II.ABSTRAK
Dalam praktikum “Kekuatan Medan Ligan” mempunyai tujuan untuk
memahami teori medan kristal yang menjelaskan tentang interaksi
antara ligan dan ion logam ketika pembuatan senyawa kompleks dan
mampu membedakan kekuatan ligan ammonia dan air yang terjadi.
Kekuatan ligan dapat terlihat dengan menentukan nilai 10 Dq yang
terjadi melalui pengukuran panjang gelombang maksimum tiap sampel
larutan menggunakan spektrofotometer spektronik 20. Panjang
gelombang maksimum diperoleh ketika absorbansi maksimum terjadi
pada masing-masing larutan. Dibuat 4 sampel larutan ion kompleks
Cu2+ dengan komposisi tertentu yaitu larutan A dengan pelarut air,
larutan B dengan pelarut air dan ammonia (75:25), larutan C dengan
pelarut air dan ammonia (50:50) dan larutan terakhir D dengan
ammonia. Semakin banyak ammonia yang terdapat dalam larutan,
warna biru yang muncul semakin pekat sehingga semakin kecil nilai
panjang gelombang yang diperoleh tetapi sebaliknya semakin tinggi
nilai 10 Dq-nya. Nilai 10 Dq berurutan dari larutan A sampai D adalah
40,845 kkal/mol; 46,872 kkal/mol; 46,116 kkal/mol dan 46,116 kkal/mol.
Kekuatan ligan yang diperoleh dengan melihat nilai 10 Dq yaitu
semakin tinggi nilai 10 Dq maka semakin kuat ligan yang terkandung
dalam larutan tersebut, sehingga dapat disimpulkan bahwa kekuatan
medan ligan ammonia lebih besar dari pada medan ligan air.
III.DASAR TEORI
Teori Medan Ligan
Teori medan ligan adalah satu dari teori yang paling bermanfaat untuk
menjelaskan struktur elektronik kompleks. Awalnya teori ini adalah
aplikasi teori medan kristal pada sistem kompleks. Setiap ligan, entah
itu suatu molekul netral atau ion negatif, menyumbang sepasang
elektron untuk membentuk sebuah ikatan dengan ion atau atom pusat.
Gaya yang diadakan terhadap ion atau atom pusat oleh electron-
elektron ini, dan oleh muatan netto ligan-ligan, disebut medan ligan.
(Kleinfelter, 1999)
Teori Medan Kristal
Teori medan kristal ini dikembangkan oleh Bethe dan Van Vieck. Teori
ini mengasumsikan bahwa interaksi antara ion pusat dan ligan hanya
merupakan interaksi elektrostatik. Ion atau atom pusat dipandang
sebagai partikel bermuatan positif, sedangkan ligan sebagai partikel
bermuatan negatif, karena pada umumnya ligan bermuatan negatif
atau molekul polar. (Nuryono,1999)
Medan listrik yang ditimbulkan oleh ligan akan mempengaruhi
elektron-elektron pada ion pusat dan medan listrik yang ditimbulkan
ion pusat juga mempengaruhi electron pada ligan-ligan yang
mengelilinginya. Electron-elektron pada ion pusat yang paling
dipengaruhi oleh medan listrik yang ditimbulkan oleh ligan adalah
electron pada orbital d, karena electron d tersebut yang sangat
berperan dalam membentuk ion kompleks.(Nuraini S,1994)
Kedua orbital d yang terkonsentrasi sepanjang sumbu-sumbu
koordinat yaitu dx2 dan dx2-y2 dan mengarah langsung pada muatan
ligan, akan memiliki tenaga lebih tinggi dibandingkan dengan ketiga
orbital d yang terkonsentrasi diantara sumbu-sumbu koordinat yaitu
dxy,dxz,dyz. Dengan perkataan lain, electron yang menduduki orbital
dγ akan mengalami tolakan kebih besar dari pada electron yang
menduduki orbital dε, karena yang disebut pertama mengarah
langsung pada muatan negatif, sedangkan yang disebut kemudian
mengarah pada ruangan diantara muatan-muatan ligan. Dari segi aras
tenaga dapat dikatakan bahwa degenerasi asli orbital d dalam ion atau
atom bebas medan menjadi lenyap dan terpecah menjadi dua bagian
untuk kasus senyawa yang mempunyai bentuk oktahedral.(M. Clyde
Day. 1993)
Kelompok dxy,dxz,dyz disebut kelompok t2g dan kelompok dx2 dan
dx2-y2 disebut kelompok eg. Pemisahan kelompok orbital t2g dan eg
dapat dilihat pada gambar 1. Perbedaan energi kelompok t2g dan eg
yang dinyatakan dalam lambang atau 10 Dq disebut energi pemisahan
medan kristal yang juga merupakan ukuran kekuatan medan Kristal.
Menurut mekanika kuantum,pemisahan kelima orbital d tersebut tidak
disertai perubahan energi, sehingga berkurangnya energi orbital pada
kelompok yang terdapat pada kelompok yang tingkat yang rendah
harus diimbangi dengan kelebihan energy pada kelompok yang
terdapat pada tingkat yang lebih tinggi. ( Nuraini S,1994)
eg
6 Dq 10 Dq
Orbital d yang tergeneras 4 Dq t2g
VI.PEMBAHASAN
Cu:
3d 4s 4p 4d
Cu2+:
3d 4s 4p 4d
Kemudian ion Cu2+ berikatan dengan ligan H20 sehingga mengalami
hibridisasi
VII.KESIMPULAN
LAMPIRAN
PERHITUNGAN
Larutan A
λ= 700 nm = 700 10-7 cm
Energi 10 dq= 1700 10-7 cm ×1 kkal/mol349,75 cm-1 =40,845 kkal/mol
Larutan B
λ= 610 nm = 610 10-7 cm
Energi 10 dq= 1610 10-7 cm ×1 kkal/mol349,75 cm-1 =46,872 kkal/mol
Larutan C
λ= 620 nm = 620 10-7 cm
Energi 10 dq= 1620 10-7 cm ×1 kkal/mol349,75 cm-1 =46,116 kkal/mol
Larutan D
λ= 620 nm = 620 10-7 cm
Energi 10 dq= 1620 10-7 cm ×1 kkal/mol349,75 cm-1 =46,116 kkal/mol
GAMBAR ALAT PERCOBAAN
SPEKTROFOTOMETER SPEKTRONIK 20
di 4:56 AM
http://hurulsilmi.blogspot.com/2011/05/kekuatan-medan-ligan.html
A. Tujuan
B. Landasan Teori
- Susunan ligan disekitar ion logam: Sifat-sifat ligan yang mengelilingi ion
logam. Efek ligan yang lebih kuat akan menyebabkan perbedaan energi
yang lebih besar antara orbital 3d yang berenergi tinggi dengan yang
berenergi rendah. (Rian, S., 2008)
Teori medan ligan adalah satu dari teori yang paling bermanfaat
untuk menjelaskan struktur elektronik kompleks. Awalnya teori ini adalah
aplikasi teori medan kristal pada sistem kompleks.Pada kompleks
oktahedral berbilangan koordinasi enam, lima orbital d dalam kation logam
transisi terdegenerasi dan memiliki energi yang sama.
Medan listrik negatif yang sferik di sekitar kation logam akan
menghasilkan tingkat energi total yang lebih rendah dari tingkat energi
kation bebas sebab ada interaksi elektrostatik. Interaksi repulsif antara
elektron dalam orbital logam dan medan listrik mendestabilkan sistem dan
sedikit banyak mengkompensasi stabilisasinya (Saito, 2009).
I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Memahami teori medan kristal;
2. Mampu membedakan kekuatan medan antara ligan ammonia dan air.
(Wahyuni, 2007)
Senyawa koordinasi merupakan senyawa yang tersusun atas atom pusat dan
ligan (sejumlah anion atau molekul netral yang mengelilingi atom atau
elektron). (Nuryono,1999)
Kemagnetan senyawa kompleks misalnya, ditentukan dari banyaknya
elektron tak berapsangan pada orbital d atom pusat, akibat dari kekuatan
ligan yang mendesaknya, apakah ligan tersebut kuat atau lemah. Jika ligan
tsb kuat elektron cenderung untuk berpasangan (spin rendah), jika ligan tsb
bergantung pada sifat alamiah logam, keadaan oksidasi, dan ligan-ligan lain
dalam molekul.
hanya salah satu pihak yaitu ligan yang menyumbangkan pasangan elektron
M + nL MLn
dimana,
M = ion logam
dan 6).
dikelompokkan menjadi,
pasang elektron kepada satu ion logam pusat dalam senyawa koordinasi.
b. Ligan Bidentat yaitu ligan yang mempunyai dua atom donor sehingga
logamnya (sering disebut cincin kelat). Ligan bidentat dapat berupa molekul
netral (seperti diamin, difosfin, disulfit) atau anion (C2O42-, SO42-, O22-).
c. Ligan Polidentat yaitu ligan-ligan yang memiliki lebih dari dua atom
donor. Ligan ini dapat disebut tri, tetra, penta, atau heksadentat, bergantung
pada jumlah atom donor yang ada. Ligan polidentat tidak selalu
orbital kosong sehingga ikatan yang terbentuk hanya ikatan σ, seperti H-,
b. Ligan yang mempunyai dua atau tiga pasang elektron bebas yang
logam, seperti N3-, O2-, OH-, S2-, NH2-, R2S, R2O, NH2, dan ion benzena.
benzen rendah yang dapat menerima elektron yang orientasinya sesuai dari
siklopentadienil.
e. Ligan yang membentuk dua ikatan σ dengan dua atom logam terpisah
http://info.fuadshifu.com/kekuatan-medan-ligan/
Kimia Anorganik
KEKUATAN MEDAN LIGAN
A. TUJUAN
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam percobaan ini yaitu untuk
mempelajari perbedaan kekuatan medan antara ligan amonia dan air.
B. LANDASAN TEORI
Suatu ion (atau molekul) kompleks terdiri dari satu atom (ion) pusat dan
sejumlah ligan yang terikat erat dengan atom (ion) pusat itu. Jumlah relatif
komponen-komponen ini dalam kompleks yang stabil nampak mengikuti
stoikiometri yang sangat tertentu, meskipun ini tak dapat ditafsirkan di
dalam lingkup valensi yang klasik. Atom pusat ini ditandai oleh bilangan
koordinasi, suatu angka bulat, yang menunjukkan jumlah ligan
(monodentat) yang dapat membentuk kompleks yang stabil dengan satu
atom pusat (Vogel, 1979).
Senyawa kompleks telah banyak dipelajari dan diteliti melalui suatu
tahapan-tahapan reaksi (mekanisme reaksi) dengan menggunakan ion-ion
logam serta ligan yang berbeda-beda. Ligan memiliki kemampuan sebagai
donor pasangan elektron sehingga dapat dibedakan atas ligan monodentat,
bidentat, tridentat dan polidentat. Dalam kimia koordinasi, NO atau NO2
dapat berperan sebagai ligan sehingga membentuk senyawa kompleks
dengan beberapa logam transisi. Beberapa ligan dapat dideretkan dalam
suatu deret spektrokimia berdasarkan kekuatan medannya, yang tersusun
sebagai berikut : I- < Br- < S2- < SCN- < Cl- < NO3- < F- < OH- < Ox2- <
H2O < NCS- < NH3 < en < bipi < fen < NO2- < CN- < CO, dengan Ox =
oksalat, en = etilendiamin, bipi = 2,2’-bipiridin dan fen = fenantrolin. Ligan
NO2 dalam deret spektrokimia lebih kuat dibandingkan ligan-ligan feroin
(fenantrolin, bipiridin dan etilendiamin) dan lebih lemah dari ligan CN
(Rilyanti et al, 2008).
Medan negatif dari ligan disebut dengan medan ligan. Teori medan ligan
adalah satu dari teori yang paling bermanfaat untuk menjelaskan struktur
elektronik kompleks. Awalnya teori ini adalah aplikasi teori medan kristal
pada sistem kompleks. Medan listrik negatif yang sferik di sekitar kation
logam akan menghasilkan tingkat energi total yang lebih rendah dari tingkat
energi kation bebas sebab ada interaksi elektrostatik. Interaksi repulsif
antara elektron dalam orbital logam dan medan listrik mendestabilkan
sistem dan sedikit banyak mengkompensasi stabilisasinya (Saito, 2009).
Teori medan kristal menjelaskan ikatan dalam ion kompleks semata-mata
dari gaya elektrostatik. Dalam ion kompleks, ada dua jenis interaksi
elektrostatik. Salah satunya ialah tarik-menarik antara ion logam positif dan
ligan yang bermuatan negatif atau ujung bermuatan negatif dari suatu ligan
polar. Inilah gaya yang mengikat ligan dengan logam. Jenis kedua ialah
interaksi tolak-menolak elektrostatik antara pasangan elektron bebas pada
ligan dan dalam elektron dalam orbital d dari logam itu (Chang, 2004).
0 (didefinisikan sebagai 10 Dq) menunjukkan perbedaan energi antara tiga
orbital setingkat dxy,dyz,dxz dengan dua orbital setingkat dx2-y2, dz2
(Susanto, 2008).Dalam teori medan kristal, ligan-ligan direduksi menjadi
titik yang bermuatan. Interaksi muatan-muatan titik ini dengan elektron
dalam orbital d ion logam akan menaikkan energi semua orbital d, tetapi
mereka tidak lagi memiliki energi yang sama. Elektron-elektron dalam
orbital dz2 dan dx2-y2 akan mengalami interaksi yang lebih besar dengan
muatan-muatan ligan yang mendekatinya daripada elektron-elektron dalam
orbital dxy,dxz,dyz. Pertimbangan simetri juga menghasilkan kesimpulan
yang sama terhadap orbital-orbital d lainnya. Bila pemisahan tersebut
berlaku untuk semua ion kompleks yang terkoordinasi secara oktahedral.
Ikatan ligan dengan makromolekul merupakan salah satu topik riset yang
menarik saat ini. Pengetahuan tentang ikatan ligan-makromolekul
diperlukan dalam mempelajari farmakodinamika zat-zat aktif dan pada
perancangan obat baru. Berbagai metoda, seperti dialisis, ultrafiltrasi,
spektroskopi, atau khromatografi gel telah digunakan untuk keperluan
tersebut. Tujuannya adalah menemukan bahan obat baru berbentuk ligan-
ligan pengganti yang dapat bertindak sebagai penguat atau penghambat
aktivitas biokimia dari makromolekul target di dalam tubuh (Nauli dan
Udin, 2008).
E. PEMBAHASAN
Medan ligan adalah suatu medan negatif pada sebuah ligan. Sedangkan,
teori medan ligan merupakan teori yang menjelaskan tentang struktur
elektronik kompleks pada senyawa kompleks koordinasi. Secara umum,
teori medan ligan merupakan aplikasi dari teori orbital molekul pada
kompleks logam transisi. Pada ion logam transisi, memiliki enam orbital
atom terhibridisasi dengan energi yang sama dalam berikatan pada suatu
ligannya. Pada teorinya, medan ligan bergantung pada geometri kompleks.
Namun, seringkali analisis terpusat pada kompleks oktahedral yang
mempunyai enam ligan berkoordinasi dengan logam.
Pada teori medan kristal menjelaskan tentang ikatan dalam suatu ion
kompleks yang ditinjau dari gaya elektrostatik yang berperan. Adanya
interaksi antara logam transisi dan ligan, disebabkan oleh adanya tarikan
antara kation logam dan elektron. Kemudian teori ini dikembangkan dengan
melihat perubahan energi dari lima degenerat orbital-d pada saat dikelilingi
oleh ligan. Menurut teori medan kristal, ligan akan tereduksi menjadi suatu
titik yang bermuatan. Dalam interaksi muatan titik tersebur dengan elektron
dalam orbital d, ion logam akan meningkatkan energinya pada orbital d,
namun setelahnya, mereka tidak lagi memiliki energi yang sama. Sedangkan
elektron dalam orbital dz2 dan dx2-y2 mengalami interaksi yang lebih besar
dengan muatan ligan yang mendekatinya daripada elektron-elektron dalam
orbital dxy,dxz,dan dyz. Akibatnya, ligan yang berbeda akan menghasilkan
medan kristal yang energinya berbeda pula, sehingga kita dapat melihat
warna yang bervariasi pada suatu senyawa kompleks.
Dalam sebuah ion logam, medan ligan yang memiliki energi yang lebih
lemah akan membentuk kompleks yang Δ-nya bernilai rendah pula,
sehingga ligan tersebut akan menyerap cahaya dengan panjang gelombang
yang lebih panjang serta merendahkan frekuensinya (ν). Sebaliknya, medan
ligan yang memiliki energi lebih kuat akan menghasilkan Δ yang lebih
besar, dan menyerap gelombang yang lebih pendek, serta meningkatkan ν-
nya. Hal ini karena energi yang diserap berbanding terbalik dengan panjang
gelombang, namun berbanding lurus dengan frekuensinya. Pada keadaan
umumnya, energi foton yang terserap belum tentu akan sama persis dengan
perbedaan energi Δ, hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor lain
seperti tolakan elektron dan efek Jahn-Teller yang dapat mempengaruhi
perbedaan energi pada suatu keadaan dasar dengan keadaan yang tereksitasi.
Pada percobaan kali ini bertujuan untuk mempelajari perbedaan kekuatan
medan ligan antara ligan amonia dan air. Secara teori, Ligan air memiliki
energi 40,85 kkal/mol yang lebih rendah daripada amonia, yaitu 46,87
kkal/mol. Hal ini disebabkan oleh ligan H2O yang bersifat sebagai ligan
lemah. Ligan lemah dalam kompleks menyebabkan elektron memiliki spin
tinggi (high spin) pada tingkat energi eg, karena pada ion Cu(II) elektron di
orbital d lebih mudah ditempatkan pada arah energi orbital yang lebih tinggi
sebagai elektron sunyi (tidak berpasangan) daripada ditempatkan pada
kamar orbital yang sama, namun sebagai elektron berpasangan. Sebab pada
kamar yang sama akan terjadi gaya tolak menolak antara dua elektron jika
akan berpasangan. Oleh karena energi untuk tolak menolak (P) lebih besar
daripada harga 10 Dq, justru ada interaksi tingkat energi atas dengan energi
bawah menyebabkan jarak t2g dan eg menjadi lebih pendek sehingga energi
10 Dq menjadi lebih kecil. Demikianlah dapat dipahami bahwa ligan air
merupakan ligan lemah dengan energi yang kecil. Sebaliknya, amonia
memiliki energi 10 Dq yang lebih tinggi daripada air menjelaskan sifatnya
sebagai ligan kuat. Amonia dalam kompleks menyebabkan elektron
memiliki spin rendah (low spin) karena elektron dapat ditempatkan pada
arah energi orbital t2g sebagai elektron berpasangan. Untuk menghindari
adanya gaya tolak menolak antara dua elektron dalam satu kamar maka
diperlukan energi 10 Dq yang lebih besar. Tidak ada interaksi dengan
tingkat energi ¬eg sehingga jarak kedua energi tersebut lebih menjauh.
Maka energi yang dimiliki seutuhnya berada pada tingkat energi t2g sebagai
energi 10 Dq. Dengan demikian, ligan amonia dipahami lebih kuat daripada
ligan air, sebanding dengan energi 10 Dq yang dimilikinya, berbanding
terbalik dengan panjang gelombang maksimum yang terabsorb. Sesuai
dengan deret spektrokimia yang pada deretnya, ligan H2O berada pada
posisi lebih rendah daripada NH3 atau dengan kata lain ligan amonia lebih
kuat daripada ligan air. Fenomena diatas dapat dijelaskan berdasarkan
interaksi elektron pada ion pusat dengan ligan, sesuai dengan prinsip teori
medan kristal.
Berdasarkan data pada percobaan, larutan I terlihat bahwa nilai absorbansi
tertinggi berada pada panjang gelombang terbesar yaitu 700 nm dengan nilai
absorbansi sebesar 0,158. Pada larutan II nilai absorbansi tertinggi berada
pada panjang gelombang 685 nm dengan nilai absorbansi sebesar 0,054.
Sedangkan pada larutan III, nilai absorbansi tertinggi juga berada pada
panjang gelombang 700 nm dengan nilai absorbansi sebesar 0,080, dan pada
larutan IV pada panjang gelombang 595 dengan absorbansi sebesar 0,424.
Sesuai dengan teori bahwa semakin kecil panjang gelombang maka akan
semakin besar energi suatu ligan, dapat dilihat pada larutan I yang hanya
mengandung air memiliki panjang gelombang yang lebih besar
dibandingkan dengan larutan 4 yang hanya mengandung amoniak memiliki
panjang gelombang terkecil, sehingga dengan kata lain larutan IV yang
mengandung amoniak saja memiliki energi yang paling besar daripada
larutan I yang hanya mengandung air saja. Jadi dapat disimpulkan bahwa
kekuatan medan ligan pada air lebih lemah daripada kekuatan medan ligan
pada amoniak.
F. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa ligan amonia lebih kuat dibandingkan dengan ligan air
sehingga ligan air bersifat sebagai ligan lemah, hal ini dapat dilihat pada
data yang ada bahwa larutan I yang hanya mengandung air memiliki
panjang gelombang yang lebih besar dibandingkan dengan larutan 4 yang
hanya mengandung amoniak memiliki panjang gelombang terkecil,
sehingga dengan kata lain larutan 4 yang mengandung amoniak memiliki
energi yang paling besar daripada larutan I yang hanya mengandung air
saja. Jadi dapat disimpulkan bahwa kekuatan medan ligan pada air lebih
lemah daripada kekuatan medan ligan pada amoniak.
Kimia Fun
1.
NOV
28
Gula dalam asam nukleat adalah jenis gula aldopentosa yakni Ribosa,,bisa
dilihat struktur pada gambar. struktur Hawort (siklik)nya menunjukkan
posisi beta-Furanosa (beta untuk posisi OH yang diatas, Furanosa untuk
siklik dari 5 atom karbon)...PERHATIKAN untuk C2 nya, disitulah letak
perbedaan dari tiap jenis asam nukleat (DNA & RNA). untuk RNA sama
seperti gambar tadi, namun untuk DNA agak sedikit berbeda, dimana pada
atom C2 nya kehilangan atom O nya sehingga yang ada hanya subtituen H
nya saja, itulah dinamakan gula DEOKSIribosa.
2. Basa Nitrogen Nah, ini yang agak ribet dikit... Basa nitrogen seperti yang
kita tau adalah Purin dan Pirimidin.
basa Purin misalnya. berasan dari senyawa heterosiklik yang terdiri dari 2
gabungan siklik (namanya bisiklik). sedangkan Pirimidin juga termasuk
dalam snyawa heterosiklik, namun pirimidin ini berasal dari turunan Piridin
yang ditambahkan 1 atom N (kalo piridin hanya 1 atom N nya). Purin punya
turunan lagi, yakni Adenin dan guanin yang berbeda dari strukurnya, begitu
juga pirimidin yang terdiri dari timin, uracil, dan sitosi.
masing2 ba
http://rachmakimhunter.blogspot.com/p/kimia-anorganik.html