN AGROTEKNOLOGI

Kimia Koloid
Penulis:
Dr. Ir. Sahirman, MP

Penyunting:
Irawati, S.Si.,M.T

Desainer Grafis dan Ilustrator:


TIM Desain Grafis

Copyright © 2019
Direktorat Pembinaan Guru Pendidikan Menengah dan Pendidikan Khusus
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang


Dilarang mengopi sebagian atau keseluruhan isi buku ini untuk kepentingan komersial
tanpa izin tertulis dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
DAFTAR ISI

Hal

DAFTAR ISI ___________________________________ 5


DAFTAR GAMBAR_______________________________ 6
DAFTAR TABEL ________________________________ 7
PENDAHULUAN ________________________________ 9
KOMPETENSI DASAR ____________________________ 9
A. Target Kompetensi___________________________________________________________ 9
B. Indikator Pencapaian Kompetensi _______________________________________ 10
APLIKASI DI DUNIA NYATA _____________________ 13
A. Aplikasi Koloid dalam Bidang Pertanian _________________________________ 13
SOAL-SOAL UN/USBN __________________________ 19
BAHAN PEMBELAJARAN ________________________ 23
A. Aktivitas Pembelajaran ____________________________________________________ 23
B. Lembar Kerja Peserta Didik _______________________________________________ 34
Lembar Kerja Peserta Didik 1. Koloid Liofil dan Liofob ________________________ 34
Lembar Kerja Peserta Didik 2. Perubahan Sol-Gel______________________________ 36
Lembar Kerja Peserta Didik 3. Sifat - Sifat Koloid ______________________________ 38
Lembar Kerja Peserta Didik 4. Pembuatan Koloid ______________________________ 40
C. Bahan Bacaan ______________________________________________________________ 43
Bahan Bacaan 1. Jenis Koloid dan Sifat- Sifatnya _______________________________ 43
Bahan Bacaan 2. Pembuatan Koloid _____________________________________________ 61
PENGEMBANGAN PENILAIAN ____________________ 71
A. Pembahasan Soal-soal _____________________________________________________ 71
B. Mengembangkan Soal HOTS ______________________________________________ 73
KESIMPULAN _________________________________ 85
UMPAN BALIK ________________________________ 88
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

DAFTAR GAMBAR

Hal

Gambar 1. Agar-agar, santan dan susu __________________________________________ 13


Gambar 2. Mayonaise merupakan salah satu jenis koloid _____________________ 13
Gambar 3. Cat merupakan koloid________________________________________________ 14
Gambar 4. Proses penjernihan air _______________________________________________ 16
Gambar 5. Perbedaan larutan sejati, koloid dan suspensi _____________________ 43
Gambar 6. Sistem emulsi air dan minyak ______________________________________ 49
Gambar 7. Gambaran makroskopik dan mikroskopis efek Tyndal ___________ 52
Gambar 8. Tumbukan antar partikel koloid dan gerak Brown _______________ 52
Gambar 9 . Proses adsorpsi ______________________________________________________ 54
Gambar 10. Adsorpsi molekul dilanjutkan disosiasi molekul _________________ 55
Gambar 11. Agregat misel ________________________________________________________ 55
Gambar 12. Koagulasi pada koloid Fe(OH)2 ___________________________________ 57
Gambar 13. Proses dialisis _______________________________________________________ 58
Gambar 14. Difusi _________________________________________________________________ 59
Gambar 15. Pembuatan koloid __________________________________________________ 61
Gambar 16. Alat penggilingan koloid ___________________________________________ 62
Gambar 17. Alat homogenasi ____________________________________________________ 63
Gambar 18. Peptisasi pada endapan Fe(OH)3 __________________________________ 64
Gambar 19. Alat busur Bredig ___________________________________________________ 65

6
Unit Pembelajaran
Kimia Koloid

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 1. Aplikasi koloid dalam kehidupan sehari-hari ________________________ 15


Tabel 2. Sifat larutan, koloid dan suspensi _____________________________________ 44
Tabel 3. Fase pendispersi suatu koloid _________________________________________ 45
Tabel 4. Jenis koloid bermuatan_________________________________________________ 56

7
Unit Pembelajaran
Kimia Koloid

PENDAHULUAN

Unit Pembelajaran Kimia Koloid dituliskan mengacu pada Kompetensi Dasar


dan kisi-kisi USBN Mata Pelajaran Kimia untuk Bidang Keahlian Agribinisnis
dan Agroteknologi. Kompetensi yang dibahas dalam modul meliputi
kompetensi pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja. Pada modul ini akan
dibahas mengenai pengertian koloid, perbedaan antara larutan, koloid dan
suspensi, berbagai jenis koloid dalam bidang agribisnis dan agroteknologi,
kegunaan koloid dan cara pembuatan koloid

Kegunaan mempelajari koloid dalam Bidang Keahlian Agribisnis dan


Agroteknologi banyak sekali. Koloid dijumpai pada kehidupan sehari-hari
seperti susu, lateks, santan, cat, keju, mentega, saus salad dan lain-lain.
Proses kimia yang ada dalam bidang agribisnis dan agroteknologi banyak
yang terkait dengan koloid seperti penggumpalan lateks, penggumpalan tahu,
penjernihan air, pembuatan yogurt dan lain-lain.

KOMPETENSI DASAR

A. Target Kompetensi
Sub unit pembelajaran ini dikembangkan berdasarkan Kompetensi Dasar
kelas X:

3.10. Menganalisis pembuatan berbagai sistem koloid dengan bahan-bahan


yang ada di sekitar kita

4.10. Mengembangkan pembuatan berbagai sistem koloid dengan bahan-


bahan yang ada di sekitar kita

9
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

B. Indikator Pencapaian Kompetensi

Indikator Pendukung

3.10.1. Menjelaskan pengertian sistem koloid


3.10.2. Menjelaskan berbagai sistem koloid dalam kehidupan sehari-hari
3.10.3. Membedakan sistem larutan, koloid dan suspensi kasar, memahami
tentang sistem koloid,
3.10.4. Menjelaskan cara pembuatan berbagai sistem koloid
3.10.5. Menjelaskan jenis koloid berdasarkan interaksinya dengan
pendispersi,
3.10.6. Melakukan identifikasi faktor yang mendasari penentuan jenis
koloid,
3.10.7. Menerapkan prinsip pembuatan koloid

Indikator Kunci
3.10.8. Menganalisis pembuatan berbagai sistem koloid dengan bahan-
bahan
3.10.9. Mengevaluasi proses pembuatan koloid

Indikator Pengayaan
3.10.10. Mengembangkan proses pembuatan koloid

Indikator Pendukung
4.10.1. Mengikuti pembuatan koloid didasarkan sifat partikel terdispersi
4.10.2. Mengikuti pembuatan koloid didasarkan pada jenis koloid yang
terbentuk
4.10.3. Melakukan pembuatan koloid didasarkan sifat patikel terdispersi
4.10.4. Melakukan pembuatan koloid didasarkan pada jenis koloid yang
terbentuk

10
Unit Pembelajaran
Kimia Koloid

Indikator Kunci
4.10.5. Mengembangkan pembuatan berbagai sistem koloid dengan bahan-
bahan yang ada di sekitar kita

Indikator Pengayaan
4.10.6. Menguji koloid dari bahan-bahan yang ada di sekitar kita yang
dihasilkan
4.10.7. Memodifikasi pembuatan berbagai sistem koloid dengan bahan-
bahan yang ada di sekitar kita.

11
Unit Pembelajaran
Kimia Koloid

APLIKASI DI DUNIA NYATA

A. Aplikasi Koloid dalam Bidang Pertanian

Apakah Saudara mengetahui kegunaan kegunaan koloid ? Apa perbedaan


larutan, koloid dan suspensi? Coba amati beberapa bahan berikut ini seperti
agar-agar, santan dan susu? Mana yang termasuk koloid dan suspensi?

Gambar 1. Agar-agar, santan dan susu


Sumber: https://aisyahfitrirusianijisman.wordpress.com/kimia-xi/semester-4/sistem-koloid/

Gambar 2. Mayonaise merupakan salah satu jenis koloid


Sumber: https://indonesian.alibaba.com/product-detail/mayonnaise-169579461.html dan
https://indonesian.alibaba.com/product-detail/mayonnaise-169579461.html

13
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Gambar 3. Cat merupakan koloid


Sumber: https://id.aliexpress.com/item/Satu-Botol-Cerah-Coklat-100G-Pernis-Cat-Kayu dan
https://www.bukalapak.com/p/rumah-tangga/home-stuff/7eblxw-jual-cat-avian-150-cc-cat

Sistem koloid sangat berkaitan erat dengan hidup dan kehidupan sehari-hari.
Darah, susu, keju, cat, obat-obatan, bahan kosmetik, tanah pertanian
merupakan contoh koloid.

Sistem koloid sangat berpengaruh bagi kehidupan sehari-hari sehingga harus


dipelajari lebih mendalam agar dapat bermanfaat dan menggunakannya
dengan benar.

Sistem koloid banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari khususnya


dalam bidang agribisnis dan agroteknologi. Berikut ini adalah tabel aplikasi
koloid:

14
Unit Pembelajaran
Kimia Koloid

Tabel 1. Aplikasi koloid dalam kehidupan sehari-hari

Jenis industri Contoh aplikasi

Industri makanan Keju, mentega, susu, saus salad

Industri kosmetika dan perawatan tubuh Krim, pasta gigi, sabun

Industri cat Cat

Industri kebutuhan rumah tangga Sabun, deterjen

Industri pertanian Peptisida dan insektisida


Minyak ikan, penisilin untuk
Industri farmasi
suntikan

Sumber:http://organiksmakma3b30.blogspot.com/2013/04/manfaat-koloid-dalam-kehidupan-
sehari.html

Aplikasi koloid :

1. Pemutihan Gula
Gula tebu yang masih berwarna dapat diputihkan dengan cara melarutkan
gula ke dalam air, kemudian larutan dialirkan melalui sistem koloid tanah
diatomae atau karbon. Partikel koloid akan mengadsorpsi zat warna
tersebut. Partikel-partikel koloid tersebut mengadsorpsi zat warna dari gula
tebu sehingga gula dapat berwarna putih.

2. Penjernihan Air
Penjernihan air kotor dapat dilakukan baik skala kecil (rumah tangga)
maupun skala besar seperti yang dilakukan oleh Perusahaan Daerah Air
Minum (PDAM). Air keran (PDAM) yang ada saat ini mengandung partikel-
partikel koloid tanah liat, lumpur, dan berbagai partikel lainnya yang
bermuatan negatif. Beberapa langkah harus dilakukan agar partikel koloid
tersebut dapat dipisahkan sehingga air layak untuk diminum. Hal itu
dilakukan dengan cara menambahkan tawas (Al2SO4)3. Ion Al3+ yang terdapat
pada tawas tersebut akan terhidroslisis membentuk partikel koloid Al(OH)3
yang bermuatan positif melalui reaksi:

15
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Al3+ + 3H2O Al(OH)3 + 3H+

Setelah itu, Al(OH)3 menghilangkan muatan-muatan negatif dari partikel


koloid tanah liat/lumpur dan terjadi koagulasi pada lumpur. Lumpur
tersebut kemudian mengendap bersama tawas yang juga mengendap karena
pengaruh gravitasi. Berikut ini adalah skema proses penjernihan air secara
lengkap:

Gambar 4. Proses penjernihan air


sumber : https://www.onlinebiologynotes.com/steps-of-water-purification-process/

3. Penggumpalan Lateks
Getah karet dihasilkan dari pohon karet. Getah karet merupakan sol, yaitu
dispersi koloid fase padat dalam cairan. Karet alam merupakan zat padat
yang molekulnya sangat besar (polimer). Partikel karet alam terdispersi
sebagai partikel koloid dalam sol getah karet. Karet diperoleh dengan
mengkoagulasi, getah karet agar karet menggumpal dan terpisah dari
medium pendispersinya. Bahan yang biasa digunakan untuk mengkoagulasi
getah karet adalah asam formiat; HCOOH atau asam asetat; CH3COOH.
Larutan asam pekat itu akan merusak lapisan pelindung yang mengelilingi
partikel karet dan ion-ion H+ dari asam tersebut-akan menetralkan muatan
partikel karet sehingga karet akan menggumpal.

16
Unit Pembelajaran
Kimia Koloid

Selanjutnya, gumpalan karet digiling dan dicuci lalu diproses lebih lanjut
sebagai lembaran yang disebut sheet atau diolah menjadi karet remah (crumb
rubber). Getah karet yang akan digunakan untuk keperluan lain, misalnya
pembuatan balon dan karet busa, tidak digumpalkan melainkan dibiarkan
dalam wujud cair yang disebut lateks. Untuk menjaga kestabilan sol lateks,
getah karet dicampur dengan larutan amonia; NH3. Larutan amonia yang
bersifat basa melindungi partikel karet di dalam sol lateks dari zat-zat yang
bersifat asam sehingga sol tidak menggumpal.

4. Proses Pencucian dengan Sabun/Detergen


Prinsip koloid juga digunakan dalam proses pencucian dengan sabun dan
detergen. Dalam pencucian dengan sabun atau detergen, sabun/ detergen
berfungsi sebagai emulgator. Sabun/detergen akan mengemulsikan minyak
dalam air sehingga kotoran-kotoran berupa lemak atau minyak dapat
dihilangkan dengan cara pembilasan dengan air.

5. Penghilang Kotoran pada Proses Pembuatan Sirup


Kadang-kadang gula masih mengandung pengotor sehingga jika dilarutkan
tidak jernih. Cara untuk menghilangkan pengotor ini di industri pembuatan
sirup biasanya menggunakan putih telur. Setelah gula larut, sambil diaduk
ditambahkan putih telur sehingga putih telur tersebut menggumpal dan
mengadsorpsi pengotor. Selain putih telur, dapat juga digunakan zat lain,
seperti tanah diatome atau arang aktif.

6. Pembuatan Yogurt
Susu yang merupakan koloid dapat diubah menjadi yogurt melalui
fermentasi. Pada fermentasi susu akan terbentuk asam laktat yang
menggumpal dan berasa asam.

17
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

7. Pembuatan Tahu
Pada pembuatan tahu dari kedelai, pertama kedelai dihancurkan hingga
terbentuk bubur kedelai (seperti susu yang merupakan koloid) kemudian
tambahkan larutan elektrolit, yaitu CaSO4.2H2O yang disebut batu tahu
sehingga protein kedelai menggumpal dan membentuk tahu.

18
Unit Pembelajaran
Kimia Koloid

SOAL-SOAL UN/USBN

No. Soal USBN Tahun 2018

1 Perhatikan tabel macam–macam koloid berikut ini:

Fasa Fasa
No. Terdispersi Pendispersi Jenis koloid
1 Cair Cair Busa padat
2 Gas Padat Emulsi
3 Padat Cair Sol
4 Cair Gas Aerosol padat
5 Padat Gas gel

Pasangan yang tepat adalah ….

a. 1

b. 2

c. 3

d. 4

e. 5

Identifikasi
Kelas / Semester : X Semester 2
Level Kognitif : Aplikasi (C3)
Indikator yang : Jenis Koloid
bersesuaian
Diketahui : Jenis fase terderpersi, fase pendepersi dan jenis
koloid
Ditanyakan : Pasangan Jenis fase terderpersi, fase pendepersi
dan jenis koloid yang sesuai
Materi yang dibutuhkan : Jenis Koloid

19
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

No. Soal USBN Tahun 2018

2 Cara pembuatan koloid dari partikel kasar menjadi partikel-partikel


koloid disebut cara.....
a. Dispersi
b. Koagulasi
c. Hidrolisis
d. Kondensasi
e. Elektrolisis
Identifikasi
Kelas / Semester : X Semester 2
Level Kognitif : Aplikasi (C3)
Indikator yang : Cara pembuatan koloid
bersesuaian
Diketahui : Jenis-jenis proses pembuatan koloid
Ditanyakan : Cara pembuatan koloid dari partikel kasar
menjadi partikel-partikel koloid
Materi yang dibutuhkan : Pembuatan Koloid

No. Soal USBN Tahun 2018

3 Sistem koloid dengan fase pendispersi gas dan fase terdispersi padat
disebut dengan …
a. Aerosol padat
b. Gel
c. Buih
d. Sol
e. Emulsi
Identifikasi
Kelas / Semester : X Semester 2
Level Kognitif : Aplikasi (C3)
Indikator yang : Jenis Koloid
bersesuaian
Diketahui : Jenis koloid
Ditanyakan : Sistem koloid dengan fase pendispersi gas
dan fase terdispersi padat
Materi yang dibutuhkan : Jenis Koloid

20
Unit Pembelajaran
Kimia Koloid

No. Soal USBN Tahun 2018

4 Perhatikan sifat-sifat berikut :


1. Dapat mengadsorpsi ion
2. Memantulkan cahaya
3. Partikelnya diam
4. Dapat bermuatan listrik
Yang merupakan sifat koloid yaitu...
a. 1 dan 2
b. 1 dan 3
c. 2 dan 4
d. 1 dan 4
e. 2 dan 3
Identifikasi
Kelas / Semester : X Semester 2
Level Kognitif : Aplikasi (C3)
Indikator yang : Sifat-sifat koloid
bersesuaian
Diketahui : Sifat koloid yang tepat dan yang tidak tepat
Ditanyakan : Sifat koloid yang tepat
Materi yang dibutuhkan : Sifat koloid

21
Unit Pembelajaran
Kimia Koloid

BAHAN PEMBELAJARAN

A. Aktivitas Pembelajaran

Pembelajaran materi Kimia Koloid dapat dilakukan selama 4 kali pertemuan


terdiri dari 3 pertemuan pembelajaran tatap muka dan 1 pertemuan ulangan
harian. masing-masing pertemuan sebanyak 2 Jam pelajaran sesuai dengan
jumlah jam kimia yang tertera pada struktur kurikulum. Pembelajaran
senyawa hidrokarbon dapat menggunakan model pembelajaran Discovery
learning.

Pertemuan 1

Pertemuan 1 ( 2 x 45 menit)
Kegiatan Pendahuluan (15 Menit)
Guru :
Orientasi
❖ Melakukan pembukaan dengan salam pembuka, memanjatkan syukur kepada
Tuhan YME dan berdoa untuk memulai pembelajaran
❖ Memeriksa kehadiran peserta didik sebagai sikap disiplin
❖ Menyiapkan fisik dan psikis peserta didik dalam mengawali kegiatan
pembelajaran.
Apersepsi
❖ Mengaitkan materi/tema/kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan dengan
pengalaman peserta didik dengan materi/tema/kegiatan sebelumnya
❖ Mengingatkan kembali materi prasyarat dengan bertanya.
❖ Mengajukan pertanyaan yang ada keterkaitannya dengan pelajaran yang akan

23
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

dilakukan.
Motivasi
❖ Memberikan gambaran tentang manfaat mempelajari pelajaran yang akan
dipelajari dalam kehidupan sehari-hari.
➢ Apabila materi tema/projek ini kerjakan dengan baik dan sungguh-sungguh
ini dikuasai dengan baik, maka peserta didik diharapkan dapat menjelaskan
tentang materi : Koloid
❖ Menyampaikan tujuan pembelajaran pada pertemuan yang berlangsung
❖ Mengajukan pertanyaan / membimbing peserta membuat pertanyaan terkait
dengan mata pelajaran.
Pemberian Acuan
❖ Memberitahukan tentang kompetensi inti, kompetensi dasar, indikator, dan KKM
pada pertemuan yang berlangsung
❖ Memberitahukan tujuan pembelajaran yang akan dicapai
❖ Memberitahukan materi pelajaran yang akan dibahas.
❖ Pembagian kelompok belajar
❖ Menjelaskan mekanisme pelaksanaan pengalaman belajar sesuai dengan
langkah-langkah pembelajaran.

Kegiatan Inti ( 60 Menit ) Praktik Koloid


Sintak Model
Kegiatan Pembelajaran
Pembelajaran

Stimulation KEGIATAN LITERASI


(stimulasi/ Peserta didik diberi motivasi atau rangsangan untuk
pemberian memusatkan perhatian pada topik materi koloid dengan cara :
rangsangan) ❖ Melihat (tanpa atau dengan Alat)
Menayangkan gambar/foto/video yang relevan.
❖ Mengamati

24
Unit Pembelajaran
Kimia Koloid

➢ Lembar kerja materi koloid.


➢ Pemberian contoh-contoh materi koloid untuk dapat
dikembangkan peserta didik, dari media interaktif, dsb
❖ Membaca.
Kegiatan literasi ini dilakukan di rumah dan di sekolah
dengan membaca materi dari buku paket atau buku-buku
penunjang lain, dari internet/materi yang berhubungan
dengan koloid.
❖ Menulis
Menulis resume dari hasil pengamatan dan bacaan terkait
koloid.
❖ Mendengar
Mendengar pemberian materi koloid oleh guru.
❖ Menyimak
Menyimak penjelasan pengantar kegiatan secara garis
besar/global tentang materi pelajaran mengenai materi
koloid
untuk melatih rasa syukur, kesungguhan dan kedisiplinan,
ketelitian, mencari informasi.
Problem CRITICAL THINKING (BERPIKIR KRITIS)
statement Guru memberikan kesempatan pada peserta didik untuk
(pertanyaan/ mengidentifikasi sebanyak mungkin pertanyaan yang berkaitan
identifikasi dengan gambar yang disajikan dan akan dijawab melalui kegiatan
masalah) belajar, contohnya :
❖ Mengajukan pertanyaan tentang materi : koloid
yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan
untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang
diamati (dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke
pertanyaan yang bersifat hipotetik) untuk mengembangkan
kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan

25
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perlu untuk


hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat.

Kegiatan Penutup (15 Menit)


Peserta didik :
❖ Membuat resume (CREATIVITY) dengan bimbingan guru
tentang point-point penting yang muncul dalam kegiatan
pembelajaran tentang materi koloid yang baru dilakukan.
❖ Mengagendakan pekerjaan rumah untuk materi pelajaran
koloid yang baru diselesaikan.
❖ Mengagendakan materi atau tugas
projek/produk/portofolio/unjuk kerja yang harus
mempelajarai pada pertemuan berikutnya di luar jam
sekolah atau dirumah.
Guru :
❖ Memeriksa pekerjaan siswa yang selesai langsung diperiksa
untuk materi pelajaran koloid.
❖ Peserta didik yang selesai mengerjakan tugas
projek/produk/portofolio/unjuk kerja dengan benar diberi
paraf serta diberi nomor urut peringkat, untuk penilaian
tugas projek/produk/portofolio/unjuk kerja pada materi
pelajaran koloid
❖ Memberikan penghargaan untuk materi pelajaran koloid
kepada kelompok yang memiliki kinerja dan kerjasama yang
baik.

Pertemuan 2

Pertemuan Kedua (Koloid) = 2 x 45 menit


Kegiatan Pendahuluan (15 Menit)

26
Unit Pembelajaran
Kimia Koloid

Guru :
Orientasi
❖ Melakukan pembukaan dengan salam pembuka,
memanjatkan syukur kepada Tuhan YME dan berdoa untuk
memulai pembelajaran
❖ Memeriksa kehadiran peserta didik sebagai sikap disiplin
❖ Menyiapkan fisik dan psikis peserta didik dalam mengawali
kegiatan pembelajaran.
Apersepsi
❖ Mengaitkan materi/tema/kegiatan pembelajaran yang akan
dilakukan dengan pengalaman peserta didik dengan
materi/tema/kegiatan sebelumnya
❖ Mengingatkan kembali materi prasyarat dengan bertanya.
❖ Mengajukan pertanyaan / membimbing perserta
mengajukan pertanyaan yang ada keterkaitannya dengan
pelajaran yang akan dilakukan.
Motivasi
❖ Memberikan gambaran tentang manfaat mempelajari
pelajaran yang akan dipelajari dalam kehidupan sehari-hari.
➢ Apabila materi tema/projek ini kerjakan dengan baik dan
sungguh-sungguh ini dikuasai dengan baik, maka peserta
didik diharapkan dapat menjelaskan tentang materi
koloid.
❖ Menyampaikan tujuan pembelajaran pada pertemuan yang
berlangsung
❖ Mengajukan pertanyaan terkait pembelajara yang
dilaksanakan
Kegiatan Inti ( 60 Menit ) Praktik faktor berpengaruh
kecepatan reaksi (lanjutan)
Data KEGIATAN LITERASI

27
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

collection Peserta didik mengumpulkan informasi yang relevan untuk


(pengumpulan menjawab pertanyaan yang telah diidentifikasi melalui kegiatan:
data)
❖ Mengamati obyek/kejadian
Mengamati dengan seksama materi koloid yang sedang
dipelajari dalam bentuk gambar/video/slide presentasi yang
disajikan dan mencoba menginterprestasikannya.
❖ Membaca sumber lain selain buku teks
Secara disiplin melakukan kegiatan literasi dengan mencari
dan membaca berbagai referensi dari berbagai sumber guna
menambah pengetahuan dan pemahaman tentang materi
koloid yang sedang dipelajari.
❖ Aktivitas
Menyusun daftar pertanyaan atas hal-hal yang belum dapat
dipahami dari kegiatan mengamati dan membaca yang akan
diajukan kepada guru berkaitan dengan materi koloid yang
sedang dipelajari.
❖ Wawancara/tanya jawab dengan nara sumber
Mengajukan pertanyaan berkaiatan dengan materi koloid
yang telah disusun dalam daftar pertanyaan kepada guru.

COLLABORATION (KERJASAMA)
Peserta didik dibentuk dalam beberapa kelompok untuk:
❖ Mendiskusikan
Peserta didik dan guru secara bersama-sama membahas
contoh dalam buku paket mengenai materi koloid.
❖ Mengumpulkan informasi melalui praktik
Mencatat data praktik koloid yang telah diperoleh pada buku
/ format dengan tulisan yang rapi dan menggunakan bahasa
Indonesia yang baik dan benar.

28
Unit Pembelajaran
Kimia Koloid

❖ Mempresentasikan ulang
Peserta didik mengkomunikasikan secara lisan atau
mempresentasikan materi dengan rasa percaya diri koloid
sesuai dengan pemahamannya dalam kelompok untuk
didiskusikan atau dianalisis lebih lanjut.
❖ Saling tukar informasi / tukar data koloid
Tukar data/informasi ditanggapi aktif oleh peserta didik
lainnya baik dalam satu kelompok / kelompok lain
sehingga diperoleh sebuah fakta/ konsep/ prinsip/
pengetahuan baru yang dapat dijadikan sebagai bahan
diskusi kelompok. Dengan menggunakan metode ilmiah
yang terdapat pada buku pegangan peserta didik atau pada
lembar kerja yang disediakan dengan cermat untuk
mengembangkan sikap teliti, jujur, sopan, menghargai
pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi,
menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi melalui
berbagai cara yang dipelajari, mengembangkan kebiasaan
belajar dan belajar sepanjang hayat.
Data COLLABORATION (KERJASAMA) dan CRITICAL THINKING
processing (BERPIKIR KRITIS)
(pengolahan Peserta didik dalam kelompoknya berdiskusi mengolah data
Data) hasil pengamatan dengan cara :
❖ Berdiskusi tentang data dari Materi : koloid
❖ Mengolah data/ informasi dari pengamatan praktik koloid
yang sudah dikumpulkan dari hasil kegiatan/pertemuan
sebelumnya maupun hasil dari kegiatan mengamati dan
kegiatan mengumpulkan informasi yang sedang berlangsung
dengan bantuan pertanyaan-pertanyaan pada lembar kerja.
❖ Peserta didik mengerjakan beberapa soal mengenai materi
koloid.

29
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Kegiatan Penutup (15 Menit)


Peserta didik :
❖ Membuat resume (CREATIVITY) dengan bimbingan guru
tentang point-point penting yang muncul dalam kegiatan
pembelajaran tentang materi koloid yang baru dilakukan.
❖ Memberikan pekerjaan rumah untuk materi pelajaran koloid
yang baru diselesaikan.
❖ Mmberikan materi atau tugas
proyek/produk/portofolio/unjuk kerja yang harus
mempelajarai pada pertemuan berikutnya di luar jam
sekolah atau dirumah.
Guru :
❖ Memeriksa pekerjaan siswa yang selesai langsung diperiksa
untuk materi pelajaran koloidtermasuk memeriksa data
hasil praktik
❖ Peserta didik yang selesai mengerjakan tugas
projek/produk/portofolio/unjuk kerja dengan benar diberi
paraf serta diberi nomor urut peringkat, untuk penilaian
tugas projek/produk/portofolio/unjuk kerja pada materi
pelajaran koloid
❖ Memberikan penghargaan untuk materi pelajaran koloid
kepada kelompok yang memiliki kinerja dan kerjasama yang
baik.

Pertemuan 3

Pertemuan Kedua (Koloid) = 2 x 45 menit


Kegiatan Pendahuluan (15 Menit)
Guru :
Orientasi

30
Unit Pembelajaran
Kimia Koloid

❖ Melakukan pembukaan dengan salam pembuka,


memanjatkan syukur kepada Tuhan YME dan berdoa untuk
memulai pembelajaran
❖ Memeriksa kehadiran peserta didik sebagai sikap disiplin
❖ Menyiapkan fisik dan psikis peserta didik dalam mengawali
kegiatan pembelajaran.
Apersepsi
❖ Mengaitkan materi/tema/kegiatan pembelajaran yang akan
dilakukan dengan pengalaman peserta didik dengan
materi/tema/kegiatan sebelumnya
❖ Mengingatkan kembali materi prasyarat dengan bertanya.
❖ Mengajukan pertanyaan yang ada keterkaitannya dengan
pelajaran yang akan dilakukan.
Motivasi
❖ Memberikan gambaran tentang manfaat mempelajari
pelajaran yang akan dipelajari dalam kehidupan sehari-hari.
❖ Apabila materi tema/projek ini dikerjakan dengan baik dan
sungguh-sungguh ini dikuasai dengan baik, maka peserta
didik diharapkan dapat menjelaskan tentang materi koloid
❖ Menyampaikan tujuan pembelajaran pada pertemuan yang
berlangsung
❖ Mengajukan pertanyaan / membimbing peserta membuat
pertanyaan terkait dengan mata pelajaran
Kegiatan Inti ( 60 Menit ) : Praktik faktor berpengaruh
kecepatan reaksi (lanjutan)
Verification CRITICAL THINKING (BERPIKIR KRITIS)
(pembuktian) Peserta didik mendiskusikan hasil pengamatannya dan
memverifikasi hasil pengamatannya dengan data-data atau teori
pada buku sumber melalui kegiatan :
❖ Menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada

31
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari


berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda
sampai kepada yang bertentangan untuk mengembangkan
sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras,
kemampuan menerapkan prosedur dan kemampuan berpikir
induktif serta deduktif dalam membuktikan tentang materi :
koloid antara lain dengan : Peserta didik dan guru secara
bersama-sama membahas jawaban soal-soal yang telah
dikerjakan oleh peserta didik.
Generalization COMMUNICATION (BERKOMUNIKASI)
(menarik Peserta didik berdiskusi untuk menyimpulkan
kesimpulan) ❖ Menyampaikan hasil diskusi tentang materi koloid berupa
kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis,
atau media lainnya untuk mengembangkan sikap jujur, teliti,
toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan
pendapat dengan sopan.
❖ Mempresentasikan hasil diskusi kelompok secara klasikal
tentang materi koloid
❖ Mengemukakan pendapat atas presentasi yang dilakukan
tentang materi koloid dan ditanggapi oleh kelompok yang
mempresentasikan.
❖ Bertanya atas presentasi tentang materi koloid yang
dilakukan dan peserta didik lain diberi kesempatan untuk
menjawabnya.
CREATIVITY (KREATIVITAS)
❖ Menyimpulkan tentang point-point penting yang muncul
dalam kegiatan pembelajaran yang baru dilakukan berupa :
Laporan hasil praktik / pengamatan tentang materi koloid
❖ Menjawab pertanyaan tentang materi koloid yang terdapat
pada buku / yang dibuat guru/ yang dibuat peserta didik

32
Unit Pembelajaran
Kimia Koloid

atau lembar kerja yang telah disediakan.


❖ Bertanya tentang hal yang belum dipahami, atau guru
melemparkan beberapa pertanyaan kepada siswa berkaitan
dengan materi koloid yang akan selesai dipelajari
❖ Menyelesaikan uji kompetensi untuk materi koloid yang
terdapat pada buku pegangan peserta didik atau pada lembar
lerja yang telah disediakan secara individu untuk mengecek
penguasaan siswa terhadap materi pelajaran.
Catatan : Selama pembelajaran Koloid berlangsung, guru mengamati sikap siswa dalam
pembelajaran yang meliputi sikap: disiplin, rasa percaya diri, berperilaku jujur, tangguh
menghadapi masalah tanggungjawab, rasa ingin tahu, peduli lingkungan
Kegiatan Penutup (15 Menit)
Peserta didik :
❖ Membuat resume (CREATIVITY) dengan bimbingan guru tentang point-point
penting yang muncul dalam kegiatan pembelajaran tentang materi koloid yang
baru dilakukan.
❖ Memberikan pekerjaan rumah untuk materi pelajaran koloid yang baru
diselesaikan.
❖ Memberikan materi atau tugas proyek/produk/portofolio/unjuk kerja yang
harus mempelajari pada pertemuan berikutnya di luar jam sekolah atau
dirumah.
Guru :

❖ Memeriksa pekerjaan siswa yang selesai langsung diperiksa untuk materi


pelajaran koloid.
❖ Memberikan penghargaan untuk materi pelajaran koloid kepada kelompok yang
memiliki kinerja dan kerjasama yang baik.

33
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

B. Lembar Kerja Peserta Didik

Lembar Kerja Peserta Didik 1. Koloid Liofil dan Liofob

Tujuan Percobaan : Membedakan koloid liofil dan liofob

Alat dan Bahan

Alat

• Gelas kimia 250 mL

• Gelas kimia 100 mL

• Batang pengaduk

• Sendok/spatula

• Kertas saring

• Statif corong

• Corong

Bahan

• Gelatin

• Garam dapur

• Kanji

• Air suling

• Air sungai/air kolam

34
Unit Pembelajaran
Kimia Koloid

Cara Kerja

Percobaan 1: Koloid gelatin 2%.

1. Isi gelas kimia 250 mL dengan 2 gram gelatin tambahkan 25 mL air


suling dingin dan tunggu beberapa saat dan amati apa yang terjadi

2. Tambahkan 75 mL air suling mendidih tunggu beberapa saat jika perlu


diaduk dengan bantuan pengaduk. Amati !

3. Bagi dua koloid tersebut. Bagian pertama tambahkan ke dalamnya


seujung sendok garam. Amati !

4. Bagian yang kedua, panaskan gelatin 2% tersebut sampai kering,


setelah kering lalu tambahkan kembali air panas ke dalamnya. Amati!

Percobaan 2 : Koloid pati 2%.

1. Isi gelas kimia 100 mL dengan 2 gram pati dan ditambahkan 10 mL


air dingin, Kemudian diaduk sampai homogen. Setelah itu
ditambahkan 90 ml air mendidih. Amati !

2. Bagi dua koloid tersebut. Bagian pertama tambahkan ke dalamnya


seujung sendok garam. Amati !

3. Bagian yang kedua, panaskan pati 2% tersebut sampai kering, setelah


kering lalu tambahkan kembali air panas ke dalamnya. Amati!

Tugas dan Pertanyaan

Tugas Saudara adalah membuat Lembar pengamatan, pembahasan hasil dan


kesimpulan.

35
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Pertanyaan :

1. Koloid manakah yang termasuk koloid liofil dan liofob?

2. Jelaskan fungsi penambahan air pada saat koloid gelatin dan kanji
setelah dipanaskan !

3. Apakah fungsi penambahan garam kedalam sistem koloid tersebut ?

Lembar Kerja Peserta Didik 2. Perubahan Sol-Gel

Tujuan Percobaan:

• Mempelajari perubahan yang terjadi pada koloid sol dan gel

• Menentukan faktor yang mempengaruhi proses perubahan sol-gel

Alat dan Bahan

Alat

• Sendok teh

• Gelas kimia 250 mL

Bahan

• Agar-agar

• Air

36
Unit Pembelajaran
Kimia Koloid

Cara Kerja

1. Kedalam gelas kimia 250 mL tambahkan satu sendok teh agar-agar dan
100 mL air lalu didihkan sambil diaduk. Setelah larut Saudara akan
menghasilkan sistem koloid.

2. Dinginkan sistem sol tersebut. Setelah dingin perhatikan sistem koloid


yang terbentuk !

3. Panaskan kembali sistem koloid yang terbentuk amati dan bandingkan


dengan sistem koloid yang pertama dan kedua !

Tugas dan Pertanyaan

Tugas Saudara adalah membuat lembar pengamatan, pembahasan dan


kesimpulan.

Pertanyaan :

1. Jelaskan jenis koloid yang terjadi pada percobaan yang telah Saudara
lakukan!

2. Faktor apakah yang berpengaruh pada percobaan tersebut?

37
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Lembar Kerja Peserta Didik 3. Sifat - Sifat Koloid

Tujuan Percobaan : Mengamati dan menjelaskan beberapa sifat koloid

Alat dan Bahan

Alat

Percobaan Alat
Stoples kaca tinggi ±15 cm
1 Lampu senter
Kotak Karton 30 cm2 dengan lubang pengamatan
2 Botol bening tertutup
Gelas
3
Spatula
Botol kaca bening
4
Corong
Mangkok plastik
5
Pengaduk

Bahan
Percobaan Bahan
Larutan Gula
Susu cair (encer)
1
Agar – agar (encer)
Campuran air dan tanah
Putih telur
2 Minyak sayur
Air
Gelatin/agar- agar
3
Air teh panas

38
Unit Pembelajaran
Kimia Koloid

Air
4 Minyak tanah/minyak sayur
Detergen
5 Susu cair
Asam cuka

Cara Kerja

Percobaan 1

1. Tempatkan gelas kimia yang berisi larutan gula ke dalam kotak karton
dan senterlah larutan gula tersebut melalui lubang karton.

2. Amati apa yang terlihat melalui lubang pengamatan.

3. Ulangi langkah 1 dan 2 untuk susu cair, agar-agar dan campuran air dan
tanah sebagai pengganti larutan gula.

Percobaan 2

1. Tuangkan minyak sayur dan air kedalam botol, pasang penutup botol
kemudian kocok. Amati yang terjadi dalam botol.

2. Pisahkan putih telur dari kuning telur dan masukan dalam gelas.

3. Tambahkan putih telur ke dalam botol yang sudah berisi air dan
minyak kemudian kocok kembali. Amati apa yang terjadi.

Percobaan 3

1. Siapkan air teh panas dalam gelas

2. Masukkan 1 sendok spatula gelatin ke dalamnya, kemudian aduk

39
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

3. Biarkan mendingin selama beberapa saat

4. Setelah dingin, balikkan gelas tersebut

Percobaan 4

1. Masukkan air kedalam botol hingga seperempat tinggi botol

2. Tambahkan 50 mL minyak sayur, kocok kemudian amati yang terjadi

3. Tambahkan detergen bubuk ke dalam botol secukupnya lalu tutup

4. Kocok dan amati apakah minyak dan air sekarang dapat bersatu ?

Tugas dan Pertanyaan

Tugas Saudara adalah membuat lembar pengamatan, pembahasan dan


kesimpulan.

Lembar Kerja Peserta Didik 4. Pembuatan Koloid

Tujuan Percobaan : Membuat koloid dengan cara disperse dan kondensasi

Alat Dan Bahan

Alat

• Gelas kimia 100 mL

• Gelas Ukur 100 mL

• Pipet tetes

• Alat pembakar, kaki tiga

40
Unit Pembelajaran
Kimia Koloid

• Pengaduk kaca

• Tabung reaksi

• Penjepit tabung

• Sendok spatula

• Pengaduk

• Lumpang dan mortar poselen

Bahan

1. Larutan FeCl3 jenuh

2. Aquades

3. Serbuk agar – agar

4. Serbuk belerang

5. Gula pasir

Cara kerja

Percobaan 1. Pembuatan koloid dengan kondensasi

1. Siapkan 50 mL aquades dan masukkan ke dalam gelas kimia berukuran


100 mL, kemudian didihkan.

2. Setelah mendidih, tambahkan FeCl3 sebanyak 25 tetes dan aduk secara


perlahan. Pemanasan tetap dilakukan ketika pengadukan.

41
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

3. Hentikan pengadukan ketika larutan berwarna coklat kemerahan

4. Dinginkan larutan, kemudian soroti dengan lampu senter.

5. Amati yang terjadi.

Percobaan 2. Pembuatan koloid dengan dispersi langsung

1. Gerus campuran 1 sendok gula pasir dan 1 sendok serbuk belerang


pada lumpang poselen hingga lembut

2. Sisihkan setengah gerusan belerang dan gula tersebut, kemudian


tambahkan 1 sendok gula. Gerus kembali camuran ini hingga lembut

3. Sisihkan kembali setengahnya. Sisanya tambahkan dengan 1 sendok


gula dan gerus hingga lembut

4. Ulangi sekali lagi langkah di atas

5. Larutkan dengan 100 mL aquades seujung sendok spatula hasil gerusan


terakhir. Amati yang terjadi

6. Ambil serbuk belerang yang belum digerus dengan gula, kemudian


masukkan ke dalam 100 mL aquades. Bandingkan hasilnya dengan
pada langkah 5

Tugas dan Pertanyaan

Tugas Saudara adalah membuat lembar pengamatan, pembahasan dan


kesimpulan.

42
Unit Pembelajaran
Kimia Koloid

Pertanyaan

1. Apakah fungsi penambahan gula dalam percobaan ?

2. Apakah tujuan pengadukan setelah penambahan FeCl3? Jelaskan !

3. Apakah larutan FeCl3 dapat menghamburkan cahaya? Jelaskan !

C. Bahan Bacaan

Bahan Bacaan 1. Jenis Koloid dan Sifat- Sifatnya

1. Pengertian Koloid

Koloid adalah suatu campuran zat heterogen antara dua zat atau lebih
dengan partikel-partikel zat yang berukuran koloid tersebar merata dalam
zat lain. Ukuran koloid berkisar antara 1-100 nm ( 10-7 – 10-5 cm ).

Gambar 5. Perbedaan larutan sejati, koloid dan suspensi


Sumber: https://www.materibelajar.id/2016/03/sistem-koloid -larutan-koloid-dan.html

Sistem koloid adalah suatu bentuk campuran yang keadaannya terletak


antara larutan dan suspensi (campuran kasar). Sistem koloid ini mempunyai
sifat-sifat khas yang berbeda dari sifat larutan atau suspensi.

43
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Keadaan koloid bukan ciri dari zat tertentu karena semua zat, baik padat,
cair, maupun gas, dapat dibuat dalam keadaan koloid. Contoh: Mayones dan
cat, mayones adalah campuran homogen di air dan minyak dan cat adalah
campuran homogen zat padat dan zat cair.

Koloid adalah suatu sistem campuran “metastabil” (seolah-olah stabil, tapi


akan memisah setelah waktu tertentu). Koloid berbeda dengan larutan;
larutan bersifat stabil.

Tabel 2. Sifat larutan, koloid dan suspensi


Ukuran Kestabilan
Jumlah Distribusi
Sistem partikel sistem Penyaringan
Fasa partikel
(cm) campuran

<10-7 Tidak dapat


Larutan 1 Homogen Stabil
disaring
Tidak dapat
disaring kecuali
Koloid 10-7-10-5 2 Homogen Stabil dengan jenis
penyaring
membran ultra
Suspensi >10-5 3 Heterogen Tidak stabil Mudah disaring
kasar

Sistem koloid adalah suatu bentuk campuran yang ukuran partikel


terdispersinya terletak antara ukuran larutan dan suspensi (campuran
kasar). Sistem koloid mempunyai sifat-sifat khas yang berbeda dari sifat
larutan atau suspensi. Keadaan koloid bukan ciri dari zat tertentu karena
semua zat, baik padat, cair, maupun gas, dapat dibuat sebagai sistem koloid.

2. Ciri Ciri Koloid

Berikut ini merupakan beberapa ciri ciri dari koloid:

a. Sifat campuran koloid merupakan heterogen

b. Dispersi molekuler (dispersi elemen)

44
Unit Pembelajaran
Kimia Koloid

c. Koloid tidak dapat disaring walaupun berbentuk heterogen. Kondisi


tersebut bisa diamati pada air laut yang asin karena berisi garam,
namun tidak bisa dipisahkan antara air dengan garam dengan
menyaringnya.

d. Dimensi partikel kurang dari 1 nm . Untuk meneliti dibutuhkan


mikroskop khusus.

e. Sistem koloid stabil diakibatkan oleh gaya tarik menarik, yang


menyebabkan partikel koloid berkumpul membentuk agregat dan
mengendap

3. Jenis Koloid

Secara umum ada dua zat penyusun di dalam larutan koloid yaitu :

• Zat terdispersi, yakni zat yang terlarut di dalam larutan koloid

• Zat pendispersi, yakni zat pelarut di dalam larutan koloid

Berdasarkan fase terdispersi maupun fase pendispersi suatu koloid dibagi


sebagai berikut.

Tabel 3. Fase pendispersi suatu koloid


Fase Terdispersi Pendispersi Nama koloid Contoh
Bukan koloid, karena gas bercampur secara
Gas Gas
homogen
Buih, sabun, ombak, krim
Gas Cair Busa
kocok
Gas Padat Busa padat Batu apung, kasur busa
Obat semprot, kabut, hair
Cair Gas Aerosol cair
spray di udara
Air santan, air susu,
Cair Cair Emulsi
mayones
Cair Padat Gel Mentega, agar-agar
Padat Gas Aerosol padat Debu, gas knalpot, asap
Padat Cair Sol Cat, tinta
Padat Padat Sol Padat Tanah, kaca, lumpur
Sumber: https://www.studiobelajar.com/koloid/

45
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

a. Jenis koloid berdasarkan interaksi antara fasa terdispersi dengan


pendispersi

Berdasarkan interaksi koloid dengan medium pendispersinya dapat


digolongkan menjadi dua jenis yaitu koloid liofil dan liofob.

1) Koloid Liofil
Koloid liofil terbentuk karena adanya interaksi yang kuat (afinitas) fasa
terdispersi dengan medium pendispersi. Sifat ini menyebabkan kestabilan
koloid dalam mediumnya menjadi sangat stabil dan tidak mudah mengendap.
Afinitas yang tinggi terhadap medium pendispersi menjadikan koloid liofilik
dapat mudah dilarutkan kembali jika dipisahkan dari medianya. Sifat ini
disebut sebagai sifat reversibel (proses dapat balik) dari koloid liofil. Apabila
medium bersifat khusus yaitu air maka dikenal istilah koloid hidrofil atau
hidrokoloid, yang banyak diaplikasikan dalam berbagai industri.

Koloid liofil mempunyai sifat-sifat yang khas yaitu :

(1) Dapat dibuat langsung dengan mencampurkan fase terdispersi dengan


medium terdispersinya
(2) tidak bermuatan
(3) Partikel-partikel koloid liofil mengadsorpsi medium pendispersinya.
Terdapat proses solvasi/ hidrasi, yaitu terbentuknya lapisan medium
pendispersi yang teradsorpsi di sekeliling partikel sehingga
menyebabkan partikel soliofil tidak saling bergabung
(4) (Viskositas sol liofil > viskositas medium pendispersi
(5) Tidak mudah membentuk agregat dengan penambahan elektrolit
(6) Reversibel, artinya fase terdispersi sol liofil dapat dipisahkan dengan
media pendispersinya, kemudian dapat diubah kembali menjadi sistem
koloid kembali dengan penambahan medium pendispersinya
(7) Memberikan efek Tyndall yang lemah

46
Unit Pembelajaran
Kimia Koloid

2) Koloid liofob

Kebalikan dari liofil dimana tidak terdapat interaksi antara partikeldari


faseterdispersidanmedium pendispersi. Koloid ini mudah diendapkan
dengan penambahan sejumlah kecil dengan pemanasan ataupun dengan
pengocokan, hal tersebut menunjukkan tingkat kestabilan koloid yang
rendah dalam medium pendispersinya. Sifat lain dari koloid liofob adalah
apabila telah dipisahkan dari medium pendispersinya maka koloid tersebut
tidak dapat bercampur secara sempurna atau bersifat irreversibel (proses
tidak dapat balik).

Sifat koloid liofob adalah :


(1) Tidak dapat dibuat hanya dengan mencampur fase terdispersi dan
medium pendisperinya
(2) Partikel koloid bermuatan
(3) Partikel-partikel sol liofob tidak mengadsorpsi medium pendispersinya.
Muatan partikel diperoleh dari adsorpsi partikel-partikel ion yang
bermuatan listrik
(4) Viskositas sol hidrofob hampir sama dengan viskositas medium
pendispersi
(5) Mudah membentuk agregat dengan penambahan elektrolit karena
mempunyai muatan
(6) Irreversibel artinya liofob yang telah menggumpal tidak dapat diubah
menjadi sistem koloid kembali hanya dengan penambahan media
pendispersi
(7) Memberikan efek Tyndall yang jelas

47
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

b. Jenis–jenis koloid berdasarkan perbedaan fasa terdisperi dan


pendispersi

Didasarkan pada perbedaan zat terdispersi dan pendispersinya, terdapat


beberapa sistem koloid dengan peristilahan sendiri dan sifat yang berbeda
antara satu jenis dengan jenis lainnya. Jenis koloid tersebut adalah :

1) Koloid Sol (fase terdispersi padat)

Sistem koloid yang fase terdispersinya adalah materi berfasa padat disebut
sebagai koloid sol. Terdapat tiga jenis koloid sol yang dibedakan
berdasarkan fasa pendispersinya. Koloid sol tersebut adalah :

a) Sol padat adalah sol dalam medium pendispersi padat. Contoh: paduan
logam, gelas warna

b) Sol cair adalah sol dalam medium pendispersi cair. Contoh: cat, tinta,
tepung dalam air, tanah liat

c) Sol gas adalah sol dalam medium pendispersi gas contoh: debu di udara,
asap

Suatu yang khas dari koloid sol adalah adanya bentuk agregatasi atau
pembentukan kumpulan koloid sol menjadi ukuran yang lebih besar yang
disebut sebagai gel. Peristiwa tersebut dikenal sebagai proses sol-gel yang
merupakan bagian terpenting dalam aplikasi koloid dalam berbagai proses.

2) Koloid Emulsi (fase terdispersi cair)

Emulsi merupakan sistem koloid dimana fasa terdispersinya adalah materi fasa
cair. Didasarkan pada perbedaan fasa pendispersinya terdapat tiga jenis emulsi
yaitu :

48
Unit Pembelajaran
Kimia Koloid

a) Emulsi padat adalah emulsi dalam medium pendispersi padat


Emulsi padat dalam medium pendispersi zat padat, dapat juga
dianggap sebagai hasil terbentuknya proses penggumpalan sebagian
sol cair.

b) Emulsi cair adalah emulsi dalam medium pendispersi cair


Emulsi cair melibatkan dua zat cair yang tercampur, tetapi tidak saling
melarutkan. Sistem ini biasa terbentuk dari campuran zat cair polar
dengan zat cair non-polar. Emulsi cair dapat digolongkan menjadi 2
jenis, yaitu;

• Emulsi minyak dalam air

Susu merupakan contoh yang paling umum, di mana sistem ini


terdiri dari minyak yang terdispersi dalam air membentuk sistem
butiran minyak dalam air.

• Emulsi air dalam minyak

Margarine adalah contoh dari sistem ini, di mana zat terdispersi


adalah air yang terdispersi dalam minyak membentuk sistem
butiran air dalam minyak.

Gambar 6. Sistem emulsi air dan minyak


Sumber: budisma.net

49
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

c) Emulsi gas adalah emulsi dalam medium pendispersi gas


Emulsi gas dapat disebut juga aerosol cair merupakan emulsi dalam
medium pendispersi gas. Pada aerosol cair, pembentukan sistem
koloid dibutuhkan bantuan bahan pendorong berupa propelan
aerosol, seperti ; CFC (klorofuorokarbon atau Freon), HCFC 141b
(CCl2FCH3). Contoh emulsi gas adalah : hairspray dan obat nyamuk
semprot

3) Koloid Busa (fase terdispersi gas)


Terdapat dua jenis koloid busa, yaitu :

a) Busa padat adalah busa dalam medium pendispersi padat

Busa padat terbentuk karena adanya proses solidifikasi atau


pembentukan fase padat. Dengan adanya proses tersebut
mengakibatkan fasa terdispersi mengisi ruang kosong yang
dihasilkan pada proses solidifikasi. Bentuk dan ukuran ruangan
dalam busa padat ini tidak menunjukkan ukuran dari partikel
terdispersi. Contoh dari busa padat adalah : Batu apung,
marshmallow, karet busa

b) Busa cair adalah busa dalam medium pendispersi cair

Pembentukan busa cair dapat dilakukan secara fisik contohnya


dengan pengocokan, namun kestabilan busa cair tersebut sangatlah
rendah. Pembentukan lapisan tipis (film) dari busa cair mudah putus
sehingga busa cair tersebut dapat cepat membentuk sistem bukan
koloid. Untuk meningkatkan kestabilan sistem busa cair biasa
ditambahkan zat pembuih (surfaktan). Koloid akan teradsorbsi ke
daerah antar-fase dan mengikat gelembung-gelembung gas sehingga
diperoleh suatu kestabilan. Contoh dari sistem koloid ini adalah putih
telur yang dikocok (krim) , busa sabun.

50
Unit Pembelajaran
Kimia Koloid

Berdasarkan perbedaan fasa terdispersi dan pendisfersi dapat


dibuat hubungan diantar keduanya, untuk menghasilkan jenis
sistem koloid yang terbentuk.

4. Sifat-Sifat Koloid

a. Efek Tyndal
Efek Tyndall adalah pada dispersi koloid, partikel-partikel koloid yang cukup
besar sehingga dapat memantulkan serta dapat menghamburkan sinar ke
sekelilingnya, yang dikenal dengan x.

Penelitian tentang pancaran panas oleh udara yang dilakukan oleh John
Tyndall. Untuk menentukan apakah udara tersebut sudah bebas dari partikel
tersebut, Tyndall melakukan analisa hamburan partikel tersebut dengan
cara melewatkan cahaya ke dalamnya. Efek adanya hamburan ini kemudian
dikenal sebagai effek Tyndall. Selanjutnya keberadaan effek Tyndal ini
menginspirasi perkembangan alat optis dari perbaikan sistem konsentrator
pada lampu sampai dengan mikroskop ultra.

Effek Tyndal merupakan sifat optis dari koloid yang membedakannya dengan
sistem larutan Sejati. Hal itu terjadi karena partikel-partikel koloid
mempunyai partikel-partikel yang relatif besar untuk dapat menghamburkan
sinar tersebut. Sebaliknya, pada larutan sejati, partikel-partikelnya relatif
kecil sehingga hamburan yang terjadi hanya sedikit dan sangat sulit diamati.

51
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Gambar 7. Gambaran makroskopik dan mikroskopis efek Tyndal


Sumber : meritnation.com

b. Gerak Brown
Selain menunjukkan efek Tyndall, partikel koloid bila diamati dibawah
mikroskop ultra nampak sebagai bintik-bintik bercahaya yang selalu
bergerak secara acak dengan jalan berliku-liku.

Gambar 8. Tumbukan antar partikel koloid dan gerak Brown


Sumber : meritnation.com

Salah satu sifat kinetik dari partikel koloid dalam medium pendispersinya
adalah adanya gerakan yang bersifat acak. Gerak acak ini terjadi karena
adanya tumbukan antar partikel koloid maupun dengan medium
pendispersinya. Dengan adanya gerak acak ini maka partikel koloid bersifat
stabil terhindar dari proses agregasi dan pengendapan karena terus-menerus
bergerak. Gerak zig-zag partikel koloid ini disebut gerak Brown, sesuai
dengan nama penemunya Robert Brown.

52
Unit Pembelajaran
Kimia Koloid

Untuk koloid dengan medium pendispersi zat cair atau gas, pergerakan
partikel-partikel akan menghasilkan tumbukan dengan partikel-partikel
koloid itu sendiri. Tumbukan tersebut berlangsung dari segala arah. Oleh
karena ukuran partikel cukup kecil, maka tumbukan yang terjadi cenderung
tidak seimbang, sehingga terdapat suatu resultan tumbukan yang
menyebabkan perubahan arah gerak partikel sehingga terjadi gerak zig zag
atau gerak Brown. Semakin kecil ukuran partikel koloid, semakin cepat gerak
Brown yang terjadi. Demikian pula, semakin besar ukuran partikel koloid,
semakin lambat gerak Brown yang terjadi. Hal ini menjelaskan mengapa
gerak Brown sulit diamati dalam larutan dan tidak ditemukan dalam
suspensi kasar.

Selain dipengaruhi oleh ukuran, gerak Brown juga dipengaruhi oleh suhu.
Semakin tinggi suhu sistem koloid, maka semakin besar energi kinetik yang
dimiliki partikel-partikel medium pendispersinya. Akibatnya, gerak Brown
dari partikel-partikel fase terdispersinya semakin cepat. Demikian pula
sebaliknya, semakin rendah suhu sistem koloid, maka gerak Brown semakin
lambat.

c. Elektroforesis
Elektroforesis merupakan kejadian mobilitas zat koloid karena kekuatan
medan listrik. Zat koloid ialah zat yang memiliki muatan. Terdapat medan
Iistrik menyebabkan zat koloid beralih ke elektrode yang memiliki muatan
berseberangan dengan muatan Iistrik zat koloid. Mobilitas zat koloid
tersebut bisa diobservasi menggunakan alat organ elektroforesis.

d. Adsorpsi
Adsorpsi yaitu penyerapan adsorbat pada permukaan partikel koloid oleh
adanya gaya adhesi dengan partikel lain. Daya adsorpsi koloid sangat besar
karena permukaan partikel koloid yang sangat luas bila dibandingkan
permukaan zat padat dengan jumlah yang sama.

53
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Gambar 9 . Proses adsorpsi


Sumber : Klicksma.com

Kemampuan mengadsorp dari koloid bergantung pada jenis partikel yang


berlebih dalam sistem campurannya. Berdasarkan perbedaan jenis partikel
yang diadsorpsi terdapat beberapa jenis proses yaitu :

(a) Adsorpsi ion

Partikel koloid tidak selalu mengadsorpsi ion yang sama dan sangat
tergantung pada muatan yang berlebih dari medium pendispersinya.
Misalnya, jika sol AgCl terdapat pada medium pendispersi dengan kation Ag+
berlebih, maka AgCl akan bermuatan positif. Sedangkan jika AgCl terdapat
pada medium pendispersi dengan anion Cl– berlebih, maka sol AgCl akan
bermuatan negatif.

AgCI + CI- → AgCI : CI-


(koloid) (ion klorida berlebih) ( Adsorpsi ion Cl-
membentuk koloid
bermuatan
negatif)

AgCI + Ag+ → AgCI : Ag+


+
(koloid) (ion Ag berlebih) (Adsorpsi ion Ag+

membentuk koloid

(b) Adsorpsi molekul


Partikel koloid memiliki kecenderungan kuat untuk mengadsorpsi partikel
lain dalam bentuk molekul. Molekul teradsorpsi pada permukaan koloid
partikel dapat mengalami disosiasi/ionisasi dan mungkin memberikan
muatan pada agregat koloid yang terbentuk.

54
Unit Pembelajaran
Kimia Koloid

Sebagai contoh: pada pembuatan sol sulfida ( As2S3) mengadsorp molekul


H2S. Proses selanjutnya terjadi disosiasi molekulH2S yang telah terserap
dipermukaan koloid melepaskan ion H+ke dalam medium. Hal ini
mengakibatkan partikel koloid yang dihasilkan adalah koloid bermuatan
negatif, seperti yang dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 10. Adsorpsi molekul dilanjutkan disosiasi molekul

(c) Pembentuk agregat koloid


Molekul yang mudah terdisosiasi teradsorp oleh koloid dan membentuk
agregat. Agregat yang terbentuk akan mempunyai muatn yang disebabkan
oleh molekul yang telah mengalami disosiasi.Sebagai contoh adalah
pembentukan agregat misel dari hasil adsorpsi koloid terhadap molekul
sabu (RCOONa) seperti pada gambar 11 . Sedangkan sabun itu sendiri akan
mengalami disosiasi membentuk ion RCOO- dan Na+. Ion RCOO- membentuk
misel yang memberi muatan negatif terhadap agregat.

Gambar 11. Agregat misel


Sumber : meritnation.com

55
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

(d) Sifat kelistrikan sistem koloid


Sifat kelistrikan dari sistem koloid erat kaitannya dengan kemampuan
adsorsi partikel koloid. Dihasilkannya koloid bermuatan, menunjukkan
adanya sifat kelistrikan dari koloid yang juga berhubungan dengan kestabilan
partikel koloid dalam medium pendispersinya. Muatan partikel koloid yang
sama mempunyai jenis muatan yang sama, sedangkan muatan medium
pendispersinya akan berlawanan dan akan mengakibatkan secara
keseluruhan sistem koloid tersebut netral. Adanya muatan partikel koloid
yang sama akan mengakibatkan tolakan antar partikel koloid dan mencegah
terjadinya agregasi antar partikel koloid.

Berdasarkan jenis muatannya koloid ditemukan sebagai koloid bermuatan


positif dan negatif. Beberapa contoh sistem koloid dengan jenis muatan
tersebut dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Jenis koloid bermuatan


Koloid bermuatan positif Koloid bermuatan negatif
• Sol dari hidroksi logam : • Sol dari logam : Au, Ag, Cu, Pt
Fe(OH)3,Al(OH)3 • Sol sulfida dari logam : As2S3,
• sol dari oksida logam : TiO2 CdS
• Hemoglobin • Kanji
• Sol pewarna bersifat basa • sol pewarna bersifat asam (sol
(methilene blue) congo red)

e. Koagulasi
Koagulasi erat kaitannya dengan sifat partikel koloid yang disebabkan oleh
adanya kemampuan adsorpsi, yaitu pembentukan partikel yang bermuatan.
Koagulasi dapat disebabkan oleh adanya proses agregasi atau penggumpalan
partikel koloid karena penggabungan partikel yg berbeda muatan.
Terbentuknya kumpulan partikel yang berukuran lebih besar mengakibatkan
penurunan tingkat kestabilan partikel koloid dan dipengaruhi oleh gaya

56
Unit Pembelajaran
Kimia Koloid

gravitasisi sehingga partikel tersebut mudah mengendap. Koagulasi dapat


dilakukan dengan cara mekanik dan kimiawi, yang termasuk cara mekanik
adalah pemanasan, pendinginan dan pengadukan sedangkan cara kimiawi
adalah penetralan silang atau menghilangkan muatan dan penambahan
elektrolit atau penambahan koloid yang muatannya berlawanan seperti
terlihat pada gambar 12.

Gambar 12. Koagulasi pada koloid Fe(OH)2


Sumber: kimia upi.edu

f. Dialisis
Penambahan sejumlah muatan ion dari suatu elektrolit diperlukan untuk
meningkatkan kestabilan sistem koloid . Akan tetapi, jika penambahan
elektrolit ke dalam sistem koloid terlalu banyak, kelebihan ini dapat
mengendapkan fase terdispersi dari koloid itu. Hal ini akan mengganggu
stabilitas sistem koloid tersebut. Untuk mencegah kelebihan elektrolit,
dilakukan dialisis , lihat gambar 13 .

Dialisis merupakan proses pemurnian koloid yang didasarkan pada sifat


perbedaan ukuran antara partikel pendispersi, partikel terdispersi dan ion.
Cara membersihkan atau menghilangkan ion-ion dalam sistem koloid ini
menggunakan suatu kantong yang terbuat dari selaput
semipermiabel. Caranya, sistem koloid dimasukkan ke dalam kantong
semipermeabel, dan diletakkan dalam air. Selaput semipermeabel ini hanya
dapat dilalui oleh ion-ion, sedang partikel koloid tidak dapat melaluinya,
dengan demikian akan diperoleh koloid yang murni. Ion-ion yang keluar
melalui selaput semipermeabel ini kemudian larut dalam air.

57
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Gambar 13. Proses dialisis


Sumber : http://www.slideshare.net/bayuariantika

g. Sifat Koligatif
Suatu koloid dalam medium cair juga mempunyai sifat koligatif, sifat ini
hanya bergantung pada jumlah partikel koloid bukan pada jenisnya.

Sifat-sifat koligatif koloid umumnya lebih rendah dari pada larutan sejati
dengan jumlah partikel yang sama. Sifat koligatif berguna untuk menghitung
konsentrasi atau jumlah partikel serta penetapan berat molekul rata-rata
koloid makromolekul.

h. Sifat Optis
Sifat koloid yang berhubungan dengan cahaya dan optis didasarkan pada
ukuran dan sifat khas dari partikel terdispersi dalam sistem koloid. Sifat optis
dari koloid dapat dilihat dalam dua hal yaitu efek Tyndal dan warna dari
sistem koloid.

i. Warna
Sistem koloid memberikan efek warna dikarenakan adanya partikel
terdispersi yang berukuran cukup besar yang dapat menghamburkan cahaya
panjang gelombang cahaya yang dihamburkan bergantung pada ukuran dan
sifat intrinsik dari partikel terdispersi. Oleh karena itu warna dari koloid
dapat dijadikan dasar pembeda jenis partikel dan konsentrasi partikel
terdispersi dalam suatu sistem koloid.

58
Unit Pembelajaran
Kimia Koloid

j. Difusi
Difusi adalah perpindahan partikel yang disebabkan oleh pergerakan yang
bersifat acak dari konsentrasinya tinggi menuju konsentrasinya lebih
rendah. Difusi akan lebih mudah terjadi dalam sistem larutan. Berbeda
dengan sistem larutan, sistem koloid mempunyai ukuran fasa terdispersinya
berukuran lebih besar. Kondisi ini mengakibatkan interaksi fisis antar
partikel koloid dengan pelarut sangat lemah dan tidak cukup membentuk
suatu sistem larutan.

Difusi dalam sistem koloid erat kaitannya dengan gerak Brown. Adanya
gerak brown yang bergerak secara terus menerus dan bersifat acak, hal ini
mengakibatkan partikel koloid dapat lepas dari fasa pendisfersi atau
pelarutnya. Hal ini menunjukkan peranan yang penting dari gerak Brown
dalam proses difusi dalam koloid.

Gambar 14. Difusi


Sumber: klicksma.com

Besarnya aliran difusi pada koloid mengikuti hukum pertama Fick :

J = -D (C/x)

J= jumlah partikel yang berpindah pada satuan luas dan waktu


tertentu ( mol / panjang2 .waktu)

D= koefisien difusi panjang2/waktu

(C/x) = perubahan konsentrasi selama proses difusi

Koefisien difusi untuk sistem koloid D = KB T/6µr

59
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Dimana: KB = konstanta Bolzman (1,38 10-3 J/K)

T = temperatur (Kelvin)

µ = viskositas media pendispersi ( Pa.s)

r = ukuran partikel (m)

Adanya gaya dari luar terhadap sistem koloid akan mengakibatkan


terbentuknya sedimentasi. Gaya gravitasi akan mengakibatkan
terjadinya sedimentasi ke arah dasar sistem , dan adanya kemampuan
difusi dari partikel koloid akan melawan proses sedimentasi tersebut
sehingga sitem koloid mempertahankan sistem dispersinya.

60
Unit Pembelajaran
Kimia Koloid

Bahan Bacaan 2. Pembuatan Koloid

Ada dua cara pembuatan koloid, yaitu cara dispersi dan kondensasi. Cara
dispersi adalah pembuatan koloid dengan partikel terdispersinya berupa
partikel yang berukuran besar (suspensi) dan diubah menjadi partikel
ukuran koloid. Sedangkan cara kondensasi adalah pembuatan koloid dengan
cara merubah partikel berukuran kecil (partikel terlarut dalam larutan)
menjadi partikel berukuran koloid.

Gambar 15. Pembuatan koloid


Sumber:https://www.utakatikotak.com/kongkow/detail/5849/Cara-Pembuatan-Koloid-Secara-
Dispersi-dan-Secara-Kondensasi

1. Pembuatan koloid metode dispersi

Pembuatan koloid secara dispersi adalah memperkecil partikel. Cara ini


melibatkan pengubahan ukuran partikel besar (misalnya suspensi atau
padatan) menjadi ukuran partikel koloid.

a. Cara mekanik
Cara mekanik adalah penghalusan partikel-partikel kasar zat padat dengan
proses penggilingan (milling) membentuk partikel-partikel berukuran
koloid.

61
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Gambar 16. Alat penggilingan koloid


Sumber: kimia.upi.edu

Alat yang digunakan untuk cara ini biasa disebut penggilingan koloid seperti
yang dapat dilihat pada gambar 16 yang biasa digunakan dalam:

- industri makanan untuk membuat jus buah, selai, krim, es krim

- industri kimia rumah tangga untuk membuat pasta gigi, semir sepatu,
deterjen.

Prinsip kerja dari alat ini adalah, adanya proses penggilingan partikel kasar
membentuk ukuran koloid dengan cara mengatur jarak antar cakram logam.
Penggilingan dilakukan dengan cara memutar kedua cakram secara
berlawanan arah dengan kecepatan 8000 rpm. Partikel halus yang
dihasilkan kemudian ditambahkan air atau fasa pendispersi sehingga
terbentuk sistem koloid sol. Cara mekanik ini dikenal sebagai metode
dispersi langsung, sebagai contoh adalah pembuatan sol sulfur dengan
menggunakan medium larutan glukosa.

b. Homogenasi
Pembuatan susu kental manis yang bebas kasein dilakukan dengan
mencampurkan serbuk susu skim ke dalam air di dalam mesin homogenisasi
sehingga partikel – partikel susu berubah menjadi seukuran partikel koloid.

62
Unit Pembelajaran
Kimia Koloid

Emulsi obat pada pabrik obat dilakukan dengan proses homogenisasi


mengunakan mesin homogenisasi.

Proses homogenisasi dilakukan dengan alat mekanis yang disebut


homogenizer lihat gambar 17.

Gambar 17. Alat homogenasi


Sumber: stylepinner.com

Proses homogenisasi campuran membentuk sistem koloid yang homogen


dilakukan dengan tekanan tinggi. Sampel yang berukuran non koloid dan
campurannya dalam homogenazer mengalami tumbukan dan adanya gaya
geser antar partikel dalam lubang kecil mengahasilkan partikel dengan
ukuran koloid yang sama. Partikel yang telah berukuran koloid akan mengisi
ruan kosong (kavitasi) dan dihasilkan sistem koloid yang homogen. Sebagai
contoh adalah proses pembuatan emulsi susu yang bersifat homogen untuk
meningkatkan kualitas tekstur dan memudahkan dalam memvariasikan jenis
produk olahan susu.

c. Peptisasi
Proses peptisasi dilakukan dengan cara memecah partikel – partikel besar,
misalnya suspensi, gumpalan, atau endapan dengan menambahkan zat
pemecah tertentu. Sebagai contoh, endapan Al(OH)3 akan berubah menjadi
koloid dengan menambahkan AlCl3 ke dalamnya. Endapan AgCl akan
berubah menjadi koloid dengan menambahkan larutan NH3 secukupnya.

63
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Contoh lain, karet bisa dipeptisasi oleh bensin, agar – agar oleh air,
nitroselulosa oleh aseton. Endapan NiS dapat dipeptisasi oleh H2S.

Endapan Fe(OH)3 dapat dipeptisasi dengan penambahan FeCl3 seperti pada


Gambar 18 .

Gambar 18. Peptisasi pada endapan Fe(OH)3


Sumber : kimia upi.edu

Peptisasi terjadi karena adalah adsorpsi salah satu ion elektrolit, yang
kemudian memberikan muatan pada partikel koloid. Misalnya Fe(OH)3
adsorbsi ion Fe3+ dari FeCl3 (peptisasi agen) dan dengan demikian partikel
Fe(OH)3 mendapat muatan positif di permukaan. Partikel yang membawa
muatan yang sejenis akan terpisah dan saling tolak menolak, menghasilkan
partikel koloid berukuran lebih kecil dari partikel aggregat (endapan)
Fe(OH)3.

d. Busur Bredig
Busur Bredig adalah suatu alat yang khusus digunakan untuk membentuk
koloid logam. Proses ini dilakukan dengan cara meletakkan logam yang akan
dikoloidkan pada kedua ujung elektrode dan kemudian diberi arus listrik
yang cukup kuat sehingga terjadi loncatan bunga api listrik. Suhu tinggi
akibat adanya loncatan bunga api listrik mengakibatkan logam akan
menguap dan selanjutnya terdispersi ke dalam air membentuk suatu koloid
logam. Cara ini ini biasanya digunakan untuk membuat sol-sol logam, seperti
Ag, Au, dan Pt.

64
Unit Pembelajaran
Kimia Koloid

Gambar 19. Alat busur Bredig


Sumber: smpsma.com

Dengan cara ini, logam yang akan diubah menjadi partikel-partikel koloid
akan digunakan sebagai elektrode. Kedua logam dicelupkan ke dalam
medium pendispersi sampai kedua ujungnya saling berdekatan. Kemudian,
kedua elektrode akan diberi loncatan listrik. Panas yang timbul akan
menyebabkan logam menguap atau mengalami atomisasi. Uap logam yang
mengandung atom logam akan terkondensasi dalam medium pendispersi
dingin, sehingga hasil kondensasi tersebut berupa pertikel-pertikel koloid.
Karena

Logam yang berukuran atomik diubah jadi partikel koloid dengan proses uap
logam, maka metode ini dikategorikan sebagai metode dispersi.

2. Pembuatan Koloid Metode Kondensasi

a. Tahapan Pembentukan Koloid Metode Kondensasi


Dasar dari . Proses pembentukan partikel koloid dengan metode ini terdiri
dari dua tahap.

a) Pembentukan inti pembuatan koloid dengan cara kondensasi adalah


mengubah ukuran partikel zat terlarut dalam larutan sejati menjadi partikel
ukuran koloid.

65
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Pembentukan ini (nukleasi) dapat bersifat nukleasi homogen atau nukleasi


heterogen, yang bergantung pada kondisi larutan lewat jenuh yang disiapkan.
Keberadaan partikel lain selain partikel terlarut akan mengakibatkan proses
nukleasi heterogen. Jika pada kondisi larutan lewat jenuh tidak terdapat
partikel padatan selain partikel terlarut, maka proses yang terjadi
menunjukkan adanya pertumbuhan partikel koloid fasa terdispersi atau
nukleasi homogen.

b) Pertumbahan partikel koloid


Banyaknya inti stabil yang terbentuk dalam larutan menujukkan ukuran dari
partikel terdispersi. Pertumbuhan partikel terdispersi ini melalui dua tahap
mekanisme yaitu transfer molekul terlarut ke dalam fasa yang baru
terbentuk dari sistem koloid dan proses agregasi karena adanya tumbukan
antar partikel.

Laju dari pembentukan fasa yang baru dalam pembentukan koloid dengan
metode kondensasi ini ditentukan oleh :
1. Konsentrasi larutan : Pada konsentrasi yang tinggi menunjukkan
banyaknya molekul yang dapat tumbuh membentuk partikel koloid.
2. Koefisien difusi dari senyawa terlarut : koefisien difusi yang tinggi akan
mempercepat proses pertumbuhan partikel koloid.
3. Konsentrasi partikel koloid yang terbentuk : menunjukkan tingginya
tumbukan antar partikel.
4. Viskositas media pendispersi : Viskositas yang rendah meningkatkan
difusi molekul dan gerak brown yang mempercepat pembentukan
partikel koloid.
5. Perlakuan mekanik seperti pengocokan akan menghomogenkan proses
dispersi yang mempermudah pembentukan koloid.
6. Suhu: Peningkatan pada suhu tidak terlalu tinggi dapat meningkatkan
jumlah tumbukan partikel dan pertumbuhan partikel koloid menjadi
tinggi.

66
Unit Pembelajaran
Kimia Koloid

b. Cara Pembentukan Koloid Kondensasi

Metode kondensasi didasarkan pada perubahan partikel berukuran kecil


(molekular) ke dalam bentuk fase terdispersi yang berukuran koloid.
Terdapat beberapa cara pembuatan koloid berdasarkan metode kondensasi,

1) Hidrolisis

Reaksi ini umumnya digunakan untuk membuat koloid – koloid basa dari
suatu garam yang dihidrolisis (direaksikan dengan air). Pembuatan koloid
cara hidrolisis adalah didasarkan pada afinitas senyawa untuk bereaksi dengan
air. Banyak senyawa garam dalam bentuk larutannya secara spontan
mengalami hidrolisis, biasa terjadi pada proses pelarutan garam dengan
pendidihan. Beberapa senyawa hasil hidrolisis mempunyai ukuran koloidal
membentuk sistem koloid sol. Sebagai contoh adalah reaksi hidrolisis dari
besi(III) klorida menghasilkan sol besihidroksida sebagai hasil pelarutan garam
klorida dengan air yang mendidih.

FeCl3 (s)+ 3H2O (l) → Fe(OH)3 (koloid) + 3HCl (aq)

2) Reaksi Redoks

Cara ini didasarkan pada reaksi reduksi atau oksidasi dari partikel
terdispersi. Oleh karena itu terdapat dua jenis cara yaitu cara reaksi oksidasi
dan cara reaksi reduksi.

a) Cara oksidasi
Pembentukan koloid sulfur dapat dilakukan dengan cara mengoksidasi H2S
dalam bentuk larutannya dengan mengalirkan gas oksigen, atau
menambahkan oksidator lainnya seperti HNO3 ataupun Br2.

2H2S (aq) + O2 (g) → 2H2O (l) + 2S (koloid)

67
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

b) Cara reduksi
Pembentukan koloid yang didasarkan peada reaksi reduksi p logam seperti
artikel terdispersi. Beberapa unusr emas (Au), perak (Ag) dan Platina (Pt)
dapat ditemukan sebagai koloid. Koloid logam dapat dibuat dengan
mereaksikan larutan garam logam tersebut dengan pereduksi seperti
formaldehid, fenil hidrazin, hidrogen peroksida, ataupun Sn(II)klorida.

Reaksi pembuatan sol emas

2AuCl3 (aq) + 3SnCl2 (aq) → 3SnCl (aq) + 2Au (koloid)

Sol emas yang terbentuk menghasilkan warna koloid yang khas yaitu warna
ungu oleh karena koloid emas disebut juga ungu Cassius.

3) Pertukaran Ion

Reaksi pertukaran ion umumnya dilakukan untuk membuat koloid dari zat –
zat yang sukar larut (endapan) yang dihasilkan pada reaksi kimia.

Contoh:

Pembuatan sol As2S3 dengan mengalirkan gas H2S ke dalam larutan As2O3.

3H2S(g) + As2S3 (aq) → As2S3 (s) + 3H2O(l)

Selain dengan cara – cara di atas, koloid ada yang terbentuk secara alamiah,
misalnya lumpur, getah karet, dan getah pohon nangka.

Demikian ulasan mengenai cara pembuatan koloid yang terdiri dari


pembuatan koloid secara dispersi dan pembuatan koloid secara kondensasi.

68
Unit Pembelajaran
Kimia Koloid

4) Dekomposisi Ganda

Dasar reaksi pembuatan koloid ini adalah terjadinya pertukaran spesi


penyusun dari dua senyawa menghasilkan senyawa yang baru. Koloid sol
arsenik klorida dapat dibuat dengan cara mengalirkan gas asam sulfida ke
dalam larutan arsenik oksida dalam air dingin.

As2O3 (aq)) + 3H2S (g) → As2S3 (koloid) + 3H2O (l)

5) Pertukaran pelarut

Adanya perbedaan kelarutan suatu spesi dalam pelarut yang berbeda dapat
mengakibatkan terbentuknya suatu sistem koloid, dikarenakan adanya
pertukaran pelarut. Cara ini dilakukan dengan mengganti medium
pendispersi sehingga fasa terdispersi yang semulal larut setelah diganti
pelarutanya menjadi berukuran koloid.

Salah satu contoh untuk membuat sol belerang yang sukar larut dalam air
tetapi mudah larut dalam alkohol seperti etanol dengan medium pendispersi
air, belerang harus terlebih dahulu dilarutkan dalam etanol sampai jenuh.
Baru kemudian larutan belerang dalam etanol tersebut ditambahkan sedikit
demi sedikit ke dalam air sambil diaduk. Sehingga belerang akan
menggumpal menjadi pertikel koloid dikarenakan penurunan kelarutan
belerang dalam air.

Pada kasus kalsium asetat yang sukar larut dalam etanol, mula-mula
dilarutkan terlebih dahulu dalam air, kemudian baru dalam larutan tersebut
ditambahkan etanol.

69
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

6) Pendinginan

Pembuatan koloid dapat dilakukan dengan cara pendinginan berlebih. Koloid


dihasilkan dari proses pendinginan campuran air dengan senyawa organik
sepert ieter atau kloroform. Proses pendinginan mengakibatkan molekul air
yang tidak lagi bersama senyawa organik dalam larutannya. Antar molekul air
tersebut bergabung untuk membentuk partikel ukuran koloid.

7) Kondensasi

Pembentukan koloid dapat dilakukan dengan cara kondensasi uap panas dari
partikel terdispersi ke dalam suatu fasa cair pendispersi. Cara ini dapat
dilakukan pada pembuatan koloid sol Sulfur atau air raksa. Proses awal
dilakukan dengan menguapkan padatan sulfur atau air raksa, kemudian uap
yang terbentuk dikondensasikan dalam air yang dingin yang menagndung
stabilizer amonium sitrat.

8) Cara elektrolisis

Teknik elektrolisis dapat digunakan dengan prinsip katodik reduksi. Sebagai


contoh adalah elektrolisis larutan Pb(NO3)2 dengan katoda Pb akan
menghasilkan koloid sol Pb.

70
Unit Pembelajaran
Kimia Koloid

PENGEMBANGAN PENILAIAN

A. Pembahasan Soal-soal

1. Perhatikan tabel macam–macam koloid berikut:

Fasa
No. Fasa Terdispersi Jenis koloid
Pendispersi
1 Cair Cair Busa padat
2 Gas Padat Emulsi
3 Padat Cair Sol
4 Cair Gas Aerosol padat
5 Padat Gas gel

Pasangan yang tepat adalah ….


a. 1
b. 2
c. 3
d. 4
e. 5

Pembahasan :

Nama koloid berdasarkan fase terdispersi dan fase penderpersi, Berikut


berturut-turut fase terdispersi-fase penderpersi dan nama koloid serta
contohnya. Gas-cair : busa (buih, busa sabun, ombak, krim kocok, gas-padat:
busa padat (batu apung, kasur busa), cair-gas : aerosol cair (obat semprot,
kabut, hair spray di udara), cair-cair : emulsi ( santan, air susu, mayones),
cair-padat: gel (mentega, agar-agar), padat-gas: aerosol padat (debu, gas
knalpot, asap), padat-cair: sol (cat, tinta), padat-padat : sol padat (tanah, kaca,
lumpur).

Jawaban : C

71
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

2. Cara pembuatan koloid dari partikel kasar menjadi partikel-partikel


koloid disebut cara.....
a. Dispersi
b. Koagulasi
c. Hidrolisis
d. Kondensasi
e. Elektrolisis

Pembahasan :

Ada dua cara pembuatan koloid, yaitu cara dispersi dan kondensasi. Cara
dispersi adalah pembuatan koloid dengan partikel terdispersinya berupa
partikel yang berukuran besar dan diubah menjadi partikel ukuran koloid.
Sedangkan cara kondensasi adalah pembuatan koloid dengan cara merubah
partikel berukuran kecil (partikel terlarut dalam larutan) menjadi partikel
berukuran koloid.

Jawaban : A

3. Sistem koloid dengan fase pendispersi gas dan fase terdispersi padat
disebut dengan …
a. Aerosol padat
b. Gel
c. Buih
d. Sol
e. Emulsi

Pembahasan :

Pembahasan dapat dilihat pada No 1.

Jawaban : A

72
Unit Pembelajaran
Kimia Koloid

B. Mengembangkan Soal HOTS

o Guru diminta untuk mengembangkan soal-soal yang bergradasi baik


mulai dari LOTS hingga HOTS.
o Mencakup tiga ranah kompetensi, sesuai dengan IPK yang telah
ditetapkan.
o Mengembangkan kisi-kisi pengembangan soal HOTS. Seperti pada
format dibawah.

KISI-KISI SOAL HOTS

Jenis Sekolah : Sekolah Menengah Kejuruan


Mata Pelajaran : Kimia Untuk Bidang Agribisnis dan Agroteknologi
Alokasi Waktu : 2 x 45
Jumlah Soal : 10 Soal
Tahun Pelajaran : 2019/2020

Kompetensi Lingkup Indikator Level Bentuk


KD Materi No
yang Diuji Materi Soal Kognitif Soal

3.10 Menganalisis Jenis Koloid - Ciri-ciri <Indikator <No> <Level <Bentuk


pembuatan dan Sifat- koloid HOTS Kognitif soal
berbagai sifatnya sesuai (L1, L2, (PG/Ess
sistem - Pengertian dengan IPK L3)> ay)>
koloid koloid Kunci dan
- Pembuatan
dengan sesuai
- Ciri-ciri kolodi
bahan-bahan syarat
koloid metode
yang ada di Indiokator
- Jenis despersi
sekitar kita soal>
koloid

- Sifat-sifat
koloid

73
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Kompetensi Lingkup Indikator Level Bentuk


KD Materi No
yang Diuji Materi Soal Kognitif Soal

Pembuatan
koloid

- Pembuatan
kolodi
metode
despersi

- Pembuatan
koloid
metode
kodensasi

74
Unit Pembelajaran
Kimia Koloid

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


KARTU SOAL
Tahun Pelajaran 2018/2019

Jenis Sekolah : SMK Kurikulum : Agribisnis dan Agroteknologi


Kelas : X Bentuk Soal : Pilihan Ganda
Mata Pelajaran : Kimia Nama Penyusun : <Nama Penyusun>
Level
Pengetahuan/ Aplikasi Penalaran
KOMPETENSI DASAR Kognitif
Pemahaman x
:
Menganalisis RUMUSAN BUTIR SOAL
pembuatan Beberapa peristiwa yang berhubungan dengan
berbagai sistem Nomor
sifat koloid :
Soal
koloid dengan
bahan-bahan yang 1. 1. Pembuatan tahu
ada di sekitar kita 2. Penyembuhan sakit perut dengan norit
LINGKUP MATERI 3. Pemutihan gula
Koloid
4. Penjernihan air dengan tawas
MATERI
5. Cuci darah pada penderita ginjal
sifat koloid

INDIKATOR SOAL Sifat koagulasi ditunjukkan pada nomor …


Disediakan sifat
Kunci A. 1 dan 4
koloid peserta dapat
Jawaban
menentukan B. 2 dan 3
penerapan proses A
C. 2 dan 4
koagulasi
D. 3 dan 5
E. 4 dan 5

Sumber :
https://jempolkimia.com/2018/11/03/soal-koloid/

75
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


KARTU SOAL
Tahun Pelajaran 2018/2019
Jenis Sekolah : SMK Kurikulum : Agribisnis dan Agroteknologi
Kelas : X Bentuk Soal : Pilihan Ganda
Mata Pelajaran : Kimia Nama Penyusun : <Nama Penyusun>
Level
Pengetahuan/
KOMPETENSI DASAR Kognitif Aplikasi Penalaran
Pemahaman x
:
Menganalisis RUMUSAN BUTIR SOAL
pembuatan Perhatikan pasangan antara fase terderpersi,
Nomor
berbagai sistem medium penderpersi dan jenis koloid berikut.
Soal
koloid dengan
bahan-bahan yang 2. Medium Jenis
ada di sekitar kita
Fase Terdispersi
Pendispersi Koloid
LINGKUP MATERI
A Cair Gas Busa
Koloid
MATERI B Cair Cair Aerosol
sifat koloid C Padat Cair Sol
INDIKATOR SOAL D Padat Gas Emulsi
Disediakan fase E Gas Padat Gel
Kunci
terdespersi, medium
Jawaban
pendespersi dan jenis
Pasangan data yang berhubungan fase terderpersi,
koloid peserta dapat C
medium penderpersi dan jenis koloid yang tepat
menentukan
pasangan yang tepat adalah …

Sumber :
https://jempolkimia.com/2018/11/03/soal-koloid/

76
Unit Pembelajaran
Kimia Koloid

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


KARTU SOAL
Tahun Pelajaran 2018/2019
Jenis Sekolah : SMK Kurikulum : Agribisnis dan Agroteknologi
Kelas : X Bentuk Soal : Pilihan Ganda
Mata Pelajaran : Kimia Nama Penyusun : <Nama Penyusun>
Level
Pengetahuan/
KOMPETENSI DASAR Kognitif Aplikasi Penalaran
Pemahaman x
:
Menganalisis RUMUSAN BUTIR SOAL
pembuatan Partikel koloid bermuatan listrik karena…
Nomor
berbagai sistem
Soal
koloid dengan A. Adsorpsi ion-ion oleh partikel koloid
bahan-bahan yang 3. B. Absorpsi ion-ion oleh partikel koloid
ada di sekitar kita C. Partikel koloid mengalami ionisasi
LINGKUP MATERI D. Pelepasan electron oleh partikel koloid
Koloid
E. Partikel koloid mengalami ionisasi
MATERI
partikel koloid

INDIKATOR SOAL
Disediakan fase
Kunci
terdespersi, medium
Jawaban
pendespersi dan jenis
koloid peserta dapat A
menentukan
pasangan yang tepat
Sumber :
https://jempolkimia.com/2018/11/09/latihan-koloid/

77
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


KARTU SOAL
Tahun Pelajaran 2018/2019
Jenis Sekolah : SMK Kurikulum : Agribisnis dan Agroteknologi
Kelas : X Bentuk Soal : Pilihan Ganda
Mata Pelajaran : Kimia Nama Penyusun : <Nama Penyusun>
Level
Pengetahuan/
KOMPETENSI DASAR Kognitif Aplikasi Penalaran
Pemahaman x
:
Menganalisis RUMUSAN BUTIR SOAL
pembuatan Perhatikan beberapa sistem dispersi berikut!
Nomor
berbagai sistem 1. Gel
Soal
koloid dengan
2. Cat
bahan-bahan yang 4.
3. Susu
ada di sekitar kita
4. Kanji
LINGKUP MATERI
5. Agar-agar
Koloid
MATERI
pembuatan l koloid Sistem dispersi yang tergolong emulsi
ditunjukkan oleh nomor ….
INDIKATOR SOAL
Disediakan berbagai
A. 1
Kunci
sistem dispersi peserta B. 2
Jawaban
dapat menentukan C. 3
emulsi yang tepat. C D. 4
E. 5

Sumber:
https://caloncendekiawan.blogspot.com/2018/04/latihan-
soal-kimia-koloid-sma.html

78
Unit Pembelajaran
Kimia Koloid

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


KARTU SOAL
Tahun Pelajaran 2018/2019
Jenis Sekolah : SMK Kurikulum : Agribisnis dan Agroteknologi
Kelas : X Bentuk Soal : Pilihan Ganda
Mata Pelajaran : Kimia Nama Penyusun : <Nama Penyusun>
Level
Pengetahuan/
KOMPETENSI DASAR Kognitif Aplikasi Penalaran
Pemahaman x
:
Menganalisis RUMUSAN BUTIR SOAL
pembuatan Di antara beberapa percobaan pembuatan koloid
Nomor
berbagai sistem berikut:
Soal
koloid dengan
bahan-bahan yang 5.
1. larutan kalsium asetat + alkohol
ada di sekitar kita
2. belerang + gula + air
LINGKUP MATERI
3. susu + air
Koloid
MATERI 4. minyak + air
partikel koloid 5. agar-agar yang dimasak

INDIKATOR SOAL
Disediakan berbagai
Yang menunjukkan proses pembuatan gel adalah
Kunci
jenis percobaan ….
Jawaban
peserta dapat A. 1 dan 5
menentukan hasil A B. 1 dan 3
percobaan yang
C. 2 dan 5
menghasilkan gel
D. 3 dan 4
E. 2 dan 4

Sumber:
https://caloncendekiawan.blogspot.com/2018/04/latihan-
soal-kimia-koloid-sma.html

79
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


KARTU SOAL
Tahun Pelajaran 2018/2019
Jenis Sekolah : SMK Kurikulum : Agribisnis dan Agroteknologi
Kelas : X Bentuk Soal : Pilihan Ganda
Mata Pelajaran : Kimia Nama Penyusun : <Nama Penyusun>
Level
Pengetahuan/
KOMPETENSI DASAR Kognitif Aplikasi Penalaran
Pemahaman x
:
Menganalisis RUMUSAN BUTIR SOAL
pembuatan Beikut adalah beberapa percobaan.
Nomor
berbagai sistem 1) Gas H2S dilarutkan ke dalam larutan SO2.
Soal
koloid dengan
2) Larutan AuCl3 direaksikan denagn FeSO4
bahan-bahan yang 6.
atau formaldehid.
ada di sekitar kita
3) Ke dalam air panras ditambah beberapa
LINGKUP MATERI
mililiter larutan FeCl3.
Koloid
MATERI 4) Mengalirkan gas H2S ke dalam larutan
Pembuatan koloid H3AsO3 yang sangat encer pada suhu
rendah.
INDIKATOR SOAL
Disediakan berbagai
5) Larutan kalsium asetat jenuh dicampur
Kunci
jenis percobaan dengan etanol.
Jawaban
peserta dapat
menentukan hasil E Percobaan yang menghasilkan gel adalah ….
percobaan yang
A. 1
menghasilkan gel
B. 2
C. 3
D. 4
E. 5
Sumber:
https://caloncendekiawan.blogspot.com/2018/04/latihan-
soal-kimia-koloid-sma.html

80
Unit Pembelajaran
Kimia Koloid

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


KARTU SOAL
Tahun Pelajaran 2018/2019
Jenis Sekolah : SMK Kurikulum : Agribisnis dan Agroteknologi
Kelas : X Bentuk Soal : Pilihan Ganda
Mata Pelajaran : Kimia Nama Penyusun : <Nama Penyusun>
Level
Pengetahuan/
KOMPETENSI DASAR Kognitif Aplikasi Penalaran
Pemahaman x
:
Menganalisis RUMUSAN BUTIR SOAL
pembuatan
Nomor
berbagai sistem Endapan Al(OH)3 akan berubah menjadi koloid
Soal
koloid dengan
dengan menambahkan AlCl3 ke dalamnya,
bahan-bahan yang 7.
endapan AgCl akan berubah menjadi koloid
ada di sekitar kita
dengan menambahkan larutan NH3 . Proses
LINGKUP MATERI
pembuatan koloid tersebut dikatagorikan
Koloid
MATERI sebagai ….
Pembuatan koloid
A. Peptisasi
INDIKATOR SOAL
B. Homogenasi
Disediakan suatu
Kunci C. Mekanisasi
jenis percobaan
Jawaban D. Kondensasi
peserta dapat
menentukan jenis A E. Hidolisis
pembuatan koloid
yang tepat
Sumber buku:

81
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


KARTU SOAL
Tahun Pelajaran 2018/2019
Jenis Sekolah : SMK Kurikulum : Agribisnis dan Agroteknologi
Kelas : X Bentuk Soal : Pilihan Ganda
Mata Pelajaran : Kimia Nama Penyusun : <Nama Penyusun>
Level
Pengetahuan/
KOMPETENSI DASAR Kognitif Aplikasi Penalaran
Pemahaman x
:
Menganalisis RUMUSAN BUTIR SOAL
pembuatan
Nomor
berbagai sistem Amati reaksi kimia berikut
Soal
koloid dengan
bahan-bahan yang 8.
As2O3 (aq)) + 3H2S (g) → As2S3 (koloid) + 3H2O
ada di sekitar kita
(l)
LINGKUP MATERI
Koloid
MATERI Berdasarkan reaksi kimia di atas pembuatan
Pembuatan koloid koloid termasuk dalam ….

INDIKATOR SOAL
A. pertukaran ion
Disediakan suatu
Kunci B. dekomposisi ganda
jenis percobaan
Jawaban C. pertukaran ion
peserta dapat
menentukan jenis B D. hidrolisis
pembuatan koloid E. reaksi redok
yang tepat
Sumber buku:

82
Unit Pembelajaran
Kimia Koloid

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


KARTU SOAL
Tahun Pelajaran 2018/2019
Jenis Sekolah : SMK Kurikulum : Agribisnis dan Agroteknologi
Kelas : X Bentuk Soal : Pilihan Ganda
Mata Pelajaran : Kimia Nama Penyusun : <Nama Penyusun>
Level
Pengetahuan/
KOMPETENSI DASAR Kognitif Aplikasi Penalaran
Pemahaman x
:
Menganalisis RUMUSAN BUTIR SOAL
pembuatan
Nomor
berbagai sistem Pembuatan koloid dengan cara mengubah
Soal
koloid dengan
ukuran partikel zat terlarut dalam larutan sejati
bahan-bahan yang 9.
menjadi partikel ukuran koloid dengan
ada di sekitar kita
mengalirkan gas oksigen atau menambahkan
LINGKUP MATERI
oksidator lainnya seperti HNO3, dikatagorikan
Koloid
MATERI sebagai ….
Pembuatan koloid
A. Metode Kondensasi cara hidrolisis
INDIKATOR SOAL
B. Metode kondensasi, cara oksidasi
Disediakan suatu
Kunci C. Metode kondensasi cara reduksi
jenis percobaan
Jawaban D. Metode dispersi, cara okidasi
peserta dapat
menentukan jenis B E. Metode dispersi, cara reduksi
pembuatan koloid
yang tepat

Sumber buku:

83
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


KARTU SOAL
Tahun Pelajaran 2018/2019
Jenis Sekolah : SMK Kurikulum : Agribisnis dan Agroteknologi
Kelas : X Bentuk Soal : Pilihan Ganda
Mata Pelajaran : Kimia Nama Penyusun : <Nama Penyusun>
Level
Pengetahuan/
KOMPETENSI DASAR Kognitif Aplikasi Penalaran
Pemahaman x
:
Menganalisis RUMUSAN BUTIR SOAL
pembuatan Perhatikan berbagai macam koloid berikut :
Nomor
berbagai sistem 1) Mentega
Soal
koloid dengan
2) Agar-agar
bahan-bahan yang 10.
3) Cat tembok
ada di sekitar kita
4) Tinta printer berwarna
LINGKUP MATERI
5) Keju
Koloid
MATERI 6) Krim kocok
Pembuatan koloid 7) Kabut
8) Busa sabun
INDIKATOR SOAL
Disediakan macam-
9) Santan
Kunci
macam peserta
Jawaban
dapat menentukan Dari koloid di atas yang fase terdespersinya
jenis pembuatan B padatan dan fase pendespersinya cairan adalah
koloid yang tepat
....
A. 1, 2
B. 3, 4
C. 5, 6
D. 7, 8
E. 4, 9

Sumber buku:

84
Unit Pembelajaran
Kimia Koloid

KESIMPULAN

Pengertian dan jenis-jenis koloid


1. Sistem koloid adalah suatu bentuk campuran yang ukuran partikel
terdispersinya terletak antara ukuran larutan dan suspensi (campuran
kasar).
2. Berdasarkan interaksi partikel koloid dengan media pendispersinya
koloid dikenal sebagai koloid liofil dan liofob.
3. Jenis koloid dapat dibedakan berdasarkan perbedaan fasa terdispersi
dan pendispersinya.
4. Jenis koloid didasarkan sifat partikel terdispersinya adalah koloid
multimolekul, koloid makromolekul dan koloid baur.
5. Terdapat peristiwa perubahan sistem koloid pada sistem koloid sol dan
gel yang dikenal sebagai perubahan sol-gel
6. gaya antaraksi partikel koloid dapat berupa gaya Van Der Walls dan
gaya elektrostatik.

Sifat-sifat koloid :
1. Sistem koloid memiliki beberapa sifat khas yang meliputi : sifat koligatif,
sifat optis, sifat kinetik, adsorpsi, sifat kelistrikan dan koagulasi.
2. Sifat optis sistem koloid meliputi efek Tyndall dan warna dari sistem
koloid.
3. Sifat kinetik sitem koloid adalah sifat khas dari pergerakan partikel
terdispersi yang meliputi gerak Brown dan difusi
4. Adsorpsi adalah sifat khas koloid yang memiliki luas permukaan yang
dapat berinteraksi dengan partikel lain yang berada dalam sistem
koloidnya.

85
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

5. Terdapat tiga jenis adsorpsi didasarkan pada jenis partikel yang


diadsorpsi yaitu adsorpsi ion, adsorpsi molekul dan adsorpsi pembentuk
agregat koloid
6. Sifat kelistrikan koloid dipengaruhi oleh kemampuan adsorpsi partikel
koloid dalam menyerap ion mebentuk permukaan koloid bermuatan.
7. Sifat kelistrikan koloid dapat berupa elektroforesis dan elektro-osmosis
8. Koloid dapat mengalami penurunan kestabilan dan membentuk
aggregasi dan mengendap yang dikenal sebagai sifat koagulasi.
9. Kestabilan koloid adalah kemampuan koloid mempertahankan fasa
terdispersi tidak membentuk agregat
10. Kestabilan koloid dapat dipertahankan dengan cara stabilisasi
elektronik, pembentukan lapisan muatan ganda dan stabilisasi polimerik
11. Kestabilan koloid dapat dipertahankan dengan adanya adsorpsi koloid
pelindung
12. Kekuatan perlindungan dari koloid pelindung dinyatakan sebagai gold
number (bilangan emas)
13. Sifat khas dari sistem koloid emulsi adalah demulsifikasi dan
pengenceran
14. Sifat khas dari gel adalah hidrasi, sineresis (keluarnya cairan dari gel,
sehingga gel menjadi mudah hancur dan kehilangan sifat kenyalnya),
swelling (penggembungan), tiksotropi (pemulihan keadaan isotermal
suatu zat yang kehilangan konsistensinya karena geseran yang terjadi
pada waktu didiamkan secara komparatif lambat misalnya gel yang
didiamkan akan mengalir seperti sol) dan rheopeksi (keadaan sol akan
membentuk gel lebih cepat apabila diaduk).

Pembuatan koloid.
1. Koloid dapat dibuat dengan metode dispersi dan kondensasi
2. Metode dispersi adalah metode pembuatan koloid mengubah ukuran
partikel berukuran besar menjadi ukuran koloid

86
Unit Pembelajaran
Kimia Koloid

3. Metode dispersi dapat dilakukan dengan cara mekanik, elektrik dan


homogenisasi
4. Metode kondensasi adalah pembuatan koloid yang mengubah partikel
terlarut (atom/molekul) menjadi partikel berukuran koloid
5. Metode kondensasi dapat dilakukan dengan cara reaksi redoks,
hidrolisis, dekomposisi ganda, pendinginan, pertukaran pelarut,
elektrolisis, kondensasi
6. Pemisahan koloid adalah teknik pemisahan partikel koloid dari pengotor
7. Pemisahan koloid dapat dilakukan dengan cara dialisis, elektrodialisis,
penyaringan ultra dan sentrifugasi

87
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

UMPAN BALIK

Peserta pelatihan setelah mempelajari modul pelatihan ini diminta untuk


memberikan umpan balik sebagai berikut.

1. Saya akan akan mengembangkan unit dan soal-soal terkait sebagai bahan
pembelajaran meliputi:
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
2. Saya setelah memperlajari unit pembelajaran pada modul ini akan
memperbaiki proses pembelajaran yang saya rasakan masih kurang
khususnya meliputi:
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
3. Saya akan segera menganalisis kekurangan perencanaan dan
pelaksanaan program pembelajaran dan berusaha meningkatkannya
meliputi:
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................

88
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

22
Unit Pembelajaran
PROGRAM PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN (PKB)
MELALUI PENINGKATAN KOMPETENSI PEMBELAJARAN (PKP)
BERBASIS ZONASI

MATA PELAJARAN KIMIA


SEKOLAH MENENGAH KEJURUHAN (SMK)
BIDANG KEAHLIAN AGRIBISNIS DAN AGROTEKNOLOGI

Laju Reaksi
Penulis:
Dr. Ir. Sahirman, MP

Penyunting:
Irawati, S.Si.,M.T

Desainer Grafis dan Ilustrator:


TIM Desain Grafis

Copyright © 2019
Direktorat Pembinaan Guru Pendidikan Menengah dan Pendidikan Khusus
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang


Dilarang mengopi sebagian atau keseluruhan isi buku ini untuk kepentingan komersial
tanpa izin tertulis dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Unit Pembelajaran
Laju Reaksi

DAFTAR ISI

Hal

DAFTAR ISI __________________________________ 93


DAFTAR GAMBAR______________________________ 94
DAFTAR TABEL _______________________________ 95
PENDAHULUAN _______________________________ 97
KOMPETENSI DASAR ___________________________ 99
A. Target Kompetensi_________________________________________________________ 99
B. Indikator Pencapaian Kompetensi _______________________________________ 99
APLIKASI DI DUNIA NYATA ____________________ 101
A. Penerapan Laju Reaksi ___________________________________________________ 101
B. Penerapan Laju Reaksi di Industri_______________________________________ 102
SOAL-SOAL UN/USBN _________________________ 105
BAHAN PEMBELAJARAN _______________________ 111
A. Aktivitas Pembelajaran ___________________________________________________ 111
B. Lembar Kerja Peserta Didik ______________________________________________ 124
LKPD 1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi _____________________ 124
C. Bahan Bacaan _____________________________________________________________ 128
Bahan Bacaan 1. Laju Reaksi ____________________________________________________ 128
Bahan Bacaan 2. Kesetimbangan Kimia ________________________________________ 157
PENGEMBANGAN PENILAIAN ___________________ 179
A. Pembahasan Soal - Soal___________________________________________________ 179
B. Mengembangkan Soal HOTS _____________________________________________ 185
KESIMPULAN ________________________________ 199
UMPAN BALIK _______________________________ 201

93
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

DAFTAR GAMBAR

Hal

Gambar 1. Perubahan konsentrasi peraksi (A) dan hasil reaksi (B) _______ 128
Gambar 2. Jenis tumbukan antar partikel ____________________________________ 138
Gambar 3. Tumbukan pada luas permukaan yang berbeda ________________ 142
Gambar 4. Pengaruh luas permukaan terhadap laju reaksi ________________ 143
Gambar 5. Energi pengaktifan berkurang dengan adanya katalis _________ 144
Gambar 6. Kesetimbangan air dan uap air __________________________________ 158
Gambar 7. Hubungan laju reaksi dan waktu terhadap laju pengurangan _ 159
Gambar 8. Hubungan laju reaksi dan waktu terhadap laju pembentukan 160
Gambar 9. Hubungan laju reaksi dan waktu terhadap laju dua reaksi yang
sama _______________________________________________________________ 160
Gambar 10. Kesetimbangan kimia_____________________________________________ 161
Gambar 11. Perubahan konsentrasi terhadap waktu ________________________ 161
Gambar 12. Hubungan antara kecepatan reaksi arah kanan (I) dan kiri (II)
dengan waktu _____________________________________________________ 163
Gambar 13. Sistem kesetimbangan CaCO3(s) ↔ CaO(s) + CO2(g) __________ 168
Gambar 14. Henry Louise Le Chatelier ________________________________________ 175

94
Unit Pembelajaran
Laju Reaksi

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 1. Beberapa jenis reaksi berdasarkan jumlah pereaksi dan ordenya 133
Tabel 2. Konsentrasi (mol/L) H2, I2, dan HI dalam kesetimbangan pada suhu
425,4 oC _________________________________________________________________ 164
Tabel 3. Konsentrasi (mol/L) N2, H2, dan NH3 dalam kesetimbangan pada
suhu 500oC _____________________________________________________________ 164

95
Unit Pembelajaran
Laju Reaksi

PENDAHULUAN

Unit pembelajaran senyawa laju reaksi dituliskan mengacu pada Kompetensi


Dasar Mata Pelajaran Kimia untuk Bidang Keahlian Agribinis dan
Agroteknologi baik kompetensi pengetahuan maupun keterampilan. Pada
modul ini akan dibahas mengenai laju reaksi termasuk di dalamnya
pembahasan kesetimbangan kimia.

Kegunaan membahas laju reaksi dan kesetimbangan kimia dalam Bidang


Keahlian Agribisnis dan Agroteknologi banyak sekali baik dalam budidaya
tanaman, budidaya ternak, budidaya ikan dan pengolahan hasil pertanian.,
Pembahasan analisis senyawa hidrokarbon dan turunannya serta kegunaan
dari senyawa hidrokarbon pada modul ini lebih ditekankan pada proses
pengolahan pangan hal itu sesuai dengan uraian yang tercantum dalam
kompetensi dasar kurikulum agribisnis dan agroteknologi.

Berbagai aplikasi senyawa hidrokarbon dalam proses pengolahan pangan


yang selalu menggunakan bahan bakar tidak bisa terlepas dari aplikasi
senyawa hidrokarbon. Bahan bakar seperti minyak tanah, biogas dan Liquid
Petroleum Gas (LPG) merupakan senyawa hidrokarbon jenis alkana. Petani
yang mematangkan buah-buahan juga banyak menggunakan bantuan dari
senyawa hidrokarbon yaitu gas etilen.

Kesadaran akan pentingnya pemahaman konsep kimia dan aplikasinya


seperti senyawa hidrokarbon dan turunannya adalah salah satu tujuan
penting dari pembelajaran kimia. Tumbuhnya kearifan dalam aplikasi kimia
dalam berbagai bidang kehidupan adalah tugas pendidik. Agar mudah dalam
mempelajari kimia maka perlu strategi yang tepat dalam mengajarkan konsep
kimia, oleh karenanya perlu alat bantu untuk mencapai hal tersebut. Berbagai
konsep kimia yang abstrak harus dijadikan lebih mudah untuk dipahami oleh
karena itu peranan alat peraga kimia dan penggunaan teknologi informasi

97
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

pada pembelajaran kimia adalah sangat penting. Pembelajaran berbasis


konstruktivis dapat meningkatkan mortivasi dan belajar.

Selain penalaran konsep kimia hidrokarbon dan turunannya dalam bidang


pertanian khususnya dalam pengolahan pangan, modul ini juga dilengkapi
pengembangan materi bersifat pedagogik berupa bagaimana mengajarkan
kimia hidrokarbon dan turunnnya pada peserta didik Bidang keahlian
Agribisnis dan Agroteknologi pada kelas X. Modul ini dilengkapi dengan
gambar yang akan mempermudah dalam mempelajari konsep dan mengajak
anda untuk memahami dimensi berfikir ilmiah.

98
Unit Pembelajaran
Laju Reaksi

KOMPETENSI DASAR

A. Target Kompetensi

Sub unit pembelajaran ini dikembangkan berdasarkan Kompetensi Dasar


kelas X:

3.9. Mengevaluasi laju reaksi berdasarkan faktor-faktor yang


mempengaruhinya

4.9 Mengitegrasikan antara laju reaksi dan faktor-faktor yang


mempengaruhinya

B. Indikator Pencapaian Kompetensi

Indikator Pendukung

3.9.1. Menjelaskan pengertian laju reaksi


3.9.2. Menjelaskan orde reaksi
3.9.3. Menjelaskan pengertian kesetimbangan kimia
3.9.4. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi dalam
bidang agribisnis dan agroteknologi
3.9.5. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran reaksi
kimia
3.9.6. Menerapkan laju reaksi dalam proses kimia bidang agribisnis dan
agroteknologi
3.9.7. Menerapkan kesetimbangan kimia dalam proses kimia dan biokimia
bidang agribisnis dan agroteknologi
3.9.8. Menentukan orde reaksi dalam proses kimia dalam bidang agribisnis
dan agroteknologi

99
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Indikator Kunci

3.8.1. Mengevaluasi laju reaksi berdasarkan faktor-faktor yang


mempengaruhinya

3.8.2. Mengevaluasi perhitungan orde reaksi kimia

Indikator Pengayaan

3.7.1. Mengevaluasi kesetimbangan kimia proses kimia atau biokimia dalam


bidang agribisnis dan agroteknologi

Indikator Pendukung

4.7.1. Mengikuti identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi

4.7.2. Mengikuti identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi ord

4.7.3. Mengikuti identifikasi faktor-faktor kesetimbangan kimia

4.7.4. Melaksankan identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi laju


reaksi

4.7.5. Melaksanakan penentuan orde reaksi

4.7.6. Melaksanakan identifikasi faktor-faktor kesetimbangan kimia

4.7.7. Menunjukkan penerapan laju reaksi dalam bidang agribisnis dan


agroteknologi Indikator Kunci

4.7.8. Mengintegrasikan laju reaksi dan faktor-faktor yang


mempengaruhinya dalam proses pengolahan

4.7.9. Menentukan orde reaksi dalam suatu reaksi kimia

100
Unit Pembelajaran
Laju Reaksi

Indikator Pengayaan

4.7.10. Mengintegrasikan kesetimbangan kimia dan faktor-faktor yang


mempengaruhinya dalam bidang agribisnis dan agroteknologi

APLIKASI DI DUNIA NYATA

A. Penerapan Laju Reaksi

Pernahkah melarutkan gula dalam air bukan? Mungkin sewaktu membuat teh
manis, kopi, atau minuman lainnya. Bagaimana kira-kira larutnya gula dalam
air jika yang dilarutkan bongkahan gula batu atau serbuk? Tentulnya akan
lebih cepat larut yang dalam bentuk serbuk. Hal ini menunjukkan contoh
pengaruh luas permukaan pada laju reaksi yang dapat dijumpai dalam
kehidupan sehari-hari.

Dalam bidang industri, reaksi-reaksi yang terjadi selalu diusahakan


berlangsung lebih cepat. Faktor laju reaksi yang sering digunakan adalah
katalis. Seperti yang telah dipelajari tentang uraian katalis di pembahasan
sebelumnya, katalis merupakan zat yang mempercepat laju reaksi tetapi pada
akhir reaksi didapatkan kembali seperti semula. Contoh industri yang
menggunakan katalis adalah pembuatan amonia (NH3) dan asam sulfat
(H2SO4). Amonia merupakan bahan untuk membuat asam nitrat, pupuk, dan
bahan peledak. Proses pembuatan amonia dikenal dengan nama Proses Haber-
Bosch sesuai dengan nama penemunya, yaitu Fritz Haber dan Karl Bosch.
Reaksi pembuatan amonia dari gas nitrogen dan gas hidrogen sebagai berikut:

N2(g) + 3 H2 (g) ↔ 2 NH3(g) ∆H= - 92kJ/mol

101
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Reaksi tersebut berjalan sangat lambat pada suhu kamar sehingga perlu
dilakukan usaha-usaha untuk mempercepat laju reaksinya. Usaha itu harus
dilakukan agar segera didapatkan hasil sebanyak-banyaknya dalam waktu
sesingkat-singkatnya, sesuai prinsip ekonomi. Salah satu usaha yang
dilakukan adalah dengan menambahkan katalis besi. Pada proses pembuatan
asam sulfat yang sering dikenal dengan nama proses kontak, juga diperlukan
katalis yaitu vanadium pentoksida, V2O5.

B. Penerapan Laju Reaksi di Industri

Laju reaksi dapat dikontrol dengan memperhatikan faktor-faktor yang


mempengaruhi laju reaksi tersebut. Penerapan laju reaksi dapat ditemukan
pada berbagai bidang industri, yang menjadi penerapan laju reaksi dalam
bidang indusri adalah penggunaan katalis yang merupakan faktor yang
mempengaruhi laju reaksi.

1. Dalam Bidang Biokimia


Salah satu contoh penggunaan laju reaksi dalam bidang biokimia adalah
penggunaan enzim dalam bidang industri. Enzim merupakan zat yang paling
menarik dan penting di alam. Pertama, sangat penting untuk menyadari
bahwa enzim bukanlah benda hidup. Mereka benda mati, sama seperti mineral
namun enzim dibuat oleh sel hidup. Enzim adalah benda tak hidup yang
diproduksi oleh sel hidup. Enzim memiliki peran yang sangat penting dalam
kehidupan bagi kehidupan manusia, hewan dan tumbuhan. Bahkan bisa
dikatakan bahwa enzim berperan penting dalam kelangsungan alam ini. Di
dalam sel, ada begitu banyak aktivitas berbeda yang berjalan, beberapa
molekul yang bergabung bersama, dan ada juga yang memecah menjadi
beberapa bagian terpisah. Aktivitas-aktivitas inilah yang menjaga sel agar
tetap hidup. Disinilah peran dari enzim. Dalam pengertian yang luas, terdapat
dua tipe enzim.

102
Unit Pembelajaran
Laju Reaksi

Enzim yang membantu dalam menggabungkan beberapa molekul menjadi


satu molekul baru atau membantu memecah molekul menjadi beberapa
bagian terpisah.

Selain di dalam sel, enzim juga memiliki peran penting di luar sel. Salah satu
contoh yang jelas adalah sistem pencernaan. Enzim yang terdapat di dalam
tubuh berfungsi untuk mempercepat proses metabolisme. Enzim juga
menyebabkan metabolisme berlangsung dalam suhu rendah. Enzim bekerja
sangat spesifik hanya pada reaksi-reaksi tertentu.
Zat dipercepat reaksinya dinamakan subtrat yang akan bereaksi dengan enzim
menghasilkan produk. Pada akhir reaksi, enzim akan kembali terbentuk
seperti semula. Penguraian nasi menjadi glukosa-glukosa merupakan salah
satu reaksi yang melibatkan enzim. Beberapa enzim di dalam tubuh dapat
memecah pati, beberapa lagi dapat memecah protein dan juga lemak Reaksi
penguraian nasi berlangsung lambat dan membutuhkan suhu tinggi jika
dilakukan di luar tubuh atau di laboratorium. Namun, jika dilakukan di dalam
tubuh, maka prosesnya berlangsung cepat dan dengan suhu rendah karena
enzim berfungsi sebagai katalis dalam proses metabolisme yang terjadi di
dalam tubuh.

2. Dalam Industri roti

Katalis yang digunakan dalam pembuatan roti adalah enzim zimase yang
merupakan bio katalis.Penambahan zimase dilakukan pada proses peragian
pengembangan roti.Ragi di tambahkan ke dalam adonan sehingga glukosa
dalam adonanterurai menjadi etil alkohol dan karbon dioksida.

Penguraian berlangsung dengan bantuan enzim zimase yang dihasilkan ragi.

𝐶6 𝐻12 𝑂6 ↔ 2𝐶2 𝐻5 𝑂𝐻 + 2𝐶𝑂2

103
SOAL-SOAL UN/USBN

Soal USBN Tahun 2018


No.

1 Perhatikan data-data percobaan berikut:


Pereaksi Suhu Waktu
No
CaCO3 HCl ( oC) (detik)
1 1 gram, serbuk 1M 50 48
2 1 gram, serbuk 2M 50 10
3 1 gram, serbuk 2M 40 14
4 1 gram, butiran 2M 40 18
5 1 gram, butiran 1M 30 50

Waktu reaksi no 3 bisa lebiH kecil dari no 4 atau laju reaksi no 3 lebih
tinggi dari no 4 dapat dijelaskan dengan menggunakan teori
tumbukan..
A. Serbuk jumlahnya lebih sedikit dibanding butiran jadi lebih
cepat habis
B. Butiran memiliki luas permukaan lebih kecil dari serbuk
sehingga tumbukan lebih sedikit
C. Serbuk memiliki luas permukaan lebih besar dibanding butiran
sehingga sehingga lebih banyak tumbukan
D. Serbuk lebih rapat dibanding butiran sehingga tumbukan lebih
jarang
E. Serbuk memiliki luas permukaan lebih besar dibanding butiran
sehingga sehingga lebih sedikit

105
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Identifikasi
Kelas / Semester X: Semester 2
Level Kognitif Aplikasi
: (C3)
Indikator yang :
Laju reaksi
bersesuaian
Diketahui Kondisi
: pereaksi, waktu dan suhu
Ditanyakan Teori
: tumbukan dikaitkan kecepatan reaksi
Materi yang dibutuhkan Faktor
: –faktor yang mempengaruhi laju reaksi

No. Soal USBN Tahun 2018

2 Berikut disajikan data percobaan untuk reaksi : mA + nB → pC +


qD

(A) (B) Laju reaksi


Perco
M M awal
baan
( M. detik-1)
1. 0,1 0,1 X

2. 0,2 0,2 8x

3. 0,1 0,3 9x

Orde reaksi terhadap B adalah …….


A. 1
B. 2
C. 3
D. 4
E. 5

106
Unit Pembelajaran
Laju Reaksi

Identifikasi
Kelas / Semester X: Semester 2
Level Kognitif Aplikasi
: (C3)
Indikator yang Menentukan
: orde reaksi
bersesuaian
Diketahui Data
: percobaan kimia
Ditanyakan Orde
: reaksi
Materi yang dibutuhkan Orde
: reaksi

No. Soal USBN Tahun 2018

3 Faktor yang dapat mempengaruhi laju reaksi adalah


A. Suhu, tekanan, konsentrasi
B. Suhu, wujud zat, waktu
C. Suhu, tekanan, waktu
D. Tekanan, konsentrasi, wujud zat
E. Suhu, wujud zat, konsentrasi
Identifikasi
Kelas / Semester X: Semester 2
Level Kognitif Aplikasi
: (C3)
Indikator yang Menentukan
: faktor yang mempengaruhi Laju
bersesuaian reaksi
Diketahui Faktor
: yang mempengaruhi laju reaksi yang
sesuai dan yang tidak sesuai
Ditanyakan Faktor
: yang mempengaruhi laju reaksi yang sesuai
Materi yang dibutuhkan Faktor
: yang mempengaruhi laju reaksi

107
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

No. Soal USBN Tahun 2018

4 Laju reaksi: 4NH3(g) + 5O2(g) 4NO(g) + 6H2O(g) dapat


dinyatakan sebagai:
A. laju bertambahnya konsentrasi NH3 dalam satu satuan waktu

B. laju berkurangnya konsentrasi H2O dalam satu waktu

C. laju berkurangnya konsentrasi O2 dalam satu satuan waktu

D. laju berkurangnya tekanan sistem dalam satu satuan waktu

E. laju bertambahnya konsentrasi NO dalam satu satuan waktu

Identifikasi
Kelas / Semester X: Semester 2
Level Kognitif Aplikasi
: (C3)
Indikator yang Menentukan
: besarnya laju reaksi
bersesuaian
Diketahui Faktor yang mempengaruhi laju reaksi yang
sesuai dan yang tidak sesuai
Ditanyakan Faktor yang mempengaruhi laju reaksi yang
sesuai
Materi yang dibutuhkan Faktor yang mempengaruhi laju reaksi

108
Unit Pembelajaran
Laju Reaksi

No. Soal USBN Tahun 2018

5 Dari reaksi P + Q → R, diperoleh data sebagai berikut :


No [P] [Q] V [M s-1]
1. A b C
2. 2a b 4c
3. 3a 2b 18c

Berdasarkan data tersebut, maka persamaan laju reaksinya adalah ...

A. V = k [P] [Q]pen
B. V = k [P]2 [Q]
C. V = k [P] [Q]2
D. V = k [P]2 [Q]2
E. V = k [P]3 [Q]

Identifikasi
Kelas / Semester X: Semester 2
Level Kognitif Aplikasi
: (C3)
Indikator yang Menentukan
: laju reaksi
bersesuaian
Diketahui Faktor yang mempengaruhi laju reaksi yang
sesuai dan yang tidak sesuai
Ditanyakan Kecepatan laju reaksi
Materi yang dibutuhkan Kecepatan laju reaksi

109
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

No. Soal USBN Tahun 2018

6 Reaksi kesetimbangan yang termasuk kesetimbangan homogen


yaitu…..
A. CaCO3(s)  CaO(s) + CO2(g)
B. AgCl(s)  Ag+(aq) + Cl-(aq)
C. Ni(s) + 4CO(g) Ni(CO)4(ag)
D. H2O(g)  H2O(l)
E. Fe3+(aq) + SCN-(aq)  Fe(SCN)2+(aq)
Identifikasi
Kelas / Semester X: Semester 2
Level Kognitif Aplikasi
: (C3)
Indikator yang Kesetimbangan
: kimia
bersesuaian
Diketahui Reaksi kimia
Ditanyakan Reaksi kimia dalam kesetimbangan homogen
Materi yang dibutuhkan Kesetimbangan kimia

110
BAHAN PEMBELAJARAN

A. Aktivitas Pembelajaran

Pembelajaran materi laju reaksi dapat dilakukan selama 4 kali pertemuan


terdiri dari 3 pertemuan pembelajaran tatap muka dan 1 pertemuan ulangan
harian. masing-masing pertemuan sebanyak 2 Jam pelajaran sesuai dengan
jumlah jam kimia yang tertera pada struktur kurikulum. Pembelajaran
senyawa hidrokarbon dapat menggunakan model pembelajaran Discovery
learning.

Pertemuan 1

Pertemuan 1 ( 2 x 45 menit)
Kegiatan Pendahuluan (15 Menit)
Guru :
Orientasi
❖ Melakukan pembukaan dengan salam pembuka, memanjatkan syukur kepada
Tuhan YME dan berdoa untuk memulai pembelajaran

❖ Memeriksa kehadiran peserta didik sebagai sikap disiplin

❖ Menyiapkan fisik dan psikis peserta didik dalam mengawali kegiatan


pembelajaran.

Apersepsi
❖ Mengaitkan materi/tema/kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan dengan
pengalaman peserta didik dengan materi/tema/kegiatan sebelumnya

❖ Mengingatkan kembali materi prasyarat dengan bertanya.

111
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

❖ Mengajukan pertanyaan yang ada keterkaitannya dengan pelajaran yang akan


dilakukan.

Motivasi
❖ Memberikan gambaran tentang manfaat mempelajari pelajaran yang akan
dipelajari dalam kehidupan sehari-hari.

➢ Apabila materitema/projek ini kerjakan dengan baik dan sungguh-sungguh


ini dikuasai dengan baik, maka peserta didik diharapkan dapat menjelaskan
tentang materi : laju reaksi
❖ Menyampaikan tujuan pembelajaran pada pertemuan yang berlangsung
❖ Mengajukan pertanyaan / membimbing peserta membuat pertanyaan terkait
dengan mata pelajaran

Pemberian Acuan
❖ Memberitahukan tentang kompetensi inti, kompetensi dasar, indikator, dan
KKM pada pertemuan yang berlangsung
❖ Memberitahukan tujuan pembelajaran yang akan dicapai
❖ Memberitahukan materi pelajaran yang akan dibahas.
❖ Pembagian kelompok belajar
❖ Menjelaskan mekanisme pelaksanaan pengalaman belajar sesuai dengan
langkah-langkah pembelajaran.

112
Unit Pembelajaran
Laju Reaksi

Kegiatan Inti ( 60 Menit ) Praktik faktor berpengaruh kecepatan reaksi


Sintak Model
Kegiatan Pembelajaran
Pembelajaran
Stimulation KEGIATAN LITERASI
(stimullasi/ Peserta didik diberi motivasi atau rangsangan untuk
pemberian memusatkan perhatian pada topik materi laju reaksi dengan
rangsangan) cara :
❖ Melihat (tanpa atau dengan alat)
Menayangkan gambar/foto/video yang relevan.
❖ Mengamati
➢ Lembar kerja materi laju reaksi.
➢ Pemberian contoh-contoh materi laju reaksi untuk dapat
dikembangkan peserta didik, dari media interaktif, dsb
❖ Membaca.
Kegiatan literasi ini dilakukan di rumah dan di sekolah
dengan membaca materi dari buku paket atau buku-buku
penunjang lain, dari internet/materi yang berhubungan
dengan laju reaksi.
❖ Menulis
Menulis resume dari hasil pengamatan dan bacaan terkait
laju reaksi.
❖ Mendengar
Mendengar pemberian materi laju reaksi oleh guru.
❖ Menyimak
Menyimak penjelasan pengantar kegiatan secara garis
besar/global tentang materi pelajaran mengenai materi laju
reaksi untuk melatih rasa syukur, kesungguhan dan
kedisiplinan, ketelitian, mencari informasi.

113
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Problem CRITICAL THINKING (BERPIKIR KRITIK)


statement Guru memberikan kesempatan pada peserta didik untuk
(pertanyaan/ mengidentifikasi sebanyak mungkin pertanyaan yang berkaitan
identifikasi dengan gambar yang disajikan dan akan dijawab melalui
masalah) kegiatan belajar, contohnya :
❖ Mengajukan pertanyaan tentang materi : laju reaksi
yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan
untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang
diamati (dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke
pertanyaan yang bersifat hipotetik) untuk mengembangkan
kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan
pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perlu
untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat.
Kegiatan Penutup (15 Menit)
Peserta didik :
❖ Membuat resume (creativity) dengan bimbingan guru
tentang poin-poin penting yang muncul dalam kegiatan
pembelajaran tentang materi laju reaksi yang baru
dilakukan.

❖ Mengagendakan pekerjaan rumah untuk materi pelajaran


laju reaksi yang baru diselesaikan.

❖ Mengagendakan materi atau tugas


projek/produk/portofolio/unjuk kerja yang harus
mempelajari pada pertemuan berikutnya di luar jam sekolah
atau di rumah.

114
Unit Pembelajaran
Laju Reaksi

Guru :
❖ Memeriksa pekerjaan siswa yang selesai langsung
diperiksa untuk materi pelajaran laju reaksi.

❖ Peserta didik yang selesai mengerjakan tugas


projek/produk/portofolio/unjuk kerja dengan benar
diberi paraf serta diberi nomor urut peringkat, untuk
penilaian tugas projek/produk/portofolio/unjuk kerja
pada materi pelajaran laju reaksi.

❖ Memberikan penghargaan untuk materi pelajaran laju


reaksi kepada kelompok yang memiliki kinerja dan
kerjasama yang baik.

Pertemuan 2

Pertemuan Kedua (Laju Reaksi) = 2 x 45 menit


Kegiatan Pendahuluan (15 Menit)
Guru :
Orientasi
❖ Melakukan pembukaan dengan salam pembuka,
memanjatkan syukur kepada Tuhan YME dan berdoa
untuk memulai pembelajaran
❖ Memeriksa kehadiran peserta didik sebagai sikap disiplin
❖ Menyiapkan fisik dan psikis peserta didik dalam
mengawali kegiatan pembelajaran.
Apersepsi
❖ Mengaitkan materi/tema/kegiatan pembelajaran yang
akan dilakukan dengan pengalaman peserta didik dengan
materi/tema/kegiatan sebelumnya

115
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

❖ Mengingatkan kembali materi prasyarat dengan bertanya.


❖ Mengajukan pertanyaan / membimbing perserta
mengajukan pertanyaan yang ada keterkaitannya dengan
pelajaran yang akan dilakukan.
Motivasi
❖ Memberikan gambaran tentang manfaat mempelajari
pelajaran yang akan dipelajari dalam kehidupan sehari-
hari.
➢ Apabila materi tema/projek ini kerjakan dengan baik
dan sungguh-sungguh ini dikuasai dengan baik, maka
peserta didik diharapkan dapat menjelaskan tentang
materi laju reaksi
❖ Menyampaikan tujuan pembelajaran pada pertemuan yang
berlangsung
❖ Mengajukan pertanyaan terkait pembelajaran yang
dilaksanakan
Kegiatan Inti ( 60 Menit ) Praktik faktor berpengaruh
kecepatan reaksi (lanjutan)
Data KEGIATAN LITERASI
collection Peserta didik mengumpulkan informasi yang relevan untuk
(pengumpulan menjawab pertanyaan yang telah diidentifikasi melalui
data) kegiatan:
❖ Mengamati obyek/kejadian
Mengamati dengan seksama materi laju reaksi yang sedang
dipelajari dalam bentuk gambar/video/slide presentasi
yang disajikan dan mencoba menginterprestasikannya.

116
Unit Pembelajaran
Laju Reaksi

❖ Membaca sumber lain selain buku teks


Secara disiplin melakukan kegiatan literasi dengan mencari
dan membaca berbagai referensi dari berbagai sumber
guna menambah pengetahuan dan pemahaman tentang
materi laju reaksi yang sedang dipelajari.
❖ Aktivitas
Menyusun daftar pertanyaan atas hal-hal yang belum dapat
dipahami dari kegiatan mengmati dan membaca yang akan
diajukan kepada guru berkaitan dengan materi laju reaksi
yang sedang dipelajari.
❖ Wawancara/tanya jawab dengan nara sumber
Mengajukan pertanyaan berkaitan dengan materi laju
reaksi yang telah disusun dalam daftar pertanyaan kepada
guru.
COLLABORATION (KERJASAMA)
Peserta didik dibentuk dalam beberapa kelompok untuk:
❖ Mendiskusikan
Peserta didik dan guru secara bersama-sama membahas
contoh dalam buku paket mengenai materi laju reaksi.
❖ Mengumpulkan informasi melalui praktik
Mencatat data praktik laju reaksi yang telah diperoleh pada
buku / format dengan tulisan yang rapi dan menggunakan
bahasa Indonesia yang baik dan benar.
❖ Mempresentasikan ulang
Peserta didik mengkomunikasikan secara lisan atau
mempresentasikan materi dengan rasa percaya diri laju
reaksi sesuai dengan pemahamannya dalam kelompok
untuk didiskusikan atau dianalisis lebih lanjut.

117
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

❖ Saling tukar informasi / tukar data laju reaksi


Tukar data/informai ditanggapi aktif oleh peserta didik
lainnya baik dalam satu kelompok / kelompok lain
sehingga diperoleh sebuah fakta/ konsep/ prinsip/
pengetahuan baru yang dapat dijadikan sebagai bahan
diskusi kelompok. Dengan menggunakan metode ilmiah
yang terdapat pada buku pegangan peserta didik atau pada
lembar kerja yang disediakan dengan cermat untuk
mengembangkan sikap teliti, jujur, sopan, menghargai
pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi,
menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi
melalui berbagai cara yang dipelajari, mengembangkan
kebiasaan belajar dan belajar sepanjang hayat.
Data COLLABORATION (KERJASAMA) dan CRITICAL THINKING
processing (BERPIKIR KRITIK)
(pengolahan Peserta didik dalam kelompoknya berdiskusi mengolah data
Data) hasil pengamatan dengan cara :
❖ Berdiskusi tentang data dari materi : laju reaksi
❖ Mengolah data/ informasi dari pengamatan praktik laju
reaksi yang sudah dikumpulkan dari hasil
kegiatan/pertemuan sebelumnya ma pun hasil dari
kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan
informasi yang sedang berlangsung dengan bantuan
pertanyaan-pertanyaan pada lembar kerja.
❖ Peserta didik mengerjakan beberapa soal mengenai materi
laju reaksi.

118
Unit Pembelajaran
Laju Reaksi

Kegiatan Penutup (15 Menit)


Peserta didik :
❖ Membuat resume (CREATIVITY) dengan bimbingan guru
tentang poin-poin penting yang muncul dalam kegiatan
pembelajaran tentang materi laju reaksi yang baru
dilakukan.
❖ Memberikan pekerjaan rumah untuk materi pelajaran laju
reaksi yang baru diselesaikan.
❖ Memberikan materi atau tugas
projek/produk/portofolio/unjuk kerja yang harus
mempelajari pada pertemuan berikutnya di luar jam
sekolah atau di rumah.
Guru :
❖ Memeriksa pekerjaan siswa yang selesai langsung
diperiksa untuk materi pelajaran laju reaksi termasuk
memeriksa data hasil praktik
❖ Peserta didik yang selesai mengerjakan tugas
projek/produk/portofolio/unjuk kerja dengan benar
diberi paraf serta diberi nomor urut peringkat, untuk
penilaian tugas projek/produk/portofolio/unjuk kerja
pada materi pelajaran laju reaksi.
❖ Memberikan penghargaan untuk materi pelajaran laju
reaksi kepada kelompok yang memiliki kinerja dan
kerjasama yang baik.

119
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Pertemuan 3

Pertemuan Kedua (Laju Reaksi) = 2 x 45 menit


Kegiatan Pendahuluan (15 Menit)
Guru :
Orientasi
❖ Melakukan pembukaan dengan salam pembuka,
memanjatkan syukur kepada Tuhan YME dan berdoa
untuk memulai pembelajaran
❖ Memeriksa kehadiran peserta didik sebagai sikap disiplin
❖ Menyiapkan fisik dan psikis peserta didik dalam
mengawali kegiatan pembelajaran.
Apersepsi
❖ Mengaitkan materi/tema/kegiatan pembelajaran yang
akan dilakukan dengan pengalaman peserta didik dengan
materi/tema/kegiatan sebelumnya
❖ Mengingatkan kembali materi prasyarat dengan bertanya.
❖ Mengajukan pertanyaan yang ada keterkaitannya dengan
pelajaran yang akan dilakukan.
Motivasi
❖ Memberikan gambaran tentang manfaat mempelajari
pelajaran yang akan dipelajari dalam kehidupan sehari-
hari.
❖ Apabila materi tema/projek ini kerjakan dengan baik dan
sungguh-sungguh ini dikuasai dengan baik, maka peserta
didik diharapkan dapat menjelaskan tentang materi laju
reaksi
❖ Menyampaikan tujuan pembelajaran pada pertemuan yang
berlangsung
❖ Mengajukan pertanyaan / membimbing peserta membuat
pertanyaan terkait dengan mata pelajaran

120
Unit Pembelajaran
Laju Reaksi

Kegiatan Inti ( 60 Menit ) : Praktik faktor berpengaruh


kecepatan reaksi (lanjutan)
Verification CRITICAL THINKING (BERPIKIR KRITIK)
(pembuktian) Peserta didik mendiskusikan hasil pengamatannya dan
memverifikasi hasil pengamatannya dengan data-data atau
teori pada buku sumber melalui kegiatan :
❖ Menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada
pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari
berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda
sampai kepada yang bertentangan untuk mengembangkan
sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras,
kemampuan menerapkan prosedur dan kemampuan
berpikir induktif serta deduktif dalam membuktikan
tentang materi : laju reaksi antara lain dengan : Peserta
didik dan guru secara bersama-sama membahas jawaban
soal-soal yang telah dikerjakan oleh peserta didik.
Generalization COMMUNICATION (BERKOMUNIKASI)
(menarik Peserta didik berdiskusi untuk menyimpulkan
kesimpulan) ❖ Menyampaikan hasil diskusi tentang materi laju reaksi
berupa kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan,
tertulis, atau media lainnya untuk mengembangkan sikap
jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis,
mengungkapkan pendapat dengan sopan.
❖ Mempresentasikan hasil diskusi kelompok secara klasikal
tentang materi laju reaksi
❖ Mengemukakan pendapat atas presentasi yang dilakukan
tentanag materi laju reaksi dan ditanggapi oleh kelompok
yang mempresentasikan.

121
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

❖ Bertanya atas presentasi tentang materi laju reaksi yang


dilakukan dan peserta didik lain diberi kesempatan untuk
menjawabnya.

CREATIVITY (KREATIVITAS)
❖ Menyimpulkan tentang poin-poin penting yang muncul
dalam kegiatan pembelajaran yang baru dilakukan berupa
:
Laporan hasil praktik / pengamatan tentang materi laju reaksi
❖ Menjawab pertanyaan tentang materi laju reaksi yang
terdapat pada buku / yang dibuat guru/ yang dibuat
peserta didik atau lembar kerja yang telah disediakan.
❖ Bertanya tentang hal yang belum dipahami, atau guru
melemparkan beberapa pertanyaan kepada siswa
berkaitan dengan materi laju reaksi yang akan selesai
dipelajari.

❖ Menyelesaikan uji kompetensi untuk materi laju reaksi


yang terdapat pada buku pegangan peserta didik atau pada
lembar kerja yang telah disediakan secara individu untuk
mengecek penguasaan siswa terhadap materi pelajaran.
Catatan : Selama pembelajaran Laju Reaksi berlangsung, guru mengamati sikap
siswa dalam pembelajaran yang meliputi sikap: disiplin, rasa percaya diri,
berperilaku jujur, tangguh menghadapi masalah tanggungjawab, rasa ingin
tahu, peduli lingkungan

122
Unit Pembelajaran
Laju Reaksi

Kegiatan Penutup (15 Menit)


Peserta didik :
❖ Membuat resume (CREATIVITY) dengan bimbingan guru tentang poin-poin
penting yang muncul dalam kegiatan pembelajaran tentang materi laju reaksi
yang baru dilakukan.
❖ Memberikan pekerjaan rumah untuk materi pelajaran laju reaksi yang baru
diselesaikan.
❖ Memberikan materi atau tugas projek/produk/portofolio/unjuk kerja yang
harus mempelajarai pada pertemuan berikutnya di luar jam sekolah atau
dirumah.
Guru :
❖ Memeriksa pekerjaan siswa yang selesai langsung diperiksa untuk materi
pelajaran laju reaksi.
❖ Memberikan penghargaan untuk materi pelajaran laju reaksi kepada kelompok
yang memiliki kinerja dan kerjasama yang baik.

123
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

B. Lembar Kerja Peserta Didik

LKPD 1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi

Tujuan : Menyelidiki suhu, konsentrasi, dan katalisator terhadap laju reaksi

Alat dan Bahan:

Alat dan bahan Ukuran/satuan Jumlah


Tabung reaksi - 5
Gelas kimia 250 ml 5
Sumbat tabung - 5
Alat pengukur waktu - 1
Termometer 100 oC 1
Pipet tets - 5
Lampu spiritus - 1
Kaki tiga - 1
Pualan Keping dan serbuk 5 gram
Larutan asam klorida 1M, 2 M, dan 3 M 10 ml
Larutan asam oksalat 0,1 M 10 ml
Larutan asam sulfat 1M 10 ml
Larutan kalium
0,1 M 10 ml
permanganat

Prosedur Kerja
a. Pengaruh Suhu
1. Masukkan 10 mL asam oksalat 0,1 M ke dalam gelas kimia. Tambahkan 2
mL asam sulfat 1 M. Lakukan pada suhu kamar. Ukur suhunya dan
letakkan di atas kertas putih. Masukkan 4 mL kalium permanganat 0,1 M
kedalam campuran di atas sambil memijit stopwatch.

124
Unit Pembelajaran
Laju Reaksi

Aduk campuran tersebut dan amati hilangnya warna kalium permanganat.


Matikan stopwatch pada saat warna kalium permanganat tepat hilang.
Catat waktu yang digunakan
2. Masukkan 10 mL asam oksalat 0,1 M ke dalam gelas kimia. Tambahkan 2
mL asam sulfat 1 M. Panaskan campuran tersebut sampai suhunya
suhunya 40 oC. Letakkan di atas kertas putih. Segera masukkan 4 mL
kalium permanganat 0,1 mL ke dalam campuran di atas sambil memijit
stopwatch. Aduk campuran tersebut dan amati hilangnya warna kalium
permanganat. Matikan stopwatch pada saat warna kalium permanganat
tepat hilang. Catat waktu yang digunakan.
3. Tuliskan seluruh hasil pengamatan pada lembar data pengamatan dan
diskusikan hasilnya.

b. Pengaruh Katalis (1)


1. Masukkan 10 mL asam oksalat 0,1 M dalam gelas kimia
2. Tambahkan 2 mL asam sulfat 1 M. Kemudian tambahkan 0,5 mL mangan
sulfat 0,1 M. Letakkan di atas kertas putih. Masukkan 4 mL kalium
permanganat 0,1 M ke dalam campuran di atas sambil memijit stopwatch
3. Aduk campuran tersebut dan amati hilangnya warna kalium permanganat.
Matikan stopwatch pada saat warna kalium permanganat tepat hilang
4. Catat waktu yang digunakan
5. Bandingkan hasil pengamatan ini dengan hasil pengamatan sebelumnya
(Percobaan a).

125
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

c. Pengaruh Konsentrasi
Tujuan : Mempelajari pengaruh kosentrasi terhadap kecepatan reaksi

Alat dan Bahan:

1. Erlenmeyer
2. Selang karet
3. Gabus
4. Stopwatch
5. Timbangan
6. Alat suntik 20 ml
7. Gelas ukur 250 ml
8. Na2CO3
9. Larutan HCl 0,5 M

Prosedur Kerja

1. Masukkan 100 mL HCl 0,05 M ke dalam erlenmeyer


2. Masukkan 1 gram Na2CO3 ke dalam erlenmeyer, segera tutup
erlenmeyer dengan gabus yang telah disambungkan dengan alat
suntik melalui lubang pada gabus.
3. Mulailah menghitung waktu reaksi.
4. Hentikan pengukuran waktu setelah terkumpul 10 mL gas.
5. Ulangi percobaan dengan menggunakan 2 g, 3 g, dan 4 g Na2CO3
6. Masukkan data ke dalam tabel berikut.

Berat Na2CO3 Konsentrasi Na2CO3 Waktu


(gram) (M)
1. …………………… ……………………
2. …………………… ……………………
3. …………………… ……………………

126
Unit Pembelajaran
Laju Reaksi

Suhu Uji Waktu Reaksi Kecepatan Reaksi


Indikator Reaksi
(oC) (Detik) (Kualitatif)
30 ………………… ………………… …………………
40 ………………… ………………… …………………
50 ………………… ………………… …………………

d. Pengaruh Katalis (2)

Tujuan : Mempelajari pengaruh katalis terhadap kecepatan reaksi

Alat dan Bahan:

1. Tabung reaksi
2. Gelas ukur 10 ml
3. Pipet tetes
4. Larutan MnO2
5. Larutan H2O2 3%
6. Larutan sabun

Prosedur Kerja

1. Campurkan 4 ml larutan H2O2 3% dan 1 tetes sabun cair ke dalam


tabung reaksi.
2. Kocok dan amati perubahan yang terjadi.
3. Lakukan percobaan dengan manambahkan sedikit serbuk MnO2.
Amati perubahan yang terjadi.
4. Bandingkan hasil pengamatan antara reaksi dengan MnO2 dan tanpa
MnO2. Manakah reaksi yang berlangsung lebih cepat?

127
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

C. Bahan Bacaan

Bahan Bacaan 1. Laju Reaksi

Persamaan Laju Reaksi

Laju reaksi rerata diperoleh dengan membagi perubahan konsentrasi reaktan


atau produk dengan interval waktu terjadinya reaksi :
𝑝𝑒𝑟𝑢𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖
𝐿𝑎𝑗𝑢 𝑟𝑒𝑎𝑘𝑠𝑖 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 =
𝑝𝑒𝑟𝑢𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢

Laju reaksi kimia tidak jauh dari kecepatan mobil, hanya di dalam reaksi kimia
tidak ada benda bergerak, melainkan perubahan suatu zat yang menjadi zat
lain.
𝐴 →𝐵
Pereaksi (A) berkurang dan pada saat yang sama hasil reaksi (B) bertambah.

Konsentrasi
onsenrasi

Konsentrasi
A
0 Waktu

Gambar 1. Perubahan konsentrasi peraksi (A) dan hasil reaksi (B)

Dengan demikian, laju reaksi rata-rata (r) dapat ditentukan dari pengurangan
pereaksi -∆[A], atau pertambahan konsentrasi hasil reaksi ∆[B] dalam selang
waktu ∆t = (t2 – t1).

128
Unit Pembelajaran
Laju Reaksi

∆[A] ∆[B]
r=− =
∆t ∆t

Pada reaksi yang melibatkan lebih dari satu pereaksi dan menghasilkan lebih
dari satu produk hasil reaksi, secara umum digambarkan sebagai berikut:

𝑎𝐴 + 𝑏𝐵 → 𝑐𝐶 + 𝑑𝐷

maka laju reaksinya adalah:

1 ∆[A] 1 ∆[B] 1 ∆[C] 1 ∆[DA]


r=− =− = =
a ∆t b ∆t c ∆t d ∆t

Jadi laju reaksi adalah besarnya perubahan konsentrasi reaktan atau


produk dalam satu satuan waktu. Perubahan laju konsentrasi setiap unsur
dibagi dengan koefisiennya dalam persamaan yang seimbang/stoikiometri.
Laju perubahan reaktan muncul dengan tanda negatif dan laju perubahan
produk dengan tanda positif.

Misalnya untuk reaksi:

𝑁2 (𝑔) + 3𝐻2 → 2𝑁𝐻3 (𝑔)

Maka pengurangan N2 dan H2, atau penambahan NH3 sebanding dengan


koefisiennya. Jika dimulai dari yang berkoefien satu, yaitu N2, maka

∆[𝑁2 ] 1 ∆[𝐻2 ] 1 ∆[𝑁𝐻3 ]


r=− =− =
∆t 3b ∆t 2 ∆t

namun dalam mengungkapkan laju reaksi, cukup dipilih salah satu peraksi
atau hasil reaksi, dengan demikian laju reaksi tadi dapat dituliskan dengan

∆[𝑁2 ] ∆[𝐻2 ] ∆[𝑁𝐻3 ]


r=− 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑟 = − 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑟 =
∆t ∆t ∆t

129
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Jika konsentrasi diukur dalam mol L-1 dan waktu (s) dalam detik, maka laju
reaksi mempunyai satuan mol L-1s-1. Perhatikan contoh berikut:

Soal Jawab

Pada suhu 35oC senyawa PQ PQ P+Q


∆[PQ] = (0,20 – 0,50) mol L-
terurai menjadi P dan Q. 1

Konsentrasi PQ mula-mula ∆t = (20 – 0) s = 20 s


0,5 mol L-1, dan setelah 20
∆[𝑃𝑄] ∆0,30mol L−1
detik tersisa 0,20 mol L-1. r=− =−
∆t 0,20 s
Tentukan laju rata-rata
= 1,5 mol L-1
reaksi selama 20 detik

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi

a. Pengaruh Konsentrasi

Telah dijelaskan sebelumnya bahwa laju reaksi selalu berkurang dipandang


dari pereaksi karena konsentrasi pereaksi makin mengecil. Laju reaksi
bergantung pada konsentrasi pereaksi pada saat itu. Bila reaksi

𝐴 →𝑋

Maka

d[𝐴]
r=− ∞ [𝐴]𝑚
dt

atau
r = 𝑘 [𝐴]𝑚

130
Unit Pembelajaran
Laju Reaksi

m disebut orde, yaitu bilangan yang menyatakan tingkat pengaruh konsentrasi


reaktan terhadap laju reaksi, yang nilainya mungkin nol, satu,dua,tiga atau
pecahan. Persamaan di atas disebut persamaan laju reaksi, dan k sebagai
konstanta laju reaksi. Nilai k bergantung pada jenis reaksi dan suhu, artinya
bila suhu berubah maka nilainya juga berubah.

Jika reaksi:

𝐴 + 𝐵 + 𝐶 → ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙

Maka persamaan laju reaksi umum adalah

r = 𝑘 [𝐴]𝑚 [𝐵]𝑛 [𝐶]𝑜

m, n, o disebut juga orde masing-masing peraksi A, B, C, sedangkan jumlahnya


disebut orde reaksi:

orde reaksi = m + n + o

Dari persamaan laju reaski dapat dihitung pengaruh perubahan konsentrasi


pereaksi terhadap laju reaksi. Pemahaman ini sangat penting dalam
mengontrol laju reaksi seperti yang diharapkan, yaitu dengan mengatur
konsentrasi pereaksi.

131
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Soal

Reaksi A + B X, mempunyai persamaan laju


reaksi r = k [A]2 [B].

a. Hitunglah orde reaksi!


b. Bila konsentrasi A dan B kedianya diperbesar dua kali semula,
berapa kali semulakah laju reaksi?

Jawab

Jawab
a. Orde reaksi = 2 + 1 = 3
b. r1 = k [A]2 [B]
Jika [A]` = 2 [A] dan [B]` = 2 [B], maka
r2 = k x [2A]2 [2B]

Bila ditinjau dari jumlah pereaksinya, ada reaksi kimia berpereaksi satu
(tunggal), dua, atau tiga macam. Sedangkan menurut ordenya, ada reaksi
berorde satu, dua, atau tiga atau pecahan, seperti yang terdapat pada tabel 1.
Dari tabel 1 ini ternyata tidak ada hubungan antara jumlah pereaksi dan
koefiesn peraksi dengan orde reaksi. Dengan kata lain, persamaan laju reaksi
tidak dapat ditentukan dari persamaan reaksi.

132
Unit Pembelajaran
Laju Reaksi

Tabel 1. Beberapa jenis reaksi berdasarkan jumlah pereaksi dan ordenya

Sumber : www.avkimia.com/2016/10/persamaan-laju-reaksi-dan-orde-reaksi.html

Persamaan laju reaksi sangat penting dalam kinetika kimia, tetapi yang sering
jadi masalah adalah bagaimana cara menentukannya, karena tidak dapat
diketahui langsung dari persamaan reaksi. Maka, caranya adalah dengan
melakukan eksperimen untuk mendapatkan data konsentrasi – waktu. Data
tersebut diubah menjadi data konsentrasi – laju dan kemudian diolah untuk
mendapatkan persamaan laju reaksinya.

Langkah pertama adalah menuliskan persamaan umum laju reaksi yang sesuai
dengan jumlah pereaksi, apakah tunggal, dua, atau tiga.

133
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Jika pereaksi tunggal: 𝐴 → ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙

r = k [A]m

Jika pereaksi dua: 𝐴 + 𝐵 → ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙

r = k [A]m [B]N

Jika pereaksi tiga: 𝐴 + 𝐵 + 𝐶 → ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙

r = k [A]m [B]n [C]o

Kemudian mengolah data eksperimen untuk menentukan nilai orde reaksi m,


n, dan o. data itu mungkin sederhana, dapat disederhanakan, atau tidak dapat
disederhanakan.

Jika data hasil percobaan sederhana atau dapat disederhanakan, maka


persamaan laju reaksi dapat ditentukan dengan cara yang sederhana pula.
Data sederhana adalah yang menunjukan perbandingan yang mudah
dipecahkan, baik data konsentrasi maupun laju reaksi. Bila reaksi mempunyai
dua atau lebih jenis pereaksi, terdapat data untuk pereaksi pertama
berkonsentrasi sama, sedangkan pereaksi yang lain berbeda. Pada data lain
terdapat sebaliknya, konsentrasi pereaksi yang kedua sama dan yang pertama
berbeda, seperti contoh berikut:

Dari percobaan terdapat reaksi:

2𝑁𝑂2 (𝑔) → 2𝑁𝑂(𝑔) + 𝑂2 (𝑔)

134
Unit Pembelajaran
Laju Reaksi

Didapat data sebagai berikut:

Konsentrasi NO2 Laju Pembentukan NO


Percobaan
(mol L-1) (mol L-1 s-1)

1 0,1 x 10-2 2

2 0,3 x 10-2 18

3 0,6 x 10-2 72

Tentukan:

a) Persamaan laju reaksi

b) Konstanta laju reaksi

Jawab

a) Persamaan umum laju reaksi adalah: r = k [NO2]m

Perhatikan perbandingan konstrasi dengan perbandinganlaju masing-masing


percobaan.

Lihat percobaan 2 dan 1

C2 𝑚 V2
⟦ ⟧ =
C1 V1
𝑚
[𝑁𝑂2 ]2 18
⟦ ⟧ =
[𝑁𝑂2 ]1 2
𝑚
0,3 𝑥 10−2
⟦ ⟧ =9
0,1 𝑥 10−2

3𝑚 = 9

𝑚 = 2

135
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Lihat percobaan 3 dan 2

𝑚
[𝑁𝑂2 ]2 72
⟦ ⟧ =
[𝑁𝑂2 ]1 8

𝑚
0,6 𝑥 10−2
⟦ ⟧ =4
0,3 𝑥 10−2

2𝑚 = 4

𝑚 = 2

Dari dua pengujian dihasilkan persamaan laju :

r = 𝑘 [𝑁𝑂2 ]2

b) Untuk mencari nilai k,masukkan nilai salah satu percobaan, misalnya


percobaan 1.
r
k=
[𝑁𝑂2 ]2

2mol L −1 s −1
k=
(0,1 𝑥 10−2 )𝑚𝑜𝑙2

= 2,0 𝑥 103 mol L −1 s −1

b. Pengaruh Suhu

Telah umum diketahui bahwa kenaikan suhu akan mempercepat reaksi,


sebaliknya penurunan suhu memperlambat reaksi. Saat memasak nasi dengan
api besar lebih cepat matang dibandingkan dengan api kecil.

136
Unit Pembelajaran
Laju Reaksi

Kemudian makanan, sepeti ikan, lebih awet dalam lemari es, karena
penurunan suhu memperlambat pembusukan.

Ditinjau dari hukum laju reaksi, misalkan untuk reaksi

𝐴 + 𝐵 + 𝐶 → 𝐻𝑎𝑠𝑖𝑙

Mempunyai persamaan laju reaksi

r = 𝑘 [𝐴]𝑚 [𝐵]𝑛 [𝐶]𝑜

Perubahan suhu mempengaruhi k karena nilainya bergantung pada suhu dan


jenis reaksi. Jika suhu dinaikkan, maka jumlah dan energi tumbukan antara
molekul pereaksi bertambah.

Syarat Terjadinya Reaksi

Reaksi dapat berlangsung jika terjadi tumbukan langsung antara molekul


pereaksi, disamping syarat termodinamika yaitu ∆G ≤ 0. Tumbukan itu harus
memenuhi dua syarat, yaitu posisinya efektif dan energinya mencukupi.

Tumbukan Efektif

Molekul pereaksi dalam wadah selalu bergerak ke segala arah dan


berkemungkinan besar untuk bertumbukan satu sama lain, baik dengan
molekul yang sama mapun dengan molekul yang berbeda. Tumbukan itu dapat
memutuskan ikatan dalam molekul pereaksi dan kemudian membentuk ikatan
baru yang menghasilkan molekul hasil reaksi.

Contoh antara molekul yang sama adalah:

𝐻𝐼(𝑔) + 𝐻𝐼(𝑔) → 𝐻2 (𝑔) + 𝐼2(𝑔) +

Atau secara umum:

𝐴𝐵 + 𝐴𝐵 → 𝐴2 + 𝐵2

137
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Tumbukan yang efektif adalah keadaan molekul sedemikian rupa sehingga


antara A dan A saling bertabrakan. Tumbukan tidak efektif jika yang
bertabrakan adalah atom-atom yang berbeda, yaitu A dengan B. tumbukan
juga tidak efektif jika antara molekul AB hanya bersenggolan antara dua atom.
Tumbukan tidak efektif mirip dengan dua mobil yang hanya bersenggolan
sedikit sehingga tidak mengalami kerusakan berarti.

Gambar 2. Jenis tumbukan antar partikel


Sumber: http://kimtikgroup4.blogspot.com/2015/05/ pengertian-laju-reaksi-laju-reaksi.html

138
Unit Pembelajaran
Laju Reaksi

Energi Tumbukan Cukup

Jika kaca dilempar dengan batu tetapi tidak pecah, berarti energi kinetik batu
tidak cukup untuk memecahkan kaca. Demikian juga tabrakan antar molekul
pereaksi, walaupun sudah bertumbukan langsung dengan posisi yang efektif,
tetapi bila energi kurang tidak akan menghasilkan reaksi.

Energi tumbukan molekul pereaksi harus dapat membuat awan elektron


kedua atom yang bertumbukan saling tumpang tindih, sehingga terbentuk
ikatan baru. Sebagai contoh reaksi:

𝐴𝐵 + 𝐶 → 𝐴 + 𝐵𝐶

Bila gerakan molekul AB dan C lambat, maka tidak akan terjadi ikatan anatara
B dan C saat bertumbukan, akibatnya keduanya terpental tanpa ada
perubahan. Dengan percepatan gerakan molekul akan membuat tumpang
tindih awan elektron B dan C membentuk ikatan, dan akhirnya terjadi reaksi
kimia.

Pertanyaannya adalah, mengapa untuk membuat tumpang tindih atom itu


diperlukan energi? Jawabannya karena orbital kulit terluar atom mengandung
elektron yang akan saling tolak menolak dengan elektron atom lainnya.
Setelah terjadi tumpang tindih dengan energi cukup, kedua orbital bergabung
sehingga kedua atom (B dan C) berinteraksi tarik menarik. Dengan kata lain,
energi kinetik (energi tambahan) telah berubah menjadi energi potensial
(gaya tarik). Besarnya energi minimum yang diperlukan untuk melawan gaya
tolak elektron disebut energi aktivasi (energi pengaktifan, Ea).

Hukum mekanika menyatakan bahwa energi total (jumlah energi kinetik dan
energi potensial) suatu sistem harus konstan. Sebelum tumbukan, energi
potensial AB dengan C kecil, dan energi kinetik yang besar. Pada saat
tumbukan, energi kinetik sama dengan energi potensial, dan setelah terjadi
ikatan , energi potensial lebih besar dari energi kinetik.

139
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Pada saat terbentuknya ikatan baru (atom B dan C), masih terdapat ikatan
lama (atam A dengan B). Berarti pada saat itu, B mempunyai dua ikatan, yaitu
dengan A dan C.keadaan seperti itu hanya sesaat dan tidak setabil, maka
senyawa ABC disebut, keadaan transisi atau kompleks teraktivasi yang
mempunyai tingkat energi lebih tinggi daripada keadaan awal.

Terbentuknya ikatan baru (B dengan C) adalah akibat gaya Tarik antar atom
(energi potensial), dan pda proses ini akan melepaskan sejumlah energi.
Energi tersebut sebagian atau seluruhnya akan dipakai untuk memutuskan
ikatan lama (A dan B). selama proses pemutusan, terjadi tingkat penurunan
energi sistem, karena terbentuknya A dan BC yang energinya lebih rendah.

Dengan demikian, dalam suatu reaksi terdapat tiga keadaan, yaitu keadaan
awal (pereaksi), keadaan transisi, dan keadaan akhir (hasil reaksi). Keadaan
transisi energinya selalu lebih tinggi dari pada dua keadaan lain,tetapi
keadaan awal energinya dapat lebih tinggi atau lebih rendah dari pada
keadaan akhir. Bila energi keadaan awal lebih tinggi, reaksi menghasilkan
kalor atau eksotermik. Dan bila sebaliknya, reaksi adalah
endotermik.perbedaan tingkat energi pereaksi dengan kompleks teraktivasi
disebut energi aktivasi.

Energi aktivasi adalah besarnya perbedaan energi potensial pereaksi dengan


kompleks teraktivasi yang menunjukkan energi yang diperlukan untuk
membentuk kompleks teraktivasi.

Besarnya energi aktivasi (Ea) bergantung pada jenis reaksi.

Sebagai contoh adalah reaksi:

𝑁𝑂2 + 𝐶𝑂2 → 𝑁𝑂 + 𝐶𝑂2

140
Unit Pembelajaran
Laju Reaksi

Mempunyai kompleks teraktivasi (O = N – O – C = O), besarnya energi aktivasi


reaksi tersebut adalah perbedaan energi potensial dari kompleks teraktivasi
O=N-O-C=O dengan energi potensial dari NO2 dan CO2.

Hukum Arrhenius

Masalah yang ingin dipecahkan sekarang adalah pengaruh perubahan suhu


terhadap laju reaksi secara kuantitatif. Sebagai jawabannya, pada tahun 1887
van`t Hoff menemukan hubungan bahwa logaritma konstanta laju reaksi (k)
berbanding terbalik dengan suhu mutlak. Kemudian Arrhenius melanjutkan
gagasan itu dengan melakukan percobaan terhadap sejumlah reaksi. Pada
tahun 1889 iamengemukakan gagasannya dalam bentuk rumus

k = tetapan laju reaksi

A = tetapan Arrhenius yang harganya khas untuk setiap reaksi

Ea = energi pengaktifan

R = tetapan gas universal =0,0821 .atm/moloK atau8,314 Joule/mol K

T = suhu reaksi (K)

Setiap suhu naik 100C, laju reaksi menjadi dua kali lipatnya.

∆𝑡
𝑉 = 210 𝑉0

∆t = kenaikan suhu

141
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

c. Pengaruh Luas Permukaan

Pada saat zat-zat pereaksi bercampur, maka akan terjadi tumbukan antar
partikel pereaksi di permukaan zat. Laju reaksi dapat diperbesar dengan
memperluas permukaan bidang sentuh zat yang dilakukan dengan cara
memperkecil ukuran zat pereaksi.

Gambar 3. Tumbukan pada luas permukaan yang berbeda


Sumber: http://kimtikgroup4.blogspot.com/2015/05/ pengertian-laju-reaksi-laju-reaksi.html

Semakin luas permukaan bidang sentuh zat, semakin besar laju reaksinya,
seperti yang ditunjukkan oleh grafik hubungan luas permukaan dengan laju
reaksi.

142
Unit Pembelajaran
Laju Reaksi

Gambar 4. Pengaruh luas permukaan terhadap laju reaksi


Sumber:http://kimtikgroup4.blogspot.com/2015/05/ pengertian-laju-reaksi-laju-reaksi.html

d. Pengaruh Katalis

Reaksi yang berlangsung lambat dapat dipercepat dengan memberi zat lain
tanpa menambah konsentrasi pereaksi atau suhu. Zat tersebut disebut katalis.
Istilah ini mula-mula dipakai oleh Berzelius pada tahun 1835. Katalis
terkadang ikut terlibat dalam reaksi tetapi tidak mengalami perubahan
kimiawi yang permanen, dengan kata lain pada akhir reaksi katalis akan
dijumpai kembali dalam bentuk dan jumlah yang sama seperti sebelum reaksi.
Fungsi katalis adalah mempercepat reaksi dengan jalan membentuk kompleks
teraktivasi baru yang memiliki energi pengaktifan lebih rendah yang
membentuk tahap-tahap reaksi yang baru. Dengan menurunnya energi
pengaktifan maka pada suhu yang sama reaksi dapat berlangsung lebih cepat.

143
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Gambar 5. Energi pengaktifan berkurang dengan adanya katalis


Sumber: http://kimtikgroup4.blogspot.com/2015/05/ pengertian-laju-reaksi-laju-reaksi.html

Suatu reaksi yang menggunakan katalis disebut reaksi katalisis dan prosesnya
disebut katalisme. Katalis suatu reaksi biasanya dituliskan diatas tanda panah,
contohnya:

MnO
2KCl(g) 2 KCl(s) + 3O2(g)

aran
H2(g) + Cl2(g) 2HCl

Pt
2H2O2(l) 2H2O(l) + O2(g)

144
Unit Pembelajaran
Laju Reaksi

Sifat katalis:

1) Katalis tidak bereaksi secara permanen, karena terbukti tidak


mengalami perubahan kimia selama reaksi

2) Jumlah katalis yang diperlukan dalam reaksi sangat sedikit, contohnya


dalam penguraian 10 liter H2O2 menjadi H2O dan O2 hanya diperlukan
1 gram Pt

3) Katalis tidak mempengaruhi hasil akhir reaksi

4) Katalis tidak memulai suatu reaksi tetapi hanya mempengaruhi lajunya

5) Katalis bekerja efektif pada suhu optimum, artinya diatas atau dibawah
suhu tersebut kerja katalis berkurang.

6) Sifat katalis spesifik hanya mempengaruhi laju reaksi tertentu. Berarti


suatu katalis mempengaruhi laju reaksi satu atau sejenis reaksi, dan
tidak dapat untuk reaksi jenis lain.

Contoh:

Reaksi yang terjadi pada senyawa alkohol yang menggunakan katalis berbeda
akan menghasilkan jenis reaksi yang bereda pula.

Al2O
C2H5OH(g) C2H4(g) + H2O(g)

Cu
C2H5OH(g) CH3CHO(g) + H2O(g)

7) Keaktifan katalis dapat diperbesar oleh zat lain yang disebut promotor
(pemercepat katalis)

145
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Contoh:
FeSO4
S2O3(aq) + 2I-(aq) I2(s) + 2SO42-(aq)

Reaksi dengan Katalis FeSO4 dapat dipercepat oleh adanya CUSO4 sebagai
promotor.

8) Hasil suatu reaksi kadang-kadang dapat bertindak sebagai katalis, dan


zat itu disebut otokatalis, contohnya:

CH3COOH
CH3COOH3+ H2O CH3COOH+ H3OH

As
2AsH3 2 As + 3H2

CH3COOH3 dan As dapat bertindak sebagai otokatalis reaksinya masing-


masing.

9) Katalis dapat diracuni oleh zat lain sehingga sifat katalisnya hilang,
contohnya:

Reaksi Katalis Racun Katalis

2H2 + O2 2H2O Pt CO, H2S, dan CS2

C4H4 + H2 C6H6 Cu CO dan Hg

146
Unit Pembelajaran
Laju Reaksi

10) Katalis yang memperlambat reaksi disebut katalis negatif atau inhibitor,
contohnya:

Reaksi Katalis Negatif

2H2 + O2 2H2O I2 dan CO

2H4SO3 + O2(udara) H2SO4 Benzena dan SnCl2

11) Katalis untuk reaksi senyawa organik dalam organisme disebut enzim,
yang dapat mempercepat reaksi 105 – 1020 kali, contoh ureasa

ureasa
CO(NH2)2+ H2O 2NH3 + CO2

Sifat enzim bekerja efektif pada suhu dan pH tertentu, yang masing-masing
disebut suhu optimum dan pH optimum

Penggolongan Katalis

Katalis dapat dibagi berdasarkan dua tipe dasar, yaitu katalisis heterogen dan
katalisis homogen. Didalam reaksi katalisis heterogen, katalis berada dalam
fasa yang berbeda dengan reaktan sedangkan reaksi katalisis homogen, katalis
berada dalam fasa yang sama dengan reaktan.

147
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

1) Katalisis Homogen, ialah katalis yang mempunyai fasa sama dengan


pereaksi, mungkin gas, cair atau padat

▪ Dalam fasa gas contohnya:

NO
2SO2 + O2 2SO3

NO
2CO + O2 2CO2

I2
CH3COOH CH4+ CO

▪ Dalam fasa larutan contohnya:

H+
C12H22O11+ H2O C6H12O6+ C6H12O6 + O2
selulosa glukosa fruktosa

H+
CH3COOC2H5+ H2O CH3COOH+ C2H5OH

2) Katalisis Heterogen ialah katalis yang mempunyai fasa berbeda dengan


pereaksi. Umumnya katalis ini berupa zat padat dan pereaksinya cair atau
gas, contohnya
Fe(s)

N2(g) + 3H2(g) 2NH3(g)


Promotor Mo

148
Unit Pembelajaran
Laju Reaksi

Pt(s)

2SO2(g) + O3(g) 2SO3(g)

Au(s)
2N2O(g) 2N2(g) + O2

glas(s)

C4H4 + Br2(g) C4H4Br2(g)

Pertanyaan mendasar yang muncul dalam reaksi katalis adalah bagaimana


caranya katalis mengubah laju reaksi? Jawaban yang pasti belum ditemukan,
maka secara umum dapat diterangkan dengan teori katalis, yang disebut teori
senyawa antara dan teori adsorpsi.

Menurut teori senyawa antara, pereaksi dan katalis membentuk senyawa yang
bersifat sementara dan disebut senyawa antara. Berdasarkan teori ini, katalis
mengubah mekanisme reaksi sehingga sekaligus mengubah laju reaksi. Teori
ini umumnya dapat menjelaskan katalis homogen yang bersifat fasa gas,
misalkan reaksi:

AB + C → A+ BC

Mekanisme tanpa katalis:

AB + C → ABC (lambat)

ABC → A+ BC (cepat)

Mekanisme dengan katalis (K)

AB + K → ABK (cepat)

ABC → A+ BC (cepat)

ABK + C → BC + K (cepat)

149
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Ketiga tahap reaksi dengan katalis adalah cepat, maka reaksi total menjadi
cepat juga. Ditinjau dari tingkat energinya, kompleks teraktivasi ABK
mempunyai energi pengaktifan lebih rendah daripada kompleks teraktivasi
ABC. Akibatnya, katalis menurunkan batas energi minimum pereaksi sehingga
jumlah molekul yang memenuhi syarat menjadi lebih besar.

Berikutnya, teori katalis yang kedua adalah teori tumbukan. Teori ini berlaku
untuk kalatis dengan fasa padatan. Diketahui bahwa padatan mempunyai
permukaan yang luas. Jika katalis berfasa padat, maka ia dapat menyerap
molekul pereaksi pada permukaannya sehingga akan bereaksi dengan mudah.
Sebagai contoh penguraian (disosiasi) H2 menjadi 2H oleh serbuk platina atau
nikel.

1. Mekanisme Reaksi

Telah dijelaskan sebelumnya bahwa tidak selalu ada hubungan antara


kemolekulan dengan orde reaksi. Jadi tidak ada hubungan persamaan laju
reaksi dengan persamaan reaksi. Hal ini adalah pernyataan yang belum
dijawab dan akan dibahas kemudian.

Suatu reaksi tidak langsung terjadi dari pereaksi menjadi hasil reaksi, tetapi
melalui tahap-tahap reaksi yang lebih kecil (reaksi dasar). Misalnya untuk
reaksi:

AB + CD → AC + BD

AB dan CD adalah keadaan awal, sedangkan AC dan BD adalah keadaan akhir.


Dalam reaksi ini terjadi pemutusan ikatan A–B dan C–D, dan kemudian
terbentuk ikatan A–C dan B–D. Proses ini tidak serentak, dapat melalui
beberapa tahap, misalkan:

150
Unit Pembelajaran
Laju Reaksi

Tahap 1 (cepat) : 𝐴𝐵 → 𝐴 + 𝐵

Tahap 2 (lambat) : 𝐴 + 𝐶𝐷 → 𝐴𝐶𝐷

Tahap 3 (cepat) : 𝐴𝐶𝐷 → 𝐴𝐶 + 𝐷

Tahap 4 (cepat) : 𝐵 + 𝐷 → 𝐵𝐷

Keempat tahap itu disebut mekanisme reaksi.

Mekanisme reaksi adalah urutan reaksi dasar yang dilalui oleh pereaksi sampai
hasil reaksi

Perlu diingat bahwa setiap tahap mempunyai laju tertentu. Misalkan tahap 1,
3, dan 4 adalah cepat, sedangkan tahap 2 adalah lambat.

Tahap yang paling lambat, yaitu tahap 2, disebut tahap penentu laju reaksi,
karena tahap ini merupakan penghalang untuk laju reaksi secara keseluruhan.
Artinya tidak ada pengaruh keniakan laju tahap 1, 3 dan 4 terhadap reaksi
total.

Laju reaksi tahap 2 bergantung pada konsentrasi A dan CD

r2 ∞ [A][B]

Zat A bukanlah pereaksi, melainkan hasil sementara dari reaksi tahap


1. Akibatnya, konsentrasi A cukup besar karena laju tahap 1 cepat.
Dengan kata lain, laju reaksi hanya bergantung pada konsentrasi CD.

r2 ∞ [CD]

Laju reaksi tahap 2 ini akan sama dengan laju reaksi total:

r = k[CD] (orde satu)

Artinya, laju reaksi bertambah besar bila konsentrasi CD diperbesar,


dan laju akan tetap bila konsetrasi AB ditambah.

151
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

2. Orde Reaksi

Orde suatu reaksi ialah jumlah semua eksponen (dari konsentrasi dalam
persamaan laju. Orde reaksi juga menyatakan besarnya pengaruh konsentrasi
reaktan (pereaksi) terhadap laju reaksi.

Jika laju suatu reaksi berbanding lurus dengan pangkat satu konsentrasi dari
hanya satu pereaksi.

Laju = k [A]

Maka reaksi itu dikatakan sebagai reaksi orde pertama. Penguraian N2O5
merupakan suatu contoh reaksi orde pertama. Jika laju reaksi itu berbanding
lurus dengan pangkat dua suatu pereaksi,

Laju = k[A]2

Atau berbanding lurus dengan pangkat satu konsentrasi dari dua pereaksi,

Laju = k [A][B]

Maka reaksi itu disebut reaksi orde kedua. Dapat juga disebut orde terhadap
masing-masing pereaksi. Misalnya dalam persamaan terakhir itu adalah orde
pertama dalam A dan orde pertama dalam B, atau orde kedua secara
keseluruhan. Suatu reaksi dapat berorde ketiga atau mungkin lebih tinggi lagi,
tetapi hal-hal semacam itu sangat jarang. Dalam reaksi yang rumit, laju itu
mungkin berorde pecahan, misalnya orde pertama dalam A dan orde 0,5 dalam
B atau berorde 1,5 secara keseluruhan.

Suatu reaksi dapat tak tergantung pada konsentrasi suatu pereaksi.


Perhatikan reaksi umum, yang ternyata berorde pertama dalam A. Jika
kenaikan konsentrasi B tidak menaikkan laju reaksi, maka reaksi itu disebut
orde nol terhadap B. Ini bisa diungkapkan sebagai :

Laju = k[A][B]0 = k[A]

152
Unit Pembelajaran
Laju Reaksi

Dalam penguraian N2O5 dan NO2, koefisien untuk pereaksi dalam masing-
masing persamaan stoikiometri adalah 2 tetapi reaksi pertama bersifat orde
pertama dalam N2O5 dan yang kedua berorde kedua dalam NO2. Seperti
dilukiskan oleh contoh.

Contoh:

Perhatikan reaksi umum :

2A + 2B → 2AB

dan data eksperimen berikut:

Eksperimen [A] [B] Laju mL.L-1s-1

1 0.50 0.50 1.6 x 10-4

2 0.50 1.00 3.2 x 10-4

3 1.00 1.00 3.2 x 10-4

Tulislah persamaan laju yang paling mungkin untuk reaksi ini:

Jawaban :

Dengan membandingkan data dalam eksperimen 2 dengan data eksperimen 1,


akan terlihat bahwa bila konsentrasi B2 naik dua kali , maka laju reaksi naik
dua kali juga. Jadi reaksi itu berorde pertama dalam B2. Dengan
membandingkan data dalam eksperimen 3 dengan data eksperimen 2, akan
terlihat bahwa bila konsentrasi A naik dua kali maka laju tidak berubah.

153
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Jadi reaksi itu berorde nol untuk A. Maka persamaan laju yang paling mungkin
adalah:

Laju = k[A]°[B2]

atau

Laju = k[B2]

Suatu pereaksi malahan dapat tidak muncul dalam persamaan laju suatu
reaksi. Orde suatu reaksi diberikan hanya atas dasar penetapan eksperimental
dan sekedar memberi informasi mengenai cara laju itu bergantung pada
konsentrasi pereaksi-pereaksi tertentu. Ramalan teoritis mengenai orde-orde
(dari) reaksi-reaksi yang kurang dikenal jarang berhasil.

Misalnya mengetahui bahwa reaksi antara H2 dan I2 adalah orde kedua


mungkin akan diperkirakan bahwa reaksi antara H2 dan Br2 juga akan
berorde-kedua. Ternyata tidak, malahan reaksi ini mempunyai persamaan laju
yang lebih rumit.

Menentukan Orde reaksi

Jika tahap reaksi dapat diamati, orde adalah koefisien pada tahap reaksi yang
berjalan lambat.
Contoh :

Reaksi 4HBr + O2 → 2H2O + 2Br2

Berlangsung dalam tahapan sebagai berikut :

1) HBr + O2→ HBr2O (lambat)


2) HBr + HBr2O → 2HBrO (cepat)
3) 2HBr + 2HBr) → 2H2O + 2Br2 (cepat)

154
Unit Pembelajaran
Laju Reaksi

Maka orde reaksi ditentukan oleh reaksi (1). Persamaan laju reaksi,
V = [HBr] [O2]. Orde reaksi total (lihat koefisien reaksi) = 1 + 1 = 2.

Jika tahap reaksi tidak bisa diamati, orde reaksi ditentukan melalu
eksperimen, kosentrasi salah satu zat tetap dan kosentrasi zat lain berubah.
Contoh:

Reaksi : P + Q + R → X + Y

diperoleh data percobaan sebagai berikut :

[P] [Q] [R] Waktu

1. 0.1 0.1 0.2 6 menit

2. 0.1 0.1 0.3 6 menit

3. 0.2 0.1 0.2 3 menit

4. 0.1 0.2 0.2 3 menit

5. 0.1 0.3 0.2 2 menit

Orde reaksi terhadap P, dicari dengan melihat konsentrasi [Q] dan [R] yang
tetap. Dari data (1) dan (3) dari konsentrasi [Q] dan [R] tetap, [P] dinaikkan
dua kali.

Jadi reaksi berlangsung 2 kali lebih cepat.

2m = 2 → m = 1

155
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

• Orde reaksi terhadap Q, lihat konsentrasi [P] dan [R] yang tetap yakni
sebagai berikut.

Data (4) dan (5) o 1,5 kali lebih cepat

Data (1) dan (4) o 2 kali lebih cepat

Data (1) dan (5) o 3 kali lebih cepat

Ingat : orde reaksi ditentukan oleh tahap reaksi yang paling lambat 1,5n = 1,5

n=1

• Orde reaksi terhadap R, lihat konsentrasi [P] dan [Q] tetap yakni
data (1) dan (2).

Konsentrasi R dinaikkan 1,5 kali, ternyata reaksi berlangsung


sama cepat.1,5x = 1 x = 0 Maka persamaan laju reaksinya sebagai
berikut:

V = k[P] [Q]

156
Unit Pembelajaran
Laju Reaksi

Bahan Bacaan 2. Kesetimbangan Kimia

Keadaan Kesetimbangan
Keadaan setimbang atau reaksi kesetimbangan merupakan kecepatan
reaksi ke kanan dan ke kiri adalah sama. Ada dua sistem kesetimbangan, yaitu
kesetimbangan statis dan kesetimbangan dinamis. Keadaan setimbang antara
sistem dengan lingkungan yang ditandai dengan kesamaan gaya, suhu, atau
potensial listrik disebut kesetimbangan statis karena pada keadaan tersebut
tidak terjadi perpindahan materi antara sistem dengan llingkungan. Pada
materi ini akan dibahas kesetimbangan yang terjadi di dalam sistem itu sendiri
dan bukan sistem dengan lingkungan. Keadaan tersebut disebut
kesetimbangan dinamis, karena di dalam sistem terus menerus berlangsung
perubahan.

Kesetimbangan dinamis dapat terjadi dalam peristiwa fisika dan kimia.


Kesetimbangan fasa adalah contoh kesetimbangan dinamis dalam fisika,
seperti antara air dan uap air pada suhu 100oC dan tekanan 1 atm. Pada saat
itu jumlah molekul air menjadi uap (gas) sama dengan jumlah uap air menjadi
cair . Keadaan ini dapat dituliskan sebagai berikut:

𝐻2 𝑂 (𝑙) ↔ 𝐻2 𝑂 (𝑔) (100°𝐶, 1 atm)

Akibatnya, jumlah molekul air dan uap air dalam kesetimbangan dapat
dikatakan konstan, tetapi kedua perubahan tersebut berlangsung terus
menerus.

157
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Uap air

100oC
----------------------------------
---
----------------------------------
---
----------------------------------
air
---
----------------------------------
---
----------------------------------
---
----------------------------------
---

Gambar 6. Kesetimbangan air dan uap air

Pada umumnya ketika suatu reaksi kimia berlangsung, laju reaksi berkurang
dan konsentrasi pereaksi pun berkurang. Dalam banyak hal, setelah waktu
tertentu reaksi dapat berkesudahan, yaitu semua pereaksi habis bereaksi.
Namun banyak reaksi tidak berkesudahan dan pada kondisi tertentu,
konsentrasi pereaksi dan produk reaksi menjadi tetap. Reaksi demikian
disebut reaksi reversibel dan mencapai kesetimbangan. Pada reaksi semacam
ini produk reaksi yang terjadi bereaksi membentuk kembali pereaksi. Ketika
reaksi berlangsung laju reaksi ke depan (ke kanan), sedangkan laju reaksi
sebaliknya bertambah, sebab konsentrasi pereaksi berkurang dan konsentrasi
produk reaksi bertambah.

158
Unit Pembelajaran
Laju Reaksi

Dengan demikian laju reaksi terukur dari reaksi ke depan terus berkurang
menjadi nol, pada saat laju reaksi ke kanan dan laju reaksi sebaliknya menjadi
sama. Jika hal ini terjadi peraksi dan produk reaksi berada dalam suatu
keadaan yang disebut kesetimbangan dinamis. Sebagai contoh:

A+B C+D

Bagaimana reaksi ini bisa mencapai keadaan tersebut? Anggap saja dimulai
dengan A dan B.

Pada awal reaksi, konsentrasi A dan B pada mula-mula ada pada titik
maksimum, dan itu berarti kecepatan reaksi juga ada pada titik maksimum.

Gambar 7. Hubungan laju reaksi dan waktu terhadap laju pengurangan

Seiring berjalannya waktu, A dan B bereaksi dan konsentrasinya berkurang.


Ini berarti, jumlah partikelnya berkurang dan kesempatan bagi partikel A dan
B untuk saling bertumbukan dan bereaksi berkurang yang menyebabkan
kecepatan reaksi juga berangsurangsur berkurang.

Pada awalnya tidak ada C dan D sama sekali sehingga tidak mungkin ada reaksi
di antara keduanya. Sejalan dengan waktu, konsentrasi C dan D bertambah
banyak dan keduanya menjadi mudah bertumbukan dan bereaksi.

159
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Dengan berlangsungnya waktu, kecepatan reaksi antara C dan D pun


bertambah.

Gambar 8. Hubungan laju reaksi dan waktu terhadap laju pembentukan

Akhirnya, kecepatan reaksi antara keduanya mencapai titik yang sama di


mana kecepatan reaksi A dan B berubah menjadi C dan D sama dengan
kecepatan reaksi C dan D berubah menjadi A dan B kembali.

Gambar 9. Hubungan laju reaksi dan waktu terhadap laju dua reaksi yang sama

Pada saat ini, tidak akan ada lagi perubahan pada jumlah A, B, C, D di dalam
campuran. Begitu ada partikel yang berubah, partikel tersebut terbentuk
kembali berkat adanya reaksi bolak- balik. Pada saat inilah reaksi mencapai
kesetimbangan kimia.

160
Unit Pembelajaran
Laju Reaksi

Dengan cara lain dapat digambarkan, dalam kesetimbangan ini terjadi reaksi
A dan B (tidak harus dalam jumlah yang sama) menjadi C dan D, dan pada saat
yang sama C dan D bereaksi menjadi A dan B di mana kecepatan rekasi ke
kanan sama dengan kecepatan reaksi ke kiri. Akibatnya, keempat zat dalam
sistem itu jumlahnya mendekati konstan (gambar 10).

AC AD BC

BC BD AD

AD AC BD

BD BC

AC AD BC

Gambar 10. Kesetimbangan kimia

Bila hasil pengukuran itu digambarkan dalam sebuah grafik konsentrasi


sebagai fungsi dari waktu maka akan tampak gambar sebagai berikut:

Gambar 11. Perubahan konsentrasi terhadap waktu

Penurunan konsentrasi A dan B mula-mula terjadi dengan cepat, makin


lama semakin lambat sampai pada akhirnya konstan. Sebaliknya yang
terjadi pada produk zat C dan D.

161
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Pada awal reaksi konsentrasinya = 0, kemudian bertambah dengan cepat tapi


makin lama semakin lambat sampai akhirnya menjadi konstan. Pada waktu t
= t~ konsentrasi masing-masing zat A, B, C, dan D menjadi konstan, yang
berarti bahwa laju reaksi kekiri = laju reaksi kekanan.

Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat empat aspek dasar keadaan


kesetimbangan, yaitu :

a. Keadaan kesetimbangan tidak menunjukkan perubahan makroskopik


yang nyata
b. Keadaan kesetimbangan dicapai melalui proses yang berlangsung
spontan
c. Keadaan kesetimbangan menunjukkan keseimbangan dinamik antara
proses maju atau balik
d. Keadaan kesetimbangan adalah sama walaupun arah pendekatannya
berbeda

Mengingat peranan kesetimbangan dalam reaksi kimia, maka studi tentang


kesetimbangan sangat penting. Banyak campuran yang terdapat di alam
berupa kesetimbangan antara satu komponen dengan komponen yang lain.
Oleh karena itu, konsep dan hukum kesetimbangan serta segala
perhitungannya perlu dipahami.

1. Konstanta Kesetimbangan
Kembali ke suatu keadaan kesetimbangan dinamis yang digambarkan dengan
persamaan reaksi berikut:

I
AB + CD AC + BD
II

162
Unit Pembelajaran
Laju Reaksi

Pada mulanya hanya hanya ada pereaksi AB dan CD, sedangkan hasil reaksi
(produk) AC dan BD adalah nol. Selama reaksi berlangsung, jumlah pereaksi
berkurang dan hasil reaksi terbentuk dan bertambah. Akhirnya dicapai
kesetimbangan sehingga jumlah pereaksi dan hasil reaksi menjadi konstan.

I Laju berkurang
Konsentrasi (M)

CD I = II

II Laju bertambah

H
waktu

Gambar 12. Hubungan antara kecepatan reaksi arah kanan (I) dan kiri (II) dengan waktu

P = pereaksi (AB dan CD)

H = hasil reaksi

Pada mulanya laju reaksi I maksimum, sedangkan laju reaksi II adalah nol.
Kemudian laju I makin berkurang dan laju II makin bertambah, dan akhirnya
sama setelah tercapai kesetimbangan

Pada keadaan sistem yang setimbang, jumlah zat pereaksi dan hasil reaksi
pada keadaan setimbang adalah konstan, sehingga perbandingannya juga
akan konstan. Bagaimana bentuk perbandingan itu bergantung pada suhu dan
jenis kesetimbangan. Berikut ini adalah contoh reaksi:

H2(g) + I2(g) 2HI(g)

N2(g) + 3H2(g) 2NH3(g)

163
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Perbandingan jumlah zat hasil reaksi dan pereaksi kedua reaksi pada keadaan
setimbang. Berikut ini adalah contoh data hasil percobaan di laboratorium:

Tabel 2. Konsentrasi (mol/L) H2, I2, dan HI dalam kesetimbangan pada suhu
425,4 oC

[HI]2
Percobaan [H2] [H2] [HI]
[H2 ] [I2 ]

1 0,001831 0,003129 0,01767 54,5

2 0,003560 0,001250 0,01559 54,6

3 0,004505 0,0007378 0,01354 54,4

4 0,0004789 0,0004789 0,003531 54,5

5 0,001141 0,001141 0,008410 54,30

Rata-rata 54,44

Tabel 3. Konsentrasi (mol/L) N2, H2, dan NH3 dalam kesetimbangan pada
suhu 500oC

[NH3]2
Percobaan [N2] [H2] [NH3]
[N2 ][H2 ]3

1 0,150 0,750 0,0123 0,0598

2 0,500 1,00 0,0866 0,0600

3 1,35 1,15 0,4120 0,0600

4 2,43 1,85 1,270 0,0680

5 1,47 0,750 0,370 0,0593

Rata-rata 0,05998

164
Unit Pembelajaran
Laju Reaksi

Setelah dicoba berbagai cara untuk mendapatkan perbandingan yang konstan


(mendekati konstan), akhirnya didapatkan data seperti pada tabel, yaitu:

[𝐇𝐈]𝟐
= 𝟓𝟒, 𝟓𝟓
[𝐇𝟐 ] [𝐈𝟐 ]

𝐝𝐚𝐧

[𝐍𝐇𝟑 ]𝟐
= 𝟎, 𝟎𝟓𝟗𝟗𝟖
[𝐍𝟐 ][𝐇𝟐 ]𝟑

Nilai 54,55 dan 0,05998 tersebut disebut konstanta kesetimbangan. Walaupun


konstanta itu hasil coba-coba, tetapi menunjukkan suatu keteraturan.
Koefisien reaksi setiap komponen merupakan pangkat dari konsentrasi
komponen tersebut. Dengan demikian secara umum dapat dirumuskan bahwa
konstanta kesetimbangan.

aAB + bBD ↔ cAC + dBD

adalah

[𝐀𝐂]𝒄 [𝐁𝐃]𝒅
𝑲𝒄 =
[𝐀𝐁]𝒂 𝐂𝐃]𝒃

Kc disebut konstanta kesetimbangan konsentrasi, karena banyaknya zat


dinyatakan dalam konsentrasi. Jadi, dalam kesetimbangan kimia terdapat
hubungan antara konstanta kesetimbangan dengan persamaan reaksi yang
disebut Hukum Kesetimbangan:

Konstanta kesetimbangan konsentrasi adalah hasil perkalian konsentrasi zat


hasil reaksi dibagi denganperkalian konsentrasi zat pereaksi, dan masing-
masing dipangkatkan dengan koefisien reaksinya.

Konstanta kesetimbangan dapat mempunyai harga yang sangat besar atau


sangat kecil.

165
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Bila konstanta kesetimbangan (Kc) kecil (Kc < 1), berarti bahwa pada keadaan
kesetimbangan konsentrasi dari produk adalah kecil, sehingga konstanta
kesetimbangan yang kecil menunjukkan reaksi bolak-balik tidak berlangsung
dengan baik. Misalnya jika reaksi :

A(g) + B(g) ↔ C(g) + D(g)

dengan Kc = 10-5 berarti bahwa campuran A dan B tidak banyak menghasilkan


C dan D pada kesetimbangan.

Bila konstanta kesetimbangan besar (Kc > 1) berarti bahwa konsentrasi


reaktan yang tinggal pada kesetimbangan adalah kecil, sehingga harga
konstanta kesetimbangan yang besar menunjukkan bahwa reaksi berlangsung
ke kanan dengan baik. Misalnya untuk reaksi :

E(g) + F(g) ↔ G(g) + H(g)

Dengan harga Kc = 105 berarti campuran E dan F akan berubah hampir


sempurna menjadi G dan H.

Untuk kesetimbangan gas (pereaksi dan hasil reaksinya berwujud gas),


campuran beberapa gas dalam wadah yang sama mempunyai volume, tekanan
dan suhu yang sama, maka jumlah partikel masing-masing komponen setara
dengan jumlah molnya. Karena tekanan parsial setara dengan jumlah molnya,
maka dalam keadaan gas dikenal konstanta kesetimbangan tekanan (Kp).

Cara menentukan nilai Kp sama dengan Kc, contoh untuk kesetimbangan:

aAB (g) + bCD(g) ↔ cAC(g) + dBD(g)

𝑷𝒄𝑨𝑪 × 𝑷𝒅𝑩𝑫
𝐊𝐩 = 𝒂
𝑷𝑨𝑩 × 𝑷𝒃𝑪𝑫

Dengan demikian, konstanta kesetimbangan dapat dinyatakan dengan Kc


atau Kp, tergantung pada keadaan atau kebutuhannya.

166
Unit Pembelajaran
Laju Reaksi

2. Macam-Macam Kesetimbangan
Kesetimbangan kimia ada yang homogen dan heterogen.

a. Kesetimbangan dalam sistem homogen


• Kesetimbangan dalam sistem gas-gas.
Contoh : 2SO2(g) + O2(g) ↔ 2SO3(g)
• Kesetimbangan dalam sistem larutan-larutan.
Contoh : NH4OH(aq) ↔ NH4+(aq) + OH- (aq)

b. Kesetimbangan dalam sistem heterogen.


• Kesetimbangan dalam sistem padat gas.
Contoh : CaCO3(s) ↔ CaO(s) + CO2(g)
• Kesetimbangan sistem padat larutan
Contoh : BaSO4(s) ↔ Ba2+(aq)+ SO42- (aq)
• Kesetimbangan dalam sistem larutan padat gas
Contoh : Ca(HCO3)2(aq) ↔ CaCO3(s) + H2O(l) + CO2(g)

Cara menentukan konstanta kesetimbangan heterogen sedikit berbeda dari


yang homogen. Misalnya untuk kesetimbangan dalam sistem padat gas pada:

CaCO3(s) ↔ CaO(s) + CO2(g)

Konstanta kesetimbangan sementara adalah:

[𝑪𝒂𝑶][𝑪𝑶𝟐 ]
𝑲′ 𝒄 =
[𝐂𝐚𝐂𝐎𝟑 ]

167
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Kesetimbangan ini dapat dijelaskan pada gambar berikut:

Uap air

CaO(s) dan
CaCO3(s)

Gambar 13. Sistem kesetimbangan CaCO3(s) ↔ CaO(s) + CO2(g)

Sistem tersebut mengandung zat padat dan gas dalam ruang tertutup. Zat
padat, yaitu CaCO3 dan CaO, akan jatuh ke dasar bejana, sedangkan molekul
gas CO2selalu bergerak dan mengisi semua ruangan bejana. Karena sistem
berada dalam keadaan kesetimbangan, maka selalu terjadi reaksi bolak-balik
antara CaCO3, CaO dan CO2, walaupun jumlah zat ini mendekati konstan. Jika
semua zat padatnya diambil maka hilanglah kesetimbangannya, karena sistem
hanya mengandung CO2. Jadi kesetimbangan masih mungkin berlangsung bila
masih tersedia zat padat CaCO3 dan CaO dalam bejana, baik jumlahnya banyak
ataupun sedikit.

Sekiranya CaCO3 dan CaO ditambah atau dikurangi, kesetimbangan tidak akan
dipengaruhi. Buktinya jumlah CO2 dalam ruangan akan selalu konstan. Tetapi,
bila jumlah CO2dalam ruangan ditambah, terjadilah pergeseran ke arah CaCO3,
supaya jumlah CO2 konstan kembali. Sebaliknya, jika jumlah CO2 dikurangi,
CaCO3 akan terurai menjadi dan CaO sampai CO2 konstan kembali. Jadi,
ternyata jumlah zat padat dalam kesetimbangan keterogen tidak
mempengaruhi kesetimbangan. Oleh karena itu, konsentrasi zat padat dapat
dianggap konstan, seperti rumus berikut.

168
Unit Pembelajaran
Laju Reaksi

[𝑪𝒂𝑶]
= 𝒌𝒐𝒏𝒔𝒕𝒂𝒏
[𝐂𝐚𝐂𝐎𝟑 ]

Sehingga

[𝐂𝐚𝐂𝐎𝟑 ]
𝑲′ 𝒄 × = [𝑪𝑶𝟐 ]
[𝑪𝒂𝑶]

𝑲𝒄 = [𝑪𝑶𝟐 ]

Maka dapat disimpulkan, dalam suatu kesetimbangan heterogen, konstanta


kesetimbangan merupakan hasil perkalian konsentrasi zat hasil reaksi dalam
wujud gas dibagi dengan hasil perkalian konsentrasi pereaksi yang berupa gas,
dan masing-masing dipangkatkan dengan koefisiennya.

Selain kesetimbangan homogen dan heterogen, jenis kesetimbangan kimia


yang lain yaitu kesetimbangan disosiasi. Penguraian senyawa menjadi lebih
sederhana disebut reaksi disosiasi. Jika reaksi disosiasi dapat balik, maka
terbentuklah kesetimbangan disosiasi. Sebagai contoh:

COCl2(g) CO(g) + Cl2(g)

N2O4(g) 2NO2(g)

NH4Cl (g) NH3(g) + HCl


(g)
2HI (g) H2(g) + I2(g)

2NH3(g) 3H2(g) + N2(g)

2SO3(g) 2SO2(g) + O2(g)

169
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Reaksi disosiasi mengandung satu jenis peraksi, sedangkan hasil reaksinya


dapat menjadi satu, dua, atau tiga senyawa atau unsur.

Kesetimbangan disosiasi dapat terjadi bila pada awalnya sistem mengandung


pereaksi, dan kemudian terurai menjadi hasil reaksi. Dalam sistem masih
terdapat pereaksi karena hanya sebagian saja yang terdisosiasi (terurai).
Bagian yang terdisosiasi ini disebut derajat disosiasi (α).

𝒋𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒎𝒐𝒍 𝒑𝒆𝒓𝒆𝒂𝒌𝒔𝒊 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒕𝒆𝒓𝒅𝒊𝒔𝒐𝒔𝒊𝒂𝒔𝒊


𝛂=
𝒋𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒎𝒐𝒍 𝒑𝒆𝒓𝒆𝒂𝒌𝒔𝒊 𝒎𝒖𝒍𝒂 − 𝒎𝒖𝒍𝒂

Nilai α berada antara 0 dan 1. Jika α = 0 maka pereaksi tidak terurai sama
sekali, dan α =1 bila pereaksi terurai sempurna.

Contoh 1

Kesetimbangan AB A+B

mengandung [AB] = 0,2 M, [A] = [B] = 0,05 M.

Tentukan derajat disosiasinya.

Jawab

AB A + B
0,05 M 0,05M 0,05M
[AB] yang terurai = 0,05 M
[AB] mula-mula = (0,2 + 0,05) M = 0,25 M

[𝐀𝐁] 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐭𝐞𝐫𝐮𝐫𝐚𝐢 𝟎, 𝟎𝟓


𝛂= = = 𝟎, 𝟐
[𝐀𝐁] 𝐦𝐮𝐥𝐚 − 𝐦𝐮𝐥𝐚 𝟎, 𝟐𝟓

170
Unit Pembelajaran
Laju Reaksi

Contoh 2

Pada suhu tertentu, 0,2 mol gas A3B dipanaskan dalam ruangan 1 | sehingga
terjadi kesetimbangan A3B ↔ 3A + B.

Dalam sistem terdapat 0,09 mol A3B dan 0,03 mol A. Tentukan derajat
disosiasi.

Jawab

A3B ↔ 3A + B
0,01 0,03

A3B yang terurai = 0,01mol


A3B mula-mula = 0,09 + 0,01 = 0,10

𝐀 𝟑 𝐁 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐭𝐞𝐫𝐮𝐫𝐚𝐢 𝟎, 𝟎𝟏
𝛂= = = 𝟎, 𝟏𝟎
𝐀 𝟑 𝐁 𝐦𝐮𝐥𝐚 − 𝐦𝐮𝐥𝐚 𝟎, 𝟏𝟎

Kesetimbangan disosiasi mempunyai nilai α dan K tertentu pada suatu suhu,


dan keduanya saling berhubungan. Hubungan itu bergantung pada jenis
reaksinya. Konsetrasi komponen dapat dicari dari α dan persamaan reaksinya.
Jika dimaksimalkan pereaksi mula-mula = n mol, dan derajat disosiasi = α,
maka pereaksi yang tinggal = n(1 – α) mol. Jumlah mol zat hasil reaksi
bergantung pada α dan koefisien reaksinya. Contohnya, kesetimbangan

A2B ↔ 2A + B
n(1 – α) 2nα cα

Hal ini menunjukan bahwa bila A2B mula–mula n mol, maka dalam
kesetimbangan terdapat n(1 – α) mol A2B, 2nα mol A, dan nα mol B.

171
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Karena ketiga zat berada dalam satu wadah maka volumenya sama.
Akibatnya, perbandingan mol zat setara dengan perbandingan
konsentrasinya. Jika konsentrasi A2B mula-mula sebesar c, maka:

A2B ↔ 2A + B
c(1 – α) 2nα cα

dengan demikian

[𝐀]𝟐 [𝐁] [𝟐𝐜𝛂]𝟐 [𝐜𝛂]


Kc = =
[𝐀𝟐 𝐁] 𝐜[𝟏− 𝛂]

𝟒𝐜 𝟐 𝛂𝟐
= 𝟏− 𝛂

3. Hukum Kesetimbangan

Hukum Guldberg dan Wange

Pada sub bagian Konstanta Kesetimbangan telah dijelaskan bahwa keadaan


kesetimbangan pada suhu tetap, konstanta kesetimbangan konsentrasi adalah
hasil perkalian konsentrasi zat hasil reaksi dibagi denganperkalian konsentrasi
zat pereaksi, dan masing-masing dipangkatkan dengna koefisien reaksinya.
Pernyataan tersebut dirumuskan oleh Guldberg dan Wange yang disebut
dengan Hukum Kesetimbangan.

Untuk reaksi kesetimbangan :

aA+bB↔ cC+dD
maka:

Kc = (C)c x (D)d / (A)a x (B)b

172
Unit Pembelajaran
Laju Reaksi

Kc adalah konstanta kesetimbangan yang harganya tetap selama suhu tetap.

Contoh 2:

Dalam ruang 2 L pada suhu t ºC direaksikan 0,7 mol gas N2 dan 1 mol gas H2.
pada saat kesetimbangan dalam ruang terdapat 0,4 mol gasNH3. tentukan
harga Kc pada suhu tersebut !

173
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam reaksi kesetimbangan,


diantaranya:

• Jika zat-zat terdapat dalam kesetimbangan berbentuk padat dan gas,


maka yang dimasukkan dalam persamaan kesetimbangan hanya zat-zat
yang berbentuk gas saja sebab konsentrasi zat padat adalah tetap dan
nilainya telah terhitung dalam harga Kc itu.

Contoh : C(s) + CO2(g) ↔ 2CO(g)

[𝑪𝑶]𝟐
𝑲𝒄 =
[𝐂𝐎𝟐 ]

• Jika kesetimbangan antara zat padat dan larutan yang dimasukkan


dalam perhitungan Kc hanya konsentrasi zat-zat yang larut saja.

Contoh : Zn(s) + Cu2+ (aq) ↔ Zn2+ (aq) + Cu(s)

[𝒁𝒏]𝟐+
𝑲𝒄 =
[𝑪𝑶]𝟐+

• Untuk kesetimbangan antara zat-zat dalam larutan jika pelarutnya


tergolong salah satu reaktan atau hasil reaksinya maka konsentrasi
dari pelarut itu tidak dimasukkan dalam perhitungan Kc.

Contoh : CH3COO-(aq) + H2O(l) ↔ CH3COOH(aq) + OH-(aq)

[𝑪𝑯𝟑 𝑪𝑶𝑶𝑯][𝑶𝑯− ]
𝑲𝒄 =
[𝑪𝑯𝟑 𝑪𝑶𝑶− ]

174
Unit Pembelajaran
Laju Reaksi

Azas Le Chatelier

Gambar 14. Henry Louise Le Chatelier


Sumber: http://content.answers.com/main/content/wp/

Bila pada sistem kesetimbangan diadakan aksi, maka sistem akan mengadakan
reaksi sedemikian rupa sehingga pengaruh aksi itu menjadi sekecil-kecilnya.
Perubahan dari keadaan kesetimbangan semula ke keadaan kesetimbangan
yang baru akibat adanya aksi atau pengaruh dari luar itu dikenal dengan
pergeseran kesetimbangan.

Bagi reaksi: A + B ↔ C + D

Kemungkinan terjadinya pergeseran:

175
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

• Dari kiri ke kanan, berarti A bereaksi dengan B membentuk C dan D,


sehingga jumlah mol A dan berkurang, sedangkan C udan D
bertambah.
• Dari kanan ke kiri, berarti C dan D bereaksi membentuk A dan B,
sehingga jumlah mol C dan D berkurang, sedangkan A dan B
bertambah.

4. Hubungan Kp dan Kc

Nilai Kp dan Kc suatu kesetimbangan tidak selalu sama, tetapi saling


berhubungan. Jika satu nilai dikatehui, maka nilai lainnya akan dapat dihitung.
Contoh kesetimbangan gas:

aAB(g) + bCD(g) ↔ cAC(g)

Sehingga:

𝑷𝒄𝑨𝑪 × 𝑷𝒅𝑩𝑫
𝐊𝐩 =
𝑷𝒂𝑨𝑩 × 𝑷𝒃𝑪𝑫

[𝐀𝐂]𝒄 [𝐁𝐃]𝒅
𝑲𝒄 =
[𝐀𝐁]𝒂 [𝐂𝐃]𝒃

Menurut persamaan gas ideal PV = nRT, maka konsentrasi

n 𝑃
=
𝑉 𝑅𝑇

Dalam sistem terdapat gas AB, CD, AC, dan BD, dengan konsentrasi
masing-masing.

𝒏𝑨𝑩 𝑷𝑨𝑩
[𝐀𝐁] = = 𝑷𝑨𝑩 = [𝑨𝑩]𝑹𝑻
𝐕 𝐑𝐓

𝒏𝑪𝑫 𝑷𝑪𝑫
[𝐂𝐃] = = 𝑷𝑪𝑫 = [𝑪𝑫]𝑹𝑻
𝐕 𝐑𝐓

176
Unit Pembelajaran
Laju Reaksi

𝒏𝑨𝑪 𝑷𝑨𝑪
[𝐀𝐂] = = 𝑷𝑨𝑪 = [𝑨𝑪]𝑹𝑻
𝐕 𝐑𝐓

𝒏𝑩𝑫 𝑷𝑩𝑫
[𝐁𝐃] = = 𝑷𝑩𝑫 = [𝑩𝑫]𝑹𝑻
𝐕 𝐑𝐓

𝑷𝑪𝑨𝑩 𝑷𝑪𝑨𝑩
𝑲𝒑 = 𝒂 × 𝒃
𝑷𝑨𝑩 𝑷𝑪𝑫
[𝐀𝐂]𝒄 [𝐑𝐓]𝒅 × [𝐁𝐃]𝒅 [𝐑𝐓]𝒅 [𝐂𝐃]𝒄 [𝐁𝐃]𝒅
= 𝑹𝑻(𝒄+𝒅)−(𝒂+𝒃)
[𝐀𝐁]𝒂 [𝐑𝐓]𝒂 × [𝐂𝐃]𝒃 [𝐑𝐓]𝒃 [𝐀𝐁]𝒂 [𝐂𝐃]𝒃

𝑲𝒑 = 𝑲𝒄 (𝑹𝑻)∆𝒏𝒈

Dengan ∆ng adalah perbedaan jumlah koefisien hasil reaksi dan pereaksi. Jika
∆ng = 0 maka Kp = Kc. Contohnya, kesetimbangan pada reaksi:

H2(g) + I2(g) ↔ 2HI(g)

Contoh:

Pada suhu 250oC, kesetimbangan

PCl5(g) ↔ PCl3(g) + Cl2(g)

mempunyai Kc = 4,07 x 10-2. Hitunglah Kp pada suhu tersebut!

Jawab:

Dari kesetimbangan di atas: ∆ng = 2 – 1 = 1

𝑲𝒑 = 𝑲𝒄 (𝑹𝑻)∆𝒏𝒈

= 4,07 x 10-2 x (0,082 x 523)

= 1,75

177
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

5. Pergeseran Kesetimbangan

Kesetimbangan kimia bersifat tetap atau mantap, karena konsentrasi


setiap zat dapat dikatakan konstan. Kemantapan itu ditandai oleh
konstanta kesetimbangan. namun demikian, suatu kesetimbangan dapat
berubah bila mendapat gangguan dari luar. Perubahan itu menuju kearah
tercapainya kesetimbangan baru yang disebut pergeseran
kesetimbangan. Hal tersebut sesuai dengan azas Le Chatelier yang
menyatakan:

Apabila suatu sistem kesetimbangan dinamis mendapat gangguan


dari luar, sistem akan bergeser sedemikian rupa sehingga pengaruh
gangguan itu sekecil mungkin, dan jika mungkin sistem setimbang
kembali.

Beberapa faktor yang dapat menggeser kesetimbangan adalah perubahan


konsentrasi, suhu, volume (tekanan), dan katalis. Faktor-faktor tersebut
akan dibahas berikut ini.

178
Unit Pembelajaran
Laju Reaksi

PENGEMBANGAN PENILAIAN

A. Pembahasan Soal - Soal

1. Perhatikan data-data percobaan berikut:

Pereaksi Suhu Waktu


No
CaCO3 HCl ( oC) (detik)
1 1 gram, serbuk 1M 50 48
2 1 gram, serbuk 2M 50 10
3 1 gram, serbuk 2M 40 14
4 1 gram, butiran 2M 40 18
5 1 gram, butiran 1M 30 50

Waktu reaksi no 3 bisa lebi kecil dari no 4 atau laju reaksi no 3 lebih tinggi dari
no 4 dapat dijelaskan dengan menggunakan teori tumbukan..

A. Serbuk jumlahnya lebih sedikit dibanding butiran jadi lebih cepat habis
B. Butiran memiliki luas permukaan lebih kecil dari serbuk sehingga
tumbukan lebih sedikit
C. Serbuk memiliki luas permukaan lebih besar dibanding butiran sehingga
sehingga lebih banyak tumbukan
D. Serbuk lebih rapat dibanding butiran sehingga tumbukan lebih jarang
E. Serbuk memiliki luas permukaan lebih besar dibanding butiran sehingga
sehingga lebih sedikit

179
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Pembahasan

Pada saat zat-zat pereaksi bercampur, maka akan terjadi tumbukan antar
partikel pereaksi di permukaan zat. Laju reaksi dapat diperbesar dengan
memperluas permukaan bidang sentuh zat yang dilakukan dengan cara
memperkecil ukuran zat pereaksi. Semakin luas permukaan bidang sentuh
zat, semakin besar laju reaksinya, seperti yang ditunjukkan oleh grafik
hubungan luas permukaan dengan laju reaksi.

Jawaban C

2. Berikut disajikan data percobaan untuk reaksi : mA + nB --- pC + qD

Percobaan (A) (B) Laju reaksi awal


M M ( M. detik-1)
1. 0,1 0,1 1x

2. 0,2 0,2 8x

3. 0,1 0,3 9x

Orde reaksi terhadap B adalah…

A. 1
B. 2
C. 3
D. 4
E. 5

180
Unit Pembelajaran
Laju Reaksi

Pembahasan

B2 𝑚 L2
⟦ ⟧ =
B1 L1

0,2 𝑚 8
⟦ ⟧ =
0,1 1

2m = 4
m= 2

Jawaban B

3. Amati tabel data berikut:

Pereaksi Suhu Waktu


No
CaCO3 HCl ( oC) (detik)
1 1 gram, serbuk 1M 50 48
2 1 gram, serbuk 2M 50 10
3 1 gram, serbuk 2M 40 14
4 1 gram, butiran 2M 40 18
5 1 gram, butiran 1M 30 50

Dari data diatas faktor yang dapat mempengaruhi laju reaksi adalah ….
A. Suhu, tekanan, konsentrasi
B. Suhu, wujud zat, waktu
C. Suhu, tekanan, waktu
D. Tekanan, konsentrasi, wujud zat
E. Suhu, wujud zat, konsentrasi

181
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Pembahasan :
Faktor yang mempengaruhi laju reaksi adalah ; kosentrasi zat bereaksi, suhu
reaksi, luas permukaan dan katalis. Luas permukaan berkaitan dengan wujud
zat. Luas permukaan serbuk lebih besar dari pada butiran sedangkan butiran
lebih besar dari pada bongkahan.

Jawaban E

4. Reaksi pembentukan metana


CH4 + 2 H2 ↔ CH4 AH - -18 kkal
Hasil metana akan bertambah jika....
1. Suhu di turun kan
2. Suhu di naikkan
3. Tekanan di perkecil
4. Tekanan di naikkan
Pernyataan yang benar adalah...
A. 1, 2, 3
B. 1 dan 3
C. 2 dan 4
D. 1 dan 4
E. Semua nya benar

Pembahasan:
Faktor yang mempengaruhi laju reaksi adalah ; kosentrasi zat bereaksi, suhu
reaksi, luas permukaan dan katalis. Luas permukaan berkaitan dengan wujud
zat. Reaksi di atas adalah eksotermis.

Jawaban D

182
Unit Pembelajaran
Laju Reaksi

5. Dari reaksi P + Q → R, diperoleh data sebagai berikut :

No [P] [Q] V [M s-1]


1. A b C
2. 2a b 4c
3. 3a 2b 18c

Berdasarkan data tersebut, maka persamaan laju reaksinya adalah ...

A. V = k [P] [Q]pen
B. V = k [P]2 [Q]
C. V = k [P] [Q]2
D. V = k [P]2 [Q]2
E. V = k [P]3 [Q]

Pembahasan:

Laju reaksi bergantung pada konsentrasi pereaksi pada saat itu. Bila reaksi

A X
Maka
d[𝐴]
r=− ∞ [𝐴]𝑚
dt
atau
r = 𝑘 [𝐴]𝑚
m disebut orde yaitu bilangan yang menyatakan tingkat pengaruh konsentrasi
reaktan terhadap laju reaksi, yang nilainya mungkin nol, satu,dua,tiga atau
pecahan. Persamaan diatas disebut persamaan laju reaksi, dan k sebagai
konstanta laju reaksi. Nilai k bergantung pada jenis reaksi dan suhu, artinya
bila suhu berubah maka nilainya juga berubah.

183
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Jika reaksi:
A+B+C → hasil
Maka persamaan laju reaksi umum adalah
r = 𝑘 [𝐴]𝑚 [𝐵]𝑛 [𝐶]𝑜
m, n, o disebut juga orde masing-masing peraksi A, B, C, sedangkan
jumlahnya disebut orde reaksi:

Jawab: E

6. Reaksi kesetimbangan yang termasuk kesetimbangan homogen yaitu…..


A. CaCO3(s)  CaO(s) + CO2(g)
B. AgCl(s)  Ag+(aq) + Cl-(aq)
C. Ni(s) + 4CO(g) Ni(CO)4(ag)
D. H2O(g)  H2O(l)
E. Fe3+(aq) + SCN-(aq)  Fe(SCN)2+(aq)

Pembahasan :

Kesetimbangan homogen adalah kesetimbangan kimia dimana seluruh zat


yang terlibat dalam persamaan reaksi mempunyai wujud sama. Misalnya,

Kesetimbangan antara gas-gas

Contoh :

N2(g) + 3H2(g) ↔ 2 NH3(g)

184
Unit Pembelajaran
Laju Reaksi

Kesetimbangan antara ion-ion dalam larutan

Contoh :

Fe3+(aq) + SCN-(aq) ↔ Fe(SCN)2+(aq)

Jawaban: E

B. Mengembangkan Soal HOTS

o Guru diminta untuk mengembangkan soal-soal yang bergradasi baik


mulai dari LOTS hingga HOTS.
o Mencakup tiga ranah kompetensi, sesuai dengan IPK yang telah
ditetapkan.
o Mengembangkan kisi-kisi pengembangan soal HOTS. Seperti pada
format dibawah.

KISI-KISI SOAL HOTS

Jenis Sekolah : Sekolah Menengah Kejuruan


Mata Pelajaran : Kimia Untuk Bidang Agribisnis dan Agroteknologi
Alokasi Waktu : 2 x 45
Jumlah Soal : 10 Soal
Tahun Pelajaran : 2019/2020

Kompetensi Level
Lingkup Indikat Bentuk
KD yang Diuji Materi No Kognit
Materi or Soal Soal
if

3.9 Mengevaluasi Laju Reaksi Laju <Indikat <No <Level <Bentuk


laju reaksi Faktor- Reaksi or HOTS > Kognit soal
berdasarkan faktor yang Faktor- sesuai if (L1, (PG/Essa
faktor-faktor mempenga faktor dengan L2, y)>

185
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Kompetensi Level
Lingkup Indikat Bentuk
KD yang Diuji Materi No Kognit
Materi or Soal Soal
if

yang ruhi laju yang IPK L3)>


mempengaruh reaksi mempeng Kunci
inya Orde reaksi aruhi laju dan
reaksi sesuai
Kesetimba Orde syarat
ngan kimia reaksi Indioakt
Faktor– or soal>
faktor Kesetimb
yang angan
mempenga kimia
ruhi Faktor–
kesetimban faktor
gan yang
mempeng
aruhi
kesetimba
ngan

186
Unit Pembelajaran
Laju Reaksi

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


KARTU SOAL
Tahun Pelajaran 2018/2019

Jenis Sekolah : SMK Kurikulum : Agribisnis dan Agroteknologi

Kelas : X Bentuk Soal : Pilihan Ganda

Mata Pelajaran : Kimia Nama Penyusun :-


KOMPETENSI Level Kognitif Pengetahuan/
Aplikasi Penalaran
DASAR : Pemahaman 

Nomor RUMUSAN BUTIR SOAL

Soal Perhatikan data-data percobaan berikut:

LINGKUP Pereaksi Suhu Waktu


1. No
MATERI CaCO3 HCl ( oC) (detik)

Laju Reaksi 1 gram,


1 1M 50 48
MATERI serbuk

Fakor yang 1 gram,


2 2M 50 10
mempengaruhi serbuk

laju reaksi 1 gram,


3 2M 40 14
INDIKATOR serbuk
Kunci
SOAL 1 gram,
Jawaban 4 2M 40 18
Disajikan butiran
E 1 gram,
data`percobaan
5 1M 30 50
kimia butiran

(pereaksi, suhu
dan waktu) Dari data diatas factor yang dapat mempengaruhi laju reaksi

peserta dapat adalah ….

menentukan A. Suhu, tekanan, konsentrasi

faktor yang B. Suhu, wujud zat, waktu

mempengaruhi C. Suhu, tekanan, waktu

laju reaksi. D. Tekanan, konsentrasi, wujud zat


E. Suhu, wujud zat, konsentrasi

Sumber Buku :

187
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


KARTU SOAL
Tahun Pelajaran 2018/2019

Jenis
: SMK Kurikulum : Agribisnis dan Agroteknologi
Sekolah

Kelas : X Bentuk Soal : Pilihan Ganda

Mata
: Kimia Nama Penyusun :-
Pelajaran
Level Kognitif : Pengetahuan/
KOMPETENSI DASAR
Pemahaman
Aplikasi
 Penalaran
Mengevaluasi laju reaksi Nomor RUMUSAN BUTIR SOAL
berdasarkan faktor-faktor Soal Berikut disajikan data percobaan untuk reaksi : mA + nB -
yang mempengaruhinya ----------- pC + qD
2.
LINGKUP MATERI (A) (B) Laju reaksi awal
Percobaan
Laju Reaksi M M ( M. detik-1)
MATERI 1. 0,1 0,1 x
Orde Reaksi 2. 0,2 0,2 8x
3. 0,1 0,3 9x
INDIKATOR SOAL
Disajikan reaksi kimia
Kunci Orde reaksi terhadap B adalah …….
dan data percobaan
Jawaban A. 1
(konsentrasi reaktan dan
B. 2
laju reaksi awal) peserta B
C. 3
dapat menentukan orde
D. 4
reaksi
E. 5

Sumber Buku :

188
Unit Pembelajaran
Laju Reaksi

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


KARTU SOAL
Tahun Pelajaran 2018/2019

Jenis
: SMK Kurikulum : Agribisnis dan Agroteknologi
Sekolah

Kelas : X Bentuk Soal : Pilihan Ganda

Mata
: Kimia Nama Penyusun :-
Pelajaran
KOMPETENSI Level Pengetahuan/
Aplikasi Penalaran
DASAR Kognitif : Pemahaman 
Mengevaluasi laju RUMUSAN BUTIR SOAL
Nomor
reaksi berdasarkan
Soal
faktor-faktor yang Perhatikan data-data percobaan berikut:
mempengaruhinya 3.
LINGKUP MATERI Pereaksi Suhu Waktu
No
Laju Reaksi CaCO3 HCl ( oC) (detik)
MATERI 1 gram,
1 1M 50 48
Orde Reaksi serbuk
1 gram,
INDIKATOR SOAL 2 2M 50 10
serbuk
Disajikan reaksi
Kunci 1 gram,
kimia dan data 3 2M 40 14
Jawaban serbuk
percobaan
1 gram,
(konsentrasi reaktan C 4 2M 40 18
butiran
dan laju reaksi awal)
1 gram,
peserta dapat 5 1M 30 50
butiran
menentukan orde
reaksi
Waktu reaksi no 3 bisa lebih kecil dari no 4 atau laju reaksi
no 3 lebih tinggi dari no 4 karena..
A. Pereaksi dalam bentuk serbuk jumlahnya lebih sedikit
dibanding bentuk butiran
B. Pereaksi dalam bentuk serbuk memiliki luas
permukaan lebih kecil dari serbuk sehingga tumbukan
lebih sedikit

189
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

C. Pereaksi dalam bentuk serbuk memiliki luas


permukaan lebih besar sehingga lebih banyak
tumbukan
D. Pereaksi mempunyai konsentrasi lebih tinggi sehingga
tumbukan lebh sering terjadi
E. Pereaksi serbuk memiliki luas permukaan lebih besar
sehingga sehingga tumbukan lebih sedikit

Sumber Buku :

190
Unit Pembelajaran
Laju Reaksi

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


KARTU SOAL
Tahun Pelajaran 2018/2019

Jenis Sekolah : SMK Kurikulum : Agribisnis dan Agroteknologi

Kelas : X Bentuk Soal : Pilihan Ganda

Mata Pelajaran : Kimia Nama Penyusun :-


KOMPETENSI Level Pengetahuan/
Aplikasi Penalaran
DASAR Kognitif : Pemahaman 
Mengevaluasi laju RUMUSAN BUTIR SOAL
reaksi
berdasarkan Nomor Berikut disajikan data percobaan untuk reaksi : mA + nB
faktor-faktor yang Soal ------------ pC + qD
mempengaruhinya Percobaan (A) (B) Laju reaksi awal
4.
LINGKUP MATERI M M ( M. detik-1)
Laju Reaksi 1. 0,1 0,1 x
MATERI 2. 0,2 0,2 8x
Orde Reaksi 3. 0,1 0,3 9x
3. 0,2 0,1 2x
INDIKATOR SOAL
Disajikan reaksi
Kunci Orde reaksi terhadap B adalah …….
kimia dan data
Jawaban A. 1
percobaan
B. 2
(konsentrasi B
C. 3
reaktan dan laju
D. 4
reaksi awal)
E. 5
peserta dapat
menentukan orde
reaksi Sumber Buku :

191
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


KARTU SOAL
Tahun Pelajaran 2018/2019

Jenis Sekolah : SMK Kurikulum : Agribisnis dan Agroteknologi

Kelas : X Bentuk Soal : Pilihan Ganda

Mata Pelajaran : Kimia Nama Penyusun :-


Level Pengetahuan/
KOMPETENSI DASAR Aplikasi Penalaran
Kognitif : Pemahaman 
Mengevaluasi laju reaksi Nomor RUMUSAN BUTIR SOAL
berdasarkan faktor-faktor Soal
yang mempengaruhinya Diketahui berbagai peryataan mengenai peran katalis dalam
5.
LINGKUP MATERI proses reaksi sebagai berikut,
Laju Reaksi 1. Mengubah mekanisme dan hasil reaksi
MATERI 2. Tidak ikut bereaksi dalam proses reaksi
Katalis 3. Ikut bereaksi tetapi dapat diperoleh kembali pada akhir
reaksi
INDIKATOR SOAL
4. Ikut bereaksi dan tidak dapat diperoleh pada akhir reaksi
Disajikan beberapa
Kunci
katalis peserta dapat
Jawaban
menentukan peran katalis Pernyataan berikut yang tidak tepat ....
yang tepat C
A. 2 dan 4
B. 2 dan 3
C. 1 dan 3
D. 1 dan 4
E. 1 dan 2

Sumber Buku :

192
Unit Pembelajaran
Laju Reaksi

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


KARTU SOAL
Tahun Pelajaran 2018/2019

Jenis Sekolah : SMK Kurikulum : Agribisnis dan Agroteknologi

Kelas : X Bentuk Soal : Pilihan Ganda

Mata
: Kimia Nama Penyusun :-
Pelajaran
Level
KOMPETENSI Pengetahuan/
Kognitif Aplikasi Penalaran
DASAR Pemahaman 
:
Mengevaluasi laju RUMUSAN BUTIR SOAL
reaksi Nomor
berdasarkan Soal Harga Kp untuk reaksi kesetimbangan
faktor-faktor yang 2X 9g) 3y(g)
6.
mempengaruhinya Pada suhu tertentu adalah 1/8 .jika tekanan parsial y
LINGKUP MATERI pada keadaan setimbang adalah 2 atm maka tekanan
Kesetimbangan parsial X adalah...
kimia A. 4 atm
MATERI B. 6 atm
Penentuan C. 8 atm
Konstanta D. 10 atm
kesetimbangan E. 12 atm
INDIKATOR SOAL Kunci
Disajikan reaksi Jawaban
kimia dan data
C
reaksi peserta
dapat menentukan
Kp
Sumber Buku :

193
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


KARTU SOAL
Tahun Pelajaran 2018/2019

Jenis Sekolah : SMK Kurikulum : Agribisnis dan Agroteknologi

Kelas : X Bentuk Soal : Pilihan Ganda

Mata Pelajaran : Kimia Nama Penyusun :-


Level
Pengetahuan/
KOMPETENSI DASAR Kognitif
Pemahaman
Aplikasi
 Penalaran
:
Mengevaluasi laju reaksi Nomor RUMUSAN BUTIR SOAL
berdasarkan faktor-faktor Soal Produksi suatu zat ada yang melibatkan reaksi
yang mempengaruhinya kesetimbangan. Reaksi kesetimbangan dapat
7.
LINGKUP MATERI bergeser kea rah pereaksi atau kearah hasil reaksi
Kesetimbangan kimia bergantung pada aksi yang diberikan. Untuk
MATERI mendapatkan hasil yang optimal perlakuan yang
Pergeseran kesetimbangan diberikan pada reaksi kesetimbangan :
kimia 3 H2 (g) + N2 (g) 2 NH3 (g)
INDIKATOR SOAL ∆H = negatif
Disajikan kondisi proses Kunci
reaksi kimia gas hidrogen dan Jawaban Untuk mendapatkan NH3 sebanyak banyaknya
gas nitrogen untuk dilakukan dengan cara…
B
menghasilkan gas metan, A. Menaikan suhu
peserta didik dapat B. Menaikan tekanan
menentukan perubahan C. Menurunkan suhu
faktor reaksi untuk D. Menurunkan tekanan
memperbesar produk reaksi E. Menambahkan 2 NH3 (g)

Sumber Buku :

194
Unit Pembelajaran
Laju Reaksi

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


KARTU SOAL
Tahun Pelajaran 2018/2019

Jenis Sekolah : SMK Kurikulum : Agribisnis dan Agroteknologi

Kelas : X Bentuk Soal : Pilihan Ganda

Mata Pelajaran : Kimia Nama Penyusun :-


KOMPETENSI Level Pengetahuan/
Aplikasi Penalaran
DASAR Kognitif : Pemahaman 
Nomor RUMUSAN BUTIR SOAL
<KD Pengetahuan>
Soal Berikut faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi

LINGKUP MATERI 8.
1. Konsentrasi
Kesetimbangan 2. Tekanan dan volume
kimia 3. Suhu
MATERI 4. Katalis
Pergeseran
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pergeseran
kesetimbangan
kesetimbangan reaksi ditunjukkan oleh ….
kimia
INDIKATOR SOAL Kunci
A. Semua benar
Disajikan faktor- Jawaban
B. 2, 3, dan 4
faktor yang C. 1, 2, dan 4
E
mempengaruhi D. 1, 3, dan 4
rekasi, peserta E. 1, 2, dan 3
didik dapat
memilih faktor-
faktor yang
mempengaruhi
pergeseran
kesetimbangan
Sumber: https://hisham.id/2016/11/soal-dan-
pembahasan-laju-reaksi-kimia-pilihan-ganda.html

195
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


KARTU SOAL
Tahun Pelajaran 2018/2019

Jenis Sekolah : SMK Kurikulum : Agribisnis dan Agroteknologi

Kelas : X Bentuk Soal : Pilihan Ganda

Mata Pelajaran : Kimia Nama Penyusun :-


Level Pengetahuan/
KOMPETENSI DASAR Aplikasi Penalaran
Kognitif : Pemahaman 
Mengevaluasi laju reaksi Nomor RUMUSAN BUTIR SOAL
berdasarkan faktor-faktor Soal Dalam wadah 1 L, dicampurkan sebanyak 4 mol gas NO
yang mempengaruhinya dan 0,9 mol gas CO2 dan terjadi kesetimbangan
9.
LINGKUP MATERI
Kesetimbangan kimia NO(g) + CO2(g) NO2(g) + CO(g)

MATERI
Jika pada saat kesetimbangan terdapat 0,1 mol gas CO2,
Menghitung konstanta
maka nilai Kc reaksi tersebut adalah ….
kesetimbangan
INDIKATOR SOAL A. 1
Disajikan Reaksi kimia dan Kunci B. 2
data konsentrasi zat yang Jawaban C. 3
bereaksi, peserta didik D. 4
B
dapat menentukan E. 8
konstanta kesetimbangan.
Sumber: https://hisham.id/2016/11/soal-dan-
pembahasan-laju-reaksi-kimia-pilihan-ganda.html

196
Unit Pembelajaran
Laju Reaksi

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


KARTU SOAL
Tahun Pelajaran 2018/2019

Jenis Sekolah : SMK Kurikulum : Agribisnis dan Agroteknologi

Kelas : X Bentuk Soal : Pilihan Ganda

Mata Pelajaran : Kimia Nama Penyusun :-


KOMPETENSI Level Pengetahuan/
Aplikasi Penalaran
DASAR Kognitif : Pemahaman 
Mengevaluasi laju RUMUSAN BUTIR SOAL
reaksi Nomor Perhatikan pernyataan berikut!
berdasarkan Soal
faktor-faktor yang 1. Suhu diturunkan
10.
mempengaruhinya 2. Konsentrasi CO diperbesar
LINGKUP MATERI 3. Volume diperbesar

Kesetimbangan 4. Tekanan diperbesar

kimia
Pernyataan yang sesuai agar reaksi
MATERI
Pergeseran
Fe2O3(s) + 3(CO(g) ⇔2Fe(s) + 3CO2(g) H = -90 kJ
kesetimbangan
kimia Menjadi lebih sempurna berjalan ke arah produksi adalah
INDIKATOR SOAL Kunci ….
Disajikan Jawaban
perlakuan A. 1, 2, 3
A
modifikasi proses B. 1 dan 4

kimia dan reaksi C. 2 dan 4

kimia peserta didik D. 4 saja

dapat menentukan E. Semua benar

perlakuan yang
tepat untuk
meningkatkan
produk
Sumber: https://hisham.id/2016/11/soal-dan-
pembahasan-laju-reaksi-kimia-pilihan-ganda.html

197
Unit Pembelajaran
Laju Reaksi

KESIMPULAN

1. Reaksi kimia selalu berkaitan dengan perubahan dari suatu pereaksi


(reaktan) menjadi hasil reaksi (produk) dengan kecepatan yang
berbeda-beda. Laju reaksi dapat dinyatakan sebagai berkurangnya
konsentrasi pereaksi per satuan waktu atau bertambahnya konsentrasi
hasil reaksi persatuan waktu.

2. Hubungan perubahan konsentrasi pereaksi dengan laju reaksi


dinyatakan dengan Persamaan Laju Reaksi. Persamaan laju reaksi dapat
ditentukan melalui eksperimen, yaitu dengan mengukur konsentrasi
salah satu produk pada selang waktu tertentu selama reaksi
berlangsung.

3. Kecepatan reaksi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: Konsentrasi


(semakin tinggi konsentrasi, semakin besar laju reaksinya); Luas
permukaan sentuh ( laju reaksi berbanding lurus dengan luas
permukaan reaktan); Temperatur (kenaikan suhu akan memperbesar
laju reaksi); dan Katalis (katalis mempercepat reaksi dengan cara
menurunkan harga energi aktivasi (Ea)).

4. Kesetimbangan kimia adalah suatu sistem kesetimbangan dinamis


merupakan reaksi reversibel (dapat balik).yang secara mikroskopis,
partikel-partikel bereaksi balik ke arah kiri maupun kanan dengan laju
yang sama. Akibatnya secara makroskopis proses perubahan kimia
seolah-olah terhenti sehingga tidak menunjukkan lagi perubahan-
perubahan komposisi zat.

5. Suatu reaksi kesetimbangan dapat digeser ke arah yang dikehendaki


dengan cara mengubah konsentrasi salah satu zat, mengubah suhu, dan
mengubah tekanan atau volume gas. Pengaruh dari faktor-faktor luar

199
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

tersebut terhadap kesetimbangan, dapat diramalkan berdasarkan


pemahaman terhadap azas Le Chatelier.

6. Hukum kesetimbangan yang menyatakan bahwa hasil kali konsentrasi


produk dibagi hasil kali konsentrasi reaktan dan masing-masing
dipangkatkan koefisien reaksinya pada suhu tetap adalah konstan. Harga
yang diperoleh dari persamaan tersebut dinamakan tetapan
kesetimbangan (K). Tetapan kesetimbangan untuk sistem
kesetimbangan gas selain dapat dinyatakan berdasarkan konsentrasi,
juga dapat dinyatakan berdasarkan tekanan parsial gas. Tetapan
kesetimbangan yang berdasarkan tekanan parsial gas disebut tetapan
kesetimbangan tekanan parsial gas atau dinyatakan dengan Kp.

7. Dalam dunia industri, sistem kesetimbangan sangat diperlukan untuk


memperoleh hasil yang optimal dengan waktu dan biaya tidak terlalu
besar. Untuk mendapatkan hasil yang optimal, kesetimbangan harus
bergeser ke arah produk (kanan), maka faktor konsentrasi, suhu,
tekanan dan volume harus diperhitungkan, dan juga penambahan katalis
untuk mempercepat reaksi.

200
Unit Pembelajaran
Laju Reaksi

UMPAN BALIK

Peserta pelatihan setelah mempelajari modul pelatihan ini diminta untuk


memberikan umpan balik sebagai berikut.

1. Saya akan akan mengembangkan unit dan soal-soal terkait sebagai bahan
pembelajaran meliputi:
........................................................................................................................................................
........................................................................................................................................................
........................................................................................................................................................
........................................................................................................................................................

2. Saya setelah memperlajari unit pembelajaran pada modul ini akan


memperbaiki proses pembelajaran yang saya rasakan masih kurang
khususnya meliputi:
........................................................................................................................................................
........................................................................................................................................................
........................................................................................................................................................
........................................................................................................................................................

3. Saya akan segera menganalisis kekurangan perencanaan dan


pelaksanaan program pembelajaran dan berusaha meningkatkannya
meliputi
........................................................................................................................................................
........................................................................................................................................................
........................................................................................................................................................
........................................................................................................................................................
........................................................................................................................................................

201
Paket Unit Pembelajaran
Kimia Koloid dan Laju Reaksi

PENUTUP

Guru profesional memegang peranan yang sangat penting dalam menentukan


prestasi peserta didik. Guru harus senantiasa memutakhirkan dirinya dengan
melakukan pengembangan keprofesian berkelanjutan salahsatunya melalui
Peningkatan Kompetensi Pembelajaran (PKP). Program PKP lebih diarahkan
bukan hanya memintarkan guru tetapi yang lebih utama untuk memintarkan
peserta didik. Oleh karenanya modul yang disusun diorentasikan pada
keperluan peserta didik dalam bentuk paket unit pembelajaran.

Paket Unit Pembelajaran Kimia Koloid dan Laju Reaksi ini terdiri dari dua
Unit Pembelajaran yaitu Unit Pembelajaran Koloid dan Unit Pembelajaran Laju
Reaksi. Unit Pembelajaran disusun berdasarkan analisis Standar Kompetensi
Lulusan, Kompetensi Dasar, serta analisis Ujian Sekolah Berstandar Nasional
(USBN). Paket pembelajaran ini masih terus disempurnakan walaupun
demikian diharapkan dapat digunakan dalam rangka memintarkan peserta
didik.

205
Paket Unit Pembelajaran
Kimia Koloid dan Laju Reaksi

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2013. Manfaat-koloid-dalam-kehidupan-sehari-hari.


http://organik smakma3b30.blogspot.com/2013/04/manfaat-
koloid-dalam-kehidupan-sehari.html. Diakses 3 Agustus 2019.
Anonim, 2018. Laju Reaksi : Pengertian , Rumus Dan Contoh Soal Laju Reaksi.
https://jempolkimia.com/2018/12/05/laju-reaksi/. Diakses 7
Agustus 2019.
Anonim 2015. Materi Laju Reaksi.
:http://kimtikgroup4.blogspot.com/2015/05/ pengertian-laju-
reaksi-laju-reaksi.html
Andrian Vernandes. 2016. Persamaan Laju Reaksi dan Orde Reaksi.
https://www.avkimia.com/2016/10/persamaan-laju-reaksi-dan-
orde-reaksi.html Diakses 7 Agustus 2019.
Ase Satria, 2016. Sistem Koloid (Larutan, Koloid Dan Suspensi).
https://www.materibelajar.id/2016/03/sistem-koloid-larutan-
koloid-dan.html. Diakses 3 Agustus 2019.
Brady, J E. 1999. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Jakarta : Binarupa
Aksara.
Bishop, C. B., et al. 1992. Experiments in General Chemistry, 2nd Ed. Harcourt
Brace College Publishers, New York.
Christian, G.D., 1994. Analytical Chemistry. John Wiley & Sons, New York.
Day, R.A. dan Underwood, A.L., 1999, Analisis Kimia Kuantitatif, edisi V,
diterjemahkan oleh: Aloysius Hadyana Pudjaatmaka, Erlangga,
Jakarta
Haryadi, W. 1996.Ilmu Kimia Analitik Dasar. PT Gramedia. Jakarta
Hein, M., et al. 1992. College Chemistry in the Laboratory, 5th Ed. Broke/Cole
Publishing Company, California.
Aisyah, 2019. Sistem Koloid.
https://aisyahfitrirusianijisman.wordpress.com /kimia-
xi/semester-4/sistem-koloid/. Diakses 2 Agustus 2019.

207
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Datachem 2011. Laju Reaksi Berbanding Lurus Dengan Luas Permukaan


Reaktan. http://datachem.blogspot.com/2011/05/faktor-faktor-
yang-mempengaruhi-laju.html. Diakses 7 Agustus 2019.
Gaurab Karki, 2018. Steps Of Water Purification Process.
https://www.onlinebiologynotes.com/steps-of-water-purification-
process/. Diakses 3 Agustus 2019.
Nirwan Susianto, 2017. Pengertian Koloid. https://www.studiobelajar.com/
koloid/ Diakses 3 Agustus 2019
Keenan, A. Hadyana Pudjaatmaja, PH. CL, 1992, Kimia Untuk Universitas, Jilid
1, Erlangga, Bandung.
Octoby,dkk. 2001. Prinsip-Prinsip Kimia Modern Jilid 3 Edisi 1. Jakarta:
Erlangga.
Petrucci, H. Ralph, Suminar,1989, Kimia Dasar, Edisi Ke-4 Jilid 1, Erlangga,
Jakarta
Petrucci, Ralph H. 1987. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Edisi
Keempat Jilid 2. alih bahasa Suminar. Jakarta :Erlangga
Ralph, H., 1990. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan. Erlangga. Jakarta.
Rivai, H. 1995. Asas Pemeriksaan Kimia. UI Press. Jakarta.
Sastrohamidjojo, Hardjono. 2001. Kimia Dasar. Yogyakrta : UGM Press
Syukri. 1999. Kimia Dasar Jilid 2. Bandung : ITB.
Vivi Lestari, 2015. Kesetimbangan Kimia. https://vivilestaripps15.
wordpress.com/kimia-kelas-xi/semester-1/kesetimbangan-kimia/
Diakses 7 Agustus 2019.
Woller, Paul and Jerome H. Suple. 1996. Chemistry Elementary Principles.
Addison Wesley Publishing Company Inc. London.

208

Anda mungkin juga menyukai