Anda di halaman 1dari 9

BAHAN AJAR

SISTEM KOLOID
Fase F/ Kelas XI

DISUSUN OLEH:

Evi Khabibah Lestari


PPG Prajabatan Kimia
SIFAT-SIFAT KOLOID DAN PENERAPANNYA
DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI

Koloid adalah jenis campuran heterogen yang terbentuk karena adanya dispersi suatu
zat ke dalam zat lain yang dicampurkan. Umumnya, koloid berukuran 1 nm hingga 100
nm. Meskipun koloid termasuk jenis campuran, tapi koloid ini berbeda dengan larutan
dan suspensi, ya. Karena itulah, koloid juga punyai sifat khas yang berbeda dari sifat
sistem-sistem dispersi lainnya. Yuk, kita bahas satu per satu!

1. Efek Tyndall

Efek Tyndall pertama kali ditemukan oleh seorang ilmuwan asal Inggris bernama John
Tyndall. Efek Tyndall merupakan efek penghamburan cahaya oleh partikel koloid.
Ketika ada berkas cahaya diarahkan ke larutan, cahaya tersebut akan diteruskan. Hal
ini karena larutan bersifat homogen. Tapi, ketika berkas cahaya diarahkan ke koloid
dan suspensi, berkas cahaya akan dihamburkan.

Contoh Efek Tyndall dalam kehidupan sehari-hari, yaitu :


Ketika kita membuka jendela pada siang hari. Saat sinar matahari masuk ke dalam
ruangan, maka akan terlihat jelas partikel-partikel debu yang beterbangan. Hal Ini
karena ukuran partikel debu jauh lebih besar daripada panjang gelombang cahaya.
Sorot lampu mobil pada malam yang berkabut.
Sorot lampu proyektor dalam gedung bioskop yang berasap atau berdebu.
Berkas sinar matahari melalui celah daun pohon pada pagi hari yang berkabut.
2. Gerak Brown

Pada 1827, Robert Brown, berhasil mengamati gerakan partikel koloid. Brown
menemukan, ternyata secara mikroskopis, partikel-partikel koloid akan bergerak secara
acak dengan jalur patah-patah (zig-zag) dalam medium pendispersi. Gerakan acak ini
disebabkan karena adanya tumbukan antara partikel koloid dengan medium
pendispersi. Gerak Brown adalah gerak acak partikel koloid dalam medium
pendispersi, Gerak Brown merupakan salah satu faktor yang menstabilkan koloid. Oleh
karena bergerak terus-menerus, maka partikel koloid dapat mengimbangi gaya
gravitasi sehingga tidak mengalami sedimentasi (mengendap).

3. Elektroforesis

Elektroforesis adalah pergerakan partikel koloid dalam medan listrik karena adanya
muatan yang terkandung di dalam koloid. Kutub negatifnya disebut katoda, sementara
kutub positifnya disebut anoda. Koloid bermuatan negatif akan bergerak ke anoda (+),
sedangkan koloid bermuatan positif akan bergerak ke katoda (-). Dengan demikian,
elektroforesis dapat digunakan untuk menentukan jenis muatan koloid. Adanya muatan
listrik tertentu pada partikel-partikel terdispersi dalam sistem koloid menyebabkan
adanya gaya tolak menolak antarpartikel sehingga partikel tersebut saling berjauhan.
Hal ini menyebabkan sistem dispersi pada koloid bersifat stabil.
Contoh penerapan elektroforesis dalam kehidupan yaitu:
Untuk mengidentifikasi DNA.
Untuk mendeteksi kelainan genetik.
Proses penyaringan debu atau asap di pabrik.
4. Adsorpsi

Adsorpsi ialah peristiwa penyerapan partikel / ion atau senyawa lain pada
permukaan partikel koloid yang disebabkan oleh luasnya permukaan partikel.
Adsorpsi terjadi karena adanya kemampuan partikel koloid untuk menarik atau
ditempeli oleh partikel-partikel kecil. Kemampuan untuk menarik ini disebabkan karena
adanya tegangan permukaan koloid yang cukup tinggi. Semakin besar luas permukaan,
maka koloid akan memiliki daya adsorpsi yang besar pula,

Contoh penerapan adsorpsi dalam kehidupan yaitu :


Proses pemutihan gula tebu. Gula yang masih berwarna dilarutkan dalam air
kemudian dialirkan melalui tanah diatom dan arang. Zat-zat warna akan di
adsorpsi, sehingga diperoleh gula yang putih bersih.
Penggunaan norit untuk mengobati sakit perut (diare). Norit merupakan tablet
yang terbuat dari karbon aktif. Di dalam usus norit membentuk sistem koloid yang
dapat mengadsorpsi gas atau zat racun.
Penjernihan air menggunakan tawas. Untuk menjernihkan air dapat dilakukan
dengan menambahkan tawas atau alumunium sulfat. Di dalam air, alumunium sulfat
terhidrolisis membentuk Al(OH)3 yang berupa koloid. Koloid Al(OH)3 dapat
mengadsorpsi zat-zat warna atau zat pencemar dalam air.
Menghilangkan bau badan (deodorant)
5. Koagulasi

Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid yang terjadi karena kerusakan


stabilitas sistem koloid atau karena penggabungan partikel koloid yang berbeda
muatan sehingga membentuk partikel yang lebih besar dan mengendap. Koagulasi
dapat terjadi karena pengaruh pemanasan, pendinginan, penambahan eleketrolit,
pencampuran koloid yang berbeda muatan. Koagulasi terjadi karena setiap partikel
koloid yang memiliki muatan yang berlawanan saling menetralkan dengan gaya
elektrostatik hingga membentuk partikel yang besar dan menggumpal. Elektroforesis
dapat menyebabkan koagulasi karena endapan pada salah satu elektrode semakin
lama semakin pekat, dan akhirnya membentuk gumpalan.

Contoh penerapan koagulasi dalam kehidupan yaitu :


Pembentukan delta di muara sungai terjadi karena koloid tanah liat (lempung)
dalam air sungai mengalami koagulasi ketika bercampur dengan elektrolit dari air
laut.
Pembuatan karet dari lateks yang digumpalkan dengan menambahkan asam
format.
Penjernihan air menggunakan tawas.
Penggumpalan asap atau debu di pabrik industri dengan menggunakan alat
Cottrel.
Perebusan telur.

6. Dialisis
Dialisis adalah pemurnian partikel koloid dari ion-ion pengganggu dengan
menggunakan membran semipermeable. Membran semipermeable adalah membran
yang dapat melewatkan partikel-partikel kecil seperti ion-ion atau molekul sederhana
tetapi menahan partikel koloid.
Contoh penerapan dialisis dalam kehidupan yaitu :
Cuci darah. Proses pemisahan hasil-hasil metabolisme dari darah oleh ginjal
menggunakan proses dialisis. Jaringan ginjal bersifat sebagai membran
semipermeable yang dapat dilewati air dan molekul sederhana seperti urea tetapi
menahan butir darah yang merupakan koloid.

7. Koloid Pelindung

Koloid pelindung adalah koloid yang dapat melindungi koloid lain agar tidak terjadi
koagulasi. Koloid pelindung bekerja dengan cara membentuk lapisan di sekeliling
partikel koloid lain. Lapisan ini berfungsi sebagai pelindung muatan koloid tersebut
sehingga partikel koloid tidak menggumpal atau terpisah dari mediumnya.

Contoh penerapan koloid pelindung dalam kehidupan diantaranya :


Penambahan gelatin pada pembuatan es krim untuk mencegah pembentukan kristal
es besar atau gula.
Penambahan minyak silikon pada cat.
Penambahan kasein pada susu.
Penambahan lecitin pada margarin.

7. Koloid Liofil dan Koloid Liofob

Koloid yang medium pendispersinya cair dibedakan menjadi koloid liofil dan koloid
liofob. Koloid liofil yaitu apabila terdapat gaya tarik menarik yang cukup besar
antara zat terdispersi dan medium pendispersinya. Liofil artinya suka cairan (Yunani:
lio = cairan, philia = suka). Koloid liofob yaitu apabila gaya tarik menarik antara zat
terdispersi dengan medium pendispersi lemah atau tidak ada. (Yunani : phobia =
benci / takut).
Contoh :
Koloid hidrofil : protein, sabun, detergen, agar-agar, kanji, dan gelatin.
Koloid hidrofob : susu, mayonaise, sol belerang, sol Fe(OH)3, sol sulfida dan sol
logam.

PEMBUATAN KOLOID

Pembuatan koloid bisa dilakukan dengan dua cara, yaitu kondensasi dan dispersi. Biar
lebih paham, yuk, langsung kita simak penjelasannya!

Larutan Suspensi

Kondensasi Dispersi

Koloid

1. Pembuatan Koloid dengan Cara Kondensasi

Pembuatan dengan cara kondensasi dilakukan dengan menggabungkan partikel


larutan atau partikel kecil (molekul atau ion) menjadi partikel koloid. Penggabungan
ini bisa dilakukan melalui tiga cara, yaitu reaksi redoks, dekomposisi, dan hidrolisis.

a. Reaksi Redoks

Reaksi redoks, merupakan reaksi yang ditandai dengan adanya perubahan bilangan
oksidasi. Contohnya, pada pembuatan sol belerang dengan mengalirkan gas H2S ke
dalam larutan SO2.
b. Dekomposisi

Dekomposisi, merupakan reaksi penguraian suatu zat menjadi zat yang lebih sederhana.
Contohnya, pada pembuatan sol As2S3 dengan mengalirkan gas asam sulfida ke dalam
larutan arsenit.

c. Hidrolisis

Hidrolisis, merupakan reaksi suatu senyawa dengan molekul air untuk menghasilkan sol
logam. Contohnya, pada pembuatan sol Fe(OH)3 dengan mencampurkan larutan jenuh
FeCl3 ke dalam air mendidih, dan diaduk hingga larutan berwarna merah kecoklatan.

2. Pembuatan Koloid dengan Cara Dispersi

Cara pembuatan dengan cara dispersi adalah memecahkan partikel yang besar atau
suspensi menjadi partikel kecil atau koloid. Untuk melakukan pemecahan ini bisa
dilakukan dengan 3 cara, yaitu peptisasi, busur bredig, dan mekanik.

a. Peptitasi

Peptisasi: Pada cara ini, partikel-partikel besar dipecah dengan bantuan zat
pemeptisasi (pemecah). Contoh: endapan Al(OH)3 dipeptisasi oleh AlCl3; endapan NiS
oleh H2S; dan agar-agar dipeptisasi oleh air.

b. Busur Bredig

Cara ini digunakan untuk membuat sol-sol logam, seperti Ag, Au, dan Pt. Caranya, arus
listrik bertegangan tinggi dialirkan melalui dua buah elektrode logam (bahan
terdispersi). Kemudian, kedua elektrode itu dicelupkan ke dalam air, hingga kedua
ujung elektrode hampir bersentuhan, agar terjadi loncatan bunga api.
c. Mekanik

Pada cara ini, butiran-butiran kasar digerus atau digiling dengan penggiling koloid,
hingga tingkat kehalusan tertentu. Lalu, diaduk dalam medium pendispersi. Contoh: sol
belerang dapat dibuat dengan menggerus serbuk belerang bersama-sama dengan gula
pasir, kemudian serbuk yang sudah halus tersebut dicampur dengan air.

DAFTAR PUSTAKA

Sudarmo, Unggul, dkk. 2013. KIMIA SMA XI Sekolah Menangah Atas. Jakarta. Penerbit
Erlangga.
Ablinda, Sari Novitalia. 2020. Modul Pembelajaran SMA Kimia Kelas XI. Jakarta. Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal PAUD, DIKNAS, dan DIKMEN.

"Sukses adalah gabungan dari semua usaha-usaha sederhana yang dilakukan terus setiap
harinya" - Robert Collier.

Anda mungkin juga menyukai