Penulis:
Dr. Ir. Sahirman, MP
Penyunting:
Irawati,S.Si.,M.T
Copyright © 2019
Direktorat Pembinaan Guru Pendidikan Menengah dan Pendidikan Khusus
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
KATA SAMBUTAN
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah Swt., Tuhan YME, karena atas izin
dan karunia-Nya Unit Pembelajaran Program Pengembangan Keprofesian
Berkelanjutan melalui Peningkatan Kompetensi Pembelajaran Berbasis
Zonasi ini dapat diselesaikan.
iii
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
iv
Paket Unit Pembelajaran
Kimia Koloid dan Laju Reaksi
KATA PENGANTAR
v
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
vi
Paket Unit Pembelajaran
Kimia Koloid dan Laju Reaksi
DAFTAR ISI
Hal
vii
Paket Unit Pembelajaran
Kimia Koloid dan Laju Reaksi
Paket Unit Pembelajaran Kimia Koloid dan Laju Reaksi ini disusun mengacu
pada Kompetensi Dasar (KD) dan Kisi-Kisi USBN Tahun Pelajaran 2018/2019
untuk Mata Pelajaran Kimia pada Bidang Keahlian Agribinisnis dan
Agroteknologi. Kompetensi Dasar Pengetahuan yang disusun dalam modul ini
berkaitan dengan KD. 3.9. Mengevalusi laju reaksi berdasarkan faktor-faktor
yang mempengaruhinya dan KD 3.10. Menganalisis pembuatan berbagai
sistem koloid dengan bahan-bahan yang ada di sekitar kita. Kompetensi dasar
Keterampilan yang disusun dalam modul ini berkaitan dengan KD 4.9 :
Mengitegrasikan antara laju reaksi dan faktor-faktor yang mempengaruhinya
dan KD 4.10: Mengembangkan pembuatan berbagai sistem koloid dengan
bahan-bahan yang ada di sekitar kita.
Disamping didasarkan oleh Kompetensi Dasar yang ada dalam Kurikulum SMK
Bidang Keahlian Agribisnis dan Agroteknologi, modul ini juga disusun dengan
memasukkan materi Kisi-kisi USBN Mata Pelajaran Kimia untuk Bidang
Keahlian Agribisnis dan Agroteknologi Tahun Pelajaran 2018/2019. Lingkup
materi dalam kisi-kisi USBN khususnya yang terkait dengan Kimia Fisik.
Lingkup materi Kimia Fisik terbagi dalam 3 level kognitif yaitu pemahaman,
penerapan dan penalaran dan logika. Apabila dikaitkan dengan level kognitif
menurut Taksonomi Bloom yang diperbaruhi oleh Anderson maka untuk level
pemahaman memuat pengetahuan dan pemahaman (C1 dan C2) meliputi
menyebutkan, menjelaskan, menunjukkan, memberi contoh, membedakan
dan menamai, untuk level aplikasi (C3) meliputi menerapkan, menentukan
dan menghitung sedangkan untuk level penalaran dan logika (C4, C5 dan C6)
meliputi menganalisis, mengaitkan dan memprediksi.
1
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Lingkup materi USBN yang dimasukan dalam modul ini untuk level
pemahaman meliputi : Menunjukkan jenis-jenis perubahan entalpi standar;
Membedakan reaksi eksoterm dan reaksi endoterm, kesetimbangan homogen dan
heterogen, jenis- jenis koloid; Menjelaskan pengertian Kesetimbangan reaksi dan
faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi; dan Memberi contoh kegunaan
koloid dalam kehidupan sehari-hari. Lingkup materi untuk level aplikasi
meliputi: Menentukan reaksi eksoterm dan reaksi endoterm berdasarkan bagan
rumus tetapan kesetimbangan (Kp dan Kc); faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
pergeseran kesetimbangan; faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi. sifat-sifat
koloid, cara pembuatan koloid; dan menghitung perubahan entalpi berdasarkan
hukum Hess dan berdasarkan entalpi pembentukan standar.
Paket Paket Unit Pembelajaran Laju Reaksi dan Koloid tediri dari dua Unit
Pembelajaran yaitu Unit Pembelajaran Laju Reaksi dan Unit Pembelajaran
Koloid. Unit Pembelajaran koloid meliputi pembahasan Jenis Koloid dan Sifat-
sifatnya, Metode pembuatan koloid (dispersi dan kondensasi) dan cara
pembuatan koloid, sedangkan untuk Unit Pembelajaran laju reaksi yang
dibahas meliputi laju reaksi dan kesetimbangan kimia, Untuk materi laju
reaksi meliputi persamaan laju reaksi, Faktor-faktor yang mempengaruhi laju
reaksi, mekanisme reaksi, dan ordo reaksi. Untuk Kesetimbangan Kimia yang
dibahas meliputi keadaan kesetimbangan, konstanta kesetimbangan, macam-
macam kesetimbangan, hukum kesetimbangan, hubungan Kp dan Kc,
Pergeseran kesetimbangan
2
Unit Pembelajaran
PROGRAM PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN (PKB)
MELALUI PENINGKATAN KOMPETENSI PEMBELAJARAN (PKP)
BERBASIS ZONASI
Kimia Koloid
Penulis:
Dr. Ir. Sahirman, MP
Penyunting:
Irawati, S.Si.,M.T
Copyright © 2019
Direktorat Pembinaan Guru Pendidikan Menengah dan Pendidikan Khusus
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Hal
DAFTAR GAMBAR
Hal
6
Unit Pembelajaran
Kimia Koloid
DAFTAR TABEL
Hal
7
Unit Pembelajaran
Kimia Koloid
PENDAHULUAN
KOMPETENSI DASAR
A. Target Kompetensi
Sub unit pembelajaran ini dikembangkan berdasarkan Kompetensi Dasar
kelas X:
9
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Indikator Pendukung
Indikator Kunci
3.10.8. Menganalisis pembuatan berbagai sistem koloid dengan bahan-
bahan
3.10.9. Mengevaluasi proses pembuatan koloid
Indikator Pengayaan
3.10.10. Mengembangkan proses pembuatan koloid
Indikator Pendukung
4.10.1. Mengikuti pembuatan koloid didasarkan sifat partikel terdispersi
4.10.2. Mengikuti pembuatan koloid didasarkan pada jenis koloid yang
terbentuk
4.10.3. Melakukan pembuatan koloid didasarkan sifat patikel terdispersi
4.10.4. Melakukan pembuatan koloid didasarkan pada jenis koloid yang
terbentuk
10
Unit Pembelajaran
Kimia Koloid
Indikator Kunci
4.10.5. Mengembangkan pembuatan berbagai sistem koloid dengan bahan-
bahan yang ada di sekitar kita
Indikator Pengayaan
4.10.6. Menguji koloid dari bahan-bahan yang ada di sekitar kita yang
dihasilkan
4.10.7. Memodifikasi pembuatan berbagai sistem koloid dengan bahan-
bahan yang ada di sekitar kita.
11
Unit Pembelajaran
Kimia Koloid
13
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Sistem koloid sangat berkaitan erat dengan hidup dan kehidupan sehari-hari.
Darah, susu, keju, cat, obat-obatan, bahan kosmetik, tanah pertanian
merupakan contoh koloid.
14
Unit Pembelajaran
Kimia Koloid
Sumber:http://organiksmakma3b30.blogspot.com/2013/04/manfaat-koloid-dalam-kehidupan-
sehari.html
Aplikasi koloid :
1. Pemutihan Gula
Gula tebu yang masih berwarna dapat diputihkan dengan cara melarutkan
gula ke dalam air, kemudian larutan dialirkan melalui sistem koloid tanah
diatomae atau karbon. Partikel koloid akan mengadsorpsi zat warna
tersebut. Partikel-partikel koloid tersebut mengadsorpsi zat warna dari gula
tebu sehingga gula dapat berwarna putih.
2. Penjernihan Air
Penjernihan air kotor dapat dilakukan baik skala kecil (rumah tangga)
maupun skala besar seperti yang dilakukan oleh Perusahaan Daerah Air
Minum (PDAM). Air keran (PDAM) yang ada saat ini mengandung partikel-
partikel koloid tanah liat, lumpur, dan berbagai partikel lainnya yang
bermuatan negatif. Beberapa langkah harus dilakukan agar partikel koloid
tersebut dapat dipisahkan sehingga air layak untuk diminum. Hal itu
dilakukan dengan cara menambahkan tawas (Al2SO4)3. Ion Al3+ yang terdapat
pada tawas tersebut akan terhidroslisis membentuk partikel koloid Al(OH)3
yang bermuatan positif melalui reaksi:
15
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
3. Penggumpalan Lateks
Getah karet dihasilkan dari pohon karet. Getah karet merupakan sol, yaitu
dispersi koloid fase padat dalam cairan. Karet alam merupakan zat padat
yang molekulnya sangat besar (polimer). Partikel karet alam terdispersi
sebagai partikel koloid dalam sol getah karet. Karet diperoleh dengan
mengkoagulasi, getah karet agar karet menggumpal dan terpisah dari
medium pendispersinya. Bahan yang biasa digunakan untuk mengkoagulasi
getah karet adalah asam formiat; HCOOH atau asam asetat; CH3COOH.
Larutan asam pekat itu akan merusak lapisan pelindung yang mengelilingi
partikel karet dan ion-ion H+ dari asam tersebut-akan menetralkan muatan
partikel karet sehingga karet akan menggumpal.
16
Unit Pembelajaran
Kimia Koloid
Selanjutnya, gumpalan karet digiling dan dicuci lalu diproses lebih lanjut
sebagai lembaran yang disebut sheet atau diolah menjadi karet remah (crumb
rubber). Getah karet yang akan digunakan untuk keperluan lain, misalnya
pembuatan balon dan karet busa, tidak digumpalkan melainkan dibiarkan
dalam wujud cair yang disebut lateks. Untuk menjaga kestabilan sol lateks,
getah karet dicampur dengan larutan amonia; NH3. Larutan amonia yang
bersifat basa melindungi partikel karet di dalam sol lateks dari zat-zat yang
bersifat asam sehingga sol tidak menggumpal.
6. Pembuatan Yogurt
Susu yang merupakan koloid dapat diubah menjadi yogurt melalui
fermentasi. Pada fermentasi susu akan terbentuk asam laktat yang
menggumpal dan berasa asam.
17
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
7. Pembuatan Tahu
Pada pembuatan tahu dari kedelai, pertama kedelai dihancurkan hingga
terbentuk bubur kedelai (seperti susu yang merupakan koloid) kemudian
tambahkan larutan elektrolit, yaitu CaSO4.2H2O yang disebut batu tahu
sehingga protein kedelai menggumpal dan membentuk tahu.
18
Unit Pembelajaran
Kimia Koloid
SOAL-SOAL UN/USBN
Fasa Fasa
No. Terdispersi Pendispersi Jenis koloid
1 Cair Cair Busa padat
2 Gas Padat Emulsi
3 Padat Cair Sol
4 Cair Gas Aerosol padat
5 Padat Gas gel
a. 1
b. 2
c. 3
d. 4
e. 5
Identifikasi
Kelas / Semester : X Semester 2
Level Kognitif : Aplikasi (C3)
Indikator yang : Jenis Koloid
bersesuaian
Diketahui : Jenis fase terderpersi, fase pendepersi dan jenis
koloid
Ditanyakan : Pasangan Jenis fase terderpersi, fase pendepersi
dan jenis koloid yang sesuai
Materi yang dibutuhkan : Jenis Koloid
19
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
3 Sistem koloid dengan fase pendispersi gas dan fase terdispersi padat
disebut dengan …
a. Aerosol padat
b. Gel
c. Buih
d. Sol
e. Emulsi
Identifikasi
Kelas / Semester : X Semester 2
Level Kognitif : Aplikasi (C3)
Indikator yang : Jenis Koloid
bersesuaian
Diketahui : Jenis koloid
Ditanyakan : Sistem koloid dengan fase pendispersi gas
dan fase terdispersi padat
Materi yang dibutuhkan : Jenis Koloid
20
Unit Pembelajaran
Kimia Koloid
21
Unit Pembelajaran
Kimia Koloid
BAHAN PEMBELAJARAN
A. Aktivitas Pembelajaran
Pertemuan 1
Pertemuan 1 ( 2 x 45 menit)
Kegiatan Pendahuluan (15 Menit)
Guru :
Orientasi
❖ Melakukan pembukaan dengan salam pembuka, memanjatkan syukur kepada
Tuhan YME dan berdoa untuk memulai pembelajaran
❖ Memeriksa kehadiran peserta didik sebagai sikap disiplin
❖ Menyiapkan fisik dan psikis peserta didik dalam mengawali kegiatan
pembelajaran.
Apersepsi
❖ Mengaitkan materi/tema/kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan dengan
pengalaman peserta didik dengan materi/tema/kegiatan sebelumnya
❖ Mengingatkan kembali materi prasyarat dengan bertanya.
❖ Mengajukan pertanyaan yang ada keterkaitannya dengan pelajaran yang akan
23
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
dilakukan.
Motivasi
❖ Memberikan gambaran tentang manfaat mempelajari pelajaran yang akan
dipelajari dalam kehidupan sehari-hari.
➢ Apabila materi tema/projek ini kerjakan dengan baik dan sungguh-sungguh
ini dikuasai dengan baik, maka peserta didik diharapkan dapat menjelaskan
tentang materi : Koloid
❖ Menyampaikan tujuan pembelajaran pada pertemuan yang berlangsung
❖ Mengajukan pertanyaan / membimbing peserta membuat pertanyaan terkait
dengan mata pelajaran.
Pemberian Acuan
❖ Memberitahukan tentang kompetensi inti, kompetensi dasar, indikator, dan KKM
pada pertemuan yang berlangsung
❖ Memberitahukan tujuan pembelajaran yang akan dicapai
❖ Memberitahukan materi pelajaran yang akan dibahas.
❖ Pembagian kelompok belajar
❖ Menjelaskan mekanisme pelaksanaan pengalaman belajar sesuai dengan
langkah-langkah pembelajaran.
24
Unit Pembelajaran
Kimia Koloid
25
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Pertemuan 2
26
Unit Pembelajaran
Kimia Koloid
Guru :
Orientasi
❖ Melakukan pembukaan dengan salam pembuka,
memanjatkan syukur kepada Tuhan YME dan berdoa untuk
memulai pembelajaran
❖ Memeriksa kehadiran peserta didik sebagai sikap disiplin
❖ Menyiapkan fisik dan psikis peserta didik dalam mengawali
kegiatan pembelajaran.
Apersepsi
❖ Mengaitkan materi/tema/kegiatan pembelajaran yang akan
dilakukan dengan pengalaman peserta didik dengan
materi/tema/kegiatan sebelumnya
❖ Mengingatkan kembali materi prasyarat dengan bertanya.
❖ Mengajukan pertanyaan / membimbing perserta
mengajukan pertanyaan yang ada keterkaitannya dengan
pelajaran yang akan dilakukan.
Motivasi
❖ Memberikan gambaran tentang manfaat mempelajari
pelajaran yang akan dipelajari dalam kehidupan sehari-hari.
➢ Apabila materi tema/projek ini kerjakan dengan baik dan
sungguh-sungguh ini dikuasai dengan baik, maka peserta
didik diharapkan dapat menjelaskan tentang materi
koloid.
❖ Menyampaikan tujuan pembelajaran pada pertemuan yang
berlangsung
❖ Mengajukan pertanyaan terkait pembelajara yang
dilaksanakan
Kegiatan Inti ( 60 Menit ) Praktik faktor berpengaruh
kecepatan reaksi (lanjutan)
Data KEGIATAN LITERASI
27
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
COLLABORATION (KERJASAMA)
Peserta didik dibentuk dalam beberapa kelompok untuk:
❖ Mendiskusikan
Peserta didik dan guru secara bersama-sama membahas
contoh dalam buku paket mengenai materi koloid.
❖ Mengumpulkan informasi melalui praktik
Mencatat data praktik koloid yang telah diperoleh pada buku
/ format dengan tulisan yang rapi dan menggunakan bahasa
Indonesia yang baik dan benar.
28
Unit Pembelajaran
Kimia Koloid
❖ Mempresentasikan ulang
Peserta didik mengkomunikasikan secara lisan atau
mempresentasikan materi dengan rasa percaya diri koloid
sesuai dengan pemahamannya dalam kelompok untuk
didiskusikan atau dianalisis lebih lanjut.
❖ Saling tukar informasi / tukar data koloid
Tukar data/informasi ditanggapi aktif oleh peserta didik
lainnya baik dalam satu kelompok / kelompok lain
sehingga diperoleh sebuah fakta/ konsep/ prinsip/
pengetahuan baru yang dapat dijadikan sebagai bahan
diskusi kelompok. Dengan menggunakan metode ilmiah
yang terdapat pada buku pegangan peserta didik atau pada
lembar kerja yang disediakan dengan cermat untuk
mengembangkan sikap teliti, jujur, sopan, menghargai
pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi,
menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi melalui
berbagai cara yang dipelajari, mengembangkan kebiasaan
belajar dan belajar sepanjang hayat.
Data COLLABORATION (KERJASAMA) dan CRITICAL THINKING
processing (BERPIKIR KRITIS)
(pengolahan Peserta didik dalam kelompoknya berdiskusi mengolah data
Data) hasil pengamatan dengan cara :
❖ Berdiskusi tentang data dari Materi : koloid
❖ Mengolah data/ informasi dari pengamatan praktik koloid
yang sudah dikumpulkan dari hasil kegiatan/pertemuan
sebelumnya maupun hasil dari kegiatan mengamati dan
kegiatan mengumpulkan informasi yang sedang berlangsung
dengan bantuan pertanyaan-pertanyaan pada lembar kerja.
❖ Peserta didik mengerjakan beberapa soal mengenai materi
koloid.
29
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Pertemuan 3
30
Unit Pembelajaran
Kimia Koloid
31
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
32
Unit Pembelajaran
Kimia Koloid
33
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Alat
• Batang pengaduk
• Sendok/spatula
• Kertas saring
• Statif corong
• Corong
Bahan
• Gelatin
• Garam dapur
• Kanji
• Air suling
34
Unit Pembelajaran
Kimia Koloid
Cara Kerja
35
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Pertanyaan :
2. Jelaskan fungsi penambahan air pada saat koloid gelatin dan kanji
setelah dipanaskan !
Tujuan Percobaan:
Alat
• Sendok teh
Bahan
• Agar-agar
• Air
36
Unit Pembelajaran
Kimia Koloid
Cara Kerja
1. Kedalam gelas kimia 250 mL tambahkan satu sendok teh agar-agar dan
100 mL air lalu didihkan sambil diaduk. Setelah larut Saudara akan
menghasilkan sistem koloid.
Pertanyaan :
1. Jelaskan jenis koloid yang terjadi pada percobaan yang telah Saudara
lakukan!
37
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Alat
Percobaan Alat
Stoples kaca tinggi ±15 cm
1 Lampu senter
Kotak Karton 30 cm2 dengan lubang pengamatan
2 Botol bening tertutup
Gelas
3
Spatula
Botol kaca bening
4
Corong
Mangkok plastik
5
Pengaduk
Bahan
Percobaan Bahan
Larutan Gula
Susu cair (encer)
1
Agar – agar (encer)
Campuran air dan tanah
Putih telur
2 Minyak sayur
Air
Gelatin/agar- agar
3
Air teh panas
38
Unit Pembelajaran
Kimia Koloid
Air
4 Minyak tanah/minyak sayur
Detergen
5 Susu cair
Asam cuka
Cara Kerja
Percobaan 1
1. Tempatkan gelas kimia yang berisi larutan gula ke dalam kotak karton
dan senterlah larutan gula tersebut melalui lubang karton.
3. Ulangi langkah 1 dan 2 untuk susu cair, agar-agar dan campuran air dan
tanah sebagai pengganti larutan gula.
Percobaan 2
1. Tuangkan minyak sayur dan air kedalam botol, pasang penutup botol
kemudian kocok. Amati yang terjadi dalam botol.
2. Pisahkan putih telur dari kuning telur dan masukan dalam gelas.
3. Tambahkan putih telur ke dalam botol yang sudah berisi air dan
minyak kemudian kocok kembali. Amati apa yang terjadi.
Percobaan 3
39
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Percobaan 4
4. Kocok dan amati apakah minyak dan air sekarang dapat bersatu ?
Alat
• Pipet tetes
40
Unit Pembelajaran
Kimia Koloid
• Pengaduk kaca
• Tabung reaksi
• Penjepit tabung
• Sendok spatula
• Pengaduk
Bahan
2. Aquades
4. Serbuk belerang
5. Gula pasir
Cara kerja
41
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
42
Unit Pembelajaran
Kimia Koloid
Pertanyaan
C. Bahan Bacaan
1. Pengertian Koloid
Koloid adalah suatu campuran zat heterogen antara dua zat atau lebih
dengan partikel-partikel zat yang berukuran koloid tersebar merata dalam
zat lain. Ukuran koloid berkisar antara 1-100 nm ( 10-7 – 10-5 cm ).
43
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Keadaan koloid bukan ciri dari zat tertentu karena semua zat, baik padat,
cair, maupun gas, dapat dibuat dalam keadaan koloid. Contoh: Mayones dan
cat, mayones adalah campuran homogen di air dan minyak dan cat adalah
campuran homogen zat padat dan zat cair.
44
Unit Pembelajaran
Kimia Koloid
3. Jenis Koloid
Secara umum ada dua zat penyusun di dalam larutan koloid yaitu :
45
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
1) Koloid Liofil
Koloid liofil terbentuk karena adanya interaksi yang kuat (afinitas) fasa
terdispersi dengan medium pendispersi. Sifat ini menyebabkan kestabilan
koloid dalam mediumnya menjadi sangat stabil dan tidak mudah mengendap.
Afinitas yang tinggi terhadap medium pendispersi menjadikan koloid liofilik
dapat mudah dilarutkan kembali jika dipisahkan dari medianya. Sifat ini
disebut sebagai sifat reversibel (proses dapat balik) dari koloid liofil. Apabila
medium bersifat khusus yaitu air maka dikenal istilah koloid hidrofil atau
hidrokoloid, yang banyak diaplikasikan dalam berbagai industri.
46
Unit Pembelajaran
Kimia Koloid
2) Koloid liofob
47
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Sistem koloid yang fase terdispersinya adalah materi berfasa padat disebut
sebagai koloid sol. Terdapat tiga jenis koloid sol yang dibedakan
berdasarkan fasa pendispersinya. Koloid sol tersebut adalah :
a) Sol padat adalah sol dalam medium pendispersi padat. Contoh: paduan
logam, gelas warna
b) Sol cair adalah sol dalam medium pendispersi cair. Contoh: cat, tinta,
tepung dalam air, tanah liat
c) Sol gas adalah sol dalam medium pendispersi gas contoh: debu di udara,
asap
Suatu yang khas dari koloid sol adalah adanya bentuk agregatasi atau
pembentukan kumpulan koloid sol menjadi ukuran yang lebih besar yang
disebut sebagai gel. Peristiwa tersebut dikenal sebagai proses sol-gel yang
merupakan bagian terpenting dalam aplikasi koloid dalam berbagai proses.
Emulsi merupakan sistem koloid dimana fasa terdispersinya adalah materi fasa
cair. Didasarkan pada perbedaan fasa pendispersinya terdapat tiga jenis emulsi
yaitu :
48
Unit Pembelajaran
Kimia Koloid
49
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
50
Unit Pembelajaran
Kimia Koloid
4. Sifat-Sifat Koloid
a. Efek Tyndal
Efek Tyndall adalah pada dispersi koloid, partikel-partikel koloid yang cukup
besar sehingga dapat memantulkan serta dapat menghamburkan sinar ke
sekelilingnya, yang dikenal dengan x.
Penelitian tentang pancaran panas oleh udara yang dilakukan oleh John
Tyndall. Untuk menentukan apakah udara tersebut sudah bebas dari partikel
tersebut, Tyndall melakukan analisa hamburan partikel tersebut dengan
cara melewatkan cahaya ke dalamnya. Efek adanya hamburan ini kemudian
dikenal sebagai effek Tyndall. Selanjutnya keberadaan effek Tyndal ini
menginspirasi perkembangan alat optis dari perbaikan sistem konsentrator
pada lampu sampai dengan mikroskop ultra.
Effek Tyndal merupakan sifat optis dari koloid yang membedakannya dengan
sistem larutan Sejati. Hal itu terjadi karena partikel-partikel koloid
mempunyai partikel-partikel yang relatif besar untuk dapat menghamburkan
sinar tersebut. Sebaliknya, pada larutan sejati, partikel-partikelnya relatif
kecil sehingga hamburan yang terjadi hanya sedikit dan sangat sulit diamati.
51
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
b. Gerak Brown
Selain menunjukkan efek Tyndall, partikel koloid bila diamati dibawah
mikroskop ultra nampak sebagai bintik-bintik bercahaya yang selalu
bergerak secara acak dengan jalan berliku-liku.
Salah satu sifat kinetik dari partikel koloid dalam medium pendispersinya
adalah adanya gerakan yang bersifat acak. Gerak acak ini terjadi karena
adanya tumbukan antar partikel koloid maupun dengan medium
pendispersinya. Dengan adanya gerak acak ini maka partikel koloid bersifat
stabil terhindar dari proses agregasi dan pengendapan karena terus-menerus
bergerak. Gerak zig-zag partikel koloid ini disebut gerak Brown, sesuai
dengan nama penemunya Robert Brown.
52
Unit Pembelajaran
Kimia Koloid
Untuk koloid dengan medium pendispersi zat cair atau gas, pergerakan
partikel-partikel akan menghasilkan tumbukan dengan partikel-partikel
koloid itu sendiri. Tumbukan tersebut berlangsung dari segala arah. Oleh
karena ukuran partikel cukup kecil, maka tumbukan yang terjadi cenderung
tidak seimbang, sehingga terdapat suatu resultan tumbukan yang
menyebabkan perubahan arah gerak partikel sehingga terjadi gerak zig zag
atau gerak Brown. Semakin kecil ukuran partikel koloid, semakin cepat gerak
Brown yang terjadi. Demikian pula, semakin besar ukuran partikel koloid,
semakin lambat gerak Brown yang terjadi. Hal ini menjelaskan mengapa
gerak Brown sulit diamati dalam larutan dan tidak ditemukan dalam
suspensi kasar.
Selain dipengaruhi oleh ukuran, gerak Brown juga dipengaruhi oleh suhu.
Semakin tinggi suhu sistem koloid, maka semakin besar energi kinetik yang
dimiliki partikel-partikel medium pendispersinya. Akibatnya, gerak Brown
dari partikel-partikel fase terdispersinya semakin cepat. Demikian pula
sebaliknya, semakin rendah suhu sistem koloid, maka gerak Brown semakin
lambat.
c. Elektroforesis
Elektroforesis merupakan kejadian mobilitas zat koloid karena kekuatan
medan listrik. Zat koloid ialah zat yang memiliki muatan. Terdapat medan
Iistrik menyebabkan zat koloid beralih ke elektrode yang memiliki muatan
berseberangan dengan muatan Iistrik zat koloid. Mobilitas zat koloid
tersebut bisa diobservasi menggunakan alat organ elektroforesis.
d. Adsorpsi
Adsorpsi yaitu penyerapan adsorbat pada permukaan partikel koloid oleh
adanya gaya adhesi dengan partikel lain. Daya adsorpsi koloid sangat besar
karena permukaan partikel koloid yang sangat luas bila dibandingkan
permukaan zat padat dengan jumlah yang sama.
53
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Partikel koloid tidak selalu mengadsorpsi ion yang sama dan sangat
tergantung pada muatan yang berlebih dari medium pendispersinya.
Misalnya, jika sol AgCl terdapat pada medium pendispersi dengan kation Ag+
berlebih, maka AgCl akan bermuatan positif. Sedangkan jika AgCl terdapat
pada medium pendispersi dengan anion Cl– berlebih, maka sol AgCl akan
bermuatan negatif.
membentuk koloid
54
Unit Pembelajaran
Kimia Koloid
55
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
e. Koagulasi
Koagulasi erat kaitannya dengan sifat partikel koloid yang disebabkan oleh
adanya kemampuan adsorpsi, yaitu pembentukan partikel yang bermuatan.
Koagulasi dapat disebabkan oleh adanya proses agregasi atau penggumpalan
partikel koloid karena penggabungan partikel yg berbeda muatan.
Terbentuknya kumpulan partikel yang berukuran lebih besar mengakibatkan
penurunan tingkat kestabilan partikel koloid dan dipengaruhi oleh gaya
56
Unit Pembelajaran
Kimia Koloid
f. Dialisis
Penambahan sejumlah muatan ion dari suatu elektrolit diperlukan untuk
meningkatkan kestabilan sistem koloid . Akan tetapi, jika penambahan
elektrolit ke dalam sistem koloid terlalu banyak, kelebihan ini dapat
mengendapkan fase terdispersi dari koloid itu. Hal ini akan mengganggu
stabilitas sistem koloid tersebut. Untuk mencegah kelebihan elektrolit,
dilakukan dialisis , lihat gambar 13 .
57
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
g. Sifat Koligatif
Suatu koloid dalam medium cair juga mempunyai sifat koligatif, sifat ini
hanya bergantung pada jumlah partikel koloid bukan pada jenisnya.
Sifat-sifat koligatif koloid umumnya lebih rendah dari pada larutan sejati
dengan jumlah partikel yang sama. Sifat koligatif berguna untuk menghitung
konsentrasi atau jumlah partikel serta penetapan berat molekul rata-rata
koloid makromolekul.
h. Sifat Optis
Sifat koloid yang berhubungan dengan cahaya dan optis didasarkan pada
ukuran dan sifat khas dari partikel terdispersi dalam sistem koloid. Sifat optis
dari koloid dapat dilihat dalam dua hal yaitu efek Tyndal dan warna dari
sistem koloid.
i. Warna
Sistem koloid memberikan efek warna dikarenakan adanya partikel
terdispersi yang berukuran cukup besar yang dapat menghamburkan cahaya
panjang gelombang cahaya yang dihamburkan bergantung pada ukuran dan
sifat intrinsik dari partikel terdispersi. Oleh karena itu warna dari koloid
dapat dijadikan dasar pembeda jenis partikel dan konsentrasi partikel
terdispersi dalam suatu sistem koloid.
58
Unit Pembelajaran
Kimia Koloid
j. Difusi
Difusi adalah perpindahan partikel yang disebabkan oleh pergerakan yang
bersifat acak dari konsentrasinya tinggi menuju konsentrasinya lebih
rendah. Difusi akan lebih mudah terjadi dalam sistem larutan. Berbeda
dengan sistem larutan, sistem koloid mempunyai ukuran fasa terdispersinya
berukuran lebih besar. Kondisi ini mengakibatkan interaksi fisis antar
partikel koloid dengan pelarut sangat lemah dan tidak cukup membentuk
suatu sistem larutan.
Difusi dalam sistem koloid erat kaitannya dengan gerak Brown. Adanya
gerak brown yang bergerak secara terus menerus dan bersifat acak, hal ini
mengakibatkan partikel koloid dapat lepas dari fasa pendisfersi atau
pelarutnya. Hal ini menunjukkan peranan yang penting dari gerak Brown
dalam proses difusi dalam koloid.
J = -D (C/x)
59
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
T = temperatur (Kelvin)
60
Unit Pembelajaran
Kimia Koloid
Ada dua cara pembuatan koloid, yaitu cara dispersi dan kondensasi. Cara
dispersi adalah pembuatan koloid dengan partikel terdispersinya berupa
partikel yang berukuran besar (suspensi) dan diubah menjadi partikel
ukuran koloid. Sedangkan cara kondensasi adalah pembuatan koloid dengan
cara merubah partikel berukuran kecil (partikel terlarut dalam larutan)
menjadi partikel berukuran koloid.
a. Cara mekanik
Cara mekanik adalah penghalusan partikel-partikel kasar zat padat dengan
proses penggilingan (milling) membentuk partikel-partikel berukuran
koloid.
61
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Alat yang digunakan untuk cara ini biasa disebut penggilingan koloid seperti
yang dapat dilihat pada gambar 16 yang biasa digunakan dalam:
- industri kimia rumah tangga untuk membuat pasta gigi, semir sepatu,
deterjen.
Prinsip kerja dari alat ini adalah, adanya proses penggilingan partikel kasar
membentuk ukuran koloid dengan cara mengatur jarak antar cakram logam.
Penggilingan dilakukan dengan cara memutar kedua cakram secara
berlawanan arah dengan kecepatan 8000 rpm. Partikel halus yang
dihasilkan kemudian ditambahkan air atau fasa pendispersi sehingga
terbentuk sistem koloid sol. Cara mekanik ini dikenal sebagai metode
dispersi langsung, sebagai contoh adalah pembuatan sol sulfur dengan
menggunakan medium larutan glukosa.
b. Homogenasi
Pembuatan susu kental manis yang bebas kasein dilakukan dengan
mencampurkan serbuk susu skim ke dalam air di dalam mesin homogenisasi
sehingga partikel – partikel susu berubah menjadi seukuran partikel koloid.
62
Unit Pembelajaran
Kimia Koloid
c. Peptisasi
Proses peptisasi dilakukan dengan cara memecah partikel – partikel besar,
misalnya suspensi, gumpalan, atau endapan dengan menambahkan zat
pemecah tertentu. Sebagai contoh, endapan Al(OH)3 akan berubah menjadi
koloid dengan menambahkan AlCl3 ke dalamnya. Endapan AgCl akan
berubah menjadi koloid dengan menambahkan larutan NH3 secukupnya.
63
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Contoh lain, karet bisa dipeptisasi oleh bensin, agar – agar oleh air,
nitroselulosa oleh aseton. Endapan NiS dapat dipeptisasi oleh H2S.
Peptisasi terjadi karena adalah adsorpsi salah satu ion elektrolit, yang
kemudian memberikan muatan pada partikel koloid. Misalnya Fe(OH)3
adsorbsi ion Fe3+ dari FeCl3 (peptisasi agen) dan dengan demikian partikel
Fe(OH)3 mendapat muatan positif di permukaan. Partikel yang membawa
muatan yang sejenis akan terpisah dan saling tolak menolak, menghasilkan
partikel koloid berukuran lebih kecil dari partikel aggregat (endapan)
Fe(OH)3.
d. Busur Bredig
Busur Bredig adalah suatu alat yang khusus digunakan untuk membentuk
koloid logam. Proses ini dilakukan dengan cara meletakkan logam yang akan
dikoloidkan pada kedua ujung elektrode dan kemudian diberi arus listrik
yang cukup kuat sehingga terjadi loncatan bunga api listrik. Suhu tinggi
akibat adanya loncatan bunga api listrik mengakibatkan logam akan
menguap dan selanjutnya terdispersi ke dalam air membentuk suatu koloid
logam. Cara ini ini biasanya digunakan untuk membuat sol-sol logam, seperti
Ag, Au, dan Pt.
64
Unit Pembelajaran
Kimia Koloid
Dengan cara ini, logam yang akan diubah menjadi partikel-partikel koloid
akan digunakan sebagai elektrode. Kedua logam dicelupkan ke dalam
medium pendispersi sampai kedua ujungnya saling berdekatan. Kemudian,
kedua elektrode akan diberi loncatan listrik. Panas yang timbul akan
menyebabkan logam menguap atau mengalami atomisasi. Uap logam yang
mengandung atom logam akan terkondensasi dalam medium pendispersi
dingin, sehingga hasil kondensasi tersebut berupa pertikel-pertikel koloid.
Karena
Logam yang berukuran atomik diubah jadi partikel koloid dengan proses uap
logam, maka metode ini dikategorikan sebagai metode dispersi.
65
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Laju dari pembentukan fasa yang baru dalam pembentukan koloid dengan
metode kondensasi ini ditentukan oleh :
1. Konsentrasi larutan : Pada konsentrasi yang tinggi menunjukkan
banyaknya molekul yang dapat tumbuh membentuk partikel koloid.
2. Koefisien difusi dari senyawa terlarut : koefisien difusi yang tinggi akan
mempercepat proses pertumbuhan partikel koloid.
3. Konsentrasi partikel koloid yang terbentuk : menunjukkan tingginya
tumbukan antar partikel.
4. Viskositas media pendispersi : Viskositas yang rendah meningkatkan
difusi molekul dan gerak brown yang mempercepat pembentukan
partikel koloid.
5. Perlakuan mekanik seperti pengocokan akan menghomogenkan proses
dispersi yang mempermudah pembentukan koloid.
6. Suhu: Peningkatan pada suhu tidak terlalu tinggi dapat meningkatkan
jumlah tumbukan partikel dan pertumbuhan partikel koloid menjadi
tinggi.
66
Unit Pembelajaran
Kimia Koloid
1) Hidrolisis
Reaksi ini umumnya digunakan untuk membuat koloid – koloid basa dari
suatu garam yang dihidrolisis (direaksikan dengan air). Pembuatan koloid
cara hidrolisis adalah didasarkan pada afinitas senyawa untuk bereaksi dengan
air. Banyak senyawa garam dalam bentuk larutannya secara spontan
mengalami hidrolisis, biasa terjadi pada proses pelarutan garam dengan
pendidihan. Beberapa senyawa hasil hidrolisis mempunyai ukuran koloidal
membentuk sistem koloid sol. Sebagai contoh adalah reaksi hidrolisis dari
besi(III) klorida menghasilkan sol besihidroksida sebagai hasil pelarutan garam
klorida dengan air yang mendidih.
2) Reaksi Redoks
Cara ini didasarkan pada reaksi reduksi atau oksidasi dari partikel
terdispersi. Oleh karena itu terdapat dua jenis cara yaitu cara reaksi oksidasi
dan cara reaksi reduksi.
a) Cara oksidasi
Pembentukan koloid sulfur dapat dilakukan dengan cara mengoksidasi H2S
dalam bentuk larutannya dengan mengalirkan gas oksigen, atau
menambahkan oksidator lainnya seperti HNO3 ataupun Br2.
67
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
b) Cara reduksi
Pembentukan koloid yang didasarkan peada reaksi reduksi p logam seperti
artikel terdispersi. Beberapa unusr emas (Au), perak (Ag) dan Platina (Pt)
dapat ditemukan sebagai koloid. Koloid logam dapat dibuat dengan
mereaksikan larutan garam logam tersebut dengan pereduksi seperti
formaldehid, fenil hidrazin, hidrogen peroksida, ataupun Sn(II)klorida.
Sol emas yang terbentuk menghasilkan warna koloid yang khas yaitu warna
ungu oleh karena koloid emas disebut juga ungu Cassius.
3) Pertukaran Ion
Reaksi pertukaran ion umumnya dilakukan untuk membuat koloid dari zat –
zat yang sukar larut (endapan) yang dihasilkan pada reaksi kimia.
Contoh:
Pembuatan sol As2S3 dengan mengalirkan gas H2S ke dalam larutan As2O3.
Selain dengan cara – cara di atas, koloid ada yang terbentuk secara alamiah,
misalnya lumpur, getah karet, dan getah pohon nangka.
68
Unit Pembelajaran
Kimia Koloid
4) Dekomposisi Ganda
5) Pertukaran pelarut
Adanya perbedaan kelarutan suatu spesi dalam pelarut yang berbeda dapat
mengakibatkan terbentuknya suatu sistem koloid, dikarenakan adanya
pertukaran pelarut. Cara ini dilakukan dengan mengganti medium
pendispersi sehingga fasa terdispersi yang semulal larut setelah diganti
pelarutanya menjadi berukuran koloid.
Salah satu contoh untuk membuat sol belerang yang sukar larut dalam air
tetapi mudah larut dalam alkohol seperti etanol dengan medium pendispersi
air, belerang harus terlebih dahulu dilarutkan dalam etanol sampai jenuh.
Baru kemudian larutan belerang dalam etanol tersebut ditambahkan sedikit
demi sedikit ke dalam air sambil diaduk. Sehingga belerang akan
menggumpal menjadi pertikel koloid dikarenakan penurunan kelarutan
belerang dalam air.
Pada kasus kalsium asetat yang sukar larut dalam etanol, mula-mula
dilarutkan terlebih dahulu dalam air, kemudian baru dalam larutan tersebut
ditambahkan etanol.
69
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
6) Pendinginan
7) Kondensasi
Pembentukan koloid dapat dilakukan dengan cara kondensasi uap panas dari
partikel terdispersi ke dalam suatu fasa cair pendispersi. Cara ini dapat
dilakukan pada pembuatan koloid sol Sulfur atau air raksa. Proses awal
dilakukan dengan menguapkan padatan sulfur atau air raksa, kemudian uap
yang terbentuk dikondensasikan dalam air yang dingin yang menagndung
stabilizer amonium sitrat.
8) Cara elektrolisis
70
Unit Pembelajaran
Kimia Koloid
PENGEMBANGAN PENILAIAN
A. Pembahasan Soal-soal
Fasa
No. Fasa Terdispersi Jenis koloid
Pendispersi
1 Cair Cair Busa padat
2 Gas Padat Emulsi
3 Padat Cair Sol
4 Cair Gas Aerosol padat
5 Padat Gas gel
Pembahasan :
Jawaban : C
71
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Pembahasan :
Ada dua cara pembuatan koloid, yaitu cara dispersi dan kondensasi. Cara
dispersi adalah pembuatan koloid dengan partikel terdispersinya berupa
partikel yang berukuran besar dan diubah menjadi partikel ukuran koloid.
Sedangkan cara kondensasi adalah pembuatan koloid dengan cara merubah
partikel berukuran kecil (partikel terlarut dalam larutan) menjadi partikel
berukuran koloid.
Jawaban : A
3. Sistem koloid dengan fase pendispersi gas dan fase terdispersi padat
disebut dengan …
a. Aerosol padat
b. Gel
c. Buih
d. Sol
e. Emulsi
Pembahasan :
Jawaban : A
72
Unit Pembelajaran
Kimia Koloid
- Sifat-sifat
koloid
73
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Pembuatan
koloid
- Pembuatan
kolodi
metode
despersi
- Pembuatan
koloid
metode
kodensasi
74
Unit Pembelajaran
Kimia Koloid
Sumber :
https://jempolkimia.com/2018/11/03/soal-koloid/
75
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Sumber :
https://jempolkimia.com/2018/11/03/soal-koloid/
76
Unit Pembelajaran
Kimia Koloid
INDIKATOR SOAL
Disediakan fase
Kunci
terdespersi, medium
Jawaban
pendespersi dan jenis
koloid peserta dapat A
menentukan
pasangan yang tepat
Sumber :
https://jempolkimia.com/2018/11/09/latihan-koloid/
77
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Sumber:
https://caloncendekiawan.blogspot.com/2018/04/latihan-
soal-kimia-koloid-sma.html
78
Unit Pembelajaran
Kimia Koloid
INDIKATOR SOAL
Disediakan berbagai
Yang menunjukkan proses pembuatan gel adalah
Kunci
jenis percobaan ….
Jawaban
peserta dapat A. 1 dan 5
menentukan hasil A B. 1 dan 3
percobaan yang
C. 2 dan 5
menghasilkan gel
D. 3 dan 4
E. 2 dan 4
Sumber:
https://caloncendekiawan.blogspot.com/2018/04/latihan-
soal-kimia-koloid-sma.html
79
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
80
Unit Pembelajaran
Kimia Koloid
81
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
INDIKATOR SOAL
A. pertukaran ion
Disediakan suatu
Kunci B. dekomposisi ganda
jenis percobaan
Jawaban C. pertukaran ion
peserta dapat
menentukan jenis B D. hidrolisis
pembuatan koloid E. reaksi redok
yang tepat
Sumber buku:
82
Unit Pembelajaran
Kimia Koloid
Sumber buku:
83
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Sumber buku:
84
Unit Pembelajaran
Kimia Koloid
KESIMPULAN
Sifat-sifat koloid :
1. Sistem koloid memiliki beberapa sifat khas yang meliputi : sifat koligatif,
sifat optis, sifat kinetik, adsorpsi, sifat kelistrikan dan koagulasi.
2. Sifat optis sistem koloid meliputi efek Tyndall dan warna dari sistem
koloid.
3. Sifat kinetik sitem koloid adalah sifat khas dari pergerakan partikel
terdispersi yang meliputi gerak Brown dan difusi
4. Adsorpsi adalah sifat khas koloid yang memiliki luas permukaan yang
dapat berinteraksi dengan partikel lain yang berada dalam sistem
koloidnya.
85
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Pembuatan koloid.
1. Koloid dapat dibuat dengan metode dispersi dan kondensasi
2. Metode dispersi adalah metode pembuatan koloid mengubah ukuran
partikel berukuran besar menjadi ukuran koloid
86
Unit Pembelajaran
Kimia Koloid
87
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
UMPAN BALIK
1. Saya akan akan mengembangkan unit dan soal-soal terkait sebagai bahan
pembelajaran meliputi:
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
2. Saya setelah memperlajari unit pembelajaran pada modul ini akan
memperbaiki proses pembelajaran yang saya rasakan masih kurang
khususnya meliputi:
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
3. Saya akan segera menganalisis kekurangan perencanaan dan
pelaksanaan program pembelajaran dan berusaha meningkatkannya
meliputi:
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
88
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
22
Unit Pembelajaran
PROGRAM PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN (PKB)
MELALUI PENINGKATAN KOMPETENSI PEMBELAJARAN (PKP)
BERBASIS ZONASI
Laju Reaksi
Penulis:
Dr. Ir. Sahirman, MP
Penyunting:
Irawati, S.Si.,M.T
Copyright © 2019
Direktorat Pembinaan Guru Pendidikan Menengah dan Pendidikan Khusus
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
DAFTAR ISI
Hal
93
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 1. Perubahan konsentrasi peraksi (A) dan hasil reaksi (B) _______ 128
Gambar 2. Jenis tumbukan antar partikel ____________________________________ 138
Gambar 3. Tumbukan pada luas permukaan yang berbeda ________________ 142
Gambar 4. Pengaruh luas permukaan terhadap laju reaksi ________________ 143
Gambar 5. Energi pengaktifan berkurang dengan adanya katalis _________ 144
Gambar 6. Kesetimbangan air dan uap air __________________________________ 158
Gambar 7. Hubungan laju reaksi dan waktu terhadap laju pengurangan _ 159
Gambar 8. Hubungan laju reaksi dan waktu terhadap laju pembentukan 160
Gambar 9. Hubungan laju reaksi dan waktu terhadap laju dua reaksi yang
sama _______________________________________________________________ 160
Gambar 10. Kesetimbangan kimia_____________________________________________ 161
Gambar 11. Perubahan konsentrasi terhadap waktu ________________________ 161
Gambar 12. Hubungan antara kecepatan reaksi arah kanan (I) dan kiri (II)
dengan waktu _____________________________________________________ 163
Gambar 13. Sistem kesetimbangan CaCO3(s) ↔ CaO(s) + CO2(g) __________ 168
Gambar 14. Henry Louise Le Chatelier ________________________________________ 175
94
Unit Pembelajaran
Laju Reaksi
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 1. Beberapa jenis reaksi berdasarkan jumlah pereaksi dan ordenya 133
Tabel 2. Konsentrasi (mol/L) H2, I2, dan HI dalam kesetimbangan pada suhu
425,4 oC _________________________________________________________________ 164
Tabel 3. Konsentrasi (mol/L) N2, H2, dan NH3 dalam kesetimbangan pada
suhu 500oC _____________________________________________________________ 164
95
Unit Pembelajaran
Laju Reaksi
PENDAHULUAN
97
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
98
Unit Pembelajaran
Laju Reaksi
KOMPETENSI DASAR
A. Target Kompetensi
Indikator Pendukung
99
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Indikator Kunci
Indikator Pengayaan
Indikator Pendukung
100
Unit Pembelajaran
Laju Reaksi
Indikator Pengayaan
Pernahkah melarutkan gula dalam air bukan? Mungkin sewaktu membuat teh
manis, kopi, atau minuman lainnya. Bagaimana kira-kira larutnya gula dalam
air jika yang dilarutkan bongkahan gula batu atau serbuk? Tentulnya akan
lebih cepat larut yang dalam bentuk serbuk. Hal ini menunjukkan contoh
pengaruh luas permukaan pada laju reaksi yang dapat dijumpai dalam
kehidupan sehari-hari.
101
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Reaksi tersebut berjalan sangat lambat pada suhu kamar sehingga perlu
dilakukan usaha-usaha untuk mempercepat laju reaksinya. Usaha itu harus
dilakukan agar segera didapatkan hasil sebanyak-banyaknya dalam waktu
sesingkat-singkatnya, sesuai prinsip ekonomi. Salah satu usaha yang
dilakukan adalah dengan menambahkan katalis besi. Pada proses pembuatan
asam sulfat yang sering dikenal dengan nama proses kontak, juga diperlukan
katalis yaitu vanadium pentoksida, V2O5.
102
Unit Pembelajaran
Laju Reaksi
Selain di dalam sel, enzim juga memiliki peran penting di luar sel. Salah satu
contoh yang jelas adalah sistem pencernaan. Enzim yang terdapat di dalam
tubuh berfungsi untuk mempercepat proses metabolisme. Enzim juga
menyebabkan metabolisme berlangsung dalam suhu rendah. Enzim bekerja
sangat spesifik hanya pada reaksi-reaksi tertentu.
Zat dipercepat reaksinya dinamakan subtrat yang akan bereaksi dengan enzim
menghasilkan produk. Pada akhir reaksi, enzim akan kembali terbentuk
seperti semula. Penguraian nasi menjadi glukosa-glukosa merupakan salah
satu reaksi yang melibatkan enzim. Beberapa enzim di dalam tubuh dapat
memecah pati, beberapa lagi dapat memecah protein dan juga lemak Reaksi
penguraian nasi berlangsung lambat dan membutuhkan suhu tinggi jika
dilakukan di luar tubuh atau di laboratorium. Namun, jika dilakukan di dalam
tubuh, maka prosesnya berlangsung cepat dan dengan suhu rendah karena
enzim berfungsi sebagai katalis dalam proses metabolisme yang terjadi di
dalam tubuh.
Katalis yang digunakan dalam pembuatan roti adalah enzim zimase yang
merupakan bio katalis.Penambahan zimase dilakukan pada proses peragian
pengembangan roti.Ragi di tambahkan ke dalam adonan sehingga glukosa
dalam adonanterurai menjadi etil alkohol dan karbon dioksida.
103
SOAL-SOAL UN/USBN
Waktu reaksi no 3 bisa lebiH kecil dari no 4 atau laju reaksi no 3 lebih
tinggi dari no 4 dapat dijelaskan dengan menggunakan teori
tumbukan..
A. Serbuk jumlahnya lebih sedikit dibanding butiran jadi lebih
cepat habis
B. Butiran memiliki luas permukaan lebih kecil dari serbuk
sehingga tumbukan lebih sedikit
C. Serbuk memiliki luas permukaan lebih besar dibanding butiran
sehingga sehingga lebih banyak tumbukan
D. Serbuk lebih rapat dibanding butiran sehingga tumbukan lebih
jarang
E. Serbuk memiliki luas permukaan lebih besar dibanding butiran
sehingga sehingga lebih sedikit
105
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Identifikasi
Kelas / Semester X: Semester 2
Level Kognitif Aplikasi
: (C3)
Indikator yang :
Laju reaksi
bersesuaian
Diketahui Kondisi
: pereaksi, waktu dan suhu
Ditanyakan Teori
: tumbukan dikaitkan kecepatan reaksi
Materi yang dibutuhkan Faktor
: –faktor yang mempengaruhi laju reaksi
2. 0,2 0,2 8x
3. 0,1 0,3 9x
106
Unit Pembelajaran
Laju Reaksi
Identifikasi
Kelas / Semester X: Semester 2
Level Kognitif Aplikasi
: (C3)
Indikator yang Menentukan
: orde reaksi
bersesuaian
Diketahui Data
: percobaan kimia
Ditanyakan Orde
: reaksi
Materi yang dibutuhkan Orde
: reaksi
107
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Identifikasi
Kelas / Semester X: Semester 2
Level Kognitif Aplikasi
: (C3)
Indikator yang Menentukan
: besarnya laju reaksi
bersesuaian
Diketahui Faktor yang mempengaruhi laju reaksi yang
sesuai dan yang tidak sesuai
Ditanyakan Faktor yang mempengaruhi laju reaksi yang
sesuai
Materi yang dibutuhkan Faktor yang mempengaruhi laju reaksi
108
Unit Pembelajaran
Laju Reaksi
A. V = k [P] [Q]pen
B. V = k [P]2 [Q]
C. V = k [P] [Q]2
D. V = k [P]2 [Q]2
E. V = k [P]3 [Q]
Identifikasi
Kelas / Semester X: Semester 2
Level Kognitif Aplikasi
: (C3)
Indikator yang Menentukan
: laju reaksi
bersesuaian
Diketahui Faktor yang mempengaruhi laju reaksi yang
sesuai dan yang tidak sesuai
Ditanyakan Kecepatan laju reaksi
Materi yang dibutuhkan Kecepatan laju reaksi
109
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
110
BAHAN PEMBELAJARAN
A. Aktivitas Pembelajaran
Pertemuan 1
Pertemuan 1 ( 2 x 45 menit)
Kegiatan Pendahuluan (15 Menit)
Guru :
Orientasi
❖ Melakukan pembukaan dengan salam pembuka, memanjatkan syukur kepada
Tuhan YME dan berdoa untuk memulai pembelajaran
Apersepsi
❖ Mengaitkan materi/tema/kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan dengan
pengalaman peserta didik dengan materi/tema/kegiatan sebelumnya
111
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Motivasi
❖ Memberikan gambaran tentang manfaat mempelajari pelajaran yang akan
dipelajari dalam kehidupan sehari-hari.
Pemberian Acuan
❖ Memberitahukan tentang kompetensi inti, kompetensi dasar, indikator, dan
KKM pada pertemuan yang berlangsung
❖ Memberitahukan tujuan pembelajaran yang akan dicapai
❖ Memberitahukan materi pelajaran yang akan dibahas.
❖ Pembagian kelompok belajar
❖ Menjelaskan mekanisme pelaksanaan pengalaman belajar sesuai dengan
langkah-langkah pembelajaran.
112
Unit Pembelajaran
Laju Reaksi
113
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
114
Unit Pembelajaran
Laju Reaksi
Guru :
❖ Memeriksa pekerjaan siswa yang selesai langsung
diperiksa untuk materi pelajaran laju reaksi.
Pertemuan 2
115
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
116
Unit Pembelajaran
Laju Reaksi
117
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
118
Unit Pembelajaran
Laju Reaksi
119
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Pertemuan 3
120
Unit Pembelajaran
Laju Reaksi
121
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
CREATIVITY (KREATIVITAS)
❖ Menyimpulkan tentang poin-poin penting yang muncul
dalam kegiatan pembelajaran yang baru dilakukan berupa
:
Laporan hasil praktik / pengamatan tentang materi laju reaksi
❖ Menjawab pertanyaan tentang materi laju reaksi yang
terdapat pada buku / yang dibuat guru/ yang dibuat
peserta didik atau lembar kerja yang telah disediakan.
❖ Bertanya tentang hal yang belum dipahami, atau guru
melemparkan beberapa pertanyaan kepada siswa
berkaitan dengan materi laju reaksi yang akan selesai
dipelajari.
122
Unit Pembelajaran
Laju Reaksi
123
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Prosedur Kerja
a. Pengaruh Suhu
1. Masukkan 10 mL asam oksalat 0,1 M ke dalam gelas kimia. Tambahkan 2
mL asam sulfat 1 M. Lakukan pada suhu kamar. Ukur suhunya dan
letakkan di atas kertas putih. Masukkan 4 mL kalium permanganat 0,1 M
kedalam campuran di atas sambil memijit stopwatch.
124
Unit Pembelajaran
Laju Reaksi
125
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
c. Pengaruh Konsentrasi
Tujuan : Mempelajari pengaruh kosentrasi terhadap kecepatan reaksi
1. Erlenmeyer
2. Selang karet
3. Gabus
4. Stopwatch
5. Timbangan
6. Alat suntik 20 ml
7. Gelas ukur 250 ml
8. Na2CO3
9. Larutan HCl 0,5 M
Prosedur Kerja
126
Unit Pembelajaran
Laju Reaksi
1. Tabung reaksi
2. Gelas ukur 10 ml
3. Pipet tetes
4. Larutan MnO2
5. Larutan H2O2 3%
6. Larutan sabun
Prosedur Kerja
127
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
C. Bahan Bacaan
Laju reaksi kimia tidak jauh dari kecepatan mobil, hanya di dalam reaksi kimia
tidak ada benda bergerak, melainkan perubahan suatu zat yang menjadi zat
lain.
𝐴 →𝐵
Pereaksi (A) berkurang dan pada saat yang sama hasil reaksi (B) bertambah.
Konsentrasi
onsenrasi
Konsentrasi
A
0 Waktu
Dengan demikian, laju reaksi rata-rata (r) dapat ditentukan dari pengurangan
pereaksi -∆[A], atau pertambahan konsentrasi hasil reaksi ∆[B] dalam selang
waktu ∆t = (t2 – t1).
128
Unit Pembelajaran
Laju Reaksi
∆[A] ∆[B]
r=− =
∆t ∆t
Pada reaksi yang melibatkan lebih dari satu pereaksi dan menghasilkan lebih
dari satu produk hasil reaksi, secara umum digambarkan sebagai berikut:
𝑎𝐴 + 𝑏𝐵 → 𝑐𝐶 + 𝑑𝐷
namun dalam mengungkapkan laju reaksi, cukup dipilih salah satu peraksi
atau hasil reaksi, dengan demikian laju reaksi tadi dapat dituliskan dengan
129
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Jika konsentrasi diukur dalam mol L-1 dan waktu (s) dalam detik, maka laju
reaksi mempunyai satuan mol L-1s-1. Perhatikan contoh berikut:
Soal Jawab
a. Pengaruh Konsentrasi
𝐴 →𝑋
Maka
d[𝐴]
r=− ∞ [𝐴]𝑚
dt
atau
r = 𝑘 [𝐴]𝑚
130
Unit Pembelajaran
Laju Reaksi
Jika reaksi:
𝐴 + 𝐵 + 𝐶 → ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙
orde reaksi = m + n + o
131
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Soal
Jawab
Jawab
a. Orde reaksi = 2 + 1 = 3
b. r1 = k [A]2 [B]
Jika [A]` = 2 [A] dan [B]` = 2 [B], maka
r2 = k x [2A]2 [2B]
Bila ditinjau dari jumlah pereaksinya, ada reaksi kimia berpereaksi satu
(tunggal), dua, atau tiga macam. Sedangkan menurut ordenya, ada reaksi
berorde satu, dua, atau tiga atau pecahan, seperti yang terdapat pada tabel 1.
Dari tabel 1 ini ternyata tidak ada hubungan antara jumlah pereaksi dan
koefiesn peraksi dengan orde reaksi. Dengan kata lain, persamaan laju reaksi
tidak dapat ditentukan dari persamaan reaksi.
132
Unit Pembelajaran
Laju Reaksi
Sumber : www.avkimia.com/2016/10/persamaan-laju-reaksi-dan-orde-reaksi.html
Persamaan laju reaksi sangat penting dalam kinetika kimia, tetapi yang sering
jadi masalah adalah bagaimana cara menentukannya, karena tidak dapat
diketahui langsung dari persamaan reaksi. Maka, caranya adalah dengan
melakukan eksperimen untuk mendapatkan data konsentrasi – waktu. Data
tersebut diubah menjadi data konsentrasi – laju dan kemudian diolah untuk
mendapatkan persamaan laju reaksinya.
Langkah pertama adalah menuliskan persamaan umum laju reaksi yang sesuai
dengan jumlah pereaksi, apakah tunggal, dua, atau tiga.
133
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
r = k [A]m
r = k [A]m [B]N
134
Unit Pembelajaran
Laju Reaksi
1 0,1 x 10-2 2
2 0,3 x 10-2 18
3 0,6 x 10-2 72
Tentukan:
Jawab
C2 𝑚 V2
⟦ ⟧ =
C1 V1
𝑚
[𝑁𝑂2 ]2 18
⟦ ⟧ =
[𝑁𝑂2 ]1 2
𝑚
0,3 𝑥 10−2
⟦ ⟧ =9
0,1 𝑥 10−2
3𝑚 = 9
𝑚 = 2
135
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
𝑚
[𝑁𝑂2 ]2 72
⟦ ⟧ =
[𝑁𝑂2 ]1 8
𝑚
0,6 𝑥 10−2
⟦ ⟧ =4
0,3 𝑥 10−2
2𝑚 = 4
𝑚 = 2
r = 𝑘 [𝑁𝑂2 ]2
2mol L −1 s −1
k=
(0,1 𝑥 10−2 )𝑚𝑜𝑙2
b. Pengaruh Suhu
136
Unit Pembelajaran
Laju Reaksi
Kemudian makanan, sepeti ikan, lebih awet dalam lemari es, karena
penurunan suhu memperlambat pembusukan.
𝐴 + 𝐵 + 𝐶 → 𝐻𝑎𝑠𝑖𝑙
Tumbukan Efektif
𝐴𝐵 + 𝐴𝐵 → 𝐴2 + 𝐵2
137
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
138
Unit Pembelajaran
Laju Reaksi
Jika kaca dilempar dengan batu tetapi tidak pecah, berarti energi kinetik batu
tidak cukup untuk memecahkan kaca. Demikian juga tabrakan antar molekul
pereaksi, walaupun sudah bertumbukan langsung dengan posisi yang efektif,
tetapi bila energi kurang tidak akan menghasilkan reaksi.
𝐴𝐵 + 𝐶 → 𝐴 + 𝐵𝐶
Bila gerakan molekul AB dan C lambat, maka tidak akan terjadi ikatan anatara
B dan C saat bertumbukan, akibatnya keduanya terpental tanpa ada
perubahan. Dengan percepatan gerakan molekul akan membuat tumpang
tindih awan elektron B dan C membentuk ikatan, dan akhirnya terjadi reaksi
kimia.
Hukum mekanika menyatakan bahwa energi total (jumlah energi kinetik dan
energi potensial) suatu sistem harus konstan. Sebelum tumbukan, energi
potensial AB dengan C kecil, dan energi kinetik yang besar. Pada saat
tumbukan, energi kinetik sama dengan energi potensial, dan setelah terjadi
ikatan , energi potensial lebih besar dari energi kinetik.
139
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Pada saat terbentuknya ikatan baru (atom B dan C), masih terdapat ikatan
lama (atam A dengan B). Berarti pada saat itu, B mempunyai dua ikatan, yaitu
dengan A dan C.keadaan seperti itu hanya sesaat dan tidak setabil, maka
senyawa ABC disebut, keadaan transisi atau kompleks teraktivasi yang
mempunyai tingkat energi lebih tinggi daripada keadaan awal.
Terbentuknya ikatan baru (B dengan C) adalah akibat gaya Tarik antar atom
(energi potensial), dan pda proses ini akan melepaskan sejumlah energi.
Energi tersebut sebagian atau seluruhnya akan dipakai untuk memutuskan
ikatan lama (A dan B). selama proses pemutusan, terjadi tingkat penurunan
energi sistem, karena terbentuknya A dan BC yang energinya lebih rendah.
Dengan demikian, dalam suatu reaksi terdapat tiga keadaan, yaitu keadaan
awal (pereaksi), keadaan transisi, dan keadaan akhir (hasil reaksi). Keadaan
transisi energinya selalu lebih tinggi dari pada dua keadaan lain,tetapi
keadaan awal energinya dapat lebih tinggi atau lebih rendah dari pada
keadaan akhir. Bila energi keadaan awal lebih tinggi, reaksi menghasilkan
kalor atau eksotermik. Dan bila sebaliknya, reaksi adalah
endotermik.perbedaan tingkat energi pereaksi dengan kompleks teraktivasi
disebut energi aktivasi.
140
Unit Pembelajaran
Laju Reaksi
Hukum Arrhenius
Ea = energi pengaktifan
Setiap suhu naik 100C, laju reaksi menjadi dua kali lipatnya.
∆𝑡
𝑉 = 210 𝑉0
∆t = kenaikan suhu
141
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Pada saat zat-zat pereaksi bercampur, maka akan terjadi tumbukan antar
partikel pereaksi di permukaan zat. Laju reaksi dapat diperbesar dengan
memperluas permukaan bidang sentuh zat yang dilakukan dengan cara
memperkecil ukuran zat pereaksi.
Semakin luas permukaan bidang sentuh zat, semakin besar laju reaksinya,
seperti yang ditunjukkan oleh grafik hubungan luas permukaan dengan laju
reaksi.
142
Unit Pembelajaran
Laju Reaksi
d. Pengaruh Katalis
Reaksi yang berlangsung lambat dapat dipercepat dengan memberi zat lain
tanpa menambah konsentrasi pereaksi atau suhu. Zat tersebut disebut katalis.
Istilah ini mula-mula dipakai oleh Berzelius pada tahun 1835. Katalis
terkadang ikut terlibat dalam reaksi tetapi tidak mengalami perubahan
kimiawi yang permanen, dengan kata lain pada akhir reaksi katalis akan
dijumpai kembali dalam bentuk dan jumlah yang sama seperti sebelum reaksi.
Fungsi katalis adalah mempercepat reaksi dengan jalan membentuk kompleks
teraktivasi baru yang memiliki energi pengaktifan lebih rendah yang
membentuk tahap-tahap reaksi yang baru. Dengan menurunnya energi
pengaktifan maka pada suhu yang sama reaksi dapat berlangsung lebih cepat.
143
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Suatu reaksi yang menggunakan katalis disebut reaksi katalisis dan prosesnya
disebut katalisme. Katalis suatu reaksi biasanya dituliskan diatas tanda panah,
contohnya:
MnO
2KCl(g) 2 KCl(s) + 3O2(g)
aran
H2(g) + Cl2(g) 2HCl
Pt
2H2O2(l) 2H2O(l) + O2(g)
144
Unit Pembelajaran
Laju Reaksi
Sifat katalis:
5) Katalis bekerja efektif pada suhu optimum, artinya diatas atau dibawah
suhu tersebut kerja katalis berkurang.
Contoh:
Reaksi yang terjadi pada senyawa alkohol yang menggunakan katalis berbeda
akan menghasilkan jenis reaksi yang bereda pula.
Al2O
C2H5OH(g) C2H4(g) + H2O(g)
Cu
C2H5OH(g) CH3CHO(g) + H2O(g)
7) Keaktifan katalis dapat diperbesar oleh zat lain yang disebut promotor
(pemercepat katalis)
145
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Contoh:
FeSO4
S2O3(aq) + 2I-(aq) I2(s) + 2SO42-(aq)
Reaksi dengan Katalis FeSO4 dapat dipercepat oleh adanya CUSO4 sebagai
promotor.
CH3COOH
CH3COOH3+ H2O CH3COOH+ H3OH
As
2AsH3 2 As + 3H2
9) Katalis dapat diracuni oleh zat lain sehingga sifat katalisnya hilang,
contohnya:
146
Unit Pembelajaran
Laju Reaksi
10) Katalis yang memperlambat reaksi disebut katalis negatif atau inhibitor,
contohnya:
11) Katalis untuk reaksi senyawa organik dalam organisme disebut enzim,
yang dapat mempercepat reaksi 105 – 1020 kali, contoh ureasa
ureasa
CO(NH2)2+ H2O 2NH3 + CO2
Sifat enzim bekerja efektif pada suhu dan pH tertentu, yang masing-masing
disebut suhu optimum dan pH optimum
Penggolongan Katalis
Katalis dapat dibagi berdasarkan dua tipe dasar, yaitu katalisis heterogen dan
katalisis homogen. Didalam reaksi katalisis heterogen, katalis berada dalam
fasa yang berbeda dengan reaktan sedangkan reaksi katalisis homogen, katalis
berada dalam fasa yang sama dengan reaktan.
147
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
NO
2SO2 + O2 2SO3
NO
2CO + O2 2CO2
I2
CH3COOH CH4+ CO
H+
C12H22O11+ H2O C6H12O6+ C6H12O6 + O2
selulosa glukosa fruktosa
H+
CH3COOC2H5+ H2O CH3COOH+ C2H5OH
148
Unit Pembelajaran
Laju Reaksi
Pt(s)
Au(s)
2N2O(g) 2N2(g) + O2
glas(s)
Menurut teori senyawa antara, pereaksi dan katalis membentuk senyawa yang
bersifat sementara dan disebut senyawa antara. Berdasarkan teori ini, katalis
mengubah mekanisme reaksi sehingga sekaligus mengubah laju reaksi. Teori
ini umumnya dapat menjelaskan katalis homogen yang bersifat fasa gas,
misalkan reaksi:
AB + C → A+ BC
AB + C → ABC (lambat)
ABC → A+ BC (cepat)
AB + K → ABK (cepat)
ABC → A+ BC (cepat)
ABK + C → BC + K (cepat)
149
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Ketiga tahap reaksi dengan katalis adalah cepat, maka reaksi total menjadi
cepat juga. Ditinjau dari tingkat energinya, kompleks teraktivasi ABK
mempunyai energi pengaktifan lebih rendah daripada kompleks teraktivasi
ABC. Akibatnya, katalis menurunkan batas energi minimum pereaksi sehingga
jumlah molekul yang memenuhi syarat menjadi lebih besar.
Berikutnya, teori katalis yang kedua adalah teori tumbukan. Teori ini berlaku
untuk kalatis dengan fasa padatan. Diketahui bahwa padatan mempunyai
permukaan yang luas. Jika katalis berfasa padat, maka ia dapat menyerap
molekul pereaksi pada permukaannya sehingga akan bereaksi dengan mudah.
Sebagai contoh penguraian (disosiasi) H2 menjadi 2H oleh serbuk platina atau
nikel.
1. Mekanisme Reaksi
Suatu reaksi tidak langsung terjadi dari pereaksi menjadi hasil reaksi, tetapi
melalui tahap-tahap reaksi yang lebih kecil (reaksi dasar). Misalnya untuk
reaksi:
AB + CD → AC + BD
150
Unit Pembelajaran
Laju Reaksi
Tahap 1 (cepat) : 𝐴𝐵 → 𝐴 + 𝐵
Tahap 4 (cepat) : 𝐵 + 𝐷 → 𝐵𝐷
Mekanisme reaksi adalah urutan reaksi dasar yang dilalui oleh pereaksi sampai
hasil reaksi
Perlu diingat bahwa setiap tahap mempunyai laju tertentu. Misalkan tahap 1,
3, dan 4 adalah cepat, sedangkan tahap 2 adalah lambat.
Tahap yang paling lambat, yaitu tahap 2, disebut tahap penentu laju reaksi,
karena tahap ini merupakan penghalang untuk laju reaksi secara keseluruhan.
Artinya tidak ada pengaruh keniakan laju tahap 1, 3 dan 4 terhadap reaksi
total.
r2 ∞ [A][B]
r2 ∞ [CD]
Laju reaksi tahap 2 ini akan sama dengan laju reaksi total:
151
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
2. Orde Reaksi
Orde suatu reaksi ialah jumlah semua eksponen (dari konsentrasi dalam
persamaan laju. Orde reaksi juga menyatakan besarnya pengaruh konsentrasi
reaktan (pereaksi) terhadap laju reaksi.
Jika laju suatu reaksi berbanding lurus dengan pangkat satu konsentrasi dari
hanya satu pereaksi.
Laju = k [A]
Maka reaksi itu dikatakan sebagai reaksi orde pertama. Penguraian N2O5
merupakan suatu contoh reaksi orde pertama. Jika laju reaksi itu berbanding
lurus dengan pangkat dua suatu pereaksi,
Laju = k[A]2
Atau berbanding lurus dengan pangkat satu konsentrasi dari dua pereaksi,
Laju = k [A][B]
Maka reaksi itu disebut reaksi orde kedua. Dapat juga disebut orde terhadap
masing-masing pereaksi. Misalnya dalam persamaan terakhir itu adalah orde
pertama dalam A dan orde pertama dalam B, atau orde kedua secara
keseluruhan. Suatu reaksi dapat berorde ketiga atau mungkin lebih tinggi lagi,
tetapi hal-hal semacam itu sangat jarang. Dalam reaksi yang rumit, laju itu
mungkin berorde pecahan, misalnya orde pertama dalam A dan orde 0,5 dalam
B atau berorde 1,5 secara keseluruhan.
152
Unit Pembelajaran
Laju Reaksi
Dalam penguraian N2O5 dan NO2, koefisien untuk pereaksi dalam masing-
masing persamaan stoikiometri adalah 2 tetapi reaksi pertama bersifat orde
pertama dalam N2O5 dan yang kedua berorde kedua dalam NO2. Seperti
dilukiskan oleh contoh.
Contoh:
2A + 2B → 2AB
Jawaban :
153
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Jadi reaksi itu berorde nol untuk A. Maka persamaan laju yang paling mungkin
adalah:
Laju = k[A]°[B2]
atau
Laju = k[B2]
Suatu pereaksi malahan dapat tidak muncul dalam persamaan laju suatu
reaksi. Orde suatu reaksi diberikan hanya atas dasar penetapan eksperimental
dan sekedar memberi informasi mengenai cara laju itu bergantung pada
konsentrasi pereaksi-pereaksi tertentu. Ramalan teoritis mengenai orde-orde
(dari) reaksi-reaksi yang kurang dikenal jarang berhasil.
Jika tahap reaksi dapat diamati, orde adalah koefisien pada tahap reaksi yang
berjalan lambat.
Contoh :
154
Unit Pembelajaran
Laju Reaksi
Maka orde reaksi ditentukan oleh reaksi (1). Persamaan laju reaksi,
V = [HBr] [O2]. Orde reaksi total (lihat koefisien reaksi) = 1 + 1 = 2.
Jika tahap reaksi tidak bisa diamati, orde reaksi ditentukan melalu
eksperimen, kosentrasi salah satu zat tetap dan kosentrasi zat lain berubah.
Contoh:
Reaksi : P + Q + R → X + Y
Orde reaksi terhadap P, dicari dengan melihat konsentrasi [Q] dan [R] yang
tetap. Dari data (1) dan (3) dari konsentrasi [Q] dan [R] tetap, [P] dinaikkan
dua kali.
2m = 2 → m = 1
155
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
• Orde reaksi terhadap Q, lihat konsentrasi [P] dan [R] yang tetap yakni
sebagai berikut.
Ingat : orde reaksi ditentukan oleh tahap reaksi yang paling lambat 1,5n = 1,5
n=1
• Orde reaksi terhadap R, lihat konsentrasi [P] dan [Q] tetap yakni
data (1) dan (2).
V = k[P] [Q]
156
Unit Pembelajaran
Laju Reaksi
Keadaan Kesetimbangan
Keadaan setimbang atau reaksi kesetimbangan merupakan kecepatan
reaksi ke kanan dan ke kiri adalah sama. Ada dua sistem kesetimbangan, yaitu
kesetimbangan statis dan kesetimbangan dinamis. Keadaan setimbang antara
sistem dengan lingkungan yang ditandai dengan kesamaan gaya, suhu, atau
potensial listrik disebut kesetimbangan statis karena pada keadaan tersebut
tidak terjadi perpindahan materi antara sistem dengan llingkungan. Pada
materi ini akan dibahas kesetimbangan yang terjadi di dalam sistem itu sendiri
dan bukan sistem dengan lingkungan. Keadaan tersebut disebut
kesetimbangan dinamis, karena di dalam sistem terus menerus berlangsung
perubahan.
Akibatnya, jumlah molekul air dan uap air dalam kesetimbangan dapat
dikatakan konstan, tetapi kedua perubahan tersebut berlangsung terus
menerus.
157
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Uap air
100oC
----------------------------------
---
----------------------------------
---
----------------------------------
air
---
----------------------------------
---
----------------------------------
---
----------------------------------
---
Pada umumnya ketika suatu reaksi kimia berlangsung, laju reaksi berkurang
dan konsentrasi pereaksi pun berkurang. Dalam banyak hal, setelah waktu
tertentu reaksi dapat berkesudahan, yaitu semua pereaksi habis bereaksi.
Namun banyak reaksi tidak berkesudahan dan pada kondisi tertentu,
konsentrasi pereaksi dan produk reaksi menjadi tetap. Reaksi demikian
disebut reaksi reversibel dan mencapai kesetimbangan. Pada reaksi semacam
ini produk reaksi yang terjadi bereaksi membentuk kembali pereaksi. Ketika
reaksi berlangsung laju reaksi ke depan (ke kanan), sedangkan laju reaksi
sebaliknya bertambah, sebab konsentrasi pereaksi berkurang dan konsentrasi
produk reaksi bertambah.
158
Unit Pembelajaran
Laju Reaksi
Dengan demikian laju reaksi terukur dari reaksi ke depan terus berkurang
menjadi nol, pada saat laju reaksi ke kanan dan laju reaksi sebaliknya menjadi
sama. Jika hal ini terjadi peraksi dan produk reaksi berada dalam suatu
keadaan yang disebut kesetimbangan dinamis. Sebagai contoh:
A+B C+D
Bagaimana reaksi ini bisa mencapai keadaan tersebut? Anggap saja dimulai
dengan A dan B.
Pada awal reaksi, konsentrasi A dan B pada mula-mula ada pada titik
maksimum, dan itu berarti kecepatan reaksi juga ada pada titik maksimum.
Pada awalnya tidak ada C dan D sama sekali sehingga tidak mungkin ada reaksi
di antara keduanya. Sejalan dengan waktu, konsentrasi C dan D bertambah
banyak dan keduanya menjadi mudah bertumbukan dan bereaksi.
159
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Gambar 9. Hubungan laju reaksi dan waktu terhadap laju dua reaksi yang sama
Pada saat ini, tidak akan ada lagi perubahan pada jumlah A, B, C, D di dalam
campuran. Begitu ada partikel yang berubah, partikel tersebut terbentuk
kembali berkat adanya reaksi bolak- balik. Pada saat inilah reaksi mencapai
kesetimbangan kimia.
160
Unit Pembelajaran
Laju Reaksi
Dengan cara lain dapat digambarkan, dalam kesetimbangan ini terjadi reaksi
A dan B (tidak harus dalam jumlah yang sama) menjadi C dan D, dan pada saat
yang sama C dan D bereaksi menjadi A dan B di mana kecepatan rekasi ke
kanan sama dengan kecepatan reaksi ke kiri. Akibatnya, keempat zat dalam
sistem itu jumlahnya mendekati konstan (gambar 10).
AC AD BC
BC BD AD
AD AC BD
BD BC
AC AD BC
161
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
1. Konstanta Kesetimbangan
Kembali ke suatu keadaan kesetimbangan dinamis yang digambarkan dengan
persamaan reaksi berikut:
I
AB + CD AC + BD
II
162
Unit Pembelajaran
Laju Reaksi
Pada mulanya hanya hanya ada pereaksi AB dan CD, sedangkan hasil reaksi
(produk) AC dan BD adalah nol. Selama reaksi berlangsung, jumlah pereaksi
berkurang dan hasil reaksi terbentuk dan bertambah. Akhirnya dicapai
kesetimbangan sehingga jumlah pereaksi dan hasil reaksi menjadi konstan.
I Laju berkurang
Konsentrasi (M)
CD I = II
II Laju bertambah
H
waktu
Gambar 12. Hubungan antara kecepatan reaksi arah kanan (I) dan kiri (II) dengan waktu
H = hasil reaksi
Pada mulanya laju reaksi I maksimum, sedangkan laju reaksi II adalah nol.
Kemudian laju I makin berkurang dan laju II makin bertambah, dan akhirnya
sama setelah tercapai kesetimbangan
Pada keadaan sistem yang setimbang, jumlah zat pereaksi dan hasil reaksi
pada keadaan setimbang adalah konstan, sehingga perbandingannya juga
akan konstan. Bagaimana bentuk perbandingan itu bergantung pada suhu dan
jenis kesetimbangan. Berikut ini adalah contoh reaksi:
163
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Perbandingan jumlah zat hasil reaksi dan pereaksi kedua reaksi pada keadaan
setimbang. Berikut ini adalah contoh data hasil percobaan di laboratorium:
Tabel 2. Konsentrasi (mol/L) H2, I2, dan HI dalam kesetimbangan pada suhu
425,4 oC
[HI]2
Percobaan [H2] [H2] [HI]
[H2 ] [I2 ]
Rata-rata 54,44
Tabel 3. Konsentrasi (mol/L) N2, H2, dan NH3 dalam kesetimbangan pada
suhu 500oC
[NH3]2
Percobaan [N2] [H2] [NH3]
[N2 ][H2 ]3
Rata-rata 0,05998
164
Unit Pembelajaran
Laju Reaksi
[𝐇𝐈]𝟐
= 𝟓𝟒, 𝟓𝟓
[𝐇𝟐 ] [𝐈𝟐 ]
𝐝𝐚𝐧
[𝐍𝐇𝟑 ]𝟐
= 𝟎, 𝟎𝟓𝟗𝟗𝟖
[𝐍𝟐 ][𝐇𝟐 ]𝟑
adalah
[𝐀𝐂]𝒄 [𝐁𝐃]𝒅
𝑲𝒄 =
[𝐀𝐁]𝒂 𝐂𝐃]𝒃
165
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Bila konstanta kesetimbangan (Kc) kecil (Kc < 1), berarti bahwa pada keadaan
kesetimbangan konsentrasi dari produk adalah kecil, sehingga konstanta
kesetimbangan yang kecil menunjukkan reaksi bolak-balik tidak berlangsung
dengan baik. Misalnya jika reaksi :
𝑷𝒄𝑨𝑪 × 𝑷𝒅𝑩𝑫
𝐊𝐩 = 𝒂
𝑷𝑨𝑩 × 𝑷𝒃𝑪𝑫
166
Unit Pembelajaran
Laju Reaksi
2. Macam-Macam Kesetimbangan
Kesetimbangan kimia ada yang homogen dan heterogen.
[𝑪𝒂𝑶][𝑪𝑶𝟐 ]
𝑲′ 𝒄 =
[𝐂𝐚𝐂𝐎𝟑 ]
167
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Uap air
CaO(s) dan
CaCO3(s)
Sistem tersebut mengandung zat padat dan gas dalam ruang tertutup. Zat
padat, yaitu CaCO3 dan CaO, akan jatuh ke dasar bejana, sedangkan molekul
gas CO2selalu bergerak dan mengisi semua ruangan bejana. Karena sistem
berada dalam keadaan kesetimbangan, maka selalu terjadi reaksi bolak-balik
antara CaCO3, CaO dan CO2, walaupun jumlah zat ini mendekati konstan. Jika
semua zat padatnya diambil maka hilanglah kesetimbangannya, karena sistem
hanya mengandung CO2. Jadi kesetimbangan masih mungkin berlangsung bila
masih tersedia zat padat CaCO3 dan CaO dalam bejana, baik jumlahnya banyak
ataupun sedikit.
Sekiranya CaCO3 dan CaO ditambah atau dikurangi, kesetimbangan tidak akan
dipengaruhi. Buktinya jumlah CO2 dalam ruangan akan selalu konstan. Tetapi,
bila jumlah CO2dalam ruangan ditambah, terjadilah pergeseran ke arah CaCO3,
supaya jumlah CO2 konstan kembali. Sebaliknya, jika jumlah CO2 dikurangi,
CaCO3 akan terurai menjadi dan CaO sampai CO2 konstan kembali. Jadi,
ternyata jumlah zat padat dalam kesetimbangan keterogen tidak
mempengaruhi kesetimbangan. Oleh karena itu, konsentrasi zat padat dapat
dianggap konstan, seperti rumus berikut.
168
Unit Pembelajaran
Laju Reaksi
[𝑪𝒂𝑶]
= 𝒌𝒐𝒏𝒔𝒕𝒂𝒏
[𝐂𝐚𝐂𝐎𝟑 ]
Sehingga
[𝐂𝐚𝐂𝐎𝟑 ]
𝑲′ 𝒄 × = [𝑪𝑶𝟐 ]
[𝑪𝒂𝑶]
𝑲𝒄 = [𝑪𝑶𝟐 ]
N2O4(g) 2NO2(g)
169
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Nilai α berada antara 0 dan 1. Jika α = 0 maka pereaksi tidak terurai sama
sekali, dan α =1 bila pereaksi terurai sempurna.
Contoh 1
Kesetimbangan AB A+B
Jawab
AB A + B
0,05 M 0,05M 0,05M
[AB] yang terurai = 0,05 M
[AB] mula-mula = (0,2 + 0,05) M = 0,25 M
170
Unit Pembelajaran
Laju Reaksi
Contoh 2
Pada suhu tertentu, 0,2 mol gas A3B dipanaskan dalam ruangan 1 | sehingga
terjadi kesetimbangan A3B ↔ 3A + B.
Dalam sistem terdapat 0,09 mol A3B dan 0,03 mol A. Tentukan derajat
disosiasi.
Jawab
A3B ↔ 3A + B
0,01 0,03
𝐀 𝟑 𝐁 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐭𝐞𝐫𝐮𝐫𝐚𝐢 𝟎, 𝟎𝟏
𝛂= = = 𝟎, 𝟏𝟎
𝐀 𝟑 𝐁 𝐦𝐮𝐥𝐚 − 𝐦𝐮𝐥𝐚 𝟎, 𝟏𝟎
A2B ↔ 2A + B
n(1 – α) 2nα cα
Hal ini menunjukan bahwa bila A2B mula–mula n mol, maka dalam
kesetimbangan terdapat n(1 – α) mol A2B, 2nα mol A, dan nα mol B.
171
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Karena ketiga zat berada dalam satu wadah maka volumenya sama.
Akibatnya, perbandingan mol zat setara dengan perbandingan
konsentrasinya. Jika konsentrasi A2B mula-mula sebesar c, maka:
A2B ↔ 2A + B
c(1 – α) 2nα cα
dengan demikian
𝟒𝐜 𝟐 𝛂𝟐
= 𝟏− 𝛂
3. Hukum Kesetimbangan
aA+bB↔ cC+dD
maka:
172
Unit Pembelajaran
Laju Reaksi
Contoh 2:
Dalam ruang 2 L pada suhu t ºC direaksikan 0,7 mol gas N2 dan 1 mol gas H2.
pada saat kesetimbangan dalam ruang terdapat 0,4 mol gasNH3. tentukan
harga Kc pada suhu tersebut !
173
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
[𝑪𝑶]𝟐
𝑲𝒄 =
[𝐂𝐎𝟐 ]
[𝒁𝒏]𝟐+
𝑲𝒄 =
[𝑪𝑶]𝟐+
[𝑪𝑯𝟑 𝑪𝑶𝑶𝑯][𝑶𝑯− ]
𝑲𝒄 =
[𝑪𝑯𝟑 𝑪𝑶𝑶− ]
174
Unit Pembelajaran
Laju Reaksi
Azas Le Chatelier
Bila pada sistem kesetimbangan diadakan aksi, maka sistem akan mengadakan
reaksi sedemikian rupa sehingga pengaruh aksi itu menjadi sekecil-kecilnya.
Perubahan dari keadaan kesetimbangan semula ke keadaan kesetimbangan
yang baru akibat adanya aksi atau pengaruh dari luar itu dikenal dengan
pergeseran kesetimbangan.
Bagi reaksi: A + B ↔ C + D
175
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
4. Hubungan Kp dan Kc
Sehingga:
𝑷𝒄𝑨𝑪 × 𝑷𝒅𝑩𝑫
𝐊𝐩 =
𝑷𝒂𝑨𝑩 × 𝑷𝒃𝑪𝑫
[𝐀𝐂]𝒄 [𝐁𝐃]𝒅
𝑲𝒄 =
[𝐀𝐁]𝒂 [𝐂𝐃]𝒃
n 𝑃
=
𝑉 𝑅𝑇
Dalam sistem terdapat gas AB, CD, AC, dan BD, dengan konsentrasi
masing-masing.
𝒏𝑨𝑩 𝑷𝑨𝑩
[𝐀𝐁] = = 𝑷𝑨𝑩 = [𝑨𝑩]𝑹𝑻
𝐕 𝐑𝐓
𝒏𝑪𝑫 𝑷𝑪𝑫
[𝐂𝐃] = = 𝑷𝑪𝑫 = [𝑪𝑫]𝑹𝑻
𝐕 𝐑𝐓
176
Unit Pembelajaran
Laju Reaksi
𝒏𝑨𝑪 𝑷𝑨𝑪
[𝐀𝐂] = = 𝑷𝑨𝑪 = [𝑨𝑪]𝑹𝑻
𝐕 𝐑𝐓
𝒏𝑩𝑫 𝑷𝑩𝑫
[𝐁𝐃] = = 𝑷𝑩𝑫 = [𝑩𝑫]𝑹𝑻
𝐕 𝐑𝐓
𝑷𝑪𝑨𝑩 𝑷𝑪𝑨𝑩
𝑲𝒑 = 𝒂 × 𝒃
𝑷𝑨𝑩 𝑷𝑪𝑫
[𝐀𝐂]𝒄 [𝐑𝐓]𝒅 × [𝐁𝐃]𝒅 [𝐑𝐓]𝒅 [𝐂𝐃]𝒄 [𝐁𝐃]𝒅
= 𝑹𝑻(𝒄+𝒅)−(𝒂+𝒃)
[𝐀𝐁]𝒂 [𝐑𝐓]𝒂 × [𝐂𝐃]𝒃 [𝐑𝐓]𝒃 [𝐀𝐁]𝒂 [𝐂𝐃]𝒃
𝑲𝒑 = 𝑲𝒄 (𝑹𝑻)∆𝒏𝒈
Dengan ∆ng adalah perbedaan jumlah koefisien hasil reaksi dan pereaksi. Jika
∆ng = 0 maka Kp = Kc. Contohnya, kesetimbangan pada reaksi:
Contoh:
Jawab:
𝑲𝒑 = 𝑲𝒄 (𝑹𝑻)∆𝒏𝒈
= 1,75
177
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
5. Pergeseran Kesetimbangan
178
Unit Pembelajaran
Laju Reaksi
PENGEMBANGAN PENILAIAN
Waktu reaksi no 3 bisa lebi kecil dari no 4 atau laju reaksi no 3 lebih tinggi dari
no 4 dapat dijelaskan dengan menggunakan teori tumbukan..
A. Serbuk jumlahnya lebih sedikit dibanding butiran jadi lebih cepat habis
B. Butiran memiliki luas permukaan lebih kecil dari serbuk sehingga
tumbukan lebih sedikit
C. Serbuk memiliki luas permukaan lebih besar dibanding butiran sehingga
sehingga lebih banyak tumbukan
D. Serbuk lebih rapat dibanding butiran sehingga tumbukan lebih jarang
E. Serbuk memiliki luas permukaan lebih besar dibanding butiran sehingga
sehingga lebih sedikit
179
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Pembahasan
Pada saat zat-zat pereaksi bercampur, maka akan terjadi tumbukan antar
partikel pereaksi di permukaan zat. Laju reaksi dapat diperbesar dengan
memperluas permukaan bidang sentuh zat yang dilakukan dengan cara
memperkecil ukuran zat pereaksi. Semakin luas permukaan bidang sentuh
zat, semakin besar laju reaksinya, seperti yang ditunjukkan oleh grafik
hubungan luas permukaan dengan laju reaksi.
Jawaban C
2. 0,2 0,2 8x
3. 0,1 0,3 9x
A. 1
B. 2
C. 3
D. 4
E. 5
180
Unit Pembelajaran
Laju Reaksi
Pembahasan
B2 𝑚 L2
⟦ ⟧ =
B1 L1
0,2 𝑚 8
⟦ ⟧ =
0,1 1
2m = 4
m= 2
Jawaban B
Dari data diatas faktor yang dapat mempengaruhi laju reaksi adalah ….
A. Suhu, tekanan, konsentrasi
B. Suhu, wujud zat, waktu
C. Suhu, tekanan, waktu
D. Tekanan, konsentrasi, wujud zat
E. Suhu, wujud zat, konsentrasi
181
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Pembahasan :
Faktor yang mempengaruhi laju reaksi adalah ; kosentrasi zat bereaksi, suhu
reaksi, luas permukaan dan katalis. Luas permukaan berkaitan dengan wujud
zat. Luas permukaan serbuk lebih besar dari pada butiran sedangkan butiran
lebih besar dari pada bongkahan.
Jawaban E
Pembahasan:
Faktor yang mempengaruhi laju reaksi adalah ; kosentrasi zat bereaksi, suhu
reaksi, luas permukaan dan katalis. Luas permukaan berkaitan dengan wujud
zat. Reaksi di atas adalah eksotermis.
Jawaban D
182
Unit Pembelajaran
Laju Reaksi
A. V = k [P] [Q]pen
B. V = k [P]2 [Q]
C. V = k [P] [Q]2
D. V = k [P]2 [Q]2
E. V = k [P]3 [Q]
Pembahasan:
Laju reaksi bergantung pada konsentrasi pereaksi pada saat itu. Bila reaksi
A X
Maka
d[𝐴]
r=− ∞ [𝐴]𝑚
dt
atau
r = 𝑘 [𝐴]𝑚
m disebut orde yaitu bilangan yang menyatakan tingkat pengaruh konsentrasi
reaktan terhadap laju reaksi, yang nilainya mungkin nol, satu,dua,tiga atau
pecahan. Persamaan diatas disebut persamaan laju reaksi, dan k sebagai
konstanta laju reaksi. Nilai k bergantung pada jenis reaksi dan suhu, artinya
bila suhu berubah maka nilainya juga berubah.
183
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Jika reaksi:
A+B+C → hasil
Maka persamaan laju reaksi umum adalah
r = 𝑘 [𝐴]𝑚 [𝐵]𝑛 [𝐶]𝑜
m, n, o disebut juga orde masing-masing peraksi A, B, C, sedangkan
jumlahnya disebut orde reaksi:
Jawab: E
Pembahasan :
Contoh :
184
Unit Pembelajaran
Laju Reaksi
Contoh :
Jawaban: E
Kompetensi Level
Lingkup Indikat Bentuk
KD yang Diuji Materi No Kognit
Materi or Soal Soal
if
185
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Kompetensi Level
Lingkup Indikat Bentuk
KD yang Diuji Materi No Kognit
Materi or Soal Soal
if
186
Unit Pembelajaran
Laju Reaksi
(pereaksi, suhu
dan waktu) Dari data diatas factor yang dapat mempengaruhi laju reaksi
Sumber Buku :
187
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Jenis
: SMK Kurikulum : Agribisnis dan Agroteknologi
Sekolah
Mata
: Kimia Nama Penyusun :-
Pelajaran
Level Kognitif : Pengetahuan/
KOMPETENSI DASAR
Pemahaman
Aplikasi
Penalaran
Mengevaluasi laju reaksi Nomor RUMUSAN BUTIR SOAL
berdasarkan faktor-faktor Soal Berikut disajikan data percobaan untuk reaksi : mA + nB -
yang mempengaruhinya ----------- pC + qD
2.
LINGKUP MATERI (A) (B) Laju reaksi awal
Percobaan
Laju Reaksi M M ( M. detik-1)
MATERI 1. 0,1 0,1 x
Orde Reaksi 2. 0,2 0,2 8x
3. 0,1 0,3 9x
INDIKATOR SOAL
Disajikan reaksi kimia
Kunci Orde reaksi terhadap B adalah …….
dan data percobaan
Jawaban A. 1
(konsentrasi reaktan dan
B. 2
laju reaksi awal) peserta B
C. 3
dapat menentukan orde
D. 4
reaksi
E. 5
Sumber Buku :
188
Unit Pembelajaran
Laju Reaksi
Jenis
: SMK Kurikulum : Agribisnis dan Agroteknologi
Sekolah
Mata
: Kimia Nama Penyusun :-
Pelajaran
KOMPETENSI Level Pengetahuan/
Aplikasi Penalaran
DASAR Kognitif : Pemahaman
Mengevaluasi laju RUMUSAN BUTIR SOAL
Nomor
reaksi berdasarkan
Soal
faktor-faktor yang Perhatikan data-data percobaan berikut:
mempengaruhinya 3.
LINGKUP MATERI Pereaksi Suhu Waktu
No
Laju Reaksi CaCO3 HCl ( oC) (detik)
MATERI 1 gram,
1 1M 50 48
Orde Reaksi serbuk
1 gram,
INDIKATOR SOAL 2 2M 50 10
serbuk
Disajikan reaksi
Kunci 1 gram,
kimia dan data 3 2M 40 14
Jawaban serbuk
percobaan
1 gram,
(konsentrasi reaktan C 4 2M 40 18
butiran
dan laju reaksi awal)
1 gram,
peserta dapat 5 1M 30 50
butiran
menentukan orde
reaksi
Waktu reaksi no 3 bisa lebih kecil dari no 4 atau laju reaksi
no 3 lebih tinggi dari no 4 karena..
A. Pereaksi dalam bentuk serbuk jumlahnya lebih sedikit
dibanding bentuk butiran
B. Pereaksi dalam bentuk serbuk memiliki luas
permukaan lebih kecil dari serbuk sehingga tumbukan
lebih sedikit
189
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Sumber Buku :
190
Unit Pembelajaran
Laju Reaksi
191
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Sumber Buku :
192
Unit Pembelajaran
Laju Reaksi
Mata
: Kimia Nama Penyusun :-
Pelajaran
Level
KOMPETENSI Pengetahuan/
Kognitif Aplikasi Penalaran
DASAR Pemahaman
:
Mengevaluasi laju RUMUSAN BUTIR SOAL
reaksi Nomor
berdasarkan Soal Harga Kp untuk reaksi kesetimbangan
faktor-faktor yang 2X 9g) 3y(g)
6.
mempengaruhinya Pada suhu tertentu adalah 1/8 .jika tekanan parsial y
LINGKUP MATERI pada keadaan setimbang adalah 2 atm maka tekanan
Kesetimbangan parsial X adalah...
kimia A. 4 atm
MATERI B. 6 atm
Penentuan C. 8 atm
Konstanta D. 10 atm
kesetimbangan E. 12 atm
INDIKATOR SOAL Kunci
Disajikan reaksi Jawaban
kimia dan data
C
reaksi peserta
dapat menentukan
Kp
Sumber Buku :
193
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Sumber Buku :
194
Unit Pembelajaran
Laju Reaksi
LINGKUP MATERI 8.
1. Konsentrasi
Kesetimbangan 2. Tekanan dan volume
kimia 3. Suhu
MATERI 4. Katalis
Pergeseran
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pergeseran
kesetimbangan
kesetimbangan reaksi ditunjukkan oleh ….
kimia
INDIKATOR SOAL Kunci
A. Semua benar
Disajikan faktor- Jawaban
B. 2, 3, dan 4
faktor yang C. 1, 2, dan 4
E
mempengaruhi D. 1, 3, dan 4
rekasi, peserta E. 1, 2, dan 3
didik dapat
memilih faktor-
faktor yang
mempengaruhi
pergeseran
kesetimbangan
Sumber: https://hisham.id/2016/11/soal-dan-
pembahasan-laju-reaksi-kimia-pilihan-ganda.html
195
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
MATERI
Jika pada saat kesetimbangan terdapat 0,1 mol gas CO2,
Menghitung konstanta
maka nilai Kc reaksi tersebut adalah ….
kesetimbangan
INDIKATOR SOAL A. 1
Disajikan Reaksi kimia dan Kunci B. 2
data konsentrasi zat yang Jawaban C. 3
bereaksi, peserta didik D. 4
B
dapat menentukan E. 8
konstanta kesetimbangan.
Sumber: https://hisham.id/2016/11/soal-dan-
pembahasan-laju-reaksi-kimia-pilihan-ganda.html
196
Unit Pembelajaran
Laju Reaksi
kimia
Pernyataan yang sesuai agar reaksi
MATERI
Pergeseran
Fe2O3(s) + 3(CO(g) ⇔2Fe(s) + 3CO2(g) H = -90 kJ
kesetimbangan
kimia Menjadi lebih sempurna berjalan ke arah produksi adalah
INDIKATOR SOAL Kunci ….
Disajikan Jawaban
perlakuan A. 1, 2, 3
A
modifikasi proses B. 1 dan 4
perlakuan yang
tepat untuk
meningkatkan
produk
Sumber: https://hisham.id/2016/11/soal-dan-
pembahasan-laju-reaksi-kimia-pilihan-ganda.html
197
Unit Pembelajaran
Laju Reaksi
KESIMPULAN
199
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
200
Unit Pembelajaran
Laju Reaksi
UMPAN BALIK
1. Saya akan akan mengembangkan unit dan soal-soal terkait sebagai bahan
pembelajaran meliputi:
........................................................................................................................................................
........................................................................................................................................................
........................................................................................................................................................
........................................................................................................................................................
201
Paket Unit Pembelajaran
Kimia Koloid dan Laju Reaksi
PENUTUP
Paket Unit Pembelajaran Kimia Koloid dan Laju Reaksi ini terdiri dari dua
Unit Pembelajaran yaitu Unit Pembelajaran Koloid dan Unit Pembelajaran Laju
Reaksi. Unit Pembelajaran disusun berdasarkan analisis Standar Kompetensi
Lulusan, Kompetensi Dasar, serta analisis Ujian Sekolah Berstandar Nasional
(USBN). Paket pembelajaran ini masih terus disempurnakan walaupun
demikian diharapkan dapat digunakan dalam rangka memintarkan peserta
didik.
205
Paket Unit Pembelajaran
Kimia Koloid dan Laju Reaksi
DAFTAR PUSTAKA
207
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
208